Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

Daftar isi

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penilitian

BAB II
Tinjauan Pustaka

A. Penelitian Terdahulu

B. Landasan Teori 7
BAB III
Metode Penelitian 12
A. Jenis Penelitian 12
B. Definisi Oprasional

13

C. Metode Pengumpulan Data


D. Metode Analisa Data

13

15

BAB IV
Pembahasan

16

A. Gambara Umum Desa Selorejo16


B. BUMDes Selorejo

17

C. Pengelolaan BUMDes Selorejo18


BAB V
Penutup

21

A. Kesimpulan
B. Saran
Lampiran

21

22
23

Daftar Pustaka24

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah

desa

merupakan

ujung

tombak

birokrasi

yang

dapat

mensejahterakan rakyat, meningkatkan perekonomian dan pembangunan nasional.


Hal ini merupakan sebuah konsekuensi logis bagi bangsa Indonesia yang memang
sebagian besar penduduknya hidup di daerah pedesaan yang mencapai 70 % dari
keseluruhan penduduk di Indonesia. Sehingga titik sentral peningkatan
perekonomian dan pembangunan adalah daerah pedesaan. Arti penting kedua
tersebut adalah bahwa dengan menempatkan desa sebagai sasaran perekonomian
dan pembangunan, usaha untuk mengurangi berbagai kesenjangan pendapatan,
kesenjangan kaya dan miskin, kesenjangan desa dan kota akan dapat lebih
diwujudkan. Sesuai dengan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa menjelaskan
bahawa Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dengan ini Pemerintah Desa mempunyai andil besar dalam
menangani dan mengelola desa-desa nya.
Untuk mendukung akses dalam pengelolaan desa tersebut, Pemerintah Pusat
membuat kebijakan yang memberikan akses dan kesempatan kepada desa untuk
dapat menggali potensi baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya
yang berada dalam wilayah desa tersebut yang nantinya digunakan sebagai
sumber pendapatan desa. Kebijakan tersebut berupa pendirian Badan Usaha Milik
Desa (BUM Des) seperti yang tercantum dalam Permen No. 4 Tahun 2015 ini
sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau
pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama antar-Desa.
Pendirian BUMDes adalah perwujudan dari pengelolaan ekonomi produktif desa
yang dilakukan secara kooperatif, partisipasif, emansipatif, transparansi,
akuntabel, sustainable1. Oleh karena itu perlu upaya serius untuk menjadikan
pengelolaan BUMDes tersebut dapat berjalan secara efektif, efesien, professional,
1 Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa. Departemen Pendidikan
Nasional pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (PKDSP). Malang. Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya. 2007. Nasional pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (PKDSP).
Malang. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. 2007.

dan mandiri. Upaya tersebut adalah dengan mewujudkannya beberapa tujuan


BUMDes yaitu:
a. meningkatkan perekonomian Desa;
b. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;
c. meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi
Desa;
d. mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan
pihak ketiga;
e. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum warga;
f. membuka lapangan kerja;
g. meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan
umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan
h. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.
Dari tujuan BUMDes ini diharapkan mampu untuk membantu pembangunan
nasional di desa. Pada saat ini bila kita amati secara riil, BUMDes banyak
menggalami kendala yang menghambat pencapain tujuan tersebut. Kendala yang
terjadi ketika BUMDes tidak berjalan produktif dan konsumtif. Apabila BUMDes
belum mampu meningkatkan perekonomian Desa maka tujuan-tujuan selanjutnya
tidak dapat terealisasikan. Dengan demikian upaya pencapaian tujuan BUMDes
dapat dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan masyarakat, melalui pelayanan
distribusi barang dan jasa yang dikelola masyarakat dan pemerintah desa.
Dinyatakan dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 4 Tahun 2015 bahwa pengelolaan
BUMDes berbentuk organisasi yang dimana organisasi Pengelolaan BUMDes
berpisah dari oraginisasi Pemerintahan Desa2. Dalam organisasi pengelolaan
tersebut tersusun penasihat, pelaksana oprasional dan pengawas, semua memiliki
peran dan fungsi penting dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa tersebut.
Perpisahan oragnisasi Pemerintah Desa dengan organisasi pengelolaan BUMDes
masih memiliki relasi yang dimana Pemerintah Desa memiliki peran sebagai
penasihat untuk memberikan nasihat kepada pelaksana oprasional. Penasihat
memeberikan masukan

brupa saran dan pendapt mengenai masalah yang

dianggap penting. Serta penasihat berwenang meminta penjelasan apabila terjadi


persoalan saat pengelolaan BUMDes dan berwenang melindungi usaha Desa dari
2 BAB III pada Bagian Kedua mengenai Organisasi Pengelola BUM Desa Pasal 9.

hal-hal yang dapat menurunkan kinerja BUMDes kepada pelaksana oprasional.


Namun realistis nya penasihat BUMDes yang dijabat Kepala Desa belum mampu
untuk memberikan masukan dan saran yang dapat memecahkan masalah. Hal ini
dikarenakan Kepala Desa yang menjabat terkadang merupakan masyarakat awam,
yang hanya mampu untuk memecahkan masalah mengenai kerukunan. Oleh
karena itu Sketaris/Pembantu Sketaris Pemerintah Desa yang lebih mengetahui
tentang prosedur pemerintahan dan kesejahteraan masyarkat diharapkan untuk
mampu membantu kembali Kepala Desa dalam mengurus dan mengelola segala
sesuatu kebutuhan Desa.
Pelaksana oprasional yang dimaksud merupakan petugas yang mengurus dan
mengelola BUMDes sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga. Untuk pengawas dalam pengelolaan BUMDes diperani kembali oleh
Pemerintah Desa serta masyarakat setempat. Dalam hal ini perpisah kedua
organisasi tersebut tepat memiliki relasi dan tujuan yang sama untuk
pembangunan perekonomian desa.
Relasi Organisasi Pemerintah Desa dan Organisasi BUMDes yang juga di
implemetasikan Desa Selorejo Kecamatan Dau diharapkan mampu berjalan
dengan efektif sehingga dapat membangun perekonomian masyarakat desa. Di sisi
lain, harus pemerintah desa juga mampu berpola kreatif dan inovatif dalam
mendominasi kegiatan ekonomi desa melalui kepemilikan BUMDes sehingga
dapat membangun perekonomian daerah yang dibutuhkan untuk menciptakan
lapangan pekerjaan baru, menghasilkan barang dan jasa substitusi daerah,
meningkatkan perdagangan antar-pemerintah daerah dan memberikan layanan
yang optimal bagi konsumen. Selanjutnya, BUMDes dapat berdiri dengan tujuan
sebagai agen pembangunan daerah dan menjadi pendorong terciptanya sektor
korporasi di pedesaan tetapi dengan biaya produksi dan pengelolaan tidak terlalu
tinggi.
Dengan demikian BUMDes ini diharapkan juga mampu menstimulasi dan
menggerakkan roda perekonomian di pedesaan. Aset ekonomi yang ada di desa
harus dikelola sepenuhnya oleh masyarakat desa. Substansi dan filosofi BUMDes
harus dijiwai dengan semangat kebersamaan dan self help sebagai upaya
memperkuat aspek ekonomi kelembagaannya. Pada tahap ini, BUMDes akan

bergerak seirama dengan upaya meningkatkan sumber-sumber pendapatan asli


desa, menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat di mana peran BUMDes
sebagai institusi payung dalam menaungi. Menurut Nurcholis (2011) upaya ini
juga penting dalam kerangka mengurangi peran free-rider yang seringkali
meningkatkan biaya transaksi dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian dan latar belakang masalah yang ada, maka dapat
disimpulkan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana relasi Pemerintah Desa dan BUMDes Selorejo dalam
mengelola BUMDes Selorejo Kecamatan Dau Kab. Malang?
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kinerja Pemerintah Desa mengelola BUM Des yang
sebagai pengelola potensi Desa Solorejo Kecamatan Dau.
b. Untuk mengetahui relasi organisasi Pemerintah Desa dan BUMDes
Selorejo.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini mampu memebrikan sumbangsih bagi
perkembangan teori tentang analisis kebijakan pelayanan publik.
b. Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui keefektifan pendirian

BUMDes Desa Solorejo ini dalam mengelola potensi desa.


Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi untuk pemerintah daerah
dalam

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat

desa,

khususnya

Pemerintah Daerah Kabupaten Malang dan Pemerintah Daerah lain,


khususnya untuk Indonesia.

BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Penelitian Terdahulu
NO

Nama Peneliti

Metode

Hasil

Fungsi
1

Agung Septian W

Kualitatif

BUM

memperdayakan

Des

dalam

masyarakat

Desa

Pandan Krajan, Kecamatan Kemlagi,


Kabupaten Mojokerto.
Manfaat

BUMDes

dalam

meningkatkan Pendapatan Asli Desa


2

Khaliba Ibrahim

Kualitatif

dan

kendala-kendala

yang

terjadi

dalam oprasionalisasi BUMDes di


Kabupaten Lombok Timur.
3

Rizka Hayyuna,
Ratih Nur Pratiwi,
dan Lely Indah
Mindarti.

Strategi
Kualitatif

manajemen

aset

yang

dilakukan oleh BUMDES di Desa


Sekapuk dalam rangka meningkatkan
pendapatan desa.
Implentasi UU No. 22 tahun 1999 dan
UU No. 32 tahun 2004 tentang

Yoga Kusuma

Deskriptif

Keuangan
mengenai

Desa,
keuangan

di

Sumedang
pemerintahan

desa.
Linda Muchacha

Efektifitas,

Paramitha,
5

Tjahjanulin

Kualitatif

Domai, dan

Kedisiplinan

dan

Profesionalitas Pemerintah Desa dalam


menjalan kinerja nya mengenai dalam
rangka melaksanakan otomi desa.

Suwondo.

Fenomena

penghamabat

dan

pendorong dalam proses demokratisasi

6
Sri Wahyuni

Kualitatif

pemerintahan desa menurut UU No. 22


tahun 1999 di Desa Kalipang.

B. Landasan Teori
1. Kinerja
Penilaian kinerja merupakan suatu proses organisasi dalam menilai kinerja
anggotanya. Dari hasil penilaian dapat dilihat kinerja suatu organisasi yang
dicerminkan oleh dari kinerja anggotanya, karena kinerja merupakan perilaku
nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh

karyawan sesuai dengan perannya dalam organisasi. Dengan demikian, penilaian


kinerja merupakan hasil kerja anggota dalam lingkup tanggung jawabnya dan
kinerja anggotanya merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya suatau
organisasi untuk mencapai tujuannya.
Menurut Berry dan Houston dalam Kasim (1993), kinerja merupakan
kombinasi antara kemampuan dan usaha untuk menghasilkan apa yang
dikerjakan. Supaya menghasilkan kinerja yang baik seseorang harus memiliki
kemampuan, kemauan usaha agar serta setiap kegiatan yang dilaksanakan tidak
mengalami hambatan yang berat dalam lingkungannya3.
Kinerja dapat dibedakan antara kinerja individu dan kinerja kelompok
(organisasi). Kinerja individu adalah tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang
dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun
waktu tertentu. Sedangkan kinerja kelompok (organisasi) adalah tingkat
pencapaian sasaran atau tujuan yang harus dicapai oleh kelompok/organisasi
tersebut dalam kurun waktu tertentu.
Dari beberapa uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa kinerja adalah suatu
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu
organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam
rangka mencapai tujuan organisasi.
2. Pemrintah Desa
Menurut Sumber Saparin (2009), Pemrintah Desa merupakan simbol formal
daripada kesatuan masyarakat desa. Pemerintah desa diselengarakan di bawah
pimpinan seorang kepala desa beserta para pembantunya (Perangkat Desa),
mewakili masyarakat desa guna hubungan ke luar maupun ke dalam masyarakat
yang bersangkutan.
Sedangkan menurut UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah Desa
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah Desa yang dipimpin oleh Kepala Desa atau dengan sebutan lainya
dalam hal ini memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan Pemerintahan Desa,
dimana dalam penyelenggaraan tersebut dibantu oleh perangkat Desa yang terdiri

3 Kasim, Azhar. (1993). Pengukuran Efektivitas Dalam Organisasi. Jakarta. Hal-78.

dari Seketaris Desa dan perangkat lainya. Menurut Nurcholis (2011) pemerintah
mempunyai tugas pokok:
a. Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum,
membangun dan membina masyarakat.
b. Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten.
Dari tugas pokok tersebut lahirlah fungsi pemerintah desa yang berhubungan
langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi
pemerintah desa merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam
interaksi antar individu didalam situasi sosial suatu kelompok masyarakat.
Menurut Rivai (2004) fungsi pemerintah desa secara operasional dapat dibedakan
dalam fungsi pokok, yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi Instruktif, Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah.
b. Fungsi Konsultatif, Fungsi ini digunakan sebagai komunikasi dua arah.
c. Fungsi Partisipasi, Dalam menjalankan fungsi ini pemerintah desa
berusaha

mengaktifkan

masyarakatnya,

baik

dalam

keikutsertaan

mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.


d. Fungsi Delegasi, Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan
wewenang membuat atau menetapkan baik melalui persetujuan maupun
tanpa persetujuan pemerintah. Fungsi delegasi ini pada dasarnya berarti
kepercayaan.
e. Fungsi Pengendalian,

Fungsi

pengendalian

berasumsi

bahwa

kepemimpinan yang efektif harus mampu mengantar aktivitas anggotanya


secara terarah dan dalam.
Berdasarkan UU NO. 6 Tahun 2014 tentang Desa menyatakan bahwa
Kewenangan

Desa

meliputi

kewenangan

di

bidang

penyelenggaraan

Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan


Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan adat istiadat Desa. Segala sesuatu yang terjadi di Desa merupakan
kewangan Kepala Desa dan memiliki hak serta kewajiban dalam melaksanakan
tugas di Pemerintahan Desa.
Selain dari pada itu, pemerintah desa juga memiliki tugas dan wewenang
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memelihara ketentraman dan
ketertiban masyarakat, melaksanakan kehidupan demokrasi, melaksanakan prinsip
tata pemerintah desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme,

menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintah desa, menaati dan
menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan.
3. Badan Usaha Miliki Desa
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola
oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian
desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. BUMDes menurut
Permen No. 4 Tahun 20154 menyatakan bahwa Pendirian BUMDes merupakan
suatu upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan
umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama antar-Desa.
BUMDes terdiri unit usaha yang berbadan hukum, yaitu berupa lembaga
bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUMDes dan masyarakat. Jenis
unit usaha yang terdapat dalam BUMDes dapat berupa menjalankan unit usaha
berupa bisnis sosial (social business), bisnis penyewaan (renting), usaha perantara
(brokering), bisnis yang berproduksi dan/atau berdagang (trading), menjalankan
bisnis keuangan (financial business), dan usaha bersama (holding).
Menurut Permen No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurussan dan
Pengelolaan, dan Pembubaran BUMDes menyatakan Pendirian BUM Desa
dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi
dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama antarDesa. Adapun tujuan Pendirian BUM Desa yaitu:
a. meningkatkan perekonomian Desa;
b. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;
c. meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi
Desa;
d. mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan
pihak ketiga;
e. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum warga;
f. membuka lapangan kerja;
g. meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan
umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan
h. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.
Dalam hal ini BUMDes sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi
dipedesaan, BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada
4 BAB II tentang Pendiria BUM Desa Pasal 2

umumnya. Ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDes mampu


memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga
desa. Disamping itu, supaya tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di
pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai-nilai kehidupan
bermasyarakat. Terdapat 7 (tujuh) ciri utama yang membedakan BUMDes dengan
lembaga ekonomi komersial pada umumnya yaitu:
1. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama;
2. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%)
melalui penyertaan modal (saham atau andil);
3. Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari
budaya lokal (local wisdom);
4. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi
pasar;
5. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa (village
policy);
6. Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan Pemdes;
7. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (Pemdes, BPD,
anggota).
Prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes penting untuk dielaborasi atau diuraikan
agar difahami dan dipersepsikan dengan cara yang sama oleh pemerintah desa,
anggota (penyerta modal), BPD, Pemkab, dan masyarakat. Terdapat 6 (enam)
prinsip dalam mengelola BUMDes yaitu:
1. Kooperatif, Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus
mampu melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan
kelangsungan hidup usahanya.
2. Partisipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus
bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan
kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUMDes.
3. Emansipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus
diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama.
4. Transparan. Aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat
umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan
mudah dan terbuka.
5. Akuntabel. Seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan
secara teknis maupun administratif.

10

6. Sustainabel. Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan


oleh masyarakat dalam wadah BUMDes.
Dengan demikian hal utama yang penting dalam upaya penguatan ekonomi desa
adalah memperkuat kerjasama (cooperatif), membangun kebersamaan/ menjalin
kerekatan disemua lapisan masyarakat desa. Sehingga itu menjadi daya dorong
(steam engine) dalam upaya pengatasan kemiskinan, pengangguran, dan
membuka akses pasar.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian bersifat
Deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Menurut Sugiyono (2010), Metode
deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas. Dalam hal ini penulis mengambarkan dengan secara
cermat fenomena yang terjadi mengenai kinerja pemerintah desa dalam mengelola
BUMDes Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Dengan demikian penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan memperoleh
gambaran seutuhnya mengenai suatu hal yang menurut pandangan manusia yang
diteliti. Penelitian deskriptif kualitatif ini berhubungan dengan ide, presepsi,
pendapat dan kepercayaan orang yang diteliti dan semuanya tidak dapat diukur
dengan angka.
B. Definisi Oprasional

11

Definisi operasional pada penelitian adalah unsur penelitian yang terkait


dengan variabel yang terdapat dalam judul penelitian atau yang tercakup dalam
paradigma penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah. Teori ini
dipergunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu yang bersangkutan
memang bisa mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan salah satu
penyebab J.Supranto (2003). Definisi operasional pada penelitian adalah unsur
penelitian memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel
Singarimbun (1995). Adapun

Indikator-indikator yang merupakan dasar

pengukuran variabel-variabel dalam penelitian mengenai Kinerja Pemerintah desa


dan Badan Usaha Milik Desa adalah:
1. Kinerja Pemerintah Desa
Kinerja Pemerintah Desa dalam mengelola sumber daya desa harus
mampu dan cukup untuk memenuhi kebutuhan desa demi tercapainya
kesejahteraan masyarakat desa. Salah satunya pemerintah desa dapat
mencanpai perekonomian desa yang efekti dan efesien sehingga
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Serta dalam kehidupan sosial
Pemerintah Desa dapat menjaga kentraman antar masyarakat desa serat
antar-desa, dengan cara membina masyarakat dan menyelesaikan setiap
masalah yang terjadi pada masyarakat desa dengan musyawarah. Dengan
demikian Pemerintah Desa dalam hal ini memiliki kinerja untuk
melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum,
membangun

dan

membina

masyarakat

serta

menjalankan

tugas

pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah


kabupaten.
2. Badan Usaha Milik Desa
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan instrumen untuk
membangun dan meningkatkan kebutuhan perekonomian masyarakat desa.
BUMDes yang di kelola oleh Pemerintah Desa dan masyarakat setempat
tersebut diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga
desa. Dalam hal ini BUMDes yang dapat berkembang dan dapat dikelola
dengan inovatif dan produktif maka akan membantu memenuhi kebutuhan
desa dan masyarakat. Dengan adanya BUMDes pada setiap desa maka
dapat membuka peluang dan jaringan pasar, mencukupi perekonomian

12

masyarakat desa, memebuka lapangan kerja, serta dapat memperbaiki dan


meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan
umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa. BUMDes yang
berdiri di desa dengan segenap tujuanya memiliki dampak yang baik untuk
keberlangsungan kehidupan masyarakat desa, dalam hal ini pengelolaan
BUMDes tersebut harus dapat terus berjalan efektif dan dapat
meningkatkan inovatif dan produltif kualitas dari setiap hasil produksi
BUMDes.
C. Metode Pengumpulan Data
Data merupakan bagian terpenting dalam penelitan karena hakekat dari
penelitian adalah pencarian data yang nantinya dianalisa dan diinterpretasikan.
Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang utama adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen. Selanjutnya
dijelaskan oleh Sugiyono (2009) bahwa pembumpulan data dapat diperoleh dari
hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Pada
penelitian ini penulis menggunakan teknik dengan cara observasi, dokumentasi,
studi pustaka dan wawancara.
1. Observasi
Observasi menurut Kusuma (1987) adalah pengamatan yang dilakukan dengan
sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki.
Adapun jenis-jenis observasi tersebut diantaranya yaitu observasi terstruktur,
observasi tak terstruktur, observasi partisipan, dan observasi nonpartisipan. Tujuan
dilakukannya observasi adalah memahami aktivitas-aktivitas yang berlangsung,
menjelaskan siapa saja orang-orang yang terlibat di dalam suatu aktivitas,
memahami makna dari suatu kejadian, serta mendeskripsikan setting yang terjadi
pada suatu aktivitas.
Observasi yang dilakukan oleh penulis adalah dengan mecari informasi
singkat mengenai keberadaan Desa Selorejo dan BUMDes yang terdapat melalui
website kecamatan dan turunlapang dengan wawancara singkat dengan kepala
desa. Observasi ini untuk mencari tau apakah terdapat BUMDes pada Desa
Selorejo.
2. Wanwancara

13

Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara hampir sama dengan


kuesioner. Wawancra dilakukan dengan melakukan perekaman suara apda saat
perbincangan dengan informan, perekeman tersebut dilakukan agar tidak
kehilangan data dari informan.
Wawancara yang dilakukan untuk mengetahui realitas keberadaan BUMDes,
serta wawancara tersbut dilakukan kepada pihak yang bertanggung jawab dalam
pembentukan dan pengelolaan BUMDes pada desa Selorejo.
3. Studi Pustaka
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku
referensi, laporan atau penelitian terdahulu, majalah-majalah, jurnal-jurnal dan
media lainnya yang berkaitan dengan obyek penelitian. Pengumpulan data dengan
studi pustaka merupaka, pengumpulan data pendukung yang mengkaitkan teori
dengan realitas. Salah satunya adalah dengan undang-undang mengenai
pengelolaan BUMDes dan implementasinya pada desa Selorejo.
4. Dokumentasi
Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto, gambar, serta data-data
mengenai Pemrintahdan Desa dan BUMDes Selorejo. Hasil penelitian dari
observasi dan wawancara akan semakin sah dan dapat dipercaya apabila didukung
oleh foto-foto.
D. Metode Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa dengan
menggunakan

model

interaktif

(interactive

models

of

analysis)

yang

dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992). Dimana penelitian dimulai


dengan pengumpulan data yang dikumpulkan berupa wujud kata-kata bukan
rangkaian kata. Dengan cara melakukan wawancara, observasi, studi pustaka dan
dokumentasi, yang dilakukan langsung pada obyek penelitian.
Setelah data terkumpul maka penulis melakukan reduksi data dengan cara
mengelompokan, mengarahkan, membuang yang sedemikian rupa. Dalam hal ini
reduksi data melakukan dengan cara membuat abstraksi, yaitu mengambil dan
mencatat informasi-informasi yang bermanfaat sesuai dengan konteks penelitian
atau mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga didapatkan inti kalimatnya

14

saja, tetapi bahasanya sesuai dengan bahasa informan. Sehingga kesimpulankesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Denga demikia data yang telah
diverifikasi akan dilakukan penyajian dimana data tesebut disusun secara terpadu
dan mudah dipahami yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Selorejo
Desa Selorejo yang berada di kecamatan Dau, kabupaten Malang, merupakan
sebuah desa nyaman yang mengandung ratusan potensi wisata alam nan indah.
Desa Selorejo berada pada daerah Kabupaten Malang bagian utara, dengan desa
Gading Kulon sebagai batas Utara, desa Tegalweru sebagai batas Timur, dan batas
sebelah selatan adalah desa Patung Sewu.
Secara astronomis desa Selorejo terletak pada 75619.70 lintang selatan dan
1123246.65 bujur timur. Lokasinya lebih kurang 17 km dari ibukota kabupaten
dan 7 km dengan kota kecamatan terdekat. Luas wilayah untuk pemukiman
kurang lebih 39,5 ha, sedangkan untuk area pertanian sebesar 410,47 6 ha yang
terdiri dari jenis tanah pertanian, ladang, serta tanaman ternak. Pertanian vital
pada desa ini adalah petani Jeruk. Sekitar ada 12 jenis Jeruk yang terdapat di desa
ini. Bahkan, jeruk Selorejo dinobatkan menjadi jeruk No.2 Se-Indonesia dalam
aspek kemanisan dan kandungan gizi. Sedangkan peternakan, sapi, kambing, lele

15

dan anjing menjadi daya tarik tersendiri pada desa ini.


Untuk saat ini indrastruktur desa Selorejo berkembang dan sudah maju.
Infrastruk tersebut berupa bentuk fisik jalan desa Selorejo, gedung Sekolah,
Puskemas, PAUT, kantor Desa Selorejo, dll. Serta kesejahteraan masyarakat desa
Selorejo cukup baik, dari hasil wawancara kami bersama Kades Selorejo
mengungkapkan bahwa kesejahteraan masyarakat desa telah mingkat dikarenakan
pertumbuhan ekonomi desa yang sangat baik. Pertumbuhan ekonomi desa
Selorejo dapat bertahan dan terus meningkat dikarenakan masyaraakt di desa
memiliki mata pencarian berupa pertanian dan perternakan. Selain itu masyarakat
desa Selorejo memiliki peluang lapangan kerja yang besar, karena desa Selorejo
merupakan salah satu desa wisata yang memiliki tempat wisata petik jeruk.
Namun usaha petik jeruk tersebut bukan merupakan milik desa melainkan milik
pihak lain yang hanya membuka lahan di desa Selorojo dan memperdayakan
masyarakat setempat sebagai pekerja untuk lahan wisata petik jeruk tersebut.
B. BUMDesa Selorejo
Pada bagian hasil, akan diuraikan hasil penelitian berupa temuan-temuan
dilapangan berdasarkan pengamatan penulis dilapangan. Untuk memperlancar
penelitian tersebut, penulis menggunakan metode wawancara. Namun hasil dari
proses wawancara yang dilakukan kepada Pembantu Sketaris Desa berbeda
dengan hasil dari observasi dengan Kepala Desa.
Dari berdasarkan fakta dilapangan dengan melalui observasi yaitu kepada
Kepala Desa memprihalkan bahwa BUMDes Selorejo adalah Wisata Petik Jeruk,
Kelompok Tani, dan uasaha Pertenakan. Namun dari fakta wawancara penulis
bersama Pembantu Sketaris Desa mengungkapkan, bahwa Wisata Petik Jeruk
merupakan milik dari pihak luar dan hanya menggunakan nama desa Selorejo dan
kemudian secara langsung memiliki lahan Kebun Jeruk di Desa Selorejo. Serta
hanya memperkerjakan masyarakat setempat dan Pemerintah Desa hanya sebagai
fasilitator apabila terjadi kunjungan dari pihak Pemerintah Kabupaten/Kota/Pusat.
Sedangkan untuk kelompok tani dan pertenakan merupakan suatu usaha miliki
pribadi masyarakat, bukan meruapakan milik dari BUMDes Selorejo. Dalam hal
ini Kepala Desa sebagai Kepala Dari Pemerintah desa masih terbatas dalam

16

memahami bentuk usaha yang dimaksud dari BUMDes. Namun Kepala Desa
pada Desa Selorejo cukup mampu dalam mengelola masyarakat setempat dalam
hal sosial dan kerukanan masyakarakat setempat.
Untuk hasil wawancara bersama Pembantu Sketaris Desa kami mendapatkan
hasil yang lebih akurat mengenai keberadaan dan pengelolaan BUMDes Selorejo.
Bentuk usaha milik desa Selorejo hanya berjumlah 1 (satu) yaitu weslik water
(sumber airbersih/air minum). Weslik water (Sumber air bersih/air minum)
merupakan suatu bentuk dari BUMDes Selorejo yang telah berdiri dari tahun
2003 yang dipergunakan untuk kehidupan masyarakat setempat sehari-hari.
Bentuk usaha tersbut diperuntunkan untuk setiap rumah masyarakat desa dengan
memakan tari Rp. 300/permeter setiap rumah dan diurus oleh pengurus BUMDes
Selorejo itu secara mandiri tanpa ada keterkaitan dengan pihak lain. Namun
diawal pendirian usaha sumber air bersih dan/atau air minum ini mendapatkan
bantuan dari weslik sumber air. Bantuan tersebut berupa pencarian mata air yang
bersih dan layak untuk dikonsumsi masyarakat dan bantuan berupa alat-alat untuk
penyaluran air tersbut dari mata air ke setiap rumah masyarkat desa Selorejo.
Dalam 1 (satu) tahun penghasilan dari BUMDes Selorejo untuk pendapatan desa
adalah Rp. 3.600.000.00,-/tahun, dana tersebut murni didapatkan dari unit usaha
BUMDes Selorejo dari 1000 rumah yang terdapat di desa. Hasil dari BUMDes
tersebut dipergunakan untuk perawatan sumber air dan untuk biaya pada saat
acara adat desa, dll.
Serta dengan adanya bentuk usaha desa sumber air dan/atau air minum bersih,
kebutuhan air bersih masyarakat desa Selorejo dapat terpenuhi. Serta dapat
membuat kehidupan masyarakat setempat lebih sehat dan terhindar dari
kekurangan air bersih. Memang terbilang sederhana namun bentuk usaha desa
dari BUMDes Selorejo ini, namun memiliki banyak manfaat untuk masyarakat.
Apabila pasokan air bersih untuk masyarakat desa Selorejo kurang maka akan
berdampak besar pada pertumbuhan desa Selorejo, dimulai dari segi kesehatan,
ekonomi hingga sosial. Dalam pelaksanaan BUMDes di desa Selorejo ini juga
terdapat banyak kendala, salah satunya adalah pada hasil dari laporan keuangan
dari pengurus BUMDes tersbut. Kendala dari laporan keuangan tersebut
dikarenakan banyaknya pengurus dari BUMDes yang meminjam uang dari hasil

17

usaha milik desa tersebut untuk kebutuhan hidup mereka. Namun diharapkan dari
kendala tersebut tidak menganggu berlangsungnya pelaksanaan BUMDes, dan
kebutuhan kesejahteraan masyarkat.
Apabila ditelaah dengan Permen No. 04 tahun 2015 pasal 19 tentang
klasifikasi jenis usaha milik BUMDes, maka dapat diketahui bahwa jenis usha
milik desa adalah jenis usaha bisnis sosial (social business) sederhana yang
memberikan pelayanan umum (serving) kepada masyarakat dengan memperoleh
keuntungan finansial. Pada BUMDes Selorejo keuntungan finasial dipergunakan
kembali untuk kebutuhan perawtan sumber air dan/atau air minum bersih serta
untuk uang khas yang nantinya akan dipergunakan pada acra adat yang akan
dilakukan masyarakat desa Selorejo.
Dengan demikian keberadaan BUMDes pada desa Selorejo memberikan
banyak dampak positif untuk kehidupan masyarakat desa. Bentuk usaha sumber
air dan/atau air minum bersih ini sendiri diharapkan untuk terus mampu
berkembang dan ada dalam memenuhi kebutuhan masyarakat desa Selorejo, serta
dapat membangun perekonomian desa dan kesejahteraan hidup masyarakat desa.
C. Pengelolaan BUMDes Selorejo
Pada pengelolaan BUMDes di desa Selorejo dilaksanakan oleh Pemerintah
Desa dan organisasi BUMDes. Dalm hal ini organisasi pemerintah desa dan
organisasi BUMDes memiliki peranan yang penting dalam pengelolaan unit usaha
milik desa Selorejo agar tetap berjalan efektif dan efesien. Hal ini sebagaimana
sesuai dengan Peraturan Menteri No. 04 tahun 2015 tentang pendirian,
pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran BUMDes, yang menjalaskan
bahwa organisasi pemerintah desa berpisah dengan organisasi BUMDes namun
masih terdapat relasi.
Dari hasil fakta wawancara penulis bahwa pemerintah desa selorejo dalam hal
pengelolaan BUMDes Selorejo memiliki peran sebagai pelindung atau penasehat
untuk pengurus BUMDes (Pelaksana Oprasional). Pelindung atau penasehat
tersebut yang dimaksud adalah Kepala Desa yang hanya memiliki kewangan
dalam berperan untuk pengelolaan BUMDes. Dengan adanya peran Kepala Desa
sebagai pelindung atau penasehat segala sesuatu masalah yang terjadi pada
pelaksanaan dan pembangunaan usaha milik desa, serta dapat diselesaikan dengan

18

adanya dorongan atau saran dari Kepala Desa. Sedangkan untuk perangkat
pemerintah desa lainya tidak memiliki wewenang didalam BUMDes. Dalam hal
ini relasi organisasi Pemrintah desa dan organisasi BUMDes berlangsung dengan
adanya peran dari Kepala Desa tersebut sebagai Pelindung dan Penasehat. Kepala
desa Selorejo sendiri memiliki wewenang untuk mengendalikan pelaksana
kegiatan pengelolaan BUMDes, meminta penjelasan kepada BUMDes mengenai
masalah yang menyangkut pengelolaan usaha desa, dan melindungi usaha desa
dari hal-hal yang dapat menurunkan kinerja BUMDes.
Untuk pengurus atau pelaksana BUMDes itu sendiri berasal dari masyarakat
atau tokoh dan ulama desa Selorejo. Pengurus atau pelaksana operasional
BUMDes

tersebut

yang

bertanggung

jawab

dalam

melaksanakan

dan

mengembangkan BUMDes agar mampu menjadi lembaga yang dapat menompang


pembangunan perekonomian desa atau pelayanan umum lainya. Pelaksanaan
usaha milik desa Selorejo tersebut merupakan usaha yang mandiri tanpa ada
bekerja salam atau keterkaitan dengan pihak lain. Hingga kepengurusan dan
pelaksanaan oprasional BUMDes sendiri menjadi tanggung jawab organisasi
BUMDes dan hanya melibatkan Kepala Desa sebagai pemberi nasehat dan
perlindungan.
Salah satu contoh masalah yang dapat menjadi wewenang kepala desa untuk
memberikan nasehat adalah pada saat unit usaha BUMDes Selorejo sumber air
dan/atau air minu bersih yang tidak dapat berkeja sama dengan desa lainya. Hal
ini terjadi karena debit air yang tidk cukup untuk mengalir ke rumah warga desa
Selerojo ke bagian atas dikarenakan aliran air yang mengalir berlebihan ke
bagaian bawah desa atau desa yang bekerja sama tersebut (desa Tegalweru). Hal
tersebut membuat masyarakat resa, dan pada akhirnya BUMDes dengan bantuan
nasehat dari kepala desa membuat keputusan untuk memutuskan saluran air yang
mengalir ke desa Tegalweru tersebut. Berikut adalah skema alur pengelolaan
BUMDes:
Penasihat
(Kepala Desa)

Nasihat & Saran


memberikan

meminta

Pelaksana Oprasional
(Organisasi BUMDes)

Melaksanakan dan mengembangan

Pengawas
BUMDes

Mengevaluasi
&
memantau

19
Unit Usaha Desa

Kepala desa dalam melaksanakan tugas sebagai penasehat dan pelindung


BUMDes diharapkan mampu untuk menyelasaikan dari hal-hal yang dapat
mnenurunkan kinerja BUMDes. Karena BUMDes merupakan lembaga ekonomi
komersialnya lainya. Dimana BUMDes pada desa Selorejo berdiri karena ada nya
potensi dari desa tersebut dan diperuntunkan langsung untuk masyarakat setempat
dan dikelola langsung oleh masyarakat setempat. Dengan demikian relasi dari
pemerintah desa yaitu kepala desa dengan organisasi BUMDes harus dapat
terjalin searah dengan satu tujuan yang sama tanpa adanya kepentingan pribadi,
serta harus dapat memiliki pemikiran yang sejalan dalam menangani masalah.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Desa Selorejo merupakan desa wisata yang terdapat di Kecamatan Dau
Kabupaten Malang. Salah satu tempat wisata yang terdapat di desa Selorejo
adalah, wisata petik jeruk. Dengan adanya tempat wisata-wisata di desa Selorejo
tersebut dapat membantu perekonomian masyarakat setempat. Namun tempat
wisata tersebut bukan merupakan unit usaha milik desa melaikan unit usaha milik
pihak luar atau swasta lainya. Akan tetapi dengan adanya tempat wisata tersebut
membuka peluang lapangan kerja untuk masyarakat setempat dan sekitarnya.
Untuk jenis usaha milik desa Selorejo sendiri merupakan jenis usaha bisnis
sosial (social business) sederhana yang memberikan pelayanan umum (serving)
kepada masyarakat dengan memperoleh keuntungan finansial, usaha desa tersebut
dikelola dan kembangakan oleh pihak Pemerintah Desa dan Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes). Bentuk dari jenis usaha sosial desa Selorejo tersebut adalah
penyedian sumber air dan/atau air minum bersih. Air tersebut dimanfaatkan

20

masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, serta sumber


air dan/atau air minum tersebut dapat menjamin kesehatan masyarakat dalam
mengkonsumsinya.
BUMDes memiliki wewenang dan hak lebih atas pengelolaan dan
pelaksanaan usaha-usaha milik desa. Akan tetapi masih teradapat relasi antar
Pemerintah Desa dan BUMDes. Relasi antar Pemerintah Desa dengan BUMDes
dalam pengelolaan usaha milik desa yaitu Pemerintah yaitu Kepala Desa berperan
sebagai pemberi perlindungan dan saran kepada pihak BUMDes. Saran dan
perlindungan tersebut dilakukan untuk melindungi BUMDes dari hal-hal yang
dapat menurunkan kinerja BUMDes. Dengan demikian segala suatu keputasan
BUMDes haruslah dimusyawarahkan bersama Kepala Desa. Serta terjalin nya
pemikiran yang sejalan antara Kepala Desa dan BUMDes, terlebih dalam
memecahkan masalah dan membuat suatu keputusan.

B. Saran
Menurut penulis, sistem pengelolaan BUMDes pada desa Selorejo telah sesuai
dengan ketetapan Peraturan Menteri No. 04 tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan, Pengelolaan dan Pembubaran BUMDes. Hanya masih perlu sedikit
untuk Kepala Desa mengenali dan memahami apa yang dimaksud usaha milik
desa yang dikelola BUMDes dan Pemerintah Desa dan mana usaha milik pribadi
masyarakat desa atau kelompok-kelompok lainya.
BUMDes Selorejo diharapkan untuk mampu menangani kendala yang terkait
dengan Laporan Keuangan agar perawatan untuk Sumber air dan/atau air minum
bersih tersebut dapat terus berdiri hingga jangaka yang lebih panjang dari
sekarang. BUMDes Selorejo harus dapat mengembangkan lebih lagi sumber mata
air tersebut agar mencapai ke penjuru desa lainya untuk melakukan kerja sama.
Dengan kerjasama tersebut maka pendapatan keuntungan finasial dari sumber
mata air tersebut akan bertambah lebih dan membantu perekonomian desa. Serta
dapat membentuk pula jenis-jenis dan bentuk-bentuk usaha milik desa lainya yang
lebih inovati dan efektif dalam mengakomodir kebutuahn masyarakat desa
Selorejo.

21

LAMPIRAN

Tandon Sumber Air dan/atau Air Minum Desa Selorejo

22

Dokumentasi, bersama Pembantu Pelaksana Sketaris Desa dan Perangkat


Pemrintah Desa.

DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes )
Departemen

Pendidikan

Nasional

Pusat

Kajian

Dinamika

Sisitem

Pembangunan (PKDSP) Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya 2007.


Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia :
Pengadaan,

Pengembangan,

Pengkompensasian,

dan

Peningkatan

Produktivitas Pegawai. Jakarta : Grasindo.


Kasim, Azhar. (1993). Pengukuran Efektivitas Dalam Organisasi. Jakarta.
Kusuma, S.T. 1987. Psiko Diagnostik. Yogyakarta : SGPLB Negeri Yogyakarta.
Miles, Matthew B and Hubberman, Michael A. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta.Surabaya: Papyrus.
Moleong, LJ. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja.
Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Jakarta : Erlangga.
Rivai, Veithzal, 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.

23

Saparin, Sumber, Dra. Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa.


Jakarta : Ghalia Indonesia.
Singarimbun, Masri.1995. Metode Penelititan Survei. LP3S, Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.
Supranto, J. 2003. Metode Penelitian Hukum Statistik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Perundang-undangan
Undang-undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.
6 tahun 2014 tentang Desa.
Peraturan Menteri Desa, Pemabangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia NO. 4 tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan
Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.

24

Anda mungkin juga menyukai