Anda di halaman 1dari 5

.2.2.

1 Pendekatan Perkembangan Akuntansi

Gerhard Mueller (1967, dalam Choi dan Meek, 2008: dan Radebaugh dkk., 2006)

mengidentifikasi 4 pendekatan perkembangan akuntansi.

1. Dalam pola ekonomi makro, akuntansi bisnis berkorelasi diderivasi dari dan di

desain untuk mencapai tujuan (goal) ekonomi nasional. Tujuan perusahaan

biasanya mengikuti kebijakan ekonomi nasional. Di sini, laba akuntansi akan

diratakan untuk menciptakan stabilitas bisnis dan ekonomi, depresiasi

disesuaikan untuk mendorong pertumbuhan, diciptakan cadangan khusus untuk

menciptakan investasi, dan akuntansi pertanggungjawaban disusun untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi makro. Menurut Mueller, Swedia, Prancis dan

Jerman merupakan contoh dari pendekatan ini.

2. Dalam pola ekonomi mikro, akuntansi dipandang sebagai cabang ekonomika

bisnis. Di sini akuntansi dikembangkan dari prinsip-prinsip ekonomi mikro.

Fokusnya adalah perusahaan individual yang tujuan utamanya adalah bertahan

hidup dan berkembangan. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertahankan

modal fisiknya. Akuntansi nilai pengganti (replacement-value accounting)

sebagaimana yang digunakan oleh sejumlah perusahaan di Belanda dianggap

tepat untuk pendekatan ini; demikian juga penyusunan pelaporan segmen dan

disklosur kos karyawan, pensiun, komitmen jangka panjang, dan sebagainya.

3. Dalam pola disiplin independen, akuntansi dipandang sebagai fungsi jasa dan

diderivasi dari praktik bisnis. Pragmatism dan judgement berakar di sini.

Akuntansi dipandang mampu untuk menyusun rerangka konseptualnya sendiri,

yang diderivasi dari praktik bisnis yang sukses. Laba merupakan ukuran
pragmatis yang bermanfaat dalam praktik, serta disklosur merupakan respons

terhadap kebutuhan investor. AS dan Inggris merupakan contoh pendekatan ini.

4. Dalam pola akuntansi seragam (uniform accounting pattern) akuntansi

dipandang sebagai cara administrasi dan pengendalian yang efisien. Di sini,

diadopsi sebuah pendekatan akuntansi yang lebih ilmiah, di mana sebuah

pendekatan yang seragam untuk pengukuran, disklosur, dan penyajian akan

mempermudah penggunaannya sebagai alat pengendalian untuk semua tipe

bisnis oleh semua pengguna, termasuk manajer, pemerintah dan otoritas pajak.

Ekonomi dengan perencanaan terpusat, dan juga negara-negara lain yang

keterlibatan pemerintah dalam ekonomi adalah kuat, seperti Prancis, Jerman,

Swedia, dan Swiss merupakan contoh-contoh dari pendekatan ini.

Walaupun Mueller berpersepsi bahwa pendekatan ini terkait erat dengan faktor-

faktor ekonomi dan bisnis, ia mengakui adanya banyak faktor lain yang berpengaruh

terhadap perkembangan akuntansi, seperti misalnya: sistem hukum, sistem politik,

dan iklim social, walaupun ia tidak memberikan spesifikasi yang lebih tepat. Dalam

hubungannya dengan faktor-faktor budaya, Mueller tidak secara tegas mengakui

faktor-faktor tersebut. Tetapi, menurut Radebaugh dkk. (2006) faktor-faktor ini

mungkin sudah terwakili dalam faktor-faktor lingkungan yang diidentifikasi oleh

Mueller.

.2.2.2 Hukum Undang-Undang dan Hukum Umum

Sistem hukum sebuah negara dapat digunakan untuk mengklasifikasi akuntansi.

Pandangan ini telah mendominasi pemikiran akuntansi selama lebih dari 30 tahun.

Menurut sistem hukum, akuntansi dibedakan menjadi dua, yaitu: akuntansi di negara-
negara hukum umum yang disebut akuntansi hukum umum (common law accounting)

dan akuntansi di negara-negara hukum undang-undang yang disebut akuntansi hukum

undang-undang (code law accounting).

Akuntansi hukum umum sering disebut akuntansi Anglo-Saxon, akuntansi British-

American, atau akuntansi berbasis mikro. Akuntansi ini berasal dari Inggris, dan

kemudian diekspor ke negara-negara seperti Australia, Kanada, Hong Kong, India,

Malaysia, Pakistan, dan AS. Akuntansi yang dilaksanakan di negara-negara hukum

umum ini mempunyai karakteristik berorientasi ke penyajian wajar (fair presentation),

transparansi, dan disklosur penuh, serta pemisahan antara akuntansi keuangan dan

akuntansi pajak (dual reporting system). Pasar saham merupakan sumber keuangan

utama, dan akuntansi keuangan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan investasi.

Penentuan standar akuntansi cenderung merupakan tugas sektor swasta, dan profesi

akuntansi memainkan peran yang penting.

Sistem hukum sebuah negara dan sistem keuangannya mempunyai hubungan sebab-

akibat. Sistem hukum umum menekankan pada hak pemegang saham dan memberikan

proteksi atau perlindungan kepada investor yang relatif lebih kuat daripada sistem hukum

undang-undang. Hukum melindungi investor, karena investor dan pemegang saham

merupakan sumber utama keuangan perusahaan. Ini menyebabkan tumbuhnya pasar

saham yang kuat di negara-negara hukum umum. Sebaliknya, di negara-negara hukum

undang-undang, karena pemegang saham dan investor tidak mendapatkan perlindungan

yang kuat, pasar saham juga tidak tumbuh kuat. Di negara-negara ini, perlindungan

diutamakan kepada kepentingan kreditor.


Ketiadaan akses informasi privat bagi investor memang menyebabkan terjadinya

asimetri informasi sehingga investor berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Hal

ini diatasi dengan penyajian disklosur informasi oleh korporasi. Sebaliknya, pada negara-

negara hukum undang-undang, modal terutama berasal dari keluarga, korporasi lain, bank

komersial, dan pemerintah. Utang merupakan sumber keuangan yang lebih penting

daripada modal saham. Oleh karena itu, akuntansi konservatif menjadi pilihan untuk

mengantisipasi kegagalan di masa mandating, karena dengan akuntansi konservatif maka

aliran dana keluar akan dapat dihambat dan korporasi menjadi “padat berisi”. Di samping

itu, para kreditor utama mungkin duduk di dewan direksi bersama dengan para

stakeholder lain, seperti misalnya wakil buruh, penyedia (supplier) utama, dan wakil

nasabah. Karena mempunyai akses terhadap informasi korporasi, yaitu melalui

komunikasi pribadi, maka disklosur informasi yang menyertai laporan keuangan kurang

diperlukan. Laba akuntansi merupakan basis untuk menentukan besarnya deviden dan

bonus karyawan, sehingga mendorong terjadinya pemerataan jumlah laba dari tahun ke

tahun.

.2.2.3 Penyajian Wajar dan Kepatuhan Hukum

Klasifikasi berbasis penyajian versus kepatuhan hukum dapat menggambarkan

akuntansi di dunia sekarang ini (Choi dan Meek 2008:45). Perbedaan antara penyajian

wajar dan kepatuhan hukum mempunyai dampak yang buat terhadap banyak isu

akuntansi. Beberapa contoh misalnya, (1) Depresiasi, di mana biaya ditentukan

berdasarkan penurunan kegunaan aset selama umur ekonomisnya (penyajian wajar) atau

jumlah yang diperbolehkan untuk tujuan pajak (kepatuhan hukum); (2) Leasing yang
menurut substansinya merupakan pembelian properti diperlakukan juga sebagai

pembelian (penyajian wajar) atau diperlakukan

Anda mungkin juga menyukai