Memantau dan mengamati aktivitas gunung api yang aktif. Hal ini biasanya
dilakukan oleh BMKG menggunakan alat yaitu seismometer dan tiltmeter.
Seismometer merupakan alat yang dapat mengukur pergerakan tanah,
gelombang seismik yang diakibatkan oleh gempa bumi, letusan gunung api
dan lainnya. Sedangkan tiltmeter adalah alat pengukur deformasi gunung
yang berfungsi untuk mendeteksi pengembangan maupun pengempisan tubuh
gunung. Dengan adanya pemantauan dan pengamatan gunung secara terus
menerus diharapkan dapat mempelajari aktifitas dan tingkah laku gunung
berapi tersebut sehingga dapat memprediksi kapan terjadinya erupsi gunung
berapi dan bahayanya dan disampaikan kepada masyarakat yang
kemungkinan terdampak secara cepat dan tepat. Jadi dampak maupun korban
dapat dihindarkan atau diminimalisir.
Pihak pemerintah maupun yang bersangkutan melakukan pemetaan kawasan
mana yang merupakan daerah yang rawan gunung meletus, wilayah yang
aman dari letusan gunung, tempat untuk memngungsi apabila terjadi bencana
erupsi, alur pengungsian dan puskesmas sehingga ketika erupsi terjadi maka
akan langsung tanggap bencana dengan adanya peta operasional lapangan
tersebut.
Daerah atau kawasan yang rawan akan bencana III harus dikosongkan.
Kawasan rawan bencana III tidak ada yang boleh atau dilarang sebagai
tempat hunian tetap atau rumah untuk ditinggali oleh masyarakat. Hal ini
disebabkan karena pada daerah tersebut sering terkena produk atau material
gunung berapi seperti awan panas, lava, jatuhan piroklastika dan debu abu
vulkanik.
Melakukan usaha preventif seperti membuat tanggul penangkis untuk
mengurangi akibat dari aliran lahar. Tanggul tersebut berfungsi untuk
mengurangi kecepatan lahar dan dapat mengurangi volume air di kawah
gunung. Berikut adalah gambar aliran lahar yang terdapat di Gunung Semeru.
Warna biru menunjukkan aliran lahar.
Tindakan yang dilakukan pra - saat - dan pasca gunung api adalah sebagai
berikut:
1. Sebelum gunung api terjadi
Menentukan dan mengenali daerah yang terkena erupsi
untuk menentukan tempat yang aman buat memngungsi.
Membuat perencanaan penanggulangan bencana erupsi
Mempersiapkan tempat pengungsian apabila perlu
Mempersipkan kebutuhan dasar
2. Saat terjadinya letusan gunung api
Menghindari daerah lembah, lereng gunung maupun daerah
yang dilewati oleh aliran lahar
Saat berada di tempat yang terbuka, harus melindungi diri
dari awan panas dan abu letusan gunung berapi.
Mengenakan pakaian yang menutupi tubuh atau dapat
melindungi tubuh seperti baju lengan panjang, topi, masker,
celana panjang dan lain-lain.
Tidak boleh mengenakan lensa kontak
Memakai masker atau kain yang dapat menutupi mulutbdan
hidung. Hal ini disebabkan abu vulkanik yang berasal dari
erupsi gunung akan terhirup dan menyebabkan penyakit
pernafasan atau sesak.
Pada saat awan panas turun, maka harus menutup wajah
dengan kedua belah tangan.
3. Setelah terjadinya erupsi gunung berapi
Menjauhi atau tidak mendekat pada wilayah maupun
kawasan yang terdampak hujan abu vulkanik
Membersihkan atap rumah dari timbunan hujan abu
vulkanik yang tebal karena dapat merusak dan meruntukan
atap bangunan rumah.
Menghindari mengendarai mobil di daerah yang terdampak
erupsi gunung yang erupsi karena hal tersebut dapat
merusak mesin.
DAFTAR PUSTAKA
Noor, Djauhari. 2014. I. Pengantaran Mitigasi Bencana Geologi. Yogyakarta :
Deepublis