Disusun :
Jl. Soekarno Hatta No.643, Sukapura, Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
bimbingan dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Pendapatan”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi.
Makalah yang disusun dengan sedemikian rupa ini tak lepas dari berbagai pihak yang
membantu penulis dalam tahap awal hingga akhir. Maka tak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Teori Akuntansi Ibu Astari Dianty, S.E.,M.Ak. atas
bimbingannya dalam menyusun makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis memohon maaf apabila adanya kekurangan dan kata-kata yang kurang berkenan
di dalam makalah ini. Kiranya makalah ini dapat memberikan infromasi yang baik untuk
pengembangan wawasan serta dapat menjadi referensi dan meningkatkan ilmu pengetahuan yang
berguna bagi kita semua.
BAB I ..................................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan.................................................................................................................................. 6
BAB II .................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 7
2.3.2.2 Apresiasi................................................................................................................. 16
2.3.2.3 Penghematan Kos ................................................................................................... 17
PENUTUP......................................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................ 30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oleh karena itu, dalam statement laba – rugi pendapatan disajikan lebih dahulu dan baru
kemudian dikurangi dengan biaya. Namun demikian, tidak berarti bahwa pendapatan (renenue)
menanggung biaya (expense). Biaya bukan merupakan beban yang harus dihindari tetapi
merupakan upaya yang disengaja dilakukan dengan senang hati serta penuh kesadaran,
semangat, dan pengertian. Masalah teoritis pendapatan dapat dilukiskan dalam gambar berikut.
Masalah definisi dan pengakuan merupakan masalah pada level perekayasaan sehingga
keduanya masuk dalam rerangka konseptual. Saat pengakuan merupakan masalah kebijakan
pada level penyusun standar. Artinya, atas dasar konsep – konsep pengakuan yang ditetapkan
dalam rerangka konseptual, penyusun standar menentukan pilihan untuk menggunakan saat
pengakuan pendapatan tertentu untuk jenis perusahaan tertentu. Prosedur pengakuan merupakan
masalah teknis pembukuan di tingkat perusahaan yang diwujudkan dalam kebijakan akuntansi
perusahaan (company accounting policy).
1.3 Tujuan
Revenues are inflows or other enchancements of assets of an entity or settlements of its liabilities
(or combination of both) from delivering or producing goods, rendering services, or other
activities that constitute the entity’s ongoing major or central operations (prg. 78).
Gains are increases in equity (net assets) from peripherals or incidental transaction of an entity
and from all other transactions and other events and circumstances affecting the entity except
those that result from revenues or investments by owners (prg. 82).
Paton dan Littleton (1970) mengkarakterisasi pendapatan sebagai berikut :
Revenue is the product of the enterprise, measured by the amount of new assets received from
customers;… stated in terms of assets the revenue of the enterprise is represented, finally, by the
flow of funds from the customers of patrons in exchange for the product of the business, either
commodities or services.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002), IAI mengadopsi definisi pendapatan dari
IASC yang menempatkan pendapatan (revenue) sebagai unsur penghasilan (income) sebagai
berikut :
Income is increases in economic benefits during the accounting period in the form of inflows or
enchancements of assets or decreases of liabilities that result in increases in equity, other than
those relating to equity participants.
The definition of income ecompasses both revenue and gains. Revenue arices in the course of the
ordinary activities of an enterprise and is referred to by a variety of different names including
sales, fees, interest, dividends, royalties, and rents.
Gains represent other items that meet the definition of income and may, or may not, arise in the
course of the ordinary activities of an enterprise. Gains represents increases in economic
benefits and as such are no different in nature from revenues. Hence, they are not regarded as
constituting a separate element in this framework.
Accounting Principles Board/APB (1970) mendefinisi pendapatan dengan memasukan
kriteria pengakuan sebagai berikut (APB Statement No. 4, prg. 134):
Revenues – gross increases in assets or gross decrease in liabilities recognized and measured in
conformity with generally accepted accounting principles that result from those types of profit –
directed activities of an enterprise that can change owners equity.
Tidak semua kenaikan asset membentuk pendapatan. Kegiatan utama atau sentral yang
menerus atau berlanjut merupakan karakteristik yang membatasi kenaikan yang dapat disebut
pendapatan. Kenaikan asset harus berasal dari kegiatan operasi dan bukan kegiatan investasi dan
pendanaan. Kegiatan operasi ini diwujudkan dalam bentuk memproduksi dan mengirim berbagai
barang kepada pelanggan atau menyerahkan atau melaksanakan berbagai jasa. Pengertian
“operasi utama” dalam hal ini lebih dikaitkan dengan tujuan utama perusahaan yaitu
menghasilkan produk atau jasa untuk mendatangkan laba (profit – directed activities) dan bukan
untuk membatasi jenis produk menjadi produk utama dan produk samping.
engertian operasi utama dalam klasifikasi kegiatan yang membentuk statement aliran kas
yaitu, operasi (operating), investasi (investing), dan pendanaan (financing). Dengan demikian,
pendapatan adalah kenaikan asset yang berkaitan dengan operasi utama ini dan bukan dengan
investasi pendanaan. Akan tetapi, pendapatan/untung yang tidak berasal dari operasi utama
dengan sendirinya lalu dapat disebut sebagai pos nonoperasi.
Kelemahan konsep aliran keluar adalah bahwa pendapatan baru dikatakan terjadi setelah
ada penyerahan barang. Hal ini menghalangi pengakuan pendapatan sebelum barang diserahkan
misalnya dalam metode persentase penyelesaian untuk perusahaan kontruksi. Dengan
menyatakan bahwa pendapatan adalah produk perusahaan, definisi Paton dan Littleton bersifat
netral. Pendapata merupakan aliran masuk asset (unit moneter) dan hal tersebut berkaitan dengan
aliran fisis berupa penyerahan produk (output) perusahaan. Kam (1990) merinci lebih lanjut
kedua aliran (fisis dan moneter) tersebut yaitu :
Aliran fisis berupa:
1. Kejadian memproduksi dan menjual produk (output)
2. Objek, yaitu produk fisis itu sendiri.
2.1.6 Pertukaran
Paton dan Littleton memasukan kata pertukaran (exchange) dalam definisinya karena
pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk di catat dalam sistem
pembukuan. Dengan konsep dasar penghargaan (measured consideration), pendapatan
dinyatakan dalam jumlah rupiah penghargaan dalam transaksi penjualan yang besarnya sama
dengan harga jual persatuan dikalikan kuantitas terjual. Pendapatan untuk suatu periode
merupakan akumulasi pendapatan yang diukur secara objektif tersebut.
… the transaction and events from which revenues arise and revenues them selves are in many
form and are called by various names – for example, output, deliveries, sales, fees, interest,
dividends, royalties, and rent – depending on the kinds of operations involved and the way
revenues are recognized.
2.1.8 Untung
FASB membatasi pengertian pendapatan dengan untung hanya untuk kenaikan asset yang
berkaitan dengan operasi utama atau sentral. Sementara itu IAI dan APB tidak membedakan
untung dengan pendapatan dan keduanya digabung dalam konsep penghasilan (income). Kata –
kata kunci yang melekat pada pengertian untung adalah :
1. Kenaikan ekuitas (asset bersih).
2. Transaksi peripheral atau incidental.
3. Selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik.
Untung perlu didefinisi dan dibedakan dengan pendapatan oleh FASB karena adanya
karakteristik sumber yang dapat dibedakan dengan operasi utama. Dua hal yang menyebabkan
bahwa transaksi atau kejadian berbeda dengan operasi utama yaitu bersifat terkendali (periferal
dan insidental) dan diluar kendali atau antisipasi manajemen. FASB merinci lebih lanjut
transaksi, kejadian, atau keadaan yang menimbulkan untung menjadi empat sumber atau
karakteristik yaitu (SFAC No. 6, prg. 85):
Setiap kali kos terjadi dalam tiap tingkat operasi perusahaan maka sejumlah laba (atau
pendapatan) telah terbentuk secara proporsional dengan kos yang terjadi. Besarnya pendapatan
akan sesuai dengan tingkat laba yang diharapkan. Dengan kata lain, begitu kos diolah (mengikuti
aliran fisis kegiatan) pendapatan sudah mulai tercipta. Sebaliknya, bila perusahaan belum
melakukan kegiatan operasi apapun, maka pendapatan belum terbentuk.
Pendekatan ini juga dilandasi oleh konsep homogenitas kos (homogeinity of costs in
relation to revenues) yaitu bahwa semua tahap kegiatan atau unsur di dalamnya (direpresentasi
oleh kos) mempunyai kedudukan atau arti penting yang sama dalam mengahasilkan pendapatan.
1. Kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa lain melalui proses penjualam yang sah
atau semacamnya (misalnya kontrak penjualan)
2. Penguatan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan diperolehnya aset lancar
(kas, setara kas, atau piutang)
Kejadian (1) merupakan kepastian akan keterukuran pendapatan yang terhimpun melalui proses
pembentukan pendapatan. Kejadian (2) menuntaskan atau meyakinkan pengukuran tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses realisasi merupakan konfirmasi proses
penghimpunan pendapatan.
2.3.2.1 Akresi
Berkaitan dengan pengakuan pendapatan sebagai fungsi kegiatan produksi adalah
masalah akresi (accretion) yaitu pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau proses alamiah
lainnya.
Per definisi, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena aset jelas telah bertambah
dan banyaknya tambahan fisis dapat ditentukan secara objektif.
Dari segi pelaporan laba periodik, tidak diakuinya akresi sebagai pendapatan bukan
berarti meniadakan arti penting akresi, lebih-lebih untuk kepentingan analisis internal. Bila harus
dilaporkan, pelaporan harus sedemikian sehingga tidak memberi kesan bahwa akresi telah
terealisasi. Jumlah rupiah kreditnya harus dilaporkan terpisah dari laba yang telah benar-benar
terealisasi.
2.3.2.2 Apresiasi
Mirip dengan akresi adalah apa yang disebut apresiasi (appreciation) yaitu selisih “nilai
pasar wajar” aset perusahaan dengan kos (atau nilai buku aset terdepresiasi). Berbeda dengan
akresi, apresiasi berlaku untuk semua jenis aset tidak terbatas pada aset yang dikategori sebagai
produk. Juga, kenaikan aset atau selisih tersebut tidak berkaitan dengan operasi perusahaan.
Dibanding akresi, apresiasi lebih kurang memenuhi pengertian pendapatan karena tidak
berkaitan dengan operasi perusahaan tetapi lebih berkaitan dengan kondisi pasar. Dapat
dikatakan, apresiasi bukan merupakan suatu hasil dari proses pembentukan pendapatan karena
tidak ada upaya yang sengaja dilakukan untuk menaikkan nilai aset. Paton dan Littleton (1970)
sangat menentang pengakuan apresiasi sebagai pendapatan. Argumen yang diajukan diuraikan
berikut :
A. Apresiasi Bukan Merupakan Transaksi
Memang tidak disangkal bahwa kenaikan nilai aset mempunyai pengaruh penting
terhadap nilai ekonomik perusahaan. Akan tetapi, kenaikan nilai pasar semata-mata
dengan cara apapun menghitungnya bukanlah merupakan pendapatan yang nyata.
Apresiasi tidak menunjukkan kemajuan kegiatan operasi perusahaan. Apresiasi bukanlah
hasil suatu transaksi atau kegiatan produksi. Apresiasi juga tidak menambah sumber
ekonomik yang dapat digunakan untuk mendanai operasi. Jadi, apresiasi mempunyai
karakteristik yang lemah untuk dapat dikatakan sebagai pendapatan.
B. Apresiasi Tidak Objektif
Penentuan besarnya nilai pasar, khususnya untuk aset-aset yang kompleks atau
khusus, mempunyai validitas yang meragukan. Untuk barang-barang atau surat berharga
yang mudah diperjualbelikan, jumlah rupiah apresiasi dapat ditentukan secara cukup
meyakinkan dengan mengacu ke kutipan kurs pasar (market quotations). Akan tetapi,
untuk aset berupa tanah atau lainnya dalam kondisi tertentu, jumlah rupiah apresiasi
tersebut semata-mata hanyalah pendapat. Kos reproduksi dan depresiasinya tetap
merupakan taksiran yang meragukan kendalanya. Lebih-lebih kalau suatu aset sudah tua
modelnya dan tidak akan diganti dengan model yang sama.
Apresiasi surat-surat berharga (marketable securities) secara tidak langsung diakui
sebagai laba yang terealisasi melalui penggunaan metoda harga pasar untuk penilaian
surat berharga pada tanggal neraca. Penyimpangan dari standar kos ini didukung dengan
alasan bahwa posisi keuangan (likuiditas) akan menunjukkan keadaan yang lebih tepat
kalau memuat nilai yang berlaku pada tanggal neraca daripada kos. Hal ini lebih sesuai
dengan sifat aset tersebut yang masuk dalam kategori lancar. Cara semacam ini
sebenarnya dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada pembaca laporan jumlah
yang dapat direalisasi dari penjualan surat berharga tersebut.
Pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai diproduksi dapat dianggap layak
untuk industri ekstraktif (pertambangan) termasuk pertanian. Bahan dasar seperti timah,
tembaga, gandum, beras, emas, dan sebagainya biasanya mempunyai pasar yang luas dan harga
yang sudah pasti. Kondisi ini memungkinkan untuk menaksir dengan cukup tepat nilai jual yang
dapat direalisasi suatu sediaan barang jadi ada pada tanggal tertentu. Jadi, kondisi ini dapat
mengganti kriteria cukup pasti terealisasi (realizable) sehingga pada saat selesainya produksi
kedua kriteria pengukuran dianggap telah terpenuhi.
Argumen lain adalah kesulitan penentuan kos produksi untuk menentukan kos sediaan.
Kalau karakteristik industri sedemikian sehingga kos tidak cukup praktis dan teliti ditentukan,
pengakuan pendapatan atas dasar produk selesai lebih praktis dan tepat dibanding penentuan kos
secara arbitrer.
Walaupun dasar pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai mempunyai alasan
logis yang kuat untuk industri ekstraktif, penggunaannya secara umum kurang dapat diterima
bahkan dalam industri ekstraktif sekalipun. Dengan kata lain, kegiatan produksi itu sendiri tanpa
adanya penguatan yang berasal dari penjualan dengan harga yang disepakati tidak dapat selalu
dijadikan penguji yang objektif dan menentukan untuk dasar pencatatan dan pengakuan
pendapatan. Kalau pendapatan diakui atas dasar produksi dalam kasus-kasus khusus, hal tersebut
merupakan suatu penyimpangan dari standar pengakuan atas dasar saat penjualan. Oleh karena
itu, pengakuan semacam itu menuntut alasan yang kuat sesuai dengan keadaan yang
melingkupinya. Statemen keuangannya juga menuntut penjelasan (pengungkapan) yang jelas
mengenai kondisi yang melandasi penyimpangan dari standar umum (penjualan).
Lebih-lebih untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi atau perdagangan
barang, kegiatan penjualan merupakan hal yang paling menentukan dan mempunyai arti
keuangan yang paling berharga dibandingkan dengan kegiatan lain dalam operasi perusahaan.
Kegiatan penjualan menjadi puncak kegiatan dan merupakan tujuan akhir yang mengarahkan
setiap upaya yang dilakukan perusahaan. Pada saat terjadi penjualan jumlah rupiah harga telah
disepakati dan produk telah keluar dari perusahaan. Di samping itu, transaksi penjualan
mengakibatkan masuknya aset baru ke dalam perusahaan (kas dan piutang) untuk :
1. Menutup kos (potensi jasa) yang terserap untuk melaksanakan kegiatan produksi yang
berkulminasi dengan penyerahan produk
2. Menyediakan dana sebagai imbalan untuk pembayaran pajak kepada pemerintah, bunga
kepada kreditor, dan dividen kepada pemegang saham.
Kendati saat penjualan menjadi standar umum pengakuan pendapatan, terdapat beberapa
hal yang sering diajukan sebagai keberatan terhadap dasar tersebut. Hal pertama berkaitan
dengan kepastian pengukuran pendapatan akibat kos purna-jual atau pasca-jual (after-sale-cost
atau after-cost). Ada kegiatan yang masih dilakukan perusahaan untuk menuntaskan penjualan
yang menimbulkan kos misalnya kegitan administratif, perbaikan barang, dan penggantian
barang yang rusak. Masalah lain berkaitan dengan kemungkinan atau pengembalian barang.
Akhirnya, kemungkinan ketertagihan piutang bila penjualan tidak tunai (masalah kolektibilitas).
Ini berarti piutang belum merupakan bukti penuh terrealisasinya pendapatan.
Masalah-masalah diatas tidak menghalangi secara konseptual maupun teknis untuk
mengakui pendapatan pada saat penjualan.
Apabila penjualan dan kos barang terjual tiak diakui pada saat kontrak karena syarat-
syarat diatas tidak di penuhi, pengakuannya dapat dilakukan pada saat hak pengembalian telah
habis (expired) atau pada saat semua syarat diatas telah terpenuhi manapun yang datang lebih
dahulu. Dengan adanya hak pengembalian, pemindahan hak milik belum benar-benar tuntas.
Akan tetapi, hak milik biasanya bukan menjadi kriteria pengakuan pendapatan karena memang
sulit untuk menentukan kapan hal tersebut terjadi. Pengiriman barang setelah kontrak penjualan
dianggap menandai transfer hak milik walaupun saat tepatnya bergantung pada syarat penjualan
(sales term) seperti f.o.b shipping point atau f.o.b destination atau lainnya.
a) Seluruh atau sebagian piutang yang timbul bukan merupakan asset yang mempunyai daya
beli murni (dapat dibelanjakan).
b) Makin lama jangka waktu untuk mengangsur makin besar kemungkinan piutang tidak
akan tertagih.
c) Kos purna-jual, trutama kos penagihan dan pengumpulan piutang, biasanya lebih tinggi
dibandingkan dengan kos purna-jual untuk penjualan kredit biasa (jangka pendek)
Jumlah diatas dicatat atas dsar kos. Piutang angsuran ducatat secara memorial (tidak
dijurnal). Pengiriman barang – dasar kas mempunyai status sebagai asset perusahaan (semacam
barang dalam pengkonsignaan/goods on consigmnment).
2. Bila perusahaan menerima uang muka atau angsuran, penerimaan kas tersebut dicatat
sebagai berikut ;
Kas Rp 5.000.000
Seluruh jumlah rupiah kas yang telah diterima dari penjualan dalam suatu periode yang
tampak dalam saldo akun Penjualan – Dasar Kas merupakan pendapatan yang diakui dan
dilaporkan dalam periode tersebut.
3. Pada akhir peride harus dihitung kos produk yang dapat dibebankan ecara tepat (sebagai
biaya) ke pendapatan dasar kas tersebut. Misalnya nilai kontrak penjualan angsuran dalan
contoh diatas adalah sebesar Rp 10.000.000 dan kas yang telah diterima untuk suatu
periode adalah Rp 40.000.000 (40%). Jurnal yang harus dibuat pada akhir tahun adalah :
4. Jika ternyata pada akhir periode terdapat penjualan yang sudah diterima kasnya tetapi
barang belum dikirim maka kos barang tersebut garus ditaksi dan ditambahkan ke kos
barang terjual dasar kas. Misalnya pada akhir suatu periode perusahaan telah menerima
angsuran Rp 20.000.000 tetapi barang (dengan kos taksiran Rp 12.000.000 belum
dikirim). Jurnal yang harus dibuat pada akhir periode adalah :
Kos barang terjual - dasar Kas Rp 12.000.000
1. kalau pemberian jasa (performance) terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau
tindakan(act) , pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah
dilakukan.Sebagai contoh , biro jasa jual-beli telah selesai atau tuntas.
2. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan atau tindakan secara
bertahap, pendapatan harus diakui selama periode pelaksanaan pekerjaan secara
proporsional.
3. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan atau tindakan secara
bertahap , pendapatan dapat diakui pada saat seluruh pekerjaan telah selesai di
laksanakan bila kondisi berikut di penuhi :
a. proporsi jasa yang dilaksanakan pada tahap akhir pekerjaan begitu kritisnya
sehingga seluruh pekerjaan tidak dapat di katakana selesai sebelum tahap akhir di
laksanakan. Sebagai Contoh,perusahaan ekspedisi barang mengerjakan
pengepakan , pemuatan ,pengangkutan dan akhirnya penyerahan barang
(delivery).
b. jasa harus diberikan dalam beberapa tahap yang tidak dapat di tentukan dimuka
selama waktu yang tidak pasti dan tidak ada cara yang cukup layak untuk
menentukan tingkat penyelesaian pekerjaan.
4. Kalu terdapat tingkat ketidak pastian yang tinggi berkenaan dengan ketertagihan atau
kolektibilitas pendapatan jasa , pendapatan baru diakui setelah kas terkumpul.
Dalam PSAK No. 23, IAI menetapkan bahwa pengakuan pendapatan atau dasar
kemajuan pelaksanaan merupakan ketentuan utama sedangkan kaidah lain merupakan
pengecualian dari kaidah ini. Selain Itu , IAI juga menetapkan dasar yang disebut dengan kos
terpulihkan(recorverable cost) sebagai pengecualian dari dasar kermajuan pelaksanaan jasa. Hal
ini dinyatakan dalam PSAK No. 23.
Lepas dari masalah kekacauan bahasa, pasal 19 sebenarnya sama dengan kaidah 2 dari
AICPA di atas , IAI mengeksplisitkan asumsi atau kondisi yang melandasi keterteraan
pengakuan atas dasar kemajuan pelaksanaan yaitu :
Kaidah pengakuan Kegiatan internal yang terlibat Kegiatan Pemicu dan Bukti
pengakuan
C.Pada saat produksi selesai. Pemindahan barang jadi dari Belum ada kontrak: (a)
(sudah ada kontrak pabrik ke gudang. penyerahan barang ke bagian
penjualan/order pembelian Penyesuaian akhir tahun. gudang disertai nota
atau belum) penerimaan atau (b)
penyesuaian akhir tahun.
Syarat cukup pasti terrealisasi
harus di penuhi,
Sudah ada kontrak :
Penyerahan barang ke bagian
gudang disertai nota
penerimaan dan surat kontrak
atau order pembelian.
E. Pada saat kas Pengiriman surat tagihan Penerimaan kas didukung nota
terkumpul.(Sudah ada kontrak angsuran. pembayarab(remittance
dan barang telah terkirim.) advice) atau bukti transfer.
Penerimaan kas atau alat
pembayaran lain(transfer via Penyesuian akhir tahun atas
bank). dasar catatan kas yang
terkumpul sampai akhir
Penyesuaian akhir tahun.
perioda
2.7 Penyajian
Masalah yang berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah pemisalahan antara pendapatan dan
untung dan pemisahaan berbagai sifat untung menjadi pos biasa dan luar biasa dan cara
menuangkanya dalam statemen laba-rugi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori tentang pendapatan menyangkut masalah definisi, pengukuran, saat pengakuan, dan
prosedur pengakuan. Pendapatan dapat didefinisikan dari beberapa konsep, Dengan konsep
aliran masuk, Pendapatan adalah penyerahan produk yang di ukur atas dasar penghargaan produk
tersebut. Secara netral, Pendapatan adalah produk perusahaan sebagai hasil dari upaya produktif.
Pendapatan diukur dengan jumlah rupiah aset baru yang diterima dari pelanggan.
Pembedaan pendapatan dengan untung semata-mata ditunjukan untuk kepentingan
pengukuran atas dasar sumber pendapatan bukan untuk membedakan esensi keduanya sebagai
pendapatan, Operasi utama harus diartikan secara luas pendapatan atau untung yang berasal dari
kegiatan incidental.
Untuk dapat diakui, Pendapatan harus terrealisasi dan terbentuk .pendapatan terbentuk
dengan terjadinya seluruh kegiatan perusahaan. Pendapatan terrealisasi dengan adanya
perubahan bentuk produk menjadi kas atau aset lain melalui transaksi pertukaran.
Pengakuan pada saat kontrak, atas dasar kamajuan produksi , pada saat produksi selesai ,
dan pada saat kas terkumpul merupakan penyimpangan dari pengakuan standart atas dasar
penjualan. Pada saat kontrak, Pendapatan tidak dapat di akui karena belum terjadi pembentukan
pendapatan.
Apabila perioda pelunasan cukup lama, masih akan terjadi biaya yang cukup besar
setelah penyerahan barang, atau kolektibilitas piutang meragukan, kas yang telah terkumpul
dapat di jadikan takaran pengukuran dan pengakuan pendapatan. pendapatan yang di akui
sebesar kas yang telah terkumpul disebut dengan pendapatan dasar kas. Untuk menentukan laba
yang layak, pendapatan kas dasar harus ditandingkan dengan biaya yang diperkirakan
menghasilkan pendapatan tersebut dan bukan biaya yang telah di keluarkan kasnya. dengan kata
lain, pendapatan dasar kas harus di tandingkan dengan biaya dasar akrual.
DAFTAR PUSTAKA