Anda di halaman 1dari 10

Abdimas Dewantara

Volume 3, No. 2, Oktober 2020, hal. 81-90


P-ISSN: 2615-4889
E-ISSN: 2615-8782

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA (K3)
DI UMK DISOBO MEBEL SLEMAN, YOGYAKARTA
Ag Eko Susetyo1, Patrisius Edi Prasetyo2
12
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
ekosusetyo@ustjogja.ac.id

ABSTRAK
Kegiatan bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
serta memberikan pengetahuan mengidentifikasi potensi bahaya ditempat kerja dan tindakan
pencegahannya dan memberikan pengetahuan mengenai alat pelindung diri (APD). Kegiatan
dilaksanakan di UMK Disobo Mebel Kadisobo I, Trimulyo, Sleman DIY. Sasaran kegiatan yaitu Perajin
mebel di UMK Disobo Mebel. Tahapan kegiatan yang dilaksanakan yaitu dengan memberikan
Penyuluhan Penerapan sistem Manajemen K3 (PP No. 50 th 2012 tentang penerapan sistem manajemen
K3), Penyuluhan dan pelatihan identifikasi potensi bahaya dan pencegahan, dan Penyuluhan & pelatihan
alat pelindung diri (APD). Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini memberikan perubahan
pengetahuan dan perilaku pengelola maupun para perajin mebel dalam hal penerapan sistem manajemen
K3 dan kesadaran mengetahui potensi bahaya di tempat kerja serta pengetahuan tentang pentingnya
APD.

Kata Kunci: Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3), Potensi Bahaya, Alat pelindung Diri (APD).

ABSTRACT
Knowledge of activities aimed to provide work safety and health and identified the potential danger at
work and precautions and on to the protective. Activities carried out in umk disobo furniture i kadisobo,
trimulyo, sleman yogyakarta.Targets the furniture makers in umk disobo furniture.The stage of activity
who been ordained to provide information or the implementation of the management of (PP no 50 2012
In the application k3 management system), counseling and training the potential danger and prevention,
& amp; training and counseling to a protective. Devotion activities for the public was provide for
changes knowledge and management the behavior and furniture makers in the implementation of the
management and awareness potential or know a danger in the workplace and awareness of the
importance of potential danger, to protective.

Keywords: provide work safety and health, potential danger to protective

81
Susetyo, & Prasetyo, Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ….

PENDAHULUAN
Usaha mebel terkait kondisi tempat kerja pada umumnya memiliki resiko kecelakaan dan
gangguan kesehatan karena pengaruh dari sifat pekerjaannya, karakteristik pekerja, budaya
keselamatan kerja dan adanya penggunaan mesin-mesin yang berbahaya dan tata letak tempat
kerja yang kurang baik. Perajin mebel kayu adalah pekerja yang menggunakan berbagai jenis
kayu sebagai bahan baku dalam proses produksinya dan dengan cara kerja yang tradisional serta
posisi kerja yang tidak benar. Pada dasarnya pembuatan mebel dari kayu melalui berberapa
proses yaitu proses penggergajian kayu, penyiapan bahan baku, proses penyiapan komponen,
proses perakitan dan pembentukan serta proses akhir. Pekerja terpapar partikel debu kayu dan
kebisingan dari mesin-mesin yang digunakan, selain itu juga bahaya terpapar bahan kimia pada
proses akhir.
Permasalahan yang terjadi di UMK Disobo Mebel yaitu belum diterapkannya sistem
manajemen K3 terlihat dari kurangnya pemahaman tentang pentingnya memperhatikan
keselamatan, kesehatan kerja (K3) dalam melaksanakan pekerjaan sehari hari, dimana para
pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri saat melakukan kerja, seperti pada saat proses
penggergajian dengan mesin gergaji para perajin tidak menggunakan alat pelindung telinga,
pada proses pengamplasan perajin tidak menggunakan alat pelindung hidung, serta pada saat
proses sending, pewarnaan dan clear atau glossy perajin tidak menggunakan alat pelindung
hidung dn mulut, kemudian belum paham terkait potensi bahaya ditempat kerja dan posisi kerja
yang tidak benar.
Dengan melihat permasalahan tersebut, maka kegiatan ini diperlukan dalam rangka
memberikan pemahaman tentang pengetahuan penerapan sistem manajemen K3 (PP No. 50 th
2012) pada UMK Disobo Mebel. Kegiatan ini sangat penting untuk mengidentifikasi potensi
bahaya di tempat kerja dan pencegahannya dan mengetahui jenis-jenis Alat Pelindung Diri
(APD)

METODE PELAKSANAAN
Dalam rangka untuk memecahkan masalah berdasarkan permasalahan yang dihadapi di
UMK Disobo Mebel yaitu kurangnya pemahaman tentang pentingnya memperhatikan
keselamatan, kesehatan kerja (K3) dalam melaksanakan pekerjaan sehari hari, dimana para
perajin tidak menggunakan alat pelindung diri saat melakukan kerja, dan pemahaman terkait

82
Abdimas Dewantara, Volume 3, No. 2, Oktober 2020, hal. 81-90

potensi bahaya ditempat kerja dimana kecelakaan kerja yang terjadi dirasa dalam jangka pendek
tetapi karena terjadi berualang berakibat menurunnya kinerja pekerja maka perlu adanya
kegiatan penyuluhan dan pelatihan tentang penerapan sistem manajemen K3
1. Metode Kegiatan
a. Penyuluhan dengan pengelola dan para perajin mebel di UMK Disobo Mebel mengenai
penerapan sistem manajemen K3 (SMK3) (PP No. 50 th 2012).
b. Potensi bahaya, Pelatihan dan pendampingan kepada para perajin mebel di UMK Disobo
Mebel mengenai identifikasi potensi bahaya di tempat kerja dan pencegahannya.
c. Tentang jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD), Pelatihan dan Pendampingan kepada para
perajin mebel di UMK Disobo Mebel mengenai tata cara penggunaan alat pelindung diri
(APD).
2. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan abdimas ini dilaksanakan di UMK Disobo Mebel Sleman Yogyakarta pada:
Hari : Jumat s/d Minggu, 27 sd 29 September 2019.
Tanggal : 27 sd 29 September 2019
Pukul : 15.00 sd 18.00 WIB
Tabel 1. Rincian Waktu
Hari ke Kegiatan Waktu
1 a. Penyuluhan penerapan sistem manajemen K3 (SMK3) (PP No. 3jpl
50 th 2012)
b. Tanya jawab
2 a. Penyuluhan potensi bahaya di tempat kerja 3jpl
b. Pelatihan identifikasi potensi bahaya di tempat kerja dan
pencegahannya
3 a. Penyuluhan alat pelindung diri (APD) 3jpl
b. Pelatihan dan pendampingan jenis-jenis dan tata cara pemakaian
alat pelindung diri (APD)

3. Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan di UMK Disobo Mebel Dusun Kadisobo I, Desa Trimulyo, Sleman,
Yogyakarta
4. Sasaran
Sasaran kegiatan berjumlah 10 orang yang terdiri Perajin mebel di UMK Disobo Mebel
sejumlah pegrajin di bagian penggergajian, bagian pengikiran, bagian pengamplasan, bagian
pewarnaan glossy dan pemilik usaha.

83
Susetyo, & Prasetyo, Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ….

5. Target Kegiatan
Kegiatan penyuluhan dan pelatihan ini dikatakan berhasil apabila:
a. Adanya perubahan pengetahuan pengelola UMK Disobo Mebel terkait sistem penerapan
manajemen K3 (PP No. 50 th 2012)
b. Perubahan pengetahuan dan perilaku Para perajin mebel potensi bahaya di tempat kerja
dan cara pencegahannya.
c. Para perajin mengetahui jenis-jenis dan tata cara penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
6. Alat dan Bahan
a. PP No. 50 th 2012
b. Alat Pelindung Diri

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penyuluhan dan pelatihan penerapan sistem manajemen K3 bagi para perajin mebel
meliputi:
1. Penyuluhan dan pelatihan penerapan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)
Materi penyuluhan dan pelatihan penerapan sistem manajemen K3 meliputi
a. Sistem Manajemen K3 (PP No. 50 th 2012)
Bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif.
b. Definisi K3
Merupakan usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat
mengakibatkan kecelakaan dalam pekerjaan (baik dari perusahaan maupun dari pekerja
itu sendiri).
c. Tujuan K3
1) Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
2) Melindungi kesehatan tenaga kerja
3) Meningkatkan efisiensi kerja
4) Sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.

84
Abdimas Dewantara, Volume 3, No. 2, Oktober 2020, hal. 81-90

d. Manajemen K3
Adalah manajemen untuk pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan
pemeliharaan kewajiban K3 dalam rangkan pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja agar tercipta tempat kerja yang aman dan efeisien serta produkatif
e. Tujuan penerapan SMK3
1) Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia
2) Meningkatkan komitmen pimpinan dalam melindungi tenaga kerja
3) Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi globalisasi
4) Proteksi terhadap industri dalam negeri
2. Penyuluhan & pelatihan identifikasi potensi bahaya di tempat kerja dan
pencegahannya
Materi penyuluhan identifikasi potensi bahaya pada perajin mebel kayu meliputi
Perajin meubel kayu adalah pekerja sektor informal yang menggunakan berbagai jenis kayu
sebagai bahan baku/utama dalam proses produksinya serta menerapkan cara kerja yang
bersifat tradisional. Pada dasarnya, pembuatan meubel dari kayu melalui lima proses utama,
yaitu proses penggergajian kayu, penyiapan bahan baku, proses penyiapan komponen, proses
perakitan dan pembentukkan (bending) serta proses akhir (finishing).
a. Bahaya potensial dan akibatnya
1) Penggergajian

Gambar 1. Proses Penggergajian


a) Debu kayu, debu kayu yang terjadi akibat proses penggergajian dapat masuk
kedalam tubuh melalui saluran pernafasan dan dapat pula menyebabkan alergi
terhadap kulit. Dampak negatif dari debu terhadap kesehatan dapat berupa: Iritasi
dan alergi terhadap saluran pernafasan dan alergi terhadap kulit.

85
Susetyo, & Prasetyo, Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ….

b) Bising, kegiatan penggergajian, pemotongan, pelubangan, dan penyambungan


umumnya akan menimbulkan kebisingan yang dapat menyebabkan gangguan
aktivitas, konsentrasi dan pendengaran, gangguan pendengaran yang timbul pada
awalnya masih bersifat sementara, tetapi pada pemajanan tingkat kebisingan
tertentu, misalnya lebih dari 85 dB (A) dan dalam waktu yang lama, dapat
menyebabkan kerusakan pendengaran yang menetap sehingga menyebabkan tuli
yang tidak diobati dari pekerja yang bersangkutan
c) Posisi kerja yang tidak benar, posisi kerja yang tidak benar / tidak ergonomis (seperti
jongkok, membungkuk akan menimbulkan nyeri otot dan punggung)
2) Penyiapan Bahan Baku/komponen
a) Debu dan partikel kecil kayu banyak terjadi pada kegiatan ini yaitu pada proses
pemotongan kayu sebagai persiapan komponen meubel, juga pada proses
pembentukkan kayu. Debu kayu ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pernafasan, serta dapat pula menyebabkan iritasi dan alergi terhadap saluran
pernafasan dan kulit.
b) Kebisingan yang ditimbulkan pada proses ini dapat menyebabkan gangguan
aktivitas, konsentrasi dan pendengaran, baik sementara maupun tetap. Akibat cara
kerja yang kurang konsentrasi dapat menimbulkan kecelakaan / bahaya seperti
tertusuk paku, sekrup dan lain-lainnya.
c) Sikap dan posisi kerja yang tidak benar / tidak ergonomis (seperti jongkok,
membungkuk) akan menimbulkan nyeri otot dan punggung serta gangguan fungsi
dan bentuk otot
d) Cara kerja kurang hati-hati dapat menimbulkan luka terpukul, tersayat atau tertusuk.
3) Penyerutan dan pengamplasan

Gambar 2. Proses Pengamplasan

86
Abdimas Dewantara, Volume 3, No. 2, Oktober 2020, hal. 81-90

a) Debu yang terjadi akibat proses penyerutan dan pengamplasan dapat masuk ke
dalam tubuh melalui saluran pernafasan serta dapat menyebabkan alergi pada kulit.
Dampak negatif terhadap kesehatan dapat berupa: Iritasi dan alergi saluran
pernafasan dan alergi terhadap kulit.
b) Cara kerja yang kurang hati-hati akan menimbulkan luka tersayat, tertusuk, dan
terpukul.
4) Perakitan

Gambar 3. Proses Sending, Pewarnaan dan Glossy


a) Suara bising berupa ketukan dan suara nyaring lainnya dapat mengganggu
konsentrasi, aktivitas dan gangguan pendengaran. Akibat cara kerja yang kurang
konsentrasi dapat menimbulkan kecelakaan / bahaya seperti tertusuk paku, sekrup
dan lain-lainnya.
b) Posisi kerja yang tidak benar / tidak ergonomis (seperti jongkok, membungkuk)
akan menimbulkan nyeri otot dan punggung.
c) Pemutihan
d) Uap cat / zat kimia seperti H2O2, thinner, sanding sealer, melamic clear, wood stain
serta jenis cat lainnya dapat mengakibatkan peradangan pada saluran pernafasan,
dengan gejala batuk, pilek, sesak nafas, demam dan Iritasi pada mata dengan gejala
mata pedih, kemerahan, berair.
e) Posisi kerja yang tidak benar/tidak ergonomis (seperti jongkok, membungkuk) akan
menimbulkan nyeri otot dan punggung.
b. Upaya Pencegahan dan penanggulangannya
1) Kebisingan
a) Mengurangi kebisingan pada sumbernya dengan cara:

87
Susetyo, & Prasetyo, Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ….

(1) Memberi sekat (dari bahan kain, gabus atau karet pada landasan mesin,
penempaan atau lainnya).
(2) Penanaman pohon di sekitar tempat kerja.
(3) Penempaan dilakukan pada ruangan tersendiri atau ruang kedap suara.
b) Mengatur lama waktu kerja agar tidak melebihi dari ambang batas kebisingan yang
diperkenankan, misalnya:
(4) 85 db ( A) untuk 8 Jam pemajanan.
(5) 90 db ( A) untuk 4 jam pemajanan.
(6) 95 db ( A ) untuk 2 Jam pemajanan, dan seterusnya.
c) Menggunakan sumbat telinga (ear plugs) atau tutup telinga (ear muffs) pada waktu
bekerja di tempat bising, karena alat tersebut mampu mengurangi intensitas bising
sampai sekitar 25 – 40 db (A).
2) Zat-zat kimia
a) Posisi kerja menghadap searah dengan arah angin.
b) Menggunakan masker penutup mulut dan hidung.
c) Tidak merokok sewaktu kerja.
d) Tata udara yang baik di tempat kerja dan menggunakan cerobong asap di atas
tungku.
e) Pengaturan waktu kerja agar pekerja tidak terlalu terpapar oleh uap logam atau zat-
zat kimia.
f) Bila timbul gejala gangguan saluran pernafasan segera periksakan ke sarana
kesehatan.
3) Sikap kerja
a) Menyesuaikan alat kerja dengan postur tubuh pekerja sesuai dengan jenis dan sifat
pekerjaan masing-masing, sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan posisi duduk
atau berdiri, misalnya :
(1) Duduk dikursi dan menggunakan meja yang sesuai : tingginya untuk tempat
peralatan kerja.
(2) Berdiri tegak, dengan peralatan kerja diatas meja yang sesuai fungsinya.
(3) Pekerja tidak membungkuk , jongkok atau duduk dilantai dan memaksakan posisi

tubuh pada keadaan alami.

88
Abdimas Dewantara, Volume 3, No. 2, Oktober 2020, hal. 81-90

(4) Usahakan istirahat atau mengganti posisi kerja secara berkala.


b) Melakukan latihan pada otot yang mengalami gangguan.
c) Rujuk ke Puskesmas atau sarana kesehatan terdekat
3. Penyuluhan & pelatihan Alat Pelindung Diri (APD)
Materi penyuluhan & pelatihan Alat Pelindung Diri meliputi:
a. Definisi APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi
seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan
kerja.
b. Metode Penentuan APD:
1) Melalui pengamatan operasi, proses, dan jenis material yang dipakai
2) Telaah data-data kecelakaan dan penyakit
3) Belajar dari pengalaman industri sejenis lainnya
4) Bila ada perubahan proses, mesin, dan material
5) Peraturan perundangan
c. Jenis jenis APD:
1) A.P. Kepala
2) A.P. Muka dan Mata
3) A.P. Telinga
4) A.P. Pernafasan
5) A.P. Tangan
6) A.P. Kaki
7) Pakaian Pelindung
8) Safety Belt
Kegiatan penyuluhan dan pelatihan ini memberikan hasil yaitu adanya perubahan
pengetahuan pengelola UMK Disobo Mebel terkait sistem penerapan manajemen K3 (PP No.
50 th 2012), perubahan pengetahuan dan perilaku para perajin mebel potensi bahaya di tempat
kerja dan cara pencegahannya dan para perajin mengetahui jenis-jenis dan tata cara penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD)

KESIMPULAN
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini memberikan perubahan pengetahuan dan
perilaku pengelola maupun para perajin mebel dalam hal penerapan sistem manajemen K3 dan

89
Susetyo, & Prasetyo, Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ….

kesadaran mengetahui potensi bahaya di tempat kerja serta pengetahuan tentang pentingnya
APD dan jenis-jenisnya.

REKOMENDASI
Rekomendasi yang penting bagi perajin mebel yaitu selalu disiplin menggunakan alat
pelindung diri saat bekerja sesuai kebutuhan dan antisipasi terhadap potensi bahaya akibat kerja.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimkaasih kepada UMK Disobo Mebel yang telah memberikan kesempatan
untuk melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat tentang Penerapan Sistem
Manajemen K3.

DAFTAR PUSTAKA
Handayani W, Rudiarto I, Rahdriawan M. (2003). Kecenderungan dan prospek aktivitas mebel
ukir/kayu Jepara dalam upaya implement pengembangan wilayah menuju otonomi
daerah (laporan kegiatan) Semarang(ID) Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Pemerintah Republik Indonesia. (2012). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50
Tahun 2012 tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta(ID) Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. (1970). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
1970 Tentang Keselamatan kerja. Jakarta: Sekretariat Negara.
Ramli S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja HSAS 18001 Seri
Manajemen k3 01. Djajaningrat H. Editor. Jakarta: Dian Rakyat
Whysall Z, Haslam C, Haslam R. (2006) Implementing health and safety internventions in the
workplace: An exploratory study. International Journal of Industrial Ergonomics 36:
809-818.

90

Anda mungkin juga menyukai