Anda di halaman 1dari 187

Seri Buku Pintar BUM Desa

PENYUSUNAN
KELAYAKAN USAHA
& PENGEMBANGAN USAHA
BUM Desa

Hastowiyono
Suharyanto
Australian Community Development and Civil Society
Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II
Seri Buku Pintar BUM Desa

PENYUSUNAN
KELAYAKAN USAHA
& PENGEMBANGAN USAHA
BUM Desa

Hastowiyono
Suharyanto
Australian Community Development and Civil Society
Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II
Seri Buku Pintar BUM Desa
PENYUSUNAN KELAYAKAN USAHA DAN PERENCANAAN
USAHA BUM DESA

Penulis : Hastowiyono
Suharyanto
Kontributor : Sulfiani, Jaringmas Bantaeng
Penyunting : Sutoro Eko Yunanto
Reviwer : Rossana Dewi
Penata Letak : Candra Coret
Desain Cover : Candra Coret
llustrasi : Budi & Erni

Copyleft@Diperkenankan untuk melakukan modifikasi,


penggandaan maupun penyebarluasan buku ini untuk kepentingan
pendidikan dan bukan untuk kepentingan komersial dengan tetap
mencantumkan atribut penulis dan keterangan dokumen ini secara
lengkap.

Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD)


Jl. Karangnangka No. 175 Dusun Demangan
Desa Maguwoharjo Kec. Depok Sleman Yogyakarta
Telp./fax: 0274 4333665, mbl: 0811 250 3790
Email: fppd@indosat.net.id
Website: http//www. forumdesa.org

Cetakan Pertama : Januari 2014

14,5 x 21 cm, xx + 160 Hal


ISBN : 978-602-14772-0-5
KATA PENGANTAR
Direktur Usaha Ekonomi Masyarakat
Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa
Kementerian Dalam Negeri

D
esa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
lain dalam UU No. 6/2014 tentang Desa dinyatakan
sebagai kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengu- rus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setem- pat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/ atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Substan- si undang-undang ini menegaskan
tentang janji pemenuhan kebutuhan (demand complience
scenario) dalam konteks pembangunan nasional di tingkat
desa.
Selanjutnya dalam UU No. 6/2014 tentang Desa juga
menyatakan bahwa “Desa dapat mendirikan Badan Usaha
Milik Desa”. Pendirian badan usaha tersebut berpedoman
pada peraturan perundang-undangan. Ini merupakan
bagi- an penting dan tidak terpisahkan dari keaslian otonomi
Kelayakan Usaha BUM Desa iii
desa.

i Kelayakan Usaha BUM


Sejalan dengan dikeluarkannya berbagai kebijakan yang
mengatur BUM Desa, telah banyak pemerintah kabupaten
menginisiasi pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUM
Desa) yang didasarkan atas kebutuhan dan potensi desa
sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
BUM Desa dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat
desa serta berdasar prinsip kooperatif, partisipasi, dan
emansi- pasi (user-owned, user-benefited, and user
controlled) de- ngan mekanisme member-base dan self-
help. Badan ini diharapkan dapat menjadi wadah kegiatan
ekonomi yang terdapat di desa. Karena itu, pengelolannya
harus dilakukan secara profesional, kooperatif, mandiri dan
berkelanjutan.
Secara kelembagaan, permasalahan yang dihadapi
terhadap pendirian BUM Desa pada dasarnya dapat dike-
lompokkan ke dalam hal-hal yang bersifat internal dan
eksternal. Permasalahan internal meliputi keterbatasan
Sumber Daya Manusia (SDM), manajemen yang belum
efektif sehingga kurang efisien, serta keterbatasan modal.
Sedangkan permasalahan eksternal meliputi kemampuan
monitoring yang belum efektif, kurangnya pengalaman,
serta infrastruktur yang kurang mendukung. Kondisi ini-
lah yang mengakibatkan pelayanan dalam pengembangan
BUM Desa masih belum mampu menjangkau secara luas,
padahal pelayanan dalam pengembangan BUM Desa seca-
ra luas akan sangat penting perannya dalam membantu
investasi bagi pelaku usaha mikro di perdesaan.

Kelayakan Usaha BUM Desa v


Oleh karena itu, Seri Buku Pintar Penyusunan Kelayakan
Usaha dan Pengembangan Usaha BUM Desa diharapkan
dapat mendukung guna mengatasi berbagai keterbatasan
yang dirasakan selama ini, utamanya di daerah
perdesaan. Salah satunya adalah dengan
mendayagunakan potensi yang telah berdiri selama ini
untuk memperluas jangkauan pelayanan dan sekaligus
mengisi kesenjangan permintaan dan penawaran
terutama di wilayah perdesaan. Kebijakan beserta
berbagai strategi pelaksanaannya akan didasarkan pada
pratek-praktek terbaik dan pelajaran yang dapat di- petik
dari berbagai pengalaman yang selama ini berjalan (best
practice). Ketiadaan kebijakan dalam pemberdayaan
usaha ekonomi melalui BUM Desa yang terpadu, bagaima-
napun telah membatasi para stakeholders untuk menyela-
raskan berbagai upaya mereka untuk menciptakan
sebuah sistem perekonomian yang berkelanjutan.

Dr. Ir. Sapto Supono, M.Si

i Kelayakan Usaha BUM


Kelayakan Usaha BUM Desa vii
KATA PENGANTAR ACCESS
Kemandirian desa, mendukung demokratisasi desa,
kearifan lokal, partisipasi, keadilan gender,
penanggulangan kemiskinan, dan akuntabilitas
pembangunan desa

Kemampuan desa untuk mengelola pembangunan le-


bih mandiri yang didukung oleh semua unsur dan sumber
daya desa sangat penting bagi perbaikan kesejahteraan
masyarakat, terlebih bagi masyarakat miskin di desa.
Desa yang dapat menjalankan pengelolaan pembangunan
se- cara mandiri bukan hanya mampu menggerakkan
seluruh aset sumber daya yang dimiliki desa, tetapi desa
juga akan mampu memperbaiki kebutuhan dasar warga,
kebutuhan penghidupan, memperjuangkan hak warga
dan menata kehidupan secara berkelanjutan.
Hadirnya serial buku pintar tentang kemandirian
desa ini diharapkan dapat menjadi bacaan segar di desa,
khu- susnya bagi para Kepala Desa, Perangkat Desa, Kader
Desa termasuk Kader Posyandu, para pengelola atau
pengguna keuangan desa, Badan Permusyawaratan Desa
(BPD), dan

Kelayakan Usaha BUM v


juga masyarakat desa-baik laki-laki maupun perempuan,
untuk menata desanya. Buku ini juga menarik untuk di-
baca kawan-kawan para pegiat pemberdayaan
masyarakat dan desa, fasilitator desa, dan rekan-rekan
Lembaga Swa- daya Masyarakat peduli desa. Terlebih
dengan lahirnya Un- dang Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, maka kehadiran buku-buku pintar ini
diharapkan dapat menjadi salah satu referensi
pemberdayaan desa.
Serial buku pintar meliputi 1) Pengembangan Kewe-
nangan (Urusan) Desa, 2) Pengelolaan Aset Desa, 3) Pe-
ngembangan Regulasi Desa, 4) Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) dalam Demokrasi Desa, 5) Perencanaan dan
Penganggaran Desa, 6) Pengelolaan dan
Pertanggungjawab- an Keuangan Desa, 7) Pengembangan
dan Pengelolaan BUM Desa, 8) Sistem Administrasi dan
Informasi Desa, 9) Tatacara Pertanggungjawaban Kepala
Desa, dan 10) Repo- sisi Peran Publik Perempuan di Desa.
Selain 10 buku pintar tersebut, disusun pula seri buku
pintar yang khusus untuk Pengembangan BUM Desa
meliputi a) Penyusunan Kelayak- an Usaha dan
Pengembangan Usaha BUM Desa, b) Ran- cang Bangun
Bisnis dan Pengelolaan BUM Desa, dan c) Pe- lembagaan
BUM Desa. Buku-buku pintar tersebut disusun terutama
berdasarkan pengalaman desa dan daerah wilayah kerja
Program ACCESS Tahap II.
ACCESS Tahap II merupakan program pengembangan
kapasitas warga dan organisasi warga yang didukung oleh
v Kelayakan Usaha BUM
dana hibah dari Pemerintah Australia. Program ini berupaya
mendukung kerja-kerja pemberdayaan yang menghargai
aspek lokalitas dan menempatkan perempuan,
masyarakat miskin, dan kelompok marginal sebagai
subyek pemba- ngunan yang memiliki posisi setara
dengan pelaku lainnya.
Akhirnya, kami sampaikan terima kasih sebesar-besar-
nya kepada tim Forum Pengembangan Pembaharuan
Desa (FPPD) yang telah menghimpun serial buku dalam
rangka memberi bahan kepada pelaku dan pejuang di
desa dan daerah untuk membantu mereka mengelola
desa dengan menghargai kearifan lokal serta
memanfaatkan peluang yang diberikan melalui UU Desa
menuju desa yang demo- kratis, berkeadilan gender, dan
bebas dari kemiskinan ber- bagai segi. Semoga buku-buku
tersebut dapat menambah khazanah pengetahuan bagi
pelaku dan pegiat pemba- ngunan desa di Indonesia.

Paul Boon
Direktur Program ACCESS Tahap II

Kelayakan Usaha BUM i


KATA PENGANTAR
Forum Pengembangan Pembaharuan
Desa

B
adan Usaha Milik Desa yang disingkat BUM Desa
adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh ma-
syarakat dan pemerintah desa dalam upaya memper-
kuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebu-
tuhan masyarakat dan potensi desa. BUM Desa
merupakan bentuk kelembagaan desa yang memiliki
kegiatan menja- lankan usaha ekonomi atau bisnis untuk
memperoleh man- faat yang berguna bagi kesejahteraan
masyarakat desa. Desa mendirikan BUM Desa bukanlah
semata-mata untuk men- cari keuntungan ekonomis atau
laba, akan tetapi meliputi pula manfaat sosial dan manfaat
non ekonomi lainnya. Man- faat ekonomi yang ingin
diperoleh dari kegiatan usaha BUM Desa adalah
keuntungan atau laba secara finansial, PADes bertambah,
terbukanya lapangan kerja baru bagi warga desa, dan
kegiatan usaha ekonomi desa semakin dinamis. Manfaat
sosial dan non ekonomi lain dari BUM Desa, misal:

Kelayakan Usaha BUM x


memperkuat rasa kebersamaan diantara warga desa,
mem-

xi Kelayakan Usaha BUM


perkokoh kegotongroyongan, menumbuhkan kebanggaan
dari warga terhadap desanya, warga menjadi lebih kerasan
tinggal di desa, mendorong tumbuhnya prakarsa dan
gerak- an bersama warga untuk membangun desa secara
mandiri, kelestarian lingkungan hidup, semakin baiknya
pelayanan pemerintah desa kepada warga, dan
seterusnya.
Dalam Pasal 78 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 tentang Desa dinyatakan bahwa “Dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat dan Desa,
Pemerin- tah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik
Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa”.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada
pasal 87 menye- butkan (ayat 1) Desa dapat mendirikan
Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa; (ayat 2)
BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan
kegotongroyongan; dan (ayat 3) BUM Desa dapat
menjalankan usaha di bi- dang ekonomi dan/atau
pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Kata “dapat” dalam undang-undang
tersebut mengandung pengertian bahwa desa diberi
kesempatan, hak dan kewenangan un- tuk mendirikan
BUM Desa. Oleh karena itu, pendirian BUM Desa
hendaknya dipahami sebagai peluang baru bagi desa
untuk mengembangkan perekonomian desa melalui pen-
dayagunaan potensi desa untuk memenuhi kebutuhan war-
ga desa. Dengan kata lain, unit usaha yang akan dijalankan
BUM Desa hendaknya bertumpu pada potensi dan kebu-

Kelayakan Usaha BUM x


tuhan desa. Pendirian BUM Desa merupakan inisiatif desa,
bukan perintah dari pemerintah supra desa, sehingga pe-
ngelolaannya harus berdasarkan prinsip kemandirian desa
dan semangat kekeluargaan serta kegotongroyongan.
Pendirian BUM Desa antara lain dimaksudkan untuk
me- ngurangi peran para tengkulak yang seringkali
menyebab- kan meningkatnya biaya transaksi (transaction
cost) antara harga produk dari produsen kepada konsumen
akhir. Melalui lembaga ini diharapkan setiap produsen di
perdesaan dapat menikmati selisih harga jual produk
dengan biaya produksi yang layak dan konsumen tidak
harus menanggung harga pembelian yang mahal. BUM
Desa dapat menjadi distributor utama untuk memenuhi
kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako). Selain itu,
BUM Desa berfungsi menumbuh-su- burkan kegiatan
pelaku ekonomi di perdesaan1.
Dengan demikian, BUM Desa merupakan pilar kegiat-
an ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial
(social institution) dan sekaligus komersial (commercial
institution). BUM Desa sebagai lembaga sosial berpihak
kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya
dalam penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai
lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan (laba)
dari berbagai usaha/bisnis yang dijalankannya. BUM Desa
sebagai lembaga perekonomian desa hendaknya diseleng-

1 Lihat http://relawandesa.files.wordpress.com/2008/06/1panduan-BUM Desa.pdf.

xi Kelayakan Usaha BUM


garakan dan dikelola secara profesional, inovatif-kreatif, ra-
sional dan mandiri.
BUM Desa sebagai lembaga desa yang menjalankan
usaha ekonomi harus memperhatikan prinsip efisiensi
dan efektifitas serta kehati-hatian dalam menjalankan
usaha. Oleh karena itu sebelum menjalankan suatu
kegiatan usa- ha terlebih dahulu harus dipertimbangkan
matang-matang kelayakan dari jenis usaha yang akan
dijalankan itu. Kepu- tusan untuk memilih suatu jenis
usaha menjadi bidang usaha BUM Desa bukanlah
persoalan yang mudah. Bi- dang-bidang usaha yang
direncanakan harus layak untuk dijalankan. Cara yang
paling lazim untuk menilai kelayakan usaha adalah
dengan melakukan Kajian Kelayakan Usaha. Oleh karena
itu, pengetahuan tentang Kajian Kelayakan Usaha sangat
penting, karena dalam memulai suatu usaha tidak cukup
hanya mengandalkan pengalaman dan insting (naluri)
saja.

Sutoro Eko Yunanto


Ketua Steering Committee

Kelayakan Usaha BUM x


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PMD................................................................iii


KATA PENGANTAR ACCESS........................................................vii
KATA PENGANTAR FPPD...............................................................xi
DAFTAR ISI.......................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN.....................................................................xix

Bagian I
PENDAHULUAN................................................................................... 1
Apa Itu Kajian Kelayakan Usaha?........................................1
Apa Manfaat dari Kajian Kelayakan Usaha?....................2
Apa Tujuan Kajian Kelayakan Usaha?...............................3
Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan
Kelayakan Usaha?......................................................................5
Aspek Apa yang Perlu Dikaji untuk Menentukan
Kelayakan Usaha?...................................................................10

Bagian II
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN............................................11
Apa Makna Pasar dan Pemasaran?..................................11
x Kelayakan Usaha BUM
Apa yang harus dikaji dari segi pasar dan
pemasaran?...............................................................................14
1. Ketepatan Produk dengan Kebutuhan
Masyarakat.......................................................................14
2. Daya Beli Masyarakat...................................................18
3. Jumlah Konsumen.........................................................20
4. Kecenderungan Permintaan Konsumen...............21
5. Kesesuaian Harga Produk..........................................24
6. Kemudahan Mendapatkan Produk.........................26
7. Kemudahan Mendapatkan Informasi
tentang Produk...............................................................28

Bagian III
ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI........................................37
1. Perencanaan Produk....................................................37
2. Kualitas Produk..............................................................38
2. Perencanaan jumlah Produksi..................................40
3. Persediaan bahan baku...............................................41
4. Kapasitas Produksi........................................................42
5. Pemilihan Teknologi.....................................................43
6. Penentuan Lokasi Usaha.............................................44
7. Perencanaan Tata letak (Layout).............................48

Bagian IV
ASPEK MANAJEMEN DAN SDM.............................................55
Aspek Manajemen...................................................................55
Aspek Sumber Daya Manusia............................................61

Kelayakan Usaha BUM x


Bagian V
ASPEK KEUANGAN.....................................................................67
Kebutuhan Dana dan Sumbernya....................................68
Perkiraan Arus Kas.................................................................76
Perkiraan Laba-Rugi..............................................................79
Penilaian Investasi.........................................................................82

Bagian VI
ASPEK SOSIAL BUDAYA, EKONOMI, POLITIK,
LINGKUNGAN USAHA DAN LINGKUNGAN HIDUP........93
Aspek Sosial Budaya Setempat.........................................93
Aspek Perbaikan Ekonomi Desa.......................................95
Aspek Politik............................................................................. 96
Aspek Lingkungan Usaha....................................................97
Aspek Lingkungan Hidup..................................................100

Bagian VII
ASPEK HUKUM (YURIDIS)........................................................101
1. Bentuk Usaha dan Perijinannya............................102

2. Kesesuaian Usaha BUM Desa dengan


Perencanaan Pembangunan Desa........................103
3. Status Kepemilikan Lahan atau Lokasi
Usaha................................................................................ 104

Bagian VIII
PERENCANAAN USAHA.............................................................107

x Kelayakan Usaha BUM


Bagian IX
PENUTUP.......................................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 121


TENTANG PENULIS...................................................................... 123
PROFIL FPPD..............................................................................125

LAMPIRAN
Lampiran 1
Instrumen Bantu Penilaian Kelayakan Usaha....................127

Lampiran 2
Contoh Perencanaan Usaha (Business Plan).....................139

Kelayakan Usaha BUM x


DAFTAR SINGKATAN

ACCESS Australian Community Development and Civil


Society Strengthening Scheme
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ATK Alat Tulis dan Kantor
BEP Break Even Point
BPD Badan Permusyawaratan Desa
BUM Desa Badan Usaha Milik Desa
FPPD Forum Pengembangan Pembaharuan Desa
KK Kepala Keluarga
NPV Net Present Value
PADes Pendapatan Asli Desa
PI Profitability Index
PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
PP Payback Period
PT Perseroan Terbatas
PV Present Value
RKP Desa Rencana Kerja Pembangunan Desa

xix Kelayakan Usaha BUM


RPJM Desa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
Saprotan Sarana Produksi Pertanian
Sembako Sembilan Bahan Pokok
SDM Sumber Daya Manusia
TPKU Tim Penyusun Kelayakan Usaha

Kelayakan Usaha BUM x


Bagian I
PENDAHULUAN

Apa Itu Kajian Kelayakan Usaha?


Kajian Kelayakan Usaha adalah kegiatan untuk
menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam
melak- sanakan suatu kegiatan usaha (Ibrahim, 2009).
Hasil dari kegiatan kajian kelayakan usaha sangat
berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan, apa- kah menerima atau menolak suatu
gagasan usaha yang direncanakan. Suatu gagasan usaha
dikatakan layak apa- bila terdapat kemungkinan untuk
memperoleh manfaat atau benefit ketika kegiatan usaha
itu benar-benar dijalan- kan.
Pada dasarnya kajian kelayakan usaha dapat dilaksana-
kan untuk mendirikan usaha baru atau dapat pula dalam
rangka pengembangan usaha yang sudah ada (Suherman,
2011). Kajian kelayakan usaha tidak hanya diperlukan pada

Kelayakan Usaha BUM 1


awal pendirian usaha saja, tetapi perlu juga dilakukan pada
saat BUM Desa hendak melakukan pengembangan usaha.

Apa Manfaat dari Kajian Kelayakan Usaha?


Kajian Kelayakan Usaha yang dilakukan dengan sung-
guh-sungguh dan menggunakan cara yang tepat akan
memberikan kemanfaatan, meliputi:

2 Kelayakan Usaha BUM


1. Terpilihnya jenis usaha yang dapat menghasilkan ke-
manfaatan paling besar atau paling layak untuk dilaksa-
nakan.
2. Dapat memperkecil risiko kegagalan usaha atau men-
cegah kerugian.
3. Tersedianya data dan informasi tentang kelayakan usa-
ha akan memudahkan dalam menyusun perencanaan
usaha (business plan).
4. Meningkatnya kemampuan atau keterampilan warga
desa dalam mengelola usaha ekonomi secara rasional
dan modern.
5. Tersedianya informasi tentang prospek usaha yang
dapat menarik warga desa dan pihak lain untuk men-
dukung pengembangan usaha. Misalnya, warga desa
atau lembaga keuangan (bank) tertarik menanamkan
modal atau meminjamkan uang untuk mendukung
pengembangan usaha yang dilakukan BUM Desa.

Apa Tujuan Kajian Kelayakan Usaha?


Tujuan dilakukan Kajian Kelayakan Usaha meliputi:
1. Memperhitungkan keadaan internal desa (potensi de-
sa dan kebutuhan masyarakat) dan eksternal desa
(pe- luang dan ancaman pengembangan usaha)
sebagai acuan dalam perencanaan usaha ekonomi
desa,
2. Memantapkan gagasan usaha ekonomi,

Kelayakan Usaha BUM 3


3. Merencanakan Sumber Daya Manusia (SDM), teruta-
ma untuk menyiapkan orang-orang yang berkualitas
sebagai pengelola unit usaha,
4. Merancang organisasi unit usaha,
5. Memperhitungkan peluang dan risiko usaha,
6. Menentukan jenis usaha yang memungkinkan dan
me- nguntungkan untuk dijalankan.

4 Kelayakan Usaha BUM


Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan Ke-
layakan Usaha?
Penyusunan kelayakan usaha BUM Desa harus
dilaku- kan secara cermat dengan memperhitungkan
banyak hal yang diperkirakan dapat mempengaruhi
jalannya usaha yang akan dilakukan. Semakin lengkap
dan cermat dalam memperhitungkan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi jalannya usaha diharapkan akan
terhindar dari risiko kega- galan usaha karena mengalami
kerugian.
Selain lengkap dan cermat dalam memperhitungkan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jalannya usaha,
penyusunan kelayakan usaha harus didasarkan pertimbang-
an-pertimbangan yang rasional dan realistik. Pertimbangan
rasional artinya, harus memperhitungkan keuntungan atau
kemanfaatan dan kerugian atau dampak negatif yang ke-
mungkinan akan terjadi ketika unit usaha tertentu itu nan-
tinya benar-benar dijalankan. Pertimbangan yang realistis
maksudnya, jenis usaha yang akan dijalankan harus men-
dasarkan diri pada potensi desa, kebutuhan masyarakat,
dan kemampuan nyata atas sumberdaya yang diperlukan
untuk menjalankan usaha.
Penyusunan kelayakan usaha juga harus dilakukan
secara partisipatif dengan melibatkan secara aktif warga
desa, karena unit usaha BUM Desa yang akan dijalankan
pasti akan bersentuhan baik langsung maupun tidak lang-

Kelayakan Usaha BUM 5


sung dengan kehidupan warga desa. Perlu diingat bahwa
BUM Desa adalah lembaga ekonomi milik desa, bukan
milik pribadi aparat desa maupun pengelolanya, sehingga
dalam pelaksanaan usahanya harus dapat dipertanggung-
jawabkan kepada warga desa.

Langkah-langkah penyusunan kelayakan usaha adalah se-


bagai berikut:
1. Pembentukan Tim Penyusun Kelayakan Usaha
(TPKU). Pembentukan TPKU sebaiknya ditetapkan
dengan Su- rat Keputusan Kepala Desa. TPKU sebaiknya
terdiri atas Kepala Desa dan warga desa yang cukup
berpendidikan, mengenal dengan baik keadaan desa,
dan memiliki ko- mitmen (rasa tanggungjawab)
untuk memajukan de- sanya atau yang sering dikenal
sebagai kader-kader penggerak desa. Akan lebih
sempurna apabila diantara anggota TPKU terdapat
orang-orang yang memiliki ke- terampilan dan
pengalaman menjalankan usaha eko- nomi dengan
baik. Jumlah personil TPKU sebaiknya tidak terlalu
banyak (misal: 5-7 orang). Dalam menen- tukan
anggota TPKU hendaknya memperhitungkan ke-
terwakilan perempuan. Keterlibatan perempuan dalam
penyusunan kelayakan usaha dapat mendorong tum-
buhnya gerakan kolektif untuk mengembangkan pere-
konomian desa berdasarkan spirit kesetaraan jender
(kesetaraan antara laki-laki dan perempuan). Pemben-

6 Kelayakan Usaha BUM


tukan TPKU ini lebih diutamakan bagi desa yang
belum terbentuk kelembagaan BUM Desa. Bagi desa
yang te- lah membentuk kelembagaan BUM Desa,
penyusunan kelayakan usaha dapat dilakukan oleh
Pengurus dan Pengelola Unit Usaha BUM Desa.
2. Menemukan potensi desa yang dapat dikembangkan/
didayagunakan melalui pengelolaan usaha/bisnis. Ke-
giatan pada tahap ini dilakukan oleh TPKU. Kegiatan
yang dilakukan adalah mengidentifikasi (mengenali)
dan menginventarisasi (mencatat) potensi yang dimi-
liki desa. Langkah ini diperlukan untuk menemukan
potensi desa yang memungkinkan untuk dijadikan
produk dari unit usaha BUM Desa. Menurut Permenda-
gri No. 12/2007 tentang Pedoman Penyusunan dan
Pendayagunaan Data Profil Desa, menjelaskan bahwa
potensi desa adalah keseluruhan sumber daya yang di-
miliki atau digunakan oleh desa baik sumber daya
ma- nusia, sumber daya alam dan kelembagaan
maupun prasarana dan sarana untuk mendukung
percepatan kesejahteraan masyarakat. Sebagai
contoh, potensi desa itu berupa: sumber air bersih,
sungai, keindahan alam, jumlah penduduk, mata
pencaharian penduduk, hasil
pertanian/perkebunan/kehutanan, hasil industri/
kerajinan rumahtangga, pasar desa, prasarana jalan,
kesenian daerah, keuangan pemerintah desa dan la-
in-lain. Salah satu sumber data yang sangat penting

Kelayakan Usaha BUM 7


untuk mengidentifikasi potensi desa adalah dokumen
profil desa. Semakin baik kualitas penyusunan profil
desa, maka akan sangat membantu dalam mengenali
potensi desa dengan tepat. Cara lain yang dapat dila-
kukan untuk mengenali potensi desa adalah dengan
pengamatan langsung terhadap keadaan desa dan
menjaring informasi dari warga desa.
3. Mengenali kebutuhan sebagian besar warga desa mau-
pun masyarakat luas (masyarakat luar desa).
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menanyakan
langsung ke- pada warga desa tentang jenis barang
atau jasa yang mereka harapkan dapat dilayani
melalui BUM Desa. Dapat pula dilakukan dengan cara
mengamati atau bertanya kepada pemilik toko dan
pedagang di pasar mengenai jenis barang yang laris
terjual. khususnya barang-barang yang sekiranya
dapat diproduksi atau disediakan oleh BUM Desa.
Informasi tentang jenis kebutuhan masyarakat
tersebut kemudian dicatat. Ke- giatan pada tahap ini
dilakukan oleh TPKU. Langkah ini sangat diperlukan
untuk memperoleh informasi tentang kebutuhan
warga desa maupun masyarakat luas sebagai dasar
untuk menentukan jenis usaha yang akan dijalankan
dan produk (barang dan jasa) yang akan ditawarkan.
Warga desa dan masyarakat luas merupakan calon
konsumen dari produk yang ditawarkan. Dengan
demikian, semakin tepat dalam

8 Kelayakan Usaha BUM


mengenali kebutuhan calon konsumen, maka produk
yang ditawarkan unit usaha BUM Desa berpeluang
be- sar dapat diterima (dibeli) oleh konsumen.
4. Menggagas bersama warga desa untuk menentukan
pilihan-pilihan jenis usaha yang memungkinkan
untuk dilakukan. Pada tahap ini TPKU terlebih dahulu
telah menyusun rancangan alternatif jenis usaha
beser- ta hasil kajian aspek-aspek kelayakan usaha
dan ke- mungkinan pengembangannya. Rancangan
alternatif usaha beserta kajian kelayakan usaha
kemudian dita-

Kelayakan Usaha BUM 9


warkan kepada warga desa untuk dibahas bersama
melalui forum musyawarah desa.
5. Menggalang kesepakatan warga untuk menentukan
unit usaha ekonomi desa yang akan diwadahi BUM
Desa. Kesepakatan bersama warga desa sangat diper-
lukan untuk memperoleh dukungan dalam menjalan-
kan dan mengembangkan suatu unit usaha BUM
Desa. Ketika warga desa menyepakati pendirian unit
usaha BUM Desa, maka tentunya mereka merasa ikut
memiliki dan bertanggungjawab atas keberlangsung-
an usaha. Kesepakatan mendirikan unit usaha BUM
Desa bersama warga desa hendaknya dilakukan
mela- lui forum musyawarah desa.

Aspek Apa yang Perlu Dikaji untuk Menentu-


kan Kelayakan Usaha?
Pada umumnya aspek-aspek yang dikaji dalam me-
nentukan/menilai kelayakan usaha meliputi:
1. Aspek Pasar dan Pemasaran
2. Aspek Teknis dan Teknologi
3. Aspek Manajemen dan SDM
4. Aspek Keuangan
5. Aspek Ekonomi, Sosial Budaya, Politik, dan Lingkungan
6. Aspek Hukum (Yuridis)

1 Kelayakan Usaha BUM


Bagian II
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Apa Makna Pasar dan Pemasaran?


Pasar, dalam pengertian sempit diartikan sebagai
tempat bertemunya penjual dan pembeli. Sebagai con-
toh, kita mengenal istilah “Pasar Ikan”. Istilah ini
menunjuk suatu tempat bertemunya orang yang
menawarkan (men- jual) ikan dan orang yang
membutuhkan (membeli) ikan. Dalam pengertian luas,
pasar merupakan pertemuan an- tara penjual dan pembeli
untuk melakukan tawar-menawar sehingga terbentuk
harga. Pengertian pasar itu tidak se- lalu menunjuk
tempat, karena interaksi (pertemuan) an- tara penjual
dan pembeli tidak harus bertemu di suatu tempat tetapi
dapat melalui media lain, misalnya melalui telepon, surat-
menyurat, internet, dan lain-lain (Subagyo, 2007). Fungsi
penawaran itu dilakukan oleh pihak penju- al, sedangkan
pembeli melakukan fungsi permintaan.

Kelayakan Usaha BUM 1


Penawaran dan permintaan itu berupa barang dan/atau
jasa. Apabila tawar-menawar antara penjual dan pembeli
menghasilkan kesesuaian harga, maka terjadilah transaksi
jual-beli barang atau jasa. Dengan demikian akan terben-
tuk pasar apabila: terdapat penjual dan pembeli; terdapat
barang atau jasa yang diperjual-belikan; dan terjadi kese-
suaian harga dari hasil tawar-menawar antara penjual
dan pembeli.
Pemasaran adalah sebuah proses dalam memuaskan
kebutuhan dan keinginan manusia. Jadi, segala kegiatan
dalam hubungannya dengan pemberian kepuasan terha-
dap kebutuhan dan keinginan manusia merupakan ba-
gian dari makna pemasaran. Pemasaran dimulai dengan
pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian tumbuh
menjadi keinginan manusia. Contohnya, setiap orang ten-
tu membutuhkan pakaian. Ketika tersedia kain, maka kain
tersebut dapat dibuat sendiri atau dibawa ke penjahit untuk
dijadikan pakaian sehingga kebutuhan pakaian terpenuhi.
Namun orang tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya,
ia juga ingin memenuhi keinginannya misalnya tersedianya
“pakaian jadi” dengan model dan corak yang memenuhi
seleranya. Terlebih jika “pakaian jadi” tersebut harganya
terjangkau, maka orang lebih memilih untuk membeli “pa-
kaian jadi” daripada membeli kain untuk dibuat pakaian,
karena selain sesuai dengan kebutuhannya (kebutuhan
pakaian) juga sesuai dengan keinginannya (praktis-
tinggal

1 Kelayakan Usaha BUM


pakai dan sesuai selera). Proses dalam pemenuhan kebu-
tuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep
pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (barang dan/
atau jasa), penetapan harga, pengiriman barang, dan
mempromosikan barang/jasa.
Pelajaran berharga yang dapat kita peroleh dari makna
pasar dan pemasaran tersebut adalah, rencana kegiatan
usaha BUM Desa tidaklah cukup hanya memusatkan perha-
tiannya pada kemampuan memproduksi barang dan/atau
jasa, melainkan harus dipikirkan pula kemampuan me-
nentukan pasar dan strategi pemasarannya. Dengan kata
lain, kegiatan usaha BUM Desa berpeluang sukses apabila
kemampuan produksinya tinggi dan disertai kemampuan
penguasaan pasar dan pemasaran produk yang
dihasilkan. Sebaliknya, apabila BUM Desa memiliki
kemampuan pro- duksi (barang/jasa) yang tinggi, tetapi
tidak ada kejelasan kepada siapa produk itu hendak
dijual, apakah produk itu dibutuhkan orang banyak dan
bagaimana cara pemasaran- nya, maka risikonya banyak
produk tidak terjual dan akhir- nya bangkrut. Oleh karena
itu, agar rencana kegiatan usaha BUM Desa dapat
mencapai kesuksesan diperlukan kajian terhadap
kelayakan usaha dari aspek pasar dan pe- masaran.

Kelayakan Usaha BUM 1


Apa yang harus dikaji dari segi pasar
dan pemasaran?
Berdasarkan pengertian pasar dan pemasaran, maka
beberapa hal yang harus dikaji dalam menilai kelayakan
usaha sebagai berikut:

1. Ketepatan Produk dengan Kebutuhan Masyarakat.


Hal ini sangat penting
untuk memastikan
bahwa barang atau
jasa yang akan di- Sebelum unit usaha BUM Desa memproduksi baran
produksi benar-benar
dibutuhkan dan dapat
memenuhi keinginan
masyarakat atau ca-
lon konsumen untuk
jangka waktu yang
panjang.
Dalam ilmu ekonomi
dikenal istilah riset pasar, yaitu suatu kegiatan pe-
nelitian untuk mengetahui produk-produk apa yang
banyak dibutuhkan masyarakat (konsumen), jenis-
jenis produk apa yang sudah beredar di pasaran, ciri-
ciri konsumen pengguna produk, persaingan antar
produk di pasaran, dan seterusnya. Kegiatan riset
pasar juga perlu dilakukan BUM Desa dalam rangka

1 Kelayakan Usaha BUM


merencanakan suatu kegiatan usaha. Apabila pasar
yang hendak dituju masih dalam batas satu wilayah
desa, riset pasar dapat dilakukan dengan cara penga-
matan, wawancara dengan warga desa atau melalui
diskusi (rembugan) melalui forum-forum pertemuan
warga. Sudah barang tentu wilayah riset pasar akan
semakin luas apabila pasar yang hendak dituju BUM
Desa melampaui batas desa.
Dari hasil riset pasar dapat diperoleh data dan infor-
masi jenis produk yang dibutuhkan dan diminati ma-
syarakat. Hasil riset pasar ini kemudian digunakan
se- bagai bahan pertimbangan dalam menentukan
jenis

Kelayakan Usaha BUM 1


produk yang akan dihasilkan. Sebagai contoh: apabila
sebagian besar warga desa menggeluti pekerjaan sek-
tor pertanian, maka kegiatan usaha yang lebih cocok
adalah pelayanan kebutuhan sarana produksi perta-
nian (saprotan). Apabila warga masyarakat terkendala
dalam pemenuhan air bersih karena sumber airnya
terletak di tempat yang jauh dari permukiman, maka
kegiatan usaha pelayanan air bersih dengan pema-
sangan sambungan pipa ke rumah-rumah penduduk
lebih layak untuk dilakukan. Bagi desa non-pertanian
yang terletak cukup jauh dari perkotaan, maka lebih
layak untuk membuka usaha penyediaan/pelayanan
sembako, demikian seterusnya.

1 Kelayakan Usaha BUM


Dalam merencanakan kegiatan usaha BUM Desa
langkah yang lebih tepat dilakukan adalah memasti-
kan terlebih dahulu jenis produk (barang/jasa) yang
dibutuhkan masyarakat, baru kemudian menentukan
jenis produk yang akan dijual. Bukan sebaliknya, me-
nentukan produk dulu baru kemudian mencari pasar,
karena pasar atau konsumen itu tidak dapat didikte
atau dipaksa oleh produsen (dalam hal ini oleh BUM
Desa).
Perlu pula diperhatikan keadaan lingkungan desa dan
sekitarnya. Apakah sudah ada kegiatan usaha sejenis
yang dilakukan oleh warga atau BUM Desa di desa-
de- sa sekitarnya. Ini berkaitan dengan analisis
persaingan bisnis. Apabila ada warga desa yang sudah
melakukan kegiatan usaha yang menawarkan produk
tertentu, maka tidak layak jika kegiatan usaha BUM
Desa me- nawarkan produk sejenis karena berpotensi
menyaingi dan mematikan usaha milik warga. Namun,
bisa saja kegiatan usaha BUM Desa menawarkan
produk seje- nis dengan yang diusahakan warga desa,
sepanjang usaha BUM Desa tersebut untuk
mendukung keber- langsungan usaha warga.
Misalnya: BUM Desa mem- buka usaha grosir untuk
menyuplai barang dagangan bagi kegiatan usaha
warga. Selain itu, kegiatan usaha BUM Desa
hendaknya menghindari pemilihan produk yang
sejenis dengan yang sudah diusahakan oleh

Kelayakan Usaha BUM 1


BUM Desa di desa tetangga. Sebaiknya produk yang
dipilih adalah produk-produk yang khas/berbeda teta-
pi tetap merupakan kebutuhan masyarakat. Tindakan
ini dapat memberikan dua keuntungan, yaitu: dapat
menghindari konflik dengan desa tetangga karena
bu- kan menjadi pesaingnya, dan memungkinkan
untuk perluasan pasar karena dapat memasarkan
produk ke desa tetangga.

2. Daya Beli Masyarakat


Perlu diingat bahwa
se- tiap calon
konsumen belum
tentu memiliki daya Pastikan bahwa masyarakat atau calon konsumen m
beli atau kemam-
puan untuk membeli.
Meskipun produk yang
ditawarkan unit usaha
BUM Desa sesuai de-
ngan kebutuhan dan
keinginan masyarakat/
calon konsumen, teta-
pi kalau tidak disertai kemampuan atau daya beli,
maka produk yang ditawarkan kemungkinan besar
tidak laku jual (kurang/sedikit pembeli).
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu maksud dari
kegiatan usaha BUM Desa itu untuk memperoleh

1 Kelayakan Usaha BUM


keuntungan atau laba usaha. Keuntungan itu dapat
diperoleh apabila banyak konsumen yang bersedia
dan mampu membeli produk yang ditawarkan. Ke-
mampuan masyarakat untuk membeli produk atau
daya beli masyarakat sangat berkaitan dengan
tingkat pendapatan masyarakat.
Untuk mendapatkan gambaran tentang daya beli
masyarakat dapat dilakukan dengan cara melakukan
kajian data pendapatan warga masyarakat desa yang
tercatat dalam dokumen profil desa. Apabila adminis-
trasi pemerintahan desa dikelola dengan baik tentunya
pemerintah desa memiliki dokumen profil desa yang
baik, sehingga sangat membantu dalam mengkaji
daya beli masyarakat. Selain melalui kajian data pro-
fil desa, gambaran daya beli masyarakat dapat pula
diperoleh melalui pengamatan. Dalam melakukan
pengamatan perlu menggunakan indikator (penanda)
yang dapat menggambarkan tingkat pendapatan alias
daya beli masyarakat. Indikator daya beli itu
misalnya: kualitas bangunan rumah warga, luas
lahan, hasil pa- nen, pemilikan alat-alat rumahtangga
dan barang-ba- rang berharga (misalnya: hand
phone, sepeda motor, mobil, dan benda-benda
berharga lainnya).
Apabila hasil kajian menunjukkan bahwa masyarakat
memiliki daya beli terhadap produk yang direncana-
kan, maka rencana kegiatan usaha BUM Desa dapat

Kelayakan Usaha BUM 1


dinyatakan layak. Sebaliknya, jika ternyata daya beli
masyarakat rendah dan tidak ada cara untuk menyia-
satinya, maka rencana kegiatan usaha BUM Desa
tidak layak dilakukan dan sebaiknya ditunda atau
dihentikan sama sekali.

3. Jumlah Konsumen
Konsumen yang memiliki
kemauan dan kemampuan
untuk membeli seringkali
Sebelum kegiatan usaha BUM Desa dijalank
tidak sebanyak yang kita ha-
rapkan sehingga kegiatan
usaha tidak memperoleh ke-
untungan secara memadai,
atau bahkan mengalami ke-
rugian.
Semakin banyak konsumen yang memiliki kemauan
(berminat) dan daya beli yang cukup/tinggi maka
produk yang ditawarkan BUM Desa dapat laku jual,
sehingga dapat mendatangkan keuntungan yang
memadai. Keuntungan yang diperoleh dari kegiat-
an usaha itulah yang memungkinkan BUM Desa da-
pat menjalankan dan mengembangkan usaha secara
berkelanjutan. Dengan demikian, apabila jumlah
konsumen cukup banyak dan diperkirakan mampu
membeli sebagian besar atau semua produk yang di-

2 Kelayakan Usaha BUM


tawarkan, maka rencana kegiatan usaha BUM Desa
dapat dinyatakan layak untuk dijalankan.
Bagaimana kalau ternyata jumlah konsumen dari da-
lam desa hanya sedikit?
• Pertama, mempromosikan barang atau jasa yang
akan ditawarkan oleh BUM Desa untuk menarik
minat warga desa untuk membelinya. Apabila
me- lalui promosi tidak mampu meningkatkan
jumlah konsumen dari dalam desa sendiri, maka
dapat diupayakan menambah konsumen dari
luar desa sehingga mencapai jumlah yang
diharapkan. Apabila upaya ini berhasil, maka
rencana kegiatan usaha dapat menjadi layak
untuk dijalankan.
• Kedua, apabila upaya menambah konsumen
tidak mungkin dilakukan, maka rencana kegiatan
usaha dihentikan saja karena tidak layak
dijalankan.

4. Kecenderungan Permintaan Konsumen


Bagi pengusaha yang cerdik,
kemungkinan pengembang-
an sudah mulai dipikirkan Pastikan bahwa permin- taan barang/jasa y
sejak membuat rencana
usaha. Meskipun disadari
bahwa pada tahap awal me-
mulai kegiatan usaha masih

Kelayakan Usaha BUM 2


memiliki keterbatasan ke-

2 Kelayakan Usaha BUM


mampuan dalam memproduksi dan atau menjual
produk, namun bagi pengusaha yang ulet selalu me-
miliki cita-cita untuk mencapai kesuksesan setinggi-
tingginya di kemudian hari. Untuk menggapai cita-
cita itu, ia akan berupaya agar produk yang
dihasilkan dan atau dijualnya semakin lama banyak
diminati oleh konsumen. Salah satu upaya yang
ditempuh adalah menentukan pilihan produk yang
selalu dibutuhkan banyak orang.
Demikian pula halnya dengan BUM Desa, kegiatan
usahanya akan tumbuh dan berkembang jika permin-
taan konsumen terhadap produk yang ditawarkan
cenderung meningkat. Dengan meningkatnya
permin- taan produk maka kegiatan usaha BUM Desa
dapat meningkatkan jumlah produksinya. Untuk itu,
sejak merencanakan kegiatan usaha perlu
memperhitung- kan kemungkinan peningkatan
permintaan produk yang akan dijual.
Peningkatan permintaan produk dapat terjadi karena
dua hal. Pertama, permintaan unit produk setiap kon-
sumen sebenarnya relatif tetap, tetapi jumlah kon-
sumennya bertambah banyak sehingga permintaan
unit produk secara kumulatif (secara keseluruhan) ber-
tambah banyak. Ini dapat terjadi manakala BUM Desa
mampu memperluas wilayah pemasaran produknya.
Dengan demikian, BUM Desa dalam merencanakan

Kelayakan Usaha BUM 2


kegiatan usaha harus memperhitungkan kemungkin-
an perluasan pasarnya. Kedua, jumlah konsumen se-
benarnya relatif tetap, tetapi permintaan unit produksi
setiap konsumen bertambah sehingga secara kumu-
latif permintaan unit produk yang ditawarkan BUM
Desa menjadi semakin banyak pula. Ini dapat terjadi
karena adanya peningkatan kebutuhan konsumen
terhadap produk yang ditawarkan BUM Desa dan
didukung terjadinya perbaikan kondisi ekonomi kon-
sumen. Oleh karena itu, dalam merencanakan ke-
giatan usaha BUM Desa harus dipikirkan pemilihan
produk secara tepat agar produk yang ditawarkan se-
lalu menjadi kebutuhan konsumen. Selain itu, perlu
pula dibuat perkiraan (proyeksi) tentang kecenderung-
an perubahan perekonomian masyarakat (cenderung
meningkat, relatif tetap, atau bahkan menurun).
Untuk membuat perkiraan ini, dapat dilakukan melalui
kajian data profil desa atau dapat pula dengan
mengamati perubahan kondisi ekonomi masyarakat.
Apabila hasil Kajian Kelayakan Usaha menunjukkan
permintaan produk (barang/jasa) cenderung mening-
kat, maka kegiatan usaha BUM Desa yang direncana-
kan semakin layak untuk dijalankan. Jika ternyata hasil
kajian kelayakan menunjukkan permintaan produk
cenderung tetap, maka kegiatan usaha yang direnca-
nakan dapat dinyatakan cukup layak, tetapi dengan

2 Kelayakan Usaha BUM


risiko BUM Desa akan mengalami kendala dalam
pengembangan usahanya. Sebaliknya, jika hasil kajian
kelayakan menunjukkan permintaan produk di masa
mendatang cenderung menurun, maka sebaiknya
kegiatan usaha yang direncanakan dihentikan saja
ka- rena kalau kegiatan usaha tersebut dilaksanakan
tidak akan berumur panjang.

5. Kesesuaian Harga Produk


Kegiatan usaha BUM Desa
dalam menghasilkan produk
sudah barang tentu harus Dalam menetapkan har- ga, harus dipastika
mengeluarkan sejumlah bia-
ya dan mengharapkan bagi-
an keuntungan (marjin laba)
dari produk yang dijual ke-
pada konsumen. Di sisi lain,
konsumen bersedia untuk
membeli barang/jasa jika harga yang ditawarkan unit
usaha BUM Desa dapat mereka terima dan sesuai de-
ngan kualitas produk yang dibeli. Penentuan harga
bu- kanlah persoalan yang mudah. Seringkali harga
tidak sekedar biaya produksi ditambah marjin laba
yang di- harapkan. Terdapat faktor psikologi harga
yang sering berpengaruh pada penentuan harga.
Sebuah produk yang ditawarkan produsen/penjual
dengan harga mu-

Kelayakan Usaha BUM 2


rah belum tentu diminati oleh konsumennya. Untuk
mengantisipasi hal ini BUM Desa harus mampu mey-
akinkan konsumen bahwa mereka (konsumen) akan
memperoleh kualitas produk yang sepadan dengan
harga yang dibayar.

Dalam konteks harga, yang lebih penting dipertim-


bangkan adalah harga yang ditawarkan dapat diterima
masyarakat/konsumen dan tidak merugikan BUM Desa.
Oleh karena itu, meskipun dengan harga tertentu BUM
Desa hanya mendapatkan sedikit laba tetapi unit usaha

2 Kelayakan Usaha BUM


yang akan dijalankan dapat memberikan kemanfaatan
bagi kesejahteraan warga desa, maka suatu unit usaha
dapat dipertimbangkan layak untuk dijalankan. Ini sekali-
gus untuk menegaskan bahwa pendirian BUM Desa bukan
semata-mata untuk mengejar keuntungan setingi-tinggin-
ya, tetapi demi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Namun demikian, apabila harga yang dapat diterima oleh
konsumen di bawah biaya produksi sehingga merugikan
BUM Desa, maka kegiatan usaha yang direncanakan tidak
perlu dilanjutkan karena tidak layak dilaksanakan.

6. Kemudahan Mendapatkan Produk


Ini menyangkut kua-
litas pelayanan BUM
Desa kepada ma-
syarakat/ konsumen. Pastikan bahwa produk (ba- rang/jasa) yang akan di
Produk berupa ba-
rang atau jasa akan
memiliki peluang le-
bih besar untuk dibeli
oleh konsumen jika
produk tersebut mu-
dah diperoleh. Seba-
liknya, apabila untuk memperoleh produk tersebut
cukup menyulitkan pembeli, kemungkinan besar
konsumen enggan membeli produk yang ditawarkan

Kelayakan Usaha BUM 2


atau konsumen akan membeli produk yang sama ke-
pada pihak lain yang mampu memberikan kemuda-
han dalam memperolehnya. Saat ini persaingan bis-
nis sangat ketat. Ini dapat kita ketahui dari
banyaknya pelaku usaha yang menawarkan produk
sejenis. Kuali- tas pelayanan menjadi salah satu kunci
untuk meme- nangkan dalam persaingan bisnis.
Meskipun sebuah produk ditawarkan dengan harga
yang lebih murah tetapi pelayanannya kurang baik
sehingga merepot- kan konsumen untuk
memperolehnya, kemungkinan besar tidak banyak
konsumen yang mau membeli produk tersebut.
Uraian di atas ingin menegaskan bahwa cara
produsen atau penjual dalam
mendistribusikan/mengantarkan produk ke
konsumen sangat mempengaruhi terjadi- nya
transaksi. Dalam dunia usaha sangat dikenal istilah
“pembeli adalah raja”. Artinya, pembeli akan merasa
senang dan bersedia membeli secara berulang-ulang
(berlangganan) apabila dirinya merasa dipermudah
dalam memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan.
Dalam kaitannya dengan BUM Desa, kegiatan usaha
yang direncanakan harus mampu memberikan jami-
nan kemudahan bagi konsumen untuk memperoleh
produk yang ditawarkan. Misalnya: produk diantar
sampai ke rumah konsumen. Apabila konsumen yang
harus datang ke tempat pelayanan, maka tempat pe-

2 Kelayakan Usaha BUM


layanan harus dipilih yang paling mudah dijangkau
oleh semua konsumen.

7. Kemudahan Mendapatkan Informasi tentang


Produk
Produk berupa ba-
rang atau jasa akan
memiliki peluang le-
bih besar untuk dibeli Pastikan bahwa informasi pro- duk (barang/jasa) da
oleh konsumen jika
konsumen mengeta-
hui informasi tentang
produk tersebut. Cara
produsen/penjual
menginformasikan
produknya (dalam is-
tilah pemasaran disebut dengan kegiatan promosi)
sangat mempengaruhi terjadinya transaksi. Informasi
yang tersebar luas, rinci, jelas dan jujur mengenai
spe- sifikasi barang atau jasa, misalnya: bentuk/jenis,
kegu- naan, keunggulan, harga, dan informasi tentang
cara mengatasi jika terjadi kendala yang dialami
konsumen atas penggunaan produk, menjadi sangat
penting dalam pemasaran. Promosi produk yang
ditawarkan dapat dilakukan dengan bermacam-
macam cara, mi- salnya: dengan membuat leaflet
yang dibagikan kepa-

Kelayakan Usaha BUM 2


da warga desa dan/atau ditempel di tempat-tempat
strategis, membagikan sticker untuk ditempel di ken-
daraan atau di rumah warga, atau dapat juga ditempuh
promosi “dari mulut ke mulut” (dalam bahasa Jawa:
tutur tinular atau gethok tular). Selain tersedianya
me- dia informasi juga diperlukan petugas yang
mumpuni (ramah dan menguasai informasi tentang
produk yang ditawarkan) dan mudah ditemui setiap
saat. Ini untuk meyakinkan konsumen bahwa BUM
Desa mampu memberi pelayanan yang berkualitas.
Kualitas pelayan an yang baik merupakan bentuk
promosi yang efektif.

3 Kelayakan Usaha BUM


Kajian terhadap unsur-unsur pemasaran
sebagaimana telah dipaparkan, satu sama lain saling
berkaitan sehingga semakin lengkap unsur yang dikaji akan
semakin baik/tepat hasilnya. Oleh karena itu, analisis
hendaknya dilakukan se- cara cermat, sehingga dapat
diketahui apakah kegiatan usaha yang akan digeluti oleh
BUM Desa itu layak atau tidak layak ditinjau dari aspek
pemasaran. Semakin banyak unsur-unsur yang mendukung
pemasaran, maka semakin layak kegiatan usaha yang
direncanakan. Sebaliknya, se- makin banyak unsur-unsur
yang tidak mendukung pema- saran, maka kurang/tidak
layak kegiatan usaha yang diren- canakan itu. Jika ide
membuka unit usaha BUM Desa dari aspek pemasaran
untuk produk yang direncanakan dinilai tidak layak, maka
perlu dicari alternatif perbaikan agar aspek pemasaran
menjadi layak. Jika memang tidak ada jalan lain, maka
lebih tepat mengambil keputusan untuk menunda atau
bahkan membatalkan rencana usaha terse- but.
Kotak 1 mengilustrasikan praktik kajian aspek pasar
dan pemasaran dalam rangka kajian kelayakan usaha
yang dilakukan oleh BUM Desa di salah satu desa mitra
ACCESS Tahap II, yaitu BUM Desa “Ganting” di Desa Labbo
Kecamat- an Tompobulu Kabupaten Bantaeng.

Kelayakan Usaha BUM 3


Kotak 1.

BUM Desa “GANTING” di Desa Labbo Kecamatan Tompobulu


Kabupaten Bantaeng telah melakukan kajian kelayakan aspek
pasar dan pemasaran untuk Unit Usaha Pengelolaan Air Mi-
num, sebagai berikut:

1. Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan air minum


Ketersediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan
dasar bagi warga masyarakat. Desa Labbo memiliki sungai
dan sejumlah mata air yang terdapat di puncak bukit yang
dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air
minum sejak dahulu sampai sekarang. Letak sumber air
minum tersebut cukup jauh dari sebagian besar
permukim- an penduduk (sekitar 4–5 km). Program Care
dan PNPM Mandiri Pedesaan telah memberi bantuan
pembangunan bak penampungan air dan sarana
perpipaan untuk meman- faatkan sumber air tersebut.
Namun demikian, sarana perpipaan tersebut belum
dikelola secara baik sehingga distribusi air tidak merata,
dan menimbulkan konflik antar warga.
Keadaan tersebut membuktikan bahwa warga masyarakat
sangat membutuhkan pengelolaan air bersih yang dapat
memberi kemudahan dan pemerataan dalam
memperoleh kecukupan air bersih untuk memenuhi
kebutuhan hidup se-

3 Kelayakan Usaha BUM


hari-hari. Dengan demikian, usaha pengelolaan air minum
dengan perpipaan yang dilengkapi dengan alat meter air
sesuai dengan kebutuhan warga masyarakat.

2. Daya beli masyarakat


Warga Desa Labbo secara umum memiliki pendapatan/
penghasilan yang bersumber dari mata pencaharian yang
ditekuni, sehingga masyarakat memiliki daya beli. Harga
atau biaya satuan penggunaan air minum dapat dimusya-
warahkan bersama warga desa, sehingga dapat diperoleh
harga yang sesuai dengan kemampuan (daya beli) masya-
rakat. Lagi pula, kegiatan usaha pengelolaan air minum

Kelayakan Usaha BUM 3


dengan menggunakan meteran air dapat membantu ma-
syarakat untuk memperhitungkan penggunaan air sesuai
dengan kemampuannya.

3. Target pasar dan jumlah konsumen


Pasar yang akan dibidik adalah warga masyarakat Desa
Labbo yang selama ini telah memanfaatkan sarana perpi-
paan milik desa. Khususnya warga desa atau rumahtangga
yang bermukim di 5 (lima) dusun terjauh dari sumber air
merupakan target pasar yang utama, jumlahnya sekitar
400

3 Kelayakan Usaha BUM


KK. Untuk sementara waktu jumlah KK inilah yang
ditarget- kan menjadi konsumen atau pelanggan.
Sedangkan jumlah penduduk Desa Labbo pada tahun ini
(2010) sebanyak 883 KK yang terdiri atas 741 KK laki-laki
dan 142 KK perempuan.
Dengan demikian, rumahtangga yang dijadikan sebagai
kon- sumen jumlahnya baru mencapai separo dari jumlah
ru- mahtangga yang ada. Ke depan, sesuai dengan
pertambah- an jumlah penduduk dan perkembangan
kemampuan BUM Desa dapat dipastikan jumlah
konsumen akan bertambah semakin banyak.

4. Kondisi persaingan.
Desa-desa terdekat dengan Desa Labbo tidak ada yang
me- lakukan kegiatan usaha pengelolaan air minum,
sehingga dapat dikatakan kegiatan usaha pengelolaan air
minum tidak ada pesaing. Keadaan ini memperbesar
peluang un- tuk memperoleh jumlah pelanggan atau
konsumen yang semakin banyak.

5. Harga langganan air minum


Penentuan harga langganan dapat dimusyawarahkan
bersa- ma warga desa berdasarkan prinsip tidak saling
memberat- kan. Artinya, harga yang disepakati tidak
memberatkan kon- sumen dan tidak merugikan BUM
Desa. Untuk menentukan

Kelayakan Usaha BUM 3


harga langganan dilakukan secara rasional dan transparan
sehingga warga desa dapat menerima ketentuan biaya
ber- langganan sebagai harga yang wajar. Penentuan
harga de- ngan cara musyawarah diyakini akan menarik
minat warga desa untuk menjadi pelanggan.

6. Kemudahan yang diperoleh konsumen.


Kegiatan usaha pengelolaan air minum dilakukan dengan
cara memasang sarana perpipaan dan meteran air sampai
di rumah-rumah penduduk, sehingga konsumen tinggal
membuka kran langsung memperoleh air bersih sesuai
yang dibutuhkan. Selain itu, dengan dipasangnya alat
meteran air akan memudahkan pelanggan untuk
mengontrol peng- gunaan air.

Berdasarkan hasil kajian aspek pasar dan pemasaran,


ternyata seluruh unsur yang dikaji menunjukkan keadaan
yang mendukung pemasaran jasa layanan air bersih. De
ngan demikian, aspek pasar dan pemasaran produk dari
kegiatan usaha pengelolaan air bersih BUM Desa Ganting
dapat dinyatakan layak.

3 Kelayakan Usaha BUM


Kelayakan Usaha BUM 3
Bagian III
ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI

K
ajian terhadap aspek teknis dan teknologi merupa-
kan hal penting untuk dilakukan dalam penyusunan
kelayakan usaha. Kajian pada aspek ini dimaksud-
kan untuk mengetahui apakah secara teknis suatu unit
usa- ha BUM Desa dapat dioperasikan (dijalankan) dan
apakah teknologi yang diperlukan tersedia.
Ada 8 unsur pokok kelayakan usaha yang dinilai dari
aspek teknis dan teknologi, yaitu:

1. Perencanaan Produk
Agar barang atau jasa yang
Pastikan bahwa produk yang dihasilkan sesu
akan diproduksi laku dijual,
maka pilihan produk yang
akan dijual adalah barang
atau jasa yang dapat meme-
nuhi kebutuhan konsumen.

Kelayakan Usaha BUM 3


Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian kajian as-
pek pasar, sebelum kegiatan usaha BUM Desa mem-
produksi barang atau jasa harus dilakukan kegiatan
riset pasar terlebih dahulu. Riset pasar menghasilkan
informasi tentang jenis produk yang dibutuhkan dan
diinginkan oleh calon konsumen. Informasi pasar ini
menjadi bahan masukan utama untuk merencanakan
jenis produk (barang/jasa) yang akan dihasilkan. In-
formasi pasar yang lengkap dan akurat akan sangat
mendukung ketepatan dalam memilih produk yang
direncanakan. Perencanaan produk yang tepat lebih
menjamin produk yang akan dihasilkan dapat laku di-
jual.

2. Kualitas Produk
Kualitas produk (barang
atau jasa) merupakan hal
penting bagi konsumen.
Pastikan bahwa produk yang akan ditawark
Produk yang akan
dihasilkan unit usaha BUM
Desa akan laku jual apabila
berkualitas. Kualitas
produk, baik yang berupa
barang maupun jasa, dapat
dinilai berdasarkan be-
berapa segi.

3 Kelayakan Usaha BUM


a. Kualitas produk yang berupa barang dapat
dinilai dari segi:
1) Daya guna, yaitu barang yang ditawarkan
memiliki kegunaan.
2) Kekhasan, yaitu barang yang ditawarkan
memiliki kekhasan jika dibandingkan
dengan barang sejenis yang ada dipasaran.
3) Kehandalan, yaitu barang yang ditawarkan
ketika digunakan dalam periode waktu ter-
tentu dapat berfungsi dengan baik.
4) Ketepatan, yaitu spesifikasi barang yang di-
tawarkan sesuai dengan yang diinginkan
konsumen. Misalnya, jika konsumen meng-
inginkan gula pasir yang putih bersih dan
dibungkus dengan bobot 1 kg/bungkus, ma-
ka gula pasir yang dijual oleh unit usaha
BUM Desa harus sesuai dengan keinginan
konsu- men itu dan ukurannya harus tepat.
5) Daya tahan, yaitu masa pakai atau
keawetan barang dapat berumur relatif
lama.
6) Estetis, yaitu keindahan atau kerapihan ba-
rang. Barang yang dikemas dengan apik (ra-
pih, bersih dan indah) lebih menarik konsu-
men untuk membelinya.

Kelayakan Usaha BUM 3


b. Kualitas produk yang berupa jasa dapat dinilai
dari segi:
1) Keandalan, yaitu kemampuan untuk mem-
berikan pelayanan yang sesuai dengan janji
yang ditawarkan.
2) Kesigapan, meliputi: kesigapan karyawan
dalam melayani pelanggan, ketepatan karya-
wan dalam menangani transaksi, dan pena-
nganan keluhan pelanggan.
3) Jaminan kepastian, meliputi: kepastian
waktu, harga, informasi tentang produk, dan
macam-macam pelayanan yang dijanjikan.
4) Perhatian, meliputi: kemudahan untuk
meng- hubungi BUM Desa, keramahan dan
keso- panan petugas dalam memberi
pelayanan, dan upaya untuk memahami
keinginan dan kebutuhan konsumen.

2. Perencanaan jumlah Produksi


Aktivitas produksi hendaknya
direncanakan dengan baik
agar produksi yang dihasil- Pastikan bahwa rencana jumlah produksi da
kan tidak terlalu banyak atau
terlalu sedikit. Dalam usaha
yang menghasilkan barang,
ada beberapa hal yang perlu

4 Kelayakan Usaha BUM


diperhitungkan dalam merencanakan jumlah produk-
si, yaitu:
1) Jumlah Permintaan. Perkiraan jumlah
permintaan konsumen dapat diperkirakan melalui
survey/riset pasar.
2) Kapasitas produksi. Jumlah produksi dapat di-
perhitungkan berdasarkan kapasitas (kemampu-
an) peralatan dan bahan baku yang tersedia.
3) Modal kerja. Kemampuan modal kerja dalam
membiayai proses produksi hendaknya tersedia
sesuai dengan yang diperlukan.

3. Persediaan bahan baku


Persediaan bahan baku di-
gunakan untuk menjaga ke-
berlangsungan proses pro-
duksi dan mengantisipasi Pastikan bahwa persedia- an bahan baku da
permintaan konsumen yang
meningkat secara tajam.
Persediaan bahan baku yang
tidak lancar akan mengura-
ngi jumlah barang jadi yang
dapat dihasilkan. Jumlah persediaan bahan baku hen-
daknya sesuai dengan kebutuhan, yakni jangan
terlalu banyak atau terlalu sedikit. Oleh karena itu
diperlukan

Kelayakan Usaha BUM 4


manajemen pengendalian persediaan bahan baku, se-
hingga bahan baku selalu tersedia dengan cukup.

4. Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi berkaitan
dengan kemampuan unit
produksi untuk menghasil-
kan barang atau jasa dalam Pastikan bahwa kapasi- tas produksi dari un
waktu tertentu. Misalnya, me-
sin pompa air memiliki ke-
mampuan menghasilkan air
sekian meter kubik per jam,
berapa kuintal pupuk yang
dapat disediakan per bulan, berapa juta rupiah dana
yang mampu disediakan per hari atau per minggu un-
tuk usaha simpan-pinjam, dan lain-lain. Dalam hal ini
unit usaha BUM Desa harus dapat menentukan
berapa kapasitas produksi dari usaha yang akan
dijalankan. Kemudian menentukan apakah kapasitas
produksinya dapat memenuhi seluruh kebutuhan
konsumen dalam waktu tertentu. Jika kapasitas
produksi tidak mampu memenuhi kebutuhan
konsumen, risikonya adalah kon- sumen akan kesulitan
mendapatkan produk tepat wak- tu dan tepat jumlah.
Jika ini terjadi, besar kemungkinan unit usaha BUM
Desa akan ditinggalkan konsumen dan pindah ke
perusahaan lain.

4 Kelayakan Usaha BUM


5. Pemilihan Teknologi
Teknologi untuk mempro-
duksi barang maupun jasa
berkembang terus sesuai
Pastikan bahwa proses produksi barang ata
dengan kemajuan jaman.
Saat ini banyak pilihan tek-
nologi yang tersedia, mulai
dari teknologi yang cukup
sederhana hingga teknologi
yang canggih. Penggunaan
teknologi yang canggih belum tentu menguntung-
kan jika digunakan dalam proses produksi yang akan
dijalankan. Oleh karena itu, untuk memilih teknologi
yang sesuai (tepat guna) dengan kegiatan usaha yang

Kelayakan Usaha BUM 4


akan dijalankan perlu mempertimbangkan beberapa
hal sebagai berikut:
1) Kemampuan keuangan untuk menggunakan tek-
nologi.
2) Kemampuan atau penguasaan tenaga kerja
dalam penggunaan teknologi.
3) Kesesuaian teknologi dengan bahan baku yang
akan digunakan dalam proses produksi.
4) Kemungkinan pengembangan teknologi di masa
yang akan datang.
5) Keberhasilan penggunaan teknologi sejenis di tem-
pat lain2.

6. Penentuan Lokasi Usaha


Lokasi usaha merupakan
faktor yang dapat mempe-
ngaruhi kelancaran jalannya
kegiatan usaha karena erat Pastikan bahwa pemili- han lokasi unit usah
kaitannya dengan pema-
saran produk, biaya peng-
angkutan, dan persediaan
bahan baku. Faktor lokasi
harus diperhitungkan dan
dipertimbangkan secara tepat dan benar, baik dari segi

2 (http://www.academia.edu/2714019/ANALISIS_USAHA_UKM).

4 Kelayakan Usaha BUM


ekonomisnya maupun dari segi teknis serta kemung-
kinan pengembangan usaha di masa datang (Ibrahim,
2009). Untuk menentukan lokasi perlu mempertim-
bangkan jenis kegiatan produksi yang akan
dijalankan.
a. Bagi Usaha yang Memproduksi Barang
Pilihan lokasi unit usaha BUM Desa perlu dikaji
dari beberapa faktor.
Faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan,
antara lain:
1) Lokasi calon konsumen. Mendirikan usaha di
dekat lokasi konsumen dapat menguntung-
kan bagi kedua belah pihak, baik bagi unit
usaha BUM Desa maupun konsumen. Dekat-
nya jarak antara lokasi usaha dengan lokasi
konsumen (target pasar) dapat menekan bi-
aya yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada harga yang lebih murah.
2) Letak bahan baku utama. Mendirikan usaha
dekat dengan pusat bahan baku akan meng-
untungkan, karena memudahkan dalam
memperoleh bahan baku dan biayanya lebih
murah.
3) Sumber tenaga kerja. Jika sumber tenaga
kerja dekat dan mudah didapat di sekitar lo-
kasi usaha akan sangat membantu dalam
proses pengelolaan tenaga kerja.

Kelayakan Usaha BUM 4


4) Sumber daya seperti air, kondisi udara, dan
tenaga listrik yang tersedia di sekitar lokasi
usaha adalah penting bagi kelancaran pro-
ses produksi sehingga faktor-faktor ini perlu
dipertimbangkan secara seksama.
5) Ketersediaan fasilitas transportasi yang me-
madai untuk memindahkan bahan baku ke
lokasi usaha dan memindahkan hasil pro-
duksi dari lokasi usaha ke pasar.
6) Ketersediaan fasilitas untuk usaha, seperti
pengadaan onderdil untuk kendaraan atau
mesin produksi, serta fasilitas untuk karyawan
seperti ruang kerja, tempat untuk istirahat,
tempat peribadatan (misal: musholla), dan
seterusnya.
7) Lingkungan masyarakat sekitar yang akan
mempengaruhi aktivitas usaha baik secara
positif maupun negatif. Oleh karena itu, se-
belum usaha didirikan perlu dikaji dampak
positif maupun negatif keberadaan lokasi
usaha bagi lingkungan masyarakat di sekitar
lokasi usaha.
8) Peraturan pemerintah, misalnya dalam Ren-
cana Tata Ruang dan Wilayah perlu diperha-
tikan. Jangan sampai terjadi pelanggaran ter-
hadap peraturan pemerintah tersebut.

4 Kelayakan Usaha BUM


b. Bagi Usaha Jasa
Ada dua macam cara yang dapat ditempuh sua-
tu unit usaha dalam berhubungan dengan kon-
sumen, yaitu:
1) Pelanggan datang ke lokasi fasilitas jasa, mi-
salnya: nasabah mendatangi kantor pelayan-
an jasa simpan-pinjam (perkreditan).
2) Penyedia jasa mendatangi konsumen,
seperti mobil angkutan barang mendatangi
lokasi pengumpulan hasil
pertanian/perkebunan untuk selanjutnya
diangkut ke pabrik atau ke pasar;
melakukan layanan langsung ke rumah
konsumen (misal: penyerahan uang
pinjaman konsumen, penarikan setoran
uang pembayaran jasa air atau listrik, dan
lain-lain).

Apabila cara pertama yang ditempuh, maka penen-


tuan lokasi fasilitas jasa perlu mempertimbangkan
ba- nyak hal, antara lain: mudah dan dapat diakses
oleh konsumen, tempat parkir yang memadai, dapat
diper- luas, lingkungan yang mendukung usaha
(aman dan nyaman), memiliki keunggulan kompetitif
daripada lokasi pesaing, dan ijin lokasi atau ijin
gangguan dari pihak berwenang.

Kelayakan Usaha BUM 4


7. Perencanaan Tata letak (Layout)
Pengaturan tata letak tem-
pat yang akan digunakan
sebagai basis kegiatan usa-
ha perlu direncanakan de- Pastikan bahwa tata letak tempat atau fasili
ngan baik. Ketepatan dalam
mengatur tata letak tempat
usaha akan berpengaruh
terhadap kelancaran dalam
menjalankan berbagai aktivi-
tas, baik aktivitas produksi maupun pelayanan
kepada konsumen. Dalam hal penataan letak tempat
usaha perlu memperhatikan jenis kegiatan usahanya.
a. Bagi Usaha yang Memproduksi Barang
Bagi unit usaha BUM Desa yang memproduksi
barang, paling tidak ada tiga jenis tempat yang
perlu diatur tata letaknya, yaitu letak pabrik,
kan- tor, dan gudang. Idealnya, ketiga tempat
tersebut dibuat secara terpisah tetapi berada
dalam satu kompleks sehingga memudahkan
dalam penge- lolaannya.
b. Bagi Usaha Jasa
Tata letak fasilitas jasa yang tersedia akan ber-
pengaruh pada persepsi konsumen atas kualitas
suatu jasa. Persepsi konsumen terhadap kualitas
suatu jasa dapat dipengaruhi oleh suasana yang

4 Kelayakan Usaha BUM


ditimbulkan oleh “penataan luar” (eksterior) mau-
pun “penataan dalam” (interior) dari fasilitas jasa
tersebut. Dengan demikian, keserasian, keasrian/
keindahan, kebersihan, dan ketepatan tata letak
dari lingkungan tempat penyampaian jasa men-
jadi penting untuk diperhatikan. Penataan
tempat layanan jasa yang nyaman dan aman
akan me- nimbulkan rasa senang bagi
konsumen.
Berdasarkan hasil analisis aspek teknis dan
tekno- logi dapat diketahui layak atau tidak layak
suatu unit usaha BUM Desa untuk dijalankan.
Suatu unit usaha dikatakan layak apabila unsur-
unsur yang terkandung dalam aspek teknis dan
teknologi mendukung untuk menjalankan
kegiatan usaha BUM Desa. Jika aspek teknis dan
teknologi kurang atau tidak layak, perlu
diupayakan alternatif untuk mengkondisikan
unsur-unsur teknis atau teknologi agar layak untuk
mengoperasikan unit usaha. Mi- salnya, apabila
belum tersedianya tenaga terampil
mengoperasikan alat produksi yang akan diguna-
kan maka perlu dilakukan pelatihan terlebih
dahu- lu, apabila kapasitas produksinya belum
mampu memenuhi kebutuhan konsumen maka
perlu me- nambah alat produksi, dan sebagainya.
Apabila tidak ada alternatif yang memungkinkan
suatu unit usaha BUM Desa menjadi layak, maka

Kelayakan Usaha BUM 4


sebaiknya rencana usaha itu ditunda atau
dibatalkan saja.

5 Kelayakan Usaha BUM


Pada Kotak 2 dapat disimak contoh kajian kelayakan
usaha pada aspek teknis dan teknologi yang disarikan
dari kajian kelayakan usaha yang dilakukan BUM Desa
“GAN- TING” di Desa Labbo Kecamatan Tompobulu
Kabupaten Bantaeng.

Kotak 2.

Kajian aspek teknis dan teknologi yang dilakukan BUM Desa


“GANTING” di Desa Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten
Bantaeng untuk Unit Usaha Pengelolaan Air Minum, sebagai
berikut:

1. Perencanaan produk
Produk yang akan dihasilkan adalah layanan air minum
yang disalurkan langsung ke rumah pelanggan/konsumen
melalui instalasi perpipaan dan dilengkapi dengan alat me-
teran air. Jasa layanan air minum ini sesuai dengan kebu-
tuhan warga masyarakat, terutama mereka yang tinggal
di wilayah permukiman yang jauh dari lokasi sumber ai r
bersih. Dengan adanya layanan air minum tersebut,
masya- rakat akan terbantu dalam memenuhi kebutuhan
air bersih dengan mudah.

Kelayakan Usaha BUM 5


2. Kualitas produk
Air yang didistribusikan kepada konsumen langsung ber-
asal dari alam (mata air) dengan kualitas yang baik (jernih/
bersih) dan sangat layak dikonsumsi untuk bahan baku
memasak makanan dan minuman. Air yang didistribusikan
kepada pelanggan dapat mengalir terus-menerus sepan-
jang waktu sehingga di rumah konsumen selalu tersedia
air bersih. Selain itu, BUM Desa Ganting mampu
memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen, baik
pelayanan dalam hal teknis (misalnya: pemasangan dan
perbaikan kerusakan instalasi air) maupun pelayanan
administrasi (misalnya: pendaftaran pelanggan,
pencatatan volume air yang digunakan pelanggan,
penerimaan/ penagihan biaya bulanan, dll). Tersedianya
tenaga teknis yang berasal dari dalam desa sendiri, maka
setiap ada pengaduan terjadinya gangguan dapat segera
diatasi/diperbaiki.

3. Persediaan bahan baku


Berdasarkan pengalaman sejarah, sejak dahulu sampai de-
ngan saat ini sungai dan sejumlah mata air yang berasal
dari hutan desa di pegunungan tidak pernah kering.
Dengan de- mikian bahan baku berupa air bersih selalu
tersedia dengan volume yang cukup memadai untuk
menyuplai kebutuhan seluruh warga desa.

5 Kelayakan Usaha BUM


4. Teknologi yang digunakan dan kapasitas produksi
Teknologi yang digunakan cukup sederhana, yaitu de-
ngan teknik gravitasi bumi. Air yang bersumber dari mata
air di puncak gunung dialirkan ke bak penampungan yang
ditempatkan di lokasi yang lebih rendah, kemudian dari
bak penampungan tersebut dipasang pipa-pipa untuk me-
nyalurkan air ke rumah-rumah konsumen. Penggunaan
teknologi gravitasi bumi memiliki beberapa keuntungan,
antara lain: hemat biaya karena tidak perlu menggunakan
mesin, pembangunan infrastruktur dan perawatannya mu-
dah sehingga sangat memungkinkan ditangani oleh tenaga
lokal.
Kapasitas produksi dapat disesuaikan dengan kemampuan
BUM Desa untuk membiayai pengadaan sarana perpipaan
dan alat meter air. Kapasitas produksi diukur berdasarkan
kemampuan BUM Desa untuk melayani pemasangan
perpi- paan yang tersambung di rumah-rumah konsumen.
Untuk sementara kapasitas produksinya sebanyak 400
sambungan atau 400 pelanggan, di masa mendatang
kapasitas produk- si ini dapat ditingkatkan lagi sesuai
permintaan warga desa serta kemampuan pembiayaan
yang dimiliki BUM Desa.

Kelayakan Usaha BUM 5


5. Lokasi usaha
Kegiatan usaha pengelolaan air minum sepenuhnya
berada di dalam Desa Labbo. Meskipun sumber air bersih
terletak di lokasi yang cukup jauh, sekitar 4-5 km dari
permukiman warga, tetapi hal tersebut dapat mudah
diatasi dengan pe- masangan perpipaan. BUM Desa
Ganting juga telah memi- liki kantor yang terletak di pusat
pemerintahan Desa Labbo, dan mudah dijangkau oleh
seluruh pelanggan yang memer- lukan layanan.

Berdasarkan hasil kajian unsurunsur yang terkait dengan


aspek teknis dan teknologi, ternyata semuanya
menunjuk kan kegiatan usaha pengelolaan air minum
layak dijalan kan.

5 Kelayakan Usaha BUM


Kelayakan Usaha BUM 5
Bagian IV
ASPEK MANAJEMEN DAN SDM

Aspek Manajemen
Aspek manajemen untuk membangun usaha di-
dasarkan pada pendekatan fungsi manajemen, meliputi:
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pen-
gendalian. Tujuan kajian kelayakaan usaha pada aspek
manajemen adalah untuk mengetahui apakah pemben-
tukan dan pelaksanaan usaha dapat direncanakan, dilak-
sanakan, dan dikendalikan.

1. Perencanaan
Tujuan dari gagasan menjalankan usaha/proyek ada-
lah untuk memperoleh keuntungan atau
kemanfaatan. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan
suatu perenca- naan secara menyeluruh beserta
kebijakan yang di- perlukan. Untuk itu perlu disusun
suatu program kerja

Kelayakan Usaha BUM 5


untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan serta me-
nyusun kegiatan-kegiatan
Pastikan bahwa unit usa- ha BUM Desa yan
yang diperlukan (Ibrahim,
2009). Perencanaan dalam
anggaran unit usaha BUM
Desa juga harus dilakukan
dengan sebaik mungkin, mi-
salnya membuat anggaran
pembelian, anggaran produksi, anggaran penjualan,
dan anggaran lainnya disesuaikan keperluan usaha
yang akan dijalankan. Dalam merencanakan anggar-
an harus detail, misalnya anggaran pembelian bahan,
bahan apa dan berapa jumlahnya yang akan dibeli,
berapa harganya, siapa yang menangani pembelian,
dimana membelinya, dan sebagainya.
Perencanaan dalam pengadaan karyawan
disesuaikan dengan rencana proses produksi,
kegiatan yang akan dilakukan, persyaratan yang
diperlukan dan jumlah karyawan yang dibutuhkan.
Demikian pula perenca- naan dalam bidang produksi,
perlu direncanakan jenis produk, jumlah produk
(untuk barang) dan standar kualitas produk yang
akan dihasilkan, bahan baku yang diperlukan,
peralatan yang akan digunakan, pe- tugas yang
menangani proses produksi, dan sebagai- nya.
Perencanaan dalam bidang penjualan juga perlu

5 Kelayakan Usaha BUM


dibuat, antara lain: jumlah produk yang akan dijual,
bentuk promosi yang diperlukan, daerah penjualan,
cara mendistribusikan produk, biaya penjualan,
pene- tapan harga, saluran pemasaran, sistem
pembayaran, dan sebagainya.

2. Pengorganisasian
Dalam menilai kelayakan usaha, BUM Desa mengkaji
beberapa hal, seperti:
a. Bagaimana langkah-langkah dalam pengorgani-
sasian?
Secara garis besar, langkah-langkah dalam mela-
kukan proses pengorganisasian meliputi.:
1) Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksa-
nakan untuk mencapai tujuan dari unit
usaha yang akan dijalankan.
2) Membagi beban kerja secara jelas dan pro-
porsional sehingga dapat dilakukan oleh se-
seorang atau oleh sekelompok orang.
3) Menetapkan mekanisme untuk mengkoordi-
nasikan pekerjaan anggota organisasi dalam
satu kesatuan yang harmonis, memantau
efektivitas organisasi dan mengambil lang-
kah-langkah penyesuaian untuk memperta-
hankan atau meningkatkan efektivitas.

Kelayakan Usaha BUM 5


b. Bagaimana asas organisasi yang hendaknya di-
pilih?
Asas-asas organisasi merupakan pedoman yang
perlu dilaksanakan agar diperoleh suatu struktur
organisasi yang baik dan aktivitas organisasi da-
pat berjalan dengan lancar. Asas-asas organisasi
terdiri dari: perumusan tujuan organisasi, penyu-
sunan bagian-bagian organisasi yang diperlukan,
pembagian kerja yang jelas, koordinasi,
pelimpah- an wewenang, rentang kendali,
jenjang organisa- si, kesatuan perintah, dan asas
keluwesan dimana struktur organisasi
hendaknya mudah diubah un- tuk disesuaikan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa
mengurangi kelancaran aktivi- tas yang sedang
berjalan. Apabila asas organisasi tersebut dapat
diterapkan dengan baik, maka akan sangat
mendukung kelancaran kegiatan usaha BUM
Desa.
c. Bagaimana struktur organisasi yang dirancang?
Struktur organisasi adalah susunan dan
hubungan antara bagian dan posisi dalam
perusahaan. Struk- tur organisasi menjelaskan
pembagian aktivitas kerja, serta memperhatikan
hubungan fungsi dari aktivitas tersebut. Struktur
organisasi juga menje- laskan hierarki (jenjang
atau tingkatan) dan susun- an kewenangan, serta
hubungan pertanggungja-

5 Kelayakan Usaha BUM


waban (siapa melapor
pada siapa). Hal terpen-
ting dalam penyusunan
Unit usaha BUM Desa yang akan dijalankan
struktur organisasi ini
adalah rancangan struk-
tur organisasi yang
disu- sun harus
fungsional, efektif, dan
efisien. Arti- nya,
susunan organisasi
unit usaha BUM Desa itu harus dapat menggam-
barkan tugas pokok dan fungsi setiap bagian
orga- nisasi, hubungan ketugasan antar bagian
harus jelas, dan susunan organisasi disesuaikan
dengan keperluan (tidak terlalu gemuk).

3. Pelaksanaan
Salah satu fungsi manajemen adalah pelaksanaan ke-
giatan. Apakah suatu kegiatan usaha dapat dilaksa-
nakan, sangat dipengaruhi
oleh kualitas perencanaan,
pengorganisasian, dan Sebelum unit usaha BUM Desa dijalankan,
kuali- tas sumber daya
manusia. Oleh karena itu
seluruh ke- giatan usaha
harus direnca- nakan
dengan matang dan rinci,
serta sistem pengor-

Kelayakan Usaha BUM 5


ganisasian harus baik. Selain itu, diperlukan sumber
daya manusia yang cukup jumlahnya, terampil dan
menguasai bidang tugasnya. Ini semua dimaksukan
agar aktifitas-aktifitas untuk menjalankan unit usaha
BUM Desa dapat dilaksanakan dengan baik.

4. Pengendalian
Pengendalian atau penga-
wasan di dalam manajemen
memiliki berbagai fungsi
Pastikan bahwa fungsi pengendalian terhad
pokok. Fungsi pokok pe-
ngendalian tersebut adalah:
a. Mencegah terjadinya
penyimpangan-penyim-
pangan atau kesalahan.
Ini dapat dilakukan de-
ngan pengawasan secara rutin disertai adanya
ke- tegasan-ketegasan dalam pemberian sangsi
terha- dap penyimpangan yang terjadi.
b. Memperbaiki berbagai penyimpangan yang ter-
jadi. Jika penyimpangan telah terjadi, hendaknya
pengawasan/pengendalian dapat menghasilkan
perbaikan.
c. Mendinamisasikan organisasi. Dengan adanya
pe- ngawasan diharapkan sedini mungkin dapat
dice- gah terjadinya penyimpangan-
penyimpangan, se-

6 Kelayakan Usaha BUM


hingga setiap unit organisasi selalu dalam
keadaan bekerja secara efektif dan efisien.
d. Mempertebal rasa tanggung jawab. Dengan ada-
nya pengendalian/ pengawasan yang rutin,
setiap unit organisasi berikut karyawannya dapat
selalu mengerjakan semua tugas yang diberikan
dengan benar.

Aspek Sumber Daya Manusia


Rencana usaha yang
akan dijalankan melalui
pengembangan BUM Desa
secara rutin memerlukan Untuk menjalankan kegiatan usaha, harus dipastika
kelayakan aspek Sumber
Daya Manusia (SDM). Ke-
beradaan SDM hendaknya
dianalisis untuk menjawab
apakah memiliki SDM
yang diperlukan untuk
menjalankan unit usaha
BUM Desa secara layak?
Kajiannya dapat dimulai dari merencanakan siapa yang
akan memimpin BUM Desa atau unit usaha BUM Desa dan
siapa yang akan tergabung di dalam timnya. Menganali-
sis pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan dan
siapa

Kelayakan Usaha BUM 6


yang akan melaksanakan. Kesuksesan dalam menjalankan
suatu unit usaha sangat tergantung pada SDM yang solid
antara manajer pelaksana bersama timnya. Dalam mem-
bangun sebuah tim yang efektif, pertimbangannya bukan
hanya pada keahlian teknis para manajer dan anggota tim
semata, tetapi juga kemauan mereka untuk bekerja de-
ngan baik.

Kotak 3 merupakan contoh kajian aspek manajemen


dan sumberdaya manusia yang dimodifikasi dari hasil
kajian kelayakan usaha yang dilakukan BUM Desa “GAN-
TING” di Desa Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten
Bantaeng.

6 Kelayakan Usaha BUM


Kotak 3.

Kajian aspek manajemen dan sumberdaya manusia yang di-


lakukan BUM Desa “GANTING” di Desa Labbo Kecamatan
Tom- pobulu Kabupaten Bantaeng untuk Unit Usaha
Pengelolaan Air Minum, sebagai berikut:

1. Perencanaan kegiatan usaha


Penyusunan rencana kegiatan usaha pengelolaan air mi-
num dilakukan secara partisipatif, yaitu dengan melibatkan
warga desa dalam suatu forum musyawarah desa. Proses
perencanaan kegiatan usaha diawali dengan penyusunan
rencana operasional yang dilakukan oleh Direktur BUM
Desa “GANTING” beserta tim. Setelah rencana operasio-
nal selesai disusun, kemudian dibahas secara internal Tim
dengan melibatkan Kepala Desa selaku Komisaris BUM
Desa. Rencana operasional tersebut meliputi: rencana pe-
ngadaan bahan dan peralatan (pipa, meteran air, semen,
pasir, dll), kegiatan pemasangan peralatan, anggaran biaya
beserta sumbernya, pemasangan sarana perpipaan, aturan
main yang dituangkan dalam bentuk peraturan BUM Desa,
proses perijinan, dan lain-lain.
Setelah rencana operasional selesai disusun oleh Tim, se-
lanjutnya dibawa ke Forum Musyawarah Desa untuk di-

Kelayakan Usaha BUM 6


musyawarahkan dan disepakati bersama warga
masyarakat. Dengan cara demikian ini, warga masyarakat
dapat ikut mendukung kelancaran dari pelaksanaan
kegiatan yang telah direncanakan bersama.

2. Pengorganisasian
Pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan usaha pengelola-
an air minum meliputi: pekerjaan manajerial, pekerjaan
teknis, dan pekerjaan administratif. Pekerjaan manajerial
ditangani oleh Direktur BUM Desa dan Kepala Unit Usaha
Pengelolaan Air Minum. Tugas dan kewenangan Direktur
membuat program dan kebijakan BUM Desa, memimpin,
mengkoordinasi, serta melakukan pengawasan terhadap
kinerja Kepala Unit Usaha beserta seksi-seksi. Kepala Unit
Usaha bertugas memimpin, mengkoordinasi, dan menga-
wasi pelaksanaan tugas seksi-seksi.
Pekerjaan teknis meliputi pemasangan, perawatan, dan
perbaikan instalasi air. Pekerjaan ini ditangani seksi
instalasi dan perawatan. Pekerjaan administratif dibagi
menjadi 2, yaitu: pekerjaan pencatatan meteran air
ditangani oleh sek- si pencatat meteran, dan pekerjaan
administrasi ditangani seksi pelayanan administrasi.

6 Kelayakan Usaha BUM


3. Pelaksanaan kegiatan usaha
Pelaksanaan kegiatan usaha pengelolaan air minum diyaki-
ni dapat berjalan lancar. Ini dikarenakan rencana kegiatan
atau jenis pekerjaan telah dirumuskan dengan jelas,
aturan main juga jelas yaitu dalam bentuk Peraturan BUM
Desa Ganting Nomor: 02/BMDs-GT/LB/KTB/VI/2010
tentang Pengelolaan Air. Selain itu, tersedianya sumber
daya manu- sia yang terampil/ mumpuni dan tersedianya
anggaran bia- ya yang cukup memungkinkan kegiatan
usaha ini dilaksa- nakan.

4. Pengendalian
Pengendalian dapat dijalankan secara efektif, karena BUM
Desa Ganting telah memiliki mekanisme laporan pertang-
gungjawaban atas pelaksanaan kegiatan usaha. Disamping
itu, warga masyarakat juga dapat ikut melakukan penga-
wasan terhadap pelaksanaan kegiatan usaha pengelolaan
air, dan jika terjadi penyimpangan dapat dibawa ke dalam
forum musyawarah desa.

5. Sumber daya manusia


Pengelola BUM Desa Ganting merupakan orang-orang
yang memiliki kompetensi memadai, yaitu: memahami
kondisi masyarakat Desa Labbo, memiliki pengetahuan
dan penga-

Kelayakan Usaha BUM 6


laman dalam bidang pengelolaan air, dan memiliki pengala- man berorganisas

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil kajian aspek manajemen dan sumb

6 Kelayakan Usaha BUM


Bagian V
ASPEK KEUANGAN

K ajian aspek keuangan dimaksudkan untuk


menentu- kan rencana investasi melalui
perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan,
dengan membandingkan
antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan
dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar
kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan
dan menilai apakah usaha akan dapat berlanjut.
Tujuan menganalisis aspek keuangan adalah untuk
mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas dari renca-
na usaha, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya
suatu unit usaha BUM Desa dijalankan.

Aspek keuangan yang perlu dikaji meliputi:


1) kebutuhan dana serta sumbernya,
2) aliran kas,
3) perkiraan laba-rugi, dan
4) penilaian investasi rencana usaha.

Kelayakan Usaha BUM 6


Untuk menilai investasi dari rencana usaha dapat di-
lakukan dengan berbagai metode. Namun untuk
keperluan kajian kelayakan usaha BUM Desa metode yang
disajikan dalam buku ini sengaja dipilih metode yang
cukup mu- dah digunakan. Metode penilaian investasi
yang dimaksud meliputi: Profitability Index, Net Present
Value, Pay Back Period dan Break Even Point.

Kebutuhan Dana dan Sumbernya


Untuk merealisasikan usaha/bisnis dibutuhkan dana
untuk biaya investasi. Biaya investasi diperlukan untuk
membangun/mendirikan usaha, misalnya: pengadaan ta-
nah, bangunan, mesin, peralatan, biaya pemasangan, bia-
ya kajian kelayakan usaha, pengurusan perijinan, dan
lain- lain. Barang dan segala sesuatu yang diperoleh
dengan biaya investasi ini disebut harta tetap. Contoh
perhitungan biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Di samping untuk biaya investasi, dana juga dibutuh-
kan untuk modal kerja. Modal kerja adalah biaya yang dike-
luarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah rencana
usaha nantinya siap dijalankan. Setiap jenis kegiatan
usaha yang berbeda tentunya berbeda pula jenis biaya usaha
atau biaya produksinya. Oleh karena itu, macam-macam
biaya yang dikeluarkan untuk modal kerja disesuaikan
dengan jenis kegiatan usahanya. Ini disebabkan oleh
perbedaan

6 Kelayakan Usaha BUM


cara, alat, bahan dan kebutuhan lainnya dalam mempro-
duksi barang/jasa serta pemasarannya. Sebagai contoh,
Tabel 2 menggambarkan Modal Kerja untuk usaha jasa
pe- ngelolaan air BUM Desa “GANTING”.
Setelah diketahui jumlah dana yang dibutuhkan, yang
perlu diketahui lebih lanjut adalah dari mana sumber
dana itu dapat diperoleh (contoh lihat Tabel 3).
Sumber dana atau permodalan BUM Desa dapat ber-
sumber dari :
a. Kekayaan Desa yang dipisahkan;
b. Tabungan masyarakat;
c. Bantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah;
d. Pinjaman; dan/atau
e. Penyertaan modal pihak lain/kerjasama bagi hasil.

Kelayakan Usaha BUM 6


Tabel 1.
7

Perhitungan Biaya Investasi (Modal Awal) Unit Usaha Pengelolaan Air Minum
BUM Desa “GANTING” di Desa Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng
Kelayakan Usaha BUM

NO URAIAN VOLUME SATU- HARGA JUMLAH


AN SATUAN
A. BIAYA INVESTASI TANAH dan BANGUNAN:
1. Tanah *)
2. Bangunan **)
TOTAL INVESTASI TANAH & BANGUNAN

B. BELANJA PERALATAN INSTALASI AIR:


1. Meteran air 400 buah 75,000 30,000,000
2. Pipa type AW 204 batang 15,000 3,060,000
3. Sambungan L 1,600 buah 2,000 3,200,000
4. Double Neppel 800 buah 5,000 4,000,000
5. Stop kran 400 buah 35,000 14,000,000
TOTAL BIAYA PERALATAN (A) 54,260,000
C. BELANJA BAHAN, PEMASANGAN dan TRANSPOR-
TASI:
6. Lem 5 buah 6,000 30,000
7. Plester pipa 10 buah 3,000 30,000
8. Semen 10 zak 40,000 400,000
9. Pasir 6 m3 180,000 1,080,000
10. Biaya pemasangan (instalasi) 400 buah 20,000 8,000,000
11. Biaya transportasi 5 kali 200,000 1,000,000
TOTAL BIAYA BAHAN, PEMASANGAN dan 10,540,000
TRANS- PORTASI (B)

D. BELANJA PERLENGKAPAN KANTOR:


12. Komputer 1 set 5,000,000 5,000,000
Kelayakan Usaha BUM

13. Kursi 3 buah 100,000 300,000


14. Meja 3 buah 300,000 900,000
15. Almari arsip 1 buah 500,000 500,000
TOTAL BIAYA PERLENGKAPAN KANTOR (C) 6,700,000
7
E. BIAYA LAINNYA:
7

16. Biaya rapat-rapat (termasuk Musdes) 1 paket 2,050,000 2,050,000


Kelayakan Usaha BUM

17. Biaya pelatihan peningkatan kapasitas pengelola 1 paket 1,400,000 1,400,000


TOTAL BIAYA LAINNYA (D) 3,450,000

TOTAL INVESTASI (A+B+C+D+E) 76,450,000

Sumber : Data studi kelayakan usaha Unit Usaha Pengelolaan Air BUM Desa “GANTING” dengan modivikasi
dan rekalkulasi.
Keterangan : *) Biaya investasi tanah tidak diperhitungkan, karena tanah milik desa dan perorangan yang
digunakan untuk membangun bak penampungan dan menanam perpipaan tidak dipungut
biaya.
**) Kantor dan Gudang Unit Usaha Pengelolaan Air BUM Desa Ganting menempati bangunan
milik Pemerintah Desa Labbo diasumsikan sewa per tahun Rp. 1,500,000.
Tabel 2.
Perhitungan Modal Kerja Unit Usaha Pengelolaan Air Minum BUM Desa
“GANTING” di Desa Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng

HARGA
NO URAIAN VOLUME SATUAN JUMLAH
SATUAN
1. Alat Tulis dan Kantor (ATK) 1 paket 250,000 250,000
2. Insentif Pengurus/Pengelola:
a. Komisaris 12 bulan 60,000 720,000
b. Direktur 12 bulan 120,000 1,440,000
c. Sekretaris 12 bulan 80,000 960,000
d. Bendahara 12 bulan 80,000 960,000
e. Kepala Unit Usaha 12 bulan 100,000 1,200,000
Kelayakan Usaha BUM

f. Ketua Badan Pengawas 12 bulan 60,000 720,000


g. Wakil Ketua Badan Pengawas 12 bulan 40,000 480,000
h. Sekretaris Badan Pengawas 12 bulan 40,000 480,000
i. Anggota Badan Pengawas (2 org) 12 bulan 80,000 960,000
Total Insentif 7,920,000
3. Lain-lain - - - -
TOTAL MODAL KERJA 8,170,0000

Sumber : Data studi kelayakan usaha Unit Usaha Pengelolaan Air BUM Desa “GANTING” dengan modivikasi dan
rekalkulasi.
7
Tabel 3
7

Jumlah Dana yang diperlukan untuk Investasi dan Modal Kerja Unit Usaha
Pengelolaan Air Minum BUM Desa “GANTING” di Desa Labbo Kec. Tompobulu
Kelayakan Usaha BUM

Kabupaten Bantaeng
NO KLASIFIKASI MODAL SUMBER dan JUMLAH DANA
JUMLAH
Pem. Desa Pem. Kab Pem. Prov Lainnya
A. INVESTASI
1. Tanah dan Bangunan 1,500,000 - - - 1,500,000
2. Peralatan - 54,260,000 - - 54,260,000
3. Bahan, Pemasangan, Transport - 10,540,000 - - 10,540,000
4. Perlengkapan Kantor - 6,700,000 - - 6,700,000
5. Biaya lainnya - 3,450,000 - - 3,450,000
B. MODAL KERJA
1. ATK - 250,000 - - 250,000
2. Insentif Pengelola - 7,920,000 - - 7,920,000
3. Biaya lainnya - - - - -
TOTAL MODAL 84,620,000

Sumber : Data studi kelayakan usaha Unit Usaha Pengelolaan Air BUM Desa “GANTING” dengan modivikasi dan
rekalkulasi.
Lebih lanjut, perlu dilakukan perhitungan biaya penyu-
sutan terhadap investasi yang berbentuk harta tetap, misal-
nya: gedung, mesin, komputer, meja-kursi, peralatan, dan
lain-lain. Perhitungan ini diperlukan untuk memperhitung-
kan laba/rugi dari kegiatan usaha. Perhitungan biaya pe-
nyusutan dapat dilakukan berdasarkan satuan waktu hari,
minggu, bulan dan tahun. Penentuan satuan waktu terse-
but disesuaikan keperluan dan sifat dari barang. Sebagai
contoh, Tabel 4 menggambarkan perhitungan biaya pe-
nyusutan dari investasi kegiatan usaha pengelolaan air
BUM Desa “GANTING”.
Tabel 4.
Perhitungan Biaya Penyusutan Investasi Unit Usaha Pe-
ngelolaan Air Minum BUM Desa “GANTING” di Desa Labbo
Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng
JENIS HARTA UMUR BIAYA PENYU-
NO HARGA
TETAP EKONOMIS SUTAN/TH
1. Meteran air 30,000,000 12 tahun 2,500,000
2. Pipa type AW 3,060,000 12 tahun 255,000
3. Sambungan L 3,200,000 12 tahun 266,667
4. Double Neppel 4,000,000 12 tahun 333,333
5. Stop kran 14,000,000 5 tahun 2,800,000
6. Komputer 5,000,000 5 tahun 1,000,000
7. Kursi 300,000 12 tahun 25,000
8. Meja 900,000 12 tahun 75,000
9. Almari arsip 500,000 12 tahun 41,667
TOTAL 60,960,000 7,296,667
Sumber : Data studi kelayakan usaha Unit Usaha Pengelolaan Air BUM Desa
“GANTING” dengan modivikasi dan rekalkulasi.

Kelayakan Usaha BUM 7


Perkiraan Arus Kas
Berkaitan dengan kajian kelayakan usaha, perhitungan
terhadap arus/aliran kas (cash fiow) penting dilakukan
ka- rena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama
dengan kas masuk bersih. Bagi pengelola keuangan, kas
bersih justru lebih penting untuk diketahui, karena hanya
dengan kas bersih ini perusahaan (BUM Desa) dapat
melaksanakan pembayaran kewajiban keuangannya.
Kas pada dasarnya terdiri atas 2 (dua) macam peristi-
wa, yaitu arus kas masuk dan arus kas keluar. Bagian arus
kas masuk mencatat semua penerimaan uang yang ber-
asal dari hasil transaksi, misalnya: hasil penjualan tunai
barang, uang persewaan yang diterima, penerimaan uang
cicilan simpan-pinjam, kredit modal kerja kepada pihak
lain, penerimaan bunga simpanan uang dari bank, dan se-
bagainya. Sedangkan bagian arus kas keluar mencatat se-
mua pengeluaran uang yang digunakan untuk: membayar
pegawai, pengadaan bahan baku, membeli bahan bakar,
membayar pajak, membayar bunga bank, menambah in-
vestasi, dan sebagainya.
Penyusunan perkiraan arus kas digambarkan
sebagai- mana contoh pada Tabel 5. Contoh tersebut
diambil dari data kajian kelayakan kegiatan usaha
pengelolaan air BUM Desa “GANTING” yang telah
dimodifikasi oleh penulis. Da- ta aslinya, arus kas dihitung
dalam satuan waktu bulan dan

76 Kelayakan Usaha BUM Desa


oleh penulis dikonversi ke dalam satuan tahun. Jumlah
pelanggan diproyeksikan (diperkirakan) sebanyak 400 pe-
langgan. Harga pemakaian air ditentukan sebesar Rp.
250/ m3 ditambah uang infak per pelanggan sebesar Rp.
500/ bulan. Rata-rata penggunaan air diproyeksikan
sebanyak 25 m3/bln/pelanggan. Dengan demikian rata-
rata penda- patan kotor per bulan yang diterima oleh
BUM Desa “GAN- TING” dari seluruh pelanggan air
sebesar
= (400 X 25 X Rp. 250) + (400 X Rp. 500)
= Rp. 2.700.000.

Pendapatan kotor per tahun sebesar


= Rp. 2.700.000 X 12 = Rp. 32.400.000.

Kelayakan Usaha BUM 7


Tabel 5.
7

Perkiraan Arus Kas Unit Usaha Pengelolaan Air Minum BUM Desa “GANTING”
di Desa Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng
Kelayakan Usaha BUM

TAHUN KE:
NO URAIAN
1 2 3 4 5
A. ARUS KAS MASUK
1. Penerimaan infak dan 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000
biaya pemakaian air
2. Lain-lain - - - - -
TOTAL ARUS KAS MASUK (A) 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000
B. ARUS KAS KELUAR
1. ATK 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000
2. Insentif Pengelola 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000
3. Bunga bank - - - - -
4. Pajak - - - - -
5. Lain-lain - - - - -
TOTAL ARUS KAS KELUAR (B) 8,170,000 8,170,000 8,170,000 8,170,000 8,170,000
ARUS KAS BERSIH ( A – B ) 24,230,000 24,230,000 24,230,000 24,230,000 24,230,000

Catatan: dalam periode 5 tahun jumlah pelanggan, tarif air dan biaya operasional diasumsikan
tetap.
Perkiraan Laba-Rugi
Perkiraan atau proyeksi laba-rugi penting dilakukan,
karena salah satu tujuan BUM Desa melakukan kegiatan
usaha adalah mendapatkan keuntungan atau laba usaha.
Apabila dari proyeksi laba-rugi menunjukkan rugi, maka se-
baiknya rencana kegiatan usaha perlu dicari alternatif usaha
lain dengan cara memperhitungkan kembali aspek-aspek
keuangan agar mencapai keadaan yang dapat menghasil-
kan laba. Jika tidak ada alternatif, dan hasil proyeksi tetap
rugi, sebaiknya rencana kegiatan usaha dihentikan saja.
Tabel 6 berikut ini merupakan contoh proyeksi laba-ru-
gi yang disarikan dari data kajian kelayakan usaha penge-
lolaan air BUM Desa “GANTING”.

Kelayakan Usaha BUM 7


Tabel 6.
8

Proyeksi Laba-Rugi Unit Usaha Pengelolaan Air Minum BUM Desa “GANTING”
di Desa Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng
Kelayakan Usaha BUM

TAHUN KE
NO URAIAN
1 2 3 4 5
A. PENJUALAN 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000

B. BIAYA POKOK PRODUKSI *)


1. Bahan Baku - - - - -
2. Upah Tenaga Kerja - - - - -
3. Biaya Umum Pabrik - - - - -
C. LABA KOTOR ( A – B ) 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000

D. BIAYA USAHA
1. ATK 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000
2. Gaji/Insentif Pengelola 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000
3. Biaya promosi - - - - -
4. Biaya Penyusutan 7,296,667 7,296,667 7,296,667 7,296,667 7,296,667
5. Lain-lain - - - - -
Total Biaya Usaha 15,466,667 15,466,667 15,466,667 15,466,667 15,466,667
E. LABA USAHA (C – D) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333

F. BUNGA - - - - -

G. LABA SEBELUM PAJAK (E-F ) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333

H. PAJAK - - - - -

I. LABA BERSIH (G – H ) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333

Keterangan : *) Kebetulan kasus pengelolaan air di Desa Labbo bahan baku air tinggal mengalirkan saja dari sum-
bernya sehingga tanpa biaya, dan tenaga kerja dirangkap oleh pengelola yang diberi tunjangan
(insentif) bulanan (dimasukkan dalam Biaya Usaha). Untuk kasus lain, harap menyesuaikan de-
Kelayakan Usaha BUM

ngan keadaan setempat.


8
Penilaian Investasi
Jika dalam periode yang sama terdapat beberapa
usul- an rencana usaha yang ternyata layak untuk
dijalankan, se- dangkan dana yang tersedia tidak
mencukupi, maka perlu dicari jalan keluar. Salah satunya
adalah dengan melaku- kan urutan prioritas terhadap
usulan-usulan bisnis itu. Un- tuk melakukan penilaian
investasi serta melakukan analisis urutan prioritas adalah
sebagai berikut.

a. Metode Pay Back Period (Waktu Kembali Modal)


Metode ini sederhana dan sudah dikenal secara umum.
Ketika seorang pemilik modal ditawari untuk mela-
kukan investasi (modal) usaha maka ia akan berta-
nya “Berapa lama modal saya akan kembali?” Dalam
manajemen keuangan hal itu dikenal dengan sebutan
payback period, yaitu suatu periode yang diperlukan
untuk menutup kembali pengeluaran investasi
dengan menggunakan aliran kas. Cara
perhitungannya seder- hana, sbb.:

Rumus:
Pay Back Period
= (Nilai Investasi Awal : Kas Masuk Bersih) X 1
tahun

8 Kelayakan Usaha BUM


Kriteria penilaian:
Jika Pay Back Period lebih pendek waktunya dari
mak- simum Pay Back Period yang dapat diterima,
maka usulan investasi dapat diterima. Misalnya kita
mensya- ratkan Pay Back Period maksimum yang
dapat dite- rima adalah 5 tahun, sedangkan hasil
perhitungan menunjukkan 4 tahun, maka usulan
investasi tersebut DITERIMA
Metode Pay Back Period ini cukup sederhana, namun
mempunyai kelemahan. Kelemahan utamanya yaitu
periode ini tidak memperhatikan perubahan nilai uang
dalam periode mendatang. Selain itu juga tidak mem-
perhatikan aliran kas masuk setelah modal kembali.
Jadi pada umumnya metode ini digunakan sebagai
pendukung metode lain yang lebih baik.

Contoh:
Investasi Awal unit usaha pengelolaan air BUM Desa
“GANTING” adalah sebesar Rp. 76.450.000,- (lihat
Tabel 1), dan Arus Kas Masuk Bersih sebesar Rp.
24.230.000,-. Berdasarkan data ini, dapat diperhi-
tungkan Pay Back Period-nya sebagai berikut.
Payback Period = (76,450,000 / 24,230,000) X 1 ta-
hun
= 3,16 tahun atau 3 tahun lebih 2 bulan.

Kelayakan Usaha BUM 83


Hasil perhitungan tersebut diatas menunjukkan bahwa
waktu yang diperlukan untuk kembali modal adalah
selama 3 tahun lebih 2 bulan. Jika batasan periode
waktu kembali modal yang dapat diterima adalah 5
tahun, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan usa-
ha pengelolaan air BUM Desa “GANTING” dinyatakan
layak untuk direalisasikan, karena modal yang dita-
namkan akan kembali dalam waktu yang lebih cepat
dari waktu maksimum yang dapat diterima.

b. Metode Net Present Value (NPV)


Net Present Value (nilai sekarang) yaitu selisih antara
biaya investasi dengan nilai sekarang dengan peneri-
maan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional
maupun aliran kas terminal) di masa yang akan da-
tang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentu-
kan tingkat bunga yang berlaku.

Rumu

Keterangan:
AKt = aliran kas per tahun pada periode t
Io = investasi awal pada tahun ke-0
b = suku bunga (discount rate) à biasanya suku
bunga sertifikat Bank Indonesia atau bunga de-
posito digunakan sebagai acuan

8 Kelayakan Usaha BUM


Kriteria penilaian:
- jika NPV > 0, maka usulan rencana usaha
diteri- ma
- jika NPV < 0, maka usulan rencana usaha ditolak
- jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walaupun
usulan rencana usaha diterima ataupun ditolak.

Contoh:
Berikut ini merupakan perhitungan NPV berdasarkan
biaya investasi dan arus kas bersih bagi unit usaha
pengelolaan air BUM Desa “GANTING”. Total investasi
awal sebesar Rp. 76.450.000,- (lihat Tabel 1). Arus
kas bersih diasumsikan tetap/konstan selama
periode 5 tahun, yaitu sebesar Rp.
24.230.000,-/tahun (lihat Ta- bel 5). Suku bunga bank
diasumsikan 7% per tahun (SBI Tahun 2010).

Kelayakan Usaha BUM 85


Tabel 7.
Perhitungan NPV Arus Kas Bersih untuk Unit
Usaha Pengelolaan Air Minum BUM Desa
“GANTING”
di Desa Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng
DISCOUNT
TH PRESENT
URAIAN ALIRAN KAS RATE
ke VALUE
(b=7%)
0 Investasi Awal -74,950,000 1 -74,950,000
1 Arus kas bersih tahun ke-1 24,230,000 0.93457944 22,644,860
2 Arus kasbersih tahun ke-2 24,230,000 0.87343873 21,163,420
3 Arus kasbersih tahun ke-3 24,230,000 0.81629788 19,778,898
4 Arus kas bersih tahun ke-4 24,230,000 0.76289521 18,484,951
5 Arus kas bersih tahun ke-5 24,230,000 0.71298618 17,275,655
NPV 22,897,784

Berdasarkan contoh perhitungan NPV tersebut di


atas, maka dapat disimpulkan bahwa rencana kegiatan
usaha pengelolaan air BUM Desa “GANTING” layak untuk
di- jalankan, karena NPV = Rp. 22.897.784,-. Berarti NPV>
0 (bernilai positif).

c. Metode Profitability Index (PI)


Profitability Index (indeks untuk dapat untung) me-
rupakan metode untuk menghitung perbandingan an-
tara nilai arus kas bersih yang akan datang dengan
nilai investasi yang sekarang. Jadi profitability index

8 Kelayakan Usaha BUM


dapat dihitung dengan membandingkan antara Pre-
sent Value (PV) Kas Masuk dengan PV Kas Keluar.

Rumus:
PI = PV Kas Masuk : PV Kas Keluar

Kriteria Penilaian:
— jika PI > 1, maka usulan rencana usaha dikatakan
menguntungkan;
— jika PI < 1, maka usulan rencana usaha tidak
menguntungkan.

Contoh :
Dengan menggunakan nilai Present Value yang
tercan- tum pada Tabel 7, kita dapat dengan mudah
menghi- tung Profitability Index.
Caranya: PV untuk arus kas bersih tahun ke-1 sampai
dengan tahun ke-5 dijumlahkan, kemudian hasil pen-
jumlahannya dibagi dengan PV investasi awal. Hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut:
PI = Rp 99.347.784,- / Rp 76.450.000,-
= 1,30

Kelayakan Usaha BUM 87


Kesimpulan:
Kegiatan usaha pengelolaan air BUM Desa “GAN-
TING” jika dijalankan akan memperoleh untung/laba,
karena PI = 1,30. Berarti PI > 1.

d. Break Even Point (Titik Impas)


Analisis break even point atau titik impas digunakan
untuk mengetahui hubungan antara beberapa faktor di
dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi
atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang
dike- luarkan, serta pendapatan yang diterima
perusahaan dari kegiatannya. Pendapatan
perusahaan merupakan penerimaan yang dihasilkan
dari kegiatan perusahaan, sedangkan biaya operasi
merupakan pengeluaran un- tuk kegiatan
perusahaan. Biaya operasi ini terbagi atas dua bagian,
yaitu biaya tetap dan biaya variabel (biaya tidak
tetap).
Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh
naik atau turunnya produksi yang dihasilkan. Contoh:
gaji pengurus/pengelola BUM Desa, biaya rapat,
biaya penyusutan, bunga bank, dan lain-lain.
Biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah biaya yang
jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan
tingkat produksi. Contoh: biaya untuk membeli ba-
han baku, biaya bahan bakar mesin produksi, biaya

8 Kelayakan Usaha BUM


pemasaran, biaya tenaga kerja langsung, dan seba-
gainya.
Break Even Point (BEP) merupakan keadaan yang
menunjukkan Total Pendapatan sama dengan Total
Biaya.
Total Pendapatan adalah jumlah unit barang terjual
dikalikan harga satuan barang, sedangkan total biaya
merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya
variabel. Rumus BEP adalah sebagai berikut:
BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit – Biaya
Varia- bel Rata-Rata)

Contoh 1:
Biaya tetap pengelolaan air BUM Desa “GANTING”
sebesar Rp. 8.170.000,- per tahun atau Rp. 680.833,-
per bulan. Biaya tetap ini untuk membayar ATK dan
gaji/tunjangan pengurus dan pengelola. Biaya varia-
belnya Rp. 0,- karena produksi air tidak
menggunakan mesin (tinggal mengalirkan saja
melalui perpipaan) dan tidak ada biaya tenaga kerja
langsung. Jumlah pelanggannya sebanyak 400
rumahtangga. Berarti Bi- aya Tetap per pelanggan per
bulan = Rp. 680.833,- : 400 = Rp. 1.702. Harga jual
per M3 sebesar Rp. 250,-. Berdasarkan data tersebut
BEP dapat dihitung seba- gai berikut:

Kelayakan Usaha BUM 89


BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit – Biaya
Variabel Rata-Rata)
= 1.702 : (250 – 0) = 6.81

Makna dari hasil perhitungan tersebut adalah, untuk


mencapai BEP atau titik impas maka volume air yang
harus terjual kepada setiap pelanggan rata-rata 6,81
M3 per bulan, dengan catatan jumlah pelanggan tetap
sebanyak 400 rumahtangga.

Contoh 2 :
Untuk memperjelas perhitungan BEP, berikut ini meru-
pakan contoh dengan permisalan seorang produsen
tempe:
Harga jual tempe per unit sebesar Rp 500,-, biaya
tetap sebesar Rp 10.000,-, dan biaya variabel sebe-
sar Rp 100,-/unit, maka jumlah yang diproduksi agar
mencapai BEP adalah:

BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit – Biaya Vari-


abel Rata-Rata)
= 10.000/ (500 – 100) = 10.000 / 400
= 25 unit

9 Kelayakan Usaha BUM


Jadi jumlah produksi tempe agar mencapai titik
impas adalah 25 unit pada harga Rp 500,-.
Jika biaya tetap dan biaya variabel tidak berubah, dan
harga jual per unit berubah (naik) maka jumlah unit
produksi untuk mecapai BEP akan menjadi lebih
kecil.

Kelayakan Usaha BUM 91


Bagian VI
ASPEK SOSIAL BUDAYA, EKONOMI,
POLITIK, LINGKUNGAN USAHA
DAN LINGKUNGAN HIDUP

A
spek sosial budaya, ekonomi, politik, dan
lingkungan perlu dipertimbangkan dalam menilai
kelayakan us- aha. Perlu ditegaskan kembali bahwa
tujuan usaha-
usaha yang akan dijalankan oleh BUM Desa tidak semata-
mata untuk mengejar keuntungan materi semata (profit),
tetapi juga bertujuan untuk mendatangkan kemanfaatan
(benefit) bagi seluruh stakeholders desa dan lingkungan
hidup. Oleh karena itu, setiap usaha yang akan dijalankan
oleh BUM Desa harus layak berdasarkan aspek-aspek
terse- but.

Aspek Sosial Budaya Setempat


Rencana usaha yang akan dijalankan BUM Desa harus
mempertimbangkan kondisi sosial budaya setempat. Ren-
cana kegiatan usaha yang bertentangan dengan nilai-nilai

Kelayakan Usaha BUM 9


sosial budaya masyarakat
setempat akan menimbul-
kan perlawanan dari ma-
Hindari jenis kegiatan usaha yang tidak sesuai denga
syarakat, sehingga
rencana usaha itu sulit
dilaksana- kan. Perlu pula
dipertim- bangkan
kemungkinan dampak
yang ditimbulkan oleh
kegiatan usaha yang akan
dijalankan. Apabila
kegiatan usaha menimbul-
kan dampak negatif pada kehidupan warga desa, maka
perlu diupayakan untuk mengatasi dampak negatif terse-
but. Apabila dampak negatif yang akan terjadi berskala
be- sar dan sulit untuk mengatasinya, maka sebaiknya
rencana usaha itu ditunda atau dihentikan sama sekali.
Sebaliknya, apabila rencana usaha itu justru dapat melerai
konflik antar warga desa, maka rencana usaha dapat
direalisasikan.
Sebagai contoh, pemanfaatan air bersih di Desa Lab-
bo, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng tidak
dikelola dengan baik sehingga menimbulkan konflik antar
warga, karena pembagian air yang tidak merata. Dengan
dikelolanya air oleh BUM Desa “GANTING” membuat kon-
flik antar warga menjadi reda. Dengan demikian kegiatan
usaha pengelolaan air ini layak dijalankan.

94 Kelayakan Usaha BUM


Aspek Perbaikan Ekonomi Desa
Salah satu tujuan utama
mendirikan unit usaha BUM
Desa adalah untuk memperbaiki Usahakan kegiatan usa- ha yang akan dijala
atau meningkatkan
perekonomian desa. Untuk itu,
perlu dihindari pemilihan jenis
usaha BUM Desa yang sekiranya
justru akan menu- runkan
pendapatan masyarakat
setempat. Misalnya, unit usaha
BUM Desa sebaiknya menghindari pemilihan jenis usaha
yang sudah digeluti oleh warga desa.
Sesuai dengan tujuannya, unit usaha BUM Desa yang
akan dijalankan hendaknya berupa kegiatan usaha yang
dapat menyerap tenaga kerja setempat. Akan lebih baik
lagi apabila kegiatan usaha BUM Desa tersebut dapat
melahirkan kegiatan ekonomi baru bagi warga setempat.
Dengan demikian, kehadiran unit usaha BUM Desa da-
pat memperluas kesempatan kerja baru bagi warga desa.
Dampak lanjutan dari semakin luasnya kesempatan kerja
tersebut, pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan
warga desa sehingga terjadi perbaikan tingkat
kesejahtera- an warga desa.
Selain dampak positif dari unit usaha BUM Desa ter-
hadap kehidupan ekonomi warga desa, rencana usaha

Kelayakan Usaha BUM 9


tersebut juga perlu memperhitungkan keuntungan finan-
sial bagi peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADes). Ke-
hadiran unit usaha BUM Desa diharapkan mampu me-
ningkatkan PADes. Dengan meningkatnya PADes berarti
kemampuan keuangan Pemerintah Desa menjadi semakin
kuat. Peningkatan PADes tersebut lebih lanjut diharapkan
dapat memperkuat kemampuan pembiayaan pembangun-
an desa dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

Aspek Politik
Aspek politik merupa-
kan hal penting yang
harus dipertimbangkan Usahakan unit kegiatan usaha BUM Desa mendapat
dalam merencanakan
suatu ke- giatan usaha,
karena aspek politik dapat
mendukung atau
sebaliknya mengga-
galkan kegiatan usaha
yang akan dijalankan. Dari
aspek politik yang perlu di-
pertimbangkan antara lain:
apakah warga desa memberi dukungan ataukah menolak
adanya rencana membuka suatu kegiatan usaha BUM
Desa? Apabila masyarakat memberi dukungan atas renca-
na tersebut, maka kegiatan usaha yang direncanakan
dapat

96 Kelayakan Usaha BUM


dilanjutkan. Sebaliknya, jika masyarakat tidak
mendukung atau bahkan menolak, sebaiknya rencana
kegiatan usaha ditunda sambil melakukan pendekatan
kepada masyarakat agar bersedia mendukung. Akan
tetapi, jika masyarakat tetap menolak kehadiran kegiatan
usaha yang direncana- kan, maka sebaiknya rencana itu
dihentikan. Demikian pula sikap pemerintah desa (Kepala
Desa) dan BPD perlu juga diperhitungkan. Apabila
pemerintah desa dan/atau BPD tidak berkomitmen
terhadap rencana kegiatan usaha, sebaiknya rencana itu
ditunda terlebih dahulu. Demikian juga komitmen
Pemerintah Kabupaten sangat penting un- tuk
diperhatikan. Adakah kebijakan Pemerintah Kabupaten
yang mendukung rencana kegiatan usaha? Jika ada, maka
ini merupakan hal baik untuk melanjutkan rencana keg-
iatan usaha. Berikutnya yang perlu dipertimbangkan ada-
lah seberapa amankah kegiatan usaha yang direncanakan
dari pengaruh politik paska pilkades atau pilkada. Apabila
kegiatan usaha yang direncanakan itu diyakini tidak
begitu terpengaruh terhadap dinamika politik lokal yang
bersifat mengganggu, maka kegiatan usaha yang
direncanakan dapat dilanjutkan/dilaksanakan.

Aspek Lingkungan Usaha


Lingkungan usaha merupakan sekumpulan kegiatan
usaha yang bergerak dalam jenis usaha ekonomi yang
sama. Pendirian BUM Desa harus memperhatikan ling-

Kelayakan Usaha BUM 9


kungan usaha, terutama
masalah persaingan usa-
ha sejenis antarperusaha-
Pilihlah jenis kegiatan usaha yang tidak menyaingi d
an (antar BUM Desa) dan Perhitungkan secara cermat kondisi persaingan usa
usaha sejenis yang su-
dah diusahakan oleh ma-
syarakat. Salah satu pe-
ran BUM Desa adalah
mendorong pertumbuhan
perekonomian masyarakat
desa. Oleh karena itu, se-
belum suatu jenis usaha
dijalankan oleh BUM Desa
maka harus dipastikan bahwa usaha tersebut tidak
“bersa- ing” dengan usaha sejenis yang dilakukan oleh
masyarakat setempat. Prinsipnya, BUM Desa tidak boleh
mematikan usaha yang sudah dijalankan oleh masyarakat,
tetapi jus- tru harus mampu mendukung atau
mensinergikan berba- gai usaha yang sudah dijalankan
oleh masyarakat. Lalu, bagaimana jika BUM Desa sudah
terlanjur mulai menja- lankan jenis usaha yang juga
digeluti oleh masyarakat se- tempat? Tentu saja usaha
yang sudah ada tersebut tidak harus dimatikan, tetapi
harus dikembangkan untuk men- dukung usaha sejenis
yang dikelola masyarakat. Misalnya, BUM Desa
menjalankan usaha perdagangan sembako dan beberapa
warga setempat juga menjalankan usaha yang

98 Kelayakan Usaha BUM


sama, maka sebaiknya BUM Desa berperan sebagai gro-
sirnya dan tidak menjual secara eceran.
Analisis lingkungan usaha secara sederhana dapat di-
lakukan dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut
ini:
 Bagaimana situasi dan kondisi ancaman bagi BUM
Desa sebagai pendatang baru ke dalam bidang usaha
yang akan dijalankan?
 Bagaimana situasi persaingan antarperusahaan
dalam bidang usaha yang akan dijalankan BUM
Desa?
 Adakah produk pengganti yang beredar di pasaran
se- hingga menjadi ancaman bagi usaha BUM Desa?.
 Bagaimana kekuatan tawar-menawar dari pembeli
(buyers) dan pemasok (suppliers)?
 Bagaimana kekuatan pengaruh stakeholder lainnya
(pemerintah, serikat pekerja, lingkungan masyarakat,
kreditor, pemasok, asosiasi dagang, kelompok yang
mempunyai kepentingan lain, dan pemilik modal)?

Apabila jawaban dari setiap pertanyaan tersebut meng-


arah pada keadaan yang aman bagi usaha yang akan dija-
lankan BUM Desa, maka kegiatan usaha yang direncana-
kan dapat dilanjutkan.

Kelayakan Usaha BUM 9


Aspek Lingkungan Hidup
Kualitas lingkungan hidup
merupakan hal penting untuk di-
jaga kelestariannya demi keber-
langsungan hidup manusia. Oleh Pilihlah jenis kegiatan usaha yang ramah lin
karena itu, rencana usaha yang
akan dijalankan harus memper-
hitungkan dampak lingkungan.
Kegiatan usaha BUM Desa
jangan sampai menimbulkan
gangguan
atau kerusakan lingkungan hidup. Terutama apabila kegiat-
an usahanya itu memproduksi barang yang menimbulkan
limbah, maka harus diperhatikan dengan sungguh-sung-
guh penanganan limbahnya agar tidak mencemari ling-
kungan. Akan lebih baik lagi apabila kegiatan usaha yang
akan dijalankan itu justru dapat memperbaiki atau setidak-
tidaknya menjaga kelestarian lingkungan hidup. Misalnya,
usaha yang akan dijalankan berupa kegiatan usaha kehu-
tanan atau perkebunan dengan memanfaatkan lahan gun-
dul. Apabila kegiatan usaha yang direncanakan tidak ber-
dampak negatif (tidak merusak) pada kualitas lingkungan
hidup, maka kegiatan usaha yang direncanakan itu layak
untuk dijalankan.

10 Kelayakan Usaha BUM


Bagian VII
ASPEK HUKUM (YURIDIS)

K
ajian aspek hukum untuk menilai kelayakan usaha
yang akan diselenggarakan oleh BUM Desa
merupa- kan langkah penting yang harus dilakukan.
Hasil kaji-
an aspek hukum ini sangat diperlukan untuk menghindari
terjadinya protes warga dan penutupan/pembekuan usaha
oleh pemerintah karena pelanggaran hukum positif yang
berlaku.
Berdasarkan UU No. 6/2014 tentang Desa pada Pasal
87 (khususnya ayat 1 dan 3) dan Pasal 88, apabila pendirian
BUM Desa itu berdasarkan kesepakatan Musyawarah
Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa, maka BUM
Desa itu legal atau sah menurut hukum. Namun demikian,
khu- sus untuk unit-unit usaha BUM Desa yang akan
ditangani, perlu memperhatikan aspek hukum sebagai
berikut:

Kelayakan Usaha BUM 1


1. Bentuk Usaha dan Perijinannya
Dalam merencanakan suatu
kegiatan usaha perlu mem-
perhatikan bentuk usaha Sebelum rencana usaha dilaksanakan, pasti
beserta perijinannya. Oleh
karena itu, sebelum rencana
usaha itu dilaksanakan perlu
mempelajari peraturan per-
undang-undangan yang me-
ngatur tentang bidang usaha
yang akan dijalankan. Apabila badan hukum dari unit
usaha BUM Desa yang akan dijalankan itu berbentuk
Perseroan Terbatas (PT), maka pendirian unit usaha
itu harus mengikuti prosedur yang diatur dalam UU
No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas. Apabila bi-
dang usaha yang akan digeluti itu berupa Lembaga
Keuangan Mikro, maka prosedur pendiriannya harus
menyesuaikan dengan UU No. 1/2013 tentang
Lemba- ga Keuangan Mikro dan UU No. 21/2011
tentang Oto- ritas Jasa Keuangan. Apabila skala
usahanya terma- suk Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) perlu mengacu UU No. 20/2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Apabila ternyata rencana usaha BUM Desa yang akan
dijalankan itu berskala kecil dan semata-mata meru-
pakan unit usaha yang beroperasi di wilayah desa

10 Kelayakan Usaha BUM


sendiri serta tidak melibatkan masyarakat luar desa,
maka tidak perlu berbadan hukum. Hal ini sesuai de-
ngan yang diatur dalam UU No. 6/2014 khususnya
Penjelasan Pasal 87 ayat (1).

2. Kesesuaian Usaha BUM Desa dengan Perencanaan


Pembangunan Desa
Rencana mendirikan unit
usaha BUM Desa harus me-
rupakan satu kesatuan de- Pastikan bahwa unit usa- ha BUM Desa yang
ngan perencanaan desa.
Dengan kata lain, rencana
usaha yang akan dijalankan
BUM Desa harus merupakan
realisasi dari perencanaan
pembangunan desa (RPJM
Desa dan RKP Desa). Artinya, rencana kegiatan usaha
tersebut sudah dimuat dalam RPJM Desa dan RKP
Desa. Jika ternyata rencana usaha tersebut belum ter-
muat dalam perencanaan pembangunan desa, maka
harus segera dilakukan review RPJM Desa beserta pe-
rencanaan turunannya melalui musyawarah desa.
RPJM Desa merupakan bagian tak terpisahkan dari
Peraturan Desa, sehingga RPJM Desa itu merupakan
bagian dari produk hukum desa. Oleh karena itu, unit
usaha BUM Desa yang dibentuk di luar RPJM Desa

Kelayakan Usaha BUM 1


dapat dikatakan inkonstitusional (cacat hukum), dan
ini tidak boleh terjadi.

3. Status Kepemilikan Lahan atau Lokasi Usaha


Untuk menjalankan suatu kegiatan usaha pasti me-
merlukan lahan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan.
Status pemilikan lahan sebagai lokasi usaha merupa-
kan hal sensitif, baik dipandang dari aspek hukum
maupun aspek sosial. Ketidak-jelasan status pemilikan
lahan yang digunakan sebagai lokasi usaha sangat
berisiko terjadinya konflik sosial di kemudian hari. Se-
lain itu, ketidak-jelasan status pemilikan lahan sebagai
lokasi usaha juga akan mempersulit dalam
pengurusan

10 Kelayakan Usaha BUM


perijinan usaha. Oleh karena
unit usaha BUM Desa itu mi-
Pastikan bahwa ada ke- jelasan tentang stat
lik Pemerintah Desa, maka
lahan yang paling aman un-
tuk digunakan sebagai lokasi
usaha adalah lahan milik
desa. Kalaupun lahan
tempat usaha menggunakan
sebagi- an atau seluruhnya
milik war-
ga masyarakat, maka harus ada kejelasan status
peng- gunaannya dan perlu dibuat perjanjian secara
tertulis di atas meterai. Ini dimaksudkan agar rencana
kegiatan usaha dapat dijalankan dengan lancar dan
terbebas dari konflik/sengketa.
Berdasarkan hasil kajian hukum ini, apabila rencana
usaha yang akan dijalankan berkesesuaian dengan
hukum yang berlaku atau tidak berdampak terhadap
pelanggaran hukum, maka rencana usaha tersebut
dapat dinyatakan layak untuk dijalankan.

Kelayakan Usaha BUM 1


Bagian VIII
PERENCANAAN USAHA

R encana usaha atau Business Plan pada dasarnya me-


rupakan uraian tertulis mengenai masa depan usa-
ha/bisnis, yang menjelaskan tentang: apa, dimana,
oleh siapa, dan bagaimana kegiatan usaha akan
dijalankan. Rencana usaha biasanya digunakan oleh
wirausahawan yang sedang mencari calon investor untuk
menyampaikan visi dan misinya kepada calon investor atau
pemodal. Menurut Pin- son (2003), ada tiga tujuan utama
menyusun rencana usa- ha. Pertama, sebagai panduan
dalam menjalankan usaha. Rencana usaha adalah cetak
biru bisnis yang memberi infor- masi lebih rinci atas
seluruh aspek kegiatan usaha di masa lalu dan masa
sekarang, maupun proyeksi beberapa tahun ke depan. Ini
bagi kegiatan usaha yang sudah berjalan. Bagi kegiatan
yang baru, tentu belum memiliki sejarah, sehingga
informasi yang termuat dalam rencana usaha lebih
didasar- kan proyeksi. Kedua, sebagai dokumentasi
pendanaan. Bila mencari dana, rencana bisnis akan

Kelayakan Usaha BUM 10


merinci bagaimana dana

10 Kelayakan Usaha BUM


itu dapat memajukan tujuan perusahaan dan
meningkatkan laba. Pemberi pinjaman ingin mengetahui
cara mengatur arus kas dan membayar pinjaman beserta
bunganya secara tepat waktu. Investor ingin tahu apakah
investasinya dapat meningkatkan kekayaan bersih serta
memperoleh laba atas investasinya itu. Ketiga, bila
berbisnis secara internasional, rencana bisnis menjadi alat
standar untuk mengevaluasi po- tensi bisnis di pasar luar
negeri. Rencana usaha/bisnis dapat menunjukkan cara
suatu perusahaan dapat bersaing di era global saat ini.
Rencana usaha perlu dibuat oleh siapapun yang akan
atau bahkan sudah menjalankan suatu kegiatan usaha.
Bagi desa yang hendak menjalankan BUM Desa, terlebih
dahulu perlu membuat rencana usaha agar segala aspek
yang berkenaan dengan kegiatan usaha yang akan dijalan-
kan dapat diperhitungkan dan dipersiapkan sebaik-baik-
nya. Demikian pula bagi desa yang sudah menjalankan
unit kegiatan usaha BUM Desa, rencana usaha perlu
dibuat dalam rangka pengembangan kegiatan usahanya.
Rencana usaha pada umumnya berisi gambaran dan
penjelasan mengenai aspek-aspek penting yang sangat
mempengaruhi jalannya kegiatan usaha yang direncana-
kan. Materi pokok yang biasanya dimuat dalam rencana
usaha meliputi:
1. Tujuan usaha,
2. Strategi yang digunakan untuk mencapainya,

Kelayakan Usaha BUM 10


3. Masalah potensial yang kira-kira akan dihadapi dan
cara mengatasinya,
4. Struktur organisasi (termasuk jabatan dan tanggung
jawab), dan
5. Modal yang diperlukan untuk membiayai perusahaan
dan bagaimana mempertahankannya sampai menca-
pai break even point (titik impas).

Daya tarik dari suatu rencana usaha sangat tergan-


tung pada kualitas dari cara menulis dan menyusunnya.
Seringkali kita memiliki ide bisnis yang sangat bagus, na-
mun kedodoran dalam mengungkapkannya dalam bentuk
rencana usaha (business plan). Sebuah rencana bisnis
akan baik apabila mengikuti pedoman yang telah disepa-
kati secara umum dalam dunia bisnis, baik dari segi
susun- an maupun isi.
Dalam praktek sehari-hari dokumen rencana usaha
dapat disusun berdasarkan hasil kajian kelayakan usaha
untuk memulai usaha atau mengembangkan usaha yang
sudah ada. Rencana usaha itu bukanlah suatu kajian ke-
layakan usaha, hal ini seringkali disalah-artikan. Kajian
ke- layakan usaha lebih bersifat sebagai kegiatan
penelitian untuk mengkaji apakah suatu kegiatan yang
direncana- kan itu layak atau tidak layak untuk
dijalankan. Sedangkan rencana usaha memiliki fungsi
perencanaan yang berisi- kan langkah-langkah yang
diperlukan untuk mewujudkan

11 Kelayakan Usaha BUM


suatu ide menjadi kenyataan. Hasil dari kajian kelayakan
usaha akan menjadi dasar bagi rencana usaha yang mulai
dipersiapkan jika sudah diketahui bahwa suatu alternatif itu
layak untuk dilanjutkan. Rencana usaha berisikan “cetak
biru” pelaksanaan usaha.

Ada 3 (tiga) bagian utama dari sebuah rencana usaha, yaitu:


1. Konsep Bisnis, yang menjelaskan secara rinci kegiat-
an usaha yang digeluti, struktur usaha, produk dan
jasa yang ditawarkan, dan bagaimana rencana untuk
mensukseskan bisnis.
2. Pasar, yang membahas dan menganalisis calon kon-
sumen: siapa dan dimana mereka berada, apa yang
menyebabkan mereka mau membeli, dan lain-lain.
Dalam bagian ini, perlu juga dijelaskan persaingan
yang akan dihadapi dan bagaimana memenangkan-
nya.
3. Finansial, mencakup estimasi atau perkiraan penda-
patan dan arus kas, neraca serta alat analisis
keuangan lainnya, misalnya analisis break even point.
Untuk ini mungkin akan memerlukan bantuan
seorang akuntan dan program software spreadsheet
yang bagus.

Kelayakan Usaha BUM 11


Ketiga bagian tersebut dapat dibagi-bagi lebih rinci
lagi, menjadi komponen-komponen kunci yang tersusun
menjadi sistematika perencanaan usaha sebagai berikut:

Halaman Judul

Berisi nama BUM Desa, alamat, dan nomor telephon serta


pengelolanya

Daftar Isi

Berisi nomor halaman dari bagian-bagian penting dalam pe-


rencanaan usaha

Ringkasan Eksekutif

Berisi penjelasan singkat dari rencana usaha yang akan di-


jalankan dan dasar yang mendukung usaha tersebut. Perlu di-
ingat bahwa para eksekutif biasanya memiliki kesibukan kerja
yang tinggi, sehingga waktu yang dimiliki untuk membaca do-
kumen perencanaan usaha sangat sempit. Itu sebabnya,
perlu dibuat Ringkasan Eksekutif dengan maksud agar
pejabat atau pengambil keputusan (eksekutif) dapat dengan
cepat mema- hami inti dari perencanaan usaha tanpa harus
membaca urai- an yang panjang.

11 Kelayakan Usaha BUM


Pernyataan Visi dan Misi

Visi menggambarkan secara singkat filosofi/nilai dan cita-cita


yang ingin diraih dari usaha yang akan dijalankan. Untuk me-
nyatakan Visi hendaknya diawali dengan kata keadaan, misal-
nya: Terwujudnya …. , Terbentuknya …., Menjadi …., Menu-
ju….., dan seterusnya. Misi menggambarkan jalan/strategi
yang dikehendaki agar visinya dapat terlaksana. Untuk
menya- takan Misi hendaknya diawali dengan kata kerja, W:
Menin- gkatkan…, Mengembangkan…., Menyempurnakan….,
dan se- terusnya.

Gambaran Perusahaan (BUM Desa)

Menjelaskan bentuk usaha (BUM Desa), nama perusahaan


(BUM Desa), organisasi, tujuan perusahaan (BUM Desa),
loka- si usaha, produk yang dihasilkan (barang atau jasa), dan
badan hukum perusahaan.

Perencanaan Produk (Barang dan Jasa)

Menjelaskan tentang keunggulan produk (barang atau jasa)


yang dihasilkan, dan alasan mengapa konsumen mengingin-
kan produk tersebut atau terdapat permintaan di pasar.

Kelayakan Usaha BUM 11


Perencanaan Pemasaran

Menggambarkan siapa yang menjadi konsumen dari produk-


produk yang dihasilkan (pasar yang dibidik), kondisi persaing-
an yang dihadapi, strategi yang akan dilakukan (strategi
harga, produk, distribusi, dan promosi).

Perencanaan Manajemen

Menggambarkan struktur organisasi beserta tugas dan fungsi


dari setiap bagian dalam struktur organisasi BUM Desa. Men-
jelaskan kompetensi (penguasaan kemampuan) yang dimiliki
pengelola BUM Desa dan sistem manajemen yang dijalankan.

Perencanaan Pengoperasian

Menjelaskan sistem produksi dan operasi yang digunakan,


fasilitas yang dimiliki, ketersediaan bahan baku atau keterja-
minan pemenuhan bahan baku.

Perencanaan Keuangan

Menggambarkan kebutuhan keuangan dan sumber keuangan


yang mungkin dapat digali, memproyeksikan pendapatan,
bia- ya dan laba (analisis waktu kembali modal, titik impas
dan arus kas).

11 Kelayakan Usaha BUM


Lampiran Dokumen Pendukung
Berisi data pengelola BUM Desa, copy akte pendirian Unit Usaha BUM Desa, c

Panjang atau pendeknya sebuah rencana usaha sa-


ngatlah tergantung pada fungsi dari rencana usaha itu
sendiri. Demikian pula jika rencana usaha dimaksudkan
untuk memperoleh dukungan dana jutaan atau bahkan
milyaran rupiah sebagai modal untuk memulai suatu usaha
yang beresiko, maka diperlukan banyak penjelasan untuk
meyakinkan pihak yang dituju. Namun jika rencana usaha
hanya untuk tujuan internal (untuk mengatur bisnis) maka
penyusunan rencana usaha dalam bentuk singkat sudah
cukup memadai.
Contoh penyusunan rencana usaha yang perlu dila-
kukan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) sebagai-
mana Lampiran 2. Contoh tersebut diambil dari praktik
pe- nyusunan rancanaan usaha yang dilakukan BUM
Desa di

Kelayakan Usaha BUM 11


salah satu desa mitra ACCESS Tahap II, yaitu Unit Usaha
Pengelolaan Air BUM Desa “GANTING” di Desa Labbo, Ke-
camatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng.

11 Kelayakan Usaha BUM


Kelayakan Usaha BUM 11
Bagian IX
PENUTUP

P ada dasarnya hal yang paling esensial dari keberadaan


Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) terletak pada
unit kegiatan usaha yang dijalankan. Ini sesuai de-
ngan sebutannya sebagai “badan usaha”, sehingga kegiat-
an utama dari BUM Desa adalah melakukan kegiatan usa-
ha ekonomi atau bisnis untuk memperoleh kemanfaatan
ekonomi maupun kemanfaatan lain yang lebih luas.
Apabila ada kelembagaan BUM Desa tetapi tidak memiliki
atau tidak menjalankan kegiatan usaha ekonomi dapat
diandaikan se- bagai wadah tanpa isi.
Dalam rangka merencanakan suatu unit kegiatan
usaha atau merencanakan pengembangan usaha yang
akan dijalankan BUM Desa, perlu diawali dengan kajian
kelayakan usaha. Menjalankan suatu kegiatan usaha yang
didasarkan coba-coba tanpa perhitungan yang matang
sangat beresiko mengalami kegagalan. Itu sebabnya
kajian kelayakan menjadi penting untuk dilakukan sejak
awal.

Kelayakan Usaha BUM 11


Kajian kelayakan usaha merupakan kegiatan untuk
menganalisis berbagai aspek yang terkait dengan kegiatan
bisnis. Aspek-aspek yang perlu dikaji meliputi: aspek pe-
masaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen
dan SDM, aspek keuangan, aspek sosial budaya, ekonomi,
politik, lingkungan, dan hukum. Hasil kajian terhadap ber-
bagai aspek tersebut akan menunjukkan layak atau tidak
layak suatu gagasan/ide dijalankan sebagai suatu jenis ke-
giatan usaha tertentu. Pengertian layak dalam kajian ini
adalah kemungkinan dari gagasan usaha/bisnis yang akan
dijalankan BUM Desa memberikan manfaat finansial (pro-
fit) maupun manfaat sosial (social benefit). Apabila hasil
kajian dari berbagai aspek menunjukkan “layak” maka
ide/ gagasan usaha BUM Desa dapat direalisasikan.
Apabila sebaliknya, hasil kajian menunjukkan “tidak
layak”, sebaik- nya gagasan usaha ditunda dulu sambil
mencari alternatif usaha lain untuk mengkondisikan
aspek-aspek yang tidak layak menjadi layak, atau gagasan
usaha itu tidak perlu di- lanjutkan.
Kajian kelayakan usaha perlu dilakukan baik dalam
rangka sedang merencanakan untuk menjalankan kegiat-
an usaha yang baru maupun dalam rangka pengembangan
usaha yang sudah ada.
Untuk melakukan kajian kelayakan usaha diperlukan
setidaknya pengetahuan dasar mengenai beberapa disi-
plin ilmu, antara lain: manajemen dan organisasi, market-

1 Kelayakan Usaha BUM


ing, akuntansi, dan pengetahuan teknis. Ini semua untuk
menunjang tercapainya ketepatan dalam menilai berbagai
aspek usaha.
Untuk menilai kelayakan aspek keuangan, khususnya
penilaian terhadap investasi, banyak metode yang dapat
digunakan. Untuk kajian kelayakan usaha BUM Desa yang
skala usahanya masih terbatas (kecil), dipandang cukup
untuk menggunakan metode yang sederhana. Dalam hal
ini, menggunakan perhitungan Periode Kembali Modal
(Pay Back Period) dan Titik Impas (Break Even Point) di-
rasa sudah cukup memadai.
Akhirnya, kajian kelayakan sebaik apapun belum
cukup menjamin keberhasilan suatu kegiatan usaha yang
akan dijalankan jika dalam pengelolaan usaha nantinya
tidak didukung komitmen yang kuat dari berbagai stake-
holders desa, terutama integritas diri dan komitmen pe-
mimpin desa beserta pengurus dan pengelola BUM Desa.

Kelayakan Usaha BUM 11


DAFTAR PUSTAKA

Dirjen. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. 2010. Pedoman


Fasilitasi Pemberdayaan Usaha Ekonomi
Masyarakat melalui Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes). Direk- torat Jenderal Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Ke- menterian Dalam Negeri.
Ibrahim, H.M. Yacob. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Pinson, Linda. 2003. Anatomy of a Business Plan: Panduan
Lengkap Menyusun Proposal dan Rencana Bisnis. Ja-
karta: Canary.
Subagyo, Ahmad. 2007. Studi Kelayakan: Teori dan Aplikasi.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Suherman, Eman. 2011. Praktik Bisnis Berbasis
Enterpreneur- ship: Panduan Memulai dan
Mengembangkan Bisnis dengan Mudah dan Sukses.
Bandung: Alfabeta.
Suparyanto, Wachyu. 2005. Mudah Menyusun Studi Kelayakan
Usaha. Bandung: Alfabeta.

Kelayakan Usaha BUM 12


Internet:
http://www.academia.edu/2714019/ANALISIS_USAHA_UKM.
(Diunduh tgl. 4 Agustus 2013)
http://relawandesa.files.wordpress.com/2008/06/1panduan-
BUM Desa.pdf. (Diunduh tgl. 15 Oktober 2013)

Peraturan Perundang-undangan:
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007
Tentang Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan
Data Profil Desa dan Kelurahan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010
Tentang Badan Usaha Milik Desa.

12 Kelayakan Usaha BUM


TENTANG PENULIS

Drs. Hastowiyono, M.S, lahir di Bantul, 21 Maret 1957.


Pendidik- an S1 Ilmu Sosiatri Fisipol UGM diselesaikan tahun
1982, dilan- jutkan menempuh studi S2 dalam bidang Studi
Kependudukan di UGM diselesaikan tahun 1990. Sebelum
masuk UGM, penulis pernah belajar di Akademi Akuntansi
YKPN Yogyakarta. Mulai tahun 1983 hingga sekarang penulis
bekerja sebagai Dosen Ne- geri Kopertis Wilayah V DIY
dipekerjakan pada STPMD “APMD” Yogyakarta. Jabatan yang
pernah diembannya adalah sebagai Kepala Unit Pelatihan
Komputer, Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (P3M), dan Pembantu Ketua I Bidang Akademik
STPMD “APMD” Yogyakarta. Penulis terlibat dalam tim
advokasi RUU Desa dan kegiatan-kegiatan penguat- an
kapasitas desa. Saat ini tengah terlibat sebagai katalisator desa
mandiri di Kabupaten Kutai Timur. Beberapa kegiatan lain yang
pernah dilakukan penulis meliputi seminar-seminar ilmiah,
kontributor penulisan buku, dan penelitian-penelitian tentang
masalah perdesaan.

Kelayakan Usaha BUM 12


Drs. Suharyanto, MM, lahir di Yogyakarta, 6 Mei 1962. Pendi-
dikan S-1 Ilmu Sosiatri Fisipol UGM diselesaikan tahun 1987,
dilanjutkan menempuh studi Magister Manajemen SDM di STIE
Mitra Indonesia tahun 1999. Mulai tahun 1989 – sekarang
seba- gai Dosen tetap di STPMD “APMD” Yogyakarta. Jabatan
yang pernah diembannya adalah Kepala Bagian Administrasi
Akade- mik dan kemahasiswaan, Pembantu Ketua I Bidang
Akade- mik, Sekretaris Program Pascasarjana dan Sekretaris
Program Studi Ilmu Pemerintahan Program Pascasarjana.
Pengalaman berorganisasi sejak 1985 sd sekarang sebagai
Ketua Pra Kope- rasi Mitra Usaha Kelurahan Pringgokusuman
Yogyakarta dan se- jak tahun 2001 - sekarang sebagai
Pengurus Koperasi Karyawan (KOPKAR) “APMD”.

12 Kelayakan Usaha BUM


PROFIL FPPD

Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD) merupakan


are- na untuk menyemai gagasan dan mendorong gerakan
pembaharuan desa. FPPD sebagai forum terbuka, merupakan arena
bagi proses pembelajaran dan pertukaran pengetahuan, pengalaman
multipihak, yang memungkinkan penyebarluasan gagasan
pembaharuan desa, konsolidasi gerakan dan jaringan, serta kelahiran
kebijakan yang res- ponsif terhadap desa.

Visi
Menjadi arena belajar pengembangan pembaharuan desa yang terper-
caya untuk mewujudkan masyarakat desa yang otonom dan
demokratis

Misi
Meningkatkan keterpaduan gerak antar pihak untuk pembaharuan
desa

Nilai-nilai Dasar
Menghormati keputusan bersama
Solidaritas
Tanggung-gugat
Menghargai perbedaan
Strategi
Konsolidasi gerakan pembaharuan desa

Kelayakan Usaha BUM 12


Lampiran 1.

INSTRUMEN BANTU PENILAIAN KELAYAKAN USAHA

Petunjuk Penggunaan

Instrumen penilaian kelayakan usaha yang berbentuk for-


mulir ini dibuat untuk memudahkan Tim Penyusunan
Kelayakan Usaha BUM Desa dalam menilai kelayakan usaha
dari setiap aspek yang dikaji. Ketepatan penilaian kelayakan
usaha sangat tergantung pada kesesuaian antara hasil kajian
lapangan (fact finding) dengan penentuan skor pada setiap
unsur yang dikaji. Cara menggunakan instrumen ini adalah
sebagai berikut:
1. Berilah tanda silang ( x ) atau dapat juga dengan tanda
cen- trang (  ) pada setiap kolom skor yang sesuai.
2. Skor pada Unsur dari setiap Aspek dijumlahkan dan ditulis
pada kolom TOTAL SKOR. Jumlah Unsur dari setiap As-
pek berbeda-beda, sehingga Total Skor minimal dan mak-
simalnya juga berbeda, yaitu:

JUMLAH TOTAL SKOR


No. ASPEK
UNSUR Minimal Maksimal

1. Pasar dan Pemasaran 8 8 40


2. Teknis dan Teknologi 8 8 40
3. Manajemen dan Sumber Daya Manusia 6 6 30

Kelayakan Usaha BUM 12


JUMLAH TOTAL SKOR
No. ASPEK
UNSUR Minimal Maksimal

4. Keuangan 6 6 30
Aspek Sosial-Budaya, Ekonomi, Politik,
5.
dan Lingkungan 15 15 75

6. Aspek Hukum (Yuridis) 7 7 35

3. Hitunglah NILAI dari setiap Aspek dengan cara: TOTAL


SKOR dibagi jumlah Unsur. Tulislah hasil perhitungan
terse- but pada kolom NILAI.
4. Buatlah kesimpulan berdasarkan NILAI pada setiap Aspek
tersebut dengan cara memberi tanda silang atau cetrang
pada kolom KESIMPULAN, dengan ketentuan:
NILAI > 3 adalah Layak
NILAI = 3 adalah Netral
NILAI < 3 adalah Tidak Layak

5. Buatlah Kesimpulan Akhir Tingkat Kelayakan Usaha ber-


dasarkan persentase dari Aspek yang layak. Rumus perhi-
tungannya adalah sbb:

TK = AL : A x 100%
TK = Tingkat Kelayakan Usaha
AL = Jumlah Aspek yang Layak
A = Jumlah seluruh Aspek yang dinilai (6 aspek)

12 Kelayakan Usaha BUM


Kriteria Kesimpulan Akhir:

TK lebih dari 80% = “LAYAK”


TK antara 60 % - 80% = “MERAGUKAN” atau
“KURANG LAYAK”
TK kurang dari 60% = “TIDAK LAYAK”

Contoh:
Jumlah Aspek yang dinyatakan Layak (AL) sebanyak 5 as-
pek, maka:
TK = AL : A x 100%
= 5 : 6 x 100% = 83,33%
Kesimpulan: kegiatan usaha yang direncanakan layak un-
tuk dijalankan.

CATATAN:
1. Penentuan skor harus didasarkan pada data dan
infor- masi yang diperoleh dari kajian lapangan,
laporan/in- formasi dari warga desa, kajian data
sekunder (misal: data profil desa), dan sebagainya.
2. Penentuan skor harus dilakukan dalam forum rapat
atau musyawarah Tim Penyusunan Kelayakan Usaha
BUM Desa. Ini dimaksudkan agar penentuan skor da-
pat dilakukan seobyektif mungkin.
3. Meskipun kegiatan usaha dinyatakan layak tetapi Ting-
kat Kelayakan Usaha tidak mencapai 100%, maka ada
unsur-unsur yang bermasalah dan perlu dilakukan
upaya perbaikan.

Kelayakan Usaha BUM 12


FORMULIR PENILAIAN KELAYAKAN USAHA

JENIS USAHA :
NAMA BUM Desa :
NAMA DESA :
STATUS USAHA : £ BARU £ SUDAH BERJALAN

I. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN


SKOR *)
NO. UNSUR YANG DINILAI
1 2 3 4 5
1. Masyarakat/konsumen sangat membutuhkan
dan menginginkan produk yang akan
dihasilkan dan akan terus membutuhkan dalam
jangka waktu yang lama
2. Konsumen mempunyai kemampuan membeli
(daya beli) dan bersedia membeli produk
yang ditawarkan
3. Jumlah konsumen banyak
4. Permintaan konsumen terhadap produk
yang ditawarkan cenderung akan meningkat
di kemudian hari
5. Produk (berupa barang atau jasa) sesuai
de- ngan kebutuhan konsumen
6. Harga yang ditawarkan dapat diterima
oleh konsumen
7. Barang dan/atau jasa yang ditawarkan
mudah didapatkan oleh konsumen
8 Konsumen mudah mendapatkan informasi
tentang barang/jasa yang ditawarkan

13 Kelayakan Usaha BUM


TOTALSKOR
NILAI
( Total Skor dibagi Jumlah Unsur )
KESIMPULAN:
□ TIDAK LAYAK
Nilai > 3 (Layak)
□ MERAGUKAN
Nilai = 3 (Meragukan)
□ LAYAK
Nilai < 3 (Tidak Layak)
*) Kriteria Skor:
1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju
5 = Sangat Setuju

II. ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI (ASPEK


PRODUKSI)

SKOR *)
NO. UNSUR YANG DINILAI
1 2 3 4 5
1. Produk yang dihasilkan merupakan produk
yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
kon- sumen
2. Produk (barang dan jasa) yang dihasilkan
meru- pakan produk berkualitas.
3. Memiliki teknologi yang tepat sehingga dapat
dioperasikan untuk menghasilkan produk
(barang atau jasa).
4. Kapasitas produksi dari usaha BUM Desa dapat
disesuaikan agar mampu memenuhi kebutuhan
konsumen
5. Pemilihan lokasi usaha BUM Desa sudah tepat
6. Tata letak fasilitas usaha BUM Desa sudah tepat
7. Rencana produksi dari usaha BUM Desa dapat
dikelola dengan baik

Kelayakan Usaha BUM 13


8. Persediaan bahan baku dari usaha BUM Desa
dapat diperhitungkan dan dapat
dikendalikan dengan baik
TOTALSKOR
NILAI
( Total Skor dibagi Jumlah Unsur )
KESIMPULAN:
Nilai > 3 (Layak) □ TIDAK LAYAK
Nilai = 3 (Meragukan) □ MERAGUKAN
Nilai < 3 (Tidak Layak) □ LAYAK

*) Kriteria Skor:
1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju5 =
Sa- ngat Setuju

III. ASPEK MANAJEMEN DAN SUMBER DAYA MANUSIA


SKOR *)
NO. UNSUR YANG DINILAI
1 2 3 4 5
1. Pengembangan usaha BUM Desa dapat direnca-
nakan dengan baik
2. Usaha yang akan dikelola oleh BUM Desa memiliki
asas dan struktur organisasi yang efektif dan
efisien
3. Usaha yang akan dikelola oleh BUM Desa akan
dipimpin oleh pemimpin yang memiliki jiwa
kepemimpinan dan staf/karyawan yang memiliki
dedikasi (kesetiaan) kepada organisasi
4. Fungsi-fungsi pengendalian dan pengawasan
terhadap usaha yang akan dikelola oleh BUM Desa
berjalan dengan baik

13 Kelayakan Usaha BUM


5. Usaha yang akan dikelola BUM Desa didukung
oleh orang-orang yang terampil dan berkompeten
untuk mengelola kegiatan usaha
6. Seluruh personil pengelola BUM Desa (Pengurus,
Badan Pengawas, Seksi-seksi, dan staf) dapat
bekerjasama dan kompak dalam bekerja

TOTALSKOR

NILAI
( Total Skor dibagi Jumlah Unsur )
KESIMPULAN:
□ TIDAK LAYAK
Nilai > 3 (Layak)
□ MERAGUKAN
Nilai = 3 (Meragukan)
□ LAYAK
Nilai < 3 (Tidak Layak)
*) Kriteria Skor:
1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju
5 = Sangat Setuju

IV. ASPEK KEUANGAN


SKOR *)
NO. UNSUR YANG DINILAI
1 2 3 4 5
1. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk investasi awal
dan modal kerja dalam usaha ini dapat dihitung
dengan mudah
2. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk investasi awal
dan modal kerja dalam usaha ini tidak terlalu
besar
3. Sumber dana untuk menjalankan usaha telah terse-
dia dan dapat diperoleh
4. Usaha ini diperkirakan akan menghasilkan
keun- tungan yang memadai karena
penerimaan lebih besar daripada pengeluaran

Kelayakan Usaha BUM 13


5. Usaha ini mempunyai cukup uang untuk memba-
yar tagihan atau membiayai kegiatan usaha, karena
uang yang diperoleh lebih banyak dibandingkan
dengan uang yang dikeluarkan.
6. Modal yang dikeluarkan untuk usaha ini akan
kembali dalam waktu yang sudah ditentukan
(balik modal)
TOTALSKOR
NILAI
( Total Skor dibagi Jumlah Unsur)
KESIMPULAN:
□ TIDAK LAYAK
Nilai > 3 (Layak)
□ MERAGUKAN
Nilai = 3 (Meragukan)
□ LAYAK
Nilai < 3 (Tidak Layak)
KETERANGAN:
*) Kriteria Skor:
1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju
5 = Sangat Setuju

Untuk meyakinkan atau membuktikan bahwa kegiatan


usaha BUM Desa memiliki kelayakan dari aspek keuangan,
maka terlebih dahulu perlu dilakukan:

1. Menghitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk


inves- tasi awal (tanah, bangunan, peralatan, dll.)
2. Menghitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk modal
kerja usaha (membeli bahan baku, membayar upah/tenaga,
membayar tagihan listrik, dll)

13 Kelayakan Usaha BUM


3. Mengidentifikasi dari mana sumber dana untuk inves-
tasi awal dan modal kerja (pemerintah desa, tabungan
masyarakat, bantuan pemerintah (kabupaten/provinsi),
pinjaman, dan/atau penyertaan modal pihak lain atau
kerja sama bagi hasil)
4. Memperkirakan pos-pos penerimaan usaha dan penge-
luaran usaha yang akan digunakan dalam menghitung
laporan rugi laba usaha.
5. Memperkirakan pos-pos penerimaan kas dan pengeluar-
an kas yang akan digunakan dalam menghitung aliran
kas usaha.
6. Memperkirakan harta, hutang, dan modal usaha untuk
menyusun laporan neraca
7. Memperkirakan berapa tahun modal akan kembali

V. ASPEK SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, POLITIK,


LINGKUNGAN USAHA Dan LINGKUNGAN HIDUP
SKOR *)
NO UNSUR YANG DINILAI
1 2 3 4 5
A. Aspek Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik:
1. Banyak warga desa yang akan menerima manfaat
dari kegiatan usaha ini
2. Usaha ini tidak terpengaruh oleh gejolak sosial
dan politik

Kelayakan Usaha BUM 13


SKOR *)
NO UNSUR YANG DINILAI
1 2 3 4 5
3. Kegiatan usaha ini mendapat dukungan dari
Pemerintah Desa (kepala desa) dan/atau
Pemerin- tah Kabupaten (Bupati)
4. Usaha ini tidak memiliki dampak negatif bagi
ke- hidupan sosial budaya masyarakat
5. Kemungkinan kegiatan usaha ini akan diambil
alih oleh pemerintah supra desa (pemerintah di
atas desa) sangat kecil.
6. Potensi konflik sosial dari usaha ini rendah,
atau adanya kegiatan usaha ini dapat melerai
konflik masyarakat
B. Kelayakan Usaha dari Aspek Lingkungan Usaha:
7. Tidak ada pelaku bisnis baru yang masuk ke desa
dan mengancam keberlangsungan usaha BUM
Desa ini?
8. Tidak ada persaingan yang ketat dalam usaha yang
akan dijalankan
9. Tidak ada ancaman dari produk pengganti bagi
usaha BUM Desa?
10. Kekuatan tawar-menawar dari pembeli rendah

11. Kekuatan tawar-menawar dari pemasok (suppliers)


rendah
12. Pengaruh kepentingan kelompok lain (pemilik
modal, pelaku usaha lain, dll) di masyarakat
terha- dap usaha ini rendah
C. Kelayakan Usaha dari Aspek Lingkungan Hidup
13. Usaha yang akan dijalankan tidak merusak
ling- kungan hidup
14. Limbah dari usaha ini dapat dikelola dengan baik

13 Kelayakan Usaha BUM


SKOR *)
NO UNSUR YANG DINILAI
1 2 3 4 5
15. Usaha ini akan meningkatkan kualitas
lingkungan hidup
TOTALSKOR
NILAI
( Total Skor dibagi Jumlah Unsur )
KESIMPULAN:
□ TIDAK LAYAK
Nilai > 3 (Layak)
□ MERAGUKAN
Nilai = 3 (Meragukan)
□ LAYAK
Nilai < 3 (Tidak Layak)
*) Kriteria Skor:
1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju
5 = Sangat Setuju

VI. ASPEK HUKUM (YURIDIS)


SKOR *)
NO. UNSUR YANG DINILAI
1 2 3 4 5
1. Rencana usaha yang akan dijalankan oleh BUM
Desa ini sejalan dengan rencana pembangunan
ekonomi desa (RPJMDes)
2. Pengurus dan Pengelola usaha berasal dari dalam
desa
3. Bentuk badan hukum dari kegiatan usaha mudah
diurus
4. Mudah mendapatkan perijinan atas jenis usaha
yang akan dijalankan karena tidak
bertentangan dengan peraturan yang ada?
5. Tanah yang digunakan sebagai tempat usaha
merupakan tanah milik desa

Kelayakan Usaha BUM 13


6. Status lahan untuk lokasi usaha bebas dari seng-
keta
7. Lokasi usaha sesuai dengan rencana tata ruang/
wilayah
TOTALSKOR
NILAI
( Total Skor dibagi Jumlah Unsur)
KESIMPULAN:
□ TIDAK LAYAK
Nilai > 3 (Layak)
□ MERAGUKAN
Nilai = 3 (Meragukan)
□ LAYAK
Nilai < 3 (Tidak Layak)
*) Kriteria Skor:
1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju
5 = Sangat Setuju

VII. KESIMPULAN AKHIR

Jumlah Aspek yang LAYAK (AL)


JUMLAH ASPEK YANG DINILAI (A) 6
TINGKAT KELAYAKAN (TK) = AL : A x 100% %
KESIMPULAN:
TK > 80% (Layak) □ TIDAK LAYAK
TK 60 % - 80% □ MERAGUKAN
(Meragukan) TK <60% □ LAYAK
(Tidak Layak)

13 Kelayakan Usaha BUM


Lampiran 2.

Contoh Perencanaan Usaha (Business Plan)

DAFTAR

Kelayakan Usaha BUM 13


SAMPUL
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF

A. GAMBARAN UMUM DESA LABBO


B. GAMBARAN Tentang BUM Desa “GANTING”
1. Visi dan Misi.
2. Tujuan
3. Badan Hukum
4. Organisasi
5. Unit Usaha
6. Sumber Keuangan
7. Peluang Pengembangan Usaha

C. UNIT USAHA PENGELOLAAN AIR MINUM


1. Latar Belakang Pemilihan Usaha
2. Perencanaan Produk
3. Perencanaan Pemasaran
4. Perencanaan Manajemen
5. Perencanaan Pengoperasian
6. Perencanaan Keuangan
7. Perencanaan Jadwal Pelaksanaan

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kelembagaan BUM Desa
Lampiran 2. Foto copy Akte Notaris

14 Kelayakan Usaha BUM


Lampiran 3. Foto copy Peraturan Desa
Lampiran 4. Foto copy SK Kepengurusan
Lampiran 5. Berita Acara Musyawarah Desa

RINGKASAN EKSEKUTIF
Badan Usaha Milik Desa “GANTING” atau yang sering di-
singkat BUM Desa “GANTING” merupakan lembaga usaha eko-
nomi desa milik Pemerintah Desa Labbo Kecamatan
Tompobulu Kabaupaten Bantaeng. BUM Desa “GANTING”
didirikan pada tanggal 31 Desember 2008 melalui forum
musyawarah desa yang dihadiri perwakilan warga masyarakat,
Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa dan lembaga
kemasyarakatan lainnya.
BUM Desa “GANTING” telah memiliki struktur organisasi
kepengurusan yang lengkap dan cukup sederhana (ramping),
yaitu terdiri atas Komisaris, Direktur, Sekretaris, dan
Bendahara. Komisaris dijabat oleh Kepala Desa, Direktur
dijabat oleh Sa- haruddin, S.Ag, Sekretaris dijabat oleh
Jamaluddin, S.Pd, dan Bendahara dijabat oleh Darmiati, Sp.
Komisaris beserta seluruh pengurus lainnya dapat saling
bekerjasama sehingga kegiatan usaha BUM Desa yang sudah
ada dapat berjalan dengan baik.
Salah satu unit usaha yang akan dikembangkan BUM Desa
“GANTING” adalah kegiatan usaha pengelolaan air bersih de-
ngan pemasangan sambungan pipa dan meteran air. Muncul-
nya ide untuk menjalankan kegiatan usaha tersebut dilatar
bela- kangi oleh keadaan warga desa yang mengalami kesulitan
untuk memperoleh air bersih. Ini disebabkan letak sumber air
bersih yang cukup jauh.
Kelayakan Usaha BUM 14
Kegiatan usaha pengelolaan air bersih ini memiliki pros-
pek yang sangat bagus, baik ditinjau dari segi sosial maupun
dari segi bisnis. Dari segi sosial, dengan adanya kegiatan usaha
tersebut akan sangat membantu warga desa dalam memenuhi
kebutuhan air bersih, sehingga akan mendukung peningkatan
kesehatan masyarakat. Dari segi bisnis, kegiatan usaha
pengelo- laan air bersih sangat diminati oleh warga desa,
sehingga untuk pemasaran produk sangat mudah karena
pasarnya selalu terse- dia. Terlebih di Desa Labbo tidak ada
pihak-pihak yang membu- ka usaha sejenis, sehingga tidak ada
pesaingnya.
Pada tahap awal usaha, target pasarnya adalah 400 rumah
tangga yang ada di Desa Labbo. Jumlah pelanggan diyakini
akan bertambah semakin banyak di masa yang akan datang.
Harga langganan telah diperhitungkan dan dimusyawarahkan
bersama warga desa, yaitu sebesar Rp. 250/m 3 ditambah infak
setiap pelanggan Rp. 500/bln. Harga tersebut dirasakan ringan
bagi warga dan BUM Desa tidak rugi.
Untuk merealisasikan rencana kegiatan tersebut tentu me-
merlukan dana sebagai biaya investasi maupun modal kerja
pada tahap awal usaha. Berdasarkan perhitungan yang cermat,
kebutuhan dana untuk biaya investasi sebesar Rp. 74,950,000,-
dan modal kerja sebesar Rp. 8,170,000,- sehingga total biaya
yang diperlukan Rp. 83, 120,000,-. Biaya investasi digunakan
untuk pengadaan sarana pipa air, meteran air, bahan-bahan,
biaya transportasi dan biaya pemasangan. Biaya modal kerja
digunakan untuk insentif pengurus/pengelola selama 12 bulan
terhitung sejak kegiatan usaha dapat dioperasionalkan. Total

14 Kelayakan Usaha BUM


modal awal tersebut diharapkan diperoleh dari Pemerintah Ka-
bupaten Bantaeng.
Berdasarkan hasil kajian kelayakan, perhitungan Payback
Period (waktu kembali modal) adalah 3 tahun lebih 1 bulan. Ini
menggambarkan waktu yang diperlukan untuk kembali modal
termasuk pendek, sehingga kegiatan usaha ini dari segi bisnis
tetap menguntungkan. Ini dipertegas lagi dengan perkiraan
Laba-Rugi yang menunjukkan kegiatan usaha pengelolaan
air bersih akan memperoleh Laba Bersih Rp. 16,933,333,-/th.
Hasil perhitungan Net Present Value (NPV) dari arus kas bersih
menunjukkan positif, yaitu NPV = Rp. 24,397,784,-. Profitabi-
lity index (PI) juga menunjukkan positif, yaitu PI=1,33. Dengan
demikian, berdasarkan parameter-parameter akuntansi yang
di- gunakan semuanya mengarahkan pada kesimpulan bahwa
keg- iatan usaha tersebut layak dan menguntungkan.
Keuntungan yang diperoleh dari usaha pengelolaan air
ber- sih sebagian akan digunakan untuk pengembangan usaha,
dan sebagian sisanya disetorkan ke Pemerintah Desa sebagai
tam- bahan Pendapatan Asli Desa.
Ketersediaan sumber daya manusia untuk mengelola usa-
ha, baik secara kualitas maupun kuantitas sangat memadai,
dan kebutuhan SDM dapat dicukupi dari Desa Labbo sendiri se-
hingga menguntungkan dari berbagai segi. Ketersediaan SDM
tersebut menjadikan kegiatan usaha pengelolaan air bersih da-
pat dijalankan dengan baik.
Kegiatan usaha pengelolaan air bersih yang bersumber
dari sungai dan mata air hutan pegunungan sangat
mendukung pe-

Kelayakan Usaha BUM 14


lestarian lingkungan hidup. Kegiatan usaha tersebut selain
tidak menghasilkan limbah yang merugikan lingkungan, juga
dapat memotivasi warga desa untuk mempertahankan
keberadaan hutan. Dengan demikian kegiatan usaha ini
berdampak positif bagi kelestarian lingkungan hidup.
Dari segi yuridis, BUM Desa “GANTING” telah memiliki le-
galitas, karena sudah ditetapkan dengan Peraturan Desa. De-
ngan demikian, secara yuridis tidak ada kendala untuk segera
beroperasi.

A. GAMBARAN UMUM DESA LABBO


1. Kondisi Geografis
a. Letak Desa
Desa Labbo adalah salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Tompobulu yang berada di bagian utara
Kabupaten Bantaeng. Jarak tempuh wilayah Desa
Labbo dari Ibukota Kabupaten Bantaeng 23 km. Desa
ini memiliki luas wilayah 9.8 km2, dengan potensi la-
han yang produktif.
Adapun batas-batas desa sebagai berikut :

Sebelah Utara : Asayya Kelurahan Ereng-ereng dan


Kab. Bulukumba
Sebelah Timur : Desa Pattaneteang dan Kab. Bulu-
kumba

14 Kelayakan Usaha BUM


Sebelah Selatan : Desa Balumbung dan Kelurahan
Ereng-Ereng
Sebelah Barat : Kelurahan Ereng-Ereng dan Kab.Bu-
lukumba

b. Topografi Desa
Desa Labbo memiliki kondisi daerah yang berbukit-
bukit, berada di atas gunung dengan ketinggian anta-
ra 750 m sampai 1000 m di atas permukaan laut.
Kondisi tanah cukup subur untuk ditanami berbagai
jenis tanaman, baik tanaman jangka pendek maupun
tanaman jangka panjang. Tanaman jangka panjang
adalah kopi, cengkeh serta kakao, sedangkan tanam-
an jangka pendek adalah sayur-sayuran.
Daerah pegunungan di Desa Labbo terdapat hutan
yang terpelihara dengan baik. Oleh karena itu mata
air dan sungai hingga saat dapat menyediakan air un-
tuk kebutuhan warga desa. Namun demikian, karena
jauhnya lokasi sumber air tersebut sehingga warga
desa banyak yang mengalami kendala untuk
memper- olehnya.

2. Kondisi Demografis
a. Jumlah Penduduk
Desa Labbo memiliki jumlah penduduk 883 KK (741
KK laki-laki dan 142 KK perempuan) yang terdiri atas
1.529 jiwa laki-laki dan 1.644 jiwa perempuan se-

Kelayakan Usaha BUM 14


hingga jumlah penduduk secara keseluruhan seban-
yak 3.173 jiwa.

b. Sumber Mata Pencaharian Pokok


Sumber mata pencaharian masyarakat di Desa Lab-
bo meliputi: Petani, Pengusaha/Pedagang, PNS, Tu-
kang Kayu, Tukang Batu, Perbengkelan, Tukang Ojek,
Kerajinan Tangan, Buruh Tani, Buruh Bangunan, dan
beberapa warga merantau keluar daerah untuk men-
cari nafkah.

3. Administrasi Desa
Pusat pemerintahan Desa Labbo terletak di Dusun Labbo
dan untuk menuju Kantor Desa dapat dijangkau dengan
kendaraan umum atau jalan kaki, karena berada di jalan
poros yang terhubung langsung dengan pusat kota Kabu-
paten Bantaeng dan telah di-hotmix.
Secara administratif Desa Labbo terbagi atas 4 dusun yaitu:
1) Dusun Pattiro membawahi 2 RW dan 4 RT
2) Dusun Ganting membawahi 2 RW dan 4 RT
3) Dusun Panjang selatan membawahi 2 RW dan 4 RT
4) Dusun Bawa membawahi 2 RW dan 4 RT
5) Dusun Labbo Membawahi 2 RW dan 4 RT
6) Dusun panjang Utara membawahi 2 RW dan 4 RT

Setiap Dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun


dibantu oleh Ketua RW dan Ketua RT.

14 Kelayakan Usaha BUM


Kepala Desa pada dasarnya bertanggung jawab kepada
masyarakat desa, dan prosedur pertanggungjawaban di-
sampaikan ke Bupati melalui Camat, kemudian dari pada
itu Kepala Desa bersama dengan BPD setiap tahun wajib
memberikan keterangan laporan pertanggungjawaban ke-
pada masyarakatnya.

B. GAMBARAN Tentang BUM Desa “GANTING”


Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) GANTING Desa Lab-
bo Kec. Tompobulu di bentuk melalui Musyawarah Desa pada
Tanggal 31 Desember 2008.
1. Visi dan Misi
a. Visi BUM Desa:
“Terwujudnya Kemandirian masyarakat menuju ma-
syarakat yang sejahtera berlandaskan Iman dan
Takwa Kepada Allah SWT”

b. Misi BUM Desa:


1. Mendorong berkembangnya usaha-usaha untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat.
2. Menampung berbagai kegiatan usaha ekonomi
yang ditekuni masyarakat.
3. Mendorong dan memfasilitasi proses penguatan
kelembagaan usaha masyarakat.
4. Menciptakan ruang dan peluang terhadap upaya
pemberdayaan masyarakat miskin untuk mening-
katan kesejahteraan.

Kelayakan Usaha BUM 14


5. Meningkatkan kemampuan kelembagaan masya-
rakat dalam mengelola kegiatan usaha dan per-
tanggungjawaban keuangan.

2. Tujuan BUM Desa:


a. Mendorong berkembangnya kegiatan perekonomian
masyarakat desa.
b. Meningkatkan kreativitas dan peluang usaha ekonomi
produktif (berwirausaha anggota masyarakat desa yang
berpenghasilan rendah).
c. Meningkatkan pendapatan asli desa.
d. Meningkatkan pengolahan potensi desa sesuai de-
ngan kebutuhan masyarakat.

3. Badan Hukum
BUM Desa “GANTING” di Desa Labbo belum berbadan hu-
kum, namun legal karena telah ditetapkan dengan
Peratur- an Desa Labbo sehingga pendiriannya telah
memiliki alas hukum. Perdes tentang pendirian BUM Desa
“GANTING” tersebut telah dicatatkan di Kantor Notaris
Eddy Tungge- leng, SH dengan akte notaris Nomor 50.

4. Organisasi
Susunan organisasi kepengurusan BUM Desa “GANTING”
Desa Labbo terdiri dari :
a. Komisaris : Kepala Desa Labbo
b. Direktur : Saharuddin,S.Ag
c. Sekretaris : Jamaluddin, S.Pd
d. Bendahara : Darmiati,Sp

14 Kelayakan Usaha BUM


5. Unit Usaha
Unit Usaha BUM Desa “GANTING” meliputi:
a. Unit Usaha Pengelolaan air minum
b. Unit Usaha Simpan Pinjam
c. Unit Usaha Peternakan
d. Unit Usaha Pengelola Hutan Desa

6. Sumber keuangan:
a. Pemerintah Desa Labbo
b. Bantuan APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten
Bantaeng
c. Bantuan dari pihak lain yang tidak mengikat
d. Swadaya masyarakat

7. Gambaran Peluang Pengembangan Usaha


Desa Labbo memiliki potensi ekonomi Desa dari sektor per-
kebunan, dengan jenis yang dapat dikembangkan adalah kopi
dan cengkeh, kakao dan markisa. Sektor perdagangan ada-
lah adanya pasar desa. Sektor peternakan, yaitu peternakan
sapi, kuda, dan kambing. Sektor jasa yang dapat
dikembang- kan antara lain: pengelolaan simpan pinjam,
pengelolaan air minum, serta jasa perbengkelan dan
pertukangan. Sektor in- dustri rumah tangga juga potensial
untuk dikembangkan.
Sektor-sektor perekonomian tersebut selama ini menjadi
mata pencaharian pokok masyarakat Desa Labbo dan mi-
liki peluang pengembangan yang cukup besar untuk me-
ningkatkan kesejahteraan penduduk Desa Labbo.

Kelayakan Usaha BUM 14


C. UNIT USAHA PENGELOLAAN AIR MINUM
Pengelolaan sarana air minum dengan sistem meterisasi
yang dikelola secara profesional akan memberikan pelayanan
yang baik kepada masyarakat dalam hal pemerataan
pengguna- an air. Di sisi lain akan memberikan tambahan
pendapatan asli desa dalam bentuk sisa hasil usaha yang wajib
di setor ke kas desa setiap tahun. Usaha pengelolaan air minum
di Desa Labbo memiliki peluang pengembangan yang cukup
besar dengan melihat potensi sumber daya alam yang berupa
sungai dan mata air. Sungai dan mata air yang berasal dari
hutan di pegu- nungan yang ada di Desa Labbo memiliki
kualitas yang baik, artinya air tersebut layak/sehat untuk
dikonsumsi.

1. Latar Belakang Pemilihan Usaha


Desa labbo memiliki potensi sumber daya air yang mema-
dai dengan banyaknya mata air dan sungai yang diman-
faatkan masyarakat untuk menjadi air minum sejak
dahulu sampai sekarang. Pemanfaatan sumber air
tersebut ada yang dikelola secara tradisional, dan ada juga
yang telah mendapatkan pendanaan melalui program Care
dan PPK/ PNPM Mandiri perdesaan untuk pengadaan
sarana perpi- paan. Pengelolaan sarana perpipaan
tersebut belum dikelo- la secara profesional sehingga
pengelolaannya belum mak- simal dan pemerataan air
tidak maksimal, sehingga kadang menyebabkan
masyarakat kekurangan air minum. Di sisi lain tidak
memberikan kontribusi finansial kepada Desa.

15 Kelayakan Usaha BUM


Berdasar keadaan tersebut, BUM Desa “GANTING” men-
jadikan pengelolaan air minum menjadi salah satu unit
usa- ha untuk memaksimalkan pengelolaan air di Desa
Labbo.

2. Perencanaan Produk
Produk yang akan dihasilkan oleh Unit Usaha Pengelolaan
Air adalah layanan jasa distribusi air melalui perpipaan yang
tersambung langsung ke rumah-rumah pelanggan. Produk
ini sangat dibutuhkan oleh warga desa (konsumen),
karena air bersih yang menjadi kebutuhan dasar warga
letak lokasi sumbernya jauh dari permukiman. Oleh
karena itu, dengan layanan jasa distribusi air bersih tersebut
selain warga desa terpenuhi kebutuhannya, juga terpenuhi
keinginannya un- tuk memperoleh air dengan mudah.

3. Perencanaan Pemasaran
Pasar yang dibidik adalah warga masyarakat Desa Labbo
yang memanfaatkan sarana perpipaan milik Pemerintah
Desa Labbo. Warga desa yang memanfaatkan sarana air
bersih tersebut cukup besar jumlahnya, yaitu sebanyak
400 KK, sehingga ini merupakan potensi pasar cukup
besar. Model pemasaran yang dilakukan adalah
menyambung pipa untuk menyalurkan air dari sumbernya
ke rumah kon- sumen dengan pemasangan meteran air.
Dengan pema- sangan meteran air, penggunaan air
menjadi terkontrol, dan ini menguntungkan semua pihak.
Bagi konsumen, adanya meteran air dapat mengatur
penggunaan air se- efisien mungkin sesuai dengan
kebutuhan dan kemam-

Kelayakan Usaha BUM 15


puannya. Bagi BUM Desa alat tersebut sangat membantu
dalam menentukan harga yang harus dibayar oleh setiap
pelanggan setiap bulannya.

Potensi pasar tersebut juga menjadi semakin kuat karena di


Desa Labbo dan sekitarnya tidak ada pihak yang membuka
usaha sejenis. Dengan demikian, kegiatan usaha pengelo-
laan air tidak ada pesaingnya.

Agar pasar tetap terjaga dengan baik, ada 2 (dua) strategi


yang ditempuh, yaitu:

a. Strategi harga
Strategi penentuan Biaya pengelolaan air yang dibeban-
kan kepada masyarakat disesuaikan kualitas pelayanan
dengan mengedepankan musyawarah untuk mufakat.
b. Strategi distribusi
Strategi distribusi dilaksanakan dengan memaksimal-
kan potensi Sumber Daya Manusia pengurus BUM
Desa dan potensi SDM lainnya dari Desa sendiri de-
ngan prinsip pelayanan prima.

4. Perencanaan Manajemen
a. Kompetensi yang dimiliki pengelola dapat dimanfaat-
kan secara optimal, karena mereka:
1) Memahami kondisi masyarakat Desa Labbo
2) Memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam
bi- dang pengelolaan Air
3) Memiliki pengalaman organisasi

15 Kelayakan Usaha BUM


b. Sistem manajemen yang di jalankan meliputi:
1) Manajemen Pelayanan
Manajemen pelayanan yang dilakukan adalah
pe- layanan yang cepat, tepat, senyum dan sapa.
2) Manajemen Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan dengan standar manaje-
men yang profesional yang berbasis kinerja.
3) Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan dikelola dengan standar
akuntansi keuangan yang mengedepankan akun-
tabilitas dan transparansi berdasarkan prinsip-
prinsip akutansi.
4) Manajemen Peningkatan Kapasitas SDM
Pengelola Unit Usaha dapat menjalin kerja sama
dengan pihak lain untuk meningkatkan kualitas
pelayanan. Pengelola unit usaha diikutsertakan
dalam pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan
tugas pokoknya.

5. Perencanaan Pengoperasian
Untuk mengoperasikan kegiatan usaha pengelolaan air di-
lakukan dengan menggunakan teknologi yang ramah ling-
kungan, tanpa menggunakan bahan bakar dan mudah
membangunnya. Teknologi yang dimaksud adalah sistem
grafitasi bumi. Untuk menyalurkan air dari sumbernya
menggunakan fasilitas sarana perpipaan sepanjang 7 Km
yang telah dimiliki BUM Desa “GANTING” Desa Labbo.

Kelayakan Usaha BUM 15


Bahan baku produk yang dijual adalah air bersih yang ber-
sumber dari mata air pegunungan. Mata air ini tak pernah
kering sepanjang masa, sehingga ketersediaan bahan baku
akan tetap terjamin dan biayanya sangat murah.
6. Perencanaan Keuangan
a. Dana yang diperlukan dan sumbernya
Untuk menjalankan kegiatan usaha pengelolaan air
diperlukan dana sebagai modal awal sebesar Rp.
83,120,000,-. Dana ini digunakan sebagai investasi
sebesar Rp. 74,950,000,- dan Rp. 8,170,000,- sisanya
untuk modal kerja. Kebutuhan dana untuk modal usa-
ha ini bersumber dari APBD Kabupaten Bantaeng.
b. Proyeksi pendapatan.
Berdasarkan hasil analisis keuangan dari kajian kela-
yakan yang telah dilakukan, pendapatan usaha dapat
diproyeksikan sebagai berikut (lihat Tabel 1):

15 Kelayakan Usaha BUM


Tabel 1
Perkiraan Arus Kas Unit Usaha Pengelolaan Air Minum BUM Desa “GANTING”
di Desa Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng
TAHUN KE:
NO URAIAN
1 2 3 4 5
A. ARUS KAS MASUK
1. Penerimaan infak dan biaya 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000
pemakaian air
2. Lain-lain - - - - -
TOTAL ARUS KAS MASUK (A) 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000

B. ARUS KAS KELUAR


Kelayakan Usaha BUM

1. ATK 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000


2. Insentif Pengelola 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000
3. Bunga bank - - - - -
4. Pajak - - - - -
5. Lain-lain - - - - -
TOTAL ARUS KAS KELUAR (B) 8,170,000 8,170,000 8,170,000 8,170,000 8,170,000

ARUS KAS BERSIH ( A – B ) 24,230,000 24,230,000 24,230,000 24,230,000 24,230,000


1
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa, arus kas bersih
adalah positif. Artinya pendapatan yang diperoleh lebih
besar daripada pengeluaran. Dengan kata lain, kegiatan
usaha ini layak untuk dijalankan, karena potensial menda-
patkan keuntungan. Pendapatan yang dapat diterima BUM
Desa ke depan dapat ditingkatkan lagi melalui penambah-
an pelanggan.

Proyeksi Laba-Rugi.
Berdasarkan hasil kajian kelayakan yang telah dilakukan,
kegiatan usaha pengelolaan air dalam keadaan laba
seperti yang ditunjukkan data pada Tabel 2 berikut ini.

15 Kelayakan Usaha BUM


Tabel 2
Proyeksi Laba-Rugi Unit Usaha Pengelolaan Air Minum BUM Desa “GANTING”
di Desa Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng
NO URAIAN TAHUN KE
1 2 3 4 5
A. PENJUALAN 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000
B. BIAYA POKOK PRODUKSI
1. Bahan Baku - - - - -
2. Upah Tenaga Kerja - - - - -
3. Biaya Umum Pabrik - - - - -

C. LABA KOTOR ( A – B ) 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000


Kelayakan Usaha BUM

D. BIAYA USAHA
1. ATK 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000
2. Gaji/Insentif Pengelola 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000
3. Biaya promosi - - - - -
4. Biaya Penyusutan 7,296,667 7,296,667 7,296,667 7,296,667 7,296,667
5. Lain-lain - - - - -
Total Biaya Usaha 15,466,667 15,466,667 15,466,667 15,466,667 15,466,667
1
1

E. LABA USAHA (C – D) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333


F. BUNGA - - - - -
G. LABA SEBELUM PAJAK (E-F ) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333
Kelayakan Usaha BUM

H. PAJAK - - - - -
I. LABA BERSIH (G – H ) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333
Tabel 2 menunjukkan Unit Usaha Pengelolaan Air
memper- oleh laba bersih sebesar Rp. 16,933,333 setiap
tahunnya. Angka ini tentu bukan merupakan laba yang
besar, tetapi sesuai dengan prinsip usaha yang dianut
BUM Desa tidak untuk mengejar laba yang besar, tetapi
lebih mengedepan- kan kemanfaatan bagi warga desa.

d. Waktu kembali modal (Payback Period)


Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, waktu kem-
bali modal adalah 3 tahun 1 bulan. Ini diperoleh dari
perhi- tungan sebagai berikut:
Investasi Awal sebesar Rp. 74,950,000, dan Arus Kas Ma-
suk Bersih sebesar Rp. 24,230,000. Berdasarkan data ini,
maka Payback Period-nya adalah sebagai berikut.
Payback Period = (74,950,000 / 24,230,000) X 1 tahun
= 3, 09 tahun atau 3 tahun lebih 1 bulan.
7. Rencana Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pembangunan infrastruktur dan pengoperasian ke-
giatan usaha pengelolaan air direncanakan mulai Bulan
Juli sampai Nopember 2010.

D. LAMPIRAN DOKUMEN PENDUKUNG


1. Dokumentasi Kelembagaan BUM Desa “GANTING”
2. Foto copy Akte Notaris
3. Foto copy Peraturan Desa
4. Foto copy SK Kepengurusan
5. Berita Acara Musyawarah Desa

Kelayakan Usaha BUM Desa 159


Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) atau yang disebut dengan
nama lain, merupakan lembaga ekonomi alternatif bagi desa
dalam rangka mendayagunakan potensi desa berbasis kebutuhan
masya- rakat. Menjalankan kegiatan usaha BUM Desa bertujuan
untuk me- nyejahterakan masyarakat desa dan meningkatkan
PADes. Untuk itu, kegiatan usaha yang dijalankan harus
diupayakan berjalan lancar dan tidak mengalami kerugian.
Kenyataan menunjukkan pendirian BUM Desa pada umumnya
belum dipersiapkan melalui studi kelayakan maupun perencanaan
usaha secara memadai, sehingga banyak BUM Des yang berdiri
tetapi langka kegiatan usaha yang berjalan secara efektif. Salah
satu penyebabnya adalah keter- batasan pengetahuan dan
ketrampilan pelaku BUM Desa untuk melakukan studi kelayakan
usaha.

Buku ini dihadirkan dengan maksud membantu desa dalam


melaku- kan studi kelayakan terhadap kegiatan usaha yang akan
dijalankan. Isi buku ini memaparkan tentang apa itu studi
kelayakan dan rencana usaha, serta mengapa dan bagaimana
melaksanakannya. Jawaban atas pertanyaan itu dibahas dalam
buku ini dengan bahasa yang sederhana supaya mudah dipahami
oleh semua kalangan pembaca. Buku ini dilengkapi contoh praktik
studi kelayakan dan perencanaan usaha yang dilakukan BUM
Desa “GANTING” Desa Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng.
Instrumen bantu untuk menilai kelayakan usaha BUM Desa
disertakan pula dalam buku ini, sehingga semakin memudahkan
Anda untuk mempratikannya.

Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD)


Jl. Karangnangka No. 175, Dusun Demangan
Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta,
Telp./Fax. 0274-4333665, mbl: 0811 250 3790,
website: //www.forumdesa.org E-
mail: fppd@indosat.net.id

Australian Community Development and Civil Society


Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II

Australian Aid managed by IDSS on behalf of the Australian Government

ISBN 602-14643-
3-8

Anda mungkin juga menyukai