Anda di halaman 1dari 45

MODUL II

TEKNIK PENANGGULANGAN
BENCANA
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA

Pulau-pulau di Indonesia secara geografis terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik dunia, yaitu
lempeng Australasia, lempeng Pasiik, lempeng Eurasia serta Filipina. Hal ini menyebabkan Indonesia rentan
secara geologis. Di samping itu, kurang lebih 5.590 daerah aliran sungai (DAS) yang terdapat di Indonesia,
yang terletak antara Sabang dan Merauke, mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu negara yang
berisiko tinggi terhadap ancaman bencana gempa bumi, tsunami, deretan erupsi gunung api (129 gunung api
aktif), dan gerakan tanah.
Selain itu, iklim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh lokasi dan karakteristik geograis yang
membentang antara Samudra Pasiik dan Samudra Hindia. Indonesia memiliki 3 pola iklim dasar: monsunal,
khatulistiwa, dan sistem iklim lokal yang menyebabkan perbedaan pola curah hujan yang dramatis. Kondisi
tersebut semakin kompleks lantaran tantangan dampak pemanasan global dan pengaruh perubahan iklim,
seperti kenaikan suhu temperatur dan permukaan air laut pada wilayah Indonesia yang berada di garis
khatulistiwa. Hal ini cenderung menimbulkan tingginya potensi terjadi berbagai jenis bencana
hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem, abrasi,
serta kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA

1.
Teknik Penanggulangan Bencana Banjir

Banjir merupakan peristiwa ketika air


menggenangi suatu wilayah yang biasanya tidak
digenangi air dalam jangka waktu tertentu. Banjir
biasanya terjadi karena curah hujan turun terus
menerus dan mengakibatkan meluapnya air sungai,
danau, laut atau drainase karena jumlah air yang
melebihi daya tampung media penopang air dari
curah hujan tadi.

Ketiga, degradasi lingkungan seperti


Pertama, kegiatan manusia yang Kedua, peristiwa alam seperti curah hilangnya tumbuhan penutup tanah
1. menyebabkan terjadinya perubahan
tata ruang dan berdampak pada 2. hujan sangat tinggi, kenaikan 3. pada catchment area, pendangkalan
sungai akibat sedimentasi,
permukaan air laut, badai, dan
perubahan alam. penyempitan alur sungai dan
sebagainya.
sebagainya.
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA

1.
Teknik Penanggulangan Bencana Banjir

Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap,


dari pencegahan sebelum banjir (prevention),
penanganan saat banjir (response/intervention), dan
pemulihan setelah banjir (recovery).

a. Kegiatan Pencegahan ( Prevention)


b. Kegiatan Penanganan ( Intervention/ Response)
c. Pemulihan ( Recovery)
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA

2.
Teknik Penanggulangan Bencana gempa bumi

Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang


disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas
sesar (patahan), aktivitas gunung api, atau runtuhan batuan.
Jenis bencana ini bersifat merusak, dapat terjadi setiap saat
dan berlangsung dalam waktu singkat. Gempa bumi dapat
menghancurkan bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya
dalam sekejap.

Sampai saat ini, belum ada ahli dan institusi yang mampu
memprediksi kapan terjadinya gempa bumi. Institusi yang
berwenang untuk mengeluarkan informasi kejadian gempa
bumi adalah BMKG. Anda dapat mengetahui informasi dari
berbagai parameter mengenai besaran suatu gempa bumi,
titik pusat gempa bumi, kedalaman, dan potensi tsunami dari
laman (www.bmkg. go.id) atau pun aplikasi gawai BMKG
berbasis android atau IOS.
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA

2.
Teknik Penanggulangan Bencana gempa bumi

a. Pra bencana

1. Menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila gempa bumi terjadi.


2. Melakukan latihan yang dapat bermanfaat dalam menghadapi reruntuhan saat gempa bumi, seperti
merunduk, perlindungan terhadap kepala, berpegangan ataupun dengan bersembunyi di bawah meja.
3. Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar, dan persediaan obat-obatan.
4. Membangun konstruksi rumah yang tahan terhadap guncangan gempa bumi dengan fondasi yang kuat.
Selain itu, bisa merenovasi bagian bangunan yang sudah rentan.
5. Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan seputar penggunaan lahan yang dikeluarkan oleh
pemerintah.
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA

2.
Teknik Penanggulangan Bencana gempa bumi

b. Saat terjadi bencana


1) Di dalam bangunan, seperti rumah, sekolah ataupun bangunan bertingkat:
a. Guncangan akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, upayakan keselamatan diri dengan
cara berlindung di bawah meja untuk menghindari dari benda-benda yang mungkin jatuh dan jendela
kaca. Lindungi kepala dengan bantal atau helm, atau berdirilah di bawah pintu. Bila sudah terasa
aman, segera lari keluar rumah.
b. Jika sedang memasak, segera matikan kompor serta mencabut dan mematikan semua peralatan
yang menggunakan listrik untuk mencegah terjadinya kebakaran.
c. Bila keluar rumah, perhatikan kemungkinan pecahan kaca, genteng, atau material lain. Tetap lindungi
kepala dan segera menuju ke lapangan terbuka, jangan berdiri dekat tiang, pohon, atau sumber listrik
atau gedung yang mungkin roboh.
d. Jangan gunakan lift apabila sudah terasa guncangan. Gunakan tangga darurat untuk evakuasi keluar
bangunan. Apabila sudah di dalam elevator, tekan semua tombol atau gunakan interphone untuk
panggilan kepada pengelola bangunan.
e. Kenali bagian bangunan yang memiliki struktur kuat, seperti pada sudut bangunan.
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA

2.
Teknik Penanggulangan Bencana gempa bumi

b. Saat terjadi bencana


2. Di dalam mobil:
a. Saat terjadi gempa bumi besar, akan kehilangan kontrol terhadap mobil.
b. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil di kiri bahu jalan dan berhentilah.
c. Ikuti informasi dengan memperhatikan lingkungan sekitar atau melalui alat komunikasi lainnya seperti
radio atau gawai.

Apabila mendengar peringatan dini tsunami, segera lakukan evakuasi menuju ke tempat
tinggi, seperti bukit dan bangunan tinggi.
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA

3.
Teknik Penanggulangan Bencana gunung meletus
Bahaya erupsi gunung api memiliki dua jenis bahaya berdasarkan waktu kejadian, yaitu bahaya primer
dan sekunder. Berikut ini bahaya dari erupsi gunung api :

a. Awan panas adalah aliran material vulkanik panas yang terdiri atas batuan berat, ringan (berongga) lava masif dan
butiran klastik yang pergerakannya dipengaruhi gravitasi dan cenderung mengalir melalui lembah. Bahaya ini
merupakan campuran material erupsi antara gas dan bebatuan (segala ukuran) yang terdorong ke bawah akibat
densitas tinggi. Suhu material bisa mencapai 300 – 700°C, kecepatan awan panas lebih dari 70 km/jam.
b. Aliran lava adalah magma yang meleleh ke permukaan bumi melalui rekahan, suhunya >10.000°C dan dapat merusak
segala bentuk infrastruktur.
c. Gas beracun adalah gas vulkanik yang dapat mematikan seketika apabila terhirup dalam tubuh. Gas tersebut antara
lain CO2, SO2, Rn, H2S, HCl, HF, H2SO4. Gas tersebut biasanya tidak berwarna dan tidak berbau.
d. Lontaran material (pijar). Lontaran material terjadi ketika letusan magmatic berlangsung. Suhu mencapai 200°C,
diameter lebih dari 10 cm dengan daya lontar ratusan kilometer.
e. Hujan abu. Material abu tampak halus dan bergerak sesuai arah angin.
f. Lahar Letusan, lahar letusan terjadi pada gunung berapi yang mempunyai danau kawah, terjadi bersamaan saat
letusan. Air bercampur material lepas gunung berapi mengalir dan bentuk banjir lahar.
MITIGASI BENCANA
LETUSAN GUNUNG API

Mitigasi bencana letusan gunung api adalah


“proses pencegahan bencana letusan gunung
api atau pengurangan dampak bahaya letusan
gunung api” untuk meminimalkan:

Jatuhnya korban jiwa

Kerugian harta benda

Rusaknya lingkungan dan Terganggunya roda


perekonomian masyarakat.

Mitigasi Bencana Gunung api

MITIGASI BENCANA
LETUSAN GUNUNG API

Mitigasi bencana letusan gunung api adalah “proses pencegahan bencana letusan
gunung api atau pengurangan dampak bahaya letusan gunung api” untuk
MITIGASI BENCANA
LETUSAN GUNUNG API

Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai


ancaman bahaya erupsi gunung api yaitu
tingkat status gunung api (level) dan Kawasan
Rawan Bencana (KRB).

Berikut ini penjelasan mengenai Kawasan


Rawan Bencana (KRB)
a. Pra-Bencana b. Saat Terjadi Bencana
1) Dilakukan pemantauan gunung api. 1) Mengirimkan tim tanggap darurat.
2) Penyediaan peta kawasan rawan bencana gunung api, 2) Meningkatkan pengamatan.
peta zona risiko bahaya gunung api.
3) Melaporkan tingkat kegiatan sesuai alur.
3) Pemantapan protap tingkat kegiatan gunung api.
4) Memberikan rekomendasi kepada Pemda
4) Pembimbingan dan informasi gunung api. sesuai Protap.
5) Penerbitan peta geologi gunung api. 5) Tidak berada di lokasi yang direkomendasikan
untuk dikosongkan.
6) Penyelidikan geologi, geofisika dan geokimia.
6) Tidak berada di lembah atau daerah aliran
7) Peningkatan sumberdaya manusia dan pendukungnya.
sungai.
8) Perhatikan arahan dari PVMBG dan perkembangan
7) Hindari tempat terbuka. Lindungi diri dari abu
aktivitas gunung api. letusan gunung api.
9) Siapkan masker dan kacamata pelindung untuk 8) Gunakan kacamata pelindung.
mengatasi debu vulkanik.
9) Jangan memakai lensa kontak.
10) Mengetahui jalur evakuasi dan shelter yang telah
disiapkan oleh pihak berwenang.
10) Gunakan masker atau kain basah untuk
menutup mulut dan hidung.
11) Menyiapkan skenario evakuasi lain jika dampak
11) Kenakan pakaian tertutup yang melindungi
letusan meluas di luar prediksi ahli.
tubuh seperti, baju lengan panjang, celana
12) Siapkan dukungan logistik, antara lain makanan siap panjang, dan topi.
saji, lampu senter dan baterai cadangan, uang tunai
yang cukup serta obat-obatan khusus sesuai pemakai.
c. Pasca Bencana

1) Kurangi terpapar dari abu vulkanik.

2) Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu vulkanik sebab bisa merusak mesin kendaraan.

3) Bersihkan atap dari timbunan debu vulkanik karena beratnya bisa merobohkan dan merusak atap rumah atau
bangunan.
4) Waspadai wilayah aliran sungai yang berpotensi terlanda bahaya lahar pada musim hujan.

5) Menurunkan tingkat kegiatan saat terjadi bencana gunung api sesuai protap.

6) Menginventarisir data letusan, termasuk sebaran dan volume bahan letusan.

7) Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya sekunder.

8) Memberikan saran teknis penanggulangan bahaya sekunder.

9) Pengurangan Resiko Bencana.

10) Melakukan identifikasi, kajian dan pemantauan resiko bencana dan memperkuat sistem peringatan dini

11) Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan

12) untuk membangun suatu budaya aman dan ketahanan terhadap bencana di semua tingkatan

13) Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana untuk menjamin pelaksanaan tanggap darurat yang efektif.
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA

4.
Teknik Penanggulangan Bencana Tsunami

Tsunami terdiri dari rangkaian gelombang laut


yang mampu menjalar dengan kecepatan
mencapai lebih dari 900 km/jam atau lebih di
tengah laut. Jenis bencana ini disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain gempa bumi yang
terjadi di dasar laut, runtuhan di dasar laut,
atau karena letusan gunung api di laut. Saat
mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau
muara sungai, kecepatan gelombang tsunami
akan menurun, namun ketinggian gelombang
akan meningkat puluhan meter dan bersifat
merusak.
TEKNIK PENANGGULANGAN
BENCANA

a Pra bencana

Ketahui tanda-tanda sebelum tsunami terjadi, terutama


setelah gempa bumi (intensitas gempa bumi lama dan terasa
01 kuat, air laut surut, bunyi gemuruh dari tengah lautan, banyak
ikan menggelepar di pantai yang airnya surut, dan tanda-
Segera menjauhi pantai dan tidak perlu
tanda alam lain).
03 melihat datangnya tsunami atau menangkap
ikan yang terdampar di pantai karena air surut.
Memantau informasi dari berbagai media
02 resmi mengenai potensi tsunami setelah
gempa bumi terjadi. Mengetahui tingkat kerawanan tempat tinggal
04 akan bahaya tsunami dan jalur evakuasi
tercepat ke dataran yang lebih tinggi.
Cepat berlari ke tempat yang tinggi dan berdiam diri

03 di sana untuk sementara waktu setelah satu gempa


bumi besar mengguncang.
b Saat terjadi bencana TEKNIK PENANGGULANGAN
BENCANA
Lima menit setelah gempa, BMKG biasanya akan
mengeluarkan peringatan dini di beberapa wilayah jika ada
potensi tsunami. Peringatan diberikan dalam tiga kategori berbeda,
yaitu :

AWAS: Tinggi tsunami diperkirakan bisa mencapai lebih dari tiga meter. Warga
diminta segera melakukan evakuasi menyeluruh ke arah tegak lurus dari pinggir
01 pantai. Pemerintah daerah harus menyediakan informasi jelas tentang jalur dan
tempat evakuasi terdekat.

SIAGA: Tinggi tsunami berada dikisaran 0,5 meter hingga tiga meter.
02 Pemerintah daerah diharapkan bisa mengerahkan warga untuk melakukan
evakuasi.

03 WASPADA: Tinggi tsunami kurang dari 0,5 meter. Walau tampak kecil,
warga tetap diminta menjauhi pantai dan sungai.
c Pasca bencana
1) Tetap utamakan keselamatan dan bukan barang-barang. Waspada dengan instalasi listrik dan pipa gas.
2) Kembali ke rumah setelah keadaan dinyatakan aman dari pihak berwenang.
3) Jauhi area yang tergenang dan rusak sampai ada informasi aman dari pihak berwenang.
4) Hindari air yang menggenang karena kemungkinan kontaminasi zat-zat berbahaya dan ancaman tersengat aliran listrik.
5) Hindari air yang bergerak karena arusnya dapat membahayakan.
6) Hindari area bekas genangan untuk menghindari terperosok atau terjebak dalam kubang.
7) Jauhi reruntuhan di dalam genangan air karena sangat berpengaruh terhadap keamanan perahu penyelamat dan orang-orang di
sekitar.
8) Bersihkan sarang nyamuk dan serangga lainya.
9) Berpartisipasi dalam kaporisasi sumber-sumber air bersih, perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah.
10) Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak berwenang membutuhkan relawan.
11) Tetap di luar gedung yang masih dikelilingi genangan air.
12) Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang tidak terlihat seperti pada fondasi.
13) Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih jika terkena air
genangan tsunami.
14) Buanglah makanan yang terkontaminasi air genangan.
15) Dengarkan berita atau informasi mengenai kondisi air,
serta di mana mendapatkan bantuan tenda darurat, pakaian, dan makanan.
16) Apabila ada masyarakat yang terluka, segera evakuasi untuk mendapatkan perawatan kesehatan di pos kesehatan terdekat.
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA

5.
Teknik Penanggulangan Tanah Longsor

Bencana tanah longsor seringkali dipicu karena kombinasi dari curah hujan yang tinggi,
lereng terjal, tanah yang kurang padat serta tebal, terjadinya pengikisan, berkurangnya
tutupan vegetasi, dan getaran. Bencana longsor biasanya terjadi begitu cepat sehingga
menyebabkan terbatasnya waktu untuk melakukan evakuasi mandiri. Material longsor
menimbun apa saja yang berada di jalur longsoran
a. Pra-Bencana
b. Saat Terjadi Bencana
1) Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun air tanah. (Perhatikan fungsi drainase
adalah untuk menjauhkan air dari lereng, menghindari air meresap ke dalam lereng atau
menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai
tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah). 1) Selalu terjaga
2) Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling. Selalu terjaga dan waspada. Banyak kasus kematian
3) Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman dan fasilitas utama lainnya. dari tanah longsor diakibatkan karena korban sedang
4) Terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras - teras dijaga jangan sampai
lelap tertidur. Ketika curah hujan semakin deras dan
menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah). tanah semakin terasa ganjil, dapat memberlakukan
5) Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat sistem shift jaga malam.
(khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya
2) Dengarkan suara-suara ganjil.
tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek dan ringan,
di bagian dasar ditanam rumput) Dengarkan suara-suara ganjil seperti pohon retak atau
6) Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat. batu-batu besar yang berjatuhan dan bergesekan. Jika
7) Melakukan pemadatan tanah di sekitar perumahan. Pengenalan daerah rawan longsor. mendengar sesuatu, langsung kabari yang lain.

8) Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall). 3) Menjauh dari jalur longsoran secepat mungkin.
9) Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat ke dalam tanah. Jalur longsoran sangat berbahaya. Jalur longsoran
10) Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquefaction (infeksi cairan). membawa reruntuhan rumah, pohon, kendaraan,
11) Utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel. bahkan bebatuan besar. Menjauh dari jalur longsoran
secepat mungkin.
12) Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan. Menanami kawasan yang gersang dengan
tanaman yang memiliki akar kuat, banyak dan dalam seperti nangka, durian, pete, kaliandra dan
sebagainya.
4) Hindari lembah sungai dan daerah dataran rendah.
13) Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing dan tanah yang tidak stabil (tanah gerak).

14) Membuat selokan yang kuat untuk mengalirkan air hujan. Lembah sungai dan daerah dataran rendah adalah
tempat muara akhir dari hasil longsoran tanah.
15) Waspada ketika curah hujan tinggi.
c. Pasca Bencana
Hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil.

Apabila hujan turun setelah longsor terjadi, antisipasi longsor


susulan.

Jauhi daerah longsoran.

Jauhi kabel yang terputus atau menggantung


TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA
6.
Teknik Penanggulangan Bencana Kebakaran Bangunan Dan
Kebakaran Hutan
a. Bencana Kebakaran Bangunan

1) Pengertian – pengertian yang terkait dengan Kebakaran bangunan.

a) Bangunan Gedung
Wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian
atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

b) Evakuasi

Pemindahan orang/penghuni dari satu tempat yang berbahaya ketempat yang lebih aman.
c) Keadaan darurat
Setiap peristiwa atau kejadian pada bangunan dan lingkungan sekelilingnya yang memaksa dilakukannya suatu tindakan segera. Dengan
perkataan lain, keadaan darurat adalah suatu situasi yang terjadi mendadak dan tidak dikehendaki yang mengandung ancaman terhadap
kehidupan, aset dan operasi perusahaan, serta lingkungan, dan oleh karena itu memerlukan tindakan segera untuk mengatasinya.
d) Pemilik bangunan gedung
Orang, badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan gedung
e) Pengguna bangunan gedung
Pemilik bangunan gedung dan/atau bukan pemilik bangunan gedung
berdasarkan kesepakatan dengan pemilik bangunan gedung, yang
menggunakan dan/atau mengelola bangunan gedung atau bagian
bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan
f) Proteksi aktif
Kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan memadamkan kebakaran,
pengendalian asap, dan sarana penyelamatan kebakaran.

g) Proteksi pasif
Kemampuan stabilitas struktur dan elemennya, konstruksi tahan api, kompartemenisasi dan pemisahan,
serta proteksi pada bukaan yang ada untuk menahan dan membatasi kecepatan menjalarnya api dan asap kebakaran.
h) Rencana tindak darurat kebakaran
Suatu Rencana atau Plan yang memuat prosedur yang mengatur SIAPA harus berbuat APA pada saat terjadi keadaan darurat dalam satu
bangunan gedung dalam hal ini kebakaran, dimana tiap bangunan akan berbeda bentuk RTDK nya sesuai dengan situasi dan kondisi masing-
masing.
i) Orang dengan kemampuan mobilitas terbatas atau memiliki mobilitas terbatas/difabled
Seseorang dengan kelemahan fisik, mental atau mengalami gangguan pada bagian panca indera baik secara tetap atau sementara, yang
membutuhkan bantuan saat evakuasi keadaan darurat.
2) Potensi bahaya dan lokasi yang perlu diperhatikan

Potensi bahaya didasarkan kepada kemungkinan ancaman bahaya dari suatu proses atau bahan yang digunakan. Dapat
pula ditinjau dari segi kepentingan atas manusia atau objek yang harus dilindungi. Pada bangunan gedung
potensi yang menimbulkan bahaya (kebakaran) yang perlu diperhatikan antara lain:

Ruang dapur restoran, termasuk tabung gas LPG.

Ruang komputer dan pemrosesan data.

Gudang penyimpanan bahan.

Ruang mesin, genset dan ruang panel.

Basement dan lantai parkir.

Ruang penampungan sampah.

Lokasi lain yang perlu diperhatikan adalah ruang ruang fungsional, ruang rapat, koridor/jalan
terusan, tangga kebakaran dan ruang kontrol.
3) Sistem proteksi kebakaran
Sistem proteksi kebakaran yang dapat dipergunakan meliputi :

a) Sistim deteksi dan alarm kebakaran

(1) Sistem deteksi kebakaran otomatis: (2) Sistem deteksi kebakaran manual/alarm kebakaran:
(a) Detektor asap/smoke detector (a) Setiap kotak (Box) Fire Hydrant yang ada selalu dilengkapi dengan
Alat ini akan mengaktifkan alarm apabila ada asap yang Lampu darurat (Flash light emergency),
masuk ke alat. (b) Alarm Bell dan Manual Push Button (Break Glass).
(b) Detektor panas/heat detector (c) Flash Light (Visual Coverage), akan menyala apabila terjadi
Alat ini akan mengaktifkan alarem apabila ada panas alarem.
yang cukup mengaktifkan sensor. (d) Alarm Bell (Audible Coverage), akan berbunyi apabila terjadi
(c) Sistem sprinkler alarem.
Alat ini akan mengaktifkan alarem, apabila ada panas (e) Break Glass (Manual Push Button), berupa kotak logam berwarna
yang dapat memecahkan sensor panasnya (lebih kurang merah yang pada kacanya tertulis Break Glass, yang akan
68O C atau 154O F) dan mengakibatkan alat mengaktifkan alarem apabila kacanya dipecahkan.
menyemburkan air dan terjadi aliran air di instalasi yang Apabila kaca salah satu kotak alarm tersebut dipecahkan, bel tanda bahaya
mendorong katup Flow switch sebagai pemicu tanda kebakaran akan berbunyi. Panel pengontrol tanda bahaya kebakaran di
alarm. ruang kontrol akan menunjukkan daerah kebakaran tersebut, dan satuan
pengaman gedung/building security akan segera menyelidikinya.
Bel tanda bahaya kebakaran tersebut juga akan berbunyi apabila heat
detector, smoke detector atau sprinkler bekerja.
b)b) Sistem pemadam kebakaran otomatis dan manual c)b) Sarana penyelamatan dan kelengkapannya

(1) Sistem hydrant. (1) Tangga darurat\


Untuk hydrant, di setiap box dilengkapi dengan hose rack dan nozzle serta Koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu darurat yang tahan api
selangnya. (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah
(2) Sistem sprinkler. dalam dan akan tetap mengunci kalau dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk mencegah masuknya
asap kedalam tangga darurat.
Sprinkler dilengkapi dengan gate valve & flow switch terdapat di instalasi
dalam ruang Air Handling Unit. Tiap tangga darurat dilengkapi dengan kipas penekan/pendorong udara yang dipasang di atap
(Top). Udara pendorong akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga
(3) Tabung alat pemadam api. darurat dekat pintu darurat.
2 (dua) macam tabung alat pemadam api. Jenis halon, CO2 dan dry Rambu-rambu keluar (exit signs) ditiap lantai dilengkapi dengan tenaga baterai darurat yang
powder, sewaktu-waktu diperlukan bila sumber tenaga utama padam.
(2) Lift
Pada saat keadaan darurat:
 Hanya lift service (barang) yang dapat digunakan sebagai lift kebakaran (Fire Lift),
karena lift tersebut telah dirancang untuk keadaan darurat.
 Lift - lift lainnya, sama sekali tidak boleh digunakan, karena ada resiko tinggi akan macet saat
kebakaran.
(3) Alat komunikasi (public address)
2 (dua) macam sarana komunikasi, sebagai berikut:
 Fire intercom system.
 Paging line system.
4) Pra Bencana
a. Tindakan Pencegahan Hal yang seharusnya dilakukan dan yang dilarang dalam
pencegahan kebakaranUsaha pencegahan kebakaran seperti
Usaha pencegahan kebakaran seperti tersebut di bawah ini setiap tersebut di bawah ini setiap saat harus diindahkan oleh
saat harus diindahkan oleh semua penghuni gedung : semua penghuni gedung :
1) Apabila meninggalkan kantor, teliti bahwa semua peralatan yang 1) Hindarkan ruang kerja dari tumpukan benda- benda tak terpakai.
menggunakan listrik telah diputus hubungannya (komputer, mesin hitung,
2) Laporkan mengenai kondisi kurang aman kepada atasan/supervisor
mesin stensil/foto copy, mesin tulis dan sebagainya). anda.
2) Pastikan bahwa tidak ada lagi puntung rokok atau tembakau yang masih 3) Hati-hati bekerja dengan peralatan listrik.
membara tertinggal didalam kantor.
4) Hati-hati dengan burner gas dan peralatan api lainnya.
3) Jangan menyimpan barang yang mudah terbakar di dalam kantor.
5) Ekstra hati-hati bila bekerja dengan gas-gas dan cairan mudah
4) Beritahu dengan segera kepada Pengelola Gedung Manager Teknik bila terbakar.
terdapat gangguan atau kerusakan pada instalasi listrik, plugs, kabel listrik
6) Pelajari lokasi alat pemadam api dan cara penggunaannya,
dan sebagainya.
7) Ketahui dimana lokasi eksit dan jalur ke luar,
5) Jangan membebani suatu titik sambungan listrik secara berlebihan
8) Hindari tumpukan barang-barang yang tidak terpakai pada
dengan menggunakan adaptor/stekker kombinasi.
tangga.
6) Jangan masukkan kabel lepas ke dalam wall socket, gunakanlah plug
9) Bersikap ceroboh dalam merokok dan menggunakan korek api.
(stekker) yang semestinya,
10) Menutup jalan ke luar dengan peralatan atau barang tak berguna.
7) Jangan membiarkan perabotan kantor atau timbunan sampah di dalam atau
dekat kantor anda dan sekali-kali jangan di tangga darurat atau koridor. 11) Merusak peralatan listrik, kabel dan sekring.

8) Jangan membolehkan memasak makanan dalam lingkungan anda atau di 12) Membiarkan sampah menumpuk di tempat kerja.

tempat umum kecuali seperti di ruangan pantry. 13) Menaruh kain berminyak di lemari atau kabinet.
5) Saat Terjadi Bencana 6) Pasca Bencana
a) Menutup wajah
(1) Saat terjadi kebakaran, sebaiknya segera menutup wajah dengan baju atau handuk basah, teman- Setelah kebakaran berhasil dipadamkan oleh petugas damkar, jangan
teman. langsung masuk ke bangunan yang baru saja terbakar. Perhatikan
beberapa hal berikut ini sebelum memutuskan masuk ke dalam
(2) Baju atau handuk basah ini bisa membantu agar asap pekat kebakaran tidak terhirup hidung dan bangunan.
masuk ke paru-paru. Karena asap pekat itu bisa menganggu pernapasan. Kemudian, bisa
mencari jalan keluar dari ruangan. a) Pertama, pastikan api telah padam sepenuhnya dan minta
persetujuan petugas sebelum masuk ke dalam bangunan.
b) Berjalan merunduk atau merangkak
b) Kedua, tingkatkan kewaspadaan saat masuk ke bangunan yang
(1) Saat keluar, bergerak dengan cara merangkak. baru terbakar, sebab langit-langit atau dinding dapat runtuh
(2) Berjalan merunduk atau merangkak di lantai bisa membantu menghindari asap dan uap panas sewaktu-waktu.
yang cepat naik memasuki seluruh ruangan. c) Ketiga, gunakan sepatu karet dan pelindung kepala ketika masuk
(3) Berjalan merunduk atau merangkaklah dengan hati-hati dan hindari wilayah yang terkena api. ke bangunan yang baru terbakar. Terakhir, bantu tetangga yang
membutuhkan pertolongan terlebih dahulu sebelum masuk
c) Berguling Jika pakaian terbakar
mengamankan harta benda.
(1) Jika pakaian yang dikenakan terkena api, sebaiknya segera melepas pakaian itu.
Selain hal-hal penting yang telah disebutkan di atas, perhatikan pula
(2) Apabila situasinya tidak memungkinkan, bisa memadamkan api yang menyambar pakaian beberapa larangan berikut saat akan masuk ke bangunan yang baru
dengan berguling-guling di lantai. saja terbakar.
d) Fokus untuk menyelamatkan diri d) Pertama, jangan menyalakan lampu atau peralatan elektronik
(1) jika terjadi kebakaran, fokus untuk menyelamatkan diri sendiri terlebih dahulu. yang berhubungan dengan aliran listrik.

(2) Menyelamatkan barang berharga saat kebakaran terjadi bisa membahayakan diri. Ini akan e) Kedua, jangan menginjak genangan air karena ada kemungkinan
memperlambat penyelamatan diri sendiri dan api akan semakin membesar. air masih teraliri listrik.

(3) Sebaiknya yang pertama dicari saat terjadi kebakaran adalah celah untuk mengeluarkan diri dari f) Ketiga, saat malam hari jangan menggunakan api atau lilin untuk
ruangan. penerangan, sebaiknya gunakan lampu senter. Terakhir, jangan
masuk bila masih terdapat bau gas atau zat kimia yang
e) Menghubungi pemadam kebakaran menyengat dari dalam bangunan.
Saat sudah berhasil menyelamatkan diri, sesegera mungkin minta pertolongan orang lain untuk menelepon
petugas pemadam kebakaran.
a. Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan adalah peristiwa dimana wilayah


yang terdapat banyak pohon, semak, paku-pakuan,
dan rumput mengalami perubahan bentuk yang
disebabkan pembakaran yang besar-besaran. Kebakaran
hutan menyebabkan hutan dilanda api sehingga membuat
hutan lenyap dimakan api. Dampak yang disebabkan kebakaran hutan dapat berupa positif dan negatif tetapi dampak
negatif melebihi dampak positif.
Penyebab terjadinya kebakaran hutan ada dua macam yaitu faktor alam dan faktor ulah manusia. Kebakaran hutan
yang disebabkan oleh faktor alam bisa berupa kekeringan, musim panas yang berkepajangan, dan sambaran petir.
Terjadinya angin yang kencang juga bisa menyebabkan kebakaran hutan. Apabila dua batang pohon bergesekan
karena tertiup angin kencang maka bisa menyulut api kecil yang menajadi besar.
Kebakaran hutan yang disebabkan oleh faktor ulah manusia yaitu pembakaran hutan secara sengaja untuk membuka
lahan baru, membuang sembarangan putung rokok, dan membakar sampah di dekat hutan. Faktor ulah manusia
sebagai penyebab kebakaran hutan melebihi dari pada faktor alam. Sebagai contoh 95 persen kebakaran hutan di
Indonesia disebabkan oleh ulah manusia.
Akibat dari terjadinya kebakaran hutan memberikan dampak yang besar untuk lingkungan yaitu kabut asap, matinya
pepohonan, binatang tidak mempunyai tempat tinggal, dan menjadi penyebab dari terjadinya banjir dan tanah longsor.
Untuk mengurangi dampak dari kebakaran hutan marilah kita bersama-sama menjaga hutan
5) Pra Bencana 5) Saat Terjadi Bencana

a) Memberikan peringatan. Masih banyak warga yang tinggal a) Apabila tidak memiliki kepentingan, jangan keluar
disekitar hutan yang masih belum mempunyai pengetahuan rumah.
yang memadai tentang hutan dan menyebabkan kerusakan b) Tinggal di dalam rumah. Tutup segala akses udara
ekosistem yang fatal. Masih banyak warga yang membakar berasap yang bisa masuk ke dalam rumah dan jaga
rumput udara dalam ruangan sebersih mungkin.
b) Saat musim kemarau yang disertai angin kencang. Sehingga
penyebaran api akan mudah dan meluas. Sehingga memang c) Nyalakan Air Conditioner (AC) atau filtrasi udara.
perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat di sekitar Jika tidak memiliki AC dan terlalu pengap untuk
hutan untuk tidak membakar rumput dan puing puing. tinggal di dalam rumah, carilah perlindungan di
c) Melakukan aktivitas pembakaran minimal dengan jarak yang pusat.
telah ditentukan Seperti diketahui, Jarak minimal yang harus d) Segera periksa ke dokter bila memiliki gangguan
diperhatikan untuk melakukan pembakaran terhadap sampah jantung atau paru-paru.
atau puing-puing adalah minimal 50 kaki dari bangunan dan e) Cukupi asupan air putih, buah dan makanan bergizi.
500 kaki dari hutan. Hal tersebut harus bisa diterapkan oleh
warga yang ingin membakar rumput di area hutan. f) Lindungi lubang pernafasan dengan masker/kain
d) Pastikan api sudah mati. Sebelum warga pergi meninggalkan setiap kali beraktivitas di luar ruangan. Gunakan
tempat pembakaran, sangat disarankan untuk membersihkan masker N95 untuk perlindungan lebih baik. Cuci
area tersebut dari bahan bahan yang mudah terbakar. tangan dan wajah sesudah beraktivitas di luar
e) Hindari membakar ketika cuaca berangin. Angin kencang ruangan. Bila api terus menjalar, segera laporkan
menjadi faktor utama kebakaran hutan semakin meluas. Api kepada Posko Kebakaran atau pihak terkait.
akan semakin kencang dan besar dan tentu ini sangat
berbahaya.
a) Rehabilitasi
Sebelum dilakukan tindakan rehabilitasi di lahan bekas terbakar perlu dilakukan survei untuk
mengetahui hal-hal yang berpengaruh terhadap keberhasilan tindakan rehabilitasi (topografi,
penutupan vegetasi, kondisi genangan, kondisi tanah gambut, potensi permudaan dan bahan
tanaman serta potensi sumber daya manusia) dan eksplorasi hambatan-hambatan
yang kemungkinan terjadi. Melalui survei ini dapat ditentukan tindakan silvikultur yang tepat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan rehabilitasi di lahan gambut:
(1)Hindari tanaman eksotik.
(2)Sesuaikan sistem penanaman dengan kondisi lahan dan tanaman.
5) Pasca Bencana (3)Libatkan masyarakat.
(4)Mengingat kondisi rawa gambut yang khas, yaitu adanya genangan, maka untuk
tanaman yang tidak tahan genangan seperti Meranti dan Ramin, sistem gundukan
(mound system) merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan. Sistem
gundukan ini dilakukan dengan cara membuat gundukan buatan dari tanah gambut
disekitar titik tanam yang disekelingnya ditahan dengan kayu, atau bahan lainnya agar
tidak longsor.
b) Upaya yuridikasi
Investigasi pasca kejadian kebakaran harus segera dilakukan untuk mengetahui siapa
penyebab kejadian kebakaran, bagaimana prosesnya dan berapa besar kerugian yang
diakibatkan dan selanjutnya melakukan upaya yuridikasi untuk menuntut si pelaku ke muka
pengadilan. Dalam upaya yuridikasi ini perlu koordinasi yang terkait antara polisi, penyidik
pegawai negeri sipil, LSM, dan para ahli. Para ahli kebakaran, tanah dan lingkungan dapat
mendukung upaya penyidikan dalam pengumpulan bukti-bukti serta hasil-hasil analisa yang
dapat mengungkapkan bahwa kebakaran yang terjadi berasal dari penggunaan api yang
ceroboh atau kebakaran tersebut dilakukan secara sengaja untuk tujuan tertentu.
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA
7.
Teknik Penanggulangan Bencana Kecelakaan Transportasi
(Darat, Laut Dan Udara).

a. Teknik Penanggulangan Bencana Kecelakaan


Transportasi Darat

Kecelakaan (accident) adalah peristiwa hokum pengangkutan berupa kejadian

atau musibah, yang tidak dikehendaki oleh pihak-pihak, terjadi sebelum, dalam

waktu atau sesudah penyelenggaraan pengangkutan karena perbuatan

manusia atau kerusakan alat pengangkutan sehingga menimbulkan kerugian

material, fisik, jiwa, atau hilangnya mata pencaharian bagi pihak penumpang,

bukan penumpang, pemilik barang, atau pihak pengangkut. Kecelakaan

transportasi adalah peristiwa atau kejadian pengoperasian sarana

transportasi yang mengakibatkan kerusakan sarana transportasi, seperti korban

jiwa dan / atau kerugian harta benda.


Di jalan raya, banyak ditemukan kesemrawutan lalu lintas. Prasarana lalu lintas yang belum memadai ditambah arogansi
pengendara yang menimbulkan kegaduhan makin menambah potensi bencana transportasi di tanah air. Jalan raya masih
menjadi pembunuh mematikan bagi pengendara. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan, yaitu :

• Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan
didahului dengan pelanggaran rambu- rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, Itu sebabnya mengapa mitigasi
Fakto bencana transportasi teramat
ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau
r penting untuk diedukasi kepada
pula pura-pura tidak tahu.
Man masyarakat luas. Mitigasi
usia
bencana transportasi sebelum
peristiwa melalui pengetatan
• Faktor kendaraan yang paling sering adalah kelalaian perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk pengamanan dan perbaikan
Fakto mengurangi factor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, di samping itu adanya sarana prasarana transportasi
r kewajiban untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara regular. setidaknya akan mengurangi
Kend angka korban.
araan

Fakto • Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana jalan, geometric jalan, pagar pengaman di daerah
r pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan kondisi permukaan jalan. Jalan yang
Jalan rusak/berlobang sangat membahayakan pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda dan sepeda terbang.
dan
Lainn
ya
• Hari hujan juga memengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan
Fakto menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara
r sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut
Cuac juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.
a
a. Teknik Penanggulangan Bencana Kecelakaan
Transportasi Laut

1) Berbagai penyebab tejadinya musibah di atas kapal antara lain (emergency Rudder).
karena:
c) Pengecekan beroperasinya GPS (Global Potitioning
a) Kesalahan manusia (human error). System).
b) Kerusakan permesinan kapal. d) Cek kelaikan sekoci (David) penolong diturunkan dan
c) Faktor eksternal dan internal, misalnya kejadian kebakaran dinaikan.
dan tubrukan. e) Cek Jangkar dan rantai jangkar dalam keadaan baik.
d) Faktor alam atau cuaca. f) Persiapan penerimaan Pilot (pandu),dan menurunkan Pilot.
e) Gabungan dari seluruh penyebab tersebut. g) Cek smoke detector di anjungan untuk mengantisipasi
2) Pada umumnya, musibah yang mungkin terjadi pada kapal kebakaran di palka-palka.
adalah akibat: h) Sebelum berlayar Peta-peta mulai dari tempat tolak sampai
a) Bertubrukan (collision) dengan kapal lain. ketempat tujuan sudah dikoreksi dan up date.

b) Kandas (stranded / grounded). i) Pemeriksaan generator, tes running atau tidak.

c) Tenggelam akibat cuaca buruk (bedweather). j) Pengecek lampu-lampu jalan dan lampu-
lampu darurat,
d) Terbakar (fire).
k) Mengetes darurat mesin Induk.
e) Kerusakan mesin (engine black out/breakdown).
l) Hasil Internal audit dan Manajemen review.
f) Kapal bersenggolan dengan kapal lainnya.
m) Pengopersian Oil Water sparator (OWS).
3) Pra Bencana
n) Menengecek tutup palka dan peralatan bongkar muat
Kecelakaan kapal susah diprediksi dan dapat terjadi dimana saja. Oleh juga alat elektronik.
sebab itu untuk menghadapi musibah di tengah laut sebelum kapal
meninggalkan pelabuhan, Kapal wajib melaksanakan persiapan-
persiapan dan persyaratan sebagai berikut:
a) Mengikuti peraturan International Manajemen code (ISM
code).
b) Pengetesan cara operasinya kemudi darurat,
4) Saat Terjadi Bencana
d) ABK Kapal penolong yang pertama kali melihat atau mengetahui adanya laka
Persiapan penanganan kecelakaan adalah sebagai berikut :
laut, segera berteriak “ KECELAKAAN LAUT” di posisi ( posisi laka tersebut
a) Observasi
terjadi atau dilihat ) secara berulang, kemudian menginformasikan kejadian
Observasi ini dimaksudkan untuk mengumpulkan dan mancatat informasi
tersebut kepada perwira jaga Kapal.
yang dapat dilihat dan berguna pada saat penanganan.
e) Kecepatan laju kapal penolong segera dikurangi dan haluan diarahkan
Sasaran yang perlu di observasikan adalah :
kelokasi laka yang terjadi dan diusahakan posisi lokasi laka senantiasa pada
(1) Posisi / Lokasi Kapal.
posisi lambung dari kapal penolong.
(2) Kegiatan kapal.
f) Komandan kapal penolong menuju salah satu abk kapal untuk selalu
(3) Jenis Kapal.
mengawasi posisi laka.
(4) Tanda-tanda di lambung Kapal.
g) Merapatkan kapal penolong ke lokasi laka dengan memperhatikan posisi yang
(5) Kondisi Kapal.
aman bagi kapal patroli.
(6) Bendera Kapal / Kebangsaan.
h) Olah gerak kapal penolong dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
(7) Haluan dan kecepatan Kapal.
menggangu korban yang sedang berusaha menyelamatkan diri.
(8) Elektronik yang dimiliki.
i) Pada malam hari, lampu sorot kapal penolong seluruhnya
(9) Jenis dan kondisi kelengka5pan.
dinyalakan dan diarahkan pada lokasi kecelakaan.
(10) Jumlah awak Kapal.
j) Dalam hal penangan terhadap korban melakukan tindakan tindakan antara
b) Tingkat Resiko dan ancaman
lain:
Semua penanganan dapat mengakibatkan resiko bagi awak Kapal penolong.
(1) Bilamana ada korban yang jatuh kelaut usahakan dalam melempar
Penentuan tingkat resiko dibuat untuk menentukan cara bertindak dalam
pelampung ke arah korban yang jatuh kelaut harus memperhatikan arus laut,
mengantisipasi kemungkinan resiko yang akan terjadi. Beberapa hal yang
agar korban dapat menjangkau pelampung.
menentukan tingkat resiko, meliputi :
(2) Anggota Tim Penolog agar diterjunkan kelaut dengan maksud memberikan
(1) Konfigurasi Kapal yang mengalami
pertolongan harus sudah memakai baju penyelamat (life jacket) atau alat
kecelakaan.
pengamanlainnya.
(2) Kebangsaan awak Kapal yang mengalami kecelakaan.
(3) Dalam hal penangan korban luka berat dan luka ringan diusahakan diberikan
(3) Reaksi awak Kapal terhadap kehadiran Kapal patroli Polri.
tempat yang terbuka dan/atau terdapat sirkulasi udara diatas kapal.
(4) Keadaan cuaca.
(4) Segera memberikantindakan pertama terhadap korban dengan
(5) Waktu ( siang/malam ).
mempergunakan alat kesehatan yang berada diatas kapal penolong sebelum
c) Bunyikan alarm di Kapal penolong sebagai tanda adanya laka laut, maka
mendapatkan perawatan yang intensif dari pihak rumah sakit.
komandan Kapal beserta ABK segera menuju Pos masing-masing yang telah
ditentukan di atas kapal patroli Polri dengan memperhatikan ketentuan- 5) Pasca Bencana
ketentuan berpakaian dan perlengkapannya. Proses tata laksana pasca terjadi bencana diatur serta dilaksanakan oleh KNKT.
c. Teknik Penanggulangan Bencana Kecelakaan
Transportasi Udara Bepergian menggunakan pesawat terbang saat ini adalah
sebuah keniscayaan. Apalagi kita tinggal disebuah Negara
1) Pra bencana kepulauan yang dipisahkan oleh lautan sehingga sarana
Pemeriksaan perawatan pesawat adalah inspeksi periodik yang transportasi udara adalah salah satu solusi jitu untuk berpindah
harus dilakukan pada seluruh pesawat terbang sipil/komersial dari satu kota ke kota lain.
setelah batas waktu atau penggunaan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Pesawat terbang militer umumnya juga melakukan program a) A check
perawatan tertentu yang serupa dengan yang dilakukan oleh Pemeriksaan ini dilakukan setiap 400 - 600 jam terbang atau 200 - 300
operator penerbangan sipil. Maskapai penerbangan dan operator pergerakan (lepas landas dan mendarat dianggap sebagai satu
komersial lainnya yang memiliki pesawat besar atau bertenaga pergerakan pesawat), tergantung jenis pesawatnya.
turbin mengikuti program inspeksi berkelanjutan yang disetujui Pemeriksaan ini membutuhkan sekitar 150 - 180 jam kerja dan
oleh Federal Aviation Administration (FAA) di Amerika Serikat, umumnya dilakukan di hangar sedikitnya selama 10 jam. Pelaksanaan
atau oleh otoritas penerbangan sipil lainnya seperti Direktorat sebenarnya bergantung dengan jenis pesawat, jumlah pergerakan, atau
Jenderal Perhubungan Udara di Indonesia atau European Aviation jumlah jam terbang setelah pemeriksaan terakhir. Pemeriksaan dapat
Safety Agency (EASA). ditunda oleh maskapai apabila beberapa kondisi yang ditentukan
Di bawah pengawasan setiap otoritas penerbangan sipil, setiap sebelumnya terpenuhi.
operator harus menyiapkan Dokumen Perencanaan Perawatan b) B check
dan disetujui menjadi Continuous Airworthiness Maintenance Pemeriksaan ini dilakukan setiap 6-8 bulan. Pemeriksaan membutuhkan
Program (CAMP) sebagai acuan perawatan pesawat oleh operator. 160 - 180 jam kerja, bergantung pada jenis pesawat, dan umumnya
CAMP meliputi inspeksi rutin dan detail. Maskapai dan otoritas selesai dalam waktu 1 - 3 hari di hangar.
penerbangan sipil umumnya menjelaskan ispeksi detail sebagai Pemberlakuan jadwal yang sama bisa dilakukan kepada A dan B check.
"check", biasanya dengan nama sebagai berikut: A check, B check, Selain itu, B check juga bisa digabungkan dalam A check yang
C check, atau D check. A dan B check merupakan pemeriksaan berkelanjutan, seperti: pemeriksaan A1 hingga A10 menyelesaikan
yang lebih ringan, sedangkan C dan D dianggap sebagai seluruh item B check.
pemeriksaan yang lebih berat.
c) C check
Pemeriksaan ini dilakukan kira-kira setiap 20 - 24 bulan atau pada jumlah jam terbang tertentu seperti yang ditetapkan oleh pembuat
pesawat. pemeriksaan perawatan ini jauh lebih luas dibandingkan B check, mengharuskan sebagian besar komponen pesawat untuk
diperiksa.
Pemeriksaan ini membuat pesawat tidak bisa terbang hingga penyelesaiannya. karena pesawat dilarang meninggalkan tempat
pemeriksaan sebelum selesai. Pemeriksaan ini juga membutuhkan tempat yang lebih luas dibandingkan A dan B check. Pemeriksaan ini
umumnya dilakukan di hangar tembat basis perawatan berada.
Waktu yang dibutukan untuk pemeriksaan ini antara 1 -2 minggu dan membutuhkan tenaga hingga 6000 jam kerja. Jadwal pemeriksaan
tergantuk pada banyaknya faktor dan komponen yang diperiksa, dan bergantung pada jenis pesawat.
d) D check
Pemeriksaan ini merupakan yang paling luas dan paling berat bagi sebuah pesawat. Pemeriksaan ini dilakukan kira-kira setiap enam
tahun.
Pemeriksaan ini membuat hampir semua bagian pesawat dibongkr untuk inspeksi dan diteliti. Bahkan cat harus benar-benar dikelupas
untuk inspeksi lebih lanjut pada bagian dinding lambung. Pemeriksaan ini membutuhkan hingga 50000 jam kerja dan 2 bulan untuk
selesai, tergantung jenis pesawat dan jumlah personil yang terlibat.
Pemeriksaan ini juga membutuhkan tempat yang paling luas sehingga harus dilakukan di basis perawatan yang tepat. Sulitnya persyaratan
dan besarnya usaha yang dibutuhkan membuat pemeriksaan ini menjadi yang paling mahal, dengan biaya penyelenggaraan sekali D
check menghabiskan dana hingga puluhan miliar rupiah.
Karena kondisi dan biaya pemeriksaan ini, sebagian besar maskapai terutama yang memiliki
armada besar harus merencanakan D check bagi pesawatnya setahun sebelumnya. Sering kali pesawat yang lebih tua pada beberapa
maskapai tertentu akan disimpan atau dibesituakan sebelum mencapai D check berikutnya, karena besarnya biaya bila dibandingkan
dengan nilai pesawat.
Rata-rata, sebuah pesawat komersial akan menjalani tiga D check sebelum dimusnahkan. Banyak bengkel perawatan, perbaikan, dan
pembongkaran menyatakan sulit memperoleh D check yang menguntungkan di beberapa negara tertentu, sehingga hanya sedikit bengkel
yang bisa melakukannya.
Karena waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan, banyak maskapai menggunakan kesempatan pemeriksaan ini untuk juga melakukan
modifikasi kabin yang cukup besar di pesawat, yang juga membutuhkan waktu banyak sebelum boleh diterbangkan. Hal ini juga meliputi
penggantian kursi, sistem hiburan, dan karpet.
2) Saat terjadi bencana
a) Pertama, dengarkan baik-baik petunjuk keselamatan yang diperagakan awak pesawat dan ingat untuk membaca kartu keselamatan. Poin
ini seringkali dianggap remeh oleh penumpang padahal sangat membantu dalam upaya penyelamatan.
Harus mengingat pintu keluar terdekat, termasuk jarak dari baris tempat duduk ke pintu keluar. Kemampuan mengingat ini diperlukan karena
Anda dapat terjebak dalam keadaan gelap atau asap tebal di dalam pesawat. Info penyelamatan ketika terjadi kecelakaan udara penting
diketahui sebagai dasar bertahan hidup.
b) Kedua, beberapa penelitian secara implisit juga mendorong penumpang memilih kursi deretan belakang supaya lebih aman. “Mereka yang
duduk enam baris dari pintu keluar, lebih kecil kemungkinannya untuk bertahan hidup,” ungkap hasil studi Universitas Greenwich, seperti
ditulis Telegraph.
Majalah Popular Mechanics juga menganalisis kecelakaan udara setelah tahun 1971 hingga tahun 2007. Ulasan media ini menyimpulkan
kursi belakang yang berada di belakang sayap
merupakan tempat paling aman. Penumpang yang duduk di sana memiliki tingkat ketahanan hidup sebesar 69 persen, dibandingkan 56
persen penumpang di kursi atas sayap dan 49 persen penumpang bagian depan.
c) Ketiga, tempatkan tubuh serendah mungkin (posisi brace) untuk mengurangi efek benturan dan risiko terhirup asap. Posisikan kaki di
belakang lutut, letakkan tas tangan di bawah kursi depan, dan pergunakan sebagai pelindung tambahan kepala. Singkirkan benda-benda
berbahaya di sekitar seperti pensil, pulpen, atau gigi palsu. Pertahankan posisi ini sampai pesawat berhenti.
d) Keempat, kenakan sabuk pengaman dengan benar dan pelajari cara melepasnya di saat yang tepat. Pada saat panik, orang cenderung
bingung melepas sabuk pengaman.
e) Kelima, jika terjebak dalam kondisi berasap, sebisa mungkin cari penutup hidung, basahi dulu dengan air, atau urine. Asap dapat
menyebabkan kesadaran hilang, sehingga perlu mengurangi kadar hirupan asap menggunakan kain basah. Lalu ingatlah untuk meninggalkan
barang karena benda-benda tersebut akan membatasi gerak penyelamatan.
f) Terakhir, meski sulit, usahakan tetap tenang, mendengarkan, dan mengikuti instruksi awak pesawat pesawat. Pilot dilatih untuk mengatasi
prosedur darurat. Mereka akan memberikan informasi keputusan kepada Air Traffic Services (pelayanan lalu lintas udara) yang sedang
berjalan. Ketika kondisi sudah genting mereka dapat menggunakan Frequency Emergency
121.50. Semua lalu lintas pesawat dapat mendengarkan informasi yang disampaikan pilot.
Namun, apabila awak pesawat ikut panik atau tertegun saat harus memandu, maka penumpang diperbolehkan membuat keputusan
penyelamatan mandiri. Periode emas untuk menyelamatkan diri hanya berlangsung sekitar dua menit.
3) Pasca Bencana
Proses tata laksana pasca terjadi bencana diatur serta dilaksanakan oleh KNKT.
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA
8.
Teknik Penanggulangan Bencana Wabah Penyakit

a. Pra Bencana
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:
1) Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat
pemerintah khususnya di jajaran kesehatan dan lintas
sektor terkait untuk memahami risiko bila wabah terjadi
serta bagaimana cara-cara menghadapinya bila suatu
wabah terjadi melalui kegiatan sosialisasi yang
berkesinambungan.
2) Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk
mendukung upaya-upaya pencegahan, respon cepat
serta penanganan bila wabah terjadi.
3) Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanganan
seperti sumberdaya manusia yang profesional, sarana
pelayanan kesehatan, sarana komunikasi, transportasi,
logistik serta pembiayaan operasional.
4) Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk
identifikasi faktor risiko dan menentukan strategi
intervensi dan penanganan maupun respon dini di semua
jajaran.
b. Saat Terjadi Bencana
Sebelum pandemi COVID-19, Indonesia telah menghadapi wabah penyakit lain. Kenyataan ini menjadi angin segar di tengah
semakin bertambahnya kasus positif Covid-19.
Dengan keberhasilan Indonesia menghadapi wabah terdahulu, harapannya, pandemi Covid-19 juga bisa teratasi dengan baik.
Yang diperlukan adalah kerjasama apik antara pemerintah dan masyarakat.
Berikut ini beberapa penyakit yang pernah mewabah di Indonesia dan upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasinya :

1) Cacar
Berasal dari “Isle de France”, pada tahun 1804 masuk ke Batavia. Pengembangan vaksinasi cacar telah dilakukan sejak tahun 1811 dan disempurnakan pada
tahun 1926 oleh Dr. L. Otten. Tahun 1948, wabah cacar kembali melanda Indonesia. Upaya pencegahan penyakit terus dilakukan dengan pencacaran massal.
Akhirnya pada tahun 1972, pemerintah Indonesia berhasil membasmi penyakit ini dan oleh WHO dinyatakan bebas cacar pada tahun 1974.
2) Malaria
Laveran pada tahun 1882 menemukan Plasmodium malariae sebagai penyakit malaria, dengan penularan melalui nyamuk. Upaya pemberantasan malaria
sudah mulai dilakukan sejak tahun 1911 dengan pemantauan jenis nyamuk dan jentik, pencegahan berkembangnya jentik di sarang-sarang, pembunuhan
nyamuk dewasa dengan asap, obat nyamuk, penggunaan kelambu/kasa nyamuk, serta pencegahan kontak antara manusia dan nyamuk.
Hingga saat ini malaria (terutama di wilayah endemis) menjadi momok bagi masyarakat sehingga upaya pencegahan perlu terus dilakukan.
3) Demam berdarah (DBD)
Demam berdarah banyak ditemukan di Indonesia dan di Asia Tenggara. Banyak dilaporkan kejadian epidemi penyakit ini, namun kasus pandemi terjadi pada
1998 dengan lebih dari 1,2 juta kasus yang dilaporkan ke WHO. Pada saat itu, setiap tahunnya terjadi 72.133 kasus dan 1.414 kematian dengan angka rata-rata
kematian 2 persen.
Sama seperti malaria, demam berdarah juga masih menjadi momok bagi masyarakat, terutama di wilayah endemis. Maka itu, masyarakat perlu rutin
melakukan pencegahan demam berdarah dengan 3M+, diantaranya:
a) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air.
b) Menggunakan obat nyamuk/obat anti nyamuk.
c) Menggunakan kelambu saat tidur.
d) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk.
e) Menanam tanaman pengusir nyamuk.
f) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah.
g) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah.
4) Sampar (penyakit pes)
Kasus pertama terjadi di Malang pada Maret 1911 dan meluas ke daerah lain. Jalur penyebaran diduga melalui kapal yang mengangkut beras dan di atas kapal juga
berkeliaran tikus-tikus yang terjangkit penyakit pes. Selama kurang lebih 40 tahun, penyakit ini telah menyerang 240 ribu orang di Pulau Jawa. Upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit dilakukan dalam berbagai cara, termasuk vaksinasi dan “DDT Spraying”. Sejak tahun 1961, tidak ditemukan lagi kasus ini.
5) Penyakit kolera
Kolera mulai dikenal tahun 1821, saat itu sifatnya belum dikenali, tetapi vaksinasi massal dan penyuluhan kebersihan selalu diadakan saat wabah terjadi. Meskipun
telah ditemukan vaksin, penyakit ini masih terus berjangkit di Indonesia hingga tahun 2003 dengan kejadian wabah terakhir pada tahun 1927 di Tanjung Priok.
6) Flu burung
Flu burung disebabkan oleh virus influenza tipe A (Varian H5N1). Laporan di Indonesia terjadi pertama kali pada Agustus 2003. Jalur transmisi melalui unggas ke
unggas, unggas ke manusia, maupun melalui udara yang tercemar virus H5N1. Untuk mengatasi dampak akibat flu burung, Departemen Kesehatan Indonesia telah
mengambil beberapa tindakan mulai dari investigasi para pekerja, penjual dan penjamah produk ayam pada beberapa daerah di Indonesia hingga meningkatkan upaya
penyuluhan kesehatan masyarakat agar tetap waspada dan tidak panik.
7) SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
Kasus ini pada awalnya berasal dari Guangdong pada November 2002, April 2003, diketahui penyebabnya adalah corona virus. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
Departemen Kesehatan saat itu dengan mengupayakan public awareness, pemantauan kasus secara epidemiologi berdasarkan informasi masyarakat, menyiapkan
rumah sakit baik sarana maupun prasarana, serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas. Di Indonesia, sejak 17 Maret –
10 April 2003, 24 orang dicurigai mengidap penyakit SARS. Dari jumlah tersebut, satu orang dinyatakan kasus, delapan orang dalam tahap observasi, dan sisanya
dinyatakan negatif.
8) Spanish flu
Pandemi ini terjadi pada tahun 1918 – 1920, asal terjadinya pandemi ini tidak diketahui, namun menurut catatan sejarah, virus H1N1 sebagai penyebabnya masuk ke
Indonesia pertama kali dibawa oleh seorang penumpang kapal dari Malaysia dan Singapura dan menyebar lewat Sumatera Utara.
Di Indonesia sendiri, diperkirakan angka kematian mencapai 1,5 juta kasus. Namun, dengan adanya perhitungan yang baru, diperkirakan terdapat peningkatan angka
kasus kematian menjadi 4,26 – 4,37 juta hanya di pulau Jawa. Kurangnya sarana dan prasarana kesehatan, serta fokus yang terpecah terhadap penyakit lainnya juga
menjadi masalah pada saat itu.
9) Flu babi (swine flu)
Terjadi pada tahun 2009, flu babi ditemukan pertama kali di Amerika Serikat dan disebabkan oleh virus influenza H1N1 jenis baru. Sehingga hal ini membuat vaksin
influenza musiman A dan B yang tersedia tidak bermanfaat, dan untuk mencegah penyebaran virus baru ini diperlukan vaksin influenza A baru.
Selain berbagai pandemi yang pernah terjadi di Indonesia, penyakit-penyakit lain yang pernah menjadi wabah/endemi di negara Indonesia adalah HIV/AIDS, difteri,
campak, tetanus, rabies, leptospirosis, tuberkulosis, polio, dan berbagai penyakit lainnya.
10) Virus Corona (Covid-19)
Korona virus atau corona virus (istilah populernya: virus korona, atau virus Corona ) adalah sekumpulan virus dari subfamili Orthocorona virinae
dalam keluarga Corona viridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini yang dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia
(termasuk manusia).
Pada manusia, korona virus menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya ringan, seperti pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit
seperti SARS, MERS, dan Covid-19 sifatnya lebih mematikan. Manifestasi klinis yang muncul cukup beragam pada spesies lain: pada ayam,
korona virus menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas, sedangkan pada sapi dan babi menyebabkan diare. Belum ada vaksin
atau obat antivirus untuk mencegah atau mengobati infeksi korona virus pada manusia.

c. Pasca Bencana
Kebijakan di bidang kesehatan, antara lain:
1) Penanggung jawab kesehatan dalam penanganan bencana di tingkat Pusat
adalah Menteri Kesehatan.
2) Penanggung jawab kesehatan dalam penangangan bencana di tingkat Provinsi
adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan bantuan, antara lain:


1) Penerimaan bantuan baik dari masyarakat umum, masyarakat internasional,
instansi pemerintah, pemerintahan negara sahabat, lembaga swadaya masyarakat
dalam dan luar negeri serta organisasi non pemerintah (NGO).
2) Penyimpanan bantuan sebelum disalurkan, penilaian bantuan, konversi bantuan
dan eliminasi nilai bantuan.
3) Penyaluran bantuan dari donor kepada masyarakat korban bencana harus
sesuai dengan sasaran.
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA
9.
Teknik Penanggulangan Bencana Kerusuhan Sosial.

Kerusuhan atau Konflik Sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi huru-hara/kerusuhan atau perang
atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan masyarakat,
golongan, suku, ataupun organisasi tertentu.
Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi kerawanan akibat
keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan, hal tersebut merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik. Dengan semakin marak dan meluasnya
konflik akhir-akhir ini, merupakan suatu pertanda menurunnya rasa nasionalisme di dalam
masyarakat. Penyebab timbulnya disintegrasi
Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik yang bernuansa SARA, serta bangsa juga dapat terjadi karena
munculya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI akibat dari ketidakpuasan dan
perlakuan yang tidak adil dari
perbedaan kepentingan. Apabila kondisi ini tidak dikelola dengan baik akhirnya akan berdampak
pada disintegrasi bangsa. Permasalahan ini sangat kompleks sebagai akibat akumulasi permasalahan pemerintah pusat kepada
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan yang saling tumpang tindih, apabila tidak pemerintah daerah khususnya pada
cepat dilakukan tindakan-tindakan bijaksana untuk menanggulangi sampai pada akar daerah-daerah yang memiliki
permasalahannya maka akan menjadi problem yang berkepanjangan. potensi sumber daya/kekayaan
Kekhawatiran tentang perpecahan (disintegrasi) bangsa di tanah air dewasa ini yang dapat alamnya berlimpah/ berlebih,
digambarkan sebagai penuh konflik dan pertikaian, gelombang reformasi yang tengah berjalan sehingga daerah tersebut mampu
menimbulkan berbagai kecenderungan dan realitas baru. Segala hal yang terkait dengan Orde Baru menyelenggarakan pemerintahan
termasuk format politik dan paradigmanya dihujat dan dibongkar. Bermunculan pula aliansi ideologi
sendiri dengan tingkat
dan politik yang ditandai dengan menjamurnya partai- partai politik baru. Seiring dengan itu lahir
sejumlah tuntutan daerah-daerah diluar Jawa agar mendapatkan otonomi yang lebih luas atau kesejahteraan masyarakat yang
merdeka yang dengan sendirinya makin menambah problem, manakala diwarnai terjadinya konflik tinggi.Sebelumnya
dan benturan antar etnik dengan segala permasalahannya.
Selain itu disintegrasi bangsa juga dipengaruhi oleh perkembangan politik dewasa ini. Dalam kehidupan politik sangat terasa adanya
pengaruh dari statemen politik para elit maupun pimpinan nasional, yang sering mempengaruhi sendi-sendi kehidupan bangsa, sebagai
akibat masih kentalnya bentuk-bentuk primodialisme sempit dari kelompok, golongan, kedaerahan bahkan agama. Hal ini menunjukkan
bahwa para elit politik secara sadar maupun tidak sadar telah memprovokasi masyarakat. Keterbatasan tingkat intelektual sebagian besar
masyarakat Indonesia sangat mudah terpengaruh oleh ucapan-ucapan para elitnya sehingga dengan mudah terpicu untuk bertindak yang
menjurus ke arah terjadinya kerusuhan maupun konflik antar kelompok atau golongan.

a. Pra Bencana
Adapun kebijakan yang diperlukan guna memperkukuh upaya integrasi nasional adalah
sebagai berikut :
1) Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak
untuk bersatu.
2) Menciptakan kondisi yang mendukung komitmen, kesadaran dan kehendak
untuk bersatu dan membiasakan diri untuk selalu membangun konsensus.
3) Membangun kelembagaan (Pranata) yang berakarkan nilai dan norma yang
menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa.
4) Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam aspek
kehidupan dan pembangunan bangsa, yang mencerminkan keadilan bagi semua
pihak, semua wilayah.
5) Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan kepemimpinan
yang arif dan efektif.
b. Saat Terjadi Bencana

1) Pastikan berada di daerah aman


Entah itu kunjungan ke suatu daerah yang sering menimbulkan banyak kegaduhan untuk bepergian semata, atau di daerah tempat tinggal memang ada di area tersebut ada
baiknya apabila sudah mengenal seluk beluk daerah tersebut sehingga tahu kemana mesti berlindung ketika kericuhan terjadi.
Apabila daerah tersebut termasuk daerah yang masih awam, selalu bawa map lokal untuk membantu menavigasikan arah jalan.
2) Selalu waspada akan lingkungan sekitar
a) Selalu pastikan bahwa tahu perkembangan berita ter-update tentang daerah tempat tinggal atau tempat bepergian.
b) Apabila mendengar adanya aksi demo yang sedang berlangsung, hindari daerah tersebut dan pilihlah jalur akomodasi yang berbeda dengan biasanya.
c) Hindari tempat-tempat dimana kumpulan polisi dan masa sedang berkumpul.
3) Pastikan terlihat netral
a) Jika tidak sengaja terjebak di antara kerusuhan demonstrasi, usahakan terlihat senetral-netralnya.
b) Jangan membuat diri sendiri terlihat seperti salah satu demonstran.
c) Jauhi kumpulan demonstran dengan cara berjalan ke arah tempat yang tidak ramai.
4) Jangan panik dan tergesa
a) Saat sedang berlindung, usahakan untuk bisa mengontrol emosi dan ekspresi diri sendiri.
b) Jangan terlihat tergesa-gesa karena hal tersebut akan memancing tingkah agresi dan perhatian dari sebuah pihak yang tidak diinginkan.
c) Tunjukkan sikap tenang, netral, dan tidak mau terlibat dalam kerusuhan tersebut dengan jalan perlahan-lahan saat menghindari kumpulan orang- orang yang sudah
rusuh.
5) Jauhi tempat berkaca atau sumber api
a) Ketika sedang berlindung dari aksi demo yang rusuh, jauhi tempat-tempat yang kelihatannya mudah ambruk seperti bangunan-bangunan berkaca, karena akan lebih
mudah terluka di tempat ini dibandingkan dengan kerumunan besar karena jumlah barang yang berterbangan ke segala arah.
b) Jauhi juga tempat-tempat yang dapat terbakar dengan mudah seperti bangunan yang didominasi oleh material kayu.
6) Jangan Melawan
a) Tanpa bisa kita pungkiri, saat kerusuhan sedang terjadi, tingkat amarah seseorang terkadang dapat membuat mereka bertindak tidak sewajarnya.
b) Jika keadaan sudah semakin parah, kamu tergiring ke dalam kumpulan masa yang ditahan oleh pihak polisi, jangan melawan.
c) Tingkah yang agresif tidak akan berujung baik apabila dilawan dengan amarah.
7) Tetap Tenang
a) Membalas perlakuan seseorang yang sedang ricuh dengan amarah tidak akan menyelesaikan masalah karena akan memancing lebih banyak emosi.
b) Tarik napas dan cobalah untuk tenang.
c) Ikuti jalur masa ketika gerombolan memang sudah tidak bisa ditembus lagi, dan setelah melihat celah untuk kamu berjalan keluar dari kerumunan,
lakukanlah dengan segera.
8) Ketika kerusuhan aksi demo terjadi dan tidak sengaja terjebak di tengah-tengah keramaian tersebut, cari tempat aman dan tutupi kepala sampai leher dengan keadaan
tertelungkup. Dengan begini dapat melindungi wajah dan bagian depan leher yang sangat akan fatal bila terluka.
9) Jika terbawa arus masa, buat sedikit ruang di antara c. Pasca Bencana
diri sendiri dengan menggenggam pergelangan tangan Adapun strategi yang digunakan dalam penanggulangan disintegrasi bangsa antara lain :
dan bentangkan sikut ke arah samping. Ini akan 1) Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa
persaudaraan, agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat Indonesia.
memberikan sedikit ruang untuk bernapas. 2) Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya primodialisme sempit pada
10) Ketika tidak sengaja terdorong massa dan terjatuh, setiap kebijaksanaan dan kegiatan, agar tidak terjadi KKN.
bungkukkan badan dan bergulinglah ke arah yang aman. 3) Meningkatkan ketahanan rakyat dalam menghadapi usaha-usaha pemecahbelahan
Tutupi bagian kepala sampai leher sambil berjongkok dari anasir luar dan kaki tangannya.
sampai masa selesai lewat. Ingat, jangan melawan. 4) Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi butir-butir
11) Ketika tindakan penembakan sudah terdengar, Pancasila, dalam rangka melestarikan dan menanamkan kesetiaan kepada ideologi
berlututlah dan letakkan kedua tangan dibelakang bangsa.
5) Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi.
kepala seakan-akan sudah menyerah. Apabila keadaan 6) Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat, TNI dan Polri dalam
semakin parah, jatuhkan badanmu dengan keadaan memerangi separatis.
tertelungkup dan tutupi kepala sampai leher 7) Melarang, dengan melengkapi dasar dan aturan hukum setiap usaha untuk
menggunakan tas atau barang yang ada. menggunakan kekuatan massa.
12) Saat Terjebak dalam Mobil Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijaksanaan dan strategi
a) Matikan mesin dan segeralah berlindung dibalik pertahanan disarankan :
jok atau ke dalam area peristirahatan kaki. 1) Penyelesaian konflik vertikal yang bernuansa separatisme bersenjata harus
diselesaikan dengan pendekatan militer terbatas dan professional guna menghindari
b) Jika masa kumpulan kegaduhan masih jauh korban dikalangan masyarakat dengan memperhatikan aspek ekonomi dan sosial
namun terlihat mendekat, mundurkan mobil atau budaya serta keadilan yang bersandar pada penegakan hukum.
belok ke arah berlawanan secara perlahan. Ingat, 2) Penyelesaian konflik horizontal yang bernuansa SARA diatasi melalui pendekatan
jangan memancing perhatian. hukum dan HAM.
c) Jika tidak bisa menghindari kericuhan, parkirkan 3) Penyelesaian konflik akibat peranan otonomi daerah yang menguatkan faktor
mobil, lalu tinggalkan saja di sisi jalan. Tindakan perbedaan, disarankan kepemimpinan daerah harus mampu meredam dan
keji membakar mobil sudah tidak asing lagi terjadi memberlakukan reward and punishment dari strata pimpinan diatasnya.
4) Guna mengantisipasi segala kegiatan separatisme ataupun kegiatan yang berdampak
saat kericuhan. Pikirkan keselamatan dibandingkan
disintegrasi bangsa perlu dibangun dan ditingkatkan institusi inteligen yang handal.
dengan keadaan kendaraan.

Anda mungkin juga menyukai