Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PELAYANAN ADMINISTRASI DI PERPAJAKAN

OLEH :

ARFHI ARRASYID

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI NEGARA


UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2021/2022
Kata pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “pelayanan administrasi di
perpajakan”.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen


mata kuliah metode penulisan ilmiah yaitu Dwi Herlinda M.SI

Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam


hal menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang pelayanan administrasi

Penulis menyadari makalah  ini terdapat banyak kekurangan, maka penulis


mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

13, Oktober 2021

penulis

i
Daftar Isi
Kata pengantar........................................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Fungsi pajak dan bentuk pelayanan...................................................................................2
2.2 Bentuk kemudahan pelayanan untuk membayar pajak...................................................4
2.3 Sejarah Pajak.......................................................................................................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................9
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Fungsi pajak adalah membiayai
pengeluaran-pengeluaran. Manfaat pajak digunakan untuk melakukan pembangunan hingga
membayar gaji pegawai negeri.

Pembayar pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung, di mana uang yang
dikumpulkan dari pajak adalah digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.

Pembayaran pajak adalah perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta wajib
pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk
pembiayaan negara dan pembangunan nasional

Sesuai falsafah undang-undang definisi pajak, membayar pajak adalah bukan hanya
merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut
berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan
nasional.

Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran manfaat pajak, sebagai pencerminan


kewajiban kenegaran di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri untuk
memenuhi kewajiban tersebut.

Hal tersebut sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam sistem perpajakan
Indonesia. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan fungsinya
berkewajiban melakukan pembinaan atau penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa fungsi pajak dan bentuk pelayanan pemerintah yang diberikan kepada
masyarakat ?
2. Apa bentuk kemudahan pelayanan yang diberikan untuk membayar pajak?
3. Bagaimana sejarah perpajakan di Indonesia

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pajak
2. Untuk mengetahui fungsi pajak
3. Untuk mengetahui sejarah bentuk pelayanan pajak dari masa ke masa

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi pajak dan bentuk pelayanan

Pajak merupakan iuran wajib yang dibayar rakyat kepada negara tanpa
kontraprestasi secara langsung dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah
dan masyarakat umum (Mardiasmo: 2011).
Menurut Siti Resmi (2013) pajak mempunyai dua fungsi penting dalam
perekonomian suatu negara. Pertama pajak merupakan salah satu sumber dana
pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Kedua pajak berfungsi sebagai alat yang mengatur kebijakan-
kebijakan pemerintah di bidang sosial ekonomi. 
Penerimaan pajak mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik dalam
jumlah nominal maupun persentase terhadap jumlah keseluruhan pendapatan negara.
Di sisi lain persentase Wajib Pajak masih sangat kecil jika dibandingkan dengan
jumlah seluruh penduduk di Indonesia. Hal ini menunjukan kesadaran masyarakat
Indonesia untuk membayar pajak masih rendah.
Menurut Widayati dan Nurlis yang dikutip dalam penelitian Ramadiansyah,
Sudjana, & Dwiatmanto (2014) menguraikan beberapa bentuk kesadaran membayar
pajak yang mendorong Wajib Pajak untuk membayar pajak salah satunya adalah
kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang
pembangunan negara.
Pemahaman masyarakat mengenai peraturan perpajakan sangatlah penting, hal
tersebut akan mendorong kesadaran masyarakat terutama Wajib Pajak untuk
memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Masruroh Siti & Zulaikha (2013) yang menyatakan pengetahuan dan pemahaman
peraturan perpajakan merupakan proses wajib pajak mengetahui dan
mengaplikasikan pengetahuan tersebut untuk membayar pajak.
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber

2
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Di sisi lain pajak juga sangat penting dalam mengatur pertumbuhan
ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Disisi lain pajak mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kehidupan bernegara, pajak mempunyai beberapa fungsi,
antara lain:
1. Fungsi Anggaran (Budgetair), yaitu pajak dijadikan alat untuk memasukkan dana
secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang
berlaku, sehingga pajak berfungsi membiayai seluruh pengeluaran-pengeluaran
yang berkaitan dengan proses pemerintahan. Pajak digunakan untuk pembiayaan
rutin, seperti: belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lainnya. Untuk
pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yaitu
penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah
tersebut ditingkatkan terus dari tahun ke tahun sesuai kebutuhan pembiayaan
pembangunan yang semakin meningkat.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend), yaitu pajak digunakan pemerintah sebagai alat
untuk mencapai tujuan tertentu dan pelengkap dari fungsi anggaran. Pemerintah
dapat mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Contohnya:
dalam rangka penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri,
diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi
produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk
produk luar negeri.
3. Fungsi Stabilitas, yaitu pajak membuat pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga, sehingga
inflasi dapat dikendalikan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan jalan mengatur
peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif
dan efisien.
4. Fungsi Retribusi Pendapatan, yaitu pajak digunakan untuk membiayai semua
kepentingan umum. Termasuk untuk membiayai pembangunan sehingga dapat
membuka kesempatan kerja, sehingga dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat.
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar
kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi

3
mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek
pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah,
rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang
berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka
memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai
saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan
dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak.
Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi
sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan
pembangunan.

2.2 Bentuk kemudahan pelayanan untuk membayar pajak

Sumber utama bagi Indonesia untuk mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) adalah pajak. Lebih dari 70% sumber pendapatan negara adalah dari
pajak, sisanya dari kepabeanan dan cukai, penerimaan bukan pajak dan hibah,
dengan kata lain pajak merupakan primadona sumber penerimaan Negara Indonesia
(UU No. 12 Tahun 2018).
Negara menggunakan penerimaan pajak untuk menopang pembiayaan
pembangunan. Penerimaan pajak diharapkan terus meningkat agar pembangunan
Negara dapat berjalan dengan baik. Peningkatan penerimaan pajak tercapai jika
peningkatan jumlah wajib pajak terjadi. Usaha memaksimalkan penerimaan pajak
tidak dapat hanya mengandalkan peran dari Direktorat Jenderal Pajak maupun
petugas pajak, tetapi dibutuhkan juga peran aktif dari para wajib pajak itu sendiri.
Mengingat begitu pentingnya peranan pajak, maka pemerintah dalam hal ini
Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan
penerimaan pajak. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui reformasi
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dengan diberlakukannya Self
Assesment System.
Self Assessment System mengharuskan Wajib Pajak untuk mendaftar,
menghitung, membayar serta melaporkan sendiri jumlah pajak terutang yang
menjadi kewajiban mereka (Tiraada, 2013).

4
Self Assessment System menuntut adanya perubahan sikap (kesadaran) warga
masyarakat Wajib Pajak untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary
compliance). Kepatuhan memenuhi kewajiban pajak secara sukarela merupakan
tulang punggung dari Self Assessment System.
Salah satu kendala yang dapat menghambat keefektifan pengumpulan pajak
adalah kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance). Kepatuhan wajib pajak yaitu
bagaimana sikap dari seorang Wajib Pajak yang mau dan melaksanakan kewajiban
perpajakan yang ada. Kepatuhan Wajib Pajak diketahui dapat meningkatkan
pendapatan negara.
Bila ingin memaksimalkan penerimaan pajak, maka pemerintah harus
berupaya agar wajib pajak semakin sadar bahwa peranan pajak sangatlah penting
bagi tercapainya pembangunan nasional. Pelayanan yang diberikan oleh fiskus juga
penting mengingat Wajib Pajak membutuhkan kenyamanan dalam membayar pajak.
Di era teknologi yang semakin maju, khususnya di bidang elektronik, memberikan
dampak positif bagi perkantoran yang membutuhkan layanan cepat, tepat dan
praktis. Ini mendorong reformasi untuk Direktorat Jenderal Pajak di bawah naungan
Departemen Keuangan untuk memperbarui aplikasi perpajakan (Suharyono, 2018).
Salah satu bentuk pembaruan oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah melalui sistem
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Mengingat pentingnya penerimaan pajak bagi negara, pemerintah melakukan
reformasi perpajakan berupa penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan
sistem administrasi perpajakan sehingga potensi penerimaan pajak yang tersedia
dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas keadilan sosial serta
memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak (Lingga, 2012).
Dengan adanya teknologi informasi, memungkinkan pemerintah untuk
meningkatkan sistem administrasi pajak yang bertujuan untuk memudahkan Wajib
Pajak yang memiliki pengetahuan terbatas dalam pelaporan perpajakan (Mustapha &
Obid, 2015).
Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak melakukan modernisasi sistem
administrasi perpajakan guna meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan terhadap
Wajib Pajak yaitu dengan dikembangkannya pelaporan pajak terutang berbasis
e-system seperti, e-registration, e-spt, e-filing dan e-billing yang diharapkan dapat

5
meningkatkan mekanisme kontrol dan pelaporan yang lebih efektif (Widjaja &
Siagian, 2017).
Tujuan di perbaharuinya e-system perpajakan ini dibuat dengan harapan dapat
mempermudah wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Seperti e-
registration yang mempermudah pendaftaran NPWP dan pengukuhan pengusaha
kena pajak untuk berkonsultasi mengenai pajak melalui online, e-SPT dengan
penyampaian SPT dengan program yang telah disediakan oleh Direktorat Jendral
Pajak, e-filing dan e-payment yang berguna untuk melaporkan surat pemberitahuan
serta pembayaran pajak secara elektronik. Serta tujuan lainya adalah untuk
menghemat waktu, mudah, akurat dan tanpa kertas sehingga menghasilkan
pelayanan secara efisien dan efektif.
Penggunaan e-system ini dikatakan efektif apabila dapat memberikan
kemudahan bagi wajib pajak dalam sarana penyampaian , perhitungan , dan
pembayaran pajak.
Sistem pajak online membuat dampak yang efektif pada ekonomi karena
meningkatkan pendapatan negara serta meningkatnya kepatuhan pajak oleh Wajib
Pajak. Ini karena kenyamanan, penghematan waktu, efektivitas biaya dari Direktorat
Jenderal Pajak dan Wajib Pajak ajak (Azmi, 2012).
Dengan diterapkannya pelaporan berbasis e-system ini diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan perpajakan, meningkatkan mekanisme kontrol serta
membuat pelaporan menjadi lebih efektif dan efisien.

2.3 Sejarah Pajak


pajak di Indonesia cukup panjang. Pajak di Indonesia sudah ada sejak zaman kerajaan,
kemudian berkembang pada saat Hindia Belanda menjajah.  Pajak merupakan salah satu
komponen penting dalam perjalanan suatu bangsa, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Hampir
semua negara menerapkan aturan tentang pengenaan pajak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pajak adalah pungutan
wajib yang biasanya berupa uang. Uang tersebut dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan
wajib kepada negara atau pemerintah.

6
Sejarah pajak
Dalam sejarah pajak di Indonesia sudah diberlakukan pada masa kerajaan, masa kolonial,
hingga zaman modern
1. Masa Kerajaan
Pajak sudah ada sejak lama, termasuk di Indonesia. Pajak di Indonesia sudah
diperlakukan sejak zaman kerajaan. Hanya saja untuk sistem pungutan pada zaman
kerajaaan dan sekarang berbeda. Dikutip dari situ resmi www.Pajak.go.id, pada
zaman kerajaan hingga penjajahan pungutan yang diperlakukan bersifat memaksa.
Zaman kerajaan pungutannya adalah upeti kepada raja sebagai persembahan yang
dianggap sebagai wakil tuhan. Ada timbal balik dengan rakyat yang membayar upeti
tersebut. Di mana rakyat mendapat jaminan dan ketertiban dari raja.  Bahkan pada
zaman itu beberapa kerajaan juga melakukan sistem pembebasan pajak, terutama
pada tanahpendidikan .
Dikutip dalam buku Pajak dan Pendanaan Peradaban Indonesia (2020), pada
zaman kerajaan upeti merupakan instrumen bagi penguasa (raja-raja yang merasa
lebih kuat) untuk menunjukan, menegaskan dan mempertahankan kekuasaan atas
raja-raja yang lebih lemah. Upeti yang dibayarkan secara bertingkat mengikuti
hierarki pemerintah. Pejabat-pejabat lokal yang memungut dari warga membayar
upeti ke penguasa lokal, penguasa lokal ke raja yang menaungi wilayahnya.
Kerajaan-kerajaan kecil membayar upeti ke kerajaan lebih kuat yang telah berhasil
menaklukan kerajaan lainnya. Tidak seperti pajak pada era modern ini. Di mana
pajak di desain untuk membiayai kepentingan dan kesejahteraan bersama. Dulu, upeti
dibayarkan lebih untuk kepentingan penguasa dan agar membayar secara aman.
Kerajaan patrol tidak memiliki kewajiban untuk memperhatikan kesejahteraan
bawahannya. Jangankan nasib rakyat kerajaan taklukan, kesejahteraan rakyat di
kerajaan inti sendiri belum tentu menjadi agenda.
2. Masa Kolonial
Ketika masuk era kolonial oleh Belanda dan bangsa Eropa pajak mulai dikenakan.
Pajak yang diterapkan itu, seperti pajak rumah, pajak usaha, sewa tanah maupun
pajak kepada pedagang. Itu diperlakukan pada 1839. Adanya sistem itu membuat
masyarakat merasa berat dan terbebani. Apalagi tidak ada kejelasan dan banyak
penyelewengan oleh pemerintah kolonial waktu itu. Pada masa kolonial, saat itulah
mengenal sistem perpajakan modern. Pada 1885, pemerintah Kolonial Belanda
membedakan besar tarif pajak berdasarkan kewarganegaraan wajib pajak. Seperti

7
pemerintah memberlakukan kenaikan pajak tinggal untuk warga Asia menjadi 4
persen.

3. Masa Modern
Pada masa kemerdekaan, pajak dimasukan ke dalam UUD 1945 Pasal 23 pada sidang
BPUPKI. Pasal itu berbunyi segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan
undang-undang. Baca juga: Ini Denda Telat Lapor SPT Tahunan Pajak di 2020
Meski sudah dituangkan dalam UU, tapi pemerintah belum dapat mengeluarkan UU
khusus yang mengatur tentang pajak. Ini disebabkan terjadi Agresi Militer Belanda
dan membuat pemerintahan Indonesia memindahkan ibukota ke Yogyakarta. Karena
roda pemerintahan dan pembiayaan pengeluaran negara harus tetap dijalankan. Lalu,
pemerintah mengadopsi beberapa aturan tentang pajak peninggalan pemerintahan
kolonial. Seperti Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 dan membentuk beberapa
suborganisasi untuk melaksanakan pemungutan pajak. Seperti Jawatan Pajak,
Jawatan Bea dan Cukai serta Jawatan Pajak Hasil Bumi pada Direktorat Jenderal
Moneter. Dalam ekonomi modern pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah
yang paling penting. Baca juga: Puluhan Pengemplang Pajak Kendaraan Terjaring
Razia di PIK   Pajak berbeda dengan sumber pendapatan lain, karena merupakan
pungutan wajib dan tidak tidak terbatas. Biasanya uang dari hasil pajak tersebut akan
dikembalikan lagi ke masyarakat dalam bentuk lain. Bisa lewat layanan publik,
pembangunan infrastruktur, maupun untuk kesejahteraan masyarakat.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pajak sangat berguna untuk menaikkan perekonomian negara

2. Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan negara dengan cara

mengumpulkan dana atau uang dari wajib pajak ke kas negara untuk membiayai

pengeluaran negara

3. Pajak sudah digunakn sejak masa kerajaan hingga sekarang ini

4. Pelayanan dalam pembayaran pajak sudah diberikan kemudahaan untuk saat ini

mengikuti perkembangan teknologi

9
Daftar Pustaka
https://money.kompas.com/read/2021/06/17/151506626/pengertian-pajak-fungsi-
karakteristik-dan-jenis-jenisnya?page=all (diakses: Selasa, 12 Oktober 2021)

https://www.pajakku.com/read/5da03b54b01c4b456747b729/Pentingnya-Pembayaran-Pajak-
untuk-Negara (diakses: Selasa, 12 Oktober 2021)

https://www.pajakku.com/read/5dae7b994c6a88754c08803e/Penerapan-E-System-
Perpajakan (diakses: Selasa, 12 Oktober 2021)

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/22/080000369/sejarah-pajak-indonesia-
dimulai-zaman-kerajaan (diakses: Selasa, 12 Oktober 2021)

10

Anda mungkin juga menyukai