LIABILITIES
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi salah satu nilai Mata Kuliah Teori Akuntansi
Disusun :
Ersa Apriandini/18221006
Irna Nahriyyah/18221026
Michael Cristian/18221024
Rahayu Utami/18221048
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Liabities atau kewajiban ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu Astari Dianty, S.E,M.Ak. padaMata Kuliah Teori Akuntansi. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Liabilities atau
Kewajibanbagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Pengertian.......................................................................................................2
2.2 Karakteristik Utama Kewajiban.....................................................................3
2.2.1 Pengorbanan Manfaat Ekonomik............................................................3
2.2.2 Keharusan Sekarang................................................................................3
2.2.3 Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu................................................4
2.2.3.1 Hak – Kewajiban Takbersyarat............................................................5
2.3 Karakteristik Pendukung................................................................................6
2.3.1 Keharusan membayar kas.......................................................................6
2.3.2 Identitas terbayar jelas............................................................................6
2.3.3 Berkekuatan hukum................................................................................6
2.4 Pengakuan, Pengukuran, dan Penilaian.........................................................7
2.4.1 Pengakuan...............................................................................................7
2.4.2 Pengukuran..............................................................................................9
2.4.2.1 Kewajiban Dalam Pembelian Kredit..................................................10
2.4.2.2 Diskun dan Premium Utang Obligasi...............................................10
2.4.2.3 Makna Harga Efektif Obligasi...........................................................10
2.4.2.4 Diskun Obligasi..................................................................................11
2.4.2.5 Premium Obligasi..............................................................................11
2.4.2.6 Kewajiban Moneter dan Nonmoneter................................................12
2.4.3 Penilaian................................................................................................13
2.4.3.1 Pelunasan...........................................................................................14
2.4.3.2 Transfer asset finansial.......................................................................15
2.4.3.3 Pelunasan sebelum jatuh tempo.........................................................15
2.4.3.4 Utang Terkonversi..............................................................................16
2.4.3.5 Pembebasan Substantif......................................................................18
2.5 Penyajian......................................................................................................19
ii
2.6 Hak Mengkompensasi..................................................................................20
BAB III PENUTUP...............................................................................................21
3.1 Kesimpulan..................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iv
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tugas kelompok dari Mata Kuliah Teori Akuntansi
2. Untuk mengetahui lebih jelas Liabilities atau Kewajiban
3. Untuk mengetahui Karakteristik Liabilities atau Kewajiban
4. Untuk mengetahui pengukuran, pengakuan dan penilaian terhadap
kewajiban
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
FASB mendefinisikan kewajiban dalam rerangka konseptualnya sebagai
berikut (SFAC No.6, prg.35): ”Liabilities are probable future sacrifices of
economic benefits arising from present obligations of a particular entity to transfer
assets or provide services to other entities in the future as a result of past
transactions or events”. (Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa
datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kestuan usaha
untuk mentransfer aset atau menyediakan/meneyrahkan jasa kepada kesatuan lain
dimasa datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu).
IASC mendefinisikan kewajiban sebagai berikut: “A liabilities is a present
obligation of the enterprise arising from past events, the settlement of which is
expected to result in an aoutflow from the enterprise resources embodying
economic benefit.” (Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul
dari peristiwa masalalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus
keluar dari sumber daya perusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi).
AASB mendefinisikan kewajiban sebagai berikut: “Liabilites are the
future sacrifices of service potential or future economic benefits that the is
presently obligated to make to other entities as a result of past transaction or other
past events.” (Kewajiban adalah pengorbanan masa depan atas potensi jasa atau
manfaat ekonomi masa depan bahwa entitas saat ini wajib kepada entitas lain
sebagai akibat transaksi masa lalu atau peristiwa masa lalu lainnya.
APB No 4 mendefinisikan kewajiban dalam dua kata kunci yaitu
economic obligations yang dihubungkan dengan generally accepted accounting
principles (GAAP). Ini berarti pengertian kewajiban menurut APB No 4 yaitu
kewajiban ekonomi perusahaan yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Kewajiban juga mencakup kredit tangguhan
tertentu yang tidak kewajiban tapi yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
2
2.2 Karakteristik Utama Kewajiban
2.2.1 Pengorbanan Manfaat Ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu
tugas (duty) atau tanggungjawab (responsibility) kepada pihak lain yang
mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi, menunaikan atau melaksanakan
dengan cara mengorbankan manfaat ekonomik yang cukup pasti di masa datang.
Pengorbanan manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk transfer atau
penggunaan aset kesatuan usaha.
Transfer manfaat ekonomik pada pemilik (pemegang saham) tidak
termasuk dalam pengertian pengorbanan sumber ekonomik masa datang yang
membentuk kewajiban karena untuk menjadi kewajiban pengorbanan tersebut
harus bersifat memaksa dan bukan atas dasar kebijakan atau keleluasan
manajemen untuk memutuskan baik dalam hal jumlah rupiah maupun dalam saat
transfer.
Bahwa pengorbanan rkonomik harus dikaitkan dengan pihak lain berarti
bahwa kewajiban hanya dapat terjadi antar kesatuan usaha atau paling tidak
melibatkan kesatuan usaha yang lain.
6
2.4 Pengakuan, Pengukuran, dan Penilaian
Kalau aset yang direpresentasi oleh kos mengalami tiga tahap perlakuan
(pemerolehan, pengolahan, dan penyerahan), kewajiban sebenarnya juga
mengalami tiga tahap perlakuan yaitu: penanggungan (pengakuan terjadinya),
penelusuran, dan pelunasan (penyelesaian). Dalam hal kewajiban, penelusuran
berarti penentuan status dan jumlah rupiah (kos) kewajiban setiap saat. Penentuan
kos setiap saat (termasuk pada tanggal neraca) dapat disebut dengan penilaian
kewajiban. begitu terjadi dan dicatat atau diakui, kewajiban akan tetap menjadi
kewajiban sampai kesatuan usaha menyelesaikannya, atau sampai adanya
transaksi atau kejadian yang membatalkan atau yang membebaskan kesatuan
usaha dari keharusan untuk melunasinya.
2.4.1 Pengakuan
Kam (1990, hlm.109) membedakan antara kaidah pengauan dan kriteria
pengakuan (recognition criteria). Kam mengajukan empat kaidah pengakuan
untuk menandai pengakuan kewajiban yaitu :
1. Ketersediaan dasar hukum
Telah disebutkan bahwa ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan
daya paksa hanya merupakan karakteristik pendukung definisi kewajiban.
Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila
terdapat bukti substantif adanya keharusan konstruktif atau demi keadilan.
7
2. Keterterapan konsep dasar konservatisma
Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan. Keadaan-
keadaan tertentu yang menjadikan konsep konservatisma terterapkan dapat
memicu pengakuan kewajiban. Implikasi dianutnya konsep konservatisma
adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak demikian dengan untung.
3. Ketertentuan substansi ekonomik transaksi
Substansi suatu transaksi dapat memicu pencatatan seluruh kewajiban
yang timbul ketika transaksi terjadi meskipun secara yuridis/kontraktual
kewajiban baru akan mengikat secara berkala pada saat keharusan
sekarang timbul. Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi.
4. Keterukuran nilai kewajiban
Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas
keterandalan infromasi. Definisi kewajiban mengandung kata cukup pasti
(probable) yang mengacu tidak hanya pada terjadinya pengorbanan
sumber ekonomik masa datang tetapi juga pada jumalah rupiahnya.
Yang menjadi masalah teknis adalah kapan keempat kaidah diatas
diepnuhi. Hendriksen dan van Breda (1991, hlm.675-676) menunjukkan saat-saat
untuk mengakui kewajiban yaitu:
a. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban
telah mengikat
b. Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi
biaya belum dicatat sebagai aset sebelumnya.
c. Bersamaan dengan pengakuan aset.
d. Pada akhir perioda karena penggunaan asas akrual melalui proses
penyesuaian.
Pengakuan Kewajiban Bergantung
FASB memberi contoh keadaan – keadaan kebergantungan rugi (loss
contingencies) yang berpotensi memicu pengakuan kewajiban sebagai berikut
(SFAC No. 5, prg.4)
a. Ketertagihan piutang usaha.
b. Keharusan berkaitan dengan jaminan produk dan kerusakan produk.
8
c. Risiko rugi atau kerusakan properitas (fasilitas) kesatuan usaha akibat
kebakaran, ledakan, dan bahaya lainnya.
d. Ancaman pengambilalihan aset aset oleh pemerintah.
e. Persengketaan yang memberatkan atau menunggu keputusan.
f. Klaim atau pungutan yang telah diajukan/dikenakan atau mungkin
(possible) terjadi.
g. Risiko rugi akibat bencana yang ditanggung oleh perusahaan asuransi
kerugian dan kecelakaan dan perusahaan reasuransi.
h. Jaminan terhadap utang pihak lain.
i. Keharusan bank komersial dalam ikatan standby letters of credit.
j. Perjanjian untuk membeli kembali piutang atau aset yang terkait yang
telah dijual.
2.4.2 Pengukuran
Pengakuan dilakukan setelah suatu kewajiban terukur dengan cukup pasti.
Penentuan kos kewajiban pada saat terjadinya parallel dengan pengukuran asset.
Terjadinya kewajiban pada umumnya disertai dengan pemerolehan asset atau
timbulnya biaya. Pemerolehan asset dapat berupa penguasaan barang dagangan
atau asset nonmoneter lainnya yang terjadi dari transaksi pembelian. Pemerolehan
asset dapat juga berupa kas yang terjadi dari transaksi peminjaman (penerbitan
obligasi) atau penerimaan uang muka untuk barang atau jasa. Oleh karena itu,
pengukuran yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat
terjadinya adalah penghargaan sepakatan (measured considerations) dalam
transaksi-transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa
datang. Jadi, konsep dasar penghargaan berlaku baik untuk asset maupun untuk
kewajiban. Hal ini berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang.
Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup
material sehingga jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama dengan jumlah
rupiah pengorbanan sumber ekonomik (kas) masa datang. Dengan kata lain, untuk
kewajiban jangka pendek, kos pendanan (financing cost) atau kos penundaan
(bunga sebagai nilai waktu uang) dianggap tidak material.
9
Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara uang atau
nilai sekarang (current value) kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber
ekonomik seandainya kewajiban dilunasi pada saat terjadinya. Dengan demikian,
basis pencatatan kewajiban adalah nilai setara tunai bukan nilai nominal utang.
10
diskun). Jumlah rupiah utang obligasi tiap saat ( keharusan saat itu) sebelum jatuh
tempo akan terlalu besar apabila dinyatakan sebesar nominalnya.
12
menjadi komponen kos (merepresentasi kewajiban) dan laba. Berikut argument-
argumen yang mendukung :
13
2.4.3 Penilaian
Penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah rupiah
yang harus dilunasi. Dengan kata lain, penilaian adalah penentuan nilai sekarang
kewajiban. Dalam hal obligasi, nilai sekarang tersebut disebut nilai bawaan
(carrying value) atau nilai pelunasan sekarang (current settlement value). Nilai
pelunasan sekarang pada umumnya bergantung pada nilai pasar obligasi.
Amortisasi diskun atau premium merupakan proses dalam rangka penelusuran
kewajiban untuk menentukan nilai pelunasan sekarang. Untuk kewajiban moneter,
nilai sekarangnya biasanya ditentukan atas dasar aliran kas keluar masa datang
diskunan dengan tingkat bunga pasar sebagai tarif diskun.
Pada saat jatuh tempo, nilai keharusan sekarang akan sama dengan nilai
nominal. Berbagai dasar penilaian dapat digunakan untuk menentukan nilai
keharusan sekarang setiap saat selama jangka peredaran kewajiban atau
penelusuran. Secara umum, tujuan penilaian adalah menentukan jumlah rupiah
pengorbanan sumber ekonomik (kas) pada saat tertentu seandainya pada saat
tersebut kewajiban harus dilunasi.
2.4.3.1 Pelunasan
Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja di lakukan oleh
kesatuan usaha untuk memenuhi kewajiban pada saatnya dan dalam kondidi
normal usaha. Pelunasan biasanya merupakan pemenuhan secara langsung kepada
pihak yang berpiutang. pelunasan menjadi kewajiban tersebut hapus, tiada atau
lenyap secara langsung. Kebanyakan kewajiban dipenuhi secara langsung dengan
pembayaran tunai.
Pelunasan secara langsung di sebut juga pelunasan secara yuridis karena
kewajiban pada pihak yang berpiutang secara yuridis hapus melalui transaksi
langsung yang benar benar terjadi misalnya pembayaran tunai secara langsung.
Pelunasan secara tidak langsung terjadi apabila kesatuan usaha melakukan
tindakan yang mengarah ke pelunasan misalnya dengan pembentukan dana
khusus untuk pelunasan baik di kelola sendiri maupun melalui wali amanat
14
Masalah akuntansi yang berkaitan dengan pelunasan langsung maupun
tidak langsung adalah penentuan kapan kewajiban telah dapat dikatakan hapus
atau lenyap sehingga jumlah rupiahnya dapat diawaakui dari system pembukuan.
15
a. Sangat berbeda dengan kegiatan operasi rutin kesatuan usaha
b. Tidak diharapkan akan sering terjadi
c. Berpengaruh material terhadap operasi perusahaan secara keseluruhan
Ketentuan APB dan FASB diatas berlaku untuk penarikan kembali utang
dengan atau tanpa pendanaan. APB berargumen bahwa sifat semua pelunasan
utang sebelum jatuh tempo pada dasarnya sama. Untuk pelunasan dengan
pendanaan sebenarnya terdapat 3 alternatif untuk selisih yaitu :
a) Selisih diamortisasi selama sisa umur semula utang yang ditarik kembali
b) Selisih diamortisasi selama umur utang baru yang di terbitkan
c) Selisih diakui pada saat penarikan dan dilaporkan di statemen laba-rugi
tahun bersangkutan.
1. Tingkat Bunga nominal jauh dibawah tingkat bunga pasar untuk obligasi
biasa yang setara
2. Harga konversi, yang ditetapkan lebih tinggi dari harga pasar saham biasa.
3. Harga konversi tidak pernah menurun selama masa hak konveksi kecuali
karena penyesuaian yang diperlukan akibat pengambilan hak yang melekat
16
pada saham biasa seperti dalam hal terjadi pemecahan saham atau dividen
saham
17
Jadi, ketidakterpisahan dan kepraktisan menjadi landasan pikiran untuk
memperlakukan utang terkonversi semata – mata sebagai utang. Meskipun
demikian, untuk sekuritas utang dengan hak beli saham yang terpisah, APB
mengambil posisi sebaliknya yaitu porsi nilai sekuritas yang melekat pada hak
beli harus diperlakukan sebagai modal setoran dan nilainya ditentukan atas dasar
nilai wajar relative dari kedua sekuritas pada saat penerbitan.
18
f. Debitor tidak menyerahkan kendali atas manfaat asset karena manfaat
asset tersebut masih melekat pada debitor meskipun debitor telah
mengawaakuinya sementara itu kreditor juga tidak mengakuinya sebagai
asset sehingga praktis asset tersebut masih dikuasai oleh debitur.
2.5 Penyajian
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca atas dasar urutan
kelancarannya sejalan dengan penyajian asset. PSAK No. 1 (pasal 39)
menggariskan bahwa asset lancar disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan
kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka
pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang.
PSAK.No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi
kriteria sebagai kewajiban jangka pendek harus diklasifikasi sebagai kewajiban
jangka Panjang. Suatu kewajiban diklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek
bila:
19
a. Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua
belas bulan
b. Perudahaan bermaksud membiayai Kembali kewajibannya dengan
pendanaan jangka panjang
c. Maksud tersebut pada huruf b didukung dengan perjanjian pembiayaan
Kembali atau penjadualan Kembali pembayaran yang resmi disepakati
sebelum laporan keuangan disetujui.
Penyajian utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam kewajiban lancer
akan mempengaruhi likuiditas. Oleh karena itu, syarat diatas diperlukan agar
kewajiban jangka pendek tidak diklasifikasi sebagai utang jangka panjang.
a. Tiap pihak dari dua pihak yang berkontrak utang kepada yang lain suatu
jumlah rupiah tertentu
b. Pihak pelapor mempunyai hak mengontra jumlah yang diutangnya dengan
jumlah yang diutang pihak lain.
c. Pihak pelapor memang berniat untuk mengontra
d. Hak mengontra terpaksakan secara hukum
20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu pengorbanan
manfaat ekonomik masa datang, menjadi keharusan sekarang dan timbul akibat
transaksi atau kejadian masa lampau. Kewajiban menjadi lebih tegas adanya bila
didukung oleh keharusan membayar kas, teridentifikasinya terbayar, dan
terpaksakan secara hukum.
Pengertian kewajiban merupakan bayangan cermin pengertian aset.
Transaksi atau kejadian masa lalu menimbulkan penguasaan sekarang
memperoleh manfaat ekonomik masa datang untuk aset sedangkan untuk
kewajiban hal tersebut menimbulkan keharusan sekarang pengorbanan manfaat
ekonomik masa datang. Transaksi, kejadian atau keadaan dapat mempengaruhi
aset dan kewajiban secara bersamaan. Timbulnya aset sering harus diimbangi
dengan timbulnya kewajiban. Dalam kondisi tertentu kewajiban tidak dapat
timbul tanpa diimbangi aset yang dikuasai perusahaan. Hal ini disebut Hak-
kewajiban tak bersyarat (uncontional right of offset). Kewajiban mengalami tigas
tahap perlakuan yaitu: penanggungan (pengakuan terjadinya), penelusuran, dan
pelunasan (penyelesaian).
21
Kewajiban dapat diakui atas dasar kriteria pengakuan yaitu definisi,
keterukuran, keterandalan, dan keberpautan. Saat untuk menandai bahwa kriteria
pengakuan dipenuhi adalah kaidah pengakuan. Secara umum, kewajiban harus
diakui pertama kali dengan penghargaan sepakatan dan bukan nilai nominal
kewajiban atau utang. Utang obligasi diukur dan diakui atas dasar jumlah rupiah
yang diterima dalam penerbitan obligasi. Diskun dan premium obligasi
merupakan jumlah rupiah penyesuai bunga nominal untuk mendapatkan bunga
efektif.
Kewajiban non moneter berupa keharusan menyerahkan barang atau jasa
masih memenuhi definisi kewajiban. Kewajiban non moneter ini tidak perlu
dipisahkan menjadi porsi yang menunjukkan kos menutup penyediaan barang/jasa
dan porsi yang menunjukkan laba tangguhan. Kewajiban secara umum dinilai atas
dasar jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya saat itu kewajiban harus
dilunasi. Jumlah ini disebut nilai pelunasan sekarang. Sesuai dengan atributnya,
kewajiban dapat dinilai atas dasar harga pasar sekarang, nilai pelunasan neto, dan
nilai diskunan aliran kas masa datang.
Kewajiban dapat dinyatakan lenyap dari catatan bila debitor telah (a)
membayar kreditor dan terbebaskan dari semua keharusan yang melekat pada
kewajiban dan (b) dibebaskan secara hukum sebagai penanggungan utang utama
oleh keputusan pengadilan atau kreditor. Bila kewajiban dilunasi sebelum jatuh
tempo, pada umumnya akan terjadi selisih antara nilai bawaan dan nilai
penebusan atau penarikan. Selisih ini harus diakui laba atau rugi pada saat
penarikan.bila penarikan dilakukan dengan pendanaan kembali, terdapat tiga
perlakuan terhadap selisih.
Utang terkonversi menimbulkan masalah akuntansi karena dua sifat yang
melekat padanya yaitu sebagai kewajiban dan equitas. Masalah teoritis yang
ditimbulkan adalah apakah pada saat pengakuan pertama kali komponen utang
dan komponen hak konversi (ekuitas) dipisahkan. Pembebasan substantif adalah
suatu keadaan yang dicapai pada saat debitor telah menempatkan kas atau aset
lainnya ke perwalian yang ditujukan semata-mata untuk pelunasan utang tertentu
dan pada saat itu dapat dipastikan bahwa debitor tidak lagi harus melakukan
22
pembayaran karena dana yang terkumpul dan aliran kas dari aset tersebut cukup
untuk menutup pokok pinjaman dan bunga.
Secara umum, kewajiban disajikan di neraca atas dasar urutan
likuiditasnya. Hal ini sesuai dengan urutan perlindungan dalam hal terjadi
likuidasi. Kewajiban hendaknya tidak dikompensasi dengan aset yang berkaitan
dan dilaporkan jumlah bersihnya saja kecuali dalam keadaan khusus yang
didalamnya pihak pelapor mempunyai hak mengontra.
23
DAFTAR PUSTAKA
iv