Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

Halaman judul

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................3

1.3 Tujuan .............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Audit .................................................................................................4

2.2 Pengertian Audit Keuangan Negara ...............................................................4

2.3 Lingkup Pemeriksaan Keuangan Negara .......................................................4

2.4 Manfaat Pemeriksaan Keuangan Negara ........................................................6

2.5 Jenis Pemeriksaan Keuangan Negara .............................................................6

2.6 Standar Perilaku Auditor Keuangan Negara (Kode Etik) ..............................7

2.7 Aspek Pengembangan dalam Audit Keuangan Negara ..................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara mengenai keuangan negara memang menjadi salah satu hal

terpenting dalam proses penyelenggaraan kegiatan negara yang berkenaan dengan

kepentingan publik. Bahkan hal yang berkenaan dengan Keuangan Negara memiliki

kedudukan yang istimewa dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang tertuang dalam

Bab III pasal 23c yang berisikan bahwa: “Hal-hal lain mengenai keuangan negara

diatur dengan undang-undang.”

Keuangan Negara menurut merupakan semua hak dan kewajiban yang dapat

dinilai dengan uang dan juga sesuatu baik berupa uang ataupun barang yang dapat

dijadikan milik negara, berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban.

Dengan demikian perlu pengawasan ketat terhadap pengelolaan keuangan negara

dari semua pihak baik itu masyarakat, swasta, terlebih lagi oleh pemerintah karena

berkenaan dengan fungsi pemerintah sebagai penyelenggara kegiatan pemerintahan

dan penyelenggaraan kegiatan publik. Jika keuangan negara dikelola secara baik dan

benar, dengan sistem pengawasan yang mengutamakan transparansi dan

akuntabilitas maka akan mengurangi peluang untuk menyalahgunakan keuangan

negara dan berdampak terhadap peningkatan perekonomian negara, serta berdampak

pula terhadap peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat di masa kini dan

mendatang.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu peningkatan fungsi pengawasan

dan pemeriksaan keuangan negara. Sebagai bentuk perwujudan peningkatan fungsi

pengawasan dan pemeriksaan dapat dilihat dari adanya rangkaian perbaikan

1
peraturan diawali dengan amandemen ke-III Undang-Undang Dasar 1945 yang

menegaskan independensi pemeriksaan Keuangan Negara oleh BPK, kemudian

berlanjut dengan lahirnya paket Undang-Undang di bidang Keuangan Negara yaitu:

1) Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, 2) Undang-

Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, 3) Undang-Undang No.

15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara. Paket Undang-undang di atas secara jelas mengesahkan peningkatan

kewenangan BPK untuk menjalankan fungsinya sebagai satu-satunya lembaga tinggi

negara yang diamanatkan untuk menjalankan kegiatan pemeriksaan berkaitan dengan

pengawasan dan pengelolaan keuangan negara.

transparansi dan akuntabilitas dalam sistem keuangan negara harus segera

diupayakan dengan memperbaiki sistem pemeriksaan keuangan melalui pemulihan

independensi lembaga yang berwenang dalam pemeriksaan keuangan negara yaitu

Lembaga BPK sebagai lembaga negara yang diamanatkan Undang-Undang Dasar

1945 dan memiliki peran strategis mewujudkan keuangan negara yang berperan aktif

dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan.

Karena, perbaikan kinerja BPK melalui peningkatan independensi dalam

menjalankan fungsinya merupakan salah satu kunci pokok berhasil tidaknya

Indonesia menciptakan clean and clear governance terutama di bidang keuangan

yang mulai berlangsung sejak berakhirnya Pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998

sampai saat ini, hal ini menarik peneliti untuk meneliti lebih jauh tentang

“Independensi Lembaga BPK dalam Proses Pemeriksaan untuk mewujudkan

Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan negara”.

2
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian audit keuangan negara?

2. Bagaimana lingkup pemeriksaan keuangan negara?

3. Bagaimana manfaat pemeriksaan keuangan negara?

4. Bagaimana jenis pemeriksaan keuangan negara?

5. Bagaimana standar perilaku auditor keuangan negara?

6. Bagaimana aspek pengembangan dalam audit keuangan negara?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian audit keuangan negara

2. Untuk mengetahui bagaimana lingkup pemeriksaan keuangan negara

3. Untuk mengetahui bagaimana manfaat pemeriksaan keuangan negara

4. Untuk mengetahui bagaimana jenis pemeriksaan keuangan negara

5. Untuk mengetahui bagaimana standar perilaku auditor keuangan negara

6. Untuk mengetahui bagaimana aspek pengembangan dalam audit keuangan negara

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Audit

Secara umum, audit adalah pemeriksaan laporan keuangan untuk memberikan

pendapat atas kebenaran penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi

salah satu faktor dalam pengambilan keputusan.

2.2 Pengertian Audit Keuangan Negara

Audit atau Pemeriksaan keuangan negara adalah proses identifikasi masalah,

analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional

berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,

dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara. Dengan demikian, pemeriksaan keuangan negara memberikan keyakinan

yang memadai. Proses pemeriksaan meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan

dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan.

Pemeriksaan dilakukan dalam rangka untuk mendorong tata kelola keuangan

negara yang baik melalui perolehan keyakinan bahwa pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan

dan/atau prinsip-prinsip tata kelola yang baik.

2.3 Lingkup Pemeriksaan Keuangan Negara

Lingkup pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan negara. Pengelolaan meliputi seluruh kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Tanggung jawab

adalah kewajiban untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan

prinsip-prinsip tata kelola yang baik.

4
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai

dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang

dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban

tersebut. Lingkup Keuangan Negara tersebut meliputi:

a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan

melakukan pinjaman;

b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan

negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

c. Penerimaan Negara;

d. Pengeluaran Negara;

e. Penerimaan Daerah;

f. Pengeluaran Daerah;

g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain

berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat

dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan

negara/perusahaan daerah;

h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum; dan

i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang

diberikan pemerintah.

5
2.4 Manfaat Pemeriksaan Keuangan Negara

Pemeriksaan Keuangan Negara mendorong pengelolaan keuangan negara untuk

mencapai tujuan negara, antara lain melalui:

a. penyediaan hasil pemeriksaan termasuk di dalamnya kesimpulan yang

independen, objektif dan dapat diandalkan, berdasarkan bukti yang cukup dan

tepat;

b. penguatan upaya pemberantasan korupsi berupa penyampaian temuan yang

berindikasi tindak pidana dan/atau kerugian dalam pengelolaan keuangan negara

kepada instansi yang berwenang untuk ditindaklanjuti, serta berupa pencegahan

dengan penguatan sistem pengelolaan keuangan negara;

c. peningkatan akuntabilitas, transparansi, keekonomian, efisiensi, dan efektivitas

dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, dalam bentuk

rekomendasi yang konstruktif dan tindak lanjut yang efektif;

d. peningkatan kepatuhan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara

terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan;

2.5 Jenis Pemeriksaan Keuangan Negara

Jenis pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan keuangan,

pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT). Tujuan suatu

pemeriksaan menentukan jenis pemeriksaan. Pemeriksaan keuangan bertujuan untuk

memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan. Tujuan pemeriksaan kinerja

adalah memberikan kesimpulan atas aspek ekonomi, efisiensi dan/atau efektivitas

pengelolaan keuangan negara, serta memberikan rekomendasi untuk memperbaiki

aspek tersebut. PDTT bertujuan untuk memberikan kesimpulan sesuai dengan tujuan

6
pemeriksaan yang ditetapkan. PDTT dapat berbentuk pemeriksaan kepatuhan dan

pemeriksaan investigatif.

2.6 Standar Perilaku Auditor Keuangan Negara (Kode Etik)

Untuk mewujudkan Badan Pemeriksaan Keuangan yang independen,

berintegritas, dan profesional demi kepentingan negara, setiap Anggota BPK atau

Pemeriksa Keuangan Negara harus mematuhi kode etik. Kode etik adalah norma-

norma yang harus dipatuhi oleh setiap Anggota BPK dan Pemeriksa Keuangan

Negara selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra,

dan kredibilitas BPK. Kode etik ditetapkan oleh BPK. Independensi, integritas, dan

profesionalisme adalah nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi oleh Anggota BPK dan

Pemeriksa Keuangan Negara.

a. Independensi, adalah suatu sikap dan tindakan dalam melaksanakan

Pemeriksaan untuk tidak memihak kepada siapapun dan tidak dipengaruhi oleh

siapapun. Pemeriksa harus objektif dan bebas dari benturan kepentingan

(conflict of interest) dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya.

Pemeriksa juga harus bertanggung jawab untuk terus-menerus mempertahankan

independensi dalam pemikiran (independence of mind) dan independensi dalam

penampilan (independence in appearance).

b. Integritas merupakan mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan

yang utuh, dimilikinya sifat jujur, kerja keras, serta kompetensi yang memadai.

c. Profesionalisme adalah kemampuan, keahlian, dan komitmen profesi dalam

menjalankan tugas disertai prinsip kehati-hatian (due care), ketelitian, dan

kecermatan, serta berpedoman kepada standar dan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Sikap profesional pemeriksa diwujudkan dengan selalu

7
bersikap skeptisisme profesional (professional skepticism) selama proses

pemeriksaan dan mengedepankan prinsip pertimbangan profesional

(professional judgment).

d. Skeptisisme profesional berarti pemeriksa tidak menganggap bahwa pihak yang

bertanggung jawab adalah tidak jujur, tetapi juga tidak menganggap bahwa

kejujuran pihak yang bertanggung jawab tidak dipertanyakan lagi. Pertimbangan

profesional merupakan penerapan pengetahuan kolektif, keterampilan, dan

pengalaman. Pertimbangan profesional adalah pertimbangan yang dibuat oleh

pemeriksa yang terlatih, memiliki pengetahuan, dan pengalaman sehingga

mempunyai kompetensi yang diperlukan untuk membuat pertimbangan yang

wajar.

2.7 Aspek Pengembangan dalam Audit Keuangan Negara

Pengembangan Standar Pemeriksaan

Pengembangan standar pemeriksaan meliputi prosedur penyusunan standar,

revisi standar, dan interpretasi standar. Pengembangan standar pemeriksaan

mempertimbangkan perkembangan standar di lingkungan profesi secara nasional

maupun internasional. Proses pengembangan standar pemeriksaan mencakup

langkah-langkah yang perlu ditempuh secara cermat agar dihasilkan standar

pemeriksaan yang diterima secara umum. Langkah-langkah tersebut antara lain

konsultasi dengan pemerintah, organisasi profesi di bidang pemeriksaan, dan

mempertimbangkan standar pemeriksaan internasional.

Penyusunan standar pemeriksaan dilakukan berdasarkan acuan kerangka

konseptual ini. Langkah-langkah penyusunan standar pemeriksaan meliputi

pengidentifikasian topik atau masalah, riset terbatas, penulisan draft standar,

8
peluncuran exposure draft standar, dengar pendapat exposure draft standar,

pembahasan tanggapan dan masukan atas exposure draft standar, konsultasi draft

standar dengan Pemerintah, dan finalisasi serta penetapan standar.

Revisi standar pemeriksaan dapat berupa revisi mayor dan revisi minor atas

standar pemeriksaan. Revisi mayor adalah penambahan, pengurangan, atau

perubahan menyeluruh suatu subbab di dalam pernyataan standar pemeriksaan,

sedangkan revisi minor adalah penambahan, pengurangan, atau perubahan istilah

penting, kalimat dan/atau paragraf dalam suatu subbab pernyataan standar

pemeriksaan.

Kriteria

1. Strategik, yakni evaluasi sistematis terhadap kesuksesan suatu strategi, terutama

kesesuaian dengan lingkungan dan efektivitas pelaksanaannya. Strategi audit

adalah aktivitas yang pertama kali dilakukan dari seluruh rangkaian kegiatan

audit. Strategi audit dapat didefinisikan sebagai proses penyusunan arahan atau

petunjuk audit dan penyelarasan antara pemahaman auditor atas kegiatan auditan

dengan fokus audit yang akan dilakukan. Auditor harus mempertimbangkan

kegiatan utama (main activity) auditan dan indikator kinerja untuk industri atau

perusahaan sejenis yang dapat berpengaruh terhadap proses audit. Auditor perlu

juga mengidentifikasi faktor-faktor penting bagi keberhasilan pelaksanaan audit,

baik dalam menyusun program audit untuk merumuskan opini audit maupun

dalam menyediakan jasa pelayanan profesional bermutu lainnya yang

diharapkan auditan.

2. Sosial, Audit sosial merupakan kerangka kerja yang memungkinkan sebuah

organisasi memiliki dokumentasi, laporan dan menyusun sebuah proses yang

9
dapat menghitung kinerja sosial, melaporkan kinerja dan menciptakan sebuah

rencana aksi untuk mengembangkan kinerja tersebut, sampai kepada aspek

pemahaman dampak pada masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan kepada

stakeholders.

3. Administratif, mencakup budget waktu (individual time summary) dan kertas

pencatat waktu kerja. Budget waktu harus dibuat untuk setiap pelaksanaan audit

karena bisa dijadikan pedoman bagi seseorang yang mendapat tugas ini, sehingga

ia dapat mengukur perkiraan waktu pekerjaannya selesai. Budget waktu bisa

berubah jika situasi tidak memungkinkan. Menentukan budget waktu dilakukan

berdasarkan pengalaman dan survei pendahuluan atas perusahaan yang akan

dievaluasi. Sedangkan kertas pencatat waktu kerja (time sheet), setiap staf internal

audit diwajibkan mengisi time sheet agar setiap pelaksanaan pekerjaan harian

yang telas selesai dan waktu aktual yang dibutuhkan (jam kerja) untuk

menyelesaikan pekerjaan tercatat secara lengkap. Time sheet dapat menyajikan

catatan-catatan atas aktivitas staf sebagai informasi pelatihan dan pengalaman

yang diberikan kepada staf. Juga, sebagai dasar untuk menilai performance staf

atau dasar untuk membuat rencana kerja pada periode berikutnya.

4. Teknis, teknis atau teknik audit merupakan bagian dari langkah audit, lalu langkah

audit merupakan bagian dari prosedur audit dan prosedur audit menjadi bagian

dari program kerja audit, dan seterusnya.

Berikut ini dijelaskan beberapa contoh teknik audit yang umum dipakai:

a. Observasi: melihat atau menyaksikan suatu objek secara hati-hati dan kontinu

selama kurun waktu tertentu untuk membuktikan suatu keadaan atau masalah.

10
Biasanya dilakukan dari jarak jauh dan tanpa disadari oleh pihak yang

diobservasi.

b. Inspeksi: memeriksa secara teliti atau mendalam atas dokumen, catatan, atau

objek berwujud dan biasanya dilakukan secara mendadak.

c. Opname: melakukan pemeriksaan fisik dengan menghitung jumlah, menilai

kondisi, membandingkan dengan yang semestinya, dan mencari sebab

perbedaan jika ada.

d. Scanning: penelaahan secara cepat untuk menemukan hal yang tidak lazim

dalam data/dokumen.

e. Footing dan cross footing: menguji kebenaran perhitungan/penjumlahan

vertikal atau horizontal.

f. Rekonsiliasi: mencocokkan dua data yang terpisah mengenai hal sama yang

dikerjakan unit yang berbeda.

g. Tracing: menelusuri penanganan transaksi dari bukti, menuju

pencatatan/buku dan penyajian informasi dengan tujuan untuk menguji

kelengkapan.

h. Vouching: menelusuri penanganan transaksi dari buku dan penyajian

informasi, menuju bukti dengan tujuan menguji validitas.

i. Prosedur analitis: mempelajari dan membandingkan data yang memiliki

hubungan. Prosedur ini mencakup perhitungan dan penggunaan rasio

sederhana, analisis vertikal atau laporan perbandingan, perbandingan antara

jumlah sesungguhnya dengan data historis atau anggaran, dan penggunaan

model matematika dan statistika seperti analisis regresi.

11
j. Konfirmasi: mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi langsung

dari sumber independen di luar unit yang diperiksa. Biasanya permintaan

konfirmasi dilakukan melalui pihak yang diperiksa namun jawabannya

diberikan langsung kepada auditor.

k. Inquiry (permintaan keterangan): mengajukan pertanyaan secara lisan atau

tertulis kepada sumber-sumber internal pihak yang diaudit ataupun kepada

pihak luar yang dipandang kompeten. Hasilnya bukti lisan maupun bukti

pernyataan tertulis.

l. Reperformance: melakukan atau mengerjakan ulang atas perhitungan,

rekonsiliasi, atau beberapa aspek dalam proses transaksi tertentu yang telah

dilakukan oleh pihak yang diaudit. Tujuannya untuk memastikan kesesuaian

praktik dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Audit atau Pemeriksaan keuangan negara adalah proses identifikasi masalah,

analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional

berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,

dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara. Dengan demikian, pemeriksaan keuangan negara memberikan keyakinan

yang memadai. Proses pemeriksaan meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan

dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan.

Pemeriksaan dilakukan dalam rangka untuk mendorong tata kelola keuangan

negara yang baik melalui perolehan keyakinan bahwa pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan

dan/atau prinsip-prinsip tata kelola yang baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pemeriksa Keuangan. 2017. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

Jakarta.

http://www.wikiapbn.org/pemeriksaan-keuangan-negara/

https://keuanganlsm.com/audit-administrasi/

http://kamusbisnis.com/arti/audit-strategik/

https://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/5898

https://www.klikharso.com/2016/04/merangkai-istilah-teknis-audit.html

14

Anda mungkin juga menyukai