DISUSUN OLEH:
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
bernegara didominasi dan ditentukan dari besarnya penerimaan pajak. Dari tahun
ke tahun terlihat bahwa penerimaan pajak terus meningkat dan memberi andil
besar dalam penerimaan negara, oleh sebab itu penerimaan dari sektor pajak selalu
dikatakan primadona dalam membiayai pembangunan nasional.
4
juga merupakan cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai
pembangunan. Jenis pungutan di Indonesia terdiri dari pajak Negara (pajak pusat),
pajak daerah, retribusi daerah, bea dan cukai dan penerimaan Negara bukan pajak.
Salah satu pos Penerimaan Asli Daerah (PAD) dalam anggaran pendapatan belanja
daerah (APBD) adalah pajak daerah.
Dari pemaparan di atas, betapa pentingnya peran dan fungsi pajak dalam
pembangunan dan kemajuan perekonomian Bangsa. Ketertiban dan kemajuan
bidang perpajakan integral dengan pembangunan nasional. Namun dalam
kenyataannya sering pula kita kita lihat hal-hal yang bertentangan dengan rule-rule
yang telah digariskan. Contoh di lapangan misalnya pejabat pajak
menyelewengkan pajak atau mengkorupsi uang pajak, manipulasi pajak. Disisi
5
Wajib Pajak, tidak jarang kita temui juga wajib Pajak yang nakal dan tidak jujur
dalam pelaporan pajaknya dan lebih seringnya tidak terkontrol. Dengan demikian
tujuan sebagaimana digaraiskan di awal sulit untuk dicapai. Oleh karena itu untuk
mengethui lebih detail dan jelas maka, dalam Makalah ini penulis akan untuk
mengkaji tentang: Peran Pajak Bagi Pembangunan Nasional Untuk
Kesejahteraan Rakyat
6
1.3. Pertanyaan Penelitian
Dari uraian di atas, maka penulis akan mengkaji dan menganalisis tentang
Konsep Pajak beserta landasarn teorinya dan peran serta fungsinya dalam
pembangunan di Indonesia. Penelitian akan dibatasi dengan kerangka masalah
sebagai berikut:
Ada dua tujuan dari penelitian ini yaitu Tujuan Umum dan Tujuan Khusus.
Tujuan Umum, selain untuk memenuhi kewajiban mahasiswa memenuhi tugas Mata
Kuliah Hukum Pajak pada Semester dua di Program Studi Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Pancasila yaitu Penulis ingin meneliti dan belajar serta mengetahui lebih terang
dan jelas tentang konsep perpajakan dan peran pajak daam pembangunan Nasional.
1. Manfaat Keilmuan
7
cukup jelas bagi pengembangan disiplin ilmu hukum pada umumnya dan hukum
perdata pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
Sumber data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang
terdiri dari:
1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni: Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Ketentuan Umum Perpajakan,
sumber peraturan perundang-undangan lain yang mengatur tentang topik yang
dibahas.
2) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer, buku – buku, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum
8
yang termuat dalam media massa, internet dengan menyebut nama situsnya, serta
artikel – artikel yang relevan dengan topik penelitian.
3) Bahan tertier adalah bahan pendukung di luar bidang hukum seperti kamus
ensiklopedia atau majalah yang terkait dengan Perikatan yang timbul dari Kuasa.
9
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
“Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung
dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
10
Perubahan Atas Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat
Paksa Dan Pelaksanaan Penagihan Seketika Dan Sekaligus.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2010 Tentang Prosedur Penerbitan
Kembali Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, Dan Atau Surat Tagihan Pajak.
9. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-82/PJ/2010 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-
36/PJ/2010 Tentang Prosedur Penerbitan Kembali Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Dan Atau
Surat Tagihan Pajak.
11
dan keadilan sosial”. Berbagai ketentuan masalah ekonomi dan kesejahteraan
rakyat terdapat didalam pasal-pasal 27 ayat (2), 31, 32, 33, dan 34. Pasal 27 ayat
(2) menentukan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, Pasal 31 menentukan bahwa tiap-tiap
warganegara berhak mendapat pengajaran. Sementara itu, Pasal 32 menentukan
mengenai tugas pemerintah untuk memajukan kebudayaan nasional, dan pasal 34
menentukan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Sedang pasal 33 mengatur mengenai masalah ekonomi, yang menganut sistem
kekeluargaan, dan menentukan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi
rakyat dan bumi dan air, dan kekayaan alam yang ada diatasnya dikuasai oleh
negara.
12
Setelah amandemen atas UUD 1945, khususnya dengan amandemen
kedua, pasal-pasal mengenai ekonomi dan kesejahteraan rakyat ditambah, yaitu
dengan pasal 28H yang berbunyi:
1. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
4. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
Dari uraian tersebut di atas, menurut penulis dapat disimpulkan bahwa Neagara
Indonesia menganut paham Welfare State atau Negara Kesejahteraan (paling tidak
dalam tataran das sollen).
13
hukum bukan lagi memobilisasi dan mengalokasikan sumber-sumber daya alam,
melainkan diserahkan kepada pemerintah dalam kerangka negara kesejahteraan.
Didalam UUD 1945, kesejahteraan sosial menjadi judul khusus Bab XIV
yang didalamnya memuat Pasal 33 tentang sistem perekonomian dan Pasal 34
tentang kepedulian negara terhadap kelompok lemah (fakir miskin dan anak
telantar) serta sistem jaminan sosial. Ini berarti, kesejahteraan sosial sebenarnya
merupakan flatform sistem perekonomian dan sistem sosial di Indonesia.
Sehingga, sejatinya Indonesia adalah negara yang menganut faham “Negara
Kesejahteraan" (welfare state) dengan model “Negara Kesejahteraan Partisipatif”
(participatory welfare state) yang dalam literatur pekerjaan sosial dikenal dengan
istilah Pluralisme Kesejahteraan atau welfare pluralism. Model ini menekankan
bahwa negara harus tetap ambil bagian dalam penanganan masalah sosial dan
penyelenggaraan jaminan sosial (sosial security), meskipun dalam
operasionalisasinya tetap melibatkan masyarakat.21 Sedangkan menurut Mubyarto,
Kedua pasal tersebut merupakan suatu hubungan kausalitas yang menjadi dasar
disahkannya UUD 1945 oleh para pendiri negara, karena baik buruknya
14
Perekonomian Nasional akan ikut menentukan tinggi rendahnya Kesejahteraan
Sosial.
Adil adalah salah satu sifat yang harus dimiliki oleh manusia dalam
rangka menegakkan kebenaran kepada siapa pun tanpa kecuali, walaupun akan
merugikan dirinya sendiri. Secara terminologis, adil berarti “mempersamakan
sesuatu dengan yang lain, baik dari segi nilai maupun dari segi ukuran, sehingga
sesuatu itu menjadi tidak berat sebelah dan tidak berbeda satu sama lain.
Berbagai teori dan definisi pajak telah diberikan oleh para ahli. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut.
16
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya yang berjudul "Pajak
Berdasarkan Asas Gotong Royong” (Dalam disertasi di Universitas Padjajaran
tahun 1964) menyatakan: "Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang
yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hokum, guna menutup
biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan
umum”. Dengan mencantumkan istilah iuran wajib, ia mengharapkan terpenuhinya
ciri , bahwa pajak dipungut dengan bantuan dari dan kerja sama dengan Wajib
Pajak, sehingga perlu pula dihindari penggunaan istilah paksaan.
Adapun Rochmat Sumitro berpendapat bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang (Yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa-jasa timbal (Kontra-prestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
17
maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari
barang, untuk menutup belanja pemerintah”.
Dari definisi dan penjelasan di atas, ciri-ciri pajak dapat diuraikan antara
lain :
6. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari
pemerintah
18
7. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.
b. Pajak yang dipungut karena perbuatan diantaranya pajak lalu lintas kekayaan,
pajak lalu lintas hukum, pajak lalu lintas barang, serta pajak atas pamakaian.
19
2.1 Sejarah Perpajakan Indonesia
Dalam perkembangannya, sifat upeti yang diberikan oleh rakyat tidak lagi
hanya untuk kepentingan raja saja, tetapi sudah mengarah kepada kepentingan
rakyat itu sendiri. Artinya pemberian kepada rakyat atau penguasa digunakan
untuk kepentingan umum seperti untuk menjaga keamanan rakyat, memelihara
jalan, pembangun saluran air, membangun sarana sosial lainnya, serta kepentingan
umum lainnya.Perkembangan dalam masyarakat mengubah sifat upeti (pemberian)
yang semula dilakukan cuma-cuma dan sifatnya memaksa tersebut, yang
kemudian dibuat suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa
tetap ada, namun unsur keadilan lebih diperhatikan. Untuk memenuhi unsur
keadilan inilah maka rakyat diikutsertakan dalam membuat aturan-aturan dalam
pemungutan pajak, yang nantinya akan dikembalikan juga hasilnya untuk
kepentingan rakyat sendiri.
20
3. Ordonansi Bea Balik Nama;
1. UU Pajak Penjualan Tahun 1951 yang diubah dengan UU No. 2 Tahun 1968;
2. UU No. 21 Tahun 1959 tentang Pajak Dividen yang diubah dengan Undang-
undang No. 10 Tahun 1967 tentang Pajak atas Bunga, Dividen, dan Royalti;
3. UU No. 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa;
5. UU No. 8 Tahun 1967 tentang Tata Cara Pemungutan PPd, PKK, dan PPs
atau Tata Cara MPS-MPO.
1. UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP);
21
2. UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh);
5. UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
22
4. UU No. 19 Tahun 2000 tentang PPSP;
23
Kemudian pada tahun 1997 pemerintah membuat beberapa undang-
undang yang berkaitan dengan masalah perpajakan untuk mendukung undang-
undang yang sudah ada, yaitu:
10. UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
24
2.2 Sistem dan Dasar Penagihan Pajak
semua orang Inggris, bahwa perwakilan yang dipilih oleh mereka dapat menarik
pajak.
Di Indonesia pemungutan pajak berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 yaitu pasal 23 ayat
(2) yang kemudian dijadikan dasar hukum pembuatan Undang- undang pajak. Pendapat ahli
hukum tentang pemungutan pajak.
25
“Orang Bijak Taat Pajak”, “Lunasi Pajaknya, Awasi Penggunaannya”,
“Pajak Menyatukan Hati, Membangun Negeri, hingga “Bangga Bayar Pajak”,
merupakan beberapa slogan yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak hingga
saat ini.52 Slogan-slogan tersebut dimaksudkan oleh Direktorat Jenderal pajak
untuk memberikan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
membayar pajak.
STP diterbitkan apabila pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, Wajib
Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda administrasidan/atau bunga. Dari
hasil penelitian surat pemberitahuan terdapat
kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung.
Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat
Ketetapan Pajak.
Apabila utang pajak yang tercantum dalam Surat Ketetapan di atas tidak
atau kurang dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, maka dapat
segera dilaksanakan tindakan penagihan aktif.
26
Istilah-istilah yang berhubungan dengan Penagihan Pajak :
a. Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan oleh juru sita agar Penanggung
Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
(UU PPSP Pasal 1 ayat ( 9) ).
b. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab
atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. (UU PPSP Pasal 1 ayat (3)
c. Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. (UU PPSP Pasal 1 ayat (8)).
d. Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, Jasa
Penilai dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak. (UU PPSP
Pasal 1 ayat (13)
e. Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang
dilaksanakan oleh Juru sita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu
tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari
semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak. (UU PPSP Pasal 1 ayat (11)
f. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan
pajak. (UU PPSP Pasal 1 ayat (12)).
g. Pencegahan adalah larangan bersifat sementara terhadap Penanggung Pajak
tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasar alasan
tertentu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (UU PPSP Pasal 1
ayat (20)
27
h. Penyitaan adalah tindakan Juru sita Pajak untuk menguasai barang
Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak
menurut peraturan perundang-undangan.(UU PPSP Pasal 1 ayat (14)
i. Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung
Pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu. (UU PPSP Pasal 1 ayat
(21)
j. Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran
harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau
calon pembeli. (UU PPSP Pasal 1 ayat (17)
Adam smith (1723-1790) dalam bukunya an inquiry into the nature and
causes of the wealth of nations (terkenal dengan nama wealth of nations)
mengemukakan empat asas pemungutan pajak yang lazim disebut “the four
cannons maxims taxation“. Suatu aturan hukum tentang pajak yang adil harus
memenuhi syarat :
28
yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak menyumbangkan
uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan
manfaat yang diminta
Asas politik finansial berarti pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara
harus memadai sehingga dapat membiaya pembangunan dan mendorong
perekonomian negara.
2. Asas ekonomi
Asas ini mengemukakan bahwa penentuan objek pajak harus tepat sasaran,
seperti pada penetapan pajak pendapatan dan pajak barang mewah.
3. Asas,Keadilan
Pemungutan pajak harus berlaku secara umum, adil dan tidak diskriminatif
4. asas administrasi
5. Asas yuridis
Asas yuridis yaitu segala pungutan pajak harus dilakukan berdasarkan undang
undang.
2. Asas yuridis
Pada asas ini lebih berfokus pada permasalahan bahwa hukum
yang memayungi pajak harus dinyatakan secara tegas yang berbentuk keadilan
bagi negara maupun rakyatnya. Jadi intinya pajak itu harus berdasar UU itu
artinya bahwa setiap pajak pasti harus mendapat persetujuan DPR. Jadi disini
dalam penetepan pajak rakyat pun terlibat dengan diwakilkan oleh DPR.
30
3. Asas ekonomis
Disini berarti bahwa pajak berfungsi sebagai pengatur budgeter dan pajak
disini diharapkan bias mengatur perekonomian. Lewat berbagai kebijakan
mengenai pajak.
4. Asas financial
Menurut asas ini bahwa pajak harus dilaksanakan dengan asas efektif dan
efisien. Efisien berarti biaya pemungutan pajak harus serendah mungkin
dibandingkan dengan perolehan pajak yang diterima..
31
BAB III
32
Bukan rahasia umum jika tingkat kepatuhan wajib pajak di Indonesia
tidaklah baik. Fakta di lapangan memaparkan bahwa tidak semua wajib pajak,
patuh dan membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ada berbagai
macam motif yang dilakukan oleh wajib pajak, dari keengganan dalam melaporkan
harta riil yang mereka miliki, hingga sebatas keengganan mendatangi kantor
pelayanan pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban pelaporan perpajakan
mereka.
33
dampaknya akan dirasakan oleh sektor swasta sebagai rekanan pemerintah. Untuk
menjadi negara maju, kita memerlukan dana yang besar.
34
Di tinjau dari fungsinya, pajak sendiri terbagi atas 4 bagian, antara lain
sebagai berikut:
1. Fungsi budgeter/anggaran
Sebagai sumber devisa negara, pajak memang memiliki peran vital didalam
mencukupi kebutuhan-kebutuhan pengeluaran negara. Karena bagaimanapun,
melalui pajaklah pemerintah dapat menjalankan tugas-tugas rutinnya sebagai
kepala negara dan melaksanakan berbagai agenda pembangunan. Untuk saat ini,
mungkin pungutan pajak digunakan pemerintah sebagai pembiayaan belanja
pegawai, pengadaan barang, pemeliharaan disejumlah pra-sarana umum, dan
masih banyak lainnya. Pemerintah hingga saat ini masih mengupayakan untuk
mengoptimalkan pendapatan dari sektor pajak guna memenuhi pembiayaan
pembangunan yang kian hari memang selalu meningkat.
2. Fungsi regulered/pengatur
3. Fungsi stabilitas
35
4. Fungsi redistribusi pendapatan
36
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RencanaPembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015 - 2019, menekankan bahwa “Pembangunan
pada hakikatnya adalah upaya sistematis dan terencana oleh masing-masing
maupun seluruh komponen bangsa untuk mengubah suatu keadaanmenjadi
keadaan yang lebih baik dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang
tersedia secara optimal, efisien, efektif,dan akuntabel, dengan tujuan akhir
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara
berkelanjutan”. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 - 2019,
ditentukan bahwa sesuai dengan visi pembangunan, yaitu “Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”,
maka Pembangunan,Nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran
utama yang mencakup:
2) ekonomi makro;
2) pendidikan;
3) kesehatan;
6) pembangunan masyarakat;
1) kedaulatan pangan;
2) penegakan hukum;
38
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
39
4.1.2 Peran Pajak dalam Pembangunan Nasional
Dari urgensi peran dan fungsi pajak tersebut dapat pula disimpulkan bahwa
pemungutan dan atau pengelolaan pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan akan berakibat program pembangunan terhambat.
Tingkat kesadaran pajak masyarakat/wajib pajak dan juga kejujuran dan integritas
fiskus dalam hal ini sangat berpengaruh besar.
40
4.2 Saran
Dari uraian-uraian di atas Saran yang dapat penulis sampaikan adalah pemerintah
dalam penegakan hukum pajak harus secara intensive memperhatikan dan
mengawasi pemungutan pajak, termasuk pengawasan oknum direktorat jenderal
pajak. Dismaping perlunya penyuluhan dan publikasi terus menerus tentang pajak
kepada masyarakat.
41
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Hans Kelsen, Teori Umum Hukum dan Negara : Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif
Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empirik, Alih bahasa : Soemardi. Cet, III.,
Bandung: Bee Media Indonesia,2010.
John Rawls. A Theory of Justice – Teori Keadilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
John dan Thomson, Flash Pajak Penghasilan Orang Pribadi 2006, Jakarta : PT. Natio
Info Solusindo, 2005.
42
C. Skripsi, Thesis dan Desertasi
Dr. Djafar Albram, Modul Kuliah, Buku Ajar Ketujuh, Mata Kuliah Perpajakan
Nasional Kepatuhan SPT dan NPWP, Fakultas Hukum Program Pascasarjana
Kenotariatan, Universitas Pancasila Jakarta, TA.2016-2017
D. Peraturan Perundang-undangan
E. Media Internet
http://multikulturindonesia.blogspot.co.id/2011/05/definisi-pajak.html, disunting
pada tanggal 5 April 2017
https://tsaniataxindonesia.wordpress.com/sejarah-pajak-di-indonesia/, disunting
pada Tanggal 30 Maret 2017.
http://kangom.blogspot.co.id/2013/10/peran-pajak-dan-fungsi-pajak-dalam.html,
disuntung pada tanggal 31 Maret 2017
http://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/fungsi-pajak-dalam-pembangunan,
disunting pada tanggal 31 Maret 2017.
43
https://hasim319.wordpress.com/2010/05/18/pajak-urat-nadi-kehidupan-
bangsa/, disunting pada tanggal 1 Maret 2017.
F. Jurnal
M. Yamin Tahun 1959 dalam Naskah Persiapan UUD 1945: Risalah Sidang
BPUPKI/PPKI, Sekretariat Negara RI, Jakarta, hlm. 299, disunting di website:
http://skripsiane.blogspot.co.id/2012/10/negara-kesejahteraan.html, pada
tanggal 31 Maret 2017.
G. Wawancara
Wawancara dengan Lisa Wijayanti (WP Pribadi), karyawan Perusahaan Swasta di
Jakarta, 26 Maret 2017.
Wawancara Ibu Aini Agustin (WP Pribadi), karyawan Perusahaan Swasta di Jakarta
, pada tanggal 27 Maret 2017.
44
45
46
47
48
49
50
51
46
53
54
55
56
57