Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGANTAR ILMU EKONOMI


Tentang Produksi Islam
Dosen Pengampu : Ibu Manjasari M.Si

DI SUSUN
OLEH
KELOMPOK 4

Adriansyah Simatupang 0506203223


Cai Siregar 0506203195
Ilham Rizky 0506202239
Lisa Ramahdani 0506203214
Muhammad Fauzan Effendi 0506203213
Muhammad Indra Pratama 0506203208
Rifaldi Dwi Syahputra 0506203180
Wulan Sari 0506203233

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

1
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDANT.A
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Berkat limpahan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bertajuk “Produksi Islam” dengan
lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu
ekonomi yang diampu oleh ibu Manjasari.

Dalam proses penyusunannya, tak lepas dari bantuan, arahan, dan masukan dari berbagai
pihak. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.

Meski demikian, kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan di dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi sehingga kami secara
terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Medan, Desember 2020

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................... 2

Daftar isi............................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... 4

a. Latar Belakang......................................................................... 4
b. Rumusan Masalah................................................................... 4
c. Tujuan Penulisanan................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 6

a. Pengertian Produksi............................................................... 6
b. Produksi dalam Pandangan Islam......................................... 6
c. Nilai-Nilai dalam Berproduksi................................................ 8
d. Konsep Produksi dalam Ekonomi Islam............................... 9
e. Tujuan Produksi dalam Ekonomi Islam............................... 10
f. Prinsip dan Kaidah Produksi dalam Islam.......................... 12
g. Faktor-Faktor Produksi dalam Islam.................................... 13
h. Norma Produksi dalam Islam............................................... 16
i. Perilaku Produsen Muslim................................................... 18

BAB III PENUTUP.............................................................................. 20

a. Kesimpulan............................................................................. 20
b. Saran....................................................................................... 21

Daftar Pustaka .................................................................................. 22

3
BAB 1
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Pandangan ini tersirat dari bahasan ekonomi yang dilakukan oleh Hasan Al
Banna. Beliau mengutip firman Allah SWT yang mengatakan: “Tidakkah kamu
perhatikan sesungguhnya Allah SWT telah menundukkan untuk kepentinganmu apa yang
dilangit dan apa yang dibumi dan menyempurnakan untuk mu nikmat-Nya lahir dan
bathin.” (QS. Luqman:20)
Semua sumber daya yang terdapat dilangit dan dibumi disediakan Allah SWT
untuk kebutuhan manusia, agar manusia dapat menikmatinya secara sempurna, lahir dan
batin, material dan spiritual. Apa yang diungkapkan oleh Hasan Al Banna ini semakin
menegaskan bahwa ruang lingkup keilmuan ekonomi Islam lebih luas dibandingkan
dengan ekonomi konvensional. Ekonomi Islam bukan hanya berbicara tentang pemuasan
materi yang bersifat fisik, tapi juga berbicara cukup luas tentang pemuasan materi yang
bersifat abstrak, pemuasan yang lebih berkaitan dengan posisi manusia sebagai hamba
Allah SWT.
Al-Qur'an juga telah memberikan tuntunan visi bisnis yang jelas yaitu visi bisnis
masa depan yang bukan semata-mata mencari keuntungan sesaat tetapi “merugikan”,
melainkan mencari keuntungan yang secara hakikat baik dan berakibat baik pula bagi
kesudahannya (pengaruhnya). Salah satu aktivitas bisnis dalam hidup ini adalah aktifitas
produksi.

b. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan produksi secara umum?
2) Apa yang dimaksud dengan produksi dalam pandangan Islam?
3) Apa nilai-nilai dalam berproduksi?
4) Bagaimana konsep produksi dalam ekonomi Islam?
5) Apa tujuan Produksi menurut Islam?
6) Apa prinsip dan Kaidah produksi dalam Islam?
7) Apa saja faktor-faktor produksi dalam Islam?

4
8) Apa saja norma Produksi dalam Islam?
9) Bagaimana perilaku seorang produsen muslim?

c. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:


1) Mengetahui tentang pengertian Produksi dalam Islam.
2) Mengetahui tentang konsep produksi islam.
3) Mengetahui tujuan dan prinsip produksi dalam ekonomi Islam.
4) Mengetahui tentang kaidah produksi islam.
5) Mengetahui apa saja faktor dalam produksi islam.
6) Mengetahui norma dan perilaku seorang produsen muslim.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PRODUKSI SECARA UMUM

Produksi adalah suatu proses mengubah bahan baku menjadi barang jadi atau
menambah nilai suatu produk (barang dan jasa) agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pelaku kegiatan produksi ini disebut dengan istilah produsen (baik itu individu
maupun organisasi), sedangkan barang yang dihasilkan disebut dengan produk (barang atau
jasa).

Secara etimologis, kata “Produksi” berasal dari bahasa Inggris, yaitu “To


Produce” yang artinya menghasilkan. Jadi, arti kata produksi adalah suatu kegiatan
menghasilkan atau menambah nilai guna suatu barang atau jasa melalui proses tertentu.

Semua produk, baik itu barang atau jasa, yang dikonsumsi oleh masyarakat setiap
harinya berawal dari proses produksi. Setelah proses produksi, ada beberapa tahapan lagi
sebelum akhirnya produk yang dihasilkan sampai ke konsumsi untuk digunakan.

B. PRODUKSI DALAM PANDANGAN ISLAM

Dalam Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk mengkonsumsi sendiri


atau dijual ke pasar. Dua motivasi itu tidak cukup, sebab masih terbatas pada fungsi ekonomi.
Islam secara khas menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus pula mewujudkan
fungsi sosial. Hal ini tercermin dalam QS. Al-hadiid (57): 7 yang artinya: “Percayalah kamu
sekalian kepada Allah beserta para rasul-Nya dan juga nafkahkanlah sebagian dari
kekayaanmu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang
beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari kekayaannya memperoleh pahala
yang besar.” QS: Al-hadiid (57): 7.

6
Sebagai modal dasar berproduksi, Allah telah menyediakan bumi beserta isinya bagi
manusia, agar diolah untuk kemaslahatan bersama seluruh umat. Hal itu terdapat dalam surat
Al-Baqarah ayat 22: “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan dia menjatuhkan air (hujan) dari langit, kemudian dia memperoleh dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, sedangkan kamu Mengetahuinya”. (QS: Al-Baqarah:
22).

Aturan-aturan produksi dalam islam diantaranya sebagai berikut ini:

1. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
2. Mencegah kerusakan dimuka bumi, termasuk mengatasi polusi, memelihara
keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.
3. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta
mencapai kesejahteraan. Kebutuhan yang wajib dipenuhi dalam prioritas yang
ditetapkan agama, adalah terkait dengan kebutuhan untuk tegaknya akidah/agama,
terpeliharanya nyawa, akal dan keturunan/kehormatan, dan untuk kemakmuran
material.
4. Produkksi menurut Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat. Untuk
itu hendaknya umat memiliki berbagai keahlian, kemampuan dan fasilitas yang
memungkinkan terpenuhinya kebutuhan sprituak dan material.
5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual maupun mental
dan fisik.

Menurut Siddiqi Produksi yang Islami (1992) yaitu penyediaan barang dan jasa
dengan memperhatikan nilai-nilai keadilan dan kebijakan serta manfaat (mashlahah) bagi
masyarakat. Dalam pandangannya, sepanjang produsen telah bertindak adil serta membawa
kebijakan bagi masyarakat maka ia telah bertindak Islami. Produksi juga mata rantai
konsumsi, dengan cara menyediakan barang dan jasa yang merupakan kebutuhan konsumen.
Produsen, sebagai mana konsumen, bertujuan untuk memperoleh maslahah maksimum
melalui aktifitasnya. Oleh karena itu, produsen dalam persepektif islam bukanlah seorang
pemburu laba maksimal melainkan pemburu maslahah. Ekpresi maslahah dalam kegiatan
produksi yaitu keuntungan dan berkah sehingga produsen akan menenukan kombinasi antara
bekah dan keuntungn yang memberikan maslahah.

7
Oleh karena itu, tujuan produsen tidak hanya laba, tetapi pertimbangan produsen juga
bukan semata pada hal yang bersifat sumber daya yang memiliki hubungan teknis denga
output, namun juga pertimbangan kandungan berkah (nin teknis) yang ada pada sumber daya
maupun output. Misalnya untuk menghasilkan baju diperlukan kain, benang, tenaga kerja,
dan mesin jahit, produsen tidak hanya memikirkan beberapa meter kain dan benang yang
diperlukan agar labanya maksimal, namun juga memprtimbangkan jenis kain dan benang apa
dan dibeli dengan harga berapa, berapa tenaga kerja yang diperlukan, berapa baju yang akan
dibuat agar maslahah mencapai maksimal.

C. NILAI-NILAI ISLAM DALAM BERPRODUKSI


Upaya produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat terwujud
apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai islam. Dengan kata lain, seluruh kegiatan
produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang islami. Metwally mengatakan,
“perbedaan dari perusahan-perusahan non muslim  tak hanya pada tujuannya, tetapi juga pada
kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya.

Nilai-nilai islam yng relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai utama
dalm ekonomi islam, yaitu: khilafah, adil, dan takaful.secara lebih rinci nilai-nilai islam
dalam produksi meliputi:

1.      Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat;


2.      Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal;
3.      Memenuhi takran, ketepatan, kelugasan dan kebenaran;
4.      Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis;
5.      Memuliakan prestasi/produktifitas;
6.      Mendorong ukhuwah antarsesama pelaku ekonomi;
7.      Menghormati hak milik individu;
8.      Mengikuti syarta sah dan rukun akad/transaksi;
9.      Adil dalam bertransaksi;
10.  Memiliki wawasan social;
11.  Pembayaran upah tepat waktu dan layak;
12.  Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalm islam.

8
Penerapan nilai-nilai diatas dalam produksi tidak saja akan mendatangkan keuntungan
bagi produsen, tetapi sekaligus mendatangkan berkah. Kombinasi keuntungan dan berkah
yang diproleh oleh produsen merupakan satu mashlahah yang akan member kontribusi bagi
tercapinya falah. Dengan cara ini, maka produsen akan memperoleh kebahagiaan hakiki,
yaitu kemuliaan tidak saja di dunia tetapi juga diakhirat.

D. KONSEP PRODUKSI MENURUT EKONOMI ISLAM


Al-Qur’an menggunakan konsep memproduksi barang dalam arti yang lebih luas. Al-
Qur’an menekankan pada manfaat barang yang diproduksi. Memproduksi barang harus
memiliki keterkaitan dengan kebutuhan manusia. Artinya, melalui proses produksi barang
yang dihasilkan bukan hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia, produksi harus
berorentasi pada manfaat dan maslahah.. Produksi adalah proses yang telah ada di bumi ini
sejak manusia mendiami planet ini. Produksi adalah prinsip kelangsungan hidup dan
peradaban manusia dan bumi.

Teori Produksi dalam Ekonomi Islam


Beberapa ekonom Islam menggambarkan produksi sebagai berikut:

 Menurut Karf (1992), kegiatan produksi dalam perspektif Islam adalah upaya manusia untuk
memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya tetapi juga moralitas, untuk mencapai
tujuan hidup yang dituangkan dalam Islam, kebahagiaan di dunia, dan akhirat.

 Menurut Rahman (1995), ia menekankan pentingnya keadilan dan pemerataan dalam


produksi (pemerataan produksi).

 Menurut Al Haq (1996) tujuan produksi untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa adalah
fardhu kifayah yang merupakan kebutuhan banyak orang menjadi wajib.

Produksi adalah proses mengubah bahan mentah menjadi barang jadi yang siap
dimanfaatkan. Untuk mengolah bahan baku tentunya dibutuhkan faktor lain seperti modal,
tenaga kerja, dan teknologi. Dalam Islam proses produksi ditambah dengan satu faktor lagi
yaitu faktor “Berkah”. Mengenai konsep produksi ini, Allah telah mengaturnya dalam Al-
Qur’an yang tertuang dalam beberapa Surat. Dalam Surah Hud ayat 37 sebagai berikut:

َ ُ‫ ِإ نَّ ُه ْم ُم ْغ َر ق‬Dۚ ‫ِين ظَ لَ ُم وا‬


‫ون‬ َّ ‫َِأع يُ نِنَ ا و و ْح يِنَ ا و اَل خُتَ اطِ ْب يِن يِف‬
َ ‫ال ذ‬ َ ََ ْ ‫ك ب‬َ ‫اص نَ ِع الْ ُف ْل‬
ْ ‫َو‬

9
“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu
bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan
ditenggelamkan”

Surat ini menceritakan tentang perintah Allah kepada Nuh untuk membuat kapal,
artinya ada proses produksi dengan memanfaatkan sumber daya alam, dimana kapal tersebut
akan digunakan oleh Nuh dan pengikutnya untuk berlayar dan menyelamatkan diri. Tujuan
jangka pendek pembangunan kapal adalah untuk dapat mengarungi lautan sedangkan tujuan
jangka panjang adalah untuk menyelamatkan nabi Nuh dan para pengikutnya dari bencana.
Jadi dalam konsep Islam produksi memiliki tujuan jangka pendek yaitu tujuan dunia
sedangkan tujuan jangka panjang adalah tujuan akhirat.

Produksi juga dijelaskan dalam Surat al-Hadid ayat 25 sebagai berikut:

Dَ‫د‬D ‫ ي‬D‫ ِد‬D‫ َح‬D‫ ْل‬D‫ ا‬D‫ ا‬DDَ‫ ن‬D‫ ْل‬D‫ز‬Dَ D‫ َأ ْن‬D‫ َو‬Dۖ D‫ط‬ Dْ Dِ‫ ق‬D‫ ْل‬D‫ ا‬Dِ‫ ب‬D‫س‬
Dِ D ‫س‬D Dُ D‫ ا‬Dَّ‫ن‬D‫ل‬D‫ ا‬D‫ َم‬D‫ و‬DDُ‫ ق‬Dَ‫ ي‬Dِ‫ ل‬D‫ن‬Dَ D‫ ا‬D‫ز‬Dَ D‫ ي‬D‫ ِم‬D‫ ْل‬D‫ ا‬D‫ َو‬D‫ب‬
Dَ D‫ ا‬Dَ‫ ت‬D‫ ِك‬D‫ ْل‬D‫ ا‬D‫ ُم‬Dُ‫ ه‬D‫ َع‬D‫ َم‬D‫ ا‬Dَ‫ ن‬D‫ ْل‬D‫ز‬Dَ D‫ َأ ْن‬D‫ َو‬D‫ت‬
ِ D‫ ا‬Dَ‫ ن‬DِّD‫ ي‬Dَ‫ ب‬D‫ ْل‬D‫ ا‬Dِ‫ ب‬D‫ ا‬Dَ‫ ن‬Dَ‫ ل‬D‫ ُس‬D‫ ُر‬D‫ ا‬Dَ‫ ن‬D‫ ْل‬D‫ َس‬D‫ر‬Dْ ‫ َأ‬D‫ ْد‬Dَ‫ ق‬Dَ‫ل‬
D‫ ٌز‬D‫ ي‬D‫ ِز‬D‫ َع‬DٌّD‫ ي‬D‫ ِو‬Dَ‫ ق‬Dَ ‫ هَّللا‬D‫ ِإ َّن‬Dۚ D‫ب‬ ِ D‫ ْي‬D‫ َغ‬D‫ ْل‬D‫ ا‬Dِ‫ ب‬Dُ‫ ه‬Dَ‫ ل‬D‫ ُس‬D‫ ُر‬D‫ َو‬Dُ‫ ه‬D‫ ُر‬D‫ص‬ ُ D‫ ْن‬Dَ‫ ي‬D‫ن‬Dْ D‫ َم‬Dُ ‫ هَّللا‬D‫ َم‬Dَ‫ ل‬D‫ ْع‬Dَ‫ ي‬Dِ‫ ل‬D‫و‬Dَ D‫س‬ ِ D‫ ا‬Dَّ‫ن‬D‫ ل‬Dِ‫ ل‬D‫ ُع‬Dِ‫ف‬D‫ ا‬Dَ‫ ن‬D‫ َم‬D‫ َو‬D‫ ٌد‬D‫ ي‬D‫ ِد‬D‫ َش‬D‫س‬ Dٌ ‫ ْأ‬Dَ‫ ب‬D‫ ِه‬D‫ ي‬Dِ‫ف‬

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat
kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan
besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya
padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”

Dari ayat tersebut terdapat makna bahwa Allah menciptakan besi dimana besi
merupakan bahan baku pembuatan alat-alat perang aat itu dan untuk masa sekarang tentunya
besi tersebut dapat digunakan sebagai perabot rumah tangga maupun sebagai alat pertanian,
yang mana tentunya semua itu dibutuhkan oleh seorang manusia. Dalam surah ini juga
disebutkan tentang keadilan yang harus dilakukan oleh manusia yang artinya manusia harus
hidup dengan baik dan adil serta mengikuti apa yang diperintahkan Allah, dan menghindari
apa yang dilarang oleh Allah.

10
E. TUJUAN PRODUKSI DALAM EKONOMI ISLAM
Produksi dalam perspektif Islam tidak hanya berorientasi pada keuntungan yang
sebesar-besarnya, meskipun mencari keuntungan tidak dilarang. Dalam ilmu ekonomi Islam,
tujuan utama produksi adalah keseimbangan antara keuntungan individu dan masyarakat.
Islam menerima motif produksi sebagai motif dalam sistem ekonomi konvensional, namun
Islam menambahkan nilai moral pada utilitas ekonomi. Dengan kata lain, selain produksi
dimaksudkan untuk mendapatkan kemanfaatan, juga untuk memperbaiki kondisi jasmani –
materi spiritual – akhlak manusia sebagai media kehidupan untuk mencapai tujuan hidup
yang dituangkan dalam Islam, adalah kebahagiaan akhirat. Kegiatan produksi halal harus
dilakukan dengan cara yang tidak membahayakan kehidupan masyarakat.

Tujuan produksi dalam Islam tidak lepas dari tujuan penciptaan dan turunnya manusia
ke bumi, sebagai Khalifah Allah di muka bumi yang tertuang dalam Surat Al Baqarah: 30:

ُ Dِ‫ ف‬D ‫س‬D


D‫ك‬ Dِ D‫ ْف‬Dُ‫ ي‬D‫ن‬Dْ D‫ َم‬D‫ ا‬DDَ‫ه‬D‫ ي‬Dِ‫ ف‬D‫ ُل‬DD‫ َع‬D‫ج‬Dْ Dَ‫ َأ ت‬D‫ا‬D‫ و‬Dُ‫ل‬D‫ ا‬DDَ‫ ق‬Dۖ Dً‫ ة‬DDَ‫ف‬D‫ ي‬Dِ‫ ل‬D‫ َخ‬D‫ض‬
Dْ Dَ‫ ي‬D‫ َو‬D‫ ا‬DDَ‫ه‬D‫ ي‬Dِ‫ ف‬D‫ ُد‬D ‫س‬D ِ D‫ر‬Dْ ‫َأْل‬D‫ ا‬D‫ ي‬Dِ‫ ف‬D‫ل‬Dٌ D‫ ِع‬D‫ ا‬D‫ َج‬D‫ ي‬Dِّ‫ ِإ ن‬D‫ ِة‬DD‫ اَل ِئ َك‬D‫ َم‬D‫ ْل‬Dِ‫ ل‬D‫ك‬ َ DُّD‫ ب‬D‫ر‬Dَ D‫ل‬Dَ D‫ ا‬DDَ‫ ق‬D‫ ِإ ْذ‬D‫و‬Dَ
D‫ َن‬D‫ و‬D‫ ُم‬Dَ‫ ل‬D‫ ْع‬Dَ‫ اَل ت‬D‫ ا‬D‫ َم‬D‫ ُم‬Dَ‫ ل‬D‫ َأ ْع‬D‫ ي‬Dِّ‫ ِإ ن‬D‫ َل‬D‫ ا‬Dَ‫ ق‬Dۖ D‫ك‬
َ Dَ‫ ل‬D‫س‬
Dُ DِّD‫ د‬Dَ‫ ق‬Dُ‫ ن‬D‫ َو‬D‫ك‬
َ D‫ ِد‬D‫م‬Dْ D‫ح‬Dَ Dِ‫ ب‬D‫ ُح‬DِّD‫ ب‬D‫ َس‬Dُ‫ ن‬D‫ن‬Dُ D‫ح‬Dْ Dَ‫ ن‬D‫ َو‬D‫ َء‬D‫ ا‬D‫ َم‬DِّD‫د‬D‫ل‬D‫ا‬

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui".

Dan juga surat al-Hud:61:

Dَ D‫ َأ ْن‬D‫ َو‬DDُD‫ ه‬Dۖ Dُ‫ ه‬D‫ ُر‬DDْD‫ ي‬D‫ َغ‬D‫ ٍه‬DDDَ‫ ِإ ٰل‬D‫ن‬Dْ D‫ ِم‬D‫ ْم‬D‫ ُك‬Dَ‫ ل‬D‫ ا‬DDD‫ َم‬Dَ ‫ هَّللا‬D‫ا‬D‫ و‬D‫ ُد‬DDُD‫ ب‬D‫ع‬Dْ D‫ ا‬D‫م‬Dِ D‫و‬Dْ DDDَ‫ ق‬D‫ ا‬DDDَ‫ ي‬D‫ل‬Dَ D‫ ا‬DDDَ‫ ق‬Dۚ D‫ ا‬D‫ ًح‬Dِ‫ل‬D‫ ا‬DD‫ص‬
D‫ َن‬D‫ ِم‬D‫ ْم‬D‫ َأ ُك‬DD‫ش‬D Dَ D‫ ْم‬Dُ‫ه‬D‫ ا‬DDَD‫ َأ خ‬D‫ َد‬D‫ و‬DDD‫ ُم‬Dَ‫ ث‬D‫ى‬Dٰ Dَ‫ ِإ ل‬D‫ َو‬D۞
D‫ب‬ٌ D‫ ي‬D‫ ِج‬D‫ ُم‬D‫ب‬ ِ D‫ر‬Dْ ‫َأْل‬D‫ا‬
Dٌ D‫ ي‬D‫ ِر‬Dَ‫ ق‬D‫ ي‬DِّD‫ ب‬D‫ َر‬D‫ ِإ َّن‬Dۚ D‫ ِه‬D‫ ْي‬Dَ‫ ِإ ل‬D‫ا‬D‫ و‬Dُ‫ب‬D‫ و‬Dُ‫ ت‬D‫ َّم‬Dُ‫ ث‬Dُ‫ه‬D‫ و‬D‫ر‬Dُ Dِ‫ ف‬D‫ ْغ‬Dَ‫ ت‬D‫ ْس‬D‫ ا‬Dَ‫ ف‬D‫ ا‬Dَ‫ه‬D‫ ي‬Dِ‫ ف‬D‫ ْم‬D‫ ُك‬D‫ر‬Dَ D‫ َم‬D‫ ْع‬Dَ‫ ت‬D‫ ْس‬D‫ ا‬D‫و‬Dَ D‫ض‬

“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu
dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya,

11
kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya)".

Artinya manusia diberi amanah untuk memakmurkan bumi atau diharapkan manusia
ikut campur dalam proses mengubah dunia dari apa adanya menjadi seperti seharusnya.
Karenanya, mereka harus melakukan berbagai kegiatan termasuk berbagai bidang ekonomi
termasuk produksi.

Tujuan produksi dalam perspektif fikih menurut Ibnu Ahmad (2010:62) antara lain :

 Mewujudkan keuntungan seoptimal mungkin


 Mewujudkan kecukupan individu dalam keluarga
 Tidak mengandalkan orang lain
 Melindungi harta dan mengembangkannya
 Mengekplorasi sumber ekonomi dan menggunakannya untuk dimanfaatkan
 Pembebasan dari belenggu taqlid ekonomi

F. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

Menurut Yusuf Qardhawi, faktor produksi utama menurut Al-Qur’an adalah alam dan
hasil kerja manusia. Produksi merupakan perpaduan harmonis antara alam dan manusia.
Alam adalah kekayaan yang Allah ciptakan untuk kemaslahatan manusia, Dia
menaklukkannya untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan manusia. Kerja adalah segala
kemampuan dan keikhlasan yang dimobilisasi oleh manusia, baik lahir maupun batin, untuk
mengolah kekayaan alam untuk kepentingannya. Modal tidak dimasukkan sebagai salah satu
faktor produksi karena modal merupakan salah satu bentuk sarana dan prasarana yang
merupakan hasil kerja. Modal adalah pekerjaan yang disimpan.

Dalam Al-Qur’an, kisah penciptaan Adam digambarkan antara lain dalam Surah al-
Baqarah ayat 30 dan 31 yang artinya: “Dan [sebutkan, ya Muhammad], ketika Tuhanmu
berkata kepada para malaikat,” Sungguh , Aku akan menjadikan bumi sebagai otoritas
berturut-turut. “Mereka berkata,” Apakah Engkau akan menempatkan di atasnya orang yang
menyebabkan kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah, sementara kami menyatakan

12
pujian dan menyucikan Engkau? “Allah berkata,” Sungguh, aku tahu apa yang Anda tidak
tahu. “Dan Dia mengajari Adam nama – semuanya”

Dari uraian di atas, sains juga merupakan faktor produksi terpenting dalam pandangan
Islam. Teknik produksi, mesin, dan sistem manajemen adalah hasil, pengetahuan, dan
pekerjaan. Dalam pandangan Baqir Sadr (1979), ilmu ekonomi dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu: 1. Filsafat ekonomi; 2. Ilmu ekonomi. Perbedaan antara ekonomi Islam dan
ekonomi konvensional terletak pada filosofi ekonominya, bukan pada ilmu ekonominya.
Filsafat ekonomi memberikan ruh berfikir berdasarkan nilai-nilai Islam dan batasan syariah,
sedangkan ilmu ekonomi berisi alat analisis ekonomi yang dapat digunakan. Dengan
kerangka pemikiran tersebut maka faktor produksi dalam perekonomian Islam sama dengan
faktor produksi dalam perekonomian konvensional, yang secara umum dapat dinyatakan
dalam:

Faktor Produksi Sumber Daya Manusia


Allah memberikan ilmu kepada manusia sebagai faktor terpenting dalam produksi. Baik
berupa teknik produksi maupun sistem manajemen. Faktor Sumber Daya Manusia dijelaskan
dalam Surat Al-Baqarah; 31:

Dَ D‫ ْم‬Dُ‫ ت‬D‫ ْن‬D‫ ُك‬D‫ن‬Dْ ‫ ِإ‬D‫ء‬Dِ ‫ ُؤ اَل‬Dَ‫ه‬Dٰ D‫ ِء‬D‫ ا‬D‫ َم‬D‫ َأ ْس‬Dِ‫ ب‬D‫ ي‬Dِ‫ن‬D‫ ُئ و‬Dِ‫ ب‬D‫ َأ ْن‬D‫ل‬Dَ D‫ ا‬Dَ‫ ق‬Dَ‫ ف‬D‫ ِة‬D‫ اَل ِئ َك‬D‫ َم‬D‫ ْل‬D‫ ا‬D‫ ى‬Dَ‫ ل‬D‫ َع‬D‫ ْم‬Dُ‫ ه‬D‫ض‬
D‫ َن‬D‫ ي‬Dِ‫ ق‬D‫ ِد‬D‫ ا‬D‫ص‬ Dَ D‫ر‬Dَ D‫ َع‬D‫ َّم‬Dُ‫ ث‬D‫ ا‬Dَ‫ ه‬Dَّ‫ ل‬D‫ ُك‬D‫ َء‬D‫ ا‬D‫ َم‬D‫َأْل ْس‬D‫ ا‬D‫ َم‬D‫ َد‬D‫ آ‬D‫ َم‬Dَّ‫ ل‬D‫ َع‬D‫َو‬

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian


mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

Faktor Produksi Sumber Daya Alam (Lahan)


Allah telah menciptakan manusia untuk bekerja pada Faktor Sumber Daya Manusia yang
dijelaskan dalam Surah Hud: 61:

Faktor Produksi Modal

13
Allah telah menciptakan hasil bumi sebagai modal dasar produksi sebagaimana tertuang
dalam Surah Al Baqarah: 22:

ِ D‫ ا‬D‫ َر‬DD‫ َم‬Dَّ‫ث‬D‫ل‬D‫ ا‬D‫ن‬Dَ D‫ ِم‬D‫ ِه‬DDِ‫ ب‬D‫ َج‬D‫ر‬Dَ D‫خ‬Dْ ‫ َأ‬Dَ‫ ف‬D‫ ًء‬D‫ ا‬D‫ َم‬D‫ ِء‬D‫ ا‬D‫ َم‬DَّD‫س‬D‫ل‬D‫ ا‬D‫ن‬Dَ D‫ ِم‬D‫ َل‬D‫ َز‬D‫ َأ ْن‬D‫ َو‬D‫ ًء‬D‫ ا‬Dَ‫ ن‬Dِ‫ ب‬D‫ َء‬D‫ ا‬D‫ َم‬DَّD‫س‬D‫ل‬D‫ ا‬D‫و‬Dَ D‫ ا‬D‫ ًش‬D‫ ا‬D‫ر‬Dَ Dِ‫ ف‬D‫ض‬
D‫ ا‬D Dً‫ ق‬D‫ز‬Dْ D‫ ِر‬D‫ت‬ Dَ D‫ر‬Dْ ‫َأْل‬D‫ ا‬D‫ ُم‬D‫ ُك‬Dَ‫ ل‬D‫ل‬Dَ D‫ َع‬D‫ َج‬D‫ ي‬D‫ ِذ‬Dَّ‫ل‬D‫ا‬
D‫ َن‬D‫ و‬D‫ ُم‬Dَ‫ ل‬D‫ ْع‬Dَ‫ ت‬D‫ ْم‬Dُ‫ ت‬D‫ َأ ْن‬D‫ َو‬D‫ ا‬D‫ ًد‬D‫ ا‬D‫ َد‬D‫ َأ ْن‬Dِ ‫ هَّلِل‬D‫ا‬D‫ و‬Dُ‫ ل‬D‫ َع‬D‫ج‬Dْ Dَ‫ اَل ت‬Dَ‫ ف‬Dۖ D‫م‬Dْ D‫ ُك‬Dَ‫ل‬

“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-
buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui.”

G. PRINSIP DAN KAIDAH PRODUKSI

Dalam ekonomi islam, terdapat beberapa prinsip dalam melakukan produksi, diantaranya
adalah sebagai berikut :

1. Prinsip Tauhid
Produksi dalam ekonomi islam haruslah berlandaskan ketuhanan. Tujuan ekonomi
dan produksi ini adalah membantu manusia mendekatkan diri dengan tuhannya. Prinsip
tauhid adalah landasan fundamental dalam ajaran agama islam.

Dan berdasarkan prinsip inilah, bahwa produsen tidak boleh melanggar batas, aturan,
hukum dan aktifitas produksi yang melampaui batas. Prinsip ini mengajarkan bahwa manusia
dibebaskan dari belenggu materialistik namun secara mutlak tidak ditolak.

Apa yang dihasilkan dari produksi ini, adalah memberikan barang dan jasa yang baik
dan halal. Sumber modal pun berasal dari dana yang halal, terbebas dari proses ribawi,
gharar, maisir dan riswah. Selain itu sebagai pemilik perusahan, harus juga memperhatikan
hak hak karyawannya

2. Prinsip kemanusiaan
Prinsip kemanusiaan pertama adalah kewajiban manusia dalam menyembah Allah dan
memakmurkan bumi. Kemudian adanya perbedaan kapasitas diantara manusia, yang menjadi
ujian untuk meningkatkan kemampuan masyarakat.

14
Akibatnya, kegiatan produksi tidak hanya berorientasi terhadap profit, akan tetapi
juga memperhatikan kualitas masyarakat, mengabdi kepada Allah, memberikan manfaat
sebesar-besarnya kepada manusia dan alam.  Kemudian produksi bisa saling membantu atau
bekerja sama berlandaskan kepentingan masing-masing yang tidak melanggar aturan

Sehingga, kegiatan produksi diarahkan untuk kesejahteraan bersama, mengelola


sumber daya menjadi hak setiap manusia, produksi sebagai manifestasi ketundukan kepada
Pencipta, dan meningkatkan kesejahteraan bersama yang berbasis kemanusiaan

3. Prinsip Keadilan
Al-‘Adl merupakan sikap tidak berat sebelah, berlaku sama dengan siapa pun. Prinsip
ini akan meningkatkan kapasitas produksi, dengan tujuan mempebesar volume kesejahteraan
manusia secara umum.

Konsep keadilan dalam islam bersifat distributif, yaitu pihak yang terlibat
mendapatkan porsi kesejahteraan sesuai input yang diberikan dan juga hak masyarakat atau
konsumen sebagai stakeholder juga harus dipenuhi produsen

4. Prinsip Kebaikan
Prinsip al-maslahah merupakan prinsip yang mengajarkan bahwa manusia harus
melakukan sebanyak mungkin kebaikan dalam hidupnya. Dalam dimensi vertikal, berarti
berupa perintah langsung dari pencipta, dan dalam dimensi horizontal yaitu bagaimana
melakukan hal baik terhadap sesama mahluk hidup

Dalam menerapkan prinsip ini, produsen tidak bisa sesuka hati mengekploitasi dan
mengekplorasi sumber daya alam, terutama yang berkaitan langsung dengan hajat hidup
orang banyak. Produksi yang dilakukan haruslah berkesinambungan dan memberikan
kebaikan bagi sekitar

5.Prinsip Kebebasan Dan Tanggung Jawab

Islam mengakui dan menghargai kebebasan manusia karena penciptaan manusia


memiliki tujuan yang jelas (QS. Ali Imran : 190-191) yaitu tidak tunduk pada apapun selain
Allah SWT (QS. Luqman : 32).

15
Dalam kegiatan produksi, prinsip kebebasan dan tanggung jawab bersifat inheren.
Kegiatan produksi mengambil manfaat, mengeksplorasi, dan mengelola sumber daya
ekonomi disertai larangan merusak dan bertanggung jawab untuk melestarikannya. Hal ini
menandakan bahwa prinsip kebebasan dan tanggung jawab bermakna untuk menjadi manusia
yang berkualitas maka setiap perbuatan bebas manusia harus mengandung implikasi moral
dan psikologis yaitu tanggung jawab kepada diri sendiri, masyarakat dan Tuhannya.

            Adapun kaidah-kaidah berproduksi dalam islam diantaranya adalah:

1. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap proses produksi,
2. Mencegah kerusakan dimuka dibumi, termasuk membatasi polusi, memelihara
keserasian dan ketersediaan sumber daya alam,
3. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyrakat serta
mencapai kesejahteraan,
4. Produksi dalam islam tidak dapat terpisahkan dari tujuan kemandirian umat, serta
5. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia baik kualitas spiritual maupun
mental dan fisik.

H. NORMA PRODUKSI DALAM ISLAM

Dalam Islam, seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal
yang Islami. Nilai-nilai moral itulah yang kemudian membuat sistem ekonomika Islam lebih
berpihak pada kesejahteraan masyarakan secara umum. Seperti yang dikatakan Mannan
bahwa produksi dalam Islam haruslah memenuhi criteria objektif yang dinilai uang, juga
criteria subjektif yang dinilai dengan adanya etika dalam berproduksi.

Yusuf Qardhawi paling tidak membagi pembahasan terkait dengan norma menjadi beberapa
pembahasan yakni:

1) Peringatan Allah akan kekayaan Alam

Allah telah menciptakan kekayaan alam untuk manusia dengan berbagai macam jenis.
Pertama, lapisan bumi dengan unsur yang berbeda-beda, berupa lapisan udara atau berbagai
jenis gas. Kedua, lapisan kering, yang terdiri dari debu, bebatuan, dan barang tambang.

16
Ketiga, lapisan air. Keempat, lapisan tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam yang terdiri
dari ilalang dan hutan belukar. Juga kekayaan laut, baik yang terdapat ditepi pantai atau
dilautan luas.

Jika kita renungkan didalam Al-qur’an, maka kita akan mendapatkan bahwa ia menganjurkan
kepada kita untuk menggunakan sumber-sumber kekayaan alam. Al-qur’an merangsang akal
kita mengarahkan pandangan kita kepada dunia yang dikelilingi oleh air, udara lautan,
sungai,tumbuh-tumbuhan, hewan dan benda mati; matahari dan bulannya, malam dan
siangnya. Semua itu diciptakan untuk diambil manfaatnya oleh umat maniusia.

Memanfaatkan Kekayaan Alam Tergantung Pada Ilmu dan Amal

a. Ilmu atau Sains

Al-qur’an menjelaskan bahwa memanfaatkan itu semua terfokus dalam dua hal. Pertama,
ilmu atau sains yang berdiri diatas fondasi rasio dan akal budi. Melalui akal budi ini, Allah
membedakan manusia dari hewan. Yang dimaksud dengan sains disini adalah spesialisasi
dalam berbagai disiplin ilmu.Buktinya adalah firman Allah:” Tidaklah kamu melihat
bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit.”

b. Kerja

Ilmu tidak bermanfaat kalau tidak dipraktekkan dengan bekerja. Bekerja dibutuhkan bukan
hanya sekali waktu, tetapi terus-menerus. Bekerja dibutuhkan untuk menghasilkan sesuatu
yang terbaik dan untuk mencapai karunia Allah.”Apabila telah menunaikan shalat maka
bertebaranlah dimuka bumi dan carilah karunia Allah.” Bekerja dalam Islam adalah suatu
kewajiban bagi mereka yang mampu. Tidak dibenarkan bagi seorang muslim berpangku
tangan dengan alasan mengkhususkan waktu untuk beribadah kepada Allah atau bertawkkal.
Dan Islam sangat mengagungkan bekerja, dan memasukkannya sebagai bagian daripada
ibadah. Disisi lain, pekerjaan dikategorikan sebagai jihadjika diniatkan dengan ikhlas dan
diiringi dengan ketekunan dan ihsan.

2) Bekerja Sendi Utama Produksi

Para ahli ekonomi menetapakan bahwa produksi terjadi lewat peranan tiga atau empat unsur
yang saling berkaitan yaitu alam, modal, dan bekerja. Sebagian ahli lain menambahkan unsur
disiplin. Para ekonom muslim berbeda pendapat tentang apa yang ditetapkan islam dari
unsur-unsur ini. Sebagian dari mereka menghapuskan salah satu dari empat unsur itu

17
berdasrkan teori, pertimbangan, dan hasil penelitian mereka. Menurut penulis, jauh dari
pembagian yang dilakukan oleh para ekonom kapitalis pembagian diatas berperan dalam
proses produksi tetapi unsur yang terutama adalah alam dan bekerja.

Produktivitas timbul dari gabungan kerja antara manusia dan kekayaan bumi. Bumi adlah
tempat membanting tulang dan manussia bekerja diatasnya. Adapun unsur lain seperti
disiplin tidak lebih dari pada strategi dan pengawasan, sementara modal tidak lebih daripada
aset, baik berbentuk alat ataupun bangunan yang semuanya merupakan hasil kerja manusia.
Dalam hal ini, produksi dapat dilihat dari dua segi yaitu, segi teknis ekonomi dan segi
normative. Pandangan islam tentang produksi adalah menyangkut aspek normatif. Dalam
Islam, sebagaimana terlihat dalam Al-qur’an terdapat ajaran tentang dorongan dan tujuan
produksi, yaitu mendorong umat manusia khususnya umat Islam untuk bekerja dan
memproduksi segala hal keperluan hidup mereka agar dapat hidup makmur dan sejahtera

Tujuan Diwajibkannya Bekerja

a. Untuk Mencukupi Kebutuhan Hidup.

b. Untuk Kemaslahatan Keluarga

c. Untuk Kemaslahatan Masyarakat

d. Hidup Untuk Kehidupan dan Untuk Semua yang Hidup

e. Bekerja untuk Memakmurkan

3) Berproduksi Dalam Lingkaran Yang Halal

Prinsip etika dalam produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim baik individu
maupun komunitas adalah berpegang pada semua yang dihalalkan Allah dan tidak melampaui
batas. Pada dasarnya produsen dalam tatanan ekonomi konvensional tidak mengenal istilah
halal dan haram. Yang menjadi prioritas kerja mereka adalah memenuhi keinginan pribadi
dengan mengumpulkan laba, harta dan uang. Ia tidak memikirkan apakah yang diproduksinya
berbahaya atau tidak, bermanfaat atau tidak, baik atau buruk, etis atau tidak etis.

Adapun sikap seorang muslim sangat bertolak belakang. Ia tidak boleh menanam apa-apa
yang diharamkan seperti poppy yang diperoleh dari buah opinium, demikian pula cannabis
atau heroin. Seorang muslim tidak boleh menanam segala jenis tumbuhan yang menurut
WHO, sains, dan hasil riset berbahaya bagi manusia.

18
4) Dalam Produksi harus ada perlindungan Kekayaan Alam

Etika yang terpenting adalah menjaga sumber daya alam karena ia merupakan nikmat dari
Allah kepada hambaNya. Setiap hamba wajib mensyukurinya dan slah satu cara mensyukuri
nikmat adalah dengan menjaga sumber daya alam dari polusi, kehancuran, atau kerusakan. “
Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah Allah memperbaikinya.”

Ekonomi Islam sangat menganjurkan dilaksanakan aktivitas produksi dan mengembankanya,


baik segi kualitas maupun kuantitas. Ekonomi islam tidak rela jika tenaga manusia atau
komoditi terlantar begitu saja. Islam menghendaki semua tenaga dikerahkan untuk
meningkatkan produktivitas lewat itqan (ketekunan) yang diridhai oleh Allah atas segala
sesuatunya.

Tujuan lain dari produksi ialah memenuhi target swasembada masyarakat. Dengan kata lain
masyarakat harus memiliki kemampuan pengalaman, serta metode untuk memenuhi
kebutuhannya, baik material ataupun spiritual, sipil atau militer. Tanpa adanya swadaya ini,
kita tidaj dapat mewujudkan kemerdekaan dan membentuk umat pilihan yang kuat
sebagaimana dikatakan oleh Allah dalam kitab Suci-Nya, “padahal kekuatan itu hanya bagi
Allah, bagi Rasulnya dan bagi orang-orang mukmin”.

I. PERILAKU PRODUSEN MUSLIM

Muhammad (2004) berpendapat bahwa sistem ekonomi Islami digambarkan seperti


bangunan dengan atap akhlak. Akhlak akan mendasari bagi seluruh aktivitas ekonomi,
termasuk aktivitas ekonomi produksi. Menurut Qardhawi dikatakan, bahwa:

“Akhlak merupakan hal yang utama dalam produksi yang wajib diperhatikan kaum
muslimin, baik secara individu maupun secara bersama-sama, yaitu bekerja pada bidang yang
dihalalkan oleh Allah swt, dan tidak melampaui apa yang diharamkannya.”

Meskipun ruang lingkup yang halal itu sangat luas, akan tetapi sebagian besar
manusia sering dikalahkan oleh ketamakan dan kerakusan. Mereka tidak merasa cukup
dengan yang banyak karena mereka mementingkan kebutuhan dan hawa nafsu tanpa melihat
adanya suatu akibat yang akan merusak atau merugikan orang lain. Tergiur dengan
kenikmatan sesaat. Hal ini dikatakan sebagai perbuatan yang melampaui batas, yang

19
demikian inilah termasuk kategori orang-orang yang zalim. Barangsiapa yang melanggar
hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim. (Al Baqarah: 229)

Seorang produsen muslim harus berbeda dari produsen non muslim yang tidak
memperdulikan batas-batas halal dan haram, mementingkan keuntungan yang maksimum
semata, tidak melihat apakah produk mereka memberikan manfaat atau tidak, baik ataukah
buruk, sesuai dengan nilai dan akhlak ataukah tidak, sesuai dengan norma dan etika ataukah
tidak. Akan tetapi seorang muslim harus memproduksi yang halal dan tidak merugikan diri
sendiri maupun masyarakat banyak, tetap dalam norma dan etika serta akhlak yang mulia.

“Seorang muslim tidak boleh memudharatkan diriya sendiri dan orang lain, tidak
boleh memudharatkan dan saling memudharatkan dalam islam. “Barang siap dalam Islam
yang memprakasai suatu perbuatan yag buruk, maka baginya dosa dan dosa yang
mengerjakannya sesudahnya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. (HR. Ahmad,
Muslim, Tirmidzi, Nasa’I, dan Ibnu Majah dari Jarir).”

Sangat diharamkan memproduksi segala sesuatu yang merusak akidah dan akhlak
serta segala sesuatu yang menghilangkan identitas umat, merusak nilai-nilai agama,
menyibukkan pada hal-hal yang sia-sia dan menjauhkan kebenaran, mendekatkan kepada
kebatilan, mendekatkan dunia dan menjauhkan akhirat, merusak kesejahteraan individu dan
kesejahteraan umum. Produser hanya mementingkan kekayaan uang dan pendapatan yang
maksimum semata, tidak melihat halal dan haram serta tidak mengindahkan aturan dan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh agama.

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bahwa norma dan etika
seorang produsen muslim adalah:

1.      Norma Produsen Muslim

a. Menghindari sifat tamak dan rakus


b. Tidak melampaui batas serta tidak berbuat zhalim
c. Harus memperhatikan apakah produk itu memberikan manfaat atau tidak, baik
ataukah buruk, sesuai dengan nilai dan akhlak ataukah tidak, sesuai dengan norma dan
etika ataukah tidak.
d. Seorang muslim harus memproduksi yang halal dan tidak merugikan diri sendiri
maupun masyarakat banyak, tetap dalam norma dan etika serta akhlak yang mulia.

2.      Etika Produsen Muslim

20
a. Memperhatikan halal dan haram.
b. Tidak mementingkan keuntungan semata.
c. diharamkan memproduksi segala sesuatu yang merusak akidah dan akhlak serta
segala sesuatu yang menghilangkan identitas umat, merusak nilai-nilai agama,
menyibukkan pada hal-hal yang sia-sia dan menjauhkan kebenaran, mendekatkan
kepada kebatilan, mendekatkan dunia dan menjauhkan akhirat, merusak kesejahteraan
individu dan kesejahteraan umum.
d. Jelaslah terlihat bahwa produsen muslim harus memperhatikan semua aturan yang
telah ditetapkan sesuai dengan ajaran islam, sementara produsen non muslim tidak
mempunyai aturan-aturan seperti yang tersebut diatas.

21
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Berdasarkan isi makalah, dapat disimpulkan bahwa :

1. Produksi dalam perspektif Islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak
hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai
tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam Islam, yaitu kebahagian dunia dan
akhirat.
2. Karakter penting produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah perhatiannya
terhadap kemuliaan harkat kemanusiaan, yaitu mengangkat kualitas dan derajat hidup
serta kualitas kemanusiaan dari manusia. Karakter ini membawa implikasi penting
dalam teori produksi.
3. Tujuan produksi dalam pandangan Islam adalah menyediakan barang dan jasa yang
memberikan mashlahah maksimum bagi konsumen.

Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan
produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen.
Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk
mengahasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi.
Beberapa implikasi mendasar bagi kegiatan produksi dan perekonomian secara keseluruhan,
antara lain : Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal yang
Islami, kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan, permasalahan
ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih kompleks.

b. Saran

22
Segala saran dan kritik kami harapkan dari semua pihak karena kami menyadari
bahwa  makalah kami jauh dari kata sempurna. Saran dan kritik tersebut semoga saja
dapat menjadi pelajaran bagi kami semua untuk dapat menjadi pelajaran bagi kami semua
untuk dapat menjadi lebih baik lagi kedepannya,serta makalah ini agar dapat menjadi
bermanfaat bagi kita semua dan menjadi tolak ukur bagi kita semua. Atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.

23
DAFTAR PUSTAKA

Rozalinda, Ekonomi Islam : Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta :

Rajawali Pers, 2015), hlm 111.

Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam : Prinsip, Dasar dan Tujuan,  (Yogyakarta :

Magistra Insania Press, 2004), hlm 159.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (jakarta :

Rajawali Pers, 2014) , hlm 233.

Ika Yunia Fauzia dkk, Prinsip Dasar Ekonomi Islam,  (Jakarta : Kencana, 2014), hlm.118.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Op-Cit, hlm 115.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Loc-Cit, hlm 114.

KrusialKrusial : genting; gawat, menentukan : kepincangan yang tampak, baik pada

ketenagakerjaan maupun pendidikan dasar.

24

Anda mungkin juga menyukai