Anda di halaman 1dari 15

PENGANTAR PERPAJAKAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Perpajakan”

Dosen Pengampu: Dr. Juriono, S.Th.I, M.Ag

Disusun Oleh :

Siti Annisa Putri 0506203166

Nurul Amelia Pratiwi Ritonga 0506203187

PROGRAM STUDI MANAGEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2

A. Pengertian dan Fungsi Pajak ............................................................................ 2

B. Perbedaan Pajak Dengan Pungutan Lainnya .................................................... 3

C. Pengertian dan Kedudukan Hukum Pajak ........................................................ 5

D. Asas dan Cara Pemungutan Pajak .................................................................... 6

E. Tarif Pajak ........................................................................................................ 8

F. Hapusnya Hutang Pajak .................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 12

A. Kesimpulan .................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang potensial untuk membiayai
kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Penerimaan dari sektor pajak ini diupayakan mengalami
kenaikan setiap tahunnya. Penerimaan pajak yang mengalami kenaikan diharapkan dapat
membayar pembelanjaan negara demi tercapainya kemakmuran rakyat. Penerimaan pajak berasal
dari pemungutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah dengan pengenaan
terhadap objek pajak. Pemerintah berusaha meningkatkan penerimaan pajak dengan upaya
ekstensifikasi dan intensifikasi. Hal ini dilakukan agar tercapainya target penerimaan pajak yang
juga terus meningkat setiap tahunnya. Selain tingkat kesadaran, pemerintah mengharapkan tingkat
kepatuhan dari Wajib Pajak. Wajib Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
diharapkan dapat memenuhi kewajibannya sebagai penerima penghasilan. Indonesia menganut
self assessment system atau sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan Wajib Pajak
untuk melakukan sendiri penghitungan, penyetoran, dan pelaporan terhadap pajak terutang sesuai
ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku. Penentuan besarnya pajak terutang dipercayakan
kepada Wajib Pajak melalui Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan. Tingkat Penerimaan
pajak adalah ukuran seberapa besar pajak yang diterima oleh negara dari pembayaran pajak yang
dilakukan Wajib Pajak terdaftar. Untuk mengoptimalkan penerimaan pajak sebagai sumber
penerimaan negara, perlu dilakukan reformasi perpajakan yang dilakukan dari masa ke masa
dengan tetap berdasarkan keadilan sosial. Reformasi perpajakan tersebut dilakukan untuk dapat
memperluas dan menambah Wajib Pajak. Penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia pada
umumnya masih didominasi oleh Pajak Penghasilan badan. Hal tersebut dikarenakan sebagai
instansi formal terdaftar, badan lebih mudah teridentifikasi jati dirinya, terpantau kehadirannya,
terdeteksi 2 kegiatannya dan transparan obyek pajaknya sehingga pemungutan pajak atas badan
lebih optimal daripada orang pribadi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Fungsi Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak
untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan
negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak
bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut
berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan kewajiban


kenegaran di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri untuk memenuhi
kewajiban tersebut. Hal tersebut sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem
Perpajakan Indonesia. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan
fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan/penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan. Dalam
melaksanakan fungsinya tersebut, Direktorat Jenderal Pajak berusaha sebaik mungkin
memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak.1

Fungsi dari pajak yakni sebagai berikut:

1. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-


pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.
Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang,
pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari
tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan

1
https://www.pajak.go.id/id/pajak diakses pada 26 Februari 2023 pukul 20.38 WIB

2
pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan
yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi
mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka
menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam
fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah
menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

3. Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan
antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan
pajak yang efektif dan efisien.

4. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua
kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka
kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.2

B. Perbedaan Pajak Dengan Pungutan Lain

Sandra Dyana (2019), adapun perbedaan pajak dengan pungutan resmi lainnya yakni
sebagai berikut:

1. Lembaga: Lembaga pemungutan pajak merupakan staf pemerintahan pusat maupun


pemerintahan daerah. adapun pungutan resmi lainnya bisa dilakukan oleh dinas tertentu.

2
https://pajak.go.id/index.php/id/fungsi-pajak diakses pada 26 Februari 2023 pukul 20.45 WIB

3
2. Dasar Hukum: Pajak diatur oleh undang-undang yang bersifat mengikat, sementara
pungutan resmi lainnya tidak harus diatur oleh Undang-undang. Seperti contohnya
beberapa dasar hukum perpajakan berikut ini:

a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 237/PMK.10/2020 tentang Perlakuan


Perpajakan, Kepabeanan, dan Cukai pada Kawasan Ekonomi Khusus

b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2020 tentang Tata Cara


Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian, Pembatalan Serta Permohonan dan
Penerbitan Kembali Izin Penyelenggaraan Pembukuan atau Pencatatan dengan
Menggunakan Bahasa Inggris atau Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dolar Amerika Serikat

c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2020 tentang Bentuk dan


Tata Cara Pembuatan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi serta Bentuk, Isi,
Tata Cara Pengisian, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Penghasilan Unifikasi

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2020 tentang


Penurunan Tarif Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang
Berbentuk Perseroan Terbuka3

3. Balas Jasa: imbalan yang terdapat pada pajak dilaksanakan secara tidak langsung,
sedangkan balas jasa pungutan resmi lainnya bisa dirasakan secara langsung.

4. Karakteristik: Pajak cenderung memaksa bagi orang yang memenuhi syarat, sedangkan
pungutan resmi lainnya tidak memiliki unsur paksaan.

5. Objek: objek pajak ditujukan bagi seluruh masyarakat, sedangkan pungutan resmi
lainnya berlaku bagi kalangan tertentu saja yang merasakan manfaat langsung dari jasa
yang tersedia.4

3
https://pajak.go.id/id/regulasi-page?page=1 diakses pada 26 Februari 2023 pukul 20.57 WIB
4
https://m.kumparan.com/amp/berita-terkini/5-perbedaan-pajak-dengan-pungutan-resmi-lainnya-1zkE7feyAS4
diakses pada 26 Februari 2023 pukul 21.00

4
C. Pengertian dan Kedudukan Hukum Pajak

1. Pengertian Hukum Pajak

Hukum Pajak atau Tax Law merupakan suatu kumpulan peraturan-peraturan resmi dan
tertulis yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai
pembayar pajak. Pemerintah dalam hal ini diwakilkan oleh Direktorat Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, yang berwenang mengambil kekayaan seseorang
dalam bentuk pembayaran pajak, dikelola, dan diserahkan kembali kepada masyarakat.
Penyerahan tersebut secara tidak langsung melalui pelayanan publik yang diambil dari kas
negara.

Hukum pajak merupakan satu produk hukum dan menjadi bagian dari ilmu hukum yang
mengatur hak dan kewajiban perpajakan baik dari sisi pemerintah maupun wajib pajak yang
harus dipatuhi dan dijalankan. Dengan demikian, hukum pajak tidak terlepas dari sanksi hukum
sebagai konsekuensi agar pemerintah (fiskus) maupun wajib pajak menaati peraturan pajak
tersebut. Konsekuensi yang dimaksud yaitu sanksi hukum berupa sanksi administrasi dan sanksi
pidana.

2. Kedudukan Hukum Pajak di Indonesia

Hukum pajak adalah bagian dari hukum publik. Hukum pajak di Indonesia menganut
paham imperative. Artinya, pelaksanaan pemungutan pajak tidak dapat ditunda. Ketika terjadi
pengajuan keberatan terhadap Pajak oleh wajib pajak yang telah ditetapkan pemerintah, sebelum
ada keputusan dari Direktur Jenderal Pajak tentang keberatan diterima, maka wajib pajak terlebih
dahulu harus membayar pajak sesuai dengan yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah penjelasan
kedudukan hukum perpajakan:

1. Hukum Perdata yang mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya
2. Hukum Publik dimana mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Antara
lain terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara (Hukum Administrasi
Negara), Hukum Pajak, dan Hukum Pidana.

5
Berdasarkan dua poin di atas, dapat diketahui bahwa kedudukan hukum pajak merupakan
bagian dari hukum publik. Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah selaku pemungut
pajak dan rakyat sebagai wajib pajak. 5

D. Asas dan Cara Pemungutan Pajak

Dalam memungut pajak, institusi pemungut pajak hendaknya memerhatikan berbagai


faktor yang selanjutnya dikenal sebagai asas pemungutan pajak. Pada uraian di bawah ini disajikan
berbagai asas pemungutan pajak menurut para ahli ekonomi.

a. Adam Smith

1. Asas Equality, pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan
kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif
terhadap wajib pajak.
2. Asas Certainty, semua pungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga bagi yang
melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.
3. Asas Convinience of Payment, pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak
(saat yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya atau
disaat wajib pajak menerima hadiah.
4. Asas Efficiency, biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai
terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.

b. W.J. Langen

1. Asas Daya Pikul, besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar kecilnya
penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pajak yang
dibebankan.
2. Asas Manfaat, pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan
yang bermanfaat untuk kepentingan umum.

5
https://klikpajak.id/blog/ketahui-kedudukan-hukum-pajak-di-indonesia/ diakses pada 26 Februari 2023 pukul
21.06

6
3. Asas Kesejahteraan, pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
4. Asas Kesamaan, dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan yang lain
harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama).
5. Asas Beban Yang Sekecil-kecilnya, pemungutan pajak diusahakan sekecil-kecilnya
(serendah-rendahnya) jika dibandingkan dengan nilai obyek pajak sehingga tidak
memberatkan para wajib pajak.

C. Adolf Wagner

1. Asas Politik Finansial, pajak yang dipungut negara jumlahnya memadai sehingga dapat
membiayai atau mendorong semua kegiatan negara.
2. Asas Ekonomi, penentuan obyek pajak harus tepat, misalnya: pajak pendapatan, pajak
untuk barang-barang mewah
3. Asas Keadilan, pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi, untuk kondisi
yang sama diperlakukan sama pula.
4. Asas Administrasi, menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan, dimana harus
membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara membayarnya) dan besarnya
biaya pajak.
5. Asas Yuridis, segala pungutan pajak harus berdasarkan undang-undang.6

Secara umum, mekanisme pemungutan PPN adalah sebagai berikut:

1. Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) wajib memungut PPN dari pembeli/penerima
BKP/JKP yang bersangkutan sebesar 10% dari harga jual atau penggantian, dan
membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutannya.
2. Apabila pembeli BKP/JKP tersebut berstatus Pemungut PPN (BUMN, kontraktor
dan pemegang izin kontrak kerja sama, bendaharawan pemerintah, dan Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara), PPN yang terutang atas transaksi penyerahan
BKP/JKP tidak dipungut oleh PKP Penjual, melainkan disetor langsung ke kas

6
https://www.pajak.go.id/id/asas-pemungutan-pajak diakses pada 26 Februari 2023 pukul 21.18 WIB

7
negara oleh Pemungut PPN tersebut. Dengan demikian, Pemungut PPN hanya
membayar kepada PKP penjual sebesar harga jual, sedangkan PPN-nya (10%)
disetor langsung ke kas negara.
3. PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak Keluaran bagi
PKP Penjual BKP/JKP, yang sifatnya sebagai pajak yang harus dibayar (hutang
pajak).
4. Pada waktu PKP di atas melakukan pembelian/perolehan BKP/JKP yang dikenakan
PPN, PPN tersebut merupakan Pajak Masukan, yang sifatnya sebagai pajak yang
dibayar di muka, sepanjang BKP/JKP yang dibeli tersebut berhubungan langsung
dengan kegiatan usahanya.
5. Untuk setiap masa pajak (setiap bulan), apabila jumlah Pajak Keluaran lebih besar
dari pada Pajak Masukan, maka selisihnya harus disetor ke Kas Negara paling lama
akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan. Dan sebaliknya,
apabila jumlah Pajak Masukan lebih besar dari pada Pajak Keluaran, maka selisih
tersebut dapat di kompensasi ke masa pajak berikutnya. Restitusi hanya dapat
diajukan pada akhir tahun buku.
6. Pengusaha Kena Pajak di atas wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
PPN (SPT Masa PPN) setiap bulan ke Kantor Pelayanan Pajak terkait paling lama
akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.7

E. Tarif Pajak

Tarif pajak adalah suatu dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang menjadi
tanggung jawab para wajib pajak. Tarif pajak dapat berupa persentase yang ditentukan oleh
pemerintah.

1. Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Badan

7
https://www.pajak.go.id/id/pemungutan-pajak-pertambahan-nilai diakses pada 26 Februari 2023 pkl 21.27WIB

8
Penentuan tarif pajak merupakan salah satu alat pemerintah dalam menentukan dasar
pemungutan pajak. Penentuan tarif pajak penghasilan harus memenuhi asas keadilan. Tarif pajak
yang ditetapkan terlalu rendah dapat menyebabkan penerimaan pajak tidak dapat memenuhi
kebutuhan pembiayaan pembangunan. Namun jika terlalu tinggi dapat menyebabkan perlambatan
pergerakan ekonomi karena beban Wajib Pajak terlalu besar. Oleh karena itu, tarif pajak tidak
hanya didasari pada seberapa besar jumlah pajak yang dapat dibayar oleh Wajib Pajak, tetapi juga
harus mempertimbangkan seberapa besar jumlah pajak yang ingin dibayar oleh Wajb Pajak.

Tarif pajak penghasilan badan dalam negeri yang berlaku sampai dengan Tahun Pajak 2019
sebesar 25%. Guna memulihkan perekonomian akibat pandemi COVID-19, pemerintah
memberikan insentif perpajakan. Insentif tersebut dalam bentuk penurunan tarif pajak penghasilan
untuk wajib pajak badan dalam negeri. Penurunan tarif pajak penghasilan tersebut akan dilakukan
bertahap. Berdasarkan pasal 2 PP30/2020, tarif pajak penghasilan yang diterapkan atas
penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap sebesar 22%
yang berlaku pada Tahun Pajak 2020 dan Tahun Pajak 2021, serta 20% yang mulai berlaku pada
Tahun Pajak 2022. Wajib Pajak dalam negeri dapat memperoleh tambahan penurunan tarif
sebesar 3% jika memenuhi persyaratan tertentu yang diatur dalam PP30/2020.8

F. Hapusnya Utang Pajak

Penyebab timbul dan hapusnya utang pajak. Pengertian utang pajak menurut Pasal 1 angka
8 (UU Penagihan Pajak) adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi
berupa bunga denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat
sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Timbulnya utang pajak mempunyai peranan yang sangat penting karena berkaitan dengan:

a. Pembayaran pajak.

b. Memasukkan surat keberatan.

c. Menentukan saat dimulai dan berakhirnya jangka waktu daluwarsa.

8
https://ejurnal.pajak.go.id/st/article/view/241/33 (hal. 221-222) diakses pada 01 Maret 2023 pukul 13.54 WIB

9
d. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan lain-lain.

e. Menentukan besarnya denda maupun sanksi administrasi lainnya.

Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak (saat pengakuan adanya utang pajak),
yaitu Ajaran Materiil Dan Ajaran Formil.

1. Ajaran Formil, merupakan utang pajak yang timbul karena dikeluarkannya surat
ketetapan pajak oleh fiskus (pemerintah). Untuk menentukan apakah seseorang dikenakan pajak
atau tidak, berupa jumlah pajak yang harus dibayar, dan kapan jangka waktu pembayarannya dapat
diketahui dalam surat ketetapan tersebut.

2. Ajaran Materil, merupakan utang pajak yang timbul karena diberlakukannya undang-
undang perpajakan. Dalam ajaran ini seseorang akan secara aktif menentukan apakah dirinya
dikenakan pajak atau tidak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

Hapusnya Hutang Pajak Dapat Terjadi Karena:

A. Pembayaran

Hutang pajak akan dihapus, apabila wajib pajak telah membayar hutang pajaknya. Dalam
pembayaran pajak harus dilakukan dalam bentuk penyetoran uang ketempat-tempat yang telah
ditunjuk oleh Menteri Keuangan dan bukan dalam bentuk barang.

B. Kompensasi/ Restitusi

Kompensasi terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan berupa kelebihan pembayaran
pajak. Jumlah kelebihan pembayaran pajak yang diterima Wajib Pajak sebelumnya harus
dikompensasikan dengan pajak-pajak lainnya yang terutang.

C. Daluwarsa

Daluwarsa atau lewat waktu adalah sebagai salah satu sebab berakhirnya utang pajak dan
hapusnya perikatan (hak untuk menagih atau kewajiban untuk membayar hutang) karena
lampaunya jangka waktu tetentu, yang ditetapkan dalam undang-undang. Hak untuk melakukan
penagihan pajak, daluwarsa setelah lampau waktu sepuluh tahun terhitung sejak saat terutangnya

10
pajak atau berakhimya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan. Hal
ini untuk memberikan kepastian hukum kapan utang pajak tidak dapat ditagih lagi. Namun
daluwarsa panagihan pajak tertangguh, antara lain; apabila diterbitkan Surat Teguran dan Surat
Paksa.

D. Pembebasan dan Penghapusan

Wajib pajak yang menunggak pajak, setelah dilakukan penelitian telah meninggal atau
pailit dan tidak memiliki ahli waris dapat diusulkan untuk dihapusnya hutang pajak, atau yang
bersangkutan mengajukan keberatan pajak ke Mahkamah Pengadilan Pajak, tentang besarnya
pajak terhutang yang harus dibayarnya (Tax Avoidance).

E. Penundaan Penagihan

Setelah diterbitkan surat keputusan penundaan penagihan, berarti berakhirlah utang pajak,
meskipun sementara waktu.

D. Pengecualian

Pengecualian disini karena UU sudah sejak semula sudah mengecualikan, baik yang
berkaitan dengan subjek maupun objek pajak.9

9
https://www.pajak.com/pajak/penyebab-timbul-dan-hapusnya-utang-pajak/ diakses pada 01 Maret 2023 pukul
19.16

11
BAB III

KESIMPULAN

Dari penjelasan materi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Hukum pajak adalah
bagian dari hukum publik. Hukum pajak di Indonesia menganut paham imperative. Artinya,
pelaksanaan pemungutan pajak tidak dapat ditunda. Hukum pajak tidak terlepas dari sanksi hukum
sebagai konsekuensi agar pemerintah maupun wajib pajak menaati peraturan pajak tersebut.

Tarif pajak adalah suatu dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang menjadi tanggung
jawab para wajib pajak. Tarif pajak dapat berupa persentase yang ditentukan oleh pemerintah.
Timbulnya utang pajak mempunyai peranan yang sangat penting karena berkaitan dengan
pembayaran pajak, memasukkan surat keberatan, menentukan saat dimulai dan berakhirnya jangka
waktu daluwarsa, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan lain-lain dan menentukan besarnya denda maupun sanksi
administrasi lainnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.pajak.go.id/id/pajak

https://pajak.go.id/index.php/id/fungsi-pajak

https://pajak.go.id/id/regulasi-page?page=1

https://m.kumparan.com/amp/berita-terkini/5-perbedaan-pajak-dengan-pungutan-resmi-
lainnya-1zkE7feyAS4

https://klikpajak.id/blog/ketahui-kedudukan-hukum-pajak-di-indonesia/

https://www.pajak.go.id/id/asas-pemungutan-pajak

https://www.pajak.go.id/id/pemungutan-pajak-pertambahan-nilai

https://id.wikipedia.org/wiki/Tarif_pajak

https://ejurnal.pajak.go.id/st/article/view/241/33

https://www.pajak.com/pajak/penyebab-timbul-dan-hapusnya-utang-pajak/

13

Anda mungkin juga menyukai