Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERPAJAKAN

MANAJEMEN PERPAJAKAN

DOSEN PENGAMPU : Edi Wicaksono Abdurrosid,S.E, M.Si, BKP

Disusun Oleh :

Nama : Aulia Putri Juwika

NIM : 201812234

Kelas : Perpajakan 5 E

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang Manajemen
Perpajakan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Perpajakan yang diberikan oleh
Bapak Edi Wicaksono Abdurrosid S.E, M.SI, BKP selaku Dosen mata kuliah Perpajakan.
Makalah ini juga bertujuan agar dapat mempelajari bagaimana Manajemen Perpajakan.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan
saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Penulis

Aulia Putri Juwika

7
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….
1. Latar Belakang……………………………………………………………………
2. Rumusan Masalah………………………………………………………………...
3. Tujuan…………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….
A. Pengertian Manajemen Perpajakan………………………………………………
B. Lingkup Manajemen Perpajakan…………………………………………………
C. Design Manajemen Perpajakan…………………………………………………..
D. Pemilihan bentuk usaha implikasi perpajakan……………………………………
E. Legal Drafting perpajakan implikasi perpajakan…………………………………
F. Pemanfaatan fasilitas perpajakan…………………………………………………
G. SOP Perpajakan…………………………………………………………………..
H. Kapasitas sumberdaya perpajkan suatu entitas…………………………………..
I. Pos-pos dalam laporan keuangan ……………………………………………….
J. Pemanfaatan teknologi informasi……………………………………………….
K. Komunikasi yang efektif……………………………………………………….
L. Psychology pemeriksaan pajak………………………………………………...
M. Upaya optimaslisasi pemenuhan kewajiban dan hak wajib Pajak………………
N. Permohonan rulling peraturan perpajakan terkait transaksi “grey area”……….
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………
1. Kesimpulan………………………………………………………………………
2. Saran…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….

88886
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perlunya sumber daya yang cukup untuk memahami aturan perpajakan, dan bisa
mengaplikasikan program perpajakan dan memiliki pengetahuan yang cukup luas terkait isu-
isu permasalah pajak yang dihadapi oleh individu ataupun perusahaan. Sehingga kesalahan
perhitungan ataupun pelaporan pajak dapat dihindari, dan meminimalisir keberatan pajak,
banding bahkan sampai peninjauan kembali yang memakan waktu yang tidak sebentar.
Dari fenomena tersebut diatas, pengetahuan akan manajemen pajak menjadi sangat
penting. Manajemen perpajakan adalah suatu strategi manajemen untuk mengendalikan,
merencanakan, dan mengorganisasikan aspek-aspek perpajakan dari sisi yang dapat
menguntungkan nilai bisnis perusahaan dengan tetap melaksanakan kewajiban perpajakan
secara peraturan dan perundang-undangan. Sehingga dengan adanya perencanaan pajak yang
didukung suatu konsep manajeman pajak yang jelas, diharapkan dapat mengoptimalkan
tingkat likuiditas perusahaan. Oleh karenanya program studi akuntansi memperbaharui acuan
mata perkuliahan manajemen pajak yang lebih luas dengan menambahkan materi dan
latihan soal terkait perpajakan internasional. Untuk dapat meminimalisasi kewajiban pajak,
dapat dilakukan berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful)
maupun yang melanggar
peraturan perpajakan (unlawful), seperti tax avoidance dan tax evasion. Perencanaan
pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau kejadian
mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut mempunyai dampak pajak,
apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah
pajaknya.

1. Rumusan Masalah

7
a. Apa Pengertian Manajemen Perpajakan ?
b. Apa saja Lingkup Manajemen Perpajakan?
c. Bagaimana Design Manajemen Perpajakan?
d. Pemilihan bentuk usaha implikasi perpajakan?
e. Apa itu Legal Drafting perpajakan implikasi perpajakan?
f. Bagaiaman pemanfaatan fasilitas perpajakan?
g. Apa saja SOP Perpajakan?
h. Apa kapasitas sumberdaya perpajkan suatu entitas?
i. Apa saja pos-pos dalam laporan keuangan dan pasal perpajakan yang dapat
dijadikan penerapan Teknik-teknik dalam manajemen perpajakan?
j. Bagaiaman pemanfaatan teknologi informasi dan pembelajaran cepat ketentuan
peraturan perpajakan?
k. Bagaimana komunikasi yang efektif?
l. Apa itu Psychology pemeriksaan pajak?
m. Bagaimana upaya optimaslisasi pemenuhan kewajiban dan hak wajib Pajak?
n. Apa itu permohonan rulling peraturan perpajakan terkait transaksi “grey area”?

2. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dalam rangka menyelasaikan tugas perpajakan serta bertujuan untuk
menambah wawasan sehingga kita dapat memahami tentang Manajemen Perpajakan.

88886
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Perpajakan

Manajemen dapat dikatakan sebagai proses perencanaan (Planning),


pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Actuating) dan pengawasan (Controlling)
usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber dayasumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen juga merupakan
Ilmu tentang upaya manusia untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya
untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.

Pajak merupakan biaya bagi sebuah perusahaan, meminimalkan beban pajak ialah
salah satu fungsi manajement keuangan yang mematuhi semua peraturanperaturan yang
sudah ditetapkan. Sehingga manajemen pajak juga dapat diartikan seperti berikut:

1. Suatu strategi manajemen untuk mengendalikan, mengorganisasian aspekaspek


perpajakan dari sisi yang dapat menguntungkan.
1. Sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak
yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh keuntungan.

B. Lingkup Manajemen Perpajakan

 Urgensi manajemen perpajakan bagi keuangan perusahaan

 Integrasi manajemen perpajakan pada kebijaksanaan perpajakan perusahaan (tax


policy)

 Alur kerja manajemen perpajakan ; perencanaan pajak (tax planning),


pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation), dan pengendalian pajak
(tax control)

 Ketrampilan menganalisis informasi beban pajak perusahaan

 Perancangan alternatif perencanaan manajemen perpajakan

7
 Evaluasi pelaksanaan rencana manajemen perpajakan

 Perbaikan model implementasi manajemen perpajakan

C. Design Manajemen Perpajakan

Menurut Rahmanto Surahmat. Menurut Rahmanto, terdapat dua kategori manajemen


pajak yaitu:
1) Manajemen pajak yang bersifat rutin.
Merupakan Kepatuhan (Compliance) yaitu kepatuhan manajemen terhadap peraturan
peraturan pajak yang sifatnya rutin dan tidak boleh terlambat.
2) Manajemen pajak yang bersifat tidak rutin
Manajemen pajak ini akan bergantung pada kegiatan perusahaan yang timbul.
Contohnya apabila ada transaski yang akan menimbulkan implikasi pajak ke depan
(future tax) Penerapan manajemen berkaitan dengan masalah pajak melalui proses
perencanaan, pengorgaisasian kepemimpinan dan mengendalikan keputusan bisnis
dengan tujuan untuk meminimalisasi beban pajak serta tidak melanggar ketentuan
yang berlaku dapat dikatakan sebagai manajemen pajak.
D. Pemilihan bentuk usaha implikasi perpajakan

Dalam ketentuan umum perpajakan, Wajib Pajak dapat dibagi dua yaitu Wajib
Pajak perorangan dan Wajib Pajak badan. Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan kepada
setiap Wajib Pajak, baik Wajib Pajak perorangan maupun Wajib Pajak badan atas
penghasilan yang diterimanya dalam setahun. Perbedaan utama antara Wajib Pajak
perorangan dan Wajib Pajak badan dalam penghitungan PPh adalah besarnya tarif pajak.
Lapisan terendah tarif pajak bagi perorangan adalah 5% dan lapisan tertinggi bagi
perorangan adalah 30% sedangkan bagi Wajib Pajak Badan tarifnya 28%.

Penghasilan dalam pengertian perpajakan memiliki makna yang sangat luas, yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang dapat dikonsumsi atau menambah
kekayaan. Sehubungan dengan usaha maka penghasilan sebagai tambahan kemampuan
ekonomis adalah laba usaha, yaitu penerimaan bruto dikurangi biaya-biaya, yang dalam
88886
perpajakan disebut dengan penghasilan neto. Dalam menghitung besarnya laba usaha,
perpajakan mempunyai ketentuan mengenai penghasilan yang diperhitungkan dan biaya
yang tidak dapat dikurangkan yang diatur dalam UU PPh.

Laba usaha yang diterima oleh badan usaha maupun perorangan itulah yang akan
dikenai PPh. Namun demikian, bagi Wajib Pajak perorangan, sebelum laba dikenakan
pajak terlebih dahulu dikurangkan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang
besarnya ditetapkan dan bergantung pada jumlah tanggungan keluarganya.

Sebenarnya, pihak yang memiliki sebuah usaha berbentuk badan adalah juga
perorangan sebagai investor. Hasil yang akan diterima oleh investor sebagai pemilik
usaha merupakan penghasilan kembali yang merupakan Objek PPh bagi perorangan.
Namun karena prinsip usaha adalah “going concern” maka keuntungan dari sebuah badan
usaha tidak selalu langsung dinikmati oleh investor (pemilik) tetapi dapat ditanamkan
kembali untuk memperbesar usaha. Sehingga penghasilan yang diterima oleh perorangan
atas investasinya di badan usaha bisa ditunda sampai keuntungan tersebut dibagikan ke
perorangan.

Usaha Perorangan

Keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha yang dijalankan secara perorangan
seluruhnya akan dinikmati dan masuk ke kantong pribadi perorangan. Keuntungan
tersebut akan dikenai pajak sesuai dengan lapisan tarif pajak perorangan. Jika keuntungan
yang diperoleh di atas Rp500.000.000,00 kelebihannya akan dikenai tarif tertinggi
perpajakan sebesar 30%.

Keuntungan usaha berupa selisih penerimaan dengan biaya dihitung berdasarkan


pembukuan yang diselenggarakan oleh perorangan. Dalam usaha perorangan tidak
dikenal adanya pemisahan harta usaha dengan harta pribadi perorangan, keseluruhannya
adalah harta miliknya perorangan. Namun demikian untuk keperluan penghitungan
keuntungan usaha tetap harus dibedakan antara harta untuk usaha dengan harta bukan
untuk usaha, sehingga dapat dipisahkan biaya penyusutan harta yang berhubungan
dengan usaha. Karena tidak adanya pemisahan antara harta usaha dengan harta pribadi

7
maka dari sudut perpajakan kewajiban mendaftar NPWP hanya melekat pada diri
perorangannya. Begitu pula dengan kewajiban melaporkan pajaknya.

Pengeluaran-pengeluaran untuk kepentingan pribadi tidak diperkenankan, seperti


biaya gaji pemilik, pengeluaran berupa prive dan sebagainya. Bagi perorangan yang
omzet setahunnya belum melebihi Rp4.800.000.000,00 tidak wajib menyelenggarakan
pembukuan, sehingga keuntungan dihitung dengan menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto. Konsekuensi menggunakan norma penghitungan penghasilan neto
adalah tidak pernah diakui adanya kerugian usaha.

Rangkuman:

– Keuntungan usaha merupakan penghasilan perorangan.

– Keuntungan usaha adalah selisih penerimaan dikurangi biaya.

– Biaya yang bersifat pribadi tidak diperkenankan sebagai pengurang penghasilan.

– Karena tidak adanya pemisahan harta usaha dengan harta pribadi maka tidak dikenal
adanya biaya gaji pemilik.

– Keuntungan usaha perorangan dikenai pajak sesuai dengan tarif pajak WPOP yang
dapat dikenai tarif tertinggi sebesar 30%.

Persekutuan Komanditer atau Firma

Persekutuan Komanditer (CV) atau Firma pada dasarnya adalah bentuk usaha
yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham.
Atas bentuk usaha tersebut dan bentuk usaha lain yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham mempunyai perlakuan yang sama dari sudut perpajakan.

Sebagai sebuah badan usaha maka CV atau Firma berkewajiban untuk


mendaftarkan NPWP yang terpisah dengan kewajiban para pemiliknya. Keuntungan
usaha merupakan penghasilannya CV atau Firma yang akan dikenai pajak dan dilaporkan
oleh CV atau Firma sebagai Wajib Pajak. Sedangkan penghasilan seorang investor dari
penanaman modal di CV atau Firma adalah penghasilan berupa pembagian laba. Jika

88886
seorang investor juga aktif menjalankan usaha, investor dapat saja menerima tambahan
penghasilan lain berupa gaji dan tunjangan-tunjangan lainnya.

Dalam ketentuan perpajakan, bergesernya aliran penghasilan dari CV atau Firma


kepada pemilik tidak dianggap sebagai terjadinya aliran penghasilan, sehingga pajak
tidak mengakui adanya pengurangan berupa biaya gaji pemilik di CV atau Firma.
Sebaliknya penerimaan berupa gaji oleh pemilik tidak dianggap sebagai adanya
penghasilan bagi si pemilik. Demikian juga atas pembagian laba yang diterima oleh
pemilik.

Pajak memandang bahwa antara anggota atau pemilik dengan CV atau Firma
diperlakukan sebagai satu kesatuan dalam penghitungan PPh atas keuntungan usaha. Satu
kesatuan dalam hal ini adalah tambahan kemampuan ekonomis dari usaha CV atau Firma
hanya akan dikenai PPh satu kali yaitu di CV atau Firma.

Dengan demikian antara CV dengan usaha perorangan memiliki persamaan


perlakuan perpajakan yaitu keuntungan usaha sama-sama diperlakukan sebagai satu
kesatuan dengan penghasilan pemiliknya. Hanya bedanya keuntungan usaha perorangan
dikenai pajak di sisi perorangan sebagai WPOP sedangkan keuntungan usaha CV dikenai
pajak di sisi CV sebagai WP badan.

Keduanya sama-sama tidak diperkenankan memperhitungkan pengurangan biaya


berupa gaji pemilik dan pembagian keuntungannya. Dipandang dari sudut penghematan
pajak, CV memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan usaha perorangan yaitu dari
sisi tarif pajak. Sebagaimana dijelaskan di atas, tarif pajak bagi CV adalah 28%
sedangkan tarif pajak perorangan tertinggi adalah 30%. Dengan demikian dengan
membentuk CV dapat timbul penghematan pajak sebesar 2%.

Dipandang dari sudut penghematan pajak, CV memiliki keunggulan jika dibandingkan


dengan usaha perorangan yaitu dari sisi tarif pajak.

Rangkuman:

- Keuntungan usaha merupakan penghasilan CV.

- Keuntungan usaha adalah selisih penerimaan dikurangi biaya.

7
- Biaya yang bersifat pribadi tidak diperkenankan sebagai pengurang penghasilan.

-Meskipun disepakati adanya biaya gaji bagi pemilik aktif, biaya gaji tidak
diperkenankan mengurangi penghasilan CV.

- Bagi pemilik, penghasilan berupa gaji dan pembagian laba bukan Objek PPh.

Keuntungan usaha CV dikenai pajak sesuai dengan tarif pajak WP Badan yang dapat
dikenai tarif tertinggi sebesar 30%.

Usaha Berbentuk Perseroan Terbatas

Berbeda dari usaha berbentuk CV atau Firma, Perseroan Terbatas (PT) adalah
bentuk usaha yang modalnya terdiri atas saham-saham. Kepada pemilik biasanya
diberikan sertifikat atau tanda kepemilikan atas sahamnya di perusahaan. Saham yang
dimiliki tersebut dikenal sebagai surat berharga (marketable securities) yang dapat
diperjualbelikan kepada pihak lain. Keuntungan yang diperoleh pemegang saham adalah
hanya dari pembagian keuntungan atau dividen saja, meskipun dalam beberapa kasus –
dan sebenarnya tidak dibenarkan secara aturan–, ada beberapa pemegang saham yang
merangkap juga sebagai pengurus yang ikut aktif menjalankan roda usaha sehingga
kepadanya juga diberikan penghasilan lain berupa gaji.

Perpajakan memandang bahwa antara pemegang saham dengan PT adalah dua


Wajib Pajak yang berbeda dan terpisah. Sehingga jika ada pengalihan kekayaan atau
harta baik berupa sumber daya atau resources dari perusahaan kepada pemilik dianggap
telah terjadi arus mengalirnya penghasilan. Dengan demikian dividen yang diterima oleh
pemegang saham dianggap sebagai penghasilan yang akan dikenai pajak. Sebaliknya
karena dividen itu dihitung dari laba setelah pajak, maka di sisi perusahaan dividen
tersebut tidak berpengaruh terhadap besarnya keuntungan usaha atau laba usaha yang
dikenai pajak. Bisa dikatakan bahwa atas keuntungan atau laba usaha akan dikenai pajak
di PT dan ketika keuntungan atau laba tersebut dibagi kepada para pemegang saham akan
dikenai pajak lagi di pemegang saham (perorangan).

Rangkuman:

– Terdapat pemisahan yang tegas antara PT dengan pemilik.

88886
– Keuntungan usaha dikenai pajak di PT.

– Bagian keuntungan setelah pajak dari PT yang diterima pemegang saham (perorangan)
merupakan Penghasilan Kena Pajak yang akan dipajaki di tingkat pemegang saham.

E. Legal Drafting perpajakan implikasi perpajakan

Pengertian legal dafting secara sempit adalah penyusunan/perancangan Peraturan


Perundang-undangan. Pengertian legal drafting secara luas adalah kegiatan praktek
hukum yang menghasilkan peraturan.

F. Pemanfaatan fasilitas perpajakan

Manfaat yang didapat dengan adanya fasilitas perpajakan, diantaranya adalah:

 Fasilitas yang berkaitan dengan PPN didominasi untuk menunjang kegiatan

ekonomi ekspor dan impor;

 Fasilitas yang berkaitan dengan PPh diperuntukkan untuk penanaman modal di

bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu diberikan

dengan pertimbangan bahwa investasi langsung baik melalui penanaman modal

asing maupun penanaman modal dalam negeri merupakan pendorong

pertumbuhan ekonomi;

 Fasilitas yang berkaitan dengan bea masuk diperuntukkan bagi penanaman

modal yang sedang berlangsung yang melakukan penggantian mesin atau barang

modal lainnya

 Fasilitas yang berkaitan dengan pajak ditanggung pemerintah adalah untuk

pembangunan nasional dan pemulihan ekonomi nasional

 Dengan adanya berbagai fasilitas pajak tersebut, sumber energi terbarukan

7
menjadi semakin meluas, sehingga ketergantungan Indonesia terhadap sumber

energi fosil dapat berkurang. Dengan demikian ketahanan energi nasional dapat

dipertahankan

G. SOP Perpajakan

Di dalam peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-16/PJ/2017 tentang Standar


Operasional Direktorat Jenderal Pajak pasal 1, Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini
yang dimaksud dengan:
1. Standar Operasional Prosedur yang selanjutnya disingkat SOP adalah serangkaian
instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi
pemerintahan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, serta di mana dan oleh siapa
dilakukan yang disusun berdasarkan proses bisnis Direktorat Jenderal Pajak.
2. Manajemen SOP adalah serangkaian proses pengelolaan SOP di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak dengan melibatkan beberapa pihak terkait.
3. Naskah SOP adalah bentuk cetak dari SOP yang masih memerlukan proses pengesahaan
dan penetapan lebih lanjut.
4. SOP Reguler, adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan atas pelaksanaan tugas dan fungsi
pada unit organisasi Eselon I atau unit organisasi ad-hoc di lingkungan Kementerian
Keuangan.
5. SOP Yang Bertautan yang selanjutnya disebut SOP Link, adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan yang memiliki tautan antar satu unit organisasi Eselon I dengan unit organisasi
Eselon I lainnya di Kementerian Keuangan atau hasil dari satu unit organisasi Eselon I
yang merupakan output antara atau menjadi input bagi unit organisasi Eselon I lainnya.
6. SOP Layanan Unggulan adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dibakukan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan eksternal dan/atau internal sesuai dengan
peraturan perundang-undangan untuk kepentingan masyarakat atau para pemangku
kepentingan lainnya atas jasa dan/ atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
Kementerian Keuangan.
7. Proses Bisnis adalah sekumpulan aktivitas kerja terstruktur dan saling terkait yang
menghasilkan keluaran sesuai dengan kebutuhan pengguna.

88886
8. Responsible, Approve, Support, Consulted, dan Informed yang selanjutnya disebut
RASCI adalah suatu metodologi untuk mendefinisikan tugas dan tanggung jawab yang
digunakan dalam mengelola suatu kegiatan, atau kerangka yang menghubungkan antara
pengambilan keputusan dan tahapan kegiatan.

H. Kapasitas Sumberdaya Perpajakan Suatu Entitas

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta perlindungan untuk masyarakat dan
lingkungan. Kebijakan ini ditempuh melalui pemberian insentif untuk kegiatan vokasi
dan litbang, pelayanan yang mudah dan berkualitas, regulasi yang berkepastian hukum,
serta edukasi dan humas yang efektif.

I. Pos-Pos Dalam Laporan Keuangan

Laporan keuangan  merupakan salah satu dokumen yang wajib dilampirkan pada saat
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Wajib Pajak yang menyelenggarakan
pembukuan. Laporan keuangan dibuat setiap satu tahun sekali dalam proses pembukuan
oleh Wajib Pajak. Kewajiban untuk melakukan pembukuan menurut pajak diatur dalam
Pasal 28 Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 (UU KUP), Wajib Pajak Orang Pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan di Indonesia
wajib menyelenggarakan pembukuan.
 Laporan keuangan yang lengkap, terdiri dari :
1. Laporan Posisi Keuangan Laporan Posisi Keuangan (neraca pada akhir periode
periode)
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif selama periode
3. Laporan Perubahan Ekuitas selama periode
4. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas selama periode periode
5. Catatan atas Laporan Keuangan berisi informasi ringkasan kebijakan akuntansi
penting dan informasi penjelasan lain
6. Laporan Posisi Keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian

7
kembali pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas reklasifikasi pos-pos dalam
laporan keuangannya.

J. Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Pembelajaran Cepat Ketentuan Peraturan


Perpajakan.

Teknologi informasi yang biasanya dinamakan teknologi daring dapat kita


manfaatkan untuk pelayanan, dalam hal ini pelayanan pajak. Hampir setiap orang di
Indonesia memanfaatkan teknologi ponsel untuk berkomunikasi dengan teman, lawan
transaksi, saudara maupun untuk mencari informasi apapun. Masyarakat dapat dengan
mudah mengakses semua informasi melalui teknologi digital.
Pajak sudah menerapkan cara terbaik untuk memberikan layanan kepada wajib
pajak yaitu dengan cara memanfaatkan teknologi digital untuk pelaporan pajak yaitu SPT
Tahunan. Selain untuk pelaporan pajak, teknologi tersebut juga dimanfaatkan untuk
memperoleh kode biling, akun pajak, serta menyebarluaskan informasi perpajakan
melalui media tersebut.
Dalam layanan teknologi perpajakan yang ditawarkan ada e-filing, e-faktur, dan e-
biling. Layanan ini dapat diakses melalui komputer maupun seluler. Kantor pajak juga
memanfaatkan layanan seluler untuk menyebarkan sms blast dan email blast guna
memudahkan menyampaikan informasi yang bersifat massal.
Namun pemanfaatan teknologi saat ini perlu dilakukan dengan langkah bijak.
Dalam membuat iklan maupun pesan kepada masyarakat harus dilakukan dengan tidak
mengandung ujaran kebencian, permusuhan, atau menyudutkan kelompok tertentu karena
bisa dijerat dengan UU IT. Kita mungkin tidak bermaksud untuk itu atau menggunakan
hal tersebut sebagai tema komedi, namun hal tersebut tidaklah tepat karena hal ini bisa
menimbulkan persepsi yang salah akan pajak.

K. Bagaimana komunikasi yang efektif

komunikasi efektif itu komunikasi yang menghasilkan perubahan sikap oleh si pendengar
setelah memahami si pembicara. Komunikasi efektif yang dibutuhkan dalam hal ini yaitu

88886
agar wajib pajak sendiri tahu dan mau tahu pajak, berapa besar pajaknya, atau ke mana sih
pajaknya nanti.  Sehingga saat para wajib pajak (WP) tahu pajak itu untuk apa dengan
sendirinya mereka akan memberikan pajaknya dengan ikhlas tanpa beban dan tidak
terpaksa. Hal yang sebaiknya diperhatikan dalam komunikasi efektif dengan wajib pajak
yaitu, Mengenali budaya WP, Sisi kesopanan dan Kesantunan, Harapan WP, Harapan
Fiskus.

L. Psychology pemeriksaan pajak

Psychology pemeriksaan pajak selesai dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Wajib Pajak dapat merasakan bahwa kemungkinan untuk dapat diperiksa kembali
meningkat sehingga Wajib Pajak akan meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

2. Wajib Pajak dapat merasakan bahwa kemungkinan untuk diperiksa kembali justru
lebih rendah sehingga Wajib Pajak akan menurunkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

3. Wajib Pajak dapat merasakan bahwa pemeriksaan pajak merupakan pengalaman yang
traumatis sehingga Wajib Pajak akan meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

4. Wajib Pajak dapat merasakan bahwa pemeriksaan pajak tidak seperti yang selama ini
dibayangkan (dalam artian lebih ringan) sehingga Wajib Pajak akan menurunkan tingkat
kepatuhan Wajib Pajak.

5. Wajib Pajak dapat merasakan bahwa setelah dilaksanakan pemeriksaan Wajib Pajak
akan berada dalam pengawasan otoritas perpajakan sehingga Wajib Pajak akan
meningkatkan tingkat Kepatuhan Wajib Pajak.

Wajib Pajak dapat merasakan bahwa kemampuan deteksi otoritas perpajakan tidak terlalu
baik sehingga Wajib Pajak akan menurunkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

M. upaya optimaslisasi pemenuhan kewajiban dan hak wajib Pajak


Kepatuhan pajak (tax compliance) dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku di mana
Wajib Pajak (WP) memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak

7
perpajakannya (Nurmantu 2000). Terdapat dua macam kepatuhan, yakni kepatuhan
formal dan kepatuhan materiil. Kepatuhan formal adalah suatu perilaku di mana WP
berupaya memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan formal
dalam undang-undang perpajakan. Kepatuhan materiil adalah suatu perilaku di mana
Wajib Pajak secara substantif memenuhi semua ketentuan materiil perpajakan, yakni
sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan (Nurmantu 2000). Jika membahas
kepatuhan pajak WP orang pribadi maka kita harus menganalisis dalam konteks
keperilakuan karena WP orang pribadi merupakan individu yang unik dengan sifat-sifat
dasar seperti rasionalitas, memaksimumkan utilitas, dan menghindari risiko (Hanno dan
Violette 1996).

N. Permohonan rulling peraturan perpajakan terkait transaksi “grey area”

Grey area dalam peraturan perpajakan berpotensi dimanfaatkan wajib pajak untuk
mendapatkan penghematan pembayaran pajak, melalui tax planning. Grey area
perpajakan adalah keadaan, transaksi atau kejadian yang dicurigai atau diindikasikan
akan terekspos oleh peraturan perpajakan, akan tetapi tidak ada peraturan perpajakan
yang berlaku saat ini yang bisa diterapkan terhadap hal tersebut. Grey area perpajakan
dapat terjadi pada aturan dalam ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP), pajak
penghasilan (PPh), dan pajak pertambahan nilai (PPN). Penelitian ini membatasi
pembahasan pada grey area dalam ketentuan peraturan pajak penghasilan (PPh). Advance
ruling adalah prosedur yang dilakukan WP untuk memperoleh kepastian tentang
konsekuensi pajak atas transaksi yang sedang atau akan dilakukan (Givati,
2009). Advance ruling ditujukan untuk mempermudah WP melaksanakan hak dan
kewajibannya tanpa menyimpang aturan. Namun, peran advance ruling tidak sebatas
pada pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan itu. Advance ruling juga berperan dalam
mencegah timbulnya potensi sengketa antara WP dan fiskus, karena sengketa disebabkan
karena peraturan pajak yang tidak sejalan dengan perkembangan bisnis.
Pada umumnya beberapa negara yang menganut sistem self-assessment telah
menerapkan advance ruling, yaitu fasilitas layanan yang disediakan otoritas pajak berupa
konsultasi dan permintaan jawaban yang diajukan WP terkait dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban pajaknya.
88886
DI Indonesia, mekanisme advance ruling sudah diterapkan baik oleh WP maupun
otoritas pajak. Dalam administrasi perpajakan Indonesia, terdapat dua bentuk
penerapan advance ruling yang dikenal, yaitu public ruling dan private ruling. Public
ruling merupakan pernyataan otoritas pajak kepada WP yang memuat interpretasi
peraturan perpajakan dalam situasi tertentu. Interpretasi ini untuk memperjelas peraturan
hukum pajak agar WP dapat menerapkan peraturan hukum pajak sesuai dengan transaksi
yang dilakukan. Sementara itu, private ruling merupakan klarifikasi WP tentang
bagaimana peraturan perpajakan diterapkan pada suatu transaksi atau situasi pajak
tertentu. Private ruling memberikan dukungan tambahan dan kepastian awal kepada WP
atas konsekuensi pajak dari transaksi tertentu.

7
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN
Manajemen keuangan merupakan kegiatan–kegiatan atau aktivitas–aktivitas perusahaan
yang berkaitan dengan cara mendapatkan pendanaan modal kerja, memakai atau
mengalokasikan dana, dan mengatur asset yang dimiliki, semuanya untuk mencapai
tujuan utama dari perusahaan.

2. SARAN
Karena tujuan manajemen pajak adalah meminimalisir beban pajak yang dibayarkan oleh
wajib pajak. Manajemen pajak sendiri perlu dilakukan untuk bisnis maupun
perseorangan. Jadi Dalam penerapannya juga harus didukung oleh bukti-bukti konkret
baik dari segi pencatatan akuntansi maupun dasar hukumnya.

88886
Daftar Pustaka

https://www.trainingcenter.co.id/manajemen-perpajakan-2

https://jurnalekonomi.unisla.ac.id/index.php/ekbis/article/view/175#:~:text=Grey%20area
%20perpajakan%20adalah%20keadaan,bisa%20diterapkan%20terhadap%20hal
%20tersebut.

https://www.harmony.co.id/blog/manajemen-perpajakan-pengertian-fungsi-dan-
penerapannya

Anda mungkin juga menyukai