Anda di halaman 1dari 26

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH ACEH
SATUAN BRIMOB

DRAFT KEBIJAKAN SATUAN BRIMOB POLDA ACEH


BIDANG OPERASIONAL TAHUN 2021

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

a. Potensi terjadinya perpecahan, polarisasi/pengelompokan yang dapat


mengancam keutuhan NKRI yang disebabkan oleh adanya pergeseran nilai-nilai
dan budaya bangsa serta perilaku negatif seperti sikap individualistis, materialistis,
konsumtif, dan hedonis yang telah menimbulkan ketidakpedulian generasi muda
terhadap sikap nasionalisme;
b. Dikawasan regional, fenomena hubungan internasional menunjukan adanya
indikasi potensi instabilitas, diantaranya meliputi: posisi Indonesia sebagai
negara yang tengah membangun merupakan bagian dari dinamika pergaulan
masyarakat internasional juga tidak luput dari berbagai implikasi global maupun
regional yang berkembang. Daerah Aceh yang terletak di bagian paling Barat
gugusan kepulauan Nusantara, menduduki posisi strategis sebagai pintu
gerbang lalulintas perniagaan dan kebudayaan yang menghubungkan Timur dan
Barat sejak berabad-abad lampau. Aceh sering disebut sebagai tempat
persinggahan para pedagang Cina, Eropa, India dan Arab, sehingga menjadikan
daerah Aceh pintu awal masuknya budaya dan agama di Nusantara;
c. Indonesia yang terletak di kawasan regional Asia Tenggara merupakan bagian
dari keanggotaan ASEAN yang akan mengimplemetansikan MEA ASEAN, hal
tersebut berdampak secara fundamental terhadap perekonomian nasional
menuju sistem perdagangan bebas yang akan mempengaruhi meningkatnya
mobilisasi keluar masuknya orang, barang maupun kegiatan jasa, yang
merupakan sebagai peluang sekaligus tantangan yang harus dihadapi untuk
meningkatkan sumber daya manusia sekaligus menjaga serta memanfaatkan
kekayaan alam guna meningkatkan kesejahteraan nasional;
d. Belum maksimalnya penjagaan di wilayah perbatasan dan perairan serta pintu-
pintu masuk provinsi Aceh, seperti pelabuhan laut dan udara, serta terbatasnya
kerja sama internasional menjadikan Provinsi Aceh sebagai lahan subur
tumbuhnya kejahatan transnasional. Di samping perkembangan organisasi
kejahatan internasional didukung kemajuan Iptek, terutama dalam bidang
komunikasi dan informasi serta teknologi persenjataan menyebabkan kejahatan
bersifat transnasional, seperti peredaran narkoba dan Senpi illegal sulit untuk
ditangani;

e. Berbagai . . . . .
2

e. Berbagai penanggulangan gangguan Kamtibmas terkait kejahatan konvensional


maupun transnasional telah dilakukan, dan menunjukkan hasil yang cukup
dibanggakan. Namun demikian masih terdapat potensi ancaman harus tetap
diwaspadai karena dapat mengganggu suasana Kamtibmas, antara lain:
terorisme, perompakan, pembalakan liar, pencurian ikan, penambangan liar,
kejahatan ekonomi lintas negara;

f. Kejahatan siber atau kejahatan melalui jaringan internet menjadi ancaman bagi
stabilitas nasional, Pemerintah sulit mengimbangi teknik kejahatan tersebut yang
dilakukan pelaku/sindikat dengan teknologi jaringan internet dan intranet,
muncul beberapa kasus di Indonesia seperti pencurian kartu kredit, hacking
beberapa situs, menyadap transmisi data orang lain, misalnya email, dan
memanipulasi data dengan cara menyiapkan perintah tidak dikehendaki
kedalam program komputer, sehingga kejahatan komputer dimungkinkan
adanya delik formil (perbuatan seseorang memasuki komputer orang lain tanpa
izin), dan delik materil (perbuatan menimbulkan akibat kerugian bagi orang
lain);

g. Antisipasi berkembangnya paham yang ingin mengganti Pancasila, baik itu paham
khilafah, komunisme yang dikembangkan oleh sebagian masyarakat melalui
organisasi HTI, NII maupun upaya gerakan jaringan terorisme Jamaah
Islamiyah, Jamaad Ansyarut Tauhid dan lain-lain melalui kegiatan pre-emtif,
preventif dan represif melalui penindakan hukum;
h. Dalam menghadapi adanya gangguan Kamtibmas tahun 2021, Satuan Brimob
Polda Aceh perlu terus meng-update perkembangan potensi ancaman berupa
Potensi Gangguan (PG), Ambang Gangguan (AG) dan Gangguan Nyata (GN)
yang akan dihadapi, dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang
memadai. Sarana dan prasarana, sistem dan metode untuk mewujudkan
personel Satuan Brimob Polda Aceh yang profesional, modern dan terpercaya
maka perlu disusun “Kebijakan Komandan Satuan Brimob Polda Aceh bidang
Operasional Tahun 2021”.

2. Dasar

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia;
b. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia;
c. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
d. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2018 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Daerah;
e. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012
tentang Sistem Perencanaan Strategis Kepolisian Negara Republik Indonesia;
3

f. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2019


tentang Sistem, Manajemen dan Standar Keberhasilan Polri;
g. Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor:
Kep/1016/V/2019 tanggal 31 Mei 2019 tentang Kebijakan Polri Bidang
Operasional Tahun 2020;
h. Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Aceh Nomor:Kep/249/VIII/2019 tanggal
9 Agustus 2019 tentang Kebijakan Kepolisian Daerah Aceh bidang operasional
tahun 2020.

3. Maksud dan Tujuan

a. Maksud

untuk dijadikan pedoman dan acuan bagi seluruh jajaran Satuan Brimob Polda
Aceh dalam pelaksanaan tugas dibidang operasional tahun 2021.
b. Tujuan

agar tugas operasional Satuan Brimob Polda Aceh tahun 2021 dapat
dilaksanakan secara profesional, proporsional, efektif dan efisien.

4. Pengertian

a. Satuan Brimob Polda Aceh merupakan salah satu unsur pelaksana utama pada
Polda Aceh yang memiliki tugas pokok menanggulangi gangguan keamanan dan
ketertiban masyarakat (Guankamtibmas) dalam rangka back-up pada Satuan
Kewilayahan utamanya kerusuhan massa, kejahatan terorganisir yang
berintensitas tinggi dengan menggunakan senjata api dan bahan peledak serta
perlawanan teror, dalam negeri khususnya di Provinsi Aceh;
b. Kebijakan Satuan Brimob Polda Aceh adalah serangkaian arah tindakan
Satbrimob Polda Aceh yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam
pelaksanaan tugas dan cara bertindak;
c. Operasional Polri adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh fungsi
Kepolisian dalam rangka menanggulangi gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat yang diselanggarakan melalui Kegiatan Kepolisian dan Operasi
Kepolisian;

d. Kegiatan Kepolisian adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh fungsi Kepolisian


setiap hari sepanjang tahun dalam rangka memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman
dan pelayanan masyarakat;

e. Operasi Kepolisian adalah serangkaian kegiatan Polri yang diorganisir secara


khusus dalam rangka pencegahan, penanggulangan dan penindakan terhadap
gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yang
diselenggarakan dalam kurun waktu, sasaran/Target Operasi (TO), Cara
Bertindak (CB), kekuatan personel, dukungan logistik dan anggaran tertentu;
4

f. Sasaran Kegiatan Kepolisian adalah bentuk-bentuk dari seluruh gangguan


Kamtibmas yang meliputi Potensi Gangguan (PG), Ambang Gangguan (AG),
Gangguan Nyata (GN), ditanggulangi dengan operasi kegiatan kepolisian, oleh
masing-masing fungsi Operasional Polri;
g. Sasaran Operasi Kepolisian adalah bentuk-bentuk gangguan kamtibmas yang
tidak bisa ditanggulangi operasi kegiatan kepolisian yang terdiri dari Potensi
Gangguan (PG), Ambang Gangguan (AG) dan Gangguan Nyata (GN) tertentu
yang ditanggulangi dengan Operasi Kepolisian;
h. Kebijakan Kegiatan Kepolisian adalah serangkaian arah tindakan yang menjadi
pedoman dan dasar dalam menangani sasaran operasi kegiatan pada masing-
masing fungsi operasional;
i. Kebijakan Operasi Kepolisian adalah serangkaian arah tindakan yang menjadi
pedoman dan dasar untuk menangani sasaran operasi kepolisian yang
dipertajam dalam Target Operasi (TO) yang akan diselesaikan/diungkap;
j. Konflik Sosial adalah perseteruan dan/atau benturan fisik dengan kekerasan
antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu
tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan
disintegrasi sosial sehingga mengganggu stabilitas nasional dan menghambat
pembangunan nasional;
k. Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah
longsor;
l. Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas,
yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan
kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, Iingkungan hidup,
fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau
gangguan keamanan.

5. Tata Urut . . . . .
5

5. Tata Urut

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Dasar
3. Maksud dan Tujuan
4. Pengertian
5. Tata Urut
BAB II LANDASAN KEBIJAKAN SATUAN BRIMOB POLDA ACEH BIDANG
OPERASIONAL
1. Grand Strategi Polri Tahun 2005-2025
2. Quick Wins Polri
3. Program Prioritas Kapolri bidang operasional (Promoter)
4. Program Prioritas Pemerintah Aceh
5. Kalender Kamtibmas Polda Aceh
6. Perkiraan Potensi Kerawanan Kamtibmas (Berdasarkan Perkiraan
Intelijen Keamanan Polda Aceh)
BAB III KEBIJAKAN SATBRIMOB POLDA ACEH BIDANG OPERASIONAL
1. Kegiatan Kepolisian
a. Kegiatan Rutin
b. Kegiatan Rutin Yang Ditingkatkan (KRYD)
2. Operasi Kepolisian
a. Operasi Pengamanan Kegiatan
b. Operasi Pemeliharaan Keamanan
c. Operasi Penegakan Hukum
d. Operasi Kontinjensi

BAB IV PENUTUP

BAB II . . . . .
6

BAB II

LANDASAN KEBIJAKAN SATBRIMOB POLDA ACEH BIDANG OPERASIONAL

1. Agenda Prioritas Nasional

a. pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan;


b. pembangunan infrastruktur dan pemerataan wilayah;
c. pembangunan nilai tambah sektor riil, industrialisasi dan kesempatan kerja;
d. ketahanan pangan, air, energi dan lingkungan hidup; dan
e. stabilitas pertahanan dan keamanan.

2. Arah Kebijakan Pembangunan Nasional Subbidang Keamanan

Arah kebijakan nasional Subbidang keamanan, meliputi:


a. terpenuhinya Almatsus Polri yang didukung industri pertahanan;
b. meningkatnya profesional Polri;
c. menguatnya intelijen dan kontra intelijen;
d. menguatnya keamanan laut dan daerah perbatasan;
e. menguatnya pencegahan dan penanggulangan Narkoba.

3. Grand Strategi Polri Tahun 2005-2025

Tahapan Grand Strategi Polri 2005-2025, meliputi:


a. tahap I Trust Building (2005-2009) Polri membangun kepercayaan;
b. tahap II Partnership Building (2010-2014) Polri membangun kemitraan/
kerjasama;
c. tahap III Strive For Excellence (2015-2025) membangun Polri yang unggul.

Dalam Grand Strategi Polri (2005-2025), sasaran pengembangan diarahkan sesuai


tahapan dimana memasuki tahapan ke-3 Strive For Excellence (2015- 2025) yaitu
membangun kemampuan pelayanan publik yang unggul, mewujudkan good
government, best practice Polri, profesionalisme SDM, implementasi teknologi,
infrastruktur Matfasjas guna membangun kapasitas Polri (capacity building) yang
kredibel di mata masyarakat nasional, regional dan internasional.

4. Quick . . . . .
7

4. Quick Wins Polri

Sejalan dengan Nawacita, peran dan fungsi Polri sebagai tindak lanjut dari agenda
strategis tersebut Pemerintah telah menetapkan Quick Wins yang harus dicapai Polri,
sebagai berikut:

a. penertiban dan penegakan hukum bagi organisasi radikal dan anti Pancasila;
b. pemburuan dan penangkapan terhadap gembong terorisme Santoso dan
jejaring terorisme;
c. aksi nasional pembersihan preman dan premanisme;
d. pembentukan dan pengaktifan Satgasops Polri kontraradikal dan deradikalisasi
(khusus ISIS);
e. pemberlakuan rekrutmen terbuka untuk jabatan di lingkungan Polri;
f. polisi sebagai penggerak revolusi mental dan pelopor tertib sosial di ruang
publik;
g. pembentukan Tim Internal Anti Korupsi;
h. crash program pelayanan masyarakat “pelayanan bersih dari percaloan”.

5. Program Prioritas Kapolri Profesionalisme, Modern dan Terpercaya (Promoter)


bidang Operasional

a. peningkatan pelayanan yang lebih mudah bagi masyarakat dan berbasis


teknologi informasi (Program II);
b. penanganan kelompok radikal prokekerasan dan intoleransi yang lebih optimal
(Program III);
c. penguatan Harkamtibmas (Program VII);
d. membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap Kamtibmas
(Program VIII);
e. penegakan hukum
f. yang lebih profesional dan berkeadilan (Program IX);
g. melanjutkan program quick wins Polri (Program XI).

6. Enam Prioritas Pembangunan Pemerintah Aceh

a. hilirisasi komoditas dan peningkatan daya saing produk/jasa unggulan;


b. pembangunan infrastruktur terintegrasi;
c. peningkatan kualitas lingkungan dan penurunan resiko bencana;
d. pembangunan sumber daya manusia;
e. reformasi birokrasi dan penguatan perdamaian;
f. penguatan penerapan Dinul Islam dan budaya Aceh.

7. Kalender . . . . .
8

7. Kalender Kamtibmas Polda Aceh

Ditahun 202, Polda Aceh akan menghadapi beberapa even nasional yang dapat
berdampak pada situasi keamanan dalam negeri, antara lain sebagai berikut:

a. kegiatan perayaan Tahun Baru Masehi pada tanggal 1 Januari 2021 serta tahun
Baru Imlek pada tanggal 25 Januari 2021;
b. peringatan Hari Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW tahun 2021;
c. kegiatan Meugang dalam rangka penyambut bulan Ramadhan tahun 2021;
d. peringatan Hari Buruh Nasional pada tanggal 1 Mei 2021 dan Kenaikan Isa Al
Masih tahun 2021;
e. peringatan Hari Raya Idul Fitri 1442 H / tahun 2021;
f. peringatan Hari Raya Idul Adha tahun 2021;
g. peringatan MoU Helsinki pada tanggal 15 Agustus 2021, peringatan Hari
Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2021 dan Tahun Baru Islam
tahun 2021;
h. peringatan Hari Berkabung Nasional (G30 S/PKI) tanggal 30 September 2021;
i. peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada tanggal 1 Oktober 2021 serta Maulid
Nabi Muhammad SAW tahun 2021;
j. peringatan Milad GAM pada tanggal 4 Desember 2021, peringatan Hari Raya
Natal pada tanggal 25 Desember 2021 dan peringatan Tsunami pada tanggal 26
Desember 2021; dan
k. peringatan hari-hari keagamaan lainnya yang terdapat pada tahun 2021.

8. Perkiraan Potensi Kerawanan Kamtibmas Tahun 2021 (Berdasarkan Perkiraan


Intelijen Keamanan Polda Aceh Tahun 2021)

a. Bidang Ideologi
Masih potensialnya kegiatan kelompok radikal untuk melakukan kegiatannya
dalam rangka menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi lain, menguat
kembali “Isu Komunisme”, penyebaran paham “Khilafah” maupun ajaran
kelompok keagamaan yang menjurus radikal, serta pengaruh perkembangan
paham ISIS mengembangkan Kekhilafahan umat Islam di seluruh dunia,
Wilayah Indonesia termasuk di Aceh berujung terjadinya aksi kekerasan dan
radikalisme hingga terorisme.

b. Bidang . . . . .
9

b. Bidang Politik

1) Aceh adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang beribukota Banda Aceh.


Aceh merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang diberi status
sebagai D aerah Istimewa dan juga diberi kewenangan otonomi
khusus. Aceh terletak diujung utara pulau Sumatera dan merupakan
Provinsi paling barat di Indonesia. Jumlah penduduk Provinsi ini sekitar
4.500.000 jiwa. Letaknya dekat dengan Kepulauan Andaman dan
Nikobar di India dan terpisahkan oleh Laut Andaman. Aceh berbatasan
dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah barat,
Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatra Utara di sebelah tenggara dan
selatan;

2) Pasca Perjanjian damai MoU Helsinki antara Pemerintah Indonesia-GAM


yang ditandatangani di Helsinki Finlandia pada tanggal 15 Agustus 2005
dengan diwakili oleh masing-masing juru runding antara lain Indonesia
diwakili Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaludin, sedangkan GAM
mengutus Malik Mahmud Al Haytar untuk menandatangani Memorandum
of Understanding (MoU) telah melahirkan beberapa kesepakatan yang
intinya GAM mencabut tuntutan untuk memisahkan diri dari Indonesia,
sedangkan Pemerintah Indonesia memberi kebebasan kepada GAM untuk
membentuk partai politik dalam rangka menjamin kehidupan berdemokrasi;

3) antara butir kesepakatan yang dihasilkan dalam perundingan antara


pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka di Helsinki,
Finlandia, ada pemberian amnesti kepada anggota GAM berikut pemulihan
hak-hak politik, ekonomi, dan sosial. Salah satu bentuk pemulihan hak
politik yang begitu ramai dibicarakan adalah keinginan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) membentuk partai politik lokal di Provinsi Aceh;

4) Pasca MoU-Helsinki telah menyisakan berbagai masalah antara lain yakni


kewenangan Aceh untuk memiliki Bendera dan Lambang Aceh yang telah
disahkan oleh DPRA dan memasukkan Qanun tersebut kedalam lembaran
daerah No. 49 tahun 2013. Pengesahan tersebut menuai polemik karena
Bendera dan Lambang Aceh yang disyaratkan dalam Qanun menyerupai
Bendera dan Lambang GAM, dalam hal ini pemrintah pusat menolak
desain tersebut karena bertentangan dengan PP nomor 77 tahun 2007;

a) Pemerintah Aceh tetap bersikukuh mempertahankan desain bendera


dan lambang karena menganggap pasca MoU Helsinki, GAM sudah
tidak ada lagi, “Keengganan” pemerintah Aceh untuk mengubah
desain bendera dan lambang daerah juga dikarenakan PP No.
77/2007 yang menjadi dasar penolakan pemerintah pusat terhadap
Qanun, tidak berdasarkan konsultasi dan pertimbangan pemerintah
Aceh saat disahkan dulu;

b) Konflik interpretasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah Aceh


sangat berlarut dan menguras emosi sehingga Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Aceh gagal menemukan titik temu;

c) Perbedaan.....
10

c) Perbedaan tafsir ini telah memicu konflik yuridis antara pemerintah


Aceh dan pemerintah pusat yang berpotensi menimbulkan konflik
horizontal yang akan merugikan dan mengorbankan rakyat;

d) Polemik Qanun Aceh No. 23 tahun 2017 tentang Bendera dan


Lambang Aceh dengan Pemerintah Pusat hingga saat ini belum
menemukan titik terang;

5) Pasca penetapan tersangka terhadap Irwandi dalam kasus korupsi oleh


KPK telah menimbulkan pro dan kontra dikalangan Pemerintah Aceh
khususnya dibadan eksekutif didalam mencari pengganti Wakil Gubernur
Aceh serta hilangnya peran partai PNA dibawah kepemimpinan Nova
Iriansyah;

6) Eksistensi tokoh-tokoh eks GAM sangat berpengaruh dimata Intenasional


untuk memperjuangkan kedaulatan Aceh sebagai salah satu negara
yang berdaulat melalui jalur politik dengan modus memperjuangkan
UUPA yang belum terealisasi oleh Pemerintah pusat;

7) Masih tingginya keinginan dari para tokoh politik GAM/KPA dan simpatisan
yang menuntut terealisasikan butir-butir UUPA secara menyeluruh oleh
pemerintah pusat khususnya permasalahan Qanun Bendera, Hymne dan
Lambang Aceh sebagai hasil perjuangan GAM;

8) Munculnya kelompok-kelompok perjuangan baru seperti TAM, ASNLF dan


AM yang berbasis di dalam maupun diluar negeri yang memamfaatkan
media sosial sebagi sarana menyebarkan idiologi terhadap masyarakat
luas khususnya dari mantan sparatis yang tidak bernaung dibawah payung
PA;

9) Terjadinya pengibaran bendera Bulan Bintang di tempat-tempat umum dan


fasilitas negara pada saat perigatan milad GAM sebagai upaya provokasi
yang dilakukan oleh oknum-oknum yang mengusik perdamaian di Provinsi
Aceh;

10) Mendesak Pemerintah pusat untuk mengimplementasikan seluruh butir-


butir UUPA untuk diqanunkan kedalam lembaran daerah oleh elit politik,
legislatif, eksekutif dan masyarakat Aceh yang mendukung kebijakan-
kebijakan politik Partai Aceh;

11) Adanya upaya propaganda politik yang dilakukan oleh elit politik yang
berkepentingan untuk mengusik perdamaian seperti tokoh GAM yang tidak
menerima perdamaian yang berdomisili diluar negeri yang dapat
meningkatkan ketegangan politik antara pemerintah pusat dan pemerintah
Aceh.

c. Bidang.......
11

c. Bidang Ekonomi

1) Seiring dengan masuknya Faham Demokrasi Liberal dan pengaruh


kaum Kapitalis yang menanamkan modalnya di Indonesia, secara
perlahan-lahan sistem perekonomian bangsa Indonesia yang diatur dalam
pasal 33 UUD 1945 semakin ditinggalkan. Semakin banyak perusahaan
milik negara yang diprivatisasi. Keuntungan perusahaan negara yang telah
diprivatisasi ditengarai jatuh ke tangan pribadi para pemodal/pemegang
saham. Sedangkan pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan
dengan bagi hasil bersama dengan perusahaan asing dianggap para
ekonom telah merugikan bangsa Indonesia. Hal-hal tersebut diatas
dinilai oleh elemen mahasiswa dan cendekiawan sebagai bentuk
tindakan menggadaikan negara yang merugikan masyarakat. Kondisi ini
menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap negara terutama terhadap
aparat penegak hukum.

2) Penyaluran dana otonomi khusus dari Pemerintah Pusat kepada Provinsi


Aceh yang diberikan setiap tahun dan senantiasa mengalami peningkatan
ditengarai disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu namun sulit
disentuh hukum. Jumlah dana Otsus yang diberikan ke Provinsi Aceh
beberapa kurun waktu sebagai berikut:

NO TAHUN JUMLAH (RP)


1 2008 3,5 T
2 2009 3,7 T
3 2010 3,8 T
4 2011 4,4 T
5 2012 5,4 T
6 2013 6,1 T
7 2014 8,1 T
8 2015 7,05 T
9 2016 7,6 T
10 2017 8,09 T
11 2018 8,03 T
12 2019 8,357 T

Enam bidang pemanfaatan Dana Otonomi Khusus meliputi pembiayaan


pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi
rakyat, pengentasan kemiskinan, pendanaan pendidikan, sosial dan
kesehatan. Besarnya jumlah dana yang diterima dari pusat belum dapat
mengubah kondisi perekonomian masyarakat. Kondisi ekonomi
masyarakat Aceh secara umum belum menggembirakan dengan
gambaran sebagai berikut:

TAHUN (%)
INDIKATOR KET
2015 2016 2017 2018
Pertumbuhan ekonomi 5,27 6,3 4,91 4,73
Pengangguran 10,3 7,1 7,39 5,34
Inflasi 7,3 4,4 4,25 0,27
Kemiskinan 17,72 15,5 15,92 15,97
12

3) Harga bahan pokok dipasaran setiap tahun terus meningkat dengan inflasi
beberapa persen. Pemerintah mengaku telah melakukan berbagai usaha
untuk mengendalikan stabilitas harga di pasaran agar tetap terjangkau
oleh masyarakat, namun inflasi tetap tinggi. Sikap pemerintah yang
kurang mendukung penerapan ekonomi Pancasila mengakibatkan
berkembangnya ekonomi liberal, bahkan Indonesia terjebak dalam
kebijakan negara barat dengan pasar bebas. Pemberlakuan CAFTA dan
MEA pada`saat industri dalam negeri belum siap bersaing telah
menimbulkan sikap pesimistik dari masyarakat terhadap berbagai
kebijakan pemerintah yang selalu mendengungkan program pro rakyat;
4) Pertumbuhan ekonomi tahun 2021 diperkirakan akan meningkat,
mengingat situasi keamanan sudah membaik/kondusif, namun perbaikan
pada regulasi dan penghapusan terhadap pungutan liar sangat diperluan
agar investor terus menanamkan modalnya di Aceh dan perekonomian
masyarakat dapat meningkat;
5) Industri pengolahan sumber daya alam yang ada di Provinsi Aceh seperti
gas alam, minyak, pupuk dan semen pada umumnya adalah milik asing
atau perusahaan dengan penanaman modal asing yang pada umumnya
adalah Amerika dan Eropa. Perusahaan-perusahaan tersebut terkesan
belum berperan secara nyata untuk membantu penduduk miskin di
sekitarnya melalui CSR dengan konsisten, bahkan ada indikasi bahwa
Pemerintah RI tidak berdaya memaksa pengusaha asing untuk memenuhi
kewajibannya mensejahterakan masyarakat sekitar perusahaan. Kondisi ini
menimbulkan kesenjangan yang mengundang niat kelompok tertentu untuk
memberontak dengan menyatukan kekuatan dengan kelompok radikal;
6) Dana recovery ekonomi yang disalurkan oleh pemerintah pusat melalui
pemerintah daerah belum optimal mengatasi masalah rakyat kecil dan
timbul kesan tidak menyentuh akar permasalahan yang dihadapi. Kondisi
ini cenderung mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan Illegal
termasuk kegiatan yang merusak lingkungan. Angka kemiskinan dan
pengangguran masih tinggi dan kondisi ekonomi masyarakat belum
sepenuhnya stabil khususnya akibat bencana alam tsunami, namun
pemerintah selalu mempublikasikan keberhasilannya dalam memperbaiki
perekonomian daerah;
7) Ketersediaan kebutuhan pokok pada umumnya sangat tergantung pasokan
dari daerah lain khususnya Sumatera Utara. Kelancaran transportasi dan
situasi keamanan mempengaruhi proses pendistribusian barang kebutuhan
dan penjualan hasil bumi ke luar daerah.

d. Bidang Sosial Budaya

1) Berbagai aksi dan kegiatan kelompok/elemen masyarakat maupun Ormas


merespons perkembangan lingkungan sosial maupun mengkritisi berbagai
kebijakan pemerintah menjadikan sebagai kelompok penekan dan
berpotensi menjurus aksi anarkis massa;

2)
Konflik......
13

2) Konflik horizontal dan vertikal di beberapa daerah dilatarbelakangi


pertanahan, perkebunan, pertambangan dan konflik antar kelompok
masyarakat memicu terjadinya intoleransi yang berpotensi konflik menjurus
masalah SARA, dan melunturnya nilai-nilai luhur keberagaman atau
kebhinekaan dalam pergaulan hidup antarkelompok bangsa yang dapat
memecah belah umat masih akan mewarnai situasi Kamtibmas di Provinsi
Aceh tahun 2021;
3) Perubahan iklim global dan kondisi geografis Indonesia terletak di lingkaran
cincin api dunia, diperkirakan akan berdampak pada potensi terjadinya
bencana alam seperti: tsunami, gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah
longsor dan angin puting beliung serta kebakaran/pembakaran hutan;
4) Permasalahan perijinan pembangunan tempat ibadah khususnya bagi umat
kristen yang masih dalam kajian dapat berpotensi menimbulkan konflik :
5) Kondisi ini diperkirakan masih akan terus berlanjut pada tahun 2020 dan
berpotensi menimbulkan konflik horizontal yang lebih besar. Dimungkinkan
akan ada campur tangan dari pihak asing di Singkil akibat pengabaian
HAM oleh Pemerintah.
6) Pembubaran kelompok pengajian kelompok salafi yang dituding sebagai
Wahabi yang dilakukan oleh sekelompok orang mengatasnamakan Aswaja
masih berpotensi terulang kembali.

e. Bidang Keamanan

1) Kondisi wilayah dengan garis pantai sepanjang lebih dari 1.600 Km dengan
karakteristik hutan bakau dan sungai-sungai kecil yang bermuara ke selat
malaka serta minimnya petugas keamanan di pantai berpengaruh terhadap
kejahatan penyelundupan, kasus kejahatan narkotika dan penyeludupan
barang illegal lainnya sangat di pengaruhi oleh situasi;

2) Rasio perbandingan jumlah petugas Polri dengan luas wilayah yang


diamankan masih sangat belum ideal demikian juga dengan dukungan
peralatan belum sepenuhnya tercukupi untuk penegakan hukum di Aceh.
sedangkan unsur pengamanan dari instansi lain, terutama di daerah
perairan masih belum bersinergi secara optimal dengan Polri;

3) Masih adanya anggota jaringan teroris yang belum tertangkap dan belum
optimalnya program deradikalisasi serta karakteristik masyarakat yang
mudah terhasut dan terprovokasi memberi ruang bagi terjadinya kejahatan
terorisme dan radikalisme di Aceh;

4) Masih terjadinya kasus-kasus kejahatan yang menggunakan senpi seperti


pembunuhan, perampokan, perampasan, penyanderaan, penculikan,
pemerasaan yang di lakukan oleh para pelaku mengakibatkan timbulnya
keresahan dan rasa kurang aman di kalangan masyarakat di beberapa
daerah serta para pengusaha lokal dan asing;

5) Rendahnya......
14

5) Rendahnya kesadaran hukum masyarakat dan minimnya keberanian untuk


menjadi saksi mengakibatkan kesulitan bagi anggota Polri untuk
mendapatkan informasi, kasus kejahatan konvensioanal seperti curas, curat,
curanmor, anirat, pembunuhan, perjudian, narkoba dan kasus-kasus lainnya
masih sangat tinggi. Dukungan masyarakat dan instansi Pemerintah lainnya
dalam upaya pengungkapan kasus tindak pidana masih sangat kecil. Disisi
lain sinergitas CJS (Criminal Justice Sistem) belum optimal untuk
menyelesaikan kasus-kasus kejahatan;

6) Aceh merupakan daerah yang pernah di manfaatkan oleh kelompok teroris


jaringan Dul Maltin untuk melakukan pelatihan yakni di desa Jalin
Kecamatan Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar. Karakteristik penduduk
dari kondisi wilayah memungkinkan kelompok jaringan teroris membangun
sel-sel jaringannya di Aceh. adanya mantan teroris yang sudah di bina
tidak menjamin wilayah provinsi Aceh bersih dari pengaruh terorisme, masih
di perlukan kewaspadaan masyarakat dan aparat penegak hukum.

BAB III .....


15

BAB III
KEBIJAKAN SATUAN BRIMOB POLDA ACEH BIDANG OPERASIONAL

Berdasarkan landasan kebijakan Polda Aceh, maka ditetapkan sasaran dan kebijakan
Satuan Brimob Polda Aceh bidang operasional melalui kegiatan kepolisian dan operasi
kepolisian, sebagai berikut:
1. Kegiatan Kepolisian

Kegiatan kepolisian merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh fungsi


kepolisian setiap hari sepanjang tahun dalam rangka memelihara keamanan
dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan masyarakat.
a. Kegiatan Rutin

merupakan Kegiatan Kepolisian yang disusun dalam rangka menghadapi


ancaman serta gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat yang
dilaksanakan oleh satuan fungsi utama setiap hari sepanjang tahun.

1) Batalyon Pelopor
a) Sasaran
(1) terselenggaranya kekuatan Batalyon Pelopor dalam
menghadapi dampak pemberlakuan perdagangan bebas
ASEAN (MEA) sebagai wujud menciptakan situasi
Kamtibmas yang kondusif sehingga dapat mendukung
kebijakan Pemerintah Pusat/Daerah pada bidang ekonomi
dan memberikan jaminan investasi di Indonesia dan Provinsi
Aceh;
(2) terselenggaranya bantuan kekuatan Batalyon Pelopor dalam
kegiatan Operasi Kepolisian baik terpusat maupun O perasi
K ewilayahan dan kegiatan K epolisian dan pengamanan
lainnya yang ada di Provinsi Aceh;
(3) terselenggaranya kekuatan Batalyon Pelopor dalam
penanganan kejahatan terorisme sebagai satuan tindak yang
handal dan didukung oleh Alsus yang modern serta berbasis
IT;
(4) terselenggaranya kekuatan Batalyon Pelopor dalam
penanggulangan konflik sosial atau huru-hara secara
profesional, humanis serta menghormati hukum dan HAM;
(5) terselenggaranya komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi
antara Batalyon Pelopor dengan Pemerintahan Provinsi
/Kabupaten/Kota dan Stakeholder terkait dalam mendukung
pelaksanaan tugas Satuan Brimob Polda Aceh agar
terciptanya pelayanan prima;

(6) terselenggaranya . . . . .
16

(6) terselenggaranya patroli Batalyon Pelopor dalam rangka


memonitor organisasi radikal dan anti Pancasila sebagai
wujud kehadiran Negara untuk memberikan perlindungan
kepada masyarakat;
(7) terselenggaranya patroli Batalyon Pelopor dalam rangka
pembersihan preman dan aksi premanisme sebagai
wujud kehadiran Negara dalam melindungi masyarakat
dari aksi premanisme;
(8) terselenggaranya patroli Batalyon Pelopor dalam rangka
antisipasi kejahatan kelompok terorisme sebagai wujud
kehadiran Negara dalam melindungi masyarakat dan
antisipasi dari aksi kejahatan kelompok terorisme;
(9) terselenggaranya patroli Batalyon Pelopor dalam rangka
Harkamtibmas sebagai wujud kehadiran Negara dalam
melindungi masyarakat dan antisipasi dari aksi tindak
pidana dan pemeriharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat;
(f) terbentuknya Satuan Tugas yang berkemampuan kontra
radikal dan deradikalisasi;
(g) terselenggaranya kekuatan Batalyon Pelopor dalam
mendukung kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Aceh
terkait isu KKB, ISIS dan kelompok radikal lainnya;

b) Kebijakan
(1) menyiapkan dan menyiagakan 2/3 kekuatan Satuan
Brimob Polda Aceh (Siaga Brimob Nusantara) guna back
up Satuan Kewilayahan dan Fungsi Kepolisian lainnya
dalam rangka mendukung dan mengantisipasi dampak
diberlakukannya MEA, dengan kegiatan:
(a) melaksanakan back up fungsi Kepolisian (Polair)
dalam rangka patroli daerah perairan terutama pulau
terluar Sabang yang berbatasan langsung dengan
negara lain dan penindakan terhadap tindak pidana
(pembajakan laut, penyelundupan senjata api dan
narkoba;
(b) melaksanakan back up perkuatan kepada Satuan
Wilayah untuk pengamanan tempat objek vital
nasional.
(2) melaksanakan back up kekuatan Satuan Brimob Polda
Aceh kepada Satuan Kewilayahan;

(3) menyiapkan.....
17

(3) menyiapkan kesiapsiagaan kekuatan Satuan Brimob Polda


Aceh dalam penanganan kejahatan terorisme, melalui:
(a) mengoptimalkan pelaksanaan tugas penanggulangan
terorisme melalui sinergitas fungsional dan instansi terkait
sesuai dengan tugas pokok;
(b) meningkatkan kerjasama dengan pihak Ditreskrimsus
Polda Aceh, Densus 88 AT dan TNI dari unsur Kodam
Iskandar Muda melalui komunikasi, koordinasi dan
kolaborasi;
(4) menyiapkan kesiapsiagaan kekuatan Satuan Brimob Polda
Aceh dalam penanganan Bencana Alam, melalui:
(a) mengoptimalkan pelaksanaan tugas penanggulangan
Bencana Alam melalui sinergitas fungsional dan instansi
terkait sesuai dengan tugas pokok;
(b) meningkatkan kerja sama dengan pihak TNI unsur Kodam
Iskandar Muda, Basarnas, BPBA, Pemda melalui
komunikasi koordinasi dan kolaborasi.

(5) menyiapkan kesiapsiagaan kekuatan Satuan Brimob Polda


Aceh dalam penanganan konflik sosial atau huru-hara, melalui:
(c) mengoptimalkan pelaksanaan tugas Satuan PHH Brimob
dengan memberikan bantuan perkuatan kepada Satuan
Wilayah yang terjadi gangguan keamanan disebabkan
oleh konflik sosial serta mengakibatkan terjadinya huru-
hara;
(d) menyiagakan pasukan utama yaitu PHH dan Anti
Anarkhis serta pasukan pendukung yaitu unit Wanteror,
Jibom, KBR beserta Alsusnya setiap hari 1x24 jam;
(e) mendorong Satuan Kewilayahan dalam pembentukan
Satuan Tripatra sebagai Power On Hand Kapolda Aceh
dan sebagai implementasi MoU TNI dengan Polri dalam
rangka Harkamtibmas;
(6) melaksanakan kegiatan:
(a) meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Batalyon
Pelopor yang Profesional, Humanis, menghormati hukum
dan HAM dalam setiap pelaksanaan tugas melalui
sinergitas fungsional dan instansi terkait sesuai dengan
tugas masing-masing;
(b) meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi
antara Batalyon Pelopor dengan Pemerintahan
Provinsi/Kabupaten/Kota dalam setiap pelaksanaan tugas
Batalyon Pelopor di lapangan seperti dengan TNI,
Basarnas, BPBA, Pemda, Bank Indonesia, BUMN dengan
kegiatan:
(7) melaksanakan.....
18

(7) melaksanakan hubungan dan kerja sama dengan berbagai


pihak, guna membangun networking khususnya dalam
penerapan sistem sinergi polisional interdepartement;
(8) mengadakan kegiatan bersama diantaranya apel, latihan,
olahraga maupun kegiatan sosial lainnya untuk meningkatkan
koordinasi, rasa kebersamaan dan saling percaya;
(9) melaksanakan kegiatan patroli dengan sasaran :
(a) Kelompok Radikal
i. menyiapkan pasukan patroli Brimob ke daerah atau
lokasi yang diperkirakan sebagai tempat kelompok
radikal dan anti Pancasila;
ii. memonitor dan mengeliminir pergerakan kelompok-
kelompok radikal dan anti Pancasila;
iii melaksanakan back up Satwil/Satfung melalui patroli
daerah rawan, patroli skala besar, patroli
Harkamtibmas dan patroli keamanan derah
pertahanan.
(b) Pemberantasan Premanisme:
i. menyiapkan pasukan patroli Brimob ke daerah atau
lokasi yang diperkirakan sering terjadi aksi
premanisme;
ii. memonitor dan mengeliminir aksi-aksi premanisme
yang berada di lingkungan masyarakat;
(c) Radikal dan Deradikalisme
i. menyiapkan dan membentuk personel Brimob yang
memiliki kemampuan kontra radikal dan
deradikalisasi yang dilengkapi dengan peralatan
pendukung yang modern dan berbasis IT;
ii. menyiapkan Pasukan Batalyon Pelopor berkaitan
dengan PHH/Huru Hara, SAR, Anti Anarkis;
iii. menyiapkan Satuan Tugas yang siaga setiap hari
dalam rangka melaksanakan tugas menghadapi aksi-
aksi radikal;

2) Detasemen.....
19

2) Detasemen Gegana (Den Gegana)


a) Sasaran
(1) terselenggaranya kesiapan kekuatan Detasemen Gegana
dalam menghadapi dampak pemberlakuan perdagangan bebas
ASEAN (MEA) sebagai wujud menciptakan situasi kamtibmas
yang kondusif sehingga dapat mendukung kebijakan
pemerintah Pusat/Daerah pada bidang ekonomi dan
memberikan jaminan investasi di Indonesia dan Provinsi Aceh;
(2) terselenggaranya bantuan kekuatan Detasemen Gegana dalam
kegiatan Operasi Kepolisian baik terpusat maupun Operasi
Kewilayahan dan Kegiatan Kepolisian dan pengamanan lainnya
yang ada di Provinsi Aceh;
(3) terselenggaranya kesiapan kekuatan Detasemen Gegana
dalam penanganan kejahatan terorisme sebagai satuan tindak
yang handal dan didukung oleh Alsus yang modern serta
berbasis IT;
(4) terselenggaranya kesiapan kekuatan Detasemen Gegana
dalam penanggulangan konflik sosial secara profesional,
humanis serta menghormati hukum dan HAM;
(5) terselenggaranya komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi antara
Detasemen Gegana dengan Pemerintah Provinsi
/Kabupaten/Kota dan stakeholder terkait dalam mendukung
pelaksanaan tugas Detasemen Gegana untuk terciptanya
pelayanan prima;
(6) terselenggaranya patroli Detasemen Gegana dalam rangka
memonitor organisasi radikal dan anti Pancasila sebagai wujud
perlindungan kepada masyarakat;
(7) terselenggaranya kekuatan Detasemen Gegana dalam
mendukung kebijakan pemerintah terkait isu KKB, ISIS dan
kelompok radikal lainnya;

b) Kebijakan
(1) menyiapkan dan menyiagakan 2/3 kekuatan Satuan Brimob
Polda Aceh (Siaga Brimob Nusantara) guna back up satuan
kewilayahan dan fungsi kepolisian lainnya dalam rangka
mendukung dan mengantisipasi dampak diberlakukannya MEA,
dengan kegiatan:

(2) melaksanakan back up fungsi kepolisian (Polair) dalam rangka


patroli daerah perairan terutama pulau terluar Sabang yang
berbatasan langsung dengan negara lain dan penindakan
terhadap tindak pidana (pembajakan laut, penyelundupan
senjata api dan narkoba;

(a) melaksanakan.....
20

(a) melaksanakan back up perkuatan kepada satuan wilayah


untuk pengamanan tempat dan objek vital nasional
(b) meningkatkan kinerja Detasemen Gegana untuk
membantu penindakan kejahatan transnasional
(Transnational Crime);.
(3) menyiapkan kesiapsiagaan kekuatan Detasemen Gegana
dalam penanganan kejahatan terorisme melalui:
(a) mengoptimalkan pelaksanaan tugas penindakan terorisme
melalui sinergitas fungsional dan instansi terkait;
(b) menyiagakan pasukan utama yaitu Wanteror, Jibom, KBR
dan pasukan pendukung yaitu bantuan teknis beserta
alsusnya setiap hari 1x24 jam;
(c) meningkatkan kerjasama dengan pihak Ditreskrimsus,
BNPT, Densus 88 AT dan TNI melalui komunikasi,
koordinasi dan kolaborasi;
(3) menyiapkan kesiapsiagaan kekuatan Detasemen Gegana
dalam penanganan konflik sosial, dengan menyiagakan
pasukan utama yaitu Unit Wanteror, Jibom dan KBR serta
pasukan pendukung yaitu unit bantuan teknis beserta Alsusnya
setiap hari 1x24 jam;
(4) melaksanakan kegiatan:
(a) peningkatan pengetahuan dan kemampuan personel
Detasemen Gegana yang profesional, humanis,
menghormati hukum dan HAM dalam setiap pelaksanaan
tugas melalui sinergitas fungsional dan instansi terkait
sesuai dengan tugas pokok masing-masing;
(b) peningkatan komunikasi, koordinasi dan kolaborasi antara
Detasemen Gegana dengan Pemerintahan
Provinsi/Kabupaten/Kota dalam setiap pelaksanaan tugas
personel Detasemen Gegana dilapangan seperti dengan
TNI, Basarnas, BPBA, Pemda, Bank Indonesia, BUMN
dengan kegiatan:

(c) hubungan dan kerja sama dengan berbagai pihak, guna


membangun networking khususnya dalam penerapan
sistem sinergi polisional interdepartement;
(d) kegiatan bersama diantaranya apel, latihan, olahraga
maupun kegiatan sosial lainnya untuk meningkatkan
koordinasi, rasa kebersamaan dan saling percaya;

(5) melaksanakan.....
21

(5) melaksanakan kegiatan:


(a) penyiapan pasukan patroli Detasemen Gegana ke daerah
atau lokasi yang diperkirakan sebagai tempat kelompok
radikal dan anti Pancasila;

(b) memonitor dan mengeliminir pergerakan kelompok-


kelompok radikal dan anti Pancasila; dan
(c) pelaksanaaan back up Satwil/Satfung melalui patroli
Kemitraan;
(6) melaksanakan kegiatan:
(a) penyiapan dan pembentukan personel Detasemen
Gegana yang memiliki kemampuan kontra radikal dan
deradikalisasi yang dilengkapi dengan peralatan
pendukung yang modern dan berbasis IT:
(b) penyiapan Detasemen Gegana menangani yang berkaitan
dengan Jibom, KBR, Wanteror;
(c) penyiapan satuan tugas yang siaga setiap hari dalam
rangka melaksanakan tugas menghadapi aksi-aksi radikal;

3) Seksi Intelijen
a) Sasaran
(1) terselenggaranya kesiapan kekuatan fungsi Intelijen dalam
menghadapi dampak pemberlakuan perdagangan bebas
ASEAN (MEA) sebagai wujud menciptakan situasi Kamtibmas
yang kondusif sehingga dapat mendukung kebijakan
pemerintah Pusat/Daerah pada bidang ekonomi dan
memberikan jaminan investasi di Indonesia dan Provinsi Aceh;
(2) terselenggaranya kesiapan kekuatan fungsi Intelijen dalam
penanganan kejahatan terorisme didukung oleh Alsus yang
modern serta berbasis IT;

(3) terselenggaranya kesiapan kekuatan fungsi Intelijen dalam


penanggulangan konflik sosial atau huru-hara secara
profesional, humanis serta menghormati hukum dan HAM;
(4) terselenggaranya kerjasama antara fungsi Intelijen Satuan
Brimob Polda Aceh dengan Satuan Intelijen lain, Pemerintahan
Provinsi/Kabupaten/Kotadan stake holder terkait dalam
mendukung pelaksanaan tugas untuk terciptanya pelayanan
prima;

(5) tergelarnya kekuatan fungsi intelijen Brimob dalam mendukung


kebijakan Pemerintah terkait isu KKB, ISIS dan kelompok radikal
lainnya;

b) Kebijakan.....
22

b) Kebijakan
(3) menyiapkan dan menyiagakan kekuatan fungsi Intelijen
Brimob guna back up S atuan K ewilayahan dan fungsi
Kepolisian lainnya dalam rangka mendukung dan
mengantisipasi dampak diberlakukannya MEA, dengan
kegiatan:
(2) melaksanakan kegiatan intelijen mobile terhadap ancaman
kejahatan berintensitas tinggi dan berkadar tinggi seperti
pembajakan di laut, perompakan, penyelundupan senjata api
dan bahan peledak, KBR dan narkoba;
(3) melaksanakan kegiatan intelijen mobile terhadap ancaman
kejahatan Human Trafficking, pelanggaran HAKI, tenaga kerja
asing dan peredaran senjata api ilegal;
(4) menyiapkan kesiapsiagaan kekuatan fungsi Intelijen Mobile
Brimob dalam penanganan kejahatan terorisme, melalui:
(1) melaksanakan monitoring tentang kegiatan-kegiatan
mantan teroris di dalam masyarakat;
(2) melaksanakan kegiatan deradikalisasi terhadap napi
teroris, mantan teroris dan keluarganya melalui pendataan
dan kontraradikal terhadap kelompok- kelompok radikal;
(5) menyiapkan kesiapsiagaan kekuatan f u n g s i Intelijen Brimob
dalam penanganan konflik sosial;

(6) melaksanakan kegiatan:


(a) meningkatkan pengetahuan dan kemampuan personel
Intelijen Brimob yang profesional, humanis, menghormati
hukum dan HAM dalam setiap pelaksanaan tugas melalui
sinergitas fungsional dan instansi terkait sesuai dengan
tugas pokok masing-masing;
(b) meningkatkan komunikasi, koordinasi dan kolaborasi
antara fungsi Intelijen Brimob dengan komunitas Intelijen
dalam setiap pelaksanaan tugas dilapangan;
(7) menyiapkan kekuatan Intelijen Brimob untuk mendeteksi
terhadap kelompok radikal terkait isu KKB, ISIS dan kelompok
radikal lainnya melalui kegiatan:
(a) pengumpulan bahan keterangan terkait aksi terorisme
dengan melakukan penyelidikan, wawancara,
surveillance, pembentukan jaringan dan penggalangan;
(b) membuat database terkait isu KKB, ISIS dan kelompok
radikal lainnya dengan berkoordinasi kepada instansi lain;

b. kegiatan.....
23

c) Kegiatan Rutin Yang Ditingkatkan (KRYD)

Kegiatan Rutin Yang Ditingkatkan (KRYD) merupakan Kegiatan Kepolisian


yang menangani kegiatan masyarakat yang berdampak kepada
terganggunya situasi Kamtibmas serta mengakibatkan keresahan
masyarakat sebagai sasaran selektif dan sasaran prioritas, dengan kegiatan
sebagai berikut:

1) Patroli Kamandahan

2) Patroli Kemitraan

3) Patroli Dialogis Organisasi Radikal dan anti Pancasila

4) Giat Intelijen pendataan dan pemetaan tokoh masyarakat dan kelompok


masyarakat berkaitan dengan pengaruh paham ISIS dan Pok Radikal.

2. Operasi Kepolisian

Operasi Kepolisian adalah serangkaian kegiatan Polri yang diorganisir secara khusus
dalam rangka pencegahan, penanggulangan dan penindakan terhadap gangguan
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) yang diselenggarakan dalam
kurun waktu, sasaran/Target Operasi (TO), Cara Bertindak (CB), kekuatan personel,
dukungan logistik dan anggaran tertentu.

d) Operasi pengamanan kegiatan

Apabila dibutuhkan dan ada permintaan Satuan Brimob Polda Aceh


menyiapkan dan memberikan dukungan berupa dukungan personil dan
perlengkapan.

e) Operasi pemeliharaan keamanan

Apabila dibutuhkan dan ada permintaan Satuan Brimob Polda Aceh


menyiapkan dan memberikan dukungan berupa dukungan personil dan
perlengkapan.
f) Operasi penegakan hukum

Apabila dibutuhkan dan ada permintaan Satuan Brimob Polda Aceh


menyiapkan dan memberikan dukungan berupa dukungan personil dan
perlengkapan.

g) Operasi Kontinjensi

Operasi Kontinjensi merupakan operasi kepolisian yang diselenggarakan


untuk pencegahan, penghentian dan pemulihan situasi Kamtibmas terhadap
kejadian atau peristiwa yang muncul secara mendadak, berkembang secara
cepat dan meluas akibat konflik sosial, bencana alam dan terorisme yang
dapat mengganggu stabilitas keamanan dalam negeri.

Operasi......
24

Operasi Kontinjensi merupakan Operasi Kepolisian yang bersifat terbuka


dan/atau tertutup, diarahkan pada Target Operasi (TO) dengan sasaran
Potensi Gangguan (PG), Ancaman Gangguan ( AG) dan Gangguan
Nyata (GN), secara kualitatif dan atau kuantitatif dengan Cara Bertindak
(CB) preemtif, preventif, penegakan hukum, kuratif dan rehabilitasi.
1) Sasaran

(a) Sasaran
(1) tertanganinya konflik sosial yang terjadi di seluruh NKRI
untuk mewujudkan situasi Kamtibmas yang kondusif;
(2) tertanganinya bencana alam dan/atau kecelakaan yang
terjadi di seluruh NKRI dengan memberikan bantuan
pertolongan dan penyelamatan terhadap korban,
mewujudkan rasa aman bagi masyarakat yang terkena
bencana;
(3) tertanggulanginya kejahatan terorisme dan separatis
bersenjata yang terjadi di seluruh NKRI dengan
mengungkap pelaku dan jaringanya secara cepat, tepat
dan akurat dalam rangka menjaga keutuhan NKRI.

(b) Kebijakan
(1) menyiapkan 2/3 kekuatan Brimob Polri (Siaga Quick Wins
Brimob Nusantara) untuk back up Satwil guna
mengantisipasi gangguan kamtibmas dalam rangka
pelaksanaan operasi kepolisian;
(2) menyelenggarakan operasi kepolisian dalam rangka
penanggulangan konflik sosial, dengan sandi “OPS
KONTIJENSI AMAN NUSA I”, dengan konsep operasi:

i. bentuk operasi: Kewilayahan tingkat Polda;


ii. jenis operasi: Operasi Kontinjensi;
iii. sifat operasi: terbuka;
iv. fungsi yang dikedepankan: Satbrimob Polda;
v. fungsi yang dilibatkan: semua fungsi operasional;

(3) menyelenggarakan.....
25

(3) menyelenggarakan operasi kepolisian dalam rangka


penanggulangan bencana alam dan/atau kecelakaan,
dengan sandi “AMAN NUSA II”,dengan konsep operasi:

i. bentuk operasi: Kewilayahan tingkat Polda;


ii. jenis operasi: Operasi Kontinjensi;
iii. sifat operasi: terbuka;
iv. fungsi yang dikedepankan: Satbrimob Polda;
v. fungsi yang dilibatkan: seluruh fungsi utama, fungsi
bantuan, fungsi pengawas dan pengamanan.

(4) menyelenggarakan operasi kepolisian dalam rangka


penanggulangan terorisme dan separatis bersenjata,
dengan sandi “AMAN NUSA III”,dengan konsep operasi:
i. bentuk operasi: Kewilayahan tingkat Polda;
ii. jenis operasi: Operasi Kontinjensi;
iii. sifat operasi: terbuka;
iv. fungsi yang dikedepankan: Satbrimob Polda;
v. fungsi yang dilibatkan: seluruh fungsi utama, fungsi
bantuan, fungsi pengawas dan pengamanan.

BAB IV
PENUTUP

Demikian naskah Draft Kebijakan Satuan Brimob Polda Aceh Bidang Operasional
Tahun 2021 disusun untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas.

Ditetapkan di: Banda Aceh


pada tanggal: Juni 2020
KOMANDAN SATUAN BRIMOB POLDA ACEH

SUHERU, S.I.K., M.H.


KOMISARIS BESAR POLISI NRP 71040401
26

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH ACEH
SATUAN BRIMOB

DRAFT KEBIJAKAN SATUAN BRIMOB POLDA ACEH


BIDANG OPERASIONAL TAHUN 2021

Banda Aceh, Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai