Anda di halaman 1dari 10

DISASTER PLAN MANAGEMENT

RENCANA PENANGGULANGAN BANJIR ROB

DISUSUN OLEH:

Yanti Puspitasari

NIM: 030.13.260

PEMBIMBING:

dr Gita Tarigan, MPS

K E P A NI T E R A AN K L I NI K I L MU K E S E H AT A N
M A S YA R AK AT
PERIODE 14 JANUARI - 23 MARET 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR ROB

KOTA INDRAMAYU

PROVINSI JAWA BARAT

Gambaran Umum
Kabupaten Indramayu, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Wilayah Kabupaten Indramayu di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur
berbatasan dengan Laut Jawa dan Kabupaten Cirebon, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Subang sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Sumedang, dan
Cirebon.
Cakupan wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Indramayu saat ini terdiri dari 31
Kecamatan, 309 desa dan 8 kelurahan, dengan luas wilayah 204.011 ha atau 2.040,11 Km2 dengan
panjang garis pantai 147 km yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang,
dengan banyaknya desa pantai 36 desa dari 11 kecamatan.
Pola penggunaan lahan menurut data GIS (Geographic Information System) Bapeda
Kabupaten Indramayu, wilayah seluas 204.011 Ha tersebut terdiri dari Tanah Sawah Irigasi
116.675 Ha; Tanah Kering 87.336 Ha; dan Tanah Sawah Non Irigasi 92.795 Ha;
Berdasarkan topografinya ketinggian wilayah pada umumnya berkisar antara 0 – 18 m
diatas permukaan laut dan wilayah dataran rendahnya berkisar antara 0 – 6 m di atas permukaan
laut berupa rawa, tambak, sawah, pekarangan. Kabupaten Indramayu sebagian besar permukaan
tanahnya berupa dataran dengan kemiringan antara 0% – 2% seluas 201.285 ha (96,03%) dari total
wilayah. Keadaan ini terpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan tinggi maka daerah-daerah
tertentu akan terjadi genangan air dan bila musim kemarau akan mengakibatkan kekeringan. Oleh
karena itu ketika air laut pasang maka wilayah yg dekat dengan pantai sering terendam.
Demografi Pada tahun 2015 berdasarkan hasil registrasi penduduk jumlah penduduk
Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 1.718.495 jiwa terdiri dari laki-laki 885 214 jiwa dan
perempuan 833 281 jiwa.
Iklim dan Curah Hujan Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang posisi
pantai utara pulau jawa membuat suhu udara di Kabupaten Indramayu cukup tinggi berkisar antara
22.9 – 30 C.
Tipe iklim di Indramayu termasuk iklim tropis, menurut klasifikasi schmidt dan ferguson
termasuk iklim tipe D (iklim sedang) dengan karakteristik iklim antara lain:
- Suhu udara harian berkisar antara 22,9º-30º dengan suhu udara tertinggi 32 C dan terendah
22 C
- Kelembaban udara antara 70-80%
- Curah hujan sepanjang tahun 2011 adalah sebesar 1.287 mm dengan hari hujan 80 hari.
- Curah hujan tertinggi sekitar 1287 mm dan jumlah hari hujan sebanyak 80 hari
- Angin barat dan angin timur tertiup secara bergantian setiap 5-6 bulan sekali.
Sumber air yang terdapat di Kabupaten Indramayu meliputi air permukaan dan air tanah. Air
permukaan berupa sungai dan air genangan yang merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS)
sedangkan air tanah tertekan yang dieksploitasi melalui sumur-sumur pompa. Kabupaten
Indramayu merupakan daerah hilir dari aliran sungai yang sangat potensial sebagai sumber air bagi
kebutuhan masyarakat baik untuk pertanian, industri maupun bahan baku air bersih. Daerah Aliran
Sungai tersebut yaitu Cipunegara, Cipancuh, Sewo, Mang Setan, Bugel, Legok, Eretan, Cilet,
Tuan, Cilalanang, Cipanas, Cipondoh, Cibelerang, Pangkalan, Semak, Maja, Rambatan, Cimanuk,
Kelolo, Prawiro, Darung, Gebang, Sawit, Glayem, Kamal, Sigedang, Bobos, Oyoran,
Pamengkang, Cimanis, dan Kumpulkuista.
Bencana yang terjadi sepanjang 2016 di Kabupaten Indramayu didominasi banjir, terutama
banjir akibat gelombang air pasang laut atau yang dikenal dengan istilah rob. Warga pun diimbau
untuk menjaga kebersihan lingkungan untuk mengantisipasi terjadinya banjir, banjir rob telah
menjadi langganan di sejumlah daerah. Di antaranya Desa Cemara, Kecamatan Losarang, Desa
Eretan Wetan dan Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Desa Dadap dan Limbangan,
Kecamatan Juntinyuat, serta Desa Ujunggebang dan Tegal Taman, Kecamatan Sukra.

ANALISIS KOMPONEN BENCANA

A. Hazard Mapping
Gambar 1. Peta Wilayah Indramayu

Kota Indramayu setiap tahun selalu terkena banjir dan rob karena memang letaknya yang
hanya tidak lebih tinggi dari laut, sehingga derita akibat banjir dan rob menjadi makanan sehari-
hari warga yang bermukim didaerah tersebut. Sebagai contoh wilayah yang paling parah terkena
bencana rob yaitu desa eretan, kecamatan kendanghaur. Kampung ini di huni oleh manyarakat
yang mayoritasnya berpendapatan rendah dan berkerja sebagai buruh, nelayan, buruh garam, dan
lain-lain. Kampung ini setiap air laut pasang selalu terkena rob. kondisi rumah yang sering
tergenang banjir rob membuat warga berinisiatif melakukan menaikan lantai rumah dengan biaya
sendiri dan warga yang tidak mampu melakukan rekontruksi rumahnya jika banjir rob datang
terpaksa mengungsi ke rumah tetangga atau mereka tetap bertahan dengan kondisi apa adanya.
Pemerintah belum melakukan solusi yang terbaik buat warga, Rumah yang di urug dengan tanah
warga melakukan inisiatif kerja bakti untuk melakukan pembenahan kampungnya namun hal ini
terhambat oleh dana yang sangat minim. Keadaan seperti ini sangat berdampak pada kondisi sosial
mereka, hampir 70% warga di sekitar desa eretan buruh dan nelayan yang penghasilan mereka
tidak tetap, kadang cukup dan sering kali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.
B. VULNERABILITY

Kerentanan adalah keadaan atau suatu sifat atau perilaku manusia yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk menghadapi bahaya atau ancaman. Kerentanan di kabupaten indramayu,
diantaranya adalah :

 Fisik :

- Jarak antara wilayah dari laut sekitar 100 meter dari rumah penduduk
- Penurunan tanah setiap tahunnya.
- Sungai tidak dapat menampung air kiriman dari laut yang kemudian meluap ke pemukiman
warga.
- Padatnya pemukiman penduduk pemukiman, kawasan industri, dan pariwisata. Rawa –
rawa diuruk dan dan hutan bakau dibabat habis. Akibatnya limpahan air laut tak
tertampung dan membanjiri daratan.
- Sebagian rumah penduduk dibuat dengan pondasi yang rendah.
- Banyaknya sampah di sekitar sungai
- Jumlah penduduk usia > 60 tahun sebanyak 144.334 jiwa
- Jumlah anak usia < 5 tahun sebanyak 146.391 jiwa

 Sosial ekonomi :

- Kesadaran anggota keluarga masih kurang terkait dengan tidak mau apabila tambak
miliknya yang dekat dengan laut di ganti rugi oleh pemerintah.
- Kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk memelihara sarana dan prasarana sistem
drainase masih sangat rendah. Masyarakat masih menganggap bahwa saluran air/sungai
merupakan tempat pembuangan segala jenis limbah baik padat maupun cair.

C. Capacity
 Fisik :
- Pemasangan pompa di sekitar jalan
- Sebagian rumah penduduk yang memiliki cukup dana, pondasi rumahnya dibuat
menjadi lebih tinggi berhubungan dengan adanya peninggian jalan.
- Meninggikan jalan sekitar 50-70 cm ketika sudah mengalami kerusakan dan banjir
rob bertambah parah
- Jarak penduduk untuk mencapai tempat pengungsian ketika terjadi bencana
- Pembangunan tanggul
- Membuat dan memaksimalkan drainase

 Kapasitas Sumber Daya Masyarakat :


- Masyarakat mulai sadar terjadinya banjir karena kurangnya kepedulian masyarakat
terhadap menjaga kebersihan di rumah mereka masing-masing.
- Masyarakat mulai menjaga kebersihan bak mandi.
- Ada gerakan pemantik untuk mengecek apakah ada jentik-jentik di bak mandi
warga.
- Masyarakat secara berkala melakukan gotong royong.
- Keterlibatan masyarakat dalam pelatihan persiapan sebelum terjadi bencana.
Intensitas warga dalam mengikuti pelatihan persiapan bencana.
- Jumlah Puskesmas termasuk puskesmas pembantu di Kabupaten Indramayu
tercatat sebanyak 116 unit.
- Jumlah tenaga medis yang bertugas di Kabupaten Indramayu pada tahun 2014
tercatat sebanyak 1.430 orang.
- Jumlah dokter yang melayani penduduk Indramayu tercatat ssekitar 200 dokter
termasuk dokter gigi.
- Sedang jumlah bidan yaitu 553 orang.

D. Disaster Plan Management

1. PRA BENCANA
a. Pencegahan:

- Menyusun peraturan dan menertibkan daerah bantaran sungai


- Merevisi tata ruang kabupaten secara terkoordinasi dan terintegrasi
- Pembuatan alur pengendali banjir
- Membangun, meningkatkan, memperbaiki atau normalisasi alur sungai, dan
memelihara sungai, tampungan air dan drainase beserta peralatan dan fasilitas
penunjangnya
- Membuat sumur resapan
- Mengendalikan perkembangan lingkungan dan pengembangan daerah hulu
- Membangun fasilitas pengolah limbah dan sampah
- Mereboisasi daerah hutan mangrove
- Melakukan koordinasi dengan lintas sektoral untuk menggalang kerjasama dan
berbagi tugas sesuai dengan peran dari tiap sektor.
- Pemberdayaan masyarakat seperti penyuluhan dan pelatihan pada masyarakat
merupakan upaya pemberdayaanb masyarakat agar masyarakat dapat melayani
sesama anggota masyarakat dalam menghadapi kemungkinan munculnya bencana

a. Mitigasi:
Pada fase ini dilakukan usaha-usaha untuk meredam atau mengurangi bencana dan juga
meredam atau mengurangi dampak bencana yang meliputi. Pada fase ini bidang kesehatan
lebih cenderung pasif, dengan melakukan pegobatan dan upaya kesehatan yang insidentil
dan screening penderita banjir melalui pengobatan massal. Fase ini lebih banyak
diperankan oleh institusi lainnya dengan,
- Pengenalan faktor resiko / Hazard, penyebab penyebab bencana harus dikenali
- Mengetahui akan ancaman banjir - termasuk banjir yang pernah terjadi dan
mengetahui letak daerah yang banjir dan mengetahui seberapa tinggi banjir
didaerah tersebut.
- Mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dalam menghadapi
bencana, seperti pelatihan pertolongan pertama pada kondisi tanggap darurat, dll.
- Membuat peta daerah genangan banjir, daftar sarana kesehatan dan tenaga
kesehatan, jumlah lansia, balita dan ibu hamil daerah setempat serta buat penilaian
skala resiko bencana.
- Mengurangi kecepatan aliran air pasang dengan memasang satu atau beberapa
ground sillls untuk mendatarkan kemiringan dasar.
- Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk
mengungsi.
- Memperbaharui rencana kegawatdaruratan dengan informasi, penyuluhan dan
pelatihan penyelamatan dan tanggap darurat yang melibatkan masyarakat.
- Sosialisasi dan pelatihan prosedur tetap penanggulangan dan kesiapsiagaan banjir
- Mendirikan Posko banjir di wilayah RT/ RW
- Penyebarluasan informasi daerah rawan banjir, ancaman/bahaya, dan tindakan
yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana
- Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus
- Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali banjir
- Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman
- Penyediaan peralatan berat (backhoe, excavator, truk, buldozer, dan lain-lain) dan
disiapsiagakan pada lokasi yang strategis, sehingga sewaktu-waktu mudah
dimobilisasi;
- Penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi, seperti: speed boat, perahu,
pelampung, dan lain-lain.

b. Kesiapsiagaan
- Kesiapsiagaan dilakukan oleh pemerintah daerah. Kegiatan yang dilakukan antara
lain : pemantauan cuaca, pengamatan peringatan dini, penyebaran informasi,
inventarisasi kesiapsiagaan, penyiapan peta rawan banjir rob
- Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini
- Penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat, seperti: karung plastik,
bronjong kawat, dan material-material pengisinya (pasir, batu ,dan lain-lain), dan
disediakan pada lokasi-lokasi yang diperkirakan rawan/kritis
- Menyediakan cadangan pangan dan sandang serta peralatan darurat banjir lainnya,
antara lain radio baterai, senter, korek gas, dan lilin.
- Siapkan bahan makanan mudah saji dan penyediaan pompa air, mobil tangki air
dan mobil tinja serta persediaan air bersih.
- Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar
- Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat, khususnya rumah
hunian yang ditinggal mengungsi
- Amankan barang elektronik serta barang berharga ditempat yang lebih tinggi.
- Penyiapan jalur evakuasi dan lokasi penampungan sementara.
Puskesmas melakukan fase kesiapsiagaan seperti :
1. Revitalisasi sarana dan pra sarana PPPK (Ambulance, Peralatan, Obat-obatan).
2. Menyiagakan Brigada siaga Bencana (BSB).
3. Merlaksanakan rencana kontingensi (pendelegasia tugas) dengan membentuk
Gugus Tugas untuk menempati Pos-Pos tertentu yang sudah ditentukan melalui
kesepakatan rapat evaluasi bencana.

SAAT TERJADI BENCANA


Tanggap Darurat:
1. Pendirian POSKO
2. Pengerahan personil (Tim Reaksi Cepat)
- Mengerahkan kekuatan personil dari berbagai unsur operasi (pemerintah dan non-
pemerintah) terutama untuk penyelamatan dan perlindungan (SAR) dengan
membentuk TRC untuk memberikan pertolongan/ penyelamatan dan inventarisasi
kerusakan.
3. Pemenuhan kebutuhan dasar dalam penampungan sementara.
- Distribusi bantuan (hunian sementara, pangan dan sandang) Pada tahap awal,
bantuan pangan berupa makanan siap-santap.
- Pendirian dapur umum.
4. Pemberian layanan air bersih, jamban dan sanitasi lainnya.
5. Pemberian layanan kesehatan, perawatan dan rujukan.
6. Pengoperasian peralatan
7. Pengerahan sarana transportasi udara/laut
8. Koordinasi dan Komando
- Setiap kejadian penting dilaporkan kepada POSKO. Komando dilakukan oleh
penanggung jawab
- Penyampaian laporan perkembangan penanganan bencana ke media massa

PASCA BENCANA

Fase Rehabilitasi & Rekontruksi

Fase tanggap darurat yang berlangsung selama 1 minggu dan diikuti dengan fase rehabilitasi
selama 1 bulan diikuti fase rekontruksi selama 6 bulan. Pada fase ini Puskesmas meminta dropping
peralatan dari Dinas Kesehatan serta melakukan pembersihan sarana dan prasarana yang masih
bisa dipakai.

Anda mungkin juga menyukai