ASET
Makalah ini diajukan sebagai tugas mata kuliah teori
akuntansi
DI SUSUN OLEH :
- Hesti Hesnawati . S
- Reyna Reggie Ananda
- Salsa Apipah
- Sinta Sukma Watini
2019-2020
Kata Pengantar
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Cover ............................................................................................................. i
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
ii
2.3.2.2 Kos Pengganti .................................................................. 10
2.3.2.3 Kos Harapan .................................................................... 10
2.3.3 Nilai Keluaran........................................................................ 10
2.3.3.1 Harga Jual Masa Lalu ...................................................... 10
2.3.3.2 Harga Jual Sekarang ........................................................ 11
2.3.3.3 Nilai Terealisasi Harapan ................................................ 11
2.3.4 Kos atau Pasar Yang Lebih Rendah ...................................... 11
2.3.5 Penilaian Menurut FASB ...................................................... 12
2.4 Pengakuan ......................................................................................... 13
2.4.1 Beban Tangguhan .................................................................. 14
2.4.2 Kos Bunga.............................................................................. 14
2.4.2.1 Argumen Pendukung........................................................ 14
2.4.2.2 Argumen Penolakan......................................................... 15
2.4.2.3 Aset Memenuhi Syarat..................................................... 16
2.4.2.4 Besarnya Kapitalisasi Bunga............................................ 16
2.4.2.5 Periode Kapitalisasi.......................................................... 16
2.4.2.6 Pengungkapan ................................................................. 17
2.5 Penyajian ........................................................................................... 17
3.1. Kesimpulan...................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian dan manfaat ekonomik dari aset.
2. Agar mengetahui pengukuran yang digunakan dalam aset.
3. Agar mengetahui penilaian yang dilakukan terhadap aset.
4. Agar mengetahui pengakuan yang digunakan untuk aset.
5. Agar mengetahui penyajian yang dilakukan dalam melaporkan aset.
1
BAB II
PEMBAHASAN
“An assets is resource controlled by the enterprise as a result of past events and from
which future economic benefits are expected to flow to the enterprise.”
“Assets are service potential or future economic benefits controlled by the reporting
entity as a result of past transaction or other past events.”
Definisi FASB dan AASB cukup dibanding definisi yang lain luas karena aset dinilai
mempunyai sifat sebagai manfaat ekonomik (economic benefits) dan bukan sebagai
sumber ekonomik (resources) karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk atau
jenis sumber ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai aset.
2
manfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk mendatangkan pendapatan
melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi, produksi, dan pertukaran.
Uang atau kas mempunyai manfaat karena apa yang dapat dia beli atau
karena daya tukarnya. Dengan kata lain, potensi jasa kas dapat ditukarkan dengan
potensi jasa apapun yang diperlukan kesatuan usaha untuk melaksanakan kegiatan
ekonomiknya. Kemampuan ini di sebut dengan daya beli atas sumber ekonomik.
Daya beli uang menjadi pengukur manfaat ekonomik masa datang.
Sesuatu dapat dikatakan sebagai aset bila unit usaha tertentu dapat menggunakan
manfaat aset tersebut dan menguasainya sehingga dapat mengendalikan akses pihak lain
terhadap aset tersebut. Penguasaan dan pengendalian terhadap suatu aset dapat diperoleh
suatu unit usaha melalui pembelian, pemberian, penemuan, perjanjian, produksi,
penjualan, dan pertukaran.
Perlu diperhatikan bahwa pemilikan bukan merupakan kriteria utama untuk
mengakui suatu aset. Pemilikan umumnya dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang
sah menurut hukum terhadap suatu barang. Hal ini disebabkan akuntansi tidak
memusatkan pada substansi ekonomi suatu transaksi yang mempengaruhi posisi
keuangan atau hasil usaha suatu perusahaan (economic substance over legal form).
Akuntansi lebih memusatkan pada substansi ekonomi suatu transaksi yang
mempengaruhi posisi keuangan/ hasil usaha suatu perusahaan.
Pemilikan hanya merupakan karakteristik pendukung untuk mengakui aset karena
ada hak yuridis yang pasti untuk menguasainya. Bentuk fisik juga bukan faktor penentu
dari aset. Misalnya, Paten dan Hak Cipta merupakan aktiva meskipun kedua elemen
tersebut tidak memiliki bentuk fisik. Hal ini disebabkan kedua elemen tersebut memiliki
manfaat ekonomi di masa mendatang, dikuasai oleh perusahaan dan berasal dari
transaksi masa lalu.
3
resmi dalam sistem pembukuan. Untuk mengakui sebagai aset, selain definisi, kriteria
yang lain seperti keterukuran, keberpautan, dan keterandalan juga harus dipenuhi.
Transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi tetapi bukan
kriteria untuk pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan manfaat ekonomik masa datang tidak
cukup untuk mengakui suatu objek ke dalam aset kesatuan usaha untuk dilaporkan via
statemen keuangan.
Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aset apabila telah menjadi transaksi atau
peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau pengendalian terhadap
manfaat dari aset tersebut. Misalnya suatu mesin dapat diklasifikasikan sebagai aset
apabila mesin tersebut benar-benar telah dibeli dari transaksi yang benar-benar sah.
Apabila mesin tersebut baru akan diperoleh sesuai dengan anggaran yang ditetapkan
(masih dianggarkan), maka mesin tersebut tidak dapat dipandang sebagai aset, karena
belum ada transaksi yang dilakukan. Meskipun definisi FASB tersebut dapat diterima
secara umum, banyak kritikan yang ditujukan ke FASB. Hal ini disebabkan dalam
definisinya, FASB mengabaikan faktor exchangeability, yang artinya suatu pos dapat
dipisahkan dari entitas dan memiliki nilai jual yang terpisah. Mac Neal (1939)
mengatakan bahwa suatu barang yang kehilangan faktor exchangeability berarti
kehilangan nilai ekonomi karena pembelian atau penjualannya tidak memungkinkan
untuk dilakukan sehingga tidak ada nilai pasar yang melekat pada barang tersebut.
1. Melibatkan kos
4
2. Berwujud
Bila suatu sumber ekonomik secara fisis dapat diamati, itu memang lebih kuat
disebut sebagai aset. Akan tetapi, keterwujudan bukan kriteria untuk mendefinisikan
aset. Objek-objek seperti hak paten, goodwill, hak cipta, dan merek dagang dapat
dimasukkan sebagai aset. Pada umumnya, pos-pos tak berwujud yang masuk dalam.
3. Tertukaran
4. Terpisahkan
5. Berkekuatan hukum
Hak atas aset tidak harus didukung secara yuridis formal. Klaim seperti piutang
tidak harus didukung oleh dokumen yang mempunyai daya paksa secara hukum
untuk memenuhi definisi aset. Pada umumnya, kemampuan suatu entitas untuk
menguasai manfaat ekonomik timbul akibat hak-hak hukum. Meskipun demikian,
hak paksa yang melekat pada hak-hak hukum bukan merupakan syarat mutlak untuk
5
mengakui adanya aset kalau suatu entitas dapat memperoleh dan menguasai manfaat
dengan cara lain.
2.2. Pengukuran
6
sumber ekonomik yang diperoleh dianggap telah diperlakukan sebagai aset walaupun
hanya sesaat.
Karena kos merepresentasi manfaat ekonomik, bila kos diperlakukan sebagai aset,
kos itu disebut dengan kos belum habis artinya kos yang belum habis atau
takterhabiskan dimanfaatkan dalam menghasilkan pendapatan. Bila manfaat ekonomik
telah digunakan dalam mendatangkan pendapatan, bagian dari kos aset yang
merepresentasi manfaat yang telah dihabiskan disebut dengan kos terhabiskan dan
menjadi pengukur biaya.
Dalam arti luas kos mempunyai makna sebagai agregat harga dalam pemerolehan
suatu aset. Penghargaan sepakatan (kos) dalam transaksi antarpihak independen menjadi
dasar pengukuran karena jumlah rupiah tersebut dianggap cukup terandalkan untuk
mendekati/mengaproksikan nilai sebenarnya atau nilai wajar suatu objek pada saat
transaksi. Penghargaan sepakatan merupakan pengukur aset pada saat pemerolehan yang
palling objektif. Kos yang didasarkan atas penghargaan sepakatan lebih terandalkan
karena penyebarannya lebih terpusat atau variansi lebih kecil atau sempit daripada kos
yang didasarkan atas penilaian secara subjektif atau selain penghargaan sepakatan.
Dengan kata lain, kos atas dasar penghargaan sepakatan lebih akurat daripada atas dasar
yang lain.
Dalam praktiknya, pemerolehan aset merupakan proses yang tidak terjadi begitu
saja selesai dalam satu kegiatan tetapi terdiri atas serangkaian kegiatannya misalnya,
menempatkan order, menerima barang, meneliti kecocokan, mengangkut barang,
mencoba barang, menyimpan atau menempatkan barang, dan akhirnya menggunakan
7
barang tersebut. Kos yang melekat pada suatu objek ditentukan oleh batas kegiatan
pemerolehan dan jenis penghargaan.
Secara konseptual pembentukan kos suatu aset (baik berwujud atau tidak)
adalah semua pengeluaran (pengorbanan sumber ekonomik) yang terjadi atau
diperlukan akibat kegiatan pemerolehan suatu aset sampai dia ditempatkan pada
kondisi siap dipakai atau berfungsi sesuai dengan pemerolehannya.
2.3. Penilaian
8
harus dilekatkan pada suatu pos aset pada saat akan dilaporkan atau disajikan dalam
statemen keuangan pada periode tertentu.
Nilai masukan di dasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghasilan lainnya (non
kas) yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk memperoleh aset atau objek jasa
tertentu yang masuk dalam unit usaha (perusahaan). Ada beberapa dasar penilaian yang
masuk ke dalam kategori nilai masukan, yaitu :
2.3.2.1. Kos Historis
Kos historis merupakan jumlah rupiah atau harga pertukaran yang telah
tercatat dalam sistem pembukuan pada saat terjadinya transaksi. Prinsip kos historis
menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva, utang, modal
dan biaya.
Yang dimaksud dengan harga perolehan adalah harga pertukaran yang
disetujui oleh kedua belah pihak yang tersangkut dalam tranksaksi. Harga perolehan
ini harus terjadi pada seluruh traksaksi diantara kedua belah pihak yang bebas. Harga
pertukaran ini dapat terjadi pada seluruh tranksaksi dengan pihak ektern, baik yang
menyangkut aktiva, utang, modal dan transaksi lainnya.
1. Kos Bijaksana, yaitu semua pengeluaran yang dikeluarkan secara hati-hati dan
bijaksana untuk memperoleh fasilitas fisik (aktiva tetap berwujud). Jadi, jika
ada rugi/inefisiensi pada proses perolehan fasilitas fisik itu bukan merupakan
kos.
2. Kos Asli, yaitu kos fasilitas fisik (aktiva tetap berwujud) yang terjadi pertama
kali dan diakui oleh perusahaan yang pertama kali menggunakan fasilitas fisik
itu juga.
9
3. Kos Standar, yaitu kos produksi per unit yang seharusnya terjadi untuk waktu
tertentu dengan asumsi bahwa produksi dilakukan dalam kondisi normal.
2.3.2.2. Kos Pengganti
Kos pengganti merupakan jumlah rupiah / harga pertukaran yang
diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh aset yang sama sejenis. Atau
biaya penggantian aktiva milik perusahaan dengan aktiva lain yang sejenis atau sama
fungsinya.
1. Nilai Penaksiran, yaitu nilai taksiran kos sekarang yang ditentukan dengan
prosedur dan analisis secara sistematik oleh pihak independen yang kompeten
dibidangnya.
2. Nilai Wajar, yaitu jumlah rupiah yang dapat diterima untuk suatu objek,
menggambarkan harga dimana aset dapat dibeli atau dijual dalam transaksi kini
antar pihak secara sukarela, tanpa paksaan.
3. Nilai terealisasi bersih dikurangi harga normal, yaitu nilai yang diharapkan
merepresentasi kos pengganti bila data untuk menentukan kos pengganti tidak
tersedia.
2.3.3.3. Kos Harapan
Kos harapan suatu aset adalah nilai pengorbanan ekonomik di masa
mendatang, seandainya jasa aset tersebut diperoleh secara bagian demi bagian (tidak
sekaligus), atau nilai sekarang untuk pembayaran kas dimasa mendatang.
Nilai keluaran didasarkan pada jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya (non
kas) yang diterima suatu unit usaha apabila suatu aset atau potensi jasa akhirnya keluar
dari unit usaha melalui proses pertukaran atau konversi.
Penilaian ini lebih berpaut dengan aset yang tujuannya adalah untuk dijual atau
dikonversi menjadi kas dan bukan digunakan untuk kegiatan produksi. Ada beberapa
dasar penilaian yang masuk ke dalam kategori nilai keluaran, yaitu:
2.3.4.1. Harga Jual Masa Lalu
Harga jual masa lalu sebenarnya menunjukan kas yang cukup pasti akan
diterima dari pertukaran/konversi suatu pos aset yang timbul karena adanya suatu
transaksi di masa lalu.
10
2.3.4.2. Harga Jual Sekarang
Harga jual sekarang didasari oleh konsep setara tunai sekarang. Harga ini
menunjukan jumlah rupiah kas atau daya beli yang dapat direalisasi dengan cara
menjual aset dipasar bebas dalam kondisi perusahaan melikuidasi atau menjual
asetnya secara normal. Harga ini biasanya diukur berdasarkan harga pasar kutipan
barang bekas sejenis dengan kondisi yang sama. Secara teoritis, setara kas sekarang
merupakan atribut atau properitas yang relevan untuk semua aset. Kelemahannya
adalah tidak semua aset mempunyai pasar dan harga pasar kutipan.
2.3.4.3. Nilai Terealisasi Harapan
Nilai terealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan kas atau
potensi jasa masa datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti. Contohnya :
investasi dalam obligasi, deposito berjangka dan piutang wesel jangka
panjang.
11
2. Lebih rendahnya sediaan akhir pada suatu periode akan berakibat lebih
rendahnya biaya (dalam bentuk kos barang terjual) pada periode
berikutnya sehingga laba menjadi lebih tinggi. Lebih tingginya laba ini
diakibatkan oleh untung yang terrealisasi bersamaan dengan terjualnya
sediaan barang.
3. Terjadi inkonsistensi penilaian baik dalam suatu tahun atau anatar
periode.
4. Salah satu argumen digunakannya metode KAPYLR adalah bila terjadi
penurunan manfaat akibat kerusakan, keusangan, perubahan harga atau
kemampuan mendatangkan laba maka selayaknya bahwa kos juga harus
diturunkan.
2.3.6. Penilaian Menurut FASB
Tujuan penilaian pos aset tertentu, tiap dasar penilaian mempunyai keunggulan
dan kelemahan masing-masing. Tanpa memperhatikan sifat masukan dan keluaran, FASB
menyarankan untuk tetap menggunakan makna penilaian yang sekarang dipraktikkan.
FASB mengidentifikasi 5 (lima) makna atau atribut yang dapat direpresentasi berkaitan
dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat diringkas
sebagai berikut:
12
sekarang juga digunakan untuk aset yang kemungkinan akan laku dijual
dibawah nilai bukunya.
4. Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan
barang disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau
setaranya yang akan diterima (tanpa didiskun) dari aset tersebut dikurangi
dengan pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut
menjadi kas atau setaranya.
5. Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi
jangka panjang disjikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa
mendatang sampai piutangterlunasi (dengan tarif diskun implisit) dikurangi
dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan
penerimaan tersebut.
2.4. Pengakuan
1. Deteksi adanya aset (detection of existence test). Untuk mengajui aset, harus ada
transaksi yang menandai timbulnya asset
2. Sumber ekonomik dan kewajiban (economic resources and obligation test).
Untuk mengakui aset, suatu objek harus merupakan sumber ekonomik yang
langka, dibutuhkan dan berharga.
3. Berkaitan dengan entitas (entity association test). Untuk mengakui aset,
kesatuan usaha harus mengendalikan atau menguasai objek aset.
4. Mengandung nilai (non-zero magnitude test). Untuk mengakui aset, suatu objek
harus mempunyai manfaat yang terukur secara moneter.
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan (temporal association test). Untuk mengakui
aset, semua penguji di atas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan (tanggal
neraca).
13
6. Verifikasi (verification test). Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung
untuk meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi.
Yang dikemukakan Belkoui di atas sebenarnya adalah apa yang disebut dengan
kaidah pengakuan (recognition rules) yang merupakan petunjuk teknis atau prosedur
untuk menerapkan empat kriteria pengakuan (recogniton criteria) FASB yaitu definisi,
keterukuran, keberpautan, dan keterandalan. Kaidah tersebut diperlukan karena kriteria
pengakuan sifatnya konseptual atau umum. Penerapan kaidah pengakuan di atas
sebenarnya berkaitan dengan masalah apakah suatu kos dikapitalisasi atau di biayakan.
Bila kaidah pengakuan diatas tidak dipenuhi, kos harus diperlakuakn menjadi beban
pendapatan sebagai biaya atau rugi.
1. Sewaguna
2. Bunga selama masa konstruksi asset tetap
3. Riset dari pengembangan
4. Eksploitasi minyak dan gas bumi
5. Eksplorasi minyak valuta asing
6. Sumber daya manusia
7. Kos organisasi
2.4.2. Kos Bunga
Bila kesatuan usaha membangun sendiri fasilitas fisis dengan dana pinjaman dan
pembangunannya memakan waktu yang cukup lama, masalahnya adalah apakah kos
bunga selama masa pembangunan/konstruksi dapat dikapitalisasi.
14
b. Bila kesatuan usaha tidak membangun sendiri fasilitas fisis
bersangkutan, penghargaan sepakatan sebagai kos pemerolehan pada
umumnya termasuk pula bunga yang harus dibayar kontrakator
selama pembangunanya.
c. Pembebanan kos bunga langsung pendapatan selama masa konstruksi
akan mendistorsi laba terutama kalau konstruksi didanai dari
pinjaman khusus untuk keperluan tersebut. Dengan kata lain
pembebanan langsung menyimpang dari konsep penandingan yang
tepat.
d. Kos bunga selama masa pembangunan bukan merupakan kos
pendanaan karena kalau pembangunan didanai dari penerbitan ekuitas
baru, kos pendanaan secara konseptual tetap terjadi dan di geser ke
pemegang saham dalam bentuk dividen yang pembayaranya mungkin
di tunda sampai pembangunan selesai
2.4.2.2. Argument Penolakan
Beberapa argumen menolak dikapitalisasinya bunga. Penolakan tersebut
didasarkan atas argumen-argumen berikut:
a. Bunga lebih merupakan kos pendanaan dari pada unsur kos asset
karena perusahaan sebenarnya dapat menghindari bunga tersebut
dengan memilih alternative pendanaan dalam ekuitas. Hal ini dibantah
dengan argument pendukung nomor 4.
b. Dengan konsep nilai setara tunai atau nilai sekarang aliran kas
diskunan dalam mengukur kos suatu asset, kos pemerolehan suatu
fasilitas fisis seharusnya tidak dipengaruhi oleh kebijakan pemilihan
cara pendanan pembangunanya
c. Dengan konsep kesatuan usaha bunga lebih bermakna sebagai
pembagian laba daripada sebagai upaya untuk memperoleh
pendapatan.
d. Karena merupakan kos pendanaan yang terpisah dengan kos
pemerolehan asset, alokasi kos bunga ke semua asset non moneter
hanya akan kecil pengaruhnya terhadap laba periodic karena jumlah
yang di kapitalisasi dalam suatu perioda akan dikompensasi dengan
amortisasi bunga
15
2.4.2.3. Aset Memenuhi Syarat
Kapitalisasi bunga dapat dilakukan untuk aset berikut ini :
1. Aset yang dibangun/diproduksi untuk digunakan sendiri oleh
perusahaan.
2. Aset yang dibangun/diproduksi dengan tujuan untuk dijual sebagai
unit/proyek yang berdiri sendiri.
Atas dasar ketentuan di atas maka ada aset yang tidak dapat dijadikan
obyek kapitalisasi yaitu :
1. Aset yang bersangkutan sudah siap digunakan sesuai dengan tujuan
pembangunan atau sedang digunakan dalam kegiatan menghasilkan
pendapatan.
2. Aset yang bersangkutan belum digunakan untuk tujuan menghasilkan
pedapatan dan juga tidak sedang mengalami penyeleseian/perbaikan
atau aktivitas lain yang diperlukan untuk menjadikan aktiva tersebut
siap digunakan lagi dalam operasi.
2.4.2.4. Besarnya Kapitalisasi Bunga
Besarnya bunga yang dikapitalisasi secara teoritis adalah tambahan bunga
yang diperkirakan terjadi selama satu periode akibat adanya konstruksi. Bunga
tersebut adalah bunga yang dapat dihindari seandainya konstruksi tidak
dilaksanakan. Besar tarif kapitalisasi ditentukan sebagai berikut :
1. Apabila dana rata-rata yang tertanam dalam konstruksi tidak melebihi
dana pinjaman, maka tarif yang digunakan adalah tingkat bunga
pinjaman untuk konstruksi tersebut.
2. Apabila dana rata-rata tertanam dalam konstruksi melebihi besarnya
dana pinjaman untuk konstruksi tersebut, maka tarif kapitalisasi untuk
kelebihan dana yang tertanam tersebut adalah rata-rata tertimbang dari
tingkat bunga sumber dana lainnya.
2.4.2.5. Periode Kapitalisasi
Kapitalisasi bunga dapat terus dilakukan setiap periode selama ketiga
syarat berikut dipenuhi :
1. Uang muka untuk konstruksi telah dibayar
2. Kegiatan konstruksi tetap berlangsung dan tidak terhenti cukup lama
selama periode bersangkutan
16
3. Cost bunga telah terhimpun atau terjadi bersamaan dengan
berjalannya pembangunan konstruksi.
2.4.2.6. Pengungkapan
Bila sebagian atau seluruh bunga dikapitalisasi tentu saja akan ada
sebagian informasi bunga hilang. Oleh karena itu, perlu ada pengungkapan tentang hal
ini sehingga statemen keuangan tidak menyesatkan. Standar akuntansi kapitalisasi
bunga juga menentukan informasi tambahan yang harus diungkapkan dalam laporan
keuangan. Agar statemen keuangan tetap informatif hal-hal berikut ini harus
diungkapkan sebagai penjelasan statemen keuangan:
1. Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga yang terjadi
selama periode dan dibebankan sebagai biaya periode tersebut.
2. Bila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang terjadi dan
bagian yang dikapitalisasi.
2.5. Penyajian
Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang
mengatur tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi pedoman
penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:
a. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformatakun atau di bagian
atas dalam neraca berformat laporan.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Aset merupakan elemen neraca pembentuk informasi semantik berupa posisi
keuangan dan merepresentasi potensi jasa fisis dan nonfisis yang memampukan badan
usaha untuk menyediakan barang dan jasa. Secara resmi aset didefinisi sebagai manfaat
ekonomik masa datang yang cukup pasti yang dikuasai oleh suatu entitas sebagai akibat
transaksi atau kejadian masa lalu.
Manfaat ekonomik aset ditunjukkan oleh potensi jasa atau utilitas yang melekat
padanya yaitu suatu daya atau kapasitas langka yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha
dalam upayanya untuk mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu
konsumsi, produksi, dan pertukaran.
Penugasan harus didahului oleh transaksi atas kejadian ekonomik. Bahwa aset harus
timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi
tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Manfaat ekonomik dan penugasan atau hak atas
manfaat saja tidak cukup untuk memasukkan suatu objek ke dalam aset kesatuan usaha
untuk dilaporkan via statemen keuangan. Kriteria pengakuan yang lain harus dibedakan
dengan pengakuan aset. Kriteria manfaat masa datang yang cukup pasti dalam definis aset
menjadikan terjadinya pengeluaran yang menjadi kos mengalami masalah teknis yaitu
dicatat sebagai aset atau biaya.
Penentuan kos suatu objek pada saat pemerolehan merupakan hal yang sangat kritis
karena penentuan ini akan mempengaruhi pengukuran aset dan biaya selanjutnya
khususnya pada tahap pembebanan. Pengukuran aset pada saat pemerolehan yang paling
objektif adalah penghargaan sepakatan. Kos yang melekat pada suatu aset ditentukan oleh
batas kegiatan pemerolehan dan jenis penghargaan. Secara konseptual, pembentuk kos
suatu aset adalah semua pengeluaran yang terjadi atau yang diperlakukan akibat kegiatan
pemerolehan suatu aset sampai ditempatkan dalam kondisi siap dipakai atau berfungsi
sesuai dengan tujuan pemerolehannya.
Penilaian adalah penentuan jumlah rupiah yang harus diletakkan pada suatu pos aset
pada saat akan dilaporkan atau disajikan dalam statemen keuangan pada tanggal tertentu.
Tujuan penilaian aset adalah merepresentasi atribut pos-pos aset yang berpaut dengan
tujuan pelaporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai. Penilaian
dapat didasarkan pada nilai masukkan atau keluaran bergantung pada tujuan
18
merepresentasikan aset. Oleh karena itu, tiap dasar penilaian mempunyai keunggulan dan
kelemahan serta kondisi keterterapannya.
Pengakuan dan penyajian aset biasanya ditentukan dalam standar akuntansi yang
mengatur tiap pos aset. Masalah akuntansi yang menyangkut pengakuan biasanya
berkaitan dengan masalah apakah suatu kos atau jumlah rupiah yang terlibat dalam
transaksi, kejadian, atau keadaan tertentu dapat diasetkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
20