Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MANDIRI

Pph Badan (Pajak Penghasilan Badan)

NAMA : MUHAMAD AZMI

NPM : 210910208

PRODI : MANAJEMEN

DOSEN : DIAN EFRIYENTI, S.E., M.AK.

KODE KELAS : 231-MN016-M3

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS PUTERA BATAM

2023

1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah atas nikmat dan nikmat Allah SWT yang telah senantiasa
memberikan rahmat untuk menyelesaikan pekerjaan ini mengenai Pph Badan (Pajak
Penghasilan Badan)dengan baik dan benar, dan tidak lupa juga untuk mengirimkan sholawat
dan salam terus-menerus kepada Tuhan Kita adalah Nabi Besar Muhammad SAW.

Adapun menulis Yaitu, menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah. Manajemen
Keuangan di Universitas Putera Batam.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. jadi saya
menganggap keluhan dan pedoman itu membangun jika Anda ingin meningkatkan untuk
kesempurnaan makalah ini di masa depan bagi Anda untuk datang.

Akhirnya, saya ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada. DIAN EFRIYENTI, S.E., M.AK.
telah memberikan pengarahan agar dapat mengembangkan pengetahuan untuk saya dan
pembaca. Dan untuk semua orang yang melakukan posisi dalam pembuatan makalah iniini dari
awal sampai akhir.

Semoga Allah SWT memberi rahmat dan hidayah dalam semua usaha kita. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan..................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2 Batasan Masalah.......................................................................................................3

1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................................3

1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................................4

1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................5

2.1 Perpajakan................................................................................................................5

2.2 Pajak Penghasilan Badan...........................................................................................8

2.3 Peraturan Pajak Penghasilan....................................................................................10

2.4 Ketentuan Tarif PPh Badan......................................................................................10

2.5 Perhitungan PPh Badan...........................................................................................11

2.6 Pengertian PPh Tidak Final.......................................................................................12

2.7 Pengertian PPh Final................................................................................................12

BAB III Penutup.....................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................13

3.2 Saran.......................................................................................................................13

Daftar Pustaka.......................................................................................................................14

ii
Bab I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, dalam perkembanganya telah
menghasilkan pembangunan yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu di lanjutkan
dengan dukungan pemerintah dan seluruh potensi yang tidak sedikit. Keberhasilan
pelaksanaan pembangunan memerlukan dana yang tidak sedikit, kebutuhan untuk
pembangunan yang sedang dan akan berlangsung. Kebutuhan akan dan pembangunan
dapat di peroleh melalui berbagai cara yang kesemuanya di harapkan dapat memperkuat
sektor keuangan Negara dalam hal ini adalah Sektor Pajak.

Bagi Negara berkembang seperti Indonesia, peningkatan penerimaan dalam negri


terutama yang berasal dari sektor pajak sangatlah penting karena selain untuk membiayai
berbagai pengeluaran rutin di perlukan pula untuk mebiayai prasarana ekonomi dan social.
Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sector privat
( perusahaan ) kesektor publik, agar tidak terjadi gangguan yang serius terhadap jalannya
perusahaan maka pemenuhan kewajiban perpajakan harus dengan baik. Mengingat situasi
perekonomian yang sedang di landa krisis berkepanjangan dimana penerimaaan sector
migas sudah tidak dapat di andalkan lagi dan hutang luar negri sudah mencapai ambang
batas kewajaran, maka pemerintah semakin menggantungkan harapan penerimaan dari
sector pajak.
Salah satu sumber pendapatan negara terbesar adalah dari sektor pajak . Bagi Negara,
pajak merupakan salah satu sumber penerimaan penting yang akan di gunakan untuk
membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran
pembangunan. Pajak merupakan iuran wajib yang di berlakukan pada setiap wajib pajak
atas objek pajak yang di miliki dan hasilnya di serahkan kepada pemerintah. Jenis pajak yang

1
di berlakukan di Indonesia di antaranya adalah Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan
Bangunan, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Hadiah, dan Lain lain.
Pelaksanaan pembangunan bangsa Indonesia telah berada pada pembangunan jangka
pajang, sehingga dalam melaksanakan pembangunan tersebut akan terus membutuhkan
dana yang semakin besar.Dengan meningkatnya perkembangan di dunia usaha di Indonesia
dan untuk lebih meningkatkan pembangunan kebijakan dalam rangka meningkatkan
efektifitas kerja sektor Kontruksi.

Perlakuan akuntansi adalah bagaimana cara pencatatan akuntansi dalam bentuk


transaksi-transaksi yang terjadi di perusahaan seperti pembelian, penjulan, pembayaran
sewa, pembayaran upah atau gaji dan lain-lain. Perlakuan dapat di artikan sebagai kondisi
pengaruhnya diamati dalam penelitian. Dalam akuntasi pajak itu adalah perhitungan,
pencatatan, pelaporan yang di lakukan oleh Perusahaan. Jadi perlakuan akuntansi pajak
adalah bagaimana cara pencatatan akuntasi perusahaan dalam transaksi perhitungan,
pemotongan, pelaporan, dan penyetoran, pajak penghasilan badan yang sesuai dengan
undang-undang pajak.
Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang di gunakan adalah Self Assesment System,
yaitu sistem dimana Wajib Pajak menghitung dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang
harus di setorkan. Sistem ini di berlakukan untuk memberikan kepercayaan yang sebesar
besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam
menyetorkan pajaknya. Akan tetapi, pengetahuan Wajib Pajak terhadap cara penghitungan
PPh yang di gunakan saat ini yaitu PPh Final masih kurang, padahal perhitungan pajak dalam
pasal ini sudah di berlakukan di Indonesia .Maka penulis melakukan perhitungan besar
pajak terutang dengan menggunakan PPh Tidak Final dan PPh Final .
Pajak Penghasilan PPh Tidak Final dan PPh Final merupakan salah satu pajak yang
memberikan masukan sangat besar bagi Negara. Kebijakan pemerintah dalam mengatur
Pajak Penghasilan (PPh) antara lain dengan di keluarkannya Undang Undang. Pajak
Penghasilan (PPh) merupakan pajak yang di kenakan atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan apapun sehubungan dengan

2
pekerjaan, jasa atau kegiatan yang di lakukan oleh WP atau Badan dalam Negri . Kebijakan
pemerintah dalam mengatur pajak penghasilan antara lain dengan di keluarkannya Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor
10 tahun 1994, kemudian di ubah kembali dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000,
dan terakhir kali di ubaha dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Pajak Penghasilan
(PPh) merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau
kegiatan yang dib lakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi atau badan dalan Negri.

PT Menara Gading Mulia Merupakan salah satu wajib pajak badan yang bergerak di
bidang konstruksi mekanikal . Salah satu kewajiban perpajakan yang harus di tanggung
adalah Pajak Penghasilan Badan dan dari itu di perlukan perhitungan untuk menghitung
Pajak Terhutang Badan dengan menggunakan perhitungan menurut PPh Tidak Final dan PPh
Final.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis


Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Badan dengan PPh Tidak Final dan PPh Final Terhadap
Pajak Terutang PT Menara Gading Mulia”

1.2 Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang pembahasan di atas, maka penulis membatasi pada yang
berkaitan dengan PPh Tidak Final, PPh Final, dan Pajak terutang PT Menara Gading Mulia
tahun periode 2018 sampai 2020 menurut perhitungan pajak komersial Perusahaan

1.3 Rumusan Masalah


a. Seberapa besar perhitungan Pajak Terutang Badan PT Menara Gading Mulia atas
perhitungan PPh Tidak Final ?
b. Seberapa besar perhitungan Pajak Terutang Badan PT Menara Gading Mulia atas
perhitungan PPh Final ?

3
c. Perhitungan manakah yang lebih Efesien yang di gunakan pada PT Menara Gading
Mulia

1.4 Tujuan Penelitian


a. Untuk mengetahui besarnya Pajak Terhutang Badan PT Menara Gading Mulia atas
perhitungan PPh Tidak Final
b. Untuk mengetahui besarnya Pajak Terutang Badan PT Menara Gading Muliaatas
perhitungan PPh Final
c. Untuk mengetahui tarif manakah yang lebih efesien bagi Perusahaan

1.5 Manfaat Penelitian


a. Bagi Penulis
Peneliatian Ini di harapkan dapat memberikan pengetahuan Perhitungan Pajak
Penghasilan (PPh) Tidak Final dan Perhitungan PPh Final yang di terapkan dalam suatu
Perusahaan dan di gunakan sebagai pengembangan wawasan serta pemahaman
mengenai Pajak Penghasilan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian
sarjana ekonomi jurusan Akuntansi
b. Bagi Perusahaan
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran dan sumbangan pemikiran
kepada perusahaan khususnya PT Menara Gading Mulia dalam merencanakan besarnya
pajak yang akan di bayarkan
c. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi acuan atau referensi bagi pembaca dan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat memberikan gambaran kepada para
pembaca mengenai pajak penghasilan

4
Bab II

PEMBAHASAN
2.1 Perpajakan
A. Pengertian Pajak
Dalam buku Perpajakan Edisi Terbaru 2018 oleh Mardiasmo (2018:3) Definisi
pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan pada Pasal 1 Ayat 1 berbunyi Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undangundang,dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Definisi pajak
menurut para ahli antara lain :

1. Definisi Pajak menurut S.I.Djajadiningrat yang dikutip Siti Resmi dalam buku
Perpajakan Teori dan Kasus edisi 10 (2017:1) Pajak sebagai suatu kewajiban
menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,
kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai
hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,
tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara
kesejahteraan umum.
2. Definisi Pajak menurut N. J. Feldmann yang dikutip Siti Resmi dalam buku Perpajakan
Teori dan Kasus edisi 10 (2017:1) : Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh
dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara

5
umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaranpengeluaran umum.
3. Definisi Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro,S.H dalam buku Perpajakan Edisi
Terbaru 2018 (2018:3) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang sifatnya dapat dipaksakan) serta tidak mendapatkan jasa
timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
Berdasarkan beberapa definisi dan pengertian pajak yang telah diuraikan diatas,dapat
ditarik beberapa kesimpulan bahwa:
1. Iuran rakyat kepada negara yang bersifat memaksa
2. Berdasarkan Undang-undang
3. Tanpa adanya kontrasepsi (timbal-balik) secara langsung
4. Digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
B. Fungsi Pajak
Menurut Mardiasmo (2018:4) Terdapat dua fungsi pajak,yaitu:
1. Fungsi Budgetair
Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) Pajak merupakan salah satu sumber
penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran, baik rutin maupun
pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya
memasukkan uang sebanyak-banyaknya uang kas negara. Upaya tersebut ditempuh
dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan pajak melalui
penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak, seperti Pajak Penghasilan (PPh),
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), dan sebagainya.
2. Fungsi Regulared
Fungsi Regularend (Pengatur) II-10 Pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta
mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Berikut beberapa contoh
penerapan pajak sebagai fungsi pengatur:

6
a) Pajak penjualan atau Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat terjadi
transaksi jual beli barang tergolong mewah. Semakin mewah suatu barang,
tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut harganya semakin
mahal. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba
untuk mengonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah).
b) Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan, dimaksudkan agar pihak yang
memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi (membayar pajak)
yang tinggi pula sehingga terjadi pemerataan pendapatan.
c) Tarif pajak ekspor sebesar 0%, dimaksudkan agar para pengusaha terdorong
mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga memperbesar devisa
Negara
d) Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industry tertentu,
seperti industri semen, industri kertas, industri baja, dan lainnya, dimaksudkan
agar terdapat penekanan produksi terhadap industri tersebut karena dapat
mengganggu lingkungan atau polusi (membahayakankessehatan).
e) Pengenaan pajak 1% bersifat final untuk kegiatan usaha dan batasan
peredaran usaha tertentu, dimaksudkan untuk penyederhanaan penghitungan
pajak.
f) Pemberlakuan tax holiday, dimaksudkan untuk menarik investor asing agar
menanamkan modalnya di Indonesia
C. Macam-macam Tarif Pajak
Menurut Mardiasmo (2018:11) Terdapat 4 macam tarif pajak:
1. Tarif Sebanding/Proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak,
sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang
dikenai pajak.
2. Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap beberapapun jumlah yang dikenai
pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

7
3. Tarif Progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin
besar.
4. Tarif Degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin
besar.

2.2 Pajak Penghasilan Badan


A. Pengertian Pajak Penghasilan
Menurut Siti Resmi ( 2017:70 )adalah Pajak yang di kenakan terhadap subjek atas
penghasilan yang di terimana atau di perolehnya dalam suatu tahun Pajak Peraturan
perundang-undangan yang mengatur pajak penghasilan di Indoneia adalah UU No 7
Tahun 1983, yang telah disempurnakan dengan UU No 7 Tahun 1991, UU No 10 Tahun
1994, UU No 17 Tahun 2000, UU No 36 Tahun 2008, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Presiden, Keputusan Mentri Keuangan, Keputusan Direktur Jendral Pajak, dan Surat
Edaran Direktur Jendral Pajak.
B. Subjek Pajak Penghasilan
Subjek pajak Badan adalah setiap Badan Usaha yang diberikan kewajiban untuk
membayar pajak, baik dalam periode bulan maupun tahun dan disetor ke kas negara.
Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(UU KUP), yang termasuk dalam pengertian Badan adalah sebagai berikut:
1. Perseroan Terbatas (PT)
2. Perseroan Lainnya
3. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
4. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
5. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
6. Firma
7. Kongsi
8. Koperasi
9. Dana Pensiun

8
10. Persekutuan
11. Perkumpulan
12. Yayasan
13. Organisasi Masyarakat
14. Organisasi Sosial Politik
15. Organisasi lainnya dengan nama dan bentuk apapun
16. Lembaga dan bentuk badan lainnya
17. Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
18. Bentuk Usaha Tetap
C. Objek Pajak Penghasilan
Objek PPh Badan adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh badan. Bagi
Subjek Badan dalam negeri yang menjadi objek PPh adalah semua penghasilan baik dari
dalam maupun dari luar negeri sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 4 Ayat (1)
Undang-Undang PPh yang meliputi:
1. Hadiah dari kegiatan dan penghargaan.
2. Laba usaha.
3. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta (selain tanah dan
bangunan).
4. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
5. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang.
6. Dividen.
7. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
8. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
9. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan.
10. Peraturan Pemerintah.
11. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
12. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva tetap.

9
13. Iuran yang diterima perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
14. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

2.3 Peraturan Pajak Penghasilan


Ada beberapa peraturan yang berlaku mengenai pajak Badan, antara lain:
1. UU No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Badan.
2. UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7
tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
3. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan
dari Usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran Bruto
tertentu.

2.4 Ketentuan Tarif PPh Badan


Norma Penghitungan Penghasilan Neto yang dimaksud dapat Anda lihat pada pasal
14 UU No. 36 Tahun 2008 tentang PPh lalu di perbaharui menjadi PeraturanPemerintah (PP)
Nomor 30 Tahun 2020 tentang Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Dalam
Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbatas, tarif PPh badan diturunkan.

Beleid ini dikeluarkan untuk melaksanakan Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No.
2/2020 tentang Penertapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No.
1/2020 tentang:

Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan


Pandemi COVID-19 dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang.
Berikut adalah Pembeharuan Tarif :
• 22% berlaku pada 2020 dan 2021
• 20% mulai berlaku pada 2022

10
Lebih rendah 3% untuk Perusahaan Terbuka (Tbk), menjadi:
• 19% pada 2020 dan 202
• 17% mulai pada 2023
Tapi penurunan tarif PPh Badan lebih rendah 3% bagi Perusahaan Tbk ini ada
syaratnya, yaitu:
1. Saham dikuasai setidaknya 300 pihak.
2. Setiap pihak di dalam Perseroan Terbuka (PT) hanya diizinkan menguasai saham di
bawah 5% dari keseluruhan saham yang diperdagangkan dan disetor penuh.
3. Saham yang diperdagangkan dan disetor pada bursa efek wajib dipenuhi dalam kurun
waktu paling sedikit 183 hari kalender selama jangka waktu 1 tahun pajak.
4. Membuat laporan kepada Direktorat Jenderal Pajak

2.5 Perhitungan PPh Badan


Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau NPPN yang dimaksud dapat Sobat
Klikpajak lihat pada pasal 14 UU No. 36 Tahun 2008 tentang PPh. Berdasarkan ketentuan
perpajakan yang berlaku, Norma Penghitungan Penghasilan Neto dibagi dalam 2 jenis
berdasarkan jumlah peredaran bruto, yaitu:
1. Peredaran Bruto hingga Rp50 Miliar
Penghasilan Kotor
(Bruto) Tarif Pajak
Kurang dari Rp4,8
Miliar 50% x 22% x Penghasilan Kena Pajak

Lebih dari Rp4.8 [(50%x25%) x Penghasilan Kena Pajak yang


Miliar s/d Rp50 Memperoleh Fasilitas] + (25% x Penghasilan

Miliar Kena Pajak Tidak Memperoleh


Fasilitas

2. Peredaran Bruto di atas Rp50 miliar

11
PPh badan terutang dengan peredaran bruto di atas Rp50 miliar akan dihitung
berdasarkan ketentuan umum atau tanpa fasilitas pengurangan tarif. Jadi dapat
disimpulkan bahwa besar PPh badan tetap adalah 22% x penghasilan kena pajak.

2.6 Pengertian PPh Tidak Final


Pajak Penghasilan Tidak Final di gunakan untuk menghitung besarnya pajak
penghasilan yang harus di bayar oleh Wajib Pajak Pribadi maupun Wajib Pajak Badan atau
Perusahaan. Perhitungan Pajak Penghasilan tersebut di hitung dari Penghasilan Bersih di
kalikan dengan tarif PPh Tidak Final.

2.7 Pengertian PPh Final


Dalam buku Siti Resmi ( 2017:138 ) Pajak Penghasikan atas Penghasilan dari usaha
bagi wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu bersifat Final di maksudkan untuk
member kemudahan bagi Wajib Pajak yang menerima /memperoleh Penghasilan dari usaha
dengan peredaran Bruto tertentu dapat melakukan perhitungan, penyetoran dan pelaporan
pajak penghasilan yang terhutang Penghasilan yang dikenakan PPh final tidak
diperhitungkan kembali dalam pelaporan SPT Tahunan untuk dikenakan tarif umum (PPh
Final) bersama penghasilan lainnya. Hanya dicantumkan dalam daftar objek PPh final.
Pencatatan dalam Pajak Penghasilan Final pasal 4 ayat (2) sangat penting
peranannya dalam perusahaan karena dari analisis di gunakan oleh pihak intern, maupun
ekstern perusahaan untuk mengetahui jumlah peredaran atau penerimaan penghasilan
bruto serta penghasilan yang dikenakan PPh final sehingga bisa dihitung besarnya pajak
yang terutang, serta dapat menggambarkan jumlah peredaran / penerimaan bruto dari
masing-masing jenis usaha atau tempat usaha yang bersangkutan, diantaranya dari hasil
penyewaan tanah kepada perusahaan lain, transaksi penjualan saham serta penghasilan
yang didapat dari jasa konstruktif (Pelaksanaan, Perencanaan, Pengawasan).

12
Bab III

Penutup
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat di
simpulkan bahwa :
1. Besaran hasil perhitungan Pajak Terutang menurut Pajak Komersial PT Menara Gading
Mulia atas perhitungan PPh Tidak Final sebagi berikut, di tahun 2018 Sebesar
Rp16,700,116, Tahun 2019 Rp22,586,240 dan Tahun 2020 Rp 22,651,469
2. Besaran hasil perhitungan Pajak Terutang menurut Pajak Komersial PT Menara Gading
Mulia atas perhitungan PPh Final sebagi berikut, di tahun 2018 Sebesar Rp 2,524,932
Tahun 2019 Rp 3,029,963 dan Tahun 2020 Rp3,093,614
3. Perhitungan yang lebih Efisin Pajak Terutang PT Menara Gading Mulia
adalah Perhitungan PPh Final, dimana perhitungan PPh Final mendapatkan Pajak
Terutang yang lebih kecil dibandingkan PPh Tidak Final , PPh Final mendapatkan Pajak
Terutang di tahun2018 Sebesar Rp 2,524,932 Tahun 2019 Rp 3,029,963 dan Tahun 2020
Rp3,093,614 dan PPh Tidak Final mendapatkan perhitungan Pajak Terutang di tahun
2018 Sebesar Rp16,700,116, Tahun 2019 Rp22,586,240 dan Tahun 2020 Rp 22,651,469

3.2 Saran
1. Untuk kebaikan perusahaan dalam membayardan menghitung Pajak Penghasilan di
sarankan jika penghasilan bruto di bawah Rp 4,800,000,000 Agar perusahaan
menghitung pajak penghasilan menggunakan perhitungan PPh Final

13
2. Perlu di laksanakannya pencatatan yang lebih sistematis dan terorganisir dalan
pembukuan dalam perusahaan agar dapat mempermudah dalam perhitungan dan
penyelesainnya kewajiban pajak
3. Untuk meningkatkan efisiensi kinerja di bagian akuntansi dan perpajakan perlu
ditingkatkan kompetensinya sehingga PT Menara Gading Mulia dapat mengefisiensikan
perhitungan dan pembayaran PPh Badan Terutangnya.

Daftar Pustaka
Mardiasmo,2018 Perpajakan Edisi Terbaru, Yogyakarta : ANDI

Siti Resmi . 2019 . Perpajakan Teori dan Kasus Esdisi 11 , Yogyakarta : Salemba Empat

Fitriandi, Primandita dkk ( 2018 ). Undang-Undang Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat

Magdalena Onunu 2020 “Analisa perhitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang
ergolong Kriteria UMKM sesuai PP No 23 tahun 2018” Skripsi Universitas Katolik
Soegijagapranata Semarang

Marcelino, Ransulangi. 2015 “Analisa Perbandingan Tarif Pajak Penghasilan Pasal 17 dan Tarif
Pajak Penghasilan Final pad CV Melania” Skripsi Universitas Sam Ratulangi , Manado

Sindari, Dianaswara. 2014 “Analisa Komparasi Pajak Terhutang Sebelum dan Sesudah
Penerapan PPh Final 1% Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)” Skripsi Politeknik
Negri Batam, Batam

Yuyun Apriani Christian 2019 ” Implikasi Pengenaan Pajak Penghasilan Final terhadap
Perhitungan Pajak Penghasian Badan “Skripsi Universitas Sam Ratulangi Manado

Zulfan. 2016 “ Analisa Komparasi Pajak Terhutang Sebelum dan Sesudah Penerapn PPh Final 1%
Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Sesuai PP No.46 Tahun 2013” .
Skripsi .Universitas Andalas, Padang

14
15

Anda mungkin juga menyukai