Fakultas Psikologi
2019
A. WAWANCARA
Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling sering digunakan dalam
penelitian kualitatif. Tidak seperti pada percakapan biasa, wawancara penelitian ditujukan
untuk mendapatkan informasi dari satu sisi saja, oleh karena itu hubungan asimetris harus
tampak. Peneliti cenderung mengarahkan wawancara pada penemuan perasaan, persepsi,
dan pemikiran partisipan.
1. Faktor-faktor yang memengaruhi wawancara
Ada empat faktor (Warwick-Lininger, 1975), yang menentukan keberhasilan dalam
percakapan tatap muka maupun percakapan melalui media. Lebih-lebih lagi kalau
percakapan itu menyangkut moral dan nilai. Keempat factor sebagai berikut:
a. Pewawancara
Beberapa karakteristik yang perlu dimiliki pewawancara:
1) Kemampuan dan keterampilan mewawancarai sumber informasi
2) Kemampuan memahami dan menerima serta merekam hasil wawancara yang telah
dilakukan
3) Karakteristik sosial pewawancara
4) Rasa percaya diri dan motivasi yang tinggi
5) Rasa aman yang dimiliki
Kondisi di atas akan dapat memacu pewawancara untuk mengendalikan diri serta
mampu untuk menyampaikan pertanyaan dengan baik dan memahami jawaban
yang diberikan oleh sumber informasi.
b. Sumber Infromasi
Beberapa hal yang perlu dan diperlukan dari sumber informasi yaitu ;
1) Kemampuan memahami/menangkap pertanyaan dan mengolah jawaban dari
pertanyaan yang diajukan pewawancara
2) Karakteristik sosial (sikap, penampilan, relasi/hubungan) sumber informasi
3) Kemampuan untuk menyatakan pendapat
4) Rasa aman dan percaya diri
Dengan keadaan dan patokan di atas, setiap sumber informasi akan dapat
memberikan jawaban yang tepat dan bermanfaat.
c. Materi pernyataan
Keterlaksanaan wawancara dengan baik adalah harapan dari setiap pewawancara.
Karena itu, pewawancara perlu menghayati berbagai faktor yang terdapat di dalam
materi pertanyaan sehingga memungkinkan wawancara berjalan dengan baik. Di
antara faktor-faktor yang penting dipahami dalam isi/materi pertanyaan, yaitu;
1) Tingkat kesukaran materi yang ditanyakan
Materi pertanyaan hendaklah dalam ruang lingkup kemampuan sumber informasi.
Jangan terlalu sukar dan jangan pula terlalu mudah
2) Kesensitifan materi pertanyaan
Peneliti hendaklah menyadari sejak dini, hal-hal yang menyangkut moral, agama,
ras, atau kedirian tiap sumber informasi yang selalu mengundang subjektivitas,
keengganan, atau penolakan untuk memberi jawaban. Dalam kaitan itulah jati diri,
kemampuan dan keterampilan peneliti diuji dan sangat diperlukan. Usahakan
materi yang sensitif dijadikan normative dan tidak menyinggung kedirian seseorang
maupun orang lain.
d. Situasi wawancara
Dalam situasi wawancara, sekurang-kurangnya ada empat kondisi yang perlu
mendapat perhatian.
1) Waktu pelaksanaan
2) Tempat pelaksanaan
3) Keadaan lingkungan pada waktu wawancara
4) Sikap masyarakat
2. Jenis Wawancara
Walaupun wawancara merupakan percakapan tatap muka atau wawanmuka, namun
kalau ditinjau dari bentuk pertanyaan yang diajukan maka wawancara dapat dikategorikan atas
tiga bentuk, yaitu :
a. Wawancara terencana-terstruktur
b. Wawancara terencana-tidak terstruktur
c. Wawancara bebas
1) Wawancara terencana-terstruktur adalah suatu bentuk wawancara di mana pewawancara
dalam hal ini peneliti menyusun secara terperinci dan sistematis rencana atau pedoman
pertanyaan menurut pola tertentu dengan menggunakan format yang bagu. Dalam hal ini
pewawancara hanya membacakan pertanyaan yang telah disusun dan kemudian mencatat
jawaban sumber informasi secara tepat.
Contoh: pewawancara akan mewawancarai responden yang terkait dengan kenakalan remaja.
Dewasa ini kita sudah sama-sama melihat kenakalan remaja yang terjadi di sekitar kita semakin
lama semakin membuat kita khawatir. Banyak sekali bentuk kenakalan remaja, misalnya
tawuran, menghisap ganja, pencurian, dan sebagainya. Berikut ini kami akan mengajukan
beberapa pertanyaan yang terkait dengan kenakalan remaja tersebut. Kami harapkan saudara
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan menurut keadaan yang sebenarnya.
Bentuk wawancara terencana tidak terstruktur adalah suatu bentuk wawancara dimana
pewawancara menyusun rencana (schedule) wawancara yang mantap, tetapi tidak
menggunakan format dan urutan yang telah ditetapkan. Pertanyaan biasanya tidak disusun
terlebih dahulu, malah disesuaikan dengan keadaan responden.
Pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Dalam proses
wawancara demikian kadang-kadang terjadi pewawancara atau yang diwawancarai sudah
“mengajari” semua yang ada dibenaknya dan apa yang diketahui kepada lawan bicaranya. Pada
jenis wawancara seperti ini, orang yang diwawancarai mungkin akan menjawab panjang lebar,
artinya pertanyaan yang diajukan dapat berkembang sejalan dengan proses yang terjadi, jadi
akan ada pertanyaan-pertanyaan lain.
Tugas saudara adalah menceritakan sebanyak mungkin tentang jenis-jenis kenakalan remaja,
faktor-faktor penyebab yang mendorong bertambah meningkatnya kenakalan remaja.
Jadi jenis wawancara apa yang akan digunakan, tergantung kepada data apa yang dibutuhkan.
Apalagi bagi konselor di sekolah, semua data yang akan dicari tentu terkait dengan kepentingan
pelayanan konseling. Bisa saja konselor mewawancarai orang tua siswa, siswa yang bersangkutan,
atau mungkin juga wali kelas.
3. Prosedur wawancara
Wawancara dapat dilakukan dirumah, di kantor atau di tempat lai, yang memungkinkan
wawancara aman, tertib dan teratur. Wawancara merupaan suatu proses tatap muka antara dua
orang. Disamping itu, juga merupakan suatu interaksi social dan hubungan fungsional serta tujuan
tunggal. Beberapa pedoman yang perlu diperhatikan dalam wawancara :
a. Harus diingat bahwa wawancara itu bukanlah percakapan biasa. Pewawancara hendaklah
menciptakan situasi yang menyenangkan dan sadar akan fungsinya.
b. Memilih waktu yang tepat.
Pewawancara hendaklah memmbuat persetujuan dengan responden tentang kesediaannya atau
datang kerumahnya dalam waktu sumber informasi tidak sibuk dengan tugas-tugas lain.
c. Andaikata pewawancara tidak dapat melaksanakan hari pertama kunjungannya terhadap
sumber informasi, bicarakanlah dengan baik, kapan waktu sumber informasi yang tersedia
lagi.
d. Pada waktu wawancara :
1) Ikuti tata aturan yang telah di tetapkan dalam petunjuk,
Perkenalkanlah tujuan penelitian secara jelas dan tepat. Janganlah menerangkan sesuatu
yang akan menambah atau menyimpang dari tujuan
2) Tanyakan pertanyaan dengan hati - hati dan berusahalah agar bersifat informal
sehingga hubungan tanya jawab menjadi lebih komunikatif.
3) Janganlah menarankan jawaban atau membuat persetujuan atau menolak suatu
jawaban yang diberikan sumber informasi
4) Janganlah menginterpretasikan suatu pertanyaaan.
5) Jangan menambah kata dari pertanyaan yang ada. Bacalah apa yang dituliskan
(terutama bagi pemula)
6) Ikutilah aturan pertanyaan yang ada dalam pedoman pertanyaan. Jangan sekali-kali
melompati pertanyaan
7) Jangan bertanya berdasarkan pertanyaan yang telah di hafal. Tetapi bacalah pedoman
yang telah dibuat sebelumnya.
8) Jangan bersikap reaktif terhadap jawaban sumber informasi, seperti tertawa, marah
dan sebagainya.
9) Tugas wawancara mengambil dan mengumpulkan informasi, bukan memberi informasi
10) Usahakan merekam atau mencatat dengan baik, semua jawaban dari sumber
informasi. Jangan berusaha mengubah semua jawaban yang diberikan sumber
informasi
11) Usahakan untuk tidak menceritakan pertanyaan berikutnya, sebelum pertanyaan yang
diberikan dijawab sumber informasi.
12) Usahakan selama wawancara tidak ada orang lain yang mengganggu wawancara
13) Usahakan datang sendirian kepada sumber informasi, kecuali kalau merupakan suatu
Tim.
14) Selalulah melakukan konsultasi dengan pembimbing, kalau pewawancara mengalami
kesulitan
15) Usahakan selalu bersikap sabar dan terjauh dari perbuatan emosional.
16) Usahakan untuk selalu “wajar” dalam tindakan
17) Usahakan selama wawancara untuk selalu memusatkan perhatian sumber informasi
pada pertanyaan
18) Pada akhir wawancara, jangan lupa mengucapkan terima kasih kepada sumber
informasi atas bantuannya, bersama dengan itu, perlu diminta kesediaan sumber
informasi untuk diwawancarai lagi kalau ada data yang kurang lengkap
b. Sampel penelitian lebih sesuai dengan rencana karena semua sumber informasi akan dapat
ditemui.
d. Visualisasi informasi disajikan dan pewawancara dapat memberikan respons dan terarah
pada fokus persoalan.
e. Dapat melengkapi dan memperbaiki kembali informasi yang kurang atau salah.
h. Pertanyaan yang sensitif dapat ditanyakan dengan hati hati kepada sumber informasi
i. Mudah diunduh
j. Lebih lengkap
Walaupun wawancara merupakan teknik yang tepat sebagai alat pengumpul data untuk jenis
peneliti tertentu, namun banyak pula kelemahan yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan
teknik ini. diantara kelemahan itu sebagai berikut :
d. Kurang anonim
2. Cara Pengamatan
Agar pengamatan yang dilakukan menjadi bermanfaat peneliti perlu memperhatikan
beberapa hal berikut:
1. Melengkapi dirinya dengan pengetahuan teoritis berkenaan dengan masalah yang akan
diteliti.
2. Merumuskan secara jelas tujuan observasi serta variabel yang akan diamati.
3. Perlu disiapkan di mana observasi harus dilakukan dan kapan dilaksanakan.
4. Mengetahui data apa saja yang harus dikumpulkan.
5. Siapkan alat pencatat untuk melakukan observasi
6. Dalam mencapai hasil observasi gunakan ukuran yang dapat dikontrol.
7. Jika peneliti tidak melakukan pengamatan sendiri, tetapi mempercayakan pada orang lain
haruslah peneliti melatih asisten tersebut sehingga memang “layak” melakukan pengamatan.
3. Mencatat Pengamatan
Setiap yang dilihat hendaknya dicatat karena sekedar mengamati dapat mengakibatkan
pengamat lupa terhadap apa yang telah diamatinya. hal ini disebabkan kemampuan pengamatan
seseorang lebih lemah dari yang telah seharusnya diingat, serta kemampuan ini pun berbeda satu
dari yang lainnya. karena mungkin seseorang lebih tertarik pada fenomena tertentu, maka lebih
gampang mengingatnya dari pada harus mengingat ingat fenomena lain yang tidak diamatinya.
ada beberapa kesulitan dalam mencatat hasil pengamatan, yaitu :
a. Apabila peristiwa yang hendak diamati berlangsung amat cepat.
b. Pencatatan biasanya mengganggu konsentrasi pengamat karena harus membagi
perhatian.
c. Objek pengamatan menunjukan sikap mengubah diri, bahkan keberatan apabila tahu
dirinya sedang diamati dan dicatat.
Persoalannya sekarang, bagaimana seharusnya mencatat hasil observasi. mencatat hasil
observasi harus memerhatikan beberapa hal.
a. waktu pencatatan
hal terbaik mencatat adalah pada saat objek pengamatan yang diamati tersebut
sedang terjadi, atau disebut dengan pencatatan langsung (on the spot).
b. cara pencatatan
apabila pencatatan on the spot tidak mungkin dilakukan, maka pencatatan dapat
dilakukan dengan menggunakan kata kata kunci (key words).
c. mencatat disela pengamatan
cara ini adalah alternatif lain yang bisa dilakukan , yaitu pengamat mencatat hasil
pengamatannya disela sela objek pengamatan tidka dapat direkam kegiatannya.
Selain adanya kesulitan pastinya metode Observasi ini ememiliki kelebihan. Kelebihan
teknik observasi terletak pada kemudahan mengakses setting. Metode observasi tidak mencolok/
tersamar (unobtrusive), tidak menuntut interaksi langsung dengan partisipan. Menurut Webb,
dkk., (1996) observasi dapat dilakukan secara tersamar, dengan banyak setting dan tipe perilaku.
Kelebihan lain terletak pada upaya meminimalisasi potensi dan pengaruh.
DAFTAR PUSTAKA