Anda di halaman 1dari 480

i

1.1 Latar Belakang

Perencanaan pembangunan daerah pada


hakekatnya adalah upaya sistematis dan terencana oleh
masing-masing maupun seluruh komponen daerah untuk
mengubah suatu keadaan yang belum ideal menjadi lebih
baik dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang
tersedia secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel
dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup
manusia dan masyarakat secara berkelanjutan. Upaya
sistematis dan terencana tersebut berisi langkah-langkah
strategis, taktis dan praktis sesuai dengan potensi yang
dimiliki oleh daerah. Dalam upaya tersebut, perencanaan
pembangunan daerah, baik perencanaan jangka panjang,
jangka menengah maupun tahunan diperlukan terutama
untuk memberikan arah dan prioritas bagi pembangunan
daerah.

Pada tanggal 23 Februari 2021 dikeluarkan


Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.35-312
Tahun 2021 tentang Pengesahan Pengangkatan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Hasil Pemilihan Kepala
Daerah Serentak Tahun 2020 di Kabupaten dan Kota Pada
Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan keputusan tersebut,
Ony Anwar Harsono, ST, MH dan Dwi Rianto Jatmiko, MH,
M.Si diangkat menjadi Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Kabupaten Ngawi Periode 2021-2026. Pemerintah
daerah dalam menjalankan tugas dan fungsinya
memerlukan perencanaan pembangunan jangka panjang,
jangka menengah dan tahunan yang substansinya saling
berkaitan dan mampu menjadi kerangka acuan dalam
pelaksanaan pembangunan daerah. Hal tersebut telah
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun

I-1
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional Pasal 1 Ayat 3 dan juga dalam Undang-Undang
No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal
260 Ayat 1. Perencanaan pembangunan yang disusun
secara sinergi oleh semua pemangku kepentingan dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku terutama kedua undang-undang tersebut
diharapkan bisa menjadi arah bagi cita-cita
pembangunan beserta strategi dan cara pencapaiannya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional Pasal 5 Ayat 2, dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)
tahun yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan
program kepala daerah yang berpedoman kepada RPJP
Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional. RPJMD juga
memuat strategi dan arah kebijakan pembangunan,
kebijakan umum dan program pembangunan daerah,
indikasi rencana program prioritas serta indikator kinerja
daerah.
Dokumen perencanaan pembangunan kabupaten
merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional, oleh karena itu harus mengacu
dan mempedomani dokumen perencanaan pembangunan
pusat dan provinsi. Salah satu dokumen yang harus
disusun oleh pemerintah kabupaten pada saat pergantian
kepala daerah adalah Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD memiliki kedudukan
dan fungsi strategis dalam pembangunan suatu daerah.
Hal ini dikarenakan RPJMD merupakan acuan dan
panduan utama manajemen pembangunan daerah

I-2
selama lima tahun. RPJMD juga memberikan arah
kebijakan dan prioritas pembangunan untuk
mewujudkan visi pembangunan daerah.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014


tentang Pemerintahan Daerah Pasal 261 Ayat 1 selaras
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun
2017 Pasal 7 bahwa dalam menyusun RPJMD
menggunakan 4 (empat) pendekatan, 1) politis; 2)
teknokratik; 3) Partisipatif; 4) atas-bawah (top-down) dan
bawah-atas (bottom-up). Penyusunan RPJMD
menggunakan pendekatan teknokratis yaitu
menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah untuk
mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah.
Pendekatan teknokratis ini dilakukan diawali dengan
penyusunan rencana pengumpulan data, selanjutnya
dilakukan pengumpulan data, pengolahan data, analisis
data dan dilanjutkan dengan penyajian pada rancangan
RPJMD. Berdasarkan analisis data yang dilakukan
dirumuskan permasalahan dan isu strategis. Isu strategis
digunakan sebagai dasar untuk menyusun visi, misi,
tujuan, sasaran, strategi, dan arah kebijakan. Pendekatan
teknoratis juga dilakukan untuk menyusun proyeksi
keuangan daerah dan target capaian indikator untuk
masing-masing ukuran.
Setelah tersusun RPJMD, selanjutnya Penyusunan
RPJMD menggunakan pendekatan partisipatif.
Pendekatan partisipatif dalam penyusunan RPJMD
dilaksanakan dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan (stakeholders) dengan mempertimbangkan:

a. Relevansi pemangku kepentingan yang dilibatkan


dalam proses pengambilan keputusan di setiap

I-3
tahapan penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan daerah;
b. Kesetaraan antara para pemangku kepentingan dari
unsur pemerintahan dan non pemerintahan dalam
pengambilan keputusan;
c. Adanya transparasi dan akuntabilitas dalam proses
perencanaan serta melibatkan media massa;
d. Keterwakilan seluruh segmen masyarakat, termasuk
kelompok masyarakat rentan termarjinalkan
utamanya gender;
e. Terciptanya rasa memiliki terhadap dokumen
perencanaan pembangunan daerah;
f. Terciptanya konsensus atau kesepakatan pada semua
tahapan penting pengambilan keputusan, seperti
perumusan prioritas isu dan permasalahan,
perumusan tujuan, strategi, kebijakan dan prioritas
program.

Pendekatan politis dalam penyusunan RPJMD


adalah upaya untuk menerjemahkan program-program
pembangunan yang ditawarkan kepala daerah dan wakil
kepala daerah terpilih pada saat kampanye dengan
mengacu pada ketentuan Pasal 8 Ayat 3 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 dalam
Rancangan RPJMD, melalui tahapan:
a. Menjabarkan visi, misi, dan program kepala daerah
dan wakil kepala daerah ke dalam tujuan, strategi,
kebijakan, dan program pembangunan daerah selama
masa jabatan;
b. Melakukan konsultasi pertimbangan dari landasan
hukum, teknis penyusunan, sinkronisasi dan sinergi

I-4
pencapaian sasaran pembangunan nasional dan
pembangunan daerah; dan
c. Melakukan pembahasan dengan DPRD dan konsultasi
dengan pemerintah untuk penetapan produk hukum
yang mengikat semua pemangku kepentingan.

Pendekatan yang terakhir digunakan dalam


penyusunan RPJMD adalah perpaduan antara
pendekatan bottom-up dan top-down, hasilnya
diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan
mulai dari desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,
dan nasional, sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi
pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional dan
rencana pembangunan daerah. Didasarkan Permendagri
Nomor 86 Tahun 2017 tersebut juga mengatur bahwa
dalam RPJMD harus memiliki keterkaitan dengan
dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang
merupakan perencanaan tahunan dan menjadi pedoman
dalam penyusunan Rencana Strategis Perangkat Daerah
(Renstra PD) dan Rencana Kerja Perangkat Daerah (Renja
PD), bertujuan untuk menjaga sinkronisasi antara
dokumen perencanaan pembangunan Daerah.
Konsistensi antar dokumen perencanaan ini akan
berdampak saat dilakukan evaluasi pada akhir tahun
anggaran maupun pada akhir masa periodesasi RPJMD.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Landasan hukum dalam penyusunan Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Ngawi Tahun 2021-2026 adalah :

I-5
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, tambahan lembaran
Republik Indonesia Nomor 2286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355)
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 164, tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia 4421);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

I-6
dengan Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4817);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 73);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah (Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6402);

I-7
14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);
15. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
(Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) dan/atau dalam rangka Menghadapi
Ancaman yang Membahayakan Perekonomian
Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun
2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian
Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1312);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun
2019 tentang Sistem Informasi Pemerintahan Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
1114);
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun
2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi, Dan
Nomenklatur Perencanaan Pembangunan Dan
Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 1447);
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2020 tentang Pengukuran Indeks

I-8
Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 284);
20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-3708
Tahun 2020 tentang Hasil Verifikasi Dan Validasi
Pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi Dan
Nomenklatur Perencanaan Pembangunan Dan
Keuangan Daerah;
21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 7
Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2019-
2024 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun
2019 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Timur Tahun 2019 Nomor 94);
22. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 10 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Ngawi Tahun 2010-2030 (Lembaran Daerah
Kabupaten Ngawi Tahun 2011 Nomor 10);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 19 Tahun
2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kabupaten Ngawi Tahun 2005-2025
(Lembaran Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2012
Nomor 19).

1.3. Hubungan Antar Dokumen

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah


(RPJMD) Kabupaten Ngawi Tahun 2021-2026 merupakan
bagian yang terintegrasi dengan perencanaan
pembangunan nasional dan provinsi. Penyusunan
RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun 2021-2026 berpedoman
pada RPJM Nasional, RTRW Nasional, RTRW Provinsi
Jawa Timur, dan RTRW Kabupaten Ngawi. Telaahan itu

I-9
dilakukan dengan tujuan untuk mendukung koordinasi
antar pelaku pembangunan dan harus selaras dan sinergi
antar daerah, antar waktu, antar ruang, dan antar fungsi
pemerintah, serta menjamin keterkaitan dan konsistensi
antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi.
Penyusunan RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun
2021-2026 memiliki keterkaitan dengan dokumen
perencanaan lainnya dengan berpedoman pada RPJP
Nasional Tahun 2005-2025, RPJP Provinsi Jawa Timur
Tahun 2005-2025, RPJPD Kabupaten Ngawi Tahun 2005-
2025. RPJPD Kabupaten Ngawi tercantum dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 19 Tahun
2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2005-2025. Rencana
pembangunan jangka panjang daerah merupakan
dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, dan arah
pembangunan daerah jangka panjang yang merupakan
satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan
nasional.
Dokumen lain yang digunakan dalam penyusunan
RPJMD Kabupaten Ngawi antara lain RPJM Nasional
2020-2024, RPJM Provinsi Jawa Timur 2019-2024, RTRW
Nasional, RTRW Provinsi Jawa Timur, dan RTRW
Kabupaten Ngwi. Informasi dalam RTRW Nasional, RTRW
Provinsi Jawa Timur, dan RTRW Kabupaten Ngawi
digunakan sebagai acuan dalam penataan ruang
mewujudkan target pembangunan jangka menengah
periode 2021-2026.
RPJMD sebagai dokumen perencanaan lima
tahunan merupakan penjabaran RPJPD yang memiliki
kurun waktu 20 tahun. Selanjutnya, RPJMD dijabarkan

I-10
dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang
merupakan perencanaan tahunan dan menjadi pedoman
dalam penyusunan Rencana Strategis Perangkat Daerah
Kabupaten Ngawi.

20 Tahunan 5 Tahunan Tahunan

Pedoman Pedoman
Rincian

Pemerintah Pusat
Renstra KL Renja KL RKA KL
APBN
Pedoman

DIACU
Pedoman Dijabarkan Pedoman

RPJP Nasional RPJMN RKP RAPBN APBN


DIPERHATIKAN

DIPERHATIKAN

DISELARASKAN

MUSRENBANG
DENGAN
DIACU

Pedoman

Pemerintah Daerah
Pedoman

RPJP Daerah RPJMD RKPD RAPBD APBD


DIACU
Pedoman

Dijabarkan

RKA Rincian
Renstra Renja
SKPD SKPD SKPD APBD
Pedoman Pedoman

SPPN UU KN

Gambar 1.1 Hubungan RPJMD Dengan Dokumen Perencanaan


Lainnya
Sumber: Diolah oleh Tim Penyusun

1.4. Maksud dan Tujuan


1.4.1. Maksud

Penyusunan RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun


2021-2026 dimaksudkan antara lain untuk :

I-11
1. Pedoman bagi pemerintah daerah Kabupaten Ngawi
untuk menentukan arah dan tujuan pembangunan
dalam 5 (lima) tahun ke depan;
2. Pedoman pengukuran kinerja pemerintah daerah
dalam pembangunan daerah;
3. Pedoman bagi stakeholders untuk ikut memberikan
kontribusi sebesar-besarnya dalam pembangunan
daerah.

1.4.2. Tujuan

Tujuan disusunnya dokumen RPJMD Kabupaten


Ngawi 2021-2026 antara lain :

1. Merumuskan gambaran umum kondisi daerah


sebagai dasar perumusan permasalahan dan isu
strategis daerah, sebagai dasar prioritas penanganan
pembangunan daerah 5 (lima tahun) ke depan.
Dokumen ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi
seluruh Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Ngawi dalam menyusun Renstra Perangkat
Daerah;
2. Merumuskan pedoman pengelolaan terhadap
kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan
daerah, kebijakan umum, dan pembangunan daerah;
3. Menetapkan indikator kinerja sebagai dasar penilaian
dan evaluasi kinerja tahunan di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Ngawi.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Ngawi adalah
sebagai berikut :

I-12
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Dasar Hukum Penyusunan
1.3. Hubungan Antar Dokumen
1.4. Maksud dan Tujuan
1.4.1. Maksud
1.4.2. Tujuan
1.5. Sistematika Penulisan

BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH


2.1. Aspek Geografi dan Demografi
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.3. Aspek Pelayanan Umum
2.4. Aspek Daya Saing

BAB III. GAMBARAN KEUANGAN DAERAH


3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu
3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD
3.1.2. Neraca Daerah
3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran
3.2.2. Analisis Pembiayaan
3.3. Kerangka Pendanaan
3.3.1. Proyeksi Pendapatan dan Belanja
3.3.2. Penghitungan Kerangka Pendanaan
BAB IV. PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGI
DAERAH
4.1. Permasalahan Pembangunan
4.2. Isu strategis

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN


5.1. Visi
5.2. Misi

I-13
5.3. Tujuan dan Sasaran
5.4. Konsistensi Hubungan Visi, Misi, Tujuan dan
Sasaran
BAB VI. STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN DAN
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
6.1. Strategi
6.2. Arah Kebijakan
BAB VII. KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN
DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH
7.1. Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah
7.2. Indikasi Rencana Program Prioritas yang Disertai
Kebutuhan Pendanaan
BAB VIII. KINERJA PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH
BAB IX. PENUTUP

I-14
I-15
Analisis gambaran umum kondisi daerah memberikan
gambaran sejauh mana keberhasilan pembangunan daerah yang
telah dilakukan dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor atau
berbagai aspek yang perlu ditingkatkan untuk optimalisasi
pencapaian keberhasilan pembangunan daerah. Gambaran umum
kondisi daerah memberikan basis atau pijakan dalam proses
perumusan perencanaan pembangunan daerah, baik dari aspek
geografi, demografi, serta capaian kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah beserta interpretasinya.

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

Aspek geografis dan aspek demografi merupakan


hal yang sangat penting dalam pembangunan suatu
daerah. Hal ini dikarenakan dalam melakukan sebuah
perencanaan pembangunan perlu diketahui terlebih
dahulu kondisi geografi dan kondisi demografi wilayah
tersebut agar tepat sasaran dan tepat tujuan. Analisis
pada aspek geografi Kabupaten Ngawi perlu dilakukan
untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik
lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah dan
kerentanan wilayah terhadap bencana. Sedangkan aspek
demografi, menggambarkan kondisi penduduk secara
keseluruhan atau kelompok dalam waktu tertentu.
Aspek demografi Kabupaten Ngawi dapat digambarkan
melalui kondisi demografi seperti ukuran, struktur dan
distribusi penduduk serta bagaimana jumlah penduduk
berubah setiap waktu.

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Batas Wilayah Administrasi

Karateristik lokasi dan batas wilayah administrasi


merupakan aspek-aspek yang menjadi bahan

II-15
pertimbangan dalam menyusun dokumen perencanaan
pembangunan daerah. oleh karena itu dibawah ini akan
disajikan unsur-unsur yang termasuk dalam
karakteristif lokasi dan batas wilayah administrasi.

2.1.1.1. Luas, Letak, dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Ngawi merupakan salah satu


Kabupaten yang secara geografis berada di Provinsi Jawa
Timur bagian barat. Kabupaten Ngawi adalah daerah
penghubung dengan Provinsi Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta, dan Jakarta yang mempunyai
aksesibilitas transportasi cukup ramai. Secara
astronomis, Kabupaten Ngawi terletak pada posisi 7º21’-
7º31’ Lintang Selatan dan 111º07’-111º40’ Bujur Timur.
Sedangkan secara administratif Kabupaten Ngawi
merupakan salah satu kota dari 38 (tiga puluh delapan)
Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dengan batas
administratif sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Kabupaten Blora, Kabupaten


Grobogan (Provinsi Jawa Tengah)
dan Kabupaten Bojonegoro
(Provinsi Jawa Timur);
2. Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar dan
Kabupaten Sragen (Provinsi Jawa
Tengah);
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Magetan dan Kabupaten
Madiun (Provinsi Jawa Timur);
4. Sebelah Timur : Kabupaten Madiun (Provinsi Jawa
Timur)

II-16
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Ngawi
Sumber: RTRW Kabupaten Ngawi Tahun 2010 – 2030

Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.295,9851


Km² atau 129.598,51 Ha. Berdasarkan ketetapan
tentang pembagian wilayah, Kabupaten Ngawi secara
administratif terbagi menjadi 19 (Sembilan Belas)
kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak 4
kelurahan dan 213 desa. Adapun rincian data kelurahan
pada masing-masing Kecamatan di Kabupaten Ngawi
sebagaimana tabel berikut :

II-17
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kecamatan dan Jumlah Kelurahan
Se-Kabupaten Ngawi Tahun 2019

Terhadap Jarak ke
Jumlah
Area Luas Ibukota Desa/
No Kecamatan Desa/
(Km2) Kabupaten Kabupaten Kelurahan
Kelurahan
(%) (Km)
Gendol
Girikerto
Hargosari
Jagir
Kauman
Ketanggung
Kuniran
1 Sine 80,22 6,19 36 Ngrendeng 15

Pandansari
Pocol
Sine
Sumbersari
Sumberejo
Tulakan
Wonosari
Babadan
Cepoko
Giriharjo
Hargomulyo
Krandegan
Manisharjo
Mendiro
2 Ngrambe 57,49 4,44 30 14
Ngrambe
Pucangan
Sambirejo
Setono
Sidomulyo
Wakah
Tawangrejo
Brubuh
Dawung
Girimulyo
Jaten
3 Jogorogo 65,84 5,08 24 12
Jogorogo
Kletekan
Macanan
Ngrayudan

II-18
Terhadap Jarak ke
Jumlah
Area Luas Ibukota Desa/
No Kecamatan Desa/
(Km2) Kabupaten Kabupaten Kelurahan
Kelurahan
(%) (Km)
Soco
Talang
Tanjungsari
Umbulrejo
Dadapan
Gayam
Karanggupito
Karangrejo
Kendal
4 Kendal 84,56 6,53 32 10
Majasem
Patalan
Ploso
Sidorejo
Simo
Baderan
Dempel
Geneng
Kasreman
Keniten
Keras Wetan
5 Geneng 52,52 4,05 12 Kersikan 13

Kersoharjo
Klampisan
Klitik
Sidorejo
Tambakromo
Tepas
Gerih
Guyung
6 Gerih 34,52 2,66 20 Keras Kulon 5

Randusongo
Widodaren
Banget
Budug
Dinden
Jenangan
7 Kwadungan 30,3 2,34 21 14
Karangsono
Kendung
Kwadungan
Mojomanis

II-19
Terhadap Jarak ke
Jumlah
Area Luas Ibukota Desa/
No Kecamatan Desa/
(Km2) Kabupaten Kabupaten Kelurahan
Kelurahan
(%) (Km)
Purwosari
Pojok
Simo
Sumengko
Tirak
Warukalong
Babadan
Gandri
Ngompro
Pangkur
8 Pangkur 29,41 2,27 16 Paras 9

Pleset
Pohkonyal
Sumber
Waruk Tengah
Brangol
Campur Asri
Danguk
Dungmiri
Gempol
Jatipuro
Karangjati
Legundi
9 Karangjati 66,67 5,14 20 Ploso Lor 17

Puhti
Rejomulyo
Rejuno
Ringin Anom
Sawo
Sembung
Sidokerto
Sidorejo
Bringin
Dampit
Dero
Gandong
10 Bringin 62,62 4,83 17 10
Kenongorejo
Krompol
Lego Wetan
Mojo

II-20
Terhadap Jarak ke
Jumlah
Area Luas Ibukota Desa/
No Kecamatan Desa/
(Km2) Kabupaten Kabupaten Kelurahan
Kelurahan
(%) (Km)
Sumber Bening
Suruh
Banjaransari
Bendo
Bintoyo
Kedung prahu
Kwadungan Lor
Munggut
11 Padas 50,22 3,88 11 12
Pacing
Padas
Sambiroto
Sukowiyono
Tambakromo
Tungkulrejo
Cangakan
Gunungsari
Jatirejo
Karang Malang
12 Kasreman 31,49 2,43 8 8
Kasreman
Kiyonten
Lego Kulon
Tawun
Ketanggi
Pelem
Grudo
Jururejo
Beran
Margomulyo
Banyu Urip
Kandangan
13 Ngawi 70,56 5,45 Karang Tengah 16

Karang Tengah
Prandon
Karangasri
Kartoharjo
Kerek
Mangunharjo
Ngawi
Watualang
14 Paron 101,14 7,8 6 Babadan 14

II-21
Terhadap Jarak ke
Jumlah
Area Luas Ibukota Desa/
No Kecamatan Desa/
(Km2) Kabupaten Kabupaten Kelurahan
Kelurahan
(%) (Km)
Dawu
Gelung
Gentong
Jambangan
Jeblogan
Kebon
Kedung Putri
Ngale
Paron
Semen
Sirigan
Teguhan
Tempuran
Bangunrejo
Kidul
Begal
Gemarang
Jati Gembol
Jenggrik
Kedunggala
15 129,65 10 12 Katikan 12
r
Kawu
Kedunggalar
Pelang Kidul
Pelang Lor
Wonokerto
Wonorejo
Bangunrejo Lor
Banjarbanggi
Cantel
Dumplengan
Kalang
16 Pitu 56,01 4,32 17 10
Karanggeneng
Ngancar
Papungan
Pitu
Selopuro
Banyu Biru
Gendingan
17 Widodaren 92,26 7,12 30 Karang Banyu 12
Kauman
Kayutrejo

II-22
Terhadap Jarak ke
Jumlah
Area Luas Ibukota Desa/
No Kecamatan Desa/
(Km2) Kabupaten Kabupaten Kelurahan
Kelurahan
(%) (Km)
Kedunggudel
Sekar Alas
Sekar Putih
Sidolaju
Sidomakmur
Walikukun
Widodaren
Jatimulyo
Kedungharjo
Mantingan
18 Mantingan 62,21 4,8 36 Pakah 7

Pengkol
Sambirejo
Tambak Boyo
Bangunrejo
Gembol
Karang Anyar
Karanganya
19 138,29 10,67 33 Mengger 7
r
Pandean
Sekarjati
Sri Wedari
Jumlah 1295,98 100 217

Sumber: Kabupaten Ngawi Dalam Angka, Tahun 2021

2.1.1.2. Topografi

Topografi Kabupaten Ngawi terletak pada


ketinggian yang bervariasi. Ketinggian Kabupaten Ngawi
berada diantara 47-500 meter dpal meliputi Kecamatan
Ngawi, Geneng, Gerih, Padas, Paron, Kasreman,
Karangjati, Bringin, Pangkur, Mantingan, Widodaren,
Kedunggalar, Pitu, Karanganyar, Kwadungan dan
sebagian wilayah Kecamatan Sine, Jogorogo, Ngrambe,
dan Kendal.

Pada topografi dengan ketinggian antara 500-1000


meter dpal berada di wilayah Kabupaten Ngawi antara

II-23
lain Kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal.
Kondisi topografi Kabupaten Ngawi jika dikaitkan
dengan klasifikasi Wilayah Tanah Usaha (WTU)
dibedakan atas :

1. 25 – 100 dpal seluas 73.398 Ha (53, 63), yang terletak


pada Kecamatan Geneng, Gerih, Karangjati,
Kedunggalar, Kendal, Kwadungan, Mantingan,
Ngawi, Padas, Kaserman, Pangkur, Paron, Pitu,
Widodaren dan Bringin;
2. 100 – 500 dpal seluas 47.600 Ha (36,73%), meliputi
daerah kecamatan Bringin, jogorogo, Karangjati,
Kendal dan Sine serta sebagian Kecamatan Geneng,
Kedunggalar, Mantingan, Pitu, Widodaren, Ngawi,
Ngrambe, Padas, dan Paron;
3. 500 – 1.000 dpal seluas 5.075 Ha (3,92%) terdapat di
Kecamatan Jogorogo, Kendal, Sine dan Ngrambe; dan
4. >1.000 dpal seluas 3.515 Ha (2,71%) meliputi
Kecamatan Jogorogo, Kendal, Ngrambe dan Sine.

Tabel 2.2 Luas Daerah Kabupaten Ngawi Berdasarkan


Ketinggian Tempat

Luas
No Ketinggian Tempat
Ha %
1 0-7 - -
2 7-10 - -
3 10-25 - -
4 25-100 67.538,1 52
5 100-500 53.902,2 42
6 500-1000 4.441,1 3
7 >1000 4.351,6 3
Jumlah 130.233 100
Sumber: Perda Kabupaten Ngawi No. 10 Tahun 2011, tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi Tahun
2010 – 2030

II-24
Secara umum Kabupaten Ngawi memiliki
karakteristik wilayah dapat diklasifikasikan menjadi 3
(tiga) bagian, yaitu :

1. Bagian Tengah adalah daerah dataran yang


merupakan lahan pertanian subur;
2. Bagian Selatan merupakan daerah perbukitan dan
pegunungan yang membujur dari Timur ke Barat,
meliputi wilayah Kecamatan Kendal, Kecamatan
Jogorogo, Kecamatan Ngrambe dan Kecamatan Sine
yang berada di lereng Gunung Lawu; dan
3. Bagian Utara, membujur dari Timur ke Barat,
merupakan deretan pegunungan Kendeng yang
kurang subur, terdiri dari batuan kapur yang
dipertegas dengan Bengawan Solo sebagai
pembatasnya.

2.1.1.3. Geologi

Secara geologis, Kabupaten Ngawi dapat


digambarkan melalui struktur tanah yang tedapat di
Kabupaten Ngawi. Jenis struktur tanah dan sebarannya
di Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Luas Wilayah Menurut Jenis Tanah


di Kabupaten Ngawi

No Uraian Luas Area (Ha) Persentase (%)


1 Alluvial 7.957,31 6,09
2 Grumusol 56.753,05 43,47
3 Mediterian 25.608,56 19,61
4 Mediteran dan Regosol - -
Mediteran dan
5 Grumusol - -
6 Mediteran dan Litosol 21.487,35 16,46
7 Latosol dan Litosol 5.349,80 4,1

II-25
No Uraian Luas Area (Ha) Persentase (%)
8 Andosol dan Litosol 8.060,99 6,17
9 Litosol 5.349,80 4,1
10 Lainnya - -
Sumber: Kabupaten Ngawi dalam Angka, 2021

Jenis tanah di Kabupaten Ngawi didominasi oleh


jenis tanah Grumusol sekitar 43,47% yang merupakan
tanah subur dan sesuai untuk pertanian. Tanah
Grumusol terdapat didataran rendah sebelah Selatan
Bengawan Solo dan Sebelah Timur-Barat Sungai
Madiun. Tanah Mediteran, Litosol, dan Andosol di
kawasan Kaki Gunung Kendeng, sedangkan tanah
Litosol di sepanjang perbukitan pegunungan Kendeng
serta tanah Alluvial di sepanjang tepi Sungai Madiun dan
Bengawan Solo.

Kondisi geologi di Kabupaten Ngawi juga dapat


ditentukan berdasarkan proses geologi yang terjadi di
masa lampau. Salah satu caranya dengan membedakan
jenis batuan induknya. Maka dapat dibedakan seperti
berikut ini :

1. Alluvium
Jenis batuan Alluvium terdapat di wilayah
dataran rendah, dengan kemiringan lahan 0-2% dan
ketinggian 25-100 meter dpal serta kedalaman efektif
tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah sedang.
Umumnya jenis batuan induk ini terdapat di
Kecamatan Geneng, Gerih, Ngawi, Padas, Kaserman,
Karangjati dan terdapat di seluruh wilayah
Kecamatan Kwadungan serta Kecamatan Pangkur.

II-26
2. Miocene Limestone Facies
Proses terjadinya dan lokasi jenis batuan induk
Miocene limestone facies terdapat di wilayah dataran
rendah dengan kemiringan lahan 0-2% dan 2-15%
dan ketinggian 25-100 meter dpal serta kedalaman
efektif tanah kurang dari 30 cm dengan tekstur tanah
sedang. Umumnya jenis batuan induk ini terdapat di
Kecamatan Pitu, Ngawi, Padas, Kaserman, Bringin,
dan Karangjati.

3. Young Quartenary Vulcanic Product


Batuan ini terdapat di wilayah dataran rendah
dan tinggi dengan kemiringan tanah 0-40% dan
ketinggian 25-100 meter dpal serta kedalaman efektif
tanah kurang dari 30 cm dengan tekstur tanah halus,
sedang sampai kasar. Umumnya jenis batuan induk
ini terdapat di Kecamatan Mantingan, Widodaren,
Ngawi, Sine dan di seluruh wilayah Kecamatan
Paron, Geneng, Gerih, Ngrambe, Jogorogo, dan
Kendal.

4. Plestosen Sedimentary Facies


Batuan induk ini terdapat di sebagian kecil
Kecamatan Ngawi, Padas, dan Karangjati. Bahan
batuan induk terletak pada ketinggian 25-500 meter
dpal dengan kemiringan lahan 0-40% dan kedalaman
tanah kurang dari 30 cm dan 30-60 cm.

5. Pleocine Sedimentary Facies


Batuan induk ini terdapat di sebagian
Kecamatan Mantingan dan Widodaren, sebagian
besar wilayah Kecamatan Pitu, dan sebagian kecil

II-27
Kecamatan Ngawi, Padas, dan Bringin. Bahan batuan
induk ini terdapat di wilayah dengan ketinggian 25-
500 meter dpal denga kemiringan lahan 0-40% dan
kedalaman efektif tanah kurang dari 90%.

6. Miocene Sedimentary Facies


Batuan ini terdapat di Kecamatan Mantingan,
Pitu, Ngawi, Padas, Kaserman, Bringin, Karangjati,
dan Sine. Bahan batuan induk ini umumnya
terdapat pada wilayah dengan ketinggian 25-500
meter dpal dengan kemiringan 2-25% dan kedalaman
efektif tanah kurang dari 90 cm.

2.1.1.4. Hidrologi

Kabupaten Ngawi merupakan Kabupaten yang


memiliki banyak sungai. Sungai besar maupun kecil
mengelilingi seluruh daerah Ngawi. Ada 2 (dua) sungai
besar yang melewati Ngawi yaitu Sungai Bengawan Solo
dan Sungai Madiun sebagai pendukung dalam pengairan
pertanian.

Tabel 2.4 Sungai Utama di Kabupaten Ngawi, Panjang Sungai,


Kemiringan, Debit Air, dan Lebar Dasar

Debit (m3/dt)
Panjang Kemiringan Lebar
No Nama Sungai
(m) (%) Dasar
Max Min

A Bengawan Solo 63.000 5 118

1 Kali Sidodadi 2.000 2 0,068 0,01 8

2 Kali Parang 3.000 3 1,201 0,076 14


Kali Palem
3 3.000 3 0,619 0,054 13
Wulung
Kali
4 13.000 4 1,036 0,092 12
Tambaklulang

II-28
Debit (m3/dt)
Panjang Kemiringan Lebar
No Nama Sungai
(m) (%) Dasar
Max Min

5 Kali Sawahan 12.000 5 1,924 0,146 11

6 Kali Lodolo 17.000 4 1,607 0,119 13

7 Kali Selang 7.000 2 0,479 0,025 2

8 Kali Crawuk 8.000 3 0,435 0,028 9

9 Kali Ngiyong 16.000 3 0,27 0,024 14

10 Kali Soko 18.000 3 0,741 0,038 12

11 Kali Ngale 10.000 2 0,258 0,03 10

12 Kali Andong 42.000 5 0,9 0,061 18

13 Kali Sadang 17.000 2 0,232 0,06 17

14 Kali Sawur 32.000 5 1,288 0,154 23

15 Kali Nglencong 3.000 5 0,896 0,068 14

B Kali Madiun 17.000 86

1 Kali Manggong 8.000 2 0,031 0,017 8

2 Kali Ketonggo 25.000 3 2,019 0,551 25

3 Kali Pang 15.000 3 0,334 0,039 12

4 Kali Gurdo 12.000 4 0,5 0,063 24

5 Kali Padas 8.000 3 0,261 0,085 16

6 Kali Dero 13.000 4 0,5 0,063 24

7 Kali Purwodadi 3.000 4 0,47 0,09 15

8 Kali Jungke 17.500 2 0,749 0,08 16

9 Kali Tune 38.000 2 1,069 0,082 22

10 Kali Kuluhan 14.000 2 0,588 0,079 16

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Ngawi,


Tahun 2019

II-29
Wilayah Kabupaten Ngawi terbagi menjadi wilayah
utara dan selatan. Pengelompokan wilayah berdasar
aliran Sungai Bengawan Solo adalah sebagai berikut:

1. Utara Bengawan Solo : Karanganyar dan Pitu


2. Selatan Bengawan Solo : Sine, Ngrambe, Jogorogo,
Kendal, Gerih, Geneng, Kwadungan, Pangkur, Padas,
Karangjati, Bringin, Kasreman, Ngawi, Paron,
Kedunggalar, Widodaren, dan Mantingan.

Sebagaian besar lahan di wilayah selatan


Kabupaten Ngawi mendapatkan pengairan dari Sungai
Bengawan Solo, sehingga daerah ini memiliki potensi
untuk tanaman pangan atau pertanian. Sedangkan
sebagian besar wilayah utara Kabupaten Ngawi
merupakan lahan tadah hujan dan lahan tegalan. Selain
mengandalkan keberadaan sungai sebagai penunjang
irigasi Kabupaten Ngawi juga memiliki beberapa waduk
untuk menunjang sektor pertanian, misalnya Waduk
Pondok, Sangiran dan Kedung Bendo.

2.1.1.5. Klimatologi

Iklim di Kabupaten Ngawi dipengaruhi oleh kondisi


geografis wilayah. Kabupaten Ngawi secara posisi
wilayah dan data yang disajikan, termasuk kedalam
kategori Aw dalam klasifikasi iklim Koppen, yang berarti
iklim savana tropis. Pada iklim savana tropis, jumlah
hujan pada bulan basah tidak dapat mengimbangi
kekurangan hujan pada bulan-bulan kering. Pada iklim
savana tropis, musim kering dapat menjadi parah, dan
kondisi ini bisa menjadi kekeringan atau kekurangan air.

II-30
Curah Hujan (Mm3)
300
243,92
250
195,91 197,83
200

150

100
56,26
50

0
2015 2016 2017 2018

Gambar 2.2 Curah Hujan di Kabupaten Ngawi


Tahun 2015-2018
Sumber: Kabupaten Ngawi dalam Angka, Tahun 2021

Jumlah curah hujan merupakan salah satu


komponen dalam menjelaskan iklim di Kabupaten
Ngawi. Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa
curah hujan di Kabupaten Ngawi pada tahun 2015
adalah 56,26 mm3. Selanjutnya pada tahun 2016 curah
hujan meningkat menjadi 195,33 mm3. Kemudian di
tahun 2017 curah hujan mencapai 197,83 mm3. Pada
tahun 2018 curah hujan di Kabupaten Ngawi meningkat
menjadi 243,92 mm3.

II-31
Hari Hujan (Hari)
300 285

250
198
200

150
110
100 79

50

0
2015 2016 2017 2018

Gambar 2.3 Jumlah Hari Hujan di Kabupaten Ngawi


Tahun 2015-2018
Sumber: Kabupaten Ngawi dalam Angka, Tahun 2021

Jumlah hari hujan per tahun juga termasuk dalam


salah satu aspek yang mempengaruhi dan menjelaskan
iklim di Kabupaten Ngawi. Berdasarkan gambar diatas,
pada tahun 2015 jumlah hujan di Kabupaten Ngawi
mencapai 79 hari. Selanjutnya, ditahun 2016 jumlah
hujan meningkat menjadi 285 hari pertahu. Kemudian,
ditahun 2017 jumlah hari hujan menurun menjadi 110
hari pertahun. Pada tahun 2019 hari hujan Kabupaten
Ngawi mencapai 198 hari pertahun.

2.1.1.6. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Ngawi terbagi


menjadi 2 (dua) kawasan, yakni kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Pada masing-masing kawasan
tersebut telah ditetapkan fungsi utama keberadaan dan
kemanfaatannya. Adapun penggunaan lahan di
Kabupaten Ngawi diantaranya:

II-32
1. Kawasan Lindung, merupakan kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan. Kawasan lindung di
Kabupaten Ngawi terdiri dari:
a. Kawasan Lindung bernilai strategis dalam
penyediaan air:
1) Pengembalian fungsi lindung dengan
reboisasi;
2) Penanganan secara teknis;
3) Pengembangan hutan dan tanaman tegakan
tinggi terutama pada kawasan kaki Gunung
Lawu seperti Kendal, Jogorogo, Sine,
Ngrambe, Mantingan dan Bringin;
4) Kawasan Perlindungan Setempat, meliputi:
5) Perlindungan setempat sepanjang sungai
dibatasi untuk kepentingan pariwisata dan
mengupayakan sungai sebagai latar belakang
kawasan fungsional;
6) Pengelolaan DAS Bengawan Solo untuk air
baku;
7) Waduk dan mata air dibatasi jumlah
wisatawan dan menghindari bangunan radius
pengamanan kawasan dan mengutamakan
vegetasi yang memberikan perlindungan
waduk dan mata air;
8) Pemanfaatan sumber air dan waduk sebagai
irigasi; dan
9) Kawasan Cagar Budaya.
2. Kawasan Budidaya merupakan kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi

II-33
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan. Kawasan budidaya di
Kabupaten Ngawi terdiri dari:
a. Hutan produksi bernilai ekonomi tinggi dengan
fungsi lindung;
b. Kawasan pertanian dan pengolahan berorientasi
peningkatan nilai ekonomi dan ekspor, meliputi
Industri perikanan di Kecamatan Ngawi dan
Kecamatan Bringin.
c. Kawasan peruntukan industri, meliputi:
1) Pengembangan kawasan industri di kawasan
potensial yaitu Mantingan industri
pengolahan kayu jati; dan
2) Pengembangan kawasan industri di kawasan
potensial yaitu pengolahan kedelai.
d. Kawasan pariwisata diperlukan pengembangan
obyek wisata utama yaitu:
1) Pemandian Tawun;
2) Waduk Pondok;
3) Museum Trinil;
4) Benteng Van Den Bosch;
5) Air Terjun Srambang;
6) Perkebunan Teh Jamus; dan
7) Monumen Suryo.

II-34
Gambar 2.4 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Ngawi
Sumber: RTRW Kabupaten Ngawi Tahun 2010 – 2030

2.1.2. Demografi

Aspek kependudukan merupakan salah satu


aspek terpenting dalam menggambarkan perkembangan
suatu wilayah. ilmu kependudukan atau Demografi
adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan
manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan
distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk
berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian,
migrasi, serta penuaan. Berikut distribusi persebaran
penduduk menurut Kecamatan pada Kabupaten Ngawi.

Tabel 2.5 Distribusi Persebaran Penduduk menurut Kecamatan


pada Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020
N Satua
Kecamatan 2016 2017 2018 2019 2020
o n
1 Sine Orang 41232 41177 41110 46807 44681
2 Ngrambe Orang 39110 39096 39072 44702 42267
3 Jogorogo Orang 39953 40072 40181 44574 42307

II-35
N Satua
Kecamatan 2016 2017 2018 2019 2020
o n
4 Kendal Orang 44376 44315 44241 52575 50055
5 Geneng Orang 47230 46860 46481 54198 51405
6 Gerih Orang 34210 34502 34785 38176 36114
7 Kwadungan Orang 25809 25830 25843 28360 26590
8 Pangkur Orang 26749 26742 26736 29106 27489
9 Karangjati Orang 47789 47789 47992 49445 47427
10 Bringin Orang 31176 31297 31344 32338 30917
11 Padas Orang 32893 32941 32979 36186 34136
12 Kasreman Orang 24259 24354 24445 25495 24469
13 Ngawi Orang 83683 83786 84181 86680 83445
14 Paron Orang 87736 87857 87952 96501 91739
15 Kedunggala
Orang 66794 66743 66673 74561 71160
r
16 Pitu Orang 38037 28134 28233 31062 29469
17 Widodaren Orang 65988 65847 65686 74933 70624
18 Mantingan Orang 38383 38395 38396 38544 38142
19 Karanganya
Orang 24249 24008 23761 29310 27621
r
839.65 829.74 830.09 913.55 870.05
Jumlah
6 5 1 3 7
Sumber: Bappelitbang Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Distribusi persebaran penduduk paling tinggi di


Kabupaten Ngawi tahun 2020 terdapat pada Kecamatan
Paron dengan jumlah penduduk 91.739 pada setiap
tahunnya selalu mengalami peningkatan dalam
persebaran penduduk. Pada posisi kedua persebaran
penduduk terbesar pada Kecamatan Ngawi dengan
persebaran penduduk sebesar 83.445. Hal ini
disebabkan oleh berbagai factor antara lain, masih
adanya penduduk yang belum mengikuti program KB
dan peningkatan penduduk untuk berpindah ke tempat
yang dekat dengan pusat kota. Apabila permasalahan
persebaran penduduk ini tidak segera ditangani, maka
dapat menyebabkan berbagai masalah, misalnya letak
tata ruang yang tidak tertata, tingginya angka

II-36
pengangguran, dan berimplikasi pada tingginya
kriminalitas.

Tabel 2.6 Jumlah Kepadatan Penduduk Pertahun Per


Kecamatan di Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

No Kecamatan Satuan 2016 2017 2018 2019 2020


1 Sine Orang 514 513 512 583 557
2 Ngrambe Orang 680 680 680 778 735
3 Jogorogo Orang 607 609 610 677 643
4 Kendal Orang 525 524 523 622 592
5 Geneng Orang 899 892 885 1.032 979
6 Gerih Orang 991 999 1008 1.106 1.046
7 Kwadungan Orang 852 852 853 936 878
8 Pangkur Orang 910 909 909 990 935
9 Karangjati Orang 718 719 720 742 711
10 Bringin Orang 499 500 501 516 494
11 Padas Orang 655 656 657 721 680
12 Kasreman Orang 770 773 776 810 777
13 Ngawi Orang 1.182 1.187 1.193 1.228 1.183
14 Paron Orang 867 869 870 954 907
15 Kedunggalar Orang 515 515 514 575 549
16 Pitu Orang 500 502 504 555 526
17 Widodaren Orang 715 714 712 812 765
18 Mantingan Orang 617 617 617 620 613
19 Karanganyar Orang 175 174 172 212 200
Sumber: Kabupaten Ngawi dalam Angka, Tahun 2021

Distribusi kepadatan penduduk per kecamatan di


Kabupaten Ngawi tertinggi pada Kecamatan Ngawi
sebesar 1.183 dan Kecamatan Gerih sebesar 1.046.
Jumlah kelahiran yang lebih besar dari jumlah kematian
di suatu daerah otomatis akan menambah jumlah
penduduk dari waktu ke waktu. Jika jumlah anak
semakin banyak maka semakin bertambah banyak pula
beban dan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh
orang tua. Maka dari itu pemerintah harus memiliki
berbagai program untuk mengendalikan angka
kelahiran.

II-37
2.1.3. Potensi Pengembangan Wilayah

Arahan dan Kebijakan penataan ruang wilayah


Kabupaten Ngawi berdasarkan potensi pengembangan
wilayah yang ada sebagaimana Peraturan Daerah Nomor
10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Ngawi 2010-2030 meliputi:

1. Pengembangan kawasan perdesaan berbasis hasil


perkebunan pada daerah bagian selatan Kabupaten
Ngawi yang meliputi, Kecamatan Sine, Kendal,
Ngrambe, Jogorogo, dan Padas;
2. Mendorong pengembangan kawasan agropolitan di
Kecamatan Ngrambe dengan adanya pengembangan
produk unggulan, pengolahan dan perluasan
jaringan di Kecamatan Ngrambe sebagai Kota Tani
Utama dan desa/kecamatan dikawasan sekitarnya
sebagai penunjang;
3. Pengembangan ibukota Kabupaten sebagai PKL
(Pusat Kegiatan Lokal) dan PKK (Pusat Pelayanan
Kawasan) dengan menjadikan Kecamatan Ngawi
sebagai PKL yang memberikan pelayanan kepada
PKLp dengan fungsi kegiatan primer, dengan
orientasi pelayanan regional;
4. Pengembangan perkotaan Ngawi dengan
mengembangkan kawasan industri, permukiman,
jalan kolektor menjadi arteri, dan jalar lingkar (ring
road);
5. Pengembangan sektor perikanan berorientasi
peningkatan nilai ekonomi dan ekspor Industri
perikanan di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan
Bringin;

II-38
6. Pengembangan kawasan industri di kawasan
potensial yaitu Mantingan industri pengolahan kayu
jati dan Pengembangan kawasan industri di kawasan
potensial yaitu pengolahan kedelai; dan
7. Kawasan pariwisata diperlukan pengembangan
obyek wisata utama yaitu: Pemandian Tawun, Waduk
Pondok, Museum Trinil, Benteng Van Den Bosch, Air
Terjun Srambang, dan Perkebunan Teh Jamus.
Selanjutnya, Kabupaten Ngawi ditinjau dari
kondisi pemanfaatan lahannya didominasi oleh kawasan
hutan, baik berupa hutan produksi maupun lindung,
dan kawasan pengembangan pertanian (sawah, ladang
dan perkebunan). Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan
Wilayah (RTRW) Ngawi 2010 yang ditegaskan dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 10 Tahun
2011, dinyatakan bahwa rencana ruang terbuka hijau
perkotaan mencapai 12.142 ha mencakup keseluruhan
kecamatan. Pada tahun 2012, melalui Surat Keputusan
(SK) Bupati Ngawi Nomor 188/73.1/404.012/2014
menegaskan keberadaan 20 ha kawasan sebagai lahan
kota berupa hutan kota.

II-39
Gambar 2.5 Rencana Kawasan Perkotaan dan Pedesaan
Kabupaten Ngawi Periode 2010-2030
Sumber: Laporan Akhir Kajian Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan
Hidup Berbasis Jasa Ekosistem Kabupaten Ngawi, Tahun 2018

Pada gambar 2.5 menunjukan peta rencana


kawasan perkotaan dan pedesaan yang dicantumkan
dalam RTRW Kabupaten Ngawi tahun 2010-2030. Pada
gambar tersebut menunjukkan dominasi kawasan
diperuntukkan untuk kawasan wilayah pedesaan.
Kawasan perkotan cenderung memusat pada ibukota
kecamatan, terutama pada jalur antar provinsi dan
pusat Kabupaten di Kecamatan Ngawi.

Kawasan pedesaan memiliki porsi yang besar


dalam peta rencana kawasan perkotaan dan pedesaan
karena desa sebagai fokus pengembangan wilayah dan

II-40
mempertahankan potensi agraris yang menjadi ciri khas
Kabupaten Ngawi. Hal ini harus disertai dengan
penataan permukiman agar mencegah terdorongnya alih
fungsi lahan pertanian maupun kehutanan akibat
peningkatan jumlah penduduk.

2.1.4. Wilayah Rawan Bencana

Bencana alam menjadi kategori kebencanaan yang


tidak dapat diprediksi kejadian, intensitas dan besar
dampak. Bencana alam dapat meliputi banjir, tanah
longsor, gempa bumi, angin puting beliung, kekeringan
hingga erupsi gunung berapai. Pemetaan wilayah rawan
bencana sebagai tindak mitigasi dan penyiapan dini
tanggap bencana. Pada Rencana Tata Ruang dan
Wilayah (RTRW) Kabupaten Ngawi 2010-2030,
pemerintah telah memetakan beberapa jenis bencana
alam yang diprediksi rentan terjadi meliputi :

1. Kerawanan banjir. Berdasarkan data Kemenkes pada


tahun 2017 tercatat terjadi satu peristiwa banjir pada
tahun 2017, penyebab banjir di Kecamatan
Kwadungan adalah luapan Sungai Bengawan
Madiun akibat hujan dengan intensitas tinggi.
Menurut Laporan Akhir Kajian Daya Dukung Daya
Tampung Lingkungan Hidup Berbasis Jasa
Ekosistem Kabupaten Ngawi, terjadi beberapa kali
banjir yang tidak hanya terjadi di bulan April. Data
Banjir Kabupaten Ngawi Tahun 2018 adalah sebagai
berikut:

II-41
Tabel 2.7 Bencana Alam Banjir Kabupaten Ngawi

No Kecamatan Jumlah Banjir (kejadian)


1. Geneng 2
2. Kwadungan 9
3. Pangkur 6
4. Karangjati 5
5. Padas 3
6. Ngawi 7
7. Paron 1
8. Kedunggalar 2
9. Pitu 4
10. Karanganyar 2

Jumlah 41
Sumber: Kabupaten Ngawi Dalam Angka, Tahun 2021

2. Pemerintah Kabupaten Ngawi juga menetapkan


kawasan lereng Gunung Lawu sebagai kawasan
dengan kerentanan erupsi vulkanik, meskipun saat
ini status gunung tersebut dianggap tidak aktif
(hibernasi).
3. Kebakaran lahan dan hutan (karhutla) di Kabupaten
Ngawi. Pada tahun 2018 kebakaran huutan
(karhutla) terjadi di Petak 19 Hutan Lindung RPH
Banjaran BPKH Lawu Utara yang masuk ke wilayah
administratif Desa Wonosari, Kecamatan Sine.
Kebakaran tersebut terjadi pada setidaknya 2 Ha
lahan disebabkan oleh tindakan orang tidak
bertanggung jawab.
4. Tanah longsor adalah bencana alam yang
frekuensinya lebih sering terjadi di Kabupaten Ngawi.
Data BPBD Kabupaten Ngawi menunjukkan terdapat

II-42
7 peristiwa tanah longsor yang menjadikan bencana
alam ini sebagai yang paling kerap terjadi pada 2017.
Berdasarkan wilayahnya, terdapat 3 kecamatan yang
mengalami tanah longsor yaitu Kecamatan Ngrambe,
Jogorogo dan Sine. Seluruh kecamatan terletak pada
lereng Gunung Lawu. Sebesar 42,85% kejadian
longsor terjadi di Kecamatan Ngrambe dengan
sisanya dibagi merata oleh Jogorogo dan Sine.
Berdasarkan kerugian material yang diderita,
Kecamatan Ngrambe menderita kerugian terbesar
pada tahun 2017 mencapai 45 juta rupiah, jauh lebih
signifikan dibandingkan dua kecamatan lainnya.

Tabel 2.8 Bencana Alam, Tanah Longsor dan Gempa Bumi,


Korban, Kerugian di Kabupaten Ngawi

Nama Jumlah Korban Perkiraan


No Jenis Bencana
Kecamatan Meninggal (Jiwa) Kerugian (Rp)

Kecamatan
1 Tanah Longsor 0 45.000.000
Ngrambe
Kecamatan
2 Tanah Lonsor 0 2.000.000
Jogorogo
Kecamatan
3 Tanah Longsor 0 10.000.000
Sine
Sumber: BPBD Kabupaten Ngawi, Tahun 2018

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Aspek kesejahteraan masyarakat menggambarkan


tentang kondisi kesejahteraan dan pemerataan ekonomi,
kondisi kesejahteraan sosial, serta kondisi seni budaya
dan olah raga di Kabupaten Ngawi.

II-43
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan dan


pemerataan ekonomi dilakukan terhadap indikator yang
mempengaruhi kesejahteraan dan pemerataan ekonomi.
Indikator tersebut antara lain pertumbuhan PDRB per
Kapita, pendapatan regional perkapita, laju inflasi,
indeks gini, angka kemiskinan, indeks pembangunan
manusia, indeks pembangunan gender, dan tingkat
pengagguran terbuka. Berikut capaian indikator-
indikator yang mempengaruhi kesejahteraan dan
pemerataan ekonomi di Kabupaten Ngawi.

2.2.1.1. Laju Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga secara umum dan


terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan
harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut
inflasi, kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Inflasi sebagai kecenderungan naiknya harga barang dan
jasa, pada umumnya berlangsung secara terus menerus.
Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat,
maka inflasi mengalami kenaikan.

II-44
Laju Inflasi %
5 4,78
4,55
4,5
4
3,5
3 2,71
2,5 2,22
2
1,5
1
0,5
0
2016 2017 2018 2019

Gambar 2.6 Laju Inflasi Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020


Sumber: Bappelitbang Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Dalam 5 tahun terakhir, laju inflasi Kabupaten


Ngawi mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pasokan
pangan yang memadai sehingga harga bergerak stabil,
perlambatan laju inflasi dikarenakan penurunan
permintaan akibat adanya penurunan aktivitas sosial
karena implementasi PSBB, dan penurunan konsumsi
masyarakat. Inflasi yang cukup rendah menandakan
perekonomian di Kabupaten Ngawi cukup efisien
sehingga tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi.

2.2.1.2. Pertumbuhan PDRB per Kapita

Pertumbuhan PDRB per kapita adalah besarnya


pendapatan rata-rata penduduk di suatu daerah.
Pertumbuhan PDRB per kapita didapatkan dari hasil
pembagian produk domestik bruto daerah dibagi dengan
jumlah penduduk daerah tersebut. Pertumbuhan PDRB
per kapita sering digunakan sebagai tolak ukur
kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah daerah.

II-45
Semakin besar pendapatan per kapitanya, maka
semakin besar juga kemungkinan daerah itu memiliki
tingkat pembangunan dan pendapatan rata-rata
penduduk yang tinggi.

Pertumbuhan PDRB per Kapita Kabupaten Ngawi


mengalami kondisi yang fluktuaktif setiap tahunnya.
Pada tahun 2016 Pertumbuhan PDRB per Kapita
Kabupaten Ngawi mencapai 5,21%. Selanjutnya, pada
tahun 2017 menurun menjadi 5,07% dan pada tahun
2018 PDRB per Kapita Kabupaten Ngawi meningkat
menjadi 5,21%. Pada tahun 2019 menurun menjadi
5,05%.

Pertumbuhan PDRB (%)


6,00
5,21 5,07 5,21 5,05
5,00

4,00

3,00

2,00

1,00

0,00
2016 2017 2018 2019 2020
-1,00

-2,00 -1,69
-3,00

Gambar 2.7 Pertumbuhan PDRB per Kapita Kabupaten Ngawi


Tahun 2016-2020
Sumber: Bappelitbang Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Dalam kurun 5 tahun terakhir, pertumbuhan


PDRB Kabupaten Ngawi meningkat baik menurut ADHB
dan ADHK. Dari PDRB menurut atas dasar harga
berlaku, pada tahun 2015 PDRB Kabupaten Ngawi

II-46
sebesar 14.994,50 Miliar Rp. Pada tahun 2016 PDRB
Kabupaten Ngawi meningkat sebesar 16.529,85 Miliar
Rp. Pada tahun 2017 PDRB Kabupaten Ngawi meningkat
lagi sebesar 17.810,62 Miliar Rp. Pada tahun 2018 PDRB
Kabupaten Ngawi meningkat sebesar 19.241,79 Miliar
Rp.
Dari PDRB menurut atas dasar harga konstan,
pada tahun 2015 PDRB Kabupaten Ngawi sebesar
11.223,12 Miliar Rp. Pada tahun 2016 PDRB Kabupaten
Ngawi meningkat sebesar 11.807,56 Miliar Rp. Pada
tahun 2017 PDRB Kabupaten Ngawi meningkat lagi
sebesar 12.406,43 Miliar Rp. Pada tahun 2018 PDRB
Kabupaten Ngawi sebesar Rp. 13.059,35 Miliar.

25.000,00

19.241,79
20.000,00 17.810,62
16.529,85
14.994,50
15.000,00 12.406,43
13.059,35
11.807,56
11.223,12

10.000,00

5.000,00

0,00
2015 2016 2017 2018 2019
PDRB ADHB 14.994,5016.529,8517.810,6219.241,79
PDRB ADHK 11.223,1211.807,5612.406,4313.059,35

Gambar 2.8 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Ngawi


Tahun 2015-2019
Sumber: Badan Pusat Statistik, Tahun 2019

Dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan PDRB


menurut atas dasar harga berlaku di Kabupaten Ngawi
mengalami kondisi stabil dan mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Pertumbuhan PDRB menurut atas

II-47
dasar harga berlaku Kabupaten Ngawi jika dibandingkan
dengan pertumbuhan PDRB menurut atas dasar harga
berlaku Kabupaten/Kota di wilayah Madiun,
pertumbuhan PDRB ADHB Kabupaten Ngawi di atas
pertumbuhan PDRB ADHB Kabupaten/Kota di wilayah
Madiun. Maka dari itu masih diperlukan kebijakan dan
program-program yang mendukung untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Ngawi.

2.2.1.3. Pendapatan Regional Perkapita

Pendapatan regional per kapita merupakan hasil


bagi antara Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas
biaya faktor produksi (PDRB yang telah dikurangi
penyusutan dan pajak tak langsung) dengan jumlah
penduduk pada pertengahan tahun. Pendapatan
regional per kapita digunakan untuk melihat rata-rata
pendapatan tiap penduduk pada suatu daerah. Tapi
keadaan ini tidak dapat sepenuhnya dijadikan ukuran
kesejahteraan karena ukuran agregat yang dihasilkan
dapat membuat pendapatan besar sekelompok orang
terdistribusi ke seluruh penduduk.

II-48
Pendapatan Regional Perkapita (Rp)
25000000,00

20000000,00 19141485,00
17710412,00

15000000,00

10000000,00

5000000,00

16529,65 20433,97
0,00
2016 2017 2018 2019

Gambar 2.9 Pendapatan Regional Perkapita Kabupaten Ngawi


Tahun 2016-2019
Sumber: Bappelitbang Kabupaten Ngawi, Tahun 2020

2.2.1.4. Angka Kemiskinan

Kondisi Kemiskinan adalah keadaan saat


ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan.

Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan


untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,
pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan. Angka Kemiskinan
suatu daerah dikatakan membaik jika angka
kemiskinannya menurun dan jika angka kemiskinannya
meningkat maka kemiskinan di suatu daerah mengalami

II-49
peningkatan. Angka kemiskinan Kabupaten Ngawi pada
5 (lima) tahun terakhir yakni tahun 2016 sampai tahun
2020 dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Angka kemiskinan (%)


15,6 15,44
15,4 15,27
15,2
15 14,91
14,83
14,8
14,6
14,39
14,4
14,2
14
13,8
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.10 Angka Kemiskinan Kabupaten Ngawi


Tahun 2016-2020
Sumber: Bappelitbang Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Berdasarkan data di atas, angka kemiskinan


Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan drastis di
tahun 2020. Pada tahun sebelumnya angka kemiskinan
14,39% meningkat menjadi 15,44%. Angka kemiskinan
meningkat pada tahun 2020 diakibatkan oleh adanya
pandemik COVID-19 yang menyebabkan adanya PHK
dan berakibat peningkatan pengangguran dan
meningkatnya angka kemiskinan.

2.2.1.5. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berfungsi


untuk mengetahui bagaimana penduduk dapat
mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh
pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. Indeks
Pembangunan Manusia merupakan indikator penting
untuk mengukur keberhasilan dalam upaya

II-50
membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/
penduduk). Indeks Pembangunan manusia dibentuk
oleh 3 (tiga) dimensi dasar yaitu, Umur panjang dan
hidup sehat, pengetahuan, serta standar hidup layak.

Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai faktor


penting dalam kehidupan manusia, tetapi tidak secara
otomatis akan mempengaruhi peningkatan martabat dan
harkat manusia. Dalam hubungan ini, ada beberapa
komponen yang dianggap paling menentukan dalam
pembangunan, yaitu harapan hidup, perolehan dan
pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap
akses untuk kehidupan yang lebih baik. Indeks
Pembangunan Manusia di Kabupaten Ngawi dalam
kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir adalah sebagai
berikut:

Indeks Pembangunan Manusia (%)


71 70,81

70,5 70,41

70 69,91

69,5 69,27
68,96
69

68,5

68
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.11 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020
Sumber: Bappelitbang Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

II-51
Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Ngawi
pada tahun 2016-2020 mengalami peningkatan yang
signifikan. Peningkatan IPM di Kabupaten Ngawi
dipengaruhi oleh meningkatnya kapabilitas pemahaman
terhadap pentingnya pendidikan, meningkatnya skill
atau keterampilan dan kemandirian masyarakat usia
sekolah, adanya motivasi dan inovasi belajar dalam
kondisi apapun, penerapan parenting education dalam
lingkungan keluarga dan peningkatan mutu pola pikir
dan pendidikan karakter.

2.2.1.5 Indeks Pembangunan Gender

Indeks Pemabangunan Gender atau IPG


merupakan indeks pencapaian kemampuan dasar
pembangunan manusia yang sama seperti IPM dengan
memperhatikan ketimpangan gender. IPG digunakan
untuk mengukur pencapaian dalam dimensi yang sama
dan menggunakan indikator yang sama dengan IPM,
namun lebih diarahkan untuk mengungkapkan
ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. IPG dapat
digunakan untuk mengetahui kesenjangan
pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan.
Kesetaraan gender terjadi apabila nilai IPM sama dengan
IPG. Nilai IPG berkisar antara 0-100 persen. Bila nilai
IPG semakin tinggi maka semakin tinggi kesenjangan
pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Berikut
tabel capaian IPG Kabupaten Ngawi tahun 2016-2020 :

II-52
Indeks Pembangunan Gender (%)

92,16 92,16
92,2

92,1

92 91,92

91,9 91,83

91,8 91,72

91,7

91,6

91,5
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.12 Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kabupaten Ngawi


Tahun 2016-2020
Sumber: Bappelitbang Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Pada tahun 2018 IPG Kabupaten Ngawi mengalami


penurunan dengan capaian 91,72. Hal ini dikarenakan
menurunya kegiatan pelatihan kerja bagi perempuan di
Kabupaten Ngawi, sehingga menjadikan angka
partisipasi kerja perempuan di Kabupaten menurun
yang berimplikasi pada rendahnya IPG Kabupaten Ngawi
di tahun 2018. Pada tahun berikutnya yaitu 2019 dan
2020 Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Ngawi
meningkat. Hal ini disebabkan adanya pemberdayaan,
pendidikan dan pelatihan rutin yang dilakukan untuk
mendapatkan pendapatan dari keterampilan dengan
fokus PEKA (Kepala Keluarga Perempuan).

II-53
2.2.1.6 Tingkat Pengangguran Terbuka

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah


indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk
dalam kelompok pengangguran. Tingkat pengangguran
terbuka diukur sebagai persentase jumlah
penganggur/pencari kerja terhadap jumlah angkatan
kerja. Kegunaan dari indikator pengangguran terbuka ini
baik dalam satuan unit (orang) maupun persen berguna
sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan
kerja baru. Lebih penting lagi, indikator ini digunakan
sebagai bahan evaluasi keberhasilan pembangunan
perekonomian, selain angka kemiskinan. Berikut ini
adalah capaian tingkat pengangguran terbuka
Kabupaten Ngawi tahun 2016-2020 :

Tingkat Pengangguran Terbuka (%)


5,76
6

5
3,83 3,98
3,7
4

0
2017 2018 2019 2020

Gambar 2.13 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Ngawi


Tahun 2017-2020
Sumber: Bappelitbang Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Capaian Indikator Tingkat Pengangguran Terbuka


Kabupaten Ngawi 2017-2020 mengalami kondisi yang

II-54
fluktuatif. Pada tahun 2019 Kabupaten Ngawi berhasil
menekan tingkat pengangguran terbuka dengan nilai
sebesar 3,7. Pada tahun 2020 tingkat pengangguran
terbuka Kabupaten Ngawi meningkat menjadi 3,98. Hal
ini disebabkan meningkatnya pencari kerja yang belum
mendapatkan pekerjaan. Tingkat pengangguran terbuka
yang meningkat harus segera ditangani agar tidak
semakin tingginya pengangguran terbuka yang dapat
menyebabkan tingginya angka kemiskinan di Kabupaten
Ngawi.

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan Sosial merupakan suatu kondisi


yang harus diwujudkan bagi seluruh warga negara di
dalam pemenuhan kebutuhan material, spiritual, dan
sosial agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan
yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna
memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara.

2.2.2.1. Aspek Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting


dalam kehidupan guna membentuk sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu mengikuti arus
perkembangan jaman yang semakin maju. Pendidikan
menjadi salah satu sektor penting dan dominan dalam
menentukan maju mundurnya suatu negara atau
daerah. Bidang pendidikan harus mendapat perhatian

II-55
khusus dari pemerintah. Pendidikan memegang peranan
penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, terutama dalam proses pembangunan.
Beberapa aspek penting dalam pendidikan adalah
harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah.

2.2.2.1.1. Harapan Lama Sekolah

Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan


sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan
akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa
mendatang. Perkembangan capaian harapan lama
sekolah di Kabupaten Ngawi pada tahun 2016-2020
dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Angka Harapan Lama Sekolah (Tahun)


12,71
12,7
12,7
12,69
12,69
12,68
12,68
12,67
12,67

12,66
12,65
12,65

12,64

12,63

12,62
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.14 Angka Harapan Lama Sekolah Kabupaten Ngawi


Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Angka harapan lama sekolah di Kabupaten Ngawi


pada 5 (lima) tahun terakhir yakni tahun 2016 sampai
tahun 2020 mengalami peningkatan yang signifikan.
Peningkatan angka harapan lama sekolah di Kabupaten

II-56
Ngawi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu
meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap minat
sekolah, adanya pemberian beasiswa (Perguruan Tinggi),
Adanya Pameran Pendidikan (Hasil Kreatifitas Siswa),
Pemberian Penghargaan kepada Siswa berprestasi
tingkat SMP, pemberian fasilitas peralatan sekolah,
Fasilitasi Trasnportasi pada daerah terpencil, Adanya
ajang kompetensi anak, Peningkatan Inovasi dalam
pengembangan bakat dan keberadaan sanggar kreasi.

2.2.2.1.2. Rata-Rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah merupakan kombinasi


antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang
sedang dijalani, kelas yang diduduki dan pendidikan
yang ditamatkan. Angka rata-rata lama sekolah juga
merupakan indikator yang mempengaruhi nilai IPM.
Perkembangan capaian rata-rata lama sekolah di
Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada gambar capaian
rata-rata lama sekolah Kabupaten Ngawi 2016-2020
berikut ini :

II-57
Angka Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun)
7,06
6,98

6,88

6,66

6,53

2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.15 Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Ngawi


Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Angka Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Ngawi


mengalami peningkatan, tetapi belum signifikan.
Peningkatan angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten
Ngawi dipengaruhi oleh terselenggaranya pendidikan
keluarga (Pembimbingan, Pendampingan, Pola Asuh),
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat dan
terfasilitasinya sarana prasarana dalam pembelajaran.

2.2.2.2. Aspek Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu aspek penting


dalam kemajuan suatu negara. Menurut World Health
Organization (WHO) kesehatan merupakan suatu
keadaan sehat yang utuh baik secara fisik, mental dan
sosial serta tidak hanya keadaan bebas dari penyakit
atau kecacatan yang memungkinkan setiap orang dapat
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Beberapa

II-58
aspek kesehatan yang dapat menjadi acuan adalah
angka harapan hidup dan prevalensi balita gizi buruk.

2.2.2.2.1. Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan angka


perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan
asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas. Angka
harapan hidup di Kabupaten Ngawi mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Perkembangan capaian
angka harapan hidup di Kabupaten Ngawi pada tahun
2016-2020 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Angka Harapan Hidup (AHH) %


72,2 72,16 72,16

72,1

72
71,92
71,9

71,8 71,74
71,7 71,63
71,6

71,5

71,4

71,3
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.16 Angka Harapan Hidup Kabupaten Ngawi


Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Angka Harapan Hidup di Kabupaten Ngawi


mengalami peningkatan dari tahun 2016-2020. Hal
tersebut didorong oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) di Kabupaten Ngawi yang menurun,

II-59
peningkatan akses layanan Dinas Kesehatan terhadap
ibu hamil, sumber daya manusia yang terlatih serta alat
kesehatan yang memadai, adanya jaminan persalinan,
adanya program Rumah Singgah yang bertujuan untuk
mengantisipasi persalinan beresiko. Tetapi dalam
peningkatan AHH masih mengalami kesulitan dalam
pendataan ibu hamil pendatang di Kabupaten Ngawi.

2.2.2.2.2. Prevalensi Balita Gizi Buruk

Balita Gizi Buruk adalah suatu kondisi yang


ditandai dengan berat badan dan tinggi badan
balita jauh di bawah rata-rata. Indikator yang
digunakan adalah berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB). Selain berat dan tinggi badan, lingkar lengan
atas (LILA) juga masuk ke dalam pemeriksaan klinis gizi
buruk pada balita. Kondisi gizi buruk pada balita tidak
terjadi secara instan atau singkat. Artinya, balita yang
masuk ke dalam kategori gizi buruk sudah mengalami
kekurangan berbagai zat gizi dalam jangka waktu yang
sangat lama. Kondisi Prevalensi Balita Gizi Buruk di
Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut :

II-60
P r e va le n si Ba li t a G i z i Bu r u k (%)

2,22
1,85

1,71
0,63
0,46

2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.17 Prevalensi Balita Gizi Buruk Kabupaten Ngawi


Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Prevalensi balita gizi buruk di Kabupaten Ngawi


mengalami kondisi fluktuaktif dari tahun 2016-2020.
Prevelansi balita gizi buruk paling tinggi di tahun 2019
dengan nilai 2,22%. Hal ini dikarenakan masih tingginya
balita yang belum memperoleh gizi seimbang dalam
jangka waktu lama. Pada tahun 2020, prevalensi balita
gizi buruk menurun. Penurunan tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu adanya penanganan
terintegrasi (RESTU IBU), orang tua asuh (kepala OPD)
yang memberikan bantuan kepada balita gizi buruk,
serta dilakukannya koordinasi antara Dinas Kesehatan
dengan Rumah Sakit. Namun, masih adanya jumlah
balita gizi buruk di Kabupaten Ngawi juga dipengaruhi
oleh beberapa hal yaitu pola asuh orang tua yang kurang
pemahaman akan kebutuhan gizi balita.

II-61
2.2.3.2. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang


berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,
selama dan setelah selesai masa hubungan kerja, baik
pada pekerjaan yang menghasilkan barang maupun
pekerjaan berupa jasa. Masalah ketenagakerjaan dapat
timbul karena beberapa faktor seperti pendidikan,
kesempatan kerja maupun pertumbuhan ekonomi yang
relatif rendah. Beberapa faktor dalam ketenagakerjaan
antara lain tingkat partisipasi angkatan kerja dan tingkat
pengangguran terbuka.

2.2.3.2.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah


Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah
penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih
sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan
kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi. TPAK yang
tinggi adalah sangat baik untuk pembangunan suatu
negara atau wilayah. Karena semakin tinggi TPAK, maka
akan mendorong pertumbuhan ekonomi, semakin
banyak pasokan tenaga kerja (labour supply) yang akan
memproduksi barang dan jasa dalam suatu
perekonomian.

II-62
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(Persen)

76 75

74

72

70

68 66,45
66,15 66,25
66
64
62
60
2017 2018 2019 2020

Gambar 2.18 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja


Kabupaten Ngawi Tahun 2017-2020
Sumber: DPPTK Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten


Ngawi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kondisi
yang meningkat dipengaruhi oleh sisi tingkat
kemudahan atau kesulitan untuk mendapatkan kerja,
nilai TPAK yang rendah menunjukkan kecilnya
kesempatan kerja yang tersedia bagi penduduk usia
kerja dan sebaliknya TPAK yang tinggi menunjukkan
besarnya kesempatan kerja yang tersedia.

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Istilah secara umum, seni diartikan sebagai segala


sesuatu yang dibuat oleh manusia yang memiliki unsur
keindahan. Sedangkan pengertian budaya adalah cara
hidup yang berkembang bersama pada sekelompok
orang dengan cara turun-temurun dari generasi ke
generasi, sehingga seni budaya adalah segala sesuatu
yang diciptakan manusia mengenai cara hidup yang

II-63
berkembang pada suatu kelompok yang mana memiliki
unsur keindahan secara turun temurun dari generasi ke
generasi. Sedangkan Olahraga adalah sebagai salah satu
aktivitas fisik maupun psikis seseorang yang berguna
untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan
seseorang setelah olahraga.

2.2.3.1. Cagar budaya dilestarikan

Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat


kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan
Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar
Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau
di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena
memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui
proses penetapan. Capaian cagar budaya dilestarikan
dapat dilihat gambar berikut ini :

Cagar Budaya Dilestarikan (unit)


20 20
20
17 17
18
16
14
11
12
10
8
6
4
2
0
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.19 Cagar Budaya dilestarikan Kabupaten Ngawi


Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Tahun 2021

II-64
Cagar budaya yang dilestarikan oleh Pemerintah
Kabupaten Ngawi mengalami kondisi yang fluktuaktif
setiap tahunnya. Pada tahun 2018 cagar budaya
dilestarikan mengalami penurunan paling rendah yaitu
11 unit. Hal ini dikarenakan adanya kerusakan cagar
budaya, tetapi pada tahun berikutnya mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menunjukan
adanya komitmen pemerintah daerah untuk
melestarikan cagar budaya yang dimiliki.

2.2.3.2. Jumlah Klub Olahraga

Klub olahraga merupakan salah satu bentuk


fasilitas untuk meningkatkan pembangunan pemuda
dan olahraga. Klub olahraga mempunyai peran strategis
dalam mendukung peningkatan sumber daya manusia
yang berkualitas dan berdaya saing. Pemuda memiliki
peran aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan
agen perubahan. Dalam segala aspek pembangunan,
pemuda memegang peranan yang sangat strategis dalam
pembangunan nasional maupun lokal. Peranan pemuda
sebagai aset untuk percepatan pembangunan, sangat
tergantung pada kualitas sumber daya pemuda. Capaian
jumlah klub olahraga di Kabupaten Ngawi dapat dilihat
pada grafik di bawah ini :

II-65
Jumlah Klub Olahraga (Klub)
600 550

500
384
400 348 359 359

300

200

100

0
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2.20 Jumlah Klub Olahraga Kabupaten Ngawi


Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Tahun 2021

Jumlah klub olahraga di Kabupaten Ngawi pada 5


(lima) tahun terakhir yakni tahun 2016-2020 mengalami
ketercapaian yang fluktuatif. Pada tahun 2017 mencapai
550 klub olahraga. Pada tahun 2018 mengalami
penurunan, sedangkan pada tahun 2019 mengalami
peningkatan. Penurunan jumlah klub olahraga di
Kabupaten Ngawi disebabkan oleh minimnya minat
pemuda dalam kegiatan olahraga, sehingga diperlukan
perhatian khusus dari pemerintah daerah agar
meningkatkan minat pemuda dalam mengikuti klub
olahraga.

2.3. Aspek Pelayanan Umum

Aspek pelayanan umum terdiri dari urusan Wajib


Pelayanan Dasar, urusan Wajib Non Pelayanan Dasar,
Urusan Pilihan, dan Fungsi Penunjang Pemerintah.
Adapun Aspek Pelayanan Umum yang berkaitan dengan
Layanan Urusan Pemerintah Wajib meliputi pendidikan,
kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang,
perumahan rakyat dan kawasan permukiman,

II-66
ketenteraman, ketertiban umum, perlindungan
masyarakat, dan sosial.

Sementara Layanan Urusan Pemerintah Tidak


Wajib meliputi tenaga kerja, pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak, pangan, pertanahan,
lingkungan hidup, administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil, pemberdayaan masyarakat dan Desa,
pengendalian penduduk dan keluarga berencana,
perhubungan, komunikasi dan informatika, koperasi,
usaha kecil, dan menengah, penanaman modal,
kepemudaan dan olah raga, statistik, persandian,
kebudayaan, perpustakaan, dan kearsipan.

Layanan Urusan Pemerintahan Pilihan terdiri atas


kelautan dan perikanan, pariwisata, pertanian,
kehutanan, energi dan sumber daya mineral,
perdagangan, perindustrian, dan ketransmigrasian.
Berikutnya, yaitu Fungsi Penunjang Pemerintah adalah
perencanaan pembangunan. Berikut penjelasan serta
data terkait.

2.3.1. Fokus Layanan Pemerintah Wajib

Pada urusan wajib Pemerintah Daerah Kabupaten


Ngawi dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu urusan
pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan
dasar dan urusan pemerintahan wajib yang tidak
berkaitan dengan pelayanan dasar.

II-67
2.3.1.1. Urusan Pemerintahan Wajib yang Berkaitan dengan
Pelayanan Dasar

Pelayanan Urusan Wajib Dasar merupakan segala


sesuatu yang wajib untuk dilakukan dan
diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Berbagai
indikator ditampilkan untuk menjelaskan kondisi dan
perkembangan Pelayanan Urusan Wajib Dasar di
Kabupaten Ngawi.

2.3.1.1.1. Pendidikan

Pendidikan merupakan bagian yang penting dalam


pembangunan manusia dan pengembangan kapasitas
penduduk di Kabupaten Ngawi. Berdasarkan hal itu
maka pendidikan merupakan hal penting yang harus
diperhatikan dalam kinerja pemerintah, berikut ini
adalah data capaian indikator pendidikan Kabupaten
Ngawi 2016-2020.

Tabel 2.9 Hasil Kinerja Bidang Urusan Pendidikan


Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator
Satuan
Kinerja 2016 2017 2018 2019 2020
Pembangunan Daerah
Persentase Peserta PAUD % 97.74 97.74 91.40 91.10 93.25
Rata-rata Nilai UJI
% 58.25 58.88 59.5 60.76 0
Kompetensi Guru SD
Rata-rata Nilai UJI
% 60.96 64.61 64.75 64.99 0
Kompetensi Guru SMP
Persentase Sekolah
Dasar (SD) yang % 86.03 89.7 97.2 97.8 97.51
terakreditasi Mnimal B
Persentase Sekolah
Menengah Pertama (SMP)
% 88.23 89.7 88.3 89.4 82.71
yang terakreditasi
Mnimal B
Angka Partisipasi Kasar
(APK) (Laki- Laki & % 88.23 89 91.4 91.1 93.25
Perempuan) PAUD

II-68
Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator
Satuan
Kinerja 2016 2017 2018 2019 2020
Pembangunan Daerah
Angka Partisipasi Kasar
(APK) (Laki-laki & % 105.5 105.1 104.7 102.75 100.77
Perempuan) SD
Angka Partisipasi Kasar
(APK) (Laki- laki & % 52.7 69.3 69.58 69.6 100.58
Perempuan) SMP
APM SD/MI/Paket A
(Laki-laki dan % 93.88 99.4 93.8 93.43 93.75
Perempuan
APM SMP/MTs/Paket
B(Laki-laki dan % 83.19 81.6 82.4 78.27 91.07
Perempuan)
APS SD/MI % 93.88 99.4 93.8 93.43 93.75
APS SMP/MTs % 83.19 81.6 82.4 78.27 91.07
Persentase AK SD/MI % 100 100 100 100 100
Persentase AK SMP/MTS % 99.74 99.74 99.76 99.76 100
Persentase AM dari
% 98.94 98.36 95.75 95.7 95.85
SD/MI ke SMP/MTS
Persentase AM SMP/MTS
% 98.36 98.3 98.35 98.31 98.35
Ke SMA/MA
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Persentase pendidikan anak usia dini digunakan


sebagai ukuran seberapa banyak anak yang masuk ke
PAUD dan sejauh mana tingkat kesadaran masyarakat
Kabupaten Ngawi terhadap pendidikan. Capaian
Persentase Peserta Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di
Kabupaten Ngawi mengalami kondisi fluktuatif atau
tidak stabil setiap tahunnya. Dari tahun 2015 sampai
tahun 2017 mengalami peningkatan yang dipengaruhi
oleh adanya sosialisasi pentingnya pendidikan PAUD,
terpenuhinya sarana dan prasarana pembelajaran PAUD
dan tersedianya tempat belajar dan bermain yang
nyaman di lembaga pendidikan PAUD. Namun capaian
Persentase PAUD di Kabupaten Ngawi Tahun 2018-2019
Mengalami penurunan. Penurunan capaian tersebut
dipengaruhi oleh jarak tempuh dan akses yang sulit bagi
peserta PAUD dan rendahnya tenaga pendidikan PAUD.

II-69
Pada tahun 2020, persentase PAUD meningkat menjadi
93,25. Hal ini dikarenakan adanya sosialisasi pentingnya
pendidikan PAUD dan meningkatnya tenaga pendidikan
PAUD di Kabupaten Ngawi.
Guru merupakan faktor penting dalam
peningkatan kualitas pendidikan. Semakin banyak guru
yang berkompeten maka semakin banyak pula guru yang
profesional dan berkualitas. Guru SD yang berkompeten
dapat dinilai dari nilai rata-rata kompetensi guru. Di
Kabupaten Ngawi Rata-rata Nilai Uji Kompetensi Guru
SD pada lima tahun terakhir mengalami peningkatan
yang kurang signifikan. Peningkatan nilai rata-rata uji
kompetensi guru SD di Kabupaten Ngawi dipengaruhi
oleh linieritas tenaga pendidikan, adanya
reward/penghargaan untuk guru yang berprestasi, dan
ketersediaan fasilitas bagi Guru.
Akreditasi Sekolah digunakan untuk mengetahui
sejauhmana sekolah telah memenuhi kriteria mutu yang
sudah ditetapkan pemerintah sebagai standar minimal
kualitas (minimum standards of quality). Akreditasi
memberikan informasi mengenai kualitas proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang berkualitas
dengan didorong oleh manajemen yang baik pada
sekolah. Persentase sekolah akreditasi minimal B
ditingkatkan SD di Kabupaten Ngawi mengalami
peningkatan pada tahun 2016-2019. Peningkatan
capaian tersebut didorong oleh meningkatnya mutu
sekolah yang dipengaruhi oleh meningkatnya tenaga
pendidik yang berkompeten dan linieritas. Pada tahun
2020 penurunan akreditas terjadi di SD Kabupaten
Ngawi akibat kurangnya sarana dan prasarana yang
memadai dan diperlukan komitmen lebih dari kepala

II-70
sekolah dan jajarannya dalam memajukan lembaga
pendidikan.
Persentase sekolah Menengah Pertama dari tahun
2016-2019 juga mengalami peningkatan. Hal tersebut
dipengaruhi oleh hal yang sama dengan akreditasi
sekolah tingkat sekolah dasar. Pada tahun 2020
persentase akreditasi sekolah menengah pertama (SMP)
minimal B mengalami penurunan yang disebabkan oleh
tingginya ketidak sesuaian penempatan tenaga pendidik
dengan mata pelajaran yang di ampu.
APK PAUD di Kabupaten Ngawi pada lima tahun
terakhir mengalami capaian yang fliktuatif. Pada tahun
2016-2020 mengalami peningkatan yang dipengaruhi
oleh adanya koordinasi lintas sektor dalam bekerja sama
untuk meningkatkan legalitas lembaga. Sedangkan
capaian APK PAUD pada tahun 2019 mengalami
penurunan yang disebabkan oleh masih kurangnya
kesadaran orang tua terhadap pentingnya Pendidikan
anak usia dini. APK SD di Kabupaten Ngawi mengalami
penurunan. Capaian APK SD di Kabupaten Ngawi
menurun dipengaruhi oleh Sarana dan prasarana yang
kurang mendukung serta kualifikasi dan linieritas guru
yang rendah. APK SMP di Kabupaten Ngawi mengalami
peningkatan. Peningkatan APK SMP di Kabupaten Ngawi
didorong oleh faktor SDM dan Infrastruktur sarpras,
yakni meningkatnya kualifikasi guru, adanya inovasi
pembelajaran (Kurikulum) dan Fasilitas sarana dan
prasarana yang memadai.
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase
jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang
sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai
dengan usianya terhadap jumlah penduduk pada usia

II-71
yang sama. Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Ngawi
mengalami penurunan baik pada jenjang SD/MI
maupun SMP/MTS, faktor yang mempengaruhi
menurunnya APM SD/MI dan SMP/MTS adalah masih
rendahnya kesadaran orang tua untuk menyekolahkan
anaknya sesuai umur masuk sekolah dan keterbatasan
biaya yang dimiliki oleh orang tua untuk menyekolahkan
anaknya.
Angka putus sekolah (APS) di Kabupaten Ngawi
pada jenjang SD/MI dan SMP/MTS mengalami
peningkatan yang fluktuatif. Peningkatan APS SD/MI
dipengaruhi oleh adanya fasilitas transportasi dan
jangkauan akses yang mudah bagi peserta didik. Pada
tahun 2017 dan 2019 APS AMP mengalami penurunan.
Hal tersebut dipengaruhi oleh permasalahan
perekonomian orang tua dan akses dan jarak tempuh
rumah ke sekolah sulit terjangkau. APS tingkat
SMP/MTS pada tahun 2017-2019 mengalami
penurunan yang di sebakan oleh ketersediaan fasilitas
trasportasi dan jangkauan akses yang mudah bagi
peserta didik.
Rata-rata Nilai Ujian Nasional Berbasis Komputer
jenjang SMP di Kabupaten Ngawi mengalami
peningkatan dipengaruhi oleh fasilitasi sarana dan
prasarana yang mendukung seperti ketersediaan IT yang
cukup dan memadai, tingginya minat belajar siswa dan
kompetensi dan kualitas tenaga pendidik yang
memberikan treatment dalam penyampaian materi
pembelajaran. Rata-rata Nilai Ujian Sekolah Berbasis
Nasional jenjang SD di Kabupaten Ngawi mengalami
peningkatan yang fluktuatif. Hal tersebut dipengaruhi
oleh tingginya minta belajar siswa yang didukung oleh

II-72
guru berkompeten dan berkualitas. Sedangkan di tahun
2019 mengalami penurunan yang drastis. Hal tersebut
dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas sarana dan
prasarana yang kurang mendukung dalam kegiatan
proses belajar mengajar.
Salah satu tolak ukur dalam mutu pendidikan
yaitu adalah Angka Kelulusan. Angka Kelulusan (AK)
merupakan salah satu cara untuk mengukur proses dari
pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), Angka
Kelulusan akan memberikan dampak positif pada
kualitas sekolah di Kabupaten Ngawi. Apabila Angka
Kelulusan sekolah di Kabupaten Ngawi tinggi, maka
potensi Sumber Daya Manusia (SDM) di Kabupaten
Ngawi terutama usia 7-15 tahun ke atas baik. AK SD/MI
di Kabupaten Ngawi sebesar 100%. Hal tersebut
menujukkan tren yang positif.
Capian AK SD/MI di Kabupaten Ngawi dipengaruhi
oleh meningkatnya minat belajar dengan adanya inovasi
pembelajaran dan mutu tenaga pendidik yang
berkualitas dan berkompeten. AK SMP/MTS di
Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan pada 5 (lima)
tahun terakhir yakni tahun 2016-2020. Capaian AK
SMP/MTS di Kabupaten Ngawi dipengaruhi oleh
meningkatnya minat belajar dengan adanya inovasi
pembelajaran dan mutu tanaga pendidik yang
berkualitas dan berkompeten.
Angka Melanjutkan (AM), yaitu persentase jumlah
lulusan yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. AM dari SD/MI ke SMP/MTS di Kabupaten
Ngawi pada tahun 2016-2020 mengalami penurunan.
Penurunan AM dari SD/MI ke SMP/MTS disebabkan
oleh tingkat ekonomi orang tua yang tidak mampu

II-73
membiayai anak pada jenjang yang lebih tinggi. AM dari
SMP/MTS ke SMA/MA di Kabupaten Ngawi pada 5 (lima)
tahun terakhir mengalami penurunan. Penurunan
angka melanjutkan di Kabupaten Ngawi dari SMP/MTS
ke SMA/MA dipengaruhi oleh kesadaran dan
pemahaman orang tua yang masih menekankan bahwa
wajib belajar 9 tahun yang menganggap melanjutkan
pendidikan ke jenjang lebih tinggi tidak terlalu penting
dan pola pikir anak yang lebih memilih berkerja
dibandingkan melanjutkan sekolah. Selain itu
penurunan angka melanjutkan SMP/MTS ke SMA/MA di
Kabupaten Ngawi juga dipengaruhi oleh faktor tingkat
ekonomi orang tua yang tidak mampu membiayai anak
pada jenjang yang lebih tinggi.

2.3.1.1.2. Kesehatan

Kesehatan adalah salah satu unsur kesejahteraan


masyarakat. Pemerintah perlu memberikan perhatian
khusus dalam pemerataan pelayanan kesehatan
sehingga masyarakat mampu mengakses dan memenuhi
kebutuhan kesehatan dengan adanya peningkatan
kualitas pelayanan. Karena itu harus ada perbaikan
dalam kesehatan yang bertujuan untuk meningkatan
kemampuan, kesadaran, dan kemajuan hidup sehat bagi
masyarakat Kabupaten Ngawi. Selain itu, adanya
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni
dalam bidang kesehatan juga dapat memberikan
kemajuan terhadap kesehatan masyarakat Kabupaten
Ngawi. Dengan terjadinya kemajuan kesehatan, maka
memberikan peningkatan pula terhadap derajat
kesehatan di Kabupaten Ngawi. Capaian kinerja

II-74
Kabupaten Ngawi di bidang kesehatan 5 (lima) tahun
terakhir adalah sebagai berikut :

Tabel 2.10 Hasil Kinerja Bidang Urusan Kesehatan


Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi tahun 2016-2020
Aspek/Fokus/Bidang
Urusan/Indikator Capaian
Kinerja Satuan
Pembangunan 2016 2017 2018 2019 2020
Daerah
Prevalensi Balita
% 28 26.9 24.3 22.2 15.22
Stunting
Angka Kematian Ibu Orang 6 8 12 9 9
Angka Kematian Bayi Bayi 8.96 10.02 10.69 10.21 9.06
Cakupan Komplikasi
Kebidanan yang % 79 100 100 100 108.38
Ditangani
Cakupan
Desa/kelurahan
% 80.65 64.06 76.96 100 100
Universal Child
Immunization (UCI)
Cakupan pelayanan
kesehatan rujukan
% 100 100 100 100 100
pasien masyarakat
miskin
Nilai rata rata IKM
85 85 85 86 86
Puskesmas
20/1
Rasio tenaga dokter 12/10 13/10 29/100. 38/100.
Rasio 00.00
per100.000 penduduk 0.000 0.000 000 000
0
Bayi Berat Badan
Bayi 211 117 85 563 829
Lahir Rendah (BBLR)
BBLR Dirujuk Bayi 6 7 22 563 616
Gizi Buruk Bayi 71 71 63 58 457
Cakupan Kunjungan 100.1
% 98.64 94.66 94.8 91.6
Bayi 8
Ibu Hamil Kunjungan
% 92 94 94 99.63 96.2
K1
Ibu Hamil Kunjungan
% 87 86 87 90.9 89.35
K4
Ibu Hamil Kurang
% 2 2 10 10.1 10.24
Energi Kronis (KEK)
Kasus HIV Orang 100 109 94 98 104
Angka kesakitan DBD Orang 762 262 827 1411 271
Angka kesakitan
Orang 13039 8395 8894 10588 6568
Diare
Angka kesakitan ISPA Orang 713 1059 1251 1672 1102
Angka kesakitan
Orang 775 846 809 1046 756
Tuberculosis
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

II-75
Prevalensi Balita Stunting di Kabupaten Ngawi
pada 5 (lima) tahun terakhir mengalami penurunan.
Menurunnya Prevalensi Balita Stunting di Kabupaten
Ngawi dipengaruhi oleh faktor kemiskinan, ketersediaan
layanan kesehatan dan kurangnya pemahaman orang
tua tentang pola gizi balita. Prevalensi balita stunting
Kabupaten Ngawi tahun 2020 sebesar 15,22%,
prevelensi stunting masih dalam kategori rendah jika
dibandingkan dengan standar minimal WHO untuk
prevalensi balita stunting sebesar 20%.
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child
Immunization (UCI) mengalami kondisi yang fluktuatif.
Faktor pendorong peningkatan cakupan desa/kelurahan
Universal Child Immunization (UCI) di Kabupaten Ngawi
adalah adanya kerjasama dengan jejaring rumah sakit,
klinik dan layanan kesehatan lainnya, kecukupan
logistik (vaksin, tenaga yang terlatih) serta adanya
dukungan kebijakan dari pemangku program. Angka
yang menunjukkan penurunan disebabkan oleh
penentuan target yang terlalu tinggi disebabkan oleh
belum terpenuhinya target yang ditentukan oleh provinsi
yaitu adanya pembagian target di desa yang tidak sesuai
dengan kondisi real, serta mindset masyarakat yang
tidak berkenan untuk melakukan imunisasi. Cakupan
pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
telah tercapai hingga 100%. Cakupan ini menunjukan
keberhasilan Kabupaten Ngawi dalam memberikan akses
yang sama kepada seluruh masyarakat Kabupaten
Ngawi.
Nilai rata-rata IKM puskesmas di Kabupaten Ngawi
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut
disebabkan oleh faktor meningkatnya pelayanan, sarana

II-76
prasarana dan SDM yang memadai serta akreditasi
puskesmas yang baik. Persentase puskesmas akreditasi
minimal madya di Kabupaten Ngawi mengalami
peningkatan. Peningkatan tersebut disebabkan oleh
faktor meningkatnya pelayanan, sarana prasarana dan
SDM yang memadai, anggaran yang memadai, serta
adanya tenaga surveyor di Kabupaten Ngawi. Namun,
masih terdapat beberapa faktor penghambat yang
berpengaruh antara lain, sistem manajemen yang belum
terorganisir, dukungan dari lintas sektor yang kurang,
serta kurangnya penguatan pemberdayaan masyrakat.
Rasio tenaga dokter per 100.000 penduduk di Kabupaten
Ngawi mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor seperti adanya rekruitmen ASN dari
pemerintah daerah, adanya rekruitmen BLUD,
penambahan fasilitas kesehatan (klinik dan rumah
sakit), peningkatan kapasitas yang diberikan oleh BPJS,
serta adanya kemudahan dalam perizinan bidang
kesehatan.
Balita gizi buruk Kabupaten Ngawi di tahun 2020
mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu 457
balita. Peningkatan jumlah balita gizi buruk disebabkan
oleh tingginya balita yang tidak terpenuhi cakupan gizi
dalam jangka waktu yang lama. Hal ini harus menjadi
perhatian khusus pemerintah agar gizi buruk di
Kabupaten Ngawi menurun.

2.3.1.1.3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Pelayanan Dasar Bidang pekerjaan Umum adalah


jenis pelayanan publik bidang pekerjaan umum yang
mendasar dan muntlak untuk memenuhi kebutuhan

II-77
masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan
pemerintah. Pentingnya penyelenggaraan urusan
pekerjaan umum ini telah disadari oleh pemerintah
dengan mengeluarkan peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Republik Indonesia Nomor : 01/RPT/M/2014
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang dilakukan secara bertahap
dengan perkembangan indikator kinerja pada bidang
urusan pekerjaan umum dan penataan ruang
Pemerintah Kabupaten Ngawi.

Pekerjaan umum dan penataan ruang merupakan


unsur dalam pelaksanaan urusan pemerintah bidang
pekerjaan umum dan penataan ruang. Bidang pekerjaan
umum dan penataan ruang akan selalu menghadapi
tantangan yang kompleks dalam penyediaan
infrastruktur untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Ngawi. Capaian kinerja di bidang
pekerjaan umum dan penataan ruang di Kabupaten
Ngawi dalam waktu empat tahun terakhir adalah sebagai
berikut :

Tabel 2.11 Hasil Kinerja Bidang Urusan Pekerjaan Umum dan


Penataan Ruang Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator
Satuan
Kinerja
2016 2017 2018 2019 2020
Pembangunan Daerah
Panjang jalan yang
Km 26.752 28.292 28 27.5 24.492
terbangun
Persentase saluran
drainase / gorong2 % 53.2 56.7 58.4 60.98 30.00
dalam kondisi baik
Persentase Jalan dalam
% 54.75 58.92 60.97 66.27 67.57
kondisi baik
Persentase jembatan
% 94.8 94.96 96.23 96.23 91.58
dalam kondisi baik

II-78
Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator
Satuan
Kinerja
2016 2017 2018 2019 2020
Pembangunan Daerah
Persentase jaringan
irigasi dalam kondisi
% 60.08 66.39 67.72 68.78 70.51
baik (Rasio Irigasi
dalam kondisi baik)
Persentase peralatan
kebinamargaan dalam % 80 82 83.5 85 69.23
kondisi baik
Jumlah embung yang
unit 1 0 0 1 0
terbangun
Persentase PJU
terpasang pada jalan % 18.08 20.26 23.69 26.32 28.84
Kabupaten
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Tahun 2021

Panjang jalan dan jembatan yang terbangun di


Kabupaten Ngawi dari tahun 2016-2020 mengalami
peningkatan yang fluktuatif. Hal tersebut dipengaruhi
oleh Penyesuaian dana dari pemerintah untuk
pembangunan jalan. Persentase jembatan dalam kondisi
baik di Kabupaten Ngawi pada 5 (lima) tahun terahkir
mengalami peningkatan pada tiap tahunnya.
Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh Kondisi jembatan
yang dibangun masih dalam kondisi baik. Persentase
saluran drainase/gorong-gorong dalam kondisi baik di
Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan pada tiap
tahunnya.
Persentase Jaringan irigasi dalam kondisi baik
(Rasio Irigasi dalam kondisi baik) Di Kabupaten Ngawi
pada 5 (lima) tahun terakhir yakni tahun 2016-2019
mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Capaian
Persentase Jaringan irigasi dalam kondisi baik (Rasio
Irigasi dalam kondisi baik) pada tahun 2020 di
Kabupaten Ngawi mengalami penurunan. Hal tersebut
dipengaruhi oleh tidak ada refocusing dana untuk
peningkatan jaringan irigasi dalam kondisi baik untuk

II-79
meningkatkan produktivitas pertanian Kabupaten
Ngawi. Persentase PJU terpasang pada jalan Kabupaten
di Kabupaten Ngawi pada 5 (lima) tahun terakhir
mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Persentase
peralatan kebinamargaan dalam kondisi baik 2016-2019
mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2020
mengalami penurunan dengan capain 69,23%. Hal ini
disebabkan kurangnya pemeliharaan rutin peralatan
kebinamargaan, sehingga banyak mengalami kerusakan.

2.3.1.1.4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

Perumahan dan permukiman merupakan


kebutuhan dasar manusia. Dalam masyarakat
Indonesia, perumahan beserta prasarana pendukungnya
merupakan pencerminan dari jati diri manusia, baik
secara perseorangan maupun dalam suatu kesatuan dan
kebersamaan serta keserasian dengan lingkungan
sekitarnya. Perumahan dan permukiman juga
mempunyai peranan yang sangat strategis dalam
pembentukan watak serta kepribadian bangsa sehingga
perlu dibina dan dikembangkan demi kelangsungan
serta peningkatan kehidupan dan penghidupan
masyarakat.
Perumahan dan permukiman selain berfungsi
sebagai wadah pengembangan sumber daya manusia
dan pengejawantahan dari lingkungan sosial yang
tertib, juga merupakan kontribusi bagi pertumbuhan
ekonomi melalui sektor industri perumahan sebagai
penyedia lapangan kerja serta pendorong pembentukan
modal yang besar. Melalui peningkatan serta
pemenuhan kebutuhan akan perumahan dan

II-80
permukiman, diharapkan masyarakat dapat
meningkatkan produktivitas, berperan serta secara aktif
dalam pembangunan, dan mampu meningkatkan
pemupukan modal bagi pembangunan selanjutnya.
Capaian kinerja di perumahan rakyat dan kawasan
permukiman di Kabupaten Ngawi dalam waktu lima
tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Tabel 2.12 Hasil Kinerja Bidang Urusan Perumahan Rakyat dan


Kawasan Permukiman Pemerintah Kabupaten Ngawi
Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator
Satuan
Kinerja 2016 2017 2018 2019 2020
Pembangunan Daerah
Cakupan lingkungan
yang sehat dan aman % NA 9.2 35.48 64.06 60.36
yang didukung PSU
Cakupan layanan rumah
layak huni bagi rumah % NA 74 76.5 80.75 83.85
tangga miskin
Cakupan layanan rumah
layak huni yang % NA 61 64.5 69 73.25
terjangkau
Persentase rumah tinggal
% NA 77.01 78.5 90.16 82.21
bersanitasi
Persentase permukiman
% NA 35.23 32.34 33.29 NA
tertata
Rumah tangga pengguna
% NA 74.24 75.85 87.57 93.14
air bersih
Penyelesaian Sertifikat m2 30,111 10,721 NA 3,332 NA
Sumber: Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Ngawi,
Tahun 2021

Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang


didukung PSU di Kabupaten Ngawi pada tahun 2016-
2020 mengalami capaian yang fluktuatif. Tercapainya
indikator lingkungan yang sehat dan aman didukung
PSU di Kabupaten Ngawi dipengaruhi oleh
meningkatnya PSU di lingkungan perumahan
Kabupaten Ngawi. Cakupan layanan rumah layak huni

II-81
bagi rumah tangga miskin di Kabupaten Ngawi
mengalami peningkatan yang signifikan pada tiap
tahunnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya kerja
keras pemerintah dalam mewujudkan rumah miskin
bagi rumah tangga miskin dan bantuan dana dari
pemerintah untuk meningkatkan rumah layak huni
bagi seluruh masyarakat. Cakupan layanan rumah
layak huni yang terjangkau di Kabupaten Ngawi
mengalai peningkatan pada tiap tahunnya. Capaian
tersebut masih relatif rendah, hal tersebut dipengaruhi
oleh masih rendahnya dana untuk membangun rumah
layak huni terjangkau.
Persentase permukiman tertata di Kabupaten
Ngawi pada tahun 2016-2020 mengalami pencapaian
yang fluktuatif. Hal tersebut dipengaruhi oleh masih
rendahnya permukiman tertata karena masih adanya
permukiman yang tidak sesuai dengan peruntukan
wilayah. Rumah tangga pengguna air bersih di
Kabupaten Ngawi pada empat tahun terakhir
mengalami peningkatan yang signifikan.

2.3.1.1.5. Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan


Masyarakat

Ketertiban umum dan ketentraman masyarakat


adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan
Pemerintah Daerah dan masyarakat dapat melakukan
kegiatan dengan tenteram, tertib, dan teratur.
Sedangkan Perlindungan Masyarakat adalah suatu
keadaan dinamis dimana warga masyarakat disiapkan
dan dibekali pengetahuan serta ketrampilan untuk
melaksanakan kegiatan penangangan bencana guna
mengurangi dan memperkecil akibat bencana, serta ikut

II-82
memelihara keamanan, ketentraman dan ketertiban
masyarakat, kegiatan sosial kemasyarakatan.
Perkembangan indikator kinerja pada urusan
ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan
masyarakat pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-
2020 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.13 Hasil Kinerja Bidang Urusan Ketenteraman,


Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat Pemerintah
Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020
Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020
Tingkat penurunan
% 32 43 50 58 55
pelanggaran perda
Tingkat penurunan
% 31 45 49 66 63
gangguan ketertiban umum
Peningkatan Kasus
Kebakaran Yang Direspon % 5 7 40 32 35
Kurang kurang 15 menit
Persentase Linmas per
% 60.12 60.57 60.38 63.96 63.95
10.000 Penduduk
Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Tingkat Penurunan Pelanggaran Perda Kabupaten


Ngawi mengalami kondisi fluktuatif. Pada tahun 2020
mengalami penurunan menjadi 55%. Hal ini
dikarenanakan masih kurangnya pemahaman
keterpaduan Perangkat Daerah dalam penegakan Perda
dan pelaksanaan Perda. Sedangkan peningkatan pada
tahun 2019 mencapai 58% dipengaruhi oleh
keberhasilan dalam pelaksanaan sosialisasi perda,
sehingga pelanggaran perda menurun. Peningkatan
penurunan gangguan ketertiban umum di Kabupaten
Ngawi dipengaruhi oleh adanya kerjasama yang
dilakukan oleh pemerintah terkait dengan lembaga
keamanan lainnya, SDM yang memiliki kapasitas dalam

II-83
penanganan gangguan ketertiban umum, dan adanya
patroli serta operasi penertiban.
Peningkatan Kasus Kebakaran yang direspon
kurang dari 15 menit di Kabupaten Ngawi mengalami
peningkatan yang fluktuatif. Hal tersebut disebabkan
oleh belum terbentuknya WMK (Wilayah Manajemen
Kebakaran), sehingga yang di respon 15 menit baru
kejadian kebakaran hanya di sekitar wilayah Kota Ngawi.
Selain itu, juga dikarenakan sarana dan prasarana
pemadam kebakaran yang kurang memadai. Persentase
Linmas per 10.000 Penduduk di Kabupaten Ngawi
mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Hal tersebut
dipengaruhi oleh adanya Pembinaan dan pendataan
anggota linmas.

2.3.1.1.6. Sosial

Perkembangan indikator kinerja pada bidang


urusan sosial Pemerintah Kabupaten Ngawi tahun 2016-
2020 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.14 Hasil Kinerja Bidang Urusan Sosial Pemerintah


Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase PMKS yang memperoleh


% 70 89.12 99.08 99 52.4
bantuan dan perlindungan sosial
Persentase penyandang cacat fisik
dan mental, serta lanjut usia tidak
% 89.68 91.94 99.29 100 100
potensial yang telah menerima
jaminan sosial
Persentase PSKS yang aktif
sosialisasi/penyuluhan dalam
% 72 76 80 85 100
rangka penyelenggaraan
kesejahteraan sosial
Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

II-84
Persentase PMKS yang memperoleh bantuan dan
perlindungan di Kabupaten Ngawi mengalami kondisi
yang fluktuatif. Menurunnya Peresentase PMKS yang
memperoleh bantuan dan perlindungan sosial di
Kabupaten Ngawi dipengaruhi oleh belum adanya
ketersediaan data DTKS yang valid di bagian
perencanaan dalam perumusan kebijakan dan belum
adanya standar kepengukuran yang baku terhadap
indikator sehingga tidak ketepatan dalam penanganan.
Capaian Persentase penyandang cacat fisik dan mental,
serta lanjut usia tidak potensial yang telah menerima
jaminan sosial di Kabupaten Ngawi mengalami
peningkatan. Peningkatan Persentase penyandang cacat
fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial yang
telah menerima jaminan sosial di Kabupaten Ngawi
dipengaruhi oleh adanya penambahan kuota
penerimaan bantuan dan adanya koordinasi antar
provinsi dan kabupaten. Selain itu, diperlukan adanya
regulasi yang kuat terkait dengan penanganan lansia,
panti, dll.
Persentase penyandang cacat fisik dan mental,
serta lanjut usia tidak potensial yang telah menerima
jaminan sosial di Kabupaten Ngawi mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Persentase penyandang
cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial
yang telah menerima jaminan sosial dipengaruhi oleh
adanya program pendanaan PKH dan pelayanan yang
konsisten berbasis data. Persentase PSKS yang aktif
sosialisasi/penyuluhan dalam rangka penyelenggaraan
kesejahteraan sosial di Kabupaten Ngawi mengalami
peningkatan. Peningkatan dipengaruhi oleh pemeberian
reward untuk PSKS serta adanya improvisasi dan inovasi

II-85
dalam pembinaan, sehingga PSKS memiliki semangat
tinggi dan tidak merasa bosan dalam mengikuti
pembinaan. Namun dalam menigkatkan Persentase
PSKS yang yang aktif sosialisasi/ penyuluhan dalam
rangka penyelenggaraan kesejahteraan sosial perlu
adanya pembinaan dan pemebrdayaan PSKS secara
periodik dan berkelanjutan dengan sumber daya
manusia yang berkompeten.

2.3.1.2. Fokus Layanan Urusan Wajib Non Dasar

Layanan Urusan Wajib Non Dasar meliputi tenaga


kerja, pemberdayaan perempuan dan perlindungan
anak, pangan, pertanahan, lingkungan hidup,
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil,
pemberdayaan masyarakat dan desa, pengendalian
penduduk dan keluarga berencana, perhubungan,
komunikasi dan informatika, koperasi, usaha kecil, dan
menengah, penanaman modal, kepemudaan dan olah
raga, statistik, persandian, kebudayaan, perpustakaan,
dan kearsipan.

2.3.1.2.1. Tenaga Kerja

Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang


berhubungan dengan tenaga kerja. Dalam menjalankan
segala urusan pemerintah daerah dan untuk
memajukan kesejahteraan masyarakat maka sangat
diperlukan serapan dan lapangan kerja yang dapat
menyerap tenaga kerja dan mengurangi tingkat
pengangguran. Oleh karena itu, urusan ketenagakerjaan

II-86
menjadi sangat penting dalam menjalankan proses
kepemerintahan.

Tabel 2.15 Hasil Kinerja Bidang Urusan Tenaga Kerja


Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase Tenaga Kerja


yang Mendapat
% 0.5 0.55 0.67 0.73 73.41
Perlindungan
Ketenagakerjaan
Persentase pencari kerja
% 49.45 49.45 47.07 75.05 75
yang ditempatkan
Sumber: Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten
Ngawi, Tahun 2021

Persentase pekerja/buruh yang mendapat


perlindungan ketenagakerjaan mengalami peningkatan.
Hal tersebut disebabkan oleh faktor pendorong berupa
adanya kemitraan dengan BPJS, sedangkan faktor
penghambat tidak dapat terlepas adalah kurangnya
kesadaran untuk mendaftarkan tenaga kerja serta
keterbatasan SDM sebagai mediator. Persentase pencari
kerja yang ditempatkan di Kabupaten Ngawi mengalami
kondisi yang fluktuatif. Faktor pendorong dalam
penempatan pencari kerja di Kabupaten Ngawi adalah
adanya pelaksanaan kegiatan jobfair, adanya pelatihan
tenaga kerja dan adanya TKM, TTG, serta padat karya.
Penurunan angka pencari kerja yang ditempatkan
disebabkan oleh faktor belum adanya instruktur tetap
untuk Balai Kepegawaian.

II-87
2.3.1.2.2. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Perkembangan indikator kinerja pada bidang


urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan
anak Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi tahun 2016-
2020 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.16 Hasil Kinerja Bidang Urusan Pemberdayaan


Perempuan dan Perlindungan Anak Pemerintah
Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator
Satuan
Kinerja
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020

Belum
Indeks Pemberdayaan
% NA 68.93 70.95 72.89 Rilis
Gender (IDG)
Provinsi
Partisipasi angkatan
% 100 100 94.76 93.37 83.97
kerja perempuan
Persentase Kasus
kekerasan terhadap
% 100 100 100 100 100
perempuan dan anak
yang terselesaikan
Sumber: Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) merupakan


indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan
manusia yang sama seperti IPM dengan memperhatikan
ketimpangan gender. IDG digunakan untuk mengukur
pencapaian dalam dimensi yang sama dengan IPM,
namun lebih diarahkan untuk mengungkapkan
ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. IDG dapat
digunakan untuk mengetahui kesenjangan
pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan.
Kesetaraan gender terjadi apabila nilai IPM sama dengan
IDG. Nilai IDG berkisar antara 0-100 persen. Bila nilai
IDG semakin tinggi maka semakin tinggi kesenjangan
pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Indikator

II-88
ini menunjukkan apakah perempuan dapat memainkan
peranan aktif dalam kehidupan ekonomi dan politik.
Capaian IDG sejak tahun 2016 hingga tahun 2019 terus
mengalami pertumbuhan dengan rata-rata 12,8%.
Partisipasi angkatan kerja perempuan di
Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan tahun 2016-
2018. Hal ini terjadi karena adanya pemberdayaan,
pendidikan dan pelatihan rutin yang dilakukan untuk
mendapatkan pendapatan dari keterampilan dengan
fokus PEKA (Kepala Keluarga Perempuan), namun di
tahun 2019-2020 mengalami penurunan karena adanya
kurangnya pelatihan untuk melakukan pengembangan
dalam bentuk pelatihan kepada perempuan.
Permasalahan pemberdayaan perempuan dapat
berupa diskriminasi terhadap perempuan atau laki-laki,
kesenjangan partisipasi politik, rendahnya kualitas
hidup perempuan dan anak maupun kesenjangan
pemanfaatan hasil pembangunan antara perempuan dan
laki-laki. Upaya untuk menurunkan ketimpangan
tersebut dapat dilakukan dari sisi perencanaan anggaran
melalui anggaran yang responsif gender.
Anggaran Responsif Gender (ARG) adalah
anggaran yang mengakomodasi keadilan bagi
perempuan dan laki-laki dalam memperoleh akses,
manfaat, berpartisipasi dalam mengambil keputusan
dan mengontrol sumber-sumber daya serta kesetaraan
terhadap kesempatan dan peluang dalam menikmati
hasil pembangunan. Penerapan ARG merupakan strategi
yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi
satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan
dan program pembangunan nasional.

II-89
Pengarusutamaan Gender (PUG) merupakan salah
satu strategi pembangunan yang dilakukan oleh
Kabupaten Ngawi untuk mencapai suatu keadilan dan
kesetaraan sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 9
Tahun 2000 tentang PUG Dalam Pembangunan
Nasional. Tujuan dari PUG adalah memastikan seluruh
kebijakan, program dan kegiatan telah setara dan adil
bagi laki-laki, perempuan, anak, penyandang disabilitas,
lansia dan kelompok rentan lainnya.

2.3.1.2.2. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Lingkup kewenangan Pengendalian Penduduk dan


Keluarga Berencana yang diamanatkan oleh Undang-
Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
adalah meliputi pemetaan perkiraan pengendalian
penduduk, pelaksanaan KIE (Komunikasi, Informasi,
dan Edukasi) pengendalian penduduk baik yang bersifat
medis maupun kearifan lokal, distribusi peralatan dan
perlengkapan kontrasepsi, pendayagunaan PKB/PLKB,
serta pembinaan keluarga sejahtera.

Tabel 2.16 Hasil Kinerja Bidang Urusan Pemberdayaan


Perempuan dan Perlindungan Anak Pemerintah
Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator
Kinerja Satuan
Pembangunan 2016 2017 2018 2019 2020
Daerah

TFR - 1,93 2,05 2,06 2,03 Belum Rilis

CPR - 73,55 74,18 73,85 73,9 71,63

II-90
Belum Rilis
IDG - NA 68,93 70,95 72,89
Provinsi

Sumber: Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan


Keluarga Berencana Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Total Fertility Rate (TFR) adalah jumlah anak yang


akan dipunyai seorang wanita selama masa reproduksinya
per 1000 wanita. Asumsi yang digunakan yaitu tidak ada
seseorang perempuan pun yang meninggal sebelum
mengakhiri masa reproduksinya dan tingkat fertilitasi
menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.

Total Fertility Rate (TFR) di Kabupaten Ngawi


meningkat 2016-2018 dengan nilai TFR tahun 2018
mencapai 2,06. Pada tahun 2019 mengalami penurunan
dengan nilai 2,03. Kenaikan TFR disebabkan oleh
rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap program
keluarga berencana. Hal ini yang menyebabkan kurang
berhasilnya program KB di Kabupaten Ngawi sehingga laju
pertumbuhan penduduk masih tinggi.

Contraceptive Prevalence Rate (Angka Prevalensi


Pemakaian Kontrasepsi) perbandingan antara PUS yang
menjadi peserta KB aktif (peserta KB yang saat ini
menggunakan salah satu alat kontrasepsi) dengan jumlah
PUS. Indikator ini berguna untuk mengukur perbaikan
kesehatan ibu melalui pengaturan kelahiran. Indikator ini
juga digunakan sebagai proksi untuk mengukur akses
terhadap pelayanan reproduksi kesehatan yang sangat
esensial. Pada tahun 2020 CPR mengalami penurunan
menjadi 71,63. Hal ini harus segera ditangani karena akan
berdampak pada peningkatan laju pertumbuhan penduduk
di Kabupaten Ngawi.

II-91
Gender adalah pembedaan peran, kedudukan,
tanggung jawab, dan pembagian kerja antara laki-laki dan
perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan
sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas
menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan
masyarakat. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) adalah
Indikator yang menunjukkan apakah perempuan dapat
memainkan peranan aktif dalam kehidupan ekonomi dan
politik. IDG Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Capaian terakhir pada tahun 2019, IGD
Kabupaten Ngawi mencapai 72,89. Hal ini menunjukan
mulai meningkatnya peran wanita dalam kegiatan ekonomi
maupun politik.

2.3.1.2.3. Pangan

Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan


dan kemampuan masyarakat untuk mengaksesnya.
Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki ketahanan
pangan apabila penghuninya tidak berada dalam kondisi
kelaparan atau ancaman kelaparan. Ketahanan pangan
dapat dilihat dari kondisi terpenuhinya pangan bagi
negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan
terjangkau.

Ketahanan pangan di suatu daerah dapat dilihat


melalui beberapa indikator yaitu, jumlah regulasi
ketahanan pangan, ketersediaan pangan utama,
cakupan binaan kelompok tani, pelayanan bidang
ketersediaan dan cadangan pangan, penguatan
cadangan pangan, Ketersediaan Informasi pasokan

II-92
harga dan akses pangan di daerah, Stabilitas harga dan
pasokan pangan, Skor Pola Pangan Harapan (PPH),
Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan, serta
Penanganan Daerah Rawan Pangan.

Tabel 2.18 Hasil Kinerja Bidang Urusan Pangan Pemerintah


Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020
Aspek/Fokus/
Bidang Capaian
Urusan/Indikator
Satuan
Kinerja
Pembangunan 2016 2017 2018 2019 2020
Daerah
Angka kecukupan
Per Kapita NA NA 7387 8493 2169
Energi perkapita
Angka kecukupan
Per Kapita NA NA NA 61 62.70
Protein perkapita
Jumlah Desa Rawan
Desa NA NA 4 4 2
Pangan
Total desa pangan
Desa NA NA 10 19 38
lestari
Ketersediaan
pangan utama (food ton 939.9 893.331 838.75 857.966 778.043
availability)
Skor PPH Konsumsi Kkal/kapita/hari 83.8 85.3 92.6 88.20 91.60
Angka ketersediaan
Kkal/kapita/hari 8,242 8,494 7,387 8,493 8,487
Energi
Angka Ketersediaan
Kkal/kapita/hari 193.27 198.32 177.08 206.57 172.62
Protein
Skor PPH
57.84 54 53.61 54.45 72.42
Ketersediaan
Skor PPH 86.2 85.3 92.6 88.20 91.60
Coefisien Variasi
Kkal/kapita/hari 7.80 6.80 7.20 7.10 7.20
(CV Harga Pangan)
Sumber: Dinas Pangan dan Perikanan Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Manusia membutuhkan energi untuk


mempertahankan hidup dan melakukan aktivitas
harian. Makanan yang mengandung karbohidrat, lemak
dan protein digunakan sebagai sumber energi untuk
kegiatan tersebut. Energi yang masuk melalui makanan
harus seimbang dengan kebutuhan energi. Pencapaian
ketahanan pangan tingkat rumah tangga dapat dilihat
dari tingkat kecukupan konsumsi energi dan protein.

II-93
Angka Ketresediaan Protein Perkapita di
Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan yang
signifikan. Peningkatan Angka Ketresediaan Protein
Perkapita di Kabupaten Ngawi dipengaruhi oleh adanya
kegiatan pangan lestari budidaya tanaman sayur. Angka
Ketersediaan Energi di Kabupaten Ngawi mengalami
kondisi yang fluktuatif. Peningkatan ketercapaian Angka
Ketersediaan Energi di Kabupaten Ngawi dipengaruhi
oleh adanya program prioritas pembangunan
infrastruktur yang mendukung ketahanan pangan. Pada
tahun 2020 mengalami penurunan yang di sebabkan
oleh ketersediaan sarana dan prasarana.
Desa Pangan Lestari merupakan aktualisasi
pemanfaatan lahan pekarangan secara optimal dengan
maksimalisasi produktivitas lahan lain yang ada di
lingkungannya untuk pengembangan ketersediaan
pangan yang beranekaragam tiap rumah tangga dalam
suatu wilayah desa/dusun/kampung. Desa Pangan
Lestari di Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan hal
tersebut di pengaruhi oleh adanya program prioritas
pembangunan infrastruktur yang mendukung
ketahanan pangan.
Jumlah Kerawanan Pangan adalah kondisi suatu
daerah, masyarakat atau rumah tangga yang tingkat
ketersediaan dan keamanan pangannya tidak cukup
untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi
pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Jumlah desa
rawan pangan di Kabupaten Ngawi pada tahun 2018-
2019 mencapai 23 desa. Kemudian, di tahun 2020 desa
rawan pangan di Kabupaten Ngawi 2020 menurun
menjadi 20 desa. Hal tersebut dipengaruhi oleh belum

II-94
optimalnya intervensi hanya pada bahan pangan belum
pada tahap pemberdayaan.
Skor PPH Ketersediaan di Kabupaten Ngawi pada
empat tahun terakhir mengalami penurunan hal
tersebut disebabkan oleh banyaknya produksi daging
yang dikirim keluar daerah. Skor PPH konsumsi
Kabupaten Ngawi mengalami kondisi fluktuatif. Faktor
penyebab turunnya skor PPH konsumsi per kapita di
Kabupaten Ngawi disebabkan oleh survei yang belum
menggambarkan secara keseluruhan tentang edukasi
pada masyarakat terkait dengan gizi. Coefisien Variasi
(CV harga pangan) di Kabupaten Ngawi pada 4 (empat)
tahun terakhir mengalami kondis yang fluktuatif.
Penurunan disebabkan oleh keterlambatan sumber data
bahan analisis. Peningkatan pada tahun 2018
dipengaruhi oleh ketepatan dan kecepatan data yang
akurat dalam penggunaan aplikasi.

2.3.1.2.4. Pertanahan

Urusan pertanahan, termasuk dalam lingkup


wilayah dan tata ruang Kabupaten Ngawi. Penataan
wilayah dan ruang melalui pembuatan peraturan
tentang tata ruang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat sebagai konsekuensi pembangunan dan
pertambahan jumlah penduduk. Lemahnya administrasi
pertanahan dan terbatasnya pengetahuan yang dimiliki
masyarakat maupun aparatur pemerintah juga mampu
memicu konflik-konflik pertanahan di internal
Kabupaten Ngawi. Konflik tersebut dapat berupa konflik
perbatasan antar kecamatan, desa maupun antar

II-95
penduduk, serta dengan stakeholders lain, seperti
kalangan pengusaha pertambangan dan perkebunan.

Tabel 2.19 Hasil Kinerja Bidang Urusan Pertanahan


Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020
Bidang Capaian Kinerja
Urusan/Indik
ator Kinerja Satuan
Pembangunan 2016 2017 2018 2019 2020
Daerah
Penyelesaian
Jumlah 8.154 27.978 45.056 45.759 35.729
Sertifikat
Pembuatan
Kasus 1.664 1.324 1.732 1.752 1.588
Akta Tanah
Luas Lahan
% 1,08 2,33 4,43 4,31 3,57
Bersertipikat
Sumber: BPN Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Akta tanah adalah surat tanda bukti hak (Pasal 19


ayat (2) huruf c UUPA) untuk hak atas tanah, hak
pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah
susun (rusun) dan hak tanggungan yang masing-masing
sudah didaftar dalam buku tanah yang bersangkutan.
Pembuatan akta tanah di Kabupaten Ngawi mengalami
peningkatan yang fluktuatif pada 5 (lima) tahun terakhir
yakni tahun 2016-2020. Dimana pada tahun 2015 kasus
pembuatan akta tanah mencapai 6.756 kasus. Pada
tahun 2016 Kasus pembuatan akta tanah mengalami
penurunan di Kabupaten Ngawi mencapai 4.678 dan di
tahun 2017 Kasus pembuatan akta tanah di Kabupaten
Ngawi kembali meningkat dan mencapai 10.066 kasus.
Fasilitasi Penyelesaian konflik/kasus pertanahan di
Kabupaten Ngawi pada tahun 2016-2020 terdapat satu

II-96
kasus pertahunnya dan kasus yang terjadi di setiap
tahunnya sudah terfasilitasi baik dalam penyelesaian
dan penanganan konflik/kasusnya. Lahan bersertifkat
adalah lahan yang sudah valid dikelola oleh siapa dan
dimanfaatkan oleh siapa. Luas lahan bersertifikasi di
Kabupaten Ngawi pada lima tahun terakhir 2016-2020
mengalami peningkatan yang fluktuatif.
2.3.1.2.5. Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah kondisi alam atau


lingkungan, dimana hakikatnya manusia tidak dapat
terpisahkan dengan lingkungan hidup. Mutu lingkungan
hidup di suatu wilayah dapat menciptakan keserasian
antara lingkungan alam dengan lingkungan yang
berguna bagi kepentingan masyarakat. Berikut ini
capaian kinerja Kabupaten Ngawi dalam meningkatkan
mutu lingkungan hidup :

Tabel 2.20 Hasil Kinerja Bidang Urusan Lingkungan Hidup


Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020
Aspek/Fokus/ Capaian
Bidang Urusan
Indikator
Satuan
Kinerja 2016 2017 2018 2019 2020
Pembangunan
Daerah
Volume
sampah yang m3 38,401 74,395 263,554 86,461 98,322
ditangani
Volume
produksi m3 42,951 399,160 400,357 404,178 535,107
sampah
Persentase
Penanganan % 89.41 18.64 65.83 21.39 18.37
sampah
Indeks Kualitas
40,00 50,00 55.71 59.29 58.57
Air
Indeks Kualitas
77,78 88,49 82.52 84.01 85.37
Udara
Indeks Kualitas
76.21 76.83 84.63 75.24 75.24
Vegetasi/IKTL

II-97
Aspek/Fokus/ Capaian
Bidang Urusan
Indikator
Satuan
Kinerja 2016 2017 2018 2019 2020
Pembangunan
Daerah
Jumlah daya
m3 43,070 46,720 50,270 54,020 150
tampung TPS
Tempat
penampungan
sementara % 2.85 3.06 3.28 3.5 3.3
(TPS) per 1000
penduduk
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Volume sampah yang ditangani di Kabupaten


Ngawi pada tahun 2016-2020 mengalami kondisi
fluktuaktif. Hal tersebut dipengaruhi oleh tantangan
produksi sampah yang semakin meningkat. Persentase
penanganan sampah di Kabupaten Ngawi mengalami
kondisi yang fluktuatif. Daya tampung TPS di Kabupaten
Ngawi juga mengalami pencapaian yang fluktuatif.
Indeks kualitas air di Kabupaten Ngawi pada
mengalami kondisi yang fluktuaktif. Pada tahun 2016-
2019 terdapat keberhasilan dalam meningkatkan indeks
kualitas air di Kabupaten Ngawi. Keberhasilan ini
dikarenakan adanya berbagai sosialisasi baik kepada
masyarakat dan perusahaan dalam pengolahan limbah
dan pelarangan dalam membuang limbah langsung ke
aliran sungai. Pada tahun 2020 terjadi penurunan
indeks kualitas air, apabila hal ini tidak segera ditangani
akan mengakibtkan kerusakan lingkungan dan
terganggunya ekosistem perairan. Indeks kualitas udara
di Kabupaten Ngawi mengalami kondisi yang fluktuaktif,
hal ini dikarena perbedaan pengambilan lokasi sampel
sehingga mempengaruhi perbedaan hasil. Indeks
kualitas Vegetasi/IKTL di Kabupaten Ngawi pada tahun
2016-2020 mengalami pencapaian yang fluktuatif. Hal

II-98
ini dikarenakan adanya perubahan dalam rumus
perhitungan.

2.3.1.2.6. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kependudukan dan pencatatan sipil merupakan


urusan yang penting dalam tata kelola pemerintahan
dan pembangunan daerah. Data kependudukan menjadi
dasar dan rujukan pengambilan kebijakan-kebijakan di
berbagai sektor pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat. Pengelolaan administrasi kependudukan
secara berkesinambungan dapat menjamin pelayanan
masyarakat di bidang kependudukan dan pencatatan
sipil. Perkembangan indikator kinerja pada bidang
urusan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
Pemerintah Kabupaten Ngawi tahun 2016-2020 dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.21 Hasil Kinerja Bidang Urusan Administrasi


Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah
Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/ Capaian
Bidang
Urusan/Indikator
Satuan
Kinerja 2016 2017 2018 2019 2020
Pembangunan
Daerah
Persentase
perekaman KTP % 93.51 92.92 97.94 98.77 94.95
elektronik
Persentase
Pencetakan KTP % 90.47 91.29 97.44 97.56 94.85
elektronik
Persentase penduduk
% 90.47 91.29 97.44 97.56 94.85
ber KTP Elektronik
Persentase Penduduk
% 100 100 100 100 100
ber KK

II-99
Aspek/Fokus/ Capaian
Bidang
Urusan/Indikator
Satuan
Kinerja 2016 2017 2018 2019 2020
Pembangunan
Daerah
Persentase penduduk
% 77 83 90 94 95.30
ber akta lahir
Persentase penduduk
% 11.42 16.74 21.93 26.68 24.00
ber akte kematian
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Ngawi,
Tahun 2021

Persentase perekaman, pencetakan, dan


kepemilikan E-KTP di Kabupaten Ngawi pada lima tahun
terakhir yakni tahun 2016-2020 mengalami kondisi yang
fluktuaktif. Peningkatan persentase pencetakan E-KTP
di Kabupaten Ngawi dipengaruhi oleh banyaknya
layanan masyarakat yang mempersyaratkan adanya
KTP. Penurunan pencetakan E-KTP karenan kurang
kesadaran masyarakat tentang pentingnya memiliki
kartu indentitas minimal KTP. Persentase penduduk ber
KK di Kabupaten Ngawi pada lima tahun terakir yakni
tahun 2016-2020 mengalami peningkatan yang stagnan
yakni 100%. Capaian persentase penduduk ber KK di
Kabupaten Ngawi di pengaruhi oleh kesadaran
masyarakat akan pentingnya KK untuk mendapatkan
layanan masyarakat dari pemerintah terkait.
Persentase penduduk berakte lahir di Kabupaten
Ngawi pada lima tahun terakhir yakni 2016-2020
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut
dipengaruhi oleh layanan masyarakat yang
mensyaratkan adanya akte kelahiran dan meningkatnya
kesadaran penduduk untuk memiliki akta kelahiran
terutama masyarakat yang berusia 30 tahun ke atas.
Persentase pendudukan berakte kematian di Kabupaten

II-100
Ngawi pada lima tahun terakhir yakni tahun 2016-2020
mengalami kondisi yang fluktuaktif. Peningkatan
persentase penduduk berakte kematian dipengaruhi oleh
adanya pelaporan dari desa dan puskesmas. Namun
peningkatan persentase penduduk berakte kematian
masih terbilang rendah hal tersebut dipengaruhi oleh
rendahnya kesadaran penduduk untuk melaporkan
kematian dan masyarakat masih sadar pentingnya akta
kematian.

2.3.1.2.7. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Wilayah desa memiliki peran dalam menunjang


pembangunan. Keberhasilan pembangunan desa
menjadi faktor penting untuk mencegah laju urbanisasi
yang dapat memicu berbagai permasalahan sosial.
Langkah penting dalam pembangunan desa adalah
melakukan pemberdayaan masyarakat sebagai sumber
daya manusia dan faktor penentu kemandirian suatu
wilayah.
Upaya pemberdayaan masyarakat merupakan
salah satu indikator untuk menentukan kemandirian
Sumber Daya Manusia (SDM) di suatu daerah.
Pemberdayaan masyarakat dapat dijadikan cara untuk
membendung arus urbanisasi ke kota, karena apabila
suatu daerah mampu melakukan pemberdayaan
masyarakat, maka suatu daerah berhasil dalam
melakukan proses pembangunan.

Tabel 2.22 Hasil Kinerja Bidang Urusan Pemberdayaan


Masyarakat dan Desa Pemerintah Kabupaten Ngawi
Tahun 2016-2020

II-101
Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator
Satuan
Kinerja 2016 2017 2018 2019 2020
Pembangunan Daerah
Persentase Desa Kategori
% 5.63 7.04 7.98 12.21 13.82
Swasembada
Persentase
penyelenggaraan
% NA NA NA 100 100
pemerintahan desa
kategori baik
Persentase PKK aktif % 100 100 100 100 100
Jumlah lembaga
Lembaga 92.45 77.63 114.05 109 116
ekonomi desa yang aktif
Persentase Lembaga
kemasyarakatan desa
% 100 100 100 100 100
yang aktif dalam
pembangunan desa
Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Ngawi,
Tahun 2021

Persentase Desa Kategori Swasembada mengalami


peningkatan. Fakor pendorong yang menyebabkan
terjadinya peningkatan persentase desa kategori
swasembada adalah adanya regulasi yang mengatur
tentang desa yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2016, profil desa untuk mengukur tingkat
perkembangan klasifikasi desa, adanya regulasi tentang
penanggulangan kemiskinan, regulasi dan perencanaan
yang partisipatif, meningkatnya partisipasi masyarakat,
serta adanya potensi unggulan desa.
Persentase penyelenggaraan pemerintahan desa
kategori baik di Kabupaten Ngawi mengalami
perkembangan yang stagnan dengan pencapaian yang
baik dari tahun ke tahun yang ditunjukkan dengan data
pada tahun 2019-2020 mencapai 100%. Faktor
pendorong adanya pelayanan yang baik dari desa kepada
masyarakat.
Jumlah lembaga ekonomi desa yang aktif di
Kabupaten Ngawi mengalami kondisi fluktuatif. Faktor

II-102
pendorong yang menyebabkan peningkatan jumlah
lembaga ekonomi desa yang aktif adalah partisipasi dan
tingginya keinginan masyarakat untuk meningkatkan
PAD, Dana desa yang diprioritaskan untuk BUMDes,
Penanaman modal dari masyarakat, adanya Undang-
Undang No. 6 Tahun 2014, PP No. 43 ahun 2015 pasal
124 dan Permendes No. 5 Tahun 2016 tentang
Pembangunan Kawasan Perdesaan. Penurunan jumlah
lembaga ekonomi desa yang aktif disebabkan oleh
sulitnya mencari pengurus BUMDes yang memiliki
kemauan dan kemampuan untuk berwirausaha,
kurangnya keberanian dan keahlian untuk menggali
potensi desa, serta SDM yang belum paham mengenai
konsep pembangunan kawasan perdesaan.
Jumlah PKK aktif Kabupaten Ngawi mengalami
penurunan dari tahun 2016 sampai tahun 2020.
Turunnya jumlah PKK aktif di Kabupaten Ngawi
disebabkan oleh kurangnya koordinasi dengan
stakeholder. Persentase PKK aktif Kabupaten Ngawi
mencapai 100% dari tahun ke tahun. Tercapainya
persentase PKK aktif hingga 100% didukung oleh
regulasi sebagai payung hukum, adanya gerakan PKK,
dan adanya partisipasi masyarakat.
Persentase Lembaga kemasyarakatan desa yang
aktif dalam pembangunan desa mengalami stagnan
dengan pencapaian mencapai 100%. Faktor pendorong
yang menyebabkan persentase lembaga kemasyarakatan
desa yang aktif dalam pembangunan desa mencapai
100% adalah adanya regulasi sebagai payung hukum,
kemauan dari masyarakat untuk berpartisipasi, serta
adanya pembinaan dan sosialisasi.

II-103
2.3.1.2.8. Perhubungan

Perhubungan merupakan salah satu mata rantai


jaringan distribusi barang dan pergerakan manusia yang
berkembang sangat dinamis, serta berperan dalam
mendukung, mendorong, dan menunjang segala aspek
kehidupan, baik dalam pembangunan politik, ekonomi,
sosial budaya dan keamanan. Perkembangan sektor
transportasi mencerminkan pertumbuhan perekonomian
secara langsung sehingga transportasi mempunyai
peranan yang penting dan strategis. Prasarana
transportasi berkaitan erat dengan infrastruktur yang
tersedia sebagai penunjang mobilisasi barang dan
manusia. Infrastruktur yang baik mampu meningkatkan
efisiensi proses distribusi barang dan jasa.

Tabel 2.23 Hasil Kinerja Bidang Urusan Perhubungan


Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020
Rasio Sarana Prasarana
6: 5:
Perhubungan Yang Ada - 1:6 5:9 8:9
90 50
Dalam Kondisi Baik
Angka Kecelakaan Lalu
- 559 538 535 519 505
Lintas
Persentase kecamatan yang
% 73.68 78.95 84.22 89.47 84.21
terlayani angkutan umum
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Rasio sarana prasarana Perhubungan yang ada


dalam kondisi baik di Kabupaten Ngawi mengalami
capaian yang fluktuatif pada 5 (lima) tahun terakhir. Hal
ini dipengaruhi oleh kondisi sarana prasarana yang
harus diperbaiki. Persentase kecamatan yang terlayani
angkutan umum di Kabupaten Ngawi pada lima tahun
terakhir yakni tahun 2016-2019 mengalami

II-104
peningkatan. Pada tahun 2020 persentase kecamatan
yang terlayani angkutan umum di Kabupaten Ngawi
mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan adanya
angkutan umum yang sudah tidak layak digunakan,
sehingga menurunya persentase kecamatan yang
terlayani angkutan umum.
Angka kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Ngawi
pada 5 (lima) tahun terakhir yakni tahun 2016-2020
mengalami pencapaian yang menurun setiap tahunnya.
Penurunan angka kecelakaan masih termasuk kecil. Hal
ini dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain,
kelalaian pengguna jalan dalam berkendara serta adanya
marka yang sudah mengalami kerusakan.

2.3.1.2.9. Komunikasi dan Informatika

Komunikasi dan Informasi menjadi suatu hal yang


begitu penting di era yang modern ini. Komunikasi dan
informasi dibutuhkan oleh setiap daerah guna
mengetahui perkembangan situasi, dan kondisi terkini
yang sedang terjadi. Oleh karena itu urusan komunikasi
dan informasi merupakan urusan yang sangat penting
dalam proses kelangsungan pemerintahan di Kabupaten
Ngawi.
Kewenangan urusan Komunikasi dan Informatika
menurut Undang-Undang Pemerintahan Daerah
meliputi sub urusan Informasi dan komunikasi publik,
serta sub urusan Aplikasi Informatika. Rincian
kewenangan untuk sub urusan informasi dan
komunikasi publik yaitu Pengelolaan informasi dan
komunikasi publik Pemerintah Daerah Kabupaten.

II-105
Tabel 2.24 Hasil Kinerja Bidang Urusan Komunikasi dan
Informatika Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang
Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020
Persentase aplikasi e-
Government yang % NA 25 45 70 100
terintegrasi
IKM (Indeks Kepuasan
Masyarakat /Standart - NA 61,36 62.24 63.11 76.15
Kepuasan Masyarakat)
Persentase KIM yang
mengaplikasikan TIK dlm % NA 42.85 38.10 52.38 52.38
aktivitasnya
Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Ngawi,
Tahun 2021

Persentase Aplikasi e-Government yang terintegrasi


di Kabupaten Ngawi pada tahun 2016-2020 mengalami
peningkatan. Peningkatan ini disebabkan oleh sudah
tersedianya infrastruktur dan SDM yang berkualitas
dalam pengintegrasian aplikasi e-Government di
Kabupaten Ngawi. IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) di
Kabupaten Ngawi pada tahun 2016-2020 mengalami
peningkatan. Meningkatnya IKM dikarenakan
meningkatnya ketersediaan informasi yang diperlukan
oleh masyarakat di dalam website pemerintah.
Persentase KIM yang mengaplikasikan TIK dalam
aktivitasnya di Kabupaten Ngawi pada tahun 2016-2020
mengalami kondisi yang fluktuatif. Peningkatan
persentase KIM yang mengaplikasikan TIK disebabkan
oleh meningkatnya masyarakat yang melek teknologi.

2.3.1.2.10. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah merupakan


unsur dalam pelaksanaan urusan pemerintah bidang
peningkatan ekonomi. Bidang koperasi, usaha kecil dan

II-106
menengah akan selalu menghadapi tantangan yang
kompleks dalam pembangunan dan peningkatan
ekonomi untuk masyarakat Kabupaten Ngawi. Capaian
kinerja urusan koperasi, usaha kecil dan menengah di
Kabupaten Ngawi dalam waktu lima tahun terakhir
adalah sebagai berikut :

Tabel 2.25 Hasil Kinerja Bidang Urusan Koperasi dan Usaha


Kecil Menengah Pemerintah Kabupaten Ngawi
Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase koperasi aktif % 89.13 91.32 91.92 93 96.40


Persentase KSP/USP yang naik
% 44.56 55.65 66.74 77 88.07
klasifikasi
Jumlah Usaha mikro yang mengalami
Usaha 4 8 12 16 20
perubahan status menjadi kecil
Sumber: Dinas Komunikasi dan informatika Kabupaten Ngawi, Tahun 2021
Persentase jumlah koperasi aktif Kabupaten Ngawi
mengalami peningkatan setiap tahun. Faktor pendorong
yang menyebabkan meningkatnya persentase jumlah
koperasi aktif dari tahun ke tahun adalah pembinaan
anggota dan kelembagaan koperasi yang intensif.
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar tidak
menghambat persentase jumlah koperasi aktif di
Kabupaten Ngawi adalah regenerasi pengurus koperasi,
jenis usaha yang kurang variatif, pengurusan badan
hukum yang membutuhkan waktu lama. Persentase
KSP/USP yang Naik Klasifikasi (dalam pengawasan
khusus, dalam pengawasan, cukup sehat, sehat)
mengalami peningkatan dari tahun 2016-2020,
peningkatan tersebut didorong oleh pembinaan anggota
kelembagaan koperasi yang intensif serta banyaknya
koperasi yang sudah melakukan RAT.

II-107
Jumlah usaha mikro yang mengalami perubahan
status menjadi kecil di Kabupaten Ngawi mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, perubahan tersebut
didorong oleh jumlah omzet yang mencapai ˃300 juta,
peningkatan strategi pemasaran dengan mengikuti
pameran serta adanya inovasi packaging. Jumlah Usaha
Mikro dan Kecil di Kabupaten Ngawi mengalami
peningkatan dari tahun 2016-2020. Meningkatnya
jumlah usaha mikro dan kecil di Kabupaten Ngawi
didorong oleh berbagai faktor, beberapa diantaranya
karena diadakan pelatihan kewirausahaan kepada
masyarakat, pemerintah Kabupaten Ngawi memfasilitasi
bantuan modal bagi para wirausahawan usaha mikro
dan kecil dengan bekerja sama dengan pihak ketiga,
serta adanya fasilitasi jaminan untuk pengajuan kredit.
Namun beberapa faktor yang masih menjadi tantangan
pemerintah daerah dalam meningkatkan jumlah Usaha
Mikro dan Kecil di Kabupaten Ngawi adalah merubah
mindset masyarakat mengenai berwirausaha, perlunya
memikirkan inovasi produk dengan keunikan tertentu
ataupun dengan daya guna tertentu.

2.3.1.2.11. Penanaman Modal

Penanaman Modal adalah salah satu aspek


pelayanan umum. Penanaman Modal merupakan
unsur dalam pelaksanaan urusan pemerintah bidang
peningkatan ekonomi. Bidang penanaman modal akan
selalu menghadapi tantangan yang kompleks dalam
peningkatan stabilitas ekonomi dan investasi
pembangunan untuk masyarakat Kabupaten Ngawi.
Capaian kinerja Dinas Penanaman Modal dan

II-108
Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Ngawi
dalam waktu lima tahun terakhir adalah sebagai
berikut :

Tabel 2.26 Hasil Kinerja Bidang Urusan Penanaman Modal


Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020
Aspek/Fokus/ Capaian
Bidang Urusan/
Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan 2016 2017 2018 2019 2020
Daerah
194,197 195,074 201,275 356,952
Jumlah investasi 1,512,000
Rp ,957,10 ,287,12 ,334,80 ,960,57
(PMA/PMDN) ,000,000
0 6 0 1
Jumlah Investor
Orang 612 699 815 1479 13
(PMA/PMDN)
Rasio daya serap
- 5.7 3.39 2.99 3.64 4.05
tenaga kerja
Rata-Rata Lama
Waktu Proses - 7 6 5 4 3
Perizinan
Persentase izin yang
diterbitkan sesuai
% 84 85 88 97 100
Standar Operasional
Prosedur (SOP)
Sumber: Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Ngawi, Tahun 2021
Pada tahun 2016-2019 jumlah investor
mengalami peningkatan. Beberap faktor pendorong
yang menyebabkan meningkatnya jumlah investor dari
tahun ke tahun adalah kemudahan perizinan yang
dapat dilihat dari data rata-rata lama waktu perizinn
yang singkat, izin yang diterbitkan sesuai Standar
Operasional Prosedur (SOP), biaya produksi yang
murah serta infrastruktur transportasi yang memadai.
Tahun 2020 jumlah investor mengalami penurunan.
Beberapa faktor penghambat yang mempengaruhi
jumlah investor di Kabupaten Ngawi antara lain, belum
optimalnya kepastian hukum terkait dengan RTRW
serta belum adanya kajian potensi profil investasi dari
pemerintah yang jelas. Jumlah nilai investasi di
Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan setiap

II-109
tahunnya. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya
sistem OSS (Online Single Submission) yang
memudahkan investor untuk melakukan investasi di
Kabupaten Ngawi.
Rasio daya serap tenaga kerja di Kabupaten Ngawi
mengalami kondisi yang fluktuatif. Peningkatan daya
serap tenaga kerja di Kabupaten Ngawi disebabkan oleh
adanya sistem OSS (Online Single Submission).
Sedangkan faktor penghambat dalam penyerapan tenaga
kerja disebabkan oleh masih rendahnya pemahaman
masyarakat mengenai sistem OSS (Online Single
Submission). Selain itu, jaringan internet yang belum
mencapai seluruh wilayah di Kabupaten Ngawi menjadi
kendala terhadap penyerapan tenga kerja.

2.3.1.2.11. Kepemudaan Dan Olahraga

Pembangunan pemuda dan olahraga


mempunyai peran strategis dalam mendukung
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas
dan berdaya saing. Pemuda memiliki peran aktif
sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen
perubahan. Dalam segala aspek pembangunan,
pemuda memegang peranan yang sangat strategis
dalam pembangunan nasional maupun lokal. Peranan
pemuda sebagai aset untuk percepatan pembangunan,
sangat tergantung pada kualitas sumber daya pemuda.
Berdasarkan data bahwa jumlah prestasi olahraga
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.27 Hasil Kinerja Bidang Kepemudaan dan Olahraga


Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

II-110
Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah Pemuda
Orang 10 6 8 3 0
pelopor/berprestasi
Persentase Gelanggang /
balai remaja Per 1.000 % 0.03 0.027 0.271 0.278 0.282
Penduduk
Persentase Lapangan
Olahraga Per Jumlah % 0.037 0.043 0.048 0.039 0.036
penduduk
Jumlah prestasi olahraga
Prestasi 53 75 125 136 1
dalam satu tahun
Jumlah prestasi pemuda
tingkat provinsi dan Orang 2 2 3 4 0
nasional
Jumlah prestasi atlet
olahraga tingkat provinsi Orang 53 75 125 136 1
dan nasional
Sumber: Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ngawi,
Tahun 2021

2.3.1.2.12. Statistik

Statistik adalah pengetahuan yang berkaitan


dengan metode pengumpulan data, pengolahan data,
analisis, dan kesimpulan berdasarkan pengumpulan
data dan analisis yang dilakukan. Statistik dalam
pemrintahan ditunjang untuk membuat deskripsi atau
menjelaskan data tentang data pelayanan umum dan
variabel yang akan diselidiki. Maka dari itu harus ada
perbaikan atau peningkatan untuk menunjang
perubahan atau peningkatan nilai yang bertujuan
untuk meningkatan penilaian dan sebagai sumber
informasi Kabupaten Ngawi.

Tabel 2.28 Hasil Kinerja Bidang Urusan Statistik Pemerintah


Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020
Bidang Tahun
Urusan/Indikator Satuan
Statistik 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Buku "Kabupaten Ada/


Ada Ada ada ada Ada Ada
Dalam Angka" Tidak

II-111
Bidang Tahun
Urusan/Indikator Satuan
Statistik 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Ada/
Buku "PDRB" Ada Ada ada ada Ada Ada
Tidak
Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Buku "Kabupaten Dalam Angka" di Kabupaten


Ngawi pada 5 (lima) tahun terakhir yakni tahun 2016-
2020 sudah tersusun pada tiap tahunnya. Buku PDRB
di Kabupaten Ngawi pada 5 (lima) tahun terakhir yakni
tahun 2016-2020 sudah tersusun pada tiap tahunnya.

2.3.1.2.13. Kebudayaan

Kebudayaan adalah komponen struktur sosial


yang berasal dari alam pemikiran manusia dan
dilakukan secara berulang hingga membentuk suatu
kebudayaan. Hasil kinerja bidang kebudayaan
kaupaten Ngawi dari tahun 2016-2020 dapat dilihat
pada diagram di bawah ini :

Prensentase Kelompok Budaya Aktif


73

71

69

67

2016 2017 2018 2019

Gambar 2.21 Persentase Kelompok Budaya Aktif


di Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2019
Sumber: Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, Tahun 2020

II-112
Persentase Kelompok Budaya di Kabupaten
Ngawi pada 4 (empat) tahun terakhir yakni tahun 2016-
2020 mengalami peningkatan yang signifikan pada tiap
tahunnya. Dimana pada tahun 2016 Persentase
Kelompok Budaya di Kabupaten Ngawi sebesar 67%.
Tahun 2017 Persentase Kelompok Budaya di
Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan sebesar 69%.
Tahun 2018 Persentase Kelompok Budaya di
Kabupaten Ngawi meningkat kembali menjadi 71%.
Tahun 2019 Persentase Kelompok Budaya di
Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan sebesar 73%.
Peningkatan ini disebabkan semakin meningkatnya
pemahaman masyarakat pentingnya pelestarian
budaya lokal.

2.3.1.2.14. Perpustakaan

Perpustakaan adalah bagian pelayanan dari


pemerintah tidak wajib tetapi sebagai pendukung
dalam pemerintahan. Berdasarkan hal itu
perpustakaan menjadi pendukung untuk
meningkatkan minat baca dalam sektor pengembangan
kapasitas sumberdaya manusia dan transfer knowledge
untuk masyarakat. Maka dari itu harus ada perbaikan
atau peningkatan untuk menunjang perubahan atau
peningkatan budaya baca. Berikut ini adalah capaian
kinerja bidang perpustakaan Kabupaten Ngawi :

Tabel 2.29 Hasil Kinerja Bidang Urusan Perpustakaan


Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator
Satuan
Kinerja 2016 2017 2018 2019 2020
Pembangunan Daerah

II-113
Jumlah Pengunjung
Orang 29,389 34,226 29421 29397 14,378
Perpustakaan Daerah
Nilai Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM)
- 75 75.1 78.1 74.5 74.5
terhadap pelayanan
perpustakaan
Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Ngawi,
Tahun 2021

Jumlah pengunjung perpustakaan di Kabupaten


Ngawi pada tahun 2016-2018 mengalami capaian yang
fluktuatif. Meningkat pada tahun 2017 melebih target.
Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan
jumlah bahan pustaka yang memadai dan ketersedian
sarana prasarana perpustakaan. Namun pada tahun
2016 dan 2018 mengalami penurunan yang kurang dari
target yang sudah ditetapkan. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya sarana dan prasarana perpustakaan.
IKM merupakan data dan informasi tentang
tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil
pengukuran secara kuantitatif atas pendapat
masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur
penyelenggara pelayanan publik dengan
membandingkan antara harapan dengan kebutuhan.
IKM terhadap pelayanan perpustakaan di Kabupaten
Ngawi mengalami capaian yang meningkat pada tahun
2016-2018 meskipun capaiannya kurang dari target
yang telah ditentukan. Sedangkan IKM pada tahun 2019
mengalami penurunan. Rendahnya IKM terhadap
pelayanan perpustakaan dipengaruhi oleh masih
rendahnya sarana dan prasarana digital yang memadai
dan mendukung, sedikitnya koleksi e-book, Kurangnya
SDM IT sebagai petugas perpustakaan dan lambatnya
proses restorasi buku.

II-114
2.3.1.2.15. Kearsipan

Kearsipan adalah merupakan bagian pelayanan


dari pemerintah yang tidak wajib tetapi sebagai salah
satu pendukung dalam pemerintahan. Berdasarkan hal
itu kearsipan tetap menjadi urusan pemerintah yang
menjadi pendukung dalam sektor pelayanan dan arsip
daerah. Adanya perbaikan dan peningkatan pelayanaan
arsip dan dokumen aset daerah. Maka dari itu harus
ada perbaikan atau peningkatan untuk menunjang
perubahan yang bertujuan untuk meningkatan
penilaian pelayanan dan ekonomi di Kabupaten Ngawi.

Tabel 2.30 Hasil Kinerja Bidang Urusan Kearsipan Pemerintah


Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020
Presentase OPD yang
menyelenggarakan arsip % 60 65 70 NA NA
secara baku
Presentase arsip yang
% NA NA NA 5 14
terjamin ke amanannya
Sumber: Dinas Perpustakaan dan kearsipan Kabupaten Ngawi,
Tahun 2021

Capaian persentase OPD yang menyelenggarakan


arsip secara baku di Kabupaten Ngawi dari tahun 2016-
2018 mengalami peningkatan yang signifikan.
Peningkatan capaian persentase OPD yang
menyelenggarakan arsip secara baku di Kabupaten
Ngawi dipengaruhi oleh adanya regulasi tentang
peyelenggaraan kearsipan dan bimtek kearsipan secara
berkelanjutan. Capaian pada tahun 2019 tidak ada

II-115
dikarenkan pada tahun 2019 mengalami perubahan
indikator dan tidak menggunakan indikator yang sama
dengan indikator sebelumnya.
Capaian Persentase arsip yang terjamin
keamanannya di Kabupaten Ngawi merupakan indikator
baru yang digunakan di tahun 2019-2020 sebagai
pengganti indikator di tahun sebelumnya, dimana
capaian indikator persentase arsip yang terjamin
keamananya di Kabupaten Ngawi mencapai 5% dan 14%
capaian tersebut sesuai dengan target yang telah
ditentukan.

2.3.1.3. Fokus Layanan Urusan Pemerintah Pilihan

Urusan Pemerintahan Pilihan adalah Urusan


Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh Daerah
sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah. Layanan
Urusan Pemerintahan Pilihan adalah yang terdiri atas,
pariwisata, pertanian, perdagangan, perindustrian,
transmigrasi, serta kelautan dan perikanan. Berikut
adalah penjelasan serta data terkait.

2.3.1.3.1. Pariwisata

Pariwisata merupakan unsur dalam pelaksanaan


urusan pemerintah bidang peningkatan ekonomi. Bidang
pariwasata akan selalu menghadapi tantangan yang
kompleks peningkatan ekonomi di sektor pariwisata
untuk masyarakat Kabupaten Ngawi. Dalam sektor
wisata kab. Ngawi termasuk dalam pelayanan urusan
pemerintah pilihan dalam waktu lima tahun terakhir
adalah sebagai berikut :

II-116
Tabel 2.31 Hasil Kinerja Bidang Urusan Pariwisata Pemerintah
Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020
Aspek/Fokus/ Capaian
Bidang
Urusan/Indika
Satuan
tor Kinerja 2016 2017 2018 2019 2020
Pembangunan
Daerah
Jumlah
Kunjungan orang 503,995 618,793 778,177 937,928 318,313
Wisatawan
Total destinasi
Lokasi 8 8 8 12 38
wisata
Jumlah
Penerimaan
Rp 591,564,000 591,379,000 651,845,000 822,605,000 262,075,000
Sektor
Pariwisata
Kontribusi
sektor Belum
pariwisata % 2.34 2.34 2.56 2.65 Rilis
terhadap BPS
PDRB
Sumber: Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ngawi,
Tahun 2021

Jumlah kunjungan pariwisata di Kabupaten Ngawi


pada 4 (empat) tahun terakhir yakni tahun 2016-2019
mengalami peningkatan namun belum begitu signifikan.
Kunjungan pariwisata di Kabupaten Ngawi belum
optimal dikarenakan masih rendahnya akomodasi yang
ada di Kabupaten Ngawi, sehingga diperlukan
peningkatan agar dapat meningkatkan jumlah wisatwan
ke Kabupaten Ngawi. Jumlah kunjungan pariwisata di
tahun 2020 mengalami penurunan yang drastis. Hal ini
dikarenakan adanya wabah COVID-19, sehingga muncul
peraturan PSBB yang mengakibatkan turunya mobilitas
masyarakat yang berdampak pada jumlah kunjungan
pariwisata.
Total destinasi wisata di Kabupaten Ngawi pada 5
(lima) tahun terakhir yakni tahun 2016-2020 mengalami
peningkatan. Pada tahun 2017 dan 2018 Total destinasi

II-117
wisata di Kabupaten Ngawi stagnan di angka 8. Di tahun
2019 total destinasi wisata di Kabupaten Ngawi
meningkat menjadi 12 destinasi wisata. Pada tahun 2020
meningkat menjadi 38 destinasi wisata.
Jumlah penerima sektor pariwisata di Kabupaten
Ngawi pada 4 (empat) tahun terakhir mengalami
peningkatan, tetapi ditahun 2020 mengalami penurunan
karena adanya wabah COVID-19 yang menyebabkan
rendahnya kunjungan wisata yang berakibat pada
turunya penerima sektor wisata.
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB di
Kabupaten Ngawi pada 4 (empat) tahun terakhir yakni
tahun 2016-2020 mengalami peningkatan yang
signifikan. Pada tahun 2016 dan tahun 2017 kontribusi
sektor pariwisata terhadap PDRB di Kabupaten Ngawi
mencapai 2,34%. Tahun 2018 Kontribusi sektor
pariwisata terhadap PDRB di Kabupaten Ngawi
meningkat menjadi 2,56%. Tahun 2019 Kontribusi
sektor pariwisata terhadap PDRB di Kabupaten Ngawi
meningkat kembali menjadi 2,65%.

2.3.1.3.2. Pertanian

Pertanian merupakan unsur pendukung dalam


pelaksanaan urusan pemerintah bidang peningkatan
ekonomi di sektor pertanian. Bidang petanian akan
selalu menghadapi tantangan yang kompleks dalam
peningkatan pangan untuk mendongkrak sektor
pertanian Kabupaten Ngawi. Hasil Kinerja Kabupaten
Ngawi di sektor pertanian dalam lima tahun terakhir
adalah sebagai berikut:

Tabel 2.32 Hasil Kinerja Bidang Urusan Pertanian Pemerintah

II-118
Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/
Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan 2016 2017 2018 2019 2020
Daerah
Ton/
Produktivitas Padi 6.12 6.14 6.34 6.33 6.35
Hektar
Luas Lahan Sawah Hektar 50197 50197 50197 50197 50197
Ton/
Prooduktivitas Jagung 7.91 7.94 9.46 7.31 7.26
Hektar
Persentase Capaian
% 115.81 113.57 114.47 110.85 104.27
Produksi
Nilai Tukar Petani
% 84.30 91,30 92.08 NA NA
(NTP)
Produksi tanaman
padi/bahan pangan ton 1,154,933.00 1,169,084.00 1,174,074 1,145,188 1,171,599
utama lokal lainnya
Produktivitas padi
atau bahan pangan
% 6.12 6.14 6.34 6.33 6.35
utama lokal lainnya
per hektar
Kontribusi sektor
Belum
pertanian /
% 39.01 36.1 35.38 34.4 Rilis
perkebunan terhadap
BPS
PDRB
Jumlah kontribusi
PDRB konstan dari Belum
sektor Pertanian, Jt Rp 4,047,684 3,945,033 4,046,368.86 4,117,317.30 Rilis
Kehutanan, dan BPS
Perikanan
Jumlah kontribusi
PDRB harga berlaku Belum
dari sektor Pertanian, Jt Rp 6,448,348 6,393,147 6,772,530.10 7,028,550.90 Rilis
Kehutanan, dan BPS
Perikanan
Cakupan Bina
% 6.8 16.1 24.22 36.13 41.62
Kelompok Tani
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Produktifitas padi di Kabupaten Ngawi pada 5


(lima) tahun terakhir kondisi yang fluktuatif. Tahun
2015 sampai tahun 2018 meningkat dikarenakan faktor
Sumber Daya Manusia yang merupakan penduduk
mayoritas petani, keahlian, yang turun temurun dan di
pengaruhi oleh Sumber daya lahan, dimana Lahan dan
sistem irigasi yang mendukung. Produktifitas padi di
Kabupaten Ngawi pada tahun 2019 menurun, hal

II-119
tersebut disebabkan oleh luasnya lahan panen yang
menurun serta ketersediaan air yang terbatas. Luas
lahan sawah di Kabupaten Ngawi pada 5 (lima) tahun
terakhir yakni tahun 2016-2020 mengalami peningkatan
yang stagnan, dimana luas lahan sawah di Kabupaten
Ngawi dari tahun 2016-2020 mencapai 50.197.
Produktifitas jagung di Kabupaten Ngawi pada 5
(lima) tahun terakhir mengalami pencapaian yang
fluktuatif. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor luas
panen yang menurun dan ketersediaan air yang terbatas.
Persentase capaian produksi di Kabupaten Ngawi pada 5
(lima) tahun terakhir mengalami kondisi yang fluktuatif.
Persentase capaian produksi di Kabupaten Ngawi
mengalami ketidakstabilan dipengaruhi oleh lahan yang
sedikit dan terbatas. Pertumbuhan produksi padi di
Kabupaten Ngawi pada 5 (lima) tahun terakhir
mengalami pencapaian yang fluktukatif. Pertumbuhan
produksi padi di Kabupaten Ngawi mengalami ketidak
setabilan karena dipengaruhi oleh lahan yang semakin
sedikit dan terbatas.
Persentase Kontribusi Sektor Pertanian,
Kehutanan, dan perikanan terhadap PDRB harga di
Kabupaten Ngawi pada tahun 2016-2020 mengalami
kondisi yang fluktuaktif. Ketercapaian tersebut
dipengaruhi oleh Kontribusi pada sektor usaha jasa yang
meningkat dan ketersediaan air yang kurang.

2.3.1.3.3. Perdagangan

Perdagangan merupakan unsur dalam


pelaksanaan dalam mendukung urusan pemerintah
untuk peningkatan ekonomi di sektor perdagangan.

II-120
Bidang perdagangan akan selalu menghadapi tantangan
peningkatan dalam mendongkrak peningkatan ekonomi
dengan melihat potensi daerah Kabupaten Ngawi. Dalam
meningkatkan potensi dalam ekspor daerah untuk
mendukung Potensi Asli Daerah (PAD) Kabupaten Ngawi
didukung dengan dinas untuk meningkatkan Ekspor,
dalam pelayanan urusan pemerintah termasuk urusan
pemerintah pilihan dalam waktu lima tahun terakhir
adalah sebagai berikut :

Tabel 2.33 Hasil Kinerja Bidang Urusan Perdagangan


Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020
Aspek/Fokus/
Bidang Urusan/ Capaian
Indikator
Satuan
Kinerja
Pembangunan 2016 2017 2018 2019 2020
Daerah
Nilai ekspor Ribu
19,180, 19,180,0 19,036, 312,347, 323,014,
daerah US $
000,000 00,000 000,000 458,310 323,355
Presentase
Pertumbuhan % 0 0 0 1,541 3,415
ekspor
Jumlah
pendaftaran Unit 10 25 591 1,479 4,541
perusahaan
Prosentase
peningkatan nilai
% 0 0 0 1,541 3,415
ekspor
perdagangan
Sumber: Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Ngawi,
Tahun 2021

Nilai Ekspor Kabupaten Ngawi pada 5 (lima) tahun


terakhir mengalami pencapaian yang fluktuatif.
Peningkatan disebabkan munculnya perusahaan-
perusahaan baru serta adanya pameran yang

II-121
menampilkan potensi ngawi sebagai tempat yang ramah
berinvestasi. Jumlah pendaftaran perusahaan di
Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Hal ini dikarenakan mudahnya proses
perizinan dalam mendaftarkan perusahaan. Selain itu,
indikator persentase peningkatan nilai ekspor
perdagangan juga meningkat ditahun 2019-2020.

2.3.1.3.4. Perindustrian

Perindustrian merupakan unsur dalam


pelaksanaan urusan pemerintah bidang peningkatan
ekonomi. Bidang perindustrian akan selalu menghadapi
tantangan yang kompleks peningkatan ekonomi untuk
mendongkrak sektor industri dengan melihat potensi
daerah Kabupaten Ngawi. Dalam mengali potensi
Kabupaten Ngawi termasuk dalam pelayanan urusan
pemerintah pilihan dalam waktu lima tahun terakhir
adalah sebagai berikut :

Tabel 2.34 Hasil Kinerja Bidang Urusan Perindustrian


Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020
Aspek/Fokus/
Bidang Capaian
Urusan/Indika
Satuan
tor Kinerja
Pembangunan 2016 2017 2018 2019 2020
Daerah
Jumlah
Industri 80 97 95 97 85
industri baru
Persentase
Pertumbuhan % 0.48 0.48 0.56 0.56 0.59
Industri
Jumlah IKM
yang
mengalami IKM 26 55 14 17 29
peningkatan
status
Jumlah IKM
IKM 6 25 24 24 32
yang

II-122
Aspek/Fokus/
Bidang Capaian
Urusan/Indika
Satuan
tor Kinerja
Pembangunan 2016 2017 2018 2019 2020
Daerah
melakukan
inovasi produk
Persentase
kerjasama
produksi antar % 0.14 0.15 0.15 0.15 0.22
IKM yang telah
dibina
Cakupan bina
Kelomp
kelompok 6 20 16 4 13
ok
pengrajin
Kontribusi
sektor industri % 8.5 8.8 8.94 9.02 8.5
terhadap PDRB
Nilai PDRB 992,0 1,064,4 1,140,0 1,207,33 1,161,38
Rp
Sektor Industri 44.40 97.30 74.30 0.30 5,000.00
Pertumbuhan
% 0.48 0.48 0.56 0.56 0.59
industri
Sumber: Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten
Ngawi, Tahun 2021

Jumlah industri baru di Kabupaten Ngawi pada 5


(lima) tahun terakhir mengalami pencapaian yang
fluktuatif. Peningkatan jumlah industri baru di
Kabupaten Ngawi dipengaruhi oleh banyaknya produk
olahan makanan inovatif. Persentase Pertumbuhan
Industri di Kabupaten Ngawi pada 5 (lima) tahun terakhir
yakni tahun 2016-2020 mengalami peningkatan yang
signifikan. Persentase pertumbuhan industri di
Kabupaten Ngawi tahun 2016 persentase pertumbuhan
industri mencapai 0,48% dan stagnan di tahun 2017,
dan persentase pertumbuhan industri tahun 2018 dan
2019 mengalami peningkatan kembali menjadi 0,56%.
Kemudian, meningkat kembali pada tahun 2020 menjadi
0,59%.

II-123
2.3.1.3.5. Urusan Kecamatan

Kecamatan adalah bagian wilayah dari daerah


Kabupaten/kota yang dipimpin oleh Camat. Negara
Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah provinsi
dan Daerah, Provinsi itu dibagi atas Daerah Kabupaten
dan kota. Daerah Kabupaten/kota dibagi atas
Kecamatan dan Kecamatan dibagi atas kelurahan dan
atau Desa. Hasil kinerja urusan kecamatan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.35 Hasil Kinerja Bidang Urusan Kecamatan


Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Persentase
Desa/Kelurahan Persentase
Indeks Kepuasan
Dengan Tingkat Desa/Kelurahan
Masyarakat (IKM)
Kecamatan Kepuasan Pelayanan yang Naik
Kecamatan
Administrasi Status
Kategori Memuaskan

2018 2019 2018 2019 2018 2019


Karangjati 17,5 23,53 79,26 74,59 NA 11,76

Geneng NA 84,62 76,62 74,73 NA 15,38

Kwadungan 21,42 21,42 73,37 83,3 35,71 35,71

Pitu 30 40 76,63 74,99 30 10

Pangkur 44 44 76,72 74,79 11 22

Bringin 30 98,64 76,5 81,34 20 20

Sine 33,33 33,33 79,18 79,25 6,7 6,7

II-124
Persentase
Desa/Kelurahan Persentase
Indeks Kepuasan
Dengan Tingkat Desa/Kelurahan
Masyarakat (IKM)
Kecamatan Kepuasan Pelayanan yang Naik
Kecamatan
Administrasi Status
Kategori Memuaskan

2018 2019 2018 2019 2018 2019


Karanganyar 28,57 42,86 76,62 82,75 14,29 14,29

Kendal NA 60 77,89 78,22 NA 20

Kasreman 75 82 80,01 80,25 NA 32,33

Kedunggalar 40 42 78,3 83,49 16,6 16,6

Paron 71,43 78,57 81,21 80,93 14,28 7,14

Jogorogo 91,66 66,66 80,01 74,23 16,66 33,33

Widodaren 67 75 77,57 77,2 16,67 16,67

Gerih 20 40 76,62 78,29 20 20

Ngawi 40 50 77,92 78,21 5 10

Mantingan 29 43 79,56 77,9 14 14

Padas 83,33 17 75 83,33 NA 8,33

Sumber: Kecamatan se-Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Persentase Desa/Kelurahan dengan Tingkat


Kepuasan Pelayanan Administrasi Kategori Memuaskan
di Kabupaten Ngawi memiliki kondisi yang berbeda
disetiap Kecamatannya. Persentase tersebut masih
cukup rendah dan belum mencapai target, hal tersebut
di pengaruhi oleh kurangnya pembinaan SDM sehingga
pemahaman SDM aparatur terhadap standar/SOP
pelayanan, serta kurangnya sinergitas dengan perangkat
daerah.
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan di
Kabupaten Ngawi pada tahun 2018-2019 mengalami
kondisi yang fluktuaktif. Peningkatan tersebut
dipengaruhi oleh adanya pembinaan kepala petugas
pelayanan kecamatan. Namun peningkatan yang terjadi

II-125
pada tahun 2019 masih terbilang rendah. Hal tersebut
dipengaruhi oleh sarana dan prasarana pelayanan yang
masih minim dan kurang memadai.
Persentase Desa/Kelurahan yang naik status di
Kabupaten Ngawi pada tahun 2018 dan tahun 2019
mengalami pencapaian masih terbilang rendah, hal
tersebut dipengaruhi oleh kurang lengkapnya data profil
desa yang up to date.

2.3.1.4. Penunjang Urusan

Badan Daerah Kabupaten mempunyai tugas


membantu Bupati melaksanakan fungsi penunjang
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
Kabupaten. Unsur penunjang Urusan Pemerintahan
meliputi:

a. Perencanaan;
b. Keuangan;
c. Kepegawaian;
d. Pendidikan dan Pelatihan;
e. Penelitian dan Pengembangan; dan
f. Fungsi Penunjang Lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2.3.1.4.1. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan dan pembangunan merupakan


penunjang urusan dalam pelaksanaan pemerintahan
dalam mendukung keberhasilan suatu daerah.
Perencanaan yaitu suatu rencana untuk mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan. Perencanaan diperlukan
pimpinan untuk menentukan target keberhasilan,

II-126
sehingga dari perencanan terdapat strategi untuk
mencapai tujuan dan mengembangkan rencana aktivitas
kerja organisasi. Berikut ini adalah perencanaan
pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi
dalam kurun waktu lima tahun terakhir :

Tabel 2.36 Hasil Kinerja Bidang Urusan Perencanaan


Pembangunan Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020
Persentase OPD dengan
tingkat keselarasan Renstra
% NA 59.57 81.48 93.36 94.33
terhadap RPJMD Kategori
Baik
Persentase OPD dengan
tingkat keselarasan Renja
% NA 59.57 79.74 93.36 96.33
terhadap Renstra Kategori
Baik
Persentase tingkat
Keselarasan RKPD terhadap % NA 64 86 90 90
RPJMD Kategori Baik
Persentase tingkat Capaian
Target Pembangunan % NA 83 97.87 92.22 91.3
Kategori Baik
Persentase Tingkat
Keselarasan Dokumen
% NA NA NA NA 97.43
Perencanaan OPD Kategori
Baik
Rata-rata Persentase
Capaian Indikator Sasaran % NA NA NA NA 91.30
Daerah
Sumber: Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan
Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Penjabaran Konsistensi Program RPJMD kedalam


RKPD di Kabupaten Ngawi pada 5 (lima) tahun terakhir
yakni tahun 2016-2020 mengalami peningkatan yang
stagnan, dimana peningkatan Penjabaran Konsistensi
Program RPJMD kedalam RKPD di Kabupaten Ngawi
tahun 2016-2020 mencapai 100%. Sistem Informasi
Managemen Pemda di Kabupaten Ngawi pada tahun
2016-2020 mengalami penurunan, dimana pada tahun

II-127
2015-2018 mengalami capaian yang stagnan yakni 9
Sistem Informasi Manajemen Pemda. Sedangkan capaian
di tahun 2019 hanya ada 5 Sistem Informasi Manajemen
Pemda.

2.3.1.4.2. Keuangan

Keuangan merupakan penunjang urusan dalam


pelaksanaan pemerintah dalam mendukung
perencanaan, pembangunan dan pelayanan. Berikut ini
adalah capaian kinerja Bidang Urusan Keuangan
Kabupaten Ngawi.

Tabel 2.37 Hasil Kinerja Bidang Urusan Keuangan Pemerintah


Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020

Tingkat Kualitas Pengelolaan


% 84 85 88 90 97.9
Keuangan Kategori Baik
Persentase Pengelolaan
Barang Milik Daerah (BMD)
Tertib dalam Penatausahaan, % 84 85 83 94 95.01
Pemanfaatan dan
Pengawasan
Sumber: Badan Keuangan Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Persentase Pengelolaan Keuangan Kategori Baik di


Kabupaten Ngawi di tahun 2016-2020 mengalami
peningkatan. Persentase Pengelolaan Barang Milik
Daerah (BMD) Tertib dalam Penatausahaan,
pemanfaatan dan Pengawasan Kategori Baik di
Kabupaten Ngawi pada lima tahun terakhir yakni tahun
2016-2020 mencapai peningkatan yang signifikan.
Persentase Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD)
Tertib dalam Penatausahaan, pemanfataan dan
Pengawasan Kategori Baik Kabupaten Ngawi di Tahun
2020 meningkat kembali menjadi 95,01%.

II-128
2.3.1.4.3. Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan

Kepegawaian serta Pendidikan dan Pelatihan


merupakan penunjang urusan dalam pelaksanaan
pemerintah. Sumber Daya Aparatur harus selalu
meningkatkan pengembangan kapasitas agar mampu
beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Ke
depannya Sumber Daya Aparatur akan selalu
menghadapi tantangan yang kompleks untuk
mendukung kinerja Kabupaten Ngawi dalam
memberikan pelayanan publik. Berikut ini adalah
capaian kinerja kepegawaian, Pendidikan, dan pelatihan
Kabupaten Ngawi :

Tabel 2.38 Hasil Kinerja Bidang Urusan Kepegawaian,


Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Kabupaten Ngawi
Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase ASN yang


Memenuhi Persyaratan % NA 60 61.7 63.7 66
Kompetensi Teknis
Persentase Pejabat
Struktural yang Memenuhi
% NA 40 51 54 53
Persyaratan Kompetensi
Manajerial
Persentase OPD yang Tidak
% NA 74 72 85 91
terdapat Hukuman Disiplin
Persentase pemenuhan hak
% NA 80 100 100 100
pegawai sesuai ketentuan
Persentase ASN dengan Data
% NA 70 77 87 85
Kepegawaian Akurat
Sumber: Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan
Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Persentase ASN yang memenuhi persyaratan


kompetensi teknis di Kabupaten Ngawi pada lima tahun

II-129
terakhir yakni tahun 2017-2020 mengalami
peningkatan. Persentase ASN yang memenuhi
persyaratan kompetensi teknis tahun 2017 sebesar 60%.
Meningkat di tahun 2018 sebesar 61,7%. Dan Persentase
ASN yang memenuhi persyaratan kompetensi teknis di
Kabupaten Ngawi pada tahun 2019 mencapai 63,7%.
Pada tahun 2020 mencapai 66%.
Persentase pejabat struktural yang memenuhi
persyaratan kompetensi manajerial di Kabupaten Ngawi
pada 5 (lima) tahun terakhir yakni tahun 2016-2020
mengalami peningkatan yang signifikan. Namun pada
tahun 2015-2016 persentase pejabat struktural yang
memenuhi persyaratan kompetensi manajerial tidak bisa
dilihat. Sedangkan pada tahun 2017 persentase pejabat
struktural yang memenuhi persyaratan kompetensi
manajerial di Kabupaten Ngawi mencapai 40%.
Persentase pejabat struktural yang memenuhi
persyaratan kompetensi manajerial meningkat di tahun
2018 mencapai 51%. Tahun 2019 persentase pejabat
struktural yang memenuhi persyaratan kompetensi
manajerial di Kabupaten Ngawi meningkat sebesar 54%.
Tahun 2020 persentase pejabat struktural yang
memenuhi persyaratan kompetensi manajerial di
Kabupaten Ngawi meningkat sebesar 53%
Persentase OPD yang tidak terdapat hukum
disiplinnya di Kabupaten Ngawi pada 5 (lima) tahun
terakhir yakni tahun 2016-2020 mengalami pencapaian
yang fluktuatif. Persentase OPD yang tidak terdapat
hukum disiplinnya meningkat pada tahun 2020
mencapai 91%. Hal ini harus dijadikan sebagai prioritas
Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan
Kabupaten Ngawi. Apabila hal ini tidak segera ditangani

II-130
makan akan banyak ASN yang melanggar displin karena
belum terdapat hukum disiplin pada OPD.

2.3.1.4.4. Pengawasan

Pengawasan merupakan penunjang urusan dalam


pelaksanaan pemerintah dalam mendukung Sumber
Daya Masnuia, Pembangunan dan Pelayanan.
Pengawasan diperlukan agar tidak terdapat pelanggaran
disiplin dan penyelewengan kekuasan. Capaian hasil
kinerja di bidang pengawsan Kabupaten Ngawi adalah
sebagai berikut :

Tabel 2.39 Hasil Kinerja Bidang Urusan Pengawasan


Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020
Persentase Jumlah OPD
yang melaksanakan
% NA NA NA 81 75
Reformasi Birokrasi Kategori
Baik
Persentase Capaian
Penjaminan Pembinaan % NA NA NA 92.76 99
Obyek Pemeriksaan
Indeks Persepsi Korupsi
NA 0 0 0 0
Masyarakat
Level tingkat maturitas SPIP NA NA NA 2 3
Persentase temuan yang
% NA 77.77 96 92.76 99
ditindaklanjuti
Opini BPK WTP WTP WTP WTP WTP
Sumber: Inspektorat Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Indeks Reformasi Birokrasi (RB) di Kabupaten


Ngawi pada tiga tahun terakhir yakni tahun 2016-2020
mengalami peningkatan yang fluktuatif. Pada tahun
2017 Indeks RB Kabupaten Ngawi mencapai 71,15%.
Tahun 2018 Indeks RB di Kabupaten Ngawi mengalami
penurunan menjadi 62,34%. Tahun 2019 Indeks RB di
Kabupaten Ngawi meningkat kembali menjadi 66,44%.

II-131
Persentase OPD yang melaksanakan Reformasi Birokrasi
Kategori Baik di Kabupaten Ngawi pada tahun 2015-
2018 tidak bisa dilihat. Persentase OPD yang
melaksanakan Reformasi Birokrasi Kategori Baik di
Kabupaten Ngawi pada tahun 2019 mencapai 81%.
Pembinaan Objek Pemeriksaan di Kabupaten
Ngawi pada tahun 2015-2018 tidak bisa dilihat.
Persentase Capaian Penjaminan Pembinaan Objek
Pemeriksaan di tahun 2019 mencapai 92,76%.
Persentase capaian area penguatan pengawasan di
Kabupaten Ngawi pada tahun 2016-2018 mengalami
pencapaian yang stagnan yaitu 100%. Persentase
capaian area penguatan akuntabilitas di Kabupaten
Ngawi pada tahun 2017 dan 2018 mengalami
peningkatan yakni sebesar 83,33% menjadi 98%.
Persentase Temuan yang di tindaklanjuti di
Kabupaten Ngawi pada tahun 2017-2018 mengalami
peningkatan, dimana pada tahun 2017 temuan yang
ditindaklanjuti mencapai 77,77% dan meningkat di
tahun 2018 menjadi 96%. Koordinasi Pengawasan di
Kabupaten Ngawi pada tahun 2015-2016 mencapai
100%. Sedangkan koordinasi pengawasan di Kabupaten
Ngawi di tahun 2016-2020 tidak bisa dilihat. Pelayanan
informasi pengawasan kepada pemakai laporan hasil
pemeriksaan di Kabupaten Ngawi di tahun 2015-2016
mencapai 100%.

2.3.1.4.5. Sekretariat Daerah

Sekretariat Daerah adalah unsur pembantu


pimpinan pemerintah daerah, yang dipimpin oleh
Sekretaris Daerah (disingkat Sekda). Sekretaris Daerah

II-132
bertugas membantu Kepala Daerah dalam menyusun
kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan
lembaga teknis daerah. Dalam pelaksanaan tugas dan
kewajibannya, sekretaris daerah bertanggung jawab
kepada Kepala Daerah. Berikut ini adalah hasil capaian
indikator pada bidang Urusan Sekretariat Daerah,
sebagai berikut :

Tabel 2.40 Hasil Kinerja Bidang Urusan Sekretariat Daerah


Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah PD dengan Nilai
PD 16 34 38 42 45
Akip A
Belum Belum
Nilai LPPD - 3.24 3.1 3.21
Rilis Rilis
Prosentase Rancangan
Produk Hukum Daerah
yang sesuai dengan % NA NA NA NA 100
mekanisme pembentukan
produk hukum daerah
Prosentase perangkat
daerah yang tepat fungsi % NA NA NA NA 100
dan tepat sasaran
Prosentase Pelaksanaan
Pembangunan yang sesuai % NA NA NA NA 100
dengan Juknisnya
IKM Setda - NA NA NA NA 75
Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Ngawi, Tahun 2021

Jumlah Perangkat Daerah dengan nilai AKIP A di


Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Nilai LPPD Kabupaten Ngawi pada 5 (lima)
tahun terakhir yakni tahun 2016-2020 di Kabupaten
Ngawi mengalami capaian yang fluktuatif, dimana pada
tahun 2016 nilai LPPD di Kabupaten Ngawi mencapai
3,24%, pada tahun 2017 menurun menjadi 3,1% dan
meningkat kembali di tahun 2018 dengan capaian 3,21.
Hal ini harus menjadi fokus Sekertaris Daerah
Kabupaten Ngawi karena masih rendahnya nilai LPPD.

II-133
2.3.1.4.6. Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan merupakan dua


unsur yang saling terkait dan memiliki urgensitas tinggi
di dalam proses pembangunan daerah. Unsur penelitian
merupakan aktivitas yang dilakukan dalam rangka
mencari tahu permasalahan yang ada dan memecahkan
permasalahan yang sudah dianalisis. Sedangkan
pengembangan merupakan sebuah proses yang
dilakukan dalam rangka menindaklanjuti temuan hasil
penelitian yang selanjutnya dikembangkan menjadi
sebuah keputusan-keputusan atau kebijakan yang
mengarah pada pembangunan kesejahteraan
masyarakat. Adapun capaian urusan penelitian dan
pengembangan di Kabupaten Ngawi pada tahun 2016-
2020 sebagai berikut :

Tabel 2.44 Hasil Kinerja Bidang Urusan Penelitian dan


Pengembangan Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase Hasil Penelitian


dan Pengembangan yang
% NA 82 74 85 90
menjadi Bahan Perencanaan
Pembangunan
Sumber: Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Kabupaten
Ngawi, Tahun 2021

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa


persentase hasil penelitian dan pengembangan yang
menjadi bahan perencanaan pembangunan daerah di
Kabupaten Ngawi pada tahun 2017 yaitu sebesar 82%.
Pada tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 74%.

II-134
Pada tahun 2019 mengalami kenaikan menjadi 85%.
Dan pada tahun 2020 mengalami kenaikan lagi menjadi
90%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 90% data hasil
penelitian dan pengembangan di Kabupaten Ngawi telah
dimanfaatkan menjadi bahan rujukan dalam
penyusunan perencanaan pembangunan daerah.

2.3.1.4.7 Sekretariat DPRD

Sekretariat DPRD merupakan urusan yang


berkaitan dengan hal-hal penunjang anggota legislatif
dalam menjalankan seluruh aktivitas kinerjanya.
Urusan Sekretariat DPRD merupakan hal yang penting
dalam menunjang segala bentuk aktivitas anggota
legislatif dalam menjaring aspirasi masyarakat di daerah.
Dengan adanya penjaringan aspirasi masyarakat yang
baik maka proses pembangunan daerah akan dinikmati
oleh masyarakat yang memang membutuhkan ataupun
masyarakat sasaran dari adanya pembangunan
tersebut. Capaian kinerja yang berkaitan dengan
sekretariat dewan di Kabupaten Ngawi dari tahun 2016
sampai 2019 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.45 Hasil Kinerja Bidang Urusan Sekretariat DPRD


Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase Aspirasi
Masyarakat yang
% NA 70 100 90 92
Terakomodir Dalam Pokok-
Pokok Pikiran DPRD
Sumber: Sekretariat DPRD Kabupaten Ngawi, 2020

II-135
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa
persentase aspirasi masyarakat yang terakomodir dalam
pokok-pokok pikiran DPRD di Kabupaten Ngawi pada
tahun 2017 yaitu 70%. Pada tahun 2018 mengalami
kenaikan yang cukup signifikan menjadi 100%.
Sedangkan pada tahun 2019 mengalami penurunan 10%
menjadi 90%. Pada tahun 2020 mengalami kenaikan
sebesar 2% menjadi 92%. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa persentase aspirasi masyarakat yang terakomodir
dalam pokok-pokok pikiran anggota DPRD sudah sangat
baik. Dengan melihat trand yang ada maka dapat
dikatakan bahwa proses pembangunan di Kabupaten
Ngawi sudah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
masyarakat.

2.3.1.4.8. Penanggulangan Bencana

Urusan penanggulan bencana merupakan urusan


yang masuk pada kategori urusan ketertiban dan
keamanan masyarakat. Urusan penanggulangan
bencana adalah urusan yang berkaitan dengan
penjaminan dan pencegahan bencana di daeah.
Penanggulangan bencana berbicara mengenai mitigasi
bencana yang dapat dilakukan oleh pemerintah
khususnya pemerintah daerah dalam melindungi
masyarakatnya. Kondisi urusan penanggulangan
bencana di Kabupaten Ngawi tahun 2016-2020 adalah
sebagai berikut :

Tabel 2.46 Hasil Kinerja Bidang Urusan Penanggulangan


Bencana Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

II-136
Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase desa/kelurahan/
kampung rawan bencana
yang mendapat/memperoleh % 3 8 13 20 23
informasi peringatan dini
bencana
Persentase desa/kelurahan
% 3 5 7 10 13
tangguh bencana
Persentase Korban Bencana
yang mendapatkan % 50 55 60 65 70
penanganan
Persentase rencana
pemulihan pasca bencana % 60 65 70 75 80
yang berhasil direalisasikan
persentase jumlah kerusakan
akibat bencana yang % 60 65 70 75 80
terrehabilitasi
Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ngawi,
2021

2.4. Aspek Daya Saing Daerah

Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan


ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur,
iklim berinvestasi dan sumber daya manusia. Fokus
Kemampuan Ekonomi Daerah Analisis kinerja atas
aspek kemampuan ekonomi daerah dilakukan terhadap
indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per
kapita, pengeluaran konsumsi non pangan per kapita,
produktivitas total daerah, dan nilai tukar petani.
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapitan, Nilai
Tukar Petani, Untuk hasil penghitungan terhadap nilai
tukar petani (NTP), Pengeluaran Konsumsi Non-Pangan
Perkapita (Persentase Konsumsi RT Non-Pangan, Fokus
Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Analisis kinerja atas
fasilitas wilayah/infrastruktur dilakukan. Fokus
Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Analisis kinerja atas
fasilitas wilayah/infrastruktur dilakukan. Fokus Sumber

II-137
Daya Manusia, Analisis kinerja atas sumber daya
manusia dilakukan terhadap indikator rasio
ketergantungan dan rasio lulusan S1/S2/S3.

2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Fokus kemampuan ekonomi daerah merupakan


indikator kinerja daerah untuk melihat kemampuan
ekonomi masyarakat pada suatu daerah tertentu. Fokus
kemampuan ekonomi daerah di Kabupaten Ngawi terdir
dari beberapa indikator yaitu persentase pengeluaran
konsumsi non pangan per kapita, pengeluaran konsumsi
rumah tangga per kapita, dan persentase desa berstatus
swasembadadari total desa. Lebih rincinya dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

Tabel 2.47 Hasil Kinerja Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah


Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase Pengeluaran
Konsumsi Non Pangan Per % 43.60 45.20 48.12 46.21 47.30
Kapita
Pengeluaran Konsumsi Ribuan
10.81 10.90 11.19 11.47 9.81
Rumah Tangga Per Kapita Rupiah
Persentase Desa Berstatus
Swasembada dari Total % 5.63 7.04 7.98 12.21 13.82
Desa
Sumber: Diolah oleh Tim Penyusun, 2021

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa


indikator persentase pengeluaran konsumsi non pangan
per kapita menalamai fluktuatif. Pada tahun 2019
mencapai 46,21% hingga tahun 2020 menjadi 47,30%.
Sedangkan pada indikator pengeluaran konsumsi rumah
tangga per kapita dari tahun 2016-2019 selalu
mengalami kenaikan. Namun pada tahun 2020 terjadi

II-138
penurunan menjadi 9,81%. Pada indikator persentase
berstatus swasembada dari total desa dari tahun 2016-
2020 selalu mengalami kenaikan. Pada tahun 2020 yaitu
mencapai 13,82%.

2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Fokus fasilitas wilayah yaitu infrastruktur


merupakan indikator pembangunan yang melihat
fasilitas kewilayahan yang sudah terbangun. Pada fokus
ini Kabupaten Ngawi melihat melalui beberapa indikator
capaian kinerja yaitu berapa total jembatan yang sudah
terbangun dan panjang jalan yang sudah terbangun.
Untuk lebih rincinya dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 2.48 Hasil Kinerja Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur


Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020
Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator
Satuan
Kinerja 2016 2017 2018 2019 2020
Pembangunan Daerah
Jembatan Yang
unit 2 1 3 4 3
terbangun
Panjang jalan yang
Km 26.752 28.292 28 27.5 24.492
terbangun
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Ngawi,
2021

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa


fasilitas wilayah yaitu insfrastruktur yang ada di
Kabupaten Ngawi dilihat dari indikator jumlah jembatan
yang terbangun dari tahun 2017-2020 mengalami
fluktuatif. Pada tahun 2020 berjumlah 3 jembatan yang
sudah dibangun. Sedangkan pada indikator kedua yaitu
panjang jalan yang terbangun dari tahun 2016 yaitu
26.292 km. Pada tahun selanjutnya mengalami kenaikan
menjadi 28.292 km. Namun pada tahun 2018 mengalami
penurunan yang signifikan menjadi 28 km. Sama halnya

II-139
pada tahun selanjutnya yaitu 27,5 km. Sedangkan pada
tahun 2020 menjadi 24.492 km jalan yang sudah
terbangun.

2.4.3. Fokus Iklim Investasi

Iklim investasi merupakan kondisi yang


menggambarkan keadaan investasi yang ada pada suatu
daerah tertentu. Invetasi pada dasarnya terdapat dua
macam investor yaitu penanam modal asing atau PMA
dan penanam modal dalam negeri atau PMDN. Kondisi
iklim investasi di Kabupaten Ngawi pada tahun 2016-
2020 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.49 Hasil Kinerja Fokus Iklim Investasi


Di Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

Aspek/Fokus/ Capaian
Bidang Urusan/
Indikator
Satuan
Kinerja 2016 2017 2018 2019 2020
Pembangunan
Daerah
Jumlah investasi 194,197, 195,074, 201,275, 356,952,96 1,512,000,
Rp
(PMA/PMDN) 957,100 287,126 334,800 0,571 000,000
Jumlah Investor
Orang 612 699 815 1479 13
(PMA/PMDN)
Sumber: Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Ngawi, 2020

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa


jumlah investasi (PMA/PMDN) di Kabupaten Ngawi dari
tahun 2016-2020 selalu mengalami kenaikan. Pada
tahun 2020 yaitu sebesar Rp.1.512.000.000.000,-.
Sedangkan jumlah investor dari tahun 2016-2019 juga
selalu mengalami kenaikan. Namun pada tahun 2020

II-140
jumlahnya mengalami penurunan yang snagat signifikan
dari tahun 2019 yaitu sejumlah 13 investor.

2.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia

Fokus sumber daya manusia merupakan aspek


yang membahas mengenai kondisi sumber daya manusia
pada suatu daerah tertentu. Kondisi sumber daya
manusia di Kabupaten Ngawi berbicara mengenai
indikator tingkat partisipasi angkatan kerja. Untuk
melihat data kondisi capaian kinerja mengenai tingkat
partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Ngawi tahun
2016-2020 dapat melihat tabel berikut :

Tabel 2.50 Hasil Kinerja Fokus Sumberdaya Manusia


Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020
Aspek/Fokus/Bidang Capaian
Urusan/Indikator Kinerja Satuan
Pembangunan Daerah 2016 2017 2018 2019 2020
Tingkat Partisipasi
% 65.95 66.15 75.41 72.41 72.32
Angkatan Kerja
Sumber: Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan Tenaga Kerja Kabupaten
Ngawi, 2021

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa


tingkat partisipasi angakatan kerja di Kabupaten Ngawi
pada tahun 2016 sebesar 65,95%. Pada tahun 2017
mengalami kenaikan menjadi 55,15%. Pada tahun 2018
juga mengalami kenaikan menjadi 75,41%. Namun pada
tahun 2019 dan 2020 berturut-turut mengalami
penurunan menjadi 72,41% dan 72,32%.

II-141
II-142
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah
dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat
dinilai dengan uang serta segala bentuk kekayaan yang dapat
dijadikan milik Daerah berhubung dengan hak dan kewajiban
Daerah tersebut. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah
akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan
pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber
penerimaan yang cukup kepada daerah dengan mengacu kepada
peraturan perundang-undangan (money follow function).
Bab ini menyajikan gambaran hasil pengolahan data dan
analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah sebagaimana telah
dilakukan pada tahap perumusan. Gambaran pengelolaan
keuangan daerah serta kerangka pendanaan salah satu poin
penting dalam pembuatan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD), karena pada poin inilah dapat terlihat
kemampuan suatu daerah dalam menghidupi rumah tangga dan
kebutuhannya. Analisis yang dilakukan dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu analisis kinerja keuangan daerah, kajian kebijakan keuangan
daerah dan kerangka pendanaan.

3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah


(RPJMD) merupakan hal wajib yang harus dilakukan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Penyusunan dokumen ini terdiri
dari beberapa bab, salah satunya adalah BAB III yang
merupakan pembahasan mengenai gambaran
pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan.
Pada bab ini akan bersinergi dan menjadi landasan dalam
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

III-142
(APBD) yang bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan
ekonomi dan sumber daya yang dimiliki, mengalokasikan
sumber daya dengan tepat dan sesuai kebijakan
pemerintah yang ditetapkan dan mempersiapkan
pelaksanaan pengelolaan anggaran secara tepat dan baik.
Analisis pengelolaan keuangan daerah pada
dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran
tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah
dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah.
Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah
diwujudkan dalam suatu APBD maka analisis pengelolaan
keuangan daerah dilakukan terhadap APBD dan laporan
keuangan daerah pada umumnya. Untuk kebutuhan itu,
dibutuhkan realisasi kinerja keuangan daerah sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun sebelumnya.
Dasar yuridis pengelolaan keuangan Pemerintah
Kabupaten Ngawi mengacu pada batasan pengelolaan
keuangan daerah sebagaimana yang diatur dalam:
1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah;
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan
Pemerintah Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah;
4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 12
Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah.

III-143
3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun


2011 menjelaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) meliputi aspek pendapatan, aspek
belanja, dan aspek pembiayaan. Aspek Pendapatan terdiri
dari Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer, dan
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Aspek Belanja
terdiri dari Belanja Operasi, Belanja Modal, Belanja Tidak
Terduga dan Belanja Transfer. Aspek Pembiayaan terdiri
dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran
Pembiayaan.

A. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah adalah semua penerimaan


yang melalui rekening kas umum daerah, yang
menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah
dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar
kembali oleh daerah. Pendapatan daerah adalah hak
pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih. Pendapatan daerah dibagi ke
dalam tiga komponen yaitu Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Pendapatan Transfer, dan Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah. Perkembangan realisasi Pendapatan
Daerah Kabupaten Ngawi tahun 2016 sampai tahun
2020 dapat dilihat sebagai berikut :

III-144
Tabel 3.1
Rata-rata Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

REALISASI
Rata-rata
Uraian 2016 2017 2018 2019 2020
Pertumbuhan
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
PENDAPATAN 1.977.837.459.068,70 1.996.633.707.315,46 2.078.139.645.055,79 2.202.023.202.926,80 2.129.837.790.925,80 1,93%
Pendapatan Asli
195.606.461.846,70 275.721.180.047,46 223.871.715.022,26 255.080.331.088,80 270.212.533.588,80 10,51%
Daerah
Pajak Daerah 41.867.576.220,00 9.577.393.936,00 56.935.361.439,00 71.566.337.247,00 66.002.901.096,00 12,79%
Retribusi Daerah 15.637.879.458,50 12.519.029.229,00 10.533.995.128,00 10.681.414.198,00 8.498.930.664,00 -13,71%
Hasil Pengelolaan
Keuangan daerah yang 9.282.208.785,00 9.419.268.741,80 9.518.926.179,50 9.863.147.811,95 10.543.243.298,00 3,26%
dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah 128.818.797.383,20 204.205.488.140,66 146.883.432.275,76 162.969.431.831,85 185.167.458.530,80 13,76%
Pendapatan Transfer 1.743.360.807.597,00 1.709.401.815.268,00 1.784.504.289.635,00 1.861.010.541.708,00 1.760.104.651.225,00 0,33%
Transfer Pemerintah
Pusat – Dana 1.468.168.730.397,00 1.408.235.808.936,00 1.486.134.020.027,00 1.501.826.035.037,00 1.394.716.660.633,00 -1,16%
Perimbangan
Bagi Hasil Pajak 55.088.020.324,00 45.960.717.784,00 43.887.367.121,00 35.224.125.928,00 49.033.180.286,00 -0,40%
Bagi Hasil Bukan Pajak
19.108.405.690,00 19.837.602.457,00 68.047.978.545,00 57.396.644.606,00 45.721.516.312,00 52,71%
(Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum 1.058.208.375.000,00 1.039.619.057.000,00 1.039.619.057.000,00 1.072.348.573.000,00 980.835.712.000,00 -1,79%
Dana Alokasi Khusus 335.763.929.383,00 302.818.431.695,00 334.579.617.361,00 336.856.691.503,00 319.126.252.035,00 -0,98%
Transfer pemerintah
182.608.675.600,00 184.870.619.000,00 185.558.389.043,00 223.290.249.000,00 259.669.760.000,00 9,56%
Pusat – Lainnya
Dana Otonomi Khusus 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
Dana Penyesuaian 182.608.675.600,00 184.870.619.000,00 185.558.389.043,00 223.290.249.000,00 259.669.760.000,00 9,56%
Tambahan Penghasilan
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
Bagi PNS Guru

Tunjangan Profesi
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
Guru PNSD

III-145
REALISASI Rata-rata Pertumbuhan Uraian REALISASI Rata-rata Pertumbuhan
Uraian 2016 2017 2018 2019 2020 Uraian
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Transfer Pemerintah
92.583.401.600,00 116.295.387.332,00 112.811.880.565,00 135.894.257.671,00 105.718.230.592,00 5,22%
Propinsi
Pendapatan Bagi Hasil
92.583.401.600,00 116.295.387.332,00 112.811.880.565,00 135.894.257.671,00 105.718.230.592,00 5,22%
Pajak
Pendapatan Bagi Hasil
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
Lainnya
Lain-lain Pendapatan
38.870.189.625,00 11.510.712.000,00 69.763.640.398,53 85.932.330.130,00 99.520.606.112,00 118,67%
Daerah yang sah
Pendapatan Hibah 16.872.809.625,00 1.037.362.000,00 64.004.290.398,53 80.090.951.130,00 90.224.627.273,00 1503,46%
Pendapatan Dana
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
Darurat
Pendapatan Lainnya 21.997.380.000,00 10.473.350.000,00 5.759.350.000,00 5.841.379.000,00 9.295.978.839,00 -9,21%

III-146
Berdasarkan data selama tahun 2016-2020
perkembangan pendapatan daerah Pemerintah
Kabupaten Ngawi terus mengalami peningkatan
sampai tahun 2019, sedangkan pada tahun 2020
mengalami penurunan. Pada tahun 2016, total
pendapatan daerah Kabupaten Ngawi sebesar Rp.
1.977.837.459.068,70, angka tersebut terus
mengalami peningkatan selama 4 tahun berturut-
turut hingga pada tahun 2019 mencapai angka
2.202.023.202.926,80, sedangkan pada tahun 2020
mengalami sedikit penurunan menjadi Rp.
2.129.837.790.925,80 dengan peningkatan rata-rata
pertahun sebesar 1,93 %. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perekonomian di Kabupaten Ngawi terus
mengalami peningkatan dan kemajuan seperti yang
terlihat pada grafik berikut ini:

2.250.000.000.000,00
2.202.023.202.926
2.200.000.000.000,00 ,80

2.150.000.000.000,00
2.078.139.645.05
2.100.000.000.000,00 2.129.837.790.92
5,79
5,80
2.050.000.000.000,00
1.977.837.459.06
2.000.000.000.000,00 8,70
1.996.633.707.315
,46
1.950.000.000.000,00

1.900.000.000.000,00

1.850.000.000.000,00
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 3.1 Realisasi Pendapatan Kabupaten Ngawi


Tahun 2016-2020
Sumber: Badan Keuangan Daerah Kabupaten Ngawi, 2021

III-147
Secara terperinci, komposisi pendapatan daerah
selama periode Tahun Anggaran 2016-2020 dapat
diuraikan sebagai berikut:

100,00%

90,00% 88,14% 85,61% 85,87% 84,51%


82,64%
80,00%

70,00%

60,00%

50,00%

40,00%

30,00%

20,00% 9,89% 13,81% 10,77%


11,59% 12,69%
10,00% 0,58% 4,67%
3,36% 3,90%
1,97%
0,00%
2016 2017 2018 2019 2020

Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Gambar 3.2 Persentase Komposisi Pendapatan


Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020
Sumber: Badan Keuangan Daerah Kabupaten Ngawi, 2021

Berdasarkan grafik 3.2 selama tahun 2016-


2020 perkembangan pendapatan Kabupaten Ngawi
bedasarkan komponen pendapatan diketahui
penyumbang terbanyak berasal dari pendapatan
transfer sebesar 88,14% tahun 2016 dan menurun
menjadi sebesar 82,64% di tahun 2020, penyumbang
pendapatan terbesar kedua diperoleh dari Pendapatan
Asli Daerah sebesar 9,89% tahun 2016, dan
meningkat pada 2020 menjadi sebesar 12,69%.
Penyumbang terakhir adalah Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah sebesar 1,97% pada tahun 2016 dan
meningkat di tahun 2019 menjadi sebesar 4,67%.
Proporsi sumber pendapatan tersebut menunjukkan
bahwa pembiayaan pembangunan di Kabupaten

III-148
Ngawi masih bergantung pada pusat dan provinsi
lainnya melalui pendapatan transfer.

B. Belanja Daerah

Belanja Daerah sebagaimana disebutkan dalam


Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa belanja daerah
adalah semua kewajiban Pemerintah Daerah yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam
periode tahun anggaran berkenaan. Belanja daerah
meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum
daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang
merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh daerah. Belanja daerah dipergunakan
dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan
pemerintah wajib terkait pelayanan dasar, urusan
pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan
pelayanan dasar, dan urusan pemerintahan pilihan
yang besarannya telah ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
Pengelolaan belanja daerah berlandaskan pada
anggaran kinerja (Performance Budgeting) yaitu
belanja daerah yang berorientasi pada pencapaian
hasil atau kinerja. Kinerja tersebut mencerminkan
efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, yang berarti
belanja daerah harus berorientasi pada kepentigan
publik. Perkembangan realisasi belanja daerah
Kabupaten Ngawi tahun 2016 sampai tahun 2020
dapat dilihat sebagai berikut :

III-149
Tabel 3.2 Rata-Rata Pertumbuhan Belanja Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

REALISASI
Rata-rata
No Uraian 2016 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
2 BELANJA 2.036.077.500.395,93 2.070.773.064.215,85 2.026.237.765.090,11 2.212.249.653.394,64 2.146.482.441.055,80 1,44%
2.1 Belanja Operasi 1.389.002.867.603,15 1.370.523.710.708,18 1.403.323.207.904,43 1.492.713.444.847,34 1.447.742.335.406,46 1,11%
2.1.1 Belanja Pegawai 1.005.208.091.446,15 922.003.037.873,75 924.923.608.983,28 975.907.296.890,13 942.393.458.865,20 -1,47%
2.1.2 Belanja Barang 331.087.349.965,00 388.173.709.584,43 423.519.068.170,82 461.135.076.707,21 407.273.754.477,44 5,89%
2.1.3 Belanja Bunga 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
2.1.4 Belanja Subsidi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
2.1.5 Belanja Hibah 49.453.446.192,00 59.740.863.250,00 49.630.484.030,33 40.841.726.550,00 95.616.654.063,82 30,07%
Belanja Bantuan
2.1.6 3.253.980.000,00 606.100.000,00 5.250.046.720,00 14.829.344.700,00 2.458.468.000,00 195,97%
Sosial
2.2 Belanja Modal 355.374.670.586,39 379.215.035.737,85 307.436.987.486,72 362.913.803.410,72 281.006.234.646,10 -4,19%
2.2.1 Belanja Tanah 11.969.456.063,67 12.898.966.920,00 1.627.500.000,00 11.432.182.500,00 680.644.500,00 107,19%
Belanja Peralatan
2.2.2 38.867.301.268,90 51.882.517.377,85 58.033.260.545,26 75.025.622.009,68 86.095.523.779,45 22,34%
dan Mesin
Belanja Gedung
2.2.3 91.566.853.347,82 79.703.104.669,00 114.562.878.707,45 110.629.838.234,10 96.215.809.537,72 3,58%
dan Bangunan
Belanja Jalan,
2.2.4 Irigasi dan 198.553.884.613,00 227.529.213.171,00 130.263.921.134,01 139.041.828.701,61 90.078.351.005,93 -14,16%
Jaringan
Belanja Aset Tetap
2.2.5 14.115.184.293,00 6.714.472.050,00 2.452.456.100,00 26.181.212.965,33 7.557.441.823,00 195,13%
Lainnya
Belanja Aset
2.2.6 301.991.000,00 486.761.550,00 496.971.000,00 603.119.000,00 378.464.000,00 11,85%
Lainnya
Belanja Tidak
2.3 10.000.000,00 0,00 0,00 19.950.000,00 50.039.048.782,00 62.655,57%
Terduga
Belanja Tidak
2.3.1 10.000.000,00 0,00 0,00 19.950.000,00 50.039.048.782,00 62.655,57%
Terduga
2.4 Transfer 291.689.962.206,39 321.034.317.769,82 315.477.569.698,96 356.602.455.136,58 367.694.822.221,24 6,12%
Transfer Bagi
2.4.1 6.085.514.500,00 6.939.763.544,83 7.334.802.332,00 7.262.661.621,24 7.254.556.221,24 4,66%
Hasil
Bantuan
2.4.2 285.604.447.706,39 314.094.554.224,99 308.142.767.366,96 349.339.793.515,34 360.440.266.000,00 6,16%
Keuangan

III-150
Berdasarkan pada tabel 3.2 dapat dilihat bahwa
selama periode 2016-2020 tidak semua komponen
belanja mengalami kenaikan. Rata-rata pertumbuhan
pada Belanja Operasi memiliki rata-rata pertumbuhan
positif sebesar 1,11% walaupun terdapat komponen
pembentuknya yang memiliki rata-rata pertumbuhan
negatif yaitu pada komponen belanja pegawai.
Selanjutnya, rata-rata pertumbuhan pada Belanja Modal
memiliki rata-rata pertumbuhan negative sebesar 4,19%,
hal tersebut karena terdapat komponen pembentuknya
yang memiliki rata-rata pertumbuhan negatif yaitu pada
Belanja Jalan, Irigasi dan Jalanan. Sementara itu,
belanja tidak terduga memiliki rata-rata pertumbuhan
yang positif sebesar 62.655,57%. Nilai rata-rata yang
cukup tinggi tersebut disebabkan karena terjadi
peningkatan jumlah realisasi yang sangat signifikan
pada tahun 2020 dari yang sebelumnya hanya sebesar
Rp 19.950.000,00 menjadi Rp 50.039.048.782,00.
Selanjutnya, belanja transfer memiliki rata-rata
pertumbuhan yang positif sebesar 6,12%.

III-151
2.250.000.000.000,00
2.212.249.653.394,6
4
2.200.000.000.000,00

2.150.000.000.000,00
2.146.482.441.055,
80
2.100.000.000.000,00
2.070.773.064.215,85

2.050.000.000.000,00

2.036.077.500.395,93
2.000.000.000.000,00 2.026.237.765.090,11

1.950.000.000.000,00

1.900.000.000.000,00
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 3.3 Total Belanja Pemerintah Kabupaten Ngawi


Tahun 2016-2020
Sumber: Badan Keuangan Daerah Kabupaten Ngawi, 2021

Belanja daerah dikelompokkan ke dalam belanja


operasi, belanja modal, belanja tidak terduga dan
belanja transfer. Belanja operasi merupakan
pengeluaran anggaran untuk Kegiatan sehari-hari
Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka
pendek. Belanja modal merupakan pengeluaran
anggaran untuk perolehan asset tetap dan aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari 1 (satu) periode
akuntansi. Selanjutnya, belanja tidak terduga
merupakan pengeluaran anggaran atas Beban APBD
untuk keperluan darurat termasuk keperluan
mendesak yang tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Sementara itu, belanja transfer adalah pengeluaran
uang dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah
Daerah lainnya dan/atau dari Pemerintah Daerah
kepada pemerintah desa.

III-152
Belanja daerah Pemerintah Kabupaten Ngawi
selama kurun waktu tahun 2016 - 2020 mengalami
perkembangan yang cukup fluktuatif. Pada tahun 2016
realisasi belanja daerah Kabupaten Ngawi sebesar Rp
2.036.077.500.395,93, pada tahun 2018 mengalami
penurunan menjadi Rp 2.026.237.765.090,11, dan
pada tahun 2019 meningkat Kembali menjadi sebesar
Rp 2.146.482.441.055,80 dengan peningkatan rata-
rata per tahun sebesar 1,44%.

C. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan


yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya. Pembiayaan daerah terdiri atas penerimaan
pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan
pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu
dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun – tahun anggaran
berikutnya. Begitu pula dengan pengeluaran
pembiayaan yaitu pengeluaran yang akan diterima
kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Sumber pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka
perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah diperoleh berdasarkan asas
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Dengan ditetapkannya kebijakan otonomi daerah,
penyelenggaraan pemerintah di daerah dilaksanakan
dengan lebih berorientasi kepada kepentingan daerah

III-153
yang diimplementasikan dalam bentuk program
kegiatan SKPD. Beberapa kebijakan pembiayaan yang
dapat dilaksanakan antara lain :

1. Pinjaman Daerah
Pada UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa dalam
rangka pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal, untuk memberikan alternatif
sumber pembiayaan bagi pemerintah daerah untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
maka pemerintah daerah dapat melakukan
pinjaman. Konsep dasar pinjaman daerah diatur
dalam PP 12/2019 dan PP 56 tahun 2018. Namun
demikian, mengingat pinjaman memiliki berbagai
risiko seperti risiko kesinambungan fiskal, risiko
tingkat bunga, risiko pembiayaan kembali, risiko
kurs, dan risiko operasional, maka Menteri
Keuangan selaku pengelola fiskal nasional
menetapkan batas-batas dan rambu-rambu
pinjaman daerah.
2. Obligasi
Pemerintah Kabupaten Ngawi juga dapat
menerbitkan Obligasi Daerah hanya untuk
membiayai kegiatan investasi sektor publik yang
menghasilkan penerimaan dan memberikan
manfaat bagi masyarakat yang menjadi urusan
Pemerintah Daerah. Dengan ketentuan tersebut,
maka Obligasi Daerah yang diterbitkan Pemerintah
Daerah hanya jenis Obligasi Pendapatan (Revenue

III-154
Bond). Hal ini diatur dalam PMK Nomor
147/PMK.07/2006 tentang Tata cara Penerbitan,
Pertanggungjawaban, Dan Publikasi Informasi
Obligasi Daerah, dan Paket Peraturan Ketua
Bapepam-LK terkait dengan Penawaran Umum
Obligasi Daerah.
3. Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden
Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur. Sejak Perpres ini diluncurkan
kerjasama yang sebelumnya dikenal dengan
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) selanjutnya
disebut KPBU. Melalui alternative skema
pembiayaan ini, diharapkan terjadi percepatan
dalam pembangunan di Ngawi, khususnya bidang
infrastruktur publik.
4. Corporate social responsibility
Pemerintah Kabupaten Ngawi juga dapat
mendapatkan sumber pembiayaan dari Corporate
social responsibility dari perusahaan. Corporate
social responsibility merupakan komitmen usaha
untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal
dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi
bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari
karyawan dan keluarganya, komuniti lokal dan
masyarakat secara lebih luas. Melalui alternative
skema pembiayaan ini, diharapkan terjadi
percepatan dalam pembangunan di Ngawi,
khususnya bidang infrastruktur publik.

III-155
Perkembangan realisasi pembiayaan daerah
Kabupaten Ngawi tahun 2016 sampai tahun 2020
dapat dilihat sebagai berikut :

III-156
Tabel 3.3 Rata-Rata Pertumbuhan Pembiayaan Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2016-2020

REALISASI
Rata-rata
No Uraian 2016 2017 2018 2019 2020
Pertumbuhan
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
3 PEMBIAYAAN 324.035.821.712,83 265.602.224.964,72 180.462.868.064,33 225.864.748.030,01 209.587.155.569,41 -8,03%
3.1 Penerimaan Pembiayaan 347.308.631.336,59 266.102.224.964,72 191.462.868.064,33 232.364.748.030,01 215.837.155.569,41 -9,30%
3.1.1 SILPA 347.308.631.336,59 266.102.224.964,72 191.462.868.064,33 232.364.748.030,01 215.837.155.569,41 -9,30%
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
Hasil Penjualan Kekayaan
3.1.3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
Daerah Yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman
3.1.4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
Daerah
Penerimaan Kembali
3.1.5 Pemberian Pinjaman 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
Daerah
Penerimaan pembiayaan
lainnya sesuai dengan
3.1.6 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
ketentuan peraturan
perundang-undangan
3.2 Pengeluaran Pembiayaan 23.272.809.623,76 500.000.000,00 11.000.000.000,00 6.500.000.000,00 6.250.000.000,00 489,35%
Pembayaran cicilan pokok
3.2.1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
utang yang jatuh tempo
3.2.2 Penyertaan modal daerah 23.272.809.623,76 500.000.000,00 11.000.000.000,00 6.500.000.000,00 6.250.000.000,00 489,35%
Pembentukan dana
3.2.3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
cadangan
Pemberian pinjaman
3.2.4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
daerah
Pengeluaran pembiayaan
lainnya sesuai dengan
3.2.5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
ketentuan perautran
perundang-undangan

III-157
Berdasarkan data selama tahun 2016-2020
perkembangan pembiayaan daerah Pemerintah
Kabupaten Ngawi mengalami perkembangan yang
fluktuatif tapi cenderung menurun sampai tahun
2020. Pada tahun 2016, total pendapatan daerah
Kabupaten Ngawi sebesar Rp. 324.035.821.712,83,
angka tersebut terus mengalami peningkatan selama
3 tahun berturut-turut hingga pada tahun 2018
mencapai angka Rp. 180.462.868.064,33, sedangkan
pada tahun 2019 mengalami sedikit peningkatan
menjadi Rp. 225.864.748.030,01, dan pada tahun
2020 kembali mengalami penurunan menjadi Rp.
209.587.155.569,41. Pertumbuhan rata-rata
pembiayaan daerah Kabupaten Ngawi per tahunnya
adalah sebesar -8,03%.

3.1.2. Neraca Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8


Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah neraca menyajikan aset, utang, dan
ekuitas dana yang diperbandingkan dengan periode
sebelumnya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2001 tentang Keuangan Daerah
menjelaskan bahwa neraca adalah neraca yang disusun
berdasarkan standar akuntansi pemerintah secara
bertahap sesuai dengan kondisi masing-masing
pemerintah. Neraca Daerah memberikan informasi
tentang posisi keuangan pada saat tertentu. Posisi
keuangan yang dimaksud adalah posisi keuangan atas
aset, utang dan ekuitas. Aset daerah merupakan aset yang
memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi

III-158
yang dimiliki dan dikuasai pemerintah daerah,
memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi pemerintah
daerah maupun masyarakat di masa mendatang sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu, serta dapat diukur dalam
uang.
Kinerja Neraca Daerah Pemerintah Kabupaten
Ngawi selama kurun waktu 2015-2019 seperti terlihat
tabel 3.3 dan dapat dijelaskan secara rinci, sebagai
berikut :

III-159
Tabel 3.4 Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2015-2019
Rata-rata
No Uraian 2015 2016 2017 2018 2019 Pertumbuhan
%
1 ASET 3.223.703.857.459,76 3.521.099.908.884,75 4.591.972.631.722,25 4.901.987.436.477,17 4.539.975.803.067,07 9,75
1.1 ASET LANCAR 422.179.558.598,36 325.072.766.078,10 240.061.837.212,86 268.966.850.602,71 259.532.595.618,66 (10,15)
1.1.1 Kas 347.342.869.605,16 266.623.509.906,39 191.502.788.300,33 232.364.748.030,01 215.317.232.394,41 (9,35)
1.1.3 Piutang 32.125.314.629,91 43.912.558.313,49 29.228.152.873,20 20.874.018.384,60 28.262.912.537,15 2,52
1.1.6 Persediaan 42.711.374.363,29 14.536.697.858,22 19.330.896.039,34 15.728.084.188,10 15.952.450.687,10 (12,55)
1.2 ASET TETAP 2.797.001.233.320,40 3.190.968.461.761,97 4.341.982.655.975,39 4.625.976.541.312,46 4.272.242.646.937,98 12,26
1.2.1 Tanah 375.015.707.707,12 388.950.372.120,10 1.233.423.336.620,10 1.254.714.312.079,91 4.341.982.655.975,39 117,15
1.2.2 Peralatan dan Mesin 328.057.297.448,00 377.830.113.701,95 407.566.013.318,64 454.928.043.825,68 1.340.614.726.099,91 57,34
1.2.3 Gedung dan bangunan 800.408.887.844,19 882.984.380.490,92 941.741.347.256,95 989.996.400.384,62 (377.377.311.898,41) (29,01)
Jalan, Irigasi, dan
1.2.4 1.232.926.397.674,77 1.459.065.812.011,85 1.692.493.120.529,85 1.848.855.530.737,71 (179.628.269.200,39) (16,53)
Jaringan
1.2.5 Aset tetap lainnya 30.670.018.091,32 63.614.541.137,15 62.925.739.599,85 65.802.238.771,11 (834.921.506.763,77) (314,48)
Konstruksi dalam
1.2.6 29.922.924.555,00 18.523.242.300,00 3.833.098.650,00 11.680.015.513,43 (18.427.647.274,75) (42,61)
pengerjaan
1.3 ASET LAINNYA 4.523.065.541,00 5.058.681.044,68 9.928.138.534,00 7.044.044.562,00 8.200.560.510,43 23,87
Tagihan penjualan
1.3.1 - - - - -
angsuran
Tagihan tuntutan ganti
1.3.2 0,00 0,00 23.979.343,00 23.979.343,00 5.620.731.029,93 5.834,97
kerugian daerah
Kemitraan dengan
1.3.3 1.626.495.000,00 1.626.495.000,00 1.626.495.000,00 1.626.495.000,00 23.979.343,00 (24,63)
pihak ketiga
1.3.4 Aset tak berwujud 2.398.770.500,00 2.700.761.500,00 3.584.233.050,00 4.111.854.050,00 1.626.495.000,00 (0,11)
1.3.5 Aset lain-lain 497.800.041,00 731.424.544,68 4.693.431.141,00 1.281.716.169,00 929.355.137,50 122,11
2. KEWAJIBAN 3.918.577.753,29 2.954.940.080,81 3.281.356.910,79 2.981.166.365,70 4.691.863.786,06 8,67
KEWAJIBAN JANGKA
2.1 3.918.577.753,29 2.954.940.080,81 3.281.356.910,79 2.981.166.365,70 4.691.863.786,06 8,67
PENDEK
Utang perhitungan
2.1.1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -
pihak ketiga
Uang muka dari kas
2.1.2
daerah
Pendapatan diterima
2.1.3 435.741.907,29 752.371.228,09 609.213.333,79 286.992.487,20 117.431.297,00 (14,58)
dimuka
2.1.4 Utang belanja 3.478.132.499,00 2.170.594.773,00 2.652.525.677,00 2.630.265.139,00 4.510.523.749,56 13,81

III-160
Rata-rata
No Uraian 2015 2016 2017 2018 2019 Pertumbuhan
%
Utang jangka pendek
2.1.5 4.703.347,00 31.974.079,72 19.617.900,00 63.908.739,50 63.908.739,50 191,73
lainnya
Utang Pihak ketiga
2.1.6
lainnya
3. EKUITAS DANA 2.530.328.126.613,94 2.674.170.262.022,90 3.621.387.490.437,88 3.715.986.293.461,50 4.000.950.621.296,27 12,85
EKUITAS DANA
3.1
LANCAR
3.1.1 SILPA
3.1.2 Cadangan Piutang
3.1.3 Cadangan Persediaan
3.1.4 Lain-lainnya
EKUITAS DANA
3.2 2.530.328.126.613,94 2.674.170.262.022,90 3.621.387.490.437,88 3.715.986.293.461,50 4.000.950.621.296,27 12,85
INVESTASI
Diinvestasikan dalam
3.2.1
aset tetap
Diinvestasikan dalam
3.2.2
aset lainnya
Dana yang harus
disediakan untuk
3.2.3
pembayaran utang
jangka panjang
Diinvestasikan dalam
3.2.4 investasi jangka
panjang
JUMLAH KEWAJIBAN
2.534.246.704.367,23 2.677.125.202.103,72 3.624.668.847.348,67 3.718.967.459.827,20 4.005.642.485.082,33 12,84
DAN EKUITAS DANA

III-161
Aset memberikan informasi tentang sumber daya
yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah daerah yang
dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi
pemerintah daerah maupun masyarakat di masa datang
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, serta dapat
diukur dalam satuan moneter. Aset terdiri dari (1) aset
lancar, (2) aset tetap, dan (3) aset lainnya. Tahun 2019,
Kabupaten Ngawi memiliki aset senilai
Rp.4.539.975.803.067, dengan tingkat pertumbuhan
9,75% per tahun. Jumlah aset terbesar adalah berupa
aset tetap, yang pada tahun 2019 mencapai Rp.
4.272.242.646.937,98 dengan rata-rata petumbuhan
sebesar 12,26% per tahun.
Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi
pelaksanaan tugas atau tanggungjawab untuk bertindak
di masa lalu. Kewajiban memberikan informasi tentang
utang pemerintah daerah kepada pihak ketiga atau klaim
pihak ketiga terhadap arus kas pemerintah daerah.
Kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
Kewajiban Jangka Pendek dan Kewajiban Jangka
Panjang. Namun pada Kabupaten Ngawi hanya memuat
kewajiban jangka pendek. Jumlah kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi pada
tahun 2019 yaitu sebesar Rp. 4.691.863.786,06 dengan
jumlah tertinggi didominasi oleh Utang belanja. Dari
tahun 2015-2019, jumlah kewajiban Pemerintah
Kabupaten Ngawi relatif fluktuatif, dimana kewajiban
terendah Pemerintah Kabupaten Ngawi berada pada
tahun 2016 dengan jumlah Rp. 2.954.940.080,81 dan
tertinggi pada tahun 2019 yaitu sebesar
Rp. 4.691.863.786,06.

III-162
Ekuitas Dana merupakan selisih antara aset
dengan kewajiban pemerintah daerah. Ekuitas Dana pada
Pemerintah Kabupaten Ngawi meliputi (1) Ekuitas Dana
Lancar, dan (2) Ekuitas Dana Investasi. Ekuitas Dana
Lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban
jangka pendek. Ekuitas dana investasi merupakan selisih
antara jumlah nilai investasi permanen, aset tetap dan
aset lainnya (tidak termasuk Dana cadangan) dengan
jumlah nilai utang jangka panjang. Nilai ekuitas dana
Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2019 mencapai
Rp. 4.000.950.621.296,27, dan mengalami pertumbuhan
dari 2015-2019.

3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu

Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan melalui


suatu sistem yang terintegrasi dalam rangkaian siklus
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
pelaksanaannya mulai tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan/pemeriksaan sampai pada
pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, APBD mempunyai fungsi
berikut ini:
1. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran
daerah menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran
daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam

III-163
merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan, mengandung arti bahwa anggaran
daerah menjadi pedoman untuk menilai kesesuaian
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi alokasi, mengandung arti bahwa anggaran
daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan
kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi, mengandung arti bahwa kebijakan
anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan.
6. Fungsi stabilisasi, mengandung arti bahwa anggaran
pemerintah daerah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian daerah.
Dalam penyusunan anggaran daerah, terdapat
beberapa prinsip disiplin anggaran, yaitu :
1. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan
yang terukur secara rasional, yang dapat dicapai untuk
setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang
dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran
belanja.
2. Penganggaran pengeluaran harus didukung oleh
kepastian penerimaan daerah dalam jumlah yang
cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan
yang belum tersedia atau tidak mencukupi
anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD.

III-164
3. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam
tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan
dalam APBD dan dibukukan dalam rekening Kas
Umum Daerah.
Idealnya, dalam rangka pengelolaan keuangan
daerah yang akuntabel dan transparan, pemerintah
daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban yang
disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
dan diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK).

1.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran

Gambaran mengenai belanja daerah yang


menginformasikan mengenai proporsi belanja untuk
pemenuhan kebutuhan aparatur dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 3.5 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan


Aparatur

Total Belanja Untuk Total pengeluaran


pemenuhan (Belanja + Pembiayaan
Persentase
No Uraian kebutuhan aparatur pengeluaran)
(Rp) (Rp)

(a) (b) (a) / (b) x 100%


1 Tahun Anggaran 2018 889.395.362.548,12 2.037.234.568.811,11 43,66
2 Tahun Anggaran 2019 901.337.216.328,00 2.219.070.718.562,40 40,62
3 Tahun Anggaran 2020 1.005.977.767.492,00 2.146.482.441.055,80 46,87

Berdasarkan tabel 3.5 dapat disimpulkan bahwa


selama periode 2018-2020, total belanja untuk memenuhi
kebutuhan aparatur pada tahun 2018 meningkat sebesar
Rp. 889.395.362.548, pada tahun 2019 terus meningkat
menjadi Rp. 901.337216.328, dan pada tahun 2020 juga
meningkat menjadi Rp. 1.005.977.767.492,00 Hal ini
menunjukkan bahwa pertumbuhan alokasi belanja untuk

III-165
memenuhi kebutuhan aparatur relatif cukup besar, hal
ini dalam optimalisasi fungsi-fungsi pemerintah yaitu
sebagai fasilitator pembangunan, peningkatan kualitas
pelayanan publik.

Hal ini menunjukkan apabila jumlah belanja untuk


pemenuhan kebutuhan aparatur meningkat yang berarti
alokasi belanja langsung semakin berkurang yang
merupakan anggaran terkait langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan. Semakin sedikit
anggaran belanja langsung akan berdampak terhadap
sedikitnya program dan kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah. Oleh karena itu arah pengelolaan
belanja daerah seharusnya digunakan sebesar-besarnya
untuk kepentingan publik terutama masyarakat miskin
dan kurang beruntung (pro-poor), pertumbuhan ekonomi
(pro-growth) dan perluasan lapangan kerja (pro-job).

1.2.2. Analisis Pembiayaan

Pembiayaan Daerah merupakan transaksi


keuangan yang dimaksudkan untuk menutupi selisih
antara Pendapatan dan Belanja Daerah. Adapun
pembiayaan tersebut bersumber dari sisa lebih
perhitungan anggaran sebelumnya (SiLPA), pencairan
dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan
kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang
daerah. Penerimaan pembiayaan adalah semua
penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya, mencakup: sisa lebih perhitungan
anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA); pencairan

III-166
dana cadangan; hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan; penerimaan pinjaman daerah; penerimaan
kembali pemberian pinjaman; dan penerimaan piutang
daerah.
Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang
akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya, mencakup: pembentukan dana cadangan;
penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah;
pembayaran pokok utang; dan pemberian pinjaman
daerah. Pembiayaan daerah, digunakan untuk menutup
adanya defisit anggaran. Perkembangan defisit anggaran
pemerintah Kabupaten Ngawi dalam kurun tahun 2017-
2019 dapat digambarkan pada Tabel berikut ini :

III-167
Tabel 3.6 Surplus (Defisit Riil) Anggaran Kabupaten Ngawi
2018 2019 2020
No Uraian
Rp. Rp. Rp.
1 Realisasi Pendapatan Daerah 2.078.139.645.055,79 2.202.023.202.926,80 2.129.837.790.925,80
Dikurangi realisasi :
2 Belanja Daerah 2.026.237.765.090,11 2.212.249.653.394,64 2.146.482.441.055,80
3 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 11.000.000.000,00 6.500.000.000,00 6.250.000.000,00
Defisit riil 40.901.879.965,68 -16.726.450.467,84 -22.894.650.130,00

III-168
Berdasarkan tabel defisit riil anggaran di atas, dapat
diketahui bahwa selama tahun 2018-2020 perkembangan
pendapatan daerah Pemerintah Kabupaten Ngawi
mengalami peningkatan pada tahun 2019, sedangkan
pada tahun 2020 mengalami penurunan. Pada tahun
2018, total pendapatan daerah Kabupaten Ngawi sebesar
Rp. 2.078.139.645.055,79, angka tersebut mengalami
peningkatan pada tahun 2019 mencapai angka
2.202.023.202.926,80, dan pada tahun 2020 mengalami
sedikit penurunan menjadi Rp. 2.129.837.790.925,80
dengan peningkatan rata-rata pertahun sebesar 1,93 %.
Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Ngawi
selama kurun waktu tahun 2016-2020 mengalami
perkembangan yang cukup fluktuatif. Pada tahun 2018
total belanja daerah Kabupaten Ngawi sebesar Rp
2.026.237.765.090,11, angka tersebut mengalami
peningkatan pada tahun 2019 mencapai angka Rp
2.212.249.653.394,64, dan pada tahun 2020 meningkat
menjadi sebesar Rp 2.146.482.441.055,80 dengan
peningkatan rata-rata per tahun sebesar 1,44%.
Berkaitan dengan pengeluaran pembiayaan daerah
Kabupaten Ngawi, dari tahun 2018-2020 mengalami
kondisi yang menurun yang ditunjukkan dengan data
tahun 2018 mencapai Rp. 11.000.000.000, kemudian
pada tahun 2019 mengalami penurunan kembali menjadi
Rp. 6.500.000.000, dan pada tahun 2020 menurun lagi
menjadi Rp. 6.250.000.000 Berdasarkan data mengenai
realisasi pendapatan daerah, belanja daerah dan
pengeluaran pembiayaan daerah Kabupaten Ngawi tahun
2018-2020 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Kabupaten Ngawi pada tahun 2018 mengalami surplus

III-169
sebesar Rp. 40.901.879.965,68 dan mengalami defisit
pada tahun 2019 sebesar Rp. 16.726.450.467,84, dan
pada tahun 2020 mengalami defisit kembali menjadi Rp.
22.894.650.130,00.
Besarnya surplus anggaran pada tahun 2018
menandakan rendahnya penyerapan anggaran.
Rendahnya penyerapan anggaran belanja daerah
mencerminkan kinerja anggaran yang tidak optimal.
Anggaran pendapatan daerah harusnya diserap secara
optimal oleh pemerintah daerah, dengan demikian
diharapkan dapat membantu perputaran perekonomian
masyarakat. Berputarnya perekonomian daerah pada
tahap berikutnya akan mendorong pertimbuhan ekonomi
daerah.

Tabel 3.7 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran


Kabupaten Ngawi

Proporsi dari Total Defisit Riil


No Uraian
2018 2019 2020

Sisa Lebih
Perhitungan
1 Anggaran (SILPA) 191.462.868.064,33 232.364.748.030,01 215.837.155.569,41
Tahun Anggaran
sebelumnya

Pencairan Dana
2 0,00 0,00 0,00
Cadangan

Hasil Penjualan
3 Kekayaan Daerah 0,00 0,00 0,00
Yang Dipisahkan
Penerimaan
4 0,00 0,00 0,00
Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali
5 Pemberian Pinjaman 0,00 0,00 0,00
Daerah
Penerimaan
pembiayaan lainnya
sesuai dengan
6 0,00 0,00 0,00
ketentuan peraturan
perundang-
undangan

III-170
Dari tabel 3.7 tersebut, terlihat bahwa Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran
sebelumnya pada tahun 2018 sebesar
Rp. 191.462.868.064,33 kemudian pada tahun 2019
sebesar Rp. 232.364.748.030,01 dan pada tahun 2020
sebesar Rp. 215.837.155.569,41 Perlu dilakukan
optimalisasi pembiayaan melalui realisasi penerimaan
pembiayaan yaitu sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA)
tahun anggaran sebelumnya sebagaimana tabel 3.7.

III-171
Tabel 3.8 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Kabupaten Ngawi
2018 2019 2020
% % %
No Uraian
Rp dari Rp dari Rp dari
SILPA SILPA SILPA
1 Jumlah SILPA 191.462.868.064,33 232.364.748.030,01 215.837.155.569,41
Pelampauan Penerimaan
2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
PAD
Pelampauan penerimaan
3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
dana perimbangan
Pelampauan penerimaan
4 lain-lain pendapatan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
daerah yang sah
Sisa penghematan belanja
5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
atau akibat lainnya
Kewajiban kepada pihak
ketiga sampai dengan
6 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
akhir tahun belum
terselesaikan
7 Kegiatan lanjutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

III-172
Dari tabel 3.8 di atas terlihat bahwa selama 3 tahun
terakhir (2018-2020), sebagai tahun rujukan yang
dijadikan bahan laporan keuangan pemerintah daerah,
kondisi SiLPA (Sisa Lebih Hasil Perhitungan Anggaran)
fluktuatif. Berdasarkan ketentuan pasal 62 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sumber
terjadinya SiLPA berasal dari pelampauan penerimaan
PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan,
pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah
yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan,
penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga
sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa
dana kegiatan lanjutan.
Di masa mendatang diharapakan SiLPA harus
semakin menurun, karena dengan semakin
menurunnnya SiLPA merupakan salah satu indikasi
semakin sinergisnya antara perencanaan dengan
penganggaran. Selain itu semakin besar dana yang
dikeluarkan untuk pembangunan maka akan memiliki
multiplier effect yang besar bagi perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat Kabupaten Ngawi.
Berkaitan dengan pelampauan penerimaan lain-lain
pendapatan daerah yang sah Kabupaten Ngawi dari tahun
2017-2019 menunjukkan kondisi yang fluktuatif, hal
tersebut ditunjukkan dengan data pelampaun
penerimaan PAD tahun 2017 sebesar Rp.
13.965.781.172,20 pada tahun 2018 mengalami kenaikan
sebesar Rp. 21.599.624.985,70 dan pada tahun 2019
mengalami kenaikan kembali sebesar
Rp. 19.027.329.745,66.

III-173
Berkaitan dengan sisa penghematan belanja atau
akibat lainnya Kabupaten Ngawi dari tahun 2017-2019
menunjukkan angka yang menurun dari tahun ke tahun,
yang ditunjukkan pada tahun 2017 sebesar
Rp. 211.701.974.878,06 pada tahun 2018 mengalami
penurunan sebesar Rp. 139.605.555.514,99 dan
mengalami kenaikan kembali pada tahun 2019 sebesar
Rp. 124.906.010.425,22.

1.3. Kerangka Pendanaan

Analisis kerangka pendanaan bertujuan untuk


menghitung kapasitas total keuangan daerah, yang akan
dialokasikan untuk mendanai belanja/pengeluaran
periodik wajib dan mengikat, prioritas utama dan
program-program pembangunan jangka menengah
daerah selama 5 (lima) tahun ke depan. Selain itu
kerangka pendanaan dialokasikan untuk belanja daerah
dan pengeluaran daerah lainnya.

Langkah awal yang harus dilakukan adalah


mengidentifikasi seluruh penerimaan daerah
sebagaimana telah dihitung pada bagian di atas. Suatu
kapasitas keuangan daerah adalah total pendapatan dan
penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan
kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir
tahun belum terselesaikan dan kegiatan lanjutan yang
akan didanai pada tahun anggaran berikutnya.

III-174
1.3.1. Proyeksi Pendapatan dan Belanja

Secara keseluruhan proyeksi anggaran pendapatan


belanja daerah Kabupaten Ngawi Tahun Anggaran 2022-
2026 disajikan pada tabel berikut :

III-175
Tabel 3.9 Proyeksi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2022 s/d Tahun 2026 Kabupaten Ngawi

Pertumbuhan 2022 2023 2024 2025 2026


No Uraian
(%) Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 PENDAPATAN 2,44% 2.384.766.724.512,85 2.442.400.106.984,45 2.501.774.338.819,66 2.562.962.532.312,55 2.626.041.995.905,91
1.1 Pendapatan Asli Daerah 4,99% 308.484.790.922,99 323.742.242.048,29 339.856.449.391,66 356.881.746.148,73 374.876.253.164,76
1.1.1 Pajak Daerah 8,00% 79.057.200.000,00 85.381.776.000,00 92.212.318.080,00 99.589.303.526,40 107.556.447.808,51
1.1.2 Retribusi Daerah 3,00% 8.383.082.965,00 8.634.575.453,95 8.893.612.717,57 9.160.421.099,10 9.435.233.732,07
Hasil Pengelolaan Keuangan daerah
1.1.3 10.693.178.797,98 10.960.508.267,92 11.234.520.974,62 11.515.383.998,99 11.803.268.598,96
yang dipisahkan 2,50%
1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 4,00% 210.351.329.160,01 218.765.382.326,41 227.515.997.619,47 236.616.637.524,25 246.081.303.025,22
1.2 Pendapatan Transfer 2,06% 1.990.558.071.716,86 2.031.588.383.771,17 2.073.475.876.585,16 2.116.238.791.009,58 2.159.895.765.629,28
1.2.1 Transfer Pemerintah Pusat 2,00% 1.868.643.009.720,00 1.906.015.869.914,40 1.944.136.187.312,69 1.983.018.911.058,94 2.022.679.289.280,12
1.2.2 Transfer antar - daerah 3,00% 121.915.061.996,86 125.572.513.856,77 129.339.689.272,47 133.219.879.950,64 137.216.476.349,16
Lain-lain Pendapatan Daerah yang
1.3 85.723.861.873,00 87.069.481.165,00 88.442.012.842,84 89.841.995.154,24 91.269.977.111,86
sah 1,58%
1.3.1 Hibah 0,00% 18.442.897.273,00 18.442.897.273,00 18.442.897.273,00 18.442.897.273,00 18.442.897.273,00
1.3.2 Dana Darurat 0,00% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Lain-lain pendapatan sesuai dengan
1.3.3 ketentuan peraturan perundang- 2,00% 67.280.964.600,00 68.626.583.892,00 69.999.115.569,84 71.399.097.881,24 72.827.079.838,86
undangan

2 BELANJA 2.38% 2,396,266,725,306.80 2,454,923,882,504.69 2,509,774,338,819.66 2,569,106,392,229.98 2,633,541,985,905.97


2.1 Belanja Operasi 2.28% 1,578,041,541,052.72 1,619,554,660,047.11 1,662,294,123,321.45 1,710,012,142,964.84 1,762,976,809,910.58
2.1.1 Belanja Pegawai 3.03% 1,084,763,129,110.45 1,117,306,022,983.76 1,150,825,203,673.28 1,185,349,959,783.47 1,222,095,808,536.76
2.1.2 Belanja barang dan jasa 2.60% 445,248,092,901.27 454,218,318,022.35 463,438,600,607.17 476,631,864,140.37 492,850,682,332.82
2.1.3 Belanja bunga 0.00% 0 0 0 0 0
2.1.4 Belanja subsidi 0.00% 0 0 0 0 0
2.1.5 Belanja Hibah 0.00% 42,356,359,041.00 42,356,359,041.00 42,356,359,041.00 42,356,359,041.00 42,356,359,041.00
2.1.6 Belanja bantuan sosial 0.00% 5,673,960,000.00 5,673,960,000.00 5,673,960,000.00 5,673,960,000.00 5,673,960,000.00
2.2 Belanja Modal 2.10% 404,200,476,189.50 417,251,834,040.70 425,424,109,466.09 433,060,038,441.63 440,513,079,332.57
2.2.1 Belanja Tanah 2.20% 10,605,127,500.00 10,838,440,305.00 11,076,885,991.71 11,320,577,483.53 11,569,630,188.17
2.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin 2.00% 94,152,755,544.45 96,035,810,655.34 97,956,526,868.45 99,915,657,405.81 101,913,970,553.93
2.2.3 Belanja bangunan dan gedung 1.90% 140,259,984,377.50 142,924,924,080.67 145,640,497,638.21 148,407,667,093.33 151,227,412,768.10
2.2.4 Belanja Jalan, irigasi dan jalanan 2.00% 147,072,515,840.00 154,613,966,156.81 157,206,245,479.93 158,850,370,389.56 160,547,377,797.32
2.2.5 Belanja aset tetap lainnya 5.50% 10,460,901,522.00 11,036,251,105.71 11,643,244,916.52 12,283,623,386.93 12,959,222,673.21
2.2.6 Belanja aset lainnya 8.85% 1,649,191,405.55 1,802,441,737.17 1,900,708,571.27 2,282,142,682.47 2,295,465,351.84

III-176
Pertumbuhan 2022 2023 2024 2025 2026
No Uraian
(%) Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
2.3 Belanja Tidak Terduga 0.00% 11,411,630,000.00 11,411,630,000.00 11,411,630,000.00 11,411,630,000.00 11,411,630,000.00
2.3.1 Belanja Tidak Terduga 0.00% 11,411,630,000.00 11,411,630,000.00 11,411,630,000.00 11,411,630,000.00 11,411,630,000.00
2.4 Belanja transfer 0.98% 402,613,078,064.58 406,705,758,416.88 410,644,476,032.12 414,622,580,823.51 418,640,466,662.82
2.4.1 Belanja Bagi Hasil 0.00% 12,833,996,893.00 12,833,996,893.00 12,833,996,893.00 12,833,996,893.00 12,833,996,893.00
2.4.2 Belanja Bantuan Keuangan 1.01% 389,779,081,171.58 393,871,761,523.88 397,810,479,139.12 401,788,583,930.51 405,806,469,769.82

3 Pembiayaan -13.41% 11,500,000,793.95 12,523,775,520.24 8,000,000,000.00 6,143,859,917.42 7,499,990,000.07


3.1 Penerimaan Pembiayaan 0.00% 25,000,000,793.95 22,523,775,520.24 20,000,000,000.00 21,143,859,917.42 24,999,990,000.07
3.1.1 SiLPA 0.00% 25,000,000,793.95 22,523,775,520.24 20,000,000,000.00 21,143,859,917.42 24,999,990,000.07
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan 0.00% 0 0 0 0 0
Hasil penjualan kekayaan daerah yang
3.1.3 0.00% 0 0 0 0 0
dipisahkan
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 0.00% 0 0 0 0 0
Penerimaan kembali pemberian
3.1.5 0.00% 0 0 0 0 0
pinjaman daerah
Penerimaan pembiayaan lainnya sesuai
3.1.6 dengan ketentuan peraturan 0.00% 0 0 0 0 0
perundang-undangan
3.2 Pengeluaran Pembiayaan 8.94% 13,500,000,000.00 10,000,000,000.00 12,000,000,000.00 15,000,000,000.00 17,500,000,000.00
Pembayaran cicilan pokok utang yang
3.2.1 0.00% 0 0 0 0 0
jatuh tempo
3.2.2 Penyertaan modal daerah 8.94% 13,500,000,000.00 10,000,000,000.00 12,000,000,000.00 15,000,000,000.00 17,500,000,000.00
3.2.3 Pembentukan dana cadangan 0.00% 0 0 0 0 0
3.2.4 Pemberian pinjaman daerah 0.00% 0 0 0 0 0
Pengeluaran pembiayaan lainnya
3.2.5 sesuai dengan ketentuan perautran 0.00% 0 0 0 0 0
perundang-undangan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran 0.00 0.00 0.00 0.00
*Proyeksi keuangan masih dikaji oleh tim Penyusun RPJMD Kabupaten Ngawi 2021-2026

III-177
A. Kebijakan Pendapatan

Dari Tabel 3.9 di atas diproyeksikan bahwa


kapasitas kemampuan keuangan daerah Pemerintah
Kabupaten Ngawi untuk 5 Tahun ke depan hingga
berakhirnya masa berlaku RPJMD 2022-2026,
Pendapatan Asli Daerah diproyeksikan meningkat rata-
rata 4,99 % per tahun. Dengan meningkatnya
perekonomian yang diindikasikan dengan
pertumbuhan ekonomi, maka potensi obyek pajak dan
retribusi akan meningkat.
Untuk mencapai pendapatan daerah
sebagaimana yang diproyeksikan pada Tabel 3.9.
kebijakan pengelolaan pendapatan daerah diarahkan
pada :
1. Memantapkan Kelembagaan dan Sistem
Operasional Pemungutan Pendapatan Daerah.
2. Meningkatkan Pendapatan Daerah dengan
intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber
pendapatan yang memperhatikan aspek legalitas,
keadilan, kepentingan umum, karakteristik
daerah dan kemampuan masyarakat dengan
memegang teguh prinsip-prinsip akuntabilitas dan
transparansi.
3. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang
Pendapatan Daerah dengan Pemerintah Pusat,
SKPD Penghasil, Kabupaten dan Kota, serta POLRI.
4. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan
masyarakat sebagai upaya meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi
daerah.

III-178
5. Meningkatkan peran dan fungsi BUMD, UPT dan
Balai Penghasil dalam peningkatan pelayanan dan
pendapatan.
6. Meningkatkan pengelolaan asset dan keuangan
daerah.
7. Meningkatkan kinerja pendapatan daerah melalui
penyempurnaan sistem administrasi dan efisiensi
penggunaan anggaran daerah.
8. Meningkatkan kinerja pelayanan masyarakat
melalui penataan organisasi dan tata kerja,
pengembangan sumber daya pegawai yang
profesional dan bermoral, serta pengembangan
sarana dan fasilitas pelayanan prima dan
melaksanakan terobosan untuk peningkatan
pelayanan masyarakat.
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, yang merupakan revisi dari UU
Nomor 34 Tahun 2000, jenis Pendapatan Asli Daerah
terdapat beberapa perubahan, yaitu: jenis pajak daerah
meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir,
Pajak Air Tanah, PBB dan BPHTB. Sedangkan untuk
Retribusi Daerah telah ditentukan secara jelas jenis
retribusi yang dapat dipungut. Jenis retribusi yang
telah dilaksanakan saat ini, masih tetap berlaku,
bahkan memungkinkan untuk lebih dikembangkan
sesuai dengan peraturan dan kewenangan.
Pendapatan daerah yang berasal dari dana
perimbangan, khususnya dari dana bagi hasil pajak
dan bukan pajak, kebijakan diarahkan pada

III-179
optimalisasi dan revitalisasi sumber-sumber obyek
pajak dan peningkatan pengelolaan sumberdaya alam
dengan mengindahkan keberlanjutan dan pelestarian
lingkungan.

B. Kebijakan Belanja Daerah

Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip


penganggaran, belanja daerah disusun melalui
pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada
pencapaian hasil dari input yang direncanakan.
Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan
akuntabilitas perencanaan anggaran serta menjamin
efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam
program dan kegiatan. Dalam rangka mengatur
penggunaan anggaran belanja daerah agar tetap
terarah, efisien dan efektif, maka arah kebijakan
belanja daerah tahun anggaran 2022-2026 sebagai
berikut :
1. Pengelolaan belanja daerah sesuai dengan anggaran
berbasis kinerja (performance based) untuk
mendukung capaian target kinerja utama
sebagaimana ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten
Ngawi Tahun 2022-2026 dengan menganut prinsip
akuntabilitas, efektif dan efisien dalam rangka
mendukung penerapan anggaran berbasis kinerja;
2. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka
pelaksanaan urusan pemerintahan Kabupaten Ngawi
yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan
sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan
perundang-undangan;

III-180
3. Pemanfaatan belanja yang bersifat reguler/rutin
diutamakan untuk memenuhi belanja yang bersifat
mengikat antara lain pembayaran gaji PNS, belanja
bagi hasil kepada kabupaten/kota, dan belanja
operasional kantor dengan prinsip mengedepankan
prinsip efisien dan efektif;
Berdasarkan proyeksi kapasitas kemampuan
keuangan daerah, selanjutnya ditetapkan kebijakan
alokasi dari kapasitas kemampuan keuangan daerah
tersebut kedalam 2 Kelompok Prioritas, yaitu Prioritas I
dan Prioritas II.

C. Kebijakan Pembiayaan Daerah

1. Kebijakan pembiayaan daerah, dari aspek


penerimaannya akan diarahkan untuk
meningkatkan akurasi pembiayaan yang bersumber
dari sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya
(SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan
pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian
pinjaman dan penerimaan piutang daerah.
2. Terkait dengan pinjaman daerah, Pemerintah Pusat
telah membuka kesempatan bagi pemerintah
daerah yang memenuhi persyaratan, untuk
melakukan pinjaman sebagai salah satu instrumen
pendanaan pembangunan daerah. Hal ini bertujuan
untuk mempercepat pembangunan daerah dalam
rangka meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Namun demikian, mengingat adanya
konsekuensi kewajiban yang harus dibayar atas
pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah

III-181
dimaksud, seperti angsuran pokok, biaya bunga,
denda, dan biaya lainnya, pemerintah daerah akan
terus mengedepankan prinsip kehati-hatian
(prudential management), profesional, dan tepat
guna dalam penggunaan potensi pinjaman daerah
tersebut agar tidak menimbulkan dampak negatif
bagi keuangan daerah.
3. Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah
daerah untuk menggalang dana pinjaman
pemerintah daerah yang bersumber dari
masyarakat sebagai salah satu sumber pendanaan
daerah. Sumber pendanaan tersebut adalah obligasi
daerah untuk mendanai investasi sektor publik
yang menghasilkan penerimaan dan memberikan
manfaat bagi masyarakat.
4. Pada aspek pengeluaran pembiayaan, sebagai
pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya, akan
mencakup: pembentukan dana cadangan;
penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah;
pembayaran pokok utang; dan pemberian pinjaman
daerah. Untuk itu kebijakan pengeluaran
pembiayaannya meliputi : Pengeluaran pembiayaan
direncanakan untuk pembayaran hutang pokok
yang jatuh tempo, penyertaan modal BUMD disertai
dengan revitalisasi dan restrukturisasi kinerja
BUMD dan pendayagunaan kekayaan milik daerah
yang dipisahkan dalam rangka efisiensi
pengeluaran pembiayaan termasuk kajian terhadap

III-182
kelayakan BUMD, dan Dana Bergulir (Kredit
Program).

3.3.2. Perhitungan Kerangka Pendanaan

SILPA menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58


tahun 2005 merupakan selisih lebih realisasi penerimaan
dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.
Berkaitan dengan keberadaan SILPA (Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran) tersebut dapat bermakna positif
ataupun negatif. Bermakna positif Jika SiLPA tersebut
merupakan hasil dari efektifnya penerimaan PAD
sehingga terjadi over target dan dibarengi oleh efisiensi
anggaran belanja pemerintah daerah. Sedangkan SiLPA
bermakna negatif bila berasal dari tertundanya belanja
langsung program dan kegiatan pada Pemerintah Daerah.
SiLPA yang terdapat pada APBD Kabupaten Ngawi
sebagian besar berasal dari tertundanya belanja langsung
program dan Kegiatan. Hasil evaluasi terhadap SiLPA
tersebut diharapkan dapat menjadi rencana kedepan agar
Kabupaten Ngawi dapat secara efektif menjalankan
program yang telah direncanakan sehingga jumlah SiLPA
Kabupaten Ngawi dapat diperkecil. Dari tabel komposisi
penutup surplus/defisit riil anggaran Kabupaten Ngawi
terhitung dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020
mengalami kenaikan sisa lebih perhitungan anggaran
(SiLPA) setiap tahunnya. Meskipun Kabupaten Ngawi
mengalami surplus setiap tahunnya, namun tidak terjadi
pemborosan untuk penggunaannya, sehingga simpanan
danapun tetap dapat dilakukan dengan batas wajar
simpanan yang diperbolehkan sesuai dengan peraturan

III-183
perundang-undangan. Adapun komposisi penyumbang
SILPA dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut ini :

III-184
Tabel 3.10 Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Untuk mendanai Pembangunan Daerah
Kabupaten Ngawi

PROYEKSI
No Uraian 2022 2023 2024 2025 2026
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.

1 Pendapatan 2,384,766,724,512.85 2,442,400,106,984.45 2,501,774,338,819.66 2,562,962,532,312.56 2,626,041,995,905.90


Pencairan dana cadangan ( Sesuai
2 0 0 0 0 0
dengan Perda )
Sisa lebih riil Perhitungan
3 25,000,000,793.95 22,523,775,520.24 20,000,000,000.00 21,143,859,917.42 24,999,990,000.07
Anggaran
Total Penerimaan 2,409,766,725,306.80 2,464,923,882,504.69 2,521,774,338,819.66 2,584,106,392,229.98 2,651,041,985,905.97
Dikurangi :
4 Belanja Tidak Langsung 1,720,141,041,018.42 1,744,907,398,477.01 1,770,246,726,929.59 1,796,734,515,819.88 1,824,190,464,190.51
5 Pengeluaran Pembiayaan 13,500,000,000.00 10,000,000,000.00 12,000,000,000.00 15,000,000,000.00 17,500,000,000.00
Kapasitas riil kemampuan
676,125,684,288.38 710,016,484,027.67 739,527,611,890.07 772,371,876,410.09 809,351,521,715.46
keuangan
Sumber: Perhitungan dan Proyeksi Laporan Realisasi Anggaran Daerah Tahun 2022-2026

III-185
Tabel 3.11 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Ngawi
Proyeksi
Uraian 2022 2023 2024 2025 2026
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
Kapasitas Riil 676,125,684,288.38 710,016,484,027.67 739,527,611,890.07 772,371,876,410.09 809,351,521,715.46
Kemampuan Keuangan

Prioritas I 395,461,377,288.92 415,535,975,096.11 435,807,588,404.93 468,456,109,483.29 491,523,888,394.93


Prioritas II 264,825,513,553.06 275,919,847,158.62 282,553,156,545.60 282,270,223,877.76 296,003,665,804.52
Prioritas III 15,838,793,446.40 18,560,661,772.94 21,166,866,939.54 21,645,543,049.04 21,823,967,516.01
Sumber: Perhitungan dan Proyeksi Laporan Realisasi Anggaran Daerah Tahun 2022-2026

III-186
Kapasitas riil Pemerintah Provinsi Jawa Timur
selama 5 tahun yang akan datang, dipergunakan untuk
membiayai 3 kelompok prioritas sebagai berikut:

1. Prioritas Pertama Untuk membiayai belanja wajib yang


ketentuannya diatur didalam peraturan Perudang-
undangan, antara lain :
a. Belanja Fungsi Pendidikan, bahwa anggaran
pendidikan sekurang kurangnya 20% dari APBD
berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional;
b. Belanja Fungsi Kesehatan, bahwa anggaran
kesehatan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% dari
APBD sesuai Undang-Undang No 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
c. Belanja Infrastruktur, penggunaan dana transfer
umum yang terdiri dari DAU dan DBH yang bersifat
umum, diarahkan penggunaannya untuk belanja
infrastruktur daerah minimal 25%, sesuai Peraturan
Menteri Keuangan RI;
d. Belanja Moda Transportasi, besarannya 10% dari
Pajak Kendaraan Bermotor sesuai Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah;
e. Belanja Yang Bersumber Dari Pajak Rokok, 70 %
untuk BBH kab/kota, 30% hak provinsi dengan
komposisi : 50% specific grant dan 50% block grant,
dari yang 50% specific grant, 75 % untuk iuran JKN.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 Tahun 2017
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 40 Tahun 2016 Tentang Petunjuk

III-187
Teknis Penggunaan Pajak Rokok Untuk Pendanaan
Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Sedangkan Belanja Mengikat atau (Mandatory
Expenditure), digunakan untuk sebagai berikut :
a. Belanja Pegawai
Belanja Pegawai yang digunakan untuk Belanja
Pegawai BLUD dan Belanja Pegawai BOS, Honor
Pengelola Keuangan, Barang Daerah dan Sistem
Informasi;
b. Belanja JKN, yang bersumber dari Pajak Rokok;
c. Belanja DAK BOS;
d. Belanja Operasional Kantor; dan
e. Belanja Fungsional (RS dan UPT OPD yang
melaksanakan PPK BLUD).
Juga untuk memenuhi belanja yang ditentukan
oleh peraturan perundang-undangan yaitu Belanja
Pendidikan, Belanja Kesehatan, Belanja Moda
Transportasi, Belanja Infrastruktur, Belanja Gaji dan
Tunjangan, Belanja Bagi Hasil Pajak, Belanja Bantuan
Keuangan kepada Partai Politik dan Belanja Tidak
Terduga.
2. Prioritas Kedua
Selain untuk memenuhi prioritas pertama, kapasitas
riil juga digunakan untuk memenuhi belanja dalam
rangka menjalankan visi misi Bupati dan Wakil Bupati
terpilih tahun 2021–2026.
3. Prioritas Ketiga
Untuk membiayai prioritas penyelenggaraan
Pemerintah Daerah lainnya.

III-188
III-189
Analisis isu-isu strategis Kabupaten Ngawi menjadi sub
bagian penting tak terpisahkan dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Ngawi 2021-2026.
Permasalahan pembangunan daerah merupakan “gap expectation”
antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang
direncanakan serta antara hal yang ingin dicapai dimasa datang
dengan kondisi riil saat perencanaan dibuat. Potensi permasalahan
pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang
belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak
diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak
diantisipasi.
Tujuan dari perumusan permasalahan pembangunan daerah
adalah untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi
keberhasilan/kegagalan kinerja pembangunan daerah dimasa lalu,
khususnya yang berhubungan dengan kemampuan manajemen
pemerintahan dalam memberdayakan kewenangan yang
dimilikinya. Selanjutnya, identifikasi permasalahan pembangunan
dilakukan terhadap seluruh bidang urusan penyelenggaraan
pemerintahan daerah secara terpisah atau sekaligus terhadap
beberapa urusan.
Perumusan isu-isu strategis dilakukan melalui serangkaian
identifikasi, evaluasi dan analisis berbagai faktor yang akan menjadi
tantangan dan hambatan pembangunan yang harus dipecahkan
dan dicapai melalui program dan kegiatan selama 5 tahun ke depan.
Proses analisis isu strategis dimulai dari identifikasi permasalahan
menurut urusan pemerintahan dan dilanjutkan dengan analisis
lingkungan strategis baik internasional, regional maupun daerah.
Hasil proses identifikasi isu-isu strategis ini selanjutnya dilakukan
konsultasi publik untuk memberikan tambahan bobot/urgensi
setiap isu strategis yang disusun, sehingga akan dapat dihasilkan
daftar isu strategis setiap urusan pemerintahan.

IV-189
Pembentukan isu-isu strategis di Kabupaten Ngawi dilakukan
berdasarkan komponen terhadap analisis hasil pembangunan
periode sebelumnya; telaah terhadap dokumen RPJPD Kabupaten
Ngawi 2005-2025; telaah terhadap dokumen RPJMN 2020-2024;
telaah terhadap RPJM Provinsi Jawa Timur 2019-2024; telaah
terhadap isu internasional; telaah terhadap Platform Bupati
Terpilih; telaah terhadap dokumen Kualitas Lingkungan Hidup;
analisis yang berasal dari dunia akademik, usaha/bisnis, sosial
budaya, dan lain sebagainya yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penjelasan dalam bentuk skematik disajikan dalam gambar di
bawah ini.

Analisis
Permasalahan
Pembangunan
Periode Lalu

Penelaahan Isu Strategis


RPJMN 2020- Internasional,
2024 Nasional, dan
Regional yang
Penetapan Mempengaruhi
Isu-Isu
Strategis
Penelaahan Kabupaten RTRW dan
RPJPD Ngawi KLHS
Kabupaten
Ngawi 2005-

Gambar 4.1 Pembentukan Isu-Isu Strategis Kabupaten Ngawi


Sumber: Diolah oleh Tim Penyusun

4.1. Permasalahan Pembangunan

Permasalahan pembangunan terjadi akibat


adanya perbedaan antara kinerja pembangunan yang
dicapai dengan rencana pembangunan yang
ditargetkan. Perbedaan tersebut diperoleh berdasarkan
perbandingan capaian setiap indikator kinerja

IV-190
pembangunan dengan standar (SPM/SDGs/Standar
Nasional/Target tahunan di dalam RPJMD/Capaian
tahun sebelumnya atau tren), sebagaimana telah
dbahas pada bagian Analisis Penyelengaraan
Pemerintahan Daerah (BAB II).
Permasalahan pembangunan di Kabupaten
Ngawi dijabarkan melalui indikator di setiap
bidang/urusan yang belum mencapai hasil yang
ditetapkan berdasarkan perbandingan dengan standar
internasional, nasilonal ataupun regional. Berikut ini
adalah identifikasi permasalahan berdasarkan urusan
pembangunan daerah.

Tabel 4.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Urusan


Pembangunan

Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan

Penerapan good and


clean government Belum tercapainya
dalam penyelenggaraan pemerintahan yang Integritas ASN belum
pemerintahan di bersih melalui optimal
kabupaten ngawi pendekatan spip
belum optimal

Penguatan SPIP pada


masing-masing OPD
belum optimal
ASN belum
Pengelolaan
memahami ketentuan
keuangan daerah
pengelolaan
belum optimal
keuangan daerah
Kepatuhan pengelola
keuangan daerah
terhadap ketentuan
masih rendah

Kualitas laporan
keuangan pemerintah
daerah belum optimal

IV-191
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan

Belum terpenuhinya
Belum terbentuk
Faktor- faktor
Forum PRB
pendukung penguatan
(Pengurangan Risiko
kebijakan dan
Bencana)
kelembagaan

Belum adanya
peraturan tentang
penyebaran informasi
kebencanaan
Belum adanya
Dokumen RPB
(Rencana
Penanggulangan
Bencana)
Belum adanya
kerjasama
penanggulangan
bencana antar daerah

Belum terpenuhinya belum adanya


faktor - faktor laporan profil
pendukung pengkajian ancaman kawasan
resiko dan rawan bencana per
perencanaan terpadu jenis bencana

Belum menyusun
dokumen kajian
resiko bencana

Belum terpenuhinya
Belum adanya
Faktor - faktor
sop/dokumen
pendukung
Rencana Operasi
Pengembangan sistem
penanggulangan
informasi, diklat dan
bencana
logistik

Belum adanya
kesepakatan bersama
antar lintas sektor
baik lembaga
pemerintah,masyarak
at,dunia usaha dalam
penanggulanagn
bencana

Belum adanya
Perbub/peraturan
yang mengatur terkait
mekanisme data dan
informasi bencana

IV-192
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Belum adanya
aplikiasi kebencanaan
yang dimiliki daerah
kab/kota yang
terhubung dg aplikasi
pendataan
kebencanaan
Nasional
Belum adanya
penilaian kinerja Tim
TRC dan pusdalops
Belum adanya Surve
kepuasan Masyarkat
tentang Gladi
Kesiapsiagaan
Bencana

Rencana pengadaan
Kebutuhan Peralatan
dan Logistik belum di
dasarkan pada
Rencana Kontijensi

Belum adanya SOP


Penanganan
penyediaan energi
listrik pada saat
penanganan darurat
bencana

belum adanya
dokumen rencana
kontijensi yang
memuaat pemenuhan
kebutuhan pangan
yang
memeprtimbangkan
sekenario bencana
terparah dan belum
adanya dokumen
kajian resiko yang
memuat kebutuhan
pangan skenario
bencana jangka
pendek.
Pelaksanaan Sekolah
Belum terpenuhinya
Madrasah Aman
faktor -faktor
Bencana belum
pendukung
mencapai 75 % dari
Penanganan Tematik
total jumlah sekolah
Kawasan rawan
didaerah rawan
Bencana
bencana

IV-193
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
belum ada Kajian
Belum terpenuhinya
pengurangan
faktor -faktor
intensitas bajir
Peningkatan efektivitas
dengan
pencegahaan dan
biopori/sumur
mitigasi bencana
resapan

belum ada kajian


perlindungan daerah
tangkaapan air thd
dampak banjir
belum ada kajian
dampak banjir
setelah restorasi
sungai
Belum ada
peraturan/regulasi
tentang pengelolaan
lingkungan hidup
kawasan rawan
longsor
belum ada kajian ttg
manfaat penguatan
lereng untuk
mengurangi
intensitas tanah
longsor
belum ada
perda/perbub atau
kebijakan terkait
pengembangan
sisitem pengelolan
dan pemantauan area
hulu DAS

Belum terpenuhinya
faktor -faktor Belum menyususn
perkuatan Dokumen Rencana
kesiapsiagaan dan Operasi ( RENOP)
penanganan darurat BANJIR
bencana
Sistem Peringatan
dini banjir belum
masuk dalam
Rencana kegiatan dan
anggaran

IV-194
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Pelatihan,simulasi
dan uji sistem
peringatan dini secara
berkala oleh multi
stakeholder belum
dilaksakan
Dokumen rencana
kontijensi tanah
longsor belum
tersusun
Belum ada
SOPtanggap darurat
tanah longsor yang
mendasar kepada
rencana kontijensi
Sistem Peringatan
dini banjir belum
masuk dalam
Rencana kegiatan dan
anggaran
Dokumen rencana
kontijensi Kekeringan
belum tersusun
Belum ada
SOPtanggap darurat
kekeringan yang
mendasar kepada
rencana kontijensi
Sistem Peringatan
dini kekeringan
belum masuk dalam
Rencana kegiatan dan
anggaran
Belum ada SOP
Penentuan status
tanggap darurat

Prosedur pengerahan
tim relawan/TRC
dalam ketepatan dan
kecepatan melakukan
kaji cepat bencana
belum terukur

Belum ada SOP


Penghentian masa
Tanggap darurat ke
rehabilitasi dan
rekonstruksi

IV-195
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Belum ada
Belum terpenuhinya
peraturan/
faktor -faktor
SOP/Juknis rencana
penegmbangan sistem
pemulihan pelayanan
pemulihan bencana
dasar

Belum ada Regulasi/


peraturan mengenai
bantuan rumah rusak
akibat bencana
Belum ada Dokumen
perencanaan
Rehabilitasi dan
Rekonstruksi yang
disusun oleh lintas
sektor dan
mempertimbamgakn
kajian resiko bencana

Prosedur ekspor yang Keterbatasan finasial


Biaya Ekspor Tinggi
rumit Pelaku Usaha

Kurangnya
Belum maksimalnya
Belum adanya hak kesadaran pelaku
fasilitas yang di
paten terhadap produk usaha tentang
berikan oleh
ngawi pentingnya hak
pemerintah
paten produk
Belum adanya Kurang sadarnya
fasilitasi dari para eksportir akan
Belum terbentuknya
pemerintah untuk pentingnya asosiasi
asosiasi eksportir
pembentukan dalam pengembangan
asosiasi eksportir usaha
Pengetahuan
pedagng Informal Kurang adanya
mengenai pembinaan dan
Sumber Daya Manusia
pemasaran/kwalitas pelatihan bagi
barang masih pedagang informal
kurang
Permintaan
Stok barang di konsumen
Distribusi barang
peredaran di hari hari meningkat yang
kurang lancar
tertentu kurang tidak di imbangi
stok barang
Kebutuhan barang
pokok dan barang Kurang lancarnya
Tidak stabilnya harga
penting lainnya jaringan distribusi
barang pokok dan
yang meningkat barang kebutuhan
barang penting lainnya
sedangkan stok pokok dan barang
pada saat tertentu
barang tidak penting lainnya
memenuhi

IV-196
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya kurangnya sarana
kesadaran pelaku prasarana tera-tera
usaha untuk ulang ( gedung,
melakukan tera-tera kendaraan dan
ulang peralatan uji tera)
kurangnya jumlah
SDM pelaku uji tera

kurangnya sosialisasi
kepada pelaku usaha
dan masyarakat
Masih belum
lengkapnya sarpras
Kualitas Sarana dan
Masih kurangnya penunjang di pasar
prasarana pasar
kualitas sarana (pojok anak, pojok
daerah yang kurang
distribusi perdagangan laktasi, kebutuhan
memadai
Kamar mandi,
Mushola, dll)
Banyak pasar yang
kualitas
kebersihannya masih
kurang
Masih kurang
Manajemen
optimalnya
pengelolaan pasar
manajemen
belum berbasis IT
pengelolaan pasar
Belum terkelolanya
pasar produk
unggulan, pasar
pariwisata, dll
Kurangnya
pembinaan
manajemen
pengelolaan pasar
Kurangnya
Belum optimalnya
pembinaan
pemberdayaan dan
pemberdayaan dan
peningkatan fungsi
peningkatan fungsi
pasar
pasar
Tidak terpenuhinya Peralatan yang Minimnya modal
order dari pembeli / dimiliki IKM masih untuk revitalisasi
buyer sederhana peralatan produksi

Produk IKM susah


Produk yang Kurangnya
masuk ke pasar yang
dihasilkan tidak pemahaman IKM
lebih luas
memenuhi akan standarisasi
(regional/nasional/inte
standarisasi produk produk
rnasional

IV-197
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan

kesadaran pengusaha
belum optimalnya
Tidak terpenuhi Hak dalam melaksanakan
norma kerja (BPJS,
Pekerja peraturan UU tenaga
Upah, Cuti, Lembur)
kerja masih kurang

kesadaran pengusaha
Uang pesangon dan Keharmonisan dan pekerja dalam
penghargaan tidak antara perusahaan melaksanakan
sesuai ketentuan UU dengan pekerja peraturan UU tenaga
kerja masih kurang

tidak adanya
kesesuaian SDM kurang
Belum memahami
pemahaman mengenai memahami dalam
hak dan kewajiban
keanggotaan dalam melaksanakan
dalam berorganisasi
pelaksanaan hak dan organisasi serikat
serikat pekerja
kewajiban serikat pekerja
pekerja
program kerja
Operasional Lembaga
kegiatan lembaga keterbatasan SDM
Kerja Triparti
belum tersusun
Dalam penyusunan
tidak adanya Tidak ada koordinasi
peraturan
kesesuaian pendapat antara pengusaha
perusahaan tidak
mengenai Peraturan dan pekerja dalam
melibatkan pekerja
perusahaan dan penyusunan
dan tidak
Perjanjian kerja peraturan
disosialisasikan
bersama perusahaan
kepada pekerja
jumlah kesempatan
banyaknya kerja tidak keterbatasan
pengangguran sebanding dengan informasi pasar kerja
jumlah pencari kerja
Tidak terpenuhi Hak kesadaran pengusaha
belum optimalnya
Pekerja terkait dalam melaksanakan
jaminan sosial
Jaminan sosial dan peraturan UU tenaga
tenaga kerja
tenaga kerja kerja masih kurang

kesadaran pengusaha
belum optimalnya
Tidak terpenuhi Hak dalam melaksanakan
norma kerja (BPJS,
Pekerja peraturan UU tenaga
Upah, Cuti, Lembur)
kerja masih kurang
kesempatan kerja
Tingginya tingkat dan sarana kualitas pencari kerja
pengangguran prasarana pelatihan yang rendah
terbatas

IV-198
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya
sensitivitas
Kurangnya
Masih adanya Eksekutif dan
pendalaman dan
kewenangan daerah legislatif terhadap
pemahaman terhadap
yang belum dilegalkan kewenangan daerah
tugas dan fungsi
dengan Perda yang belum
DPRD
ditindaklanjuti
dengan Perda
Kurangnya
sinkronisasi antara
Legislatif dan
Eksekutif
Masih adanya
permasalahan di Belum optimalnya
masyarakat yang interaksi antara Penunjang
belum terselesaikan DPRD dengan Urusan
dan diatur dalam masyarakat
aturan

Masih adanya Perda


yang belum dilakukan
harmonisasi

Adanya Perda yang


sudah ditetapkan
namun belum di
tindaklanjuti dengan
Perbup dan Pedoman
Teknis

Masih Tingginya
Kurangnya
potensi Penyusunan Masih kurangnya
kapasitas SDM
APBD, PAPBD, pemahaman SKPD
dalam Penyusunan
Penjabaran APBD dan tentang Penyusunan
Rencana Anggaran
Penjabaran PAPBD KUA dan PPAS
Daerah
yang tidak tepat waktu

Kurangnya Sarana
masih kurangnya
dan prasarana
pemahaman SKPD
pendukung dalam
tentang Penyusunan
Penyusunan
Perubahan KUA dan
Rencana Anggaran
PPAS
Daerah
masih kurangnya
pemahaman SKPD
tentang Penyusunan
RKA SKPD

IV-199
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan

masih kurangnya
pemahaman SKPD
tentang Penyusunan
Perubahan RKA SKPD

masih kurangnya
pemahaman SKPD
tentang Penyusunan
DPA SKPD

masih kurangnya
pemahaman SKPD
tentang Penyusunan
Perubahan DPA
SKPD
masih kurangnya
pemahaman
Penyusunan
Peraturan Daerah
tentang APBD dan
Peraturan Kepala
Daerah
tentang Penjabaran
APBD

masih kurangnya
pemahaman dalam
Penyusunan
Peraturan Daerah
tentang Perubahan
APBD dan Peraturan
Kepala Daerah
tentang Perubahan
Penjabaran APBD

masih kurangnya
pemahaman dalam
Penyusunan Regulasi
serta Kebijakan
Bidang Anggaran

masih kurangnya
pemahaman
Perencanaan
Anggaran Pendapatan
masih kurangnya
pemahaman
Perencanaan
Anggaran Belanja
masih kurangnya
pemahaman
Perencanaan
Anggaran Pembiayaan

IV-200
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
masih kurangnya
pemahaman
Perencanaan
Penganggaran Daerah

kurangnya Sarana
dan Prasarana dalam
Pengelola Kuangan
Daerah di bidang
Perencanaan
Anggaran Daerah

kurangnya Kapasitas
SDM Pengelola
Kuangan Daerah dan
SDM Pengelola
Keuangan OPD
tentang Perencanaan
Anggaran Daerah
kurangnya
Adanya ketidaktepatan Kapasitas SDM
Laporan Terlambat
waktu dalam laporan Pengelola Kuangan
Daerah
kurangnya Kapasitas
kurangnya
SDM Pengelola
Adanya tidak Kapasitas SDM
Kuangan Daerah dan
terealisasinya anggaran Pengelola Kuangan
SDM Pengelola
Daerah
Keuangan OPD
Kesalahan Kurangnya
pembebanan belanja pengetahuan regulasi
masih terjadi
Masih terdapat ketidaksesuaian
Masih terdapat tidak
kelemahan-kelemahan regulasi antar
Kesesuaian SAP
hasil audit BPK peraturan perundang-
undangan
Masih kurang Masih kurangnya
Kecukupan data pengungkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan
Masih ditemukan
Masih terdapat adanya kelemahan
kelemahan SPI dalam
Efektifitas SPI penyusunan Laporan
Keuangan
Masih ditemukan
Masih ditemukan
adanya
Ketidakpatuhan
ketidakpatuhan
Peraturan
terhadap ketentuan
Perundang-
peraturan perundang-
undangan
undangan dalam PKD

IV-201
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Masih belum tepat
waktu dan terakses Data belum tersedia Konsistensi data
secara uptodate

kurangnya Kapasitas
Sarana dan
SDM Admi/User
Prasarana belum
Pengelola Informasi
memadai
Keuangan Daerah
Laporan Aset Tetap Laporan aset tetap SKPD melaporkan
dan Laporan dan laporan laporan aset tetap
Persediaan tidak tepat persediaan tidak dan persediaan
waktu tepat waktu terlambat
Dalam pelaporan
aset/ persediaan
tidak terinci
Banyaknya reklas
aset
Aplikasi pelaporan
aset belum maksimal

Kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM)
/ Pengurus Barang
kurang maksimal
(gonta-ganti pengurus
dan berpendidikan
rendah
Belum tertib
administrasi Penghapusan dan
penghapusan dan pemindahtanganan
Belum optimalnya
pemindahtanganan dalam bentuk tidak
penghapusan dan
dalam bentuk sesuai dengan
pemindahtanganan
(penjualan, tukar peraturan perundang-
BMD
menukar, hibah undangan yang
atau penyertaan berlaku.
modal)
Pengamanan fisik dan Pengamanan fisik Monitoring dan
administrasi BMD dan administrasi pencatatan aset tidak
belum optimal BMD belum optimal tertib
Aset tanah (tanah
darat, tanah bawah
jalan dan tanah
bawah irigasi) yang
belum bersertifikat
Belum ada papan
tanda kepemilikan

IV-202
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurang tertibnya
Kurang tertibnya OPD tidak melakukan
mekanisme/pengelol
mekanisme/pengelolaa inventarisasi
aan inventarisasi
n inventarisasi Barang terhadap BMD yang
Barang Milik Daerah
Milik Daerah (BMD) dimilikinya
(BMD)
Belum terlaksananya
pemuktahiran
pembukuaan BMD

Dalam
pengadaan/pembelia
n tidak sesuai kode
belanja, sedangkan
Banyaknya reklas pengadaan barang
Banyaknya reklas aset
aset pendukung
dianggarkan sesuai
kode belanja
tersendiri sesuai
klasifikasinya
Dalam satu lokasi
banyak SKPD yang
Status kepemilikan Penggunaan BMD
menggunakan
aset yang tidak jelas tumpang tindih
/membangun/menar
uh BMD
BMD tidak sesuai
dalam
penyelenggaraan
/pelaksanaan tupoksi
SKPD
Pemanfaatan BMD
(sewa, pinjam pakai,
Pemanfaatan BMD
KSP, BGS/BSG)
Pemanfaatan BMD tidak sesuai dengan
tidak sesuai dengan
kurang optimal ketentuan peraturan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
perundang-
undangan
Kualitas Sumber Pengurus Barang
Kualitas Sumber Daya
Daya Manusia kurang maksimal ,
Manusia (SDM) /
(SDM) / Pengurus gonta-ganti pengurus
Pengurus Barang
Barang kurang dan berpendidikan
kurang maksimal
maksimal rendah
Masih adanya masih terjadi ketidak
ketidak sesuaian sesuaian regulasi
Masih dibutuhkan
indikator dan Target dengan peraturan
penyesuaian Peraturan
Kegiatan, Sub perundang-
Pusat dan Daerah
kegiatan dengan undangan yang
Peraturan Terbaru terbaru
Banyaknya Potensi
Pendapatan Daerah
Keterbatasan SDM
yang belum tergali
(terdaftar)

IV-203
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Munculnya Wajib
Pajak Baru yang
belum didaftar
Kapasitas Band
With jaringan masih Aplikasi Sering lemot
kurang memadai
Pengembangan fitur
aplikasi
menyesuaikan
perkembangan
Tehnologo Informasi
saat ini
Belum sinkronnya
Belum sinkronnya data potensi Pajak
data potensi Pajak dengan kondisi
sekarang
Data Base Ganda, Data Base Ganda,
Fitur Pencairan Fitur Pencairan
Searching untuk Searching untuk
kasus tertentu, kasus tertentu, Back
Back Up Basis data Up Basis data
Kualitas Sumber Kualitas Sumber
Daya Manusia Daya Manusia kurang
kurang maksimal maksimal
kepatuhan dan
Pengelolaan Kurangnya sosialisasi
kesadaran wajib
Pendapatan Daerah dan pembinaan
pajak atau retribusi
yang belum optimal kepada msyarakat
yang relatif rendah
belum dilakukan
Identifikasi potensi
pemutakhiran data
sumber pendapatan
potensi pendapatan
yang belum optimal
daerah

Kurangnya Kapasitas
Lemahnya
Sumber
pengawasan atas
Daya Manusia (SDM)
pelaksanaan
pengelolaan
pemungutan pajak
pendapatan daerah
daerah dan retribusi
baik dalam kuantitas
daerah
maupun kualitas

Belum ada
Belum optimalnya Belum optimalnya perumusan Kebijakan
Komunikasi
pengelolaan informasi pengelolaan dan Teknis yang
dan
dan komunikasi publik layanan informasi mengakomodir
Informatika
di Kabupaten Ngawi' publik Bidang Informasi dan
Komunikasi Publik

IV-204
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya
pemahaman
masyarakat untuk
melaporkan dan
menyampaikan
aspirasi dan
pengaduan
Belum ada penetapan
agenda prioritas
komunikasi
pemerintah daerah

Belum terstruktur
nya pengelolaan
konten dan
perencanaan media
komunikasi publik
Masih rendahnya
kapasitas SDM
dalam mengelola
konten dan
perencanaan media
komunikasi publik
Masih rendahnya
kapasitas SDM
dalam mengelola
media komunikasi
publik
Pengoptimalan peran
radio sebagai saluran
penyebaran informasi
Sarana dan
prasarana peralatan
radio yang sudah
tidak layak
Belum Optimalnya
Belum optimalnya Belum optimalnya PPID Pembantu
pengelolaan informasi pengelolaan dan dalam menyajikan
dan komunikasi publik layanan informasi data informasi publik
di Kabupaten Ngawi' publik di masing-masing
OPD.
Belumada regulasi
untuk juklak dan
juknis pelaksanaan
koordinasi
komunikasi
(Bakohumas)dan
fungsinya untuk
kegiatan publikasi,
promosi , peliputan,
dan dokumentasi

IV-205
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
kegiatan Pemerintah
Daerah dan publik

Kurangnya
pendampingan bagi
Belum optimalnya Belum optimalnya
masyarakat pedesaan
pengelolaan informasi pengelolaan dan
agar semakin cerdas
dan komunikasi publik layanan informasi
dalam memanfaatkan
di Kabupaten Ngawi' publik
dunia digital secara
baik dan benar

Pemberitaan dan
Branding yang harus
selalu update
Masih rendahnya
kapasitas SDM
dalam penguatan
sumber daya
komunikasi publik
Sarana dan
prasarana belum
sesuai spesifikasi
khusus dalam rangka
penguatan kapasitas
SDM
Belum tersedia
perturan daerah
untuk juknis dan
juklak, pelaksanaan
kerjasama publikasi
dengan media dan
banyaknya media
yang masuk

Kurang optimalnya
SDM dan sarana
penunjang (peralatan)
untuk meningkatkan
kualitas liputan dan
dokumentasi liputan

Minimnya Layanan Minimnya Orientasi


Belum optimalnya
Publik dan Layanan Publik dan
layanan publik dan
Pemerintah Berbasis Pemerintahan
pemerintahan
Elektronik/Web Berbasis Elektronik

IV-206
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Aplikasi yang ada,
Tidak ada standar Minimnya terjadinya
tidak memiliki
dalam pengembangan Integrasi Aplikasi dan
standar yang sama,
aplikasi yang Data Sistem Informasi
sehingga sulit untuk
terintegrasi Pemkab.
di integrasikan
Topografi dan topologi
wilayah menyebabkan
Infrastruktur Masih adanya wilayah
jaringan yang belum yang belum
optimal terjangkau
infrastruktur jaringan
TIK
Kurangnya
pemahaman
pemerintah desa
dalam
mengalokasikan
infrastruktur TIK
Kurangnya peran
Minimnya integrasi
Belum optimalnya APIP dalam
pelayanan administrasi
Tata Kelola SPBE Pengawasan
Pemerintahan
Pelaksanaan SPBE
- Tidak
terintegrasinya
aplikasi; berdampak
pada besar kecilnya
anggaran TIK;
Penerapan SPBE
- tidak dimilikinya
bagi Layanan
dokumentasi
Internal Birokrasi
arsitektur dan peta
dan Layanan Publik
jalan SPBE yang
Tidak menjadi
digunakan sebagai
prioritas program
acuan pengembangan
kerja pembangunan
SPBE;
sesuai visi misi pada
- tidak ada komitmen
Instansi
bersama
Pusat/Pemerintah
pengembangan SPBE
Daerah.
antar unit;
- dokumen rencana
induk tidak
berkekuatan untuk di
jalankan.
Belum optimalnya
pengelolaan Data
Centre dan Call
Center
Belum optimalnya
sistem komunikasi
intra pemerintah
daerah
Minimnya integrasi
pelayanan
administrasi
Pemerintahan

IV-207
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan

- Minimnya Integrasi
Perencanaan,
Penganggaran, dan
Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah,
Akuntabilitas Kinerja,
Pemantauan dan
Evaluasi

Kurangnya komitmen
Minimnya
Masterplan Smart City stakeholder terkait
tumbuhnya
Existing tidak sesuai dalam implementasi
ekosistem Smart
dengan kebutuhan Smart City secara
City
menyeluruh
Kapasitas SDM belum Belum terwujudnya Rendahnya
sesuai dengan SDM TIK yang pemahaman tentang
kebutuhan optimal pemanfaatan TIK

Kapasitas SDM belum Belum terwujudnya Rendahnya


sesuai dengan SDM TIK yang pemahaman tentang
kebutuhan optimal pemanfaatan TIK

Belum adanya tupoksi Belum terwujudnya Pengetahuan akan


GCIO fungsi GCIO GCIO kurang
Kualitas dan Standarisasi dan
Standar baku statistik kuantitas data integrasi data
sektoral Skala statistik yang belum statistik sektoral
Kabupaten/Kota sesuai dengan skala
standar baku Kabupaten/Kota
Pelaksanaan
Tata kelola statistik Masih rendahnya
mekanisme
sektoral Skala pengelolaan data
penjaminan kualitas
Kabupaten/Kota administrasi
data
Capacity Building
Ketersediaan
terkait produk
kuantitas dan
statistik, rule
kualitas SDM
statistik, bisnis
statistik di
Sumber Daya Manusia proses statistik,
pemerintah Statistik
diseminasi produk
provinsi/kab/kota
statistik sektoral
yang belum
skala
memadai
Kabupaten/Kota
Rendahnya
kepercayaan Belum ada standart
pengguna data baku dan tidak
terhadap Data sinkron
Statistik Sektoral
Lemahnya koordinasi
antar OPD dan
keterbukaan
informasi belum
optimal

IV-208
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Belum optimalnya
manajemen
kelembagaan statistik
sektoral
Ketersediaan
infrastruktur yang
mendukung Pengadaan
kegiatan statistik infrastruktur yang
Infrastruktur
sektoral di mendukung kegiatan
pemerintah statistik daerah
kab/kota yang
belum memadai
Pengelolaan data
belum
dikoordinasikan
secara terpadu

Transformasi fungsi
persandian dalam
Fungsi identifikasi
menjamin keamanan e-
kerentanan dan Pembangunan dan
government atau sistem
penilaian risiko di penerapan fungsi
pemerintahan berbasis
bidang keamanan identifikasi dan
elektronik dan
informasi belum deteksi di bidang
mendukung
terlaksana secara keamanan informasi
pembentukan
efektif dan efisien
ekosistem kota pintar
(smart city)

Keamanan informasi
perlu mengikuti
Fungsi proteksi di
perkembangan TIK Pembangunan dan
bidang keamanan Persandian
yang sangat pesat penerapan fungsi
informasi belum
memberi peluang proteksi di bidang
terlaksana secara
inovasi TIK dalam keamanan informasi
efektif dan efisien
penyelenggaraan
pemerintahan

Lemahnya kebijakan
tata kelola dan
Fungsi
manajemen
penanggulangan dan
keamanan informasi
pemulihan di bidang
p Pemerintah
keamanan informasi
Daerahlola dan
belum terlaksana
manajemen
secara efektif dan
keamanan informasi
efisien
di lingkup
Pemerintah Daerah

IV-209
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Lemahnya kebijakan
Penataan dan tata kelola dan
kedudukan manajemen
organisasi keamanan informasi
pelaksana urusan p Pemerintah
pemerintah bidang Daerahlola dan
persandian belum manajemen
dilakukan sesuai keamanan informasi
ketentuan di lingkup Pemerintah
Daerah
Kurangnya
kapasitas dan Belum optimalnya
kapabilitas sumber jaring komunikasi
daya manusia di sandi internal
bidang keamanan pemerintah daerah
informasi

Masih kurangnya
minat pemuda dan
pemudi dalam 5 sector
(Pendidikan, Sosial
Budaya dan Pariwisata, kurangnya sumber
melakukan
Pengelolaan Sumber daya pemuda yang
pembinaan yang
daya Alam dan fokus pada
berkelanjutan
Lingkungan, Industri bidangnya
Pangan dan Kesehatan,
Komunikasi dan
Informasi). Umur 16
s/d 30 th.

kurangnya mengadakan Kepemudaan


kerjasama lintas koordinasi lintas
sektor sektor
kurangnya pelaksanaan
pembinaan kepada pelatihan ketrampilan
pemuda individu / kelompok

kurangnya siswa
yang mengikuti mengadakan seleksi /
seleksi paskibraka pelatihan pasibraka
tingkat nasional
melakukan
kurangnya peran pembinaan
serta organisasi keorganisasian
kepemudaan kepada organisasi
kepemudaan

IV-210
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya peran
Kurangnya peran organisasi Melakukan
Kwarda Kabupaten Kepramukaan pembinaan
Ngawi tingkat dalam Organisasi
Propinsi/Nasional pengembangan kepramukaan
pemuda dan pemudi
Kurangnya Atlet masih kurangnya
Masih kurangnya atlet
yang mengikuti sarana prasarana
berprestasi di tingkat
kejuaraan tingkat olahraga yang sesuai
provinsi
propinsi standar
Kurangnya
kompetensi pelatih
pada setiap cabor
Pembinaan atlet yang
kurang tepat sasaran

Kurangnya event
penjaringan atlet Olahraga
berbakat usia dini
(<17 th)

kurangnya peran
serta masyarakat
dalam mengikuti
olahraga rekreasi
kurangnya
pembudayaan
olahraga rekreasi
Banyaknya jenis seni Kurangnya
Kurangnya event
dan budaya yang kelompok
pertunjukan seni dan
tidak masyarakat dalam
budaya adat tradisi
diminati/punah/tidak menjaga budaya
yang dilaksanakan
aktif dalam berekspresi
Kurangnya/minimnya
data kelompok
kesenian
Kurangnya/minimnya
pemahaman dan
pengetahuan
kelompok seni
tentang Kebudayaan
pengembangan
pemajuan
kebudayaan
Kurangnya minat
masyarakat
Kurangnya
Kurangnya pembinaan
kepedulian terhadap keorganisasian
lembaga adat terhadap lembaga
/aliran kepercayaan adat /aliran
kepercayaan

IV-211
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya/minimnya
pemahaman dan
Kurangnya pengetahuan
kemampuan kelompok seni
kelompok seni tentang
dalam berekspresi pengembangan
pemajuan kesenian
tradisional
Kurangnya Kurangnya
kepedulian pemahaman
masyarakat masyarakat terhadap
terhadap nilai pentingnya nilai
sejarah sejarah
Kurangnya Kurangnya
kepedulian pemahaman
masyarakat masyarakat terhadap
terhadap pentingnya pentingnya cagar
cagar budaya budaya
Belum optimalnya kurang maksimalnya
fungsi museum pengelolaan museum
kurangnya
kurangnya pelatihan
Rendahnya daya saing kemampuan dalam
yang dilakukan
Destinasi Wisata di pengelolaan dan
kepada pelaku usaha
kabupaten ngawi pengembangan
wisata
usaha wisata
Kurangnya
monitoring dan
evaluasi yang
dilakukan
kurangnya peran
serta masyarakat
dalm pengembangan
wisata
kurangnya pelaku
usaha wisata yang
memiliki sertifikasi
kompetensi Pariwisata
Kurang optimalnya kurangnya promosi
promosi yang pariwisata yang
dilakukan dilaksanakan
Kurangnya event
pemasaran
pariwisata yang
dilaksanakan
Belum adanya
dokumen rencana
pengembangan
pemasaran pariwisata
belum adanya
kerjasama dan
kemitraan yang
dilaksanakan

IV-212
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya sarana
Belum adanya
dan prasarana
destinasi pariwisata
pendukung
yang ditetapkan
pariwisata
Kurangnya dokumen
perencanaan
pengembangan
destinasi pariwisata
yang disusun

Kurangnya sarana
dan prasarana yang
pariwisata yang
memenuhi standart

Belum adanya
pendampingan
terhadap masyarakat
dalam pengelolaan
destinasi pariwisata

Kurangnya
Minimnya daya saing Kurangnya pelaku kemampuan dan
pelaku ekonomi kreatif ekonomi kreatif kesempatan pelaku
di Kabupaten Ngawi yang berkompeten ekraf dalam bidang
pemasaran
Kurangnya kesadaran
pelaku ekonomi
kreatif dalam
melindungi hasil
kreatifitasnya
Kurangnya
kemampuan Sumber
daya pelaku ekonomi
kreatif dalam hal
produksi,
manajemen,
pemanfaatan
Teknologi Informasi
Kurangnya
sinergitas antar OPD Belum seluruh Desa
Belum meratanya
dalam memiliki
layanan perpustakaan
pengembangan perpustakaan
perpustakaan
Belum seluruh
sekolah memiliki Perpustakaan
perpustakaan
Kurangnya
pembinaan
perpustakaan desa
dan perpustakaan
sekolah

IV-213
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan

Masih kurangnya
perpustakaan yang
menerapkan layanan
digital
Masih kurangnya
layanan
perpustakaan di area
publik/fasilitas
umum (pojok baca
digital, taman baca,
dll)
kesulitan dalam kurangnya
Belum optimalnya mendapatkan pemahaman
pelestarian budaya informasi masyarakat mengenai
lokal keberadaan naskah pentingnya naskah
kuno kuno
Koordinasi antar
Rendahnya Indeks Lemahnya sumber Organisasi kearsipan
Kearsipan daya kearsipan kurang berjalan
dengan baik

Kurangnya SDM
Kearsipan
Kearsipan
Sarana dan
Prasarana Kearsipan

Kurangnya
pemahaman PD,
BUMD, dan Desa/Kel
tentang Kearsipan
Pendidikan ideologi
Pemahaman Belum adanya
Pancasila pada Unsur
masyarakat terhadap kurikulum terkait
pendidikan Formal Pemerintahan
ideologi Pancasila Penguatan ideologi
dan Non Formal Umum
menurun Pancasila
kurang optimal
Pemahaman ideologi Kesatuan
Pancasila pada Bangsa dan
organisasi Politik
kemasyarakatan
belum optimal
Masuknya paham- Adanya perbedaan
paham radikal persepsi terhadap
ideologi
Adanya provokasi dari
kelompok radikal

IV-214
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Munculnya kerawanan Masih adanya kasus Kurangnya sosialisasi
sosial akibat penyalahgunaan terkait resiko
penyalahgunaan Narkotika penyalahgunaan
Narkotika Narkotika

Belum terbentuknya
BNNK untuk
pencegahan
penyalahgunaan
narkotika
Munculnya kerawanan Kurangnya Data aliran
sosial akibat kesamaan hak yang kepercayaan dan
kurangnya kepedulian diperoleh oleh penghayatnya yang
terhadap masyarakat penghayat aliran belum up to date
beraliran kepercayaan kepercayaan

Kurangnya
pembinaan terkait
ideologi Pancasila
terhadap penghayat
kepercayaan
Kurangnya
pemahaman terhadap
hak dan kewajiban
bagi penghayat
kepercayaan
Menurunnya Dampak negatif dari Kurang optimalnya
pemahaman kemajuan teknologi pendidikan wawasan
masyarakat terhadap kebangsaan sejak
wawasan kebangsaan usia dini
dan cinta tanah air

Adanya pengaruh
negatif dari luar
negeri/budaya barat

kurangnya
pembinaan
wawasan
kebangsaan
Kurangnya peran Kurangnya update data ormas
ormas dalam pembinaan kepada kurang lengkap
mendorong wawasan ormas untuk
kebangsaan mendorong wasbang
aturan teknis terkait
pendataan dan
pembinaan ormas
dari pusat yang
sering mengalami
perubahan

IV-215
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya data orang asing yang
pengawasan orang belum ter update
asing, tenaga kerja secara periodik
asing, lembaga asing
terhadap pentingnya
wasbang
Adanya keberadaan
orang asing yang
melanggar aturan

Kurangnya kurangnya Belum adanya


pemahaman pembinaan politik pedoman teknis
masyarakat tentang kepada masyarakat terkait pembinaan
pendidikan politik pendidikan politik
Pembinaan politik
kepada parpol yang
kurang optimal

rendahnya Adanya apriori


kesadaran politik masyarakat terhadap
masyarakat proses politik
(masyarakat hanya
sebagai objek politik)

Masih kurangnya Masih banyaknya


jumlah linmas di linmas dengan usia
masing-masing desa di atas 60 th
Kurangnya keahlian
kelinmasan
Masih kurangnya
kualitas
performance
anggota linmas
Belum adanya
imbalan jasa
anggota linmas yang Ketentraman,
memadai Ketertiban
Kurangnya Umum, dan
pemahaman Perlindungan
masyarakat Masyarakat
terhadap tugas
fungsi linmas
Kurangnya kuantitas
dan kualitas SDM
Masih banyaknya Masih kurangnya
warga yang melanggar pemahaman
PERDA/PERKADA masyarakat terhadap
penegakan
PERDA/PERKADA
Kurangnya jumlah
PPNS

IV-216
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Penanganan pemadam Belum terbentuknya Belum adanya RISPK
kebakaran belum Wilayah Manajemen sebagai acuan
sesuai dengan standar Kebakaran/WMK pembentukan WMK
Respon Time dan (hanya ada 1 pos
belum induk)
terselenggaranya ops
pencarian dan
pertolongan

Standar personil
WMK belum
terpenuhi minimal 1
kab personil PMK =
jml penduduk/5000
Kurangnya
kompetensi personil
PMK
Belum terpenuhinya
sarpras WMK sesuai
standar (gedung,
mobil PMK, peralatan
PMK)
Masih minimnya Kurangnya
fasilitas umum, pemahaman
gedung stakeholder terkait
perkantoran, dan kewajiban setiap
tempat aktivitas gedung memiliki alat
masyarakat yang proteksi kebakaran
dilengkapi dengan
alat proteksi
kebakaran
Belum adanya
personil PMK yang
telah mempunyai
sertifikat inspektur
pemadam
Akreditasi PAUD yang Kurangnya guru
masih rendah yang memenuhi
standar kualifikasi
dan kompetensi
Kurangnya tenaga
kependidikan
(Kepala Sekolah,
Pengawas Sekolah,
Penilik Sekolah, Pendidikan
Administrasi
Sekolah)
Kurangnya sarana
prasarana PAUD
(ruang kelas, APE,
alat pendukung
pembelajaran)

IV-217
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya
kesejahteraan
tenaga pendidik dan
kependidikan PAUD
Kurangnya BOP di
daerah-daerah
terpencil (syarat
BOP minimal murid
9 orang)
Mayoritas PAUD
didominasi oleh
lembaga swasta,
perlu adanya
minimal 1 PAUD
Negeri di tiap
kecamatan
Kurangnya peran
pemerintah desa
dalam
penyelenggaraan
PAUD di wilayahnya
APK SD Kabupaten Kurangnya guru Masih banyak guru
Ngawi mengalami yang memenuhi yang belum S1
kondisi fluktuaktf standar kualifikasi
dan kompetensi
Banyak Lembaga SD Terbaginya (SD/MI)
yang di regrouping yang dikelola oleh
Kemenag
Masih banyaknya Kurangnya kwalifikasi
guru SD yang belum dan kemandirian
bisa menyusun guru dalam
Rencana Program menyusun RPP
Pembelajaran (RPP)
sesuai standar
kurikulum
Kurangnya sarana Kurangnya
prasarana SD pemeliharaan ruang
(ruang kelas dan kelas
alat pendukung
pembelajaran,
perpustakaan,alat
olahraga dan
kesenian)
APK SMP Kabupaten Kurangnya jumlah Tidak ada Rekrutmen
Ngawi mengalami guru SMP PNS di Kab.Ngawi
penurunan
Kurangnya tenaga Belum semua guru
pendidik dan SMP di Kbupaten
kependidikan yang ngawi berkualifikasi
memenuhi standar S1
kualifikasi dan
kompetensi

IV-218
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya sarana Kurangnya
prasarana SMP pemeliharaan ruang
(ruang kelas dan kelas
alat pendukung
pembelajaran,
laboratorium,
perpustakaan, alat
bantu olahraga, alat
bantu kesenian)
Kurang lengkapnya
jenis ruang
laboratorium (IPA,
bahasa, TIK)
Kurangnya SDM
pengelola
laboratorium
Kurang lengkapnya
alat bantu olahraga
dan kesenian
Kurangnya
pemenuhan UKS
sesuai standar
Kurangnya jumlah
jamban sekolah
sesuai standar

Masih banyaknya
guru SMP yang
belum bisa
menyusun Rencana
Program
Pembelajaran (RPP)
sesuai standar
kurikulum
Kurangnya
penggalian potensi
dan prestasi siswa
di bidang akademis
(sains) dan non
akademis (olahraga,
seni)
Kurangnya
penerapan
pendidikan agama
kurangnya
penerapan
pendidikan mental
dan karakter

IV-219
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
APM SD Kabupaten Kurangnya jumlah Tidak ada Rekrutmen
Ngawi mengalami ASN guru SD PNS di Kab.Ngawi
kondisi fluktuaktif
Kurangnya jumlah Masih banyak kepala
kepala sekolah sekolah yang
merangkap lebih dari
1 sekolah
Kurangnya jumlah Karena ada yang
pengawas sekolah pensiun
Kurangnya tenaga Banyaknya guru yang
pendidik dan kualifikasinya belum
kependidikan yang linier
memenuhi standar
kualifikasi dan
kompetensi
Adanya SD yang Adanya murid yang
kekurangan murid mutasi ke luar
Kabupaten Ngawi

Adanya murid yang


sekolah di Kabupaten
lain karena tinggal di
daerah perbatasan
dan jaraknya lebih
dekat
Kurangnya sarana Kurangnya
prasarana SD pemeliharaan ruang
(ruang kelas dan kelas
alat pendukung
pembelajaran,
perpustakaan,alat
olahraga dan
kesenian)
Kurang lengkapnya
jenis ruang
laboratorium TIK
Kurangnya SDM
pengelola
laboratorium TIK

Kurang lengkapnya
alat bantu olahraga
dan kesenian

Kurangnya
pemenuhan UKS
sesuai standar
Kurangnya jumlah
jamban sekolah
sesuai standar

IV-220
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
APM SMP Kabupaten Masih banyaknya
Ngawi mengalami guru SMP yang
kondisi fluktuaktif belum bisa
menyusun Rencana
Program
Pembelajaran (RPP)
sesuai standar
kurikulum
Kurangnya
penggalian potensi
dan prestasi siswa
di bidang akademis
(sains) dan non
akademis (olahraga,
seni)
Kurangnya
penerapan
pendidikan agama
kurangnya
penerapan
pendidikan mental
dan karakter
Belum semua Sekolah Kurangnya guru
SD terakreditasi B yang memenuhi
standar kualifikasi
dan kompetensi
Kurangnya sarana
prasarana SD
(ruang kelas dan
alat pendukung
pembelajaran,
perpustakaan,alat
olahraga dan
kesenian)
Siswa SD yang
selalu berkurang
Belum semua Sekolah Kurangnya guru
SMP terakreditasi B yang memenuhi
standar kualifikasi
dan kompetensi
Kurangnya sarana
prasarana SMP
(ruang kelas dan
alat pendukung
pembelajaran,
perpustakaan,alat
olahraga dan
kesenian)
Siswa SMP yang
selalu berkurang

IV-221
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan

Masih kurangnya
Penerapan teknologi
Belum optimalnya pengetahuan,
budidaya tanaman
produktivitas dan kemampuan dan
pangan belum
mutu tanaman pangan keterampilan SDM
optimal
tanaman pangan.

Budidaya tanaman
pangan masih
konvensional

Belum optimalnya
pemanfaatan alat dan
mesin pertanian (on
farm);
Belum optimalnya
fungsi kelembagaan
pengelolaan alat dan
mesin pertanian (on
farm);

Ketersediaan pupuk
bersubsidi yang
terbatas
Lahan pertanian Alih fungsi lahan
yang berkurang pertanian Pertanian
Ketersediaan air
Keterbatasan
untuk budidaya
prasarana irigasi
tanaman terbatas
Tidak adanya
Masih tingginya
pergiliran tanam dan
serangan OPT
varietas;
Fenomena perubahan
iklim
Produktivitas dan Tanaman
Belum optimalnya
mutu produk keras/tahunan sudah
produktivitas dan
tanaman banyak yang tua dan
mutu produk
perkebunan dan Kurang produktif;
perkebunan dan
hortikultura belum berkurangnya
hortikultura
optimal kesuburan tanah;

Kurangnya sarana
dan prasarana
pendukung produksi;

Pengetahuan dan
kemampuan SDM
Petani perkebunan
dan hortikultura
masih kurang

IV-222
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Masih kurangnya
Belum optimalnya
Usaha peternakan pengetahuan,
produktivitas dan
masih sampingan/ kemampuan dan
mutu produk
tradisional keterampilan SDM
peternakan
peternakan.

Lemahnya
permodalan peternak
Tingginya resiko
budidaya ternak
Pelaksanaan
Pengawasan
kegiatan kesehatan
peredaran obat hewan
hewan belum
belum optimal
optimal
Masih kurangnya
pengetahuan,
kemampuan dan
keterampilan SDM
peternakan.
belum optimalnya
prasarana dan sarana
laboratorium
kesehatan hewan
Masih kurangnya
pengetahuan
masyarakat terhadap
pentingnya produk
hewan yang ASUH
Belum optimalnya
Belum optimalnya Prasarana dan sarana
peran/fungsi
diseminasi teknologi BPP yang kurang
kelembagaan
budidaya pertanian memadai
pertanian
Masih kurangnya
Belum optimalnya pengetahuan,
media penyuluhan kemampuan dan
pertanian keterampilan SDM
pertanian.
Media penyuluhan
masih terbatas
Masih adanya koperasi SDM koperasi tidak Kurangnya sosialisasi
tidak aktif mengetahui perundang-undangan
peraturan yang tentang koperasi
berlaku
Adanya koperasi yang Adanya koperasi Tingkat kesadaran Koperasi,
tidak aktif yang tidak SDM Usaha kecil,
melaksanakan RAT KSP/USPkoperasi dan Menengah
yang rendah terhadap
penilaian kesehatan
koperasi

IV-223
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Usaha mikro yang Jumlah usaha Terbatasnya usaha
memiliki legalitas dan mikro yang tidak mikro yang difasilitasi
belum melakukan mengalami kenaikan mengikuti
pengembangan omset dan aset pelatihan,sosialisasi
diversifikasi produk dan pengembangan
teknologi
Pertumbuhan usaha 1. Data usaha mikro 1. Belum tersedianya
mikro kecil/lambat sulit/tidak ada 2. data usaha mikro
Usaha mikro sulit yang up to date dan
berkembang akurat 2. Masih
kurangnya
kemampuan SDM UM
Banyak koperasi tidak 1. Pengurus jenuh 1. Regenerasi
aktif 2. Usaha monoton pengurus 2.
3. Inovasi kurang Jenis usaha yang
kurang variatif
3. Kurangnya
wawasan SDM
dibidang
perkoperasian dan
regulasi
Kurang data Kurang koordinasi Koperasi tidak
perkembangan KSP/USP dengan melaksanakan RAT
KSP/USP dinas
Kecilnya jumlah usaha 1. Kualitas SDM 1. SDM usaha mikro
mikro yang naik status kurang 2. Standarisasi
menjadi usaha kecil 2. Standarisasi produk yang masih
produk yang masih kurang
kurang 3. Penghitungan
omset dan aset masih
dihitung secara
manual
Validitas data UMK Kegiatan pendataan 1. Merubah mindset
kurang kurang masyarakat
2. Kurangnya inovasi
produk
3. Teknologi Tepat
Guna kurang
memadai
Banyak calon Anggaran kurang Pemberitahuan kuota
transmigran tidak memadai terjadi ditengah
berangkat tahun sehingga
penganggaran kurang
memadai
Belum terpenuhinya Masih banyak jalan Kurangnya
PSU yang layak akses yang rusak pemeliharaan Perumahan
dan belum memadai Rakyat dan
Kawasan
Pemukiman

IV-224
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Belum terpenuhinya Masih banyak jalan Belum
PSU yang layak akses yang rusak dilaksanakannya
dan belum memadai pembangunan jalan
akses kawasan
strategis
Kurangnya koordinasi
lintas sektor terkait
jalan lingkungan

Masih kurangnya Kurangnya


jumlah drainase pemeliharaan dan
yang memadai realisasi
pembangunan
Belum terpenuhinya Masih tingginya Belum tersedianya
kebutuhan air bersih prosentase SPAM Jaringan
penduduk penduduk yang Perpipaan di kawasan
belum terlayani air perdesaan dan
bersih dengan perkotaan, Belum
kuantitas memadai optimalnya
dan kualitas yang pemanfaatan Idle
baik capacity SPAM yang
sudah terbangun
Pengolahan limbah Ketersediaan sarana Rendahnya
domestik belum dan prasarana kesadaran
dilaksanakan secara pengolahan air masyarakat terhadap
optimal limbah domestik PHBS, sarana
belum memadai prasarana yang
tersedia belum sesuai
dengan standar
teknis, belum
optimalnya
pemafaatan idle
capacity sarana
prasarana air limbah
domestik
Masih banyaknya Ketidakmampuan Pendapatan rumah
rumah tangga MBR rumah tangga MBR tangga MBR yang
yang menempati membangun rumah masih di bawah UMK
rumah tidak layak yang layak huni
huni
- belum tersedianya Pemilik tanah Meningkatnya harga
tanah untuk menghendaki ganti tanah setiap tahun
kepentingan umum rugi melebihi
appraisal
masih adanya kondisi Kondisi eksisting Pengendalian tonase
jalan yang tidak sebagian jalan kendaraan yang
mantap ( kondisi rusak belum sesuai belum optimal
ringan dan rusak berat standart Pekerjaan
) Umum dan
Penataan
kondisi tanah labil Ruang

IV-225
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kondisi peralatan
kebinamargaan
kurang memadai
Daerah Milik Jalan Daerah Milik Jalan
belum sesuai yang belum sesuai
standar jalan standar
kabupaten
Belum memiliki alas
hak (sertifikat) aset di
bawah jalan

Data Base Jalan dan


Jembatan belum
tersedia
Kelengkapan jalan
yang belum memadai
Masih adanya kondisi Masih adanya Banyaknya
Jaringan Irigasi yang Jaringan Irigasi kehilangan air irigasi
kurang memadai rusak maupun atau kebocoran pada
kondisi sebagian Jaringan Irigasi
saluran yang belum
sesuai standart
Masih adanya Daerah Masih banyaknya Besarnya laju
Irigasi belum terlayani saluran irigasi yang sedimentasi yang
dengan cukup penuh dengan masuk saluran irigasi
sedimentasi dan lebih tinggi dibanding
Debit air yang dengan pengerukan
mengecil sedimennya
Umur bangunan Kurangnya -
pemerintah sudah pemeliharaan
melebihi umur rencana gedung pemerintah

Adanya perubahan Perlu revisi RTRW Perubahan rencana


pola ruang RTRW oleh strategis nasional
rencana strategis
nasional

Masih adanya Kurangnya akses Kurangnya jumlah


masyarakat yang masyarakat untuk SDM Operator
belum memiliki mendapatkan Adminduk
dokumen adminduk pelayanan dokumen
lengkap kependudukan
Administrasi
Tidak adanya layanan Kependudukan
pendaftaran dan Pencatatan
penduduk di tingkat Sipil
desa
belum ada monitoring
layanan adminduk di
desa

IV-226
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurang optimalnya
layanan adminduk
keliling

masih adanya
penduduk yang
belum punya
dokumen
kependudukan
/rentan
masih adanya
penduduk non
permanen yang belum
terdata
masih kurang
optimalnya
pendataan penduduk
WNA
Kurangnya Kurangnya sosialisasi
pemahaman pentingnya dikumen
masyarakat akan kependudukan
pentingnya
dokumen
kependudukan
tidak Adanya ktidaksamaan
terselesaikannya elemen data antar
permasalahan dokumen penduduk
dokumen
kependudukan
Kurang optimalnya Kurangnya
penataan ketersediaan blangko
pendaftaran pendaftaran
penduduk penduduk selain KTP
el
Kurangnya akses Kurangnya jumlah
masyarakat untuk SDM Operator
mendapatkan pencatatan sipil
pelayanan dokumen
pencatatan sipil
Tidak adanya layanan
pencatatan sipil di
tingkat desa

belum ada monitoring


layanan pencatatan
sipil di desa

Kurang optimalnya
layanan pencatatan
sipil keliling

IV-227
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurang tertibnya Kurangnya sarpras
pendokumentasian/ layanan dokumen
register pencatatan pencatatan sipil
sipil
Kurangnya jumlah
SDM Operator cetak
register
Belum tertibnya
manajemen
pengelolaan arsip

Belum adanya Kurangnya koordinasi


regulasi yang pro lintas sektor dalam
aktif menjadikan pencatatan sipil
dokumen capil
sebagai syarat
dalam berbagai
pelayanan
Implementasi SIAK adanya gangguan adanya kendala
yang harus terupdate akses SIAK teknis (sofware dan
dan terpelihara hardware), data
ganda dan anomali
Adanya Perlunya instal ulang
implementasi SIAK SIAK sesuai update
terbaru terbaru

Perlunya bimtek SIAK


terbaru
Belum optimalnya adanya penyajian adanya data per
penyajian data dan data perbulan, per semester yang harus
informasi semester dan data diolah
permintaan instansi
serta informasi
kepada masyarakat
Kebutuhan data Kurang validnya Kurangnya
kependudukan yang data kependudukan sinkronisasi data
valid dan sinkron yang dimiliki oleh kependudukan antara
dengan PD dan PD dan Pemdes data Dispenduk
Pemdes dengan PD dan
Pemdes
Kurangnya koordinasi
pemanfaatan data
kependudukan di PD
dan Pemdes

Kurang optimalnya
Sosialiasi
pemanfaatan data
kependudukan
Masih belum
efektifnya layanan
adminduk

IV-228
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Belum tersedianya Belum adanya data Belum tersedianya
profil perkembangan agregat data agregat
kependudukan sesuai kependudukan yang kependudukan yang
ketentuan telah dianalisis dianalisis
setiap tahun
Kurangnya Kurangnya petunjuk Kurangnya
pemahaman pelaksanaan di sosialisasi, edukasi,
stakeholder terhadap masing-masing dan informasi tentang
keterlibatan stake holder tentang pentingnya
perempuan dalam pengarusutamaan pengarusutamaan
politik, pengambilan gender gender
keputusan, dan
ekonomi
Belum adanya SOP
responsif gender
Kurangnya
pendokumentasian
pengarusutamaan
gender
Kurangnya koordinasi
dalam perumusan
kebijakan
pelaksanaan PUG
antar lembaga
Masih rendahnya
SDM perempuan yang
berperan sebagai Pemberdayaan
kepala keluarga Perempuan
dan
Masih minimnya Perlindungan
pengetahuan Anak
masyarakat tentang
pemberdayaan
perempuan
Masih rendahnya Masih adanya kasus Kurangnya
pemahaman KDRT perempuan pemahaman dan
masyarakat terhadap yang belum terlapor kepedulian
Pengarusutamaan masyarakat terhadap
Gender (PUG) tindak kekerasan
dalam rumah tangga
Masih adanya
anggapan bahwa
KDRT perempuan
adalah sebuah aib
keluarga sehingga
enggan untuk
melaporkan
Kurang optimalnya Belum adanya
peran kelembagaan operasional yang
dalam upaya mendukung kinerja
penanganan KDRT kelembagaan
perempuan

IV-229
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Belum optimalnya
program omah ayem
Belum adanya
kewenangan
kecamatan dalam
fasilitasi penanganan
KDRT
Kurangnya
Koordinasi dan
Sinkronisasi
Pelaksanaan
Penyediaan Layanan
Rujukan Lanjutan
bagi Perempuan
Korban Kekerasan
pada lembaga terkait
Kurangnya
Penyediaan Sarana
dan Prasarana
layanan bagi
Perempuan korban
kekerasan yang
tersedia
Belum adanya
Penyediaan
Kebutuhan Spesifik
bagi Perempuan
dalam Situasi
Darurat dan
Kondisi Khusus
Masih lemahnya
Jejaring antar
Lembaga Penyedia
Layanan
Perlindungan
Perempuan yang ada
Masih adanya
keluarga yang belum
berkwalitas
Masih adanya anak
berusia 0-17 tahun
yang memiliki akte
kelahiran
Masih adanya anak
berusia 0-17 tahun
yang memiliki KIA
(Kartu Identitas Anak)

IV-230
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Masih adanya anak
berusia 5-17 tahun
yang pernah
mengunjungi
perpustakaan/taman
bacaan
Kurangnya Kegiatan
di masyarakat dalam
upaya Peningkatan
Kualitas Keluarga
Kewenangan
Kabupaten/Kota
Belum terbentuknya
Lembaga Penyedia
Layanan Peningkatan
Kualitas Keluarga
sesuai standart
Belum adanya
standarisasi Lembaga
Penyedia Layanan
Peningkatan Kualitas
Keluarga
Masih lemahnya
jejaring penyedia
peningkatan kualitas
keluarga
Jumlah penyediaan
layanan yg
komprehensif bagi
keluarga
Belum adanya
Dokumen data
Gender dan Anak
yang tersedia
Data Gender dan
Anak belum
dimanfaatkan secara
maksimal
Kurangnya pemenuhan Kurangnya Kurangnya sosialisasi
hak anak pemahaman terhadap hak-hak
masyarakat anak
terhadap hak-hak
anak
Masih lemahnya
Jejaring antar
Lembaga Penyedia
Layanan
Perlindungan
Perempuan yang ada

IV-231
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Masih adanya pekerja Minimnya Kurangnya partisipasi
anak pendapatan stakeholder dalam
keluarga untuk penanganan anak
mencukupi bekerja di bawah
kebutuhan sehari- umur
hari
Masih adanya
anggapan bahwa
KDRT anak adalah
sebuah aib keluarga
sehingga enggan
untuk melaporkan
Kurang optimalnya Belum adanya
peran kelembagaan operasional yang
dalam upaya mendukung kinerja
penanganan KDRT kelembagaan
anak
Kurangnya
Koordinasi dan
Sinkronisasi
Pelaksanaan
Pendampingan Anak
yang Memerlukan
Perlindungan
Khusus
Kurangnya sosialisasi
KIE Perlindungan
Khusus Anak
Masih lemahnya
Jejaring antar
Lembaga Penyedia
Layanan anak yang
memerlukan
perlindungan khusus
yang ada

Kurangnya
Koordinasi dan
Sinkronisasi
Penyediaan Sarana
Prasarana Layanan
bagi Anak yang
Memerlukan
Perlindungan
Khusus

IV-232
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya
Peningkatan
Kapasitas Sumber
Daya Lembaga
Penyedia Layanan
Anak yang
Memerlukan
Perlindungan
Khusus
Minimnya SDM
lembaga KHA
Kurangnya
Koordinasi dan
Sinkronisasi
Penguatan Jejaring
antar Lembaga
Penyedia Layanan
Anak yang
Memerlukan
Perlindungan
Khusus
Masih rendahnya Masih kurangnya Kurangnya tenaga
kualitas pemahaman kualitas sosialisasi penyuluh KB di
masyarakat tentang serta Komunikasi, tingkat Desa
program Pembangunan Informasi dan
Keluarga dan Keluarga Edukasi (KIE)
Berencana (Bangga Program bangga
Kencana) Kencana di
masyarakat
Belum adanya
evaluasi yang sesuai
standart terhadap
Pelaksanaan
Mekanisme
Operasional Program Pengendalian
KKBPK Penduduk dan
Kurangnya Keluarga
kelengkapan sarpras Berencana
di Balai Penyuluh KB
Belum tercapainya
Standart Pelayanan
Minimal Program
KKBPK
Adanya fungsi IMP
yang belum optimal
Banyaknya sarana
pendukung
operasional
PKB/PLKB yang tidak
sesuai standart

IV-233
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya
kompetensi tenaga
penyuluh KB
Belum tercapainya
PPKBD dan Sub
PPKBD melakukan
kegiatan Program
KKBPK sesuai target
Ketersediaan alat dan
obat kontrasepsi yang
tidak sesuai dengan
kebutuhan
masyarakat
Belum semua Faskes
melayani KB (MOP
dan MOW)
Jumlah sarana
penunjang pelayanan
KB yang disediakan
Masih kurangnya
kompetensi Petugas
Logistik Alokon
Masih rendahnya
pengguna MKJP
Masih kurangnya
pemahaman akan
pentingnya Kespro
dan hak-hak
reproduksi bagi
kelompok kegiatan
Masih kurangnya
dukungan organisasi
kemasyarakatan dan
mitra kerja dalam
pelaksanaan
Pelayanan KB dan
Pembinaan Kesertaan
ber-KB
Belum semua Linsek
terlibat dalam
pengelolaan Kampung
KB
Belum adanya
standarisasi
pendidikan
kependudukan di
sekolah formal dan
normal

IV-234
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
belum
tersosialisasinya
pemanfaatan kajian
dampak
kependudkan kepada
pemangku
kepentingan
Masih adanya data
keluarga yang belum
valid
Penyediaan data dan
informasi
kependudukan yang
belum maksimal
Masih adanya data
yang ada pada sistem
infomasi keluarga
yang tidak update
Masih kurangnya
sarana Poktan sesuai
kebutuhan
Adanya sebagian
kader poktan yang
monoton dalam
melakukan kegiatan
Belum optimalnya
kerjasama yang
dilakukan ttg
kebijakan
Pemberdayaan dan
Peningkatan Peran
Serta Organisasi
Kemasyarakatan
dan Mitra Kerja
Lainnya Dalam
Pembinaan
Ketahanan dan
Kesejahteraan
Keluarga (BKB, BKR,
BKL, PPPKS, PIK-R
dan Pemberdayaan
Ekonomi
Keluarga/UPPKS)
Belum Tersusunnya
Masih rendahnya Melum adanya
Rencana Pengelolaan
Pengelolaan dan regulasi pengelolaan Lingkungan
Perlindungan
Perlindungan lingkungan hidup Hidup
Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup tingkat Kabupaten
(RPPLH)

IV-235
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Banyaknya
pengembangan
kawasan yang tidak
memperhatikan
kelestarian
lingkungan
Belum adanya
kajian terhadap
pengaruh
Belum tersususnya/
kebijakan,rencana
tersonkrinisasi KLHS
dan atau program
RTRW
terhadap
kondisilingkungan
hidup
Review data KLHS
RTRW
Belum tersusunya/
sinkronisasi KLHS
RPJMD
Belum disusunnya
dokumen KLHS KRP
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak/Resiko
Lingkungan Hidup
Belum Optimalnya
Rendahnya
Terjadinya Pencemaran Upaya Pencegahan
kesadarana masy terh
dan Kerusakan Pencemaran dan
pencegahan
Lingkungan Kerusakan
pencemaran
Lingkungan
Belum adanya
Sinkrosnisasi
pemenuhan Baku
Mutu
Masih tercemarnya
air sungai
Tercemarnya Tanah
akibat aktifitas
pertanian
Masih rendahnya
usaha/kegiatan yang
mengelola Limbah
Industrinya
Meningkatnya hasil
pembakaran atau
buangan dari
Bertambahnya
Polusi Udara kendaraan
kendaraan bermotor
bermotor, asap
pabrik-pabrik
industri

IV-236
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Menurunnya
Kandungan Oksigen Aktifitas industri
dalam Udara
Perilaku masyarkat
Bertambahnya Suhu
yang membakar
Udara
sampah
Penggunaan Bahan
Bakar yang tidak
ramah Lingkungan
Pembakaran jerami ,
serta Penggunaan
Pupuk Kimia
Bencana alam Belum adanya upaya
berupa Longsor/ mitigasi Perubahan
Banjir Iklim
Belum adanya
partisipasi
masyarakat dalam
meningkatkan
keahanan terhadap
dampak perubahan
iklim
Belum adanya sarana
dan Prasrana menguji
kualias air, udara
Alat untuk pengujian
rusak
Belum optimalnya Belum adanya
dalam informasi kepada
penanggulangan msyarakat terhadap
pencemaran dan dampak pencemaran
kerusakan dan kerusakan
lingkungan Lingkungan
Pencemaran/
keruskan yang mash
berlangsung
Pencemaran dan
Adanya kerusakan/
Kerusakan
pencemaran
Lingkungan yang
lingkungan
masih berlanjut
Masih adanya
pembuangan limbah
pada sungai
Terabaikannya bekas
tambang
Rusaknya habitat
sungai
Banjir
Masih rendahnya
usaha/ kegiatan yang
mengolah limbah
industrinya

IV-237
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya Belum tersusunnya
pemahaman pelaku Regulasi yang
Kurangnya otimalnya
usaha dan/atau mengatur
pengelolaan limbah B3
kegiatan terkait Penyimpanan
oleh pelaku usaha
penyimpanan Sementara Limbah
dan/atau kegiatan
sementara limbah B3 Tingkat
B3 Kabupaten
belum
Kurangnya informasi
terlaksananya
perijinan
proses perizinan
penyimpanan
penyimpan semetara
sementara limbah B3
Limbah B3
Kurangnya
kelengkapan
pemenuhan
persyaratan
administrasi dan
teknis penyimpanan
sementara limbah B3
Kurangnya
pemahaman pelaku
Kurangnya informasi
usaha dan/atau
perijinan
kegiatan terkait
pengumpulan limbah
penyimpanan
B3
sementara limbah
B3
Koordinasi dan
Sinkronisasi
Pengelolaan Limbah
Belum B3 dengan
terlaksananya Pemerintah Provinsi
proses perizinan dalam rangka
penyimpan semetara Pengangkutan,
Limbah B3 Pemanfaatan,
Pengolahan,
dan/atau
Penimbunan
Belum diakuinya Belum adanya data
Hilangnya budaya lokal keberadaan persebaran
yang berkaitan dengan MHA/kearifan keberadaan
pelestarian lingkungan lokal/pengetahuan MHA/kearifan
di masyarakat tradisional terkait lokal/pengetahuan
PPLH tradisional

Kurangnya
Kurangnya
kepedulian
pengetahuan
masyarakat dalam
masyarakat tentang
melestarikan fungsi
MHA dan kearifan
lingkungan hidup
lokal atau
pada kearifan
pengetahuan
lokal/pengetahuan
tradisional
tradisional yang ada

IV-238
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya
sosialisasi,
Kurangnya
Kurangnya kesadaran pendididikan,
pengetahuan
masyarakat dalam pelatihan dan
masyarakat terkait
perlindungan dan penyuluhan kepada
perlindungan dan
pengelolaan masyarakat/lembaga
pengelolaan
lingkungan hidup /kelompok
lingkungan hidup
masyarakat terkait
PPLH
Belum optimalnya
gerakan peduli
lingkungan hidup
Kurangnya
sosialisasi,
pendididikan,
pelatihan dan
penyuluhan kepada
masyarakat/lembaga
/kelompok
masyarakat terkait
PPLH
Kurangnya apresiasi/
Kurangnya kesadaran Kurangnya peran
penghargaan
masyarakat dalam serta masyarakat
terhadap masyarakat
perlindungan dan dalam perlindungan
yang peduli dan
pengelolaan dan pengelolaan
berbudaya
lingkungan hidup lingkungan hidup
lingkungan
Pengaduan masyarakat Kurangnya Informasi
Terkait Pengelolaan Belum optimalnya tentang tata cara
Lingkungan Hidup pengelolaan pengaduan
yang belum pengaduan masyarakat terkait
terselesaikan izin lingkungan
Belum
terakomodirnya
pengaduan
masyarakat terkait
permasalahan
lingkungan hidup
Masih adanya
sengketa yang belum
terselesaikan
Pencemaran Limbah kurangnya regulasi
Domestik (sampah) Tingginya Produksi teknis di tingkat
akibat sanitasi yang Sampah daerah terkait
tidak layak pengelolaan sampah
Kurangnya
pemanfaatan sampah
rumah tangga melalui
sistem 3R

IV-239
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Masyarakat masih
membuang
sampahnya secara
langsung tanpa
dilakukan pemilahan
Kurangnya Sarana
dan Prasrana
Pengelolaan
Persampahan
Kurangnya
pemahaman
masyarakat dalam
mengelola sampah
sulitnya merubah
pola pikir masyarakat
untuk tidak
membakar sampah
Kurangnya sosialisasi
kepada masyarakat
tentang pengelolaan
sampah melalui 3R

- Kurangnya fasilitas
sarana dan prasarana
pemilah sampah
Penanganan
- Kurangnya sarana
sampah yang
dan prasarana
berlangsung selama
pengelolaan sampah
ini masih
- Kurangnya
menggunakan
pemahaman
pendekatan
masyarakat tentang
tradisional yaitu
fungsi TPS dan TPA
“Kumpul - Angkut -
- Belum adanya
Buang”;
teknologi pengolahan
sampah yang efektif
dan efisien

IV-240
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
- Kurangnya
pemahaman pihak
swasta dalam
ketaatan ijin
lingkungan
- Kurangnya
koordinasi dan
sinkronisasi antara
pemerintah dan pihak
swasta
- Kurangnya
pendataan adanya
pihak swasta yang
melakukan
pemanfaatan,
pengolahan sampah
- Kurangnya
sosialisasi tentang
regulasi dan
kebijakan pengelolaan
sampah bagi
produsen / pihak
swasta
Kurangnya ketaatan
pelaku usaha
dan/atau kegiatan
dalam pengelolaan
sampah
Kurangnya ketaatan
pelaku usaha
dan/atau kegiatan
dalam pengelolaan
sampah
Berlum tersusunya
Menurunnya Adanya alih fungsi
pengelolaan
keanekaragaman Lahan menjadi
keaekaragaman
Hayati lahan industri
hayati kabupaten
Banjir, Longsor
Berkurangnya debit
air pada sumber
mata air
Turunnya Jumlah
Mata Air karena
kekeringan
Adanya penebangan
Hutan/lahan

Belum terkelolanya
taman Kehati di luar
kawasan hutan

IV-241
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Berkurangnya
Tidak Ada Kebun
spesies flora dan
Raya
fauna endemik
Berkurangnya
Belum optimalnya
spesies tumbuhan
pengelolaan RTH
yang ednemik
Terjadinya Belum optimalnya
kerusakan lahan pengelolaan Kehati
akibat banjir lainnya
Kurangnya
kompetensi SDM
pengelola Kehati
Kurangnya sarana
prasarana
Pengelolaan Kehati
Belum diakuinya Belum adanya data
Hilangnya budaya lokal keberadaan persebaran
yang berkaitan dengan MHA/kearifan keberadaan
pelestarian lingkungan lokal/pengetahuan MHA/kearifan
di masyarakat tradisional terkait lokal/pengetahuan
PPLH tradisional
Kurangnya
Kurangnya kepedulian
pengetahuan masyarakat dalam
masyarakat tentang melestarikan fungsi
MHA/kearifan lokal lingkungan hidup
atau pengetahuan pada kearifan
tradisional lokal/pengetahuan
tradisional yang ada
Kurangnya
sosialisasi,
Kurangnya
Kurangnya kesadaran pendididikan,
pengetahuan
masyarakat dalam pelatihan dan
masyarakat terkait
perlindungan dan penyuluhan kepada
perlindungan dan
pengelolaan masyarakat/lembaga
pengelolaan
lingkungan hidup /kelompok
lingkungan hidup
masyarakat terkait
PPLH
Belum maksimalnya
Belum optimalnya
penguatan tata kelola
gerakan peduli
dan kelembagaan
lingkungan hidup
bidang LHK
Kurangnya
sosialisasi,
pendididikan,
pelatihan dan
penyuluhan kepada
masyarakat/lembaga
/kelompok
masyarakat terkait
PPLH

IV-242
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya
Kurangnya kesadaran Kurangnya peran
apresiasi/penghargaa
masyarakat dalam serta masyarakat
n terhadap
perlindungan dan dalam perlindungan
masyarakat yang
pengelolaan dan pengelolaan
peduli dan berbudaya
lingkungan hidup lingkungan hidup
lingkungan
Belum
terakomodirnya
Belum optimalnya Belum optimalnya
pengaduan
penanganan pengelolaan
masyarakat terkait
pengaduan pengaduan
permasalahan
lingkungan hidup
Masih adanya
sengketa yang belum
terselesaikan
Kurangnya
Kurangnya sosialisasi
kesadaran
Masih adanya kepada masyarakat
masyarakat dalam
Pencemaran air dalam pengelolaan air
pengelolaan air
limbah
limbah
Masyarakat
membuang sampah
ke sungai/badan air
Belum adanya
Regulasi di daerah
yang secara spesifik
mengatur
penanganan
pencemaran air
Penanganan limbah
yang belum optimal
untuk
usaha/kegiatan
Pelaksanaan P1. P2
dan P3
(Perencanaan,
Pelaksanaan,
Belum semua
Evaluasi) di Sarana dan
puskesmas
Puskesmas belum prasarana Puskesmas
terakreditasi minimal
terlaksana sesuai belum sesuai standar
utama
dengan Permenkes
44 tahun 2016
tentang Managemen Kesehatan
Puskesmas
Kompetensi SDM
Puskesmas yang
belum sesuai standar
Tim perencana
kegiatan Puskesmas
yang belum optimal
Monev belum berjalan
optimal

IV-243
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya
Kurangnya
kepatuhan
pemahaman
pimpinan klinik
Pimpinan Klinik
untuk memenuhi
tentang standar klinik
standar klinik
Belum adanya sanksi
yang tegas kepada
Klinik yang tidak
mengikuti standar
Masih ada masyarakat Masih ada
Data masyarakat
miskin yang belum masyarakat miskin
miskin yang tidak
mendapatkan yang belum menjadi
akurat
pelayanan kesehatan peserta JKN
Pemahaman Petugas
Sistem rujukan yang IGD rumah sakit Kurangnya koordinasi
belum dilaksanakan terkait sistem sistem rujukan di
sesuai standar rujukan yang sesuai rumah sakit
standar
Belum adanya Belum adanya
ketegasan sanksi regulasi yang
terhadap petugas mengatur ketegasan
IGD rumah sakit sanksi petugas IGD
yang tidak rumah sakit yang
melaksanakan tidak melaksanakan
sistem rujukan sistem rujukan sesuai
sesuai standar standar
Kurangnya kader
Kurangnya
tanggap bencana
kesiapsiagaan Belum semua wilayah
yang mengikuti
masyarakat terhadap mempunyai kader
pelatihan tanggap
potensi bencana yang tanggap bencana
bencana yang
berdampak pada bidang kesehatan
berdampak
kesehatan
kesehatan
Adanya
Tingginya angka
keterlambatan Belum memadainya
kegawatdaruratan yang
penanganan sarpras kegawat
belum tertangani
kegawatdaruratan daruratan
dengan baik
medik
Kurangnya
kompetensi SDM
kegawatdaruratan
Belum terbentuknya
sistem Penanganan
Gawat Darurat
Terpadu
Kurangnya sarana
prasarana dan SDM Belum adanya
Pelayanan Yankestrad
pelayanan fasilitas ruang
yg belum dilaksanakan
kesehatan pelayanan kesehatan
sesuai standart
tradisional yang tradisional
sesuai standart

IV-244
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Belum tersedianya
alkes tradisional
Kurangnya SDM
berkualifikasi dan
berkompetensi
yankestrad
Kurangnya kesadaran
masyarakat tentang
kemanfaatan
kesehatan tradisional
Belum
terstandarisasinya
penyehat tradisional
dengan kepemilikan
Surat Terdaftar
Penyehat Tradisional
(STPT)
Kurangnya
Belum terintegrasi
dukungan linsek
antar OPD/linsek
dalm pemberdayaan
dalam pemberdayaan Belum adanya
masyarakat (adanya
masyarakat untuk fasilitas griya sehat
ego sektoral) dalam
peningkatan kesehatan
hal sarana
tradisional
prasarana dan SDM
Belum tersedianya
alat alatnya
Kurangnya SDM
berkualifikasi dan
berkompetensi
yankestrad
Kurangnya kesadaran
linsek tentang
kemanfaatan griya
tradisional
Masih adanya Adanya Status tanah
Sarana prasarana bangunan gedung puskesmas dan pustu
kesehatan yang belum Puskesmas dan yang masih
sesuai standar Pustu yang belum merupakan Tanah
memenuhi standar Kas Desa
Belum terpenuhinya
kecukupan ruang
pelayanan RS tipe D,
Puskesmas, Pustu
Belum terpenuhinya
sarana penunjang RS
tipe D, Puskesmas,
Pustu sesuai standar

IV-245
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Masih adanya
bangunan gedung
kesehatan yang
beralih fungsi (tidak
lagi difungsikan
sesuai
peruntukannya)
Belum terpenuhinya Belum terpenuhinya
alat kesehatan yang jumlah alkes sesuai
sesuai standar standar
Belum terpenuhinya
jenis alkes sesuai
standar
Belum terpenuhinya
kualitas alkes sesuai
standar
Belum berjalannya
penghapusan BMD
alkes yang sudah
tidak sesuai standar
dan tidak layak
Belum terpenuhinya Belum terpenuhinya
ketersediaan obat jumlah obat sesuai
sesuai standar standar
Belum terpenuhinya
jenis obat sesuai
standar
Belum terpenuhinya
kualitas obat sesuai
standar
Belum terpenuhinya
ketersediaan BMHP Belum terpenuhinya
(Barang Medis Habis jumlah BMHP sesuai
Pakai) sesuai standar
standar
Belum terpenuhinya
jenis BMHP sesuai
standar
Belum terpenuhinya
kualitas BMHP sesuai
standar
Belum terpenuhinya Belum terpenuhinya
sarana prasarana jumlah sarpras
penunjang sesuai penunjang sesuai
standar standar
Belum terpenuhinya
jenis sarpras
penunjang sesuai
standar
Belum terpenuhinya
kualitas sarpras
penunjang sesuai
standar

IV-246
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Belum terpenuhinya Banyaknya JFT
masih kurangnya
SDM kesehatan sesuai yang merangkap
SDM JFU
standar pekerjaan JFU
Adanya
Belum terpenuhinya
pendistribusian SDM
SDM fungsional
kesehatan JFT yang
tertentu (JFT)
belum merata
Masih kurangnya
kompetensi SDM JFU
Keterbatasan
Status Tanah
Pemeliharaan Sarana Anggaran BLUD
Puskesmas masih
dan Prasarana Puskesmas untuk
TKD (Tanah Kas
Puskesmas pemeliharaan
Desa)
Puskesmas
Rumah Dinas Medis
Tenaga Paramedis
dan Paramedis banyak Status Tanah masih
sudah banyak yang
yang dialih fungsi Tanah Kas Desa
memiliki rumah
untuk pelayanan (TKD)
sendiri
kesehataan
Updating Data Alkes Diusulkan
Gudang Alkes belum
belum dilakukan Penghapusan Alkes
memenuhi standart
secara berkala setiap tahun
Pelaksanaan
Keterbatasan SDM
Kalibrasi Alat Kalibrasi Alkes
Kompetensi Tenaga
Kesehatan belum dilaksanakan
Elektromedik (ATEM)
secara berkala
Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana
Belum teranggarkan
Pembangunan Rumah
Keterbatasan Kebutuhan alkes dan
Sakit Tipe Geneng 5
Anggaran sarana prasarana
tahap
lainnya
dari 45 obat
indikator, ada
Kurang optimalnya kurangnya beberapa item obat
pelaksanaan proses ketersediaan obat yang tidak digunakan
pengelolaan sediaan dan vaksin terhadap (tidak ada kasus)
farmasi sesuai standar 45 obat indikator sehingga untuk
capaian indikatornya
tidak ada perubahan
Kurangnya dukungan Pencatatan dan
SOP Pelayanan
sumber daya pelaporan obat
Kefarmasian belum
Kesehatan(SDM, (LPLPO) tidak sesuai
lengkap
Anggaran dan Sarpras) jadwal
SOP kegiatan
Kejadian Luar Biasa Penyuluhan
Makanan Minuman
(KLB) makanan keamanan pangan
belum diterapkan
minuman belum optimal
dimasyarakat
Label penyuluhan
SOP Keamanan Pangan pangan tidak Tidak mengajukan
belum optimal ditempel diusaha PIRT
dagangnya

IV-247
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Label penyuluhan
SOP Keamanan Pangan pangan tidak Tidak mengajukan
belum optimal ditempel diusaha PIRT
dagangnya
Label penyuluhan
SOP Keamanan Pangan pangan tidak Tidak mengajukan
belum optimal ditempel diusaha PIRT
dagangnya
Label penyuluhan
SOP Keamanan Pangan pangan tidak Tidak mengajukan
belum optimal ditempel diusaha PIRT
dagangnya
Belum terpenuhinya Banyaknya JFT
Masih kurangnya
SDM kesehatan sesuai yang merangkap
SDM JFU
standar pekerjaan JFU
Adanya
Belum terpenuhinya
pendistribusian SDM
SDM fungsional
kesehatan JFT yang
tertentu (JFT)
belum merata
Masih kurangnya
kompetensi SDM JFU
Adanya
Belum terpenuhinya
pendistribusian SDM
SDM fungsional
kesehatan JFT yang
tertentu (JFT)
belum merata
Masih kurangnya
kompetensi SDM JFU

Belum terpenuhinya Masih kurangnya


Masih kurangnya
SDM fungsional kompetensi SDM
kompetensi SDM JFU
tertentu (JFT) JFU
Belum
Belum terpenuhunya terpenuhunya Diklat Kompetensi
kepemilikan STR Nakes kepemilikan STR nakes belum optimal
Nakes
Masih kurangnya
SIMKADIK belum Masih kurangnya
kompetensi SDM
berjalan optimal kompetensi SDM JFU
JFU
Perijinan Tenaga Perijinan Tenaga
Kesehatan dan Masih kurangnya Kesehatan dan
Fasyankes belum kompetensi SDMKes Fasyankes belum
optimal merata
Perijinan Tenaga Perijinan Tenaga
Kesehatan dan Masih kurangnya Kesehatan dan
Fasyankes belum kompetensi SDMKes Fasyankes belum
optimal merata

IV-248
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Sistem informasi
kesehatan ( SIK )
Terkotak-kotak Kurangnya
belum berbasis
sistem informasi optimalisasi
elektronik terintegrasi
yang melndasi pelaporan data dari
untuk layanan
dikembangnya Puskesmas melalui
informasi kesehatan
inisiatif satu data aplikasi
yang lebih cepat, valid
dan resiurce sharing
Adanya perubahan Tehnologi medis
besar dalam pelayanan yang semakin Pelayanan kesehatan
kesehatan ( cara kerja canggih dalam kedepan dituntut
lama yang masih offline hardware dan akan semakin
dengan pembaharuan software dalam terkoneksi.
yang mendasar. yankes
Inovasi -inovasi
berbasis digital di
dalam pelayanan
kesehatan
Belum adanya
tehnologi terobosan
Kurangnya
sinkronisasi dan
koordinasi antar Kurangnya
Masih adanya ego
bidang serta waktu Pemahaman kepada
sektoral
perencanaan yang masing2 bidang
terkesan singkat atau
tergesa-gesa.
Kurangnya kesadaran
akan pemecahan
masalah secara
bersama
Masih berorientasi
kerja bukan kinerja
Kurang valid data
yang disajikan
Masih adanya double
penganggaran
Dokumen
perencanaan yang
Kurangnya kualitas Masih adanya data
belum komprehensif
pelaporan atau kinerja yang tidak
dan memiliki alur
dokumen kinerja berkesinambungan
logika program yang
logis;
Belum dilakukan
Kurangnya
kualitas analisis dan
kompetensi SDM
evaluasi
dalam melakukan
akuntabilitas
analisa masalah
internal

IV-249
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya
komitmen pimpinan
LAKIP tidak
untuk
dimanfaatkan oleh
memanfaatkan
manajemen untuk
informasi kinerja
perbaikan manajemen
dalam LAKIP dalam
kinerja, hanya
penyelenggaraan
sekedar kewajiban
manajemen kinerja
untuk pelaporan
di instansi
pemerintah.
Pengelolaan Blud yang Kurangnya
belum sepenuhnya pemahaman pegawai
utuh tentang BLUD;
Keterbatasan jumlah
dan kompetensi
pegawai bidang
administrasi
keuangan terutama
untuk unit pelaksana
tehnis puskesmas;
Keterbatasan sarana
dan prasarana yang
dimiliki oleh unit
pelaksana teknis
dinas/badan daerah
Belum Optimalnya
Capaian SPM belum
penggunaan dana Keterbatasan
sesuai target yang
Operasional di kompetensi SDM
ditetapkan
Puskesmas
Masih adanya ego
sektoral (programer )
Belum berorientasi
pada hasil
Tingkat
Tingkat kesadaran pengetahuan
pemilik Depo dan pemilik Depo dan Pemberian promotif
masyarakat/ masyarakat/konsu kepada pemilik Depo
konsumen terhadap men tentang dan masyarakat/
pengawasan kualitas pengawasan konsumen masih
air minum isi ulang kualitas air minum kurang
msh kurang isi ulang masih
kurang
Masalah medis juga Kurangnya
masalah sosial Kompetensi petugas
Tren Kematian Bayi
masyarakat menjadi untuk penanganan
meningkat
penyebab kematian kegawatdaruratan
Bayi Maternal Neonatal

IV-250
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya
kompetensi kader
Posyandu dalam
skreening resiko
tinggi Ibu hamil agar
tidak menjadi bayi
beresiko
Kurangnya supervisi,
Pembinaan dan
Pengawasan dari
Dinkes
Perlu kebijakan yang
kuat dan dukungan
lintas sektor dan
lintas program dalam
pemberdayaan
masyarakat
Belum terpenuhinya
sarpras dalam
Skreening resiko penanganan
tinggi bumil dan kegawatdaruratan
kegawatan BBL matneo (Maternal
belum berjalan Neonatal) di
maksimal. Puskesmas Poned
(inkubator transport,
Bidan Kit, dll)
Kurangnya kerjasama
Linsek untuk
meningkatkan
kesehatan bayi dari
hulu
Penyebab kematian
Balita sangat Masalah sanitasi
kompleks faktor menjadi faktor
keluarga, terjadinya kematian
masyarakat menjadi balita
sangat besar
Kurangnya
Sarpras di posyandu
kapasitas kader dan
tidak maksimal
guru PAUD dalam
sebagai skreening
mencegah kematian
Status kesehatan anak awal masalah balita
balita
balita menunjukkan
Kegiatan peningkatan
tren menurun
kapasitasi kader
terbatas
Pendataan kasus
penyakit pada balita
kurang
Kurangnya
pengetahuan dan
kompetensi guru
PAUD tentang
kesehatan balita

IV-251
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Adanya penyakit Kurangnya peran
Jumlah kematian ibu
bawaan ibu hamil linsek dan linprog
melampaui target yang
(darah tinggi, dalam deteksi dini ibu
ditentukan
jantung) risti
Adanya ibu hamil
pendatang dengan
kondisi resiko Ibu Hamil Pendatang
kehamilan tinggi tidak didampingi
yang tidak secara maksimal
terdeteksi dalam
pendataan ibu hamil
Keterlambatan KIE dan
sistem rujukan ibu pendampingan ibu
melahirkan hamil kurang
Kompetensi petugas
kurang
Sarpras untuk
skreening resiko
bumil kurang
Adanya faktor
nonmedis yang Kegiatan promotif
berpengaruh dan preventif masih
terhadap kematian kurang
dan kesehatan Ibu
Kematian ibu adalah
masalah yang
Tingkat pengetahuan
komplek yang Kurangnya kapasitas
ibu hamil tentang
bukan hanya Kader Posyandu dan
kesehatan masih
masalah medis GSI)
kurang
tetapi masalah
sosial.
Beban kerja bidan
desa yang terlalu
tinggi
Kurangnya kebijakan,
aturan ttg skreening
awal resiko tinggi
Kurangnya Tidak semua
Kasus komplikasi kompetensi petugas mempunyai Tim
kebidanan tinggi dalam penanganan PONED dan bidan
komplikasi terlatih PPGDON
Tidak semua
Puskesmas
dikunjungi dokter
Spesialis
Kurangnya sarpras
dalam penanganan Sarpras di PONED
komplikasi belum terpenuhi
kebidanan
Belom ada Pencegahan
pencegahan komplikasi kehamila
komplikasi dari hulu dimulai sejak

IV-252
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
perencanaan
kehamilan
Sistem rujukan Kurangnya koordinasi
belum tertata dgn RS
Komitmen linsek (
Cakupan ibu hamil
Kurangnya kualitas kemenag ) belum
yang memeriksakan
pelayanan kesehatan berjalan sehingga
kehamilan dini
terhadap ibu hamil tidak ada intervensi
masih rendah
dari hulu
Kurangnya koordinasi
dan keterlibatan
kader dalam
pendampingan
Kurangnya koordinasi
linprog dalam
mendukung
pelayanan kesehatan
yang standart pada
ibu hamil
Pencatatan dan
Konsep wilayah
Pelaporan belum
masih belum berjalan
maksimal
Penertiban laporan
pelayanan klinik dan
faskes dalam wilayah
Masalah medis juga
masalah sosial
Kurangnya
Pelayanan kesehatan masyarakat menjadi
Kompetensi petugas
pada bayi kurang dari penyebab
dalam pelayanan
target krendahnya
kesehatan pada bayi
pelayanan
kesehatan pada bayi
Kurangnya kapasitas
kader Posyandu
dalam pemanfaatan
buku KIA
Kurangnya supervisi,
Pembinaan dan
Pengawasan dari
Dinkes
Perlu kebijakan yang
kuat dan dukungan
lintas sektor dan
lintas program dalam
pemberdayaan
masyarakat
Belum terpenuhinya
sarpras dalam di
Posyandu

IV-253
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya kerjasama
Linsek untuk
meningkatkan
kesehatan bayi dari
hulu
Komitmen linsek (
Peran GSI tidak
Kurangnya kualitas kemenag ) belum
maksimal ttg
pelayanan kesehatan berjalan sehingga
persiapan
terhadap ibu hamil tidak ada intervensi
persalinan
dari hulu
Penertiban laporan
pelayanan klinik dan
faskes dalam wilayah
Kurangnya koordinasi
dan keterlibatan
kader dalam
pendampingan
Kurangnya koordinasi
linprog dalam
mendukung
pelayanan standart
kesehatan ibu hamil
Kurangnya koordinasi
Kurangnya kualitas Cakupan ibu nifas
dan keterlibatan
pelayanan kesehatan yang memeriksakan
kader dalam
terhadap ibu nifas dini masih rendah
pendampingan
Kurangnya koordinasi
linprog dalam
mendukung
pelayanan kesehatan
yang standart pada
ibu nifas
Tidak terlaksananya
program kunjungan
rumah oleh bidan
desa
Pencatatan dan
Konsep wilayah
Pelaporan belum
masih belum berjalan
maksimal
Penertiban laporan
pelayanan klinik dan
faskes dalam wilayah
Kurangnya
Kasus komplikasi kompetensi petugas Tidak ada review-
neonatal tinggi dalam penanganan review pelatihan
komplikasi
Kurangnya sarpras Sarana penanganan
dalam penanganan komplikasi di PONED
komplikasi neonatal terbatas
Belom ada Kegiatan peningkatan
pencegahan kompetensi kader
komplikasi dari hulu terbatas

IV-254
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Promotif pada kelg
dan masy kurang
Peran linsek kurang
maksimal
Masalah medis juga
masalah sosial
Kurangnya kapasitas
Pelayanan kesehatan masyarakat menjadi
kader Posyandu
pada anak balita masih penyebab
dalam pemanfaatan
rendah krendahnya
buku KIA
pelayanan
kesehatan pada bayi
Kurangnya supervisi,
Pembinaan dan
Pengawasan dari
Dinkes
Perlu kebijakan yang
kuat dan dukungan
lintas sektor dan
lintas program dalam
pemberdayaan
masyarakat
Belum terpenuhinya
sarpras dalam di
Posyandu
Kurangnya kerjasama
Linsek untuk
meningkatkan
kesehatan bayi dari
hulu
Masalah pengambilan
Rendahnya cakupan Kurangnya peran
keputusan ber KB
kb aktif linsek
masih berperan besar
Kurangnya Koordinasi dan
kesadaran promotif ke masy
masyarakat kurang
Kegiatan peningkatan
Kurangnya promosi
kompetensi kader
kesehatan
terbatas
Pendataan kurang
Peran linsek kurang
maksimal
Rendahnya cakupan
Kurangnya peran Kurang koordinasi
pelayanan kesehatan
linsek dengan kemenag
pada catin
Kurangnya Koordinasi dan
kesadaran promotif ke masy
masyarakat kurang
Kegiatan peningkatan
Kurangnya promosi
kompetensi kader
kesehatan
terbatas
Pendataan kurang

IV-255
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Terbatasnya
persiapan Jumlah puskesmas
Rendahnya cakupan
pelaksanaan PKPR di kabupaten
pelayanan kesehatan
pelayanan Ngawi belum
anak usia sekolah dan
kesehatan pada memenuhi target dan
remaja
anak usia sekolah standar
dan remaja
Besarnya sasaran
yang harus ditangani
Posyandu remaja
belum berfungsi
Belum semua desa
sebagai suport
memiliki posyandu
sistem pelayanan
remaja
kesehatan anak usia
sekolah dan remaja
Belum semua kader
posyandu remaja
terlatih secara
standar
Terbatasnya Jumlah puskesmas
Cakupan pelayanan pelaksanaan Santun lansia
kesehatan pada lansia pelayanan dikabupaten ngawi
(60+) masih rendah kesehatan pada belum memenuhi
lanjut usia target
Jumlah sasaran yang
besar dan
memerlukan
perhatian khusus
Kabupaten ngawi
belum memiliki
Rumah sakit santun
lansia sebagai suport
sistem pelayanan
rujukan santun
lansia
Pemahaman tentang
Masih tingginya
Pola asuh yang Pemberian Makan
masalah status gizi
tidak tepat Bayi dan Anak
pada balita
(PMBA) masih rendah
Pemahaman tentang
Pemantauan
Pertumbuhan masih
rendah
Kurangnya peran
lintas program dan
lintas sektor dalam
penanganan masalah
status gizi balita
Permasalahan
Kurangnya
anemia pada remaja
pengetahuan, sikap
dan ibu hamil serta
serta perilaku gizi
ibu hamil KEK

IV-256
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
seimbang di
masyarakat

Perbedaan hasil
pengukuran
Keterbatasan jumlah
sehingga
alat ukur yang sesuai
berpengaruh
standar
terhadap penentuan
status gizi
Keterbatasan jumlah
sarana elektronik dan
kemampuan petugas
dalam surveilans gizi

Pengukuran tingkat
Kualitas upaya
kebugaran jasmani Kompentensi petugas
pelayanan pengukuran
pada kelompok masih tebatas dan
tingkat kebugaran
olahraga, anak petugas yang sudah
olahraga dasar belum
sekolah,calon telatih belum
dilaksanakan secara
jamaah haji belum memadai
optimal
sesuai standard
Sarana dan
prasarana untuk
kegiatan pemeriksaan
tingkat kebugaran
belum memadahi

Kurangnya partisipasi
masyarakat tentang
kebugaran jasmani
Kegiatan Pos Upaya
Belum optimalnya
Upaya pelayanan Kesehatan Kerja
pembentukan Pos
kesehatan kerja dasar (Pos UKK) pada
UKK dengan
belum dilaksanakan pekerja informal
komitmen SK kepala
secara optimal belum dilaksanakan
desa
secara optimal
Kegiatan promotif ,
preventif,kuratif dan
rehabilitataif di Pos
UKK yang belum
optimal
Kurangnya
kompetensi dan
pemahaman kader
Pos UKK
Sarana dan
Prasarana Pos UKK
belum seluruhnya
terpenuhi

IV-257
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kegiatan K3 Cakupan
Fasyankes belum pelaksanaan kegiatan
dilaksanakan secara K3 Fasyankes yang
optimal belum optimal
Kurangnya
kompetensi dan
pemahaman petugas
puskemas dalam
melaksanakan
kegiatan K3
fasyankes
Pelaksanaan
Belum tercapainya
kegiatan Upaya
cakupan pemeriksaan
kesehatan kerja
kesehatan pekerja
pada pekerja formal
formal
belum optimal
Pemahaman
pelaksanaan kegiatan
K3 perkantoran yang
masih kurang
Belum optimalnya
advokasi dan
koordinasi kegiatan
GP2SP pada
perusahaan dengan
pekerja perempuan
Kurangnya
pemahaman terkait
Penyakit Akibat kerja
di sektor formal
Pelaksanaan
Cakupan
kegiatan Upaya
pemeriksaan
kesehatan kerja
kesehatan pekerja
pada pekerja
informal belum
informal belum
optimal
optimal
Belum tercapainya
cakupan pemeriksaan
kesehatan pada
pengemudi
Belum tercapainya
cakupan pembinaan
upaya kesehatan
kerja pada pekerja
migran indonesia
(PMI) / TKI
Validasi dan
Kurang validitas data
verifikasi data upaya
base pekerja informal
kesehatan kerja
dan formal
dasar

IV-258
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Perlu kebijakan yang
Kurangnya
kuat dan dukungan
Cakupan Desa Siaga koordinasi lintas
lintas sektor dan
Aktif masih dibawah program dan lintas
lintas program dalam
Target sektor di tingkat
pengembangan desa
kecamatan
siaga
Sejak dibentuk desa
Kurangnya
siaga baru ada
kapasitas kader
refresing kader desa
desa siaga
siaga di tahun 2019
Cakupan promosi
Kapasitas petugas
kesehatan baik di Kapasitas tenaga
promkes untuk
dalam gedung maupun promkes untuk
advokasi dan
di luar gedung masih memberikan promosi
pengembangan
rendah, seharusnya masih kurang
media masih kurang
100 %
Perlu peningkatan sarana media promosi
sarana media sudah banyak yang
promosi rusak
Perlu peningkatan
siaran keliling 12 kl/
cakupan promosi di
per tahun
luar gedung
Perlunya operator
radio yang bisa Belum ada tenaga
siarannya bisa khusus untuk
menjangkau pelosok penyiar radio
desa
Belum semua
Belum semua OPD
Pelaksanaan Germas masyarakat
menerapkan SE
belum optimal menerapkan
Germas
Germas
OPD yang
melaksanakan SE
germas masih kurang
Cakupan sudah
memenuhi target,
Cakupan D/S Masih Kapasitas kader mash
tetapi masih ada
dibawah target kurang
Posyandu dengan
Strata Pratama
Masih dibutuhkan
Sarana Posyandu sarana Timbangan
belum terpenuhi dacin, pengukur
TB/PB
Pelaksanaan Belum semua
Program Promkes di Pemegang Program
Puskesmas belum Promkes sesuai
Optimal Jabfung Promkes

IV-259
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Cakupan sudah
Ada 3 layanan di
memenuhi target,
Taman posyandu Layanan PAUD di
tetapi masih ada
dengan indikator taman posyandu
Taman Posyandu yang
penilaian yang belum optimal
optimalnya belum
berbeda
disemua layanan
Cakupan Poskestren Poskestren masih
Kapasitas kader
yang berstrata kurang menerapkan
santri husada masih
purnama mandiri perilaku hidup
kurang
masih rendah bersih dan sehat
Pembinaan ke
poskestren secara
terpadu masih
kurang
Belum semua
Belum semua
puskesmas
Cakupan Pembinaan puskesmas
melaksanakan
SBH masih kurang mempunayi
pembinaan pada
pangkalan SBH
Saka bakti husada
Petugas dan ibu
Kinerja pelayanan
Masyarakat/ ibu bayi balita juga mengalami
imunisasi di masa
takut dan ragu ragu keraguan untuk
pandemi hasilnya
datang ke tempat melakukan kegiatan
menurun karena
pelayanan imunisasi pelayanan imunisasi
dampak dari
karena takut tertular seperti biasanya
ancaman pandemi
penyakit karena situasi
covid
pandemi ini
Pelayanan imunisasi
yang dilakukan di
luar wilayah desa,
perlu telusur data di
Buku KIA supaya
data tercatat di
kohort
Petugas masih ada
yang menggunakan
buku bantu dan
belum langsung
dicatat di buku
kohort
Belum semua data Kn
1 tahun lalu dicatat
di buku kohort
sehingga buku kohort
tidak bisa dilakukan
validasi krn data tdk
lengkap
Validasi pencatatan
imunisasi di buku
kohort belum secara
rutin dilakukan
validasi secara

IV-260
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
berjenjang di tingkat
desa dan Puskesmas

Kelengkapan dan
Pelaporan kejadian
sistem kewaspadaan ketepatan laporan
penyakit dari desa
dini dan respon di surveilan penyakit
yang dilakukan dalam
tingkat desa/ berbasis desa yang
periode mingguan
kelurahan belum dilaporkan setiap
belum dilakukan oleh
meliput semua minggu secara
petugas secara rutin
penyakit potensial KLB elektronik masih
dan tepat waktu
belum optimal
Laporan mingguan
penyakit potensial
KLB yang dilaporkan
secara mingguan,
belum meliput
seluruh desa/
kelurahan, baru
sebagian saja
Pencatatan data
kejadian penyakit
yang dilaporkan
belum
menggambarkan
peristiwa kesakitan
yang sebenarnya
Pengetahuan dan Belum semua
ketrampilan petugas kejadian KIPI di Implementasi
dalam merespon masyarakat surveilans KIPI dan
kejadian KIPI di dilaporkan dan respon oleh petugas
masyarakat masih ditangani secara masih kurang optimal
kurang standart
Belum semua
kejadian KIPI di
masyarakat dicatat
dan dilaporkan secara
berjenjang
Data kejadian KIPI
dimasyarakat yang
dilaporkan masih
jauh dibawah
presdiksi kejadian
yang sebenarnya
Petugas tidak selalu
bertanya kepada ibu
bayi tentang
kemungkinan
kejadian KIPI dan
tanda tandanya

IV-261
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Droup Out rate yang
tinggi pada
imunisasi Penta ke
Petugas pelaksanan
4 dengan MR ke 2
Pemahaman petugas imunisasi belum
karena pemberian
tentang multipel melakukan multipel
imunisasi tidak
injection utk imunisasi injection sesuai SOP
dilakukan
baduta masih kurang dengan alasan
bersamaan (multipel
kasihan
injection) dengan
alasan kasihan
anaknya
Petugas kurang
memberikan motivasi
dan KIE kepada orang
tua baduta, sehingga
imunisasi Penta 4
dan MR 2 tidak
diberikan bersamaan
Orang tua baduta
masih ada yang
menolak atau ragu
ragu pada sat
anaknya akan di
imunisasi dengan
dobel suntikan
Buku kohort balita
yang mencatat
peristiwa imunisasi
lanjutan belum di isi
denga lengkap
Deteksi kejadian
kelumpuhan
Sensitifitas surveilans Penemuan dan
mendadak pada anak
kasus Non Polio AFP pelaporan kasus
< 15 tahun di faskes
pada anak < 15 tahun NON Polio AFP dari
tingkat pertama mulai
masih kurang Faskes rendah
kendor di masa
pandemi
Dianosa kasus yang
masuk kategori non
polio AFP di tingkat
faskes kurang
mendapat perhatian
dalam mengamati dan
menemukan
kasusnya
Surveilans berbasis
masyarakat terhadap
penemuan kasus non
polio AFP juga masih
rendah

IV-262
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Pembelajaran tatap
Pelaksanaan imunisasi muka yg masih Pelaksanaan
BIAS di masa pandemi belum di ijinkan di imunisasi di masa
membutuhkan energi sekolah pandemi lebih rumit
dan upaya ekstra dlm berpengaruh pada dan harus taat
pelaksanaannya pelaksanaan BIAS di protokol kesehatan
SD/MI
Guru dan Linsek
perlu koordinasi yg
matang untuk
diyakinkan
Masih ada sebagian
orang tua murid yg
belum ijinkan anak
nya di imunisasi d
sekolah
Penemuan kasus di
Belum adanya
Layanan Rumah
jejaring dengan
Sakit, Klinik dan
Angka penemuan layanan Rumah
layanan Kesehatan
kasus masih rendah Sakit, Klinik dan
lainnya belum
layanan Kesehatan
terlaporkan di Dinas
lainnya
Kesehatan Kab. Ngawi
Nakes tidak berani Pengetahuan nakes
mendiagnosa tentang diagnosis
pneumonia secara Pneumonia masih
program rendah
penemuan aktif oleh
Angka penemuan
kader belum Kader belum terlatih
kasus masih rendah
berjalan optimal
Belum ada anggaran Anggaran untuk
untuk penemuan transport kader
aktif belum ada
Jejaring dengan
Rumah Sakit swasta
layanan kesehatan
belum semuanya
swasta belum
DOTS
optimal
Masyarakat belum
sadar tentang
tingkat pengetahuan
Angka keberhasilan kedisiplinan dalam
masyarakat tentang
pengobatan pasien TBC menelan obat TBC
pengobatan TBC
masih rendah yang beresiko
masih rendah
terhadap resistensi
obat TBC
Penemuan kasus HIV
Minimnya akses
Testing KT HIV orang AIDS di layanan KT
layanan KT HIV dari
beresiko HIV AIDS HIV pada populasi
orang resiko HIV
masih rendah resiko belum
AIDS
maksimal

IV-263
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Masih kurangnya
kesadaran
Masih ditemukan
masyarakat untuk
Angka Bebas Jentik jentik nyamuk aedes
pengendalian
masih dibawah 95% agypti dan aedes
perkembangan jentik
albobitus
nyamuk Ae. Aegypti
dan Ae. Albobitus

Penemuan kasus di
Belum adanya
Layanan Rumah
jejaring dengan
Sakit, Klinik dan
Angka penemuan layanan Rumah
layanan Kesehatan
kasus masih rendah Sakit, Klinik dan
lainnya belum
layanan Kesehatan
terlaporkan di Dinas
lainnya
Kesehatan Kab. Ngawi

Pengetahuan nakes
tentang diagnosis
Diare masih rendah
Pelaksanaan
Skreening FR-PTM
di Posbindu PTM
Belum adanya
dan FKTP dan FKTL
jejaring pelaksanaan
Cakupan skreening FR- belum terlaksana
Deteksi Dini FR-PTM
PTM masih rendah sesuai dengan
dengan Fasilitas
Permenkes No. 46
Kesehatan lainnya
Tahun 2019 tentang
Standart Pelayanan
Minimal
Kurangnya kesadaran
dan kepedulian
masyarakat untuk
melakukan deteksi
dini/cek kesehatan
secara berkala bahwa
PTM adalah the
sillent killer
Sarana dan
prasarana Posbindu
PTM belum sesuai
standar
Kompetensi SDM
Puskesmas yang
belum sesuai standar
Kompetensi Kader
CERDIK Posbindu
PTM yang belum
sesuai standart
Kurangnya Promosi
kesehatan FR-PTM

IV-264
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya Pelayanan
Terpadu (PANDU)
PTM di Puskesmas ( <
80 % )
Monev belum berjalan
optimal
Cakupan pelayanan
ODGJ Berat > 75% Terbatasnya SDM , Kompetensi SDM
belum mendapat Treatment Gap Puskesmas yang
penanganan adekuat yang masih tinggi belum sesuai standar
sesuai standart
Belum adanya Kader
Kesehatan Jiwa
dimasyarakat
Kurangnya sarana
Belum adanya
prasarana dan
fasilitas ruang
akses pelayanan
pelayanan kesehatan
kesehatan jiwa yang
jiwa
sesuai standart
Belum terpenuhinya
Sarana dan
prasarana Keswa Kit
Kurangnya Promosi
kesehatan jiwa
Stigma dan
diskriminasi Kasus Pasung dan
terhadap penderita repasung penderita
ODGJ Berat di ODGJ Berat
masyarakat
Monev belum berjalan
optimal
Kurangnya sarana
Pelayanan kesehatan
prasarana dan Belum tersedianya
khusus yang belum
Sosialisasi Kawasan fasilitas untuk Upaya
dilaksanakan sesuai
Tanpa Rokok yang Berhenti Merokok
standart
sesuai standart
Belum tersedianya
peralatan kesehatan
untuk mendeteksi
kesehatan paru
Kurangnya kesadaran
masyarakat tentang
Kawasan Tanpa
Rokok
Belum tersedianya
fasilitas untuk Upaya
Berhenti Merokok
Kurangnya sarana
prasarana dan SDM Belum tersedianya
pelayanan peralatan kesehatan
Kesehatan Gigi yang gigi sesuai standart
sesuai standart

IV-265
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Belum tersedianya
SDM kesehatan gigi
sesuai standart
Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk
perawatan kesehatan
gigi
Kurangnya sarana
prasarana dan SDM Belum tersedianya
pelayanan peralatan kesehatan
Kesehatan Indra indra sesuai standart
yang sesuai standart
Belum tersedianya
SDM kesehatan indra
sesuai standart
Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk
perawatan kesehatan
indra
Belum tersedianya
Deteksi dini kanker
peralatan Deteksi
payudara dan
Dini Kanker leher
kanker serviks
rahim dan kanker
masih dibawah
payudara sesuai
target
standart
Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk
deteksi dini kanker
rahim melalui
pemeriksaan IVA
tes/papsmear/metod
e lainnya serta
pemeriksaan kanker
payudara melalui
SADANIS
Kurang optimalnya Desa belum Masih terdapat
pelaksanaan STBM di melaksanakan 5 jamban tidak
desa pilar STBM memenuhi standar
Masih ada desa
belum melaksankan 5
pilar STBM
Belum adanya
sertifikat laik sehat
TPM/TPP
TTU Prioritas yang
tidahk memenuhi
syarat kesehatan
(fasyankes,
pendidikan, pasar,
terminal

IV-266
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Pemegang Kebijakan
dan Lintas Sektor di
tingkat wilayah
Desa/Kelurahan
kurang memahami
Masih ada
manfaat
Desa/Kelurahan
diselenggarakannya
yang walaupun
Desa/Kelurahan
sudah terbentuk
Forum Sehat sehingga
Forum
Desa/Kelurahan Sehat kurang adanya
Desa/Kelurahan
masih belum optimal dukungan lintas
Sehat namun
berjalan sektoral dan
kegiatannya
kebijakan yang kuat
vakum/tidak
dari pemegang
berkegiatan lagi
kebijakan tingkat
sama sekali
desa/kelurahan
dalam memfungsikan
Forum
Desa/Kelurahan
Sehat
Belum dilakukan
penyegaran pengurus
Forum
Desa/Kelurahan
Sehat (dibuktikan
dengan SK
Kepengurusan Forum
yang belum
diperbaharui secara
periodik setiap 3
tahun sekali)
Kurangnya Kapasitas
Pengurus Forum
Personel Forum
Desa/Kelurahan
Desa/Kelurahan
Sehat yang telah
Sehat tentang
terbentuk belum
Penyelenggaraan
optimal dalam
Kabupaten/Kota
berkegiatan
Sehat
Kurangnya Kapasitas
petugas (Tim
Pembina) dalam
membina Forum
Desa/Kelurahan
Sehat tentang
Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota
Sehat

IV-267
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya Kapasitas
Forum Kabupaten
Sehat dan Forum
Kecamatan Sehat
dalam membina
Forum
Desa/Kelurahan
Sehat tentang
Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota
Sehat
Kurang optimalnya
pembinaan
penyelenggaraan
Desa/Kelurahan
Sehat
Belum optimalnya
sinkronisasi
program/kegiatan
Tim Pembina
Desa/Kelurahan
Sehat (Program mana
saja yang
pelaksanaannya bisa
dibantu dengan
memfungsikan Forum
Desa/Kelurahan
Sehat)
Kurang optimalnya
monitoring dan
evaluasi maupun
verifikasi
penyelenggaraan
Desa/Kelurahan
Sehat
Belum terpenuhinya
Belum tercukupinya
alokasi anggaran bagi
Sarana dan
operasional kegiatan
Prasarana Forum
Forum
Desa/Kelurahan
Desa/Kelurahan
Sehat
Sehat
Belum terpenuhinya
ruang, sarana dan
prasarana
kelengkapan bagi
sekretariat Forum
Desa/Kelurahan
Sehat

IV-268
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Belum terpenuhinya
sarana dan prasarana
untuk melakukan
pembinaan Forum
Desa/Kelurahan
Sehat
Pemegang Kebijakan
dan Lintas Sektor di
tingkat wilayah
Kecamatan kurang
Masih ada
memahami manfaat
Kecamatan yang
diselenggarakannya
walaupun sudah
Kecamatan Sehat
Forum Kecamatan terbentuk Forum
sehingga kurang
Sehat masih belum Kecamatan Sehat
adanya dukungan
optimal berjalan namun kegiatannya
lintas sektoral dan
vakum/tidak
kebijakan yang kuat
berkegiatan lagi
dari pemegang
sama sekali
kebijakan tingkat
Kecamatan dalam
memfungsikan Forum
Kecamatan Sehat
Belum dilakukan
penyegaran pengurus
Forum Kecamatan
Sehat
Kurangnya Kapasitas
Pengurus Forum Personel Forum
Kecamatan Sehat Kecamatan Sehat
yang telah terbentuk tentang
belum optimal Penyelenggaraan
dalam berkegiatan Kabupaten/Kota
Sehat
Kurangnya Kapasitas
petugas (Tim
Pembina) dalam
membina Forum
Kecamatan Sehat
tentang
Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota
Sehat
Kurangnya Kapasitas
Forum Kabupaten
Sehat dalam
membina Forum
Kecamatan Sehat
tentang
Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota
Sehat

IV-269
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurang optimalnya
pembinaan
penyelenggaraan
Kecamatan Sehat
Belum optimalnya
sinkronisasi
program/kegiatan
Tim Pembina
Kecamatan Sehat
(Program mana saja
yang pelaksanaannya
bisa dibantu dengan
memfungsikan Forum
Kecamatan Sehat)
Kurang optimalnya
monitoring dan
evaluasi maupun
verifikasi
penyelenggaraan
Kecamatan Sehat
Belum terpenuhinya
Belum tercukupinya
alokasi anggaran bagi
Sarana dan
operasional kegiatan
Prasarana Forum
Forum Kecamatan
Kecamatan Sehat
Sehat
Belum terpenuhinya
ruang, sarana dan
prasarana
kelengkapan bagi
sekretariat Forum
Kecamatan Sehat
Belum terpenuhinya
sarana dan prasarana
bagi Petugas (Tim
Pembina) untuk
melakukan
pembinaan Forum
Kecamatan Sehat
Belum terpenuhinya
sarana dan prasarana
bagi Forum
Kabupaten Sehat
untuk melakukan
pembinaan Forum
Kecamatan Sehat
Kurangnya Kapasitas
Pengurus Forum Personel Forum
Forum Kabupaten Kabupaten Sehat Kabupaten Sehat
Sehat masih belum yang telah terbentuk tentang
optimal berjalan belum optimal Penyelenggaraan
dalam berkegiatan Kabupaten/Kota
Sehat

IV-270
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya Kapasitas
petugas (Tim
Pembina) dalam
membina Forum
Kabupaten Sehat
tentang
Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota
Sehat
Kurangnya
pemahaman dari Tim
Pembina (OPD/lintas
sektoral/lintas
program) tentang
manfaat
memfungsikan Forum
Kabupaten Sehat
sebagai penyambung
lidah/penghantar
program-program
yang diluncurkan Tim
Pembina kepada
masyarakat
Belum optimalnya
sinkronisasi
program/kegiatan
Tim Pembina
Kabupaten Sehat
(Program mana saja
yang pelaksanaannya
bisa dibantu dengan
memfungsikan Forum
Kabupaten Sehat)
Tim Pembina maupun
Forum Kabupaten
Sehat kurang optimal
dalam melakukan
update informasi
terbaru mengenai
Program Kabupaten
Sehat
Belum optimalnya
monitoring dan
evaluasi maupun
verifikasi
penyelenggaraan
Kabupaten Sehat
Belum terpenuhinya
Belum tercukupinya
alokasi anggaran bagi
Sarana dan
operasional kegiatan
Prasarana Forum
Forum Kabupaten
Kabupaten Sehat
Sehat

IV-271
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Belum terpenuhinya
ruang, sarana dan
prasarana
kelengkapan bagi
sekretariat Forum
Kabupaten Sehat
Belum terpenuhinya
sarana dan prasarana
bagi Petugas (Tim
Pembina) untuk
melakukan
pembinaan Forum
Kabupaten Sehat
Belum terpenuhinya
sarana dan prasarana
bagi Forum
Kabupaten Sehat
untuk melakukan
pembinaan Forum
Kecamatan Sehat
dan Forum
Desa/Kelurahan
Sehat
Budaya masyarakat
Penurunan budaya Terdapat pergeseran desa berubah karena
gotong royong di nilai budaya di pengaruh globalisasi
masyarakat desa masyarakat desa dan teknologi
informasi 4.0
Pendapatan
Masyarakat lebih
masyarakat yang
memprioritaskan
sangat rendah,
pekerjaan yang
kurangnya modal
menghasilkan uang
memulai usaha
daripada pekerjaan
Masyarakat kurang
sukarela
memiliki ketrampilan
Masih banyak Rendahkan kapasitas Pemberdayaan
masyarakat miskin SDM masyarakat Masyarakat
di desa desa Desa
Partisipasi KPMD
Pemerintahan desa
Partisipasi masyarakat terhadap
kurang terbuka
desa masih kurang pembangunan desa
terhadap KPMD
masih kurang optimal
Aspirasi masyarakat
desa dalam memberi Jalur komunikasi
masukan/kritikan/ untuk menyalurkan
usulan dalam aspirasi secara
pembangunan langsung kepada
kurang tersalur pemangku kebijakan
kepada pemangku belum terbentuk
kebijakan

IV-272
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Pemerintah desa Lembaga
belum Kemasyarakatan
mengoptimalkan Desa (LPMD, PKK,
peran lembaga RT, RW, Posyandu,
kemasyarakatan Karang Taruna)
desa masih belum Optimal
Keterpaduan semua
elemen yang ada di
SDM aparatur
pemerintah desa
pemdes masih rendah
belum maksimal/
masih kurang
Potensi desa belum
dikelola secara
optimal
Pelaksanaan Evaluasi terhadap
pembangunan di pelaksanaan
desa kurang pembangunan kurang
maksimal optimal
Perhatian
Desa yang pemerintahan desa
membentuk maupun kabupaten
lembaga adat masih terhadap lembaga
sedikit adat desa masih
kurang
Pemahaman terhadap
Tatakelola Kapasitas aparatur
manajemen
pemerintahan desa pemdes kurang
penyelenggaraan
kurang optimal optimal
pemdes masih kurang
Informasi dan
pembinaan tenatng
Administrasi belum administrasi
tertata dengan baik penyelenggaraan
pemdes kurang
optimal
Pemahaman terhadap
Perencanaan
penyusunan
pembangunan desa
perencannaan
belum disusun
pembangunan desa
sesuai tahapan
masih kurang
Pelaksana
Pengelolaan pengelolaan
keuangan desa keuangan desa
kurang akuntabel kurang memahami
tugas dan fungsinya
Penyelenggaraan
Kekosongan jabatan pilkades yang rawan
kepala desa definitif terjadi permasalahan
administrasi
Masa tugas perangkat
Penyelenggaraan
desa habis/
pemerintahan desa
pensiun/kosong

IV-273
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
terganggu/kurang
maksimal

Profil desa belum Pemahaman operator


diupdate secara profil desa kurang
berkala maksimal
Pengelola aset desa
Pengelolaan aset
belum tertib dalam
desa kurang
penatausahaan aset
maksimal
desa
Harmonisasi Peran BPD dalam
hubungan antara penyelenggaraan
BPD dengan pemerintahan desa
Pemerintahan Desa masih kurang
belum sinergi maksimal
Penyusunan laporan
Kualitas SDM
kepala desa belum
aparatur pemdes
dilaksanakan
masih kurang
dengan tertib
kebutuhan
anggaran jalan tidak Jalan Desa yang
Kualitas jalan desa
seimbang dengan belum terbangun
masih kurang memadai
kemampuan terlalu panjang
APBDesa
Kapasitas SDM Kader
Partisipasi masyarakat Administrasi PKK
PKK di desa masih
masih kurang belum maksimal
rendah
Dinas terkait masih
kurang dalam
memberikan
pembinaan terkait
potensi yg dimiliki
kader PKK
OPD terkait kurang
Koordinasi antar
Optimal dalam
stakeholder masih
mensuport kegiatan
kurang
PKK
Partisipasi masyarakat Masih tingginya Kualitas SDM
terhadap kesehatan angka balita gizi masyarakat masih
masih rendah buruk rendah
Pengelolaan dan Potensi SDA belum Pemetaan potensi
pemanfaatan SDA teridentifikasi SDA kurang
belum Maksimal dengan baik maksimal
Masyarakat belum
Pengelolaan dan memanfaatkan TTG
Produktivitas masih
pemanfaatan TTG dalam
rendah
belum optimal meningkatkan
produksi
Kesenjangan Belum terbentuk Belum ada pemetaan
Pembangunan di kawasan perdesaan dalam pengembangan
perdesaan masih tinggi secara optimal kawasan perdesaan

IV-274
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
SDM masyarakat Belum ada pemetaan
perdesaan yang masih potensi unggulan
rendah kawasan perdesaan
Kurangnya
pemahaman tentang
pembangunan
kawasan perdesaan
BUM Desa yg sudah
Lembaga ekonomi desa Rendahnya SDM dan
ada baru sebatas
yang belum optimal permodalan
legalitas
Pendapatan yang
Masih terdapat
sangat rendah,
rumah tangga
kurangnya modal
miskin di desa
memulai usaha
SDM aparatur
pemdes masih kurang
BUM Desa yg sudah
Lembaga ekonomi desa dalam pemahaman
ada baru sebatas
belum optimal bumdesa dan
legalitas.
bumdesma dan
permodalan
kebutuhan
anggaran jalan tidak Jalan Desa yang
Kualitas jalan desa
seimbang dengan belum terbangun
masih kurang memadai
kemampuan terlalu panjang
APBDesa
Banyak aset desa
Sumberdaya
Pengelolaan aset desa yang belum
pengelola aset desa
kurang maksimal teradministrasikan
yang blm optimal
dengan baik
Belum
Tidak dimanfaatkannya
Pemanfaatan potensi
dilaksanakannya profil desa dalam
desa masih kurang
updating profil desa menentukan arah
kebijakan desa
Kurangnya
Masih rendahnya Penganggaran belanja
kesadaran
tindakan/upaya tak terduga untuk
pemerintah desa
terhadap potensi kegiatan bencana
terhadap kegiatan
bencana sangat kecil
tanggap bencana
Kurang
tersedianya/terpenu
hinya
Masih kurangnya Data perencanaan
bahan/dokumen/to
keselarasan RKPD daerah yang kurang
ol untuk
terhadap RPJMD uptodate
menyelaraskan Perencanaan
RKPD terhadap Pembangunan
RPJMD
Belum tersedianya
data di OPD sebagai
bahan perencanaan
daerah

IV-275
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya
pemahaman SDM
Perencana OPD dan
Bidang Pengampu
tentang pentingnya
data perencanaan
daerah
Kurangnya
kemampuan
menganalisa data dan
menuangkan ke
dalam dokumen
perencanaan
Kurangnya koordinasi
yang intensif
(internal, OPD
Penganggaran, OPD
Pengawasan)
Adanya regulasi pusat
yang berubah-ubah
dan butuh respon
cepat
Keterlibatan
Kurangnya
Unsur/Elemen
Perencanaan partisipasi
Masyarakat dalam
Pembangunan kurang masyarakat dalam
Musrenbang di tiap
partisipatif perencanaan
tahapan belum
pembangunan
optimal
Kurangnya
pemahaman
masyarakat terhadap
penentuan prioritas
usulan
Hasil tahapan Kurangnya
Musrenbang mulai pemahaman OPD
Musdes, Muscam, terkait alur
Forum OPD, dan perencanaan karena
Muskab belum seringnya pergantian
mengerucut pada SDM perencana di
prioritas usulan OPD
Kurangnya
keterpaduan antar
bidang pengampu
dan OPD dalam
mengawal prioritas
usulan

IV-276
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya
sinkronisasi antara
usulan pokir DPRD
dengan hasil
Murenbangcam dan
Rancangan Renja
OPD
RKA OPD Mitra
Adanya perubahan
Infraswil masih
Regulasi Pusat pada
belum selaras
OPD Mitra Infraswil
dengan Renja
Kurangnya
pemahaman
penanggung jawab
Masih adanya RKA
program, kegiatan, Belom adanya Pejabat
yang belom selaras
sub kegiatan pada Fungsional Perencana
dengan renja Opd
OPD terhadap
Keselarasan renja
OPD terhadap RKA
Kurangnya kapasitas
SDM perencana OPD
Kurangnya koordinasi
yang intensif pada
OPD mitra dan
stakeholder terkait
Kurang memadainya
Bahan sinkronisasi
bahan sinkronisasi
belum up to date
renja terhadap RKA
Masih terdapat
beberapa SDM
Koordinasi kepada
Perencana di OPD
OPD Mitra Bidang
Mitra Bidang Infraswil
Infraswil Belum
mutasi sehingga
Optimal
belum memahami
tupoksi
Masih dijumpai
perubahan Renja
OPD Mitra Bidang
Infraswil tanpa
mengacu pada RKPD
Adanya regulasi pusat
yang berubah-ubah
dan butuh respon
cepat
Sering terdapat
Belum Optimalnya
regulasi baru dari
Sinergisitas
Pusat yang belum di
Perencanaan daerah
sosialisasikan dengan
dan Pusat
daerah

IV-277
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan

Kurangnya koordinasi
yang intensif antara
Pusat, provinsi dan
Kabupaten
Kurangnya fasilitasi
dalam
Kurangnya sosialisasi
mensosialisasikan
dokumen perencanaan
dokumen
pusat dan provinsi
perencanaan pusat
dan provinsi
Belom adanya
Masih adanya
pemahaman yang
Hasil Penelitian belum prioritas / potensi
sejajar tentang
menjadi acuan daerah yang belom
prioritas daerah/
Pengambilan Kebijakan dilakukan
penjabaran dokumen
Pimpinan pengkajian/
perencanaan antar
penelitian
sektor
Belom optimalnya
hasil penelitian atau
kajian prioritas
daerah
Penelitian dan
Belom adanya Pengembangan
fungsional peneliti
Masih adanya hasil
kajian/penelitian Kurangnya koordinasi
yang belom bisa antar sektor
diterapkan
Hasil penelitian
belum terinternalisasi
di dokumen
perencanaan (RPJMD,
RENSTRA, RENJA,
RKPD)
Masih banyak lahan
Kurangnya kesadaran
Kurangnya pekarangan yang
masyarakat untuk
ketersediaan pangan belum dimanfaatkan
memanfaatkan
bagi masyarakat secara optimal
pekarangan untuk
sampai dengan tingkat (pemanfaatan
mendukung
individu ketersediaan
ketersediaan pangan
pangan)
Kurangnya
Pangan
pengetahuan dan
ketrampilan dalam
mengelola budidaya
di pekarangan
Kurangnya sarana
prasarana untuk
budidaya di
pekarangan

IV-278
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Tata kelola lumbung Sarpras pendukung
pangan yang belum lantai jemur masih
optimal (tidak aktif) kurang
Kurangnya kapasitas
SDM pengelola
lumbung pangan
Sarpras pendukung
lumbung pangan
masih kurang
Kurangnya koordinasi
dan sinkronisasi
terkait penyediaan
infrastruktur logistik
Pangan
Fasilitasi
Belum adanya
penyusunan Peta
dokumen Peta Jalan
Jalan Kebutuhan
Kebutuhan
Infrastruktur
Infrastruktur
Pendukung
Pendukung
kemandirian Pangan
Kemandirian Pangan
belum ada
Cadangan Pangan
Pemerintah Daerah Belum adanya
(CPPD) belum sesuai koordinasi lintas
dengan ketentuan sektor dalam
peraturan pengendalian
perundangan yang cadangan pangan
berlaku
belum adanya
dokumen rencana
kebutuhan pangan
lokal
Kurang optimalnya
cadangan pangan
yang tersedia
Belum ada sarana
pendukung CPPD
Pengadaan dan
pemeliharaan
cadangan pangan
pemkab yang belum
optimal
Data indikator peta
Peta Kerentanan ketahanan dan
dan Ketahanan kerentanan pangan
Pangan selalu cenderung mengalami
mengalami perubahan sesuai
perubahan dengan situasi dan
konsidi

IV-279
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Penanganan untuk Kurangnya koordinasi
desa rentan rawan lintas sektor dalam
pangan belum penanganan desa
optimal rentan rawan pangan
Bantuan bahan
pangan ke desa
rawan pangan belum
optimal
Rantai distribusi
Fluktuasi harga
pangan pokok tingkat
Terjadinya gejolak pangan dan
produsen sampai
inflasi daerah pasokan sering
konsumen kurang
tidak menentu
efisien
Belum dilakukannya
penentuan harga
minimum pangan
pokok lokal
Kurangnya
pemanfaatan pangan
berbasis sumber daya
lokal
Persaingan antar
Harga ditingkat
pedagang yang tidak
produsen/petani
sehat terutama pada
masih rendah
musim penghujan
Kurangnya sarana
Kurangnya peran
dan prasarana
Poktan/Gapoktan
Gapoktan/Poktan
dalam penanganan
dalam penanganan
pasca panen
pasca panen
Kurangnya kapasitas
Gapoktan/Poktan
dalam penguatan
kelembagaan dan
jaringan distribusi
pangan
Kurangnya sinergi masih adanya
antar stakeholder perbedaan persepsi
tentang antar stakeholder
pelaksanaan dalam pelaksanaan
distribusi pangan distribusi pangan
pokok dan pangan pokok dan pangan
lainnya lainnya
Masih kurangnya
Tingkat keamanan SDM pengawas
Pengawasan
pangan segar masih pangan segar belum
terhadap Keamanan
belum terukur memadai
Pangan Segar
Belum adanya fungsi
OKKPD (Otoritas
Kompeten Keamanan
Pangan Daerah)

IV-280
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
pengetahuan pelaku
usaha pangan segar
dan masyarakat
mengenai pentingnya
keamanan pangan
untuk mendukung
kesehatan masih
kurang
Belum adanya
pendataan terhadap
pelaku usaha pangan
segar asal tumbuhan
Belum adanya
rekomendasi kepada
pelaku usaha
menengah, besar, dan
eksportir untuk
registrasi/perijinan
Belum dilakukannya
fasilitasi sertifikasi
keamanan pangan
segar
Kurangnya Sarana
dan Prasarana
penunjang pengujian
mutu dan keamanan
pangan segar asal
tumbuhan
Pengambilan sampel
pengujian pangan
segar masih
sedikit/belum
maksimal
Pencapaian Angka belum terpenuhinya
Pola Pangan Harapan Kecukupan Gizi pangan yang beragam
Konsumsi blm ideal (AKG) masih belum bergizi seimbang dan
memenuhi target aman
belum optimalnya
pengetahuan
masyarakat akan pola
konsumsi yang B2SA
(Beragam Bergizi
Seimbang dan Aman)
pemanfaatan pangan
lokal belum maksimal
dikarenakan pangan
lokal blm diolah
menjadi alternatif
pangan yang menarik
dan mudah
dimanfaatkan

IV-281
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Belum disusunnya
target konsumsi
pangan perkapita per
tahun
Kurangnya sinergi
antar stakeholder
dalam pemantauan
dan evaluasi
konsumsi perkapita
per tahun

Masih rendahnya Data dan Informasi


Belum optimalnya
kuantitas dan kualitas Perikanan Tangkap
produktifitas
produksi perikanan mengalami
perikanan tangkap
tangkap perubahan

Sarana prasarana
perikanan tangkap
yang kurang memadai
Sumbert Daya ikan di
Perairan Umum
Daratan (PUD)
semakin berkurang
Kurangnya kapasitas
nelayan kecil
Kelembagaan KUB
nelayan kurang
optimal
Belum ada prosedur Kelautan dan
Belum adanya Pengelolaan dan Perikanan
Tempat Pelelangan penyelenggaraan
Ikan (TPI) Tempat Pelelangan
Ikan (TPI)
Belum ada pelayanan
Tempat Pelelangan
ikan
Produktifitas Kurangnya kapasitas
Perikanan Budidaya pembudidaya ikan
belum optimal kecil
Kelembagaan
pembudidaya ikan
kurang optimal

Akses permodalan
belum optimal
Kurangnya
pengetahuan tentang
peningkatan mutu
produksi perikanan

IV-282
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Data dan Informasi
Perikanan Budidaya
mengalami
perubahan
Sarana prasarana
perikanan budidaya
yang kurang memadai
Kurangnya
pengetahuan terkait
pengelolaan
kesehatan ikan dan
lingkungan
Pemahaman CBIB,
CPIB, CPPIB belum
optimal
Kurangnya kesadaran
Kurangnya
masyarakat tentang
konsumsi ikan
pentingnya konsumsi
masyarakat
ikan
Kurangnya fasilitas
bagi pelaku usaha
perikanan skala
mikro dan kecil
Masih rendahnya
Masih rendahnya
tingkat kepuasan SDM Perangkat Desa
penyelenggaraan
masyarakat terhadap masih rendah
pemerintahan desa
pelayanan desa
Belum ada SOP
pelayanan desa
Sarana prasarana
pelayanan desa masih
belum memadai
Belum efektifnya
fasilitasi pergantian
perangkat desa
Kurangnya
Masih adanya APBDes Kurang efektifnya Kewilayahan
pemahaman SDM
dan LPPDes yang fasilitasi
Kecamatan dalam
disusun tidak tepat penyusunan
tahapan penyusunan
waktu APBDes
dan evaluasi APBDes
Kurangnya koordinasi
antara Kecamatan
dan Desa dalam
tahapan penyusunan
dan evaluasi APBDes
Kurangnya
Kurang efektifnya pemahaman SDM
fasilitasi Kecamatan dalam
penyusunan LPPDes tahapan penyusunan
dan evaluasi LPPDes

IV-283
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya koordinasi
antara Kecamatan
dan Desa dalam
tahapan penyusunan
dan evaluasi LPPDes
Kurangnya komitmen
Masih kurangnya pemerintah desa
penyelenggaraan terhadap
pemberdayaan penyelenggaraan
masyarakat desa pemberdayaan
masyarakat desa
Rendahnya semangat
gotong royong
masyarakat
Kurangnya porsi
alokasi anggaran
untuk pemberdayaan
masyarakat
Masih kurangnya Masih adanya
penyelenggaraan pembangunan desa
pembangunan di yang lokasinya belum
tingkat desa tepat sasaran
Kurangnya
pemahaman desa
terhadap kewenangan
pembangunan di desa
Masih kurangnya
kepuasan
Masih rendahnya IKM masyarakat Pelayanan tidak tepat
Kecamatan terhadap pelayanan waktu
administratif
kecamatan
Kurangnya ketegasan
dalam pelaksanaan
prosedur pelayanan
Performance SDM
pelayanan kurang
Online system
terkendala jaringan
dan cara penggunaan
yang sulit dipahami
Adanya pengaduan
masyarakat terhadap
pelayanan yang tidak
di TL
masih kurangnya
sinergi lintas sektor
dalam peningkatan Kurangnya koordinasi
ketentraman dan lintas sektor
ketertiban umum di
wilayah kecamatan

IV-284
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Masih perlunya
koordinasi yang
intensif antara
pemerintah dengan
toga dan toma
Masih kurangnya
efektifitas
pelaksanaan
Data kesos yang
fasilitasi
belum valid
kesejahteraan sosial
masyarakat di
wilayah kecamatan
Kurangnya fasilitasi
kecamatan sehat
Kurangnya fasilitasi
GSI
Kurangnya fasilitasi
pembangunan RTLH
Kurangnya fasilitasi
bantuan korban
bencana
Kurangnya fasilitasi
bantuan sosial (BPNT,
PKH,BLT, BST,
Santunan kematian,
dll)
Masih adanya PMKS
Kurangnya komitmen
Fakir miskin dan DTKS belum
Pemerintah Desa
rentan yang belum menjadi data yang
dalam mendukung
mendapatkan akses terbarukan
verval DTKS
layanan dasar
Belum adanya
pedoman umum
pelaksanaan Verval
DTKS
Tenaga operator
Verval DTKS yang
belum mendapatkan
imbalan jasa
Sosial
Banyaknya tenaga
operator verval DTKS
baru yang belum
dilatih
DTKS belum
menjadi rujukan
DTKS belum
untuk semua
terintegrasi dan
program
terbarukan
penanganan
kemiskinan
Belum optimalnya
fungsi koordinatif
TKPK dan Bima Sakti

IV-285
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya cakupan
kualitas bantuan
Rendahnya jumlah
sosial dan kuantitas
peningkatan derajat
penerima bantuan
kesejahteraan bagi
sosial bagi
Fakir Miskin dan
pemenuhan
rentan
pelayanan dasar fakir
miskin dan rentan
Penerima Bantuan
Iuran Jaminan
Kesehatan yang
belum dapat diakses
warga negara
Masih adanya KPM
yang tidak
Rendahnya keadaan
memanfaatkan
sosial ekonomi KPM
bantuan sesuai
peruntukannya
Keterbatasan akses
pengembangan/pemb
erdayaan bagi KPM

Tidak adanya
Undian Gratis dan regulasi di
Pengumpulan Uang Kabupaten Ngawi
belum ditangani dalam Penerbitan Izin
dengan baik Undian Gratis dan
Pengumpulan Uang

Sinergitas PSKS dalam kurang masksimal Belum adanya


penyelenggaraan sinergitas PSKS di koordinasi bagi
Kesejahteraan sosial masyarakat PSKS
Rasa
Kesetiakawanan
Sosial yang kurang
di masyarakat
PSM kurang maksimal
dalam penyelenggaraan SDM PSM yang Belum adanya Forum
kesejahteraan sosial masih kurang dalam PSM Kabupaten
lingkup bidang sosial Ngawi
desa/kelurahan
SDM TKSK masih Terbatasnya sarana
TKSK kurang kurang maksimal dan prasarana dalam
maksimal dalam dalam melaksanakan tugas
penyelenggaraan penyelenggaraan (Penghasilansedikit,
kesejahteraan sosial kesejahteraan sosial tidak adanya ATK,
lingkup Kecamatan karena beban tugas mobilitas, dan
yang sangat banyak sekretariat)

IV-286
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya
Keterbatasan
Rendahnya tingkat kemampuan dan
jangkauan, akses
pemberdayaan akses keluarga
bantuan dan
masyarakat berbasis miskin dalam
pendampingan pasca
keluarga miskin peningkatan sosial
pembentukan KUBE
ekonominya
- Hanya sebatas
Karang Taruna organisasi
belum mampu - Tingkat SDM yang
Rendahnya PSKS
menjadi lembaga rendah
Kelembagaan dalam
penyelenggaraan - Kurangnya fasilitas
penyelenggaraan
kesejahteraan sosial dalam penanganan
kesejahteraan sosial
di masing-masing permasalahan sosial
desa/kelurahan -Belum dapat menjadi
kartar mandiri
- Kurang bersinergi
terhadap
Sedikitnya LKS permasalahan Sosial
yang terakreditasi di kabupaten Ngawi
- LKS yang belum
terakreditasi
Lembaga Konsultasi
LK3 menjadi
Kesejahteraan
urusan yang harus
Keluarga (LK3) menjadi LK3 belum aktif
diampu oleh
urusan dalam UU
Kabupaten/kota
23/2014
Hilang atau
Berkurangnya
berkurangnya
kemampuan
kemampuan
memenuhi sandang
memenuhi kebutuhan
dan pangan bagi
dasar bagi korban
korban bencana
bencana
Tidak berfungsinya
sarana prasarana
hunian korban
bencana alam dan
sosial
Keterbatasan fisik
korban bencana alam
dan sosial
Korban bencana
merasa tidak berdaya
dan traumatik
Kurangnya
pemahanan
masyarakat dalam
manajemen
kebencanaan
Tagana kurang
maksimal dalam
penanganan bencana

IV-287
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Kurangnya
pemahaman
masyarakat dalam
penanganan
kebencanaan
Masih tingginya
balita dan anak
terlantar (dibuang
ortu, korban
kekerasan,
berhadapan dgn Kurangnya jumlah
Masih tingginya PMKS
hukum, anak PSKS yang
yang belum mandiri
jalanan/punk) yang menangani
belum mendapatkan
akses layanan dasar
(pendidikan,
kesehatan, tempat
tinggal)
Masih rendahnya
kemampuan PSKS
dalam melaksanakan
tugasnya
Kurangnya intervensi
pemda terhadap anak
terlantar
Masih tingginya
penyandang Kurangnya
disabilitas yang kepedulian PSKS
belum mendapatkan yang menangani
akses layanan dasar
Masih rendahnya
kemampuan PSKS
dalam melaksanakan
tugasnya
Kurangnya jangkauan
pelayanan
kesejahteraan sosial
bagi disabilitas dari
pemerintah
Masih tingginya
Kurangnya jumlah
lansia terlantar yang
PSKS yang
belum mendapatkan
menangani
akses layanan dasar
Masih rendahnya
kemampuan PSKS
dalam melaksanakan
tugasnya
Kurangnya jangkauan
pelayanan
kesejahteraan sosial
bagi lansia terlantar
dari pemerintah

IV-288
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Masih tingginya
Masih rendahnya
tuna sosial terlantar
kemampuan PSKS
yang belum
dalam melaksanakan
mendapatkan akses
tugasnya
layanan dasar
Kurangnya jangkauan
pelayanan
kesejahteraan sosial
bagi lansia terlantar
dari pemerintah
Masih adanya Masih rendahnya
Warga Negara kemampuan PSKS
Migran Bermasalah dalam melaksanakan
Sosial (PMBS) tugasnya
Kurangnya jangkauan
pelayanan
kesejahteraan sosial
bagi migran
bermasalah sosial
dari pemerintah
Belum terpenuhinya
Belum terpenuhinya
Masih tingginya angka Kelengkapan
kebutuhan rambu-
kecelakaan lalu lintas jalan/sarpras dalam
rambu lalu lintas
kondisi baik
Belum terpenuhinya
kebutuhan marka
jalan
Belum terpenuhinya
kebutuhan pengaman
jalan
Belum terpenuhinya
kebutuhan portal
jalan
Kurangnya
pemahaman
pengguna jalan
dalam keselamatan Perhubungan
berlalu lintas
Masih rendahnya
kelaikan kendaraan
bermotor (mobil
angkutan barang
dan penumpang)
Kurangnya sarana dan Kondisi Terminal
prasarana transportasi penumpang yang
yang memadai belum memadai
Masih adanya
Kendaraan
angkutan
penumpang dan
barang yang belum
layak jalan

IV-289
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Terbatasnya sarpras
di terminal bongkar
muat barang dan
kendaraan berat
Kurang terpenuhinya Belum terpenuhinya
sarana transportasi sarana transportasi
Belum terpenuhinya
Kurang terpenuhinya
prasarana
prasarana transportasi
transportasi
ASN yang tersedia ASN yang memenuhi
tidak sesuai kualifikasi sesuai
Kualifikasi pendidikan
kualifikasi Standar Kompetensi
kebutuhan jabatan jabatan masih kurang
ASN yang tersedia ASN yang memenuhi
Kompetensi masih tidak sesuai kompetensi sesuai
rendah kompetensi Standar Kompetensi
kebutuhan jabatan jabatan masih kurang
Belum
Kinerja masih rendah
dilaksanakannya
dilihat dari nilai SKP Rata-rata nilai SKP
penilaian SKP sesuai
dari yang distandarkan PNS masih rendah
standar yang
IP ASN
ditetapkan
Rendahnya
Proses penangganan pemahaman OPD
Masih adanya kasus
dan pembinaan sebagai atasan
pelanggaran disiplin
disiplin sering langsung dalam
ASN
terlambat menanggani masalah
hukuman disiplin
Anjab ABK OPD Kepegawaian
Kurangnya
Belum terpenuhinya belum sesuai Pendidikan
pemahaman OPD
SDM sesuai dengan dengan dan Pelatihan
terhadap pentingnya
formasi kebutuhan kebutuhan/proses
anjab ABK
bisnis OPD
Regulasi dari pusat
yang sering berubah
Penyusunan formasi
Update data formasi
belum mengacu
yang belum optimal
pada Anjab ABK
Masih adanya
jabatan yang belum Kurangnya pegawai
terisi
Kenaikan pangkat
Kenaikan pangkat
sering terlambat
Belum semua PNS
mendapatkan Pengembangan
Rendahnya ASN yang Pengembangan kompetensi belum
tidak memenuhi Kompetensi sesuai berdasarkan analisis
persyaratan ketentuan dan kesenjangan
kompetensi jabatan pengembangan kompetensi dan
kompetensi yang kinerja
tidak tepat sasaran

IV-290
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Pengembangan
Tidak semua ASN
kompetensi belum
mendapatkan Pengembangan
berdasarkan analisis
Pengembangan kompetensi yang
kesenjangan
Kompetensi sesuai tidak tepat sasaran
kompetensi dan
ketentuan
kinerja
Belum ada rencana
Rendahnya ASN
pengembangan
yang mendapatkan
kompetensi yang
pengembangan
sesuai kebutuhan
kompetensi
individu ASN
Pengembangan
kompetensi belum
berdasaakan analisis
kesenjangan
kompetensi dan
kinerja
Menyusun pipeline
(daftar nominasi
Talent pool dan Pemetaan kompetensi
pegawai yang
manajemen suksesi hanya struktural dan
memenuhi syarat
belum terbangun sebagian pelaksana
untuk masing2
jabatan)
Jenjang karier masing2 Belum ada peraturan
Belum diatur pola
PNS ke depan belum internal tentang pola
karir PNS yang jelas
jelas arahnya karier yang jelas
Promosi belum Melaksanakan seleksi
Promosi hanya bagi
berdasarkan jabatan secara
yang dekat pimpinan
kompetensi terbuka
Kinerja organisasi tidak
tercapai karena Mutasi belum
Penempatan PNS
pemangku jabatan berdasarkan
tidak sesuai
tidak bisa kompetensi dan
kompetensi
melaksanakan tugas kebutuhan
dengan baik
Belum
Kinerja masih rendah
dilaksanakannya
dilihat dari nilai SKP Rata-rata nilai SKP
penilaian SKP sesuai
dari yang distandarkan PNS masih rendah
standar yang
IP ASN
ditetapkan
Belum tersediaanya
informasi tentang
analisis
permasalahan kinerja
dan penyusunan
strategi
penyelesaiannya
untuk mewujudkan
tujuan organisasi;
Kelas jabatan Masih ada kendala
jabatan belum dalam penyusunan
sesuai Evaluasi jabatan

IV-291
Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Belum tersediannya
kebijakan internal Belum tersediannya
untuk memberi kebijakan internal
Belum tersusunnya
penghargaan yang untuk memberi
regulasi TPP
bersifat finansial dan penghargaan yang
non-finansial terhadap bersifat finansial
pegawai berprestasi
Belum tersediannya
kebijakan internal
Belum ada pemberian
untuk memberi
penghargaan non
penghargaan yang
finansial
bersifat non
finansial
Belum tersediaan
Belum adanya
fasilitas untuk
Belum maksimalnya kemudahan bagi
memberi kemudahan
Penyediaan pelayanan pegawai yang
bagi pegawai yang
administrasi membutuhkan
membutuhkan
kepegawaian pelayanan
pelayanan
administrasi
administrasi
Rendahnya
Proses penangganan pemahaman OPD
Masih adanya kasus
dan pembinaan sebagai atasan
pelanggaran disiplin
disiplin sering langsung dalam
ASN
terlambat menanggani masalah
hukuman disiplin
Penurunan
kesejahteraan setelah SK Pensiun masih Pengajuan usulan
memasuki masa ada yang terlambat pensiun terlambat
pensiun
Calon pensiunan
Calon pensiunan
tidak siap
mengalami post
menghadapi masa
power syndrom
pensiun
SK Pemberhentian Pengajuan SK
Administrasi
PPPK masih ada pemberhentian sering
pemberhentian PPPK
yang terlambat terlambat
Kurang aktifnya Belum ada
Belum adanya organisasi profesi pembinaan dan
kebijakan internal yang dalam memberikan fasilitasi dari
perlindungan untuk perlindungan pemerintah daerah
pegawai terhadap terhadap organisasi
anggotanya profesi yang ada

4.2. Isu Strategis

Isu strategis merupakan kondisi, atau


permasalahan daerah bersifat mendesak yang harus
diperhatikan, atau diutamakan dalam merancang

IV-292
pembangunan daerah, karena dampaknya yang
signifikan bagi entitas di masa mendatang. Isu strategis
ini, disusun melalui identifikasi permasalahan
pembangunan yang ada di Kabupaten Ngawi. Secara
konseptual, isu strategis, memiliki kemungkinan
bahwa belum menjadi masalah saat ini, namun
berpotensi akan menjadi masalah daerah pada suatu
saat nanti. Selain itu, isu strategis juga dapat dimaknai
sebagai potensi daerah yang belum terkelola, dan jika
dikelola secara tepat dapat menjadi potensi modal
pembangunan yang signifikan.

4.2.1. Isu Internasional

Globalisasi membawa berbagai macam dampak


bagi setiap negara di dunia. Dampak yang diberikan
dapat berupa hal-hal negatif maupun hal-hal yang
positif, tergantung pada kondisi maupun situasi
negara. Setiap negara akan memberikan respon yang
berbeda-beda terhadap tekanan arus globalisasi. Jika
ada negara yang tidak siap dengan tekanan yang
diberikan, maka globalisasi dapat memperburuk
keadaan suatu negara baik di bidang politik maupun
ekonomi. Globalisasi mempengaruhi isu-isu
internasional disetiap negara didnia. Isu adalah sebuah
masalah yang belum terpecahkan sehingga diperlukan
sebuah keputusan. Isu internasional
merepresentasikan suatu kesenjangan antara praktik
dengan harapan-harapan para stakeholder.

IV-293
4.2.1.1. Sustainable Development Goals (SDGs)

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan


(Sustainable Development Goals/SDGs) tahun 2015-
2030 secara resmi menggantikan Millennium
Development Goals (MDGs). SDGs atau tujuan
pembangunan berkelanjutan adalah kelanjutan dari
program MDGs. Berbeda dengan MDGs yang hanya
memiliki 8 tujuan, SDGs memiliki 17 tujuan
pembangunan berkelanjutan dengan 169 target. Oleh
karena itu SDGs memiliki cakupan yang lebih luas dan
diharapkan mampu lebih tanggap akan kebutuhan
universal. Berikut ini adalah 17 tujuan dari SDGs.
1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di mana
pun;
2. Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan
pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan
pertanian berkelanjutan;
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan
meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk
semua usia;
4. Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif
danmerata serta meningkatkan kesempatan
belajar sepanjang hayat untuk semua;
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan
kaum perempuan;
6. Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air
bersih dan sanitasiyang berkelanjutan untuk
semua;
7. Menjamin akses energi yang terjangkau, andal,
berkelanjutan, dan modern untuk semua;

IV-294
8. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang
produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang
layak untuk semua;
9. Membangun infrastruktur yang tangguh,
meningkatkan industri inklusif dan berkelanjutan,
serta mendorong inovasi;
10. Mengurangi kesenjangan intra dan antarnegara;
11. Menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman,
tangguh, dan berkelanjutan;
12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang
berkelanjutan;
13. Mengambil tindakan cepat untuk mengatasi
perubahan iklim dan dampaknya;
14. Melestarikan dan memanfaatkan secara
berkelanjutan sumber daya kelautan dan
samudera untuk pembangunan berkelanjutan;
15. Melindungi, merestorasi, dan meningkatkan
pemanfaatan berkelanjutan ekosistem daratan,
mengelola hutan secara lestari, menghentikan
penggurunan, memulihkan degradasi lahan, serta
menghentikan kehilangan keanekaragaman
hayati;
16. Menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai
untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan
akses keadilan untuk semua, dan membangun
kelembagaan yang efektif, akuntabel, dan inklusif
di semua tingkatan;
17. Menguatkan sarana pelaksanaan dan
merevitalisasi kemitraan global untuk
pembangunan berkelanjutan.

IV-295
4.2.1.2. Revolusi Industri 4.0

Revolusi Industri 4.0 yang hadir bersama


meningkatnya kemajuan dari internet, yang semula
hanya digunakan untuk kemudahan informasi dan
berkirim pesan, lalu bertransformasi menjadi internet of
things, robotic, dan cloud computing. Oleh karena itu isu
dari ketenagakerjaan selalu hadir ketika adanya
sebuah revolusi dalam industri.
Kemajuan di bidang otomatisasi dan kecerdasan
buatan membawa dampak yang mengkhawatirkan
dimana mesin-mesin akan mengambil alih seluruh
pekerjaan manusia. Jika pada revolusi industri
sebelumnya dapat membuka lapangan pekerjaan,
tetapi pada revolusi keempat ini kemajuan kecerdasan
buatan dan otomatisasi dapat menggantikan tenaga
kerja manusia secara keseluruhan.
Bagi Indonesia, revolusi industri akan
memberikan peluang untuk merevitalisasi sektor
manufaktur Indonesia dan menjadi salah satu cara
untuk mempercepat pencapaian visi Indonesia untuk
menjadi 10 ekonomi terbesar di dunia. Hingga tahun
2016, industri manufaktur berkontribusi sebesar 20
persen PDB Indonesia dan membuka lebih dari 14 juta
lapangan pekerjaan.
Perubahan perekonomian Indonesia dari
ekonomi berbasis sumberdaya alam menjadi ekonomi
berbasis jasa, membawa dampak menurunnya
kontribusi manufaktur Indonesia menjadi 22 persen
pada tahun 2016 berbanding terbalik pada tahun 2001
yang mencapai 26 persen dan diperkirakan akan terus
menurun pada tahun 2030 jika tidak melakukan

IV-296
intervensi apapun. Pemerintah melalui Kementerian
Perindustrian telah menyusun “Making Indonesia 4.0”
dalam menghadapi Revolusi Industri keempat. Road
Map Making Indonesia 4.0 memberikan arah dan
strategi yang jelas bagi pergerakan industri Indonesia
di masa yang akan datang, termasuk di sektor
makanan dan minuman; sektor tekstil dan pakaian;
sektor otomotif; sektor kimia; dan sektor elektronik
yang menjadi fokus dan 10 prioritas nasional dalam
upaya memperkuat struktur perindustrian Indonesia,
yaitu :
1. Perbaikan alur aliran barang dan material;
2. Desain ulang zona industri;
3. Mengakomodasi standar-standar keberlanjutan
(sustainability);
4. Memberdayakan UMKM;
5. Membangun infrastruktur digital Indonesia;
6. Menarik minat investasi asing;
7. Peningkatan kualitas SDM;
8. Pembangunan ekosistem inovasi;
9. Insentif untuk investasi teknologi; dan
10. Harmonisasi aturan dan kebijakan.

4.2.1.3. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Pada tahun 2016, Indonesia memberlakukan


kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau
ASEAN Economic Community (AEC). MEA menjadi
babak awal untuk mengembangkan berbagai kualitas
perekonomian dikawasan Asia Tenggara dalam
perkembangan pasar bebas di akhir 2015. MEA
menjadi peluang dan tantangan bagi Indonesi satu sisi

IV-297
menjadi kesempatan yang baik untuk menunjukkan
kualitas dan kuantitas produk dan Sumber Daya
Manusia (SDM) Indonesia kepada negara-negara lain
dengan terbuka, tetapi pada sisi yang lain dapat
menjadi bumerang untuk Indonesia apabila Indonesia
tidak dapat memanfaatkannya dengan baik.
MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena
hambatan perdagangan akan cenderung berkurang
bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan
berdampak pada peningkatan eskpor yang pada
akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Pada sisi
investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang
mendukung masuknya Foreign Direct Investment (FDI)
atau Investasi Langsung Luar Negeri yang dapat
menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui
perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja,
pengembangan Sumber Daya Manusia (human capital)
dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia.
Berdasarkan aspek ketenagakerjaan, terdapat
kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja
karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan
berbagai kebutuhan akan keahlian yang beraneka
ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri
dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah
bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA
juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para
wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai
dengan kriteria yang diinginkan. Namun demikian hal
ini dapat memunculkan resiko ketenagakerjaan bagi
Indonesia. Oleh karena itu diperlukan suatu uji
kompetensi bagi setiap calon tenaga kerja yang akan

IV-298
bersaing. Bagi mereka yang lulus uji kompetensi
diberikan sertifikat sesuai tingkat ketrampilan dan
keahliannya.

4.2.1.4. Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

Pada tahun 2020 ini, dunia mengalami bencana


pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-l9). Wabah
COVID-19 (sebelumnya 2019-nCoV) disebabkan oleh
virus SARS-CoV-2. Wabah ini menyebar pada bulan
Desember 2019 di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina.
COVID-19 terus menyebar ke seluruh dunia. Awalnya
episentrum wabah adalah Cina dengan kasus-kasus
yang dilaporkan baik di Cina atau wisatawan dari Cina.
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
yang telah dinyatakan sebagai pandemi oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization) yang
terjadi di sebagian besar negara-negara diseluruh
dunia, termasuk di Indonesia. Pandemi ini telah
menimbulkan banyak korban jiwa dan menunjukkan
peningkatan dari waktu ke waktu serta telah
ditetapkan sebagai bencana nasional.

Pandemi ini berdampak negatif terhadap


pertumbuhan ekonomi global. Menurut data
Congressional Research Service (CRS), pandemi dapat
memangkas pertumbuhan ekonomi global sebesar
3,0% menjadi 6,0% pada tahun 2020, dengan
pemulihan parsial pada tahun 2021, dengan asumsi
tidak ada gelombang infeksi kedua. Penurunan
ekonomi dari pandemi ini meningkatkan risiko resesi
ekonomi global dengan meningkatnya pengangguran.

IV-299
Selain itu, biaya manusia dalam hal tingginya
angka kematian akan memengaruhi pertumbuhan
ekonomi global antara lain meningkatnya tingkat
kemiskinan, hilangnya pekerjaan, dan meningkatnya
keresahan sosial. Menurut Congressional Research
Service (CRS) perdagangan global juga menurun dari
13% menjadi 32%, hal ini menyebabkan kerugian
ekonomi yang sangat besar pada negara-negara
berkembang yang bergantung pada perdagangan.
Dalam jangka pendek prospek pemulihan ekonomi
dunia diperkirakan tertahan seiring meluasnya COVID-
19, yang memengaruhi perekonomian Indonesia
melalui jalur pariwisata, perdagangan, dan investasi.

4.2.2. Isu Nasional

Isu nasional adalah suatu hal yang terjadi baik di


dalam maupun di luar negara yang apabila tidak
ditangani secara baik akan memberikan efek negatif
terhadap negara dan berlanjut pada tahap krisis. Isu
nasional dipengaruhi oleh isu dari negara lain ataupun
dalam negara itu sendiri. Beberapa isu nasional pada
RPJMD Kabupaten Ngawi antara lain :

4.2.2.1. RPJMN 2020-2024

Peningkatan inovasi dan kualitas Investasi


merupakan modal utama untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, berkelanjutan
dan mensejahterakan secara adil dan merata.
Pembangunan ekonomi akan dipacu untuk tumbuh
lebih tinggi, inklusif dan berdaya saing melalui :

IV-300
1. Pengelolaan sumber daya ekonomi yang mencakup
pemenuhan pangan dan pertanian serta
pengelolaan kemaritiman, kelautan dan perikanan,
sumber daya air, sumber daya energi, serta
kehutanan; dan
2. Akselerasi peningkatan nilai tambah pertanian dan
perikanan, kemaritiman, energi, industri,
pariwisata, serta ekonomi kreatif dan digital.
Pengembangan wilayah ditujukan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemenuhan
pelayanan dasar dengan harmonisasi rencana
pembangunan dan pemanfaatan ruang. Pengembangan
wilayah yang mampu menciptakan berkelanjutan dan
inklusif melalui :
1. Pengembangan sektor /komoditas /kegiatan
unggulan daerah;
2. Penyebaran pusat-pusat pertumbuhan ke wilayah
yang belum berkembang;
3. Penguatan kemampuan SDM dan Iptek berbasis
keunggulan wilayah;
4. Peningkatan infrastruktur dan pelayanan dasar
secara merata; dan
5. Peningkatan daya dukung lingkungan serta
ketahanan bencana dan perubahan iklim.
Manusia merupakan modal utama pembangunan
nasional untuk menuju pembangunan yang inklusif
dan merata di seluruh wilayah. Peningkatan kualitas
dan daya saing SDM yaitu manusia yang sehat dan
cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter,
melalui:

IV-301
1. Pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola
kependudukan;
2. Penguatan pelaksanaan perlindungan sosial;
3. Peningkatan pelayanan kesehatan menuju cakupan
kesehatan semesta;
4. Peningkatan pemerataan layanan pendidikan
berkualitas;
5. Peningkatan kualitas anak, perempuan, dan
pemuda;
6. Pengentasan kemiskinan; dan
7. Peningkatan produktivitas dan daya saing.
Revolusi mental sebagai gerakan kebudayaan
memiliki kedudukan penting dan berperan sentral
dalam pembangunan untuk mengubah cara pandang,
sikap, perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan
kemodernan. Revolusi mental dan pembangunan
kebudayaan dilaksanakan secara terpadu melalui :
1. Revolusi mental dan pembinaan ideologi Pancasila;
2. Pemajuan dan pelestarian kebudayaan;
3. Moderasi beragama; dan
4. Penguatan budaya literasi, inovasi, dan kreativitas.
Perkuatan infrastruktur ditujukan untuk
mendukung aktivitas perekonomian serta mendorong
pemerataan pembangunan nasional melalui :
1. Pembangunan infrastruktur pelayanan dasar;
2. Pembangunan konektivitas multimoda untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi;
3. Pembangunan infrastruktur perkotaan;
4. Pembangunan energi dan ketenagalistrikan; dan
5. Pembangunan dan pemanfaatan infrastruktur TIK
untuk transformasi digital.

IV-302
Pembangunan nasional perlu memperhatikan
daya dukung sumber daya alam dan daya tampung
lingkungan hidup, kerentanan bencana, dan
perubahan iklim. Pembangunan lingkungan hidup,
serta peningkatan ketahanan bencana dan perubahan
iklim diarahkan melalui :
1. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup;
2. Peningkatan Ketahanan Bencana dan Perubahan
Iklim; dan
3. Pembangunan Rendah Karbon.
Negara wajib hadir dalam melayani dan
melindungi segenap bangsa, serta menegakkan
kedaulatan negara melalui :
1. Reformasi kelembagaan birokrasi untuk pelayanan
publik berkualitas;
2. Penataan kapasitas lembaga demokrasi, penguatan
kesetaraan dan kebebasan;
3. Perbaikan sistem peradilan, penataan regulasi dan
tata kelola keamanan siber;
4. Peningkatan akses terhadap keadilan dan sistem anti
korupsi;
5. Peningkatan pelayanan dan perlindungan WNI di
luar negeri; dan
6. Peningkatan rasa aman, penguatan kemampuan
pertahanan dan Industri Pertahanan.

4.2.2.2. Kebijakan Nasional Pasca COVID-19

Menurut Bank Indonesia dalam Kajian Ekonomi


dan Keungan Ragional Laporan Nusantara, Secara
umum, pertumbuhan ekonomi nasional pada 2019
yang tetap berdaya tahan ditopang dinamika kinerja

IV-303
ekonomi daerah, di tengah kinerja perekonomian dunia
yang melambat. Ekonomi nasional tumbuh 5,02% (yoy),
kendati sedikit melambat dibandingkan tahun 2018.
Capaian pertumbuhan ekonomi secara nasional
tersebut ditopang oleh kinerja ekonomi daerah yang
meningkat terutama Sumatera, Kalimantan, dan
Balinusa.
Permintaan domestik yang masih baik di
berbagai wilayah dengan didukung terjaganya daya beli
masyarakat sejalan program perluasan bantuan sosial,
penyaluran dana desa, serta terjaganya inflasi yang
rendah dan stabil. Pada tahun 2019 ekonomi Jawa
tumbuh 5,52% (yoy), melambat dibandingkan tahun
2018 yang sebesar 5,73% (yoy). Pertumbuhan ekonomi
Jawa ditopang konsumsi swasta yang tetap baik
walaupun melambat. Konsumsi swasta ditopang
penyaluran bansos yang dilakukan lebih awal,
kenaikan gaji ASN, serta kenaikan Upah Minimum
Regional (UMR), ditengah perbaikan pendapatan ekspor
yang terbatas seiring melambatnya kinerja ekspor
Jawa. Di sisi lain itu, konsumsi pemerintah juga
tumbuh melambat seiring dengan realisasi penyerapan
belanja pemerintah yang lebih rendah dibandingkan
tahun 2018.

Pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan


tetap kuat pada triwulan I 2020, meskipun tertahan
dampak COVID-19. Konsumsi swasta diperkirakan
masih akan menopang pertumbuhan ekonomi di
berbagai wilayah antara lain didorong oleh penyaluran
bantuan sosial dan terjaganya inflasi pada tingkat yang
rendah. Meski demikian pertumbuhan konsumsi

IV-304
swasta di beberapa wilayah terindikasi relatif moderat
karena dipengaruhi oleh kenaikan tarif BPJS. Di
samping itu, kinerja investasi dan ekspor diperkirakan
cenderung terbatas karena dipengaruhi berlanjutnya
tekanan eksternal dan dampak COVID-19.
Perlambatan ekspor lebih lanjut diperkirakan tertahan
oleh aktivitas perdagangan antar daerah.

Gambar 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Nasional


Sumber: BPS Diolah oleh Tim Penyusun

Di tengah pandemi ini, pemerintah


mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020. Didalam Perppu
ini, pemerintah memberikan sejumlah insentif sebagai
stimulus ekonomi untuk para pelaku UMKM dan dunia
usaha. Beberapa poin tersebut adalah Pengurangan
tarif PPh sebesar 25 persen bagi para Wajib Pajak
Kemudian Impor Tujuan Ekspor (KITE) dan Penurunan
tarif PPh Badan dari 25 persen menjadi 22 persen.
Selain itu, berbagai paket dikeluarkan
pemerintah untuk mendorong perekonomian tetap

IV-305
berjalan antara lain pemerintah memberikan diskon
tarif bagi Pelanggan 450 VA dan 900 VA Subsidi. Dari
data, Rumah Tangga daya 450 VA adalah sebanyak 24
Juta Pelanggan, dan akan diberikan pembebasan biaya
listrik. Sedangkan untuk Rumah Tangga daya 900 VA
subsidi sebanyak 7 Juta Pelanggan akan diberikan
keringanan biaya listrik sebesar 50%. Masa berlaku
keringanan ini adalah untuk Bulan April-Juni 2020.
Paket lain, Stimulus Kredit Usaha Rakyat
merupakan paket yang bertujuan untuk meringankan
beban UMKM. Skema Kebijakan dilakukan
Kabupaten Ngawi melalui relaksasi kebijakan
penyaluran KUR, melalui penundaan angsuran dan
pembebasan bunga selama 6 bulan. Salah satu
kriteria debitur KUR yang dapat memperoleh kebijakan
restrukturisasi kredit, yaitu debitur mengalami
penurunan usaha dikarenakan minimal salah satu
kondisi sebagai berikut, seperti Lokasi usaha berada di
lokasi terdampak Covid-19 yang diumumkan
Pemerintah setempat (Pemda TK-I Provinsi atau TK-II
Kabupaten/Kota) atau terjadi penurunan
pendapatan/omzet karena mengalami gangguan terkait
COVID-19 atau terjadi gangguan terhadap proses
produksi karena dampak Covid-19 (Siaran Pers
Kemekeu).

4.2.3. Isu Regional

Isu regional adalah suatu hal yang terjadi baik di


dalam maupun di luar daerah yang apabila tidak
ditangani secara baik akan memberikan efek negatif
terhadap daerah. Isu regional dipengaruhi oleh isu

IV-306
internasional dan nasional. Beberapa isu regional pada
RPJMD Kabupaten Ngawi antara lain.

4.2.3.1. RPJMD Provinsi Jawa Timur 2019-2024


4.2.3.1.1. Kualitas Sumber Daya Manusia

Kualitas Sumber Daya Manusia masih menjadi


fokus pembangunan Provinsi Jawa Timur. Bebarapa
fokus peningkatan kualitas SDM Provinsi Jawa Timur
adalah sebagai berikut :
1. Perbaikan kualitas pendidikan di Provinsi Jawa
Timur dengan peningkatan kualitas tenaga
pendidiknya;
2. Rata-rata Lama Sekolah di Jawa Timur berada di
posisi ke 2 (dua) terendah. hal ini membutuhkan
peningkatan upaya yang intensif;
3. Peningkatan Pelayanan kesehatan;
4. Tingkat prevalensi stunting di Jawa Timur (32,7%)
secara nasional berada di posisi ke 11 (sebelas) dan
diatas angka nasional.

4.2.3.1.2. Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan Nasional


selama periode 2011 s/d 2019 cenderung melambat,
dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur berada di
atas pertumbuhan ekonomi Nasional. Pada tahun 2019
ekonomi Jawa tumbuh 5,52% (yoy), melambat
dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 5,73% (yoy).
Berikut ini fokus Provinsi Jawa Timur di bidang
Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi :
1. Pengentasan kemiskinan masih menjadi isu penting
yang belum dapat terselesaikan sampai dengan saat

IV-307
ini. Kemiskinan merupakan masalah pembangunan
yang bersifat multidimensi dan sangat penting
untuk ditangani melalui dukungan seluruh
pemangku kepentingan.
2. Jawa Timur juga masih menghadapi isu disparitas,
dimana dari 7.721 Desa di Jawa Timur pada Tahun
2018, masih terdapat 88 Desa Sangat Tertinggal,
1.569 Desa Tertinggal, 5.006 Desa Berkembang
berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
(Dirjen PPMD) Nomor 52 Tahun 2018 tentang
Perubahan atas Keputusan Dirjen PPMD Nomor 30
Tahun 2016 tentang Status Kemajuan dan
Kemandirian Desa.
3. Peningkatan upaya penyiapan tenaga kerja yang
kompetitif agar tantangan bonus demografi dan
revolusi industri 4.0 dapat memberikan dampak
positif bagi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur.

4.2.3.1.3. Tata Kelola Pemerintah dan Reformasi Birokrasi

Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan pelayan


masyarakat. Hal ini diatur dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Adanya peraturan ini mengatur PNS (Pegawai Negeri
Sipil) maupun P3K (Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja) harus memiliki integritas, profesional,
netral dan bebas dari intervensi politik, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat
mutlak diperlukan. Selaras dengan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014, Pembangunan daerah memiliki

IV-308
tantangan kepada pemerintah dalam beberapa hal,
antara lain :
1. Pengelolaan dan penataan Organisasi Pemerintah
Daerah (OPD) yang efektif dan efisien;
2. Pengembangan kapasitas ASN dalam memberikan
layanan, peningkatan kedisiplinan dan
penyelenggaraan pemerintah yang bersih; dan
3. Pengelolaan keuangan daerah dengan prioritas
pemenuhan pelayanan dasar secara efektif, efisien
dan akuntabel.
Dalam mendorong percepatan implementasi
reformasi birokrasi. Kepala Daerah diharapkan
memberikan perhatian untuk terciptanya tata kelola
pemerintahan yang baik dan berorientasi hasil. Adapun
arahan Presiden RI terkait permasalahan efisiensi
birokrasi :
1. E-Government, dalam sistem pemerintahan
elektronik, rakyat dapat mengakses dokumen-
dokumen pemerintah, dan semua hal dapat dilihat
secara transparan, termasuk soal anggaran publik;
2. Money Follow Program, alokasi anggaran harus
digunakan untuk program pembangunan yang
bermanfaat bagi masyarakat, misalnya :
infrastruktur, pengentasan kemiskinan,
pendidikan, dan kesehatan (pemerintahan
berorientasi hasil);
3. Stop Pemborosan Anggaran, seberapa pun anggaran
yang diberikan kepada K/L/Pemda pasti habis,
tetapi tujuan (hasil) tidak tercapai; dan

IV-309
4. Fokus Kinerja bukan SPJ, ASN jangan terlalu
menghabiskan waktu dan tenaga hanya untuk
mengurusi SPJ.

4.2.3.1.4. Demokrasi Kewargaan

Demokrasi kewargaan berhubungan hak


demokrasi dan kewajiban warga Negara dalam
menjalankan aktifitasnya dengan mendapatkan
perlakuan yang adil di depan hukum dan
pemerintahan. Berikut ini isu strategis Provinsi Jawa
Timur dalam demokrasi kewargaan:
1. Kebebasan sipil;
2. Hak-hak politik dan;
3. Partisipasi politik;
4. Pengarusutamaan Gender dan Pengarusutamaan
Hak Anak;
5. Rendahnya Komitmen dan Pemahaman dari lintas
sektor dan masyarakat umum tentang tindak
kekerasan dan perdagangan orang;
6. Masih tingginya laju pertumbuhan penduduk di
Jawa Timur;
7. Masih rendahnya kesadaran penduduk akan
pentingnya dokumen kependudukan;
8. Kartu Identitas Anak (KIA) Tahun 2019 sudah harus
serentak di berlakukan
9. Peningkatan Pelayanan dengan Go-Digital-Tanda
Tangan Elektronik (TTE).

IV-310
4.2.3.1.5. Pembangunan Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur masih menjadi isu


strategis dalam rencana pembangunan Provinsi Jawa
Timur. Berikut ini isu strategis dibidang infrastruktur
Provinsi Jawa Timur :
1. Tantangan pengembangan wilayah di Jawa Timur
adalah aksesibiltas dan konektifitas antarwilayah
dalam rangka mengembangkan dan
mengoptimalkan potensi di Kawasan Lingkar Wilis,
Lingkar Bromo, Lingkar Ijen, Gerbang kertosusila,
Koridor Maritim Jawa Madura, dan Koridor Maritim
Selatan Jawa.
2. Pemenuhan cakupan layanan dasar perumahan
dan permukiman antara lain penyediaan air minum
regional, penyediaan system pengelolaan air limbah
perkotaan, dan Pembangunan TPA Regional.
3. Tantangan pembangunan berwawasan lingkungan,
perubahan iklim, dan kejadian bencana.
4. Rendahnya kesadaran terhadap resiko dan
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

4.2.3.2. Isu Kebijakan RTRW Provinsi Jawa Timur

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa


Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031.
Pentaan ruang wilayah Provinsi Jawa Timur memiliki
keterkaitan dengan Penataan Ruang Wilayah
Kabupaten Ngawi. Berikut ini keterkaitan Pentaan
ruang wilayah Provinsi Jawa Timur dengan Penataan
Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi :

IV-311
1. Dalam Rencana Sistem Perkotaan RTRW Provinsi
Jawa Timur, Kabupaten Ngawi masuk kedalam
Pusat Kegiatan Lokal. Pusat Kegiatan Lokal adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala Kabupaten atau melayani kegiatan
beberapa Kecamatan.
2. Kabupaten Ngawi dalam wilayah pengembangan
masuk ke dalam wilayah pengembangan Madiun
dengan Pusat di Kota Madiun. Wilayah
Pengembangan adalah adalah suatu kesatuan
wilayah yang terdiri atas satu dan/atau beberapa
kabupaten/kota yang membentuk kesatuan
struktur pelayanan secara berhierarki yang di
dalamnya terdapat pusat pertumbuhan dan wilayah
pendukung. Kota Madiun, Kabupaten Madiun,
Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan,
Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi dengan
fungsi pertanian tanaman pangan, perkebunan,
hortikultura, kehutanan, peternakan,
pertambangan, pariwisata, pendidikan, kesehatan,
dan industri.
3. Rencana pengembangan jalan bebas hambatan di
sekitar Kabupaten Ngawi.
4. Rencana pengembangan jaringan irigasi dalam
rangka mendukung air baku pertanian
dilaksanakan dengan memperhatikan rencana
pengembangan air baku pada wilayah sungai.
Bendung Gerak Karangnongko, Waduk Kedung
Bendo, Waduk Sonde, Waduk Pakulon, Waduk
Alastuwo, dan Bendungan Geneng di Kabupaten
Ngawi.

IV-312
5. Pengelolaan sumber daya air untuk pengendalian
daya rusak air di wilayah provinsi serta mendukung
pengelolaan sumber daya air lintas provinsi.
Rencana pengendalian daya rusak air sebagaimana
dimaksud termasuk dalam pengaturan sungai dan
sistem pompa banjir DAS Kali Madiun tersebar di
Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Kabupaten Ngawi
dan Kabupaten Ponorogo.
6. Situs Purbakala Trinil di Kabupaten Ngawi masuk
ke dalam kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan berupa lingkungan nonbangunan.
7. Benteng Pendem Van den Bosch di Kabupaten
Ngawi sebagai kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan berupa lingkungan bangunan gedung.
8. Situs geologi–arkeologi (geoarkeologi) Trinil dan
kedungbrubus di timur laut Ngawi, lokasi
penemuan fosil vertebrata sebagai kawasan
keunikan batuan dan fosil.
9. Kawasan peruntukan pariwisata di Kabupaten
Ngawi Hutan Surya, Pemandian Talun, dan Waduk
Pondok.
10. Kabupaten Ngawi masuk ke dalam kawasan rawan
tanah longsor,kawasan rawan banjir, kawasan
rawan gempa bumi.

4.2.3.3. Isu berdasarkan Kebijakan Rencana Pembangunan


Jangka Panjang dan Penataan Ruang Kabupaten
Ngawi
4.2.3.3.1. Isu Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang

Penyusunan isu kebijakan Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

IV-313
Kabupaten Ngawi 2021-2026 tidak lepas dari
pembangunan yang sudah dilakukan sebelumnya.
Pada pembangunan jangka menengah 5 tahun
sebelumnya telah mampu memberikan kontribusi yang
positif dan dapat menjadi dasar pertimbangan untuk
memacu serta mendorong peningkatan, pengembangan
dan percepatan pembangunan daerah 5 tahun ke
depan dengan tetap melihat isu
permasalahan/strategis yang berkembang.
Dari hasil evaluasi periodesasi RPJPD melalui
tahapan pelaksanaan jangka menengah 5 tahunan,
secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :
Dalam mewujudkan Visi Pembangunan Kabupaten
Ngawi Tahun 2005-2025, maka pembangunan
Kabupaten Ngawi dilakukan dengan perencanaan
pembangunan lima tahunan, yang akan dijabarkan
lebih lanjut dalam RPJM Daerah sesuai dengan
pembangunan tahap IV sebagai berikut :

RPJPD Tahap 4 (2020-2025)

RPJPD Tahap 4 (2020-2025) merupakan tahap


pengembangan teknologi guna mewujudkan Kabupaten
Ngawi yang sejahtera. Fase ini adalah terwujudnya visi
Kabupaten Ngawi sebagai Kabupaten Lumbung Pangan
dan Lumbung Energi Nasional, Pusat Agribisnis, Pusat
Industri Kecil dan Menengah, dan Pemantapan
Pariwisata sebagai Ekonomi Kreatif.

4.2.3.3.2. Isu Penataan Ruang

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi


Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

IV-314
Wilayah Kabupaten Ngawi Tahun 2010-2030. Pentaan
ruang wilayah Kabupaten Ngawi bertujuan:

“Mewujudkan ruang wilayah kabupaten


Ngawi sebagai lumbung pertanian Jawa-Bali
yang didukung oleh industri dan
perdagangan”

Sedangkan kebijakan struktur ruang wilayah


Kabupaten Ngawi meliputi beberapa hal, yaitu:
1. Peningkatan fungsi kawasan perkotaan secara
berjenjang dan bertahap sesuai pengembangan
perkotaan secara keseluruhan;
2. Pengembangan kegiatan pertanian, industri,
perdagangan dan pariwisata yang didukung oleh
sistem jaringan sarana dan prasarana wilayah;
3. Penetapan kawasan lahan pertanian pangan
berkelanjutan;
4. Pengembangan sistem agropolitan dan perikanan
pada kawasan potensial;
5. Peningkatan fungsi wilayah perdesaan melalui
pengembangan produk unggulan perdesaan; dan
6. Pengoptimalan potensi sumber daya alam secara
berkelanjutan untuk menghindari dampak dan
resiko bencana.

IV-315
Gambar 4.3 Keterkaitan RPJMN, RPJMD
Provinsi Jawa Timur, dan RPJP Kabupaten Ngawi

IV-316
Tabel 4.2 Keterkaitan RTRW Provinsi Jawa Timur dan RTRW
Kabupaten Ngawi
Isu Strategis RTRW Provinsi Keterkaitan RTRW Kabupaten Ngawi

Dalam Rencana Sistem Perkotaan RTRW


Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Ngawi
Peningkatan fungsi kawasan
masuk kedalam Pusat Kegiatan Lokal. Pusat
perkotaan secara berjenjang dan
Kegiatan Lokal adalah kawasan perkotaan
bertahap sesuai pengembangan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan
perkotaan secara keseluruhan
skala Kabupaten atau melayani kegiatan
beberapa Kecamatan.

Kabupaten Ngawi dalam wilayah Peningkatan fungsi wilayah


pengembangan masuk ke dalam wilayah perdesaan melalui pengembangan
pengembangan Madiun dengan Pusat di Kota produk unggulan perdesaan
Madiun. Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Pengembangan kegiatan
Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, pertanian, industri, perdagangan
Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi dan pariwisata yang didukung
dengan fungsi pertanian tanaman pangan, oleh sistem jaringan sarana dan
perkebunan, hortikultura, kehutanan, prasarana wilayah
peternakan, pertambangan, pariwisata,
pendidikan, kesehatan, dan industri.
Situs Purbakala Trinil di Kabupaten Ngawi
masuk ke dalam kawasan cagar budaya dan
ilmu pengetahuan berupa lingkungan
nonbangunan.
Benteng Pendem Van den Bosch di
Kabupaten Ngawi sebagai kawasan cagar
budaya dan ilmu pengetahuan berupa
lingkungan bangunan gedung.
Situs geologi–arkeologi (geoarkeologi) Trinil
dan kedungbrubus di timur laut Ngawi,
lokasi penemuan fosil vertebrata sebagai
kawasan keunikan batuan dan fosil.
Rencana pengembangan jaringan irigasi
dalam rangka mendukung air baku pertanian
dilaksanakan dengan memperhatikan rencana
pengembangan air baku pada wilayah sungai. Penetapan kawasan lahan
Bendung Gerak Karangnongko, Waduk pertanian pangan berkelanjutan
Kedung Bendo, Waduk Sonde, Waduk
Pakulon, Waduk Alastuwo, dan Bendungan
Genen di Kabupaten Ngawi.
Kawasan peruntukan pariwisata di
Kabupaten Ngawi Hutan Surya, Pemandian
Talun, dan Waduk Pondok.
Pengembangan sistem
agropolitan dan perikanan pada
kawasan potensial

IV-316
Isu Strategis RTRW Provinsi Keterkaitan RTRW Kabupaten Ngawi
Kabupaten Ngawi masuk ke dalam kawasan Pengoptimalan potensi sumber
rawan tanah longsor,kawasan rawan banjir, daya alam secara berkelanjutan
kawasan rawan gempa bumi. untuk menghindari dampak dan
resiko bencana
Pengelolaan sumber daya air untuk
pengendalian daya rusak air di wilayah
provinsi serta mendukung pengelolaan
sumber daya air lintas provinsi. Rencana
pengendalian daya rusak air sebagaimana
dimaksud termasuk dalam pengaturan sungai
dan sistem pompa banjir DAS Kali Madiun
tersebar di Kabupaten Madiun, Kota Madiun,
Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Ponorogo.

4.2.4. Isu Strategis Kabupaten Ngawi

Isu strategis merupakan kondisi atau


permasalahan daerah bersifat mendesak yang harus
diperhatikan atau diutamakan dalam merancang
pembangunan daerah karena dampaknya yang
signifikan bagi entitas dimasa mendatang. Isu strategis
ini disusun melalui identifikasi permasalahan
pembangunan yang ada di Kabupaten Ngawi. Secara
konseptual, isu strategis, memiliki kemungkinan
bahwa belum menjadi masalah saat ini, namun
berpotensi akan menjadi masalah daerah pada suatu
saat nanti. Selain itu isu strategis juga dapat dimaknai
sebagai potensi yang daerah yang belum terkelola, dan
jika dikelola secara tepat dapat menjadi potensi modal
pembangunan yang signifikan.
Adapun tahapan perumusan isu strategis
RPJMD Kabupaten Ngawi tahun 2021-2026 melalui
tahapan Penentuan dan Pembobotan. Secara teknis,
proses Tahapan Penetuan isu strategis diperoleh
dengan cara mengidentifikasi isu-isu penting dan

IV-317
permasalahan pembangunan Kabupaten Ngawi, yang
ditinjau dari kebijakan-kebijakan terkait mengenai
pembangunan Kabupaten Ngawi serta hasil FGD yang
dilaksanakan dengan perwakilan OPD terkait dan
Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian dan
Pengembangan Kabupaten Ngawi. Penentuan isu
tersebut terasaji dalam Daftar Panjang identifikasi Isu
Strategis Pembangunan Kabupaten Ngawi berdasarkan
Urusan Pembangunan Kabupaten Ngawi.

Tabel 4.3 Daftar Panjang Identifikasi Isu Strategis dan


Permasalahan Pokok Pembangunan Kabupaten Ngawi
berdasarkan Urusan Pembangunan Kabupaten Ngawi

No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan

Kurangnya ketersediaan
guru sesuai kualifikasi
Minimnya Pemahaman
orang tua terhadap
pentingnya pendidikan
Menurunnya Rata-rata Nilai
Ujian Sekolah Berbasis
Nasional (SD)
Menurunnya Angka
Kurangnya Partisipasi Kasar (APK)
Belum optimalnya
pemerataan PAUD dan SD
1 kualitas Pendidikan
kualitas Menurunnya Presentase
pendidikan
Pendidikan Angka Melanjutkan dari
SD/MI ke SMP/MTS dan
SMP/MTS ke SMA/MA
Menurunya angka
partisipasi murni SD dan
SMP Kabupaten Ngawi
Meningkatnya Angka Putus
Sekolah SMP Kabupaten
Ngawi

Minimnya minat
masyarakat dalam
Rendahnya
pelestarian budaya
Pelestarian minat
Semakin berkurangnya
2 kebudayaan masyarakat Kebudayaan
pagelaran budaya
semakin menurun terhadap
Masih adanya pelaku seni
budaya
yang enggan beradaptasi
dengan kemajuan teknologi
Masih minimnya Minimnya Minimnya sarana prasarana
Ekonomi
3 sarana prasarana perhatian untuk menunjang kegiatan
Kreatif
untuk pelaku daerah terkait ekonomi kreatif

IV-318
No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
usaha ekonomi potensi ekonomi Masih minimnya media
kreatif kreatif promosi
Tingginya angka stunting
diatas standar WHO 20%
Kurangnya pola asuh orang
tua yang paham akan
pemenuhan gizi
Sistem manajemen
kesehatan yang belum
terorganisir
Masih tingginya
Masih rendahnya tenaga
Masih tingginya angka stunting
4 kesehatan yang terlatih
angka stunting (Kekurangan
Belum maksimalnya Bayi
Gizi)
Berat Badan Lahir Rendah
Kesehatan
(BBLR) yang mendapatkan
penanganan kesehatan dari
85 bayi yang mengalami
BBLR hanya 22 bayi yang
dirujuk
Meningkatnya Ibu Hamil
Kurang Energi Kronis (KEK)
Masih tingginya Masih tingginya cakupan
Masih tingginya
penemuan penemuan pasien baru
penemuan pasien
5 pasien HIV, kasus HIV, DBD, Diare,
HIV, DBD, Diare,
DBD, Diare, Ispa, TBC
ISPA, TBC
ISPA, TBC
Masih tingginya kasus
khusus yang tidak tercover
BPJS
Masih adanya keterbatasan
Minimnya sarana prasarana, dan
Masih rendahnya pembiayaan BPJS
inovasi teknologi
inovasi untuk Regulasi pemerintah yang
6 untuk RSUD
mempermudah dinamis membutuhkan
memotong
akses layanan adaptasi yang cepat
prosedur
Masih perlunya inovasi
pengembangan pelayanan
untuk mempermudah
akses layanan dengan
memotong prosedur
Penanganan PMKS yang
belum tepat sasaran
Belum adanya karena belum adanya
pendataan pendataan yang valid
Masih rendahnya
terintegrasi Kurang adanya pendataan
7 pendataan dan Sosial
dalam masyarakat fakir miskin
penaganan PMKS
penanganan Kurangnya SDM yang
PMKS berkompeten dalam Potensi
dan Sumber Kesejahteraan
Sosial (PSKS)
Minimnya akses Menurunnya IPG karena
Masih rendahnya Pemberdayaa
8 dan partisipasi menurunnya partisipasi
partisipasi n Perempuan
perempuan angkatan kerja perempuan

IV-319
No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
perempuan dalam dalam dunia Masih rendahnya
dunia kerja kerja perempuan dan anak
korban kekerasan yang
mendapatkan penanganan
pengaduan karena
pengetahuan masyarakat
serta kurangnya
keterbukaan komunikasi
antar lingkungan
Menurunnya Partisipasi
perempuan dilembaga
pemerintah disebabkan
karena adanya Tradisi atau
perspektif perempuan yang
hanya sebagai ibu Rumah
Tangga (Gender/Kodrat
Perempuan)
Rendahnya pengetahuan
masyarakat terhadap
Belum
program keluarga
Optimalnya Perlindungan
Masih tingginya berencana menyebabkan
Program KB Anak dan
9 laju pertumbuhan tingginya TFR
karena laju Keluarga
penduduk Masih rendahnya
pertumbuhan Berencana
prevalensi peserta KB aktif
penduduk tinggi
Belum optimalnya rasio
petugas lapangan KB/PKB
Minimnya prestasi pemuda
ditingkat Provinsi dan
Minimnya Nasional
Masih rendahnya
prestasi Menurunya persentase Kepemudaan
10 prestasi pemuda
dibidang lapangan olahraga per dan Olahraga
dan olahraga
olahraga jumlah penduduk
Menurunya saran-prasaran
penunjang bidang olah raga
Belum adanya data nilai
cadangan pangan utama
Belum
Masih kurangnya daerah karena kurangnya
optimalnya
perekonomian koordinasi dengan OPD lain
11 pemanfaatan Pangan
kerakyatan dengan Menurunnya skor PPH
lumbung
berbasis teknologi Konsumsi
pangan
Masih tingginya desa rawan
pangan
Minimnya akses Kurangnya masyarakat
Masih rendahnya
dan untuk konsumsi ikan
akses air untuk Perikanan
12 ketersediaan air Minimnya ketersediaan air
pengembangan dan Kelautan
untuk untuk budidaya perikanan
perikanan
perikanan
Kurangnya ketersediaan air
untuk irigrasi pertanian
Kurangnya pemanfaatan
teknologi di bidang
Minimnya akses
Masih rendahnya pertanian
dan
13 akses air untuk Menurunnya capaian Pertanian
ketersediaan air
pertanian produksi pertanian
untuk pertanian
Menurunnya kontribusi
PDRB ADHB Sektor
pertanian, kehutanan, dan
perikanan

IV-320
No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Menurunnya capaian
produksi pertanian
Volume sampah yang
semakin meningkat
Menurunya indeks kualitas
Tantangan Masih tingginya
vegetasi
penurunan tingkat Lingkungan
14 Masih rendahnya jumlah
kualitas pencemaran Hidup
pasar bersih
lingkungan lingkungan
Belum optimalnya kinerja
dalam peningkatan kualitas
air
Masih Belum terdapat klasifikasi
Belum optimalnya banyaknya desa kategori swasembada
15 PMD
Bumdes yang aktif Bumdes yang Berkurangnya Lembaga
tidak aktif Ekonomi yang Aktif
Minimnya Masih rendahnya destinasi
pendukung wisata yang
pariwisata berkembangkan
Masih rendahnya berbasis 5A Minimnya ketersediaan
16 kunjungan (attraction, akomodasi wisata Pariwisata
pariwisata activity,
accessibility,
accommodation,
dan amenity)
Kurang variatifnya jenis
usaha
Belum optimalnya Jumlah
Masih dominan Usaha mikro yang Koperasi,
Masih rendahnya usaha mikro mengalami perubahan Usaha Kecil,
17
usaha mikro dari pada usaha status menjadi kecil karena dan
kecil Standarisasi produk yang Menengah
masih kurang
Menurunnya jumlah usah
mikro dan kecil
Belum optimalnya
Masih
koordinasi dan kerjasama
Masih rendahnya rendahnya
pembangunan transmigrasi
18 kualitas SDM kualitas SDM Transmigrasi
Masih rendahnya
transmigrasi lokal transmigrasi
pengetahuan transmigrasi
lokal
lokal
Belum optimalnya rasio
daya serap tenaga kerja
karena Kurangnya
Masih pemahaman masyarakat
Masih rendahnya rendahnya terhadap sistem OSS
minat investor pemaham SDM Belum optimalnya investor Penanaman
19
untuk investasi di dalam karena validitas dan akses Modal
Kabupaten Ngawi pengolahan data investasi terkait
sistem OSS dengan OSS kurang
optimal
Kurangnya jaringan
internet
Jumlah IKM Penurunan jumlah indusri
Minimnya
yang mengalami baru disebabkan oleh Perindustria
20 pertumbuhan
peningkatan faktor jumlah pelatihan n
industri baru
status dari yang berkurang

IV-321
No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
tahun ke tahun Penurunan omset 4562
semakin pedagang pasar daerah,
berkurang 4510 pedagang pasar
daerah, dan 407 pedagang
kaki lima (PKL) akibat
COVID-19
Dinamika 1812 IKM yang
mengalami kondisi tidak
ideal karena terdampak
COVID-19
Belum maksimalnya
pekerja/ buruh yang
mendapat perlindungan
ketenagakerjaan
Belum maksimalnya
distribusi/pemasaran
Masih
produk lokal Ngawi
rendahnya
Minimnya Masih rendahnya
minat
21 pemasaran produk pengawasan mutu dagang Perdagangan
masyarakat
lokal PKL dan asongan
terhadap
disebabkan oleh faktor data
produk lokal
PKL masih mencakup kota
saja
Masih belum maksimalnya
Belum
Masih rendahnya pencari kerja yang
optimalnya
kapasitas dan ditempatkan
22 pencari kerja Tenaga Kerja
kapabilitas calon Belum adanya instruktur
yang
tenaga kerja tetap untuk Balai
ditempatkan
Kepegawaian
Belum terkelolanya Masih rendahnya
Administrasi
mekanisme Belum penduduk yang memiliki
Kependuduk
pendaftaran optimalnya akte kematian
23 an dan
informasi catatan
Masih lamanya rata-rata Pencatatan
kependudukan kependudukan
penyelesaian KTP Sipil
yang terintegrasi
Menurunnya jumlah
pengunjung perpustakaan
Masih
Masih rendahnya Ketersediaan sarana dan
rendahnya Perpustakaa
24 budaya literasi prasarana Perpustakaan
minat baca n
masyarakat yang kurang representatif
masyarakat
Masih rendahnya koleksi
budaya etnis nusantara
Menurunnya jumlah SKPD
yang menerapkan arsip
secara baku disebabkan
Masih rendahnya Rendahnya kualitas
Masih
pengelolaan arsiparis
rendahnya
25 kearsipan tingkat Masih rendahnya OPD yang Kearsipan
kualitas
daerah, perangkat menyelenggarakan arsip
arsiparis
daerah, dan desa secara baku
Masih rendahnya arsip
yang terjamin ke
amanannya
Minimnya pegawai Masih tingginya
Masih
yang memiliki pelanggaran disiplin
rendahnya
kompetensi dan pegawai
26 disiplin dan Kepegawaian
kualifikasi yang Ketidak akuratan data
kompetensi
tidak sesuai kepegawaian terutama PNS
pegawai
dengan bidangnya yang telah mengikuti diklat

IV-322
No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Belum optimalnya PNS
mengikuti uji kompetensi
Ketidak akuratan data
kepegawaian terutama PNS
yang telah mengikuti diklat
Masih tingginya OPD yang
tidak terdapat hukuman
disiplin
Masih rendahnya ASN yang
memenuhi persyaratan
kompetensi teknis
Belum optimalnya evaluasi
internal secara berkala
Belum optimalnya Masih Masih rendahnya
Monitoring dan kurangnya kapabilitas APIP
27 Evaluasi untuk Monev yang Jumlah APIP yang belum Inspektorat
peningkatan dilakukan memadai
kinerja secara berkala Mekanisme Monev kinerja
belum memperlihatkan
hasil yang ingin dicapai
Masih rendahnya IRB
Belum optimalnya Kelembagaan Proses bisnis masih belum
Sekretariat
28 pelaksanaan belum berbasis sepenuhnya terintgrasi
Daerah
reformasi birokrasi pada kinerja dengan dokumen
perencanaan
Belum Masih rendahnya aspirasi
Belum optimalnya
optimalnya masyarakat yang Sekretariat
29 jaringan aspirasi
jaringan aspirasi terakomodir dalam pokok- DPRD
masyarakat
masyarakat pokok pikiran DPRD
Belum optimalnya
penggunaan aplikasi e-
Government yang
terintegrasi
Belum Belum optimalnya
Keterbatasan optimalnya Kelompok Informasi
Komunikasi
akses jaringan penggunaan Masyarakat (KIM) yang
30 dan
internet diberbagai teknologi dalam mengaplikasikan TIK dalam
Informasi
wilayah aktivitas aktivitasnya
pemerintahan Masih rendahnya IKM
Masih rendahnya
kapabilitas SDM aparatur
dalam mengoprasikan
internet
Data statistika sektoral
yang diperoleh OPD masih
belum maksimal dan belum
terintegrasi
Belum ada
Belum Data belum konsisten
pendataan
31 terintegrasinya karena adanya perbedaan Statistik
statistik sektoral
statistika sektoral konsep dan metodologi.
yang baku
Mekanisme pengumpulan
data statistik sektoral
menggunakan metode yang
tidak baku
Belum terjaganya Masih Masih rendahnya
32 keamanan rendahnya operasionalisasi sandi Persandian
informasi daerah penyediaan pemerintah daerah

IV-323
No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
pelayanan Penyediaan pelayanan
keamanan keamana informasi masih
informasi rendah
Penggunaan ukuran
kinerja/indikator kinerja
Belum belum sepenuhnya
optimalnya mencerminkan tujuan yang
Belum optimalnya
pemahaman hendak dicapai
mekanisme
SDM terkait Mekanisme pengumpulan
penjaminan
33 penyusunan data OPD belum optimal Perencanaan
kualitas dokumen
dokumen
perencanaan dan
perencanaan Minimnya pemahaman
pengukuran
dan pengukuran internal OPD terkait
yang berkualitas penyusunan dokumen
perencanaan dan
pengukuran yang baik
Belum optimalnya Hasil
Penelitian dan
Pengembangan yang
Belum optimalnya Masih menjadi Bahan
penelitian dan kurangnya Perencanaan Pembangunan Penelitian
pengembangan kapasitas SDM Masih minimnya agenda- dan
34
yang menunjang dalam penelitian agenda penelitian dan Pengembang
pembangunan dan pengembangan yang an
daerah pengembangan menunjang daerah
Belum optimalnya kajian
penelitian yang berada
pada setiap urusan di OPD
Kurangnya pemahaman
SKPD dalam memahami
peraturan perundang-
Masih undangan yang baru
Belum optimalnya tentang penyusunan
kurangnya
pengelolaan anggaran daerah.
pemahaman
35 keuangan dan Aplikasi ( Misalnya SP2d Keuangan
SKPD tentang
pengelolaan BMD Dengan Bank, SISMIOP di
pengelolaan
kategori baik kecamatan ) belum
keuangan
terlaksana secara online
Penyampaian laporan BMD
yang tidak tepat waktu
Belum optimalnya jaringan
irigasi dalam kondisi baik
untuk peningkatan
produksi padi
Masih kurangnya kualitas
Belum infrastruktur jalan dalam
Masih kurangnya optimalnya kondisi baik. Hal ini
kuantitas dan jaringan irigrasi dikarenakan Umur rencana
kualitas dan sistem jalan telah melampaui
36 PUPR
infrastruktur yang drainase utilitas umur rencana jalan
mendukung lintas yang terpadu sehingga kondisi jalan
sektor serta menjadi tidak stabil dan
berkelanjutan cenderung rusak akibat
faktor cuaca dan lalu lintas
(baik repetisi/ jumlah lalu
lintas yang lewat maupun
beban lalu lintas yang
melebihi tonase)

IV-324
No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Masih rendahnya sistem
drainase secara terpadu
Masih rendahnya sistem
utilitas berkelanjutan
Belum optimalnya rumah
tangga layak huni
Belum
Masih minimnya Optimalnya
Belum optimalnya rumah
perumahan dan rumah layak
37 tangga bersanitasi Perkim
permukiman yang huni dalam
Belum optimalnya
berkelanjutan permukiman
penataan permukiman
tertata
Masih rendahnya rumah
tangga pengguna air bersih
Kurang optimalnya tanah
yang memiliki sertifikat,
Masih
Belum terkelolanya sehingga dapat
rendahnya
38 lahan kosong pada menimbulkan potensi Pertanahan
kepemilikan
sektor produktif konflik pertanahan
sertifikat tanah
Minimnya pemanfaatan
tanah kosong
Masih
rendahnya
sarana
Masih rendahnya rasio
Belum optimalnya prasarana
Sarana Prasarana
39 sarana prasarana perhubungan
Perhubungan Yang Ada
perhubungan dan layanan
Dalam Kondisi Baik
angkutan darat
dalam kondisi Perhubungan
baik
Masih belum Jumlah penumpang dan
terintegrasi angkutan darat semakin
Belum optimalnya
jaringan antar menurun
40 integrasi trayek
trayek Masih tingginya angka
transportasi
perdesaan- kecelakaan lalu lintas
perkotaan
Masih rendahnya jumlah
desa/kelurahan/ kampung
rawan bencana yang
Belum terdapat Masih minimnya mendapat/memperoleh
desa/kelurahan desa/kelurahan informasi peringatan dini
41 Kebencanaan
tangguh bencana tangguh bencana
yang memadai bencana Masih rendahnya
pembentukan
desa/kelurahan tangguh
bencana
Masih rendahnya
kesadaran masyarakat
menjaga ketertiban umum
yang menyebabkan
Masih kurangnya
Masih tingginya ganggungan
kurang sadarnya
kurangnya ketertiban umum
masyarakat
penyelenggaraa Kurangnya integrasi data Keamanan
mengenai
42 n keamanan Perda tentang Keamanan dan
keamanan dan
dan ketertian dan Ketertiban setiap Ketertiban
ketertiban di
umum secara tahunnya
wilayah masing-
komperhensif Belum maksimalnya
masing
desa/kelurahan yang
memiliki perlindungan
masyarakat melalui pos
kampling

IV-325
No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah Urusan
Masih belum Belum adanya kepastian
Kelembagaan Kesatuan
adanya status kelembagaan yang
43 kesbanpol yang Bangsa dan
kelembangan menyebabkan keterbatasan
belum pasti Politik
bankesbanpol fungsi dari Kesbanpol
Masih rendahnya status
desa
Minimnya tingkat
Belum optimalnya Minimnya pemahaman SDM aparatur
44 pelayanan yang kualitas desa Kecamatan
diberikan pelayanan Desa Minimnya jaringan akses
internet
Masih rendahnya Budaya
kinerja

Tahap selanjutnya, setelah identifikasi isu


strategis yang telah ditentukan kemudian masing-
masing isu dibobot. Dalam menentukan pembobotan
dilakukan FGD untuk memahami usulan dan masukan
tentang berbagai isu strategis. Pembobotan dilakukan
untuk menentukan mana isu strategis yang paling
prioritas dan akan dijadikan dasar bagi penyusunan
visi dan misi. Isu strategis RPJMD tersebut telah
dipetakan berdasarkan pilihan Tema Pembangunan
Prioritas Kabupaten Ngawi, yang kemudian menjadi
dasar dalam menentukan Kebijakan Prioritas dan
Program Prioritas RPJMD Kabupaten Ngawi tahun
2021-2026.
Penentuan data atau informasi menjadi isu
strategis sekurang kurangnya memenuhi kriteria
sebagai berikut :

1. Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap


pencapaian sasaran pembangunan nasional;
2. Merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah
Daerah;
3. Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap
daerah dan masyarakat;

IV-326
4. Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap
pembangunan daerah;
5. Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola;
dan
6. Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan.

Berdasar Daftar Panjang Identifikasi Isu Strategis


Pembangunan Kabupaten Ngawi berdasarkan Urusan
Pembangunan Kabupaten Ngawi, kemudian dilakukan
penapisan menggunakan kriteria tersebut di atas.
Penapisan isu strategis dilakukan untuk menentukan
isu yang paling strategis di Kabupaten Ngawi yang
dapat menjadi dasar penentuan Kebijakan dan Program
Prioritas RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun 2021-2026.
Apabila isu tersebut memiliki persentase pemenuhan
keenam kriteria tersebut, maka isu tersebut merupakan
yang paling strategis dibandingkan yang lain.
Pada tahapan pembobotan akan menghasilkan
daftar pendek terhadap isu strategis terpilih yang mana
berdasarkan penilaian tingkat prioritas. Proses
pemilihan isu pembangunan ini diselenggarakan Focus
Group Discussion (FGD) yang bertujuan untuk
penajaman terhadap isu-isu strategis dan upaya
penapisan atau membuat daftar pendek dari isu
strategis pembangunan terpilih.Proses penapisan isu
pembangunan daftar panjang menjadi daftar pendek
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Verifikasi Daftar Panjang Isu Pembangunan

Verifikasi ini dimaksudkan untuk cross-check


ulang identifikasi yang sudah tim temukan pada

IV-327
tahap penentuan isu strategis berdasar tema
pembangunan prioritas dan urusan pembangunan
daerah yang melibatkan pemangku kepentingan
yang telah disepakati, sebagaimana yang tersaji
pada tabel 4.2.

2. Penilaian Daftar Panjang (Long list)

Penilaian daftar panjang Daftar Panjang


Identifikasi Isu Strategis Pembangunan Kabupaten
Ngawi berdasarkan Urusan Pembangunan
Kabupaten Ngawi tersebut menggunakan metode
rating. Metode rating yang akan dilakukan adalah
dengan menilai tingkat pengaruh dari masing-
masing isu terhadap kriteria-kriteria yang telah
ditentukan. Kriteria-kriteria tersebut meliputi :

1) Memiliki pengaruh yang besar/signifikan


terhadap pencapaian sasaran pembangunan
nasional;
2) Merupakan tugas dan tanggung jawab
Pemerintah Daerah;
3) Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap
daerah dan masyarakat;
4) Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap
pembangunan daerah;
5) Kemungkinan atau kemudahannya untuk
dikelola; dan
6) Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan.

Metode penilaian rating menggunakan


interval penilaian dari angka 1 hingga 10. Semakin
tinggi penilaian yang diberikan dapat diartikan

IV-328
bahwa isu tersebut memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap kriteria yang ditentukan. Nilai skala
pengukuran terhadap kriteria dapat dilihat pada
tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Skala Penilaian Metode Rating


Skala Penilaian
Level Pengaruh
(Range Scale)
Tidak Berpengaruh 1-2
Kurang Berpengaruh 3-4
Cukup Berpengaruh 5-6
Berpengaruh 7-8
Sangat Berpengaruh 9-10
Sumber: Diolah oleh Tim Penyusun, 2021

Berikut ini adalah tabel Pembobotan dengan


metode rating yang dilakukan terhadap Daftar Panjang
Identifikasi Isu Strategis Pembangunan Kabupaten
Ngawi:

Tabel 4.5 Pembobotan Daftar Panjang Identifikasi Isu


Strategis Pembangunan Kabupaten Ngawi
Telaah Kriteria
Daftar Panjang Isu Total
No I II I V
Strategis I V Skor
I I V I
Meningkatkan pemerataan
1 9 9 9 8 8 9 52
pendidikan
2 Menurunkan angka stunting 9 9 8 9 8 8 51
Keterbatasan akses jaringan
3 9 9 8 8 9 8 51
internet diberbagai wilayah
Meningkatkan perumahan
4 dan permukiman yang 9 8 9 8 8 9 51
berkelanjutan

Meningkatkan minat investor


5 untuk investasi di 8 8 8 8 8 8 48
Kabupaten Ngawi

IV-329
Telaah Kriteria
Daftar Panjang Isu Total
No I II I V
Strategis I V Skor
I I V I
Meningkatkan pelaksanaan
6 8 8 8 8 8 8 48
reformasi birokrasi
Meningkatkan kunjungan
7 8 9 9 6 9 7 48
pariwisata
Meningkatkan akses air
8 9 8 8 7 8 8 48
untuk pertanian
Meningkatkan pertumbuhan
9 8 8 8 9 7 7 47
industri baru
Meningkatkan pemasaran
10 8 8 8 7 9 7 47
produk lokal
Meningkatkan kuantitas dan
11 kualitas infrastruktur yang 8 7 8 8 9 7 47
mendukung lintas sektor
Optimalisasi integrasi trayek
12 7 7 8 8 8 9 47
transportasi

Meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai
13 8 8 8 9 8 6 47
keamanan dan ketertiban di
wilayah masing-masing
Menurunkan laju
14 8 8 6 8 9 8 47
pertumbuhan penduduk
Meningkatkan pendataan
15 9 8 9 6 8 6 46
dan penanganan PMKS
Meningkatkan perekonomian
16 kerakyatan dengan berbasis 7 9 7 8 8 7 46
teknologi
Menurunkan pasien
17 pengidap HIV, DBD, Diare, 7 7 8 7 8 9 46
ISPA, TBC
Meningkatkan partisipasi
18 perempuan dalam dunia 8 6 7 8 8 8 45
kerja
19 Pelestarian kebudayaan 9 7 8 7 7 7 45
Tantangan penurunan
20 8 7 8 8 7 7 45
kualitas lingkungan
Optimalisasi Bumdes yang
21 8 6 8 7 8 8 45
aktif

IV-330
Telaah Kriteria
Daftar Panjang Isu Total
No I II I V
Strategis I V Skor
I I V I
Meningkatkan sarana
22 prasarana untuk pelaku 8 8 7 8 8 6 45
usaha ekonomi kreatif
Peningkatan desa/kelurahan
23 6 9 8 7 7 8 45
tangguh bencana
Kepastian status
24 7 8 9 9 6 6 45
kelembangan bankesbanpol
Meningkatkan kualitas SDM
25 9 8 9 6 8 5 45
transmigrasi lokal
26 Meningkatkan usaha mikro 9 8 6 7 7 7 44
Optimalisasi penelitian dan
pengembangan yang
27 8 7 7 8 8 6 44
menunjang pembangunan
daerah
Meningkatkan akses air
28 untuk pengembangan 6 8 7 7 8 7 43
perikanan
Meningkatkan pegawai yang
memiliki kompetensi dan
29 8 6 7 7 8 7 43
kualifikasi yang sesuai
dengan bidangnya

Optimalisasi pengelolaan
30 keuangan dan pengelolaan 9 8 5 8 7 6 43
BMD kategori baik
Meningkatkan jaringan
31 8 7 6 7 8 7 43
aspirasi masyarakat
Optimalisasi sarana
32 8 7 7 8 6 7 43
prasarana perhubungan
Meningkatkan mekanisme
pendaftaran informasi
33 8 7 8 8 5 6 42
kependudukan yang
terintegrasi
Optimalisai pelayanan
34 7 8 8 9 5 5 42
tingkat Kecamatan
Optimalisasi Monitoring dan
35 Evaluasi untuk peningkatan 8 7 8 7 6 6 42
kinerja
Meningkatkan integrasi
36 8 6 7 8 6 7 42
statistika sektoral

IV-331
Telaah Kriteria
Daftar Panjang Isu Total
No I II I V
Strategis I V Skor
I I V I
Meningkatkan inovasi untuk
37 mempermudah akses 6 7 8 6 9 5 41
layanan kesehatan
Pengelolaan lahan kosong
38 7 7 8 6 6 7 41
pada sektor produktif
Meningkatkan prestasi
39 8 6 7 8 5 6 40
pemuda dan olahraga
Meningkatkan kapasitas dan
40 kapabilitas calon tenaga 6 7 7 8 6 6 40
kerja
Meningkatkan keamanan
41 7 7 6 7 7 6 40
informasi daerah
Optimalisasi mekanisme
penjaminan kualitas
42 6 6 7 6 7 7 39
dokumen perencanaan dan
pengukuran
Menumbuhkan minat baca
43 8 7 7 5 6 4 37
masyarakat
Meningkatkan pengelolaan
44 kearsipan tingkat daerah, 6 5 6 6 6 4 33
perangkat daerah, dan desa
Keterangan Kriteria:
I = Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap
pencapaian sasaran pembangunan nasional;
II = Merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah;
III = Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap daerah dan
masyarakat;
IV = Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan
daerah;
V = Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola; dan
VI = Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan.

Adapun setelah dilakukan pembobotan setiap


poin Daftar Panjang Isu Strategis, terpilihlah Isu
Strategis Pilihan Prioritas yang memiliki nilai

IV-332
pembobotan tertinggi dilihat dari enam kriteria yang
sudah ada yaitu :

1. Meningkatkan SDM yang Berkualitas


Rata-rata lama sekolah merupakan kombinasi
antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang
sedang dijalani, kelas yang diduduki dan pendidikan
yang ditamatkan. Angka rata-rata lama sekolah juga
merupakan indikator yang mempengaruhi nilai IPM.
Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Ngawi mengalami
peningkatan setiap tahunnya, tetapi peningkatan pada
tahun 2018 dan 2019 belum mengalami peningkatan
yang signifikan yaitu 6,88 menjadi 6,9. Masih
rendahnya rata-rata lama sekolah disebabkan oleh
kurangnya pemerataan ekonomi masyarakat
Kabupaten Ngawi, sehingga orang tua tidak mampu
menyekolahkan anaknya untuk kejenjang yang lebih
tinggi. Selain itu kualifikasi guru di Kabupaten Ngawi
juga mengalami penurunan. Rata-rata nilai uji
kompetensi guru mengalami peningkatan tetapi kurang
signifikan. Hal ini dikarenakan linieritas pendidik yang
masih tidak sesuai penempatan dan ketidak sesuaian
penempatan tenaga guru dengan mata pelajar yang
diampu.

Kesehatan adalah salah satu unsur


kesejahteraan masyarakat. Pemerintah perlu
memberikan perhatian khusus dalam pemerataan
pelayanan kesehatan sehingga masyarakat mampu
mengakses dan memenuhi kebutuhan kesehatan
dengan adanya peningkatan kualitas pelayanan.
Prevelensi balita stunting mengalami penurunan setiap

IV-333
tahunnya. Tetapi penurunan pravelensi balita stunting
masih diatas standar minimal stunting WHO yaitu
20%, sedangkan prevelnsi Balita Stunting di Kabupaten
Ngawi masih mencapai 22,2%. Selain itu, masih
tingginya penemuan kasus pasien pengidap HIV, DBD,
Diare, ISPA, TBC. Sehingga, diperlukan perhatian
khusus oleh pemerintah.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Ngawi pada tahun 2019 masih menjadi
permasalahan di Kabupaten Ngawi. Tingginya laju
pertumbuhan penduduk disebabkan tingginya Angka
Kelahiran Total atau Total Fertility Rate. TFR adalah
jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang
wanita selama masa usia suburnya (antara umur 15-
49 tahun). Indikator ini penting dan strategis untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu negara
ataupun seluruh negara dalam mengendalikan jumlah
penduduknya melalui program Keluarga Berencana.
Meningkatkan laju pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Ngawi disebabkan kurang berhasilnya
Program KB Pemerintah.

2. Mengembangkan perekonomian kerakyatan


Kemampuan memacu pertumbuhan suatu
wilayah atau negara sangat tergantung dari
keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi di
wilayahnya. Nilai strategis setiap sektor di dalam
memacu menjadi pendorong utama (prime mover)
pertumbuhan ekonomi wilayah. Sektor pertanian
merupakan kategori sektor unggulan yang berpotensi
untuk mengembangkan sektor ekonomi wilayah
Kabupaten Ngawi. Dari lima subsektor pertanian

IV-334
(tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
kehutanan, dan perikanan), subsektor tanaman
pangan khususnya komoditi padi. Dalam peningkatan
ekonomi di sektor pertanian, irigasi menjadi salah satu
faktor penting untuk meningkatkan produktivitas
pertanian. Jaringan irigasi dalam kondisi baik
mengalami peningkatan setiap tahunnya, tetapi
peningkatan jaringan irigasi tidak meningkat secara
signifikan. Sehingga, diperlukan perbaikan jaringan
irigasi agar meningkatkan produktivitas sektor
pertanian.
Selain itu, Jumlah desa rawan pangan di
Kabupaten Ngawi termasuk tinggi yaitu mencapai 4
desa. Hal tersebut dipengaruhi Intervensi hanya pada
bahan pangan, dan belum pada tahap pemberdayaan
serta lembaga yang kurang kooperatif. Sehingga
diperlukan optimalisasi dalam pengelolaan dan
pemanfaatan lumbung pangan desa.
Pembangunan yang dilaksanakan saat ini
mengalami perkembangan pesat pada berbagai sektor.
Namun, masyarakat juga menghadapi berbagai
bencana/permasalahan lingkungan, seperti banjir,
tanah longsor, kekeringan dan kebakaran hutan yang
menimbulkan kerugian materi maupun korban
manusia. Sehingga diperlukan pembangunan
berkelanjutan dalam menghadapi tantangan
penurunan kualitas lingkungan di Kabupaten Ngawi.
Kabupaten Ngawi memiliki potensi pariwisata
yang masih perlu untuk dioptimalisasikan. Rendahnya
minat wisatawan untuk berkunjung di Kabupaten
Ngawi disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya

IV-335
adalah masih kurangnya sarana prasarana penunjang
untuk kegiatan wisata. Sehingga, diperlukan
pendekatan formula 5A, yang terdiri dari attraction,
activity, accessibility, accommodation, dan amenity
untuk meningkatkan kualitas dari destinasi pariwisata
Kabupaten Ngawi. Sehingga, dapat meningkatkan
minat wisatawan dan investor untuk berkunjung dan
berinvestasi di Kabupaten Ngawi. Selain itu,
peningkatan jumlah wisatawan ke Kabupaten Ngawi
juga akan berpengaruh pada pemasaran produk-
produk lokal dan meningkatkan omset pedagang.

3. Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi diperlukan untuk
melaksanakan perbaikan dalam tata laksana
pemerintah dan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Menurut Samin (2013) reformasi adalah
gerakan untuk mengubah bentuk dan prilaku suatu
tatanan, karena tatanan tersebut tidak lagi disukai
atau tidak sesuai dengan kebutuhan zaman baik
karena tidak efisien, tidak bersih, tidak demokratis dan
lain-lain.

4. Meningkatkan Kualitas Infrastruktur


Keterbatasan akses jaringan internet diberbagai
wilayah di Kabupaten Ngawi menyebabkan
permasalahan bagi masyarakat. Jaringan internet
sangat diperlukan untuk mendukung meningkatkan
ekonomi kreatif dan mempercepat proses invetasi
melalui OSS (Online Single Submission). Sehingga,
diperlukan perbaikan dalam infrastruktur jaringan di
Kabupaten Ngawi. Trayek angkutan umum juga perlu

IV-336
ditingkatkan agar dapat meningkatkan konektivitas
antar daerah, khususnya Kecamatan.
Rumah layak huni masih menjadi fokus
Pemerintah Kabupaten Ngawi. Hal ini dikarenakan
masih rendahnya rumah tinggal bersanitasi yang baru
mencapai 39,21% dengan rendahnya akses air bersih
bagi rumah tangga. Selain itu permukiman tertata di
Kabupaten Ngawi masih berkisar 33,29%.

5. Meningkatkan Kondusifitas Daerah


Masih rendahnya kesadaran masyarakat
mengenai keamanan dan ketertiban di wilayah masing-
masing juga masih menjadi fokus Pemerintah
Kabupaten Ngawi. Selain itu, belum optimalnya rasio
pos kampling pada desa/kelurahan juga
mempengaruhi tingkat keamanan dan ketertiban
masyarakat. Optimalisasi pemahaman keterpaduan
OPD dalam penegakan perda dan pelaksanaan perda
juga menjadi fokus agar Perda yang dikeluarkan oleh
Pemerintah dapat dipahami dan tidak dilanggar oleh
masyarakat.

IV-337
IV-338
5.1 Visi

Visi kepala daerah dan wakil kepala daerah


terpilih merupakan Visi Pembangunan Daerah dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD). Visi kepala daerah dan wakil kepala daerah
terpilih menggambarkan arah pembangunan atau
kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai (desired
future) dalam masa jabatan selama 5 (lima) tahun
sesuai Misi yang diemban. Visi ini selanjutnya
dijabarkan dalam Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Arah
Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah.
Berpijak pada Visi Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Ngawi
2005-2025, yaitu “Terwujudnya Kabupaten Ngawi
Sejahtera dengan Bertumpu pada Potensi
Pertanian, Industri dan Perdagangan yang Maju
dan Berkelanjutan”. Selanjutnya memperhatikan Visi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2020-2024, yaitu “Indonesia Berpenghasilan
Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan
Berkesinambungan” dan RPJMD Provinsi Jawa Timur
Tahun 2019-2024 dengan visi, yaitu “Terwujudnya
Masyarakat Ngawi yang Adil, Sejahtera, Unggul
dan Berakhlak dengan Tata Kelola Pemerintahan
yang Partisipatoris Inklusif melalui Kerja Bersama
dan Semangat Gotong Royong”, maka diperlukan
kesinambungan pembangunan yang sekaligus
mengakomodasi berbagai perubahan secara dinamis
dengan menata Kabupaten Ngawi untuk menjadi lebih
baik dan lebih sejahtera.

V-338
Visi pembangunan Kabupaten Ngawi yang ingin
diwujudkan pada periode 2021-2026 adalah
SEMESTA BERENCANA
“Terwujudnya masyarakat Kabupaten Ngawi yang
mandiri, berakhlaq, makmur dan berdaya saing
berbasis agropolitan dengan semangat gotong
royong dalam bingkai NKRI”
Visi tersebut memiliki substansi nilai (value) atau
pokok-pokok visi yang penting sebagai pijakan untuk
menjabarkan dalam Misi Pembangunan. Adapun
pokok-pokok visi pembangunan dalam RPJMD
Kabupaten Ngawi tahun 2021-2026 sebagaimana
disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 5.1 Penjelasan Pokok-Pokok Visi Pembangunan


Kabupaten Ngawi Tahun 2021-2026

Pokok-pokok
No Penjelasan
Visi
1 Mandiri Suatu kondisi yang mengindikasikan
keberdayaan untuk membangun dan
memelihara kelangsungan hidup dengan
menggunakan potensi sumberdaya yang
dimiliki sendiri. Membangun Kabupaten
Ngawi berdasarkan potensi yang ada di
Kabupaten Ngawi dan mengekplorasi seluruh
potensi yang dapat digunakan. Berdaulat
dalam kemitraan dengan para pihak, menjadi
sendi gerak kerja bersama yang saling
menghormati.
2 Berakhlak Kabupaten Ngawi mampu menciptakan
kualitas sumber daya manusia yang

V-339
Pokok-pokok
No Penjelasan
Visi
berakhlak atau dengan kata lain memiliki jati
diri dan karakter masyarakat (bangsa).
Masyarakat yang berakhlak diwujudkan
melalui pendidikan yang bertujuan
membentuk manusia yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan
hukum, memelihara kerukunan internal dan
antarumat beragama, melaksanakan
interaksi antarbudaya, mengembangkan
modal sosial, menerapkan nilai - nilai luhur
budaya bangsa dan memiliki kebanggaan
sebagai bangsa Indonesia dalam rangka
memantapkan landasan spiritual, moral dan
etika pembangunan bangsa.
3 Makmur Makmur sebagai landasan hidup masyarakat
Kabupaten Ngawi menuju masyarakat yang
sejahtera. Hakikat kemakmuran
berdasarkan Pancasila tidak hanya
mempunyai dimensi ekonomi tetapi juga
psikologi yaitu terpenuhinya kebutuhan
spiritual/rohaniah seperti ketenangan,
ketentraman dan kebahagiaan. Selain itu,
juga berdimensi sosial yaitu adalah
tercapainya kedudukan yang terhormat
dalam arti memberikan derajat yang tinggi
sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

V-340
Pokok-pokok
No Penjelasan
Visi
4 Berdaya Berdaya Saing mengandung makna suatu
saing kemampuan dan ketangguhan terhadap
tatanan dasar masyarakat Kabupaten Ngawi
yang memiliki keunggulan kompetitif untuk
menghadapi persaingan global dimasa
sekarang dan masa yang akan datang.
Tatanan dasar tersebut mencakup
sumberdaya manusia yang berkualitas,
infrastruktur yang berkualitas, hasil
produksi pertanian dan industri yang
memenuhi standard global, iklim usaha yang
kondusif, serta pemerintahan daerah yang
profesional dan bersih.
5 Agropolitan Kondisi berkembangnya pusat-pusat
ekonomi berbasis pertanian yang tumbuh
dan berkembang dalam suatu kawasan
pengembangan komoditi unggulan
pertanian, yang didukung oleh tumbuh dan
berkembangnya berbagai aktivitas ekonomi
pendungkung utama sistem agribisnis
pertanian di Kabupaten Ngawi.
6 Semangat Gotong royong memiliki nilai dan makna
Gotong strategis dalam konteks pembangunan
Royong Ngawi, karena mendorong semangat untuk
menjalin mitra setara dan saling
menguntungkan dengan semua pihak.
Semangat ini tentu dapat menjadi pendorong
bagi percepatan pembangunan Ngawi ke
depan. Gotong royong adalah social capital

V-341
Pokok-pokok
No Penjelasan
Visi
paling tinggi yang dimiliki oleh bangsa kita
maupun masyarakat Ngawi. Gotong royong
dapat diterjemahkan sebagai proses
pengelolaan pemerintah berbasis kolaborasi
dan partnership. Kolaborasi artinya bahwa
adalah pemerintah akan meningkatkan
keterlibatan masyarakat, sektor publik dan
privat untuk mencapai tujuan-tujuan
pembangunan. Partnership dalam pengertian
bahwa pemerintah bekerja untuk
memfasilitasi dan mendorong kondisi yang
memperkuat peran masyarakat sipil untuk
terlibat dan memantau proses pembangunan
dalam relasi kemitraan yang setara dan
saling menghargai.
Sumber: Diolah oleh Tim Penyusun, 2021

5.2. Misi

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004


tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
khususnya Pasal 1, ayat (13) telah dinyatakan bahwa
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya
yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi.
Dengan kata lain, Misi adalah rumusan mengenai apa-
apa yang diyakini dapat dilakukan. Rumusan misi,
idealnya mengandung makna adanya: (i) Tuntutan
Stabilitas; (ii) Tuntutan akan Perubahan; (iii) Kondisi
Nilai-nilai yang ada; serta (iv) Filosofi Manajemen dan
Nilai-nilai.

V-342
Misi dapat berperan sebagai pedoman (guidence)
dalam: (i) Membantu dalam memfokuskan pencapaian
tujuan; (ii) Memberi dasar dalam pengalokasian sumber
daya; (iii) Menetapkan kerangka tanggung jawab dalam
organisasi; dan (iv) sebagai dasar bagi pengembangan
tujuan organisasi. Rumusan Misi juga dapat berperan
sebagai alat motivasi (motivator), yaitu sebagai sumber
inspirasi kepada pihak-pihak terkait. Rumusan Misi
juga dapat berfungsi sebagai alat promosi (billboard),
yaitu mampu menarik stakeholder tertentu (Donatur,
Pemerintah, Masyarakat, dll).
Misi disusun berdasarkan visi yang telah
dirumuskan, karena misi merupakan penjabaran
secara operasional dalam rangka perwujudan Visi. Misi
untuk Dokumen RPJMD (Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah) Kabupaten Ngawi Tahun
2021-2026 adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan SDM yang berkualitas dan berdaya


saing melalui kemudahan terhadap akses
pelayanan kepada masyarakat
Sumber daya manusia yang berkualitas
merupakan syarat mutlak tercapainya Visi
Kabupaten Ngawi. Keberhasilan pencapaian misi ini
dengan ditandainya adanya peningkatan Indeks
pembangunan Manusia (IPM), meningkatnya
pemerataan tingkat pendidikan dan mutu
pendidikan, meningkatnya akses, pemerataan dan
mutu pelayanan kesehatan, meningkatnya SDM
dalam penguasaan ilmu dan teknologi disegala
bidang, terciptanya karakter manusia yang
berbudaya, tangguh, berbudi luhur, bertoleransi,

V-343
bergotong royong dan berwatak serta berperilaku
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.
2. Mengembangkan perekonomian kerakyatan
melalui kemudahan investasi, pariwisata berbasis
potensi lokal dan pertanian ramah lingkungan
berkelanjutan didukung riset dan teknologi
Pengembangan ekonomi kerakyatan memiliki
pengertian ekonomi yang berbasis pada kekuatan
ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat sendiri adalah
sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan
oleh rakyat kebanyakan (popular) yang dengan
secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa
saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya.
Potensi-potensi daerah yang menjadi penggerak
perekonomian diantaranya adalah pertanian,
perikanan, peternakan, perdagangan, industri dan
pariwisata.
3. Meningkatkan etos kerja dan integritas aparatur
pemerintahan guna memberikan pelayanan prima
Aparatur merupakan aktor utama dalam
pembangunan maka aparatur pemerintah harus
ditingkatkan kualitas dan sistem tata kelolanya,
salah satu prinsip tata kelola yang telah diakui
mampu memberikan pengaruh positif adalah prinsip
good governance (tata kelola pemerintah yang baik).
Prinsip-prinsip yang terkandung dalam good
governance adalah 1) Akuntabilitas: Meningkatkan
akuntabilitas para pengambil keputusan dalam
segala bidang yang menyangkut kepentingan
masyarakat; 2) Pengawasan : Meningkatkan upaya
pengawasan terhadap penyelenggaraan

V-344
pemerintahan dan pembangunan dengan
mengusahakan keterlibatan swasta dan masyarakat
luas; 3) Daya Tanggap: Meningkatkan kepekaan
para penyelenggaraan pemerintahan terhadap
aspirasi masyarakat tanpa kecuali; 4)
Profesionalisme: Meningkatkan kemampuan dan
moral penyelenggaraan pemerintahan agar mampu
memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan
biaya terjangkau; 5) Efisiensi dan Efektivitas:
Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada
masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia secara optimal & bertanggung jawab; 6)
Transparansi: Menciptakan kepercayaan timbal-
balik antara pemerintah dan masyarakat melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan
didalam memperoleh informasi; 7) Kesetaraan:
Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya;
8) Wawasan ke Depan: Membangun daerah
berdasarkan visi & strategis yang jelas & mengikuti-
sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan,
sehingga warga merasa memiliki dan ikut
bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya; 9)
Partisipasi: Mendorong setiap warga untuk
mempergunakan hak dalam menyampaikan
pendapat dalam proses pengambilan keputusan,
yang menyangkut kepentingan masyarakat, baik
secara langsung mapun tidak langsung; 10)
Penegakan Hukum: Mewujudkan penegakan hukum
yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian,

V-345
menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat.
4. Meningkatkan kualitas infrastruktur guna
percepatan pembangunan yang berkesinambungan
Infrastruktur merupakan salah satu komponen
penting untuk menunjang kegiatan perekonomian
maupun pembangunan Kabupaten Ngawi sehingga
kualitasnya harus ditingkatkan. Peningkatan
kualitas infrastruktur meliputi infrastruktur jalan,
pendidikan, kesehatan, perekonomian seperti pasar,
fasilitas pelayanan publik, dan infrastruktur lainnya.
Namun dalam pemanfaatan infrastruktur,
pemerintah perlu memperhatikan daya dukung
lingkungan yang ada serta fungsi ruang sehingga
tidak terjadi tumpang tindih dan penyalahgunaan
pemanfaatan ruang.
5. Meningkatkan kondusifitas daerah melalui
pengembangan budaya lokal yang berlandaskan
keagamaan dan gotong-royong
Nilai (value) yang mendasari semangat juang
dan pola hidup masyarakat memiliki peran penting
dalam proses pembangunan. Nilai-nilai keagamaan
yang berakulturasi dengan nilai-nilai luhur sebuah
masyarakat akan membentuk karakter sosial yang
khas. Karakteristik masyarakat Ngawi yang agamis,
ramah dan hangat menjadi modal teramat besar bagi
pembangunan Kabupaten Ngawi ke depan. Berpijak
pada nilai tersebut, diyakini akan melahirkan
tatanan masyarakat yang tertib, tentram, toleran dan
kesetaraan gender.

V-346
5.3. Tujuan dan Sasaran

Untuk mewujudkan visi Kabupaten Ngawi tahun


2021-2026 melalui pelaksanaan misi yang telah
ditetapkan tersebut diatas, maka dirumuskan tujuan
dan sasaran yang akan dicapai pada setiap misi.
Tujuan dan sasaran merupakan perumusan sasaran
strategis yang menunjukkan tingkat prioritas tertinggi
dalam perencanaan pembangunan jangka menengah
daerah, yang selanjutnya akan menjadi dasar
penyusunan arsitektur kinerja pembangunan daerah
secara keseluruhan.

5.3.1. Tujuan

Tujuan adalah sesuatu (apa) yang akan dicapai


atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai lima
tahun. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada
pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu
analisis strategis. Berdasarkan visi, misi dan isu-isu
strategis yang ada, maka ditetapkan tujuan yang
hendak dicapai dalam kurun waktu 5 tahun. Untuk
menjalankan Misi Dokumen RPJMD (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Kabupaten
Ngawi Tahun 2021–2026, perlu ditetapkan keinginan-
keinginan apa yang akan diwujudkan dalam kurun 5
tahun kedepan sebagai bentuk komitmen
pembangunan daerah yang dilakukan oleh Kabupaten
Ngawi. Keinginan-keinginan tersebut ditetapkan dalam
rumusan tujuan pembangunan daerah (goal) dan
sasaran yang digunakan untuk memberikan arah
terhadap pembangunan kabupaten secara umum.

V-347
5.3.2. Sasaran

Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara


nyata dalam rumusan yang lebih spesifik dan terukur.
Dalam sasaran disertakan pula indikator kinerja
sasaran, yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian
sasaran yang akan diwujudkan.
Keterkaitan Visi dan Misi, Tujuan dan sasaran
RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun 2021-2026 dapat
dilihat pada tabel 5.2. berikut ini :

V-348
Tabel 5.2 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Ngawi 2021-2026

Kondisi
Target Capaian* Kondis
Visi Misi Tujuan Sasaran Indikator Awal
i Akhir
2020 2022 2023 2024 2025 2026

Meningkatkan
kualitas
SEMESTA pembangunan IPM NA 70,89 71 71,8 72,6 73 73
BERENCANA sumber daya
“Terwujudnya manusia
Meningkatkan
masyarakat
SDM yang
Kabupaten
berkualitas Meningkatnya Indeks
Ngawi yang NA 70 71,5 72,5 73,5 74,5 74,5
dan berdaya akses dan Pendidikan
mandiri,
saing melalui kualitas
berakhlaq,
kemudahan pelayanan Indeks
makmur dan
terhadap pendidikan Aktivitas
berdaya saing
akses dan Literasi
berbasis NA 60 62 64 65 68 68
pelayanan kesehatan Membaca
agropolitan
kepada (Indeks
dengan
masyarakat Alibaca)
semangat
gotong Indeks
royong dalam 72,3 72,9 73,0 73,1 73,3 73,6 73,6
Kesehatan
bingkai NKRI”
Meningkatnya Persentase
cabang Cabang
NA 25% 30% 35% 40% 50% 50%
olahraga yang Olahraga
berprestasi Berprestasi

V-350
Kondisi
Awal
Target Capaian* Kondis
Visi Misi Tujuan Sasaran Indikator
2020 2022 2023 2024 2025 2026 i Akhir
Menurunnya
Persentase laju
laju
pertumbuhan 0,06 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 0,04
pertumbuhan
penduduk
pendudukan
Meningkatnya
partisipasi Indeks
perempuan Pembangunan 92,52 93 93,15 93,25 93,5 93,75 93,75
dalam Gender (IPG)
pembangunan
Meningkatnya
Tingkat
kualitas dan
pengangguran 3,70 5,10 5 4,9 4,8 4,7 4,7
daya saing
Terbuka
tenaga kerja
Meningkatkan
Mengembang
kan pertumbuhan
ekonomi Angka
perekonomian
bekelanjutan Pertumbuhan -1,69 5,3 5,6 5,9 6,2 6,5 6,5
kerakyatan
dalam Ekonomi
melalui
kemudahan mewujudkan
investasi, kesejahteraan
pariwisata sosial ekonomi
berbasis masyarakat Persentase
potensi lokal Penduduk 15,44 13.67 13.3 12.93 12.56 12.19 12.19
dan pertanian Miskin
ramah

V-351
Kondisi
Awal
Target Capaian* Kondis
Visi Misi Tujuan Sasaran Indikator
2020 2022 2023 2024 2025 2026 i Akhir
lingkungan
berkelanjutan
PDRB
didukung riset NA 25.36 26.38 27.4 28.36 29.4 29,4
Perkapita
dan teknologi
Meningkatkan
Pertumbuhan
Angka
Ekonomi 3,310,0 1,092, 102,01 103,21 1,453,8 1,599,2 1,599,
Kunjungan
Berbasis 37 300 0,503 0,565 21 03 203
wisata
Sektor
Realisasi nilai
Unggulan
investasi 1,512 T 1T 1,250 T 1.500 T 1.750 T 2T 2T
(PMDN/PMA)
Persentase
Rata-rata
Kenaikan NA 6,30% 6,50% 6,70% 6,90% 7,10% 7,10%
Omzet Usaha
Mikro
Meningkatnya
Indeks Desa
Kualitas 10 11 13 13
Membangun 7 Desa 9 Desa 12 Desa
Pembangunan Desa Desa Desa Desa
(Desa Mandiri)
Desa
Meningkatnya
Indeks
Ketahanan
Ketahanan NA 73 75 77 79 81 81
Pangan
Pangan
Daerah
Meningkatnya
Persentase
Cakupan
PPKS yang NA 0,50% 1% 1,50% 2% 2,5% 2,5%
Penanganan
Mandiri
PPKS

V-352
Kondisi
Awal
Target Capaian* Kondis
Visi Misi Tujuan Sasaran Indikator
2020 2022 2023 2024 2025 2026 i Akhir

Meningkatnya Rasio
permukiman permukiman NA 0.86 0.88 0.9 0.9 0.94 0.94
layak huni layak huni
Meningkatkan
Kapasitas Tata
Kelola
Meningkatkan Pemerintahan
etos kerja dan yang Efektif Indeks
integritas dan Akuntabel Reformasi B BB BB BB BB A A
aparatur dalam Birokrasi
pemerintahan Memberikan
guna Pelayanan
memberikan Publik yang
pelayanan Prima
prima
Nilai LHE AKIP 81,23 82,25 82,75 83,05 83,3 84 84
Indeks
Pengelolaan
NA 79,50 80 80 80 80 80
Keuangan
Meningkatnya Daerah
Kapasitas
Maturitas SPIP NA 3 3 3.3 3.5 3.7 4
Tata Kelola
Pemerintahan Indeks
Profesionalitas 63,76 65 66 67 68 71 71
ASN
Indeks SPBE 2.98 3 3.5 4 4.5 5 5

V-353
Kondisi
Awal
Target Capaian* Kondis
Visi Misi Tujuan Sasaran Indikator
2020 2022 2023 2024 2025 2026 i Akhir
Meningkatnya
Indeks
Kualitas
Pelayanan NA 4,26 4,6 5 5,4 5,8 5,8
Pelayanan
Publik
Publik
Meningkatkan
kualitas dan Indeks
pemerataan Kepuasan
NA 66 68 70 72 74 74
infrastruktur Layanan
yang Infrastruktur
berkelanjutan
Persentase
Jalan Dalam
Meningkatnya 67,57% 64,69% 67,12% 70,71% 71,26% 74,21% 74,21%
Kondisi
kualitas dan
Mantap
pemerataan
Meningkatkan Persentase
infrastruktur
kualitas sarana
dasar
infrastruktur prasarana
NA 113,7% 115,4% 117,1% 118,4% 119,7% 119,7%
guna lingkungan
percepatan yang sehat dan
pembangunan aman
yang Meningkatnya Indeks
berkesinambu Kualitas Kualitas
68,01 65,75 65,8 66,85 66,9 66,95 66,95
ngan Lingkungan Lingkungan
Hidup yang Hidup
Sehat dan
Indeks
Tangguh
Kapasitas 0,38 0,48 0,5 0,52 0,54 0,58 0,58
Bencana
Daerah

V-354
Kondisi
Awal
Target Capaian* Kondis
Visi Misi Tujuan Sasaran Indikator
2020 2022 2023 2024 2025 2026 i Akhir

Menguatkan
nilai-nilai
Indeks
keagamaan Kesalehan NA 75,8 78,5 81,2 83,9 86,6 86,6
dan budaya Sosial
lokal

Meningkatkan Tingkat
kondusifitas Meningkatnya penyelesaian
daerah penyelenggara pelanggaran
melalui an keamanan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
K3 (ketertiban,
pengembanga dan ketertiban ketentraman,
n budaya lokal umum secara keindahan)
yang komperhensif
berlandaskan Angka Konflik 0 0 0 0 0 0 0
keagamaan
dan gotong- Meningkatnya
Persentase
royong pelestarian
seni dan
seni budaya
budaya lokal 12% 20% 20% 20% 20% 20% 20%
dan kearifan
yang
lokal
dilestarikan
Sumber: Diolah oleh Tim Penyusun, 2021

V-355
VI-387
Strategi dan arah kebijakan merupakan perencanaan
komprehensif tentang bagaimana pemerintah daerah mencapai
tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Pendekatan
dengan komprehensif, strategi juga dapat digunakan sebagai sarana
untuk melakukan transformasi, reformasi, dan perbaikan kinerja
birokrasi. Perencanaan strategi tidak aja mengagendakan aktivitas
pembangunan, tetapi juga segala program yang mendukung dan
menciptakan layanan masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan
baik, termasuk di dalamnya upaya memperbaiki kinerja dan
kapasitas birokrasi, sistem manajemen, dan pemanfaatan teknologi
informasi. Capaian pembangunan yang sudah dilakukan oleh
Kabupaten Ngawi harus dipertahankan dan ditingkatkan melalui
adaptasi terhadap perkembangan internal meupun eksternal
Kabupaten Ngawi. Disamping itu, lingkungan internal juga menjadi
hal penting karena didalamnya berisi sumber daya yang dimiliki
sehingga sasaran, tujuan, misi, dan visi yang dirumuskan harus
berdasarkan kondisi riil.

6.1. Strategi

Perumusan RPJMD 2021-2026 Kabupaten Ngawi


dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi
capaian RPJMD periode sebelumnya termasuk
tahapan-tahapan yang dirumuskan didalamnya dan
analisis faktor internal maupun faktor eksternal
berdasarkan hasil telaah visi, misi, tujuan, dan sasaran
pembangunan. Analisis faktor-faktor internal
dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan yang. Analisis faktor-faktor eksternal
diperlukan untuk mengetahui peluang dan ancaman
yang dihadapi Kabupaten Ngawi dalam mencapai
tujuan pembangunan.

VI-356
Gambar 6.1 Strategy Worksheet: SWOT Formulation
Goal (Sasaran): Meningkatnya Akses dan Kualitas Pelayanan Pendidikan serta Kesehatan

Strenght: Build on Strenght:


1. Meningkatnya Angka Harapan Lama Sekolah 2015-2019 1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya
2. Meningatnya Angka Melek Huruf 2018-2019 pendidikan dan pola hidup sehat
3. Meningkatnya Angka Harapan Hidup 2015-2019 2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

Weaknesses: Overcome Weaknesses:


1. Rendahnya Angka Rata-Rata Lama Sekolah penduduk usia 25 ke atas 1. Mengoptimalkan pendidikan informal melalui kelompok belajar pada
2. Kurangnya ketersediaan guru sesuai kualifikasi taman baca masyarakat (TBM) dan Sekolah Kesetaraan (Paket A)
3. Minimnya pemahaman orang tua terhadap pentignya pendidikan seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
4. Menurunnya rata-rata nilai ujian sekolah berbasis nasional (SD) 2. Meningkatkan pemahaman masyarakat pentingnya pendidikan dari
5. Menurunnya angka partisipasi kasar (APK) Paud dan SD usia dini sampai jenjang sarjana
6. Menurunnya persentase angka melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTS 3. Meningkatkan dan mengoptimalkan program beasiswa baik dari
dan SMP/MTS ke SMA/MA swasta maupun pemerintah
7. Menurunnya angka partisipasi murni SD dan SMP 4. Meningkatkan kualitas pangan pada masyarakat
8. Meningkatnya angka putus sekolah SMP 5. Meningkatkan pelayanan untuk pemenuhan gizi balita
9. Meningkatnya angka stunting diatas standar WHO 20% 6. Pemerataan tenaga kesehatan
10. Masih rendahnya tenaga kesehatan 7. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang terintegrasi
11. Sistem manajemen kesehatan yang belum terorganisir 8. Meningkatkan pemahaman orang tua akan pentingnya pemenuhan
12. Kurangnya pola asuh orang tua yang paham akan pemenuhan gizi gizi pada balita

Opportunity: Exploit Opportunity:


1. Meningkatnya jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan diploma 1. Meningkatkan jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan sarjana
2. Meningkatnya sistem pendidikan dasar yang efektif 2. Meningkatkan sistem pendidikan dasar yang efektif
3. Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat 3. Meningkatkan akses pelayanan keseahatan kepada masyarakat
Threat: Block Threat:
1. Meningkatnya peduduk usia > 25 tahun dengan pendidikan tamat SD 1. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan
2. Menurunya masyarakat yang mengenyam pendidikan sesuai usia 2. Meningkatkan akses pendidikan
3. Meningaktnya angka kematian bayi 3. Meningkatkan kualitas gizi pangan masyarakat
4. Menurunnya kualitas pelayanan kesehatan 4. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang terintegrasi

Strategic Issues/Problems Startegy


1. Tidak optimalnya pemerataan akses pelayanan pendidikan dan Meningkatkan pemerataan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan
kesehatan serta pemenuhan kualitas gizi masyarakat
2. Tingginya angka stunting

VI-357
Gambar 6.2 Strategy Worksheet: SWOT Formulation
Goal (Sasaran): Menurunnya Laju Pertumbuhan Penduduk

Srenght:
Build on Strenght:
Meningkatnya peserta KB aktif
Meningkatkan pemahaman masyarakat akan program KB

Weaknesses:
1. Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap program keluarga
berencana Overcome Weaknesess:
2. Masih rendahnya prevalensi peserta KB aktif 1. Meningkatkan sosialisasi program KB
3. Belum optimalnya rasio petugas lapangan KB/PKB 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas petugas palapangan KB

Opportunitty: Exploit Oppotunities:


Optimalnya program KB 1. Meninurunnya laju pertumbuhan penduduk

Threat: Block Threat:


1. Meningkatnya pertumbuhan penduduk 1. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya program
KB
2. Meningkatkan petugas lapangan program KB

Strategic Issues/Problem:
Strategy:
1. Tidak optimalnya pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB)
Meningkatkan angka prevalensi peserta KB aktif melalui peningkatan
2. Pemahaman masyarakat mengenai KB masih rendah
pemahaman masyarakat dan petugas lapangan program KB

VI-358
Gambar 6.3 Strategy Worksheet: SWOT Formulation
Goal (Sasaran): Meningkatnya Kualitas dan Daya Saing Tenaga Kerja

Strenght: Build on Srenght:


1. Meningkatnya persentase tenaga kerja buruh yang mendapatkan 1. Meningkatkan dan mengoptimalkan kebijakan perlindungan
perlindungan tahun 2015-2019 terhadap tenaga kerja buruh
2. Meningkatnya tingkat partisipasi angkatan kerja dari tahun 2015-2019 2. Meningkatkan pelatihan tenaga kerja

Overcome Weaknesses:
Weaknesses: 1. Meningkatkan kualitas tenaga kerja
1. Masih belum maksimalnya pencari kerja yang ditempatkan 2. Meningkatkan lapangan pekerjaan
2. Belum adanya instruktur tetap untuk Balai Kepegawaian 3. Meningkatkan infrastruktur pelatihan tenaga kerja

Opportunitty:
Exploit Opportunities:
1. Meningkatnya kesejahteraan tenaga kerja buruh
1. Meningkatkan kualitas tenaga kerja dan lapangan pekerjaan
2. Menurunya angka pengangguran terbuka

Block Threat:
Threat:
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kerja serta lapangan
1. Meningkatnya angka pengangguran terbuka
kerja
2. Meningkatnya tenaga kerja yang memiliki kualitas rendah
2. Meningkatkan dan mengoptimalkan infrastruktur pelatihan kerja

Strategy:
Strategic Issues/Problem:
Meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui optimalisasi pelatihan
Masih rendahnya kapasitas dan kapabilitas calon tenaga kerja
tenaga kerja dan sarana prasarana penunjang

VI-359
Gambar 6.4 Strategy Worksheet: SWOT Formulation
Goal (Sasaran): Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan

Strenght: Build on Srenght:


1. Meningkatnya julmah produksi perikanan dari tahun 2015-2019 1. Meningkatkan sarana prasarana penunjang produksi perikanan
2. Meningkatnya produksi benih ikan dari tahun 2015-2019 2. Penguatan kualitas SDM dan kelembagaan petani
3. Tingginya produktivitas padi per hektar 3. Optimalisasi kebijakan kemudahan dalam ber usaha
4. Meningkatnya persentase jumlah koperasi aktif dari tahun 2017-2019 4. Meningkatkan kualitas peizinan
5. Meningaktnya Persentase KSP/USP yang naik klasifikasi dari tahun 5. Meningkatkan kepastian hukum untuk investor
2016-2019 6. Pengembangan destinasi wisata berbasis potensi lokal
6. Meningkatnya jumlah usha mikro dan kecil dari tahun 2016-2019
7. Meningaktnya jumlah investor (PMA/PMD) dari tahun 2015-2019
8. Meningkatnya nilai investasi (PMA/PMDN) dari tahun 2015-2019
9. Meningkatnya realisasi inestasi PMDN dari tahun 2015-2019
10. Meningkatnya jumlah kunjungan wisata dari tahun 2017-2019
11. Meningkatnya jumlah destinasi wisata dari tahun 2017-2019
12. Meningkatnya jumlah penerimaan sektor pariwisata dari tahun 2016-
2019
13. Meningkatnya jumlah restoran dan hotel dari tahun 2015-2019

Weaknesses: Overcome Weaknesses:


1. Menurunnya skor PPH Konsumsi 1. Meningkatkan infrastruktur penunjang produksi pertanian
2. Masih tingginya desa rawan pangan 2. Meningaktkan pemerataan pangan masyarakat
3. Kurangnya ketersediaan air untuk irigrasi pertanian 3. Pemerataan akses wisata
4. Menurunnya capaian produksi pertanian 4. Optimalisasi pelatihan usaha bagi usaha baru
5. Menurunnya kontribusi PDRB ADHB Sektor pertanian, kehutanan, dan 5. Menentukan standardisasi produk usaha
perikanan 6. Optimalisasi informasi untuk investor mengenai OSS
6. Kurangnya pemanfaatan teknologi di bidang pertanian 7. Meningkatkan akses pemasaran produk lokal
7. Minimnya ketersediaan air untuk budidaya perikanan
8. Masih rendahnya destinasi wisata yang berkembangkan
9. Minimnya ketersediaan akomodasi wisata
10. Kurang variatifnya jenis usaha
11. Belum optimalnya Jumlah Usaha mikro yang mengalami perubahan
status menjadi kecil karena Standarisasi produk yang masih kurang
12. Menurunnya jumlah usah mikro dan kecil
13. Belum optimalnya investor karena validitas dan akses data investasi
terkait dengan OSS kurang optimal
14. Penurunan omset 4562 pedagang pasar daerah, 4510 pedagang pasar
daerah, dan 407 pedagang kaki lima (PKL) akibat COVID-19
15. Belum maksimalnya distribusi/pemasaran produk lokal Ngawi

VI-360
Opportunitty: Exploit Opportunities:
1. Meningkatnya PDRB sub sektor perikanan 1. Meningkatkan pemerataan akses dan infrastruktur perikanan
2. Meningkatnya persentase jumlah koperasi aktif dan naik kelas 2. Meningkatkan jumlah koperasi aktif dan naik kelas
3. Menurunnya angka pengangguran terbuka 3. Meningkatkan lapangan pekerjaan
4. Meningkatnya stabilitas iklim investasi 4. Meningkatkan kualitas perizinan dan tenaga kerja
5. Meningkatnya PDRB sektor pariwisata 5. Meningkatkan pemerataan akses dan infrastruktur pariwisata

Threat: Block Threat:


1. Menurunnya ketersediaan pangan di tengah-tengah masyarakat 1. Meningkatkan ketersediaan pangan di tengah-tengah masyarakat
2. Menurunya PDRB sektor pertanian 2. Meningkatkan akses dan infrastruktur produksi pertanian
3. Menurunnya pendapatan dari sektor pariwisata 3. Pemerataan akses infrastruktur pariwisata
4. Menurunnya pendapatan dari sektor ushaa 4. Meningkatkan keberagaman usaha dan usaha naik kelas

Strategic Issues/Problems:
1. Masih minimnya sarana prasarana untuk pelaku usaha ekonomi kreatif
2. Masih kurangnya perekonomian kerakyatan dengan berbasis teknologi Strategy:
3. Minimnya pemasaran produk lokal Meningkatkan akses penunjang perekonomian melalui penyediaan
4. Masih rendahnya akses air untuk produksi pertanian embung untuk pertanian, sarana prasana teknologi dan pemasaran,
5. Minimnya pendukung pariwisata berbasis 5A (attraction, activity, promosi investasi, dan peningkatan sarana prasana pariwisata
accessibility, accommodation, dan amenity)
6. Masih rendahnya minat investor

VI-361
Gambar 6.5 Strategy Worksheet: SWOT Formulation
Goal (Sasaran): Meningkatnya Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Strenght: Build on Srenght:


1. Meningkatnya Persentase PMKS yang memperoleh bantuan dan 1. Meningkatkan bantuan dan perlindungan sosial terhadap PMKS
perlindungan sosial dari tahun 2016-2019 2. Meningkatkan pemberdayaan dan pembinaan PMKS
2. Meningkatnya Persentase penyandang cacat fisik dan mental, serta 3. Optimalisasi rumah penampungan dan panti jompo
lanjut usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial dari 4. Meningkatkan kuantitas dapur umum desa untuk lanjut usia tidak
potensial
tahun 2015-2019
5. Meningkatka n kuantitas dan kualitas SDM PSKS
3. Meningkatnya Persentase PSKS yang aktif sosialisasi/penyuluhan
6. Optimalisasi program rumah layak huni
dalam rangka penyelenggaraan kesejahteraan sosial dari tahun 2015-
2019 7. Meningkatkan bantuan pangan non tunai daerah
4. Tingginya Jumlah fakmis mendapatkan pelayanan kesejahteraan sosial

Weaknesses: Overcome Weaknesses:


1. Penanganan PMKS yang belum tepat sasaran karena belum adanya 1. Meningkatkan pendataan PMKS yang terintegrasi
pendataan yang valid 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM PSKS
2. Kurang adanya pendataan masyarakat fakir miskin
3. Kurangnya SDM yang berkompeten dalam Potensi dan Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS)

Opportunitty: Exploit Opportunities:


1. Meningkatnya persentase PMKS yang sejahtera 1. Meningkatkan kesejahteraan sosial PMKS
2. Menurunnya penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak
potensial yang terlantar
3. Meningkatnya kesejahteraan sosial masyarakat

Threat: Block Threat:


1. Meningkatnya jumlah PMKS 1. Meningkatkan pendataan yang terintegrasi dan bantuan bagi PMKS
2. Meningkatnya bantuan untuk fakir miskin yang tidak tepat sasaran

Strategic Issues/Promblems: Strategy:


1. Masih rendahnya pendataan dan penanganan PMKS Meningkatkan kualitas kesejahteraan sosial PMKS melalui
2. Minimnya pemberdayaan dan pembinaan PMKS opmtimalisasi database PMKS yang terintegrasi dan kualitas
pemberdayaan serta pembinaan PMKS

VI-362
Gambar 6.6 Strategy Worksheet: SWOT Formulation
Goal (Sasaran): Meningkatnya Kapasitas Tata Kelola Pemerintahan

Build on Strenght:
Strenght: 1. Meningkatkan keselarasan dokumen OPD dnegan baik
1. Tingginya Persentase tingkat keselarasan dokumen OPD Kategori Baik 2. Meningkatkan kaulitas SDM Aparatur melalui pelatihan
2. Meningkatnya Persentase ASN yang memenuhi persyaratan kompetensi 3. Meningkatkan pemenuhan hak-hak pegawai sesuai ketentuan yang
teknis berlaku
3. Meningkatnya persentase pejabat struktural yang memenuhi
4. Meningkatkan monev kelembagaan
persyaratan kompetensi manajerial
5. Meningkatkan monev atas pembentukan rancangan produk hukum
4. Meningkatnya persentase pegawai yang terpenuhi hak kepegawaiannya
sesuai ketentuan yang berlaku 6. Meningkatkan kualitas reformasi birokrasi OPD melalui pendidikan
5. Meningkatnya Prosentase Perangkat daerah yang tertata dan pelatihan
kelembagaannya 7. Meningkatkan penilaian SPIP
6. Meningkatnya Persentase rancangan produk hukum daerah yang 8. Meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan setiap OPD melalui
sesuai dengan mekanisme pembentukan produk hukum daerah pendidikan dan pelatihan
7. Tingginya Persentase Jumlah OPD yang melaksanakan Reformasi 9. Meningkatkan monev pengelolaan barang milik daerah
Birokrasi Kategori Baik 10. Mengembangkan dan mengoptimalkan aplikasi e-Goverment yang
8. Meningkatnya Level tingkat maturitas SPIP terintegarsi
9. Meningkatnya Persentase Pengelolaan Keuangan Kategori Baik
10. Meningkatnya Persentase Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD)
Tertib dalam Penatausahaan,pemanfataan dan Pengawasan Kategori
Baik
11. Meningkatnya Persentase aplikasi e-Government yang terintegrasi

Overcome Weaknesses:
Weaknesses: 1. Meningkatkan kualitas SDM perencanasetiap OPD melalui
1. Penggunaan ukuran kinerja/indikator kinerja belum sepenuhnya pendidikan dan pelatihan
mencerminkan tujuan yang hendak dicapai
2. Optimalisasi pemanfaatan hasil litbang untuk bahan perencanaan
2. Mekanisme pengumpulan data OPD belum optimal
pembangunan
3. Minimnya pemahaman internal OPD terkait penyusunan dokumen
perencanaan dan pengukuran yang baik 3. Meningkatkan IRB pada setiap OPD
4. Belum optimalnya Hasil Penelitian dan Pengembangan yang menjadi 4. Meningkatkan kualitas SDM perencana setiap OPD mengenai peta
Bahan Perencanaan Pembangunan proses bisnis
5. Masih rendahnya IRB 5. Optimalisasi evaluasi internal secara berkala
6. Proses bisnis masih belum sepenuhnya terintgrasi dengan dokumen 6. Meningkatkan kapabilatas APIP melalui pendidikan dan pelatihan
perencanaan 7. Meningkatkan sistem punishment bagi pegawai yang melanggar
7. Belum optimalnya evaluasi internal secara berkala disiplin pegawai
8. Masih rendahnya kapabilitas APIP 8. Meningkatkan kualitas uji kompetensi bagi ASN

VI-363
Overcome Weaknesses:
9. Mekanisme Monev kinerja belum memperlihatkan hasil yang ingin 9. Meningkatkan kualitas SDM keuangan setiap OPD melalui
dicapai pendidikan dan pelatihan
10. Masih tingginya pelanggaran disiplin pegawai
10. Mewujudkan aplikasi daerah yang terintegrasi secara online
11. Belum optimalnya PNS mengikuti uji kompetensi
12. Masih rendahnya ASN yang memenuhi persyaratan kompetensi teknis
13. Kurangnya pemahaman SKPD dalam memahami peraturan perundang-
undangan yang baru tentang penyusunan anggaran daerah
14. Aplikasi ( Misalnya SP2d Dengan Bank, SISMIOP di kecamatan ) belum
terlaksana secara online

Opportunitty: Exploit Opportunities:


1. Meningkatnya nilai SAKIP kabupaten 1. Meningkatkan akuntabilitas pemerintah
2. Meningkatnya indeks profesionalitas ASN 2. Meningkatnya capaian kinerja perangkat daerah dan kabupaten
3. Meningkatnya kualitas kelembagaan setiap OPD 3. Meningkatnya kepatian dalam melakukan kativitas usaha, investasi,
4. Meningkatnya kualitas produk hukum hingga ketertiban masyarakat
5. Meningkatnya indeks reformasi birokrasi daerah 4. Meningkatnya kepuasan masyarakat atas pelayanan pemerintah
6. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan setiap OPD
7. Meningkatnya keterbukaan informasi dan kemudahan pelayanan
kepada masyarakat

Threat: Block Threat:


1. Tidak tercapainya tujuan RPJMD yang sudah ditetapkan 1. Meningkatkan kualitas SDM perencana dengan agenda pendidikan
2. Menurunnya tingkat akuntabilitas pemerintah daerah dan pelatihan
3. Menurunnya kualitas pengelolaan keuangan setiap perangkat daerah 2. Meningkatkan sistem monev dan kualitas SDM bagian keuangan
4. Menurunnya kualitas kinerja ASN setiap perangkat daerah
5. Tidak optimalnya pencairan dana untuk kecataman 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan bagi pegawai
4. Mewujudkan sistem SP2d yang terintegarsi secara online

Strategic Issues/Problems: Strategy:


1. Belum optimalnya pemahaman SDM terkait penyusunan dokumen Meningkatkan kapasitas tata kelola pemerintahan melalui penataan
perencanaan dan pengukuran serta pengelolaan keuangan yang kelembagaan, pemerataan sarana prasarana, peningkatan kualitas
berkualitas SDM aparatur, dan mewujudkan smart village
2. Belum optimalnya penelitian dan pengembangan yang menunjang
pembangunan daerah
3. Tingginya jumlah pegawai yang memiliki kompetensi dan kualifikasi
yang tidak sesuai dengan bidangnya
4. Belum optimalnya Monitoring dan Evaluasi untuk peningkatan kinerja
5. Belum optimalnya pelaksanaan reformasi birokrasi
6. Belum optimalnya penggunaan teknologi dalam aktivitas pemerintahan

VI-364
Gambar 6.7 Strategy Worksheet: SWOT Formulation
Goal (Sasaran): Meningkatnya Kualitas Pelayanan Publik
Strenght: Build on Strenght:
1. Meningkatnya Persentase Pencetakan KTP-el dari tahun 2015-2019 1. Meningkatkan pemaham dan sosialisasi mengenai peningnya
2. Seluruh penduduk sudah memiliki KK dokuemn kependudukan kepada masyarakat
3. Meningkatnya Persentase penduduk berakte lahir dari tahun 2015- 2. Meningkatkan kualitas pendataan kepada keluarga baru
2019 3. Meningkatkan proses validasi dokumen keoendudukan masyarakat
4. Meningkatnya Persentase penduduk berakte kematian dari tahun 4. Optimalisasi tugas pokok dan fungsi dari DPRD
2015-2019
5. Meningkatnya Persentase Validasi database kependudukan dari tahun
2015-2019
6. Sudah diterapkannya KTP Nasional berbasis NIK
7. Meningkatnya Persentase aspirasi masyarakat yang terakomodir dalam
pokok-pokok pikiran DPRD
Weaknesses: Overcome Weaknesses:
1. Masih rendahnya penduduk yang memiliki akte kematian 1. Meningkatkan pemaham dan sosialisasi mengenai peningnya
2. Masih lamanya rata-rata penyelesaian KTP dokuemn kependudukan kepada masyarakat
3. Masih rendahnya aspirasi masyarakat yang terakomodir dalam pokok- 2. Meningkatkan kualitas pendataan kepada keluarga baru
pokok pikiran DPRD 3. Meningkatkan proses validasi dokumen keoendudukan masyarakat
4. Minimnya tingkat pemahaman SDM aparatur desa 4. Optimalisasi tugas pokok dan fungsi dari DPRD
5. Minimnya jaringan akses internet
6. Minimnya kualitas pelayanan Desa

Opportunitty: Exploit Opportunities:


1. Terjaminnya identitas dan pelayanan publik untuk masyarakat 1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat
2. Meningkatnya pembangunan yang berpihak kepada masyarakat

Threat: Block Threat:


1. Tidak optimalnya database dokumen kependudukan 1. Meningkatkan kaulitas pelayanan administrasi kependudukan
2. Menurunya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap DPRD dengan peningkatan layanan kependudukan gratis
3. Tidak optimalnya proses pembangunan desa 2. Optimalisasi tugas dan fungsi DPRD
3. Meningkatkan kualitas SDM aparatur desa

Strategic Issues/Problem: Strategy:


1. Belum terkelolanya mekanisme pendaftaran informasi kependudukan Meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui peningkatan
yang terintegrasi pelayanan administrasi kependudukan berbasis teknologi, peningkatan
2. Belum optimalnya jaringan aspirasi masyarakat kualitas SDM pegawai kecataman/desa, dan optimalisasi reses DPRD
3. Belum optimalnya pelayanan publik tingkat kecamatan

VI-365
Gambar 6.8 Strategy Worksheet: SWOT Formulation
Goal (Sasaran): Meningkatnya Kualitas dan Pemerataan Infrastruktur Dasar
Strenght: Build on Strenght:
1. Meningkatnya Persentase Jalan dalam kondisi baik dari tahun 2015- 1. Meningkatkan pemeliharaan infrastruktur jalan, jembatan,
2019 drainase, irigasi, dan sarana prasarana perhubungan
2. Meningkatnya Persentase jembatan dalam kondisi baik dari tahun 2. Meningkatkan pengembangan kawasan permumikan layak huni
2015-2019 3. Meningkatkan bantuan rumah layak huni bagi masyarakat miskin
3. Meningkatnya Persentase saluran drainase dalam kondisi baik dari 4. Meningkatkan jumlah trayek angkutan umum yang saling
tahun 2015-2019 terintegrasi
4. Meningkatnya Presentase jaringan irigasi dalam kondisi baik dari tahun
2015-2019
5. Persentase PJU terpasang pada jalan kabupaten dari tahun 2015-2019
6. Meningkatnya cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang
didukung PSU
7. Meningkatnya cakupan layanan rumah layak huni bagi rumah tangga
miskin dari tahun 2017-2019
8. Meningakatnya cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau
dari tahun 2017-2019
9. Meningkatnya persentase rumah tinggal bersanitasi dari tahun 2017-
2019
10. Meningkatnya Rumah tangga pengguna air bersih dari tahun 2017-
2019
11. Meningkatnya Rasio Sarana Prasarana Perhubungan Yang Ada Dalam
Kondisi Baik dari tahun 2016-2019
12. Meningkatnya persentase kecamatan yang Terlayani Angkutan Umum
Weaknesses: Overcome Weaknesses:
1. Belum optimalnya jaringan irigasi dalam kondisi baik untuk 1. Meningkatkan jaringan irigasi penunjang produksi pertanian
peningkatan produksi padi 2. Meningkatkan kualitas pemeliharaan infrastruktur jalan dan sarana
2. Masih kurangnya kualitas infrastruktur jalan dalam kondisi baik prasarana perhubungan
3. Masih rendahnya sistem drainase secara terpadu 3. Mewujudkan sistem drainase secara terpadu
4. Masih rendahnya sistem utilitas berkelanjutan 4. Meningkatkan kualitas permukiman layak huni
5. Belum optimalnya rumah tangga layak huni 5. Meningkatkan layanan sertifikat gratis kepada masyarakat
6. Belum optimalnya rumah tangga bersanitasi
7. Belum optimalnya penataan permukiman
8. Masih rendahnya rumah tangga pengguna air bersih
9. Kurang optimalnya tanah yang memiliki sertifikat, sehingga dapat
menimbulkan potensi konflik pertanahan
10. Masih rendahnya rasio Sarana Prasarana Perhubungan Yang Ada
Dalam Kondisi Baik

VI-366
Exploit Opportinities:
Opportunitty: 1. Meningkatkan mbilitas perekenomian masyarakat
1. Meningkatnya mobilitas perekonomian masyarakat 2. Meningkatkan pola hidup sahay masyarakat
2. Meningkatnya polah hidup sehat masyarakat
3. Mewujudkan rumah layak huni bagi seluruh masyarakat
3. Menurunnya jumlah penduduk yang memiliki rumah tidak layak huni
4. Meningkatkan layanan sarana prasarana perhubungan
4. Optimalnya layanan perhubungan bagi masyarakat
5. Meningkatnya layanan angkutan umum yanag terintegarsi 5. Meningkatkan kemudahan masyarakat dalam bermobolisasi

Threat: Block Threat:


1. Menurunnya jumlah produksi padi 1. Pembangunan embung untuk irigasi pertanian
2. Tidak optimalya infrasturktur jalan 2. Meninngkatkan kualitas pemeliharaan infrastruktur jalan
3. Sistem drainase pada masyarakat yang tidak optimal 3. Mewujudkan sistem drainase yang terpadu
4. Mneingkatnya kawasan kumuh 4. Meningkatkan akses air minum yang aman dan sanitasi yang layak
5. Meningkatnya konflik perselisihan hak milik tanah 5. Meningkatkan penerbitan sertifikat tanah
6. Meningkatnya kejadian laka lantas 6. Meningkatkan kualitas sarana prasarana perhubungan

Strategic Issues/Problem: Strategy:


1. Masih kurangnya kuantitas dan kualitas infrastruktur yang Meningkatkan kualitas dan pemerataan infrastruktur dasar melalui
mendukung lintas sektor peningkatan pengadaan dan pemeliharaan infrastruktur, pemenuhan
2. Masih minimnya perumahan dan permukiman yang berkelanjutan kualitas permukiman layak huni, dan peningkatan kualitas sarana
3. Belum optimalnya sarana prasarana perhubungan prasarana perhubungan

VI-367
Gambar 6.9 Strategy Worksheet: SWOT Formulation
Goal (Sasaran): Meningkatnya Kualitas Lingkungan Hidup yang Sehat dan Tangguh Bencana

Strenght: Build on Strenght:


1. Meningkatnya Jumlah daya tampung TPS 1. Meningkatkan pemahaman kebersihan dan pola hidup sehat di
2. Tempat penampungan sementara (TPS) per 1000 penduduk masyarakat
3. Meningkatnya indeks kualitas udara 2. Optimalisai jumlah desa tangguh bencana yang ada
4. Meningkatnya indeks kualitas air
5. Meningkatnya Prosentase peningkatan jumlah desa/kelurahan/
kampung rawan bencana yang mendapat/memperoleh informasi
peringatan dini bencana
6. Meningkatnya Prosentase desa/kelurahan tangguh bencana

Overcome Weaknesses:
Weaknesses: 1. Meningkatkan pemahaman dan kedisiplinan masyarakat untuk
1. Volume sampah semakin meningkat pola hidup sehat
2. Menurunya indeks kualitas vegetasi 2. Meningkatkan kualitas SDM dan sarana prasarana peningkatan
3. Belum optimalnya kinerja dalam peningkatan kualitas air
kualitas air
4. Masih rendahnya jumlah desa/kelurahan/ kampung rawan bencana
yang mendapat/memperoleh informasi peringatan dini bencana 3. Meningkatkan jumlah desa tangguh bencana
5. Masih rendahnya pembentukan desa/kelurahan tangguh bencana

Opportunitty: Exploit Opportunitties:


1. Meningkatnya jumlah saya tampung TPS Meningkatnya kawasan bersih di tengah-tengah masyarakat
2. Meningkatnya kualitas udara
3. Meningkatnya kualitas air

Threat: Block Threat:


1. Penampungan sampah atau TPS yang overload 1. Meningkatkan pemahaman atas pola hidup bersih masyarakat
2. Meningkatnya jumlah kerugian materi atau nyawa atas kejadian 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas desa tanggunh bencana
bencana
Strategy:
Strategis Issues/Problem:
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang sehat dan tangguh
1. Masih tingginya tingkat pencemaran lingkungan bencana melalui pemahaman pola hidup sehat kepada masyarakat, dan
2. Masih minimnya desa/kelurahan tangguh bencana penggalakan desa tanggung bencana

VI-368
Gambar 6.10 Strategy Worksheet: SWOT Formulation
Goal (Sasaran): Meningkatnya Penyelenggaraan Keamanan dan Ketertiban Umum Secara Komperhensif

Build on Strenght:
Strenght:
1. Optimalisasi patroli gabungan
1. Meningkatnya Penurunan Pelanggaran Perda
2. Tingkat Penurunan Gangguan Ketertiban Umum 2. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengnai layanan
3. Peningkatan Kasus Kebakaran Yang Direspon Kurang kurang 15 menit kebakaran
4. Meningkatnya Presentase linmas per 10.000 penduduk 3. Optimalisasi peran linmas di masyarakat
5. Persentase ORMAS aktif yang mendorong wawasan kebangsaan 4. Optimalisasi peran ORMAS

Weaknesses: Overcome Weaknesses:


1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat menjaga ketertiban umum 1. Meningkatkan pemahaman masyarakat melalui sosialisasi
yang menyebabkan tingginya ganggungan ketertiban umum 2. Menjamin dokumen perda saling terintegrasi
2. Kurangnya integrasi data Perda tentang Keamanan dan Ketertiban 3. Optimalisasi linmas dan pos kampling masyarakat
setiap tahunnya 4. Memastikan kelembagaan bankebangpol yang berkulitas
3. Belum maksimalnya desa/kelurahan yang memiliki perlindungan
masyarakat melalui pos kampling
4. Belum adanya kepastian kelembagaan yang menyebabkan keterbatasan
fungsi dari Kesbanpol

Exploit Opportunitties:
Opportunitty:
1. Terwujudnya kehidupan yang aman di tengah-tengah masyarakat
1. Meningkatnya ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat
2. Menurunya kasus kebakaran yang menelan korban baik materi
maupun non materi

Threat: Block Threat:


1. Meningkatnya angka kriminalitas di tengah-tengah masyarakat 1. Optimalisasi sinergitas antara aparat dan linmas dalam menjamin
2. Tumpang tindihnya perda-perda keamanan dan ketertiban yang sudah keamanan dan ketertiban masyarakat
ada 2. Meningkatkan kualitas perda keamanan dan ketertiban

Strategy:
Strategis Issues/Problem:
Meningkatkan kualitas penyelanggaraan kemanan ketertiban melalui
Masih kurangnya penyelenggaraan keamanan dan ketertian umum secara peningkatan intensitas penegakan perda, pemahaman masyarakat, dan
komperhensif optimalisasi pos kampling di setiap desa

VI-369
Gambar 6.11 Strategy Worksheet: SWOT Formulation
Goal (Sasaran): Meningkatnya Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi Perempuan dalam Dunia Kerja
Build on Strenght:
Strenght:
1. Meningkatkan jumlah desa kategori swasembada
1. Meningkatnya Jumlah desa kategori swasembada
2. Tinggiinya Persentase Lembaga kemasyarakatan desa yang aktif dalam 2. Meningkatkan kualitas dan peran lembaga kemasyarakatan desa
pembangunan desa dalam pemabngunan desa

Weaknesses: Overcome Weaknesses:


1. Menurunnya partisipasi angkatan kerja perempuan 1. Meningkatkan pemahaman pola pikir perempuan untuk terjun
2. Menurunnya Partisipasi perempuan dilembaga pemerintah dalam dunia kerja
3. Belum terdapat klasifikasi desa kategori swasembada 2. Meningkatan kalsifikasi desa kategori swasembada
4. Berkurangnya Lembaga Ekonomi yang Aktif 3. Meningkatkan lembaga ekonomi yang aktif

Exploit Opportunitties:
Opportunitty: Meningkatnya kesejahteraan masyarakat desa
1. Meningkatnya kemandirian desa
2. Meningkatnya kualitas pembangunan desa

Block Threat:
Threat: 1. Meningkatkan pemahaman kepada perempuan akan pentingnya
1. Meningkatnya perempuan yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga berpartisipasi dalam dunia kerja
2. Menurunnya pendapatan desa 2. Meningkatkan peran lembaga eknomi kemasyarakatan

Strategy:
Strategis Issues/Problem: Meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan status
1. Masih rendahnya partisipasi perempuan dalam dunia kerja Bumdes, dan peningkatan pemahaman perempuan dalam dunia kerja
2. Belum optimalnya Bumdes yang aktif

VI-370
Perumusan strategi hasil analisis SWOT seperti
ditunjukkan pada sub bagian analisis SWOT dipilih
untuk dirumuskan menjadi rumusan strategi yang
disesuaikan dengan isu strategis dan rumusan visi,
misi, tujuan sasaran Kabupaten Ngawi. Setelah melalui
proses penilaian atas alternatif strategi hasil dari
analisis SWOT di atas dirumuskan strategi terpilih
seperti dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 6.1 Perumusan Strategi


No Isu Strategis Strategi
a. Tidak optimalnya pemerataan Meningkatkan pemerataan akses
akses pelayanan pendidikan pelayanan pendidikan dan
1
dan kesehatan kesehatan serta pemenuhan
b. Tingginya angka stunting kualitas gizi masyarakat
a. Tidak optimalnya pelaksanaan Meningkatkan angka prevalensi
program Keluarga Berencana peserta KB aktif melalui
2 (KB) peningkatan pemahaman
b. Pemahaman masyarakat masyarakat dan petugas lapangan
mengenai KB masih rendah program KB
Meningkatkan kualitas tenaga
Masih rendahnya kapasitas dan kerja melalui optimalisasi
3
kapabilitas calon tenaga kerja pelatihan tenaga kerja dan sarana
prasarana penunjang
a. Masih minimnya sarana
prasarana untuk pelaku usaha
ekonomi kreatif
b. Masih kurangnya
perekonomian kerakyatan
Meningkatkan akses penunjang
dengan berbasis teknologi
perekonomian melalui penyediaan
c. Minimnya pemasaran produk
embung untuk pertanian, sarana
lokal
4 prasana teknologi dan pemasaran,
d. Masih rendahnya akses air
promosi investasi, dan
untuk produksi pertanian
peningkatan sarana prasana
e. Minimnya pendukung
pariwisata
pariwisata berbasis 5A
(attraction, activity, accessibility,
accommodation, dan amenity)
f. Masih rendahnya minat
investor
Meningkatkan kualitas
a. Masih rendahnya pendataan kesejahteraan sosial PMKS melalui
dan penanganan PMKS opmtimalisasi database PMKS
5
b. Minimnya pemberdayaan dan yang terintegrasi dan kualitas
pembinaan PMKS pemberdayaan serta pembinaan
PMKS
a. Belum optimalnya pemahaman Meningkatkan kapasitas tata
6
SDM terkait penyusunan kelola pemerintahan melalui

VII-379
No Isu Strategis Strategi
dokumen perencanaan dan penataan kelembagaan,
pengukuran serta pengelolaan pemerataan sarana prasarana,
keuangan yang berkualitas peningkatan kualitas SDM
b. Belum optimalnya penelitian aparatur, dan mewujudkan smart
dan pengembangan yang village
menunjang pembangunan
daerah
c. Tingginya jumlah pegawai yang
memiliki kompetensi dan
kualifikasi yang tidak sesuai
dengan bidangnya
d. Belum optimalnya Monitoring
dan Evaluasi untuk
peningkatan kinerja
e. Belum optimalnya pelaksanaan
reformasi birokrasi
f. Belum optimalnya penggunaan
teknologi dalam aktivitas
pemerintahan
a. Belum terkelolanya mekanisme
Meningkatkan kualitas pelayanan
pendaftaran informasi
publik melalui peningkatan
kependudukan yang
pelayanan administrasi
terintegrasi
7 kependudukan berbasis teknologi,
b. Belum optimalnya jaringan
peningkatan kualitas SDM pegawai
aspirasi masyarakat
kecataman/desa, dan optimalisasi
c. Belum optimalnya pelayanan
reses DPRD
publik tingkat kecamatan
a. Masih kurangnya kuantitas Meningkatkan kualitas dan
dan kualitas infrastruktur yang pemerataan infrastruktur dasar
mendukung lintas sektor melalui peningkatan pengadaan
b. Masih minimnya perumahan dan pemeliharaan infrastruktur,
8
dan permukiman yang pemenuhan kualitas permukiman
berkelanjutan layak huni, dan peningkatan
c. Belum optimalnya sarana kualitas sarana prasarana
prasarana perhubungan perhubungan
Meningkatkan kualitas
a. Masih tingginya tingkat lingkhungan hidup yang sehat dan
pencemaran lingkungan tangguh bencana melalui
9 b. Masih minimnya pemahaman pola hidup sehat
desa/kelurahan tangguh kepada masyarakat, dan
bencana penggalakan desa tanggung
bencana
Meningkatkan kualitas
penyelanggaraan kemanan
Masih kurangnya penyelenggaraan ketertiban melalui peningkatan
10 keamanan dan ketertian umum intensitas penegakan perda,
secara komperhensif pemahaman masyarakat, dan
optimalisasi pos kampling di setiap
desa
Meningkatkan pemberdayaan
a. Masih rendahnya partisipasi
masyarakat melalui peningkatan
perempuan dalam dunia kerja
11 status Bumdes, dan peningkatan
b. Belum optimalnya Bumdes
pemahaman perempuan dalam
yang aktif
dunia kerja

VII-379
Tabel 6.2 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi
Kabupaten Ngawi

Visi
Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Ngawi yang Mandiri, Berakhlaq,
Makmur dan Berdaya Saing berbasis Agropolitan dengan Semangat
Gotong Royong dalam Bingkai NKRI

Tujuan Sasaran Strategi

Misi 1
Meningkatkan SDM yang berkualitas dan berdaya saing melalui
kemudahan terhadap akses pelayanan kepada masyarakat

Meningkatnya
Meningkatkan pemerataan akses
akses dan kualitas
pelayanan pendidikan dan
pelayanan
kesehatan serta pemenuhan
pendidikan dan
kualitas gizi masyarakat
kesehatan

Meningkatkan Meningkatkan angka prevalensi


kualitas Menurunnya laju peserta KB aktif melalui
pembangunan pertumbuhan peningkatan pemahaman
sumber daya pendudukan masyarakat dan petugas
manusia lapangan program KB

Meningkatkan kualitas tenaga


Meningkatnya
kerja melalui optimalisasi
kualitas dan daya
pelatihan tenaga kerja dan
saing tenaga kerja
sarana prasarana penunjang
dan olahraga

Misi 2
Mengembangkan perekonomian kerakyatan melalui kemudahan
investasi, pariwisata berbasis potensi lokal dan pertanian ramah
lingkungan berkelanjutan didukung riset dan teknologi

Meningkatkan akses penunjang


perekonomian melalui
Meningkatnya penyediaan embung untuk
Pertumbuhan pertanian, sarana prasana
Meningkatkan Ekonomi Sektor teknologi dan pemasaran,
pertumbuhan Unggulan promosi investasi, dan
ekonomi peningkatan sarana prasana
bekelanjutan dalam pariwisata
mewujudkan
kesejahteraan sosial Meningkatkan kualitas
ekonomi kesejahteraan sosial PKKS
masyarakat Meningkatnya melalui opmtimalisasi database
Penanganan PKKS yang terintegrasi dan
Penyandang kualitas pemberdayaan serta
Masalah PKKS pembinaan PKKS

VII-379
Misi 3
Meningkatkan etos kerja dan integritas aparatur pemerintahan guna
memberikan pelayanan prima
Meningkatkan
Kapasitas Tata Meningkatkan kapasitas tata
Kelola kelola pemerintahan melalui
Meningkatnya
Pemerintahan yang penataan kelembagaan,
Kapasitas Tata
Efektif dan pemerataan sarana prasarana,
Kelola
Akuntabel dalam peningkatan kualitas SDM
Pemerintahan
Memberikan aparatur, dan mewujudkan
Pelayanan Publik smart village
yang Prima
Meningkatkan kualitas
pelayanan publik melalui
peningkatan pelayanan
Meningkatnya
administrasi kependudukan
Kualitas Pelayanan
berbasis teknologi, peningkatan
Publik
kualitas SDM pegawai
kecataman/desa, dan
optimalisasi reses DPRD
Misi 4
Meningkatkan kualitas infrastruktur guna percepatan pembangunan yang
berkesinambungan
Meningkatkan kualitas dan
pemerataan infrastruktur dasar
Meningkatnya melalui peningkatan pengadaan
kualitas dan dan pemeliharaan infrastruktur,
pemerataan pemenuhan kualitas
Meningkatkan infrastruktur dasar permukiman layak huni, dan
kualitas dan peningkatan kualitas sarana
pemerataan prasarana perhubungan
infrastruktur yang Meningkatkan kualitas
berkelanjutan Meningkatnya lingkhungan hidup yang sehat
Kualitas dan tangguh bencana melalui
Lingkungan Hidup pemahaman pola hidup sehat
yang Sehat dan kepada masyarakat, dan
Tangguh Bencana penggalakan desa tanggung
bencana
Misi 5
Meningkatkan kondusifitas daerah melalui pengembangan budaya lokal
yang berlandaskan keagamaan dan gotong-royong
Meningkatkan kualitas
Meningkatnya
penyelanggaraan kemanan
penyelenggaraan
ketertiban melalui peningkatan
keamanan dan
intensitas penegakan perda,
Meningkatnya ketertian umum
pemahaman masyarakat, dan
keamanan, secara
optimalisasi pos kampling di
ketertiban, budaya komperhensif
setiap desa
lokal, dan
Meningkatnya
pemberdayaan Meningkatkan pemberdayaan
pemberdayaan
perempuan masyarakat melalui peningkatan
masyarakat dan
status Bumdes, dan peningkatan
partisipasi
pemahaman perempuan dalam
perempuan dalam
dunia kerja
dunia kerja

VII-379
6.2 Arah Kebijakan

Arah Kebijakan adalah rumusan kerangka pikir,


atau kerangka kerja untuk menyelesaikan
permasalahan pembangunan dan mengantisipasi isu
strategis Daerah atau Perangkat Daerah yang
dilaksanakan secara bertahap sebagai penjabaran
strategi. Arah kebijakan merupakan pengejawantahan
dari strategi pembangunan daerah yang difokuskan
pada prioritas-prioritas pencapaian tujuan dan sasaran
pelaksanaan misi pembangunan. Strategi dan arah
kebijakan akan merumuskan perencanaan yang
komprehensif, sinkron, konsisten, dan selaras dengan
visi misi kepala daerah dalam mencapai tujuan dan
sasaran perencanaan pembangunan daerah. Selain itu,
strategi dan arah kebijakan merupakan sarana untuk
melakukan transformasi, reformasi, dan perbaikan
kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan setiap
programprogram kegiatan baik internal maupun
eksternal, pelayanan maupun pengadministrasian,
serta perencanaan, monitoring, maupun evaluasi.
Strategi-strategi yang telah dibahas sebelumnya akan
difokuskan untuk mencapai arah kebijakan yang
diterjemahkan pada tabel berikut ini:

Tabel 6.3 Perumusan Arah Kebijakan Pembangunan


No Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
1 Meningkatkan Meningkatnya Meningkatkan Mempercepat
kualitas akses dan pemerataan pemulihan pere
pembangunan kualitas akses pelayanan konomian
sumber daya pelayanan pendidikan dan daerah melalui
manusia pendidikan dan kesehatan serta peningkatan
kesehatan pemenuhan kualitas SDM
kualitas gizi yang berdaya
masyarakat saing dan

VII-379
No Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Menurunnya Meningkatkan pemenuhan
laju angka prevalensi infastruktur
pertumbuhan peserta KB aktif dasar
penduduk melalui
peningkatan
pemahaman
masyarakat dan
petugas lapangan
program KB
Meningkatnya Meningkatkan
kualitas dan kualitas tenaga
daya saing kerja melalui
tenaga kerja optimalisasi
dan olahraga pelatihan tenaga
kerja dan sarana
prasarana
penunjang
2 Meningkatkan Meningkatnya Meningkatkan Meningkatkan
pertumbuhan Pertumbuhan akses penunjang perekonomian
ekonomi Ekonomi Sektor perekonomian daerah melalui
bekelanjutan Unggulan melalui penguatan
dalam penyediaan agribisnis dan
mewujudkan embung untuk agrowisata yang
kesejahteraan pertanian, sarana didukung oleh
sosial ekonomi prasana teknologi pemantapan
masyarakat dan pemasaran, infastruktur
promosi wilayah dan
investasi, dan teknologi
peningkatan informasi
sarana prasana
pariwisata
Meningkatnya Meningkatkan
Penanganan kualitas
Penyandang kesejahteraan
Masalah sosial PMKS
Kesejahteraan melalui
Sosial (PMKS) opmtimalisasi
database PMKS
yang terintegrasi
dan kualitas
pemberdayaan
serta pembinaan
PMKS
3 Meningkatkan Meningkatnya Meningkatkan Meningkatkan
Kapasitas Tata Kapasitas Tata kapasitas tata daya saing
Kelola Kelola kelola daerah melalui
Pemerintahan Pemerintahan pemerintahan peningkatan
yang Efektif melalui penataan nilai tambah
dan Akuntabel kelembagaan, pertanian yang
dalam pemerataan didukung oleh
Memberikan sarana pemantapan
Pelayanan prasarana, infastruktur
Publik yang peningkatan wilayah
Prima kualitas SDM

VII-379
No Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
aparatur, dan
mewujudkan
smart village
Meningkatnya Meningkatkan
Kualitas kualitas
Pelayanan pelayanan publik
Publik melalui
peningkatan
pelayanan
administrasi
kependudukan
berbasis
teknologi,
peningkatan
kualitas SDM
pegawai
kecataman/desa,
dan optimalisasi
reses DPRD
4 Meningkatkan Meningkatnya Meningkatkan Mempercepat
kualitas dan kualitas dan kualitas dan pemerataan
pemerataan pemerataan pemerataan pembangunan
infrastruktur infrastruktur infrastruktur dan mendorong
yang dasar dasar melalui pusat
berkelanjutan peningkatan perekonomian
pengadaan dan baru berbasis
pemeliharaan pertanian berke
infrastruktur, lanjutan
pemenuhan
kualitas
permukiman
layak huni, dan
peningkatan
kualitas sarana
prasarana
perhubungan
Meningkatnya Meningkatkan
Kualitas kualitas
Lingkungan lingkhungan
Hidup yang hidup yang sehat
Sehat dan dan tangguh
Tangguh bencana melalui
Bencana pemahaman pola
hidup sehat
kepada
masyarakat, dan
penggalakan desa
tanggung
bencana
5 Meningkatnya Meningkatnya Meningkatkan Meningkatkan
keamanan, penyelenggaraa kualitas industri
ketertiban, n keamanan penyelanggaraan pengolahan
budaya lokal, dan ketertian kemanan berbasis
dan ketertiban pertanian serta

VII-379
No Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
pemberdayaan umum secara melalui konektivitas
perempuan komperhensif peningkatan pusat-pusat
intensitas perekonomian
penegakan perda,
pemahaman
masyarakat, dan
optimalisasi pos
kampling di
setiap desa
Meningkatnya Meningkatkan
pemberdayaan pemberdayaan
masyarakat dan masyarakat
partisipasi melalui
perempuan peningkatan
dalam dunia status Bumdes,
kerja dan peningkatan
pemahaman
perempuan
dalam dunia
kerja

Tabel 6.4 Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten Ngawi


Arah Kebijakan
Fokus Fokus Fokus Fokus Fokus
Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
Mempercepat Meningkatkan Meningkatkan Mempercepat Meningkatkan
pemulihan pere perekonomian daya saing pemerataan industri
konomian daerah melalui daerah melalui pembangunan pengolahan
daerah melalui penguatan peningkatan dan mendorong berbasis
peningkatan agribisnis dan nilai tambah pusat pertanian serta
kualitas SDM agrowisata yang pertanian yang perekonomian konektivitas
yang berdaya didukung oleh didukung oleh baru berbasis pusat-pusat
saing dan pemantapan pemantapan pertanian berke perekonomian
pemenuhan infastruktur infastruktur lanjutan
infastruktur wilayah dan wilayah
dasar teknologi
informasi

VII-379
VII-379
Bab ini memuat program prioritas dalam pencapaian visi dan
misi RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun 2021-2026 serta seluruh
program yang dirumuskan dalam renstra Perangkat Daerah beserta
indikator kinerja, pagu indikatif target, Perangkat Daerah
penanggung jawab dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
daerah yang memuat target Indikasi Program dan Pagu Indikatif
sesuai tahun periode RPJMD ini.
Indikasi program merupakan program-program dalam rangka
pelaksanaan RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun 2021-2026,
sedangkan pagu indikatif sebagai wujud kebutuhan pendanaan
yang tersedia untuk penyusunan program dan kegiatan tahunan di
tiap Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Ngawi. Program-
program yang telah disertai kebutuhan pendanaan selanjutnya
dijadikan sebagai acuan bagi Perangkat Daerah dalam penyusunan
Rencana Strategis Perangkat Daerah. Rumusan target kinerja
program di masing-masing urusan wajib/pilihan disusun dengan
mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, yang
bersumber dari APBD Kabupaten Ngawi, APBD Provinsi dan APBN,
maupun sumber-sumber lain.
Penyajian kerangka pendanaan dimaksudkan untuk
menampilkan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah yang
menjadi dasar penyusunan target dan pendanaan program.
Mengingat bahwa proses perencanaan dan penganggaran
merupakan satu kesatuan yang utuh, maka review terlebih dahulu
terhadap Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah menjadi
sangat penting. Hal ini dimaksudkan agar setiap program yang
dirumuskan memiliki daya dukung pendanaan yang cukup.
Adapun gambaran mengenai kekuatan anggaran pemerintah
Kabupaten Ngawi selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana
digambarkan dalam tabel di bawah ini :

VII-379
Tabel 7.1 Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah Tahun 2021-2026 Kabupaten Ngawi

Proyeksi
Uraian
2021 2022 2023 2024 2025
Kapasitas Riil kemampuan keuangan 1.217.176.635.052 1.364.829.922.224 1.551.538.908.927 1.790.643.808.403 2.100.216.921.036
BELANJA 2,270,417,650,068.00 2,396,266,725,306.80 2,454,923,882,504.69 2,509,774,338,819.66 2,569,106,392,229.98
Belanja Operasi 1,528,209,164,147.00 1,578,041,541,052.72 1,619,554,660,047.11 1,662,294,123,321.45 1,710,012,142,964.84
Belanja Pegawai 1,053,168,086,515.00 1,084,763,129,110.45 1,117,306,022,983.76 1,150,825,203,673.28 1,185,349,959,783.47
Belanja Barang dan Jasa 427,010,758,591.00 445,248,092,901.27 454,218,318,022.35 463,438,600,607.17 476,631,864,140.37
Belanja Bunga 0.00 0 0 0 0
Belanja Subsidi 0.00 0 0 0 0
Belanja Hibah 42,356,359,041.00 42,356,359,041.00 42,356,359,041.00 42,356,359,041.00 42,356,359,041.00
Belanja Bantuan Sosial 5,673,960,000.00 5,673,960,000.00 5,673,960,000.00 5,673,960,000.00 5,673,960,000.00
Belanja Bantuan Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Belanja Bagi Hasil 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Belanja Modal 328,184,692,028.00 404,200,476,189.50 417,251,834,040.70 425,424,109,466.09 433,060,038,441.63
Belanja Tanah 9,641,025,000.00 10,605,127,500.00 10,838,440,305.00 11,076,885,991.71 11,320,577,483.53
Belanja Peralatan dan Mesin 81,871,961,343.00 94,152,755,544.45 96,035,810,655.34 97,956,526,868.45 99,915,657,405.81
Belanja Gedung dan Bangunan 128,678,884,750.00 140,259,984,377.50 142,924,924,080.67 145,640,497,638.21 148,407,667,093.33
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 99,275,403,000.00 147,072,515,840.00 154,613,966,156.81 157,206,245,479.93 158,850,370,389.56
Belanja Aset Tetap Lainnya 8,717,417,935.00 10,460,901,522.00 11,036,251,105.71 11,643,244,916.52 12,283,623,386.93
Belanja Aset Lainnya 0.00 1,649,191,405.55 1,802,441,737.17 1,900,708,571.27 2,282,142,682.47
Belanja Tidak Terduga 11,411,630,000.00 11,411,630,000.00 11,411,630,000.00 11,411,630,000.00 11,411,630,000.00
Belanja Transfer 402,612,163,893.00 402,613,078,064.58 406,705,758,416.88 410,644,476,032.12 414,622,580,823.51
Transfer Bagi Hasil Ke Desa 12,833,996,893.00 12,833,996,893.00 12,833,996,893.00 12,833,996,893.00 12,833,996,893.00
Transfer bagi hasil ke pemerintah lainnya 389,778,167,000.00 389,779,081,171.58 393,871,761,523.88 397,810,479,139.12 401,788,583,930.51

VII-380
Tabel 7.2 Indikasi Rencana Program Prioritas yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Kabupaten Ngawi

Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan


Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

URUSAN
WAJIB
YANG
1 BERKAITA 1.404.566.653.1 1.437.089.172.7 1.523.981.587.4 1.565.179.780.4
1.483.160.152.303,65 7.413.977.346.025,80
N DENGAN 15,57 52,72 38,22 15,64
PELAYANA
N DASAR

URUSAN
PEMERINT
AHAN
1.01 731.209.797.04 740.818.177.79 759.314.675.48 768.779.514.62
BIDANG 750.053.017.677,35 3.750.175.182.620,97
2,14 0,37 7,39 3,72
PENDIDIK
AN

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Urusan penunjang
1.01.01 Pemerintah urusan 100% 100% 598.135.498.692, 100% 604.107.176.939, 100% 100% 616.230.143.838, 100% 622.382.631.452, 100%
610.138.526.488,34 3.050.993.977.410,97
an Daerah pemerintahan 70 63 12 18
Kabupaten daerah dalam
/Kota setahun

Program Persentase
Dinas
Pengelolaa pengelolaan
1.01.02 NA 100% 131.074.298.349, 100% 134.311.000.850, 100% 100% 139.609.531.649, 100% 142.396.883.171, 100% Pendidika
n pendidikan yang 137.014.491.189,01 684.406.205.210,00
44 74 27 54 n
Pendidikan terpenuhi

Program
Pengemban Persentase Dinas
1.01.03 gan kurikulum yang NA 100% 100% 100% 100% 100% 100% Pendidika
550.000.000,00 750.000.000,00 950.000.000,00 1.250.000.000,00 1.500.000.000,00 5.000.000.000,00
Kurikuklu dikembangkan n
m

Program Persentase
Pendidik kualifikasi Dinas
1.01.04 dan Tenaga tenaga pendidik NA 100% 100% 100% 100% 100% 100% Pendidika
1.450.000.000,00 1.650.000.000,00 1.950.000.000,00 2.225.000.000,00 2.500.000.000,00 9.775.000.000,00
Kependidik dan n
an kependidikan

VII-381
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

URUSAN
PEMERINT
AHAN
1.02 382.822.963.42 396.041.990.45 421.686.838.27 435.320.590.83
BIDANG 408.612.397.941,30 2.044.484.780.927,60
7,33 6,66 1,08 1,23
KESEHAT
AN

Program
Penunjang
Urusan
Dinas
1.02.01 Pemerintah 155.265.290.935, 158.269.413.706, 164.168.499.085, 167.373.825.017,
161.059.181.934,18 806.136.210.679,21 kesehatan
an Daerah 37 75 01 90
Kabupaten
/Kota

Persentase
pemenuhan
penunjang
urusan 100% 100% 83.764.335.418,8 100% 84.592.347.006,3 100% 100% 86.273.156.856,6 100% 89.478.482.789,5 100%
85.428.593.440,38 429.536.915.511,84
pemerintahan 9 4 7 6
daerah dalam
setahun

Persentase
pencapaian SPM
41,67% 50% 71.500.955.516,4 66,67% 73.677.066.700,4 83,33% 90% 77.895.342.228,3 95% 77.895.342.228,3 95%
sesuai target ( 75.630.588.493,80 376.599.295.167,37
8 1 4 4
24 Puskesmas )

Program
Pemenuha
n Upaya
Kesehatan Dinas
1.02.02 90.694.308.736,5 94.984.163.008,1 102.502.379.937, 106.409.629.794,
Perorangan 98.763.000.209,75 493.353.481.686,07 kesehatan
2 2 14 54
dan Upaya
Kesehatan
Masyarakat

IKM (Index
Kepuasan 86 87 88 89 90 91 91
4.122.468.578,99 4.317.461.955,01 4.489.227.282,29 4.659.199.088,09 4.836.801.354,24 22.425.158.258,62
Masyarakat)

angka kematian
ibu per 100.000 86,22 205 194 183 183 183 183
4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
kelahiran hidup

VII-382
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

persentase
pencapaian SPM
dan PKP sesuai 75% 76% 77% 78% 79% 80% 80%
4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
target ( 24
Puskesmas )

Angka Kematian
Bayi per 1000 9,06 18,6 17,6 16 15,8 15 15
4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
kelahiran hidup

angka kematian
balita per 1.000 0,45 33 32 31 30 29 29
4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
KH

Persentase Desa
melaksanakan 77% 85% 87% 90% 92% 95% 95%
4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
STBM

Prosentase 26% 35% 40% 40% 45% 50% 50%


kelompok 4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
olahraga, anak
sekolah, Calon
35% 35% 35% 40% 45% 50% 50%
jamaah haji dan
ASN yang sudah
diukur tingkat
kebugarannya 85% 85% 85% 85% 85% 85% 85%

Persentase
Puskesmas Yang
melaksanakan
55% 65% 70% 75% 80% 85% 85%
Upaya 4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
Kesehatan Kerja
Dasar Aktif

persentase
sekolah yang
dibina terkait
sekolah
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
sehat;persentase 4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
sekolah yang
diskreening;
100%

VII-383
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Cakupan
penderita
Hipertensi yang
mendapatkan 33,16% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
pelayanan
kesehatan
sesuai standart

Persentase
Pengelolaan
pelayanan 89,86% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
Penderita DM
sesuai standart

Cakupan
pelayanan
ODGJ Berat >
75% mendapat 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
penanganan
adekuat sesuai
standart

Persentase orang
dengan risiko
terinfeksi HIV
mendapatkan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
pelayanan
deteksi dini HIV
sesuai standar

Cakupan
pelayanan
47% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
terduga TBC 4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
sesuai standart

Persentase
puskesmas
45% 60% 70% 80% 90% 100% 100%
terakreditasi 4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
minimal utama

Persentase kec
dengan griya 0% 5,30% 10,50% 10,50% 15,80% 15,80% 15,80%
4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
sehat

Persentase
kebutuhan
alkes, sarpras,
80% 82% 84% 86% 88% 90% 90%
kefarmasian, 4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
perbekkes
sesuai standart

VII-384
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Pengelolaan
pelayanan
60,08% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
kesehatan usia 4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
lanjut ( 60+)

Pengelolaan
pelayanan
66,14% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
kesehatan usia 4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
produktif

Persentase
Desa/Kelurahan 56,92% 54,47% 62,28% 81,71% 85,60% 89,49% 89,49%
4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
Sehat Aktif

Cakupan Balita
gizi buruk
mendapat
perawatan 100% 86% 88% 90% 92% 92% 92%
4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
sesuai standar
tatalaksana gizi
buruk

Cakupan
Pemberian PMT-
100% 85% 85% 85% 85% 85% 85%
P pada balita 4.122.468.578,93 4.317.461.954,91 4.489.227.282,26 4.659.199.088,05 4.836.801.354,30 22.425.158.258,45
kurus

Program
Peningkata
n Kapasitas
Dinas
1.02.03 Sumber
547.638.557,73 577.314.050,14 603.454.531,30 629.322.061,46 656.350.849,88 3.014.080.050,51 Kesehatan
Daya
Manusia
Kesehatan

Presentase SDM
Kesehatan yang
mempuntyai 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
164.291.567,32 173.194.215,04 181.036.359,39 188.796.618,44 196.905.254,96 904.224.015,15
profesi sesuai
kompetensinya

VII-385
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase
Puskesmas yang
emmiliki
perencanaan
kebutuhan dan
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
pemberdayagun 164.291.567,32 173.194.215,04 181.036.359,39 188.796.618,44 196.905.254,96 904.224.015,15
aan SDM
Kesehatan
untuk Ukp dan
UKM

Persentase
peserta
pelatihan untuk
50% 75% 85% 95% 97% 98% 98%
meningkatkan 219.055.423,09 230.925.620,06 241.381.812,52 251.728.824,58 262.540.339,96 1.205.632.020,21
kapasitas SDM
Kesehatan

Program
Sediaan
Farmasi,
Alat
Dinas
1.02.04 Kesehatan
217.444.721,45 229.227.637,56 239.606.946,25 249.877.877,34 260.609.896,28 1.196.767.078,88 Kesehatan
dan
Makanan
dan
Minuman

Persentase
Ketersediaan
obat dan
89% 89% 90% 92% 93% 95% 95%
perbekkes 43.488.944,29 45.845.527,52 47.921.389,25 49.975.575,46 52.121.979,24 239.353.415,76
sesuai
kebutuhan,

Persentase
penggunaan
80% 89% 90% 92% 93% 95% 95%
obat rasional di 43.488.944,29 45.845.527,51 47.921.389,25 49.975.575,47 52.121.979,26 239.353.415,78
puskesmas

Persentase
Puskesmas
dengan
manajemen 80% 89% 90% 92% 93% 95% 95%
43.488.944,29 45.845.527,51 47.921.389,25 49.975.575,47 52.121.979,26 239.353.415,78
mutu pelayanan
kesehatan
sesuai standart

VII-386
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase
Puskesmas yang
melaksanakan
0,89 89% 90% 92% 93% 95% 95%
pelayanan 43.488.944,29 45.845.527,51 47.921.389,25 49.975.575,47 52.121.979,26 239.353.415,78
kefarmasian
sesuai standart

Persentase
puskesmas
dengan sarana 88% 89% 90% 92% 93% 95% 95%
43.488.944,29 45.845.527,51 47.921.389,25 49.975.575,47 52.121.979,26 239.353.415,78
prasarana
sesuai standart

Program
Pemberday
aan
1.02.05
Masyarakat 604.013.115,14 636.743.437,66 665.574.850,70 694.105.214,84 723.916.378,54 3.324.352.996,88
Bidang
Kesehatan

Cakupan desa
88,54% 99% 100% 100% 100% 100% 100%
siaga aktif 241.605.246,07 254.697.375,05 266.229.940,28 277.642.085,95 289.566.551,43 1.329.741.198,78

Cakupan PHBS
(20% KK PER 41,31% 20% 20% 20% 20% 20% 20%
60.401.311,51 63.674.343,77 66.557.485,07 69.410.521,48 72.391.637,85 332.435.299,68
DESA)

Cakupan
posyandu
86,79% 77% 78% 79% 80% 81% 81%
Purnama 181.203.934,54 191.023.031,30 199.672.455,21 208.231.564,45 217.174.913,56 997.305.899,06
mandiri 75%

Cakupan
Puskesmas yang
45,83% 12% 13% 14% 15% 16% 16%
memiliki 60.401.311,51 63.674.343,77 66.557.485,07 69.410.521,48 72.391.637,85 332.435.299,68
Pangkalan SBH

Cakupan Taman
79,06% 61% 63% 65% 67% 69% 69%
Posyandu 75% 60.401.311,51 63.674.343,77 66.557.485,07 69.410.521,48 72.391.637,85 332.435.299,68

RSUD dr.
SOEROTO

Program
Penunjang
Urusan IKM (Index
Dinas
1.2.1 Pemerintah Kepuasan NA 88,50% 114.018.245.489, 89% 118.705.361.944, 89,50% 90% 128.763.357.567, 90,50% 134.157.009.879, 91%
123.616.695.888,63 619.260.670.768,84 kesehatan
an Daerah Masyarakat) 30 19 52 20
Kabupaten
/Kota

VII-387
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Pemenuha
n Upaya
IKM (Index
Kesehatan Dinas
1.2.2 Kepuasan NA 88,50% 21.476.021.871,8 89% 22.639.766.672,2 89,50% 90% 24.679.296.527,7 90,50% 25.739.249.014,8 91%
Perorangan 23.664.883.580,49 118.199.217.667,21 kesehatan
Masyarakat) 2 4 7 9
dan Upaya
Kesehatan
Masyarakat

URUSAN
PEMERINT
AHAN
BIDANG
PEKERJAA 230.943.183.42 242.682.694.97 279.316.223.59 294.242.203.38
263.875.849.910,99 1.311.060.155.294,00
N UMUM 3,09 8,85 7,16 3,91
DAN
PENATAAN
RUANG

Program Persentase
Dinas
Penunjang pemenuhan
Pekerjaan
Urusan penunjang
Umum
1.3.01 Pemerintah urusan 100% 100% 20.775.478.423,0 100% 20.974.882.978,8 100% 100% 21.379.573.597,1 100% 21.584.900.383,9 100%
21.176.340.479,20 105.891.175.862,21 dan
an Daerah pemerintahan 9 5 6 1
Penataan
Kabupaten daerah dalam
Ruang
/Kota setahun
Dinas
Program
Pekerjaan
Pengelolaa
Rasio Jaringan 13650,3 13803,8 13963,5 14127,2 14299,2 14299,2 Umum
1.3.02 n Sumber NA 23.351.313.000,0 24.731.873.000,0 29.395.973.000,0 31.258.717.000,0
Irigasi 6 7 3 26.275.506.000,00 7 1 1 135.013.382.000,00 dan
Daya Air 0 0 0 0
Penataan
(SDA)
Ruang

Program Dinas
Pengelolaa Persentase Perumaha
n dan penduduk yang n Rakyat
1.03.03 Pengemban mendapatkan 100% 33,58% 35,41% 13.000.000.000,0 37,25% 39,08% 40,91% 40,91% dan
9.939.514.000,00 9.470.000.000,00 9.550.000.000,00 9.750.000.000,00 51.709.514.000,00
gan Sistem akses air minum 0 Kawasan
Penyediaan aman Permukim
Air Minum an

Program
Pengemban
gan Sistem Prosentase
Dinas
1.03.04 dan layanan
NA 24,88% 28,11% 29,03% 32,26% 36,48% 36,48% Lingkunga
. Pengelolaa pengelolaan 630.000.000,00 1.260.000.000,00 632.190.000,00 630.000.000,00 630.000.000,00 3.782.190.000,00
n Hidup
n sampah
Persampah
an Regional

Dinas
Program Persentase
Perumaha
pengelolaa penduduk yang
n Rakyat
n dan terlayani sistem
1.03.05 NA 62,01% 10.922.286.000,0 63,10% 10.000.000.000,0 64,20% 65,29% 11.450.000.000,0 66,29% 11.450.000.000,0 66,29% dan
pengemban pengelolaan air 12.730.000.000,00 56.552.286.000,00
0 0 0 0 Kawasan
gan Sistem limbah yang
Permukim
Air Limbah memadai
an

VII-388
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program Persentase Dinas


Pengelolaa drainase dalam Pekerjaan
n dan kondisi baik/ Umum
1.3.06 NA 49,00% 49,67% 50,36% 50,94% 51,51% 51,51%
Pengemban pembuangan 2.893.729.000,00 3.064.810.000,00 3.256.000.000,00 3.642.793.000,00 3.873.627.000,00 16.730.959.000,00 dan
gan Sistem aliran air tidak Penataan
Drainase tersumbat Ruang
Dinas
Persentase
Program Perumaha
pemenuhan
Pengemban n Rakyat
prasarana saran 100,00
1.03.07 gan NA 100% 100% 100% 100% 100% dan
dan Utilitas 4.138.200.000,00 2.000.000.000,00 2.800.000.000,00 4.000.000.000,00 3.800.000.000,00 % 16.738.200.000,00
Permukima Kawasan
kawasan
n Permukim
permukiman
an
Dinas
Persentase
Program Pekerjaan
pembangunan
Penataan Umum
1.3.08 dan perawatan NA 20,00% 12.712.502.000,0 30,23% 13.464.083.000,0 37,21% 44,19% 16.003.226.000,0 48,84% 17.017.309.000,0 48,84%
Bangunan 14.304.438.000,00 73.501.558.000,00 dan
gedung yang 0 0 0 0
Gedung Penataan
dilakukan
Ruang

Persentase
Program Dinas
penataan
Penataan Pekerjaan
bangunan
Bangunan 100,00 100,00 Umum
1.3.09 gedung yang NA 36,00% 63,64% 72,73% 95,45%
dan 6.939.263.000,00 7.349.520.000,00 7.808.240.000,00 8.735.542.000,00 % 9.289.090.000,00 % 40.121.655.000,00 dan
sesuai Rencana
Lingkunga Penataan
Tata Bangunan
nnya Ruang
dan Lingkungan

Dinas
Program Rasio panjang Pekerjaan
Penyelengg jalan terhadap Umum
1.3.10 NA 0,855 137.261.577.000, 0,855 145.376.659.000, 0,855 0,855 172.792.748.000, 0,855 183.742.163.000, 0,855
araan jumlah 163.871.088.431,79 803.044.235.431,79 dan
00 00 00 00
Jalan penduduk Penataan
Ruang

Rasio Tenaga Dinas


Program Terampil Pekerjaan
Pengemban Konstruksi yang 100,00 100,00 Umum
1.3.11 NA 20,00% 40,32% 60,48% 80,65%
gan Jasa bersertifikat di 312.836.000,00 331.330.000,00 352.010.000,00 393.816.000,00 % 418.770.000,00 % 1.808.762.000,00 dan
Kontruksi Kabupaten Penataan
Ngawi Ruang

Dinas
Program
Pekerjaan
Penyelengg Persentase
100,00 100,00 Umum
1.3.12 araan Ketaatan NA 20,00% 40,00% 60,00% 80,00%
1.066.485.000,00 1.129.537.000,00 1.200.037.000,00 1.342.552.000,00 % 1.427.627.000,00 % 6.166.238.000,00 dan
Penataan terhadap RTRW
Penataan
Ruang
Ruang

URUSAN
PEMERINT
AHAN
BIDANG
1.04 PERUMAH 18.788.978.001, 15.472.734.608, 19.311.388.169, 21.305.275.809,
17.401.716.757,68 92.280.093.345,82
AN DAN 16 37 57 04
KAWASAN
PERMUKI
MAN

VII-389
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program Persentase Dinas


Penunjang pemenuhan Perumaha
Urusan penunjang n Rakyat
100,00
1.04.01 Pemerintah urusan 100% 100% 100% 100% 100% 100% dan
4.809.675.244,16 4.851.414.077,37 4.893.540.417,68 4.936.057.998,57 4.978.970.591,04 % 24.469.658.328,82
an Daerah pemerintahan Kawasan
Kabupaten daerah dalam Permukim
/Kota setahun an

Dinas
Persentase Perumaha
Program
rumah tangga n Rakyat
Pengemban
1.04.02 yang bertempat NA 83% 83,50% 84% 84,50% 85% 85,00% dan
gan 185.000.000,00 185.000.000,00 185.000.000,00 235.000.000,00 285.000.000,00 1.075.000.000,00
tinggal di rumah Kawasan
Perumahan
layak huni Permukim
an

Dinas
Presentase
Perumaha
Program jumlah RTM
n Rakyat
Kawasan yang
1.04.03 84,62% 86% 88% 90% 92% 94% 94,00% dan
Permukima mendapatkan 4.675.000.000,00 4.505.000.000,00 5.135.000.000,00 6.140.000.000,00 7.145.000.000,00 27.600.000.000,00
Kawasan
n layanan rumah
Permukim
layak huni
an

Program
Dinas
Peningkata Persentase
Perumaha
n tersedianya
n Rakyat
Prasarana, lingkungan
1.04.05 60% 81% 81,70% 82,40% 83,10% 83,80% 83,80% dan
Sarana dan sehat dan aman 9.119.302.757,00 5.931.320.531,00 7.188.176.340,00 8.000.330.171,00 8.896.305.218,00 39.135.435.017,00
Kawasan
Utilitas yang didukung
Permukim
Umum PSU
an
(PSU)

URUSAN
PEMERINT
AHAN
BIDANG
KETENTE
RAMAN
DAN
1.05 22.270.984.064, 22.771.430.605, 23.686.271.572, 24.158.244.031,
KETERTIB 23.229.863.435,20 116.116.793.709,69
76 98 73 02
AN UMUM
SERTA
PERLINDU
NGAN
MASYARA
KAT

Persentase
Program
pemenuhan Badan
Urusan
penunjang Penanggul
Penunjang
1.05.01 urusan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% angan
Pemerintah 4.673.830.363,26 4.714.522.895,74 4.755.593.939,91 4.797.047.145,72 4.838.886.200,22 23.779.880.544,85
pemerintahan Bencana
an Daerah
daerah dalam Daerah
Kab/Kota
setahun

VII-390
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Badan
Program
Penanggul
Penanggula
1.05.03 angan
ngan 2.684.502.733,00 2.829.970.834,00 2.958.110.447,00 3.084.912.065,00 3.217.406.126,00 14.774.902.205,00
Bencana
Bencana
Daerah

Persentase
perkuatan
50% 60% 63% 65% 68% 75% 75%
Kebijakan dan 478.053.500,00 120.000.000,00 145.000.000,00 132.000.000,00 250.000.000,00 1.125.053.500,00
Kelembagaan

Persentase
Pengakajian
Resiko dan 35% 45% 50% 55% 60% 65% 65%
300.000.000,00 150.000.000,00 155.000.000,00 167.662.065,00 192.900.187,00 965.562.252,00
Perencanaan
terpadu

Persentase
pengembangan
sistem 45% 55% 58% 61% 64% 68% 68%
395.000.000,00 438.500.000,00 564.860.000,00 480.250.000,00 452.505.939,00 2.331.115.939,00
informasi, diklat
dan logistik

Persentase
penanganan
42% 45% 50% 55% 60% 65% 65%
tematik kawasan 423.063.000,00 986.470.834,00 1.140.000.000,00 1.240.000.000,00 1.200.000.000,00 4.989.533.834,00
rawan bencana

Persentase
peningkatan
efektivitas
53% 60% 62% 64% 66% 70% 70%
pencegahaan 100.000.000,00 130.000.000,00 130.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00 460.000.000,00
dan mitigasi
bencana

Persentase
perkuatan
kesiapsiagaan 40% 50% 53% 56% 56% 58% 58%
225.000.000,00 205.000.000,00 210.250.000,00 215.000.000,00 222.000.000,00 1.077.250.000,00
dan penanganan
darurat bencana

Persentase
pengembangan
sistem 37% 40% 42% 44% 44% 47% 47%
763.386.233,00 800.000.000,00 613.000.447,00 800.000.000,00 850.000.000,00 3.826.386.680,00
pemulihan
bencana

VII-391
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase
Program
pemenuhan
Urusan Satuan
penunjang
Penunjang Polisi
1.05.01 urusan 100% 100% 10.285.896.868,5 100% 10.381.980.625,2 100% 100% 10.576.944.263,0 100% 10.675.642.514,8 100%
Pemerintah 10.478.993.377,29 52.399.457.648,84 Pamong
pemerintahan 0 4 1 0
an Daerah Praja
daerah dalam
Kab/Kota
setahun

Program
Peningkata
Satuan
n
Polisi
1.05.02 Ketentrama
2.776.754.100,00 2.944.956.251,00 3.037.165.671,00 3.127.368.099,00 3.226.309.190,00 15.112.553.311,00 Pamong
n dan
Praja
Ketertiban
Umum

PERSENTASE
HASIL
PENCEGAHAN
GANGGUAN
KETERTIBAN
17% 17% 20% 23% 26% 29% 29%
UMUM DAN 1.500.000.000,00 1.544.956.251,00 1.587.165.671,00 1.627.368.099,00 1.696.309.190,00 7.955.799.211,00
KETENTRAMAN
MASYARAKAT
YANG DITINDAK
LANJUTI

CAKUPAN
PETUGAS
PERLINDUNGAN NA 11,05% 11,98% 12,90% 13,82% 14,74% 14,74%
626.754.100,00 700.000.000,00 750.000.000,00 750.000.000,00 750.000.000,00 3.576.754.100,00
MASYARAKAT
(LINMAS)

PERSENTASE
PENEGAKAN 65% 75% 78% 80% 82% 85% 85%
650.000.000,00 700.000.000,00 700.000.000,00 750.000.000,00 780.000.000,00 3.580.000.000,00
PERDA

Program
Pencegaha
n,
Penanggula CAKUPAN
ngan, PELAYANAN Satuan
Penyelamat BENCANA Polisi
1.05.04 15% 15% 25% 35% 45% 55% 55%
an KEBAKARAN 1.850.000.000,00 1.900.000.000,00 2.000.000.000,00 2.100.000.000,00 2.200.000.000,00 10.050.000.000,00 Pamong
Kebakaran KABUPATEN/K Praja
dan OTA
Penyelamat
an Non
Kebakaran

VII-392
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

URUSAN
PEMERINT
1.06 AHAN 18.530.747.157, 19.302.144.312, 20.666.190.340, 21.373.951.736,
19.987.306.581,13 99.860.340.127,72
BIDANG 09 49 29 72
SOSIAL

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Urusan penunjang
Dinas
1.06.01 Pemerintah urusan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
5.108.233.488,09 5.152.290.142,49 5.196.754.344,13 5.241.630.011,29 5.286.921.102,72 25.985.829.088,72 Sosial
an Daerah pemerintahan
Kabupaten daerah dalam
/Kota setahun

Jumlah Potensi
Sumber
Kesejahteraan
Program
Sosial (PSKS) 100 100 110 120 120 550 Dinas
1.06.02 Pemberday 123 PSKS
aktif dalam PSKS 800.000.000,00 PSKS 900.000.000,00 PSKS 950.000.000,00 PSKS 1.000.000.000,00 PSKS 1.000.000.000,00 PSKS 4.650.000.000,00 Sosial
aan Sosial
penyelenggaraan
kesejahteraan
sosial

Program
Penangana Persentase
n Warga warga negara
Negara migran korban Dinas
1.06.03 NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Migran tindak 30.000.000,00 35.000.000,00 50.000.000,00 60.000.000,00 60.000.000,00 235.000.000,00 Sosial
Korban kekerasan yang
Tindak ditangani
Kekerasan

Jumlah Pemerlu
Pelayanan
Kesejahteraan
Program
Sosial (PPKS) 700 750 800 850 900 3,000 Dinas
1.06.04 Rehabilitasi 369 PPKS
mendapatkan PPKS 1.996.600.000,00 PPKS 1.961.600.000,00 PPKS 2.620.552.000,00 PPKS 2.774.560.329,00 PPKS 2.627.030.634,00 PPKS 11.980.342.963,00 Sosial
Sosial
pelayanan
rehabilitasi
sosial

Program
Cakupan Data
Perlindung
Terpadu Dinas
1.06.05 an dan 1 Data 1 Data 10.024.663.669,0 1 Data 10.024.663.670,0 1 Data 1 Data 10.800.000.000,0 1 Data 11.500.000.000,0 1 Data
Kesejahteraan 10.500.000.237,00 52.849.327.576,00 Sosial
Jaminan 0 0 0 0
Sosial
Sosial

Program Persentase
Dinas
1.06.06 Penangana penanganan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
471.250.000,00 1.128.590.500,00 550.000.000,00 650.000.000,00 750.000.000,00 3.549.840.500,00 Sosial
n Bencana bencana

VII-393
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Jumlah Taman
Pengelolaa
Makam Dinas
1.06.07 n Taman NA 1 Lokasi 1 Lokasi 1 Lokasi 1 Lokasi 1 Lokasi 1 Lokasi
Pahlawan yang 100.000.000,00 100.000.000,00 120.000.000,00 140.000.000,00 150.000.000,00 610.000.000,00 Sosial
Makam
dikelola
Pahlawan

URUSAN
WAJIB
YANG
TIDAK
2 219.167.379.96 228.695.407.93 221.178.880.83 225.814.363.61
BERKAITA 220.373.941.674,49 1.115.229.974.026,77
8,01 8,87 2,97 2,43
N DENGAN
PELAYANA
N DASAR

URUSAN
PEMERINT
AHAN
2.07 23.952.716.871, 24.114.844.859, 24.313.861.155, 24.431.370.927,
BIDANG 23.779.687.899,19 120.592.481.713,58
42 20 91 86
TENAGA
KERJA

Program Dins
Penunjang Perdagang
Urusan an
2.07.01 Pemerintah 20.842.716.871, 20.992.244.859, 20.862.761.155, 20.954.121.927, Perindusti
20.642.861.899,19 104.294.706.713,58
an Daerah 42 20 91 86 ran dan
Kabupaten Tenaga
/Kota Kerja

Prosentase
Pemenuhan
Penunjang
Urusan 100% 100% 20.508.011.871,4 100% 20.654.192.859,2 100% 100% 20.517.913.155,9 100% 20.605.826.927,8 100%
20.301.429.899,19 102.587.374.713,58
Pemerintah 2 0 1 6
Daerah Dalam
Setahun

Prosentase
Pemenuhan PAD 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
334.705.000,00 338.052.000,00 341.432.000,00 344.848.000,00 348.295.000,00 1.707.332.000,00
Dalam Setahun

Rasio Dins
kesesuaiana Perdagang
Program
antara dokumen an
Perencanaa
2.07.02 RKT dengan NA 02.15 02.15 02.15 02.15 02.15 02.15 Perindusti
n Tenaga 200.000.000,00 200.000.000,00 200.000.000,00 200.000.000,00 200.000.000,00 1.000.000.000,00
peraturan ran dan
Kerja
perundang- Tenaga
undangan Kerja

VII-394
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Dins
Program
Perdagang
Pelatihan Prosentase
an
Kerja dan tenaga kerja
2.07.03 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Perindusti
Produktifita yang 800.000.000,00 800.500.000,00 802.505.000,00 804.515.000,00 806.030.000,00 4.013.550.000,00
ran dan
s Tenaga bersertifikat
Tenaga
Kerja
Kerja

Dins
Perdagang
Program
Prosentase an
Penepatan
2.07.04 Penyerapan 73,41% 51% 54% 57% 60% 63% 57% Perindusti
Tenaga 1.550.000.000,00 1.556.500.000,00 1.563.065.000,00 1.869.617.000,00 1.888.409.000,00 8.427.591.000,00
Tenaga Kerja ran dan
Kerja
Tenaga
Kerja

Dins
Prosentase
Perdagang
kasus yang
Program an
diselesaikan
2.07.05 Hubungan 75% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Perindusti
dengan 560.000.000,00 565.600.000,00 571.256.000,00 576.968.000,00 582.810.000,00 2.856.634.000,00
Industrial ran dan
perjanjian
Tenaga
bersamaaan
Kerja

URUSAN
PEMERINT
AHAN
BIDANG
PEMBERD
2.08. AYAAN 7.509.467.930,3 7.683.718.198,8 8.180.483.465,1 8.367.569.848,5
7.863.896.342,79 39.605.135.785,65
PEREMPU 6 0 8 2
AN DAN
PERLINDU
NGAN
ANAK

Dinas
Pemberda
Program Persentase
yaan
Penunjang pemenuhan
Perempua
Urusan penunjang
n
2.08.01 Pemerintah urusan 87,89% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
5.412.200.130,36 5.462.803.498,80 5.513.896.342,79 5.565.483.465,18 5.617.569.848,52 27.571.953.285,65 Perlindun
an Daerah pemerintahan
gan Anak
Kabupaten daerah dalam
dan
/Kota setahun
Keluarga
Berencana
Dinas
Pemberda
Program
yaan
pengarus Persentase
Perempua
Utamaan partisipasi
n
2.08.02 Gender dan perempuan di 89,30% 90% 90% 90% 90% 90% 90%
489.267.800,00 460.914.700,00 500.000.000,00 550.000.000,00 550.000.000,00 2.550.182.500,00 Perlindun
Pemberday sektor
gan Anak
aan pembangunan
dan
Perempuan
Keluarga
Berencana

VII-395
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Dinas
Pemberda
yaan
Program Perempua
Rasio kekerasan
Perlindung 2: 2: 2: 2: 1: 1: n
2.08.03 terhadap 2 : 100.000
an 100.000 633.000.000,00 100.000 650.000.000,00 100.000 700.000.000,00 100.000 750.000.000,00 100.000 800.000.000,00 100.000 3.533.000.000,00 Perlindun
perempuan
Perempuan gan Anak
dan
Keluarga
Berencana

Dinas
Prosentase Pemberda
Lembaga yaan
Program Penyedia Perempua
Peningkata Layanan n
2.08.04 NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
n Kualitas Peningkatan 275.000.000,00 335.000.000,00 350.000.000,00 375.000.000,00 400.000.000,00 1.735.000.000,00 Perlindun
Keluarga Kualitas gan Anak
Keluarga yang dan
aktif Keluarga
Berencana

Dinas
Pemberda
Program yaan
Pengelolaa Persentase PD Perempua
n Sistem yang memiliki n
2.08.05 NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Data sistem data 125.000.000,00 150.000.000,00 150.000.000,00 200.000.000,00 250.000.000,00 875.000.000,00 Perlindun
Gender dan gender dan anak gan Anak
Anak dan
Keluarga
Berencana

Dinas
Pemberda
Prosentase yaan
Program pembangunan Perempua
Pemenuha sektoral berbasis n
2.08.06 NA 90% 90% 90% 90% 90% 90%
n Hak ramah anak 300.000.000,00 325.000.000,00 350.000.000,00 390.000.000,00 400.000.000,00 1.765.000.000,00 Perlindun
Anak (PHA) yang sesuai gan Anak
standart dan
Keluarga
Berencana

VII-396
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Dinas
Prosentase
Pemberda
lembaga layanan
yaan
anak yang
Program Perempua
memerlukan
Perlindung n
2.08.07 Perlindungan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
an Khusus 275.000.000,00 300.000.000,00 300.000.000,00 350.000.000,00 350.000.000,00 1.575.000.000,00 Perlindun
Khusus
Anak gan Anak
Termasuk
dan
P2TP2A yang
Keluarga
sesuai standart
Berencana

URUSAN
PEMERINT
2.09 AHAN 12.145.622.704, 12.459.145.513, 13.063.283.837, 13.508.849.999,
12.926.540.763,19 64.103.442.818,40
BIDANG 90 23 21 87
PANGAN

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Dinas
Urusan penunjang
Pangan
2.09.1 Pemerintah urusan 100% 100% 100% 100% 100% 100%
6.444.622.704,90 6.241.245.513,23 6.642.540.763,19 6.501.183.837,21 6.572.349.999,87 32.401.942.818,40 dan
an Daerah pemerintahan
Perikanan
Kabupaten daerah dalam
/Kota setahun

PROGRAM
Pengelolaa
n Sumber
Daya Dinas
Ekonomi Ketersediaan 112,589 118,218 124,128 130,334 136,850 136,850 Pangan
2.09.02 NA
untuk pangan utama ton 2.370.000.000,00 ton 2.520.000.000,00 ton 2.530.000.000,00 ton 2.578.500.000,00 ton 2.730.500.000,00 ton 12.729.000.000,00 dan
Kedaulatan Perikanan
dan
Kemandiria
n Pangan

Program
Peningkata
n Dinas
Diversifikas Pangan
2.09.03
i dan 2.646.000.000,00 2.996.900.000,00 3.040.000.000,00 3.166.600.000,00 3.373.000.000,00 15.222.500.000,00 dan
Ketahanan Perikanan
Pangan
Masyarakat

Persentase
peningkatan
cadangan NA 1% 1% 1% 1% 1% 1%
130.000.000,00 187.900.000,00 195.000.000,00 234.500.000,00 274.000.000,00 1.021.400.000,00
pangan
kabupaten kota

Coefisien Variasi
(CV harga 7,20% 7,20% 7,10% 7,10% 7,10% 7,10% 7,10%
1.335.000.000,00 1.470.000.000,00 1.466.000.000,00 1.504.100.000,00 1.529.000.000,00 7.304.100.000,00
pangan)

Skor PPH
91,60% 85% 85,50% 86% 86,50% 87% 87%
Konsumsi 1.181.000.000,00 1.339.000.000,00 1.379.000.000,00 1.428.000.000,00 1.570.000.000,00 6.897.000.000,00

VII-397
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Dinas
Penangana Persentase desa
Pangan
2.09.04 n rawan pangan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
300.000.000,00 310.000.000,00 320.000.000,00 365.000.000,00 370.000.000,00 1.665.000.000,00 dan
Kerawanan yang ditangani
Perikanan
Pangan

Program
Prosentase Dinas
Pengawasa
Pangan Segar Pangan
2.09.05 n NA 80% 80% 82% 84% 86% 86%
yang aman 385.000.000,00 391.000.000,00 394.000.000,00 452.000.000,00 463.000.000,00 2.085.000.000,00 dan
Keamanan
dikonsumsi Perikanan
Pangan

URUSAN
PEMERINT
AHAN
2.10 6.050.000.000,0 6.050.000.000,0 6.050.000.000,0
BIDANG 550.000.000,00 6.050.000.000,00 24.750.000.000,00
0 0 0
PERTANA
HAN

Program
Penyelesaia
Dinas
n Ganti Presentase
Perumaha
Kerugian penyelesaian
n Rakyat
dan ganti kerugian
2.10.05 NA 65% 67% 69% 71% 72% 72,00% dan
Santunan dan santunan 500.000.000,00 6.000.000.000,00 6.000.000.000,00 6.000.000.000,00 6.000.000.000,00 24.500.000.000,00
Kawasan
Tanah tanah sesuai
Permukim
untuk dengan regulasi
an
Pembangun
an

Dinas
Presentase
Perumaha
pemenuhan
Program n Rakyat
luasan tanah
2.10.10 Penataguna NA 64% 67% 68% 69% 70% 70,00% dan
terhadap luasan 50.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00 250.000.000,00
an Tanah Kawasan
tanah yang
Permukim
dibutuhkan
an

URUSAN
PEMERINT
AHAN
2.11. 30.756.887.945, 31.170.376.555, 29.810.121.128, 30.610.805.764,
BIDANG 32.734.659.913,85 155.082.851.307,47
54 17 18 73
LINGKUNG
AN HIDUP

Program
Persentase
Penunjang
pemenuhan
Urusan Dinas
urusan
2.11.01 Pemerintah 100% 100% 14.608.887.945,5 100% 14.743.376.555,1 100% 100% 15.015.621.128,1 100% 15.150.805.764,7 100% Lingkunga
pemerintahan 14.878.659.913,85 74.397.351.307,47
an Daerah 4 7 8 3 n Hidup
daerah dalam
Kabupaten
setahun
/Kota

VII-398
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Prosentase
dokumen
Program
Lingkungan
Perencanaa Dinas
2.11.02 Hidup yang
n NA 70% 70% 80% 90% 100% 100% Lingkunga
. ditetapkan 690.000.000,00 300.000.000,00 150.000.000,00 450.000.000,00 350.000.000,00 1.940.000.000,00
Lingkunga n Hidup
dengan
n Hidup
PERDA/PERKAD
A

Program
Pengendali
an
Dinas
2.11.03 Pencemara
Lingkunga
. n dan/atau 1.521.000.000,00 1.521.000.000,00 1.700.000.000,00 1.521.000.000,00 1.520.000.000,00 7.783.000.000,00
n Hidup
Kerusakan
Lingkunga
n

Indeks Kualitas
58,57 55,1 55,15 55,2 55,25 55,3 55,3
Air (IKA) 1.421.000.000,00 1.396.000.000,00 1.550.000.000,00 1.346.000.000,00 1.320.000.000,00 7.033.000.000,00

Indeks Kualitas
85,37 84,1 84,15 84,2 84,25 84,3 84,3
Udara (IKU) 100.000.000,00 125.000.000,00 150.000.000,00 175.000.000,00 200.000.000,00 750.000.000,00

Program
Pengelolaa
n Dinas
2.11.04 Indeks Kualitas
Keanekarag 57,13 50,1 50,15 50,15 50,2 50,25 50,3 Lingkunga
. Lahan (IKL) 8.000.000.000,00 8.000.000.000,00 8.500.000.000,00 5.800.000.000,00 6.000.000.000,00 36.300.000.000,00
aman n Hidup
Hayati
(KEHATI)

Program
Pengendali
an Bahan
Berbahaya
Persentase
Beracun Dinas
2.11.05 penghasil
(B3) Dan NA 45% 50% 53% 55% 60% 60% Lingkunga
. limbah B3 yang 100.000.000,00 150.000.000,00 200.000.000,00 250.000.000,00 250.000.000,00 950.000.000,00
Limbah n Hidup
difasilitasi
Bahan
Berbahaya
Beracun
(B3)

VII-399
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Pembinaan
Dan Prosentase
Pengawasa usaha/kegiatan
n Terhadap yang izin
Izin lingkungan
Lingkunga hidup dan izin Dinas
2.11.06
n Dan Izin PPLH diterbitkan NA 42,80% 45% 48% 52% 56% 56% Lingkunga
. 40.000.000,00 50.000.000,00 60.000.000,00 70.000.000,00 80.000.000,00 300.000.000,00
Perlindung pemerintah n Hidup
an Dan kabupaten/kota
Pengelolaa yang taat
n terhadap izin
Lingkunga lingkungan
n Hidup
(PPLH)

Program
Pengakuan
Keberadaa
Persentase
n
pengakuan
Masyarakat
keberadaan
Hukum
MHA/kearifan
Adat Dinas
2.11.07 lokal dan hak
(MHA), NA 5% 20% 40% 60% 80% 80% Lingkunga
. MHA yang 80.000.000,00 150.000.000,00 175.000.000,00 175.000.000,00 100.000.000,00 680.000.000,00
Kearifan n Hidup
terkait PPLH
Lokal Dan
yang ditetapkan
Hak MHA
dengan
yang
PERKADA
terkait
dengan
PPLH

Program
Peningkata
Persentase
n
lembaga
Pendidikan,
masyarakat/kelo Dinas
2.11.08 Pelatihan
mpok NA 10% 20% 30% 40% 50% 50% Lingkunga
. Dan 290.000.000,00 350.000.000,00 400.000.000,00 390.000.000,00 390.000.000,00 1.820.000.000,00
masyarakat yang n Hidup
Penyuluha
peduli
n
lingkungan
Lingkunga
n Hidup

Persentase
lembaga
masyarakat/kelo
Program mpok
Penghargaa masyarakat/per
n seorangan Dinas
2.11.09
Lingkunga peduli NA 10% 11% 12% 13% 14% 14% Lingkunga
. 200.000.000,00 225.000.000,00 271.000.000,00 193.500.000,00 200.000.000,00 1.089.500.000,00
n Hidup lingkungan yang n Hidup
Untuk mendapatkan
Masyarakat penghargaan di
tingkat
Nasional/Propin
si

VII-400
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Penangana Persentase
Dinas
2.11.10 n pengaduan
NA 100% 100% 100% 100% 100% 100% Lingkunga
. Pengaduan masyarakat yang 80.000.000,00 150.000.000,00 160.000.000,00 175.000.000,00 200.000.000,00 765.000.000,00
n Hidup
Lingkunga ditindaklanjuti
n Hidup

Program
Persentase
Pengelolaa Dinas
2.11.11 timbulan
n NA 40% 45% 50% 55% 60% 60% Lingkunga
. sampah yang 5.147.000.000,00 5.531.000.000,00 6.240.000.000,00 5.770.000.000,00 6.370.000.000,00 29.058.000.000,00
Persampah n Hidup
dikelola
an

URUSAN
PEMERINT
AHAN
BIDANG
ADMINIST
2.12 RASI 13.219.613.660, 13.568.550.237, 14.201.145.511, 14.527.982.974,
13.885.731.055,18 69.403.023.438,64
KEPENDU 59 43 31 13
DUKAN
DAN
PENCATAT
AN SIPIL

Program Persentase
Penunjang pemenuhan Dinas
Urusan penunjang Kependud
2.12.01 Pemerintah urusan 100,00% 100% 100% 100% 100% 100% 100% ukan dan
9.679.613.660,59 9.441.550.237,43 9.600.731.055,18 9.726.145.511,31 9.872.982.974,13 48.321.023.438,64
an Daerah pemerintahan Pencatata
Kabupaten daerah dalam n Sipil
/Kota setahun

Persentase Dinas
Program
penduduk Kependud
Pendaftara
2.12.02 dengan 144,94% 67% 76% 84% 89% 96% 96% ukan dan
n 1.760.000.000,00 2.072.000.000,00 2.125.000.000,00 2.270.000.000,00 2.240.000.000,00 10.467.000.000,00
dokumen Pencatata
Penduduk
kependudukan n Sipil

VII-401
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Dinas
Persentase
Program Kependud
penduduk
2.12.03 Pencatatan 117,34% 69% 79% 89% 93% 96% 96% ukan dan
dengan akta 500.000.000,00 610.000.000,00 625.000.000,00 650.000.000,00 650.000.000,00 3.035.000.000,00
Sipil Pencatata
pencatatan sipil
n Sipil

Program
Pengelolaa Dinas
n Informasi Kependud
2.12.04 Administra ukan dan
1.030.000.000,00 1.095.000.000,00 1.160.000.000,00 1.155.000.000,00 1.265.000.000,00 5.705.000.000,00
si Pencatata
Kependudu n Sipil
kan

persentase
aplikasi SIAK 100% 100% 100% 100% 100% 100%
425.000.000,00 525.000.000,00 575.000.000,00 560.000.000,00 610.000.000,00 2.695.000.000,00
berjalan normal

Prosentase
Persentase
lembaga
pengguna yang 100% 100% 100% 100% 100% 100%
605.000.000,00 570.000.000,00 585.000.000,00 595.000.000,00 655.000.000,00 3.010.000.000,00
memanfaatkan
data
kependudukan

Program Dinas
Persentase
Pengelolaa Kependud
kelengkapan
2.12.05 n Profil NA 85% 85% 90% 90% 100% 100% ukan dan
data profil yang 250.000.000,00 350.000.000,00 375.000.000,00 400.000.000,00 500.000.000,00 1.875.000.000,00
Kependudu Pencatata
disajikan
kan n Sipil

URUSAN
PEMERINT
AHAN
BIDANG
2.13 PEMBERD 20.201.196.429, 20.668.206.781, 21.500.153.234, 21.931.283.749,
21.036.608.171,79 105.337.448.366,73
AYAAN 45 79 04 66
MASYARA
KAT DAN
DESA

VII-402
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program PERSENTASE
Dinas
Penunjang PEMENUHAN
Pemberda
Urusan PENUNJANG
yaan
2.13.01 Pemerintah URUSAN 100% 100 100 100 100 100 100
5.283.251.069,45 5.332.040.632,79 5.332.040.632,79 5.431.031.045,04 5.481.241.135,66 26.859.604.515,73 Masyarak
an Daerah PEMERINTAHAN
at dan
Kabupaten DAERAH DALAM
Desa
/Kota SETAHUN

Dinas
PERSENTASE Pemberda
Program
KONDISI JALAN yaan
2.13.02 Penataan 38% 40 45 55 65 75 75
DESA KONDISI 75.000.000,00 100.000.000,00 125.000.000,00 150.000.000,00 175.000.000,00 625.000.000,00 Masyarak
Desa
BAIK TAHUN n at dan
Desa

Dinas
Program
PERSENTASE Pemberda
Peningkata
PENINGKATAN yaan
2.13.03 n 6 kerjasama 10 10 10 10 10 50
KERJASAMA 390.000.000,00 470.000.000,00 490.000.000,00 510.000.000,00 530.000.000,00 2.390.000.000,00 Masyarak
Kerjasama
DESA at dan
Desa
Desa

Dinas
Program
Pemberda
Administra
yaan
2.13.04 si
4.652.945.360,00 4.783.076.000,00 5.048.076.000,00 5.198.076.000,00 5.373.076.000,00 25.055.249.360,00 Masyarak
Pemerintah
at dan
an Desa
Desa

Jumlah desa
yang
menerapkan
Desa 1 6 7 8 8 30
standar 3.983.076.000,00 4.073.076.000,00 4.248.076.000,00 4.348.076.000,00 4.498.076.000,00 21.150.380.000,00
pelayanan
minimal desa

Persentase
BUMDesa yang
meningkat
7,04% 11,74 16,43 21,13 25,82 30,52 30,52
statusnya dari 289.200.000,00 300.000.000,00 300.000.000,00 325.000.000,00 325.000.000,00 1.539.200.000,00
berkembang
menjadi maju

Persentase desa
kategori 14,08% 15,49 16,9 18,31 19,25 20,66 20,66
380.669.360,00 410.000.000,00 500.000.000,00 525.000.000,00 550.000.000,00 2.365.669.360,00
swasembada

VII-403
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Pemberday
aan
Dinas
Lembaga
Pemberda
Kemasyara
yaan
2.13.05 katan, 10.211.046.189,0 10.371.966.614,0
9.800.000.000,00 9.983.090.149,00 10.041.491.539,00 50.407.594.491,00 Masyarak
Lemabag 0 0
at dan
Adat, dan
Desa
Masyarakat
Hukum
Adat

Persentase
lembaga
kemasyarakatan 5% 5 5 5 5 5 25
9.050.000.000,00 9.183.090.149,00 9.221.491.539,00 9.311.046.189,00 9.421.966.614,00 46.187.594.491,00
desa dengan
kategori baik

Persentase
rumah tangga
% 2 3 3 3 4 15
miskin yang 750.000.000,00 800.000.000,00 820.000.000,00 900.000.000,00 950.000.000,00 4.220.000.000,00
memiliki usaha

URUSAN
PEMERINT
AHAN
BIDANG
PENGEND
ALIAN
2.14. 6.291.803.200,0 6.622.744.100,0 7.025.350.200,0 7.304.394.100,0
PENDUDU 6.894.095.100,00 34.138.386.700,00
0 0 0 0
K DAN
KELUARG
A
BERENCA
NA

Dinas
Pemberda
Persentase yaan
Program Ketersediaan Perempua
Pengendali Data n
2.14.02 NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
an Kependudukan 697.775.000,00 700.000.000,00 950.000.000,00 1.025.350.200,00 1.100.000.000,00 4.473.125.200,00 Perlindun
Penduduk dan Keluarga gan Anak
Berencana dan
Keluarga
Berencana

VII-404
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Dinas
Pemberda
yaan
Program
Perempua
Pembinaan
n
2.14.03 Keluarga
4.244.028.200,00 4.500.000.000,00 5.100.000.000,00 5.150.000.000,00 5.500.000.000,00 24.494.028.200,00 Perlindun
Berencana
gan Anak
(KB)
dan
Keluarga
Berencana

mCPR 71,63% 66,60% 66,70% 66,80% 66,90% 67% 67%


2.744.028.200,00 2.750.000.000,00 3.100.000.000,00 3.050.000.000,00 3.250.000.000,00 14.894.028.200,00

Rasio PKB 01.03 01.02 01.02 01.02 01.02 01.02 01.02


1.500.000.000,00 1.750.000.000,00 2.000.000.000,00 2.100.000.000,00 2.250.000.000,00 9.600.000.000,00

Dinas
Pemberda
Program
Prosentase yaan
Pemberday
Poktan Perempua
aan dan
Pembangunan n
2.14.04 Peningkata NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Keluarga 1.350.000.000,00 1.422.744.100,00 844.095.100,00 850.000.000,00 704.394.100,00 5.171.233.300,00 Perlindun
n Keluarga
Sejahtera yang gan Anak
Sejahtera
di intervensi dan
(KS)
Keluarga
Berencana

URUSAN
PEMERINT
AHAN
2.15 35.740.362.300, 36.189.445.522, 37.010.186.534, 37.433.664.887,
BIDANG 36.600.723.506,03 182.974.382.750,62
01 81 35 42
PERHUBU
NGAN

Program Prosentase
Penunjang pemenuhan
Urusan penunjang Dinas
2.15.01 Pemerintah urusan NA 100% 12.900.231.100,0 100% 13.022.011.122,8 100% 100% 13.269.133.334,3 100% 13.394.501.087,4 100% Perhubun
13.144.974.906,03 65.730.851.550,62
an Daerah pemerintahan 1 1 5 2 gan
Kabupaten daerah dalam
/Kota setahun

VII-405
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Penyelengg
araan Lalu Prosentase Dinas
0,0024 0,0023 0,0022 0,0022 0,0021 0,0021
2.15.02 Lintas dan Kecelakaan Lalu 0,0021% Perhubun
% 5.965.131.200,00 % 6.317.434.400,00 % 6.605.748.600,00 % 6.891.053.200,00 % 7.189.163.800,00 % 32.968.531.200,00
Angkutan lintas gan
Jalan
(LLAJ)

Program
Persentase Dinas
Penyelengg
kelengkapan Pekerjaan
araan Lalu
jalan yang Umum
2.15.02 Lintas dan 28,84% 30,00% 16.800.000.000,0 31,35% 16.800.000.000,0 32,41% 33,49% 16.800.000.000,0 34,78% 16.800.000.000,0 34,78%
terpasang 16.800.000.000,00 84.000.000.000,00 dan
Angkutan 0 0 0 0
dijalan Penataan
Jalan
kabupaten Ruang
(LLAJ)

Program Prosentase Dinas


2.15.03 Pengelolaa penumpang NA 25% 26,50% 27% 27,50% 28% 28% Perhubun
75.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00 275.000.000,00
n Pelayaran yang terlayani gan

URUSAN
PEMERINT
AHAN
BIDANG
2.16 15.468.209.122, 16.018.746.929, 16.491.925.679, 16.839.511.049,
KOMUNIK 16.174.165.837,13 80.992.558.618,50
27 80 46 84
ASI DAN
INFORMAT
IKA

Program Persentase
Penunjang pemenuhan Dinas
Urusan penunjang Komunika
2.16.01 Pemerintah urusan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% si dan
6.408.013.122,27 6.467.346.132,80 6.527.251.033,13 6.587.732.568,46 6.649.413.137,84 32.639.755.994,50
an Daerah pemerintahan Informatik
Kabupaten daerah dalam a
/Kota setahun

Program Dinas
Informasi Komunika
2.16.02 dan si dan
3.425.000.000,00 3.609.000.000,00 3.645.090.000,00 3.728.315.388,00 3.828.943.858,00 18.236.349.246,00
Komunikas Informatik
i Publik a

VII-406
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase (%)
konten informasi
terkait program
dan kebijakan
pemerintah,
counter narasi
negatif, hoax,
dan informasi
NA 75% 75% 75% 80% 80% 80%
missleading 2.550.000.000,00 2.690.250.000,00 2.717.152.500,00 2.793.232.770,00 2.877.029.753,00 13.627.665.023,00
terhadap
pemerintah
daerah yang
didiseminasikan
sesuai dengan
strategi
komunikasi

Persentase (%)
Informasi Publik
yang disediakan
dan diumumkan
oleh Provinsi
dan kab/kota NA 75% 77% 79% 81% 83% 83%
875.000.000,00 918.750.000,00 927.937.500,00 935.082.618,00 951.914.105,00 4.608.684.223,00
sesuai amanat
UU No 14 Tahun
2008 tentang
keterbukan
Informasi Publik

Dinas
Persentase
Program Komunika
pengelolaan
2.16.03 Aplikasi 75% 80% 85% 90% 95% 95% si dan
aplikasi 5.635.196.000,00 5.942.400.797,00 6.001.824.804,00 6.175.877.723,00 6.361.154.054,00 30.116.453.378,00
Informatika Informatik
informatika
a

VII-407
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

URUSAN
PEMERINT
AHAN
BIDANG
KOPERASI
2.17 11.919.867.840, 12.297.668.285, 12.984.855.022, 13.356.803.967,
, USAHA 12.627.670.223,60 63.186.865.339,74
35 55 70 54
KECIL
DAN
MENENGA
H

Program Persentase
Penunjang pemenuhan Dinas
Urusan penunjang Koperasi
2.17.01 Pemerintah urusan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% dan
6.608.611.840,35 6.692.668.285,55 6.717.670.223,60 6.819.855.022,70 6.921.803.967,54 33.760.609.339,74
an Daerah pemerintahan Usaha
Kabupaten daerah dalam Mikro
/Kota setahun

Persentase
pemeriksaan
Program dan pengawasan Dinas
Pengawasa yang dilakukan Koperasi
2.17.03 n dan untuk koperasi N/A 75% 80% 85% 90% 95% 95% dan
400.000.000,00 425.000.000,00 450.000.000,00 475.000.000,00 500.000.000,00 2.250.000.000,00
Pemeriksaa dengan wilayah Usaha
n Koperasi keanggotaan Mikro
dalam daerah
kabupaten/kota

Program Dinas
Penilaian Jumlah 53 53 53 53 53 53 Koperasi
2.17.04 Kesehatan KSP/USP yang N/A KSP/US KSP/US KSP/US KSP/US KSP/US KSP/US dan
900.000.000,00 925.000.000,00 950.000.000,00 975.000.000,00 1.000.000.000,00 4.750.000.000,00
KSP/USP naik klasifikasi P P P P P P Usaha
Koperasi Mikro

Persentase
koperasi yang
Program
mengikuti Dinas
Pendidikan
pelatihan untuk Koperasi
dan
2.17.05 koperasi dengan N/A 50% 60% 70% 80% 90% 90% dan
Latihan 1.200.000.000,00 1.250.000.000,00 1.300.000.000,00 1.350.000.000,00 1.400.000.000,00 6.500.000.000,00
wilayah Usaha
Perkoperasi
keanggotaan Mikro
an
dalam daerah
kabupaten/kota

Presentase
Program Dinas
koperasi yang
Pemberday Koperasi
diberikan
2.17.06 aan dan N/A 9,50% 7,50% 8,00% 8,50% 9,00% 9,50% dan
dukungan 300.000.000,00 330.000.000,00 360.000.000,00 390.000.000,00 410.000.000,00 1.790.000.000,00
Perlindung Usaha
fasilitasi
an Koperasi Mikro
pemasaran

VII-408
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Pemberday
aan usaha Persentase Dinas
Menengah, usaha mikro Koperasi
2.17.07 Usaha yang aktif pada N/A 100% 100% 100% 100% 100% 100% dan
1.100.000.000,00 1.200.000.000,00 1.300.000.000,00 1.350.000.000,00 1.425.000.000,00 6.375.000.000,00
Kecil, dan tahun Usaha
Usaha berkenaan Mikro
Mikro
(UMKM)
Dinas
Jumlah usaha
Program Koperasi
mikro yang
2.17.08 Pengemban N/A 75 UM 150 UM 225 UM 300 UM 375 UM 375 UM dan
mengalami 1.411.256.000,00 1.475.000.000,00 1.550.000.000,00 1.625.000.000,00 1.700.000.000,00 7.761.256.000,00
gan UMKM Usaha
kenaikan omset
Mikro

URUSAN
PEMERINT
AHAN
2.18. 22.025.603.483, 22.951.345.331, 9.935.031.603,7 10.155.096.895,
BIDANG 9.722.591.580,69 74.789.668.895,15
15 86 5 70
PENANAM
AN MODAL

Dinas
Program Persentase
Penanama
Penunjang Pemenuhan
n Modal
Urusan Penunjang
2.12.2. dan
Pemerintah Urusan NA 100% 14.236.482.984,9 100% 14.951.345.331,8 100% 100% 100% 100%
18.01 6.456.320.020,69 6.562.149.020,79 6.408.694.156,70 48.614.991.514,97 Pelayanan
an Daerah Pemerintahan 3 6
Terpadu
Kabupaten Daerah dalam
Satu
/ Kota Setahun
Pintu

Dinas
Penanama
Program
Jumlah Investor n Modal
Pengemban
2.12. Berskala Lokal 4500 4510 4520 4530 4550 4550 dan
gan Iklim NA
2.18.02 dan Nasional Investor 1.857.824.499,16 Investor 1.600.000.000,00 Investor 565.350.820,00 Investor 570.350.820,00 Investor 675.349.457,00 Investor 5.268.875.596,16 Pelayanan
Penanaman
(PMDN/PMA) Terpadu
Modal
Satu
Pintu
Persentase Dinas
Promosi Penanama
Program Penanaman n Modal
2.12. Promosi Modal yang dan
NA 60% 70% 80% 85% 90% 90%
2.18.03 Penanaman ditindaklanjuti 857.824.499,00 1.600.000.000,00 565.350.000,00 570.350.000,00 700.000.000,00 4.293.524.499,00 Pelayanan
Modal (yang Terpadu
mendapatkan Satu
respon) Pintu

VII-409
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Dinas
Penanama
Program n Modal
Indeks
2.12. Pelayanan 85,50 85,80 85,80 dan
Kepuasan NA 83 Nilai 84 Nilai 85 Nilai
2.18.04 Penanaman 1.857.824.499,00 1.600.000.000,00 810.219.920,00 Nilai 820.350.000,00 Nilai 825.354.647,00 Nilai 5.913.749.066,00 Pelayanan
Masyarakat
Modal Terpadu
Satu
Pintu

Dinas
Program Persentase
Penanama
Pengendali Penanaman
n Modal
an Modal yang
2.12. dan
Pelaksanaa Melaporkan NA 65% 70% 75% 80% 95% 95%
2.18.05 1.857.824.499,00 1.600.000.000,00 815.350.820,00 820.350.820,00 825.350.820,00 5.918.876.959,00 Pelayanan
n Perkembangan
Terpadu
Penanaman Kegiatan Tepat
Satu
Modal Waktu
Pintu

Dinas
Program Persentase Data
Penanama
Pengelolaa Base Perizinan
n Modal
n Data Dan dan
2.12. dan
Sistem Nonperizinan NA 80% 85% 87% 90% 100% 100%
2.18.05 1.357.822.502,06 1.600.000.000,00 510.000.000,00 591.480.942,96 720.347.815,00 4.779.651.260,02 Pelayanan
Informasi Penanaman
Terpadu
Penanaman Modal yang Up
Satu
Modal to Date
Pintu

URUSAN
PEMERINT
AHAN
BIDANG
2.19 5.187.600.000,0 6.135.000.000,0 6.635.000.000,0 6.855.000.000,0
KEPEMUD 6.560.000.000,00 31.372.600.000,00
0 0 0 0
AAN DAN
OLAHRAG
A

Program
Pengemban Dinas
Persentase
gan Pariwisata
pemuda yg lolos
2.19.02 Kapasitas NA 40% 50% 55% 60% 65% 65% Pemuda
seleksi pemuda 1.250.000.000,00 1.275.000.000,00 1.340.000.000,00 1.390.000.000,00 1.410.000.000,00 6.665.000.000,00
Daya Saing dan
pelopor
Kepemudaa Olahraga
n

Program
Persentase atlet
Pengemban Dinas
yang lolos
gan Pariwisata
seleksi
2.19.03 Kapasitas NA 20% 22% 25% 27% 30% 30% Pemuda
mengikuti 3.787.600.000,00 4.710.000.000,00 5.020.000.000,00 5.045.000.000,00 5.245.000.000,00 23.807.600.000,00
Daya Saing dan
Kejuaraan
Keolahraga Olahraga
Tingkat Provinsi
an

VII-410
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Prosentase Dinas
Pengemban
Keaktifan Pariwisata
gan
2.19.04 keaktifan 70% 80% 90% 90% 100% 100% 100% Pemuda
Kapasitas 150.000.000,00 150.000.000,00 200.000.000,00 200.000.000,00 200.000.000,00 900.000.000,00
organisasi dan
Kepramuka
kepramukaan Olahraga
an

URUSAN
PEMERINT
AHAN
2.20
BIDANG 503.344.200,00 530.370.302,00 724.356.811,00 834.338.187,00 903.588.256,00 3.495.997.756,00
URUSAN
STATISTIK

Program Dinas
Penyelengg Persentase Komunika
2.20.02 araan pengelolaan NA 40% 50% 65% 80% 100% 100% si dan
503.344.200,00 530.370.302,00 724.356.811,00 834.338.187,00 903.588.256,00 3.495.997.756,00
Statistik statistik sektoral Informatik
Sektoral a

URUSAN
PEMERINT
AHAN
2.21 BIDANG
503.344.200,00 530.619.531,00 721.642.562,00 829.888.946,00 970.970.066,00 3.556.465.305,00
URUSAN
PERSANDI
AN

Persentase
Program Perangkat
Penyelengg daerah yang Dinas
araan telah Komunika
2.21.02 Persandian menggunakan NA 35% 53% 74,4% 85,10% 100% 100% si dan
503.344.200,00 530.619.531,00 721.642.562,00 829.888.946,00 970.970.066,00 3.556.465.305,00
untuk sandi dalam Informatik
Pengamana komunikasi a
n Informasi Perangkat
Daerah

VII-411
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

URUSAN
PEMERINT
AHAN
2.22 3.563.500.000,0 3.530.000.000,0 3.734.000.000,0 3.779.000.000,0
BIDANG 3.694.000.000,00 18.300.500.000,00
0 0 0 0
KEBUDAY
AAN

Program Prosentase Dinas


Pengemban kelompok seni Pariwisata
2.22.02 gan budaya dan 88% 90% 92% 95% 98% 100% 100% Pemuda
1.025.000.000,00 1.100.000.000,00 1.175.000.000,00 1.200.000.000,00 1.200.000.000,00 5.700.000.000,00
Kebudayaa budaya adat dan
n yang difasilitasi Olahraga

Program Dinas
Prosentase
Pengemban Pariwisata
kesenian
2.22.03 gan 36% 9% 9% 9% 9% 9% 9% Pemuda
tradisional yang 505.000.000,00 525.000.000,00 550.000.000,00 550.000.000,00 550.000.000,00 2.680.000.000,00
Kesenian dan
dilestarikan
Tradisional Olahraga

Jumlah Dinas
Program kelompok Pariwisata
1 1 1 1 1 6
2.22.04 Pembinaan masyarakat yang 1 Pokmas Pemuda
Pokmas 400.000.000,00 Pokmas 250.000.000,00 Pokmas 250.000.000,00 Pokmas 250.000.000,00 Pokmas 250.000.000,00 Pokmas 1.400.000.000,00
Sejarah peduli terhadap dan
sejarah Olahraga

Program
Dinas
Pelestarian
Jumlah Cagar 24 Pariwisata
dan 5 Cagar 5 Cagar 5 Cagar 4 Cagar 3 Cagar 2 Cagar
2.22.05 Budaya yang Cagar Pemuda
Pengelolaa Budaya Budaya 739.500.000,00 Budaya 730.000.000,00 Budaya 780.000.000,00 Budaya 795.000.000,00 Budaya 820.000.000,00 3.864.500.000,00
ditetapkan Budaya dan
n Cagar
Olahraga
Budaya

Program Dinas
Pengelolaa Pariwisata
Jumlah retribusi 29,000, 32,000, 35,000, 38,500, 42,350, 176,850
2.22.06 n 26,511,000 Pemuda
yang diterima 000 894.000.000,00 000 925.000.000,00 000 939.000.000,00 000 939.000.000,00 000 959.000.000,00 ,000 4.656.000.000,00
Permuseu dan
man Olahraga

VII-412
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

URUSAN
PEMERINT
AHAN
2.23 5.102.240.079,9 7.224.625.790,2 7.729.256.327,8 7.838.471.125,1
BIDANG 7.627.571.908,05 35.522.165.231,29
7 3 8 6
PERPUSTA
KAAN
Program Persentase
Penunjang Pemenuhan
Dinas
Urusan Penunjang
Perpustak
2 23 02 Pemerintah Urusan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
4.594.540.079,97 5.258.325.790,23 4.930.771.908,05 5.323.256.327,88 5.166.771.125,16 25.273.665.231,29 aan dan
an Daerah Pemerintahan
Kearsipan
Kabupaten Daerah dalam
/ Kota Setahun
Program Dinas
Pembinaan Perpustak
2 23 02
Perpustaka 426.900.000,00 1.809.100.000,00 2.206.400.000,00 2.213.600.000,00 2.458.100.000,00 9.114.100.000,00 aan dan
an Kearsipan

Persentase
perpustakaan
yang telah
menerapkan
1% 1% 2% 2% 2% 3% 3%
transformasi 50.000.000,00 275.000.000,00 375.000.000,00 375.000.000,00 400.000.000,00 1.475.000.000,00
perpustakaan
berbasis inklusi
sosial

Nilai tingkat
kegemaran
0 65 68 75 78 80 80
membaca 75.000.000,00 250.000.000,00 325.000.000,00 350.000.000,00 375.000.000,00 1.375.000.000,00
masyarakat

Jumlah
perpustakaan
yang 0 1 1 1 1 1 5
301.900.000,00 1.284.100.000,00 1.506.400.000,00 1.488.600.000,00 1.683.100.000,00 6.264.100.000,00
terakreditasi
minimal B

Program
Pelestarian Jumlah
Dinas
Koleksi peningkatan
10 16 23 27 30 30 Perpustak
2 23 03 Nasional pelestarian 5 Naskah
Naskah 80.800.000,00 Naskah 157.200.000,00 Naskah 490.400.000,00 Naskah 192.400.000,00 Naskah 213.600.000,00 Naskah 1.134.400.000,00 aan dan
dan naskah kuno
Kearsipan
Naskah dan koleksi lokal
Kuno

URUSAN
PEMERINT
AHAN
2 24 4.526.000.000,0
BIDANG 950.000.000,00 750.000.000,00 850.000.000,00 950.000.000,00 8.026.000.000,00
0
KEARSIPA
N
Persentase PD
Dinas
Program yang
Perpustak
2 24 02 Pengelolaa menerapkan 51% 53% 54% 55% 60% 65% 65%
4.506.000.000,00 920.000.000,00 710.000.000,00 800.000.000,00 890.000.000,00 7.826.000.000,00 aan dan
n Arsip kearsipan
Kearsipan
Secara Baku

VII-413
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Persentase PD Dinas
Perlindung
yang telah Perpustak
2 24 03 an dan 30% 40% 50% 60% 65% 70% 70%
menyerahkan 20.000.000,00 30.000.000,00 40.000.000,00 50.000.000,00 60.000.000,00 200.000.000,00 aan dan
Penyelamat
arsip statis Kearsipan
an Arsip

URUSAN
PEMERINT
3 69.150.013.114, 70.619.264.173, 75.423.825.680, 77.847.438.696,
AHAN 73.080.290.270,67 366.120.831.935,21
36 10 55 53
PILIHAN

URUSAN
PEMERINT
AHAN
BIDANG
3.25 2.433.500.000,0 2.630.000.000,0 2.935.000.000,0 2.960.500.000,0
KELAUTAN 2.619.000.000,00 13.578.000.000,00
0 0 0 0
DAN
PERIKANA
N

Program Prosentase
Dinas
Pengelolaa Peningkatan
Pangan
3.25.03 n Produksi NA 5% 5% 5% 5% 5% 5%
265.000.000,00 405.000.000,00 397.000.000,00 499.000.000,00 499.500.000,00 2.065.500.000,00 dan
Perikanan Perikanan
Perikanan
Tangkap tangkap
Program Prosentase
Dinas
Pengelolaa Peningkatan
Pangan
3.25.04 n Produksi NA 5% 5% 5% 5% 5% 5%
1.860.000.000,00 1.900.000.000,00 1.897.000.000,00 2.039.000.000,00 2.049.000.000,00 9.745.000.000,00 dan
Perikanan Perikanan
Perikanan
Budidaya budidaya
Program
Pengawasa
Dinas
n Sumber Jumlah Wilayah
Pangan
3.25.05 Daya PUD yang NA 4PUD 5 PUD 5 PUD 5 PUD 5 PUD 5 PUD
20.000.000,00 20.000.000,00 20.000.000,00 20.000.000,00 20.000.000,00 100.000.000,00 dan
kelautan diawasi
Perikanan
dan
Perikanan
Program
Pengolahan Jumlah Hasil Dinas
8 7 7 7 7 7
dan Pengolahan dan Pangan
3.25.06 NA kg/kapi kg/kapi kg/kapi kg/kapi kg/kapi kg/kapi
Pemasaran Pemasaran 288.500.000,00 305.000.000,00 305.000.000,00 377.000.000,00 392.000.000,00 1.667.500.000,00 dan
ta/th ta/th ta/th ta/th ta/th ta/th
Hasil Perikanan Perikanan
Perikanan
URUSAN
PEMERINT
AHAN
3.26 15.835.963.693, 15.192.754.645, 16.158.366.577, 16.759.300.055,
BIDANG 15.442.247.760,54 79.388.632.732,49
64 51 03 77
PARIWISA
TA
Program Persentase
Penunjang pemenuhan Dinas
Urusan penunjang Pariwisata
Pemerintah urusan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Pemuda
8.395.963.693,64 8.347.754.645,51 8.497.247.760,54 8.743.366.577,03 9.329.300.055,77 43.313.632.732,49
an Daerah pemerintahan dan
Kabupaten daerah dalam Olahraga
/ Kota setahun
Program Prosentase Dinas
3.26.02 Peningkata pertumbuhan 15% 5,40% 7,90% 4,76% 9% 4,16% 4,16% Pariwisata
3.120.000.000,00 2.670.000.000,00 2.770.000.000,00 2.880.000.000,00 2.935.000.000,00 14.375.000.000,00
n Daya destinasi wisata Pemuda

VII-414
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Tarik di Kabupaten dan


Destinasi Ngawi Olahraga
Pariwisata

Dinas
Program Jumlah Pariwisata
3.26.03 Pemasaran kunjungan Pemuda
1.590.000.000,00 1.720.000.000,00 1.720.000.000,00 1.825.000.000,00 1.830.000.000,00 8.685.000.000,00
Pariwisata wisatawan dan
Olahraga

Program
Pengemban
gan
Ekonomi Prosentase
Dinas
Kreatif pelaku ekonomi
Pariwisata
melalui kreatif yang
3.26.04 2,70% 4% 6,80% 8,10% 10,90% 12,20% 12,20% Pemuda
Pemanfaata memiliki 1.280.000.000,00 1.230.000.000,00 1.230.000.000,00 1.335.000.000,00 1.340.000.000,00 6.415.000.000,00
dan
n dan kompetensi /
Olahraga
Perlindung daya saing
an hak
Kekayaan
Intelektual

Program
Pengemban
gan Dinas
Prosentase SD
Sumber Pariwisata
pariwisata dan
3.26.05 Daya 4% 5% 6% 7% 8% 9% 9% Pemuda
ekraf yang 1.450.000.000,00 1.225.000.000,00 1.225.000.000,00 1.375.000.000,00 1.325.000.000,00 6.600.000.000,00
Pariwisata dan
dikembangkan
dan Olahraga
Ekonomi
Kreatif

URUSAN
PEMERINT
AHAN
3.27 41.234.800.420, 42.328.815.527, 44.297.303.034, 45.315.692.041,
BIDANG 43.316.330.271,13 216.492.941.295,72
72 59 52 76
PERTANIA
N

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Urusan penunjang
Dinas
Pemerintah urusan 100% 100% 22.268.800.420,7 100% 23.007.015.527,5 100% 100% 22.874.303.034,5 100% 22.930.692.041,7 100%
22.479.330.271,13 113.560.141.295,72 Pertanian
an Daerah pemerintahan 2 9 2 6
Kabupaten daerah dalam
/ Kota setahun

Program
Penyediaan
dan Dinas
3.27.02
Pengemban 4.608.000.000,00 4.747.000.000,00 5.425.000.000,00 5.405.000.000,00 5.606.000.000,00 25.791.000.000,00 Pertanian
gan Sarana
Pertanian

VII-415
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Peningkatan
produktivitas
N/A 1% 1% 1% 1% 1% 1%
tanaman pangan 1.200.000.000,00 1.200.000.000,00 1.300.000.000,00 1.300.000.000,00 1.650.000.000,00 6.650.000.000,00
unggulan daerah
Peningkatan
produktivitas
perkebunan dan N/A 1% 1% 1% 1% 1% 1%
740.000.000,00 950.000.000,00 975.000.000,00 990.000.000,00 990.000.000,00 4.645.000.000,00
hortikultura
unggulan daerah
Prosentase
peningkatan
3,32% 1% 1% 1% 1% 1% 1%
populasi ternak 2.381.000.000,00 2.295.000.000,00 2.770.000.000,00 2.720.000.000,00 2.566.000.000,00 12.732.000.000,00
unggulan daerah

Persentase
kematian ternak < 2% < 2% < 2% < 2% < 2% < 2% < 2%
287.000.000,00 302.000.000,00 380.000.000,00 395.000.000,00 400.000.000,00 1.764.000.000,00
karena penyakit

Program
Penyediaan
dan
Dinas
3.27.03 Pengemban 11.105.000.000,0
8.945.000.000,00 9.030.000.000,00 9.920.000.000,00 9.330.000.000,00 48.330.000.000,00 Pertanian
gan 0
Prasarana
Pertanian

Peningkatan
produktivitas
perkebunan dan N/A 1% 1% 1% 1% 1% 1%
1.460.000.000,00 1.425.000.000,00 1.940.000.000,00 1.840.000.000,00 2.190.000.000,00 8.855.000.000,00
hortikultura
unggulan daerah

Indek
2,77 2,54 2,54 2,54 2,54 2,54 2,54
Pertanaman 5.785.000.000,00 6.255.000.000,00 6.280.000.000,00 6.640.000.000,00 7.265.000.000,00 32.225.000.000,00

Persentase
pelayanan
N/A 100% 100% 100% 100% 100% 100%
pemotongan 900.000.000,00 250.000.000,00 900.000.000,00 300.000.000,00 850.000.000,00 3.200.000.000,00
hewan di RPH

Persentase
kelompok tani
yang meningkat 1% 4% 4% 4% 4% 4% 4%
800.000.000,00 1.100.000.000,00 800.000.000,00 550.000.000,00 800.000.000,00 4.050.000.000,00
nilai
kelembagaannya

Program
Pengendali
an
Persentase
Kesehatan Dinas
3.27.04 kematian ternak < 2% < 2% < 2% < 2% < 2% < 2% < 2%
Hewan dan 1.091.000.000,00 2.322.800.000,00 1.825.000.000,00 2.910.000.000,00 1.640.000.000,00 9.788.800.000,00 Pertanian
karena penyakit
Kesehatan
Masyarakat
Veteriner

VII-416
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Pengendali
Peningkatan
an dan
produktivitas Dinas
3.27.05 Penanggula N/A 1% 1% 1% 1% 1% 1%
tanaman pangan 536.000.000,00 1.290.000.000,00 1.412.000.000,00 1.373.000.000,00 1.344.000.000,00 5.955.000.000,00 Pertanian
ngan
unggulan daerah
Bencana
Pertanian

Program
Dinas
3.27.06 Penyuluha
3.786.000.000,00 1.932.000.000,00 2.255.000.000,00 2.405.000.000,00 2.690.000.000,00 13.068.000.000,00 Pertanian
n Pertanian

Persentase
kelompok tani
yang meningkat
1% 4% 4% 4% 4% 4% 4%
nilai 3.536.000.000,00 1.632.000.000,00 1.905.000.000,00 2.055.000.000,00 2.340.000.000,00 11.468.000.000,00
kelembagaannya
.
Peningkatan
produktivitas
perkebunan dan N/A 1% 1% 1% 1% 1% 1%
250.000.000,00 300.000.000,00 350.000.000,00 350.000.000,00 350.000.000,00 1.600.000.000,00
hortikultura
unggulan daerah
URUSAN
PEMERINT
AHAN
3.30 6.263.596.000,0 6.998.495.000,0 7.832.493.569,0 8.268.041.599,0
BIDANG 7.683.221.249,00 37.045.847.417,00
0 0 0 0
PERDAGA
NGAN

Dinas
Program
Prosentase Perdagang
Peningkata
pengembangan an
n Sarana
3.30.03 dan pengolahan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Perindustr
Distribusi 4.311.000.000,00 5.190.200.000,00 5.765.960.249,00 5.691.045.529,00 6.114.455.439,00 27.072.661.217,00
sarana distribusi ian dan
Perdaganga
perdagangan Tenaga
n
Kerja

Program
Dinas
Stabilisasi Prosentase
Perdagang
Harga koevisien variasi
an
Barang harga antar
3.30.04 NA 56,65% 58,50% 60% 62,50% 63,5 13 Perindustr
Kebutuhan waktu 152.220.000,00 152.916.000,00 153.627.000,00 200.000.000,00 155.062.000,00 813.825.000,00
ian dan
Pokok dan perkomoditas
Tenaga
Barang bahan pokok
Kerja
Penting
Dinas
Program
Perdagang
Pengemban
3.30.05 Nilai Ekspor 323.014.323 329 M 332 M 336 M 338 M 342 M 1,677 an
gam 800.000.000,00 800.000.000,00 800.000.000,00 810.000.000,00 860.000.000,00 4.070.000.000,00
.355,00 Perindustr
Eksport
ian dan

VII-417
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Tenaga
Kerja
Prosentase alat Dinas
Program
ukur,takar, Perdagang
Stadarisasi
timbangan dan an
dan
3.30.06 perlengkapanya 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Perindustr
Perlindung 340.000.000,00 343.400.000,00 346.834.000,00 366.212.040,00 371.624.160,00 1.768.070.200,00
yang di tera/tera ian dan
an
ulang pada Tenaga
Konsumen
tahun berjalan Kerja
Program Dinas
Penggunaa Perdagang
n dan Persentase Laju an
3.30.07 Pemasaran pertumbuhan NA 0,84% 0,01 0,95% 1% 1,02% 1% Perindustr
660.376.000,00 511.979.000,00 616.800.000,00 765.236.000,00 766.900.000,00 3.321.291.000,00
Produk Perdagangan ian dan
Dalam Tenaga
Negeri Kerja

URUSAN
PEMERINT
3.31 AHAN 2.782.153.000,0 2.829.199.000,0 3.500.662.500,0 3.828.905.000,0
3.334.490.990,00 16.275.410.490,00
BIDANG 0 0 0 0
INDUSTRI

Dinas
Program Perdagang
Perencanaa Prosentase Laju an
3.31.02 n dan Pertumbuhan 0,59% 0,49% 0,50% 0,52% 0,54% 0,56% 1% Perindustr
2.182.153.000,00 2.175.000.000,00 2.579.250.000,00 2.550.662.500,00 2.778.905.000,00 12.265.970.500,00
Pembangun Industri ian dan
an Industri Tenaga
Kerja

Program Dinas
Pengendali Perdagang
Prosentase
an Izin an
Pengendalian
3.31.03 Usaha NA 100% 100% 100% 100% 100% 100% Perindustr
Izin Usaha 100.000.000,00 100.000.000,00 100.000.000,00 100.000.000,00 100.000.000,00 500.000.000,00
Industri ian dan
Industri
Kabupaten Tenaga
/ Kota Kerja

Dinas
Perdagang
Program
an
Pengelolaa Jumlah Industri 85 87 90 95 100 457
3.31.04 85 Industri Perindustr
n Sistem Baru Industri 500.000.000,00 Industri 554.199.000,00 Industri 655.240.990,00 Industri 850.000.000,00 Industri 950.000.000,00 Industri 3.509.439.990,00
ian dan
Informasi
Tenaga
Kerja
URUSAN
PEMERINT
AHAN
3.32
BIDANG 600.000.000,00 640.000.000,00 685.000.000,00 700.000.000,00 715.000.000,00 3.340.000.000,00
TRANSMIG
RASI

VII-418
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Dinas
Pembangun Persentase calon
Koperasi
an transmigrasi
3.32.03 N/A 100% 100% 100% 100% 100% 100% dan
Kawasan yang memenuhi 600.000.000,00 640.000.000,00 685.000.000,00 700.000.000,00 715.000.000,00 3.340.000.000,00
Usaha
Transmigra persyaratan
Mikro
si

UNSUR
PENDUKU
4 NG 111.036.813.52 114.253.203.03 119.268.659.28 122.228.939.09
116.416.741.838,68 583.204.356.777,22
PEMERINT 5,10 4,22 8,05 1,17
AHAN

SEKRETA
4.01 RIAT 50.738.479.212, 52.929.522.715, 55.270.513.193, 56.664.988.327,
53.558.190.786,83 269.161.694.235,86
DAERAH 82 59 12 50

Program
Penunjang
Urusan
Sekretaria
4.01.01 Pemerintah 40.891.282.712,8 41.502.326.215,5 41.843.316.693,1 42.737.791.827,5
41.930.994.286,83 208.905.711.735,86 t Daerah
an Daerah 2 9 2 0
Kabupaten
/ Kota

Persentase
Pemenuhan
penunjang
urusan NA 100% 33.367.722.212,8 100% 33.522.765.715,5 100% 100% 33.622.756.193,1 100% 33.829.231.327,5 100%
33.623.433.786,83 167.965.909.235,86
pemerintahan 2 9 2 0
daerah dalam
setahun

Persentase
Pemenuhan
Penunjang
Urusan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
2.482.858.000,00 2.623.858.000,00 2.751.858.000 2.652.858.000,00 2.952.858.000,00 13.464.290.000,00
kerumahtanggaa
n Sekretariat
Daerah

Persentase
penataan
kelembagaan
perangkat
daerah yang
tepat fungsi dan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
1.172.822.000,00 1.327.822.000,00 1.427.822.000 1.527.822.000,00 1.727.822.000,00 7.184.110.000,00
tepat ukuran
(rightsizing)
berdasarkan
beban kerja
yang sesuai

VII-419
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase
Pemenuhan
Penunjang
Urusan
Pelaksaan
protokol dan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
3.867.880.500,00 4.027.880.500,00 4.127.880.500 4.039.880.500,00 4.227.880.500,00 20.291.402.500,00
komunikasi
pimpinan
Pemerintah
Daerah dalam
Setahun

Program
Pemerintah
Sekretaria
4.01.02 an dan
5.692.606.500,00 6.482.606.500,00 6.582.606.500,00 7.482.606.500,00 7.732.606.500,00 33.973.032.500,00 t Daerah
Kesejahtera
an Rakyat

Persentase
kebijakan
bidang
administrasi tata
pemerintahan
NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
yang 1.308.383.500,00 1.538.383.500,00 1.638.383.500,00 1.938.383.500,00 1.988.383.500,00 8.411.917.500,00
ditindaklanjuti
perangkat
daerah yang
terkait

Persentase
produk hukum
dearah yang di
tetapkan sesuai
dengan NA 90% 90% 100% 100% 100% 100%
1.308.264.000,00 1.538.264.000,00 1.638.264.000,00 1.838.264.000,00 1.988.264.000,00 8.311.320.000,00
mekanisme
pembentukan
produk hukum
daerah

VII-420
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase
kebijakan
bidang
kesejahteraan
NA 85% 90% 95% 100% 100% 100%
rakyat yang 3.075.959.000,00 3.405.959.000,00 3.305.959.000,00 3.705.959.000,00 3.755.959.000,00 17.249.795.000,00
ditindaklanjuti
perangkat
daerah terkait

Program
Perekonomi
Sekretaria
4.01.03 an dan
4.154.590.000,00 4.944.590.000,00 5.044.590.000,00 5.944.590.000,00 6.194.590.000,00 26.282.950.000,00 t Daerah
Pembangun
an

Persentase
kebijakan yang
mendukung
pertumbuhan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
1.155.325.000,00 1.385.325.000,00 1.485.325.000,00 1.785.325.000,00 1.835.325.000,00 7.646.625.000,00
kontribusi per
sektor terhadap
PDRB

Persentase
kebijakan
bidang
administrasi
pembangunan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
1.030.092.000,00 1.360.092.000,00 1.260.092.000,00 1.660.092.000,00 1.710.092.000,00 7.020.460.000,00
yang
ditindaklanjuti
perangkat
daerah

Indeks
kematangan
NA 4 Level 4 Level 4 Level 4 Level 4 Level 4 Level
Pengadaan 1.969.173.000,00 2.199.173.000,00 2.299.173.000,00 2.499.173.000,00 2.649.173.000,00 11.615.865.000,00
Barang Jasa

SEKRETA
4.02 RIAT 60.298.334.312, 61.323.680.318, 63.998.146.094, 65.563.950.763,
62.858.551.051,85 314.042.662.541,36
DPRD 28 63 93 67

VII-421
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Urusan penunjang
Sekretaria
4.02.01 Pemerintah urusan 90,72% 100% 36.458.954.312,2 100% 36.884.300.318,6 100% 100% 37.781.766.094,9 100% 38.580.570.763,6 100%
37.402.171.051,85 187.107.762.541,36 t DPRD
an Daerah pemerintahan 8 3 3 7
Kabupaten daerah dalam
/ Kota setahun

Persentase
Program
Pemenuhan
Dukungan
Dukungan
Pelaksanaa Sekretaria
4.02.02 Pelaksanaan N/A 100% 23.839.380.000,0 100% 24.439.380.000,0 100% 100% 26.216.380.000,0 100% 26.983.380.000,0 100%
n Tugas 25.456.380.000,00 126.934.900.000,00 t DPRD
Tugas dan 0 0 0 0
dan Fungsi
Fungsi DPRD
DPRD
dalam Setahun

UNSUR
PENUNJAN
5 G URUSAN 492.132.533.69 501.917.540.37 522.592.555.94 533.770.227.29
512.008.372.595,43 2.562.421.229.902,14
PEMERINT 3,14 1,43 8,09 4,05
AHAN

PERENCAN
5.01 15.491.156.591, 16.271.757.619, 17.168.243.208, 16.962.606.178,
AAN 16.692.305.300,91 82.586.068.898,72
60 25 06 90

Badan
Program Persentase Perencana
Penunjang pemenuhan an
Urusan penunjang Pembangu
5.01.01 Pemerintah urusan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 8.197.957.913,90 100% nan
7.924.271.537,60 7.991.757.619,25 8.059.863.508,91 8.128.594.943,06 40.302.445.522,72
an Daerah pemerintahan Penelitian
Kabupaten daerah dalam dan
/ Kota setahun Pengemba
ngan

VII-422
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Badan
Program
Perencana
Perencanaa
an
n,
Pembangu
pengendali
5.01.02 nan
an dan 2.800.000.000,00 2.930.000.000,00 3.100.000.000,00 3.225.000.000,00 2.700.000.000,00 14.755.000.000,00
Penelitian
Evaluasi
dan
Pembangun
Pengemba
an Daerah
ngan

Persentase
Tahapan
Perencanaan
Pembangunan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 1.800.000.000,00 100%
2.000.000.000,00 2.100.000.000,00 2.200.000.000,00 2.200.000.000,00 10.300.000.000,00
Daerah yang
disusun tepat
Waktu

Rata-Rata
Capaian Kinerja 80% 83% 85% 87% 90% 93% 550.000.000,00 93%
500.000.000,00 520.000.000,00 550.000.000,00 650.000.000,00 2.770.000.000,00
Program

Rata-Rata
Capaian
80% 83% 85% 87% 90% 93% 350.000.000,00 93%
Indikator 300.000.000,00 310.000.000,00 350.000.000,00 375.000.000,00 1.685.000.000,00
Sasaran Daerah

VII-423
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program Badan
Koordinasi Perencana
dan an
Sinkronisas Pembangu
5.01.03 i nan
4.766.885.054,00 5.350.000.000,00 5.532.441.792,00 5.814.648.265,00 6.064.648.265,00 27.528.623.376,00
Perencanaa Penelitian
n dan
Pembangun Pengemba
an Daerah ngan

Meningkatnya
Keselarasan
Renja terhadap
Renstra PD
Mitra Bidang 80% 83% 85% 87% 90% 93% 2.014.648.265,00 93%
1.250.000.000,00 1.400.000.000,00 1.482.441.792,00 1.614.648.265,00 7.761.738.322,00
Pemerintahan
dan
Pembangunan
Manusia

Meningkatnya
Keselarasan
Antar Dokumen
Perencanaan PD
80% 83% 85% 87% 90% 93% 1.750.000.000,00 93%
Mitra bidang 1.016.885.054,00 1.200.000.000,00 1.250.000.000,00 1.350.000.000,00 6.566.885.054,00
Perekonomian
dan Sumber
Daya Alam

VII-424
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Meningkatnya
Keselarasan
Renja terhadap
Renstra PD 80% 83% 85% 87% 90% 93% 2.300.000.000,00 93%
2.500.000.000,00 2.750.000.000,00 2.800.000.000,00 2.850.000.000,00 13.200.000.000,00
Mitra Bidang
Infrastruktur
dan Kewilayahan

KEUANGA
5.02 450.345.427.37 458.371.827.73 477.071.568.66 488.033.379.38
N 467.472.397.899,61 2.341.294.601.058,65
3,78 5,40 1,84 8,02

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Urusan penunjang
Badan
5.02.01 Pemerintah urusan 98% 85% 22.238.336.285,8 85% 22.256.958.453,1 90% 95% 22.865.766.012,0 100% 23.078.961.300,2 100%
22.654.609.951,37 113.094.632.002,60 Keuangan
an Daerah pemerintahan 5 0 7 1
Kabupaten daerah dalam
/ Kota setahun

Program
Persentase
Pengelolaa
Pengelolaan Badan
5.02.02 n 96,40% 85% 421.780.995.842, 85% 429.725.514.282, 90% 95% 447.375.677.280, 100% 457.444.173.009, 100%
Keuangan, 438.253.819.572,65 2.194.580.179.988,00 Keuangan
Keuangan 93 30 43 69
Kategori Baik
Daerah

Program Persentase
Pengelolaa Pengelolaan
Badan
5.02.03 n Barang Barang Milik 90,03% 85% 85% 90% 95% 100% 100%
2.131.677.245,00 2.152.994.000,00 2.211.430.548,53 2.300.383.957,35 2.527.327.281,95 11.323.813.032,83 Keuangan
Milik Daerah, Kategori
Daerah Tertib

VII-425
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program Persentase
Pengelolaa Pengelolaan
Badan
5.02.04 n Pendapatan 95% 85% 85% 90% 95% 100% 100%
4.194.418.000,00 4.236.361.000,00 4.352.537.827,06 4.529.741.411,99 4.982.917.796,17 22.295.976.035,23 Keuangan
Pendapatan Daerah Kategori
Daerah Baik

KEPEGAW
5.03. 15.985.949.727, 17.549.071.678, 17.777.744.078, 17.913.617.014,
AIAN 17.008.669.394,91 86.235.051.893,77
76 78 19 13

Program Persentase
Badan
Penunjang pemenuhan
Kepegawai
Urusan penunjang
an
5.03.01 Pemerintah urusan 100% 100% 100% 11.413.571.678,7 100% 100% 11.699.744.078,1 100% 10.433.617.014,1
9.195.953.727,76 10.127.669.394,91 52.870.555.893,77 Pendidika
an Daerah pemerintahan 8 9 3
n dan
Kabupaten daerah dalam
Pelatihan
/ Kota setahun

Badan
Kepegawai
Program
5.03 an
Kepegawaia
02. 6.789.996.000,00 6.135.500.000,00 6.881.000.000,00 6.078.000.000,00 7.480.000.000,00 33.364.496.000,00 Pendidika
n Daerah
n dan
Pelatihan

Tingkat
Pemenuhan
50% 50% 50% 50% 50% 50% 50%
jabatan sesuai 2.789.500.000,00 2.830.000.000,00 2.895.000.000,00 2.935.000.000,00 2.965.000.000,00 14.414.500.000,00
kebutuhan

Persentase ASN
dengan data
85% 86% 87% 88% 89% 90% 90%
kepegawaian 531.746.000,00 550.000.000,00 560.000.000,00 570.000.000,00 580.000.000,00 2.791.746.000,00
yang akurat

VII-426
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase ASN
yang sesuai
90% 90% 91% 92% 93% 94% 94%
kualifikasi 1.075.000.000,00 1.120.000.000,00 1.195.000.000,00 1.270.000.000,00 1.355.000.000,00 6.015.000.000,00
jabatannya

Rasio pegawai
dengan
pendidikan
55% 55% 56% 57% 58% 59% 59%
tinggi (PNS tidak 1.366.500.000,00 559.500.000,00 1.420.000.000,00 458.000.000,00 1.680.000.000,00 5.484.000.000,00
termasuk guru
dan kesehatan)

Persentase ASN
dengan
80% 80% 81% 82% 83% 84% 84%
penilaian kinerja 626.000.000,00 656.000.000,00 476.000.000,00 495.000.000,00 525.000.000,00 2.778.000.000,00
kategori baik

Persentase OPD
yang tidak
terdapat 70% 70% 70% 70% 70% 75% 75%
401.250.000,00 420.000.000,00 335.000.000,00 350.000.000,00 375.000.000,00 1.881.250.000,00
hukuman
disiplin

PENDIDIK
AN DAN
5.04 7.810.000.000,0 6.685.000.000,0 7.275.000.000,0 7.560.000.000,0
PELATIHA 7.635.000.000,00 36.965.000.000,00
0 0 0 0
N

Program
Pengemban
gan
5.04.02 7.810.000.000,0 6.685.000.000,0 7.275.000.000,0 7.560.000.000,0
Sumber 7.635.000.000,00 36.965.000.000,00
0 0 0 0
Daya
Manusia

VII-427
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Badan
Persentase ASN Kepegawai
yang mengikuti an
2% 2% 2% 2% 2% 2% 2%
pendidikan dan 2.050.000.000,00 2.050.000.000,00 2.050.000.000,00 2.050.000.000,00 2.050.000.000,00 10.250.000.000,00 Pendidika
pelatihan formal n dan
Pelatihan

Persentase
Pejabat ASN
yang telah 56% 56% 60% 70% 80% 90% 90%
5.430.000.000,00 4.365.000.000,00 5.255.000.000,00 4.895.000.000,00 5.155.000.000,00 25.100.000.000,00
mengikuti diklat
struktural

Rasio jabatan
fungsional
bersertifikat
kompetensi (PNS 60% 60% 60% 61% 62% 63% 63%
330.000.000,00 270.000.000,00 330.000.000,00 330.000.000,00 355.000.000,00 1.615.000.000,00
tidak termasuk
guru dan
kesehatan)

PENELITIA
N DAN
5.04 2.500.000.000,0 3.039.883.338,0 3.300.000.000,0 3.300.624.713,0
PENGEMB 3.200.000.000,00 15.340.508.051,00
0 0 0 0
ANGAN

VII-428
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Badan
Persentase hasil
Perencana
penelitian dan
Program an
pengembangan
Penelitian Pembangu
yang menjadi
5.05.02 dan 80% 83% 85% 87% 90% 93% 93% nan
bahan 2.500.000.000,00 3.039.883.338,00 3.200.000.000,00 3.300.000.000,00 3.300.624.713,00 15.340.508.051,00
Pengemban Penelitian
perencanaan
gan Daerah dan
pembangunan
Pengemba
daerah
ngan

UNSUR
PENGAWA
SAN
6 13.057.881.486, 13.466.798.099, 14.201.004.452, 14.580.981.177,
URUSAN 13.835.177.912,73 69.141.843.129,47
75 31 72 96
PEMERINT
AHAN

INSPEKTO
6.01 RAT 13.057.881.486, 13.466.798.099, 14.201.004.452, 14.580.981.177,
13.835.177.912,73 69.141.843.129,47
DAERAH 75 31 72 96

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Urusan penunjang
Inspektora
6.01.01 Pemerintah urusan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
6.682.187.493,55 6.745.617.367,49 6.809.665.598,77 6.874.338.295,04 6.939.641.626,66 34.051.450.381,51 t
an Daerah pemerintahan
Kabupaten daerah dalam
/ Kota setahun

Program
Penyelengg
Inspektora
6.01.02 araan
2.375.693.993,20 2.581.180.731,82 2.802.712.313,96 3.061.638.157,68 3.333.662.451,30 14.154.887.647,96 t
Pengawasa
n

VII-429
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase
rekomendasi
atas Laporan
Hasil
Pengawasan 98% 98% 98% 98% 98% 98% 98%
1.875.693.993,20 2.066.180.731,82 2.277.412.313,96 2.531.085.157,68 2.797.804.451,30 11.548.176.647,96
Internal yang
Ditindaklanjuti
pada Wilayah I,
II, III, dan IV

Persentase
Rekomendasi
atas Laporan
Hasil 92,29% 92,50% 93% 93,50% 94% 94,50% 93,50%
200.000.000,00 206.000.000,00 210.120.000,00 212.221.200,00 214.343.000,00 1.042.684.200,00
Pemeriksaan
BPK yang
Ditindaklanjuti

Persentase
Pelanggaran NA 0,10% 0,10% 0,08% 0,08% 0,05% 0,05%
300.000.000,00 309.000.000,00 315.180.000,00 318.331.800,00 321.515.000,00 1.564.026.800,00
ASN

Program
Perumusan
Kebijakan, Inspektora
6.01.03
Pendampin 4.000.000.000,00 4.140.000.000,00 4.222.800.000,00 4.265.028.000,00 4.307.677.100,00 20.935.505.100,00 t
gan dan
Asistensi

VII-430
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase
Kebijakan
NA 98% 98% 98% 98% 98% 98%
Pengawasan 1.500.000.000,00 1.545.000.000,00 1.575.900.000,00 1.591.659.000,00 1.607.575.000,00 7.820.134.000,00
yang Disusun

Nilai Kapabilitas
3 3 3,2 3,5 3,7 4 4
APIP 1.500.000.000,00 1.545.000.000,00 1.575.900.000,00 1.591.659.000,00 1.607.575.000,00 7.820.134.000,00

Persentase
Objek
Pendampingan
NA 95% 96% 97% 98% 99% 99%
dan Asistensi 1.000.000.000,00 1.050.000.000,00 1.071.000.000,00 1.081.710.000,00 1.092.527.100,00 5.295.237.100,00
yang
Ditindaklanjuti

UNSUR
7 KEWILAYA 81.673.528.175, 83.200.109.397, 86.421.033.114, 87.896.636.375,
84.989.039.212,33 424.180.346.276,27
HAN 71 81 81 61

KECAMAT
7.01 13.713.594.858, 13.898.425.512, 14.628.941.083, 14.822.854.247,
AN NGAWI 14.440.766.646,67 71.504.582.348,72
33 29 82 61

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Urusan penunjang
Kecamata
7.01.01 Pemerintah urusan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
9.163.863.058,33 9.305.308.496,29 9.632.078.846,67 9.820.000.283,82 9.957.622.447,61 47.878.873.132,72 n Ngawi
an Daerah pemerintahan
Kabupaten daerah dalam
/ Kota setahun

VII-431
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Penyelengg Persentase
araan aspek penilaian
Kecamata
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
308.000.000,00 328.185.216,00 453.756.000,00 463.250.000,00 488.500.000,00 2.041.691.216,00 n Ngawi
an dan dalam kategori
Pelayanan minimal baik
Publik

Persentase desa
Program
yang
Pemberday
menindaklanjuti
aan Kecamata
7.01.03 hasil pembinaan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Masyarakat 3.888.931.800,00 3.889.931.800,00 3.891.431.800,00 3.898.931.800,00 3.909.831.800,00 19.479.059.000,00 n Ngawi
pemberdayaan
Desa dan
masyarakat
Kelurahan
desa/kelurahan

Program
Koordinasi Persentase RW
Ketentrama yang masuk Kecamata
7.01.04 NA 45% 45% 45% 45% 45% 65%
n dan zona hijau Covid 70.000.000,00 85.000.000,00 95.000.000,00 95.000.000,00 95.000.000,00 440.000.000,00 n Ngawi
Ketertiban 19
Umum

Program
Pembinaan
dan
Kecamata
7.01.06 Pengawasa
282.800.000,00 290.000.000,00 368.500.000,00 351.759.000,00 371.900.000,00 1.664.959.000,00 n Ngawi
n
Pemerintah
an Desa

VII-432
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase desa
yang
menindaklanjuti
hasil pembinaan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
217.800.000,00 215.000.000,00 293.500.000,00 266.759.000,00 276.100.000,00 1.269.159.000,00
dan pengawasan
pemerintahan
desa

Persentase desa
yang menyusun
APBDes dan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
65.000.000,00 75.000.000,00 75.000.000,00 85.000.000,00 95.800.000,00 395.800.000,00
LPPDes tepat
waktu

KECAMAT
7.01 4.557.117.387,1 4.642.934.636,4 4.803.003.465,8 4.885.319.210,0
AN PARON 4.723.029.971,25 23.611.404.670,75
5 7 2 6

Program
Presentase
Penunjang
Pemenuhan
Urusan
Penunjang,Urus Kecamata
7.01.01 Pemerintah NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
an Pemerintah 3.617.542.387,15 3.652.445.636,47 3.687.691.971,25 3.723.284.465,82 3.759.227.210,06 18.440.191.670,75 n Paron
an Daerah
Daerah Dalam
Kabupaten
Setahun
/ Kota

Program
Penyelengg Persentase
araan Aspek Penilaian
Kecamata
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 62,50% 75% 75% 87,50% 100% 100%
288.775.000,00 297.245.000,00 303.000.000,00 310.000.000,00 334.500.000,00 1.533.520.000,00 n Paron
an dan dalam Kategori
Pelayanan Minimal Baik
Publik

VII-433
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase Desa
Program yang
Pemberday Menindaklanjuti
aan Hasil Pembinaan Kecamata
7.01.03 NA 85,71% 85,71% 92,85% 92,85% 100% 100%
Masyarakat Pemberdayaan 167.800.000,00 176.244.000,00 184.000.000,00 192.319.000,00 197.000.000,00 917.363.000,00 n Paron
Desa dan Masyarakat
Kelurahan Desa/
Kelurahan

Program
Pembinaan
dan
Kecamata
7.01.06 Pengawasa
483.000.000,00 517.000.000,00 548.338.000,00 577.400.000,00 594.592.000,00 2.720.330.000,00 n Paron
n
Pemerintah
an Desa

Persentase Desa
yang
Menindaklanjuti
Hasil Pembinaan NA 85,71% 85,71% 92,85% 92,85% 100% 100%
215.000.000,00 235.000.000,00 253.670.000,00 260.000.000,00 267.592.000,00 1.231.262.000,00
dan Pengawasan
Pemerintahan
Desa

Persetase Desa
yang Menyusun
APBDes Dan NA 85,71% 85,71% 92,85% 92,85% 100% 100%
268.000.000,00 282.000.000,00 294.668.000,00 317.400.000,00 327.000.000,00 1.489.068.000,00
LPPDes Tepat
Waktu

KECAMAT
7.01 AN 3.882.330.781,1 3.958.434.587,6 4.099.793.495,6 4.172.536.016,5
4.029.188.924,28 20.142.283.805,28
GENENG 7 2 5 6

VII-434
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program Prosentase
Penunjang Pemenuhan
Urusan Penunjang
Kecamata
7.01.01 Pemerintah Urusan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
3.009.867.392,63 3.038.694.066,56 3.067.803.028,82 3.097.197.074,21 3.126.879.025,33 15.340.440.587,55 n Paron
an Daerah Pemerintahan
Kabupaten Daerah Dalam
/Kota setahun

Program
Penyelengg Prorsentase
araan aspek penilaian
Kecamata
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 78,77% 79,50% 80,52% 80,87% 81,69% 81,69%
369.000.000,00 376.500.000,00 389.355.800,00 411.897.000,00 421.356.900,00 1.968.109.700,00 n Paron
an dan Kategori Minimal
Pelayanan Baik
Publik

Prosentase Desa
Program
yang
Pemberday
Menindaklanjuti
aan Kecamata
7.01.03 hasil pembinaan NA 69,23% 76,92% 85% 92% 100% 100%
Masyarakat 105.000.000,00 110.000.000,00 115.689.000,00 125.800.000,00 128.765.000,00 585.254.000,00 n Paron
pemberdayaan
Desa dan
masyarakat desa
Kelurahan
/ kelurahan

Program
Pembinaan
dan
Kecamata
7.01.06 Pengawasa
398.463.388,54 433.240.521,06 456.341.095,46 464.899.421,44 495.535.091,23 2.248.479.517,73 n Paron
n
Pemerintah
an Desa

VII-435
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Prosentase Desa
yang
menindaklanjuti
hasil pembinaan NA 84,52% 92,31% 92,58% 100% 100% 100%
259.001.202,55 281.606.338,69 296.621.712,05 302.184.623,94 322.097.809,30 1.461.511.686,53
dan pengawasan
pemerintahan
desa

Prosentase Desa
yang menyusun
APBDes dan NA 61,54% 69,23% 84,62% 92% 100% 100%
139.462.185,99 151.634.182,37 159.719.383,41 162.714.797,50 173.437.281,93 786.967.831,20
LPPDes tepat
waktu

KECAMAT
7.01 3.185.199.129,1 3.251.366.042,2 3.373.561.402,0 3.436.500.478,5
AN PITU 3.312.553.695,80 16.559.180.747,67
1 2 4 0

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Urusan penunjang
Kecamata
7.01.01 Pemerintah urusan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
2.439.746.129,11 2.462.272.542,22 2.485.018.310,93 2.517.986.402,04 2.537.285.478,50 12.442.308.862,80 n Pitu
an Daerah pemerintahan
Kabupaten daerah dalam
/Kota setahun

Program
Penyelengg Persentase
araan aspek penilaian
Kecamata
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100% 100%
351.960.000,00 351.960.000,00 361.960.884,87 371.960.000,00 390.600.000,00 1.828.440.884,87 n Pitu
an dan dalam kategori
Pelayanan minimal baik
Publik

VII-436
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase desa
Program
yang
Pemberday
menindaklanjuti
aan Kecamata
7.01.03 hasil pembinaan NA 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100% 100%
Masyarakat 66.103.000,00 109.743.500,00 128.184.500,00 136.225.000,00 146.225.000,00 586.481.000,00 n Pitu
pemberdayaan
Desa dan
masyarakat
Kelurahan
desa/kelurahan

Program
Pembinaan
dan
Kecamata
7.01.06 Pengawasa
327.390.000,00 327.390.000,00 337.390.000,00 347.390.000,00 362.390.000,00 1.701.950.000,00 n Pitu
n
Pemerintah
an Desa

Persentase desa
yang
menindaklanjuti
hasil pembinaan NA 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100% 100%
167.360.000,00 167.360.000,00 175.360.000,00 183.360.000,00 197.360.000,00 890.800.000,00
dan pengawasan
pemerintahan
desa

Persentase desa
yang menyusun
APBDes dan NA 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100% 100%
160.030.000,00 160.030.000,00 162.030.000,00 164.030.000,00 165.030.000,00 811.150.000,00
LPPDes tepat
waktu

KECAMAT
7.01 3.339.010.205,6 3.397.818.499,0 3.508.103.141,8 3.564.764.265,2
AN GERIH 3.452.982.684,31 17.262.678.796,11
3 5 9 3

VII-437
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program Persentase
Penunjang Pemenuhan
Urusan Penunjang
Kecamata
7.01.01 Pemerintah Urusan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
2.834.997.205,63 2.861.075.499,05 2.887.408.684,31 2.913.998.141,89 2.940.848.265,23 14.438.327.796,11 n Gerih
an Daerah Pemerintahan
Kabupaten Daerah Dalam
/Kota setahun

Program
Penyelengg Persentase
araan aspek penilaian
Kecamata
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 62,50% 64,25% 65,78% 67,32% 68,73% 68,73%
160.000.000,00 175.000.000,00 185.000.000,00 190.000.000,00 200.000.000,00 910.000.000,00 n Gerih
an dan Kategori Minimal
Pelayanan Baik
Publik

Persentase Desa
Program
yang
Pemberday
Menindaklanjuti
aan Kecamata
7.01.03 hasil pembinaan NA 57,14% 59,17% 61,76% 63,45% 65,76% 65,76%
Masyarakat 65.000.000,00 70.000.000,00 75.000.000,00 80.000.000,00 85.000.000,00 375.000.000,00 n Gerih
pemberdayaan
Desa dan
masyarakat
Kelurahan
desa/kelurahan

Program
Pembinaan
dan
Kecamata
7.01.06 Pengawasa
279.013.000,00 291.743.000,00 305.574.000,00 324.105.000,00 338.916.000,00 1.539.351.000,00 n Gerih
n
Pemerintah
an Desa

VII-438
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase Desa
yang
menindaklanjuti
hasil pembinaan NA 57,14% 59,17% 61,76% 63,45% 65,76% 65,76%
149.013.000,00 151.743.000,00 155.574.000,00 164.105.000,00 170.916.000,00 791.351.000,00
dan pengawasan
pemerintahan
desa

Persentase Desa
yang menyusun
APBDes dan NA 62,30% 65,00% 68,56% 70,25% 72,35% 72,35%
130.000.000,00 140.000.000,00 150.000.000,00 160.000.000,00 168.000.000,00 748.000.000,00
LPPDes tepat
waktu

KECAMAT
7.01 3.895.423.276,3 3.974.623.584,5 4.121.259.361,8 4.196.757.664,9
AN PADAS 4.048.035.808,79 20.236.099.696,39
1 2 5 2

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Urusan penunjang
Kecamata
7.01.01 Pemerintah urusan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
2.955.847.376,31 2.984.133.884,52 3.012.697.208,79 3.041.540.161,85 3.070.665.564,92 15.064.884.196,39 n Padas
an Daerah pemerintahan
Kabupaten daerah dalam
/Kota setahun

Program
Penyelengg Persentase
araan aspek penilaian
Kecamata
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan 62,50% 62,50% 75,00% 75,00% 87,50% 100% 100%
290.000.000,00 315.000.000,00 340.000.000,00 365.000.000,00 369.000.000,00 1.679.000.000,00 n Padas
an dan dalam kategori
Pelayanan minimal baik
Publik

VII-439
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase desa
Program
yang
Pemberday
menindaklanjuti
aan 100,00 100,00 100,00 100,00 Kecamata
7.01.03 hasil pembinaan 100,00% 100% 100%
Masyarakat % 125.575.900,00 % 130.489.700,00 % 135.338.600,00 % 140.719.200,00 145.092.100,00 677.215.500,00 n Padas
pemberdayaan
Desa dan
masyarakat
Kelurahan
desa/kelurahan

Program
Pembinaan
dan
Kecamata
7.01.06 Pengawasa
524.000.000,00 545.000.000,00 560.000.000,00 574.000.000,00 612.000.000,00 2.815.000.000,00 n Padas
n
Pemerintah
an Desa

Persentase desa
yang
menindaklanjuti
100,00 100,00 100,00 100,00
hasil pembinaan 100,00% 100% 100%
% 240.000.000,00 % 250.000.000,00 % 260.000.000,00 % 270.000.000,00 280.000.000,00 1.300.000.000,00
dan pengawasan
pemerintahan
desa

Persentase desa
yang menyusun
APBDes dan 83,33% 83,33% 83,33% 91,66% 91,66% 100% 100%
284.000.000,00 295.000.000,00 300.000.000,00 304.000.000,00 332.000.000,00 1.515.000.000,00
LPPDes tepat
waktu

VII-440
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

KECAMAT
AN
7.01 4.821.182.771,3 4.912.606.251,3 5.083.046.950,7 5.170.704.253,2
KARANGJ 4.997.894.299,93 24.985.434.526,64
8 6 5 2
ATI

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Urusan penunjang Kecamata
7.01.01 Pemerintah urusan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100% n
3.949.947.771,38 3.968.371.251,36 3.986.659.299,93 4.005.811.950,75 4.024.469.253,22 19.935.259.526,64
an Daerah pemerintahan Karangjati
Kabupaten daerah dalam
/Kota setahun

Program
Penyelengg Persentase
araan aspek penilaian Kecamata
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 62,50% 75,00% 75,00% 87,50% 100% 100% n
295.290.000,00 330.290.000,00 365.290.000,00 390.290.000,00 425.290.000,00 1.806.450.000,00
an dan dalam kategori Karangjati
Pelayanan minimal baik
Publik

Persentase desa
Program
yang
Pemberday
menindaklanjuti Kecamata
aan 100,00
7.01.03 hasil pembinaan NA 70,59% 76,47% 88,24% 94,12% 100% n
Masyarakat 91.770.000,00 99.770.000,00 104.770.000,00 112.770.000,00 % 123.770.000,00 532.850.000,00
pemberdayaan Karangjati
Desa dan
masyarakat
Kelurahan
desa/kelurahan

VII-441
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Pembinaan
dan Kecamata
7.01.06 Pengawasa n
484.175.000,00 514.175.000,00 541.175.000,00 574.175.000,00 597.175.000,00 2.710.875.000,00
n Karangjati
Pemerintah
an Desa

Persentase desa
yang
menindaklanjuti
hasil pembinaan NA 52,94% 58,82% 64,71% 76,47% 88,24% 88%
348.775.000,00 368.775.000,00 385.775.000,00 408.775.000,00 424.775.000,00 1.936.875.000,00
dan pengawasan
pemerintahan
desa

Persentase desa
yang menyusun
APBDes dan NA 52,94% 58,82% 64,71% 76,47% 88,24% 88%
135.400.000,00 145.400.000,00 155.400.000,00 165.400.000,00 172.400.000,00 774.000.000,00
LPPDes tepat
waktu

KECAMAT
AN
7.01 3.915.299.255,2 3.994.697.313,2 4.141.736.572,5 4.217.439.647,7
KWADUNG 4.068.310.274,84 20.337.483.063,70
8 8 6 4
AN

Program Persentase
Penunjang Pemenuhan
Kecamata
Urusan Penunjang
n
7.01.01 Pemerintah Urusan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
2.975.722.299,28 3.004.207.522,28 3.032.971.618,84 3.062.017.349,56 3.091.347.503,74 15.166.266.293,70 Kwadunga
an Daerah Pemerintahan
n
Kabupaten Daerah Dalam
/Kota setahun

VII-442
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Penyelengg Persentase
Kecamata
araan aspek penilaian
n
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 80,25% 80,25% 81,50% 82,75% 83,80% 83,80%
375.000.000,00 390.000.000,00 410.000.000,00 425.000.000,00 450.000.000,00 2.050.000.000,00 Kwadunga
an dan Kategori Minimal
n
Pelayanan Baik
Publik

Persentase Desa
Program
yang
Pemberday Kecamata
Menindaklanjuti
aan n
7.01.03 hasil pembinaan NA 71,42% 71,42% 78,57% 92,85% 100% 100%
Masyarakat 110.000.000,00 130.000.000,00 150.000.000,00 170.000.000,00 180.000.000,00 740.000.000,00 Kwadunga
pemberdayaan
Desa dan n
masyarakat desa
Kelurahan
/ kelurahan

Program
Pembinaan
Kecamata
dan
n
7.01.06 Pengawasa
454.576.956,00 470.489.791,00 475.338.656,00 484.719.223,00 496.092.144,00 2.381.216.770,00 Kwadunga
n
n
Pemerintah
an Desa

Persentase Desa
yang
menindaklanjuti
hasil pembinaan NA 71,42% 71,42% 78,57% 92,85% 100% 100%
354.576.956,00 360.489.791,00 360.338.656,00 364.719.223,00 366.092.144,00 1.806.216.770,00
dan pengawasan
pemerintahan
desa

VII-443
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase Desa
yang menyusun
APBDes dan NA 71,42% 71,42% 78,57% 92,85% 100% 100%
100.000.000,00 110.000.000,00 115.000.000,00 120.000.000,00 130.000.000,00 575.000.000,00
LPPDes tepat
waktu

KECAMAT
7.01 AN 3.766.495.756,7 3.835.510.059,3 3.964.495.243,4 4.030.802.534,8
3.900.043.155,48 19.497.346.749,94
PANGKUR 9 6 7 4

Program
Persentase
Penunjang
pemenuhan
Urusan
urusan Kecamata
7.01.01 Pemerintah NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
pemerintahan 3.028.257.504,95 3.057.268.080,00 3.086.562.782,40 3.116.144.425,33 3.146.015.849,95 15.434.248.642,63 n Pangkur
an Daerah
daerah dalam
Kabupaten
setahun
/Kota

Program
Penyelengg Persentase
araan Aspek Penilaian
Kecamata
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 75% 75% 88% 88% 88% 80%
200.000.000,00 220.000.000,00 240.000.000,00 250.000.000,00 260.000.000,00 1.170.000.000,00 n Pangkur
an dan Dalam Kategori
Pelayanan Minimal Baik
Publik

Prosentase desa
Program
yang
Pemberday
menindaklanjuti
aan Kecamata
7.01.03 hasil pembinaan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Masyarakat 138.238.251,84 158.241.979,36 163.480.373,08 168.350.818,14 174.786.684,89 803.098.107,31 n Pangkur
pemberdayaan
Desa dan
masyarakat
Kelurahan
desa/kelurahan

VII-444
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Pembinaan
dan
Kecamata
7.01.06 Pengawasa
400.000.000,00 400.000.000,00 410.000.000,00 430.000.000,00 450.000.000,00 2.090.000.000,00 n Pangkur
n
Pemerintah
an Desa

Persentase desa
yang
menindaklanjuti
hasil pembinaan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
300.000.000,00 300.000.000,00 310.000.000,00 330.000.000,00 340.000.000,00 1.580.000.000,00
dan pengawasan
pemerintahan
desa

Persentase desa
yang menyusun
apbdes dan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
100.000.000,00 100.000.000,00 100.000.000,00 100.000.000,00 110.000.000,00 510.000.000,00
LPPdes tepat
waktu

KECAMAT
7.01 AN 3.116.892.189,7 3.182.376.033,4 3.303.184.694,1 3.365.420.003,5
3.242.873.786,99 16.210.746.707,92
BRINGIN 8 9 4 2

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Urusan Penunjang
Kecamata
7.01.01 Pemerintah urusan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
2.526.892.189,78 2.532.376.033,49 2.542.873.786,99 2.553.184.694,14 2.555.420.003,52 12.710.746.707,92 n Bringin
an Daerah pemerintahan
Kabupaten daerah dalam
/Kota setahun

VII-445
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Penyelengg Persentase
araan aspek penilaian
Kecamata
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 60% 70% 80% 90% 100% 100%
220.000.000,00 230.000.000,00 230.000.000,00 250.000.000,00 260.000.000,00 1.190.000.000,00 n Bringin
an dan dalam kategori
Pelayanan minimal baik
Publik

Persentase desa
Program
yang
Pemberday
menindaklanjuti
aan Kecamata
7.01.03 hasil pembinaan NA 60% 70% 80% 90% 100% 100%
Masyarakat 60.000.000,00 80.000.000,00 90.000.000,00 100.000.000,00 110.000.000,00 440.000.000,00 n Bringin
pemberdayaan
Desa dan
masyarakat
Kelurahan
desa/kelurahan

Program
Pembinaan
dan
Kecamata
7.01.06 Pengawasa
310.000.000,00 340.000.000,00 380.000.000,00 400.000.000,00 440.000.000,00 1.870.000.000,00 n Bringin
n
Pemerintah
an Desa

Persentase desa
yang
menindaklanjuti
NA 60% 70% 80% 90% 100% 100%
hasil pembinaan 150.000.000,00 180.000.000,00 190.000.000,00 200.000.000,00 220.000.000,00 940.000.000,00
dan pengawasan
pemerintah desa

VII-446
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase desa
yang menyusun
APBDes dan NA 60% 70% 80% 90% 100% 100%
160.000.000,00 160.000.000,00 190.000.000,00 200.000.000,00 220.000.000,00 930.000.000,00
LPPDes tepat
waktu

KECAMAT
AN
7.01 3.169.381.957,9 3.232.425.122,5 3.349.288.299,4 3.409.443.521,3
KASREMA 3.290.927.369,31 16.451.466.270,67
8 6 4 8
N

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Urusan penunjang Kecamata
7.01.01 Pemerintah urusan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100% n
2.431.143.706,98 2.454.183.143,56 2.477.446.996,31 2.500.937.481,44 2.524.656.837,38 12.388.368.165,67
an Daerah pemerintahan Kasreman
Kabupaten daerah dalam
/Kota setahun

Program
Penyelengg Persentase
araan aspek penilaian Kecamata
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 62,50% 75,00% 75,00% 87,50% 100% 100% n
200.000.000,00 200.000.000,00 200.000.000,00 200.000.000,00 200.000.000,00 1.000.000.000,00
an dan dalam kategori Kasreman
Pelayanan minimal baik
Publik

Persentase desa
Program
yang
Pemberday
menindaklanjuti Kecamata
aan
7.01.03 hasil pembinaan NA 57,14% 71,43% 71,43% 85,71% 100% 100% n
Masyarakat 100.000.000,00 100.000.000,00 150.000.000,00 150.000.000,00 150.000.000,00 650.000.000,00
pemberdayaan Kasreman
Desa dan
masyarakat
Kelurahan
desa/kelurahan

VII-447
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Pembinaan
dan
7.01.06 Pengawasa
438.238.251,00 478.241.979,00 463.480.373,00 498.350.818,00 534.786.684,00 2.413.098.105,00
n
Pemerintah
an Desa

Persentase desa
yang
menindaklanjuti Kecamata
hasil pembinaan NA 57,14% 71,43% 71,43% 85,71% 100% 100% n
200.000.000,00 200.000.000,00 250.000.000,00 250.000.000,00 250.000.000,00 1.150.000.000,00
dan pengawasan Kasreman
pemerintahan
desa

Persentase desa
yang menyusun Kecamata
APBDes dan NA 57,14% 71,43% 71,43% 85,71% 100% 100% n
238.238.251,00 278.241.979,00 213.480.373,00 248.350.818,00 284.786.684,00 1.263.098.105,00
LPPDes tepat Kasreman
waktu

KECAMAT
7.01 AN 4.394.484.565,0 4.490.537.793,4 4.667.349.328,2 4.758.473.024,9
4.579.093.150,33 22.889.937.862,06
NGRAMBE 9 6 1 7

Program
Persentase
Penunjang
Pemenuhan
Urusan Kecamata
Penunjang,Urus
7.01.01 Pemerintah NA 100% 100% 100% 100% 100% 100% n
an Pemerintah 3.919.484.565,09 3.940.537.793,46 3.969.093.150,33 3.992.349.328,21 4.018.473.024,97 19.839.937.862,06
an Daerah Ngrambe
Daerah Dalam
Kabupaten
Setahun
/Kota

VII-448
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Penyelengg Persentase
araan Aspek Penilaian Kecamata
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 62,50% 75% 75% 87,50% 100% 100% n
200.000.000,00 220.000.000,00 240.000.000,00 260.000.000,00 280.000.000,00 1.200.000.000,00
an dan dalam Kategori Ngrambe
Pelayanan Minimal Baik
Publik

Persentase Desa
Program yang
Pemberday Menindaklanjuti
Kecamata
aan Hasil Pembinaan
7.01.03 NA 57,14% 71,43% 71,43% 85,71% 100% 100% n
Masyarakat Pemberdayaan 50.000.000,00 75.000.000,00 90.000.000,00 110.000.000,00 130.000.000,00 455.000.000,00
Ngrambe
Desa dan Masyarakat
Kelurahan Desa/
Kelurahan

Program
Pembinaan
dan Kecamata
7.01.06 Pengawasa n
225.000.000,00 255.000.000,00 280.000.000,00 305.000.000,00 330.000.000,00 1.395.000.000,00
n Ngrambe
Pemerintah
an Desa

Persentase Desa
yang
Menindaklanjuti
Hasil Pembinaan NA 57,14% 71,43% 71,43% 85,71% 100% 100%
100.000.000,00 115.000.000,00 120.000.000,00 130.000.000,00 140.000.000,00 605.000.000,00
dan Pengawasan
Pemerintahan
Desa

VII-449
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase Desa
yang Menyusun
APBDes Dan NA 57,14% 71,43% 71,43% 85,71% 100% 100%
125.000.000,00 140.000.000,00 160.000.000,00 175.000.000,00 190.000.000,00 790.000.000,00
LPPDes Tepat
Waktu

KECAMAT
AN
7.01 4.048.207.222,1 4.125.969.793,0 4.270.696.158,6 4.345.147.706,2
JOGOROG 4.198.399.481,75 20.988.420.361,87
7 3 9 3
O

Program
Persentase
Penunjang
Pemenuhan
Urusan Kecamata
Penunjang,Urus
7.01.01 Pemerintah NA 100% 100% 100% 100% 100% 100% n
an Pemerintah 3.573.207.222,17 3.575.969.793,03 3.588.399.481,75 3.595.696.158,69 3.605.147.706,23 17.938.420.361,87
an Daerah Jogorogo
Daerah Dalam
Kabupaten
Setahun
/Kota

Program
Penyelengg Persentase
araan Aspek Penilaian Kecamata
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 62,50% 75% 75% 87,50% 100% 100% n
200.000.000,00 220.000.000,00 240.000.000,00 260.000.000,00 280.000.000,00 1.200.000.000,00
an dan dalam Kategori Jogorogo
Pelayanan Minimal Baik
Publik

Persentase Desa
Program yang
Pemberday Menindaklanjuti
Kecamata
aan Hasil Pembinaan
7.01.03 NA 83,33% 83,33% 91,66% 91,66% 100% 100% n
Masyarakat Pemberdayaan 50.000.000,00 75.000.000,00 90.000.000,00 110.000.000,00 130.000.000,00 455.000.000,00
Jogorogo
Desa dan Masyarakat
Kelurahan Desa/
Kelurahan

VII-450
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Pembinaan
dan Kecamata
7.01.06 Pengawasa n
225.000.000,00 255.000.000,00 280.000.000,00 305.000.000,00 330.000.000,00 1.395.000.000,00
n Jogorogo
Pemerintah
an Desa

Persentase Desa
yang
Menindaklanjuti
Hasil Pembinaan NA 83,33% 83,33% 91,66% 91,66% 100% 100%
100.000.000,00 115.000.000,00 120.000.000,00 130.000.000,00 140.000.000,00 605.000.000,00
dan Pengawasan
Pemerintahan
Desa

Persentase Desa
yang Menyusun
APBDes Dan NA 83,33% 83,33% 91,66% 91,66% 100% 100%
125.000.000,00 140.000.000,00 160.000.000,00 175.000.000,00 190.000.000,00 790.000.000,00
LPPDes Tepat
Waktu

KECAMAT
7.01 AN 3.289.285.458,8 3.356.493.235,2 3.480.801.651,6 3.544.813.130,5
3.418.732.160,74 17.090.125.637,03
KENDAL 3 4 3 9

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Urusan penunjang
Kecamata
7.01.01 Pemerintah urusan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
2.644.285.458,83 2.676.493.235,24 2.709.732.160,74 2.742.801.651,63 2.775.813.130,59 13.549.125.637,03 n Kendal
an Daerah pemerintahan
Kabupaten daerah dalam
/Kota setahun

VII-451
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Penyelengg Persentase
araan aspek penilaian
Kecamata
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 62,50% 75,00% 75,00% 87,50% 88% 88%
200.000.000,00 210.000.000,00 224.000.000,00 230.000.000,00 238.000.000,00 1.102.000.000,00 n Kendal
an dan dalam kategori
Pelayanan minimal baik
Publik

Persentase desa
Program
yang
Pemberday
menindaklanjuti
aan Kecamata
7.01.03 hasil pembinaan NA 60,00% 70,00% 70,00% 80,00% 80% 80%
Masyarakat 120.000.000,00 130.000.000,00 135.000.000,00 145.000.000,00 156.000.000,00 686.000.000,00 n Kendal
pemberdayaan
Desa dan
masyarakat
Kelurahan
desa/kelurahan

Program
Pembinaan
dan
Kecamata
7.01.06 Pengawasa
325.000.000,00 340.000.000,00 350.000.000,00 363.000.000,00 375.000.000,00 1.753.000.000,00 n Kendal
n
Pemerintah
an Desa

Persentase desa
yang
menindaklanjuti
hasil pembinaan NA 60,00% 70,00% 70,00% 80,00% 90% 90%
150.000.000,00 160.000.000,00 165.000.000,00 173.000.000,00 180.000.000,00 828.000.000,00
dan pengawasan
pemerintahan
desa

VII-452
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase desa
yang menyusun
APBDes dan NA 60,00% 70,00% 70,00% 80,00% 90% 90%
175.000.000,00 180.000.000,00 185.000.000,00 190.000.000,00 195.000.000,00 925.000.000,00
LPPDes tepat
waktu

KECAMAT
7.01 3.551.600.947,3 3.624.397.455,4 3.759.042.217,1 3.828.377.225,2
AN SINE 3.691.811.420,81 18.455.229.266,06
6 7 5 7

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Urusan penunjang
Kecamata
7.01.01 Pemerintah urusan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
2.821.600.947,36 2.823.529.455,47 2.820.169.020,81 2.849.796.062,15 2.879.377.225,27 14.194.472.711,06 n Sine
an Daerah pemerintahan
Kabupaten daerah dalam
/Kota setahun

Program
Penyelengg Persentase
araan aspek penilaian
Kecamata
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 62,50% 75% 75% 87,50% 100% 100%
245.500.000,00 285.868.000,00 305.600.000,00 315.000.000,00 326.000.000,00 1.477.968.000,00 n Sine
an dan dalam kategori
Pelayanan minimal baik
Publik

Persentase desa
Program
yang
Pemberday
menindaklanjuti
aan Kecamata
7.01.03 hasil pembinaan NA 60% 66,67% 73,33% 80% 93% 100%
Masyarakat 50.000.000,00 55.000.000,00 70.000.000,00 85.000.000,00 85.000.000,00 345.000.000,00 n Sine
pemberdayaan
Desa dan
masyarakat
Kelurahan
desa/kelurahan

VII-453
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Pembinaan
dan
Kecamata
7.01.06 Pengawasa
434.500.000,00 460.000.000,00 496.042.400,00 509.246.155,00 538.000.000,00 2.437.788.555,00 n Sine
n
Pemerintah
an Desa

Persentase desa
yang
menindaklanjuti
hasil pembinaan NA 60% 66,67% 73,33% 80% 93% 100%
279.500.000,00 300.000.000,00 325.000.000,00 340.000.000,00 353.000.000,00 1.597.500.000,00
dan pengawasan
pemerintahan
desa

Persentase desa
yang menyusun
APBDes dan NA 60% 66,67% 73,33% 80% 93% 100%
155.000.000,00 160.000.000,00 171.042.400,00 169.246.155,00 185.000.000,00 840.288.555,00
LPPDes tepat
waktu

KECAMAT
AN
7.01 4.603.089.019,7 4.695.297.139,0 4.866.321.395,7 4.954.352.566,1
WIDODAR 4.780.908.094,13 23.899.968.214,89
8 6 5 7
EN

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Kecamata
Urusan penunjang
n
7.01.01 Pemerintah urusan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
3.883.089.019,78 3.750.297.139,06 3.855.908.094,13 3.906.321.395,75 4.009.352.566,17 19.404.968.214,89 Widodare
an Daerah pemerintahan
n
Kabupaten daerah dalam
/Kota setahun

VII-454
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Penyelengg Persentase
Kecamata
araan aspek penilaian
n
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 62,50% 62,50% 75,00% 75,00% 87,50% 88%
230.000.000,00 290.000.000,00 275.000.000,00 285.000.000,00 275.000.000,00 1.355.000.000,00 Widodare
an dan dalam kategori
n
Pelayanan minimal baik
Publik

Persentase desa
Program
yang
Pemberday Kecamata
menindaklanjuti
aan n
7.01.03 hasil pembinaan NA 66,67% 66,67% 75,00% 83,33% 91,67% 92%
Masyarakat 100.000.000,00 135.000.000,00 130.000.000,00 135.000.000,00 135.000.000,00 635.000.000,00 Widodare
pemberdayaan
Desa dan n
masyarakat
Kelurahan
desa/kelurahan

Program
Pembinaan
Kecamata
dan
n
7.01.06 Pengawasa
390.000.000,00 520.000.000,00 520.000.000,00 540.000.000,00 535.000.000,00 2.505.000.000,00 Widodare
n
n
Pemerintah
an Desa

Persentase desa
yang
menindaklanjuti
hasil pembinaan NA 66,67% 66,67% 75,00% 83,33% 91,67% 92%
290.000.000,00 370.000.000,00 370.000.000,00 385.000.000,00 385.000.000,00 1.800.000.000,00
dan pengawasan
pemerintahan
desa

VII-455
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase desa
yang menyusun
APBDes dan NA 66,67% 66,67% 75,00% 83,33% 91,67% 92%
100.000.000,00 150.000.000,00 150.000.000,00 155.000.000,00 150.000.000,00 705.000.000,00
LPPDes tepat
waktu

KECAMAT
AN
7.01 3.551.399.043,7 3.627.159.109,6 3.766.810.851,0 3.838.764.669,0
KEDUNGG 3.697.096.689,19 18.481.230.362,75
9 8 6 3
ALAR

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Kecamata
Urusan penunjang
n
7.01.01 Pemerintah urusan NA 100% 100% 100% 100% 100%
2.915.399.043,79 2.969.402.109,68 2.993.386.730,19 3.047.581.699,06 3.102.018.622,03 15.027.788.204,75 Kedunggal
an Daerah pemerintahan
ar
Kabupaten daerah dalam
/Kota setahun

Program
Penyelengg Persentase
Kecamata
araan aspek penilaian
n
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 38,46% 53,85% 61,54% 76,92% 100% 100%
192.000.000,00 202.000.000,00 210.000.000,00 215.000.000,00 220.000.000,00 1.039.000.000,00 Kedunggal
an dan dalam kategori
ar
Pelayanan minimal baik
Publik

VII-456
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase desa
Program
yang
Pemberday Kecamata
menindaklanjuti
aan n
7.01.03 hasil pembinaan NA 41,67% 58,33% 66,67% 83,33% 100% 100%
Masyarakat 96.000.000,00 120.000.000,00 130.000.000,00 135.000.000,00 140.000.000,00 621.000.000,00 Kedunggal
pemberdayaan
Desa dan ar
masyarakat
Kelurahan
desa/kelurahan

Program
Pembinaan
Kecamata
dan
n
7.01.06 Pengawasa
348.000.000,00 335.757.000,00 363.709.959,00 369.229.152,00 376.746.047,00 1.793.442.158,00 Kedunggal
n
ar
Pemerintah
an Desa

Persentase desa
yang
menindaklanjuti
hasil pembinaan NA 41,67% 58,33% 66,67% 83,33% 100% 100%
288.000.000,00 275.757.000,00 298.709.959,00 304.229.152,00 311.746.047,00 1.478.442.158,00
dan pengawasan
pemerintahan
desa

Persentase desa
yang menyusun
APBDes dan NA 41,67% 58,33% 66,67% 83,33% 100% 100%
60.000.000,00 60.000.000,00 65.000.000,00 65.000.000,00 65.000.000,00 315.000.000,00
LPPDes tepat
waktu

VII-457
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

KECAMAT
AN
7.01 3.517.463.175,1 3.581.021.575,1 3.699.940.070,2 3.761.050.686,3
MANTINGA 3.640.513.788,77 18.199.989.295,73
9 3 5 9
N

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Kecamata
Urusan penunjang
n
7.01.01 Pemerintah urusan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
2.899.775.275,19 2.900.903.575,13 2.902.113.788,77 2.928.740.070,25 2.956.750.686,39 14.588.283.395,73 Mantinga
an Daerah pemerintahan
n
Kabupaten daerah dalam
/Kota setahun

Program
Penyelengg Persentase
Kecamata
araan aspek penilaian
n
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan 75,62% 76% 76,50% 77% 77,50% 78% 78%
191.750.000,00 194.600.000,00 200.000.000,00 200.000.000,00 204.300.000,00 990.650.000,00 Mantinga
an dan dalam kategori
n
Pelayanan minimal baik
Publik

Persentase desa
Program
yang
Pemberday Kecamata
menindaklanjuti
aan n
7.01.03 hasil pembinaan NA 50% 51% 52% 53% 54% 54%
Masyarakat 125.937.900,00 135.518.000,00 200.000.000,00 200.000.000,00 200.000.000,00 861.455.900,00 Mantinga
pemberdayaan
Desa dan n
masyarakat
Kelurahan
desa/kelurahan

VII-458
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Pembinaan
Kecamata
dan
n
7.01.06 Pengawasa
300.000.000,00 350.000.000,00 338.400.000,00 371.200.000,00 400.000.000,00 1.759.600.000,00 Mantinga
n
n
Pemerintah
an Desa

Persentase desa
yang
menindaklanjuti
hasil pembinaan NA 57,14% 57,16% 57,18% 57,50% 57,52% 57,52%
150.000.000,00 175.000.000,00 185.500.000,00 200.000.000,00 200.000.000,00 910.500.000,00
dan pengawasan
pemerintahan
desa

Persentase desa
yang menyusun
APBDes dan NA 57,14% 57,16% 57,18% 57,50% 57,52% 57,52%
150.000.000,00 175.000.000,00 152.900.000,00 171.200.000,00 200.000.000,00 849.100.000,00
LPPDes tepat
waktu

KECAMAT
AN
7.01 3.356.071.174,5 3.418.015.654,5 3.533.657.730,6 3.593.115.523,3
KARANGA 3.475.877.808,96 17.376.737.892,09
9 2 4 8
NYAR

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Kecamata
Urusan penunjang
n
7.01.01 Pemerintah urusan NA 100% 100% 100% 100% 100% 100%
2.953.398.174,59 2.922.772.654,52 2.958.210.808,96 2.916.677.730,64 2.869.200.523,38 14.620.259.892,09 Karangan
an Daerah pemerintahan
yar
Kabupaten daerah dalam
/Kota setahun

VII-459
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Penyelengg Persentase
Kecamata
araan aspek penilaian
n
7.01.02 Pemerintah IKM Kecamatan NA 62,50% 75,00% 75,00% 87,50% 100% 100%
135.968.000,00 169.108.000,00 178.506.000,00 212.752.000,00 247.757.000,00 944.091.000,00 Karangan
an dan dalam kategori
yar
Pelayanan minimal baik
Publik

Persentase desa
Program
yang
Pemberday Kecamata
menindaklanjuti
aan n
7.01.03 hasil pembinaan NA 57,14% 71,43% 71,43% 85,71% 100% 100%
Masyarakat 88.902.000,00 105.692.000,00 107.103.000,00 127.651.000,00 147.106.000,00 576.454.000,00 Karangan
pemberdayaan
Desa dan yar
masyarakat
Kelurahan
desa/kelurahan

Program
Pembinaan
Kecamata
dan
n
7.01.06 Pengawasa
177.803.000,00 220.443.000,00 232.058.000,00 276.577.000,00 329.052.000,00 1.235.933.000,00 Karangan
n
yar
Pemerintah
an Desa

Persentase desa
yang
menindaklanjuti
hasil pembinaan NA 57,14% 71,43% 71,43% 85,71% 100% 100%
70.075.000,00 88.177.000,00 94.013.000,00 112.049.000,00 139.363.000,00 503.677.000,00
dan pengawasan
pemerintahan
desa

VII-460
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Persentase desa
yang menyusun
APBDes dan NA 57,14% 71,43% 71,43% 85,71% 100% 100%
107.728.000,00 132.266.000,00 138.045.000,00 164.528.000,00 189.689.000,00 732.256.000,00
LPPDes tepat
waktu

UNSUR
PEMERINT
8 5.481.922.228,1 5.682.386.737,2 6.038.845.474,5 6.223.619.242,5
AHAN 5.861.364.554,29 29.288.138.236,84
6 3 7 9
UMUM

KESATUAN
BANGSA
8.01 5.481.922.228,1 5.682.386.737,2 6.038.845.474,5 6.223.619.242,5
DAN 5.861.364.554,29 29.288.138.236,84
6 3 7 9
POLITIK

Program Persentase
Penunjang pemenuhan
Kesatuan
Urusan penunjang
Bangsa
8.01.01 Pemerintah urusan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
2.126.293.811,16 2.144.923.195,23 2.163.726.496,29 2.182.725.392,57 2.201.861.583,59 10.819.530.478,84 dan
an Daerah pemerintahan
Politik
Kabupaten daerah dalam
/Kota setahun

Program Persentase
Penguatan masyarakat yang
Ideologi meningkat Kesatuan
Pancasila pemahaman Bangsa
8.01.02 NA 60% 65% 70% 75% 80% 80%
dan ideologi 150.000.000,00 220.000.000,00 250.000.000,00 290.000.000,00 320.000.000,00 1.230.000.000,00 dan
Karakter pancasila dan Politik
Kebangsaa karakter
n kebangsaan

VII-461
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Peningkata
n Peran
Partai
Politik dan
Persentase
Lembaga
tingkat Kesatuan
Pendidikan
pendidikan Bangsa
8.01.03 melalui NA 70% 75% 80% 85% 90% 90%
politik 1.987.649.417,00 2.022.649.417,00 2.057.638.058,00 2.126.120.082,00 2.176.757.659,00 10.370.814.633,00 dan
Pendidikan
masyarakat Politik
Politik dan
kategori baik
Pengemban
gan Etika
serta
Budaya
Politik

Program
Pemberday
Persentase
aan dan Kesatuan
Ormas aktif
Pengawasa Bangsa
8.01.04 yang mendorong NA 80% 80% 85% 85% 90% 90%
n 180.479.000,00 200.000.000,00 205.000.000,00 210.000.000,00 225.000.000,00 1.020.479.000,00 dan
wawasan
Organisasi Politik
kebangsaan
Kemasyara
katan

Program
Pembinaan
dan
Kesatuan
Pengemban
Jumlah konflik Bangsa
8.01.05 gan 0 0 0 0 0 0
Agama 287.500.000,00 300.000.000,00 310.000.000,00 320.000.000,00 350.000.000,00 1.567.500.000,00 dan
Ketahanan
Politik
Ekonomi,
Sosial, dan
Budaya

VII-462
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Perangkat
Urusan Kondisi Daerah
Pemerinta Indikator Kinerja Penanggu
han dan Kinerja Awal ng-Jawab
Kode Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026 Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD
Program Program RPJMD
Prioritas (Outcome) (Tahun
Pembangu 2020)
nan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Program
Peningkata
n
Kewaspada
an nasional
Kesatuan
dan
Jumlah konflik Bangsa
8.01.06 Peningkata 0 0 0 0 0 0 0
sosial 750.000.000,00 794.814.125,00 875.000.000,00 910.000.000,00 950.000.000,00 4.279.814.125,00 dan
n Kualitas
Politik
dan
Fasilitasi
Penangana
n Konflik
Sosial

2.396.266.725.3 - 2.454.923.882.5 - 2.509.725.080.362,27 - 2.569.106.392.2 - 2.633.541.985.9 - 12.563.564.066.309,70


06,80 04,69 29,98 05,98

*Program, indikator program bersifat sementara karena masih dikaji oleh tim RPJMD Kabupaten Ngawi 2021-2026

VII-463
VIII-464
Berdasarkan Program Prioritas dan Pendanaan Program Bab
VII, selanjutnya menetapkan indikator kinerja daerah. Penetapan
indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran
tentang ukuran keberhasilan pembangunan daerah, khususnya
dalam pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran, dan program
pembangunan daerah, yang meliputi aspek kesejahteraan, layanan,
dan daya saing. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian
indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau
indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga
kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat
dicapai.

Indikator kinerja daerah secara teknis pada dasarnya


dirumuskan dengan mengambil indikator dari program prioritas
yang telah ditetapkan (outcomes) atau kompositnya (impact). Suatu
indikator kinerja daerah dapat dirumuskan berdasarkan hasil
analisis pengaruh dari satu atau lebih indikator capaian kinerja
program (outcome) terhadap tingkat capaian indikator kinerja
daerah berkenaan.

Sebagai sebuah daerah otonom, Kabupaten Ngawi diwajibkan


menetapkan target-target capaian dari indikator-indikator yang
disepakati bersama antara pemerintah Kabupaten dengan para
pemangku kepentingan di Kabupaten Ngawi. Target pencapaian ini
adalah sebuah kunci kinerja yang pada akhirnya menjadi ukuran
efektivitas dan efisiensi sebuah tata kelola pemerintahan secara
umum yang sasaran utamanya adalah pemenuhan kebutuhan
masyarakat melalui ketersediaan pelayanan publik. Target capaian
indikator kinerja utama yang menggambarkan kinerja pemerintah
daerah secara umum dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan
daerah disajikan sebagaimana tabel berikut :

VIII-464
Tabel 8.1 Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun
2021-2026 Pemerintah Kabupaten Ngawi

Kinerja Target Capaian Setiap Tahun


Kondisi Kondisi
No Indikator
Awal Akhir
(2020) 2022 2023 2024 2025 2026

1 Indeks Pembangunan Manusia 70,54 70,89 71 71,8 72,6 73 73

2 Angka Pertumbuhan Ekonomi -2,1 5,3 5,6 5,9 6,2 6,5 6,5

3 Persentase Penduduk Miskin 15,44 13,67 13,3 12,93 12,56 12,19 12,19

B
4 Indeks Reformasi Birokrasi BB BB BB BB A A
(68,94)

Indeks Kepuasan Layanan


5 NA 66 68 70 72 74 74
Infrastruktur

6 Indeks Kesalehan Sosial NA 75,8 78,5 81,2 83,9 86,6 86,6

Indeks Kualitas Lingkungan


7 66,44 65,75 65,8 66,85 66,9 66,95 66,95
Hidup

Tingkat Pengangguran
8 5,44 5,1 5 4,9 4,8 4,7 4,7
Terbuka

Tabel 8.2 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja


Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Kabupaten Ngawi
Tahun 2021-2026

Kondisi
Kinerja
Kondisi
pada
Indikator Kinerja Target Capaian Setiap Tahun Kinerja pada
awal
No Pembangunan akhir
periode
Daerah Periode
RPJMD
RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026

1 Indeks Pendidikan NA 70 71.5 72.5 73.5 74.5 74.5

Indeks Aktivitas
2 NA 60 62 64 65 68 68
Literasi Membaca

3 Indeks Kesehatan 72,3 72,9 73,0 73,1 73,3 73,6 73,6

Persentase cabang
4 olahraga yang NA 25% 30% 35% 40% 50% 50%
berprestasi

Persentase laju
5 pertumbuhan 0,06 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 0,04
penduduk

VIII-465
Kondisi
Kinerja
Kondisi
pada
Indikator Kinerja Target Capaian Setiap Tahun Kinerja pada
awal
No Pembangunan akhir
periode
Daerah Periode
RPJMD
RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
Indeks
6 Pembangunan 92,52 93,00 93,15 93,25 93,50 93,75 93,75
Gender (IPG)

Tingkat
7 pengangguran 3.70 5.1 5 4.9 4.8 4.7 4.7
terbuka

8 PDRB Perkapita NA 25.36 26.38 27.4 28.36 29.4 29.4

Angka Kunjungan
9 331,037 1,092,30 1,201,50 1,321,56 1,453,82 1,599,2
wisata 1,599,203
0 3 5 1 03
Realisasi nilai
1.512 1 1.250 1.500 1.750 2
10 investasi 2 Trilyun
Trilyun Trilyun Trilyun Trilyun Trilyun Trilyun
(PMDN/PMA)

Persentase Rata-rata
11 Kenaikan Omzet NA 6.30% 6.50% 6.70% 6.90% 7.10% 7.10%
Usaha Mikro

Indeks Desa
12 Membangun (Desa 7 desa 9 desa 10 desa 11 desa 12 desa 13 desa 13 desa
Mandiri)

Indeks Ketahanan
13 NA 72 73.5 74 74.5 75 75
Pangan

Persentase PPKS
14 NA 0,5% 1% 1,5% 2% 2,5% 2,5%
yang Mandiri

Rasio permukiman
15 NA 0.86 0.88 0.90 0.9
layak huni 0.94 0.94

16 Nilai LHE AKIP 81,23 (A) 82.25 82.75 83.05 83.3


84.00 84.00

Indeks Pengelolaan
17 NA 79.5 80 80 80 80 80
Keuangan Daerah

18 Maturitas SPIP NA 3 3.4 3.8 4 4 4

Indeks
19 63.76 65 66 67 68 71 71
Profesionalitas ASN

20 Indeks SPBE 2.98 3 3.5 4 4.5 5 5

Indeks Pelayanan
21 NA 4.26 4.6 5 5.4 5.8 5.8
Publik

Persentase Jalan
22 Dalam Kondisi 67.57% 64.69% 67.12% 70.71% 71.26% 74.21% 74.21%
Mantap

Persentase sarana
prasarana
23 NA 113.7% 115.4% 117.1% 118.4% 119.7% 119.7%
lingkungan yang
sehat dan aman

Indeks Kualitas
24 68.01 65.75 65.8 66.85 66.9 66.95 66.95
Lingkungan Hidup

VIII-466
Kondisi
Kinerja
Kondisi
pada
Indikator Kinerja Target Capaian Setiap Tahun Kinerja pada
awal
No Pembangunan akhir
periode
Daerah Periode
RPJMD
RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026

Indeks Kapasitas
25 0,38 0,48 0,50 0,52 0,54 0,58 0,58
Daerah

Tingkat penyelesaian
pelanggaran K3
26 (ketertiban, 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
ketentraman,
keindahan)

Persentase
27 Penurunan Angka 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Konflik

Indeks
28 Pembangunan NA 70.89 71 71.8 72.6 73 73
Manusia

Angka Pertumbuhan
29 NA 5.3 5.6 5.9 6.2 6.5 6.5
Ekonomi

Persentase
30 NA 13.67 13.3 12.93 12.56 12.19 12.19
Penduduk Miskin

Indeks Reformasi
31 B BB BB BB BB A A
Birokrasi

Indeks Kepuasan
32 Layanan NA 66 68 70 72 74 74
Infrastruktur

Indeks Kesalehan
33 NA 75.8 78.5 81.2 83.9 86.6 86.6
Sosial

Persentase seni dan


34 budaya lokal yang 12% 20% 20% 20% 20% 20% 20%
dilestarikan

*Target Kinerja karena masih dikaji oleh Tim Penyusun RPJMD


Kabupaten Ngawi 2021-2026

VIII-467
IX-468
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Ngawi Tahun 2021-2026 pada
dasarnya merupakan suatu perencanaan strategis yang erat
kaitannya dengan proses menetapkan ke mana Kabupaten Ngawi
akan diarahkan perkembangannya, dan apa yang hendak dicapai
dalam lima tahun mendatang (2021-2026), bagaimana
mencapainya, dan langkah-langkah strategis apa yang perlu
dilakukan agar tujuan tercapai sesuai visi, misi, dan prioritas
kepala daerah terpilih. RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun 2021-2026
telah mendapatkan persetujuan bersama antara DPRD Kabupaten
Ngawi dan Bupati Kabupaten Ngawi, serta Evaluasi Gubernur
terhadap Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJMD Kabupaten
Ngawi Tahun 2021-2026. RPJMD Kabupaten Ngawi telah
menelaah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kabupaten Ngawi Tahun 2005-2025, dan
memperhatikan RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2019-2024,
serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2020-2024. Selain itu juga mempertimbangkan
asas kesinambungan dengan arah pembangunan kewilayahan
sebagaimana dimuat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Ngawi Tahun 2010-2030.

9.1. Kaidah Pelaksanaan

RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun 2021-2026 ini


hendaknya dilakukan secara konsisten, transparan,
partisipatif, dan penuh tanggungjawab. Berkenaan dengan
hal tersebut, maka perlu ditetapkan kaidah-kaidah
pelaksanaan sebagai berikut :

1. Pemerintah Kabupaten Ngawi serta masyarakat, termasuk


dunia usaha, agar melaksanakan program-program yang

IX-468
tertuang dalam RPJMD tahun 2021-2026 ini sebaik-
baiknya;
2. RPJMD ini merupakan pedoman dalam menyusun
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD);
3. Setiap Perangkat Daerah di lingkup Pemerintah
Kabupaten Ngawi berkewajiban untuk menyusun
Rencana Strategis (Renstra) yang memuat Tujuan,
Strategi, Kebijakan, dan Program sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing, yang disusun dengan berpedoman
pada RPJMD Kabupaten Ngawi tahun 2021-2026,
nantinya akan menjadi pedoman dalam penyusunan
Rencana Kerja Perangkat Daerah (Renja Perangkat
Daerah);
4. Setiap Perangkat Daerah di lingkup Pemerintah
Kabupaten Ngawi berkewajiban menjamin konsistensi
antara Renstra Perangkat Daerah dengan RPJMD
Kabupaten Ngawi tahun 2021-2026;
5. Program dan kegiatan beserta indikasi anggaran yang
telah ditetapkan merupakan acuan, dan apabila terdapat
perubahan tidak berimplikasi dalam mewujudkan
sasaran sub agenda/agenda pembangunan.
6. Keberhasilan pelaksanaan RPJMD Kabupaten Ngawi
tahun 2021-2026 sangat tergantung dari peran seluruh
stakeholder yang terlibat di dalamnya;
7. Masyarakat Kabupaten Ngawi memiliki ruang dalam
pelaksanaan RPJMD Kabupaten Ngawi tahun 2021-2026.
Keterlibatan masyarakat tersebut merupakan wujud
penguatan peran (partisipasi) masyarakat dalam
pembangunan;
8. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun 2021-2026,

IX-469
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Ngawi berkewajiban untuk melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap pelaksanaan/implementasi dokumen
RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun 2021-2026.

IX-470

Anda mungkin juga menyukai