Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MANAJEMEN PERPAJAKAN

DASAR-DASAR MANAJEMEN PERPAJAKAN

Oleh:
1. YOSSY CHIA (C1C115402)
2. RIZKA WIDYA PRATIWI (C1C115406)
3. DIMAS PRAYOGO (C1C115422)
4. M.RIFQI HABIBIE (C1C115443)
5. PUTRI AMALIA SALEHA (C1C115451 )
6. ABDULLAH SUPY (C1C115490)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Dasar-dasar
Manajemen Perpajakan”.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan dibantu oleh berbagai pihak
selama pengerjaannya. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Serta
kami berterima kasih pula kepada dosen Manajemen Perpajakan yang telah memberikan
tugas makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang pembaca harapkan. Untuk itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………...2


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................……...4
I.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................……...4
I.2 Tujuan ............................................................................................................……...5
I.3 Manfaat ..........................................................................................................……...5
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................……...6
II.1 Pengertian Manajemen Perpajakan dan Fungsinya .....................................……...6
II.2 Motivasi, Manfaat, dan Tujuan Perencanaan Pajak..……………………………...8
II.3 Persyaratan dan Kapan dilaksanakan Tax Planning .....................................…….10
II.4 Resistensi Pajak, Cara-cara Pengelakan Pajak, dan Rambu-rambu Penyusunan
Tax Planning…………………………………………………………………….11
II.5 Tahapan Pokok Tax Planning, Langkah-langkah Praktis dalm Tax Planning,
Perangkat Tax Planning, dan Strategi Umum Perencanaan
Pajak……………………………………………………………………………..13
BAB III PENUTUP .......................................................................................................…….19
III.1 Simpulan .....................................................................................................….....19
BAB IV KASUS.............................................................................................................…….20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….21

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Pembangunan merupakan hal yang berkesinambungan dalam mencapai suatu keadaan
yang dianggap lebih baik. Tujuan pembangunan menurut pemerintah Indonesia adalah
tercapainya tujuan nasional yang tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun
1945. Hal tersebut diwujudkan dengan melaksanakan pembangunan di segala bidang.
Pembangunan diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan, mengembangkan, dan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia baik sumber daya alam (SDA) maupun sumber
daya manusia (SDM) yang hasilnya ditunjukkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat.
Pembangunan dilaksanakan melalui rangkaian investasi yang dilaksanakan dengan
dukungan dana yang besar. Dana pembangunan diperoleh dari berbagai sumber, pemerintah
dan swasta baik negeri maupun manca negara. Salah satunya sumber berasal dari pajak. Pajak
harus diberdayakan dengan meningkatnya kegiatan sektor riil. Hal tersebut dilihat dari
penyumbangan pajak untuk penerimaan negara dengan meningkatkan pendapatan pemerintah
dari pajak APBN yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pembangunan untuk
biaya rutin negara. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang sangat
penting dalam pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan untuk
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Pembayaran pajak wajib dilakukan bagi orang pribadi, pembisnis, perusahaan berdiri,
aktivitas manajemen, kegiatan operasional sehari-hari berjaan, melakukan ekspansi, dan
perusahaan yang dilikwidasi. Sedangkan untuk yang sudah meninggal wajib pajak harus
dilakukan walaupun wajib pajak pribadinya masih merupakan subjek yang dikenai pajak.
Warisan yang belum terbagi seperti subjek pajak dalam negeri yang ditinggalkan secara
pribadi dianggap sebagai subjek pajak yang mengikuti status pewaris. Dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan, warisan harus menggantikan kewajiban ahli waris tetapi warisan
tersebut telah dibagi, maka kewajiban perpajakannya beralih kepada ahli waris.
Menurut Chairil Anwar (2016) Tax Planning merupakan tahap awal dari manajemen
perpajakan (tax management) yang berfungsi untuk menampung aspirasi yang berkembang
dari sifat dasar manusia. Manajemen Perpajakan menurut Chairil Anwar (2016) adalah suatu
upaya untuk mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen agar pelaksanaannya hak dan
kewajiban perpajakan berjalan efisien dan efektif. Dalam melaksanakan fungsi tax
4
management, tax planning merupakan tahap yang utama untuk urutan hierarki. Dalam praktik
tax planning bersifat multidispliner seorang perencana pajak harus memiliki wawasan dan
pengetahuan yang luas dan meng-update diri dengan setiap ketentuan perpajakan termasuk
perubahan dari waktu ke waktu. Dari semua pembahasan secara garis besar mengenai
perpajakan, maka makalah ini membahas mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
perpajakan.

I.2 RUMUSAN MASALAH


Dalam makalah ini adapun rumusan masalah yang dibahas antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian manajemen perpajakan dan fungsinya?
2. Apa saja motivasi, manfaat, dan tujuan perencanaan dari pajak?
3. Apa saja persyaratan tax planning dan kapan dilaksanakan tax planning?
4. Apa saja resistensi pembayaran pajak, cara-cara pengelakan pajak, dan rambu-
rambu dalam penyusunan tax planning?
5. Apa saja tahapan pokok tax planning, langkah-langkah praktis yang dapat
dilakukan dalam tax planning, perangkat tax planning, dan strategi tax
planning?

I.3 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat penelitian dalam makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen perpajakan dan fungsinya.
2. Untuk mengetahui motivasi, manfaat, dan tujuan perencanaan dari pajak?
3. Untuk mengetahui persyaratan tax planning dan kapan dilaksanakan tax
planning?
4. Untuk mengetahui resistensi pembayaran pajak, cara-cara pengelakan pajak, dan
rambu-rambu dalam penyusunan tax planning?
5. Untuk mengetahui tahapan pokok tax planning, langkah-langkah praktis yang
dapat dilakukan dalam tax planning, perangkat tax planning, dan strategi tax
planning?

5
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 PENGERTIAN MANAJEMEN PERPAJAKAN DAN FUNGSINYA


II.1.1 PENGERTIAN MANAJEMEN PERPAJAKAN
Manajemen perpajakan adalah suatu strategi manajemen untuk mengendalikan,
merencanakan, dan mengorganisasikan aspek-aspek perpajakan yang dapat menguntungkan
nilai bisnis perusahaan dengan tetap melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Sehingga dengan adanya perencanaan pajak dan manajeman
pajak yang jelas, diharapkan dapat mengoptimalkan tingkat likuiditas perusahaan. Menurut
Sophar Lumbantoruan (1996) Manajemen Pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban
perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan sérendah mungkin
untuk memperoleh laba dan likuditas yang diharapkan.

II.1.2 FUNGSI MANAJEMEN PERPAJAKAN


Fungsi- Fungsi Manajemen Perpajakan terdiri dari 4 yaitu :
1. Perencanaan pajak (tax planning) adalah langkah awal dalam manajemen pajak.
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan
perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan
dilakukan. Secara umum penekanan perencanaan pajak yaitu untuk meminimumkan
kewajiban pajak. Dalam tax planning ada 5 macam cara yang dapat dilakukan wajib
pajak untuk menekan jumlah beban pajak yaitu :
a. Tax avoidance (penghindaran pajak) adalah strategi dan teknik penghindaran
pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak
bertentangan dengan ketentuan perpajakan. Metode dan teknik yang digunakan
adalah dengan memanfaatkan kelemahan (grey area) yang terdapat dalam
undang-undang dan peraturan perpajakan itu sendiri.
b. Tax evasion (penyelundupan (Pohan, 2016) pajak) adalah strategi dan teknik
penghindaran pajak dilakukan secara ilegal dan tidak aman bagi wajib pajak,
cara penyelundupan pajak ini bertentangan dengan ketentuan perpajakan
karena metode dan teknik yang digunakan tidak berada dalam koridor undang-
undang dan peraturan perpajakan. Cara yang ditempuh berisiko tinggi dan
berpotensi dikenakannya sanksi pelanggaran hukum atau tindak pidana fiskal

6
atau kriminil. Oleh sebab itu, seorang tax planner yang baik tidak
direkomendasikan tax evasion.
c. Tax saving (penghematan pajak) adalah suatu tindakan penghematan pajak
yang dilakukan oleh wajib pajak secara legal dan aman bagi wajib pajak karena
tanpa bertentangan dengan ketentuan perpajakan. Sebagai contoh, apabila
berbelanja teh botol di warung, tentu tidak akan ada pengenaan Pajak Restoran
atas konsumsi tersebut tetapi apabila kita memesan teh botol di hotel atau
restoran besar, maka kita akan terbebani pajak restoran (yang sebenarnya bisa
dihindari) sebagai implikasi per-pajakannya.
d. Tax Implementation (Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan) adalah suatu tahap
pengimplementasian secara formal maupun material. Bahwa dalam
pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi peraturan perpajakan yang
berlaku. Manajemen pajak tidak untuk melanggar peraturan dan jika dalam
pelaksanaanya menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka praktik
tersebut telah menyimpang dari tujuan manajemen pajak. Untuk mencapai
tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu dikuasai dan dilaksanakan,
yaitu
o Memahami ketentuan peraturan perpajakan
o Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat
Apabila implementasi tax planning dalam perusahan dilakukan secara baik
memberikan manfaat bagi perusahan diantaranya adalah:
o Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya yang dapat
diminimalisasi dalam proses operasional perusahaan
o Mengatur aliran kas, dengan tax planning yang dikelola secara cermat,
perusahan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat, mengestimasi
kebutuhan kas terhadap pajak dan menentukan wakru pembayarannya,
sehingga tidak terlalu awal atau terlambat yang mengakibatkan denda atau
sanksi.
e. Tax control (pengendalian pajak) bertujuan kewajiban pajak telah
dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan memenuhi
persyaratan formal maupun material. Hal terpenting dalam pengendalian pajak
adalah pemeriksaan pembayaran pajak karena pengendalian dan pengaturan
arus kas sangat penting dalam startegi penghematan pajak.

7
2. Tax Admnistration/Tax compliance adalah usaha yang memenuhi kewajiban
administrasi perpajakan dengan menghitung pajak yang sesuai dengan ketentuan
perpajakan, kepatuhan dalam membayar dan melaporkan tepat waktu sesuai dealine
pembayaran dan pelaporan pajak yang telah ditetapkan
3. Tax Audit adalah strategi dalam menangani pemeriksaan pajak, menanggapi hasil
pemeriksaan pajak maupun strategi dalam mengajukan surat keberatan atau surat
banding.
4. Other Tax Matters adalah fungsi-fungsi yang berkaitan dengan perpajakan seperti
pengkomunikasian mengenai ketentuan sistem dan prosedur perpajakan kepada
pihak atau bagian dalam perusahaan, seperti penerbitan faktur penjualan standar tang
berhubungan dengan PPN.

II.2 MOTIVASI, MANFAAT, DAN TUJUAN PERENCANAAN PAJAK


II.2.1 MOTIVASI PERENCANAAN PAJAK
Ada 3 (tiga) unsur perpajakan yang memotivasi dilakukannya perencanaan pajak yaitu
1. Kebijaksanaan Perpajakan (Tax Policy) adalah suatu sasaran yang akan dituju
dalam sistem perpajakan. Berikut ini beberapa faktor yang mendorong
dilakukannya perencanaan pajak yaitu :
a. Pajak yang akan dipungut
b. Siapa yang akan dijadikan subjek pajak
c. Apa saja yang merupakan objek pajak
d. Berapa besarnya tarif pajak
e. Bagaimana prosedumya
2. Undang-undang Perpajakan (Tax Law) adalah suatu peraturan yang diatur di
setiap permasalahan yang diikuti oleh ketentuan, seperti Peraturan Pemerintah
Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan dan Direktur Jendral Pajak.
3. Administrasi Perpajakan (Tax Admivistration) adalah memaksimalkan laba
setelah pajak karena pajak mempengaruhi pengambalian keputusan atas tindakan
dalam operasi perusahaan untuk melakukan investasi dengan cara menganalisis
secara cermat dan memanfaatkan peluang atau kesempatan yang ada sesuai
dengan ketentuan peraturan yang sengaja dibuat oleh pemerintah dalam
memberikan perlakuan yang berbeda atas objek yang hakikatnya secara ekonomi
sama karena pemerintah mempunyai tujuan lain tertentu dengan memanfaatkan:

8
a. Perbedaan tarif pajak (Tar Rates)
b. Perbedaan perlakuan atas objck pajak sebagai dasir pengenaan pajak
(Tax Base)
c. Loopholes (celah), Shelters (berlindung) dan Havens

II.2.2 MANFAAT PERENCANAAN PAJAK


Menurut Chairil Anwar (2016) manfaat manajemen perpajakan diperoleh dari
perencanaan pajak dilakukan secara cermat yaitu :
1. Melakukan kewajiban pembayaran pemajakan dan usaha secara eisien untuk
mencapai laba.
2. Mengefisiensikan pembayaran pajak yang terutang.
3. Melakukan pembayaran pajak dengan tepat waktu.
4. Membuat data-data terbaru untuk mengupdate peraturan perpajakan.

II.2.3 TUJUAN PERENCANAAN PAJAK


Tujuan perencanaan pajak meliputi yaitu :
1. Meminimalisasi beban pajak terutang
Yaitu tindakan yang harus diambil dalam rangka perencanaan pajak berupa usaha-
usaha yang mengefesiensikan beban pajak yang masih dalam ruang lingkup
pemajakan yang tidak melanggar peraturan perpajakan. Dalam suatu kasus
perencanaan pajak, beban pajak harus dibayar dan tidak mustahil ditekan sampai
“nol rupiah”. Misalnya penghasilan seorang pengacara apabila berdiri sendiri, jika
teruang pajak penghasilan orang pribadi dengan tarif progresif sampai 30%.
Apabila pengacara tersebut membayar pajak pribadi dalam jumlah nol rupiah, maka
ia memutuskan untuk bergabung bersama rekan-rekan yang mendirikan
persekutuan dalam pembagian laba kepada anggotanya tetapi bukan merupakan
objek pajak menurut ketentuan perpajakan.
2. Memaksimalkan laba setelah pajak
Laba setelah pajak akan maksimal apabila beban pajak telah dibuat seminimal
mungkin, sehingga dalam melakukan perencanaan pajak meminimalisasikan beban
pajak yang harus dilakukan terlebih dahulu.
3. Meminimalkan terjadinya kejutan pajak jika terjadi pemeriksaan pajak
4. Memenuhi kewajibanperpajakannya secara benar, efisien, dan efektif sesuai dengan
ketentuan perpajakan, antara lain meliputi :
9
a. Mematuhi segala ketentuan administrative, sehingga terhindar dari pengenaan
sanksi-sanksi secara administratif maupun sanksi pidana, seperti bunga,
kenaikan denda, dan hukum penjara.
b. Melaksanakan secara efektif ketentuan perturan undang-undang perpajakan
yang terkait dengan pelaksanaan pemasaran, pembelian, dan fungsi keuangan,
seperti pemotongan dan pemungutan pajak (PPh Pasal 21 dan Pasal 23)
Menurut James W. Pratt, Jane O. Burns dan William N. Kulsrud dalam buku
Individual Taxation 1989 Edition (1989 : 1-37) adalah :
1. Menghilangkan/menghapus pajak sama sekali
2. Menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun berjalan
3. Menunda pengakuan penghasilan
4. Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain
5. Memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dengan membentuk badan
usaha baru
6. Menghindari pengenaan pajak ganda
7. Menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin atau teratur atau membentuk,
memperbanyak atau mempercepat pengurangan pajak

II.3 PERSYARATAN DAN KAPAN DILAKSANAKAN TAX PLANNING


II.3.1 PERSYARATAN TAX PLANNING
Adapun persyaratan tax planning yaitu :
1. Tidak melanggar kewajiban dan ketentuan perpajakan. Bila suatu perencanaan pajak
ingin dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan buat WP merupakan
resiko yang sangat berbahaya dan mengancam keberhasilan perencanaan pajak
tersebut.
2. Secara bisnis perencanaan pajak masuk akal, karena perencanaan pajak merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh perusahaan perusahaan,
baik jangka panjang maupun jangka pendek. Maka perencanaan pajak yang tidak
masukakal akanmemperlemah perencanaan itu sendiri.
3. Bukti-bukti pendukungnya memadai seperti kontrak, PO, invoice, faktur pajak, dan
DO.

10
Bahwa perencanaan pajak adalah proses pengambulan faktor pajak yang relevan dan
non pajak untuk menentukan :
1. Apakah
2. Kapan
3. Bagaimana; dan
4. Dengan siapa (pihak mana) dilakukan transaksi, operasi dan hubungan dagang yang
memungkinkan tercapainya beban pajak pada tax evens yang serendah mungkin dan
sejalan dengan tercapainya tujuan perusahaan (Barry Spirz,1983).

II.3.2 KAPAN DILAKSANAKAN TAX PLANNING


Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak yang selalu
dimulai dengan meyakinkan apakah transaksi atau kejadian mempunyai dampak perpajakan.
Kapan saat Tax Planning dilaksanakan yaitu pada saat subjek sudah dianggap sebagai wajib
pajak atau sudah terbebani sebagai wajib pajak. Sebagai contoh perusahaan baru berdiri
kemudian beroperasi hingga bubar. Walaupun sudah bubar pajaknya belum selesai, maka
perencanaan pajak dilakukan sepanjang usia perusahaan. Jadi saat berdiri, aktivitas
manajemen sudah dimulai, banyak sekali tax manajemen harus dilaksanakan. Sedangkan
pada saat perubahaan bubar atau wajib pajak orang pribadi meninggal masalah pajaknya
masih ada. Pajak tidak akan habis apabila WP meninggal karena warisan WP meninggal
masih akan bersangkutan dengan pajak.

II.4 RESISTENSI PAJAK , CARA-CARA PENGELAKAN PAJAK, DAN RAMBU-


RAMBU PENYUSUNAN TAX PLANNING
II.4.1 RESISTENSI PAJAK
Ada 2 bentuk perlawanan pajak yang dilakukan oleh warga negara menurut R. Santoso
Brotihardjo, yaitu:
a. Perlawanan pasif meliputi hambatan-hambatan yang mempersulit pemungutan pajak
yang erat hubungannya dengan struktur ekonomi suatu negara, perkembangan
intelektual dan moral penduduk, serta sistem dan cara pemungutan pajak itu sendiri.
b. Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan
kepada fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak.

11
II.4.2 CARA-CARA PENGELAKAN PAJAK
Berikut ini merupakan cara-cara pengelakan pajak yaitu :
1. Pergeseran Pajak (Tax Shifting) yaitu pemindahan atau transfer pajak darisubjek
pajak yang dibebankan kepada pihak lain, dengan demikian subjek pajak tidak
menanggung beban pajak tersebut. Ada jenis pergeseran pajak :
a. Pergerseran Pajak kedepan (Forward Shifting) yaitu Pergeseran yang terjadi
apabila dari pabrik mentransfer beban pajaknya kepada penyalur utama,
pedagang, dan konsumen.
b. PergeseranPajakKebelakang (Backward Shifting) yaitu Pergeseran yang
terjadi apabila dari konsumen atau pembeli mentransfer beban pajaknya
melalui faktor distribusi kepada pabrik.
2. Kapitalisasi Pajak adalah pengurangan harga objek pajak yang bersarnya sama
dengan jumlah beban pajak yang akan dibayarkan oleh pembeli, dan dapat dari
salah satu pengalihan pajak dibelakang. Contohnya seperti pembelian tanah atau
gedung dibebani pajak balik nama, agar beban pajak tidak menjadi tanggungan
pembeli maka beban pajak dialihkan kepada penjual.
3. Transformasi yaitu cara pengelakan beban pajak yang dilakukan oleh pabrik
dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya yang
dikompensasikan dengan meningkatkan efisiensi perusahaan agar harga jual tidak
menurunkan pangsa pasar.
4. Tax Avoidance yaitu menunjukkan adanya rekayasa Tax Affair yang masih dalam
bingkai ketentuan perpajakan, sedangkan Tax Evasion berada diluar bingkai
ketentuan perpajakan.
5. Pengecualian Pajak adalah pengecualian pengenaan pajak yang diberikan kepada
perorangan atau badan berdasarkan Undang-Undang Perpajakan. Contoh
pengecualian pajak seperti usaha tertentu, sebagai pelayanan masyarakat, PBB
tempat ibadah, dll.

II.4.3 RAMBU-RAMBU DALAM PENYUSUNAN TAX PLANNING


Dalam Penyusunan Tax Planning dapat terjadi kelalaian yang disengaja ataupun tidak
disengaja. Pada awalnya didesain sesuai dengan Undang–Undang Perpajakan akhirnya terjadi
kelalain yang tidak sesuai dengan Undang–Undang Perpajakan. Untuk menentukan legalitas
Tax Planing yang didesain, baik legal atau illegal, rambu-rambu yang dapat dipakai adalah

12
ketentuan pidana pasal 38, 39, 41, 41A, 41B, Undang-Undang KUP No.6 tahun 1983
sebagaimana telah diubah dengan UU KUP No.7 Tahun 2007.

II.5 TAHAPAN POKOK TAX PLANNING, LANGKAH-LANGKAH PRAKTIS


DALAM TAX PLANNING, PERANGKAT TAX PLANNING, DAN STRATEGI
TAX PLANNING.
II.5.1 TAHAPAN POKOK PERENCANAAN (TAX PLANNING)
Adapun tahapan pokok perencanaan yaitu sebagai berikut :
1. Tahapan Pertama (Analisis Data Base yang Ada) yaitu Tahapan analisis terhadap
komponen–komponen yang berbeda pengakuannya antara perhitungan komersial
dan perhitungan fiskal, dan menghitung seakurat mungkin beban pajak yang harus
ditanggung perusahaan.
2. Tahapan Kedua (Membuat Satu Model atau lebih dalam Rencana Pajak) yaitu
Tahap membuat beberapa model perencanaan pajak yang akan dilakukan sebagai
alternative untuk menentukan model Tax Planning mana yang paling efisien
digunakan dan juga untuk dilaksanakan.
3. Tahapan Ketiga (Evaluasi Perencanaan Pajak) yaitu Tahap evaluasi dan
pengendalian pajak ini merupakan langkah akhir dalam manajemen pajak.
Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah
dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi
persayaratan formal maupun material yang dilakukan dengan cara melakukan
penelaahan pajak (Tax Review). Seperti melakukan review pajak masukan, review
faktur pajak sesuai dengan waktunya, dan review retur pajak telah dicatat dan
dilaporkan dengan benar.
4. Tahapan Keempat (Mencari kelemahan dan Memperbaiki Rencana Pajak) adalah
Tahap pengawasan dan pengendalian yaitu mencari kelemahan dan memperbaiki
rencana pajak dengan mereview untuk mencari kelemahan dan kekuranganya. Hal
yang menyebabkan rencana pajak memiliki kekurangan bisa disebabkan adanya
perubahan peraturan perpajakan dan faktor lainnya. Sehingga Tax planning harus
dikaji ulang jika ditemukan kelemahan dan diperbaiki untuk keberhasilannya dan
dapat dilakukan tepat waktu.
5. Tahapan Kelima (Memutakhirkan Rencana Pajak) yaitu Tahap untuk
mengantisipasi perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan dating dalam Tax
13
Planning. Tax planning tersebut dimutakhirkan sesuai dengan ketentuan terkini,
sehingga dapat mengantisipasi jika terjadi perubahan yang dapat merugikan.
Dengan memutakhirkan rencana pajak diharapkan rencana pajak dapat berjalan
lancar dan tidak mengalami hambatan yang berarti.

II.5.2 LANGKAH-LANGKAH PRAKTIS YANG DILAKUKAN DALAM TAX


PLANNING
Pada dasarnya, dalam melakukan perencanaan pajak (tax planning) terdapat 6 langkah
praktis yang dapat dilakukan, terdiri dari :
a. Analisis informasi yang ada
Tahap pertama dari proses pembuatan perencanaan pajak yang harus dilakukan
adalah menganalisis komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu
proyek dan menghitung seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung. Hal
ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing elemen dari pajak
baik secara sendiri-sendiri maupun total keseluruhan pajak yang dapat dirumuskan
sebagai perencanaan pajak yang paling efisien. Namun diluar itu harus
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya penghasilan dan pengeluaran diluar
pajak. Oleh sebab itu seorang manajer perpajakan harus memperhatikan faktor-
faktor baik dari segi internal maupun eksternal, yaitu :
 Fakta yang relevan
 Faktor pajak
 Faktor non pajak lainnya
b. Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak
Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih tindakan sebagai
berikut :
1. Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional.
2. Pemilihan dari negara asing sebagai tempat melakukan investasii atau menjual
residen dari negara tersebut.
3. Penggunaan satu atau lebih negara tambahan.
c. Evaluasi pelaksanaan rencana pajak
Tax planning merupakan bagian kecil dari seluruh rencana strategik dalam sebuah
perusahaan. Oleh sebab itu, perlu adanya evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil
pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap beban pajak. Perbedaan laba kotor dan
pengeluaran selain pajak atas berbagai alternatif perencanaan.Variabel-variabel
14
tersebut akan dihitung dengan seakurat mungkin menggunakan hipotesis sebagai
berikut :
1. Bagaimana jika rencana tersebut tidak dilaksanakan
2. Bagaimana jika rencanaa tersebut dilaksanakan dan berhasil dengan baik
3. Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan tapi gagal.
Dari ketiga kemungkinan tersebut akan didapatkan hasil yang berbeda pula.
Selanjutnya berdasarkan hasil tersebut barulah dapat ditentukan apakah perencanaan
pajak tersebut layak untuk dilaksanakan atau tidak.
d. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak
Hasil dari perencanaan pajak harus dievaluasi melalui berbagai rencana yang
dibuat. Keputusan terbaik perencanaa harus sesuai dengan bentuk transaksi dan tujuan
operasi. Perbandingan berbagai rencana harus dibuat sebanayak mungkin sesuai
bentuk perencanan pajak yang diinginkan. Adanya peruabahan peraturan pajak
mengaharuskan suatu perusahaan membuat suatu rencana perpajakan. Tindakan
perubahan harus tetaap dijalankan, walaupun diperlukan penambahan biaya atau
kemungkinan keberhasilan sangat kecil. Selama masih terdapat kemungkinan
besarnya penghematan pajak yang diperoleh, maka rencana tersebut harus tetap
dijalankan. Karena bagaimana pun juga kerugian yang ditanggung merupakan
kerugian yang minimal. Jadi rencana pajak ini akan sangat membantu jika
pembuatannya disertai dengan pemberian gambaran/perkiraan berapa peluang
kesuksesan dan berapa harga potensial laba yang akan diperoleh jika berhasil maupun
kerugian potensial jika rencana tersebut mengalami kegagalan.
e. Rencana pajak
Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan juga proyek telah berjalan,
namun tetap perlu melakukan pertimbangan setiap perubahan yang terjadi baik dari
undang-undang maupun pelaksanaannya. Karena di negara mana aktivitas proyek
tersebut dilakukan mungkin mempunyai dampak terhadap komponen dari suatu
perjanjian, yang berkenaan dengan perubahan yang terjadi di luar negeri.
Pemutakhiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang perlu dilakukan
sebagaimana yang telah dilakukan oleh masyarakat yang dinamis. Dengan
memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi yang
terjadi saat ini, seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang merugikan
karena adanya perubahan , dan pada saat yang bersamaan mempu mengambil
kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial. Manajemen pajak merupakan
15
sarana untuk memenuhi kwajiban pajak dengan benar. Namun tetap saja pajak yang
dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin sesuai dengan peraturan yang berlaku
sehingga perusahaan mendapat laba dan likuiditas yang diharapkan.
f. Langkah terakhir adalah pelaksanaaan kewajiban perpajakan (tax implementation)
dan pengendalian pajak (tax control)

II.5.3 PERANGKAT TAX PLANNING


Pajak dianggap suatu beban dan secara umum orang menerimanya sebagai suatu
kebenaran. Dalam pengorganisasian dibuat perangkat-perangkat sedemikian rupa sehingga
perencanaan pajak dapat dilakukan dengan baik. Perangkat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pemahaman ketentuan perpajakan
Perencanaan pajak harus dikaitkan dengan berbagai kondisi administrasi pajak
setempat. Bukan hanya terhadap undang-undang yang berlaku tetapi juga terhadap
peraturan pemerintah (PP), Peraturan Menteri Keuangan, Keputusan Pengadilan
Pajak, Keputusan Dirjen, Surat Edaran, bahkan kadang-kadang ada private
ruling/surat menyurat kepada individu. Semakin banyak yang dikuasai seorang tax
planner, semakin efektif pula hasilnya.
Semua hal yang menantang merupakan pemahaman bahwa tax planner harus
selalu up to date, semacam continuing profesional education. Para perencana pajak
harus selalu memperbarui keterampilannya dengan mengiikuti berbagai pendidikan
profesional. Yang akan menambah wawasannya , baik yang dilakukan secara internal
maupun eksternal.
2. Pengadministrasian atau pendokumentasian yang baik
Menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan yang baik dan lengka
merupakan merupakan suatu persyaratan untuk pengorganisasian suatu manajemen
perpajakan yang baik. Hal itu sendiri dilakukan dengan tujuan agar dapat
meminimalkan beban pajak. Karena dalam pembukuan ini ada berbagai macam opsi
dalam pajak. Opsi pajak ini merupakan suatu masukan untuk membuat planning.
Tidak ada opsi maka tidak akan ada planning, dan semakin banyak opsi maka akan
semakin banyak pula planning.
Sama dengan tidak ada perbedaan treaty kurang bagus , dan semakin bnyak
perbedaan treaty maka akan semakin banyakk peluang karena semakin banyak
pilihannya. Dan kecenderungan setiap negara, secara politis akan memperbanyak

16
treaty, walaupun tidak efektif. Apalagi bagi negara besar, semakin banyak treaty
maka ini bagus dari segi politik perpajakan.
3. Menjaga hubungan dan komunikasi yang baik
Menjaga hubungan yang baik dengan fiskus perlu dilakukan, terutama di
negara-egara berkembang.kalau di negara maju, hubungan baik ini biasanya bersifat
proporsional saja. Di negara berkembang, personal approach sangat menentukan,
karena banya informasi yang tertutup. Law enforcement masih merupakan barang
yang sangat mahal. Selain dengan fiskus, penting juga untuk selalu menjalin
komunikasi yaang baik dengan pihak internal antara lain :
 Komunikasi dengan kepala divisi/bagian
 Komunikasi dengan top management dan asosiasi
 Komunikasi dengan konsultan pajak
4. Implementasi perencanaan pajak
Dalam tax planning ada yang disebut dengan stuffng, yaitu menentukan orang-
orang atau personel, tax planner, konsultan pelaksana yang ditugasi saat clossing
conference, menjelang tahap akhir dalam pelaksanaan perencanaan pajak.
Pelaksanaan ini dilakukan dengan mempertimbangkan optimalisasi perencanaan
pajak sehingga apa yang sudah diirencanakan harus proporsional sehingga hasilnya
akan tidak bagus. Suatu transaksi yang “sudah direkayasa”, harus betul-betul
dilaksanakan seoptimal mungkin sesuai dengan yang direncanakan, sebagai bentuk
responsibility tax accounting.

II.5.4 STRATEGI UMUM PERENCANAAN PAJAK


Ada 5 strategi umum dalam melakukan perencanaan pajak yaitu :
1. Tax Saving
Tax saving merupakan upaya efiisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif
pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Sebagai ilusrtasi, misalnya
perusahaan memiliki penghasilan kena ppajak sebesar lebih dari Rp. 100 juta dapat
melakukan perubahan pemberian natura kepada karyawannya menjadi tunjangan
dalam bentuk uang.
2. Tax Avoidance
Menurut Harry Graham Balter, Tax Avoidance merupakan serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh wajib pajak untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan

17
semua utang pajak yang ada dengan suatu cara tertentu yang tidak melanggar
undang-undang perpajakan. contoh ilustrasi dari Tax Avoidance misalnya disuatu
negara ada peraturan pajak yang yang mengatur bahwa setiap penghasilan warga
negara dikenai pajak sebesar sekian persen. Pak Budi sebagai wajib pajak berupaya
menghindari pajak tersebut dengan cara membuat perjanjian dengan atasannya agar
sebagian gajinya diberikan dalam bentuk bantuan pendidikan kepada anaknya.
Maka setelah dikurangi beban tersebut dengan ini besaran gajinya jadi lebih kecil
sehingga jumlah pajak yang harus dibayar pun juga akan berkurang.
3. Menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan
Dengan memahami peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat menghindari
timbulnya sanksi pajak yang berupa:
a) Sanksi administtrasi : berupa denda, bunga dan atau kenaikan.
b) Sanksi pidana : berupa pidana ataau kurungan.
4. Menunda pembayaran kewajiban pajak
Penundaan pembayaran PPN dapat dilakukan untuk menunda pembayaran
kewajiban pajak tanpa harus melanggar peraturan yang berlaku. Menunda
pembayaran PPN ini dapat dilakukan dengan cara menunda penerbitan faktur pajak
keluaran hingga bataas waktu yang diperbolehkan, khususnya untuk penjualan
kredit. Dalam kasus ini, penjual dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan
berikutnyasetelah bulan penyerahan barang.
5. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan
Seringkali wajib pajak kurang memahamii informasi mengenai pembayaran pajak
yang dapat dikreditkan yang merupakan pajak yang dibayar dimuka. Misalnya saja,
PPh Pasal 22 atas pembelian barang atau impor dan Fiskal Luar Negeri atas
perjalanan dinas pegawai.Dalam kredit pajak PPN atau Pajak Pertambahan Nilai
(Pajak Masukan), pengusaha kena pajak dapat menggunakan dokumen lain yang
fungsinya sama dengan faktur pajak standar, seperti SPPB ( Surat Perintah
Pengiriman Barang ) yang diikeluarkan oleh Bulog untuk penyaluran tepung terigu,
PNBP atau Faktur Notaa Bon Penyerahan yang dikeluarkan oleh Pertamina utuk
penyerahan BBM dan/atau bukan BBM, dan tanda pembayaran atau kuitansi
telepon.

18
BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Manajemen perpajakan adalah suatu strategi manajemen untuk mengendalikan,
merencanakan, dan mengorganisasikan aspek-aspek perpajakan yang dapat menguntungkan
nilai bisnis perusahaan dengan tetap melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dalam fungsi manajemen perpajakan ada 3 yaitu tax
planning, Tax Administration, tax saving, dan Tax Implementation. Ada 5 tahapan dalam
melakukann perencanaan pajak yaitu tahapan pertama (analisis base data yang ada); tahapan
kedua (Membuat Satu Model atau lebih dalam Rencana Pajak); tahapan ketiga (Evaluasi
Perencanaan Pajak); tahapan keempat (Mencari kelemahan dan Memperbaiki Rencana
Pajak); dan tahapan kelima (Memutakhirkan Rencana Pajak). Sedangkan ada 5 strategi umum
dalam melakukan perencanaan pajak, yaitu tax saving, tax avoidance, menghindari
pelanggaran atas peraturan perpajakan, menunda pembayaran kewajiban pajak, dan
mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan.

19
BAB IV
KASUS

IV.1 KASUS

IV.2 JAWABAN KASUS


 Menurut kelompok kami adalah kita dapat menghemat pajak dengan membentuk CV,
Struktur CV yang terdiri dari direktur utama (sekutu aktif) dan sekutu komanditer
(sekutu pasif) merupakan pemilik perusahaan, karena misalkan saja kita dapat
mengatas namakan asset pribadi seperti mobil, rumah, dan lain-lain dalam CV ,
sehingga dapat terhindar atau mengelakan dari pajak PPh 21 (orang pribadi) dengan
tarif yang lebih besar. penghematan pajak yang lain yaitu laba yang didistribusikan
tidak dikenai pajak sesuai UU PPH pasal 4 ayat (3)
 sedangkan PT merupakan kumpulan dari pemegang saham. Pengenaan pajak pada PT
dikenakan dua kali yaitu saat diakui sebagai laba usaha dan saat Pembagian laba
dalam PT dikenakan tariff 10%
 sedangkan orang pribadi pengenaan pajak terutang tergantung jumlah pendapatan atau
kekayaan yaitu sesuai tariff yang berlaku Pph 21

Penghasilan Netto Kena Pajak Tarif Pajak


Sampai dengan 50 juta 5%
50 juta sampai 250 juta 15%
250 juta sampai 500 juta 25%
Diatas 500 juta 30%

20
DAFTAR PUSTAKA

Pohan, C. A. (2016). Manajemen Perpajakan (Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis).


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

www.pengertianmenurutpraahli.com/pengertian-tax-avoidance/ diakses pada tanggal 18


september 2018 pada pukul 10.25

21

Anda mungkin juga menyukai