Anda di halaman 1dari 26

Bab

II Mitigasi dan Adaptasi Bencana Alam

Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang rawan akan bencana alam, khususnya gempa bumi
karena wilayah Indonesia merupakan tempat pertemuan empat lempeng tektonik aktif dunia.
Bencana alam merupakan peristiwa luar biasa yang dapat menimbulkan penderitaan luar biasa bagi
yang mengalaminya. Bahkan, bencana alam tertentu dapat menimbulkan banyak korban cedera
maupun meninggal dunia. Oleh karena itu, penanggulangan bencana alam dan mitigasi bencana
harus dipersiapkan sebelum bencana itu datang, agar tidak timbul korban jiwa dan kerugian
material yang cukup banyak.
Bencana Alam Disekitar Kita
Isi Materi

A. Jenis dan Karakteristik Bencana Alam

B. Sebaran Wilayah Bencana Alam di Indonesia

C. Usaha Pengurangan Risiko Bencana Alam

D. Kelembagaan Penanggulangan Bencana Alam


Mitigasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk mengurangi dan
memperkecil dampak bencana alam.
Mitigasi meliputi beberapa kegiatan berikut ini.
1. Menerbitkan peta wilayah rawan bencana, seperti gambar di bawah.
2. Memasang rambu-rambu peringatan bahaya dan larangan di wilayah
rawan bencana.
3. Mengembangkan SDA satuan pelaksana.
4. Mengadakan pelatihan penanggulangan bencana kepada warga di
wilayah rawan bencana.
5. Mengadakan penyuluhan atas upaya peningkatan kewaspadaan
masyarakat di wilayah rawan bencana.
6. Menyiapkan tempat penampungan sementara di jalur-jalur evakuasi
jika bencana terjadi.
7. Memindahkan masyarakat yang tinggal di wilayah bencana ke tempat
yang aman.
A. Jenis dan Karakteristik Bencana Alam

1. Jenis Bencana Alam


Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007:
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor.
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan
teror.
2. Karakteristik Bencana Alam

a. Bencana Gempa Bumi


Gempa bumi adalah getaran di tanah yang disebabkan oleh pergerakan
permukaan bumi. Episentrum adalah titik di permukaan bumi, tepat di
pusat gempa. Hiposentrum berada jauh dalam tanah ditempat batuan
pecah dan bergeser untuk pertama kali.

1) Jenis Gempa Bumi


a) Gempa bumi vulkanik adalah getaran kuat akibat kegiatan gunung
berapi.
b) Gempa bumi tektonik adalah getaran kuat yang diakibatkan oleh
patahan bumi karena pergesekan lempeng samudra atau lempeng
bumi.
2) Tanda-Tanda Akan Terjadinya Bencana Gempa Bumi

a) Tanda-Tanda Gempa yang Dirasakan jika Berada di dalam Bangunan


Semua benda yang tergantung bergoyang dan berjatuhan, misalnya
lampu gantung, pigura, jam dinding, lukisan dan lain-lain. Semua
benda yang berdiri atau terletak di atas meja bergeser dan
berjatuhan, misalnya TV, radio, jam, alat makan, kompor dan lain-
lain.

b) Tanda-Tanda Gempa yang Dirasakan jika Berada di Luar Bangunan


Pohon, tiang listrik dan lampu jalan, jembatan serta gedung
bergetar, bahkan jika terjadi getaran sangat kuat akan
mengakibatkan tumbang dan roboh. Retakan/rekahan akan terlihat
jelas pada permukaan tanah, dinding bangunan, dan jembatan.
b. Bencana Alam Tsunami
Tsunami adalah gelombang laut yang sangat besar, yang diakibatkan
oleh gempa bumi yang sangat kuat dan sumber gempanya berada di
dasar laut dengan kedalaman pusat gempa kurang dari 30 km.

c Bencana Alam Banjir


Tanda-tanda bencana banjir
1) Terjadinya hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi tanpa
disertai dengan proses infiltrasi/penyerapan yang baik.
2) Air melebihi batas sempadan sungai sehingga meluap dan
menggenangi daerah sekitarnya.
3) Air yang jatuh ke permukaan tidak dapat mengalir dengan baik.
4) Tergenangnya air akibat tidak mampunya air yang ada melakukan
infiltrasi karena kurangnya fungsi vegetasi sebagai penyerap atau
penyimpan cadangan air.
d. Bencana Gelombang Pasang

Gelombang pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas


normal dan dapat menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat
terutama daerah pinggir pantai.
Umumnya gelombang pasang
terjadi karena adanya angin
kencang/topan, perubahan
cuaca yang sangat cepat, dan
karena ada pengaruh dari
gravitasi bulan maupun matahari.
e. Bencana Alam Letusan Gunung Api

Tanda-tanda suatu gunung api akan meletus adalah sebagai berikut.


1) Gempa Vulkanik
2) Munculnya Gas-Gas Vulkanik
3) Adanya Perubahan Bentuk (Deformasi) Gunung Api
4) Naiknya Suhu Sekitar Kawah
f. Bencana Alam Tanah Longsor
Tanda-tanda sebelum terjadinya tanah longsor
1) Runtuh atau jatuhnya lapisan tanah pada tepian tebing dan
tumbangnya pohon-pohon yang ada di atasnya.
2) Pada saat terjadi hujan, air yang mengalir akan terlihat berwarna
keruh karena membawa material tanah (lumpur)
3) Biasanya terdengar suara gemuruh karena adanya gempa runtuhan
di daerah longsor.
4) Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah
tebing.
5) Biasanya terjadi setelah hujan.
6) Munculnya mata air bari secara tiba-tiba.
7) Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
B. Sebaran Wilayah Rawan Bencana Alam di
Indonesia

1. Wilayah Rawan Bencana Alam Gempa Bumi


2. Wilayah Rawan Bencana Alam Tsunami

Gempa bumi merusak dan tsunami Periode: 1991–2010


3. Wilayah Rawan Bencana Alam Banjir
Wilayah yang rawan banjir tersebar di daerah dengan kondisi relief
yang datar, seperti di sepanjang Pantai Utara Jawa (Pantura), Pantai
Timur Sumatra, dan dataran rendah di pulau-pulau lainnya.
4. Wilayah Rawan Bencana Alam Gunung Meletus
5. Wilayah Rawan Bencana Alam Longsor
Wilayah yang rawan longsor berada di wilayah perbukitan dan
pegunungan.
C. Usaha Pengurangan Risiko Bencana Alam
Dalam konsep disaster management, ada tiga tahap penting, yaitu
tahap sebelum terjadi bencana, tahap saat terjadi bencana dan yang
terakhir merupakan tahap pasca bencana.
Tahap sebelum terjadi bencana ini terdapat tiga bagian yaitu:
1. Pencegahan dapat dikatakan sebagai upaya untuk menghindari
daerah bahaya yang ada, ketika kita mengetahui suatu daerah
memiliki potensi terjadi bencana maka kita akan lebih memilih
menjauhi daerah tersebut sebagai daerah pemukiman.
2. Mitigasi merupakan upaya untuk mengurangi risiko terjadinya
bencana.
a. Mitigasi secara struktural
b. Mitigasi non-struktural
3. Kesiapan masyarakat ini akan meningkatkan kapasitas yang dimiliki
ketika menghadapi bencana.
1. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Gempa bumi
Upaya pengurangan risiko sebelum terjadi gempa bumi, antara lain
1) Mengenal apa yang disebut gempa bumi.
2) Perhatikan letak pintu, lift serta tangga darurat, apabila terjadi gempa bumi sudah
mengetahui tempat paling aman untuk berlindung.
3) Belajar melakukan P3K.
4) Belajar menggunakan pemadam kebakaran.
5) Mencatat nomor telpon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempa
bumi.
6) Perabotan (lemari, kabinet, dan lain-lain) diatur menempel pada dinding
(dipaku/diikat dan lain-lain) untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser pada saat
terjadi gempa bumi.
7) Menyimpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah,
agar terhindar dari kebakaran.
8) Selalu mematikan air, gas, dan listrik apabila sedang tidak digunakan.
9) Penyebab celaka yang paling banyak pada saat gempa bumi adalah akibat
kejatuhan material.
10) Alat yang harus ada di setiap tempat: Kotak P3K (Senter/lampu batrai, Radio,
Makanan suplemen dan Air).
2. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Tsunami
Secara fisik, tindakan mitigasi tsunami dapat dilakukan dengan
membuat penghalang atau peredam gelombang. Peredaman
gelombang secara alami dapat dilakukan dengan membangun kawasan
penyangga (buffer zone) di kawasan pesisir dengan vegetasi pantai,
seperti hutan pantai atau Mangrove.
Pembangunan sistem peringatan dini merupakan salah satu tindakan
mitigasi yang sangat penting untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan akibat tsunami. Agar berjalan secara efektif, peringatan
dini perlu dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat
setempat.
3. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Banjir
Upaya Pengurangan Risiko yang Harus Dilakukan Saat Banjir
1) Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk
mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana
2) Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk disebrangi
3) Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus
banjir.
4) Segera mengamankan barang-barang berharga ke tempat yang lebih
tinggi.
5) Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan
penanggulangan bencana seperti kantor kepala desa, lurah ataupun
camat.
4. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Letusan Gunung Api
Upaya pengurangan risiko yang harus dilakukan pada saat terjadi
letusan gunung api
a) Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan
daerah aliran lahar.
b) Di tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas.
c) Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
d) Kenakan pakaian yang melindungi tubuh seperti, baju lengan panjang,
celana panjang, topi dan lainnya.
e) Jangan memakai lensa kontak.
f) Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.
g) Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan
kedua belah tangan.
5. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Tanah Longsor
Upaya pencegahan untuk mengurangi dampak bencana tanah longsor
antara lain sebagai berikut.
a. Kenali daerah tempat tinggal kita sehingga jika terdapat ciri-ciri
daerah rawan longsor kita dapat menghindar.
b. Perbaiki tata air dan tata guna lahan daerah lereng.
c. Tanami daerah lereng dengan tanaman yang sistem perakarannya
dalam (akar tunggang).
d. Tutup retakan-retakan yang timbul di atas tebing dengan material
lempung untuk mencegah air masuk ke dalam tanah
e. Selalu waspada pada saat musim hujan terutama pada saat curah
hujan yang tinggi dalam waktu lama.
f. Waspada terhadap mata air/rembesan dan kejadian longsor skala
kecil di sepanjang lereng.
D. Kelembagaan Penanggulangan Bencana Alam
Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008
tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Tugas BNPB
1) Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang
mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan
rekonstruksi secara adil dan setara.
2) Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulang an bencana
berdasarkan peraturan perundang undangan.
3) Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat.
4) Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada presiden setiap sebulan
sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana.
5) Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan
internasional.
6) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
7) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
8) Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Fungsi BNPB
1) Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisien.
2) Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, dan menyeluruh.

Pasal 26 Ayat (1) UU No. 24/2007 merumuskan hak masyarakat dalam


penanggulangan bencana sebagai berikut:
a. mendapatkan pelindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat
rentan bencana;
b. mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana;
c. mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan
penanggulangan bencana;
d. berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program
penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial;
e. berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan
bencana, khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya;
f. melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang diatur atas pelaksanaan
penanggulangan bencana.

Anda mungkin juga menyukai