Anda di halaman 1dari 30

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. BINTANG TOEDJOE


18 DESEMBER 2018
KESELAMATAN KERJA

Kelompok III
Ria Sandita Wulandari, S. Ked
Salim, S. Ked
Siti Nurjanah, S. Ked
Stella Alvianita Putri, S. Ked
Tarsiah Ningsih¸ S. Ked
Tiar Ilman Hernawan, S. Ked
Tiara Larasati Jaya Putri, S. Ked
Uray Annisya Defia Putri, S. Ked
Widya Maulida, S.Ked
Yanti Puspitasari, S.Ked

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA
PERIODE 15 – 22 OKTOBER 2018
JAKARTA

0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perkembangan industri sekarang ini berkembang semakin pesat sejalan
dengan kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi mendorong meningkatnya
penggunaan mesin-mesin, peralatan kerja teknologi modren dan bahan-bahan
kimia dalam proses produksi. Di satu pihak perkembangan industri ini
memberikan dampak yang positif dengan terciptanya lapangan pekerjaan yang
lebih luas. Namun, akibat percepatan proses industrialisasi dengan sendirinya
akan memperbesar resikonya bahaya yang terkandung dalam industri, timbulnya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan potensi kecelakaan kerja semakin besar.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan standar kerja yang harus
dipenuhi oleh suatu perusahaan guna menciptakan tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif dengan mengendalikan berbagai resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja. Ruang lingkup K3 terdiri dari aspek tenaga kerja, sistem
kerja, sarana dan prasarana perusahaan. Sistem manajemen K3 (SMK3) wajib
diterapkan oleh perusahaan di Indonesia dan memiliki landasan hukum yang
diatur dalam UUD 45 pasal 27 ayat 2, Undang-undang No.1 tahun 1970, Undang-
undang No.13 tahun 2003, PP No. 50 tahun 2012 dan Permenaker No.5 tahun
2018.
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya
(cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka
panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang
Berbagai macam permasalahan di bidang K3 masih banyak ditemukan
terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Masalah yang masih ditemukan
antara lain kurangnya perhatian dari semua pihak akan pentingnya keselamatan
kerja, masih tingginya angka kecelakaan kerja dan rendahnya komitmen dari

1
pemilik dan pengelola usaha. Hal ini juga berpengaruh terhadap kemampuan
perusahaan untuk dapat bersaing secara global.
PT Bintang Toedjoe merupakan salah satu anak perusahaan terbesar dari
PT Kalbe Farma Group, yang notabene merupakan perusahaan farmasi terkemuka
di Indonesia. Dengan serangkaian uji laboratorium menghasilkan produk yang
berkualitas dan disesuaikan dengan kebutuhan industri consumer health good saat
ini. Salah satu produk yang banyak di pasaran adalah Extra Joss dan Puyer no.16.
proses produksi yang paling menentukan adalah Compounding. Dengan kondisi
ini sudah selayaknya PT. Bintang Toedjoe menerapkan Sistem Manajeman K3
(SMK3) dalam menjalankan kegiatan di perusahaan sebagai salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.
Salah satu kegiatan dalam pelatihan hiperkes yang diselenggarakan oleh
Balai K3 Jakarta Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI adalah
melakukan kunjungan ke perusahaan PT. Bintang Toedjoe yang memiliki jenis
usaha dalam consumer health good. Melalui laporan ini kami menyampaikan hasil
inspeksi secara obyektif dan subyektif pada PT. Bintang Toedjoe, beserta hasil
analisa data dan pemecahan masalah yang kami temukan terkait penerapan SMK3
di perusahaan tersebut.

2
1.2 DASAR HUKUM
Beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan keselamatan kerja
antara lain sebagai berikut:
1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. UU Uap tahun 1930.
4. Peraturan Uap tahun 1930.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1980
tentang keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada konstruksi bangunan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 04/MEN/1980
tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1982
tentang bejana tekanan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 04/MEN/1985 tentang pesawat
tenaga dan produksi.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 05/MEN/1985 tentang pesawat
angkat-angkut.
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 02/MEN/1989 tentang
pengawasan instalasi penyalur petir.
11. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 186/MEN/1999 tentang
penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
12. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 187/MEN/1999 tentang
pengendalian bahan kimia berbahaya.
13. Permenakertrans No. 12 tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Listrik di Tempat Kerja.
14. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan
ketenagakerjaan nomor 113 tahun 2006 tentang pedoman dna pembinaan
teknis petugas K3 ruang terbatas
15. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan
ketenagakerjaan nomor 45/DJPPK/IX/2008 tentang pedoman keselamatan

3
dan kesehatan kerja bekerja pada ketinggian dengan menggunakan akses tali
(rope access).
16. Permenakertrans No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja

1.3 PROFIL PERUSAHAAN


PT Bintang Toedjoe merupakan salah satu anak perusahaan terbesar dari PT
Kalbe Farma Group, yang notabene merupakan perusahaan farmasi terkemuka di
Indonesia. Bintang Toedjoe sendiri didirikan pada tanggal 29 April 1946. Pada
saat itu Tan Jun She bersama dengan menantunya yang bernama Tjia Pu Tjien dan
Hioe On Tjan ingin mendirikan sebuah perusahaan farmasi yang kemudian diberi
nama Bintang Toedjoe. Nama Bintang Toedjoe sendiri muncul karena terinspirasi
dari anak Tan Jun yang berjumlah tujuh orang.
PT. Bintang Toedjoe berada dalam bisnis kesehatan konsumen, dengan
menghadirkan produk-produk yang menyehatkan dengan manfaat kesehatan yang
tinggi.
Dengan berfokus kepada consumer health good, kami meneliti dan
memproduksi produk konsumsi kesehatan dengan pengawasan ketat sesuai
standart CPOB, HACCP, OHSAS 18001:2007, ISO 9001:2015, dan ISO
14001:2015 . Semua produk melalui pengujian QC ketat dengan pengawasan tim
QA pada setiap tahapan, sehingga terjamin mutunya sampai ke tangan konsumen.

a. Visi dan misi perusahaan


Visi
Menjadi perusahaan produk kesehatan yang paling dikagumi dan disegani
melalui produk-produk inovatif dan berkualitas tinggi didukung oleh
kemajuan teknologi dan aksesabilitas yang tinggi.
Misi
Untuk memberikan kesehatan bagi semua orang.
b. Jumlah pegawai perusahaan

4
Jumlah pegawai PT Bintang Toedjoe per bulan Juli 2018 di pabrik Pulomas
berjumlah kurang lebih 500 orang.
c. Sektor usaha dan produk yang dihasilkan
PT. Bintang Toedjoe adalah satu perusahaan berada dalam bisnis kesehatan
konsumen, dengan menghadirkan produk-produk yang menyehatkan dengan
manfaat kesehatan yang tinggi. PT. Bintang Toedjoe mempunyai beberapa produk
andalan yang dijual ke pasaran. Beberapa produk tersebut antara lain:
1. Puyer Obat Sakit Kepala No 16 adalah obat yang digunakan untuk
meredakan demam, sakit kepala, sakit gigi, sakit pada telinga, nyeri haid,
dan nyeri ringan lainnya.
2. Extra Joss adalah salah satu minuman energi berbentuk serbuk yang
diproduksi oleh PT Bintang Toedjoe dan mulai diluncurkan sejak 14
Agustus 1994. Peluncurannya dipicu oleh pemikiran bahwa semakin hari
semakin banyak orang yang membutuhkan minuman energi/minuman
kesehatan termasuk dari kalangan status ekonomi sosial (SES) menengah
ke bawah.
3. Komix adalah salah satu merek obat batuk sirop dalam bentuk sachet
yang dijual secara bebas di pasaran. Obat ini berfungsi untuk
mengencerkan dahak (ekspektoran) dan chlorpheniramine yang berperan
sebagai antihistamin. Campuran kedua obat ini dapat meredakan gejala
batuk dan pilek.
4. Waisan mengandung zat untuk mengurangi gejala-gejala yang
berhubungan dengan kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung,
tukak usus dua belas jari dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri
lambung, nyeri ulu hati, kembung, dan perasaan penuh pada lambung.

d. Jam kerja
Jam kerja PT Bintang Toedjoe terbagi menjadi 2 shift yaitu, dari pukul 08.00
s/d 15.00. Jam istirahat pukul 12.00 s/d 13.00. Shift kedua jam 15.00 s/d
22.00. Jam istirahat pukul 18.00 s/d 19.00 total jam kerja 8jam x 5 hari = 40
jam. Hari sabtu dan minggu libur / tidak ada kegiatan.

5
e. Asuransi
BPJS Ketenagakerjaan
f. Sertifikasi perusahaan
Perusahaan telah memiliki sertifikasi OHSAS 18001:2007, ISO 9001:2015,
dan ISO 14001:2015
g. Kelembagaan P2K3
Lembaga khusus P2K3, berupa tim P2K3 yang dibentuk dari pimpinan, ahli
K3, kepala seksi bidang dan anggota tenaga kerja perusahaan tersebut.

1.4 ALUR PRODUKSI


Proses produksi yang dilakukan oleh PT. Bintang Toedjoe berupa persiapan
bahan untuk pembuatan produk. Bahan tersebut tersimpan di gudang,
penyimpanan bahan baku ini diatur berdasarkan jenis bahan, suhu penyimpanan,
dan bentuk bahan. Pengangkutan bahan baku ini, sudah dilakukan dengan mesin
yang dioperasikan oleh operator yang sudah memiliki surat izin operasi. Tahapan
selanjutnya adalah penimbangan bahan baku, hal ini berguna untuk ketepatan
komposisi untuk menjaga mutu produk.

Setelah melalui dua proses awal, dilanjutkan dengan proses compounding atau
pencampuran bahan baku dengan menggunakan mesin. Pengoperasian mesin ini
dilakukan oleh 1 orang operator per shift kerjanya. Setelah itu, dilakukan proses
filling ke dalam kemasan produk. Proses filling ini juga dilakukan oleh mesin
yang dioperasikan oleh 1 orang per shift kerjanya.

Setelah dilakukan proses filling ke dalam kemasan produk, nantinya produk


ini secara manual akan dipacking ke dalam ukuran produk yang lebih besar.
Dalam ukuran dan kemasan tertentu, hasil produksi yang telah siap akan dibawa
dan disimpan di gudang finish good menggunakan mesin angkut.

1.5 LANDASAN TEORI


Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta
praktiknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh

6
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial,
dengan usaha-usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap
penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Keselamatan kerja menurut PP no.50/ 2012 adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Sedangkan beberapa ahli sepert Suma’mur, Simanjuntak, Mathis dan Jackson
mengemukakan beberapa pengertian tentang keselamatan kerja, yaitu :
• Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
• Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan
yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan,
dan kondisi pekerja.
• Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah
merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap
cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada
kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah suatu
usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan sehingga manusia dapat merasakan
kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian
terutama untuk para pekerja konstruksi. Agar kondisi ini tercapai di tempat kerja
maka diperlukan adanya keselamatan kerja. Keselamatan kerja secara filosofi
diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan
diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

7
Pentingnya keselamatan kerja tidak hanya untuk para pekerja tetapi juga
untuk sebuah perusahaan. Jika perusahaan dapat menurunkan angka kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja, atau penyakit yang berhubungan dengan kerja maka
perusahaan akan semakin efektif. Keselamatan kerja merupakan hak para pekerja
karena diatur dalam UU No. 1 Tahun 1970 yang secara garis besar adalah untuk
melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja, menjamin agar setiap
sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien, dan untuk menjamin
proses produksi berjalan lancar.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan
kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin
tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja seperti pernyataan Jackson (1999) bahwa keselamatan adalah
merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap
cedera yang terkait dengan pekerjaan.
Dalam melaksanakan K3, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:
1. Identifikasi potensi bahaya
Merupakan tahapan yang dapat memberikan informasi secara
menyeluruh dan mendetail mengenai risiko yang ditemukan dengan
menjelaskan konsekuensi dari yang paling ringan sampai dengan yang paling
berat. Pada tahap ini harus dapat mengidentifikasi hazard yang dapat
diramalkan (foreseeable) yang timbul dari semua kegiatan yang berpotensi
membahayakan kesehatan dan keselamatan terhadap:
a. Karyawan
b. Orang lain yg berada ditempat kerja
c. Tamu dan bahkan masyarakat sekitarnya
Pertimbangan yang perlu diambil dalam identifikasi risiko antara lain :
a. Kerugian harta benda (Property Loss)
b. Kerugian masyarakat
c. Kerugian lingkungan
Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:

8
a. Apa Yang Terjadi Hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar yang
komprehensif tentang kejadian yang mungkin mempengaruhi tiap-tiap
elemen.
b. Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi Setelah mengidentifikasi
daftar kejadian sangatlah penting untuk mempertimbangkan penyebab-
penyebab yang mungkin ada/terjadi.
c. Alat dan Tehnik Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko
antara lain adalah: Inspeksi, Check list, Hazops (Hazard and Operability
Studies), What if, FMEA (Failure Mode and Effect Analysis), Audits g.
Critical Incident Analysis, Fault Tree Analysis, Event Tree Analysis, dll.
Dalam memilih metode yang digunakan tergantung pada type dan ukuran
risiko.
2. Penilaian Risiko
Terdapat 3 ( tiga) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian
risiko di tempat kerja yaitu untuk :
a. mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat kerja;
b. menilai dan menganalisa pengendalian yang telah dilakukan di tempat kerja;
c. melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap risiko yang ada.
d. mengendalikan risiko dengan memperhitungkan semua tindakan
penanggulangan yang telah diambil;
3. Pengendalian Risiko
Pengendalian dapat dilakukan dengan hirarki pengendalian risiko sebagai
berikut:
a. Eliminasi Menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya
b. Substitusi
1) Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
2) Proses menyapu diganti dengan vakum
3) Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen
4) Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan
c. Rekayasa Teknik
1) Pemasangan alat pelindung mesin (machine guarding)

9
2) Pemasangan general dan local ventilation
3) Pemasangan alat sensor otomatis
d. Pengendalian Administratif
1) Pemisahan lokasi
2) Pergantian shift kerja
3) Pembentukan sistem kerja
4) Pelatihan karyawan
e. Alat Pelindung Diri

10
BAB II
PELAKSANAAN

2.1 TANGGAL DAN WAKTU PENGAMATAN


Kunjungan perusahaan ke PT. Bintang Toedjoe ini dilakukan pada hari
Kamis, tanggal 18 Oktober 2018 pukul 13.00-15.30.
2.2 LOKASI PENGAMATAN
PT. Bintang Toedjoe, Jl. Jenderal Ahmad Yani No.2, RT.3/RW.13, Kayu
Putih, Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13210

DOKUMEN PENGAMATAN

11
BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 MESIN, PESAWAT, DAN ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN


Mesin dan alat kerja yang digunakan pada PT tersebut merupakan mesin
semi otomatis yang kerjanya memerlukan SDM untuk menjalankannya. Mesin
yang digunakan berbeda-beda untuk setiap bagian di Pabrik produksi.
Berdasarkan wawancara kepada pihak perusahaan yang memimpin walk trough
survey kelompok kami, tiap mesin dan alat yang beroperasi di pabrik ini memiliki
SIO dan dipantau juga dipelihara tiap 6 bulan sekali.
Mesin mesin : HEPA filters in and out, negative pressure room, pas box,
laminar air flow, killing tank, PW generator and looping
Kontruksi : Bangunan sesuai kontruksi Factory
Personel : sudah memilki surat izin operasi
Maintenance : Sesuai prosedur pemeliharaan dan Perawatan
Pengadaan mesin telah sesuai dengan standar perusahaan.
Namun, untuk bagian angkat angkut barang, perusahaan ini tidak
menggunakan forklift yang dioperasikan oleh pekerja, sehingga pekerja masih
menggunakan alat-alat manual seperti trolley yang sesuai standard.

3.2 BAHAN DAN PROSES KERJA TERKAIT K3


Kegiatan reguler tahunan berupa pelatihan Sumber Daya Manusia terus
dilakukan untuk mendukung usaha continous improvement yang diterapkan di
bagian produksi. Proses kerja yang diterapkan di PT Vaksindo ini deibagi menjadi
3 proses secara garis besar, yaitu;
1. SEED (Pembibitan) : pada proses yang pertama ini merupakan proses
dimana bahan utama (hewan, contoh : ayam, bebek) diajdikan master seed
untuk working seed dimana proses ini akan dilakukan inseminasi agar

12
hewan-ewan tersebut menghasilkan telur yang digunakan untuk mengambil
sampel-sampel antigen guna keperluan produksi vaksin
2. PROPAGATION : proses berikutnya stelah dilakukannya Automatic
Antigen Harvesting, antigen-antigen yang didapatkan dari telur ayam,
bebek ataupun bakteri dari medianya(hewan tersebut) akan diteliti dan
dilakukan proses pembuatan vaksin yaitu Bacterial Vaaccines, active
Vaccines (Specific Pathogen Free /SPF), dan Inactive Vaccines (Clean
Eggs).
3. FORMULATION : tahap terakhir dari proses kerja adalah membuat
formulasi sediaan dari masing-masing vaksin. Dibedakan menjadi vaksin
hidup/aktif dengan sediaan kering (Freeze Dried) dan vaksin mati/inaktif
dengan sedian basah(emulsified). Setelah itu dilakukan pemeriksaan oleh
quality control. Setelah semua produk teruji kualitasnya maka dilakukan
proses filling up juga pengemasan. Semua proses kerja di pabrik ini
berlangsung secara semiotomatis. Masing-masing ruangan produksi
memiliki ketua regu, dimana tiap pekerja bekerja selama 8 jam tiap harinya
dengan 1 shift selama 5 hari dalam setiap minggunya. Pengecualian pada
bagian ternak mereka memberlakukan system rolling shift untuk hari sabtu
an minggu untuk merawat dan pemeliharaan hewan-hewan ternak.

3.3 Landasan Kerja, SOP Kerja (Jika Memungkinkan)


Berdasarkan hasil survey terhadap PT Vaksindo dan wawancara
terhadap bagian produksi yang memimpin survey didapatkan bahwa SOP
dibuat oleh masing-masing bagian perusahaan. Untuk hal mendasar seperti
cara menggunakan alat atau mesin yang digunakan untuk bekerja, safety
works, dan hygiene pekerja telah diberikan pelatihan sebelumnya pada para
pekerja saat mulai bekerja di bagian masing-masing. Sebagai pengingat
kembali, SOP kerja ditempelkan di dalam ruang ganti para pekerja. Namun di
sekitar ruang kerja dan disamping alat atau mesin untuk bekerja tidak ada SOP
yang tertera untuk pengingat kembali.(bagian ruangan steril tidak dilakukan
inspeksi)

13
Pada saat survey juga dilihat bahwa beberapa pekerja melakukan
hal-hal yang dapat membahayakan mereka sendiri dalam bekerja. Contohnya
pada bagian pengangkutan barang yang dikemas, kemasan-kemasan yang siap
dikirim memiliki ukuran-ukuran yang besar sehingga adalam
pengangkutannya memrlukan bantuan-bantuan dari peralatan otomatis
contonya forklifting. Pada hasil wawancara karyawan di perusahan tersebut
bebrap karyawan mengeluhkan nyeri pada pinggang setiap bekerja namun
gejala tersebut tidak memberat dan hanya timbul sesekali. Namun disini perlu
diperhatikan bawa kadaan yang lama dapat memicu terjadinya perubahan
anatomis dari bentuk semula dan gejala gejala lain yang dapat memperberat
dan mengganggu pekerjaan terutama pada bagian pengangkutan. Namun tidak
dapat diketahui apakah SOP kerja yang ada mencakup hal tersebut atau tidak
karena saat survey tidak diperlihatkan SOP yang ada.
Untuk pembaruan SOP oleh masing-masing bagian perusahaan
dilakukan pada bulan Juli dan November secara rutin. Dan jika diperlukan
segera dalam perubahan SOP akan dibuat Pembaruan SOP. Maksudnya adalah
jika selama SOP kerja tidak terdapat masalah maka tidak dilakukan
pembaruan, namun tetap diperbarui sesuai jadwal tertera.
Standar Operasional Prosedur (SOP) yaitu suatu standar yang
sangat penting bagi keselamatan dan kesehatan kerja dalam menjalani
pekerjaan /praktek. SOP sangat besar manfaatnya dalam melaksanakan suatu
pekerjaan yaitu untuk menangani bahaya atau resiko dalam menggunakan
peralatan dan melakukan sesuatu pekerjaan dengan keadaan selamat dan sehat.
Keselamatan dan kesehatan kerja disekolah kejuruan sangatlah penting,begitu
juga diperusahaan, bahkan di Indonesia telah memiliki undang-undang
sebagai bahan acuan untuk melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja,
tetapi kadang–kadang dalam pelaksanaannya sering diabaikan oleh
perusahaan.
Dengan menerapkan standar keselamatan dan kesehatan kerja,
diharapkan para pekerja akan terlindungi dari kemungkinan resiko kerja yang
selalu mengancamnya dalam kecelakaan kerja, baik yang disebabkan oleh

14
lingkungan kerja maupun kesalahan siswa/pekerja itu sendiri ( Human Error ).
Pihak perusahaan harus menjamin bahwa lingkungan kerja dan peralatan
yang digunakan harus aman dan layak digunakan. Oleh karena itu menjadi
kewajiban bagi setip sekolah/perusahaan untuk mengadakan pelatihan kepada
karyawannya sebelum dipekerjakan pada bidangnya berdasarkan standar yang
berlaku ( SOP ). Standar Operasional Prosedur dibuat berdasarkan jenis
kegiatan pekerjaan yang akan dilakukan disesuaikan dengan petunjuk
berdasarkan undang-undang yang berlaku untuk meminimalkan suatu
kecelakaan saat bekerja, karena kecelakaan sangat mudah terjadi akibat dari
sarana /prasarana peralatan dan kelalaian pekerja itu sendiri. SOP akan efektif
dan efisien pencegahan kecelakaan bila diperlukan kerjasama tim yang baik
dari setiap anggota tim itu.

3.4 INSTALASI LISTRIK DAN PRASARANA KERJA


A. Instalasi Listrik
Menurut pengamatan, penataan kabel pada PT. Bintang Toedjoe
sangat baik. Tiap kabel yang terhubung lingkungan luar selalu terpasang
pelindung sehingga meminimalisir adanya kerusakan pada kabel dan
mencegah korsleting. Begitupula dengan pemasangan kabel di dinding
terlindung dengan baik. Manajemen kabel tiap alat yang digunakan juga
cukup baik,tidak ada kabel yang mengganggu pergerakan maupun akses
jalan. Pelindung kabel juga terlihat intak dan tidak ditemukan adanya
kabel yang terkelupas maupun penambalan selubung kabel. Tidak
ditemukan pula kabel yang terlilit, terhimpit maupun
menggantung/menjuntai.
Panel box listrik juga masih dalam keadaan baik, tidak berkarat
dan masih tertutup dengan rapat. Setiap panel box dilengkapi dengan
rambu bahaya listrik. Penempatan panel box juga cukup baik, ditempatkan
di ruangan khusus dan beberapa di tempatkan di ketinggian yang sesuai.
Selain itu, PT. Bintang Toedjoe juga menyediakan Generator Set bermesin

15
diesel berjumlah satu buah untuk tetap mempertahankan beberapa mesin
agar tetap menyala jika terjadi pemadaman listrik.
Untuk mengantisipasi adanya sambaran petir pada saat hujan, PT.
Bintang Toedjoe membuat peyalur petir, tetapi penulis tidak melihat
secara langsung penyalut petir tersebut dan tidak tahu apakah penyalur
tersebut berfungsi dengan baik.
Dari pengamatan yang dilakukan juga didapatkan bahwa PT.
Bintang Toedjoe melakukan maintenance listrik secara berkala, yang
dilakukan oleh petugas yang memiliki lisensi khusus kelistrikan.
Penerangan pada tiap lorong, ruang produksi maupun ruang penyimpanan
terbilang cukup baik.

Gambar. Panel Box listrik dalam keadaan baik


B. Prasarana Kerja
Gedung PT. Bintang Toedjoe ini hanya memiliki 2 lantai, sehingga
tidak dilengkapi dengan lift maupun escalator, maka karyawan harus
menggunakan tangga untuk mengakses gedung lantai 2. Struktur tangga
tidak terlalu curam, dengan anak tangga yang berukuran besar sehingga
tidak menyulitkan karyawan untuk naik ke lantai 2. Gedung PT. Bintang

16
Toedjoe ini juga telah dilengkapi dengan 2 buah penyalur petir sehingga
meningkatkan keamanan pada saat hujan.
Pada ruang penyimpanan logistik alat bantu angkut yang
digunakan hanya satu , yaitu troli barang, sehingga untuk pengangkutan
barang masih dikerjakan secara semi manual. Untuk pengangkutan barang
dengan posisi yang tinggi menggunakan tangga ,dan tidak ditemukan
adanya forklift maupun alat bantu angkat –angkut lainnya.
Pada pengamatan juga tidak ditemukan adanya kantin, hanya
ditemukan tempat makan saja. Toilet tersedia di setiap ruang produksi
,pengemasan maupun penyimpanan dan tersedia shower room pada ruang
produksi. Terdapat dua lahan parkir yaitu utama berlokasi di depan
gedung, dan lahan parkir belakang. Pada lahan parkir belakang juga
terdapat lapangan untuk berolahraga.

Gambar. Troli untuk pengangkutan barang


3.5 SARANA PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Penyelenggaraan perencanaan penanggulangan bencana adalah
serangkaian upaya yang bertujuan agar organisasi dapat melakukan tindakan
efektif dalam situasi darurat, dan meminimalisirkan dampak lingkungan yang
ditimbulkan saat dan setelah keadaan darurat itu terjadi.

17
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di PT. Bintang Toedjoe
ditemukan :
1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) telah ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat serta dijangkau menggantung pada tembok dan diatas lantai,
hampir terdapat pada seluruh koridor dan disetiap ruangan. Tabung alat
berwarna merah, bentuk dari tabung tersebut tidak berlubang ataupun
cacat, sesuai dengan Permenakertrans No PER.04/MEN/1980.
2. Pekerja hampir seluruhnya telah mengetahui letak dari alat pemadam api
ringan (APAR) karena telah diletakkan pada posisi yang mudah dilihat dan
dicapai juga berwarna merah.
3. Perusahaan tidak memiliki petugas khusus tanggap darurat, tetapi
perusahaan menunjuk tim P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) sebagai petugas peran kebakaran, koordinator
kebakaran, dan regu penanggunganan kebakaran sebagaimana tertuang
pada Kepmenaker No. Kep-186/MEN/1999.
4. Pada beberapa tempat tidak ditemukan detector api, water sprinkle
maupun hydrant.
5. Pada APAR dilengkapi dengan kertas pemeriksaan berkala, pemeriksaan
berkala sudah dilakukan sesuai dengan Permenakertrans No
PER.04/MEN/1980.
6. Untuk pemeliharaan APAR cukup baik dikarenakan APAR tidak berkarat,
tidak ada sumbatan pada ujung selang, dilakukan pemeriksaan rutin,
terdapat cara penggunaan APAR dan APAR terkunci dengan baik.
7. Terdapat petunjuk jalur evakuasi dan tangga darurat disetiap koridor dan
ruangan. Juga terdapat 2 titik kumpul (Assembly Point)

3.6 RAMBU PERINGATAN


Pada beberapa bagian perusahaan dan pabrik yang memiliki area atau
bahan berbahaya sudah terpasang rambu peringatan yang mudah dibaca,
antara lain:

18
 Rambu peringatan tegangan listrik tinggi pada setiap panel listrik yang ada
baik di dalam maupun luar area pabrik
 Rambu peringatan pada APAR
 Rambu peringatan jalur evakuasi dan emergency exit
 Rambu peringatan pada saklar lampu

3.7 KONSTRUKSI TEMPAT KERJA


1. Akses keluar masuk ruangan pada umumnya baik dan aman. Terdiri dari 1
lobi utama, 2 pintu samping dan pintu keluar, 2 tangga darurat, 2 kaca
darurat dilengkapi dengan alat pemecah kaca darurat (palu), tidak ada
fasilitas lift.
2. Penerangan dan pencahayaan baik disetiap koridor dan ruangan tempat
produksi maupun kamar ganti dan toilet. Lampu terpasang baik dan tidak
ada bohlam lampu yang rusak/tidak nyala.
3. Ventilasi ditempat kerja cukup baik, terkecuali ventilasi di lantai 1
menggunakan ventilasi AC, juga perusahaan menggunakan airflow dan
hepa-filter agar udara dari dalam ruang produksi tidak langsung keluar,
disaring dulu supaya tidak terjadi biohazard ke lingkungan sekitar.
4. Kebersihan dan kerapihan di tempat kerja dan tata ruang sangat baik dan
bersih, tidak tampak bahan-bahan yang berserakan, bahan-bahan
bangunan, peralatan dan alat-alat kerja tidak merintangi atau menimbulkan
kecelakaan.
5. Tidak terdapat kebisingan dan getaran pada daerah yang kami inspeksi,
tetapi di boiler terdapat potensi kebisingan
6. Tampak tanda-tanda peringatan pada tempat-tempat tertentu yang
merupakan tempat dengan resiko tinggi.
7. Jalan-jalan terbuat dari bahan dan konstruksi yang kuat, tidak rusak dan
aman untuk tujuan pemakaiannya.
8. Tangga dan anak tangga terpasang kuat, tidak terlalu lebar dan tidak
terlalu tinggi serta terdapat pegangan di samping tangga.

19
3.8 ALAT PELINDUNG DIRI
Alat pelindung diri di berikan pada tenaga kerja di daerah dengan level
biosafety II dan III ,Instalasi Pengelolaan Limbah Akhir (IPAL) dan
petugas pada bagian loading dan packaging.
Biosafety Level II:
 Goggle
 Masker
 Coverall anti static
 Gloves
 Boots
Peruntukan penggunaan APD di biosafety level II adalah untuk menjaga
sterilitas produk di karenakan sifat mikrobakteri yang di olah pada tahap
ini bersifat non – zoonotic.
Biosafety Level III:
 Goggle
 Masker N – 95
 Coverall anti static
 Gloves
 Boots
Peruntukan penggunaan APD di biosafety level III adalah selain menjaga
sterilitas dari produk juga untuk melindungi tenaga kerja karena
mirkoorganisme yang diolah pada tahap ini bersifat zoonotic.
IPAL, Loading, dan Packaging:
 Masker
 Glove
 Boots

20
Gambar. Alat pelindung diri

3.9 TANGGAP DARURAT DAN EVAKUASI

Perusahaan ini menggunakan sistem alarm sebagai tanda peringatan


keadaan darurat. Terdapat prosedur evakuasi dan keadaan darurat yang jelas
kepada para tenaga kerja yang diarahkan oleh tim evakuasi, antara lain:
a) Tetap tenang dan jangan panik
b) Segera menuju pintu atau tangga darurat yang terdekat dengan
berjalan biasa dengan cepat namun tidak berlari
c) Lepaskan sepatu hak tinggi agar tidak menyulitkan langkah kaki
d) Jangan membawa barang yang lebih besar dari tas kantor
e) Beri tahu kepada orang lain yang berada di dalam ruangan untuk
segara evakuasi
f) Bila pandangan tertutup asap, berjalanlah dengan merayap pada
tembok atau pegangan pada tangga
g) Jangan berbalik arah karena akan bertabrakkan dan menghambat
evakuasi
h) Segeralah menuju titik kumpul untuk instruksi selanjutnya
Prosedur evakuasi saat di luar gedung:
a) Berkumpul di tempat yang sudah ditentukan/assembly point
b) Setiap karyawan dan tamu diminta agar senantiasa tertib dan
teratur
c) Tim evakuasi akan mendata karyawan dan tamu yang masuk pada
saat itu

21
d) Apabila ada karyawan yang terluka, segera melapor ke tim
evakuasi
e) Jangan kembali ke dalam gedung sebelum ada informasi “AMAN”
dari tim evakuasi
Terdapat dua titik kumpul; di depan dan di belakang. Pada pekerja atau tamu yang
berada di daerah office ke pintu depan berkumpul di titik kumpul di depan, dan
pekerja atau tamu yang berada di daerah logistic dan produksi berkumpul di titik
kumpul di belakang. Terdapat window exit pada masing-masing sisi gedung di
lantai bawah untuk jalur evakuasi yang disertai dengan palu pemecah kaca.

Gambar 2. Jalur evakuasi dan window exit

3.10 KEJADIAN KECELAKAAN KERJA


Menurut P2K3 perusahaan angka kejadian kecelakaan kerja adalah 0.
Meskipun demikian tidak terdapat data yang rinci dan sistem pelaporan
mengenai kecelakaan kerja. Kejadian kecelakaan kerja yang sering terjadi
hanya luka tertusuk jarum dan kecelakaan yang terjadi umumnya diluar
perusahaan seperti saat perjalanan menuju dan kembali dari perusahaan.

22
3.11 PERSONIL KESELAMATAN KERJA
PT. Bintang Toedjoe memiliki personil keselamatan kerja yang terdiri dari
Tim Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). P2K3 ini
merupakan badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah
kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama
saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan kesehatan dan
keselamatan kerja. Pada PT. Bintang Toedjoe, selain terdapat P2K3, juga
terdapat komite 5S yang dalam struktur organisasinya tergabung menjadi
P2K3 dan Komite 5S. Pengurus dan anggota dari P2K3 dan Komite 5S
merupakan bagian dari karyawan dan tenaga kerja di perusahaan tersebut
yang ingin bergabung dengan organisasi tersebut, jadi bukan merupakan
badan tersendiri. Komite 5S dalam perusahaan ini didasarkan pada falsafah
seiri (ringkas), seiton (rapi), seiso (resik), seiketsu (rawat), shitsuke (rajin).
Sehingga diharapkan para pekerja tidak hanya menerapkan dasar kesehatan
dan keselamatan kerja tetapi juga memiliki etos kerja yang baik berdasarkan
falsafah tersebut.

Struktur organisasi P2K3 dan Komite 5S terdiri ketua umum, pembina,


ketua pelaksana, sekretaris, dan 6 divisi. Divisi tersebut adalah divisi patroli,
divisi standarisasi, divisi rambu, divisi training, divisi audit, dan divisi
pengadaan. Divisi patroli memiliki tugas setiap bulan melakukan monitoring
isi kotak P3K, monitoring APAR, dan pengecekan alarm. Sedangkan untuk
divisi standarisasi memiliki tugas pembuatan SOP. Divisi rambu bertanggung
jawab atas label merah, evakuasi, safety sign, dan slogan. Divisi training
bertugas melakukan persiapan dan simulasi evakuasi, edukasi kesehatan, dan
pelatihan pemadam kebakaran. Divisi audit bertugas untuk company visit,
audit internal K3 dan 5S, dan jumat bersih. Sedangkan untuk divisi
pengadaan bertanggung jawab untuk pengadaan poster, slogan, safety sign,
dan kelengkapan P3K. Personil P2K3 juga telah mengikuti pelatihan dan
sering bekerja sama dengan badan-badan tertentu untuk mengadakan

23
pelatihan seperti pemadam kebakaran dan edukasi kesehatan bekerja sama
dengan rumah sakit dan klinik setempat.

24
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

Rumusan Masalah Dasar hukum Saran


Kurangnya alat bantu Undang-undang No.1 Menambah alat bantu
angkat-angkut Tahun 1970 tentang angkat-angkut untuk
keselamatan kerja memperlancar
pengangkutan barang
dan mencegah
kecelakaan kerja
Tidak ada APAR Kemenaker RI No. Menyediakan APAR
yang berbeda sesuai KEP 187/MEN/1999 dalam bentuk dry
sifat potensi bahaya tentang Pengendalian chemical powder bada
yang ditimbulkan Bahan Kimia daerah yang potensi
Berbahaya kebakaran
Tidak adanya tim Undang-undang No.1 Diperlukan tim khusus
yang secara khusus Tahun 1970 tentang yang terlatih untuk
bertanggung jawab keselamatan kerja bertanggung jawab
dalam penggunaan pada penggunaan
APAR saat terjadi APAR pada saat
bahaya tanggap darurat
Tidak adanya Undang-undang No.1 Ditambahkan jalur
penggambaran jalur Tahun 1970 tentang evakuasi yang secara
evakuasi yang rinci keselamatan kerja rinci sampai ke pintu
pada titik-titik arah keluar agar
evakuasi memudahkan saat
evakuasi
Tidak adanya papan Undang-undang No.1 Ditambahkan papan
tulisan titik Tahun 1970 tentang tulisan titik berkumpul

25
berkumpul pada keselamatan kerja
masing-masing
assembly point
Tidak adanya data dan Pertaturan Menteri Memfasilitasi pekerja
pelaporan yang jelas Tenaga Kerja RI agar segera melapor
mengenai angka No.Per 03/Men/1998 jika terjadi kecelakaan
kejadian kecelakaan Tentang Tata Cara kerja
kerja Pelaporan dan
Pemeriksaan
Kecelakaan

Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No.
609 tahun 2012 tentang
Pedoman Penyelesaian
Kasus Kecelakaan
Kerja dan Penyakit
Akibat Kerja

26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
 Personil keselamatan kerja pada pabrik ini sudah baik dan sesuai karena
adanya tim P2K3 yang dibagi menjadi beberapa divisi yang memiliki
peran dan fungsinya masing-masing dalam aspek keselamatan kerja
sehingga terbentuk struktur organisasi yang holistik mencakup berbagai
aspek dalam keselamatan dan kesehatan kerja
 Jalur evakuasi dan tanggap darurat di pabrik juga sudah cukup jelas dan
informatif sehingga memudahkan tenaga kerja jika terjadi keadaan darurat.
 Penggunaan alat produksi, pelindung diri, dan rambu peringatan juga
sudah sesuai dan memadai serta tepat sasaran guna meningkatkan
kepedulian dan keselamatan dalam bekerja.
 Terdapat kekurangan seperti kegiatan angkat-angkat masih menggunakan
semi manual, yaitu penggunaan troli dan tangga.
 Kejadian kecelakaan kerja di pabrik ini juga cenderung rendah bahkan
tidak ada, namun meskipun demikian diperlukan lagi pelaporan dan data
yang akurat mengenai kecelakaan kerja agar dapat segera ditindaklanjuti.

5.2 SARAN
1. Menyediakan alat angkat-angkut seperti forklift untuk menunjang
kegiatan angkat-angkut.
2. Pembuatan kantin sesuai dengan surat edaran menteri, dan untuk
memudahkan karyawan mencukupi kebutuhan gizi.
3. Segera melapor jika terjadi kecelakaan kerja dan dari tim P2K3
memfasilitasi jika ada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja
sehingga pelaporan dan data menjadi lebih akurat dan aspek
keselamatan kerja perusahaan bisa lebih ditingkatkan.

27
BAB VI
PENUTUP

Demikianlah laporan Walk Through Survey mengenai keselamatan kerja


yang dapat kami sampaikan. Tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya waktu dan pengetahuan penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat
kami harapkan demi perbaikan dan melengkapi ketidaksempurnaan pada laporan
ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam
memperluas wawasan dan pengetahuan dalam bidang hiperkes dan kesehatan dan
keselamatan kerja.

28
LAMPIRAN

29

Anda mungkin juga menyukai