WAWANCARA
BAB-I
PENDAHULUAN
1.
Umum.
a.
Wawancara sering dijumpai dilingkungan pers yang umumnya dilakukan oleh para
wartawan/reporter untuk mendapatkan imformasi/keterangan dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung kepada sumber sesuai pertanyaan yang diajukan. Hal ini
menunjukan bahwa antara fihak penanya (wartawan/reporter) dengan sumber masingmasing menyadari bahwa keduanya sedang melakukan kegiatan wawancara
b.
Wawancara dilingkungan Intelijen seorang aparat intelijen dengan cara tanya jawab
dan dialog melalui elisitasi agar sumber keterangan tidak menyadari bahwa dirinya sedang
diwawancarai. Kegiatan wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi atau buktibukti sebagai bahan keterangan guna kepentingan penyelidikan.
2.
/ 3.
TERBATAS
Ruang .....
TERBATAS
2
3.
Ruang Lingkup dan Tata Urut.
Naskah Departemen ini dibatasi dalam pembahasan
meliputi macam, sifat serta cara penyelenggaraan wawncara yang disusun dengan tata urut sebagai
berikut :
4.
a.
Pendahuluan.
b.
c.
Persyaratan pewawancara/elisitor.
d.
Penyelenggaraan wawancara/elisitasi.
e.
Evaluasi.
f.
Penutup.
Referensi.
a.
Buku Petunjuk Induk Intelijen TNI AD Nomor: 71-1-01 Skep Kasad Nomor
Skep/497/x/1998 tanggal 13 oktober 1998.
b.
Buku Petunjuk Teknik tentang Wawancara/Elisitasi Nomor: 71-N-12 Skep Kasad
Nomor Skep /466/xi/1990 tanggal 26 Nopember 1990.
c.
Naskah Sekolah Sementara tetang Teknik Wawancara Litpers Nomor 01-03-CIF002. Skep Danpusintelad Nomor Skep 01/V/2003 tanggal 29 mei 2003.
5.
Pengertiaan.
a.
Wawancara/Elisitasi adalah suatu teknik untuk mendapatkan imformasi/keterangan
dengan mewujudkan suatu pembicaraan dan tanya jawab kepada sumber keterangan dalam
rangka penyelidikan tanpa sumber menyadarinya.
/ b. Pewawancara .....
TERBATAS
TERBATAS
3
b.
Pewawancara/Elisitor adalah apratur intelijen yang melaksanakan kegiatan
wawancara/elisitasi.
c.
Sumber keterangan/sasran adalah asal dari mana keterangan di dapat khususnya
berasal dari sumber manusia.
d.
Dialog adalah komunikasi timbal balik antara dua orang atau lebih yang melakukan
pembicaraan untuk menyelesaikan atau memecahkan suatu permesalahan/persoalan yang
ada di antara mereka atau dapat juga hanya sekedar mencari keterangan dari apa yang
menjadi tema pembicaraan pembicaraan mereka
TERBATAS
TERBATAS
4
/ BAB-II .....
BAB - II
MACAM DAN SIFAT WAWANCARA
6.
Umum.
Wawancara/elisitasi dilaksanakan dengan tujuan untuk mencumpulkan
imformasi/bahan keterangan dengan tanya jawab kepada sumber keterangan. Sumber keterangan
yang ditanya bebas memberikan jawaban dan sadar bahwa ia sedang di wawancarai akan tetapi
tidak tidak mengetahui keterangan apa yang diperlukan oleh pewawancara .Untuk melaksanakan
wawancara/elisitasi ini, ada beberapa macam dan sifat wawancara yang perlu di ketahui.
7.
Macam wawancara/elisitasi.
a.
b.
TERBATAS
5
/ 3) Wawancara .....
3)
Wawancara Klarifikasi. Wawancara ini dimaksudkan untuk meyakinkan
kebenaran keterangan yang telah diperoleh dari berbagai sumber. Sehingga dalam
wawancara ini tujuannya adalahuntuk mengklarifikasi data-data/ imformasi/
keterangan yang telah diperoleh sebelumnya.
c.
8.
TERBATAS
6
9.
/ 9.
Evaluasi.
a.
b.
TERBATAS
Evaluasi .....
TERBATAS
7
/ BAB-III .....
BAB-III
PERSYARATAN PEWAWANCARA/ ELISITOR.
10.
Umum.
Tidak semua personel intelijen dapat bertindak sebagai pewawancara/
elisitor. Seorang pewawancara/ elisitor yang baik perlu memenuhi persyaratan tertentu agar mampu
menggali, mengorek bahan keterangan dari sumber.
11.
Syarat Umum.
Persyaratan umum yang harus dimiliki oleh aparat intelijen dan
khususnya bagi petugas wawancara/ elisitor adalah:
a.
Mempunyai kemampuan berkomunikasi. Seorang pewawancara/ elisitor mutlak
mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan sumber/ sasaran sehingga tidak
mengalami kesulitan dalam melaksanakan wawancara dan tujuan yang diinginkan dapat
tercapai.
b.
Mempunyai latarbelakang pendidikan yang cukup.
Seorang pewawancara/
elisitor minimal harus mempunyai latarbelakang pendidikan yang setingkat dengan sumber/
sasaran. Hal ini dimaksudkan agar dalam pembicaraan antara pewawancara dengan sumber
terjadi interaksi yang baik dan berjalan dengan lancar.
c.
Mempunyai pengetahuan yang cukup.
Pewawancara
harus
mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang hal-hal yang berkaitan dengan keterangan-keterangan yang
diinginkan. Disamping itu juga perlu didukung dengan pengetahuan tentang kedok/ cover
yang akan digunakan.
d.
Mempunyai pengalaman dan wawasan luas.
Dengan pengalaman dan
wawasan yang luas terutama berkaitan dengan keterangan yang dicari dan kedok/ cover
yang diperankan, maka pewawancara tidak akan mengalami hambatan dalam wawancara.
Kemanapun arah pembicaraan sasaran maka pewawancara dapat mengikutinya atau bila
keadaan berhenti/ vakum pewawancara dapat menimbulkan ide pembicaraan lagi. Hal ini
sangat penting untuk diperhatikan agar proses wawancara tidak berhenti dijalan hanya
karena petugas kurang pengalaman dan wawasan tentang suatu permasalahan dan akan
menimbulkan kecurigaan dari fihak sasaran.
TERBATAS
TERBATAS
8
12.
Syarat khusus.
Merupakan persyaratan yang harus dan hanya dimiliki oleh aparat
intelijen yang ditugaskan sebagai pewawancara. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
/ a. Sabar .....
a.
Sabar.
Pewawancara harus bisa menahan emosinya bila menghadapi keadaan
yang tidak mengenangkan dalam proses wawancara/ elisitasi. Mengingat sasaran/ sumber
mempunyai karakter yang berbeda, seorang pewawancara tidak boleh bertindak diluar batas
kewajaran (kasar) terhadap sasaran. Hal ini dimaksudkan agar proses wawancara dapat
berjalan hingga mencapai tujuan yang diinginkan.
b.
Dapat mengendalikan perasaan.
Pewawancara harus bisa menyelami dan
masuk dalam pribadi/ perasaan sasaran/ sumber agar dapat timbul perasaan senasib
sehingga sumber mau mengungkapkan / menyampaikan keterangan-keterangan yang kita
perlukan. Dalam hal ini pewawancara harus bisa mengendalikan perasaan sumber/ sasaran
dan juga bisa mengabaikan perasaannya sendiri sehingga arah pembicaraan tidak melebar
kehal-hal yang tidak ada kaitannya dengan keterangan yang kita butuhkan.
c.
Mempunyai daya ingat yang kuat.
Semua pembicaraan sumber/ sasaran yang
berkaitan dengan keterangan yang kita butuhkan harus bisa diingat agar dapat dituangkan
dalam bentukn laporan. Mengingat kemampuan daya ingat setiap orang terbatas, maka bila
memungkinkan bisa menggunakan alat perekam atau ditulis seperlunya.
d.
Ramah dan pandai berdiplomasi.
Pewawancara harus mempunyai sikap yang
ramah, supel dan mudah bergaul sehingga mudah mengadakan kontak pembicaraan dengan
sasaran. Disamping itu bila dalam keadaan terjepit atau menghadapi sasaran/ sumber yang
kritis maka pewawancara harus pandai berdiplomasi sehingga cover/ kedok tidak
terbongkar.
e.
Mempunyai pengamatan yang teliti.
Pewawancara harus dapat mengamati
secara teliti terhadap arah pembicaraan, sikap prilaku sasaran/ sumber maupun situasi
disedkitar saat berlangsungnya wawancara. Hal ini dimaksudkan bila sasaran/ sumber sudah
mulai curiga maka pewawancara segera mengalihkan perhatian , dan bila sasaran/
sumbersudah bosan/ malas berbicara maka wawancara dapat diakhiri dengan baik dan
membuat janji untuk kembali pada waktuyang lain.
f.
Menguasai permasalahan.
Permasalahan mutlak dikuasai oleh pewawancara
agar pembicaraan tidak mengembang. Disamping itu agar sumber/ sasaran tertarik untuk
terus berbicara dan tidak mencurigai pewawancara.
13.
Evaluasi.
TERBATAS
TERBATAS
9
Jelaskan dan berikan contoh-contoh secara kongkrit tentang persyaratan yang harus
dimiliki oleh pewawancara.
/ BAB IV .....
BAB IV
PENYELENGGARAAN WAWANCARA/ ELISITASI.
14.
Umum.
Keberhasilan penyelenggaraan wawancara/ elisitasi ditentukan oleh bagaimana
pewawancara/elisitor dapat melaksanakan setiap tahapannya. Tahap-tahap tersebut meliputi
perencanaan/ persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran.
a.
TERBATAS
10
c)
Kerawanan-kerawanan sasaran.
Adalah kebiasaan,sifat, keadaan
lingkungan dan lain-lain yang menonjol dari sumber yang tidak
menguntungkan elisitor.
/ d) Kecocokan .....
d)
Kecocokan atau validitas sasaran.
Merupakan resultante atau
kesimpulan dari analisa ketiga faktor diatas. Untuk mengimpulkan apakah
sasaran akhir yang dipilih sudah cocok. Dengan melakukan perbandingan
dengan sasaran lainnya , maka dapat diambil alternatif lain untuk
menggantisasaran atau memperkuat sasaran akhir yang telah dipilih.
b.
Menentukan wawancara sesuai maksud dan tujuan.
Berdasarkan hasil Antug/
Ansas sudah bisa mengklarifikasikan macam wawancara sesuai maksud dan tujuannya
apakah itu wawancara identifikasi, eksplorasi ataupun klarifikasi. Penenyuan wawancara/
elisitasi tersebut sangat berkaitan dengan hasil analisa sasaran dan intelijen dasar tentang
sasaran yang ada.
c.
Menentukan wawancara sesuai sumber yang ada.
Merupakan kegiatan untuk
menentukan sumber mana yang akan dijadikan sasaran wawancara. Pengklasifikasian
sumber dapat dipilih diantaranya sumber umum, sumber kelompok dan sumber pribadi.
Penentuan sumber harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan wawancara/ elisitaai.
d.
Menentukan sasaran individu.
Merupakan kegiatan untuk memastikan sumber
yang diduga mengetahui dan memiliki keterangan yang kita butuhkan. Sasaran individu
harus kita tentukan berdasarkan tingkatannya yaitu Reguler, Alternatif, Emergensi.
e.
Menunjuk pewawancara/ elisitor.
Merupakan kegiatan menentukan petugas
wawancara terhadap sumber/sasaran yang telah ditentukan.
Dalam penentuan
pewawancara/elisitor, harus benar-benar memperhatikan persyaratan yang telah ditentukan
baik syarat umum maupun syarat khusus. Tim wawancara dapat dibentuk dari 5 orang
anggota dengan ketentuan 2 orang melaksanakan wawancara kepada sumber langsung,
sedangkan lainnya melaksanakan pengamanan dan wawancara terhadap sumber lainnya
didaerah sekitar sasaran.
f.
Menentukan kedok/ cover yang digunakan.
Dalam memilih dan menentukan
kedok/cover yang akan digunakan pewawancara/elisitor harus benar-benar menguasai agar
bisa masuk kesasaran tanpa dicurigai/ diketahui identitasnya. Kedok/cover yang ditentukan
harus betul-betul memudahkan petugas agar dapat diperankan dan digunakannya dengan
baik.
TERBATAS
TERBATAS
11
g.
Menentukanbatas waktu kegiatan.
Dalam menentukan waktu kegiatan
wawancara/ elisitasi dimulai dari perencanaan/persiapan, pelaksanaan (masuk sasaran)
sampai dengan pengakhiran. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai kendali waktu pada setiap
kegiatan.
/ h.
Menentukan .....
h.
Menentukan sarana pendukung.
Dalam memilih sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk mendukung pelaksanaan wawancara/elisitasi disesuaikan dengan
kebutuhan.
Contoh: Kamera, Alat Perekam, Penyadap dan lain-lain yang digunakan secara tersamar
agar tidak dicurigai sasaran.
15.
Pelaksanaan wawancara.
Pada tahap ini pewawancara melaksanakan pembicaraan
dengan sasaran atau sumber. Agar tidak menimbulkan kecurigaan dati pihak sumber/ sasaran maka
harus dilaksanakan dengan hati-hati sesuai tahap-tahapnya, walaupun dalam pelaksanaannya
masing-masing tahap tersebut tidak tampak secara kasat mata atau kelihatan secara jelas.
a.
Tahap I
:
Percakapan biasa.
Mulailah wawancara dengan topik
yang bebas dan tidak ada hubungannya dengan keterangan yang dicari. Hal ini bertujuan
untuk menciptakan suasana yang santai dan akrab. Dapat memulai pembicaraan tentang
hobbi, kesenangan-kesenangan famili dan sebagainya.
b.
Tahap II
:
Interaksi.
Selenggarakan pembicaraan agar menarik,
timbulkan rasa persahabatan, rasa saling pengertian dan rasa senasib, sedaerah, sesuku,
saling mempercayai sehingga kedua belah fihak terdapat keterbukaan.
c.
Tahap III
:
Saling pengertian.
Setelah terjadi interaksi, timbulkan
rasa persahabatan, rasa saling pengertian dan senasib, sedaerah, sesuku, saling
mempercayai, sehingga kedua belah pihak ada keterbukaan.
d.
Tahap IV
1)
Ajukan pertanyaan secara tidak langsung dan hindari pengulangan
pertanyaan.
2)
e.
Tahap V
Tujuan khusus.
TERBATAS
TERBATAS
12
1)
Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat langsung menjawab keterangan
yang dicari.
2)
3)
/ 3)
Sediakan waktu yang cukup bagi orang yang diwawancarai.
Sediakan .....
4)
Biarkan orang yang diwawancarai itu berbicara menurut gayanya/caranya
sendiri dan bila perlu dilengkapi.
5)
Jangan memperlihatkan rasa terkejut/ heran, gembira dan lain sebagainya
apabila yang dikatakan mengejutkan. Tidak mentertawakan yang diwawancarai bila
ia berbuat sesuatu kebodohan dan usahakan bersikapwajar saja.
6)
f.
Tahap VI
1)
Pengakhiran.
2)
Waspada trhadap bahan keterangan tambahan yang diberikan pada akhir
wawancara.
3)
Akhiri wawancara dengan kesan-kesan yang baik dan suasana yang tetap
bersahabat.
Skema piramida.
VI
Pengakhiran
Tujuan khusus
IV
Maksud tertentu
III
Saling pengertian
TERBATAS
TERBATAS
13
II
Interaksi
Percakapan biasa
Elisitor
Sumber
/ 17. Pelaporan.....
17.
Pelaporan.
Hasil dari wawancara/ elisitasi disusun dalam suatu laporan imformasi
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.
b.
Laporan harus ringkas, obyektif, jelas, lengkap, teliti dan tepat pada waktunya.
1)
Ringkas.
a)
Laporan harus dibuat seringkas mungkin dan tidak bertele-tele namun
tidak mengurangi bobotnya.
b)
TERBATAS
TERBATAS
14
2)
Obyektif.
a)
Laporan harus benar-benar sesuai dengan fakta yang ada/ kejadian
sebenarnya.
b)
/ 3)
3)
Jelas .....
Jelas.
a)
Gunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti dan jangan
menggunakan singkatan.
b)
Tulis dalam susunan kalimat yang sistimatis dalam bentuk
kronologis.
4)
5)
Teliti.
6)
Tepat pada waktunya.
memiliki nila
c.
d.
Nilai laporan bukan tergantung pada banyaknya halaman tetapi pada bobot dan isi
laporan tersebut.
18.
Evaluasi.
a.
Jelaskan secara singkat hal-hal yang harus dilakukan pada tahap perencanaan dan
persiapan pelaksanaan wawancara/ elisitasi.
b.
Jelaskan dengan singkat tahap-tahap
gambarkan skemanya dalam bentuk piramida.
TERBATAS
pelaksanaan
wawancara/elisitasi
dan
TERBATAS
15
.
.
:
/BAB - V.....
BAB - V
EVALUASI AKHIR
19.
Kegiatan mencari dan mengumpulkan imformasi/keterangan yang dilaksanakan oleh aparat
intelijen menggunakan beberapa tehnik penyelidikan diantaranya wawancara/elisitasi. Jelaskan apa
yang dimaksud dengan wawancara/elisitasi !
20.
Sebutkan dan jelaskan tahap-tahap pelaksanaan wawancara/elisitasi serta gambarkan dalam
bentuk piramida!
21.
Sebutkan dan jelaskan sifat dan macam wawancara serta berikan contoh masing-masing!
22.
Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh seorang pewawancara/elisitor? Jelaskan !
TERBATAS
TERBATAS
16
/ BAB VI .....
BAB - VI
PENUTUP
23.
Demikian Naskah Departemen ini dibuat untuk dijadikan pedoman bagi gumil dan siswa
dalam mengikuti pendidikan Kursus Perwira Pengusutan Pengamanan di Pusdikintel Kodiklat TNI
AD.
TERBATAS