NPM : 210910208
PRODI : MANAJEMEN
2023
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah atas nikmat dan nikmat Allah SWT yang telah senantiasa
memberikan rahmat untuk menyelesaikan pekerjaan ini mengenai Pph Badan (Pajak
Penghasilan Badan)dengan baik dan benar, dan tidak lupa juga untuk mengirimkan sholawat
dan salam terus-menerus kepada Tuhan Kita adalah Nabi Besar Muhammad SAW.
Adapun menulis Yaitu, menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah. Manajemen
Keuangan di Universitas Putera Batam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. jadi saya
menganggap keluhan dan pedoman itu membangun jika Anda ingin meningkatkan untuk
kesempurnaan makalah ini di masa depan bagi Anda untuk datang.
Akhirnya, saya ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada. DIAN EFRIYENTI, S.E., M.AK.
telah memberikan pengarahan agar dapat mengembangkan pengetahuan untuk saya dan
pembaca. Dan untuk semua orang yang melakukan posisi dalam pembuatan makalah iniini dari
awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT memberi rahmat dan hidayah dalam semua usaha kita. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................5
2.1 Perpajakan................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................13
3.2 Saran.......................................................................................................................13
Daftar Pustaka.......................................................................................................................14
ii
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, dalam perkembanganya telah
menghasilkan pembangunan yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu di lanjutkan
dengan dukungan pemerintah dan seluruh potensi yang tidak sedikit. Keberhasilan
pelaksanaan pembangunan memerlukan dana yang tidak sedikit, kebutuhan untuk
pembangunan yang sedang dan akan berlangsung. Kebutuhan akan dan pembangunan
dapat di peroleh melalui berbagai cara yang kesemuanya di harapkan dapat memperkuat
sektor keuangan Negara dalam hal ini adalah Sektor Pajak.
1
di berlakukan di Indonesia di antaranya adalah Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan
Bangunan, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Hadiah, dan Lain lain.
Pelaksanaan pembangunan bangsa Indonesia telah berada pada pembangunan jangka
pajang, sehingga dalam melaksanakan pembangunan tersebut akan terus membutuhkan
dana yang semakin besar.Dengan meningkatnya perkembangan di dunia usaha di Indonesia
dan untuk lebih meningkatkan pembangunan kebijakan dalam rangka meningkatkan
efektifitas kerja sektor Kontruksi.
2
pekerjaan, jasa atau kegiatan yang di lakukan oleh WP atau Badan dalam Negri . Kebijakan
pemerintah dalam mengatur pajak penghasilan antara lain dengan di keluarkannya Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor
10 tahun 1994, kemudian di ubah kembali dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000,
dan terakhir kali di ubaha dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Pajak Penghasilan
(PPh) merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau
kegiatan yang dib lakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi atau badan dalan Negri.
PT Menara Gading Mulia Merupakan salah satu wajib pajak badan yang bergerak di
bidang konstruksi mekanikal . Salah satu kewajiban perpajakan yang harus di tanggung
adalah Pajak Penghasilan Badan dan dari itu di perlukan perhitungan untuk menghitung
Pajak Terhutang Badan dengan menggunakan perhitungan menurut PPh Tidak Final dan PPh
Final.
3
c. Perhitungan manakah yang lebih Efesien yang di gunakan pada PT Menara Gading
Mulia
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi acuan atau referensi bagi pembaca dan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat memberikan gambaran kepada para
pembaca mengenai pajak penghasilan
4
Bab II
PEMBAHASAN
2.1 Perpajakan
A. Pengertian Pajak
Dalam buku Perpajakan Edisi Terbaru 2018 oleh Mardiasmo (2018:3) Definisi
pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan pada Pasal 1 Ayat 1 berbunyi Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undangundang,dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Definisi pajak
menurut para ahli antara lain :
1. Definisi Pajak menurut S.I.Djajadiningrat yang dikutip Siti Resmi dalam buku
Perpajakan Teori dan Kasus edisi 10 (2017:1) Pajak sebagai suatu kewajiban
menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,
kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai
hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,
tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara
kesejahteraan umum.
2. Definisi Pajak menurut N. J. Feldmann yang dikutip Siti Resmi dalam buku Perpajakan
Teori dan Kasus edisi 10 (2017:1) : Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh
dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara
5
umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaranpengeluaran umum.
3. Definisi Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro,S.H dalam buku Perpajakan Edisi
Terbaru 2018 (2018:3) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang sifatnya dapat dipaksakan) serta tidak mendapatkan jasa
timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
Berdasarkan beberapa definisi dan pengertian pajak yang telah diuraikan diatas,dapat
ditarik beberapa kesimpulan bahwa:
1. Iuran rakyat kepada negara yang bersifat memaksa
2. Berdasarkan Undang-undang
3. Tanpa adanya kontrasepsi (timbal-balik) secara langsung
4. Digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
B. Fungsi Pajak
Menurut Mardiasmo (2018:4) Terdapat dua fungsi pajak,yaitu:
1. Fungsi Budgetair
Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) Pajak merupakan salah satu sumber
penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran, baik rutin maupun
pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya
memasukkan uang sebanyak-banyaknya uang kas negara. Upaya tersebut ditempuh
dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan pajak melalui
penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak, seperti Pajak Penghasilan (PPh),
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), dan sebagainya.
2. Fungsi Regulared
Fungsi Regularend (Pengatur) II-10 Pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta
mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Berikut beberapa contoh
penerapan pajak sebagai fungsi pengatur:
6
a) Pajak penjualan atau Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat terjadi
transaksi jual beli barang tergolong mewah. Semakin mewah suatu barang,
tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut harganya semakin
mahal. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba
untuk mengonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah).
b) Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan, dimaksudkan agar pihak yang
memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi (membayar pajak)
yang tinggi pula sehingga terjadi pemerataan pendapatan.
c) Tarif pajak ekspor sebesar 0%, dimaksudkan agar para pengusaha terdorong
mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga memperbesar devisa
Negara
d) Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industry tertentu,
seperti industri semen, industri kertas, industri baja, dan lainnya, dimaksudkan
agar terdapat penekanan produksi terhadap industri tersebut karena dapat
mengganggu lingkungan atau polusi (membahayakankessehatan).
e) Pengenaan pajak 1% bersifat final untuk kegiatan usaha dan batasan
peredaran usaha tertentu, dimaksudkan untuk penyederhanaan penghitungan
pajak.
f) Pemberlakuan tax holiday, dimaksudkan untuk menarik investor asing agar
menanamkan modalnya di Indonesia
C. Macam-macam Tarif Pajak
Menurut Mardiasmo (2018:11) Terdapat 4 macam tarif pajak:
1. Tarif Sebanding/Proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak,
sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang
dikenai pajak.
2. Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap beberapapun jumlah yang dikenai
pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
7
3. Tarif Progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin
besar.
4. Tarif Degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin
besar.
8
10. Persekutuan
11. Perkumpulan
12. Yayasan
13. Organisasi Masyarakat
14. Organisasi Sosial Politik
15. Organisasi lainnya dengan nama dan bentuk apapun
16. Lembaga dan bentuk badan lainnya
17. Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
18. Bentuk Usaha Tetap
C. Objek Pajak Penghasilan
Objek PPh Badan adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh badan. Bagi
Subjek Badan dalam negeri yang menjadi objek PPh adalah semua penghasilan baik dari
dalam maupun dari luar negeri sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 4 Ayat (1)
Undang-Undang PPh yang meliputi:
1. Hadiah dari kegiatan dan penghargaan.
2. Laba usaha.
3. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta (selain tanah dan
bangunan).
4. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
5. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang.
6. Dividen.
7. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
8. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
9. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan.
10. Peraturan Pemerintah.
11. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
12. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva tetap.
9
13. Iuran yang diterima perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
14. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.
Beleid ini dikeluarkan untuk melaksanakan Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No.
2/2020 tentang Penertapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No.
1/2020 tentang:
10
Lebih rendah 3% untuk Perusahaan Terbuka (Tbk), menjadi:
• 19% pada 2020 dan 202
• 17% mulai pada 2023
Tapi penurunan tarif PPh Badan lebih rendah 3% bagi Perusahaan Tbk ini ada
syaratnya, yaitu:
1. Saham dikuasai setidaknya 300 pihak.
2. Setiap pihak di dalam Perseroan Terbuka (PT) hanya diizinkan menguasai saham di
bawah 5% dari keseluruhan saham yang diperdagangkan dan disetor penuh.
3. Saham yang diperdagangkan dan disetor pada bursa efek wajib dipenuhi dalam kurun
waktu paling sedikit 183 hari kalender selama jangka waktu 1 tahun pajak.
4. Membuat laporan kepada Direktorat Jenderal Pajak
11
PPh badan terutang dengan peredaran bruto di atas Rp50 miliar akan dihitung
berdasarkan ketentuan umum atau tanpa fasilitas pengurangan tarif. Jadi dapat
disimpulkan bahwa besar PPh badan tetap adalah 22% x penghasilan kena pajak.
12
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat di
simpulkan bahwa :
1. Besaran hasil perhitungan Pajak Terutang menurut Pajak Komersial PT Menara Gading
Mulia atas perhitungan PPh Tidak Final sebagi berikut, di tahun 2018 Sebesar
Rp16,700,116, Tahun 2019 Rp22,586,240 dan Tahun 2020 Rp 22,651,469
2. Besaran hasil perhitungan Pajak Terutang menurut Pajak Komersial PT Menara Gading
Mulia atas perhitungan PPh Final sebagi berikut, di tahun 2018 Sebesar Rp 2,524,932
Tahun 2019 Rp 3,029,963 dan Tahun 2020 Rp3,093,614
3. Perhitungan yang lebih Efisin Pajak Terutang PT Menara Gading Mulia
adalah Perhitungan PPh Final, dimana perhitungan PPh Final mendapatkan Pajak
Terutang yang lebih kecil dibandingkan PPh Tidak Final , PPh Final mendapatkan Pajak
Terutang di tahun2018 Sebesar Rp 2,524,932 Tahun 2019 Rp 3,029,963 dan Tahun 2020
Rp3,093,614 dan PPh Tidak Final mendapatkan perhitungan Pajak Terutang di tahun
2018 Sebesar Rp16,700,116, Tahun 2019 Rp22,586,240 dan Tahun 2020 Rp 22,651,469
3.2 Saran
1. Untuk kebaikan perusahaan dalam membayardan menghitung Pajak Penghasilan di
sarankan jika penghasilan bruto di bawah Rp 4,800,000,000 Agar perusahaan
menghitung pajak penghasilan menggunakan perhitungan PPh Final
13
2. Perlu di laksanakannya pencatatan yang lebih sistematis dan terorganisir dalan
pembukuan dalam perusahaan agar dapat mempermudah dalam perhitungan dan
penyelesainnya kewajiban pajak
3. Untuk meningkatkan efisiensi kinerja di bagian akuntansi dan perpajakan perlu
ditingkatkan kompetensinya sehingga PT Menara Gading Mulia dapat mengefisiensikan
perhitungan dan pembayaran PPh Badan Terutangnya.
Daftar Pustaka
Mardiasmo,2018 Perpajakan Edisi Terbaru, Yogyakarta : ANDI
Siti Resmi . 2019 . Perpajakan Teori dan Kasus Esdisi 11 , Yogyakarta : Salemba Empat
Magdalena Onunu 2020 “Analisa perhitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang
ergolong Kriteria UMKM sesuai PP No 23 tahun 2018” Skripsi Universitas Katolik
Soegijagapranata Semarang
Marcelino, Ransulangi. 2015 “Analisa Perbandingan Tarif Pajak Penghasilan Pasal 17 dan Tarif
Pajak Penghasilan Final pad CV Melania” Skripsi Universitas Sam Ratulangi , Manado
Sindari, Dianaswara. 2014 “Analisa Komparasi Pajak Terhutang Sebelum dan Sesudah
Penerapan PPh Final 1% Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)” Skripsi Politeknik
Negri Batam, Batam
Yuyun Apriani Christian 2019 ” Implikasi Pengenaan Pajak Penghasilan Final terhadap
Perhitungan Pajak Penghasian Badan “Skripsi Universitas Sam Ratulangi Manado
Zulfan. 2016 “ Analisa Komparasi Pajak Terhutang Sebelum dan Sesudah Penerapn PPh Final 1%
Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Sesuai PP No.46 Tahun 2013” .
Skripsi .Universitas Andalas, Padang
14
15