Anda di halaman 1dari 19

LONG CASE

Skizofrenia Paranoid

Disusun oleh :

Siti Nurjanah

030.13.113

Pembimbing :

dr. Asmarahadi, Sp.KJ

Kepaniteraan Klinik Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Trisakti Jakarta
Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
Periode 5 November-30 November 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN TRISAKTI
UNIVERSITAS TRISAKTI
Jl. Kyai Tapa, No. 1. Grogol – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN TRISAKTI
SMF ILMU JIWA
RS. Jiwa dr. Soeharto Heerdjan

Nama : Siti Nurjanah


NIM : 030.13.246

Nama Pasien : An. P


Masuk RS pada tanggal : 16 November 2018
Rujukan/datang sendiri/keluarga : Datang dibawa keluarganya
Riwayat perawatan :-

I. IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial) : An. P
Usia : 18 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMK
Pekerjaan :-
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Jakarta

1
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis :
 Tanggal 17 November 2018, pukul 14.00 WIB, di Bangsal anak
Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
 Tanggal 18 November 2018, pukul 16.00 WIB, di bangsal Elang
Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan

Alloanamnesis :
 Tanggal 16 november 2018, pukul 14.20 WIB, di IGD Rumah Sakit
Jiwa dr. Soeharto Heerdjan

A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke IGD RSJSH dibawa oleh keluarganya
dikarenakan sering ketawa sejak 1 tahun SMRS.

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG


Pasien datang ke IGD RSJSH dibawa oleh keluarganya
dikarenakan sering ketawa sendiri sejak 1 tahun SMRS. keluhan tersebut
disertai bengong, sering murung, dan juga mudah marah, pasien juga tidak
pernah mau cerita mengenai masalah yang dialami kepada keluarganya.
Pasien juga mengaku apabila melihat orang lain bahagia ia sangat kesal
dan ingin marah. pasien mendengar suara-suara seperti orang-orang yang
sedang berbicara berbicara, menurut pasien suara ini mirip dengan suara
tetangga depan rumahnya, oleh karena itu pasien seringkali bertengkar
dengan tetangganya. pasien juga sering mendengar suara teriakan dan
orang tertawa. Selain mendengar suara pasien juga sering melihat gambar
gambar seperti gambar bayangan. Pasien juga menjadi gelisah sering sulit
tidur, namun nafsu makan baik.

2
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pasien mengalami gangguan seperti sering mendengar suara-
suara, dikarenakan pada saat di kelas 1 SMK pasien mengambil
jurusan asuransi lalu oleh teman-temannya dipaksa untuk mengikuti
kelas akuntansi tanpa sepengetahuan orang tuanya kemudia saat pasien
masuk di kelas akutansi pasien di buli dan diledekin aneh dan jelek
oleh teman-temanya, hingga setelah kenaikan kelas 2 SMK tidak mau
melanjutkan sekolah lagi dengan alasan trauma diledekin aneh oleh
temannya, setelah berhenti sekolah pasien juga memiliki pekerjaan
yang tidak menentu hanya serabutan membantu ibunya menjaga
warung dirumahnya.
pasien tidak memberitahukan penyebab putus sekolah kepada
ibunya. Ketika ditanya pasien akhirnya jujur dengan ibunya dan
mengatakan hal ini menganggu sehingga pasien memutuskan berhenti.
Setelah kejadian tersebut pasien mulai lebih sering mengurung diri
dikamar hingga sore hari, pasien hanya dirumah. Dan mulai muncul
bisikan-bisikan, sering melihat bayangan aneh, dan mulai mencurigai
orang-orang disekitarnya bahwa mereka sering membicarakannya.
4 hari SMRS pasien dibawa keluarganya ke puskesmas karena
keluhan yang semakin memburuk, kemudian oleh dokter puskesmas
tersebut diberikan obat antipsikotik tipikal (haloperidol). 2 hari
kemudian saat pasien mulai mengkonsumsi antpsikotik tersebut tiba-
tiba muncul kejang 1x yang sebelumnya belum pernah dialami, namun
pasien tetap mengkonsumsi obat tersebut pada akhirnya pagi hari
SMRS pasien mulai merasa leher terasa tertarik ke belakang, lidah
menjulur, air liur berlebihan. Lalu sore harinya pasien dibawa ke UGD
RSJSH.

3
2. Riwayat Gangguan Medik
Menurut keterangan ibunya, pasien tidak pernah mengalami riwayat
kejang dan panas tinggi, kecelakaan atau trauma kepala yang
menyebabkan adanya penurunan kesadaran, maupun penyakit
metabolik lainnya seperti kencing manis, tekanan darah tinggi serta
tidak mengalami dehidrasi sebelumnya.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif, alkohol,
dan juga merokok

4. Riwayat Gangguan Sebelumnya

2016 2017 2018

Keterangan:
 tahun 2016: pasien mulai di buli oleh teman-teman kelasnya saat
kelas 1 SMK, sejak saat itu pasien mulai sering merasa minder,
menarik diri, murung.
 Tahun 2017: pasien berhenti sekolah karena sudah tidak tahan
lagi, saat itu pasien mulai sering marah marah, mendengar
bisikan-bisikan yang menyuruhnya melakukan sesuatu.
 Awal hingga pertengahan tahun 2018: pasien jadi mudah
tersinggung, membuat gaduh marah dan mengamuk dengan
tetangga, halusinasi visual dan auditorik (+), waham (+).

4
 4 hari SMRS : pasien dibawa kepuskesmas karena ibu pasien
mulai merasa ada yang aneh pada anaknya lalu dari puskesmas
diberi obat antipsikotik tipikal. 2 hari kemudian muncul gejala
ekstrapiramidal syndrome.
 November 2018 : pasien dibawa keluarganya ke IGD RSJSH
karena pasien halusinasi visual dan auditorik (+), waham (+),
ekstrapiramidal syndrom

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak angkat, keluarga kandung
menyerahkan anaknya kepada orang lain beberapa hari setelah
kelahiranya karena alasan ekonomi. pasien lahir secara spontan, dan
tidak ada komplikasi selama persalinan.
B. Riwayat Perkembangan Kepribadian
a. Masa Kanak Awal
Menurut keterangan pasien dan ibu angkat pasien, pasien
merupakan anak yang memang cukup pendiam namun masih tetap
bergaul dengan orang lain. Lebih dekat dengan keluarga
dibandingkan teman temannya. Pasien juga tidak mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
b. Masa Kanak Menengah
Pasien selalu naik kelas hingga di tingkat SMK dan
berdasarkan keterangan pasien termasuk salah satu anak pandai
tetapi kurang bisa bersosialisasi dengan teman-temannya karena
penyendiri dan suka diledekin pada saat SMK karena dibilang
jelek tidak mau bersosial sehingga menjadi trauma. Kehidupan
keluarga pasien pun termasuk keluarga yang kurang harmonis.

5
c. Masa Kanak Akhir
Pasien mengatakan bahwa pernah diledek, diganggu (bully)
oleh teman-temannya selama sekolah di SMK.

C. Riwayat Pendidikan
Setelah kenaikan sekolah SMK kelas 2, pasien tidak melanjutkan
sekolah ke kelas 2 dikarenakan merasa trauma dengan temannya di
SMK.

D. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan terakhir pasien adalah membantu ibu angkatnya
berdagang diwarung rumah pasien.

E. Riwayat Kehidupan Beragama


Pasien beragama Islam, namun pasien jarang dalam beribadah
atau dalam sholat lima waktu.

F. Kehidupan Perkawinan/Psikoseksual
Pasien belum menikah.

G. Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan
tidak pernah terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan
hukum.

H. Riwayat sosial
Hubungan pasien dengan keluarganya sebelum dan sesudah
timbul gejala yang berubah menjadi tempramental. Namun saat pasien
menjadi tempramental, sikap dari keluarga menjadi kesal tetapi tetap
sabar dalam menghadapi pasien. Pasien pada saat dirumah sering

6
membantu ibunya dalam membersihkan rumah dan menjaga warung.
Pasien jarang bersosialisasi dengan tetangga disekitar rumahnya.

E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak angkat dari orang tua angkat yang
memiliki 1 anak perempuan berusia 16 tahun. Sejak lahir hingga saat ini
pasien diasuh oleh orangtua angkatnya. Pasien tinggal bersama ibu dan
ayah angkatnya serta saudara tirinya di daerah jakarta. Pasien tidak telalu
dekat dengan keluarganya.

Genogram

Keterangan :
= permepuan = tinggal dalam satu
rumah

= perempuan = pasien

F. KEHIDUPAN SOSIOEKONOMI SEKARANG


Keadaan terakhir pasien tinggal serumah dengan ibu, bapak dan
saudara tiri perempuannya di Jakarta, dengan biaya hidup yang pas-pasan.
pasien belum di jenguk oleh keluarganya.

7
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN KEHIDUPANNYA
Pasien tidak menyadari dirinya sakit jiwa. Menurut pasien, ia
mendengar suara bisikan tersebut yang berasal dari luar dan itu merupakan
suatu bisikan yang terkadang seperti suara orang berbicara, teriak dan
tertawa.

III. STATUS MENTAL


(Pemeriksaan pada tanggal 17,18,19 November 2018)
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan : pasien seorang perempuan, tampak terawat dan sesuai
usia pasien
2. Kesadaran neurologik : compos mentis
3. Perilaku dan psikomotor
 Sebelum wawancara : pasien didalam posisi berbaring diam dan
cukup tenang
 Selama wawancara : pasien dalam posisi berbaring terlihat
bingung tetapi cukup tenang. Terdapat kontak mata saat
wawancara dengan pemeriksa. Tidak ada perlambatan gerakan.
Semua pertanyaan dijawab dengan cukup baik oleh pasien.
 Setelah wawancara : pasien dalam posisi duduk, tetap diam dan
tenang
4. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif terhadap pemeriksa
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : spontan, artikulasi jelas, intonasi cukup, dan
volume cukup, sedikit lambat
b. Gangguan berbicara : tidak terdapat hendaya atau gangguan
berbicara

8
B. ALAM PERASAAN
1. Mood : bingung
2. Afek : Terbatas
3. Keserasian : Serasi

C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : (+) halusinasi auditorik, visual
2. Ilusi : (-) tidak ada
3. Depersonalisasi : (-) tidak ada
4. Derealisasi : (-) tidak ada

D. FUNGSI INTELEKTUAL

Taraf Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan

Pengetahuan Umum Baik


Kecerdasan Rata-rata
Konsentrasi dan Konsentrasi sedang (saat diminta untuk menjawab
Perhatian pengurangan 100-7 pasien sedikit kesulitan untuk
pengurangan, tetpai saat mengeja kata dunia dari depan
maupun belakangan, pasien dapat mengeja dengan benar)
Perhatian baik (Pasien mengingat nama perawat yang
sedang bertugas disekitar pasien)
Orientasi Baik (pasien dapat membedakan pagi, siang dan malam
- Waktu hari)

- Tempat Baik (pasien mengetahui dirinya sekarang berada di RSJ


dr. Soeharto Heerdjan Grogol)
- Orang Baik (pasien mengetahui sedang diwawancarai oleh

9
seorang dokter muda namun tampak pasien hanya
mengenal beberapa pasien yang sering diajak berbicara)
Daya Ingat
- Jangka Baik (pasien dapat mengingat bahwa pada saat kecil ia
Panjang seorang yang pendiam dan hanya bermain dengan beberapa
teman dekat saja)
- Jangka Baik (pasien mengingat kegiatan yang dilakukannya sejak
Pendek pagi tadi di rumah sakit jiwa)
- Segera Tidak baik (pasien hanya dapat mengingat beberapa
pasien yang dirawat di bangsal Anak karena pasien
cenderung menutup diri)
Pikiran Abstrak Baik (pasien dapat menyebutkan persamaan pisang dan
apel)
Visuospasial Tidak dilakukan

Kemampuan Baik (pasien dapat makan, minum, dan buang air sendiri)
Menolong Diri

E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas : cukup ide
b. Kontinuitas : koheren
c. Hendaya bahasa : tidak ada gangguan
2. Isi pikir
a. Waham : Waham rujukan
b. Preokupasi : (-) tidak ada
c. Obsesi : (-) tidak ada
d. Fobia : (-) tidak ada

10
F. PENGENDALIAN IMPULS
Tidak terganggu.

G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : tidak terganggu, pasien dapat mengingat apa yang
telah dia lakukan
2. Uji daya nilai : tidak terganggu (jika pasien menemukan dompet
dijalan yang didalamnya terdapat ktp, pasien akan mengembalikan
dompet tersebeut ke alamatnya atau memberikan ke pihak yang
berwajib)
3. Daya nilai realitas : terganggu, karena pasien mengalami halusinasi
auditorik, visual dan terdapat waham rujukan.

H. TILIKAN
Derajat 1, dimana pasien menyangkal bahwa dirinya sakit.

I. REALIABILITAS
Dapat dipercaya, karena pasien dapat menceritakan apa yang ia rasakan
dan terbuka seakan-akan memang hal tersebut yang ia rasakan

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS INTERNUS
 Keadaan umum
 Kesan gizi : baik (berat badan 56 kg, tinggi badan 155 cm)
 Kesadaran : compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
 Tanda vital
 Tekanan darah : 110/80 mmHg
 Frekuensi nadi : 88 kali/menit
 Frekuensi napas : 20 kali/menit
 Suhu : 36,50C

11
 Kulit : sawo matang, tidak ada ikterik, tidak ada sianosis, turgor kulit
baik
 Kepala : normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
rontok
 Mata : pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya +/+, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/-
 Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
 Telinga : normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
 Mulut : bibir tidak pucat, tidak ada sianosis, tidak ada trismus, tonsil
normal T1/T1, tonsil-faring tidak hiperemis
 Leher : tidak teraba adanya pembesaran KGB dan tiroid
 Paru
 Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada retraksi sela iga
 Palpasi : gerakan dada simetris kanan sama dengan kiri, taktil
fremitus simetris kanan dan kiri
 Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
 Auskultasi : suara nafas normovesikuler di seluruh lapang paru,
tidak terdapat ronkhi dan wheezing pada kedua paru
 Jantung
 Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
 Palpasi: ictus cordis teraba
 Perkusi: batas jantung DBN
 Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
 Inspeksi: bentuk datar
 Auskultasi: bising usus normoperistaltik
 Palpasi: tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba
membesar
 Perkusi: timpani di seluruh lapang abdomen

12
 Ekstremitas : akral hangat, tidak ada oedeme, CRT < 2 detik

B. STATUS NEUROLOGIK
 Saraf kranial : dalam batas normal
 Refleks fisiologis : dalam batas normal
 Refleks patologis : tidak ada
 Motorik : tidak terganggu
 Sensibilitas : dalam batas normal
 Fungsi luhur : tidak terganggu
 Gejala EPS : akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), resting tremor
(-), distonia (+), tardive diskinesia (-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.

VI. PENEMUAN BERMAKNA


Seorang perempuan usia 18 tahun. Penampilan tampak terawat dan
sesuai usia pasien, kesadaran compos mentis, perilaku dan psikomotor selama
wawancara tampak kooperatif dalam menjawab pertanyaan dari pemeriksa,
cara berbicara spontan dan volume serta intonasi cukup tapi lambat, mood
yang bingung disertai dengan afek terbatas, keserasian afek serasi. Pada
persepsi terdapat halusinasi auditorik dan visual, dikarenakan pasien dapat
menedengar suara-suara seperti orang sedang mengobrol, tertawa dan
berteriak dan melihat gambar bayangan yang bukan seperti manusia, selama
dibangsal pasein mengalami perbaikan dengan berkurangnya gejala halusinasi
auditorik maupun visual, serta ekstrapiramidal sindromnyapun sudah tidak
ada. Fungsi intelektual baik. Daya nilai realitas terganggu dan tilikan derajat 1
karena merasa pasien menyangkal bahwa sakit gangguan jiwa. Pemeriksaan
status generalis dan neurologis dalam batas normal.
Berdasarkan hasil anamnesis, ditemukan pemicu pasien mengalami
gangguan seperti sering mendengar suara-suara, dikarenakan pada saat di

13
kelas 1 SMK pasien sering diledekin aneh oleh temannya karena jelek,
pendiam dan kurang bersosialisasi dengan teman-temannya hingga setelah
kenaikan kelas 2 SMK tidak mau melanjutkan sekolah lagi dengan alasan
trauma diledekin aneh oleh temannya, selain itu pasien juga memiliki
pekerjaan yang tidak menentu hanya serabutan membantu ibunya menjaga
warung dirumahnya.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


 Aksis I : Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus
Perhatian Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat
digolongkan kedalam:
1. Gangguan kejiwaan karena adanya:
 Gangguan/hendaya dan disabilitas: hendaya dalam fungsi sosial
 Distress/penderitaan: mengamuk bila melihat orang lain bahagia
2. Gangguan merupakan gangguan fungsional karena:
 Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit
metabolik, infeksi, penyakit vaskuler, neoplasma)
 Tidak disebabkan oleh penyalahgunaan zat psikoaktif
3. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang
dibuktikan dengan adanya riwayat:
 Halusinasi auditorik dan visual serta waham rujukan, pasien sering
mendengar suara-sura seperti orang berbicara, teriakan dan
tangisan, melihat gambar bayangan seperti pocong, serta merasa
orang orang disekitarnya sedangan membicarakannya.

Pedoman diagnostik
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Sebagai tambahan:

14
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol:
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa bunyi peluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual atau lain-lain persaan tubuh; halusinasi
visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi
(delusion of influence), atau “passivity” (delusion of
passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka
ragam adalah yang paling khas:
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan,
serta gejala katatonik secara relative tidak nyata/tidak
menonjol.

 Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental


Berdasarkan hasil autoanamnesis dan alloanamnesis (ibu pasien), dulu
sebelum pasien sakit seperti ini, pasien merupakan orang yang ceria dan
punya cukup banyak teman namun semenjak sekolah tingkat SMK kelas
satu pasien sering kali di bully sehingga pasien jadi pendiam, mudah
marah Selain itu juga pasien cenderung lebih suka menyendiri dan jarang
berinteraksi dengan orang sekitarnya, efeknya pasien hanya punya sedikit
teman. Pasien juga cenderung tertutup mengenai hal hal yang berkaitan
dengan dirinya maka pasien memiliki ciri kepribadian skizoid.

15
 Aksis III : Kondisi Medis Umum
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis, Berdasarkan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium ditemukan kelainan berupa gejala EPS
akibat penggunaan obat obatan antipsikotik tipe 1 (tipikal).

 Aksis IV : Problem Psikososial dan Lingkungan


Berdasarkan hasil anamnesis, pasien memiliki masalah dengan teman
sekolahnya dulu karena sering diledekin jadi bahan leluconan karena aneh
dan jelek sehingga membuat pasien lebih senang menyendiri, diam dan
mengurung diri kelas dan dikamar saat dirumah karena takut bertemu
dengan temannya hingga pasien tidak mau melanjutkan sekolah ke kelas
2 SMK dengan alasan trauma, pasien juga memiliki pekerjaan tidak tetap
hanya serabutan tidak menentu membantu ibunya menjaga warung di
rumahnya.

 Aksis V : Penilaian Fungsi secara Global


 GAF current : 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
(pasien terlihat tenang, dapat menjawab pertanyaan dengan baik, nafsu
makan baik, kurang banyak berbicara dengan teman-teman di RS)
 GAF HLPY : 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Ciri kepribadian skizoid
Aksis III : Ekstrapiramidal sindrom
Aksis IV : Masalah dengan lingkungan sosial
Aksis V : GAF current : 60-51
GAF HLPY : 70-61

16
IX. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologi : tidak ditemukan faktor herediter pada pasien, tidak
terdapat gangguan kepribadian
b. Psikologik : terdapat halusinasi auditorik, visual dan waham rujukan

X. PENATALAKSAAN
1. Rawat inap, dengan indikasi :
 Timbulnya tindakan agitasi
 Dapat membahayakan orang lain
 Mencegah pasien melakukan tindakan kekerasan
 Mencegah munculnya gejala yang lebih berat
 Untuk observasi lebih lanjut dan pengontrolan gejala EPS dan
pengobatan
2. Psikofarmaka
 Trihekxiphenidil
 Difenhidramin
 Inj Sulfat atropine 0,25 mg
 Observasi EPS 6 jam
 Gejala psikotik Risperidon 2x20
3. Psikoterapi
 Berupa psikoterapi suportif, dengan melakukan pendekatan kepada
pasien agar pasien teratur minum obatnya, bila ada isi hati yang
mengganjal, maka pasien harus mengungkapkan isi hatinya dan
melatih emosinya dengan bercerita kepada orang yang dirasa paling
dekat dan dipercaya oleh pasien dan juga memperdalam untuk
melaksanakan ibadah.
 Edukasi keluarga yang bertujuan agar keluarga pasien dapat
membantu pasien mendapatkan obatnya secara teratur.

17
4. Sosioterapi
 Melibatkan pasien dalam kegiatan di Rumah Sakit Jiwa Soeharto
Heerdjan dalam pekerjaan sehari-hari seperti membantu menyapu,
merapihkan tempat tidur sendiri
 Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan rohani dan kegiatan sosial di
lingkungan pasien.

XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam (karena ada riwayat EPS)
Quo ad functionam : Dubia ad bonam (selama minum obat, gejala terkontrol
sehingga pasien dapat melakukan kegiatan sehari-hari)
Quo ad sanationam : Dubia ad malam (pasien mudah tersinggung hingga
akhirnya mudah marah ini membuat pasien dirawat
hingga berulang kali)

Faktor-faktor yang mempengaruhi


a. Faktor Yang Memperingan:
 Adanya dukungan dari keluarga untuk melakukan pengobatan agar
sembuh
 Ada kemamuan dari pasien sendiri untuk sembuh
 Tidak ada riwayat keluarga yang menderita skizofrenia
b. Faktor Yang Memperberat:
 Pasien mudah tersinggung
 Kemampuan bersosialisasi pasien buruk

18

Anda mungkin juga menyukai