KELOMPOK 2
1. ANI INDRIYANI (1704100108)
2. DIAH AYU PRAMESI (1702100021)
3. ISMI DWI ASTUTI (1704100214)
4. M. IRVANUL ARIFIN (1704100146)
5. MIFTAHUL ARIFIN (1704100224)
6. MISILA LATIFATUL AULIA (1704100152)
7. MUKLIS SOLEH MAHMUDIN (1702100062)
8. RADITIO WAHID (1702100070)
9. ROMLAH (1704100176)
10. TIA ISTIQOMAH (1704100253)
11. TRI ZUNITA SARI (1702100090)
12. YULIA SULVIANA (1704100260)
KELAS D
JURUSAN S1-PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) METRO
TAHUN AKADEMIK
2018/2019
KATA PENGANTAR
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANNTAR..........................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai............................................3
B. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai......................................4
C. Objek Pajak Pertambahan Nilai..................................................4
D. Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai..........................................5
E. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai.........................................7
F. Faktur Pajak.................................................................................7
G. Barang Kena Pajak (BKP) ..........................................................9
H. Penguasaha Kena Pajak (PKP)....................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas
setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari
produsen ke konsumen. Merupakan jenis pajak konsumsi yang dalam
bahasa Inggris disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Services
Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak
tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak
atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak
menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.
Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada
pihak pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena
Pajak yang disingkat PKP. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor
oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak
keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya,
sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli,
memperoleh, atau membuat produknya. Indonesia menganut sistem tarif
tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen untuk penyerahan dalam
negeri dan 0 persen untuk ekspor.1
Menteri Keuangan tengah mengevaluasi penerapan kebijakan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) di Indonesia. Hal ini dilakukan guna
mengoptimalkan penerimaan perpajakan tahun ini pasca-program
pengampunan pajak atau tax amnesty.
Oleh karena itu, Menteri Keuangan mengakui, proses administrasi
kebijakan PPN menjadi rumit atau complicated, menciptakan celah atau
loop hole sehingga memungkinkan terjadinya berbagai macam kelemahan
di dalam sistem administrasinya.
Upaya tersebut dilakukan untuk memperbaiki kebijakan pungutan
PPN, termasuk langkah pemerintah mengintensifkan penerimaan pajak di
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak_pertambahan_nilai#Objek_Pajak_Pertambahan_Nilai
1
2017. Di samping itu, Menteri Keuangan menggenjot penerimaan
perpajakan, pemerintah mendorong DPR menyetujui perluasan objek
barang kena cukai, salah satunya cukai plastik. Selanjutnya merencanakan
kebijakan tarif cukai hasil tembakau yang orientasinya jangka menengah,
termasuk klasifikasi dari pengelompokan.
Dalam menjalankan reformasi perpajakan, Ditjen Pajak akan
menginvestasikan anggaran untuk sistem informasi teknologi guna
memperkuat basis data. Juga memperkuat analisis potensi pajak di
Indonesia menggunakan akses informasi keuangan, di samping
meningkatkan pelayanan ke masyarakat.2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat
diambil adalah: “Bagaimana khususnya mahasiswa dan umumnya
masyarakat memahami tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) serta
mekanismenya”.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah agar khususnya mahasiswa dan
umumnya masyarakat memahami tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
serta mekanismenya.
2
https://www.liputan6.com/bisnis/read/2987713/sri-mulyani-ri-negara-paling-rumit-soal-
pungutan-ppn
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
undang-undang perpajakan (tax law), administrasi perpajakan (tax
administartion).
Menurut Zain dalam bukunya menjelaskan, langkah-langkah dalam
penyusunan perencanaan pajak yang merupakan komponen sistem
manajemen pajak adalah:
1. Menetapkan sasaran atau tujuan manajemen pajak.
2. Situasi sekarang dan identifikasi pendukung dan penghambat tujuan.
3. Pengembangan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai
tujuan.3
3
Mulyo Dwi Atmojo, Sri Mangesti Rahayu, dan Otto Budihardjo, “Analisis Penerapan
Perencanaan Pajak Pertambahan Nilai (Studi Kasus Pada CV Guyub Rukun Putra Sakti Tahun
Pajak 2014),” Jurnal Perpajakan (JEJAK), Nomor 1, Volume 8 (2016): h. 3-4.
4
Mardiasmo, Perpajakan (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2016), h. 331.
4
3. Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah
menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi sebesar
15% (lima belas persen) sebagaimana diatur oleh Peraturan
Pemerintah.5
5
https://www.online-pajak.com/e-filing-ppn-kewajiban-lapor-pajak-online-pkp
5
2. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang Kena
Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan
aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan.6
6
produksi dan distribusi. Unsur pengenaan Pajak berganda atau berkenaan
Pajak atas Pajak dapat dapat di hindari dengan diterapkan nya mekanisme
pengkreditan pajak masukan (metode kredit pajak) untuk melakukan
pengekreditan masukan, sarana yang digunakan faktur pajak (metode
faktur pajak).
Mekanisme pengenaan PPN dapat di gambarkan sebagai berikut:
1. Pada saat pembeli atau memperoleh BKP/JKP, akan dipungut PPN oleh
PKP penjual. Bagi pembeli, PPN yang dipungut oleh PKP penjual
tersebut merupakan pembayaran Pajak dimuka dan disebut dengan
Pajak Masukan. Pembeli berhak menerima bukti pemungutan berupa
faktur pajak.
2. Pada saat menjual/menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain, wajib
memungut PPN. Bagi penjual, tersebut merupakan Pajak Keluaran.
Sebagai bukti telah memungut PPN, PKP penjual wajib membuat faktur
pajak.
3. Alapabila dalam suatu masa pajak (jangka waktu yang lama nya sama
dengan 1 bulan takwim) jumlah pajak keluaran lebih besar dari pada
jumlah pajak masukan, selisih nya harus diserahkan ke kas Negara.
4. Apabila pada suatu masa pajak jumlah pajak keluaran lebih kecil dari
pada jumlah pajak masukan, selisih nya dapat di restitusi (diminta
kembali) atau dikompensasikan kepada masa pajak berikut nya.
5. Pelaporan perhitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan
mengunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT
Masa PPN).8
Contoh:
1. Sepanjang bulan Maret 2011, PT ABC mempunyai transaksi sebagai
berikut:
a. Membeli bahan baku seharga Rp.100.000.000,00 (dipungut PPN
sebesar Rp.10.000.000,00)
8
Ibid…, h. 343-344.
7
b. Membeli bahan penolong seharga Rp. 40.000.000,00 (dipungut PPN
sebesar Rp.4.000.000,00
c. Menjual produk nya seharga Rp.200.000.000,00 (memungut PPN
seharga Rp.20.000.000,00
d. Perhitungan PPN:
Jumlah Pajak Keluaran Rp 20.000.000
Jumlah Pajak Masukan (Rp 14.000.000) -
PPN kurang bayar Rp 6.000.000
Contoh:
1. Pengusaha Kena Pajak “A” menjual tunai BKP kepada pengusaha
kena pajak “B” dengan harga jual Rp 25.000.000. PPN yang
terhutang:
10% x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000
PPN sebesar Rp 2.500.000 merupakan pajak keluaran, yang dipungut
oleh pengusaha kena pajak “A”. Sedangkan bagi pengusaha kena
pajak “B”, PPN tersebut merupakan pajak masukan.
2. Seseorang mengimport BKP dari luar daerah Pabean dengan nilai
import Rp 15.000.000. PPN yang dipungut melalui Direktorat Jendral
Bea dan Cukai = 10% x Rp 15.000.000 = Rp 1.500.0009
F. Faktur Pajak
9
Ibid…, h. 347
8
Faktur Pajak adalah bukti pemunggutan pajak yang dibuat oleh
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak (BKP) atau penyerahan jasa kena pajak, atau bukti pungutan pajak
karena impor yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Bea
cukai. (pasal 1 angka 23 UU PPN, pasal 1 butir 4 PMK No.
84/PMK/.03/2012 dan pasal 1 butir 4 per DJP No.24/PJ/2012) .
Dengan pengertian ini dapat dianggap bahwa jika wajib-wajib baik
orang pribadi maupun badan kalau sudah memiliki Faktur Pajak dianggap
telah membayar Pajak Pertambahan Nilai (PPN) melalui pemungutan
Pengusaha Kena Pajak penjual.
Faktur pajak dibuat pada:
1. Saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Penyerahan Kena Pajak
2. Saat penerimaan pembayaran didalam hal penerimaan pembayaran
terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum
penyerahan Jasa Kena Pajak.
3. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian
tahap pekerjaan.
4. Saat lain yang diatur dengan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Dalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang
penyerahan BPK atau penyerahan JKP yang paling sedikit menguat:
1. Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP.
2. Nama, alamat, dan NPWP pembelian BKP atau penerimaan JKP.
3. Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian dan
potongan harga.
4. PPN yang dipungut.
5. PPnBM yang dipungut.
6. Kode, nama seri, dan tanggal pembuatan faktur pajak, dan
7. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak.
9
1. Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan penyerahan Jasa Kena
Pajak.
2. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran
terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan sebelum
penyerahan Jasa Kena Pajak.
3. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian
tahap pekerjaan.
4. Untuk faktur pajak gabungan harus dibuat paling lama pada akhir
bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak.
5. Saat lain yang diatur dengan berdasarkan peraturan menteri keuangan
tersendiri.10
10
Ibid…, h. 349.
10
d. Pemberian bantuan tambahan atau perlengkapan sehubungan
dengan penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut
pada huruf a, penggunaan atau hak menggunakan
peralatan/perlengkapan tersebut pada huruf b, atau pemberian
pengetahuan atau informasi tersebut pada huruf c, berupa :
1. Penerimaan atau hak menerima rekmaan gambar atau
rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepada
masyarakat melalui satelit, tabel, serat optik, atau teknologi
yang serupa;
2. Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau
rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau
radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, tabel, serat
optik, atau teknologi yang serupa;
3. Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau saluran
seluruh spektrum radio komunikasi;
e. Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion
picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita
suara untuk siaran radio;
f. Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan
penggunaan atau pemberian hak kekayaan atau
intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut
di atas.11
2. Pengecualian BKP
Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali Undang-
Undang menetapkan sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikenakan
PPN ditetapkan dengan peraturan pemerintah didasarkan atas
kelompok-kelompok barang sebagai berikut :
a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya seperti:
11
Ibid…, h. 333.
11
1. Minyak mentah
2. Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap
dikonsumsi langsung oleh masyarakat.
3. Panas bumi
4. Asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu
apung, batu permata, bentonik, dolomit, garam batu, grafit,
granit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer,
nitrat, opsidien, okter, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit,
fospat, talk, tanah serap, tanah diatome, tanah liat, tawas, tras,
yasofit, zeolit, basal, dan trakit.
5. Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara dan
6. Biji besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih perak,
bijih nikel, serta bijih bauksit.
b. Barang barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
rakyat banyak, seperti:
1. Beras
2. Gabah
3. Jagung
4. Sagu
5. Kedelai
6. Garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium
7. Daging, yaitu daging segar yang tampak diolah, tetapi telah
melalui proses disembelih, dipotong, didinginkan, dibekukan,
dikemas atau tidak dikemas, digarami, dikapur, diasamkan,
diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus.
8. Telur, yaitu telur yang tidak diolah termasuk telur yang
dibersihkan, diasingkan, atau dikemas.
9. Susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses
didinginkan maupun dipanaskan, tidak mengandung
tambahan gula atau bahan lainnya, dan dikemas atau tidak
dikemas.
12
10. Buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik
yang telah melalui proses dicuci, disortir, dikupas, dipotong,
diiris, diglading dan dikemas atau tidak dikemas, dan
11. Sayur-sayuran yaitu sayur-sayuran segar yang dipetik, dicuci,
ditiriskan, disimpan pada suhu rendah termasuk sayuran
segar yang dicacah.
c. Makanan dan minuman yang disajikan dihotel, restoran, rumah
makan, warung dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman,
baik yang dikonsumsi ditempat maupun tidak, termasuk makanan
dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering
dan
d. Uang, emas batangan, surat berharga (saham, obligasi, dan
lainnya)12
12
Ibid…, h. 334-335.
13
a. Melaporkan usaha nya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena
Pajak.
b. Memungut PPN dan PPnBM yang terutang.
c. Menyetorkan PPN yang masih harus di bayar dalam hal Pajak
Keluaran lebih besar dari Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang
terutang, dan
d. Melaporkan penghitungan pajak.
4. Pengusaha Kecil
Pengusaha kecil merupakan pengusaha yang selama 1 (satu)
tahun buku melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak dengan jumalah peredaran bruto dan atau penerimaan
bruto tidak lebih dari Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus
juta rupiah).
Pengusaha wajib melaporkan usaha nya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak, apabila selesai dengan suatu bulan
dalam tahun buku jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto
nya melebihi Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta
rupiah) kewajiban melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaah Kena Pajak dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya
setelah bulan saat jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan
brutonya melebihi Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus
juta rupiah).
14
Beberapa hal yang perlu diketahui sehubungan dengan
pengusaha kecil:
a. Dilarang membuat faktur pajak.
b. Tidak wajib memasukan SPT Masa PPN.
c. Diwajibkan membuat pembukuan atau pencatatan.
d. Wajib lapor untuk dikukuhkan sebagai PKP, bagi pengusaha kecil
yang memperoleh peredaran bruto di atas tabf telah ditentukan.
15
terlampui dan kepala kantor pelayaan pajak tidak menerbitkan
keputusan, permohonan Wajib Pajak di anggap di kabulkan dan dalam
jangka waktu paling lama 1 bulan diterbitkan surat keputusan
pencabutan pengukuhan PKP.
Pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan dilakukan dalam hal
berdasarkan data dan/atau informasi perpajakan yang dimiliki atau
diperoleh Direktur Jendral Pajak diketahui bahwa Wajib Pajak tidak
memenuhi persyaratan subbjektif dan/atau objektif. Pencabutan
Pengukuhan PKP, baik atas permohonan Wajib Pajak atau secara
jabatan, dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan.13
13
Ibid…, h. 337-340.
16
BAB III
KESIMPULAN
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke
konsumen. Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada
pihak pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak
yang disingkat PKP. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP,
dikenal istilah pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran adalah PPN
yang dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan pajak masukan adalah
PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya.
Objek Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana diatur dalam pasal 4 Undang-
undang PPN 1984 dan perubahannya (UU 42 Tahun 2009 yang mulai berlaku
sejak 1 Januari 2010) adalah :
a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha;
b. Impor Barang Kena Pajak;
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean;
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean;
f. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
dan
h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
17
DAFTAR PUSTAKA
Mulyo Dwi Atmojo, Sri Mangesti Rahayu, dan Otto Budihardjo, “Analisis
Penerapan Perencanaan Pajak Pertambahan Nilai (Studi Kasus Pada CV Guyub
Rukun Putra Sakti Tahun Pajak 2014),” Jurnal Perpajakan (JEJAK), Nomor 1,
Volume 8, 2016.
https://id.wikipedia.org/wiki/
Pajak_pertambahan_nilai#Objek_Pajak_Pertambahan_Nilai
https://www.liputan6.com/bisnis/read/2987713/sri-mulyani-ri-negara-
paling-rumit-soal-pungutan-ppn
https://www.online-pajak.com/e-filing-ppn-kewajiban-lapor-pajak-online-
pkp
https://id.wikipedia.org/wiki/
Pajak_pertambahan_nilai#Objek_Pajak_Pertambahan_Nilai
http://keuanganlsm.com/finance/wp-content/uploads/Jasa-Kena-Pajak-
dan-Jasa-Tidak-Kena-Pajak
18