Skizofrenia Paranoid
Disusun oleh :
Siti Nurjanah
030.13.113
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN TRISAKTI
SMF ILMU JIWA
RS. Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
I. IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial) : An. P
Usia : 18 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMK
Pekerjaan :-
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Jakarta
1
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis :
Tanggal 17 November 2018, pukul 14.00 WIB, di Bangsal anak
Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Tanggal 18 November 2018, pukul 16.00 WIB, di bangsal Elang
Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Alloanamnesis :
Tanggal 16 november 2018, pukul 14.20 WIB, di IGD Rumah Sakit
Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke IGD RSJSH dibawa oleh keluarganya
dikarenakan sering ketawa sejak 1 tahun SMRS.
2
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pasien mengalami gangguan seperti sering mendengar suara-
suara, dikarenakan pada saat di kelas 1 SMK pasien mengambil
jurusan asuransi lalu oleh teman-temannya dipaksa untuk mengikuti
kelas akuntansi tanpa sepengetahuan orang tuanya kemudia saat pasien
masuk di kelas akutansi pasien di buli dan diledekin aneh dan jelek
oleh teman-temanya, hingga setelah kenaikan kelas 2 SMK tidak mau
melanjutkan sekolah lagi dengan alasan trauma diledekin aneh oleh
temannya, setelah berhenti sekolah pasien juga memiliki pekerjaan
yang tidak menentu hanya serabutan membantu ibunya menjaga
warung dirumahnya.
pasien tidak memberitahukan penyebab putus sekolah kepada
ibunya. Ketika ditanya pasien akhirnya jujur dengan ibunya dan
mengatakan hal ini menganggu sehingga pasien memutuskan berhenti.
Setelah kejadian tersebut pasien mulai lebih sering mengurung diri
dikamar hingga sore hari, pasien hanya dirumah. Dan mulai muncul
bisikan-bisikan, sering melihat bayangan aneh, dan mulai mencurigai
orang-orang disekitarnya bahwa mereka sering membicarakannya.
4 hari SMRS pasien dibawa keluarganya ke puskesmas karena
keluhan yang semakin memburuk, kemudian oleh dokter puskesmas
tersebut diberikan obat antipsikotik tipikal (haloperidol). 2 hari
kemudian saat pasien mulai mengkonsumsi antpsikotik tersebut tiba-
tiba muncul kejang 1x yang sebelumnya belum pernah dialami, namun
pasien tetap mengkonsumsi obat tersebut pada akhirnya pagi hari
SMRS pasien mulai merasa leher terasa tertarik ke belakang, lidah
menjulur, air liur berlebihan. Lalu sore harinya pasien dibawa ke UGD
RSJSH.
3
2. Riwayat Gangguan Medik
Menurut keterangan ibunya, pasien tidak pernah mengalami riwayat
kejang dan panas tinggi, kecelakaan atau trauma kepala yang
menyebabkan adanya penurunan kesadaran, maupun penyakit
metabolik lainnya seperti kencing manis, tekanan darah tinggi serta
tidak mengalami dehidrasi sebelumnya.
Keterangan:
tahun 2016: pasien mulai di buli oleh teman-teman kelasnya saat
kelas 1 SMK, sejak saat itu pasien mulai sering merasa minder,
menarik diri, murung.
Tahun 2017: pasien berhenti sekolah karena sudah tidak tahan
lagi, saat itu pasien mulai sering marah marah, mendengar
bisikan-bisikan yang menyuruhnya melakukan sesuatu.
Awal hingga pertengahan tahun 2018: pasien jadi mudah
tersinggung, membuat gaduh marah dan mengamuk dengan
tetangga, halusinasi visual dan auditorik (+), waham (+).
4
4 hari SMRS : pasien dibawa kepuskesmas karena ibu pasien
mulai merasa ada yang aneh pada anaknya lalu dari puskesmas
diberi obat antipsikotik tipikal. 2 hari kemudian muncul gejala
ekstrapiramidal syndrome.
November 2018 : pasien dibawa keluarganya ke IGD RSJSH
karena pasien halusinasi visual dan auditorik (+), waham (+),
ekstrapiramidal syndrom
5
c. Masa Kanak Akhir
Pasien mengatakan bahwa pernah diledek, diganggu (bully)
oleh teman-temannya selama sekolah di SMK.
C. Riwayat Pendidikan
Setelah kenaikan sekolah SMK kelas 2, pasien tidak melanjutkan
sekolah ke kelas 2 dikarenakan merasa trauma dengan temannya di
SMK.
D. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan terakhir pasien adalah membantu ibu angkatnya
berdagang diwarung rumah pasien.
F. Kehidupan Perkawinan/Psikoseksual
Pasien belum menikah.
H. Riwayat sosial
Hubungan pasien dengan keluarganya sebelum dan sesudah
timbul gejala yang berubah menjadi tempramental. Namun saat pasien
menjadi tempramental, sikap dari keluarga menjadi kesal tetapi tetap
sabar dalam menghadapi pasien. Pasien pada saat dirumah sering
6
membantu ibunya dalam membersihkan rumah dan menjaga warung.
Pasien jarang bersosialisasi dengan tetangga disekitar rumahnya.
E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak angkat dari orang tua angkat yang
memiliki 1 anak perempuan berusia 16 tahun. Sejak lahir hingga saat ini
pasien diasuh oleh orangtua angkatnya. Pasien tinggal bersama ibu dan
ayah angkatnya serta saudara tirinya di daerah jakarta. Pasien tidak telalu
dekat dengan keluarganya.
Genogram
Keterangan :
= permepuan = tinggal dalam satu
rumah
= perempuan = pasien
7
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN KEHIDUPANNYA
Pasien tidak menyadari dirinya sakit jiwa. Menurut pasien, ia
mendengar suara bisikan tersebut yang berasal dari luar dan itu merupakan
suatu bisikan yang terkadang seperti suara orang berbicara, teriak dan
tertawa.
8
B. ALAM PERASAAN
1. Mood : bingung
2. Afek : Terbatas
3. Keserasian : Serasi
C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : (+) halusinasi auditorik, visual
2. Ilusi : (-) tidak ada
3. Depersonalisasi : (-) tidak ada
4. Derealisasi : (-) tidak ada
D. FUNGSI INTELEKTUAL
9
seorang dokter muda namun tampak pasien hanya
mengenal beberapa pasien yang sering diajak berbicara)
Daya Ingat
- Jangka Baik (pasien dapat mengingat bahwa pada saat kecil ia
Panjang seorang yang pendiam dan hanya bermain dengan beberapa
teman dekat saja)
- Jangka Baik (pasien mengingat kegiatan yang dilakukannya sejak
Pendek pagi tadi di rumah sakit jiwa)
- Segera Tidak baik (pasien hanya dapat mengingat beberapa
pasien yang dirawat di bangsal Anak karena pasien
cenderung menutup diri)
Pikiran Abstrak Baik (pasien dapat menyebutkan persamaan pisang dan
apel)
Visuospasial Tidak dilakukan
Kemampuan Baik (pasien dapat makan, minum, dan buang air sendiri)
Menolong Diri
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas : cukup ide
b. Kontinuitas : koheren
c. Hendaya bahasa : tidak ada gangguan
2. Isi pikir
a. Waham : Waham rujukan
b. Preokupasi : (-) tidak ada
c. Obsesi : (-) tidak ada
d. Fobia : (-) tidak ada
10
F. PENGENDALIAN IMPULS
Tidak terganggu.
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : tidak terganggu, pasien dapat mengingat apa yang
telah dia lakukan
2. Uji daya nilai : tidak terganggu (jika pasien menemukan dompet
dijalan yang didalamnya terdapat ktp, pasien akan mengembalikan
dompet tersebeut ke alamatnya atau memberikan ke pihak yang
berwajib)
3. Daya nilai realitas : terganggu, karena pasien mengalami halusinasi
auditorik, visual dan terdapat waham rujukan.
H. TILIKAN
Derajat 1, dimana pasien menyangkal bahwa dirinya sakit.
I. REALIABILITAS
Dapat dipercaya, karena pasien dapat menceritakan apa yang ia rasakan
dan terbuka seakan-akan memang hal tersebut yang ia rasakan
11
Kulit : sawo matang, tidak ada ikterik, tidak ada sianosis, turgor kulit
baik
Kepala : normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
rontok
Mata : pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya +/+, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
Telinga : normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
Mulut : bibir tidak pucat, tidak ada sianosis, tidak ada trismus, tonsil
normal T1/T1, tonsil-faring tidak hiperemis
Leher : tidak teraba adanya pembesaran KGB dan tiroid
Paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada retraksi sela iga
Palpasi : gerakan dada simetris kanan sama dengan kiri, taktil
fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara nafas normovesikuler di seluruh lapang paru,
tidak terdapat ronkhi dan wheezing pada kedua paru
Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba
Perkusi: batas jantung DBN
Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi: bentuk datar
Auskultasi: bising usus normoperistaltik
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Perkusi: timpani di seluruh lapang abdomen
12
Ekstremitas : akral hangat, tidak ada oedeme, CRT < 2 detik
B. STATUS NEUROLOGIK
Saraf kranial : dalam batas normal
Refleks fisiologis : dalam batas normal
Refleks patologis : tidak ada
Motorik : tidak terganggu
Sensibilitas : dalam batas normal
Fungsi luhur : tidak terganggu
Gejala EPS : akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), resting tremor
(-), distonia (+), tardive diskinesia (-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
13
kelas 1 SMK pasien sering diledekin aneh oleh temannya karena jelek,
pendiam dan kurang bersosialisasi dengan teman-temannya hingga setelah
kenaikan kelas 2 SMK tidak mau melanjutkan sekolah lagi dengan alasan
trauma diledekin aneh oleh temannya, selain itu pasien juga memiliki
pekerjaan yang tidak menentu hanya serabutan membantu ibunya menjaga
warung dirumahnya.
Pedoman diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan:
14
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol:
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa bunyi peluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual atau lain-lain persaan tubuh; halusinasi
visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi
(delusion of influence), atau “passivity” (delusion of
passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka
ragam adalah yang paling khas:
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan,
serta gejala katatonik secara relative tidak nyata/tidak
menonjol.
15
Aksis III : Kondisi Medis Umum
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis, Berdasarkan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium ditemukan kelainan berupa gejala EPS
akibat penggunaan obat obatan antipsikotik tipe 1 (tipikal).
16
IX. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologi : tidak ditemukan faktor herediter pada pasien, tidak
terdapat gangguan kepribadian
b. Psikologik : terdapat halusinasi auditorik, visual dan waham rujukan
X. PENATALAKSAAN
1. Rawat inap, dengan indikasi :
Timbulnya tindakan agitasi
Dapat membahayakan orang lain
Mencegah pasien melakukan tindakan kekerasan
Mencegah munculnya gejala yang lebih berat
Untuk observasi lebih lanjut dan pengontrolan gejala EPS dan
pengobatan
2. Psikofarmaka
Trihekxiphenidil
Difenhidramin
Inj Sulfat atropine 0,25 mg
Observasi EPS 6 jam
Gejala psikotik Risperidon 2x20
3. Psikoterapi
Berupa psikoterapi suportif, dengan melakukan pendekatan kepada
pasien agar pasien teratur minum obatnya, bila ada isi hati yang
mengganjal, maka pasien harus mengungkapkan isi hatinya dan
melatih emosinya dengan bercerita kepada orang yang dirasa paling
dekat dan dipercaya oleh pasien dan juga memperdalam untuk
melaksanakan ibadah.
Edukasi keluarga yang bertujuan agar keluarga pasien dapat
membantu pasien mendapatkan obatnya secara teratur.
17
4. Sosioterapi
Melibatkan pasien dalam kegiatan di Rumah Sakit Jiwa Soeharto
Heerdjan dalam pekerjaan sehari-hari seperti membantu menyapu,
merapihkan tempat tidur sendiri
Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan rohani dan kegiatan sosial di
lingkungan pasien.
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam (karena ada riwayat EPS)
Quo ad functionam : Dubia ad bonam (selama minum obat, gejala terkontrol
sehingga pasien dapat melakukan kegiatan sehari-hari)
Quo ad sanationam : Dubia ad malam (pasien mudah tersinggung hingga
akhirnya mudah marah ini membuat pasien dirawat
hingga berulang kali)
18