Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

( Upaya Pemerintah Dalam Penerimaan Pendapatan Pajak )


Dosen Pengampu: Adhytia Nugraha, SH., MH
Makul: HUKUM PAJAK

Disusun Oleh:
JANUAR
( 2010117296 )

FALKUTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCA BHAKTI
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas pada bidang mata kuliah Hukum
Pajak. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca,
Saya juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Adhytia Nugraha, SH., MH
selaku dosen mata kuliah Hukum Pajak. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan saya berkaitan dengan topik yang diberikan. saya juga mengucapkan terima kasih
yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Pontianak, 8 Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 3

C. Tujuan ......................................................................................................................................... 3

D. Manfaat ....................................................................................................................................... 3

BAB II..................................................................................................................................................... 4

PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 4

A. Pajak............................................................................................................................................ 4

B. Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak ...................................................... 5

BAB III ................................................................................................................................................... 9

PENUTUP .............................................................................................................................................. 9

A. KESIMPULAN ........................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dewasa ini sedang mengalami permasalahan di berbagai sektor khusunya


sektor ekonomi. Naiknya tingkat inflasi dan naiknya harga barang-barang serta melemahnya
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika adalah dua contoh dari sekian masalah yang tengah
dihadapi dan harus diseleseikan oleh pemerintah. Untuk tetap dapat bertahan dan memperbaiki
kondisi yang ada, pemerintah harus mengupayakan semua potensi yang ada. Saat ini tengah
digali berbagai macam potensi untuk meningkatkan penerimaan negara, baik yang berasal dari
dalam negeri maupun luar negeri. Namun menurut analisis dari sejumlah pakar ekonomi
menyatakan bahwa mengandalkan pinjaman dari luar negeri sebagai salah satu sumber
penerimaan negara hanya akan menjadi bumerang dikemudian hari, oleh sebab itu potensi
penerimaan dari luar negeri akan semakin dikurangi. Berdasarkan hal tersebut maka Indonesia
akan berusaha untk lebih meningkatkan potensi penerimaan negara dari dalam negeri, dan tidak
dapat dipungkiri lagi bahwa pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan
negara.
Sejak dilakukannya reformasi pajak yang pertama pada tahun 1984, diharapkan
penerimaan pajak sebagai sumber utama pembiayaan APBN dapat dipertahankan
kesinambungannya. Masalah kepatuhan pajak merupakan masalah klasik yang dihadapi di
hampir semua negara yang menerapkan sistem perpajakan. Masalah kepatuhan pajak dapat
dilihat dari segi keuangan publik (public finance), penegakan hukum (law enforcement),
struktur organisasi (organizational structure), tenaga kerja (employees), etika (code of
conduct), atau gabungan dari semua segi tersebut. Dari segi keuangan publik, apabila
pemerintah dapat menunjukkan pengelolaan pajak dengan baik serta sesuai dengan keinginan
wajib pajak, tentulah wajib pajak akan cenderung mematuhi aturan perpajakan. Sebaliknya,
apabila pemerintah tidak dapat menunjukkan penggunanaan pajak secara transparan dan
akuntabilitas, maka wajib pajak akan cenderung enggan dan berat untuk memenuhi
kewajibannya membayar pajak.
Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sector
khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi dan naiknya
harga barang-barang serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta

1
turunnya daya beli masyarakat telah menjadi masalah yang sangat rumit yang harus
diselesaikan oleh pemerintah. Untuk tetap dapat bertahan dan memperbaiki kondisi yang ada,
pemerintah harus mengupayakan semua potensi penerimaan yang ada. Pada saat ini tengah
digali berbagai macam potensi untuk meningkatkan penerimaan negara, baik yang berasal dari
dalam negeri maupun luar negeri. Namun seiring dengan berkembangnya kemampuan analisis
para praktisi ekonomi yang menyatakan bahwa mengandalkan pinjaman dari luar negeri
sebagai salah satu sumber penerimaan negara hanya akan menjadi bumerang dikemudian hari,
potensi penerimaan dari luar negeri akan semakin dikurangi. Berdasarkan hal tersebut maka
Indonesia akan berusaha untuk lebih meningkatkan potensi penerimaan negara dari dalam
negeri, dan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pajak telah memberikan kontribusi terbesar
dalam penerimaan negara. Pajak merupakan sumber pendapatan utama setiap negara di dunia.
Tentu keberadaan pajak sangat penting dalam pelaksanaan fungsi negara dan pemerintahan. Di
negara-negara maju dan berkembang, sebagian potensi pendapatan negara melalui pajak itu
sudah dimanfaatkan bagi keperluan peningkatan kemampuan inovasi dan teknologi badan
usaha dan industri nasional mereka. Sebagaimana dimaklumi, pajak berfungsi dalam
pembiayaan (budgeter) pembangunan, terutama untuk keperluan pengeluaran rutin seperti
belanja pegawai, barang, termasuk pemeliharaannya.
Dengan pajak, roda pembangunan dapat berjalan dan membuka kesempatan kerja,dalam
hal ini pajak juga berfungsi sebagai pendistribusi pendapatan masyarakat. Dengan pajak, suatu
pemerintahan juga dapat menjalankan kebijakan terkait dengan stabilitasi harga sehingga
tingkat inflasi dapat tetap dijaga. Stabilitasi dilakukan dengan mengatur peredaran uang, yang
dilakukan melalui pemungutan pajak dan dengan pemanfaatannya secara efektif dan efisien.
Penerimaan pajak dapat diartikan sebagai penerimaan pemerintah yang dalam arti seluas-
luasnya adalah mulai dari penerimaan dalam dan luar negeri. Penerimaan pajak dipandang
sebagai bagian yang sangat penting dalam penerimaan negara, karena disamping cepat dan
rendah biayanya, pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat besar potensinya. Sistem
pemungutan pajak suatu negara baik Self Assessment maupun Official Assessment sangat
berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan dana kepemerintahan tersebut.
Dalam sistem penerimaan negara, pajak mempunyai dua fungsi yang melekat dalam
sistem perpajakan yaitu :
1. Fungsi budgetair, yaitu fungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat bagi kas negara
untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Fungsi ini pada hakekatnya merupakan
fungsi utama sebagaimana batasan yang diberikan para ahli. Pada beberapa negara
berkembang terlihat indikasi kuat bahwa penggunaan dana yang diperoleh melalui

2
pajak tidak hanya diperuntukan bagi penyelenggaraan pemerintahaan. Oleh karena itu
maka sasaran utama dalam pemungutan pajak adalah penerimaan kas negara.
2. Fungsi mengatur, dimana dengan fungsi ini diharapkan sistem perpajakan yang
diterapkan tidak akan menimbulkan pertentangan dengan kebijaksanaan negara dalam
bidang ekonomi dan sosial. Pajak digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan
tertentu dan bila perlu merubah susunan pendapatan dan kekayaan negara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak ?
2. Apakah Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) mengalami peningkatan ?

C. Tujuan
1. Menguraikan upaya-upaya apa yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan penerimaan pajak

D. Manfaat
Sebagai bahan informasi pelengkap atau masukan sekaligus pertimbangan bagi pihak-pihak
yang berwenang yang berhubungan dengan penelitian ini dalam penetapan kebijakan pada
pelaksanaan atau penggunaan suatu sistem pemungutan yang diterapkan pada Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM) untuk dapat mengoptimalkan penerimaan pajak negara.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pajak
Pungutan pajak dapat kita jumpai hampir di setiap negara di dunia. Ada beberapa istilah
tersendiri atas pungutan yang di Indonesia dikenal dengan pajak, yaitu belasting, tax, tariff,
steuer, abgabe, gebuhr dan sebagainya, yang pasti melalui pajak, negara mengharapkan adanya
penerimaan.
Sering kita dengar ada beberapa jenis pajak – pajak yang ada di Indonesia diantaranya:
1. Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM)
4. Bea Meterai
5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
6. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga,
perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran.
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan
negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja
pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana
umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai
dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk
pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap
warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau
pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak.
Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat
dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan.
Disamping fungsi budgeter (fungsi penerimaan) di atas, pajak juga melaksanakan
fungsi redistribusi pendapatan dari masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang
lebih tinggi kepada masyarakat yang kemampuannya lebih rendah. Oleh karena itu tingkat
kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik dan benar
merupakan syarat mutlak untuk tercapainya fungsi redistribusi pendapatan. Sehingga pada
akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat dapat dikurangi secara

4
maksimal.

B. Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak


Upaya pemerintah untuk menggenjot penerimaan pajak kali ini dilakukan melalui
reformasi tata cara dan administrasi perpajakan yang pada prinsipnya bertujuan sebagai
berikut. Pertama, meningkatkan kepastian hukum bagi wajib pajak. Kedua, meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Ketiga, menciptakan iklim usaha yang sehat dan berkeadilan agar antar
wajib pajak satu dengan wajib pajak lainnya tidak ada yang merasa dirugikan. Keempat,
meningkatkan pelayanan perpajakan melalui peningkatan kualitas aparatur atau SDM (sumber
daya manusia) perpajakan dan melalui pemanfaatan kemajuan tekhnologi informasi (TI). Dan,
kelima, tentu saja merupakan upaya untuk meningkatkan pendapatan negara. Tingkat
kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain yaitu besarnya penghasilan,
tarif pajak, persepsi wajib pajak atas penggunaan uang pajak, perlakuan perpajakan,
pelaksanaan penegakan hukum, berat atau ringannya sanksi perpajakan serta kelengkapan dan
keakuratan database.
Dalam rangka menjaga kesinambungan penerimaan pajak sebagai tulang punggung
penerimaan negara, Direktorat Jendral Pajak telah merumuskan dan melaksanakan kebijakan
peraturan perpajakan dan administrasi perpajakan (tax policy and administrative reforms).
Pada tahun 2002 didirikan satu Kantor Wilayah DJP Wajib Pajak Besar dan dua Kantor
Pelayanan Pajak DJP Wajib Pajak Besar. Latar belakang pendirian kantor pelayanan pajak DJP
wajib pajak besar tersebut adalah untuk mengelola penerimaan pajak secara lebih progesional
dengan mengadministrasikan penerimaan pajak dari sejumlah kecil wajib pajak yang
memberikan kontribusi penerimaan pajak yang signifikan. Kantor Pelayanan Pajak DJP Wajib
Pajak Besar diharapkan mampu memberikan pelayanan yang lebih profesional dan juga
melakukan pengawasan terhadap kepatuhan wajib pajak. Dalam rangka untuk menjamin
kesinambungan penerimaan pajak sebagai sumber utama APBN dan memberikan keadilan
dalam berusaha, pemerintah perlu memperluas basis pajak dengan meningkatkan jumlah wajib
pajak yang terdaftar untuk memiliki NPWP dan sekaligus kepatuhannya. Namun upaya
tersebut akan menemui banyak kendala mengingat orang cenderung untuk menghindari pajak
atau melakukan manipulasi pajak.
Pola konsumsi negara yang cenderung boros merupakan penyebab meningkatnya
pengeluaran negara yang secara tidak langsung berdampak terhadap RAPBN yang melambung
setiap tahunnya. Pemerintah dalam hal ini fiskus sudah mengupayakan berbagai cara guna
mencapai tujuannya untuk mengamankan rencana penerimaan perpajakan tersebut, maka

5
Direktorat Jendral Pajak telah meyusun langkah-langkah strategis, yaitu :
1. Penyempurnaan sistem administrasi pajak sektor Pajak Pertambahan Nilai dengan
mereview ulang kebijakan pemberian Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(NPPKP).
2. Penelitian ulang efektifitas Pengusaha Kena Pajak (PKP) dimana PKP yang sudah tidak
efektif lagi akan dicabut NPPKP-nya.
3. Penyempurnaan sistem teknologi informasi yang berkaitan dengan Pajak Keluaran –
Pajak Masukan (PK-PM) seperti penggunaan faktur online, penyampaian SPT online.
4. Pengawsan lebih intensif oleh fiskus pada sektor usaha tertentu yang memberikan
kontribusi signifikan terhadap penerimaan perpajakan.
5. Pembinaan dan pemberian fasilitas perpajakan untuk sektor UMKM.
6. Meningkatan penegakan hukum di bidang perpajakan dan penyempurnaan sistem
piutang pajak secara online yang masih harus direvisi.
7. Melaksanakan program Sensus Pajak Nasional yang lebih terencana, terarah, dan
terukur untuk meningkatkan jumlah penerimaan pajak.
Di dalam lingkungan fiskus dilakukan peningkatan kualitas SDM (AR, Pemeriksa Pajak
dan Juru Sita). Penerapan sanksi perpajakan baik administrasi (denda, bunga dan kenaikan)
dan pidana (penjara) mendorong kepatuhan wajib pajak. Namun penerapan sanksi harus
konsisten dan berlaku terhadap semua wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan.
Database yang lengkap dan akurat mendorong kapatuhan wajib pajak karena database
menyediakan data dan informasi mengenai seluk beluk usaha wajib pajak termasuk kepatuhan
pembayaran dan pelaporan pajaknya secara akurat dan real-time. Sehingga hal tersebut
mendorong kepatuhan sukarela karena wajib pajak tidak dapat menghindar dari kewajiban
perpajakannya.
Upaya pemerintah untuk menggenjot penerimaan pajak pada prinsipnya bertujuan untuk
meningkatkan kepastian hukum bagi wajib pajak, meningkatkan kepatuhan wajib pajak,
menciptakan iklim usaha yang sehat dan berkeadilan, meningkatkan pelayanan perpajakan
melalui peningkatan kualitas aparatur atau SDM perpajakan, serta merupakan upaya untuk
meningkatkan pendapatan negara.
Hal-hal tersebut di atas jelas akan menjadi andalan reformasi perpajakan dari pemerintah
untuk meningkatkan penerimaan dari wajib pajak. Walau, keberhasilan dari usaha tersebut
kembali akan tergantung kepada moral para wajib pajak dan moral para aparat perpajakan itu
sendiri yang selama ini disinyalir masih banyak yang "bermain mata" dengan para wajib pajak
besar potensial, yang seringkali mencari celah untuk meringankan pajak yang harus mereka

6
bayar. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) PPnBM merupakan pajak yang kurang
populer di masyarakat umum hal itu bisa disebabkan karena karakter dari PPnBM itu sendiri
merupakan pungutan tambahan disamping PPN dan hanya dipungut satu kali yaitu saat import
dan penyerahan oleh Pengusahaan Kena Pajak (PKP) pabrikan. Yang selanjutnya tidak ada
mekanisme pajak keluaran dan pajak masukan PPnBM oleh distributor akan dimasukkan ke
harga pokok barang kena pajak yang tergolong mewah.
Maka tidak heran ada beberapa konsumen yang mengkonsumsi barang kena pajak yang
tergolong mewah tersebut tidak mengetahui tentang PPnBM karena dari pihak Direktorat
Jenderal Pajak hanya mengsosialisasikan PPnBM ke importir dan BKP pabrikan. Salah satu
kelompok barang kena pajak yang tergolong mewah adalah barang elektronika. Barang
elektronika yang dikenakan PPnBM antara lain TV diatas 21’, air conditioner (AC), radio
cassette, mesin cuci, alat perekam, alat fotografi, dan lain lain. Di masyarakat sendiri barang
elektronik merupakan barang yang paling cepat mengalami reposisi, yaitu dari barang mewah
ke barang yang banyak dikonsumsi hampir semua lapisan masyarakat.
Penerimaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sebagai upaya meningkatkan
APBN Penerimaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) ternyata dapat
meningkatkan penerimaan negara. Hal ini dikarenakan karena PPnBM mengandung dua unsur
pajak, yaitu fungsi budgetair/finansial dan fungsi regulerend/mengatur.
Dalam Fungsi budgetair/finansial, PPnBM telah terbukti memberikan sumbangsih yang
cukup besar kepada pendapatan negara, sedangkan dalam fungsi regulerend atau mengatur,
pemberlakuan PPnBM memiliki makna pemerataan dan membawa rasa keadilan di tengah
masyarakat, kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi diharapkan berperan lebih besar
mendanai pembangunan di Indonesia. Penerapan PPnBM pada tarif tinggi dapat mengatur
kegiatan dan gaya hidup masyarakat ke arah yang lebih efisien dan hemat.
Hambatan yang dialami oleh pemerintah dalam memungut PPnBM : Kurangnya
kesadaran masyarakat dalam hal membayar pajak. Banyaknya barang-barang mewah yang
masuk secara ilegal. Daya beli masyarakat yang berkurang terhadap barang mewah akibat
inflasi. Terjadi pemalsuan dokumen kepabeanan, yang sebenarnya termasuk dalam golongan
barang mewah ditulis di dokumen jalan sebagai barang non mewah.
Dalam menghadapi hambatan yang ada, pemerintah telah melakukan berbagai upaya
Dilakukan penyuluhan penyuluhan dan bimbingan kepada masyarakat mengenai fungsi dan
manfaat pajak bagi kelangsungan hidup bernegara dan kelancaran akan jalannya pembangunan
bangsa, diberlakukannya sunset policy. Memperketat jalur perdagangan (baik darat maupun
wilayah laut dan udara Indonesia) yang dilakukan oleh Dirjen bea dan cukai juga dibantu oleh

7
Tentara Nasional Indonesia. Dibentuk tim gabungan antara Dirjen bea dan cukai dengan
Departemen Luar Negeri. Pemeriksaan sistem pengiriman barang (kargo) dibandara semakin
diperketat. Memperbaiki system perekonomian makro Indonesia dengan menekan inflasi yang
terjadi,dengan cara memberlakukan: kebijakan Moneter, Kebijakan Fiskal, Kebijakan Non-
Moneter Pemeriksaan yang lebih teliti terhadap dokumen-dokumen barang impor yang masuk
Indonesia.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pajak berfungsi dalam pembiayaan (budgetair) pembangunan, terutama untuk
keperluan pengeluaran rutin seperti belanja pegawai, barang, termasuk pemeliharaannya.
Dengan pajak, roda pembangunan dapat berjalan dan membuka kesempatan kerja. Berbagai
penelitian dan juga data-data menyebutkan bahwa pajak meberikan kontribusi yang besar
sebagai penyumbang pendapatan negara dari dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah selalu
mengupayakan penerimaan pajak secara maksimal dan optimal. Apabila penerimaan pajak
mengalami kendala seperti banyak yang mangkir dan memanipulasi kewajiban pajak wajib
pajak, tentulah kelangsungan hidup suatu negara akan goyah karena berkurangnya pendapatan
terbesar tersebut sedangkan RAPBN negara selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Tidak dapat dipungkiri jika pajak merupakan sumber pendapatan utama setiap negara
di dunia. Tentu keberadaan pajak sangat penting dalam pelaksanaan fungsi negara dan
pemerintahan. Di negara-negara maju dan berkembang, sebagian potensi pendapatan negara
melalui pajak itu sudah dimanfaatkan bagi keperluan peningkatan kemampuan inovasi dan
teknologi badan usaha dan industri nasional mereka. Sebagaimana dimaklumi, pajak berfungsi
dalam pembiayaan (budgeter) pembangunan, terutama untuk keperluan pengeluaran rutin
seperti belanja pegawai, barang, termasuk pemeliharaannya.
Dengan pajak, roda pembangunan dapat berjalan dan membuka kesempatan kerja.
Dalam hal ini pajak juga berfungsi sebagai pendistribusi pendapatan masyarakat. Dengan
pajak, suatu pemerintahan juga dapat menjalankan kebijakan terkait dengan stabilitasi harga
sehingga tingkat inflasi dapat tetap dijaga. Stabilitasi dilakukan dengan mengatur peredaran
uang, yang dilakukan melalui pemungutan pajak dan dengan pemanfaatannya secara efektif
dan efisien.
Penerimaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) ternyata dapat
meningkatkan penerimaan negara. Hal ini dikarenakan karena PPnBM mengandung dua unsur
pajak, yaitu fungsi budgetair/finansial dan fungsi regulerend/mengatur. Dalam Fungsi
budgetair/finansial, PPnBM telah terbukti memberikan sumbangsih yang cukup besar kepada
pendapatan negara, sedangkan dalam fungsi regulerend atau mengatur, pemberlakuan PPnBM
memiliki makna pemerataan dan membawa rasa keadilan di tengah
masyarakat, kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi diharapkan berperan lebih besar

9
mendanai pembangunan di Indonesia. Penerapan PPnBM pada tarif tinggi dapat mengatur
kegiatan dan gaya hidup masyarakat ke arah yang lebih efisien dan hemat.
Walau, harus diakui bahwa hal-hal ini masih menemui banyak kendala dan masih sulit
untuk dilaksanakan oleh oknum aparat perpajakan kita sebab biasanya masih ada pihak-pihak
tertentu yang sengaja memancing di air keruh, memakai kesempatan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi dengan kerugian di pihak negara. Selain itu, mengejar wajib pajak potensial
kelas kakap sangat sulit dilakukan karena biasanya mereka sangat dekat dengan kekuasaan,
hingga terkesan sangat sulit untuk disentuh tangan-tangan aparat pajak kita.

10
DAFTAR PUSTAKA

Gustina. 2013. Sensus Pajak Nasional Bantu Tingkatkan Penerimaan Pajak Negara. [Online].
Available:http://www.merdeka.com/Peristiwa/sensus-pajak-nasional-bantu-
tingkatkan-penerimaan-negara.html. [Diakses 02 Februari 2018].

Purwanto, “Jangkar Kegiatan Usaha, Upaya Ekstra Penggalian Potensi Pajak,” 2013.
[Online]. Available: http://bppk.depkeu.go.id/webpajak/index.p hp/artikel/opini-kita-
pph/1083-jangkar-kegiatan-usaha-upaya-ekstra-penggalian-pajak. [Diakses 02 Maret
2018].

d. Kurnia. 2015. Efektivitas Kegiatan Ektensifikasi Perpajakan dalam Upaya Meningkatkan


Penerimaan Pajak PPh Orang Pribadi. Vol. 6, pp. 1-7

11

Anda mungkin juga menyukai