DISUSUN OLEH:
i
KATA PENGANTAR
Ucapan terima kasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen dan
teman-teman yang banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik
dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian.
Penyusun
ii
Daftar isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu material,
khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis yang dapat diketahui dari hasil
pengujian tarik adalah sebagai berikut:
Kekuatan tarik
Kuat luluh dari material
Keuletan dari material
Modulus elastic dari material
Kelentingan dari suatu material
Ketangguhan.
Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar
kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Karena
dengan pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis
yang diberikan secara perlahan. Pengujian tarik ini merupakan salah satu
pengujian yang penting untuk dilakukan, karena dengan pengujian ini dapat
memberikan berbagai informasi mengenai sifat-sifat logam.
Dalam bidang industri diperlukan pengujian tarik ini untuk mempertimbangkan
faktor metalurgi dan faktor mekanis yang tercakup dalam proses perlakuan
terhadap logam jadi, untuk memenuhi proses selanjutnya.
Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini, kita sebagai mahasiswa metalurgi
hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan adanya kurva tegangan
regangan kita dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, keuletan, modulus
elastisitas, ketangguhan, dan lain-lain. Pada pegujian tarik ini kita juga harus
mengetahui dampak pengujian terhadap sifat mekanis dan fisik suatu logam.
Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita dapat data dasar
mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kekuatan bahan logam
melalui pemahaman dan pendalaman kurva hasil uji tarik.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
Pemeliharaan adalah suatu konsepsi dari semua aktivitas yang diperlukan untuk
menjaga atau mempertahankan kualitas peralatan agar tetap dapat berfungsi
dengan baik seperti kondisi awal. Dibentuknya bagian pemeliharaan dalam suatu
perusahaan industri dengan tujuan agar mesin-mesin produksi, bangunan maupun
perlatan pendukung industri lainnya selalu dalam keadaan siap pakai secara
optimal.
Bagian pemeliharaan merupakan satu kesatuan dengan bagian-bagian lainnya
dalam menjalankan fungsinya masing-masing. Untuk dapat memelihara peralatan
dengan baik dan benar maka prinsip kerja dari peralatan yang bersangkutan harus
dapat dikuasai dengan baik pula. Dari pengertian diatas maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan bahwa :
6
dan kerja dari perlatan tersebut. Pemeliharaan yang dikenal di dunia industri
dengan istilah maintenance selanjutnya dijadikan bagian dari sistem produksi
untuk mendukung tercapainya produktifitas yang maksimal.
Beberapa orang yang berkepentingan dengan masalah pemeliharaan antara
lain, penanam modal, manager dan karyawan perusahaan yang bersangkutan juga
masyarakat dan pemerintah.
Ditinjau dari kepentingan penanam modal, maintenance menjadi penting
karena
7
Ditinjau dari segi kepentingan karyawan perusahaan pengembangan masalah
maintenance diharapkan dapat :
8
tidak perlu. Debu ini akan menjadi inti bermulanya proses kondensasi uap air
yang berada di udara. Butir air yang terjadi dalam pada debu tersebut lambat laun
akan merusak permukaan kerja dari peralatan tadi sehingga dari keseluruhan
peralatan tersebut akan menjadi rusak. Pekerjaan "membersihkan" ini pada
umumnya diabaikan orang karena dianggap tidak penting.
Dalam pekerjaan ini perlu ada petunjuk tentang :
- Hal-hal apa saja yang harus dihindari dalam melakukan pekerjaan tersebut.
1. Berdasarkan pengalaman yang lalu dalam suatu jenis pekerjaan yang sama
diperoleh informasi mengenai selang waktu atau frekuensi untuk
melakukan pemeriksaan seminimal mungkin dan seekonomis
mungkintanpa menimbulkan resiko yang berupa kerusakan pada unit
instalasi yang bersangkutan.
2. Berdasarkan sifat operasinya yang dapat menimbulkan kerusakan setelah
unit instalasi beroperasi dalam selang waktu tertentu.
3. Berdasarkan rekomendasi dari pabrik pembuat unit instalasi yang
bersangkutan.
9
instalasi tersebut dapat mencapai standard semula dengan usaha dan biaya yang
wajar. Dengan berkembangnya teknologi secara pesat dalam bidang industri maka
maintenance terhadap peralatan produksi secara sadar dinilai sangat penting.
Pada permulaan tumbuhnya industri, maintenance terhadap peralatan baru
mendapat perhatian setelah pada peralatan tersebut mengalami kerusakan, karena
tidak pernah mendapat perhatian yang layak.
10
produksi dapat terpelihara baik. Secara garis besar maintenance ini di
klasifikasikan dalam planned maintenance (terencana) dan unplanned
maintenance (tidak terencana). Dalam planned maintenance terbagi lagi menjadi
preventive maintenance dan corrective maintenance.
Secara garis besar kegiatan maintenance dapat diklasifikasikan dalam dua macam
yaitu:
- Planned maintenance
- Unplanned maintenance
11
2.3 Jenis Jenis Maintenance
12
2. Pemeliharaan berjalan (running maintenance), adalah kegiatan pemeliharaan
yang dilaksanakan tanpa mengehentikan kerja peralatan.
13
2. Kerusakan dapat mempengaruhi jalannya proses produksi dan kualitas
produk.
Untuk memelihara atau memeriksa seluruh unit secara ketat dan teratur
hanya sekedar menghilangkan kemungkinan kerusakan pada peralatan produksi
adalah suatu usaha yang tidak praktis karena memerlukan manusia-manusia
dengan persyaratan tinggi dan biaya yang tidak sedikit. Akibat bentuk dan saat
terjadinya gangguan sangat sulit untuk diperkirakan secara dini, maka
pemeliharaan perlu dilakukan secara teratur dan periodik dari waktu ke waktu
terhadap semua unit instalasi. Untuk melakukan hal tersebut maka dibutuhkan
usaha-usaha pemeliharaan yang antara lain meliputi :
1. Pemeliharaan rutin
14
• Pengetesan rutin, merupakan usaha untuk mengatur atau memantau
kondisi kerja suatu komponen sacara rutin agar komponen dapat
diusahakan untuk beroperasi pada kondisi normal.
• Membersihkan
15
maintenance) yang dapat diartikan sebagai strategi pemeliharaan dimana
pelaksanaannya didasarkan pada kondisi peralatan produksi itu sendiri
Mengingat tingkat kepastian 100% tidak pernah ada maka orang lebih
suka menggunakan istilah prediksi atau perkiraan untuk memastikan pendapatnya.
Dalam menduga-duga inipun pada dasarnya dibutuhkan dukungan data dan
pengetahuan yang cukup mendalam tentang perilaku dari peralatan produksi yang
diamati.
16
mangancam sehingga tidak ada alat/instrument yang dapat memeriksa dan
mengukur terhadap kerusakan komponen secara detail.
Yang umum dilakukan dalam praktek, contohnya adalah mengganti semua bola
lampu listrik dalam waktu tertentu, jadi tidak menggantinya satu persatu setelah
bola lampu tersebut padam. Hal yang sama juga pada dilakukan pada
menggantian bearing pada peralatan produksi.
17
Pada diagram analisa tersebut dibagi menjadi 3 phase lifetime dari suatu
peralatan produksi. Phase I atau sering juga disebut dengan early failure karena
pada phase ini peralatan produksi dalam kondisi running in/masih baru
(penyesuaian) dan pertama kali dioperasikan maka permukaan kerja (working
surface) dari peralatan produksi masih kasar. Pada kondisi ini terdapat proses
penghalusan permukaan tersebut karena terjadinya kontak kerja permukaan.
Setelah melewati phase ini, karena permukaan bidang kerja sudah halus maka
tingkat kontak kerja permukaan juga sudah menurun karena permukaan kerja
peralatan produksi sudah pada kondisi stabil. Phase II ini dikenal sebagai useful
life-period. Pada periode inilah yang akan menentukan umur peralatan produksi
sebenarnya. Karena permukaan bidang kerja mempunyai lapisan kekerasan
dengan ketebalan yang terbatas maka bila lapisan keras ini sudah habis terkikis
maka laju keausan/kerusakan akan meningkat kembali. Hal ini akan berlangsung
selama phase III yang dikenal sebagai periode keausan cepat (wearing out period).
18
3. Monitoring kinerja Merupakan teknik monitoring kondisi peralatan
produksi dengan cara memeriksa dan mengukur parameter kinerja dan
kemudian dibandingkan dengan standarnya.
4. Monitoring Geometris Diharapkan penyimpangan geometris yang terjadi
pada peralatan produksi dapat diketahui dan kemudian dilakukan kegiatan
meliputi pengukuran leveling dan pengukuran posisi (alignment).
5. Monitoring getaran Monitoring ini memeriksa dan mengukur letak getaran
secara rutin dan terus menerus sehingga getaran yang akan mengakibatkan
kerusakan peralatan produksi lebih lanjut dapat dicegah.
19
mencegah terjadinya kejadian kerusakan yang serupa perlu dipikirkan dengan
mantap. Tindakan-tindakan berikut ini dapat dipakai sebagai pilihan atau alternatif
antara lain :
20
21
Oleh karenanya laporan terperinci tentang suatu kerusakan peralatan
adalah sangat penting untuk dianalisis sehingga dapat diambil tindakan-tindakan
yang tepat untuk mengatasi atau mencari alteratif penyelesaian sebelum kerusakan
serupa terulang kembali (lihat gambar). Perlu disadari bahwa corrective
maintenance tidak dapat menghilangkan atau mengeliminasi semua kerusakan,
tetapi harus mampu mencegah terulangnya kerusakan yang serupa.
22
buatan dari HAVER – BOECKER. HAVER BOECKER adalah mesin
pengepakan berputar yang dirancang untuk mengepak bahan curah dengan
kapasitas tinggi hingga 5.600 kantong / jam. Mesin pemgemasan semen ini
dilengkapi dengan Bag Applicator untuk menembakkan kantong semen ke arah
spoutnya.
Untuk kebersihan yang maksimal selama seluruh proses pengepakan dan
pengangkutan berlangsung, spouts dilengkapi dengan unit penutup ultrasonik. Hal
ini tidak hanya mengurangi biaya yang timbul dari keausan, tetapi juga
menurunkan kapasitas filter dan konsumsi energi.
23
METODE PRAKTIKUM
24
3. Anvil
4. Indentor
25
B. Prosedur Percobaan
1. Metode Rockwell
a. Menyiapkan bahan spesimen yang akan di uji (baja karbon rendah).
b. Memilih indentor yang sesuai dengan spesimen uji.
c. Memasang indentor dengan cincin (ring) ke plunger rod.
d. Memilih permukaan spesimen yang rata dan bersih .
e. Memutar handwhell mendekati indentor (untuk menaikan spesimen
hingga spesimen menyentuh indentor).
f. Memberi beban awal sebesar 10 Kg yang ditandai dengan angka 3
atau titik merah pada skalaminor.
g. Mengkalibrasi skala mayor ke angka 0.
h. Menyiapkan stopwatch.
i. Menekan crank handle kedepan minimal 10 detik.
j. Menarik kembali crank handle ke posisi awal.
k. Membaca nilai kekerasan pada skala mayor dan mencatatnya di tabel
hasil.
l. Melakukan percobaan selam 20 kali tiap workpiece.
26
3.2 Pengujian Tarik
Langkah Percobaan
1. Sampel uji tarik yang dibentuk sudah standar dilakukan penukuran
diameter awal (Do) dan panjang awal (Lo)
2. Kemudian batang uji diletakkan pada alat uji tarik dan kencangkan.
3. Atur pembebanan sebesar 50 000 N.
4. Jarum pada skala di nolkan terlebih dahulu.
5. Pada waktu dilakukan penarikan diadakan pembacaan :
-Satu strip melambangkan 100 N
6. Penarikan dilakukan sampai benda uji putus.
7. Setelah putus, batas uji disambung kembali untuk dilakukan
pengukuran diameter akhir.
1.3 Profil Proyektor
27
BAB IV
Adapun hasil dari peraktikum uji kekerasan yang sudah dilakukan adalah
sebagai berikuk :
1. Metode Rockwell
Material
HRC (HARD ROCK DIAMOND)
NO
benda 1 benda 2 benda 3 benda 4 benda 5
1 32.4 28.9 25.4 30.7 27.2
2 28.1 27.2 26.6 29.5 31.9
3 28.6 26.3 24.1 29.5 30.6
4 28.6 31.4 26 31.5 31
5 29.7 31 27.1 25.5 29.2
6 35.3 26.2 28.2 30.7 31
7 31.2 33 26 32.3 32.2
8 34.9 32.4 26.4 31.7 30.3
9 31.7 31.1 27.5 30.9 29
10 28.2 27.8 27.1 30.8 30.8
11 30.7 31.8 24.4 30.6 25.2
12 24.2 28.4 24.1 26 29.7
13 32 29.9 24.2 26.6 28
14 31.7 34.1 24.3 29.7 26.9
15 31.4 29 25.1 31.7 25.5
16 31.8 27 26.2 35.7 31.8
17 31.5 29.3 27.6 34.7 27.9
18 35.4 27.9 23.5 28.1 28.7
19 31.4 31.5 27.4 28.7 30
20 35.7 29 24.2 31.4 27.4
AVERAGE 31.225 29.66 25.77 30.315 29.215
Dari tabel data hasil pengujian Rockwell bisa dijelaskan bahwa pengujian
kekerasan dengan menggunakan metode Rockwell menggunakan
indentor cone dengan ukuran 120° dan pada saat pengujian di berikan
beban sebesar 1000 newton atau 100 kg. Nilai kekerasan material yang
28
diuji coba selama 20 kali hasilnya tidak jauh berbeda. Hasil yang didapat
berbeda-beda dikarenakan permukaan dari workpiece yang kurang rata.
Pada saat pemasangan workpiece kesalahan yang terjadi tergantung pada
lengkungan, beban, penumbuk dan kekerasan bahan.
HRC
HRC (HARD ROCK DIAMOND) benda 1 HRC (HARD ROCK DIAMOND) benda 2
HRC (HARD ROCK DIAMOND) benda 3 HRC (HARD ROCK DIAMOND) benda 4
HRC (HARD ROCK DIAMOND) benda 5
HRC
40
35
30
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
29
Hal itu dibuktikan pada grafik diatas, dimana grafik percobaan fluktuatif ini
dikarenakan faktor lengkungan, beban, penumbuk dan kekerasan bahan.
Aplikasi metode Brinell dan rockwell pada dunia kerja adalah untuk mengetahui
kekuatan suatu material yang digunakan untuk membangun suatu konstruksi atau
industri logam didunia, karena uji kekerasan ini adalah salah satu hal yang sangat
penting untuk membuat hidup manusia lebih aman dan nyaman serta efisien karena
alat-alat, teknologi, transportasi dan lain-lain yang kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Hal –hal yang mempengaruhi terjadinya fatik (kelelahan pada material) :
1. Penyelesaian permukaan
Karena retak fatik seringkali berada pada dekat komponen, kondisi permukaan
merupakan hal yang perlu diperhatikan pada fatik. Bekas permesinan dan ketidak rataan
lain harus dihilangkan dan usaha ini berpengaruh sekali terhadap sifat fatik. Lapisan
permukaan yang diberi tekanan dengan tumbukan partikel akan meningkatkan umur
fatik.
2. Pengaruh temperature
Pengaruh temperatur terhadap fatik mirip dengan pengaruh temperatur terhadap
kekuatan tarik maksimum. Kekuatan fatik paling tinggi pada temperatur rendah, dan
berkurang secara bertahap dengan naiknya temperatur.
3. Frekuensi siklus tegangan
Pengaruh frekuensi siklus tegangan terhadap umur fatik untuk berbagai jenis logam
umumnya tidak ada, meskipun penurunan frekuensi biasanya menurunkan umur fatik.
Efek ini bertambah bila temperatur uji fatik kita naikkan bila umur fatik cenderung
bergantung pada waktu uji seluruhnya dan tidak pada jumlah siklus.
4. Lingkungan .
Fatik yang terjadi didalam lingkungan korosif biasanya disebut fatik
30
korosi. Telah diketahui bahwa kikisan korosi oleh media cair dapat menimbulkan
lubang – lubang etsa yang bersifat sebaga tekuk. Akan tetapi bila mana serangan korosi
terjadi secara serentak bersamaan dengan pembebanan fatik efek perusakan jauh lebih
besar dibandingkan dari efek tekuk semata.
4.2.1 Hasil pengujian Tarik
CONS. TEMBAGA
ALMUNIUM 1 ST 37
STEEL 1 1
ΔL
D0 8 8 6,05 8,25
D1 4 5,1 3,9 3,5
1 700 1000 300 800
2 1500 4500 300 1600
3 4000 9500 200 3700
4 6700 18400 200 7300
5 7600 20300 300 12500
6 8200 23000 800 17600
7 8500 25600 9500 16800
F
8 8300 26500 7500 15700
9 7800 28000 11400 14700
10 7000 28600 12500 14700
11 5900 28800 14000 14700
12 28600 14800
13 27700 15200
14 25700 15500
15 22500 15550
16 15300
17 14600
18 14600
35000
30000
25000
Series1
20000
Series2
15000
Series3
10000
Series4
5000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
31
4.2.2 True Stress
900.00
800.00
700.00
600.00
Series1
500.00
Series2
400.00
Series3
300.00
Series4
200.00
100.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
32
4.2.3 True Strain
ALMUNIUM CONS. TEMBAGA
STEEL 1
1 STEEL 1 1
0,0247 0,0247 0,0325 0,0240
0,0488 0,0488 0,0640 0,0473
0,0723 0,0723 0,0946 0,0702
0,0953 0,0953 0,1242 0,0926
0,1178 0,1178 0,1530 0,1144
0,1398 0,1398 0,1809 0,1358
εs ( 0,1613 0,1613 0,2082 0,1567
tegangan 0,1823 0,1823 0,2346 0,1773
sebenarnya 0,2029 0,2029 0,2605 0,1974
) 0,2231 0,2231 0,2856 0,2171
0,2429 0,2429 0,3102 0,2364
0,2624 0,3341
0,2814 0,3575
0,3001 0,3804
0,3185 0,4027
0,4246
0,4460
0,4669
ALMUNIUM CONS. TEMBAGA
STEEL 1
1 STEEL 1 1
A1 3,14 4,00 3,06 2,75
35000
30000
25000
Series1
20000
Series2
15000
Series3
10000 Series4
5000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Keterangan :
Series1 : Alumunium
Series2 : St 37
Series3 : Cons.Stell
Series4 : Tembaga
33
Pada uji coba ini kita menguji ketahanan bahan materialnya sejauh mana pertambahan
panjangnya dan bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tarikan, berdasarkan hasil
percobaan dan dari grafik kurva uji tarik, Alumunium mengalami fracture lebih cepat dibanding
3 material lainnya.
Jenis material yang berbeda, dengan perlakuan yang didapatkannya berbeda dan komposisinya
yang berbeda akan menyebabkan nilai kekuatannya berbeda pula dan kurva hasil uji tariknya
juga berbeda.
Faktor penyebab terjadinya nilai diantara dua specimen uji tersebut adalah dimensi yang berbeda
dan perlakuan yang berbeda pula.
4.3 Hasil pengukuran dan Gambar
34
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
9. Profile projector bisa digunakan apabila kita ingin melakukan terhadap benda uji uyang
memiliki ukuran cukup kecil (1-20mm), alat ini bisa digunakan untuk melakukan pengukuran
panjang dan sudut dari suatu benda yang akan sangat susah apabila diukur menggunakan alat
ukur panjang atau sudut konvensional.
Saran
35
Daftar Pustaka
http://dimasrepaldo.blogspot.co.id/2013/07/contoh-laporan-mt-uji-kekerasan.html
https://sersasih.wordpress.com/2011/07/21/laporan-material-teknik-uji-tarik/
http://dimasrepaldo.blogspot.co.id/2013/07/contoh-laporan-material-teknik-uji-tarik.html
http://planetcopas.blogspot.co.id/2012/07/prinsip-kerja-alat-ukur-profile.html
36