Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH MODIFIKASI PERILAKU

MENINGKATKAN PERILAKU MELALUI PENGUATAN


POSITIF & PENGUATAN TAK TERKONDISIKAN DAN
PENGUATAN TERKONDISIKAN

DISUSUN OLEH : Kelompok 2

Asrialita (17515576)

Indra Abdi Dwiguna (13515348)

Retno Astuti (15515788)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA
2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul ini. Dan juga kami ucapkan pula terimakasih kepada Bapak
Muhammad Fakhrurrozi, selaku dosen mata kuliah Modifikasi Perilaku yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami selaku penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan


kepada pembaca sedikit pengetahuan mengenai materi yang dibahas dalam makalah
ini, sekaligus memperluas wawasan yang kami miliki.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang
membacanya. Sebelumnya, kami mohon maaf atas segala kesalahan yang terdapat
dalam makalah ini. Serta kami mohon kritik dan saran yang membangun.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan Ilmu Psikologi mengalami kemajuan yang pesat dari masa ke
masa, begitupun dalam Ilmu Modifikasi Perilaku. Banyak teori-teori baru
yang muncul dengan konsep serta metode masing-masing. Para pakar
Psikologi pun telah menjelaskan mengenai peningkatan perilaku melalui
peenguatan positif dan penguatan tak terkondisikan dan penguatan
terkondisikan yang akan dijelaskan dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penguatan positif ?
2. Mengapa penguatan positif disebut sebagai salah satu hukum perilaku ?
3. Apa pengertian dari jurang-jurang penguatan positif ?
4. Apa saja panduan bagi pengaplikasian efektif ?
5. Apa pengertian dari penguatan tak terkondisikan dan penguatan
terkondisikan ?
6. Apa yang dimaksud dengan penanda (token) sebagai penguatan
terkondisikan ?
7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas penguatan
terkondisikan ?
8. Apa saja tipe jurang-jurang penguatan terkondisikan ?
9. Bagaimana panduan-panduan pengaplikasian efektif penguatan
terkondisikan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menyelesaikan tugas Modifikasi Perilaku.
2. Untuk menjelaskan materi tentang meningkatkan perilaku melalui
penguatan positif & penguatan tak terkondisikan dan penguatan
terkondisikan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penguatan Positif
Penguat positif (positive reinforce) adalah sebuah kejadian, ketika disajikan
langsung mengikuti sebuah perilaku, menyebabkan perilaku tersebut meningkat
frekuensinya. Istilah ‘penguat positif’ umumnya disinonimkan dengan kata
‘penghargaan’ atau ‘hadiah’ (reward). Sekali saja sebuah kejadian ditentukan
berfungsi sebagai penguat positif untuk individu tertentu di situasi tertentu,
kejadian ini dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku lain individu tersebut
di situasi yang lain. Terkait konsep penguat positif , prinsip yang disebut
penguatan positif (positive reinforcement) menyatakan bahwa jika seseorang di
situasi tertentu melakukan sesuatu yang diikuti langsung oleh sebuah penguat
positif, maka ia akan cenderung melakukan hal yang sama di saat berikutnya ia
berjumpa situasi yang sama. Berikut merupakan contoh-contoh dari penguatan
positif, Didalam situasi dimana para murid di kelas tiga sudah diberikan tugas
untuk diselesaikan. Suzy, yang biasanya rewel, kali ini langsung duduk tenang
dan mengerjakan tugas. Gurunya langsung mengacungkan jempol kepada Suzy
dan tersenyum mengangguk. Yang dapat memberikan efek, di masa depan,
kemungkinan Suzy segera mengerjakan tugas yang diberikan semakin besar.
Seorang ayah dan anaknya berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan di sore yang
gerah dan keduanya sangat lelah. Respon dari si anak tidak seperti biasanya,
anaknya bersedia mengikuti ayahnya yang ingin membeli baju dengan tenang
tanpa mengeluh. Setelah mendapatkan baju yang dibutuhkan, sang Ayah
memegang lengan anak tersebut dan tersenyum sambil berkata, "Ayo sekarang
kita istirahat sebentar di kedai es krim dan membeli es krim favoritmu." Maka di
masa depan, si anak akan lebih tinggi kemungkinannya untuk mau diajak
ayahnya membeli barang dengan tenang meski hari gerah dan tubuhnya lelah.
B. Penguatan Positif Versus Penguatan Negatif
Penguatan negatif (negative reinforcement) yang juga dikenal sebagai
pengondisian pelolosan (escape conditioning), didefinisikan sebagai
penghilangan stimulus tertentu segera sesudah munculnya sebuah respon yang
akan meningkatkan kemungkinan bagi respons tersebut untuk muncul kembali.
Seperti yang diperlihatkan oleh makna dari kata ‘penguatan’, baik positif atau
negative tetap saja sama-sama mampu meningkatkan respons. Keduanya berbeda
hanya lewat kata ‘positif’ dan ‘negatif’, yang di mana dalam penguatan positif,
meningkatnya respons disebabkan oleh diperkenalkannya sebuah stimulus
positif, sedangkan di dalam penguatan negative, meningkatnya respons
disebabkan oleh dihilangkannya atau dijauhkannya stimulus negatif.
C. Penguatan Positif Merupakan Salah Satu Hukum Perilaku
Prinsip penguatan positif, salah satu dari sekian prinsip pengondisian operan,
juga sebuah hukum atau kaidah. Psikologi ilmiah sudah mempelajari prinsip ini
sangat detail selama lebih dari satu abad, dan kita tahu bahwa ini adalah bagian
yang sangat penting dari proses belajar. Kita juga tahu sejumlah factor yang
menentukan taraf pengaruh dari prinsip penguatan bagi perilaku. Factor-faktor
ini sudah dirumuskan menjadi garis-garis panduan yang dapat diikuti kapanpun
kita menggunakan penguatan positif untuk meningkatkan perilaku yang
diinginkan. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas penguatan
positif dalam meningkatkan perilaku yang diinginkan:

1) Menyeleksi perilaku mana yang akan ditingkatkan


Perilaku yang akan diperkuat, pertama-tama, harus diidentifikasikan
secara spesifik. Dengan menjadi spesifik, anda membantu memastikan
reliabilitas pendeteksian bentuk-bentuk perilaku dan perubahan-
perubahannya di dalam frekuensi kemunculannya, yang menjadi ukuran
bagi siapapun untuk menilai efektivitas penguat, dan meningkatkan
kemungkinan bahwa program penguatan akan bisa diaplikasikan secara
konsisten
2) Memilih penguat
Beberapa stimuli merupakan penguat positif bagi banyak orang. Permen
dan manisan adalah penguat hampir bagi kebanyakan anak. Namun
begitu, setiap individu berbeda-beda terkait hal-hal yang bisa
membuatnya ‘tergerak’. Stimuli apapun bisa menjadi penguat umum
yang terpenting adalah gunakan penguat yang paling efektif untuk
siapapun yang sedang di tangani. Kebanyakan penguat positif dapat
diklasifikasikan menjadi lima kategori yang sering dicampur adukkan,
seperti yang dapat dikonsumsi, berkaitan dengan aktivitas, manipulative,
kepemilikan dan social. Contoh-contoh dari penguat yang dapat
dikonsumsi adalah benda-benda yang dapat dimakan atau diminum
seperti permen, kue, buah, atau soft drink. Contoh untuk penguat yang
berkaitan dengan aktivitas adalah kesempatan untuk menonton tv,
melihat buku bergambar, mengendarai sepeda, atau sekedar melihat
pemandangan di luar jendela. Contoh penguat manipulative adalah
kesempatan untuk bermain dengan mainan, mewarnai/melukis atau
bermain video games. Contoh dari penguat kepemilikan adalah
kesempatan untuk mendapatkan barang-barang kesukaan seperti baju,
buku, memiliki kamar pribadi, atau memiliki benda orang lain untuk
sementara waktu. Contoh dari penguat social adalah pujian, pelukan,
anggukan kepala bahkan sekadar tatapan penuh perhatian. Untuk
memilih penguat-penguat mana saja yang efektif bagi seseorang, anda
bisa menemukan salah satu strategi berikut yang banyak membantu.
a. Menggunakan Kuesioner Penguat atau Menu Penguat
Jika individu yang ditangani dapat membaca, sering kali
memudahkan anda untuk meminta mereka mengisi kuesioner
penguat. Cara lain adalah mengemas tampilan opsi-opsi penguat
layaknya menu di restoran. Namun, jika individu yang ditangani
tidak bisa membaca, sajikan opsi penguat dalam bentuk gambar-
gambar.
b. Menggunakan Prinsip Premack
Metode dari prinsip premack menyatakan bahwa jika peluang
untuk terlibat di sebuah perilaku yang memiliki probabilitas
tinggi kemunculan dibuat kontingen bagi sebuah perilaku yang
memiliki probabilitas rendah kemunculan, maka perilaku yang
rendah probrabilitas kemunculannya tersebut akan meningkat.
c. Melakukan Assesmen Kesukaan
Sering kali efektif jika membiarkan individu memilih sendiri
mana yang paling disukainya dari sekian penguat yang tersedia.
Keuntungan dari cara ini adalah apapun yang dipilih klien dapat
menjadi penguat paling efektif, meski jenis-jenis penguat yang
lain tetap harus disajikan sebagai variasi pilihan yang mungkin
berubah sewaktu-waktu.
d. Jika Ragu, Lakukan Tes Penguat
Ketika anda tidak yakin penguat apa yang paling kuat
memengaruhi klien, anda bisa melakukan tes eksperimen dengan
kembali lagi ke definisi tentang penguat di awal bab ini. Sekadar
pilih saja perilaku yang dipancarkan individu sesekali dan yang
tidak diikuti penguatan apapun, catatlah seberapa sering perilaku
ini muncul tanpa penguatan yang nyata selama beberapa kali
percobaan, dan kemudian hadirkan penguat apapun langsung
sesudah perilaku tersebut beberapa kali, dan lihat apa yang
terjadi. Jika individu mulai memancarkan perilaku tersebut lebih
sering, maka penguat anda memang menjadi penguatan baginya.
Jika performanya tidak meningkat, penguat itu tidak efektif dan
segeralah menggantinya dengan penguat yang lain.
e. Penguat Eksternal dan Motivasi Instrinsik
Beberapa pengkritik modifikasi perilaku berpendapat bahwa
penghargaan yang dapat disentuh mestinya tidak pernah
diberikan, contohnya orangtua memberi anaknya bonus uang
jajan jika ia bisa membaca karena nantinya anak tidak akan mau
‘membaca demi membaca itu sendiri’. Menurutnya sekali saja si
anak mengharapkan imbalan bagi sebuah perilaku yang diminta
orangtuanya untuk ditampilkan, maka ia bisa memanfaatkan
kondisi ini untuk selalu berpamrih dalam bertindak. Kritik ini
cukup mengguncangkan sehingga banyak riset dilakukan
kembali dengan lebih cermat lagi. Cameron, banko, dan Pierce
(dalam Martin & Pear, 2015) contohnya, dan dua eksperimen
lainnya, berani menegaskan bahwa ketakutan seperti ini dapat
dihindarkan. Penting untuk dicatat bahwa pemilahan ekstrinsik
dan instrinsik di antara penguat-penguat yang ada tidak selalu
ekstrem. Seberapapun eksternal sebuah stimulus, tetap saja
melibatkan aspek internal (atau instrinsik) individu yang
bersangkutan.

3) Operasi-operasi pemotivasi
Kebanyakan penguat tidak akan efektif kecuali individu
membuangnya untuk sejumlah wakyu sebelum digunakan di program
penguatan. Secara umum, semakin lama periode pencabutan ini terjadi,
semakin efektif penguat itu jadinya. Kami menggunakan istilah
pencerabutan (deprivation) untuk menyebut suatu periode waktu di
mana individu tidak mengalami penguat tertentu. Sebagai kebalikannya,
kami menggunakan istilah peluberan (satiation) untuk menyebut kondisi
di mana individu sudah mengalami penguatan hingga taraf maksimum
sehingga tidak lagi bisa dikuatkan.
Kejadian, objek atau kondisi seperti pencerabutan dan
peluberan ini yang (a) mengubah untuk sesaat, atau untuk sementara
waktu, efektivitas penguat, dan (b) mengubah frekuensi suatu perilaku
karena diperkuat oleh penguat tersebut, disebut operasi-operasi
pemotivasi (motivating operationals, disingkat MO).’Tercerabutnya’
seseorang dari makanan contohnya, bukan hanya membuat makanan
menjadi penguat positif yang efektif bagi individu yang memang
kelaparan, namun juga untuk sesaat meningkatkan berbagai perilaku lain
yang dapat juga diperkuat oleh makanan. Karena kelaparan
meningkatkan efektivitas makanan sebagai penguat, hal tersebut
dilakukan tanpa pembelajaran lebih dulu, kejadian-kejadian ini sering
kali dinamai ‘MO tak terkondisikan’.
4) Ukuran Penguat
Ukuran (jumlah atau besaran) sebuah penguat adalah penentu penting
efektivitasnya. Coba kita lihat contoh ukuran penguat ini dalam
kehidupan sehari-hari. Banyak remaja di negara bagian utara, seperti
Minesota, sedikit enggan saat diminta membersihkan salju dari jalan
jika diupah 25 sen saja per jam, namun banyak yang bersedia saat upah
dinaikkan jadi 2,5 dolar per jam, dan semua remaja berebut jadi
sukarelawan membersihkan salju saat upahnya dinaikkan lagi jadi 25
dolar per jam. Ukuran atau jumlah optimum suatu penguat demi
memastikan efektivitasnya ternyata dipengaruhi sejumlah faktor lain
seperti tingkat kesulitan perilaku yang akan dimodifikasi, atau terjadinya
persaingan ketat sejumlah perilaku yang menuntut penguat-penguat
alternatif.
5) Intruksi-intruksi : memanfaatkan aturan
Agar sebuah penguat dapat meningkatkan perilaku individu,
tidak perlu individu tersebut membicarakan atau memperlihatkan
pemahaman mengapa ia diperkuat. Untuk kasus manusia, instruksi-
instruksilah yang umumnya berperan penting.
Mari kita melihat instruksi sebagai aturan-aturan atau panduan-
panduan spesifik yang mengindikasikan perilaku-perilaku spesifik yang
perlu diperhatikan di situasi-situasi khusus. Contohnya, seorang dosen
mungkin berkata “Jika kalian berusaha untuk bisa menjawab semua
pertanyaan di buku ini, maka kemungkinan kalian mendapat nilai A di
ujian akhir jadi lebih tinggi.”
Instruksi-instruksi dapat memudahkan perubahan perilaku
lewat beberapa cara. Pertama, instruksi-instruksi spesifik akan
mempercepat proses belajar individu-individu yang memahami
instruksi-instruksi tersebut. Kedua, instruksi dapat mempengaruhi
individu untuk terus mengerjakan penguatan yang tertunda. Ketiga,
menambahkan instruksi-instruksi ke program-program penguatan dapat
membantu mengajar individu tertentu untuk belajar mengikuti latihan
setahap demi setahap seperti yang diminta oleh instruksi-instruksinya.
6) Kesegeraan penguat
Agar maksimal efektifnya, sebuah penguat mestinya diberikan sesegera
mungkin setelah respons yang diinginkan muncul. Kendati demikian, di
beberapa kasus, seperti perilaku bisa juga dipengaruhi untuk oleh
penguatan yang tertunda. Mengatakan ke seorang anak bahwa jika ia
mau membersihkan kamarnya pagi itu makan sorenya akan diajak
ayahnya membeli mainan robot kadang sudah cukup efektif.
Penundaan penguatan tersebut masih bisa efektif untuk seorang
individu, asalkan ada kejadian tertentu yang menengahinya, atau
‘menjadi jembatan’ antara respons (atau perilaku) dengan penguat yang
tertunda agak lama. Efek langsung dari prinsip penguatan positif adalah
meningkatnya frekuensi respons karena konsekuensi penguat yang
segera diberikan. Sedangkan efek tidak langsung dari prinsip penguatan
positif adalah menguatkan sebuah respon karena akan diikuti penguat
bahkan meski penguat itu tertunda cukup lama. Penguat-penguat yang
tertunda bisa memberikan efek bagi perilaku karena instruksi-instruksi
tentang perilaku mengarah kepada penguat, dan/atau karena pernyataan
kepada diri sendiri (atau ‘memikirkan’) yang menjembatani perilaku
tersebut dengan penguat yang tertunda.
7) Penguat kontingen versus non-kontingen
Kami menyebut sebuah penguat adalah kontingen ketika
sebuah perilaku tertentu harus terjadi sebelum penguat diberikan. Kami
menyebut sebuah penguat adalah non-kontingen jika penguat disajikan
di waktu tertentu tanpa memedulikan perilaku apapun yang
mendahuluinya.
Pelatih Keedwell mengamati para atlet pemula berlatih renang
1 set di latihan rutin Marlin Youth Swim Club. Ia selalu menekankan
pentingnya melatih cara berbalik arah dan tidak berhenti di tengah-
tengah set. Setelah mengikuti saran salah satu rekan pelatih, Pelatih
Keedwell akhirnya menambahkan sebuah penghargaan bagi latihan para
muridnya itu. Di setiap periode latihan, para atlet pemula itu boleh
melakukan ‘aktivitas menyenangkan’ selama 10 menit. Namun begitu
hasilnya tetap sama.
Kekeliruan yang dilakukan Pelatih Keedwell umum dialami
para pemodifikasi perilaku awam. Memadukan sebuah ‘aktivitas
menyenangkan’ non-kontingen ke dalam latihan memang dapat
meningkatkan semangat, namun ini tidak banyak berpengaruh bagi
perilaku latihan. Mereka menganggap bahwa menciptakan sebuah
lingkungan yang menyenangkan akan bisa meningkatkan pembelajaran
murid di lingkungan tersebut. Padahal prinsip dasar penguat adalah ia
harus kontingen bagi perilaku tertentu agar perilaku tersebut bisa
meningkat.
Ketika hal ini diberitahukan kepada Pelatih Keedwell, ia pun
mengubah aturannya. ‘Aktivitas menyenangkan’ di tiap sesi pelatihan
dibuat kontingen hanya untuk siapapun yang berhasil melakukan
perilaku yang diinginkan. Sebulan kemudian, performa para atlet
pemula ini meningkat pesat.
Selain tidak meningkatkan perilaku yang diinginkan, penguat
non kontingen dapat meningkatkan perilaku yang tidak diinginkan.
Perilaku yang ‘secara kebetulan’ diikuti sebuah penguat bisa saja
meningkat bahkan meski penguat tersebut tidak dimaksudkan untuk
menguatkan apapun. Yang seperti ini disebut penguatan
pengundangan (adventitious reinforcement) dan perilaku yang
ditingkatkan lewat cara ini disebut perilaku takhayul (superstitious
behavior).
8) Menyapih pembelajaran dari program dan mulai menggantikannya
dengan penguat-penguat alamiah
Kebanyakan perilaku sehari-hari diikuti oleh penguat-penguat yang tak
seorangpun memiliki program spesifik, atau disengaja, untuk
meningkatkan atau mempertahankan perilaku-perilaku tersebut.
Membaca tanda-tanda atau petunjuk sering kali diperkuat oleh
penemuan objek-objek atau arah-arah yang diinginkan. Perilaku verbal
dan perilaku sosial lain diperkuat oleh reaksi-reaksi orang lain. Sebuah
lingkup di mana individu melakukan fungsi-fungsi normal sehari-hari
(bukan situasi yang secara eksplisit dirancang untuk pelatihan), disebut
lingkungan alamiah (natural environment). Penguat-penguat yang
mengikuti perilaku di alur hidup sehari-hari (yang muncul di lingkungan
alamiah), disebut penguat alamiah (natural reinforcer). Penguat yang
disusun secara sistematis oleh psikolog, guru, dan pihak-pihak lain di
dalam program modifikasi perilaku disebut sebagai penguat arbitrer,
atau penguat yang ditentukan, atau yang popularnya disebut penguat
terprogram (programmed reinforcer). Setelah kita meningkatkan
sebuah perilaku lewat penggunaan secara tepat penguatan positif, jadi
memungkinkan bagi sebuah penguat di lingkungan alamiah individu
untuk mengambil alih pelestarian perilaku tersebut

D. Jurang-jurang Penguatan Positif


Siapapun yang benar-benar memahami prinsip-prinsip dasar perilaku
manusia seperti penguatan positif ini, dapat menggunakan untuk
menghasilkan perubahan-perubahan yang diinginkan dari suatu perilaku.
Sekarang kita akan membahas jurang-jurang yang berkaitan dengan
penguatan positif.
a) Jurang ‘Kekeliruan pengaplikasian yang tidak disadari’
Siapapun yang tidak menyadari betul apa yang disebut penguatan
positif, berpotensi untuk menguatkan tanpa disadari perilaku-perilaku
yang justru tidak diinginkan. Banyak perilaku tak diinginkan
dimunculkan dengan cara ini melalui perhatian sosial di mana perilaku
seperti itu ditimbulkan dari teman, guru, orangtua, dokter, dan lain-
lain. Dan ini tetap terjadi bahkan bagi mereka yang sudah berusaha
meminimkannya. Kerja keras seorang pemodifikasi perilaku yang
sudah menggunakan teknik behavioral yang tepat dapat sia-sia oleh
mereka yang menguatkan perilaku yang keliru. Contohnya dapat
dilihat sebagai berikut:
• Ibu dan anak sedang berbelanja di supermarket. Responnya, si anak
mulai merengek, “aku ingin pulang, aku ingin pulang, aku ingin
pulang”. Konsekuensi langsungnya, sang ibu merasa malu dengan
rengekan itu dan segera meninggalkan supermarket bersama
anaknya tanpa membeli satupun barang. Efek jangka panjangnya, di
masa depan si anak akan lebih tinggi kemungkinannya untuk
merengek-rengek jika berada di situasi yang sama.
• Dua mahasiswa, Bill dan Fred, sedang minum kopi bersama-sama
di kafe dan berbincang-bincang. Lalu Bill mengatakan, “Aku
mungkin tidak seharusnya mengatakan ini, tapi aku tidak bisa
menahan diri untuk mengatakan yang kudengar tentang Mary”.
Konsekuensi langsungnya, Fred menjawab, “Apa yang kamu
dengar? Aku janji tidak akan mengatakannya kepada siapapun”.
Efek jangka panjangnya, di masa depan, Bill akan lebih tinggi
kemungkinannya untuk berbagi gossip dengan Fred.
b) Jurang ‘Kekeliruan aplikasi karena pengetahuan setengah-
setengah’
Seseorang mungkin sudah tahu prinsip behavioral namun tidak
bisa mengaplikasikannya secara efektif. ‘Pengetahuan yang setengah-
setengah sangat membahayakan’ kata pepatah. Contohnya,
pemodifikasi perilaku pemula sering kali berasumsi bahwa sekedar
menyajikan penguat yang non-kontingen akan serta merta menguatkan
perilaku tertentu.
c) Jurang ‘Kegagalan Mengaplikasikan’
Beberapa prosedur behavioral tidak dapat diaplikasikan dengan
baik karena cukup kompleks dan membutuhkan pengetahuan atau
pelatihan khusus. Contohnya, orangtua yang tidak akrab dengan
prinsip penguatan positif dapat saja gagal untuk menguatkan perilaku
sopan yang jarang muncul dari anaknya yang normalnya bertindak
serampangan sehingga membuatnya kehilangan peluang untuk
menguatkan perilaku tersebut.
d) Jurang ‘Penjelasan tidak akurat tentang perilaku’
Ada dua sebab umum kenapa seseorang tidak dapat
menjelaskan perilaku secara akurat. Pertama, prinsip behavioral tidak
akurat digunakan sehingga menghasilkan penjelasan yang terlalu
menyederhanakan terkait perubahan perilaku. Sebab umum kedua,
kenapa seseorang tidak bisa menjelaskan perilaku secara akurat adalah
pihak-pihak yang tidak punya pengetahuan behavioral yang benar
berusaha ‘menjelaskan’ perilaku seseorang dengan menyederhanakan
uraian lewat ‘pelabelan’.

E. Panduan-panduan Bagi Pengaplikasian Efektif


Empat panduan ringkas berikut diberikan untuk memastikan penggunaan
secara efektif ‘penguatan positif’ yang sudah dipelajari, yaitu:
1. Menyeleksi perilaku yang akan ditingkatkan. Seperti yang sudah
ditegaskan diawal, perilaku target harus spesifik (contohnya
senyuman) dan bukannya dalam kategori yang masih umum (seperti
ramah). Jika dimungkinkan, pilihlah perilaku yang akan bisa
dipengaruhi penguat alamiah nantinya setelah frekuensinya berhasil
ditingkatkan di dalam pelatihan.
2. Menyeleksi penguat.
a. Pilihlah penguat paling kuat yang sudah tersedia, dapat langsung
disajikan mengikuti perilaku yang diinginkan, dapat digunakan
berulang-ulang tanpa menyebabkan ‘kekenyangan’ yang terlalu
cepat, dan tidak membutuhkan banyak waktu untuk dikonsumsi.
b. Gunakan sebanyak mungkin jenis penguat, dan jika dibutuhkan,
sajikan penguat-penguat di nampan atau diformat daftarnya seperti
menu makanan di restoran.
3. Mengaplikasikan penguatan positif.
a. Beritahu subjek tentang rencana penguatan sebelum anda
memulainya.
b. Lakukan penguatan sesegera mungkin setelah perilaku yang
diinginkan muncul.
c. Deskripsikan perilaku yang diinginkan tersebut saat penguat
diberikan (contoh, “kamu sudah merapikan kamarmu, baik
sekali”).
d. Berikan banyak pujian dan kontak fisik (jika kontak fisik ini
memungkinkan dan ini memang bisa menguatkan subjek).
Namun, untuk menghindari ‘kekenyangan’ penguat, gunakan
beragam frasa bagi penguatan sosial anda, jangan satu saja.
Gunakan frasa sederhana lain yang bisa anda temukan, atau
selingi dengan ekspresi wajah dan gerak-gerik tubuh.
4. Menyapih individu dari program.
a. Jika, selama selusin peluang, perilaku target akhirnya muncul
ditingkat yang diinginkan, anda bisa mulai mengurangi secara
bertahap pemberian penguat, namun tetap mempertahankan
penguat sosialnya.
b. Mulai cari penguat alamiah di lingkungan untuk menggantikan
penguat artificial anda dan diberikan langsung (secara bertahap)
begitu perilaku yang diinginkan muncul.
c. Untuk memastikan bahwa perilaku tetap diperkuat sesekali dan
frekuensi yang diinginkan tetap stabil, rancanglah assesmen
periodik terhadap perilaku tersebut setelah program berakhir.

A. Penguatan tak terkondisikan dan penguatan terkondisikan


Stimulus atau kejadian yang demikian sangatpenting bagi fungsi biologis
atau kelangsungan kita sebagai spesies, dan mereka dinamai penguat tak
terkondisikan (unconditioned reinforcer) yang merupakan stimulis yang bisa
menguatkan perilaku tanpa harus dipelajari alau dikondisikan sebelumnya.
Contoh-contohnya adalah makanan bagi seorang yang lapar, air bagi seorang
yang haus, kehangatan bagi seorang yang kedinginan, dan kontak seksual bagi
seorang yang menginginkan kontak demikian
Stimuli jenis yang lain dapat menjadi penguat lantaran dipelajari
demikian terlebih dahulu. Stimulis yang demikian disebut penguat
terkondisikan (conditioned reinforcer),yaitu stimuli yang awalnya tidak
menguatkan, namun telah menjadi penguat lantaran dipasangkan atau
diasosiasikan dengan penguat lainnya (Mereka disebut penguatan sekunder,
atau penguat yang dipelajari.) Contoh-contohnya adalah pujian, foto kekasih,
acara televisi,jenis buku favorit, pakaian agar kelihatan menarik. Sebagian besar
penguata yang memengaruhi hidup manusia sehari-hari berasal dari jenis
penguat terkondisikan ini.
Ketika sebuah Stimulus menjadi penguat terkondisikan lewat
pengasosiasian bebas dengan penguat-penguat lain, maka penguat lain itu
disebut sebagai penguat pendukung (backurp reinforcer). contohnya, jenis
latihan Yang dilakukan dengan lumba-lumba di Sea World.
Suatu kategori stimulus yang tidak diakui sebagai penguat terkondisikan adalah
apa pun yang dipasangkan dengan obat-obat terlarang. Penguat-penguat
terkondisikan ini meliputi apa pun yang baru atau rasanya mengandung zat
adiktif (seperti tembakau contohnya) atau yang tampilannya seperti layaknya
pemakaian obat terlarang.

B. Penanda (token) sebagai penguatan terkondisikan


Penanda (token) adalah penguat terkondisikan yang dapat diakumulasi
dan dipertukarkan untuk mendapat penguat pendukung. Program modifikasi
perilaku di mana individu dapat memperoleh ‘token’ bagi perilaku tertentu
dan ‘menguangkan’ nya demi memperoleh penguat pendukung disebut
ekonomi penanda (token economy) atau system penanda (token
system).contohnya seorang guru yang mengimplementasikan ekonomi
penanda di mana anak dapat memperoleh stempe wajah tersenyum untuk
berbagai perilaku, seperti satu stempel untuk perilaku kooperatif saat bermain
di waktu istirahat dan satu stempel jika bisa menjawab pertanyaan dengan
benar di kelas.
Keuntungan utama menggunakan penguat token atau penguat
terkondisikan lainnya di program modifikasi perilaku adalah mereka biasanya
dapat diberikan lebih langsung dan mencolok daripada penguat pendukung.

C. Penguatan terkondisikan sederhana versus umum


Penguat terkondisikan yang dipasangkan dengan satu penguat pendukung
tunggal disebut penguat terkondisikan sederhana (simple conditioncd
reinforcer). Bunyi bel penjaja es krim adalah contoh bagi jenis penguat ini.
Sebaliknya, stimulus yang dipasangkan dengan lebih dari satu jenis penguat
pendukung disebut penguat terkondisikan umum (general conditioned
reinforcer).Contoh yang paling mencolok adalah pujian. Seorang ibu yang
mengekspresikan rasa senang terhadap perilaku baik anak akan terdorong
untuk tersenyum, memeluk, atau bermain dengan si anak. Sambil melakukan
ini semua, sang ibu kadang turut memberikan pujian kepada si anak.
Normalnya, pujian dilakukan sebagai penguat terkondisikan yang
umum di masa kanak-kanak, namun hal ini terus dipertahankan bahkan meski
manusia sudah masuk ke fase dewasa. Ketika seseorang memuji kita,
umumnya mereka lebih cenderung berpihak dan mendukung kita lebih
daripada mereka yang tidak melakukannya. Karena itulah, kita jadi mau
terlibat di perilaku yang diikuti pujian, bahkan meski tidak ada lagi penguat
spesifik lain yang diberikan.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas penguatan terkondisikan
1. Kekuatan yang dimiliki penguatan pendukung
Daya penguatan dari penguat terkondisikan bergantung sebagian
kepada daya penguatan dari penguat pendukungnya. Contohnya, karena
Facebook adalah penguat pendukung yang kuat bagi Erin, poin-poin
berfungsi sebagai penguatan kondisikan yang efektif.
2. Ragam penguatan pendukung
Daya penguatan dari penguat tcrkondisikan bergantung sebagian
kepada jumlah penguat pendukungnya di mana ia dipasangkan. Uang
adalah penguat terkondisikan umum yang kuat bagi kita karena dapat
dipasangkan dengan banyak penguat pendukung seperti makanan,
pakaian, rumah, transportasi, hiburan dan lain-lain. Faktor ini berkaitan
dengan faktor sebelumnya, bahwa jka banyak penguat pendukung yapg
berbeda bisa disediakan,maka di waktu tertentu,minimal salah satunya
akan cukup kuat untuk mempertahankan penguat terkondisikan di taraf
penguatan yang tinggi bagi individu di dalam program.

3. Jumlah pemasangan dengan penguatan pendukung


Penguat terkondisikan akan menjadi lebih kuat lagi jika dipasangka
dengan Penguat pendukung berulang kali. Contohnya ungkapan "anak
pintar" yang dikatakan orangtua kepada anaknya segera sesudah
munculnya perilaku yang diinginkan akan cenderung menjadi penguat
terkondisikan lebih kuat jika ungkapan ini dipasangkan dengan pelukan
berulang-ulang ketimbang jika pelukannya hanya sekali (dengan asumsi
tidak ada lagi penguat pendukung yang terlibat).
4. Hilangnya nilai penguatan terkondisikan
Agar penguatan terkondisikan tetap efektif. Ia mestinya minimal
sesekali terus dikaitkan dengan penguat pendukung yang cocok. Di
contoh program token yang sudah dijelaskan di bagian sebelumnya, di
mana anak bisa mendapat stempel wajah tersenyum. jika guru kemudian
menghentikan penguat pendukungnya, maka perlahan anak pun akan
berhenti untuk terlibat di dalam perilaku di mana mereka menerima
stempel tersebut.

E. Jurang-jurang penguatan terkondisikan


dua tipe jurang-jurang yang berkaitan dengan penguatan terkondisikan:

1. Jurang kekeliruan aplikasi yang tidak disadari


Individu yang tidak akrab dengan prinsip-prinsip penguatan
terkondisikan mungkin tanpa disadarinya sudah keliru mengaplikasikan
lewat berbagai cara.Salah satunya adalah memasangkan tanpa sadar
penguat-penguat terkondisikan dengan stimulus dengan maksud
menghukum. Contohnya, seorang dewasa yang sering menegur anaknya
karena sudah bersikap nakal namun (a) tidak pernah menyediakan jenis
penghukum pendukung_ apa pun,dan (b) teguran ini disertai aspek lain
perhatian orang dewasa (seperti mau didekati, mau diajak bicara) yang
dianggap memiliki nilai penguat terkondisikan serupa seperti
pemasangan penguat-penguat ini sebelumnya.

2. Berhenti memasangkan penguat terkondisikan dengan penguat


pendukung dapat memunculkan hasil yang tidak menguntungkan bagi
siapa pun yang tidak menyadari bahwa hal ini bakal menyebabkan
penguat terkondisikan kehilangan nilainya. Contohnya, guru
memberikan stempel wajah tersenyum untuk perilaku baik namun gagal
menggunakan penguat pendukung yang efektif (contohnya pujian).
Hasil dari stempel ini akhinya hilang tak peduli seberapa besar dayanya
memengaruhi anak saat pertama kali muncul.
F. Panduan-panduan bagi pengaplikasian efektif penguatan terkondisikan
Berikut ini 6 panduan umum bagi pengaplikasian efektif penguatan
terkondisikan, yaitu:
1. Penguatan tekondisikan mestinya menjadi stimulus-yang dapat dikelola
dan diberikan dengan mudah jika Anda berencana untuk
menggunakannya. Contohnya, metode ‘poin’ dianggap cocok bagi Erin.
2. Sebanyak mungkin, gunakan penguat terkondisikan yang sama seperti
yang dijumpai seseorang di lingkungan alaminya. Contohnya, amat
diperlukan bagi program pelatihan untuk memindah kontrol dari
penanda-penanda buatan (artificial tokens) mcnuju ekonomi moneter
lingkungan alamiah, atau menerima pujian dan perhatian secara alamiah
dari orang lain.
3. Di tahap-tahap awal dibentuknya penguat terkondisikan, penguat
pendukung mestinya disajikan secepat mungkin sesudah disajikannya
penguat terkondisikan. Kemudian, penundaan antara penguat
terkondisikan dan penguat pendukung dapat ditingkatkan secara
bertahap jika memang diperlukan.
4. Menggunakan penguat-penguat terkondisikan umum kapan pun
dimungkinkan; yaitu menggunakan banyak tipe berbeda penguat
pendukung, bukan hanya satu. Dengan cara ini, minimal salah satu
pendukung penguat tersebut akan cukup kuat di waktu kapan pun untuk
mempertahankan kekuatan dari penguat terkondisikan.
5. Ketika program melibatkan lebih dari satu individu (seperti sekelas
murid), hindari persaingan destruktif untuk memperebutkan penguat
terkondisikan dan penguat pendukung. Memberikan ke beberapa orang
penguatan, namun menahannya dari yang lain dapat memunculkan
perilaku agresif atau menyebabkan perilaku pemadaman. Kalau begitu
kita harus menghindar untuk tidak peduli bahwa beberapa individu
memperoleh penguatan terkondisikan dan penguatan pendukung yang
lebih banyak ketimban yang lain. Tentunya kemampuan setiap
pemodifikasi perilaku berbeda-beda, namun merancang program yang
dapat meratakan penguatan bagi setiap urang dapat meminimkan
kesulitan yang disebabkan oleh perbedaan kesan penanganan ini
6. Sebagai tambahan bagi 5 aturan di atas, kita mestinya mengikuti aturan-
aturan yang, sama bagi penguat-penguat terkondisikan yang
diaplikasikan ke penguat positif apa pun. Detail-detail tambahan bagi
pembentukan ekonomi penanda dijelaskan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penguat positif (positive reinforce) adalah sebuah kejadian, ketika disajikan
langsung mengikuti sebuah perilaku, menyebabkan perilaku tersebut meningkat
frekuensinya. Istilah ‘penguat positif’ umumnya disinonimkan dengan kata
‘penghargaan’ atau ‘hadiah’ (reward). Adapun Penguatan negatif (negative
reinforcement) yang juga dikenal sebagai pengondisian pelolosan (escape
conditioning), didefinisikan sebagai penghilangan stimulus tertentu segera sesudah
munculnya sebuah respon yang akan meningkatkan kemungkinan bagi respons
tersebut untuk muncul kembali. Penguatan positif merupakan salah satu hukum
perilaku, dan didalamnya terdapat 8 faktor yang mempengaruhi efektivitas penguatan
positif dalam meningkatkan perilaku yang diinginkan. Terdapat jurang-jurang yang
berkaitan dengan penguatan positif yakni, (1) jurang kekeliruan pengaplikasian yang
tidak disadari, (2) jurang kekeliruan aplikasi karena pengetahuan setengah-setengah,
(3) jurang kegagalan mengaplikasikan, (4) jurang penjelasan tidak akurat tentang
perilaku. Kemudian ada empat panduan ringkas untuk memastikan penggunaan
secara efektif penguatan positif yang sudah dipelajari yaitu; menyeleksi perilaku yang
akan ditingkatkan, menyeleksi penguat, mengaplikasikan penguatan positif,
menyapih individu dari program.
Penguatan tak terkondisikan dan penguatan terkondisikan yakni Stimulus atau
kejadian yang demikian sangatpenting bagi fungsi biologis atau kelangsungan kita
sebagai spesies, dan mereka dinamai penguat tak terkondisikan (unconditioned
reinforcer) yang merupakan stimulis yang bisa menguatkan perilaku tanpa harus
dipelajari alau dikondisikan sebelumnya. Sedangkan Stimuli jenis yang lain dapat
menjadi penguat lantaran dipelajari demikian terlebih dahulu. Stimulis yang demikian
disebut penguat terkondisikan (conditioned reinforcer),yaitu stimuli yang awalnya
tidak menguatkan, namun telah menjadi penguat lantaran dipasangkan atau
diasosiasikan dengan penguat lainnya (Mereka disebut penguatan sekunder, atau
penguat yang dipelajari. Dan ketika sebuah Stimulus menjadi penguat terkondisikan
lewat pengasosiasian bebas dengan penguat-penguat lain, maka penguat lain itu
disebut sebagai penguat pendukung (backurp reinforcer)
Penanda (token) ) adalah penguat terkondisikan yang dapat diakumulasi dan
dipertukarkan untuk mendapat penguat pendukung. Adapun keuntungan
menggunakan penguat token atau penguat terkondisikan lainnya di program
modifikasi perilaku adalah mereka biasanya dapat diberikan lebih langsung dan
mencolok daripada penguat pendukung. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
efektifitas penguatan terkondisikan yaitu; kekuatan yang dimiliki penguatan
pendukung, ragam penguatan pendukung, jumlah pemasangan dengan penguatan
pendukung, dan hilangnya nilai penguatan terkondisikan dengan dua tipe jurang-
jurang penguatan terkondisikan. Dan yang terakhir terdapat 6 panduan umum bagi
pengaplikasian efektif penguatan terkondisikan.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Martin, G. & Pear, J. 2015. Modifikasi perilaku: makna dan penerapannya, edisi
kesepuluh. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Anda mungkin juga menyukai