TEKNIK PENANGGULANGAN
BENCANA
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA
Pulau-pulau di Indonesia secara geografis terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik dunia, yaitu
lempeng Australasia, lempeng Pasiik, lempeng Eurasia serta Filipina. Hal ini menyebabkan Indonesia rentan
secara geologis. Di samping itu, kurang lebih 5.590 daerah aliran sungai (DAS) yang terdapat di Indonesia,
yang terletak antara Sabang dan Merauke, mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu negara yang
berisiko tinggi terhadap ancaman bencana gempa bumi, tsunami, deretan erupsi gunung api (129 gunung api
aktif), dan gerakan tanah.
Selain itu, iklim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh lokasi dan karakteristik geograis yang
membentang antara Samudra Pasiik dan Samudra Hindia. Indonesia memiliki 3 pola iklim dasar: monsunal,
khatulistiwa, dan sistem iklim lokal yang menyebabkan perbedaan pola curah hujan yang dramatis. Kondisi
tersebut semakin kompleks lantaran tantangan dampak pemanasan global dan pengaruh perubahan iklim,
seperti kenaikan suhu temperatur dan permukaan air laut pada wilayah Indonesia yang berada di garis
khatulistiwa. Hal ini cenderung menimbulkan tingginya potensi terjadi berbagai jenis bencana
hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem, abrasi,
serta kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA
1.
Teknik Penanggulangan Bencana Banjir
1.
Teknik Penanggulangan Bencana Banjir
2.
Teknik Penanggulangan Bencana gempa bumi
Sampai saat ini, belum ada ahli dan institusi yang mampu
memprediksi kapan terjadinya gempa bumi. Institusi yang
berwenang untuk mengeluarkan informasi kejadian gempa
bumi adalah BMKG. Anda dapat mengetahui informasi dari
berbagai parameter mengenai besaran suatu gempa bumi,
titik pusat gempa bumi, kedalaman, dan potensi tsunami dari
laman (www.bmkg. go.id) atau pun aplikasi gawai BMKG
berbasis android atau IOS.
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA
2.
Teknik Penanggulangan Bencana gempa bumi
a. Pra bencana
2.
Teknik Penanggulangan Bencana gempa bumi
2.
Teknik Penanggulangan Bencana gempa bumi
Apabila mendengar peringatan dini tsunami, segera lakukan evakuasi menuju ke tempat
tinggi, seperti bukit dan bangunan tinggi.
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA
3.
Teknik Penanggulangan Bencana gunung meletus
Bahaya erupsi gunung api memiliki dua jenis bahaya berdasarkan waktu kejadian, yaitu bahaya primer
dan sekunder. Berikut ini bahaya dari erupsi gunung api :
a. Awan panas adalah aliran material vulkanik panas yang terdiri atas batuan berat, ringan (berongga) lava masif dan
butiran klastik yang pergerakannya dipengaruhi gravitasi dan cenderung mengalir melalui lembah. Bahaya ini
merupakan campuran material erupsi antara gas dan bebatuan (segala ukuran) yang terdorong ke bawah akibat
densitas tinggi. Suhu material bisa mencapai 300 – 700°C, kecepatan awan panas lebih dari 70 km/jam.
b. Aliran lava adalah magma yang meleleh ke permukaan bumi melalui rekahan, suhunya >10.000°C dan dapat merusak
segala bentuk infrastruktur.
c. Gas beracun adalah gas vulkanik yang dapat mematikan seketika apabila terhirup dalam tubuh. Gas tersebut antara
lain CO2, SO2, Rn, H2S, HCl, HF, H2SO4. Gas tersebut biasanya tidak berwarna dan tidak berbau.
d. Lontaran material (pijar). Lontaran material terjadi ketika letusan magmatic berlangsung. Suhu mencapai 200°C,
diameter lebih dari 10 cm dengan daya lontar ratusan kilometer.
e. Hujan abu. Material abu tampak halus dan bergerak sesuai arah angin.
f. Lahar Letusan, lahar letusan terjadi pada gunung berapi yang mempunyai danau kawah, terjadi bersamaan saat
letusan. Air bercampur material lepas gunung berapi mengalir dan bentuk banjir lahar.
MITIGASI BENCANA
LETUSAN GUNUNG API
MITIGASI BENCANA
LETUSAN GUNUNG API
Mitigasi bencana letusan gunung api adalah “proses pencegahan bencana letusan
gunung api atau pengurangan dampak bahaya letusan gunung api” untuk
MITIGASI BENCANA
LETUSAN GUNUNG API
2) Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu vulkanik sebab bisa merusak mesin kendaraan.
3) Bersihkan atap dari timbunan debu vulkanik karena beratnya bisa merobohkan dan merusak atap rumah atau
bangunan.
4) Waspadai wilayah aliran sungai yang berpotensi terlanda bahaya lahar pada musim hujan.
5) Menurunkan tingkat kegiatan saat terjadi bencana gunung api sesuai protap.
10) Melakukan identifikasi, kajian dan pemantauan resiko bencana dan memperkuat sistem peringatan dini
12) untuk membangun suatu budaya aman dan ketahanan terhadap bencana di semua tingkatan
13) Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana untuk menjamin pelaksanaan tanggap darurat yang efektif.
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA
4.
Teknik Penanggulangan Bencana Tsunami
a Pra bencana
AWAS: Tinggi tsunami diperkirakan bisa mencapai lebih dari tiga meter. Warga
diminta segera melakukan evakuasi menyeluruh ke arah tegak lurus dari pinggir
01 pantai. Pemerintah daerah harus menyediakan informasi jelas tentang jalur dan
tempat evakuasi terdekat.
SIAGA: Tinggi tsunami berada dikisaran 0,5 meter hingga tiga meter.
02 Pemerintah daerah diharapkan bisa mengerahkan warga untuk melakukan
evakuasi.
03 WASPADA: Tinggi tsunami kurang dari 0,5 meter. Walau tampak kecil,
warga tetap diminta menjauhi pantai dan sungai.
c Pasca bencana
1) Tetap utamakan keselamatan dan bukan barang-barang. Waspada dengan instalasi listrik dan pipa gas.
2) Kembali ke rumah setelah keadaan dinyatakan aman dari pihak berwenang.
3) Jauhi area yang tergenang dan rusak sampai ada informasi aman dari pihak berwenang.
4) Hindari air yang menggenang karena kemungkinan kontaminasi zat-zat berbahaya dan ancaman tersengat aliran listrik.
5) Hindari air yang bergerak karena arusnya dapat membahayakan.
6) Hindari area bekas genangan untuk menghindari terperosok atau terjebak dalam kubang.
7) Jauhi reruntuhan di dalam genangan air karena sangat berpengaruh terhadap keamanan perahu penyelamat dan orang-orang di
sekitar.
8) Bersihkan sarang nyamuk dan serangga lainya.
9) Berpartisipasi dalam kaporisasi sumber-sumber air bersih, perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah.
10) Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak berwenang membutuhkan relawan.
11) Tetap di luar gedung yang masih dikelilingi genangan air.
12) Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang tidak terlihat seperti pada fondasi.
13) Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih jika terkena air
genangan tsunami.
14) Buanglah makanan yang terkontaminasi air genangan.
15) Dengarkan berita atau informasi mengenai kondisi air,
serta di mana mendapatkan bantuan tenda darurat, pakaian, dan makanan.
16) Apabila ada masyarakat yang terluka, segera evakuasi untuk mendapatkan perawatan kesehatan di pos kesehatan terdekat.
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA
5.
Teknik Penanggulangan Tanah Longsor
Bencana tanah longsor seringkali dipicu karena kombinasi dari curah hujan yang tinggi,
lereng terjal, tanah yang kurang padat serta tebal, terjadinya pengikisan, berkurangnya
tutupan vegetasi, dan getaran. Bencana longsor biasanya terjadi begitu cepat sehingga
menyebabkan terbatasnya waktu untuk melakukan evakuasi mandiri. Material longsor
menimbun apa saja yang berada di jalur longsoran
a. Pra-Bencana
b. Saat Terjadi Bencana
1) Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun air tanah. (Perhatikan fungsi drainase
adalah untuk menjauhkan air dari lereng, menghindari air meresap ke dalam lereng atau
menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai
tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah). 1) Selalu terjaga
2) Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling. Selalu terjaga dan waspada. Banyak kasus kematian
3) Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman dan fasilitas utama lainnya. dari tanah longsor diakibatkan karena korban sedang
4) Terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras - teras dijaga jangan sampai
lelap tertidur. Ketika curah hujan semakin deras dan
menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah). tanah semakin terasa ganjil, dapat memberlakukan
5) Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat sistem shift jaga malam.
(khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya
2) Dengarkan suara-suara ganjil.
tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek dan ringan,
di bagian dasar ditanam rumput) Dengarkan suara-suara ganjil seperti pohon retak atau
6) Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat. batu-batu besar yang berjatuhan dan bergesekan. Jika
7) Melakukan pemadatan tanah di sekitar perumahan. Pengenalan daerah rawan longsor. mendengar sesuatu, langsung kabari yang lain.
8) Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall). 3) Menjauh dari jalur longsoran secepat mungkin.
9) Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat ke dalam tanah. Jalur longsoran sangat berbahaya. Jalur longsoran
10) Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquefaction (infeksi cairan). membawa reruntuhan rumah, pohon, kendaraan,
11) Utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel. bahkan bebatuan besar. Menjauh dari jalur longsoran
secepat mungkin.
12) Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan. Menanami kawasan yang gersang dengan
tanaman yang memiliki akar kuat, banyak dan dalam seperti nangka, durian, pete, kaliandra dan
sebagainya.
4) Hindari lembah sungai dan daerah dataran rendah.
13) Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing dan tanah yang tidak stabil (tanah gerak).
14) Membuat selokan yang kuat untuk mengalirkan air hujan. Lembah sungai dan daerah dataran rendah adalah
tempat muara akhir dari hasil longsoran tanah.
15) Waspada ketika curah hujan tinggi.
c. Pasca Bencana
Hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil.
a) Bangunan Gedung
Wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian
atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
b) Evakuasi
Pemindahan orang/penghuni dari satu tempat yang berbahaya ketempat yang lebih aman.
c) Keadaan darurat
Setiap peristiwa atau kejadian pada bangunan dan lingkungan sekelilingnya yang memaksa dilakukannya suatu tindakan segera. Dengan
perkataan lain, keadaan darurat adalah suatu situasi yang terjadi mendadak dan tidak dikehendaki yang mengandung ancaman terhadap
kehidupan, aset dan operasi perusahaan, serta lingkungan, dan oleh karena itu memerlukan tindakan segera untuk mengatasinya.
d) Pemilik bangunan gedung
Orang, badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan gedung
e) Pengguna bangunan gedung
Pemilik bangunan gedung dan/atau bukan pemilik bangunan gedung
berdasarkan kesepakatan dengan pemilik bangunan gedung, yang
menggunakan dan/atau mengelola bangunan gedung atau bagian
bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan
f) Proteksi aktif
Kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan memadamkan kebakaran,
pengendalian asap, dan sarana penyelamatan kebakaran.
g) Proteksi pasif
Kemampuan stabilitas struktur dan elemennya, konstruksi tahan api, kompartemenisasi dan pemisahan,
serta proteksi pada bukaan yang ada untuk menahan dan membatasi kecepatan menjalarnya api dan asap kebakaran.
h) Rencana tindak darurat kebakaran
Suatu Rencana atau Plan yang memuat prosedur yang mengatur SIAPA harus berbuat APA pada saat terjadi keadaan darurat dalam satu
bangunan gedung dalam hal ini kebakaran, dimana tiap bangunan akan berbeda bentuk RTDK nya sesuai dengan situasi dan kondisi masing-
masing.
i) Orang dengan kemampuan mobilitas terbatas atau memiliki mobilitas terbatas/difabled
Seseorang dengan kelemahan fisik, mental atau mengalami gangguan pada bagian panca indera baik secara tetap atau sementara, yang
membutuhkan bantuan saat evakuasi keadaan darurat.
2) Potensi bahaya dan lokasi yang perlu diperhatikan
Potensi bahaya didasarkan kepada kemungkinan ancaman bahaya dari suatu proses atau bahan yang digunakan. Dapat
pula ditinjau dari segi kepentingan atas manusia atau objek yang harus dilindungi. Pada bangunan gedung
potensi yang menimbulkan bahaya (kebakaran) yang perlu diperhatikan antara lain:
Lokasi lain yang perlu diperhatikan adalah ruang ruang fungsional, ruang rapat, koridor/jalan
terusan, tangga kebakaran dan ruang kontrol.
3) Sistem proteksi kebakaran
Sistem proteksi kebakaran yang dapat dipergunakan meliputi :
(1) Sistem deteksi kebakaran otomatis: (2) Sistem deteksi kebakaran manual/alarm kebakaran:
(a) Detektor asap/smoke detector (a) Setiap kotak (Box) Fire Hydrant yang ada selalu dilengkapi dengan
Alat ini akan mengaktifkan alarm apabila ada asap yang Lampu darurat (Flash light emergency),
masuk ke alat. (b) Alarm Bell dan Manual Push Button (Break Glass).
(b) Detektor panas/heat detector (c) Flash Light (Visual Coverage), akan menyala apabila terjadi
Alat ini akan mengaktifkan alarem apabila ada panas alarem.
yang cukup mengaktifkan sensor. (d) Alarm Bell (Audible Coverage), akan berbunyi apabila terjadi
(c) Sistem sprinkler alarem.
Alat ini akan mengaktifkan alarem, apabila ada panas (e) Break Glass (Manual Push Button), berupa kotak logam berwarna
yang dapat memecahkan sensor panasnya (lebih kurang merah yang pada kacanya tertulis Break Glass, yang akan
68O C atau 154O F) dan mengakibatkan alat mengaktifkan alarem apabila kacanya dipecahkan.
menyemburkan air dan terjadi aliran air di instalasi yang Apabila kaca salah satu kotak alarm tersebut dipecahkan, bel tanda bahaya
mendorong katup Flow switch sebagai pemicu tanda kebakaran akan berbunyi. Panel pengontrol tanda bahaya kebakaran di
alarm. ruang kontrol akan menunjukkan daerah kebakaran tersebut, dan satuan
pengaman gedung/building security akan segera menyelidikinya.
Bel tanda bahaya kebakaran tersebut juga akan berbunyi apabila heat
detector, smoke detector atau sprinkler bekerja.
b)b) Sistem pemadam kebakaran otomatis dan manual c)b) Sarana penyelamatan dan kelengkapannya
8) Jangan membolehkan memasak makanan dalam lingkungan anda atau di 12) Membiarkan sampah menumpuk di tempat kerja.
tempat umum kecuali seperti di ruangan pantry. 13) Menaruh kain berminyak di lemari atau kabinet.
5) Saat Terjadi Bencana 6) Pasca Bencana
a) Menutup wajah
(1) Saat terjadi kebakaran, sebaiknya segera menutup wajah dengan baju atau handuk basah, teman- Setelah kebakaran berhasil dipadamkan oleh petugas damkar, jangan
teman. langsung masuk ke bangunan yang baru saja terbakar. Perhatikan
beberapa hal berikut ini sebelum memutuskan masuk ke dalam
(2) Baju atau handuk basah ini bisa membantu agar asap pekat kebakaran tidak terhirup hidung dan bangunan.
masuk ke paru-paru. Karena asap pekat itu bisa menganggu pernapasan. Kemudian, bisa
mencari jalan keluar dari ruangan. a) Pertama, pastikan api telah padam sepenuhnya dan minta
persetujuan petugas sebelum masuk ke dalam bangunan.
b) Berjalan merunduk atau merangkak
b) Kedua, tingkatkan kewaspadaan saat masuk ke bangunan yang
(1) Saat keluar, bergerak dengan cara merangkak. baru terbakar, sebab langit-langit atau dinding dapat runtuh
(2) Berjalan merunduk atau merangkak di lantai bisa membantu menghindari asap dan uap panas sewaktu-waktu.
yang cepat naik memasuki seluruh ruangan. c) Ketiga, gunakan sepatu karet dan pelindung kepala ketika masuk
(3) Berjalan merunduk atau merangkaklah dengan hati-hati dan hindari wilayah yang terkena api. ke bangunan yang baru terbakar. Terakhir, bantu tetangga yang
membutuhkan pertolongan terlebih dahulu sebelum masuk
c) Berguling Jika pakaian terbakar
mengamankan harta benda.
(1) Jika pakaian yang dikenakan terkena api, sebaiknya segera melepas pakaian itu.
Selain hal-hal penting yang telah disebutkan di atas, perhatikan pula
(2) Apabila situasinya tidak memungkinkan, bisa memadamkan api yang menyambar pakaian beberapa larangan berikut saat akan masuk ke bangunan yang baru
dengan berguling-guling di lantai. saja terbakar.
d) Fokus untuk menyelamatkan diri d) Pertama, jangan menyalakan lampu atau peralatan elektronik
(1) jika terjadi kebakaran, fokus untuk menyelamatkan diri sendiri terlebih dahulu. yang berhubungan dengan aliran listrik.
(2) Menyelamatkan barang berharga saat kebakaran terjadi bisa membahayakan diri. Ini akan e) Kedua, jangan menginjak genangan air karena ada kemungkinan
memperlambat penyelamatan diri sendiri dan api akan semakin membesar. air masih teraliri listrik.
(3) Sebaiknya yang pertama dicari saat terjadi kebakaran adalah celah untuk mengeluarkan diri dari f) Ketiga, saat malam hari jangan menggunakan api atau lilin untuk
ruangan. penerangan, sebaiknya gunakan lampu senter. Terakhir, jangan
masuk bila masih terdapat bau gas atau zat kimia yang
e) Menghubungi pemadam kebakaran menyengat dari dalam bangunan.
Saat sudah berhasil menyelamatkan diri, sesegera mungkin minta pertolongan orang lain untuk menelepon
petugas pemadam kebakaran.
a. Kebakaran Hutan
a) Memberikan peringatan. Masih banyak warga yang tinggal a) Apabila tidak memiliki kepentingan, jangan keluar
disekitar hutan yang masih belum mempunyai pengetahuan rumah.
yang memadai tentang hutan dan menyebabkan kerusakan b) Tinggal di dalam rumah. Tutup segala akses udara
ekosistem yang fatal. Masih banyak warga yang membakar berasap yang bisa masuk ke dalam rumah dan jaga
rumput udara dalam ruangan sebersih mungkin.
b) Saat musim kemarau yang disertai angin kencang. Sehingga
penyebaran api akan mudah dan meluas. Sehingga memang c) Nyalakan Air Conditioner (AC) atau filtrasi udara.
perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat di sekitar Jika tidak memiliki AC dan terlalu pengap untuk
hutan untuk tidak membakar rumput dan puing puing. tinggal di dalam rumah, carilah perlindungan di
c) Melakukan aktivitas pembakaran minimal dengan jarak yang pusat.
telah ditentukan Seperti diketahui, Jarak minimal yang harus d) Segera periksa ke dokter bila memiliki gangguan
diperhatikan untuk melakukan pembakaran terhadap sampah jantung atau paru-paru.
atau puing-puing adalah minimal 50 kaki dari bangunan dan e) Cukupi asupan air putih, buah dan makanan bergizi.
500 kaki dari hutan. Hal tersebut harus bisa diterapkan oleh
warga yang ingin membakar rumput di area hutan. f) Lindungi lubang pernafasan dengan masker/kain
d) Pastikan api sudah mati. Sebelum warga pergi meninggalkan setiap kali beraktivitas di luar ruangan. Gunakan
tempat pembakaran, sangat disarankan untuk membersihkan masker N95 untuk perlindungan lebih baik. Cuci
area tersebut dari bahan bahan yang mudah terbakar. tangan dan wajah sesudah beraktivitas di luar
e) Hindari membakar ketika cuaca berangin. Angin kencang ruangan. Bila api terus menjalar, segera laporkan
menjadi faktor utama kebakaran hutan semakin meluas. Api kepada Posko Kebakaran atau pihak terkait.
akan semakin kencang dan besar dan tentu ini sangat
berbahaya.
a) Rehabilitasi
Sebelum dilakukan tindakan rehabilitasi di lahan bekas terbakar perlu dilakukan survei untuk
mengetahui hal-hal yang berpengaruh terhadap keberhasilan tindakan rehabilitasi (topografi,
penutupan vegetasi, kondisi genangan, kondisi tanah gambut, potensi permudaan dan bahan
tanaman serta potensi sumber daya manusia) dan eksplorasi hambatan-hambatan
yang kemungkinan terjadi. Melalui survei ini dapat ditentukan tindakan silvikultur yang tepat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan rehabilitasi di lahan gambut:
(1)Hindari tanaman eksotik.
(2)Sesuaikan sistem penanaman dengan kondisi lahan dan tanaman.
5) Pasca Bencana (3)Libatkan masyarakat.
(4)Mengingat kondisi rawa gambut yang khas, yaitu adanya genangan, maka untuk
tanaman yang tidak tahan genangan seperti Meranti dan Ramin, sistem gundukan
(mound system) merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan. Sistem
gundukan ini dilakukan dengan cara membuat gundukan buatan dari tanah gambut
disekitar titik tanam yang disekelingnya ditahan dengan kayu, atau bahan lainnya agar
tidak longsor.
b) Upaya yuridikasi
Investigasi pasca kejadian kebakaran harus segera dilakukan untuk mengetahui siapa
penyebab kejadian kebakaran, bagaimana prosesnya dan berapa besar kerugian yang
diakibatkan dan selanjutnya melakukan upaya yuridikasi untuk menuntut si pelaku ke muka
pengadilan. Dalam upaya yuridikasi ini perlu koordinasi yang terkait antara polisi, penyidik
pegawai negeri sipil, LSM, dan para ahli. Para ahli kebakaran, tanah dan lingkungan dapat
mendukung upaya penyidikan dalam pengumpulan bukti-bukti serta hasil-hasil analisa yang
dapat mengungkapkan bahwa kebakaran yang terjadi berasal dari penggunaan api yang
ceroboh atau kebakaran tersebut dilakukan secara sengaja untuk tujuan tertentu.
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA
7.
Teknik Penanggulangan Bencana Kecelakaan Transportasi
(Darat, Laut Dan Udara).
atau musibah, yang tidak dikehendaki oleh pihak-pihak, terjadi sebelum, dalam
material, fisik, jiwa, atau hilangnya mata pencaharian bagi pihak penumpang,
• Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan
didahului dengan pelanggaran rambu- rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, Itu sebabnya mengapa mitigasi
Fakto bencana transportasi teramat
ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau
r penting untuk diedukasi kepada
pula pura-pura tidak tahu.
Man masyarakat luas. Mitigasi
usia
bencana transportasi sebelum
peristiwa melalui pengetatan
• Faktor kendaraan yang paling sering adalah kelalaian perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk pengamanan dan perbaikan
Fakto mengurangi factor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, di samping itu adanya sarana prasarana transportasi
r kewajiban untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara regular. setidaknya akan mengurangi
Kend angka korban.
araan
Fakto • Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana jalan, geometric jalan, pagar pengaman di daerah
r pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan kondisi permukaan jalan. Jalan yang
Jalan rusak/berlobang sangat membahayakan pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda dan sepeda terbang.
dan
Lainn
ya
• Hari hujan juga memengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan
Fakto menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara
r sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut
Cuac juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.
a
a. Teknik Penanggulangan Bencana Kecelakaan
Transportasi Laut
1) Berbagai penyebab tejadinya musibah di atas kapal antara lain (emergency Rudder).
karena:
c) Pengecekan beroperasinya GPS (Global Potitioning
a) Kesalahan manusia (human error). System).
b) Kerusakan permesinan kapal. d) Cek kelaikan sekoci (David) penolong diturunkan dan
c) Faktor eksternal dan internal, misalnya kejadian kebakaran dinaikan.
dan tubrukan. e) Cek Jangkar dan rantai jangkar dalam keadaan baik.
d) Faktor alam atau cuaca. f) Persiapan penerimaan Pilot (pandu),dan menurunkan Pilot.
e) Gabungan dari seluruh penyebab tersebut. g) Cek smoke detector di anjungan untuk mengantisipasi
2) Pada umumnya, musibah yang mungkin terjadi pada kapal kebakaran di palka-palka.
adalah akibat: h) Sebelum berlayar Peta-peta mulai dari tempat tolak sampai
a) Bertubrukan (collision) dengan kapal lain. ketempat tujuan sudah dikoreksi dan up date.
c) Tenggelam akibat cuaca buruk (bedweather). j) Pengecek lampu-lampu jalan dan lampu-
lampu darurat,
d) Terbakar (fire).
k) Mengetes darurat mesin Induk.
e) Kerusakan mesin (engine black out/breakdown).
l) Hasil Internal audit dan Manajemen review.
f) Kapal bersenggolan dengan kapal lainnya.
m) Pengopersian Oil Water sparator (OWS).
3) Pra Bencana
n) Menengecek tutup palka dan peralatan bongkar muat
Kecelakaan kapal susah diprediksi dan dapat terjadi dimana saja. Oleh juga alat elektronik.
sebab itu untuk menghadapi musibah di tengah laut sebelum kapal
meninggalkan pelabuhan, Kapal wajib melaksanakan persiapan-
persiapan dan persyaratan sebagai berikut:
a) Mengikuti peraturan International Manajemen code (ISM
code).
b) Pengetesan cara operasinya kemudi darurat,
4) Saat Terjadi Bencana
d) ABK Kapal penolong yang pertama kali melihat atau mengetahui adanya laka
Persiapan penanganan kecelakaan adalah sebagai berikut :
laut, segera berteriak “ KECELAKAAN LAUT” di posisi ( posisi laka tersebut
a) Observasi
terjadi atau dilihat ) secara berulang, kemudian menginformasikan kejadian
Observasi ini dimaksudkan untuk mengumpulkan dan mancatat informasi
tersebut kepada perwira jaga Kapal.
yang dapat dilihat dan berguna pada saat penanganan.
e) Kecepatan laju kapal penolong segera dikurangi dan haluan diarahkan
Sasaran yang perlu di observasikan adalah :
kelokasi laka yang terjadi dan diusahakan posisi lokasi laka senantiasa pada
(1) Posisi / Lokasi Kapal.
posisi lambung dari kapal penolong.
(2) Kegiatan kapal.
f) Komandan kapal penolong menuju salah satu abk kapal untuk selalu
(3) Jenis Kapal.
mengawasi posisi laka.
(4) Tanda-tanda di lambung Kapal.
g) Merapatkan kapal penolong ke lokasi laka dengan memperhatikan posisi yang
(5) Kondisi Kapal.
aman bagi kapal patroli.
(6) Bendera Kapal / Kebangsaan.
h) Olah gerak kapal penolong dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
(7) Haluan dan kecepatan Kapal.
menggangu korban yang sedang berusaha menyelamatkan diri.
(8) Elektronik yang dimiliki.
i) Pada malam hari, lampu sorot kapal penolong seluruhnya
(9) Jenis dan kondisi kelengka5pan.
dinyalakan dan diarahkan pada lokasi kecelakaan.
(10) Jumlah awak Kapal.
j) Dalam hal penangan terhadap korban melakukan tindakan tindakan antara
b) Tingkat Resiko dan ancaman
lain:
Semua penanganan dapat mengakibatkan resiko bagi awak Kapal penolong.
(1) Bilamana ada korban yang jatuh kelaut usahakan dalam melempar
Penentuan tingkat resiko dibuat untuk menentukan cara bertindak dalam
pelampung ke arah korban yang jatuh kelaut harus memperhatikan arus laut,
mengantisipasi kemungkinan resiko yang akan terjadi. Beberapa hal yang
agar korban dapat menjangkau pelampung.
menentukan tingkat resiko, meliputi :
(2) Anggota Tim Penolog agar diterjunkan kelaut dengan maksud memberikan
(1) Konfigurasi Kapal yang mengalami
pertolongan harus sudah memakai baju penyelamat (life jacket) atau alat
kecelakaan.
pengamanlainnya.
(2) Kebangsaan awak Kapal yang mengalami kecelakaan.
(3) Dalam hal penangan korban luka berat dan luka ringan diusahakan diberikan
(3) Reaksi awak Kapal terhadap kehadiran Kapal patroli Polri.
tempat yang terbuka dan/atau terdapat sirkulasi udara diatas kapal.
(4) Keadaan cuaca.
(4) Segera memberikantindakan pertama terhadap korban dengan
(5) Waktu ( siang/malam ).
mempergunakan alat kesehatan yang berada diatas kapal penolong sebelum
c) Bunyikan alarm di Kapal penolong sebagai tanda adanya laka laut, maka
mendapatkan perawatan yang intensif dari pihak rumah sakit.
komandan Kapal beserta ABK segera menuju Pos masing-masing yang telah
ditentukan di atas kapal patroli Polri dengan memperhatikan ketentuan- 5) Pasca Bencana
ketentuan berpakaian dan perlengkapannya. Proses tata laksana pasca terjadi bencana diatur serta dilaksanakan oleh KNKT.
c. Teknik Penanggulangan Bencana Kecelakaan
Transportasi Udara Bepergian menggunakan pesawat terbang saat ini adalah
sebuah keniscayaan. Apalagi kita tinggal disebuah Negara
1) Pra bencana kepulauan yang dipisahkan oleh lautan sehingga sarana
Pemeriksaan perawatan pesawat adalah inspeksi periodik yang transportasi udara adalah salah satu solusi jitu untuk berpindah
harus dilakukan pada seluruh pesawat terbang sipil/komersial dari satu kota ke kota lain.
setelah batas waktu atau penggunaan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Pesawat terbang militer umumnya juga melakukan program a) A check
perawatan tertentu yang serupa dengan yang dilakukan oleh Pemeriksaan ini dilakukan setiap 400 - 600 jam terbang atau 200 - 300
operator penerbangan sipil. Maskapai penerbangan dan operator pergerakan (lepas landas dan mendarat dianggap sebagai satu
komersial lainnya yang memiliki pesawat besar atau bertenaga pergerakan pesawat), tergantung jenis pesawatnya.
turbin mengikuti program inspeksi berkelanjutan yang disetujui Pemeriksaan ini membutuhkan sekitar 150 - 180 jam kerja dan
oleh Federal Aviation Administration (FAA) di Amerika Serikat, umumnya dilakukan di hangar sedikitnya selama 10 jam. Pelaksanaan
atau oleh otoritas penerbangan sipil lainnya seperti Direktorat sebenarnya bergantung dengan jenis pesawat, jumlah pergerakan, atau
Jenderal Perhubungan Udara di Indonesia atau European Aviation jumlah jam terbang setelah pemeriksaan terakhir. Pemeriksaan dapat
Safety Agency (EASA). ditunda oleh maskapai apabila beberapa kondisi yang ditentukan
Di bawah pengawasan setiap otoritas penerbangan sipil, setiap sebelumnya terpenuhi.
operator harus menyiapkan Dokumen Perencanaan Perawatan b) B check
dan disetujui menjadi Continuous Airworthiness Maintenance Pemeriksaan ini dilakukan setiap 6-8 bulan. Pemeriksaan membutuhkan
Program (CAMP) sebagai acuan perawatan pesawat oleh operator. 160 - 180 jam kerja, bergantung pada jenis pesawat, dan umumnya
CAMP meliputi inspeksi rutin dan detail. Maskapai dan otoritas selesai dalam waktu 1 - 3 hari di hangar.
penerbangan sipil umumnya menjelaskan ispeksi detail sebagai Pemberlakuan jadwal yang sama bisa dilakukan kepada A dan B check.
"check", biasanya dengan nama sebagai berikut: A check, B check, Selain itu, B check juga bisa digabungkan dalam A check yang
C check, atau D check. A dan B check merupakan pemeriksaan berkelanjutan, seperti: pemeriksaan A1 hingga A10 menyelesaikan
yang lebih ringan, sedangkan C dan D dianggap sebagai seluruh item B check.
pemeriksaan yang lebih berat.
c) C check
Pemeriksaan ini dilakukan kira-kira setiap 20 - 24 bulan atau pada jumlah jam terbang tertentu seperti yang ditetapkan oleh pembuat
pesawat. pemeriksaan perawatan ini jauh lebih luas dibandingkan B check, mengharuskan sebagian besar komponen pesawat untuk
diperiksa.
Pemeriksaan ini membuat pesawat tidak bisa terbang hingga penyelesaiannya. karena pesawat dilarang meninggalkan tempat
pemeriksaan sebelum selesai. Pemeriksaan ini juga membutuhkan tempat yang lebih luas dibandingkan A dan B check. Pemeriksaan ini
umumnya dilakukan di hangar tembat basis perawatan berada.
Waktu yang dibutukan untuk pemeriksaan ini antara 1 -2 minggu dan membutuhkan tenaga hingga 6000 jam kerja. Jadwal pemeriksaan
tergantuk pada banyaknya faktor dan komponen yang diperiksa, dan bergantung pada jenis pesawat.
d) D check
Pemeriksaan ini merupakan yang paling luas dan paling berat bagi sebuah pesawat. Pemeriksaan ini dilakukan kira-kira setiap enam
tahun.
Pemeriksaan ini membuat hampir semua bagian pesawat dibongkr untuk inspeksi dan diteliti. Bahkan cat harus benar-benar dikelupas
untuk inspeksi lebih lanjut pada bagian dinding lambung. Pemeriksaan ini membutuhkan hingga 50000 jam kerja dan 2 bulan untuk
selesai, tergantung jenis pesawat dan jumlah personil yang terlibat.
Pemeriksaan ini juga membutuhkan tempat yang paling luas sehingga harus dilakukan di basis perawatan yang tepat. Sulitnya persyaratan
dan besarnya usaha yang dibutuhkan membuat pemeriksaan ini menjadi yang paling mahal, dengan biaya penyelenggaraan sekali D
check menghabiskan dana hingga puluhan miliar rupiah.
Karena kondisi dan biaya pemeriksaan ini, sebagian besar maskapai terutama yang memiliki
armada besar harus merencanakan D check bagi pesawatnya setahun sebelumnya. Sering kali pesawat yang lebih tua pada beberapa
maskapai tertentu akan disimpan atau dibesituakan sebelum mencapai D check berikutnya, karena besarnya biaya bila dibandingkan
dengan nilai pesawat.
Rata-rata, sebuah pesawat komersial akan menjalani tiga D check sebelum dimusnahkan. Banyak bengkel perawatan, perbaikan, dan
pembongkaran menyatakan sulit memperoleh D check yang menguntungkan di beberapa negara tertentu, sehingga hanya sedikit bengkel
yang bisa melakukannya.
Karena waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan, banyak maskapai menggunakan kesempatan pemeriksaan ini untuk juga melakukan
modifikasi kabin yang cukup besar di pesawat, yang juga membutuhkan waktu banyak sebelum boleh diterbangkan. Hal ini juga meliputi
penggantian kursi, sistem hiburan, dan karpet.
2) Saat terjadi bencana
a) Pertama, dengarkan baik-baik petunjuk keselamatan yang diperagakan awak pesawat dan ingat untuk membaca kartu keselamatan. Poin
ini seringkali dianggap remeh oleh penumpang padahal sangat membantu dalam upaya penyelamatan.
Harus mengingat pintu keluar terdekat, termasuk jarak dari baris tempat duduk ke pintu keluar. Kemampuan mengingat ini diperlukan karena
Anda dapat terjebak dalam keadaan gelap atau asap tebal di dalam pesawat. Info penyelamatan ketika terjadi kecelakaan udara penting
diketahui sebagai dasar bertahan hidup.
b) Kedua, beberapa penelitian secara implisit juga mendorong penumpang memilih kursi deretan belakang supaya lebih aman. “Mereka yang
duduk enam baris dari pintu keluar, lebih kecil kemungkinannya untuk bertahan hidup,” ungkap hasil studi Universitas Greenwich, seperti
ditulis Telegraph.
Majalah Popular Mechanics juga menganalisis kecelakaan udara setelah tahun 1971 hingga tahun 2007. Ulasan media ini menyimpulkan
kursi belakang yang berada di belakang sayap
merupakan tempat paling aman. Penumpang yang duduk di sana memiliki tingkat ketahanan hidup sebesar 69 persen, dibandingkan 56
persen penumpang di kursi atas sayap dan 49 persen penumpang bagian depan.
c) Ketiga, tempatkan tubuh serendah mungkin (posisi brace) untuk mengurangi efek benturan dan risiko terhirup asap. Posisikan kaki di
belakang lutut, letakkan tas tangan di bawah kursi depan, dan pergunakan sebagai pelindung tambahan kepala. Singkirkan benda-benda
berbahaya di sekitar seperti pensil, pulpen, atau gigi palsu. Pertahankan posisi ini sampai pesawat berhenti.
d) Keempat, kenakan sabuk pengaman dengan benar dan pelajari cara melepasnya di saat yang tepat. Pada saat panik, orang cenderung
bingung melepas sabuk pengaman.
e) Kelima, jika terjebak dalam kondisi berasap, sebisa mungkin cari penutup hidung, basahi dulu dengan air, atau urine. Asap dapat
menyebabkan kesadaran hilang, sehingga perlu mengurangi kadar hirupan asap menggunakan kain basah. Lalu ingatlah untuk meninggalkan
barang karena benda-benda tersebut akan membatasi gerak penyelamatan.
f) Terakhir, meski sulit, usahakan tetap tenang, mendengarkan, dan mengikuti instruksi awak pesawat pesawat. Pilot dilatih untuk mengatasi
prosedur darurat. Mereka akan memberikan informasi keputusan kepada Air Traffic Services (pelayanan lalu lintas udara) yang sedang
berjalan. Ketika kondisi sudah genting mereka dapat menggunakan Frequency Emergency
121.50. Semua lalu lintas pesawat dapat mendengarkan informasi yang disampaikan pilot.
Namun, apabila awak pesawat ikut panik atau tertegun saat harus memandu, maka penumpang diperbolehkan membuat keputusan
penyelamatan mandiri. Periode emas untuk menyelamatkan diri hanya berlangsung sekitar dua menit.
3) Pasca Bencana
Proses tata laksana pasca terjadi bencana diatur serta dilaksanakan oleh KNKT.
TEKNIK PENANGGULANGAN BENCANA
8.
Teknik Penanggulangan Bencana Wabah Penyakit
a. Pra Bencana
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:
1) Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat
pemerintah khususnya di jajaran kesehatan dan lintas
sektor terkait untuk memahami risiko bila wabah terjadi
serta bagaimana cara-cara menghadapinya bila suatu
wabah terjadi melalui kegiatan sosialisasi yang
berkesinambungan.
2) Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk
mendukung upaya-upaya pencegahan, respon cepat
serta penanganan bila wabah terjadi.
3) Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanganan
seperti sumberdaya manusia yang profesional, sarana
pelayanan kesehatan, sarana komunikasi, transportasi,
logistik serta pembiayaan operasional.
4) Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk
identifikasi faktor risiko dan menentukan strategi
intervensi dan penanganan maupun respon dini di semua
jajaran.
b. Saat Terjadi Bencana
Sebelum pandemi COVID-19, Indonesia telah menghadapi wabah penyakit lain. Kenyataan ini menjadi angin segar di tengah
semakin bertambahnya kasus positif Covid-19.
Dengan keberhasilan Indonesia menghadapi wabah terdahulu, harapannya, pandemi Covid-19 juga bisa teratasi dengan baik.
Yang diperlukan adalah kerjasama apik antara pemerintah dan masyarakat.
Berikut ini beberapa penyakit yang pernah mewabah di Indonesia dan upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasinya :
1) Cacar
Berasal dari “Isle de France”, pada tahun 1804 masuk ke Batavia. Pengembangan vaksinasi cacar telah dilakukan sejak tahun 1811 dan disempurnakan pada
tahun 1926 oleh Dr. L. Otten. Tahun 1948, wabah cacar kembali melanda Indonesia. Upaya pencegahan penyakit terus dilakukan dengan pencacaran massal.
Akhirnya pada tahun 1972, pemerintah Indonesia berhasil membasmi penyakit ini dan oleh WHO dinyatakan bebas cacar pada tahun 1974.
2) Malaria
Laveran pada tahun 1882 menemukan Plasmodium malariae sebagai penyakit malaria, dengan penularan melalui nyamuk. Upaya pemberantasan malaria
sudah mulai dilakukan sejak tahun 1911 dengan pemantauan jenis nyamuk dan jentik, pencegahan berkembangnya jentik di sarang-sarang, pembunuhan
nyamuk dewasa dengan asap, obat nyamuk, penggunaan kelambu/kasa nyamuk, serta pencegahan kontak antara manusia dan nyamuk.
Hingga saat ini malaria (terutama di wilayah endemis) menjadi momok bagi masyarakat sehingga upaya pencegahan perlu terus dilakukan.
3) Demam berdarah (DBD)
Demam berdarah banyak ditemukan di Indonesia dan di Asia Tenggara. Banyak dilaporkan kejadian epidemi penyakit ini, namun kasus pandemi terjadi pada
1998 dengan lebih dari 1,2 juta kasus yang dilaporkan ke WHO. Pada saat itu, setiap tahunnya terjadi 72.133 kasus dan 1.414 kematian dengan angka rata-rata
kematian 2 persen.
Sama seperti malaria, demam berdarah juga masih menjadi momok bagi masyarakat, terutama di wilayah endemis. Maka itu, masyarakat perlu rutin
melakukan pencegahan demam berdarah dengan 3M+, diantaranya:
a) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air.
b) Menggunakan obat nyamuk/obat anti nyamuk.
c) Menggunakan kelambu saat tidur.
d) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk.
e) Menanam tanaman pengusir nyamuk.
f) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah.
g) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah.
4) Sampar (penyakit pes)
Kasus pertama terjadi di Malang pada Maret 1911 dan meluas ke daerah lain. Jalur penyebaran diduga melalui kapal yang mengangkut beras dan di atas kapal juga
berkeliaran tikus-tikus yang terjangkit penyakit pes. Selama kurang lebih 40 tahun, penyakit ini telah menyerang 240 ribu orang di Pulau Jawa. Upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit dilakukan dalam berbagai cara, termasuk vaksinasi dan “DDT Spraying”. Sejak tahun 1961, tidak ditemukan lagi kasus ini.
5) Penyakit kolera
Kolera mulai dikenal tahun 1821, saat itu sifatnya belum dikenali, tetapi vaksinasi massal dan penyuluhan kebersihan selalu diadakan saat wabah terjadi. Meskipun
telah ditemukan vaksin, penyakit ini masih terus berjangkit di Indonesia hingga tahun 2003 dengan kejadian wabah terakhir pada tahun 1927 di Tanjung Priok.
6) Flu burung
Flu burung disebabkan oleh virus influenza tipe A (Varian H5N1). Laporan di Indonesia terjadi pertama kali pada Agustus 2003. Jalur transmisi melalui unggas ke
unggas, unggas ke manusia, maupun melalui udara yang tercemar virus H5N1. Untuk mengatasi dampak akibat flu burung, Departemen Kesehatan Indonesia telah
mengambil beberapa tindakan mulai dari investigasi para pekerja, penjual dan penjamah produk ayam pada beberapa daerah di Indonesia hingga meningkatkan upaya
penyuluhan kesehatan masyarakat agar tetap waspada dan tidak panik.
7) SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
Kasus ini pada awalnya berasal dari Guangdong pada November 2002, April 2003, diketahui penyebabnya adalah corona virus. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
Departemen Kesehatan saat itu dengan mengupayakan public awareness, pemantauan kasus secara epidemiologi berdasarkan informasi masyarakat, menyiapkan
rumah sakit baik sarana maupun prasarana, serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas. Di Indonesia, sejak 17 Maret –
10 April 2003, 24 orang dicurigai mengidap penyakit SARS. Dari jumlah tersebut, satu orang dinyatakan kasus, delapan orang dalam tahap observasi, dan sisanya
dinyatakan negatif.
8) Spanish flu
Pandemi ini terjadi pada tahun 1918 – 1920, asal terjadinya pandemi ini tidak diketahui, namun menurut catatan sejarah, virus H1N1 sebagai penyebabnya masuk ke
Indonesia pertama kali dibawa oleh seorang penumpang kapal dari Malaysia dan Singapura dan menyebar lewat Sumatera Utara.
Di Indonesia sendiri, diperkirakan angka kematian mencapai 1,5 juta kasus. Namun, dengan adanya perhitungan yang baru, diperkirakan terdapat peningkatan angka
kasus kematian menjadi 4,26 – 4,37 juta hanya di pulau Jawa. Kurangnya sarana dan prasarana kesehatan, serta fokus yang terpecah terhadap penyakit lainnya juga
menjadi masalah pada saat itu.
9) Flu babi (swine flu)
Terjadi pada tahun 2009, flu babi ditemukan pertama kali di Amerika Serikat dan disebabkan oleh virus influenza H1N1 jenis baru. Sehingga hal ini membuat vaksin
influenza musiman A dan B yang tersedia tidak bermanfaat, dan untuk mencegah penyebaran virus baru ini diperlukan vaksin influenza A baru.
Selain berbagai pandemi yang pernah terjadi di Indonesia, penyakit-penyakit lain yang pernah menjadi wabah/endemi di negara Indonesia adalah HIV/AIDS, difteri,
campak, tetanus, rabies, leptospirosis, tuberkulosis, polio, dan berbagai penyakit lainnya.
10) Virus Corona (Covid-19)
Korona virus atau corona virus (istilah populernya: virus korona, atau virus Corona ) adalah sekumpulan virus dari subfamili Orthocorona virinae
dalam keluarga Corona viridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini yang dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia
(termasuk manusia).
Pada manusia, korona virus menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya ringan, seperti pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit
seperti SARS, MERS, dan Covid-19 sifatnya lebih mematikan. Manifestasi klinis yang muncul cukup beragam pada spesies lain: pada ayam,
korona virus menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas, sedangkan pada sapi dan babi menyebabkan diare. Belum ada vaksin
atau obat antivirus untuk mencegah atau mengobati infeksi korona virus pada manusia.
c. Pasca Bencana
Kebijakan di bidang kesehatan, antara lain:
1) Penanggung jawab kesehatan dalam penanganan bencana di tingkat Pusat
adalah Menteri Kesehatan.
2) Penanggung jawab kesehatan dalam penangangan bencana di tingkat Provinsi
adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Kerusuhan atau Konflik Sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi huru-hara/kerusuhan atau perang
atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan masyarakat,
golongan, suku, ataupun organisasi tertentu.
Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi kerawanan akibat
keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan, hal tersebut merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik. Dengan semakin marak dan meluasnya
konflik akhir-akhir ini, merupakan suatu pertanda menurunnya rasa nasionalisme di dalam
masyarakat. Penyebab timbulnya disintegrasi
Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik yang bernuansa SARA, serta bangsa juga dapat terjadi karena
munculya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI akibat dari ketidakpuasan dan
perlakuan yang tidak adil dari
perbedaan kepentingan. Apabila kondisi ini tidak dikelola dengan baik akhirnya akan berdampak
pada disintegrasi bangsa. Permasalahan ini sangat kompleks sebagai akibat akumulasi permasalahan pemerintah pusat kepada
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan yang saling tumpang tindih, apabila tidak pemerintah daerah khususnya pada
cepat dilakukan tindakan-tindakan bijaksana untuk menanggulangi sampai pada akar daerah-daerah yang memiliki
permasalahannya maka akan menjadi problem yang berkepanjangan. potensi sumber daya/kekayaan
Kekhawatiran tentang perpecahan (disintegrasi) bangsa di tanah air dewasa ini yang dapat alamnya berlimpah/ berlebih,
digambarkan sebagai penuh konflik dan pertikaian, gelombang reformasi yang tengah berjalan sehingga daerah tersebut mampu
menimbulkan berbagai kecenderungan dan realitas baru. Segala hal yang terkait dengan Orde Baru menyelenggarakan pemerintahan
termasuk format politik dan paradigmanya dihujat dan dibongkar. Bermunculan pula aliansi ideologi
sendiri dengan tingkat
dan politik yang ditandai dengan menjamurnya partai- partai politik baru. Seiring dengan itu lahir
sejumlah tuntutan daerah-daerah diluar Jawa agar mendapatkan otonomi yang lebih luas atau kesejahteraan masyarakat yang
merdeka yang dengan sendirinya makin menambah problem, manakala diwarnai terjadinya konflik tinggi.Sebelumnya
dan benturan antar etnik dengan segala permasalahannya.
Selain itu disintegrasi bangsa juga dipengaruhi oleh perkembangan politik dewasa ini. Dalam kehidupan politik sangat terasa adanya
pengaruh dari statemen politik para elit maupun pimpinan nasional, yang sering mempengaruhi sendi-sendi kehidupan bangsa, sebagai
akibat masih kentalnya bentuk-bentuk primodialisme sempit dari kelompok, golongan, kedaerahan bahkan agama. Hal ini menunjukkan
bahwa para elit politik secara sadar maupun tidak sadar telah memprovokasi masyarakat. Keterbatasan tingkat intelektual sebagian besar
masyarakat Indonesia sangat mudah terpengaruh oleh ucapan-ucapan para elitnya sehingga dengan mudah terpicu untuk bertindak yang
menjurus ke arah terjadinya kerusuhan maupun konflik antar kelompok atau golongan.
a. Pra Bencana
Adapun kebijakan yang diperlukan guna memperkukuh upaya integrasi nasional adalah
sebagai berikut :
1) Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak
untuk bersatu.
2) Menciptakan kondisi yang mendukung komitmen, kesadaran dan kehendak
untuk bersatu dan membiasakan diri untuk selalu membangun konsensus.
3) Membangun kelembagaan (Pranata) yang berakarkan nilai dan norma yang
menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa.
4) Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam aspek
kehidupan dan pembangunan bangsa, yang mencerminkan keadilan bagi semua
pihak, semua wilayah.
5) Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan kepemimpinan
yang arif dan efektif.
b. Saat Terjadi Bencana