Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PENERAPAN PP NO.

46 TAHUN 2013 SERTA


PEMAHAMAN DAN SOSIALISASI PAJAK FINAL UMKM TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK
(STUDI KASUS UMKM DI KOTA CIMAHI)

PROPOSAL

disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Metodologi Penelitian Akuntansi

Dosen Pengampu

Dr. Siti Kustinah, S.E., M.Si., Ak., CA

Disusun oleh :

Nur HIdayat 5212151004

Ade Setiawan 5212151009

Intan Khoerunnisa 5212151018

Novia Samiarty 5212151020

Wulan Insani 5212151032

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
proposal ini dengan lancar.

Proposal ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Penelitian. Proposal ini merupakan hasil pengamatan penulis terhadap Penerapan PP
No.46 Tahun 2013 Serta Pemahaman Dan Sosialisasi Mengenai Pajak Final UMKM
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Yang Ada Di Kota Cimahi.

Penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan bantuan berbagai pihak. Untuk
itu, penulis mengcuapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dan telah
berkontribusi dengan baik sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Tentunya
penulis tidak dapat membalas semua kebaikan yang telah penulis terima, semoga amal
kebaikan semuanya mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari proposal ini tentu saja belum
merupakan hasil yang maksimal dan menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik untuk perbaikan proposal ini di masa mendatang.

Semoga proposal ini memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.     
                                                                         

             Cimahi, Maret 2018


    
                                                                                              Penyusun,

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pajak sebagaimana yang diketahui merupakan aspek penting bagi


kelangsungan hidup negara Indonesia. Dalam menjalankan pemerintahan dan
pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sebagai salah
satu unsur penerimaan negara, pajak memiliki peran yang sangat besar dan
semakin diandalkan untuk kepentingan pembangunan dan membiayai pengeluaran
pemerintah. Pada APBN 2016, pajak memberikan kontribusi sebesar Rp.
827.264,2 milyar sedangkan pada APBN 2017, penerimaan pajak meningkat dari
tahun 2016 menjadi Rp1.032,6 triliun (www.fiskal.depkeu.go.id). Pajak
mempunyai fungsi regulerend dan fungsi budgetair. Fungsi budgetair adalah pajak
yang berfungsi untuk memasukkan uang ke kas negara. Berdasarkan fungsi pajak
sebagai fungsi budgetair, adanya kedisiplinan dan kesadaran masyarakat untuk
mematuhi kewajiban perpajakan yang berlaku sangat dibutuhkan. Persoalan
mengenai kepatuhan pajak telah menjadi persoalan yang penting di Indonesia
karena jika Wajib Pajak tidak patuh maka dapat menimbulkan keinginan untuk
melakukan tindakan penghindaran, pengelakan dan pelalaian pajak yang pada
akhirnya akan merugikan negara yaitu berkurangnya penerimaan pajak.

Kepatuhan Wajib Pajak dapat dipengaruhi oleh dua jenis faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal
dari diri Wajib Pajak sendiri dan berhubungan dengan karakteristik individu yang
menjadi pemicu dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Berbeda dengan
faktor internal, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri Wajib
Pajak, seperti situasi dan lingkungan di sekitar Wajib Pajak.

Dalam memenuhi kewajiban dan hak perpajakannya, Wajib Pajak


mengeluarkan sejumlah biaya yang biasa disebut dengan compliance cost.

1
Idealnya, biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak tersebut tidak
memberatkan wajib pajak dan tidak menjadi faktor penghambat Wajib Pajak
dalam melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Tax compliance cost
bukan hanya dalam artian uang (direct money cost), tetapi juga waktu (time cost)
dan pikiran (psychological cost). Tingginya biaya kepatuhan pajak dapat
menyebabkan Wajib Pajak enggan untuk membayar pajak. Penelitian Prasetyo
(2008) menyimpulkan bahwa biaya kepatuhan pajak mempunyai pengaruh negatif
terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Artinya jika biaya kepatuhan pajak semakin
tinggi maka kepatuhan pajak semakin rendah.

Perekonomian Indonesia didominasi oleh kegiatan usaha yang berbasis


pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Jumlah unit UMKM sampai
dengan tahun 2015 berjumlah 53.823.732 unit yang terbagi atas usaha mikro
berjumlah 53.207.500 unit, usaha kecil berjumlah 573.601 unit dan usaha
menengah berjumlah 42.631 unit, sedangkan usaha besar berjumlah 4.838 unit.
Persentase total unit UMKM di Indonesia berdasarkan data sebelumnya adalah
99,99% dan usaha besar mempunyai persentase 0,01% (www.depkop.go.id)
Banyaknya jumlah unit UMKM di Indonesia seharusnya juga tercermin pada
penerimaan pajak. Namun, penerimaan pajak didominasi oleh Wajib Pajak besar
yang jumlahnya kurang dari 1%,dimana sisanya adalah Wajib Pajak yang
bergerak di bidang UMKM (Rakhmad, 2012). Bagi pelaku UMKM, pajak masih
dilihat sebagai beban, yang sebisa mungkin harus dihindari.

Pemerintah Indonesia perlu memperhatikan sektor UMKM secara serius.


Peranan UMKM dalam perekonomian harus ikut diperhitungkan dalam proses
merencanakan suatu kebijakan di bidang perpajakan. Banyaknya pelaku usaha
UMKM bila diperhatikan secara seksama merupakan potensi yang akan
berdampak pada peningkatan perilaku kepatuhan pajak.

Pada Undang-Undang Perpajakan Negara dijelaskan bahwa Usaha Mikro,


Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu subjek pajak. Selain
meningkatkan pendapatan negara, UMKM juga berperan dalam menyerap tenaga

2
kerja dengan jumlah yang besar. Namun di sisi lain UMKM yang mendominasi
perekonomian negara belum dapat memberikan penerimaan pajak secara optimal.

Dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak, pemerintah membuat


kebijakan pajak bagi UMKM dengan menetapkan tarif perpajakan yang lebih
rendah dengan harapan dapat memberikan pengaruh dalam pertumbuhan UMKM.
Kebijakan perpajakan ini telah diatur pada PP No. 46/2013, yang berlaku sejak 1
Juli 2013 yang menggantikan peraturan lama, yaitu UU No. 36/2008 yang
mengatur Pajak Penghasilan (PPh). Peraturan Pemerintah No. 46/2013 mengatur
PPh bagi UMKM yang memiliki omzet hingga Rp 4.800.000.000 selama setahun
pajak. Wajib Pajak (WP) harus menanggung beban pajak final sebesar 1% dari
peredaran brutonya. Dalam PP 46/2013 yang menjadi dasar adalah catatan
peredaran bruto atau omzet (record keeping) setiap bulannya sehingga tidak lagi
menggunakan dasar pembukuan (book keeping) yang mewajibkan wajib pajak
membayar angsuran pajak (PPh pasal 25 UU PPh) setiap bulannya.

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 tersebut bertujuan memudahkan


wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan kewajiban perpajakan.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 memang memiliki keunggulan
karena kesederhanaannya dalam penghitungan pajak penghasilan, sehingga
membuat lebih efisien bagi wajib pajak, dan bagi pemerintah biaya pemungutan
(cost of collection) yang harus dikeluarkan juga lebih rendah, adanya peningkatan
jumlah wajib pajak dan peningkatan jumlah penerimaan negara yang diterima.

Di sisi lain, PP 46/2013 memberikan dampak negatif bagi pelaku usaha


badan yang memiliki profit margin kurang dari 8% akan dirugikan dengan adanya
peraturan ini.juga masih terdapat potensi ketidakadilan karena tarif pajak yang
sama besar bagi wajib pajak orang pribadi (UMKM) dengan tidak memperhatikan
laba yang diperoleh.

Selain masalah objek pajaknya, tak adanya pertimbangan apakah UMKM


tersebut masih dalam tahap tumbuh, yang kerap menanggung rugi, namun
pembebanan pajak tetaplah 1%, hal ini diatur dalam pasal 8 ayat 2 huruf (c) PMK

3
107/203 yang menyebutkan bahwa kerugian yang terjadi dalam tahun pajak
tertentu yang dikenai pajak penghasilan memiliki sifat final dan tidak dapat
dikompensasi pada tahun pajak selanjutnya.

Padahal jika omzet di 4,8 milyar rupiah alias perusahaan besar dan sedang
menanggung rugi, terdapat kompensasi rugi fiskal. Keadilan jelas tidak tampak
dalam perlakuan pemungutan pajak antara UMKM dan perusahaan besar. Bagi
UMKM yang mengalami kerugian, tentu akan sangat dirugikan karena tetap
diharuskan membayar pajak penghasilan. UMKM dengan jumlah terbanyak yang
merasa dirugikan adalah UMKM yang memiliki usaha dalam sektor perdagangan.
Selain dampak negatif dari peraturan tersebut bagi pemerintah yaitu pendapatan
negara akan menurun apabila pajak penghasilan yang dibayarkan UMKM yang
lebih kecil dibanding dengan yang seharusnya diterima menggunakan peraturan
yang sebelumnya.

Dengan itu, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) berharap agar


pemerintah merevisi PP No 46 tahun 2013 karena dinilai memberatkan para
pengusaha UMKM, maka diusulkanlah pengurangan tarif final dari 1% menjadi
0,5% dan mengharapkan batasan peredaran bruto yang diharuskan membayar
pajak UMKM direvisi menjadi 6 milyar.

4
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian
ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh penerapan PP No.46 tahun 2013 terhadap kepatuhan


wajib pajak Usaha Mikro Kecil Menengah?
2. Bagaimana pemahaman wajib pajak UMKM terhadap pajak final yang
berlaku ?
3. Bagaimana pengaruh sosialisasi atas pajak final UMKM terhadap
peningkatan kepatuhan wajib pajak ?
4. Apa saja kebijakan yang berlaku pada UMKM dan pengaruhnya terhadap
kepatuhan pembayaran pajak pada UMKM ?
5. Bagaimana tanggapan Usaha Mikro Kecil Menengah terhadap kebijakan
PP No. 46 tahun 2013 ?

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empirik dan
mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan PP No.46 tahun 2013 serta
pemahaman dan sosialisasi pajak final UMKM yang akan berdampak
terhadap kepatuhan wajib pajak.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini ada tujuan yang hendak dicapai yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan PP No. 46 tahun


2013 terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM dalam pelaksanaannya

5
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemahaman pajak final bagi
UMKM terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak.
3. Untuk mengetahui sosialisasi atas perpajakan yang seperti apa yang dapat
berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak.
4. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah pada UMKM mengenai sosialisai
kepatuhan pajak dan kewajiban pembayaran pajak pada UMKM.
5. Untuk mengetahui seberapa jauh tanggapan pemilik UMKM terhadap
kebijakan PP No. 46 tahun 2013 yang berlaku.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Pemecahan Masalah

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memecahkan masalah yaitu belum


optimalnya pemahaman serta sosialisasi kepatuhan wajib pajak yang
dibuktikan dengan adanya masyarakat khususnya UMKM yang belum
memahami bahkan merasa keberatan dengan adanya pajak tersebut.

1.4.2. Kegunaan Pengembangan Ilmu

Pengetahuan merupakan hasil dari keingintahuan manusia yang didapat


melalui penggunaan pancaindera dan rasa. Ilmu adalah pengetahuan yang
telah disusun secara systematis dan berlaku umum. Dengan demikian ilmu
pengetahuan adalaah kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis
dan teruji kebenarannya secara empiris serta dapat diterima secara umum.
Pada penelitia ini pengetahuan adalah konsep yang diperoleh berdasarkan
pada teori yang akan digambarkan dalam bentuk hipotesis. Pengembangan
ilmu pada penelitian ini adalah dalam bentuk pengujian terhadap hipotesis
berupa Pengaruh Penerapan PP No. 46 Tahun 2013 Serta Pemahaman Dan
Sosialisasi Pajak Final Bagi UMKM Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
UMKM Di Kota Cimahi.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. TINJAUAN PUSTAKA


Berdasarkan dengan judul penelitian oleh penulis mengenai “Penerapan
PP No.46 Tahun 2013 Serta Pemahaman Dan Sosialisasi Mengenai Pajak Final
UMKM Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Yang Ada Di Kota Cimahi” maka
diperlukan penjelasan mengenai sejarah dan definisi penerapan PP No. 46 tahun
2013, dan manfaat berbagai pemahaman dan sosialisasi terhadap Pajak Final
UMKM Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Beberapa penjelasan mengenai pengertian mengenai kepatuhan wajib


pajak :

Menurut Norman D. Nowak (Moh. Zain: 2004), Kepatuhan Wajib Pajak


memiliki pengertian yaitu: “Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan
kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana:

1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan


peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas
3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar
4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.”

Menurut Erard dan Feinstein yang di kutip oleh Chaizi Nasucha dan di
kemukakan kembali oleh Siti Kurnia (2006:111) pengertian kepatuhan wajib
pajak adalah rasa bersalah dan rasa malu, persepsi wajib pajak atas kewajaran dan
keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap
pelayanan pemerintah.

Dan, Menurut Safri Nurmanto dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138)


mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai sutau

7
keadaan di mana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya.

Dalam teori daya pikul dijelaskan bahwa pemungutan pajak harus


mengukur kemampuanwajib pajaknya. Dalam memungut pajak, pemerintah harus
membuat peraturan perpajakan yangmemperhatikan syarat-syarat pemungutan
pajak agar wajib pajak tidak merasa keberatan atau merasa adil dalam membayar
pajak kepada negara.

Apabila dikaitkan dengan teori-teori pemungutan pajak, Peraturan


Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tidak sesuai dengan teori daya pikul. Dalam
teori daya pikul, dijelaskan bahwa beban pajak haruslah sama beratnya untuk
setiap warga negara sesuai dengan kemampuan masing-masing warga negaranya
yang dilihat dari unsur obyektif antara lain penghasilan, kekayaan, dan besarnya
pengeluaran seseorang, serta dalam unsur subyektif antara lain segala kebutuhan
terutama materiil dengan memperhatikan banyak sedikitnya jumlah tanggungan
keluarga. Namun, pada PP 46/2013 tidak memperhatikan besarnya pajak
penghasilan tidak mempertimbangkan penghasilan, kekayaan, dan besarnya
pengeluaran. Hal ini dapat dilihat dari pengenaan pajak final 1% dari peredaran
bruto.

Selain itu, peraturan pemerintah ini tidak mempertimbangkan jumlah


tanggungan keluarga. Hal ini dapat dilihat dari Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) yang tidak dijadikan sebagai pengurang dalam menghitung beban pajak
pada Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP).

Dampak positif yang mungkin dirasakan UMKM antara lain memudahkan


dalam menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak. Selain itu, pelaku usaha
badan yang memperoleh profit margin lebih dari 8% akan diuntungkan oleh PP
46/2013. Sementara dampak positif bagi pemerintah yaitu adanya peningkatan
jumlah wajib pajak dan peningkatan jumlah penerimaan negara yang diterima. Di
sisi lain, PP 46/2013 memberikan dampak negatif bagi pelaku usaha badan yang
memiliki profit margin kurang dari 8% akan dirugikan dengan adanya peraturan

8
ini. Terlebih lagi bagi UMKM yang mengalami kerugian, tentu akan sangat
dirugikan karena tetapdiharuskan membayar pajak penghasilan. Selain itu,
dampak negatif bagi pemerintah yaitu pendapatan negara akan menurun apabila
pajak penghasilan yang dibayarkan UMKM yang lebih kecil dibanding dengan
yang seharusnya diterima menggunakan peraturan yang sebelumnya.

Dapat di simpulkan bahwa Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan


kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka
memberikan kontribusi bagi pembangunan dewasa ini yang diharapkan di dalam
pemenuhannya diberikan secara sukarela. Kepatuhan wajib pajak menjadi aspek
penting mengingat sistem perpajakan Indonesia menganut sistem Self Asessment
di mana dalam prosesnya secara mutlak memberikan kepercayaan kepada wajib
pajak untuk menghitung, membayar dan melapor kewajibannya.

Denyut jantung pembangunan di negara ini dapat berlangsung berkat


konstribusi puluhan juta pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan
Wajib Pajak Lainnya. Para pelaku UMKM dan Wajib Pajak lainnya menyadari
bahwa jantung pembangunan dapat berdenyut dengan baik berkat setoran pajak ke
atas Negara. Akan tetapi, para pelaku UMKM dan Wajib Pajak lainnya sering gah
membayar pajak. Mengurus pembayaran pajak diangap rumit, berbelit-belit, dan
butuh waktu yang lama. (Budi,Chandra.2013.Urus Pajak Itu Sangat
Mudah.Jakarta:Gramedia)

Pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat sebagaimana terjadi di Jepang,


telah dikaitkan dengan besaran sektor usaha kecil. Kedua, dalam penciptaan
lapangan kerja di Amerika Serikat sejak perang dunia II, sumbangan UMKM
ternyata tak bisa diabaikan (D.L. Birch, 1979 dalam Tambunan, 2013:3).

Anda mungkin juga menyukai