Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

MODIFIKASI PERILAKU

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Aliffia Ananta, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Oleh Kelompok 9 :

1. Ricky Maskurin 1511700186


2. Wilhelmina N.N 1511700203
3. Lapiana 1511700222

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA


2020
BAB I
ANAMNESA

A. PERILAKU ANAK TAKUT PERGI KE KAMAR MANDI SENDIRIAN


PADA MALAM HARI

IDENTITAS LENGKAP
1.      Nama Lengkap      : M.N.E
2.      Nama pendek        : N
3.      Tanggal lahir         : 19 Februari 2003
4.      Usia                       : 17 tahun
5.      Jenis kelamin         : Perempuan
6.      Anak ke                 : Kedua
7.      Jumlah saudara      : Tiga bersaudara
8.      Alamat                   : Balongsari Madya
9.      Tinggal bersama    : Orang tua kandung

LATAR BELAKANG
Subjek N ini berusia 17 tahun sekarang duduk di kelas 3 SMA,
sebelumnya subjek N tidak mengalami permasalahan perilaku takut ke kamar
mandi pada malam hari. Pada umur 12 tahun inilah awal subjek A mengalami
ketakutan untuk ke kamar mandi sendiri untuk buang air kecil, mandi, sikat gigi
sebelum tidur, dan kegiatan lainnya. Kejadian ini bermula saat subjek berumur
10 tahun (duduk di kelas lima SD) dan teman-temannya sedang bermain disaat
itulah salah satu temannya mengajak menonton film horror “Conjuring” dari
sini subjek N sampai sekarang merasa takut sendiri ke kamar mandi pada
malam hari.
Ketakutan yang dirasakan subjek N berupa perasaan cemas atau
kekhawatiran yang berlebihan, subjek N mempersepsikan apabila dia ke kamar
mandi sendiri akan ada hantu-hantu yang muncul  menggigitnya dan
menakutinya yang menyebabkan subjek N ini menjadi seorang gadis penakut
dan wajib untuk mengajak orang temannya ataupun pihak keluarga untuk
mengantar dan menemaninya ke kamar mandi. Apabila tidak ada orang yang
mengantar subjek N ke kamar mandi pada malam hari , subjek N lebih memilih
untuk menahan rasa ingin buang air kecil ataupun tidak mandi sampai pagi hari
tiba. Terkadang subjek N mengompol dua kali – 3 kali setiap minggunya.
Orang tua subjek N terkadang khawatir dengan subjek yang sering menahan
kencing akan menimbulkan penyakit. Akan tetapi subjek N tetap keras kepala
dan tetap memilih  menahan rasa ingin buang air kecilnya atau tidak mandi
sampai pagi tiba apabila tidak ada yang mengantarnya ke kamar mandi saat
malam hari.

Tujuan yang ingin dicapai dalam modifikasi perilaku Subjek , yaitu :

 Subjek menjadi anak pemberani dan subjek tidak menahan rasa ingin
buang air kecil sampai pagi hari
BAB II: PERSIAPAN

A. ASESMEN PERILAKU
Ada tiga hal yang perlu diungkap dalam analisis fungsi yaitu faktor-faktor
penyumbang terjadinya perilaku, yang memelihara perilaku, dan tuntutan
lingkungan terhadap klien . Untuk melakukan analisis fungsi dapat digunakan
formula ABC, yaitu:
1.      A (Antecedents)
Segala hal yang mencetuskan atau menyebabkan perilaku yang
dipermasalahkan. Antecedent ini berkaitan dengan situasi tertentu (bila sendiri,
bila bersama teman, saat tertentu, tempat tertentu,selagi melakukan aktivitas
tertentu dan sebagainya). Pada kasus ini, antecedents yang didapatkan, yaitu:
a.       Saat subjek A tidak ada seseorang yang mau mengantarnya ke kamar
mandi pada malam hari, subjek A lebih baik menahan kencing ataupun tidak
mandi sampai pagi hari tiba.

  B (Behavior)
Segala hal mengenai perilaku yang dipermasalahkan. Behavior ini dilihat dari
sisi frekuensinya,intensitasnya dan lamanya. Berdasarkan observasi dan
wawancara pada subjek bahwa perilaku yang terjadi adalah sebagai berikut :

No. Perilaku Yang Muncul Frekuensi Durasi


Apabila tidak ada orang
dirumah yang
4x
Mengompol karena menahan rasa mengantarnya ke kamar
1. ingin buang air kecil sampai pagi (dalam seminggu) mandi
Apabila tidak ada orang
dirumah yang
4x
mengantarnya ke kamar
2. Mengompol (dalam seminggu) mandi
3.      C (Consequence)
Akibat-akibat yang diperoleh setelah perilaku itu terjadi. Konsekuensi inilah
yang biasanya “memelihara” perilaku yang menjadi masalah. Konsekuensi
yang menjadi akibat yang harus ditanggung oleh subjek I karena perilaku takut
pergi ke kamar mandi sendiri pada malam hari, yaitu:

 Serinnya menahan kecing subjek A dikhawatirkan akan timbulnya


penyakit
 Mengompol tiga kali – empat kali setiap minggunya

B. Faktor Penyebab Munculnya Masalah


Faktor internal yang menyebabkan subjek I menjadi takut pergi ke kamar mandi
sendiri pada malam hari adalah:
a. Adanya menset pikiran bahwa akan ada hantu yang muncul
b. Ketakutan yang tinggi akan terjadi sesuatu apabila subjek I sendirian
pergi ke kamar mandi, ketakutan yang berlebih cenderung memiliki
dampak negative .
akibat dari ketakutan yang subjek I rasakan selama ini saat sendirian ke kamar
mandi adalah :
a. Kesehatan fisik berupa jantung berdebar-debar
b. Kesehatan mental berupa khawatir, gelisah, dan marah.
c. Kesehatan sosial berupa berlari terbirit-birit meninggalkan kamar
mandi.
Faktor eksternal yang menyebabkan subjek I menjadi takut pergi ke kamar
mandi sendiri pada malam hari adalah:
a. Rasa takut yang ditimbulkan oleh film horror yang disaksikan bersama
teman-temannya.
b. Saat sendirian di rumah sampai malam hari tidak ada orang rumah yang
mengantarnya ke kamar mandi. Atau dalam keadaan orang tuanya sibuk
dalam kegiatan dan tidak bisa mengantarkan subjek I ke kamar mandi.
Dari situlah subjek I memilih menahan rasa ingin buang air kecilnya
sampai pagi dan membuatnya mengompol.
C. Alat Observasi yang digunakan

  Check List
Chek list adalah suatu daftar yang berisi nama-nama subjek dan factor-faktor
yang hendak diselidiki.
a. Suatu daftar yang berisi tentang nama-nama subjek atau nama
observe. Faktor-faktor yang hendak diselidiki. Indicator prilaku
akan diungkap, muncul atau tidaknya prilaku.
b. Memberi tanda yang sesuai pada pilihan yang ada, berisi suatu
daftar yang memuat tentang gejala-gejala prilaku atau aspek-
aspek suatu atribut (variabel) tentang daftar indikator prilaku
yang akan diamati.
c. Mirip dengan model pencatatan yang sistematik, pilihannya ada
2 yaitu; ada atau tidaknya prilaku.
d. Di bagian bawah tabel jangan langsung diberi garis penutup tapi
beri ruang yang kosong, ini berguna jika dalam pengamatan
ditemukan gejala lain. Hal ini bisa kita tulis di ruang yang
kosong tadi.

D. Alat yang digunakan selama proses modifikasi perilaku berlangsung


Menggunakan
 Buku modul buatan tim dan Video .

E. Alat untuk mengukur perubahan modifikasi perilaku yang terjadi


Untuk penghapusan perilaku takut pergi ke kamar mandi sendiri pada malam
hari , subjek I diberikan modifikasi perilaku kognitif dan modifikasi perilaku
behavior menggunakan teknik token economy. Subjek I dimodifikasi perilaku
kognitif untuk menghilangkan rasa takut pada subjek pada tahap ini partisipasi
orang tua subjek sangat penting untuk membantu mengubah perilaku subjek
dengan cara :

a. Cognitive Restructuring
Yaitu perilaku kognitif dengan berfikir, pernyataan diri (self
statement), dan pembentukan self talk positive (dimana hasil pemikiran
subjek terhadap kecemasan atau ketakutan yang dialami diarahkan
menjadi lebih positif).
·         Subjek I mengatakan bahwa dia takut pergi sendirian ke kamar
mandi saat malam hari berawal dari dia menonton film horror bersama
teman-temannya yang membuatnya merasa takut untuk pergi ke kamar
mandi sendirian dan harus meminta ditemani salah satu keluarga. Hal ini
dimulai saat dia dalam situasi sendirian dirumah, subjek selalu
membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan hantu apabila dia pergi
ke kamar mandi. Disini orang tua memberikan penekanan bahwa
ketakutan tersebut merugikan diri subjek karena menahan rasa ingin
buang air kecil akan menimbulkan penyakit seperti kencing batu,
berikan wawasan bahayanya menahan buang air kecil. Menyakinkan
adanya Tuhan YME yang selalu melindungi umatnya di dunia dari
bahaya-bahaya disekitarnya.
b. Terapi kognitif
Untuk membantu individu merubah pikiran-pikiran yang
menyimpang. Peran orang tua untuk memberi wawasan bahwa di kamar
mandi tidak akan ada apa-apa, hantu itu tidak ada, dan tidak
menyeramkan, ke kamar mandi saat waktu malam hari pun sama seperti
ke kamar mandi saat pagi atau siang hari, membiasakan berdoa sebelum
ke kamar mandi untuk meredakan rasa takut berlebihannya.
c.       Pelatihan keterampilan coping kognitif
Dengan memberikan cara subjek I untuk membayangkan bahwa kamar
mandi seperti di dalam kamarnya atau keadaan seperti waktu pagi/siang,
yang aman karena sama-sama di dalam rumah yang tidak akan ada yang
mengganggu subjek I di dalam rumah.
Langkah-langkah modifikasi perilaku behavior dengan teknik token economy :
1.      Token economy yang diberikan berupa koin berwarna ungu (apabila
dilakukan), dan koin berwarna merah (apabila tidak ditentukan). Subjek I harus
mendapatkan koin minimal 35 koin ungu dari 42 koin yang harus didapatkan
untuk mendapatkan reward berupa buku binder sesuai keinginan dari subjek I.
Syarat pemberian koin ini dimulai  pada minggu ke empat.
2.      Token economy akan dilakukan selama 2 bulan, dengan ketentuan melihat
perubahan perilaku subjek I selama satu minggu selama perubahan perilaku ini
subjek diterapkan untuk membaca doa sebelum masuk ke kamar mandi untuk
meredakan rasa takut subjek. Terdapat 9 minggu yang diberikan untuk melihat
perubahan subjek.
·         Pada minggu pertama subjek akan selalu diantar salah satu dari pihak
keluarga agar subjek I tidak menahan rasa ingin buang air kecil sampai pagi
hari dan perilaku mengompolnya.
·         Minggu kedua dan ketiga subjek I akan diantar setiap malamnya ke
kamar mandi tetapi setelah subjek I berada di dalam kamar mandi seseorang
yang mengantarkannya akan meninggalkan subjek, ini diberikan supaya subjek
mengetahui persamaan saat diantar dan tidak diantar tidak akan terjadi hal-hal
mengerikan dan bahaya seperti munculnya hantu.
·         Minggu keempat dan seterusnya subjek I akan sendiri untuk pergi ke
kamar mandi pada malam hari.
3.      Reward berupa buku binder akan diberikan pada tanggal 24 Desember
2017 dengan syarat subjek mendapatkan minimal 35 koin ungu dari 42 koin
yang seharusnya didapatkan.
KASUS 2
BAB I
ANAMNESA

A. PERILAKU MALAS MANDI

IDENTITAS LENGKAP
1.      Nama Lengkap      : F.K
2.      Nama pendek        : F
3.      Tanggal lahir         : 19 April 2014
4.      Usia                       : 6 tahun
5.      Jenis kelamin         : Perempuan
6.      Anak ke                 : Pertama
7.      Jumlah saudara      : Tiga bersaudara
8.      Alamat                  : Gadel Sari Madya Surabaya
9.      Tinggal bersama    : Orang tua kandung

 Keluhan klien: Klien jarang mandi sehingga klien menjadianak yang


suka bermalas-malasan. Sehingga proses belajarnyamenjadi terganggu
terutama disekolah maupun dirumah.
 Tujuan Teraipis: Dimana terapis ingin mengetahui serta
inginmemodifikasi perilaku klien yang sangat meresahkan orangtuanya
yaitu perilaku yang tidak suka mandi (jarang mandi).Sehingga untuk
mengurasi beban orang tua klien, maka terapisingin mengurangi
perilaku yang tidak mau mandi pada klien ini.Pada hasil penelitian klien
ini mandi satu kali selama dua hari.Karena ketidak sukaan klien dalam
mandi tersebut membuatklien menjadi sering bermalas-malasan dan
kotor, baik itubelajar, kesekolah maupun yang lainnya. Ketidak
sekaannyapada mandi ini berakibat tidak baik pada proses
perkembangananak yang usianya masih kecil tersebut.
 Keinginan keluarga: Pihak keluarga klien menginginkanbawasannya
klien ini mau mandi, setidaknya dari yang satu kalidalam dua hari
menjadi minimal satu kali dalam sehari. Danterutama pada jam akan
berangkat kesekolah, jadi klien tersebutdapat belajar dengan serius
karena badannya yang segarsehingga fikiranpun menjadi segar
aktifitas belajar menjadi lebihbaik dan klien tidak lagi bermalas-malasan
karena tidak enak badan
LATAR BELAKANG
Subjek berinisial F yang biasanya di panggil dengan F, sekarang dia
duduk dibangku kelas 1 SD yang tidak jauh dari rumah F yang berkawasan
didaerah nganjuk. Kira-kira F sekarang berusia 6 tahun, F merupakan anak
terakir dari tiga bersaudara dan F juga merupakan anak satu-satunya yang laki-
laki yang merupakan anak harapan dari pasangan A.Q dan P.K. kedua kakak F
semua perempuan yang usianya jauh diatas F dari kakak yang nomor dua
berjarak 10 tahun dan kakak yang pertama 15 tahun hal ini merupakan jenjang
yang lama bagi seorang adik yang terakhir.
Setiap pagi sebelum berangkat kesekolah F selalu rayu-rayu oleh ibu-
nya agar segera bangun dan mandi dan segera bersiap berangkat kesekolah.
Tapi setiap pagi juga ibu F harus marah-marah dan berterik-teriak agar F mandi
sebelum berangkat kesekolah. Ibu F selalu menyakinkan F bahwa akabila dia
tidak mandi dulu sebelum kesekolah maka dia akan bau tidak enak dan tidak
bisa konsentrasi belajar dengan baik. F jarang mandi sehingga F menjadi anak
yang suka bermalas-malasan. Sehingga proses belajarnya menjadi terganggu
terutama disekolah maupun dirumah.
Jika konsentrasi tidak baik maka dia bisa mendapatkan nilai yang jelek
terus. Dan si F selalu berangkat kekamar mandi ketika ibunya sudah marah-
marah dan menginyakan perkataan ibunya, tapi didalam kamar mandi F hanya
berganti pakaian saja tanpa mengambil air sedikitpun. Kadang kala F marah dan
pergi meninggalkan rumah (kabur&lari) ketika moudnya tidak bagus dan
kemarahan ibunya sudah meledak-ledak. Hanya dalam acara tertentu saja dan
tergantung moudnya si F ini mandi tanpa dimarahi ibunya. Orangtua
F menginginkan bawasannya F ini mau mandi, setidaknya dari yang satu
kalidalam dua hari menjadi minimal satu kali dalam sehari. Danterutama pada
jam akan berangkat kesekolah, jadi klien tersebutdapat belajar dengan serius
karena badannya yang segarsehingga fikiran pun menjadi segar aktifitas belajar
menjadi lebihbaik dan klien tidak lagi bermalas-malasan karena tidak enak
badan.
Gejala malas mandi yang dilakukan subjek F adalah
a. Sering tidak mandi saat berangkat kesekolah dan hampir selalu tidak
memperdulikan ibunya yang marah-marah
b. Mandi sesuai dengan Moudnya, apabila F pengen saja atau lelah
mendengar ibunya yang marah-marah atau ibunya yang sudah
menggunakan kekerasan (mencubit)
c. Apabila tidak mau dan dipaksa mandi, dia akan kabur atau lari dari
rumah

Tujuan yang akan dicapai dalam modifiksi perilaku F adalah

 Agar subjek rajin mandi setiap hari


BAB II: PERSIAPAN

A. ASESMEN PERILAKU
Perilaku yang ditunjukkan oleh F termasuk pada katagori perilaku yang
kurang bukan kelebihan, karena F tidak mau mandi sama sekali dalam sehari
atau satu kali dalam sehari.
Analisis fungsional dimana pada dasarnya perilaku malas mandi yang ingin
dimodifikasi dapat dianalisis dengan mengunakan teknik analisis fungsional
yang terdiri dari Antisedent, Behaviour, Consecuent (ABC).
1. Antisendent
Merupakan segala hal yang dapat mencetuskan perilaku yang
dipermasalahkan termasuk factor-faktor yang mejadi latar belakang masalah
tersebut muncul pada kasus ini dan antisendent yang didapat adalah sebagai
berikut:
- Kurang kreatifnya orang tua dalam mengajak mandi (terlalu kasar dan
mudah cepat marah)
- Tempat mandi yang kumuh dan kotor
- Tempat mandi yang tidak menarik
- Tempat mandi yang tidak kondusif, karena bak mandi yang tinggi dan
anak tidak sanggup menggapai
- Karena subjek yang bangun kesiangan sehingga malas mandi

2. Behaviour

Perilaku yang muncul dan yang ingin dimodifikasi dalam kasus ini meliputi
durasi, frekuensi dan insentitas dari perilaku malas mandi. Dari hasil
pengamatan, observasi dan wawancara adalah sebagai berikut:

No 1 2 3
1 Perilaku yang Tidak mandi Menolak Mandi sesuai
muncul selama ajakan ibu dengan
berangkat untuk mandi keinginan atau
kesekolah dan kabur moudnya
2 Durasi 2 x dalam satu 3 x dalam 3 x dalam satu
minggu satu minggu minggu
3 Frekuensi Selama hari Selama hari Hanya setiap
masuk sekolah masuk (senin- sore setelah
(senin-sabtu) dan sabtu) dan bermain atau
setiap pagi setiap pagi karena
tubuhnya
mengalami
gatal

3. Consequences
Merupakan konsekuen yang menjadi akibat yang harus ditanggung oleh subjek
karena malas mandi yaitu:
a. Sering bermalas-malasan, merasa bahwa tubuhnya lemes, tidak bisa
melakukan apa-apa sendiri dan tidak berdaya (hingga melakukan apa
saja terasa malas dengan alasan tidak kuat)
b. Sering mengalami gatal-gatal terutama pada siang hari atau sore hari
dan pada saat bermain dengan temannya (pada saat keluar keringat
banyak)
c. Terkena penyakit kringet buntet yang lama, gatal-gatal sepeti kudis
(kutu air)
d. Tubuh yang tidak segar sehingga malas belajar
e. Tubuhnya menjadi lebih kecil
f. Mudah sakit-sakitan

B. Alat Observasi yang digunakan

 Check List

Chek list adalah suatu daftar yang berisi nama-nama subjek dan factor-faktor
yang hendak diselidiki.

 Suatu daftar yang berisi tentang nama-nama subjek atau nama observe.
Faktor-faktor yang hendak diselidiki. Indicator prilaku akan diungkap,
muncul atau tidaknya prilaku.
 Memberi tanda yang sesuai pada pilihan yang ada, berisi suatu daftar
yang memuat tentang gejala-gejala prilaku atau aspek-aspek suatu
atribut (variabel) tentang daftar indikator prilaku yang akan diamati.
 Mirip dengan model pencatatan yang sistematik, pilihannya ada 2 yaitu;
ada atau tidaknya prilaku.
 Di bagian bawah tabel jangan langsung diberi garis penutup tapi beri
ruang yang kosong, ini berguna jika dalam pengamatan ditemukan
gejala lain. Hal ini bisa kita tulis di ruang yang kosong tadi.

C. Alat yang digunakan selama proses modifikasi perilaku


berlangsung Menggunakan
 Buku modul buatan tim dan Video

D. Alat untuk mengukur perubahan modifikasi perilaku yang


terjadi :

Reinforcement adalah penguat suatu reaksi. Dimana agar klien


nantinya dapat dirubah sesuai dengan apa yang kita inginkan, sebagai criteria
kita agar klien minimal mandi pada saat berangkat kesekolah dan setelah selesai
bermain.
1. Conditioned Reinforcement
Stimulus yang pada awalnya bukanlah reinforcer, akan tetapi diasosiasikan
dengan reinfocer lain atau back up reinforcer. Faktor-faktor yang
mempengaruhi reinforcer ini yaitu:
- Kekuatan back up reinforcer
- Macam-macam back up reinforcer ini yaitu simple codisioned reinforcer
dan generalized condisioned reinforcer
- Schedule back up reinforcer
Dimana disini klien apabila tidak mandi mana tidak akan mengisi tabel senyum
atau sedih   (tabel ini dibuat khusus untuk klien, apabila pagi hari klien
mandi maka tabel tersebut akan diberi gambar senyum, akan tetapi apabila tidak
akan dilubangi dan hasilnya manti diberikan pada guru agar guru kelas
membantu memberikan reword pada klien). Dibawah in adalah contoh
tabelnya:
2. Intermittent reinforment
Merupakan pemeliharaan perilaku dengan memberikan reinforcer sewaktu-
waktu daripada memberikannya setiap saat perilaku muncul. Pada dasarnya
reinforment ini mempunyai 4 tipe, akan tetapi tidak semua tipe kami gunakan
untuk menangani kasus pada klien kami hanya menggunkan 1 saja. Yaitu
“simple interval schedule”.

Metode modifikasi perilaku


Pada dasarnya untuk mengubah perilaku malas mandi yang dilakukan
oleh subjek F, teknik yang dapat digunakan adalah modifikasi dengan terapi
perilaku “Token Economy”. Token economy dapat diterjemahkan secara bebas
sebagai hasil pendapatan, suatu sistem insentif sebagai hasil kerja seseorang
dengan menggunakan asas operan conditioning yang bertujuan untuk
mengubah suatu pola tingkah laku. Token economy merupakan salah satu
perkuatan yang bersifat ekstrinsik, yang menjadikan orang-orang melakukan
sesuatu untuk meraih “pemikat di ujung tongkat”. Tujuan prosedur ini adalah
mengubah motivasi yang bersifat ekstrinsik menjadi motivasi yang bersifat
intrinsik. Diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan akhirnya
dengan sendirinya akan menjadi cukup memunculkan dan untuk memelihara
tingkah laku yang baru.
Penguat yang digunakan seperti keping (tokens), angka, atau
penghargaan, yang diberikan kepada subjek F bila mereka dapat melaksanakan
suatu tugas atau bertingkah laku seperti yang terapi kehendaki, maka subjk akan
diberi kepingan (tabel senyum) dan kepingan ini kemudian dapat ditukarkan
dengan berbagai penguat positif seperti barang di toko, atau suatu kegiatan yang
diizinkan seperti dapat keluar bermain, dll. Tujuan dari terapi ini adalah
menciptakan suasana dan tingkah laku yang wajar dan dikehendaki. Keping-
keping (tabel senyum) itu merupakan alat perantara antara tingkah laku yang
dikehendaki dan penguat.
Adapun langkah-langkah modifikasi perilaku yang ditargetkan oleh
terapis antara lain:
1. Menentukan Perilaku Target
Semakin homogen individu kelompok yang akan dikenai token
economy, maka akan semakin mudah menstandardisasikan aturan-aturan
yang berlaku dalam token economy.
2. Mencari Garis Basal
Yakni memperoleh data sebelum melakukan penanganan, melalui
pengamatan selama dua minggu terhadap perilaku target. Sesudah itu
dimulai, kita bisa membandingkan data dengan data yang diperoleh saat
menentukan garis basal, sehingga dapat menentukan efektivitas
program.
3. Memilih Back up Reinforcer
Perlu diperhatikan bagaimana karakteristik peserta program dan apa saja
kira-kira barang yang dibutuhkannya. Barang yang menjadi pengukuh
pendukung haruslah barang yang dapat digunakan atau consumable.
Perlu diperhatikan pula tempat penyimpanan, dan dana yang dibutuhkan
untuk melaksanakan program.
4. Memilih Tipe Token Yang Akan Digunakan
Secara umum, tipe token haruslah menarik, ringan, mudah dipindahkan,
tahan lama, mudah dipegang, dan tidak mudah dipalsukan. Beberapa
contoh yaitu stiker, keping logam, koin, check-mark, poin, poker chip,
stempel yang dicap di buku, tanda bintang, kartu, dll.
5. Mengidentifikasi Sumber-sumber Yang Bisa Membantu
Beberapa sumber yang bisa membantu adalah orang tua klien, saudara,
tetangga, teman dan relawan, sreta orang yang akan dikenai token itu
sendiri.
6. Memilih Lokasi Yang Tepat.
Token dapat diberikan dimana saja, asal diberikan setelah perilaku
target muncul.
7. Menyiapkan Manual / pedoman Token Economy Pada Klien Dan
Staf.
Ada suatu prosedur spesifik dalam penerapan program token economy
a. Perlu diperhatikan bagaimana cara penyimpanan data, kertas
data yang akan digunakan, siapa dan bagaimana data itu akan
dicatat.
b. Siapa yang akan memberikan pengukuh atau agen pengukuh
(reinforcing agent), dan untuk perilaku apa.
c. Menentukan jumlah token yang bisa didapat pada setiap
perilaku. Pemebrian token dapat mulai dikurangi bila perilaku
target telah terbetuk.
d. Menyusun prosedur dan menentukan jumlah token untuk
memperoleh back up reinforcer. Pada awal program, frekuensi
penyediaan pengukuh pendukung harus cukup tinggi, lalu
berkurang secara bertahap.
e. Berhati-hati terhadap kemungkinan munculnya hukuman.
f. Ada kemungkinan hukuman bersyarat (possible punishment
contingencies). Klien membayar dengan token bila ia melakukan
tindakan kontraproduktif.
g. Memastikan bahwa tugas yang harus dilakukan staf sudah jelas,
dan pemberian pengukuh pada staf.
h. Membuat rencana untuk menghadapi kemungkinan masalah
yang akan timbul. Masalah yang biasa timbul antara lain,
kebingungan, kekurangan staf, peserta merusak token, dan lain-
lain.

Anda mungkin juga menyukai