Anda di halaman 1dari 13

TUGAS DISASTER PLAN

PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG MERAPI MELETUS


DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
Dwian Akhmad Rinjani
030.13.064

Pembimbing :
dr. Gita Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 14 JANUARI 2019 – 24 MARET 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
BAB 1
PROFIL DAERAH

1.1 Keadaan Geografi Kabupaten Sleman


Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110° 33′ 00″ dan
110° 13′ 00″ Bujur Timur, 7° 34′ 51″ dan 7° 47′ 30″ Lintang Selatan. Luas
Wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 Km2 atau sekitar 18%
dari luas Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta 3.185,80 Km2,dengan jarak terjauh
Utara – Selatan 32 Km,Timur – Barat 35 Km. Secara administratif terdiri 17
wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun.
Berdasarkan karakteristik sumberdaya yang ada, wilayah Kabupaten
Sleman terbagi menjadi 4 wilayah, yaitu :
 Kawasan lereng Gunung Merapi, dimulai dari jalan yang menghubungkan
kota Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan (ringbelt) sampai dengan
puncak gunung Merapi. Wilayah ini merupakan sumber daya air dan
ekowisata yang berorientasi pada kegiatan gunung Merapi dan
ekosistemnya;
 Kawasan Timur yang meliputi Kecamatan Prambanan, sebagian
Kecamatan Kalasan dan Kecamatan Berbah. Wilayah ini merupakan
tempat peninggalan purbakala (candi) yang merupakan pusat wisata
budaya dan daerah lahan kering serta sumber bahan batu putih;
 Wilayah Tengah yaitu wilayah aglomerasi kota Yogyakarta yang meliputi
Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok dan Gamping.
Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan dan jasa.
 Wilayah Barat meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan dan
Moyudan merupakan daerah pertanian lahan basah yang tersedia cukup
air dan sumber bahan baku kegiatan industri kerajinan mendong, bambu
serta gerabah.
Gambar 1. Peta Kabupaten Sleman

1.2 Keadaan Geografi Gunung Merapi


Gunung Merapi (mempunyai ketinggian puncak 2.930 mdpl) adalah
gunung berapi di bagian tengah pulau jawa dan merupakan salah satu gunung api
teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di lereng tersebut terdapat Kecamatan
Pakem yang merupakan daerah paling dekat dengan kawah gunung Merapi.
Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi sejak tahun 2004.
Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami
erupsi setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh permukiman yang
sangat padat dan di lerengnya masih terdapat permukiman sampai ketinggian
1700m dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak, dimana wilayah tersebut
termasuk dalam kriteria Kawasan rawan bencana..
Kriteria kawasan rawan bencana letusan gunung berapi antara lain :
 Kawasan dengan jarak atau radius tertentu dari pusat letusan yang
terpengaruh langsung dan tidak langsung dengan tingkat kerawanan yang
berbeda
 Kawasan berupa lembah yang akan menjadi daerah aliran lava, lahar dan
awan panas.
Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi berupa lembah yang akan
menjadi daerah aliran lava, lahar dan awan panas di sekitar Gunung Merapi.
Berdasarkan informasi geologi dan tingkat risiko letusan gunung berapi, kawasan
rawan letusan gunung berapi dikelompokkan menjadi :
a. Kawasan yang berpotensi terlanda banjir lahar dan tidak menutup
kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava. Selama
letusan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa
hujan abu lebat dan lontaran batu pijar.
b. Kawasan yang memiliki tingkat risiko rendah (berjarak cukup jauh dari
sumber letusan, melanda kawasan sepanjang aliran sungai yang dilaluinya,
pada saat terjadi bencana letusan, masih memungkinkan manusia untuk
menyelamatkan diri, sehingga risiko terlanda bencana masih dapat
dihindari).
c. Kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lahar dan lava,
lontaran atau guguran batu pijar, hujan abu lebat, hujan lumpur (panas),
aliran panas dan gas beracun.
d. Kawasan yang memiliki tingkat risiko sedang (berjarak cukup dekat dengan
sumber letusan, risiko manusia untuk menyelamatkan diri pada saat letusan
cukup sulit, kemungkinan untuk terlanda bencana sangat besar).
e. Kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lahar dan lava, lontaran
atau guguran batu (pijar), hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran
panas dan gas beracun. Hanya diperuntukkan bagi kawasan rawan letusan
gunung berapi yang sangat giat atau sering meletus.
f. Kawasan yang memiliki risiko tinggi (sangat dekat dengan sumber letusan.
Pada saat terjadi aktivitas magmatis, kawasan ini akan dengan cepat terlanda
bencana, makhluk hidup yang ada di sekitarnya tidak mungkin untuk
menyelamatkan diri).

Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi digambarkan dalam peta di


bawah ini:

Gambar 2
BAB 2
ANALISIS RISIKO

2.1 Hazard Mapping


Gunung Merapi merupakan gunung yang sangat berbahaya karena menurut
catatan modern mengalami erupsi setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi
oleh permukiman yang sangat padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus
sebanyak 68 kali, gunung ini terakhir kali Meletus pada tanggal 11 mei 2018. Di
lerengnya masih terdapat permukiman sampai ketinggian 1700m dan hanya berjarak
empat kilometer dari puncak, wilayah tersebut yaitu Kecamatan Pakem, Tempel, Turi,
dan Cangkringan.
Pada letusan gunung berapi, bencana dapat ditimbulkan diantaranya oleh karena
jatuhan material letusan, awan panas, aliran lava, gas beracun, abu gunung berapi, dan
bencana sekunder berupa aliran lahar.

2.2 Vulnerability
Kerentanan adalah keadaan atau suatu sifat atau perilaku manusia yang
menyebabkan ketidakmampuan untuk menghadapi bahaya atau ancaman.
- Kerentanan Fisik
Ditinjau dari struktur fisik infrastruktur di Kecamatan Pakem sebagian besar
bangunan terbentuk dari batu bata dan semen, namun ada beberapa bangunan
yang dibentuk tanpa menggunakan kayu penopang sehingga tidak dapat
mengantisipasi akibat yang ditimbulkan dari letusan gunung berapi. Masih ada
juga yang memiliki atap yang terhitung rapuh sehingga rawan rubuh apabila
terjadi getaran vulkanik.Selain itu, di Kecamatan Pakem tidak ada jalur
khusus seperti jalan atau jembatan untuk evakuasi masyarakat terutama yang
rentan atau yang beresiko tinggi untuk diselamatkan terlebih dahulu apabila
terjadi letusan gunung berapi contohnya pada ibu hamil, anak-anak, lansia
ataupun orang sakit.
- Kerentanan Sosial Ekonomi
Di daerah pegunungan, umumnya penduduk bermatapencaharian sebagai
petani sayuran (kol, sawi, wortel, dll) dan peternak. Saat terjadi letusan
gunung merapi bisa menyebabkan kerugian pada masyarakat karena tidak
dapat menjalankan mata pencahariannya karena tanah yang tidak subur lagi.
- Kerentanan Tingkat Pendidikan
Sarana prasarana pendidikan di sekolah-sekolah sudah cukup baik sehingga
sudah banyak masyarakat yang memiliki usaha yang maju didaerah kota
tersebut.
- Kerentanan Lingkungan
Penduduk yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap
ancaman bencana letusan Gunung Merapi.

2.3 Capacity
Kabupaten Sleman memiliki sarana pelayanan kesehatan yang cukup banyak.
Hingga tahun 2018 terdapat 28 rumah sakit, 25 unit puskesmas, 79 klinik pratama, dan
1.529 posyandu.
Obat-obatan, alat kesehatan, bahan habis pakai, dan perlengkapan gawat darurat
tersedia di Puskesmas sesuai dengan standar.

Daftar Puskesmas di Kecamatan Cigugur


No Puskesmas Alamat Jenis Puskesmas
1 Pakem Jl. KALIURANG Tegalsari KM Non Perawatan
17,5, Kec. Pakem 55582
BAB 3
DISASTER PLAN MANAGEMENT

Penanggulangan bencana letusan gunung berapi tidak hanya terpusat di kawasan


gunung berapi saja, tetapi juga masyarakat yang ada disekitar kawasan gunung berapi
yang kadang sulit untuk dievakuasi. Alasannya selain keterikatan dengan tempat tinggal
dan lahan pertanian, juga karena adanya kepercayaan terhadap gunung berapi.
Penanganan bencana berdasarkansiklus bencana berikut:

3.1 PRA BENCANA


Hal pertama adalah memberi pengetahuan mengenai alam disekitar kita, baik dari
sisi keunggulannya maupun tantangannya. Hal kedua adalah memberikan penyuluhan
mengenai letusan gunung berapi dan pelatihan atau simulasi jika terjadi kembali letusan
gunung berapi serta persiapan dan latihan menyelamatkan diri (survival) dalam keadaan
darurat.

Edukasi dan pencegahan:


1. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancaman-ancamannya
2. Menyusun peraturan dan menertibkan rumah atau pemukiman didekat lereng
gunung berapi
3. Adaptasi pada tempat tinggal yang dilakukan masyarakat dengan membuat
rumah yang kokoh dengan menggunakan kayu penopang sehingga tidak mudah
roboh
4. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman dan daerah aman
5. Membuat sistem peringatan dini
6. Mengembangkan radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status
gunung berapi
7. Mencermati dan memahami peta kawasan rawan gunung berapi yang diterbitkan
oleh instansi berwenang
8. Membuat perencanaan penanganan bencana
9. Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan
kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan
10. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting
11. Memantau informasi yang diberikan oleh pos pengamatan gunung berapi
(dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos
pengamatan gunung berapi biasanya mengkomunikasikan perkembangan status
gunung api lewat radio komunikasi
12. Menegakkan hukum terhadap pelanggaran pengelolaan daerah didekat lereng
gunung ciremai
13. Merevisi tata ruang provinsi maupun kota dan kabupaten secara terkoordinasi
dan terintegrasi
14. Melakukan koordinasi dengan lintas sektoral untuk menggalang kerjasama dan
berbagi tugas sesuai dengan peran dari tiap sektor
15. Pemberdayaan masyarakat seperti penyuluhan dan pelatihan pada masyarakat
agar masyarakat dapat melayani dan saling membantu gotong royong sesama
anggota masyarakat dalam menghadapi kemungkinan munculnya bencana
Menurunkan kerentanan :
 Menempatkan kelompok rentan (anak dibawah usia 5 tahun, lansia, ibu hamil
dan kaum penyandang cacat) pada kamar di area dekat pintu masuk rumah untuk
mempermudah evakuasi
 Pemetaan penduduk dan pembuatan jalur evakuasi bencana
 Memperbaiki akses menuju dari dan ke fasilitas kesehatan
 Meningkatkan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan
 Penyuluhan mengenai pembangunan rumah yang tidak rawan rubuh
 Memperbaiki sistem informasi status aktivitas gunung guna mempercepat
evakuasi

Mitigasi:
1. Membuat peta rawan bencana (Hazard Map) yaitu gambaran wilayah berisikan
jenis bencana dan karakteristik ancaman bencana
2. Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk
mengungsi
3. Memperbaharui rencana kegawatdaruratan dengan informasi, penyuluhan dan
pelatihan penyelamatan dan tanggap darurat yang melibatkan masyarakat
4. Membuat peta daerah letusan gunung ciremai, daftar sarana kesehatan dan
tenaga kesehatan, jumlah lansia, balita dan ibu hamil daerah setempat serta buat
penilaian skala resiko bencana
5. Sosialisasi dan pelatihan prosedur tetap penanggulangan dan kesiapsiagaan
6. Mendirikan posko banjir di wilayah RT/ RW
7. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi-informasi, baik
dari pemerintah maupun pemerintah daerah
8. Penyebarluasan informasi daerah rawan letusan gunung ciremai,
ancaman/bahaya, dan tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal
di daerah rawan bencana
9. Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus
10. Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali
11. Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman
3.2 SAAT TERJADI BENCANA
1. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai
kering dan daerah aliran lahar Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu
letusan
2. Masuk ruang lindung darurat bila terjadi awan panas
3. Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan. Kenakan pakaian yang bisa
melindungi tubuh seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya
4. Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti kacamata
renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu kedalam mata. Jangan
memakai lensa kontak
5. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
6. Saat turunnya abu gunung usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah
tangan

Tanggap darurat:
1. Pendirian POSKO
2. Pengerahan personil (Tim Reaksi Cepat)
- Mengerahkan kekuatan personil dari berbagai unsur operasi (pemerintah
dan non-pemerintah) terutama untuk penyelamatan dan perlindungan (SAR)
dengan membentuk TRC untuk memberikan pertolongan/ penyelamatan dan
inventarisasi kerusakan.
3. Pemenuhan kebutuhan dasar dalam penampungan sementara.
- Distribusi bantuan (hunian sementara, pangan dan sandang). Pada tahap
awal, bantuan pangan berupa makanan siap-santap.
- Pendirian dapur umum.
4. Pemberian layanan air bersih, jamban dan sanitasi lainnya.
5. Pemberian layanan kesehatan, perawatan dan rujukan.
6. Pengoperasian peralatan
- Mengoperasikan peralatan sesuai kebutuhan di lapangan, termasuk alat-alat
berat
7. Pengerahan sarana transportasi udara/laut
- Dilakukan pada situasi/kondisi tertentu yang memerlukan kecepatan untuk
penyelamatan korban bencana dan distribusi bantuan kepada
masyarakat/korban bencana terisolasi.
8. Koordinasi dan Komando
- Setiap kejadian penting dilaporkan kepada POSKO. Komando dilakukan
oleh penanggung jawab
- Penyampaian laporan perkembangan penanganan bencana ke media massa

3.3 PASCA BENCANA


Setelah terjadi letusan maka yang harus dilakukan adalah :
1. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
2. Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau
meruntuhkan atap bangunan
3. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa
merusak mesin motor, rem, persneling dan pengapian.

- Rehabilitatif
Fase rehabilitasi umumnya berlangsung selama 1 bulan dan diikuti fase rekontruksi
selama 6 bulan.Tahapan pada fase ini adalah :
 Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana sumber daya air,
kerusakan lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan;
 Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan, berupa: rehabilitasi,
rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan prasarana sumber daya air; dan
memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan, kesehatan,
kejiwaan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan, prasarana
transportasi, penyusunan kebijakan dan pembaharuan struktur penanggulangan
bencana di pemerintahan.
- Rekonstruksi
Fase ini meliputi pembangunan prasarana dan pelayanan dasar fisik, umum,
pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan,
pembaharuan rencana tata ruang wilayah, sistem pemerintahan dan lainnya yang
memperhitungkan faktor risiko bencana.

Anda mungkin juga menyukai