Kelompok 2
FAKULTAS PSIKOLOGI
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur selalu kita sampaikan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
dimana sampai saat ini kita masih mendapatkan karunia berupa nikmat kesehatan,
keselamatan, dan kesempatan untuk terus dapat belajar dan mengulas kajian tentang
Generalisasi Stumulus”. Dimana mata kuliah ini diampu oleh Ibu Dosen, Ibu Eva Yulina,.
S.Psi. M.Psi.
Dalam penyusunan makalah di mata kuliah Modifikasi Perilaku ini, kami dari penulis
memohon maaf sekiranya terdapat kesalahan atau kekhilafan dalam penulisan. Sekiranya
tidak luput pula untuk para pembaca dapat memetik hikmah baik dari isi makalah tersebut.
Kami dari penulis juga akan dengan senang hati bilamana pembaca memberikan saran dan
tanggapan yang bersifat membangun, untuk dapat memotivasi kami sebagai pemateri dapat
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................................. i
BAB I (PENDAHULUAN)
BAB II ( ISI)
Kemiripan Fisik........................................................................................... 4
Terbatas. ..................................................................................................... 4
..................................................................................................................... 6
B. Diskriminasi Stimulus............................................................................................. 8
Kesimpulan ............................................................................................................. 13
iii
BAB (I)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stimulus kontrol mungkin suatu kata yang cukup asing bagi segelintir orang awam
yang bukan berada dalam ranah ilmu psikologi. Namun, bagi orang-orang dari ilmu
psikologi pasti akan sangat familiar dengan kata tersebut. Dalam behavioral, stimulus kontrol
merupakan sebuah peristiwa yang terjadi ketika seorang individu berprilaku eksklusif
(berbeda) karena adanya stimulus yang diberikan, namun akan menunjukkan perilaku yang
berbeda pula ketika stimulus itu diberhentikan (tidak ada). Stimulus apapun yang mampu
Jadi secara garis besarnya, stimulus kontrol dalam perilaku ini dapat terjadi ketika
Kehadiran stimulus kontrol ini diperlukan untuk memperoleh respons yang diharapkan
ketika stimulus kontrol ini disajikan. Misalnya, stimulus lampu merah dimana reaksi yang
yang sengaja digunakan oleh pengelola lalu lintas untuk mengarahkan lalu lintas.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
Diskriminasi Stimulus?
1
3. Untuk mengetahui bagaimana teori Pavlov mengenai Diskriminasi &
Generalisasi Stimulus?
pelaitihan stimulus?
Stimulus?
D.
2
BAB (II)
ISI
Awal mulanya prinsip dasar prilaku: Diskriminasi Stimulus dan Generalisasi Stimulus
dicetuskan Oleh ilmuan Fisiologis Ivan Pavlov, dimana pada saat itu beliau melakukan
penelitian eksperimen tentang bagian produksi cairan liur pada hewan anjing. Pavlov melihat
bahwa anjing tersebut tidak hanya merespon sesuai kebutuhan biologis (rasa lapar),
melainkan juga untuk hasil dari bagian berlatih yang dikatakan sebagai Pengkondisian
Klasik. Dalam pengetahuan psikologi, pengkondisian klasik ini digunakan sebagai media
Terdapat 3 (tiga) konsep pokok yang berasal dari pengkondisian klasik, sebagai berikut:
proses/membantu ingatan, pada satu titik orang dapat merasa jemu dengan banyaknya
A. Generalisasi Stimulus.
integritas dalam tingkah laku individu. Dimana generalisasi stimulus ini merupakan
kemampuan individu untuk dapat bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan baru
yang mirip dengan rasangan atau stimulus yang telah dikenali sebelumnya.
Sebagai contoh, seorang anak bernama Albert yg telah terkondisi dengan rasa
takut terhadap tikus berwarna putih, probabilitas si anak akan menyebarkan ketakutan
terhadap benda lain yg berbulu & berwarna putih. probabilitas si anak akan
3
menyebarkan ketakutan terhadap benda lain yg berbulu & berwarna putih. Akan tetapi
respons terkondisi tidak akan muncul untuk semua stimulus yang serupa, dan
menunjukkan bahwa individu juga dapat berlatih untuk membedakan stimulus yang
Kemiripan Fisik
situasi baru jika stituasi tersebut sangat mirip dengan situasi di mana mereka belajar
perilaku tersebut. Coba pertimbangkan kasus berikut yang akrab bagi orangtua:
seorang balita berkata "guguk" terhadap seekor hewan yang berkaki empat, berbulu
menggongong ramah dengan suara besar. Kemudian balita melihat anjing jenis lain
dengan cara ini. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya hidup jika kita tidak dapat
memang agak berbeda dari situasi dimana kita belajar keterampilan tersebut untuk
pertama kalinya. Kita harus terus belajar memasak berkali-kali dari awal,
contohnya, saat berada di dapur baru, atau harus belajar berkali-kali dari awal untuk
mengendarai mobil begitu tiba di kota lain. Untungnya kita sudah sedemikian
berkembang sehingga menghadapi dua atau lebih stimulus yang mirip secara fisik,
German sheperd yang besar. Akankah anak spon tan mengatakan "anjing" ke
jenis Cihuahua yang mungil? Kemungkinan besar tidak. Meskipun dua jenis
anjing ini memiliki sejumlah kemiripan fisik, namun memang terlalu banyak
4
hingga anak belajar 'konsep' anjing. Nama yang lebih teknis untuk konsep
seperangkat stimuli yang memiliki satu atau lebih ciri fisik yang sama.
Contohnya, mobil biasanya memiliki 4 roda, jendela, setir dan lain-lain. Ketika
seorang anak belajar mengatakan 'mobil' saat melihat mobil tertentu (contohnya
stimulus tanpa terpelajari saat mengatakan 'mobil' untuk mobil jenis lain
respons anak terhadap benda-benda yang tidak berwarna merah. Akhirnya, anak
bisa mengenali pensil merah dan mobil merah kendati pensil dan mobil sangat
terhadap stimulus yang tidak menjadi anggota kelas tersebut, kita dapat
sama seperti antara benda benda merah dan benda-benda biru. Ketika seorang
individu merespons dengan cara ini, seperti kepada konsep merah, kita
Penting untuk dicatat bahwa perilaku verbal tidak serta merta terlibat di
merpati-merpati konsep seperti manusia dan pohon, selain juga konsep bilangan
Cable, 1976; Honig & Stewart, 1988; Lubow, 1974; Vaughan & Hernstein,
1987). Bukti bahwa merpati telah mempelajari sebuah konsep (mengenali ikan
contohnya) adalah bahwa mereka merespons dengan benar jenis-jenis ikan yang
Kemiripan Fisik.
kacang, pensil dan segelas susu. Anda diminta mengidentifikasi mana barang
yang termasuk makanan. Jelas sekali Anda bisa melakukannya. Anda akan
seperangkat stimuli yang sangat tidak mirip (yaitu tidak punya unsur stimulus 5
yang sama sedikit pun) yang sudah dipelajari individu untuk dikelompokkan
berjalan dengan cara yang sama. Di Panel Latihan 2 anak diajari untuk
mencocokkan dengan III, dan bukannya dengan 8 atau 9. Akhirnya, Panel Tes
dilakukan untuk melihat apakah anak sudah bisa mempelajari kelas ekuivalensi
kata lain, III dan 3 telah menjadi anggota dari kelas ekuivalensi stimulus,
anggota kelas ekuivalensi stimulus ini secara fungsional ekuivalen dalam artian
mahasiswa, lihat Critchfield & Fienup, 2010; Walker & Rehfeldt, 2012;
6
Walker, Rehfeldt & Ninness, 2010. Untuk kajian-kajian tentang riset
Saat kita bertumbuh dari anak-anak menjadi dewasa, kita belajar banyak
sangat berbeda secara fisik. Ketika sebuah perilaku baru menjadi terkondisikan
lain kelas tersebut karena kita sudah belajar sebelumnya untuk merespons
semua anggota kelas dengan cara yang sama. Di dalam perbincangan sehari-
hari, kami dapat mengatakan bahwa anggota anggota dari kelas ekuivalensi
stimulus berarti hal yang sama atau berbagi makna yang sama (seperti ketika
seperti sapi, ikan paus dan kelelawar, dan 'buah' yang mengindikasikan
Ringkasnya, jika sebuah respons yang sudah diperkuat bagi sebuah stimulus ternyata
bisa muncul untuk stimulus yang berbeda (terkait generalisasi tak terpelajari, pembelajaran
mengatakan bahwa generalisasi stimulus sudah terjadi. Namun, perhatikan bahwa tidak
semua generalisasi stimulus berhasil. Contohnya, seorang anak yang belajar menyebut
'anjing' ke hewan berbulu yang memang dari kelompok anjing, dapat juga menyebut konsep
yang sama untuk hewan berbulu dari kelompok kucing. Di kasus-kasus ini dan di ribuan
kasus lain lagi, sangat dibutuhkan untuk bisa mengajarkan pemilahan seperti yang akan
dibahas lebih jauh di Bab 16. Lihat juga Spradlin & Simon, 2011).
7
B. Diskriminasi Stimulus.
adanya proses belajar bagaimana individu merespon secara tepat terhadap berbagai
stimulus atau rangsangan yang berbeda. Dalam hal ini, kontrol stimulus dapat
saja. Perilaku ini akan terus muncul di masa depan hanya jika stimulus kontrol yang
kontrol operan. Dalam pelatihan diskriminasi stimulus ini terdapat dua langkah yang
terlibat. Langkah yang pertama adalah keberadaan stimulus diskriminasi (SD) yang
membuat perilaku menjadi lebih kuat. Langkah kedua adalah ketika ada stimulus lain
yang muncul namun SD tidak ada, perilaku menjadi tidak diperkuat. Selama pelatihan
diskrimasi, setiap kemunculan stimulus tanpa ada perilaku yang diperkuat disebut S-
delta.
S Delta adalah stimulus yang muncul saat respons dimusnahkan atau dihukum,
dan adanya stimulus delta akan mengurangi kemungkinan atau kecepatan resopon
Latihan Pemilahan Stimulus Ada 4 faktor yang sangat menentukan apakah latihan memila; stimulus
akan berjalan efektif atau tidak. Memahami 4 faktor ini akan membuat sukses melatih siapa pun
Jika memang penting untuk bisa mengembangkan kontrol stimulus terhadap perilaku tertentu,
sering kali diinginkan untuk bisa mengidentifikasikan pengontrolan SD yang sangar berbeda.
Contohnya, guru SD di Auckland menggunakan huruf besar berwarna merah bagi tanda untuk
8
mendorong para murid mendengarkan dan memperhatikan guru, se dangkan huruf hijau untuk
tanda yang mendorong murid mengerjakan tugas dengan ter ng di bangku masing-masing.
Contoh lainnya, untuk meng tikan perilaku menggigit ku-ku seorang anak, pemodifikasi perilaku
memasangkan ples-ter penutup di sekitar kuku yang biasanya digigiti demi terus mengingatkan
dia bahwa perilaku tersebut harus dihentikan (Koritzky & Yechiam, 2011).
Selama pelatihan memilah merespon atau kegagalan merespon disebut "kekeliruan" (eror).
Misalnya seorang anak belajar mengangkat telepon saat berdering dan tidak saat berdering.
Respon mengangkat telepon saat berdering atau gagal mengangkatnya saat berdering, seperti
Kontrol stimulus dapat dikembangkan paling efektif ketika pemodifikasian perilaku meminimkan
telepon saat tidak berdering dan menambahkan dorongan verbal seperti ini kepada anaknya,
"ingat-ingatlah kita tidak mengankat telepon seperti ini jika tidak berdering, kita hanya
mengangkat telepon saat berdering". (Sebuah panggilan yang sengaja dilakukan demi melatih
anak). orangtua segera meletakkan telepon di depan anak dan berkata. "Dengarkan, telepon ini
berdering. Sekaranglah waktunya kamu mengangkatnya dan berbicara lewat telepon ini". Di titik
ini Anda mungkin bertanya, "Mengapa kita harus bersusah payah untuk memaksimalkan
petunjuk samar-samar seperti ini. Mengapa kita pertu memaksimalkan sinyal-sinyal pemilah
in?" Jawabannya sederhana dengan membuat orang perhatian besar kepada petunjuk yang sudah
dipilih dan meminimkan kekeliruan, kontrol terhadap stimulus lebih cepat terjadi. Kalau tidak,
Secara umum sudah diamini bahwa jumlah percobaan yang diperkuat sangat diperlukan untuk
perkembangan dan individu-individu lain yang defisit perilaku tertentu. Yang banyak dilupakan
orang adalah sering kali hal in benar bagi kita saat mendapatkan pemilahan-pemilahan baru.
Misalkan, sebulan setelah sepasang kekasih menikah, salah satunya menyajikan petujuk-petunjuk
samar-samar bahwa ia sedang tidak punya gairah untuk bercinta.Yang harus disadari pihak ini
adalah pasangannya mungkin masih belum bisa belajar' merespons petunjuk samar-samar
menekan tombol pompa air, maka aliran air akan keluar dari pipanya. Munculnya aliran air ini
disebut 'kontingen' terhadap respons menekan tombol. Yang seperti ini adalah contoh kontingensi
dua terminan (perilaku-konsekuensi). Jika kita mendeskripsikan juga anteseden selain konsekuen
Jukkan peningkatan langsung di dalam perilaku tugas dengan hadirnya tanda-tanda yang tepat
sebuah aturan. Ketika Anda ingin mengembangkan kontrol stimulus yang baik tentang perilaku
tertentu, Anda mestinya selalu menyediakan individu sebuah aturan atau seperangkat aturan yang
menyatakan perilaku apa di situasi Untuk mengetahui apa yang akan mengarah ke konsekuensi
tambahan bagi seperangkat aturan bagi program pemilahan stimulus dapat mengarah kepada
kontrol stimulus yang instan. Contohnya, jika seorang ayah mengatakan keputranya yang berusia
16 tahun, “Kamu boleh memakai mobil keluarga tiap Sabtu malam, namun hanya jika kamu
memotong rumput setiap hari Jumat,” maka kesediaan anak itu akan lebih besar untuk mematuhi
Terdapat satu jurang utama bagi latihan memilah stimulus yang perlu diwaspadai jika program
Anda ingin efektif. Membiarkan jurang ini terjadi akan membuat latihan pemilahan stimulus tidak
efektif bahkan gagal. Jurang ‘Kekeliruan Pengaplikasian yang Tidak Disadari’ Metode efektif apa
pun dapat keliru diaplikasikan tanpa disengaja atau diduga demikian, tanpa terkecuali latihan
Episode-episode behavioral berikut ini umum terjadi di banyak rumah tangga yang memiliki
anak-anak yang masih kecil usianya. Terri, anak perempuan 3 tahun, sedang bermain-main dengan
remote TV, menyebabkan saluran tayangan TV berubah-ubah terus sehingga terasa mengganggu
suara dan tampilannya. Ibunya berkata dengan suara lembut, “Terri, tolong letakkan remote TV
itu.” Namun, Terri terus memainkannya. Beberapa menit kemudian, ibunya berkata dengan suara
10
lebih keras dan mulai kurang kesantunannya, “Terri, letakkan remote itu.” Lagi-lagi Terri masih
terus memainkan remote-nya karena pergantian-pergantian saluran yang cepat itu sudah
menguatkannya. Satu dua menit kemudian, ibunya berkata, kali ini dengan suara keras dan nada
mengancam, “Terri, untuk terakhir kalinya, letakkan remote itu, atau kamu akan ibu pukul.” Terri
akhirnya meletakkan remote itu dan sang ibu pun berkata, “Nah, begitu khan bagus. Ibu suka kamu
melakukan Untuk mengetahui apa yang ibu katakan padamu; kenapa tidak kamu lakukan sejak
awal tadi?” Di titik ini, mungkin sudah bisa terlihat jelas bagi Anda bahwa ibunya baru saja
menguatkan Terri karena merespons ancaman tingkat-tiganya. Pemilahan yang dipelajari Terri dari
sini adalah menunggu sang ibu marah betul dan mulai mengancam-ancam sebelum mengikuti
perintahnya. Jika Anda merasa harus memberitahu seseorang berulang-ulang sebelum ia mau
merespons, atau tidak ada orang yang mau mendengarkan Anda, atau orang itu tidak melakukan hal
yang benar di tempat dan waktu yang benar sesuai yang Anda minta, maka semestinya Anda mulai
Mungkin sudah terjadi kekeliruan pengaplikasian yang tidak disadari dari pelatihan memilah stimulus
yang lakukan. Panduan-panduan bagi Pelatihan Efektif Memilah Stimulus. Berikut ini 4 panduan
1. Menyeleksi Sinyal-sinyal yang Khas dan Unik. Spesifikkan SD dan minimal satu SA. Dengan
kata lain, spesifikkan kondisi-kondisi di mana perilaku mestinya muncul dan yang tidak seharusnya
muncul.
3. Mengembangkan Pemilahan.
Tempelkan aturan-aturan itu di tempat yang terlihat, dan kajilah aturan-aturan itu
secara teratur.
Sadarilah bahwa kontrol stimulus terhadap perilaku tidak akan berkembang jika
petunjuk tersebut.
11
Untuk mengajarkan individu bertindak di waktu tertentu, sajikan dorongan-
b. Ketika SA disajikan, buatlah perubahan dari SD yang sangat jelas dan ikutilah aturan-
aturan pemunahan bagi perilaku yang tidak diinginkan. Stimulus dapat mengontrol
pelatihan;
Perubahan apa pun di hal-hal ini dapat mengganggu kontrol Anda terhadap stimulus.
a. Jika perilaku muncul di tempat dan waktu yang benar di tingkat respons yang
diinginkan selama lusinan atau lebih kesempatan bagi munculnya perilaku tersebut,
dan jika ia tidak muncul di dalam hadirnya situasi-situasi SA, Anda mungkin mulai
BAB III
PENUTUP
12
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
13
Miltenberger, Raymond G. 2008. Behevior Modification; Principles and
Soekarno, Ir. Teori Belajar Perilaku 2.1 Teori Belajar Perilaku (Behavioristik).
14