“ASET”
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2018 S.D 2019
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul : “Aset” ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi
dukungan moral maupun material.
Dengan menyadari segala kekurangan yang dimiliki oleh penulis,
maka dalam penyusunan makalah ini, tentu masih jauh dari
kesempurnaan karena terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang
ada pada penulis. Namun demikian, inilah yang terbaik yang penulis
lakukan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya,
dapat memperbaiki maupun mengubah isi dan bentuk agar menjadi lebih
baik lagi.
Kelompok 6
iii
DAFTAR ISI
Cover ............................................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar Isi ........................................................................................................ iii
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
iv
2.3.3.2 Harga Jual Sekarang......................................................... 11
2.3.3.3 Nilai Terealisasi Harapan ................................................. 11
2.3.4 Kos atau Pasar Yang Lebih Rendah ...................................... 11
2.3.5 Penilaian Menurut FASB ...................................................... 12
2.4 Pengakuan ......................................................................................... 13
2.4.1 Beban Tangguhan .................................................................. 14
2.4.2 Kos Bunga .............................................................................. 14
2.4.2.1 Argumen Pendukung........................................................ 14
2.4.2.2 Argumen Penolakan ......................................................... 15
2.4.2.3 Aset Memenuhi Syarat ..................................................... 16
2.4.2.4 Besarnya Kapitalisasi Bunga............................................ 16
2.4.2.5 Periode Kapitalisasi .......................................................... 16
2.4.2.6 Pengungkapan ................................................................. 17
2.5 Penyajian ........................................................................................... 17
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian dan manfaat ekonomik dari aset.
2. Agar mengetahui pengukuran yang digunakan dalam aset.
1
3. Agar mengetahui penilaian yang dilakukan terhadap aset.
4. Agar mengetahui pengakuan yang digunakan untuk aset.
5. Agar mengetahui penyajian yang dilakukan dalam melaporkan aset.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
potensi jasa apapun yang diperlukan kesatuan usaha untuk melaksanakan kegiatan
ekonomiknya. Kemampuan ini di sebut dengan daya beli atas sumber ekonomik.
Daya beli uang menjadi pengukur manfaat ekonomik masa datang.
2.1.2. Dikuasai Oleh Entitas
Sesuatu dapat dikatakan sebagai aset bila unit usaha tertentu dapat
menggunakan manfaat aset tersebut dan menguasainya sehingga dapat
mengendalikan akses pihak lain terhadap aset tersebut. Penguasaan dan
pengendalian terhadap suatu aset dapat diperoleh suatu unit usaha melalui
pembelian, pemberian, penemuan, perjanjian, produksi, penjualan, dan
pertukaran.
Perlu diperhatikan bahwa pemilikan bukan merupakan kriteria utama
untuk mengakui suatu aset. Pemilikan umumnya dibuktikan dengan dokumen-
dokumen yang sah menurut hukum terhadap suatu barang. Hal ini disebabkan
akuntansi tidak memusatkan pada substansi ekonomi suatu transaksi yang
mempengaruhi posisi keuangan atau hasil usaha suatu perusahaan (economic
substance over legal form).Akuntansi lebih memusatkan pada substansi ekonomi
suatu transaksi yang mempengaruhi posisi keuangan/ hasil usaha suatu
perusahaan.
Pemilikan hanya merupakan karakteristik pendukung untuk mengakui aset
karena ada hak yuridis yang pasti untuk menguasainya. Bentuk fisik juga bukan
faktor penentu dari aset. Misalnya, Paten dan Hak Cipta merupakan aktiva
meskipun kedua elemen tersebut tidak memiliki bentuk fisik. Hal ini disebabkan
kedua elemen tersebut memiliki manfaat ekonomi di masa mendatang, dikuasai
oleh perusahaan dan berasal dari transaksi masa lalu.
4
kriteria untuk memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Jadi,
adanya pengorbanan manfaat ekonomik masa datang tidak cukup untuk mengakui
suatu objek ke dalam aset kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen
keuangan.
Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aset apabila telah menjadi transaksi
atau peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau
pengendalian terhadap manfaat dari aset tersebut. Misalnya suatu mesin dapat
diklasifikasikan sebagai aset apabila mesin tersebut benar-benar telah dibeli dari
transaksi yang benar-benar sah. Apabila mesin tersebut baru akan diperoleh sesuai
dengan anggaran yang ditetapkan (masih dianggarkan), maka mesin tersebut tidak
dapat dipandang sebagai aset, karena belum ada transaksi yang dilakukan.
Meskipun definisi FASB tersebut dapat diterima secara umum, banyak kritikan
yang ditujukan ke FASB. Hal ini disebabkan dalam definisinya, FASB
mengabaikan faktor exchangeability, yang artinya suatu pos dapat dipisahkan dari
entitas dan memiliki nilai jual yang terpisah. Mac Neal (1939) mengatakan bahwa
suatu barang yang kehilangan faktor exchangeability berarti kehilangan nilai
ekonomi karena pembelian atau penjualannya tidak memungkinkan untuk
dilakukan sehingga tidak ada nilai pasar yang melekat pada barang tersebut.
2.1.4. Karakteristik Pendukung
FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung selain karakteristik
yang tersebut di atas, yaitu :
1. Melibatkan kos
Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan kos sebagai penghargaan
sepakatan. Bila kos terjadi karena pemerolehan suatu objek terjadi akibat
pertukaran atau pembelian, objek tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai
aset. Akan tetapi, tiadanya kos tidak membatalkan suatu objek sebagai aset.
Suatu aset dapat diperoleh misalnya dari hadiah yang tidak melibatkan
pengeluaran sumber ekonomik. Walaupun demikian, kos objek tersebut harus
tetap ditentukan atau ditaksir secara layak sebagai dasar pencatatan pertama
kali.
5
2. Berwujud
Bila suatu sumber ekonomik secara fisis dapat diamati, itu memang lebih
kuat disebut sebagai aset. Akan tetapi, keterwujudan bukan kriteria untuk
mendefinisikan aset. Objek-objek seperti hak paten, goodwill, hak cipta, dan
merek dagang dapat dimasukkan sebagai aset. Pada umumnya, pos-pos tak
berwujud yang masuk dalam.
3. Tertukaran
Beberapa penulis mengajukan gagasan bahwa untuk memenuhi syarat
sebagai aset, suatu sumber ekonomik harus dapat ditukarkan dengan sumber
ekonomik lainnya. Syarat ini diajukan dengan alasan bahwa manfaat sumber
ekonomik akan menjadi cukup pasti dan terukur kalau suatu sumber
ekonomik mempunyai nilai tukar. Syarat argumen ini disanggah karena
manfaat ekonomik tidak hanya terletak pada nilai tukar tetapi juga dari daya
guna suatu objek untuk produksi.
4. Terpisahkan
Syarat ini diajukan berkaitan dengan ketertukaran. Untuk dapat
ditukarkan suatu sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dengan sumber
ekonomik yang lainnya. Syarat ini diajukan dengan alasan bahwa posisi
keuangan harus ditentukan dengan pengukuran nilai berbagai aset dan
kewajiban secara individual. Kalau syarat ini dimasukkan sebagai kriteria
aset, goodwill tidak akan memenuhi syarat untuk disebut dan diakui sebagai
aset. Chrambers dan MacNeal mengajukan syarat ini karena tidak setuju
goodwill dimasukkan dalam kategori aset dengan alasan bahwa pengukuran
goodwill sangat subjektif dan hipotesis. Alasan lain jga tujuan oenyajian
neraca adalah melaporkan nilai bersih aset dan bukan nilai perusahaan secara
keseluruhan.
5. Berkekuatan hukum
Hak atas aset tidak harus didukung secara yuridis formal. Klaim seperti
piutang tidak harus didukung oleh dokumen yang mempunyai daya paksa
secara hukum untuk memenuhi definisi aset. Pada umumnya, kemampuan
suatu entitas untuk menguasai manfaat ekonomik timbul akibat hak-hak
6
hukum. Meskipun demikian, hak paksa yang melekat pada hak-hak hukum
bukan merupakan syarat mutlak untuk mengakui adanya aset kalau suatu
entitas dapat memperoleh dan menguasai manfaat dengan cara lain.
2.2. Pengukuran
7
Kerancuan dapat timbul karena secara teknis pembukuan suatu kos dapat
dibebankan atau didebetkan ke aset atau biaya pada saat terjadinya.
Bila suatu pengeluaran langsung dicatat sebagai biaya, secara konseptual di
anggap bahwa kos objek bersangkutan dicatat sebagai aset dan kemudian pada
saat yang sama kos tersebut langsung dipindah ke biaya. Dengan kata lain, secara
konsptual kos semua sumber ekonomik yang diperoleh dianggap telah
diperlakukan sebagai aset walaupun hanya sesaat.
Karena kos merepresentasi manfaat ekonomik, bila kos diperlakukan sebagai
aset, kos itu disebut dengan kos belum habis artinya kos yang belum habis atau
takterhabiskan dimanfaatkan dalam menghasilkan pendapatan. Bila manfaat
ekonomik telah digunakan dalam mendatangkan pendapatan, bagian dari kos aset
yang merepresentasi manfaat yang telah dihabiskan disebut dengan kos
terhabiskan dan menjadi pengukur biaya.
8
2.2.3. Pengukuran KOS
9
2.3. Penilaian
Nilai masukan di dasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghasilan lainnya
(non kas) yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk memperoleh aset atau
objek jasa tertentu yang masuk dalam unit usaha (perusahaan).Ada beberapa dasar
penilaian yang masuk ke dalam kategori nilai masukan, yaitu :
2.3.2.1. Kos Historis
Kos historis merupakan jumlah rupiah atau harga pertukaran yang
telah tercatat dalam sistem pembukuan pada saat terjadinya transaksi. Prinsip
kos historis menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat
aktiva, utang, modal dan biaya.
10
Yang dimaksud dengan harga perolehan adalah harga pertukaran
yang disetujui oleh kedua belah pihak yang tersangkut dalam tranksaksi.
Harga perolehan ini harus terjadi pada seluruh traksaksi diantara kedua belah
pihak yang bebas. Harga pertukaran ini dapat terjadi pada seluruh tranksaksi
dengan pihak ektern, baik yang menyangkut aktiva, utang, modal dan
transaksi lainnya.
1. Kos Bijaksana, yaitu semua pengeluaran yang dikeluarkan secara hati-
hati dan bijaksana untuk memperoleh fasilitas fisik (aktiva tetap
berwujud). Jadi, jika ada rugi/inefisiensi pada proses perolehan fasilitas
fisik itu bukan merupakan kos.
2. Kos Asli, yaitu kos fasilitas fisik (aktiva tetap berwujud) yang terjadi
pertama kali dan diakui oleh perusahaan yang pertama kali menggunakan
fasilitas fisik itu juga.
3. Kos Standar, yaitu kos produksi per unit yang seharusnya terjadi untuk
waktu tertentu dengan asumsi bahwa produksi dilakukan dalam kondisi
normal.
2.3.2.2. Kos Pengganti
Kos pengganti merupakan jumlah rupiah / harga pertukaran yang
diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh aset yang sama
sejenis. Atau biaya penggantian aktiva milik perusahaan dengan aktiva lain
yang sejenis atau sama fungsinya.
1. Nilai Penaksiran, yaitu nilai taksiran kos sekarang yang ditentukan
dengan prosedur dan analisis secara sistematik oleh pihak independen
yang kompeten dibidangnya.
2. Nilai Wajar, yaitu jumlah rupiah yang dapat diterima untuk suatu objek,
menggambarkan harga dimana aset dapat dibeli atau dijual dalam
transaksi kini antar pihak secara sukarela, tanpa paksaan.
3. Nilai terealisasi bersih dikurangi harga normal, yaitu nilai yang
diharapkan merepresentasi kos pengganti bila data untuk menentukan kos
pengganti tidak tersedia.
11
2.3.3.3. Kos Harapan
Kos harapan suatu aset adalah nilai pengorbanan ekonomik di masa
mendatang, seandainya jasa aset tersebut diperoleh secara bagian demi bagian
(tidak sekaligus), atau nilai sekarang untuk pembayaran kas dimasa
mendatang.
12
2.3.4.3. Nilai Terealisasi Harapan
Nilai terealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan kas atau
potensi jasa masa datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti. Contohnya :
investasi dalam obligasi, deposito berjangka dan piutang wesel jangka
panjang.
13
3. Terjadi inkonsistensi penilaian baik dalam suatu tahun atau anatar
periode.
4. Salah satu argumen digunakannya metode KAPYLR adalah bila terjadi
penurunan manfaat akibat kerusakan, keusangan, perubahan harga atau
kemampuan mendatangkan laba maka selayaknya bahwa kos juga harus
diturunkan.
2.3.6. Penilaian Menurut FASB
14
tersebut dikurangi dengan pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk
mengkonversi aset tersebut menjadi kas atau setaranya.
5. Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan
investasi jangka panjang disjikan sebesar nilai sekarang penerimaan
kas di masa mendatang sampai piutangterlunasi (dengan tarif diskun
implisit) dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan
untuk mendapatkan penerimaan tersebut.
2.4. Pengakuan
15
Yang dikemukakan Belkoui di atas sebenarnya adalah apa yang disebut
dengan kaidah pengakuan (recognition rules) yang merupakan petunjuk teknis
atau prosedur untuk menerapkan empat kriteria pengakuan (recogniton criteria)
FASB yaitu definisi, keterukuran, keberpautan, dan keterandalan. Kaidah tersebut
diperlukan karena kriteria pengakuan sifatnya konseptual atau umum. Penerapan
kaidah pengakuan di atas sebenarnya berkaitan dengan masalah apakah suatu kos
dikapitalisasi atau di biayakan. Bila kaidah pengakuan diatas tidak dipenuhi, kos
harus diperlakuakn menjadi beban pendapatan sebagai biaya atau rugi.
1. Sewaguna
2. Bunga selama masa konstruksi asset tetap
3. Riset dari pengembangan
4. Eksploitasi minyak dan gas bumi
5. Eksplorasi minyak valuta asing
6. Sumber daya manusia
7. Kos organisasi
2.4.2. Kos Bunga
16
a. Dengan kesiapan pemakaian atau penggunaan sebagai batas
kegiatan pengukuran kos asset, kos bunga jelas merupakan
unsur kos asset
b. Bila kesatuan usaha tidak membangun sendiri fasilitas fisis
bersangkutan, penghargaan sepakatan sebagai kos pemerolehan
pada umumnya termasuk pula bunga yang harus dibayar
kontrakator selama pembangunanya.
c. Pembebanan kos bunga langsung pendapatan selama masa
konstruksi akan mendistorsi laba terutama kalau konstruksi
didanai dari pinjaman khusus untuk keperluan tersebut. Dengan
kata lain pembebanan langsung menyimpang dari konsep
penandingan yang tepat.
d. Kos bunga selama masa pembangunan bukan merupakan kos
pendanaan karena kalau pembangunan didanai dari penerbitan
ekuitas baru, kos pendanaan secara konseptual tetap terjadi dan
di geser ke pemegang saham dalam bentuk dividen yang
pembayaranya mungkin di tunda sampai pembangunan selesai
2.4.2.2. Argument Penolakan
Beberapa argumen menolak dikapitalisasinya bunga. Penolakan
tersebut didasarkan atas argumen-argumen berikut:
a. Bunga lebih merupakan kos pendanaan daripada unsur kos asset
karena perusahaan sebenarnya dapat menghindari bunga
tersebut dengan memilih alternative pendanaan dalam ekuitas.
Hal ini dibantah dengan argument pendukung nomor 4.
b. Dengan konsep nilai setara tunai atau nilai sekarang aliran kas
diskunan dalam mengukur kos suatu asset, kos pemerolehan
suatu fasilitas fisis seharusnya tidak dipengaruhi oleh kebijakan
pemilihan cara pendanan pembangunanya
c. Dengan konsep kesatuan usaha bunga lebih bermakna sebagai
pembagian labadaripada sebagai upaya untuk memperoleh
pendapatan.
17
d. Karena merupakan kos pendanaan yang terpisah dengan kos
pemerolehan asset, alokasi kos bunga ke semua asset non
moneter hanya akan kecil pengaruhnya terhadap laba periodic
karena jumlah yang di kapitalisasi dalam suatu perioda akan
dikompensasi dengan amortisasi bunga
18
2. Apabila dana rata-rata tertanam dalam konstruksi melebihi
besarnya dana pinjaman untuk konstruksi tersebut, maka tarif
kapitalisasi untuk kelebihan dana yang tertanam tersebut adalah
rata-rata tertimbang dari tingkat bunga sumber dana lainnya.
2.4.2.5. Periode Kapitalisasi
Kapitalisasi bunga dapat terus dilakukan setiap periode selama
ketiga syarat berikut dipenuhi :
1. Uang muka untuk konstruksi telah dibayar
2. Kegiatan konstruksi tetap berlangsung dan tidak terhenti cukup
lama selama periode bersangkutan
3. Cost bunga telah terhimpun atau terjadi bersamaan dengan
berjalannya pembangunan konstruksi.
2.4.2.6. Pengungkapan
Bila sebagian atau seluruh bunga dikapitalisasi tentu saja akan ada
sebagian informasi bunga hilang. Oleh karena itu, perlu ada pengungkapan
tentang hal ini sehingga statemen keuangan tidak menyesatkan. Standar
akuntansi kapitalisasi bunga juga menentukan informasi tambahan yang harus
diungkapkan dalam laporan keuangan. Agar statemen keuangan tetap
informatif hal-hal berikut ini harus diungkapkan sebagai penjelasan statemen
keuangan:
1. Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga yang
terjadi selama periode dan dibebankan sebagai biaya periode
tersebut.
2. Bila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang terjadi
dan bagian yang dikapitalisasi.
2.5. Penyajian
Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang
mengatur tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi
pedoman penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:
19
a. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformatakun atau di
bagian atas dalam neraca berformat laporan.
b. Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan aset tetap.
c. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya,
yang paling lancar dicantumkan pada urutan pertama.
d. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus
diungkapkan (misalnya metode depresiasi aset tetap dan dasar penilaian
sediaan barang.
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Aset merupakan elemen neraca pembentuk informasi semantik berupa posisi
keuangan dan merepresentasi potensi jasa fisis dan nonfisis yang memampukan
badan usaha untuk menyediakan barang dan jasa. Secara resmi aset didefinisi
sebagai manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang dikuasai oleh
suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Manfaat ekonomik aset ditunjukkan oleh potensi jasa atau utilitas yang
melekat padanya yaitu suatu daya atau kapasitas langka yang dapat dimanfaatkan
kesatuan usaha dalam upayanya untuk mendatangkan pendapatan melalui
kegiatan ekonomik yaitu konsumsi, produksi, dan pertukaran.
Penugasan harus didahului oleh transaksi atas kejadian ekonomik. Bahwa aset
harus timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk
memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Manfaat ekonomik dan
penugasan atau hak atas manfaat saja tidak cukup untuk memasukkan suatu objek
ke dalam aset kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan. Kriteria
pengakuan yang lain harus dibedakan dengan pengakuan aset.Kriteria manfaat
masa datang yang cukup pasti dalam definis aset menjadikan terjadinya
pengeluaran yang menjadi kos mengalami masalah teknis yaitu dicatat sebagai
aset atau biaya.
Penentuan kos suatu objek pada saat pemerolehan merupakan hal yang sangat
kritis karena penentuan ini akan mempengaruhi pengukuran aset dan biaya
selanjutnya khususnya pada tahap pembebanan. Pengukuran aset pada saat
pemerolehan yang paling objektif adalah penghargaan sepakatan. Kos yang
melekat pada suatu aset ditentukan oleh batas kegiatan pemerolehan dan jenis
penghargaan. Secara konseptual, pembentuk kos suatu aset adalah semua
pengeluaran yang terjadi atau yang diperlakukan akibat kegiatan pemerolehan
suatu aset sampai ditempatkan dalam kondisi siap dipakai atau berfungsi sesuai
dengan tujuan pemerolehannya.
21
Penilaian adalah penentuan jumlah rupiah yang harus diletakkan pada suatu
pos aset pada saat akan dilaporkan atau disajikan dalam statemen keuangan pada
tanggal tertentu. Tujuan penilaian aset adalah merepresentasi atribut pos-pos aset
yang berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan dengan menggunakan basis
penilaian yang sesuai. Penilaian dapat didasarkan pada nilai masukkan atau
keluaran bergantung pada tujuan merepresentasikan aset. Oleh karena itu, tiap
dasar penilaian mempunyai keunggulan dan kelemahan serta kondisi
keterterapannya.
Pengakuan dan penyajian aset biasanya ditentukan dalam standar akuntansi
yang mengatur tiap pos aset. Masalah akuntansi yang menyangkut pengakuan
biasanya berkaitan dengan masalah apakah suatu kos atau jumlah rupiah yang
terlibat dalam transaksi, kejadian, atau keadaan tertentu dapat diasetkan.
22
DAFTAR PUSTAKA
23