Anda di halaman 1dari 22

Konsep Reformasi Administrasi

Perpajakan di Era Digitalisasi

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Perpajakan

oleh :

Eksanti Anggraeni Saputra 120110180030

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii


BAB I.......................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 3
B. Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II ........................................................................................................................................ 5
A. Perpajakan di Indonesia .................................................................................................. 5
i. Definisi Perpajakan ........................................................................................................ 5
ii. Asas Perpajakan............................................................................................................. 5
iii. Fungsi Perpajakan .......................................................................................................... 6
iv. Jenis Perpajakan............................................................................................................. 7
v. Sistem Pemungutan Perpajakan ...................................................................................... 8
B. Reformasi Administrasi Perpajakan ................................................................................ 9
i. Konsep Reformasi Perpajakan ........................................................................................ 9
ii. Konsep Administrasi Perpajakan................................................................................... 11
iii. Konsep Reformasi Administrasi Perpajakan................................................................... 13
C. Era Digitalisasi Perpajakan ........................................................................................... 15
i. E-Registration ............................................................................................................. 15
ii. E-SPT ......................................................................................................................... 16
iii. E-FIN.......................................................................................................................... 16
iv. E-Filing ....................................................................................................................... 16
v. E-Billing ..................................................................................................................... 16
vi. E-Faktur ...................................................................................................................... 17
vii. E-Form ....................................................................................................................... 17
BAB III ..................................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih terus semangat melakukan
berbagai upaya agar kesejahteraan masyarakat nya dapat meningkat baik dari segi
perekonomian, fasilitas, jaminan keselamatan dan banyak lainnya. Demi mewujudkan
kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan nasional seperti pembangunan fasilitas,
tentunya pengelolaan sumber daya manusia (SDM) dan pengelolaan sumber daya alam
(SDA) perlu dilakukan dan hal tersebut memerlukan dana yang tidak sedikit untuk
pembiayaannya. Maka dari itu pemerintah pun menyusun Rancangan Anggaran
Pendapatan Negara (RAPBN) sebagai tolak ukur pendanaan pembangunan nasional pada
tahun tertentu. Dalam menghimpun pendapatan negara pada APBN, terdapat 3 sumber
penerimaan negara antara lain penerimaan yang bersumber dari perpajakan, penerimaan
yang bukan bersumber dari perpajakan dan penerimaan yang bersumber dari hibah. Seperti
yang sudah diketahui, penerimaan yang bersumber dari perpajakan menjadi salah satu
penyumbang terbesar dalam APBN sehingga pemerintah pun gencar melakukan berbagai
upaya agar penerimaan dari sektor pajak dapat tercapai sesuai target yang sudah
direncanakan di awal tahun.

Penerimaan negara dari sektor perpajakan dapat dikatakan berhasil jika tax ratio
pada suatu negara tinggi dan tax gap nya rendah. Namun pada kenyataannya tax ratio di
Indonesia masih rendah dan tax gap nya masih tinggi yang dikarenakan beberapa
permasalahan yang dikarenakan oleh wajib pajak itu sendiri. Dalam mengatasi
permasalahan tersebut, sebetulnya ada satu kunci yang jika diterapkan akan melancarkan
proses penerimaan negara dari sektor perpajakan yaitu meningkatkan Tax Compliance atau
kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak menjadi salah satu tolak ukur kinerja wajib
pajak karena saat ini Indonesia menganut sistem pemungutan Self Assessment System
dimana wajib pajak itu sendiri yang akan melakukan perhitungan, pelaporan dan
pembayaran besaran pajak terutang nya. Kepatuhan wajib pajak dapat meningkat apabila

3
wajib pajak tersebut memahami dengan betul kewajibannya sebagai wajib pajak karena hal
tersebut dapat mendorong peningkatan penerimaan negara melalui terciptanya kelancaran
pembayaran pajak. Dalam kenyataannya di Indonesia, masih banyak wajb pajak yang tidak
patuh dengan aturan perpajakan. Ketidak patuhan wajib pajak tersebut umumnya karena
ketidaktahuan wajib pajak mengenai kewajibannya sebagai wajib pajak dan rumitnya
proses administrasi perpajakan di Indonesia sehingga wajib pajak merasa enggan
membayarkan pajaknya.

Maka dari itu pemerintah Indonesia dalam hal ini Direktorat Jenderal Perpajakan
(DJP) terus berupaya melakukan pengembangan dalam sistem administrasi perpajakan di
Indonesia dengan harapan hal tersebut dapat membantu salah satu tujuan DJP untuk
meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Pengembangan sistem administrasi perpajakan di
Indonesia dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang berkembang pesat di era
digitalisasi ini dengan tujuan mempermudah proses administrasi perpajakan oleh wajib
pajak serta otoritas pajak. Upaya tersebut termasuk ke dalam salah satu langkah reformasi
administrasi perpajakan yang diambil oleh DJP di era digitalisasi ini yang ditandai dengan
beberapa ciri antara lain mengubah sistem administrasi kea rah Sistem Administrasi
Perpajakan Terpadu (SAPT), melakukan pembenahan pada sisi pelayanan terhadap wajib
pajak dengan membentuk Account Representative dan Complain Center, menerapkan
struktur organisasinya berdasarkan fungsi, serta mengaplikasikan perpaduan pelayanan
administrasi perpajakan dengan teknologi dalam basis e-system. Melalui reformasi
administrasi perpajakan ini diharapkan dapat membantu pemerintah dan mempermudah
wajib pajak melaksanakan kewajibannya untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari
sektor perpajakan.

B. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk membantu pembaca memahami
konsep reformasi administrasi perpajakan di Indonesia melalui pemanfaatan teknologi di
era digitalisasi sesuai dengan program pelayanan perpajakan berbasis e-system yang telah
dibuat oleh Direktorat Jenderal Perpajakan (DJP).

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perpajakan di Indonesia
i. Definisi Perpajakan
S.I Djajadiningrat dalam (Perpajakan, 2020, hlm. 2) mendefinisikan pajak
sebagai suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh rakyat yang menjadi wajib pajak
dengan menyerahkan sebagian kekayaannya kepada kas negara akibat adanya suatu
keadaan ataupun kejadian yang menyebabkan timbulnya pengenaan pajak namun
bentuknya bukan berupa hukuman dan sifatnya memaksa serta timbal balik atas
pembayaran pajak tersebut tidak dirasakan secara langsung oleh wajib pajak. Iuran
pajak yang dibayarkan oleh anggota masyarakat kepada negara diperuntukkan
untuk mendanai beragam pengeluaran pemerintah dalam kepentingan
pembangunan nasional utamanya dari segi pembangunan fasilitas ataupun
infrastruktur demi memenuhi kemakmuran rakyat Indonesia.

ii. Asas Perpajakan

Dalam penerapannya, pajak memiliki beberapa asas guna menjadikan


penerapan dari pajak itu sendiri menjadi seimbang. Menurut Adam Smith terdapat
4 asas perpajakan antara lain:

a. Asas Equality
Asas equality menjelaskan bahwa pemungutan yang dilakukan oleh
negara harus menyesuaikan kemampuan wajib pajak nya masing-
masing sehingga menghindari sifat diskriminatif terhadap wajib pajak
di dalam proses pemungutannya. Hal ini dapat dilihat dalam penerapan
pemungutan pajak penghasilan orang pribadi PPh 21 dimana terdapat
pemberlakuan tarif progresif agar pajak yang dipungut sesuai dengan
penghasilan wajib pajak nya itu sendiri.

5
b. Asas Certainty
Asas certainty menjelaskan bahwa seluruh pemungutan pajak oleh
negara harus jelas dan pasti berdasarkan aturan yang sudah ditetapkan
dalam Undang-Undang perpajakan sehingga jika terdapat wajib pajak
yang melanggar bisa dikenai sanksi perpajakan yang berlaku.
c. Asas Convenience of Payment
Asas convenience of payment menjelaskan bahwa pemungutan pajak
oleh negara harus dilakukan pada saat yang paling sesuai dengan wajib
pajak.
d. Asas Efficiency
Asas efficiency menjelaskan bahwa penerapan pajak harus diatur
seoptimal mungkin demi menghindari keadaan dimana biaya
pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak nya, hal ini
terjadi karena pajak sendiri menganut prinsip cost and benefit dalam
penerapannya.

iii. Fungsi Perpajakan

Sebagaimana yang diketahui, pajak merupakan salah satu alat yang sangat
berpengaruh bagi perekonomian negara. Maka dari itu, penerapan pajak dalam
kenyataannya tidak lepas dari dua fungsi yang menjadi pedoman pemberlakuan
perpajakan di Indonesia, antara lain:

a. Fungsi Budgetair
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa pajak merupakan salah satu
penyumbang terbesar dalam penerimaan negara Indonesia maka dari itu
pajak pun digunakan sebagai fungsi budgetair dalam perekonomian
agar penerimaan negara untuk APBN dapat tercapai dengan optimal.
b. Fungsi Regulerend
Pajak berfungsi sebagai alat pengatur kebijakan perekonomian negara
baik dari segi sosial ataupun ekonomi. Beberapa contohnya ialah

6
pengenaan pajak yang tinggi bagi minuman keras agar dapat menekan
tingkat konsumsi masyarakat terhadap minuman keras yang secara tidak
langsung hal ini mengatur pergerakan sosial masyarakat di negara
Indonesia. Adapun contoh lainnya ialah pengenaan tarif pajak nol
persen bagi penjualan ekspor oleh para eksportir dengan tujuan
mendorong masyarakat Indonesia untuk meningkatkan aktivitas ekspor
produk dalam negeri sehingga dapat meningkatkan devisa negara
Indonesia yang secara tidak langsung mengatur pergerakan
perekonomian negara Indonesia.

iv. Jenis Perpajakan


Penerapan perpajakan terbagi ke dalam 3 jenis antara lain:
a. Jenis pajak berdasarkan golongannya
Pembagian jenis pajak berdasarkan golongannya terbagi ke dalam dua
jenis di antaranya:
• Pajak langsung
Pajak yang tergolong ke dalam golongan pajak langsung ini
mendefinisikan bahwa pembebanan pajak terutang itu sendiri
dibebankan kepada wajib pajak nya bukan kepada pihak lain.
• Pajak tidak langsung
Pajak yang tergolong ke dalam golongan pajak tidak langsung
ini mendefinisikan bahwa pembebanan pajak terutang tersebut
dapat dibebankan kepada pihak ketiga atau konsumen akhir
selain wajib pajak.
b. Jenis pajak berdasarkan sifatnya
Pembagian jenis pajak berdasarkan sifatnya terbagi ke dalam 2 bagian
yaitu:
• Pajak subjektif
Pajak subjektif didefinisikan sebagai pajak yang pengenaannya
bergantung pada kondisi masing-masing wajib pajak.

7
• Pajak objektif
Pajak objektif didefinisikan sebagai pajak yang dimana dasar
pengenaan pajak nya ialah objek pajak itu sendiri tanpa melihat
kondisi dari wajib pajak nya.

c. Jenis pajak berdasarkan lembaga pemungutnya


Jenis pajak berdasarkan lembaga pemungutnya terbagi ke dalam 2
bagian yaitu:
• Pajak Pusat
Pemungutan pajak yang termasuk ke dalam jenis pajak pusat
dilakukan oleh pemerintah pusat dan nantinya dana yang
terkumpul dari pajak tersebut digunakan untuk membiayai
pengeluaran rumah tangga negara.
• Pajak Daerah
Pemungutan pajak yang termasuk ke dalam jenis pajak daerah
dilakukan oleh pemerintah daerah, Pemerintah kota/kabupaten
dan pemerintah provinsi, dan nantinya dana yang terkumpul dari
pajak tersebut digunakan untuk membiayai pengeluaran rumah
tangga daerah.

v. Sistem Pemungutan Perpajakan


Dalam penerapannya, pemungutan perpajakan dilakukan dengan beberapa sistem
pemungutan perpajakan yang berlaku. Berikut beberapa pembagian dari sistem
pemungutan pajak antara lain:
a. Official Assessment System
Official assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang
seluruh wewenang administrasi perpajakannya diserahkan kepada
pemerintah sesuai dengan peraturan Undang-Undang perpajakan yang
berlaku.

8
b. Self Assessment System
Self assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang
seluruh wewenang administrasi perpajakannya diserahkan kepada wajib
pajak yang kemudian dilaporkan kepada negara.
c. Official Assessment System
Official assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang
seluruh wewenang administrasi perpajakannya diserahkan kepada
ppihak ketiga di luar pemerintah dan wajib pajak nya.

Sejak tahun 1983 negara Indonesia sudah menerapkan self assessment


system pada pemungutan pajak nya setelah sebelumnya sempat menerapkan official
assessment system yang dirasa kurang efektif untuk negara Indonesia karena
kurangnya kepercayaan wajib pajak untuk memberikan wewenang terhadap
pemerintah untuk menentukan besaran pajak terutang nya.

B. Reformasi Administrasi Perpajakan


i. Konsep Reformasi Perpajakan

Saat ini Indonesia sedang gencar melakukan pembangunan nasional demi


meningkatkan kesejahteraan warga negara nya. Hal ini tidak lepas dari kebutuhan
dana yang dimiliki oleh negara untuk membiayai pelaksanaan pembangunan
nasional. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa pajak menjadi salah satu
penyumbang terbesar dalam penerimaan negara yang diperuntukkan untuk
pembangunan nasional. Namun hal tersebut terkendala karena permasalahan
rendahnya tingkat tax ratio di negara Indonesia yang mana mengartikan bahwa
penerimaan negara dari sektor pajak masih rendah dibandingkan dengan negara-
negara lain. Terkait hal tersebut maka DJP terus mengevaluasi pelaksanaan
kebijakan, sistematika serta aturan perpajakan yang ada hingga memunculkan
pelaksanaan reformasi perpajakan di Indonesia. Reformasi perpajakan di Indonesia
sendiri sebetulnya sudah diberlakukan sejak tahun 1983 dengan pengalihan sistem
pemungutan perpajakan menjadi Self Assessment System dan upaya reformasi
perpajakan tersebut terus berlanjut sampai hari ini.

9
Reformasi perpajakan sendiri didefinisikan sebagai perubahan secara
menyeluruh pada sistem perpajakan termasuk di dalamnya pembenahan pada
sistem administrasi perpajakan, regulasi perpajakan serta upaya meningkatkan
basis data perpajakan oleh DJP. DJP dalam hal ini mengemukakan bahwa terdapat
lima alasan yang mendorong perlunya reformasi perpajakan antara lain:

a. Rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan


kewajiban perpajakannya.
b. Seiring dengan rencana pembangunan nasional yang terus meningkat
setiap tahunnya maka target penerimaan negara dari sektor pajak pun
otomatis meningkat
c. Penambahan jumlah wajib pajak tidak sebanding dengan jumlah SDM
yang ada di negara Indonesia yang mana mengartikan bahwa masih
banyak SDM di Indonesia yang tidak terdaftar sebagai wajib pajak
sehingga mempersulit DJP dalam melaksanakan tugasnya dalam hal
pengawasan dan penegakan hukum
d. Saat ini teknologi dan ekonomi digital sedang mengalami kemajuan
yang sangat pesat sehingga DJP melihat potensi di dalamnya sebagai
upaya untuk mempermudah DJP melakukan tugas nya dan
mempermudah wajib pajak melakukan kewajibannya
e. Adanya aturan yang mengantisipasi perkembangan dalam transaksi
perdagangan saat ini

Selain itu terdapat pula lima tahapan reformasi perpajakan di Indonesia antara lain:

a. Reformasi Perpajakan Pertama di tahun 1983 – 1985


Reformasi perpajakan pertama ini dimulai dengan mengubah sistem
pemungutan perpajakan menjadi Self Assessment System yang secara
bersamaan juga pada tahun tersebut dikeluarkan Undang-Undang yang
mengatur mengenai KUP, Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai,
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak atas Bumi dan Bangunan
serta Bea Materai.

10
b. Reformasi Perpajakan Kedua di tahun 1994
Reformasi perpajakan kedua dilakukan dengan penyempurnaan
sistem perpajakan di Indonesia dengan dikeluarkannya beberapa
Undang-Undang perpajakan yang mengatur lebih lanjut atas perubahan
KUP, Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak atas Bumi dan Bangunan.
c. Reformasi Perpajakan Ketiga di tahun 1997
Reformasi perpajakan yang ketiga ini dilakukan dengan tujuan yang
sama pada reformasi sebelumnya yaitu untuk menyempurnakan sistem
perpajakan di Indonesia dengan dikeluarkannya beberapa Undang-
Undang perpajakan yang mengatur tentang perpajakan terkait.
d. Reformasi Perpajakan Keempat di tahun 2000
e. Reformasi Perpajakan kelima di tahun 2002 – 2009

Berdasarkan penjelasan reformasi perpajakan di atas maka dapat


disimpulkan bahwa reformasi perpajakan sangat diperlukan hadirnya untuk
memberikan kepastian hukum bagi system perpajakan di Indonesia agar dapat
mengoptimalkan penerimaan negara. Reformasi perpajakan di Indonesia mencakup
tiga pilar yaitu Reformasi Kebijakan Pajak, Reformasi Administrasi Pajak dan
Reformasi Peraturan Pajak. Ketiga pilar reformasi tersebut diyakini menjadi
landasan agar evaluasi dalam dunia perpajakan dapat mengoptimalkan dan
menyelesaikan permasalahan perpajakan yang ada di Indonesia.

ii. Konsep Administrasi Perpajakan

Administrasi perpajakan seperti yang dijelaskan di dalam Ensiklopedi


perpajakan oleh Sophar Lumbantoruan (dalam Abdul Rahman, 2009) merupakan
suatu prosedur pengenaan dan pemungutan pajak untuk menerapkan peraturan
perpajakan dalam kondisi nyata di masyarakat serta mengatur realisasi penerimaan
negara dari sektor pajak pada APBN. Definisi administrasi perpajakan dalam arti
luas digolongkan ke dalam beberapa macam jenis antara lain:

11
a. Administrasi perpajakan digunakan sebagai fungsi perekonomian yang
terbagi ke dalam fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi
penggerakan dan pengendalian ketentuan perpajakan.
b. Administrasi perpajakan digunakan sebagai suatu sistem yang mengatur
fungsi dan tugas antara wajib pajak dan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang mengatur serta sarana prasana yang telah disediakan.
c. Administrasi perpajakan sebagai digunakan sebagai suatu lembaga
administrasi perpajakan yang mengatur pelaksanaan atas proses
perpajakan di kantor pusat, wilayah serta mengelola peningkatan
kualitas dan kuantitas SDM yang sesuai agar dapat memberikan
pelayanan yang terbaik bagi anggota masyarakat terkait perpajakan.

Menurut Carlos A. Silvani (dalam Abdul Rahman, 2009) menyatakan


bahwa administrasi perpajakan dapat dikatakan efektif jika mampu mengatasi
permasalahan perpajakan yang memunculkan ketidak patuhan wajib pajak, antara
lain:
a. Administrasi perpajakan mampu mengatasi permasalahan mengenai
belum terdaftar nya wajib pajak di database DJP sebagai wajib pajak
(unregistered tax payers) di saat wajib pajak tersebut sudah seharusnya
menjadi seorang wajib pajak dan juga mengatur terkait sanksi yang
diberlakukan.
b. Administrasi perpajakan mampu mengatasi permasalahan mengenai
wajib pajak yang secara sengaja atau tidak sengaja tidak menyampaikan
SPT nya (stop filing taxpayers) kepada otoritas pajak. Solusi terhadap
permasalahan ini ialah dengan diberlakukannya pemeriksaan pajak
terhadap wajib pajak terkait.
c. Administrasi perpajakan mampu mengatasi permasalahan mengenai
wajib pajak yang menyelundupkan pajak (tax evaders) atau dalam artian
wajib pajak tersebut melakukan kecurangan dengan cara melaporkan
jumlah pajak terutang lebih kecil dari yang seharusnya berdasarkan
peraturan yang ada di dalam Undang-Undang perpajakan.

12
d. Administrasi perpajakan mampu mengatasi permasalahan mengenai
wajib pajak yang melakukan penunggakan pajak (denliquent tax
payers). Apabila administrasi perpajakan mampu mengatasi
permasalahan tersebut maka akan mendorong kenaikan pada tax ratio
yang memiliki dampak pada peningkatan penerimaan negara dari sektor
pajak.

Terdapat juga penjelasan mengenai tiga tugas utama administrasi


perpajakan yang dikemukakan oleh Richard Bird (dalam buku Administrasi
Perpajakan yang ditulis oleh Rasmini) antara lain:

a. Mengidentifikasi apakah wajib pajak sudah terdaftar melalui pemberian


NPWP (Enumeration)
b. Wajib pajak menghitung atau mengestimasi besaran pembayaran pajak
terutang (Estimation)
c. Mengupayakan agar wajib pajak menaati peraturan perpajakan terkait
pembayaran pajak terutang secara tepat waktu (Enforcement)

iii. Konsep Reformasi Administrasi Perpajakan

Reformasi administrasi perpajakan termasuk ke dalam salah satu pilar


reformasi perpajakan yang tujuan akhirnya ialah menciptakan wajib pajak yang
patuh secara sukarela (Voluntary Tax Compliance) dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya, selain itu reformasi administrasi perpajakan juga bertujuan untuk
meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat atau wajib pajak terhadap dunia
perpajakan serta meningkatkan intergritas otoritas pajak. Reformasi administrasi
perpajakan dilakukan secara berkesinambungan sehingga fungsi pelayanan
terhadap masyarakat dapat tercapai dengan optimal. Menurut Nasucha dalam Sri
Rahayu (2009:123) mendefinisikan reformasi administrasi perpajakan sebagai
suatu upaya untuk menyempurnakan atau memperbaiiki kinerja administrasi
perpajakan secara individu, kelompok ataupun dalam bentuk Lembaga agar dapat
bergerak kea rah yang lebih efektif, efisien, ekonomis dan cepat.

13
Dalam penerapannya, reformasi administrasi perpajakan ini dilakukan
dengan pendekatan pada peningkatan kepatuhan serta tingkat kepercayaan
masyarakat atau wajib pajak terhadap seluruh proses administrasi perpajakan.
Berdasarkan penelitian Nasucha dalam Andika Satriyo (2009:19) menjelaskan
bahwa reformasi administrasi perpajakan mengarah kepada beberapa hal berikut,
antara lain:

a. Pajak merupakan iuran yang diterima dari dan oleh masyarakat


kemudian digunakan untuk keperluan masyarakat itu sendiri sehingga
masyrakat penting untuk mematuhi aturan sosial yang ada agar dapat
berpartisipasi dengan baik dalam perpajakan
b. Terciptanya kepastian atas hukum pengenaan, pemungutan ataupun
penerimaan pajak serta kepasti atas landasan dari perpajakan itu sendiri
c. Terciptanya kondisi yang transparan antara administrasi perpajakan
dengan masyarakat atau wajib pajak dan pihak terkait lainnya
d. Terciptanya responsiveness dalam penerapan reformasi administrasi
perpajakan
e. Terciptanya sistem perpajakan yang menerapkan keadilan dalam proses
pelaksanannya
f. Terciptanya visi strategik oleh otoritas perpajakan
g. Terciptanya sistem perpajakan yang menerapkan prinsip efektif dan
efisien dalam proses pelaksanannya
h. Terciptanya sistem perpajakan yang menerapkan prinsip
profesionalisme dalam proses pelaksanaannya
i. Penerapan reformasi administrasi perpajakan dapat dilaksanakan secara
akuntabilitas serta dapat dipertanggung jawabkan proses dan hasil nya
kepada masyarakat
j. Terciptanya sistem perpajakan yang memiliki kondisi supervise yang
sehat dalam proses pelaksanaannya

Pada intinya, konsep dari reformasi administrasi perpajakan ini dilakukan


dengan menciptakan suatu perubahan pada sistem administrasi perpajakan yang

14
sudah diterapkan sebelumnya dengan mengubah pola pikir beserta perilaku pihak
terkait agar DJP dapat memiliki citra institusi yang baik dan profesional di
masyarakat dan bertujuan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi yang tinggi
terkait pelayanan perpajakan. Dengan terciptanya pengoptimalan efektivitas dan
efisiensi pelayanan perpajakan diharapkan dapat mendorong kepatuhan wajib pajak
sehingga dapat menurunkan tinggi nya tingkat tax gap serta menaikan tax ratio
yang berdampak pada peningkatan penerimaan negara.

C. Era Digitalisasi Perpajakan


Penerapan reformasi administrasi perpajakan saat ini dibarengi dengan
perkembangan teknologi yang semakin pesat. Di beberapa negara, penggabungan
antara reformasi administrasi perpajakan dan tekonologi sangat nyata pengaruhnya
terhadap tujuan dari reformasi administrasi perpajakan itu sendiri. DJP membentuk
proses reformasi administrasi perpajakan dengan menggabungkan unsur teknologi di
dalam nya dengan menciptakan pelayanan berbasis e-system demi memudahkan proses
administrasi yang harus dilakukan oleh wajib pajak ataupun pengawasan oleh otoritas
pajak secara efektif dan efisien. Reformasi administrasi perpajakan di era digitalisasi
ini meminimalisir hambatan-hambatan yang ada salah satunya ialah ketidakharusan
wajib pajak untuk datang secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) guna
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Reformasi administrasi perpajakan di era
digitalisasi ini membawa kemudahan karena wajib pajak dapat memproses kewajiban
nya dimana saja dengan bantuan internet. Berikut beberapa program yang dibuat oleh
DJP dalam mewujudkan modernisasi sistem pelayanan perpajakan yang memanfaatkan
teknologi berbasis e-system antara lain:
i. E-Registration
e-registration didefinisikan sebagai suatu aplikasi pendaftaran wajib pajak
yang di dalam nya mencakup perubahan mengenai data wajib pajak atau proses
pendaftaran pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(PKP). Proses pendaftaran tersebut diakses secara daring pada laman web DJP
menggunakan bantuan internet. Fokus utama dari dibuatnya sistem e-
registration ini tak lain untuk mempermudah mekanisme pendaftaran wajib

15
pajak tanpa harus datang langsung ke kantor pajak terdekat serta mempermudah
otoritas pajak dalam memproses pendaftaran wajib pajak.
ii. E-SPT
e-SPT merupakan suatu sistem aplikasi untuk membuat formulir surat
pemberitahuan (SPT) elektronik menggantikan formulir sebelumnya yang diisi
dengan cara menginput data secara manual ke dalam formulir SPT. E-SPT
memudahkan proses pelaksanaan kewajiban oleh wajib pajak karena wajib
pajak tidak perlu membawa lembaran formulir SPT beserta dokumen lainnya
secara fisik ke KPP terdekat. Hal ini dinilai dapat meningkatkan tingkat
efisiensi baik dari sisi wajib pajak ataupun otoritas pajak. Bagi otoritas pajak
sendiri, e-SPT ini menguntungkan karena data perpajakan yang dimilki oleh
setiap wajib pajak dapat terorganisir dengan baik di dalam database wajib pajak.
iii. E-FIN
e-FIN didefinisikan sebagai pemberian nomor identitas wajib pajak oleh DJP
secara daring atas transaksi transaksi elektronik dengan DJP seperti pelaporan
SPT melalui e-filing ataupun pembuatan kode billing. E-FIN dinilai dapat
mempermudah wajib pajak karena wajib pajak dapat mengakses sistem pajak
dimanapun dan kapanpun selama didukung oleh adanya internet di wilayahnya
masing-masing selain itu kerahasiaan data wajib pajak dan pihak DJP juga
dapat lebih terjamin keamanannya.
iv. E-Filing
e-filing didefinisikan sebagai cara yang dilakukan wajib pajak untuk
menyampaikan SPT nya masing-masing secara daring dengan mengakses
melalui laman web DJP atau penyedia layanan SPT elektronik lainnya selain
DJP. Penerapan e-filing ini dinilai dapat memudahkan proses penyampaian SPT
oleh wajib pajak karena penyampaian ini dilakukan secara realtime. Untuk
melakukan e-filing, wajib pajak perlu memiliki e-FIN terlebih dahulu.
v. E-Billing
e-billing didefinisikan sebagai suatu aplikasi yang memudahkan proses
pembayaran pajak terutang oleh wajib pajak secara online dengan membuat
kode identifikasi terlebih dahulu melalui sistem billing berdasarkan

16
pengelompokkan jenis pembayaran pajak nya masing-masing. E-billing dibuat
dengan tujuan untuk menciptakan cara pembayara pajak yang lebih efektif,
efisien serta fleksibel.
vi. E-Faktur
e-faktur merupakan suatu aplikasi yang disediakan oleh DJP dan di dalamnya
memuat informasi terkait bukti pungutan pajak atas transaksi penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP). Tujuan dari dibuatnya
program e-faktur ini adalah untuk meringankan beban administrasi wajib pajak
dan otoritas pajak serta meminimalisir dan mencegah penyalahgunaan faktur
pajak fiktif oleh oknum tertentu dan memberikan kemudahan dalam proses
pengadministrasian Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
vii. E-Form
e-form merupakan suatu formulir (SPT) yang dapat diunduh oleh wajib pajak
di laman web DJP yang kemudian harus diunggah kembali melalui e-filing saat
melakukan pelaporan pajak.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih terus semangat melakukan
berbagai upaya agar kesejahteraan masyarakat nya dapat meningkat baik dari segi
perekonomian, fasilitas, jaminan keselamatan dan banyak lainnya. penerimaan yang
bersumber dari perpajakan menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam APBN sehingga
pemerintah pun gencar melakukan berbagai upaya agar penerimaan dari sektor pajak dapat
tercapai sesuai target yang sudah direncanakan di awal tahun sehingga pemerintah pun
melakukan berbagai macam upaya untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor
perpajakannya. Penerimaan negara dari sektor perpajakan dapat dikatakan berhasil jika tax
ratio pada suatu negara tinggi dan tax gap nya rendah. Namun pada kenyataannya tax ratio
di Indonesia masih rendah dan tax gap nya masih tinggi. Peningkatan kepatuhan wajib
pajak sangat diperlukan hadirnya untuk mengatasi permasalahan tersebut yang dapat
diwujudkan apabila wajib pajak tersebut memahami dengan betul kewajibannya sebagai
wajib pajak karena hal tersebut dapat mendorong peningkatan penerimaan negara melalui
terciptanya kelancaran pembayaran pajak.

Banyak alasan yang melatarbelakangi ketidakpatuhan wajib pajak salah satu nya
ialah rumitnya proses administrasi perpajakan yang harus dilalui oleh wajib pajak. Maka
dari itu pemerintah Indonesia dalam hal ini Direktorat Jenderal Perpajakan (DJP) terus
melakukan pengembangan dalam sistem administrasi perpajakan di Indonesia dengan
harapan hal tersebut dapat membantu salah satu tujuan DJP untuk meningkatkan kepatuhan
wajib pajak. Pengembangan sistem administrasi perpajakan di Indonesia dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi yang berkembang pesat di era digitalisasi ini dengan tujuan
menciptakan kemudahan proses administrasi perpajakan bagi wajib pajak serta otoritas
pajak.Pengembangan sistem administrasi perpajakan di Indonesia dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi yang berkembang pesat di era digitalisasi ini sebagai salah satu

18
alat yang dapat mempermudah proses administrasi perpajakan oleh wajib pajak serta
otoritas pajak.

Reformasi perpajakan sendiri didefinisikan sebagai perubahan secara menyeluruh


pada sistem perpajakan termasuk di dalamnya pembenahan pada sistem administrasi
perpajakan, regulasi perpajakan serta upaya meningkatkan basis data perpajakan oleh DJP.
Reformasi administrasi perpajakan termasuk ke dalam salah satu pilar reformasi
perpajakan yang tujuan akhirnya ialah menciptakan wajib pajak yang patuh secara sukarela
(Voluntary Tax Compliance) dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, selain itu
reformasi administrasi perpajakan juga bertujuan untuk meningkatkan tingkat kepercayaan
masyarakat atau wajib pajak terhadap dunia perpajakan serta meningkatkan intergritas
otoritas pajak. Dalam penerapannya, reformasi administrasi perpajakan ini dilakukan
dengan pendekatan pada peningkatan kepatuhan serta tingkat kepercayaan masyarakat atau
wajib pajak terhadap seluruh proses administrasi perpajakan.

Pada intinya, konsep dari reformasi administrasi perpajakan ini ialah melakukan
pembenahan terhadap penerapan sistem administrasi perpajakan yang sudah diterapkan
sebelumnya dengan mengubah pola pikir beserta perilaku pihak terkait agar DJP dapat
memiliki citra institusi yang baik dan profesional di masyarakat dan bertujuan untuk
mencapai efektivitas dan efisiensi yang tinggi terkait pelayanan perpajakan. Dengan
terciptanya pengoptimalan efektivitas dan efisiensi pelayanan perpajakan diharapkan dapat
mendorong kepatuhan wajib pajak sehingga dapat menurunkan tinggi nya tingkat tax gap
serta meningkatkan tax ratio yang berdampak pada peningkatan penerimaan negara.
Reformasi administrasi di era digitalisasi yang diterapkan oleh Indonesia dalam hal ini DJP
melakukan penggabungan unsur teknologi di dalam nya dengan menciptakan pelayanan
berbasis e-system demi memudahkan proses administrasi yang harus dilakukan oleh wajib
pajak ataupun pengawasan oleh otoritas pajak secara efektif dan efisien. Dalam
mewujudkan reformasi administrasi perpajakan di era digitalisasi ini, DJP meluncurkan
beberapa program pelayanan berbasis e-system antara lain e-Registration, e-SPT, e-FIN, e-
Filing, e-Billing, e-Faktur, e-Form. Beberapa program tersebut terbukti meningkatkan Tax
Compliance pada masyarakat ataupun wajib pajak karena mudahnya proses administrasi

19
perpajakan serta terjaminnya data wajib pajak di dalam database DJP yang meningkatkan
pula tingkat kepercayaan wajib pajak kepada otoritas pajak.

20
DAFTAR PUSTAKA

Desyanti, A. (2020). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan dan Penerapan E-System Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Gresik Utara. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi , 1-25.

Dewantara, R. Y. (2019). Penerimaan Teknologi E-Registration Sebagai Dukungan Administrasi


Perpajakan . Jambura Journal of Informatics , 90-97.

Halim, A. I. (2020). Perpajakan Konsep, Aplikasi, Contoh dan Studi Kasus. Jakarta : Salemba Empat .

Indaryani, A. S. (2020). Menjawab Tantangan Pelaksanaan Penagihan Pajak Menuju Reformasi


Perpajakan di Indonesia . Jurnal Bisnis dan InFestasi , 44-57.

Lingga, I. S. (2009). Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak . Jurnal Akuntansi , 119-138.

Madayanto, E. H. (2015). Analisis Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Melalui Payment Online
System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Manado . Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi , 220-229.

Martini. Stephanus Yoseph P., T. P. (2019). Dampak Penerapan E-System Perpajakan Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Kantor Wilayah Jakarta
Selatan . Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT , 755-766.

Mayasari, R. d. (2020). Kajian Kritis Terhadap Strategi Reformasi Perpajakan Dalam Menyambut Era
Digital . E-Jurnal Akuntansi , 414-427.

Punarbhawa, I. G. (2013). Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan dan Pengetahuan Perpajakan


terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP). E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana , 381-397.

Putra, I. S. (2020). Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan, Sosialisasi dan Sanksi
Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak . Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi , 1-21.

Putri, A. A. (2019). Kepatuhan Wajib Pajak: Studi Aspek E-Billing, E-Filling dan E-Faktur . Jurnal Ekonomi
& Bisnis Dharma Andalas , 1-13.

Putri, N. P. (2019). Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern, Akuntabilitas dan Sanksi
Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak . Jurnal Benefita , 386-398.

Rahman, A. (2009). Mengenal Sistem Administrasi Perpajakan Modern di Era Reformasi Perpajakan .
Jurnal Wacana Kinerja , 127-147.

Rufaedah, Y. d. (2015). Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Badan Pada KPP Pratama Se-Bandung Raya. Jurnal Penelitian & Gagasan Sains dan Matematika
Terapan (SIGMA-Mu), 7-21.

21
Satriyo, A. (2009). Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Jurnal Simposium Nasional
Perpajakan, 1-67.

22

Anda mungkin juga menyukai