Anda di halaman 1dari 14

Makalah

PERANAN BADAN USAHA MILIK DESA SEBAGAI UPAYA DALAM


MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DESA SERTA MENUMBUHKAN
PEREKONOMIAN DESA DI NEGERI TAWIRI

DI

Oleh

NAMA: RIBKA IZAAC

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Desa merupakan unit terkecil dari negara yang terdekat dengan masyarakat dan
secara riil langsung menyentuh kebutuhan masyarakat untuk disejahterakan. Menurut
Undang-Undang Desa (UU Nomor 6 Tahun 2014) Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Salah satu upaya
yang bisa dilakukan adalah dengan mendorong gerak ekonomi desa melalu
kewirausahaan desa, dimana kewirausahaan desa menjadi strategi dalam pengembangan
dan pertumbuhan kesejahteraan (Ansari, 2016). Kewirausahaan desa ini dapat diwadahi
dalam Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang dikembangkan oleh pemerintah
maupun masyarakat desa (Prabowo, 2014). BUMDes adalah badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan langsung yang
berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan
usaha lain untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa (UU Nomor 32 Tahun
2004). Hal tersebut semakin didukung oleh pemerintah dengan keluarnya PP Nomor 47
Tahun 2015 yang menyebutkan bahwa desa mempunya wewenang untuk mengatur
sumber daya dan arah pembangunan. Hal tersebut membuka peluang desa untuk otonom
dalam pengelolaan baik kepemerintahan maupun sumber daya ekonominya.
Pembangunan berbasis ekonomi di desa sudah sejak lama dijalankan oleh pemerintah.
Badan Usaha Milik Desa merupakan lembaga ekonomi di tingkat desa bertujuan untuk
mengelola potensi desa serta mensejahterakan masyarakat desa yang dikelola oleh
Pemerintah Desa bersama masyarakat.

Permasalahan yang Dihadapi BUMDes a. Komunikasi Warga desa yang menjadi


partisipan penelitian ini sudah mengetahui keberadaan dari BUMDes . Mereka juga
mengetahui adanya laporan tahunan yang diberikan oleh pengelola BUMDes, namun
mereka mengatakan tidak mengerti secara rinci terkait BUMDes seperti jumlah aset,
penghasilan, program kerja, dan sebagainya. Permasalahan

Tawiri adalah desa/negeri yang dipimpin oleh seorang raja yang terletak


di kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Maluku, Indonesia. Mayoritas penduduknya
beragama Protestan. Sebagai salah satu desa atau negeri yang ada di di Ambon ,seperi
halnya dengan desa atau negeri lainnya yang ada di maluku ataupun Ambon negeri
Tawiri juga mempunyai Bumdes yang sebagaimana telah di ketahui bahwa fungsi dan
perannya badan usaha milik desa atau BUMDES adalah sebagai upaya suatu desa atau
negeri untuk dapat mengelola gerak ekonomi desa melalui usaha pengembangan

2
ataupun kesejahteraan guna untuk desa serta masyarakat yang ada di desa tersebut. Di
Tawiri sendiri peranan bumdes ataupun fungsinya sebagai suatu gerak ekonomi desa
dengan usaha dan juga peluang yang bisa di jadikan sebagai suatu hal yang dapat
berguna untuk desa dan juga masyarakatnya masih jauh dari kata baik. Hingga saat ini
pengelolaan mengenai BUMDES yang di Tawiri sendiri belum maksimal sejauh ini
hanya ada unit usaha tempat fotocoy serta penyewaan untuk kelengkapan acara seperti
tenda , kursi dan beberapa perlengkapan pendukung lainnya yang bisa disewakan pada
siapa saja yang memiliki keperluan acara. Namun terlepas dari pada itu peranan dari
BUMDES untuk mengelola usaha yang di jalankan saat ini juga kurang memberikan
kontribusi pada negeri Tawiri saat ini , ketidak jelasaan pengelolaan menjadi suatu hal
yang harus di perhatikan secara serius oleh para perangakat desa maupun pihak-pihak
yang mempunyai tanggung jawab untuk mengelola BUMDES tersebut sehingga ada
kontribusi yang baik yang bisa diberikan ataupun di rasakan oleh desa dengan adanya
BUMDES sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan desa dan
masyarakatnya.
Bila di bandingkan dengan desa lain yang ada di Ambon , desa Tawiri sendiri harus
berupaya untuk memaksimalkan Permasalahan yang Dihadapi BUMDes Komunikasi
Warga desa yang menjadi partisipan penelitian ini sudah mengetahui keberadaan dari
BUMDes . Mereka juga mengetahui adanya laporan tahunan yang diberikan oleh
pengelola BUMDes, namun mereka mengatakan tidak mengerti secara rinci terkait
BUMDes seperti jumlah aset, penghasilan, program kerja, dan sebagainya.
Permasalahan muncul dari ketidakpahaman mereka tentang laporan yang diberikan,
sebagian lagi menyatakan bahwa mereka enggan membaca laporan yang dibuat oleh
pengelola. Masalah komunikasi juga mumcul akibat rasa kecewa masyarakat yang
merasa pendapatnya tidak didengarkan baik oleh pengelola BUMDes maupun
Pemerintah Desa. Padahal jika BUMDES ini di kelola secara baik dengan peluang
usaha yang baik akan memberikan dampak besar bagi pengembangan kemajuan desa
Tawiri sendiri dengan memperhitungkan kondisi sosial dan juga kondisi letak alam dan
geografis yang sangat strategis bila di kembangkan. Misakan desa Tawiri sendiri di
anugrahi tanah yang begitu subur dengan kekayaan alam yang melimpah itu merupakan
suatu peluang usaha yang bisa di lihat secara baik oleh pihak terkait ynag bisa di kelola
secara baik oleh desa melalui BUMDES mungkin saja BUMDES menyediakan atau
memprakarsai peluang usaha tersebut dengan membuat suatu usaha di bidang pertanian
yang bisa juga membantu desa secara baik dari segi pendapatan desa dan juga dapat
membantu masyarakat setempat dari segi ekonomi dengan adanya mungkin sebuah
kelompok usaha kecil mengenai usaha budi daya pertanian contohnya seperti sayur-
sayuran ,singkong , dan juga tanaman lainnya yang dari padanya mungkin bisa di jual
kembali dengan baik agar ada kontribusi pada desa dan masyarakat yang bisa di rasakan
oleh adanya kelompok usaha tersebut yang di prakarsai oleh BUMDES itu sendiri.

Selain itu juga faktor alam menjadi suatu hal yang bisa di gali untuk di kembangkan
oleh BUMDES sepeti halnya Gasebo yang pernah ada di tawiri jika di lihat secara baik
itu merupakan suatu peluang usaha yang baik karena dengan di berikan alam yang
begitu indah bila di kelola dengan baik akan menjadi suatu hal yang sangat berguna dan

3
bermanfaat bagi desa Tawiri karena bisa di Jadikan sebagai tempat wisata yang juga
bisa menarik minat dari pada warga kota ambon untuk bisa mengunjungi desa Tawiri
apalagi hamparan pemdangannya sangat bagus dan indah dengan melihat panorama
Teluk Ambon dengan hamparan pantai yang indah BUMDES juga harus bisa melihat
hal itu sebagai suatu destinasi peluang usaha yang sangat baik. Ambil contoh desa
Latuhalat dengan mengandalkan keindahan alam mereka bisa mengelola tempat wisata
yang baik walaupun itu sendiri ada pihak yang mengelola tempat wisata tersebut tapi
pemerintah desa di sana melihat hal itu sebagai peluang yang baik maka ada kerja sama
antara desa dan juga pihak pengelola tempat tersebut , mungkin salah satu contohnya
pihak lain mengelola tapi juga hasil dari pengelolaan tempat tersebut di berikan pada
desa tersebut . di satu sisi ada peningkatan ekonomi masyarakat desa karena orang yang
berkunjung para warga di sana juga merasa terbantu mungkin mereka bisa menjual hasil
kebun bahkan juga pernak-pernik wisata mengeani desa tersebut misalkan
waji,rujak,kelapa muda dan ada banyak kelompok usaha yang lain. Hal ini menjadi
contoh yang bisa di jadikan sebagai suatu evaluasi pemerintah desa Tawiri agar bisa
mengoptimalkan Bumdes itu sendiri agar bisa berguna bagi desa dan masyarakat
Tawiri.

B. Analisa Masalah

Berdasarkan apa yang di paparkan di atas maka analisis masalah yang di ambil
pada makalah ini adalah peranan badan usaha milik desa sebagai upaya
meningkatkan pendapatan asli desa dan serta menumbuhkan perekonomian desa
si desa tawiri

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang di uraikan di atas ,maka rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu :

1.Mengapa peranan badan usaha milik desa sebagai upaya meningkatkan pendapatan
asli desa serta perkeekonomian di tawiri belum optimal ?

2.Adakah upaya dalam meningkatkan peranan bumdes di desa Tawiri

4
BAB II

Pembahasan

A. Teori Pemerintah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Desa


mengartikan desa : Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Desa menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (43)
tentang Pemerintahan Daerah mengartikan Desa sebagai berikut : “Desa adalah desa
dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
Sedangkan pengertian desa menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014, “Desa
adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa
memiliki wewenang sesuai yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 6 Tahun 2104 Tentang
Desa yakni:

 kewenangan berdasarkan hak asal usul;


 kewenangan lokal berskala Desa;
 kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau
pemerintah daerah kabupaten/kota; dan
 kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Dalam menciptakan pembangunan hingga di tingkat akar rumput, maka terdapat


beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk pembentukan desa menurut UU Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa, yakni :

a. Batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak pembentukan;
b. . Jumlah penduduk, (harus sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam pasal 8 UU
Desa);
c. . Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antar wilayah;

5
d. . Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai dengan
adat istiadat Desa;
e. Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
daya ekonomi pendukung;
f. Batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk Peta Desa yang telah ditetapkan
dalam peraturan Bupati/Walikota;
g. Sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan pelayanan publik; dan
h. Tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya bagi perangkat
Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2010,BUMDes adalah usaha
desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan
pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat.1Badan Usaha Milik
Desa (BUMDES) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan
pemerintah desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk
berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Sementara, dalam No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, didirikan antara lain dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli
Desa (PaDesa). Jika pendapatan asli desa dapat diperoleh dari BumDes, maka kondisi
itu akan mendorong setiap pemerintah desa untuk mendirikan badan usaha ini. Sebagai
salah satu lembaga ekonomi yang beroprasi di pedesaan, BumDes harus memiliki
perbedaan dengan lembaga ekonomi lainnya. Hal ini dimaksudkan agar keberadaan dan
kinerja BumDes dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan
kesejahteraan warga desa. Disamping itu agar tidak berkembang sistem usaha kapitalis
dipedesaan yang dapat mengganggu nilai-nilai kehidupan masyarakat. BUMDes dalam
pendiriannya bertujuan untuk peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADes). Jika
pendapatan asli desa dapat diperoleh dari BUMDes, maka kondisi itu akan mendorong
setiap pemerintahan desa untuk mendirikan badan usaha. Sebagai salah satu lembaga
ekonomi yang beroperasi di pedesaan, BUMDes memiliki perbedaan dengan lembaga
ekonomi lainnya. Hal ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDes dapat
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa.
Disamping itu agar tidak berkembang sistem usaha kapitalis dipedesaan yang dapat
mengganggu nilai-nilai kehidupan masyarakat. Dengan demikian, BUMDesmerupakan
sebuah badan usaha yang dikelola oleh sekelompok orang yang ditunjuk dan dipercaya
oleh pemerintahan desa untuk menggali potensi desa dan memajukan perekonomian
desa dengan terstruktur dan termanajemen. Dalam hal ini, BUMDes berbeda dengan
lembaga ekonomi lainnya. Perbedaan tersebut adalah:
 Badan Usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama.
 Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan masyarakat (49%) melalui penyertaan
modal (saham atau andil).
 Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari local wisdom atau
budaya lokal.
 Bidang usaha yang dijalankan berdasarkan pada potensi dan kebutuhan pasar di
wilayahnya.

6
 Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
(penyerta modal) dan masyarakat melalui village policy atau kebijakan desa.

Pengertian Desa menurut Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 menyatakan
bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Menurut Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2017:1),
desa ialah gambaran dari suatu kesatuan masyarakat hukum terkecil yang telah ada dan
berkembang seiring dengan sejarah kehidupan masyarakat Indonesia serta menjadi
bagian yang tidak bisa dipisahkan dari tatanan kehidupan bangsa Indonesia.

B. Pengertian BUMDES

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) secara etimologi berasal dari beberapa kata
yaitu badan uasaha yang diartikan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang
bertujuan mencari laba atau keuntungan, sedangkan milik dapat diartikan sebagai
kepemilikan atau kepunyaan sementara, Desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh
sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri. Dengan demikian,
BUMDes merupakan usaha yang dilakukan oleh sistem pemerintahan yang terdapat
hukum yang menaungi secara teknis dalam sektor perekonomian masyarakat. BUMDes
adalah lembaga uasaha yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam
upaya memperkuat perekonomian desa dan membangun kerekatan sosial masyarakat
yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Jadi BUMDes adalah suatu
lembaga yang memiliki fungsi untuk melakukan usaha dalam rangka mendapatkan
suatu hasil seperti keuntungan atau laba. BUMDes merupakan usaha yang bergerak
dalam bidang pengelolaan aset-aset dan sumberdaya ekonomi desa dalam kerangka
pemberdayaan masyarakat desa. Pengaturan BUMDes diatur didalam pasal 213 ayat (1)
UU No. 32 Tahun 2004, bahwa Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai
dengan kebutuhan dan potensi desa. Selain itu juga diatur dalam Peraturan
Pemerintahan Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, yang didalamnya mengatur tentang
BUMDes, yaitu Pasal 78-81, bagian ke lima tentang Badan Usaha Milik Desa, serta
yang terakhir dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang
Badan Usaha Milik Desa.

 Tujuan BUMDes yaitu mengoptimalkan pengelolaan aset-set desa yang ada,


memajukan perekonomian desa, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Sifat usaha BUMDes adalah berorientasi pada keuntungan. Sifat pengelolaan usahanya
adalah keterbukaan, kejujuran, partisipasi dan berkeadilan. Fungsi BUMDes adalah
sebagai motor penggerak perekonomian desa, sebagai lembaga usaha yang
menghasilkan Pendapatan Asli Desa (PADes), serta sebagai sarana untuk mendorong

7
percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Dengan kehadiran BUMDes ini
diharapkan desa menjadi lebih mandiri dan masyarakat pun menjadi lebih sejahtera.
Tetapi mengingat BUMDes masih termasuk hal baru dalam keberadaannya, maka tak
pelak didalam prakteknya beberapa kendala muncul justru terkait dalam proses
pembentukannya. Pertama, belum ada dasar hukum yang memayungi tentang
keberadaan BUMDes di desa. Walaupun sebenarnya secara tersirat semangat untuk
melembagakan BUMDes telah diamanatkan dan dipayungi dengan terbitnya Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, sebagaimana diamanatkan yang menyatakan
Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan
dan potensi desa dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa.
Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan pendirian BUMDes, maka berdasarkan pasal 78
PP 72 Tahub 2005 tentang Desa, dijelaskan bahwa Pemerintahan Kabupaten/Kota perlu
menetapkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Tata Cara Pembentukan dan Pengelolaan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Peratturan Menteri Dalam Negeri nomor 39
Tahun 2010, menerangkan bahwa Badan Usaha Milik Desa merupakan peingkatan
kemampuan keuangan pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
meningkatkan pendapatan masyarakat dari berbagai kegiatan uasaha ekonomi
masyarakat pedesaan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Artinya adanya potensi
desa diimbangi dengan adanya potensi sumberdaya manusia yang kompetitif tidak
cukup untuk menanggulangi perekonomian tanpa adanya pihak ketiga yaitu paratur
pemerintah desa. Karena naungan yang kuat dari pemerintah desa dapat menciptakan
desa yang maju, berdikasi, dan makmur. Adapun ciri utama yang membedakan
BUMDes dengan lembaga ekonomi komersial pada umumnya yaitu:
 Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama.
 Modal usaha bersumber dari desa 51% dan dari masyarakat 49% melalui penyertaan
modal (saham atau andil).
 Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya lokal (local
wisdom).
 Bidang usaha yang dijalankan berdasarkan pada potensi dan hasil informasi pasar.
 Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan
masyarakat melalui kebijakan desa (village policy).
 Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan Pemdes.
 Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (Pemdes, BPD, Anggota)
 Pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah dilakukan melalui musyawarah desa.
BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif
masyarakat dan menganut atas mandiri, ini berarti pemenuhan modal BUMDes harus
bersumber dari masyarakat. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan BUMDes
dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar seperti kepada pemerintah desa
pihak ketiga. Hal ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan No. 6 Tahun 2014

8
Anom Surya Putra menyatakan beberapa pengertian dari Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) diantaranya:

a) BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan untuk menghadirkan institusi negara
(Kementrian Desa PDTT) dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Desa
(selanjutnya disebut Tradisi Berdesa).
b) BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan membangun Indonesia dari pinggiran
melalui pengembangan usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif.
c) BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia di Desa.
d) BUMDes merupakan salah satu bentuk kemandirian ekonomi Desa dengan
menggerakkan unit-unit usaha yang strategis bagi usaha ekonomi kolektif Desa.

Maryuani mendefinisikan bahwa BUMDes adalah lembaga usaha yang dikelola oleh
masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan
membangun kerekatan sosial masyarakat yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan
potensi desa.

c . Peraturan – Peraturan Bumdes

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik


Desa, dikeluarkan untuk melaksanakan Ketentuan Pasal 117 dan Pasal 185 huruf b
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. PP Nomor 11 Tahun 2021
tentang Badan Usaha Milik Desa ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Februari 2021
oleh Presiden Republik Indonesia, dan Diundangkan di Jakarta pada tanggal 2 Februari
2021 Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Berikut Tatacara
Pendirian Badan Usaha Milik Desa dan Badan Usaha Milik Desa Bersama menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik Desa:   Pasal 7
(1) BUM Desa didirikan oleh 1 (satu) Desa berdasarkan Musyawarah Desa dan
pendiriannya ditetapkan dengan Peraturan Desa.    (2) BUM Desa bersama didirikan
oleh 2 (dua) Desa atau lebih berdasarkan musyawarah Antar Desa dan pendiriannya
ditetapkan dengan Peraturan Bersama Kepala Desa.    (3) BUM Desa bersama didirikan
berdasarkan kesamaan potensi, kegiatan usaha, atau kedekatan wilayah.    (4) Pendirian
BUM Desa bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak terikat pada batas
wilayah administratif.    (5) Pendirian BUM Desa bersama dilakukan Desa dengan Desa
lain secara langsung tanpa mempertimbangkan ada atau tidaknya BUM Desa di Desa
masing-masing.    (6) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
Peraturan Bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit
memuat:   

a. Penetapan pendirian BUM Desa/BUmdes Desa bersama; 


b. Anggaran Dasar BUM Desa/BUM Desa bersama; dan 

9
c. Penetapan besarnya penyertaan modal Desa dan/atau masyarakat Desa dalam rangka
pendirian BUM Desa/BUM Desa bersama.  

Pasal 8   (1) BUM Desa/BUM Desa bersama memperoleh status badan hukum
pada saat diterbitkannya sertifikat pendaftaran secara elektronik dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia.    (2)
Dalam hal BUM Desa/BUM Desa bersama memiliki Unit Usaha BUM Desa/ BUM
Desa bersama, kedudukan badan hukum unit usaha tersebut terpisah dari BUM
Desa/BUM Desa bersama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pasal 9 (1) Untuk rnemperoleh status badan hukum sebagaimana dimakssud
dalam Pasal 8 ayat (1), Pemerintah Desa meiakukan pendaftaran BUM Desa/BUM Desa
bersarna kepada Menteri melalui Sistem Informasi Desa.  (2) Hasil pendaftaran BUM
Desa/BUM Desa bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terintegrasi dengan
sistem administrasi badan hukum pada kementerian yang menyelenggakan urusan
pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia.    (3) Hasil pendaftaran BUM
Desa/BUM Desa bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia
untuk menerbitkan sertifikat pendaftaran badan hukum BUM Desa/BUM Desa
bersama.    (4) Ketentuan mengenai pendaftaran BUM Desa/BUM Desa bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur melalui Peraturan Menteri.   (5) Ketentuan
mengenai penerbitan sertifikat pendaftaran badan hukum BUM Desa/BUM Desa
bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan peraturan rnenteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia.   
Pasal 10 Pendirian Bum Desa/BUM Desa bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 didasarkan pada pertimbangan:

a. kebutuhan masyarakat;
b. pemecahan masalah bersama;
c. kelayakan usaha;
d. model bisnis, tata kelola, bentuk organisasi dan jenis usaha, serta pengetahuan dan
teknologi; dan
e. visi pelestarian,orientasi keberlanjutan,dan misi pelindungan nilai religi,adat
istiadat,perilaku sosial,dan kearifan lokal.

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: Badan Usaha Milik Desa
yang selanjutnya disebut BUM Desa adalah badan hukum yang didirikan oleh desa
dan/atau hersarna desa-desa guna mengelola usaha, memanfaatkan aset,
mengembangkan investasi dan produktivitas, menyediakan jasa pelayanan, dan/atau
menyediakan jenis usaha lainnya untuk sebcsar-besarnya kesejahteraan masyarakat
Desa. Usaha BUM Desa adalah kegiaran cii bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum
yang dikelola secara mandirt olbh BUM Desa. Unit Llsahc BUM Desa adalah badan
usaha milik BUM Desa yang melaksanakan kegiatan bidang ekonomi dan/atau
pelayanan umum berbadan hukum yang melaksanakan fungsi dan tujuan BUM Desa.

10
Desa aCalah Desa dan Dcsa adat atau yang discbut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang rnemiliki batas wilayah yang
berwenang untuk rnengatur dan mengr-rrus drusan pemerintahan, kcpentingan
masl'arakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, danf atar.r hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pemerintah Desd adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan
nama lain dibantu perangkat Dcsa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Desa.
Musyawarah Desa atau yang disebut dengan narila lain adalah musyawarah antara
badan perrrluSla'waratan desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyaraka.- yang
diselenggarakan oieh badan permusyawaratn desa untuk menyepakati hal yang bersifat
Strategis.

BAB III

Hasil Penelitian

Keberadaan BUMDes tidak dipungkiri membawa perubahan di bidang ekonomi


dan sosial. Kontribusi BUMDes terutama dalam bentuk Pendapatan Asli Desa, dimana
keuntungan bersih BUMDes dialokasikan untuk pemasukan Desa. Keuntungan
BUMDes dialokasikan untuk beberapa pihak dengan prosentase yang berbeda. . Hal ini
berdampak pada kecilnya alokasi keuntungan yang diterima oleh dusun, yang notabene
berelasi langsung dengan warga. Pendapat warga yang mengatakan bahwa BUMDes
tidak bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan dapat disebabkan oleh kecilnya
prosentase yang diterima dusun-dusun. Selain itu, fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh

11
BUMDes untuk digunakan warga, sebagian besar dapat dikatakan salah sasaran.
Komunikasi dan sosialisasi menjadi hal yang perlu ditingkatkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan, diketahui bahwa sebagian besar


masyarakat masih kurang tersosialisasi terkait kegiatan dan pelaporan kinerja yang
dilakukan BUMDes. Hal ini menyebabkan munculnya tuntutan masyarakat pada
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan BUMDes. Pelaksanaan Kebijakan selalu
melibatkan aktor-aktor kebijakan, sehingga tidak lepas dari adanya kepentingan dari
pelaksana didalam implementasinya. Implementasi kebijakan merupakan tahap dalam
proses kebijakan, dimana implementasi dilaksanakan ketika sebuah kebijakan
dirumuskan dengan tujuan yang jelas. Konteks kebijakan yang pertama berkaitan
dengan kepentingan, kekuasaan dan strategi aktor dalam kebijakan. Implementasi
kebijakan selalu melibatkan aktor, yang mana intensitas keterlibatan tersebut tergantung
dari seberapa besar kepentingan aktor tersebut didalam kebijakan. Penggerak atau
pendorong pendirian Badan Usaha Milik Desa di DesaTAWIRI .Dalam sebuah
kebijakan, implementasi adalah suatu rangkaian aktifitas yang bertujuan untuk
mewujudkan apa yang sudah ditetapkan dalam sebuah kebijakan. Menurut Merilee S.
Grindle, hasil implementasi kebijakan publik ditentukan oleh Konten Kebijakan (isi)
dan Konteks Kebijakan (Lingkungan).

Transparansi dan Akuntabilitas BUMDes telah memiliki mekanisme pelaporan


rutin setiap tahun. Laporan tersebut dibuat tertulis dan diberikan kepada pemangku
kepentingan. Permasalahan yang muncul adalah warga tidak mengerti tentang isi
laporan, tidak membacanya, atau tidak mengetahui apabila ada laporan tahunan.
Permasalahan dalam kapasitas manajerial terungkap dari pengelola BUMDes serta
Pemerintah Desa. Kelemahan utama baik dari BUMDES dan Pemerintah Desa adalah
dalam hal administrasi/inventaris dan juga keuangan. Dari hasil wawancara tampak juga
kebutuhan untuk peningkatan kapasitas pengelola dalam hal manajemen pemasaran,
SDM, dan strategi. Pengelola juga membutuhkan peningkatan kapasitas dalam hal
pengembangan inovasi serta profesionalisme. Pengelola BUMDes diharapkan
profesional dan memiliki kapasitas, Pengelola BUMDES membutuhkan penambahan
kapasitas manajerial, terutama dalam bidang keuangan. Pencatatan yang dilakukan
masih sederhana. Hal ini sangat penting terkait dengan besarnya nilai aset, omset, dan
juga akuntabilitas. Pengelola juga memerlukan penguatan di bidang pengelolaan SDM
dan juga pemasaran. Kemampuan manajemen strategi juga dibutuhkan dalam
pengelolaan BUMDes. Komunikasi Sebagian besar warga mengetahui keberadaan
BUMDes , hanya saja mereka tidak memahami secara detail. Warga tidak paham
tentang pengelolaan, aset, hasil, dan kegiatan dari BUMDes. Ini perlu di perhatikan
secara baik agar BUMDES itu sendiri bisa di kembangkan dan bisa bermanfaat bagi
pemgembangan desa dan masyarakat yang ada di dalamnya. Dengan begitu BUMDES
yang ada di desa Tawiri tidak tertinggal dengan BUMDES desa yang lain yang ada di
AMBON.

12
Ini menjadi catatan penting yang harus di perhatikan bersama bahwa jika dalam
sistem pengelolaan BUMDES di perhatikan dengan baik dapat membantu desa Tawiri
dalam pengembangan dari segi ekonomi desa, dan juga di butuhkan SDM yang
memadai dalam mengelola BUMDES agar bisa membaca kondisi peluang usaha dengan
faktor lingkungan yang ada di desa Tawiri yang bisa di jadikan usaha yang di prakarsai
oleh BUMDES Tawiri.

13
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

BUMDES menjadi hal yang sangat bermanfaat bagi pengembangan ekonomi desa hal ini
menjadi dasar yang harus di perhatikan secara baik agar bumdes bisa di kelola dan di
kembangkan untuk terus ada sebagai upaya mensejahterakan desa dan masyarakatnya. Untuk
itu sesuai dengan fungsi dan perannya bumdes harus saling memberikan komunikasi dengan
desa dan juga pada masyarakat desa karena bumdes ada untuk membantu desa dan
masyarakatnya.

SARAN

BUMDes memberikan peningkatan Pendapatan Asli Desa, namun pendapatan ini tidak
dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Hal ini menyebabkan warga berpendapat bahwa
keberadaan BUMDes tidak membawa manfaat signifikan bagi peningkatan kesejahteraan
warga. BUMDes dan Pemerintah Desa memiliki relasi yang erat, karena Pemerintah Desa
menjadi pengawas dari kegiatan yang dilakukan BUMDes. Dalam pengambilan keputusan,
BUMDes menggunakan mekanisme musyawarah dan Pemerintah Desa adalah pemangku
kepentingan utama yang terlibat dalam musyawarah tersebut. Hal yang menjadi tantangan
bagi BUMDes dan Pemerintah Desa adalah menjaga keseimbangan relasi, dimana dominasi
satu pihak terhadap pihak lainnya patut dihindari. Komunikasi dan sosialisasi merupakan hal
penting yang harus dilakukan oleh BUMDes. Kurangnya komunikasi dan sosialisasi
memunculkan ketidakpercayaan warga kepada kemampuan pengelola dalam pengelolaan
BUMDes. Kurangnya komunikasi dan sosialisasi ini memunculkan tuntutan adanya transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan BUMDes di desa TAWIRI dan untuk menjawab tantangan itu
perlu adanya trasnparansi pengelolaan bumdes dan bukti nyata yang dirasakan desa TAWIRI
oleh adanya BUMDES .

14

Anda mungkin juga menyukai