Anda di halaman 1dari 213

Modul 3 : Bank Accounting

BAB I
AKUNTANSI KEUANGAN

Kegiatan Belajar 1
SIKLUS AKUNTANSI DAN PROSES AKUNTANSI

A. Cash Basis Versus Accrual Basis


Akuntansi merupakan kegiatan jasa yang mengukur informasi kuantitatif dari kegiatan
ekonomi perusahaan, biasanya informasi keuangan, dan melaporkannya ke berbagai
pengguna laporan keuangan untuk tujuan pengambilan keputusan. Dalam ilmu
akuntansi dikenal adanya dua metode pencatatan transaksi, yaitucash-basis accounting
dan accrual-basis accounting.

Akuntansi berbasis kas mengakui pendapatan saat kas diterima, dan mengakui beban Akuntansi
berbasis kas
saat kas dikeluarkan. Keuntungan dari akuntansi berbasis kas adalah reliabilitas, mengakui
pendapatan
karena transaksi tidak akan dicatat apabila kas belum diterima atau dibayarkan, dan saat kas
simple, karena hanya sedikit estimasi dan judgement yang dibutuhkan. Namun begitu, diterima, dan
mengakui
akuntansi berbasis kas tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. beban saat kas
dikeluarkan

Contoh pencatatan transaksi berbasis kas : pada tanggal 1 Januari PT. X membayar
sewa gedung sebesar 2.000.000 untuk 2 bulan, maka pada tanggal yang bersangkutan
PT. X akan menjurnal :
Beban sewa 2.000.000
Kas 2.000.000

Contoh lainnya, pada tanggal 1 Januari PT. X menerima order reparasi mesin dari
PT. Y sebesar 2.000.000, dimana pembayarannya akan dibayarkan PT. Y pada tanggal
31 Januari. Maka pada tanggal 1 Januari tidak ada jurnal yang akan dicatatkan oleh
PT. X sehubungan dengan pekerjaan tersebut, namun pada tanggal 31 Januari PT. X
akan mencatat jurnal sehubungan dengan penerimaan kas dari PT. Y dengan jurnal:
Kas 2.000.000
Pendapatan Jasa 2.000.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 1


Modul 3 : Bank Accounting

Dalam akuntansi berbasis akrual, pendapatan diakui saat penjualan dilakukan atau saat Akuntansi
berbasis
jasa dilaksanakan, dan beban diakui saat terjadinya. Pendapatan dan beban diakui pada akrual
mengakui
periode saat terjadinya, bukan pada saat kas diterima atau dikeluarkan. pendapatan
saat penjualan
dilakukan
Contoh: pada tanggal 1 Januari PT. X membayar sewa gedung sebesar 2.000.000 atau saat jasa
dilaksanakan,
untuk 2 bulan, maka pada tanggal yang bersangkutan PT. X akan menjurnal : dan beban
diakui saat
Sewa dibayar dimuka 2.000.000 terjadinya
Kas 2.000.000

dari jurnal pada akrual basis dapat terlihat bahwa pembayaran yang dilakukan terhadap
pengeluaran sewa gedung sebesar 2.000.000 untuk masa 2 bulan, tidak langsung
dianggap sebagai beban yang terjadi. Melainkan pengeluaran tersebut masih dianggap
perusahaan sebagai aset dari perusahaan, hal ini dikarenakan perusahaan walaupun
sudah membayar tetapi belum menerima manfaat dari aktivitas penyewaan gedung
tersebut. Maka biasanya pada akhir periode tutup buku bulanan, dalam hal ini pada
tanggal 31 Januari dan 28 Februari, PT. X akan melakukan jurnal penyesuaian
(adjustment).

Jurnal pada tanggal 31 Januari


Beban sewa 1.000.000
sewa dibayar dimuka 1.000.000

Jurnal pada tanggal 28 Februari


Beban sewa 1.000.000
sewa dibayar dimuka 1.000.000

Pada jurnal yang dicatatkan di tanggal 31 Januari dan 28 Februari dapat terlihat, bahwa
PT. X melaporkan adanya beban sewa yang terjadi pada periode januari dan februari
sebesar 1.000.000. Nilai 1.000.000 diperoleh dengan membagi pos sewa dibayar
dimuka yang dikeluarkan pada tanggal 1 Januari sebesar 2.000.000 dibagi masa
manfaat penyewaan selama 2 bulan.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 2


Modul 3 : Bank Accounting

B. Jenis Akuntansi
Terdapat dua jenis akuntansi yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajerial.
Akuntansi manajerial menyediakan informasi spesifik untuk pengguna dalam sebuah
perusahaan. Informasi ini dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan
seperti penentuan biaya produk atau penyusunan anggaran. Informasi tersebut juga
dapat digunakan untuk mengukur kinerja manajer dalam pengendalian biaya dan
menghasilkan laba.
Akuntansi keuangan menyediakan informasi akuntansi bagi pengguna di luar
perusahaan. Investor dan calon investor menggunakan laporan ini untuk menentukan
keuntungan yang akan didapat di masa yang akan datang apabila mereka mengakuisisi
atau memiliki saham dalam sebuah perusahaan.Kreditur dan debitur menggunakan
informasi tersebut untuk mengukur kelayakan pemberian kredit bagi organisasi.
Informasi ini juga digunakan oleh karyawan, pelanggan, pemerintah dan
sebagainya.Akuntansi keuangan menggunakan sistem pembukuan double-entry.
Rumus dasar yang digunakan adalah: Rumus dasar
akuntansi
Aset = Liabilitas + Ekuitas adalah aset
sama dengan
Contoh hubungan ketiganya pada transaksi bank dapat dilihat pada tabel sebagai liabilitas
berikut: ditambah
ekuitas
Aset Kewajiban Ekuitas
 Penempatan dana  Dana  Modal saham
dalam kredit masyarakat
 Penanaman dana =  Dana +  Premium
dalam aktiva tetap pinjaman saham
 Penanaman lain  Dana lainnya  Laba ditahan
Tabel 1.1. Hubungan antara Aset, Kewajiban dan Ekuitas

Tabel di atas menggambarkan posisi neraca bank secara sederhana. Sedangkan posisi
laba rugi bank secara tidak langsung dapat dilihat pada bagian ekuitas. Pada bagian
ekuitas terdapat laba ditahan yang didalamnya terdapat komposisi laba atau rugi bank
pada suatu periode pembukuan bank tertentu.
Apabila dijabarkan lebih lanjut, maka persamaan akuntansi bank dapat dilihat pada
gambar 1.2.1. Gambar tersebut memperlihatkan hubungan antara aset, kewajiban,
ekuitas, pendapatan dan beban. Setiap transaksi yang dibukukan pasti mempengaruhi
kelima saldo tersebut.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 3


Modul 3 : Bank Accounting

Aset Kewajiban Ekuitas


= +

Modal Pemilik Modal Laba Ditahan


Saham = +
Disetor

Laba Ditahan Laba Ditahan + Pendapatan bersih - Deviden


akhir tahun = awal tahun setelah pajak
Awal

Pendapatan bersih Pendapatan - Beban


setelah pajak =

Gambar 1.1. Persamaan akuntansi bank

Berikut contoh penerapan persamaan dasar akuntansi pada bank:


Tanggal 1 Januari 2013 Bapak A mendirikan bank yang diberi nama bank XYZ.
Beberapa transaksi yang terjadi diantaranya:
1. Bapak A menyetor dana sebesar Rp 5 milyar sebagai modal bank XYZ
2. Bank XYZ membeli tanah dan bangunan senilai Rp 3 milyar
3. Seorang nasabah menabung Rp 50 juta
4. Bank XYZ memberikan kredit Rp 30 juta
5. Bank XYZ membayar bunga tabungan Rp 1.000.000
6. Bank XYZ menerima pembayaran bunga kredit Rp 1,2 juta
7. Seorang nasabah penabung mendepositokan dananya Rp 20 juta
Berdasarkan persamaan akuntansi dasar yang telah kita pelajari di atas, maka
penerapannya adalah sebagai berikut:
1. Bapak A menyetor dana sebesar Rp 5 milyar sebagai modal bank XYZ. Maka bank
XYZ bertambah kasnya sejumlah Rp 5 milyar dan modal Bapak A pada bank XYZ
juga bertambah dengan jumlah yang sama. Sehingga apabila diilustrasikan kita
akan mendapatkan catatan sebagai berikut (dalam jutaan rupiah) :

Aset Ekuitas Pemilik

Kas = Modal
5.000 5.000 Modal Bapak A

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 4


Modul 3 : Bank Accounting

2. Bank XYZ membeli tanah dan bangunan senilai Rp 3 milyar. Pembelian tanah
membuat aset berupa kas berkurang dan aset berupa tanah dan bangunan atau bisa
disebut juga properti Bank XYZ bertambah. Transaksi ini hanya terjadi di sisi
debet saja.
Aset Ekuitas Pemilik

Kas + Properti = Modal


5.000 5.000
-3.000 +3.000
2.000 3.000 5.000

3. Seorang nasabah menabung Rp 50 juta. Nasabah datang kepada bank XYZ


memberikan uang Rp 50 juta untuk ditabung, maka kas bankXYZ bertambah akan
tetapi kewajibannya berupa tabungan juga bertambah. Berikut ilustrasinya:

Aset Kewajiban + Ekuitas

Kas + Properti = Tabungan Modal

2.000 3.000 5.000


50 _ + 50
2.050 3.000 50 5.000

4. Bank XYZ memberikan kredit Rp 30 juta. Pemberian kredit berari bank XYZ
mengeluarkan uang. Maka kas bankXYZ berkurang sejumlah kredit yang
diberikan dan kreditnya bertambah sejumlah nilai yang sama. Seperti halnya
transaksi kedua, transaksi kali ini juga terjadi hanya pada sisi debet saja.

Aset Kewajiban + Ekuitas

Kas + Kredit + Properti = Tabungan Modal

2.050 30 3.000
- 30 + 50 5.000
2.020 30 3.000 50 5.000

5. BankXYZ membayar bunga Rp 1.000.000. Pembayaran bunga membuat aset


bankXYZ berupa kas berkurang sejumlah Rp 1.000.000 dan beban bunga
bertambah sejumlah Rp 1.000.000. Sebenarnya Beban bunga tidak berpengaruh
langsung pada neraca, akan tetapi seperti pada Gb 3.1. dapat kita lihat beban

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 5


Modul 3 : Bank Accounting

berpengaruh secara tidak langsung pada modal. Sehingga untuk mempermudah


ilustrasi, berikut adalah ilustrasi sederhana dari transaksi di atas:

Aset Kewajiban + Ekuitas

Kas + Kredit + Properti = Tabungan Modal


50 5.000
2.020 30 3.000
-1 -1
2.019 30 3.000 50 4.999

6. Bank XYZ menerima pembayaran bunga kredit Rp 1,2 juta. Penerimaan bunga
kredit menambah saldo kas bankXYZ sehingga aset bertambah. Selain berdampak
pada perubahan saldo kas, transaksi ini juga berdampak pada penambahan
pendapatan bunga. Seperti halnya beban, pendapatan juga tidak secara langsung
mempengaruhi neraca BANK. Pendapatan secara tidak langsung mempengaruhi
sisi ekuitas bankXYZ seperti ilustrasi berikut:

Aset Kewajiban + Ekuitas

Kas + Kredit + Properti = Tabungan Modal


50 4.999
2.019 30 3.000
+ 1,2 + 1,2
2.020,2 30 3.000 50 5.000,2

7. Seorang nasabah penabung mendepositokan dananya Rp 20 juta. Nasabah yang


awalnya merupakan nasabah penabung berubah menjadi deposan. Saldo deposito
bertambah sebesar Rp 20 juta dan saldo tabungan berkurang Rp 20 juta. Transaksi
yang terjadi berdampak hanya pada sisi kewajiban saja. Ilustrasi dari transaksi
tersebut dapat dilihat pada persamaan dibawah.

Aset Kewajiban + Ekuitas

Kas + Kredit + Properti = Tabungan Deposito Modal


50 5.000,2
2.020,2 30 3.000
_ -20 20 _
2.020,2 30 3.000 30 20 5.000,2

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 6


Modul 3 : Bank Accounting

C. Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi adalah suatu proses penyediaan laporan keuangan untuk suatu periode
waktu tertentu. Siklus ini dimulai dari terjadinya transaksi, sampai penyiapan laporan
keuangan pada akhir suatu periode pelaporan dan membuat jurnal pembalik bila
diperlukan.
Siklus akuntansi dimulai dengan transaksi dan bukti pembukuan. Seluruh transaksi dan
dokumen-dokumen terkait dikumpulkan lalu dicatat dalam bentuk jurnal. Setelah
menjadi jurnal, maka langkah berikutnya adalah menuangkan jurnal tersebut ke dalam
buku besar. Memisah-misahkan per jenis akun. Kemudian setelah lengkap dalam buku
besar, langkah berikutnya adalah mengklasifikasikan akun-akun tersebut dan
mengurutkannya dalam neraca saldo atau biasa disebut juga trial balance. Pada tahap
ini diperlukan penyesuaian saldo beberapa akun. Sehingga harus dibuat jurnal
penyesuaian. Setelah disesuaikan maka dihasilkan neraca saldo yang sudah
disesuaikan atau biasa disebut adjusted trial balance. Dari neraca saldo yang telah
disesuaikan inilah kita dapat menghasilkan laporan keuangan.
1. Analisa Transaksi
Transaksi adalah kejadian yang dapat mempengaruhi posisi keuangan dari
suatubadan usaha dan juga sebagai hal yang andal/wajar untuk dicatat. Transaksi
ini biasanya dibuktikan dengan adanya dokumen.
Jenis kejadian:
a. Eksternal - antara bank dan lingkungannya/ pihak lain.
Contoh kejadian eksternal diantaranya:
 Pembayaran bunga kepada nasabah
 Pembukaan rekening deposito oleh nasabah
 Payroll pembayaran gaji karyawan nasabah
b. Internal– kejadian yang terjadi seluruhnya dalam perusahaan.
Contoh kejadian internal diantaranya:
 Perhitungan cadangan kerugian penurunan nilai kredit
 Perusahaan menghitung dan menentukan jumlah pajak tangguhan
Setelah transaksi dianalisa, maka transaksi tersebut dijurnal. Menurut Charles T.
Hongren,jurnal adalah suatu catatan kronologis dari transaksi entitas. Jadi dapat
dikatakan bahwa jurnal merupakan alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang
dilakukan secara kronologis dengan menunjukkan rekening-rekening yang harus

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 7


Modul 3 : Bank Accounting

didebet dan dikredit beserta jumlahnya masing-masing. Sebelum diposting ke


buku besar, transaksi harus dicatat terlebih dahulu ke dalam buku jurnal. Oleh
karena itu buku jurnal sering juga disebut sebagai buku catatan pertama (book of
original entry).

Dalam menjurnal dikenal istilah debet dan kredit. Debet berarti bagian kiri dari
persamaan dan kredit merupakan bagian kanan dari persamaan. Setiap kejadian
ekonomi atau transaksi yang terjadi akan dicatat dalam jurnal dan ditentukan
dampaknya apakah harus didebet atau dikredit. Transaksi yang terjadi akan
berdampak terhadap 5 (lima) rekening. Saldo normal dari kelima rekening tersebut
dapat dilihat pada tabel I.1. Saldo Normal Rekening.
Setiap penambahan aset maka saldo dari transaksi penambahan aset tersebut akan
diletakkan di sebelah kiri dari persamaan, atau disebut juga ‘didebet’. Begitu juga
sebaliknya, apabila terjadi transaksi yang berdampak pada pengurangan aset maka
saldonya akan diletakkan disebelah kanan persamaan.
Rekening Debet Kredit
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Penghasilan
Beban

Tabel 1.2. Saldo normal rekening

Berbeda dengan aset, apabila terdapat transaksi yang berdampak pada penambahan
kewajiban dan ekuitas maka setiap penambahan saldo tersebut akan dikredit. Dan
setiap pengurangan kewajiban dan ekuitas akan didebet.
Di dalam ekuitas terdapat komponen laba rugi yang didapatkan dari pengurangan
pendapatan atas beban. Sehingga apabila terdapat penambahan penghasilan, seperti
halnya ekuitas yang bertambah dikredit, maka saldo penambahan tersebut juga
akan dikredit. Begitu pula sebaliknya, apabila penghasilan berkurang maka harus
didebet. Sedangkan beban yang secara tidak langsung merupakan pengurang
ekuitas, apabila bertambah maka saldo atas penambahan transaksi tersebut akan
didebet, vice versa.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 8


Modul 3 : Bank Accounting

Proses pencatatan ke dalam jurnal mengikuti lima langkah berikut ini:


1. Mengidentifikasikan transaksi dari dokumen sumbernya, misalnya dari slip
deposito, penerimaan cek.
2. Menentukan setiap rekening yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut dan
mengklasifikasikan berdasarkan jenisnya (aktiva, kewajiban atau ekuitas).
3. Menetapkan apakah setiap rekening tersebut mengalami penambahan atau
pengurangan yang disebabkan oleh transaksi itu.
4. Menetapkan apakah harus mendebet atau mengkredit rekening.
5. Memasukkan transaksi tersebut kedalam jurnal.

2. Pencatatan ke Buku Besar


Buku Besar atau biasa disebutGeneral Ledger (GL)Adalah sarana untuk mencatat
transaksi-transaksi perusahaan yang berhubungan dengan aset, Kewajiban, ekuitas,
pendapatan, dan biaya.Kelompok Buku Besar diantaranya adalah
 Rekening-rekening riil / rekening-rekening neraca adalah rekening-rekening
yang pada akhir periode akan dilaporkan ke dalam neraca. Yang termasuk
dalam rekening riil ini adalah rekening-rekening aset, rekening-rekening
Kewajiban, dan rekening-rekening ekuitas.
 Rekening-rekening nominal / rekening-rekening rugi-laba adalah rekening-
rekening yang pada akhir periode akan dilaporkan dalam laporan rugi-laba.
Termasuk dalam rekening nominal ini adalah rekening-rekening pendapatan
dan rekening-rekening biaya.
Pencatatan ke Buku Besar merupakan suatu proses memindahkan ayat-ayat jurnal
yang telah dibuat dalam buku jurnal ke buku besar yakni memindahkan jumlah
dalam kolom debet jurnal ke dalam sisi debet buku besar/ akun dan memindahkan
jumlah dalam kolom kredit jurnal ke dalam sisi kredit buku besar/ akun.
Buku Besar dapat diilustrasikan dalam bentuk T-Accountseperti pada gambar
berikut.
Nama Buku Besar
Debit / D Kredit / K

Gambar 1.2. T-account

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 9


Modul 3 : Bank Accounting

Jika sisi debet lebih besar dari sisi kredit, Buku Besar dikatakan memiliki saldo
debet.
Jika sisi kredit lebih besar dari sisi debet, Buku Besar dikatakan memiliki saldo
kredit.

3. Neraca Saldo
Neraca saldo adalah daftar yang berisi saldo seluruh buku besar yang ada pada
suatu saat tertentu. Tujuan pembuatan neraca saldo:
a. Untuk menguji kesamaan/ membuktikan kesetaraan debet dan kredit di dalam
buku besar
b. Untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan.

4. Jurnal Penyesuaian
Selama periode berjalan dalam proses pencatatan akuntansi mungkin terjadi bahwa
transaksi pendapatan dan biaya belum dicatat seluruhnya, sehingga transaksi yang
tercantum dalam neraca saldo belum menunjukkan saldo yang seharusnya. Oleh
karena itu maka pada akhir periode akuntansi perlu dilakukan penyesuaian atas
transaksi yang tercantum dalam neraca saldo, sehingga pembukuan memberikan
gambaran yang seharusnya.
Tujuan membukukan jurnal penyesuaian adalah:
a. Agar setiap rekening riil, khususnya rekening aset dan rekening kewajiban,
menunjukkan jumlah yang seharusnya pada akhir periode.
b. Agar setiap rekening nominal (rekening pendapatan dan rekening beban)
menunjukkan pendapatan dan beban yang seharusnya diakui dalam suatu
periode.
c. Jurnal penyesuaian dibutuhkan untuk memastikan bahwa accrual basis dan
matching principle telah dilaksanakan.

Rekening-rekening yang memerlukan penyesuaian antara lain adalah:


a. Biaya-biaya yang masih harus dibayar
b. Pendapatan yang masih harus diterima
c. Biaya-biaya yang dibayar lebih dahulu

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 10


Modul 3 : Bank Accounting

d. Pendapatan yang diterima lebih dahulu


e. Penyusutan bangunan, mesin-mesin dan lain-lain
f. Pemakaian perlengkapan (office supplies dan store supplies)
g. Kemungkinan piutang tidak dapat tertagih

5. Jurnal Penutup
Jurnal penutup dibutuhkan untuk menutup rekening nominal. Rekening nominal
mempunyai saldo yang harus ditutup pada akhir tahun. Berbeda dengan rekening
riil yang saldonya akan tetap ada pada saat periode akuntansi berikutnya.
Tujuan jurnal penutup diantaranya:
a. Menihilkan akun saldo rekening nominal (rekening pendapatan dan rekening
beban)
(1) Mendebet setiap rekening Pendapatan sebesar nilai sisa kreditnya.
Mengkredit ikhtisar laba rugi sebesar jumlah total pendapatan. Ayat jurnal
ini memindahkan jumlah total pendapatan kedalam sisi kredit dari Ikhtisar
laba rugi.
(2) Mengkredit setiap rekening beban sebesar nilai sisa debetnya. Mendebet
ikhtisar laba rugi sebesar jumlah total beban. Ayat jurnal ini memindahkan
jumlah total beban ke dalam sisi debet dari Ikhtisar laba rugi.
b. Mentransfer laba bersih atau rugi bersih ke ekuitas.
(1) Mendebet ikhtisar laba rugi sebesar nilai sisa kreditnya dan mengkredit
ekuitas, atau
(2) Mengkredit ikhtisar laba rugi sebesar nilai sisa debetnya dan mendebet
ekuitas.

6. Penyusunan Laporan Keuangan


Setelah menyiapkan jurnal penyesuaian dan memasukkannya ke dalam neraca
saldo, maka Laporan Laba Rugi Komprehensif dapat disusun. Saat jurnal penutup
sudah dibuat maka laporan perubahan ekuitas dapat disusun. Setelah itu barulah
dapat disusun laporan posisi keuangan.
Laporan Keuangan dibuat berdasarkan saldo buku besar pada Neraca Lajur/ Trial
Balance. Masing-masing akun dipisahkan. Rekening riil dikumpulkan pada neraca
dan rekening nominal dimasukkan dalam laporan laba/rugi.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 11


Modul 3 : Bank Accounting

7. Jurnal Pembalik
Jurnal pembalik merupakan langkah terakhir dalam siklus akuntansi. Biasanya
jurnal pembalik dibuat diawal hari dari periode akuntansi berikutnya. Jurnal ini
disiapkan untuk membalik efek akun yang terkait dengan jurnal penyesuaian. Entri
ini mengurangi kemungkinan masuknya pendapatan atau beban saat dibuat jurnal
penyesuaian dan memasukkannya kembali saat transaksi ekonomisterjadi. Jurnal
pembalik bersifat opsional dan berdiri terpisah dari sistem pencatatan perusahaan.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 12


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 1


SIKLUS AKUNTANSI DAN PROSES AKUNTANSI

1. Metode pengakuan pendapatan dan beban dalam akuntansi ada dua, cash basis dan
accrual basis.
2. Persamaan akuntansi adalah aset sama dengan liabilitas ditambah ekuitas.
3. Siklus akuntansi dimulai dengan transaksi dan bukti pembukuan. Setelah menjadi
jurnal, maka jurnal dimasukkan ke dalam buku besar. Kemudian mengklasifikasikan
akun-akun tersebut dan mengurutkannya dalam neraca saldo. Setelah disesuaikan
maka dihasilkan neraca saldo yang sudah disesuaikan atau biasa disebut adjusted trial
balance. Dari neraca saldo yang telah disesuaikan inilah kita dapat menghasilkan
laporan keuangan.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 13


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 1

1. Persamaan akuntansi manakah yang tepat seperti di bawah ini?


a. Aktiva + Kewajiban = Modal
b. Aktiva + Pendapatan = Kewajiban + Beban
c. Aktiva + Beban = Kewajiban + Modal + Pendapatan
d. Aktiva + Kewajiban + Pendapatan = Modal + Beban

2. Pengaruh transaksi diakui pada saat kejadian bukan pada saat kas atau setara kas
diterima/dibayarkan, merupakan asumsi dasar penyusunan laporan keuangan yaitu
asumsi… .
a. Going Concern
b. Cash Basis
c. Accrual Basis
d. Relevan

3. Perlakuan perusahaan yang menerapkan cash basis dalam pengakuan penghasilan dan
beban yaitu… .
a. Penghasilan diakui pada saat kas diterima dan beban diakui saat kas dibayarkan
b. Penghasilan dan beban diakui pada saat telah dicatat pada buku besar
c. Penghasilan dan beban diakui pada saat terjadinya transaksi, meskipun kas belum
diterima atau dibayarkan
d. Penghasilan diakui pada saat terjadinya transaksi, dan beban diakui pada saat kas
dibayarkan

4. Dalam laporan keuangan, rekening-rekening nominal disajikan pada… .


a. Neraca
b. Laporan Laba Rugi
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Catatan Atas Laporan Keuangan

5. Mengapa transaksi harus dicatat dalam jurnal?


a. Untuk memastikan bahwa seluruh transaksi telah dipindahkan ke Buku Besar

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 14


Modul 3 : Bank Accounting

b. Untuk mendapatkan suatu catatan kronologis dari seluruh transaksi


c. Untuk memastikan jumlah total debet dan kredit sama
d. Untuk membantu dalam penyusunan Laporan Keuangan

6. Di bawah ini adalah hal-hal yang perlu disiapkan sebelum membuat neraca lajur,
kecuali… .
a. Membuat ayat-ayat jurnal penyesuaian
b. Memindahkan ayat-ayat jurnal yang telah dibuat ke dalam buku besar
c. Mencatat transaksi bank ke dalam buku jurnal
d. Mengumpulkan transaksi dan dokumen-dokumen terkait

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 15


Modul 3 : Bank Accounting

Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 1

1. c
2. c
3. a
4. b
5. b
6. a

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 16


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 2
PRINSIP AKUNTANSI

A. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual (conceptual framework) serupa dengan konstitusi (constitution)
yaitu suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang
saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan
penentuan sifat, fungsi, serta batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan
keuangan.Kerangka konseptual pelaporan keuangan yang kita kenal selama ini adalah
kerangka konseptual berdasarkan US Generally Accepted Accounting Principles (US
GAAP). Sejalan dengan konvergensi International Financial Reporting Standard
(IFRS) ke dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), maka terdapat
beberapa perbedaan antara keduanya. Modul ini akan mengikuti standar yang sekarang
berlaku di Indonesia berdasarkan PSAK yang telah mengadopsi IFRS. Kerangka
konseptual tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1.1.

Gb. 2.1. Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 17


Modul 3 : Bank Accounting

Kerangka konseptual akuntansi terbagi ke dalam tiga tingkatan:


1. Level Pertama (First Level) = Basic Objectives
Tujuan laporan keuangan adalah:
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi
b. Pengguna adalah investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor
usaha lainnya, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.
2. Level Kedua (Second Level) = Qualitative Characteristics and Basic Elements
Level kedua menghubungkan antara ‘tujuan dasar’ dan ‘recognition
andmeasurementconcepts’. Konsep fundamental ini terdiri dari karakteristik
kualitatif dan elemen dasar laporan keuangan.
Karakteristik kualitatif informasi akuntansi dalam IFRS ada tiga, yaitu: Karakteristik
kualitatif
a. Relevan (relevance). Relevan terdiri dari nilai prediksi(predictive value), nilai informasi
konfirmasi (confirmative value) dan materialitas. keuangan ada
tiga: relevan,
b. Dapat dipercaya (reliable). Dapat dipercaya terdiri dari kejujuran penyajian, reliabel dan
komparabel
netral, substansi mengungguli bentuk (substance over form), kehati-hatian
(dimana ada ketidakpastian, kesalahan dalam menyediakan informasi dan
menjamin adanya konservatisme), dan kelengkapan (completeness).
c. Dapat dibandingkan (comparability).

Elemen dasar laporan keuangan diantaranya adalah:


a. Aset
Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh entitas. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset
adalah potensi dari aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung
maupun tidak langsung terhadap aliran kas kepada entitas. Arus kas tersebut
dapat terjadi melalui penggunaan aset atau pelepasan aset.
Beberapa aset, misalnya aset tetap memiliki bentuk fisik. Namun demikian
bentuk fisik tersebut tidak esensial untuk menentukan eksistensi aset. Beberapa
aset adalah tidak berwujud. Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya
menurut urutan likuiditas, dari yang paling lancar seperti kas/setara kas sampai

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 18


Modul 3 : Bank Accounting

dengan jenis aset yang kurang lancar dan yang terakhir aset yang tidak lancar
atau aset tetap seperti tanah dan bangunan.
b. Liabilitas
Liabilitas merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari peristiwa
masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. Karakteristik esensial
dari liabilitas (liability) adalah bahwa entitas mempunyai kewajiban
(obligation) masa kini untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu
dengan cara tertentu.
Liabilitas dapat berupa kewajiban hukum dan kewajiban konstruktif. Liabilitas
dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat
atau peraturan perundangan.
Penyelesaian liabilitas masa kini biasanya melibatkan pembayaran kas,
penyerahan aset lain, pemberian jasa, penggantian liabilitas tersebut dengan
liabilitas lain, atau konversi liabilitas menjadi ekuitas. Liabilitas juga dapat
dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur membebaskan atau membatalkan
haknya.
c. Ekuitas
Ekuitas didefinisikan sebagai hak residual atas aset entitas setelah dikurangi
semua kewajiban. Unsur ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam neraca
menjadi pos-pos ekuitas, misalnya modal disetor, tambahan modal disetor,
saldo laba, cadangan umum, dan cadangan tujuan yang disajikan dalam pos-
pos terpisah. Klasifikasi semacam itu dapat menjadi relevan untuk
pengambilan keputusan pemakai laporan keuangan apabila pos tersebut
mengindikasikan pembatasan hukum atau pembatasan lainnya terhadap
kemampuan perseroan untuk membagikan atau menggunakan ekuitas.
d. Pemeliharaan modal (diperoleh dari revaluasi asset dan kewajiban)
e. Laba (Pendapatan dan keuntungan)
Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode pelaporan dalam
bentuk arus masuk atau peningkatan aset, atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 19


Modul 3 : Bank Accounting

Laba meliputi pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains). Pendapatan


adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa
dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti pendapatan bunga, provisi,
dan pendapatan operasional lainnya. Sedangkan keuntungan mencerminkan
pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan namun bukan pendapatan.
Ketika keuntungan diakui dalam laporan laba rugi, biasanya disajikan secara
terpisah karena pengetahuan mengenai poster tersebut berguna untuk tujuan
pengambilan keputusan ekonomi.
f. Beban (beban dan kerugian)
Beban merupakan penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode pelaporan
dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset, atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak terkait dengan distribusi kepada
penanam modal.
Beban mencakup kerugian dan beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
entitas yang biasa. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang
biasa meliputi, misalnya pemasaran, penyusutan dan penyisihan kerugian
kredit. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset
seperti kas dan aset tetap.
Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang
mungkin, atau mungkin tidak, timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang
biasa. Ketika kerugian diakui dalam laporan laba rugi, biasanya disajikan
secara terpisah karena pengetahuan mengenai pos tersebut berguna untuk
tujuan pengambilan keputusan ekonomi.
3. Level Ketiga (Third Level) = Recognition and Measurement Concepts
Level ini terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk mengimplementasikan
tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep ini menjelaskan apa,kapan, dan
bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan
dilaporkan oleh sistem akuntansi. Asumsi dasar dalam pengakuan dan pengukuran
diantaranya kelangsungan usaha (going concern) dan basis akrual (accrual basis).
Prinsip dalam pengakuan dan pengukuran diantaranya:
a. Biaya historis
b. Biaya sekarang (apa yang harus dibayar hari ini untuk mendapatkan aset. Ini
sering diperoleh dalam penilaian yang sama dengan nilai wajar)

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 20


Modul 3 : Bank Accounting

c. Nilai realisasi (jumlah kas yang dapat diperoleh saat ini jika asset dilepas
d. Nilai wajar
e. Pengakuan pendapatan
f. Pengakuan beban
g. Pengungkapan penuh

Kendala dalam pengakuan dan pengukuran diantaranya:


a. Keseimbangan antara biaya dan manfaat
b. Tepat waktu
c. Keseimbangan antara karakteristik kualitatif

B. Penggunaan Arus Kas dan Present Value dalam Pengukuran Akuntansi


Lima dasar pengukuran dalam akuntansi adalah
1. Biaya historis (historical cost)
2. Biaya saat ini (current cost)
3. Nilai pasar sekarang (current market value)
4. Nilai realisasi bersih (net realizable value)
5. Nilai sekarang dari arus kas masa datang (present or discounted value of future
cash flow)
Pengukuran dengan nilai sekarang dapat digunakan untuk pengukuran akuntansi dalam
pengakuan awal dan untuk menghitung amortisasi bunga. Tujuan pengukuran
menggunakan nilai sekarang adalah untuk menentukan nilai wajar (fair value) dari aset
atau liabilitas bila harga pasarnya tidak diketahui. Pengukuran menggunakan nilai
sekarang tidak diperlukan bila nilai pasar telah diketahui. Yang tergolong dalam nilai
pasar misalnya nilai kas yang dibayarkan, nilai kas yang diterima, current cost, nilai
pasar saat ini, dan lain-lain.
Terdapat dua pendekatan dalam menghitung nilai sekarang, yaitu pendekatan
tradisional (traditional approach) dan pendekatan prediksi arus kas (expected cash-
flow approach).
Contoh perhitungan nilai sekarang:
Piutang sebesar Rp 1.000.000 diharapkan dapat dilunasi dalam waktu dua tahun
(estimasi tersebut adalah estimasi terbaik). Berdasarkan pengalaman, terdapat 5%
kemungkinan bahwa pembayaran akan diterima dalam waktu satu tahun, 60%

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 21


Modul 3 : Bank Accounting

kemungkinan piutang diterima pembayarannya dalam dua tahun, dan 35%


kemungkinan diterima pelunasannya dalam tiga tahun.

Asumsikan bahwa risk-free yield curve sebagai berikut:


1 tahun 2.00%
2 tahun 2.50%
3 tahun 3.00%

Asumsikan bahwa risk-adjusted rate of return untuk piutang adalah sebesar 4%.
1. Pendekatan tradisional (traditional approach)
Nilai sekarang dari Rp 1.000.000 dalam 2 tahun
pada tingkat pengembalian 4%:
Rp 1.000.000 x 0.92456* Rp 924.560

2. Pendekatan prediksi arus kas (expected cash-flow approach)


Nilai sekarang dari Rp 1.000.000 dalam 1 tahun
pada tingkat bunga 2% (Rp 1.000.000 x 0.98039*) Rp 980.390
Probabilitas 5% Rp 49.019,50
Nilai sekarang dari Rp 1.000.000 dalam 2 tahun
pada tingkat bunga 2.5% (Rp 1.000.000 x 0.95181*) Rp 915.810
Probabilitas 60% Rp 549.486,00
Nilai sekarang dari Rp 1.000.000 dalam 3 tahun
pada tingkat bunga 3% (Rp 1.000.000 x 0.91514*) Rp 915.140
Probabilitas 35% Rp 320.299,00

Expected present value Rp 918.804,50


*angka faktor didapatkan dari tabel nilai sekarang

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 22


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 2


PRINSIP AKUNTANSI

1. Kerangka konseptual akuntansi terbagi ke dalam tiga tingkatan, Basic Objectives,


Qualitative Characteristics and Basic Elementsdan Recognition and Measurement
Concepts.
2. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
3. Karakteristik kualitatif informasi akuntansi dalam IFRS ada tiga, yaitu relevan,
reliabel, dan komparabel.
4. Elemen dasar laporan keuangan diantaranya aset, liabilitas, ekuitas, pemeliharaan
modal, pendapatan/keuntungan dan beban.
5. Asumsi dasar dalam pengakuan dan pengukuran diantaranya kelangsungan usaha
(going concern) dan basis akrual (accrual basis).

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 23


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 2

1. Yang tidak termasuk dalam karakteristik kualitatif informasi keuangan yaitu… .


a. Going concern
b. Dapat diandalkan
c. Dapat diperbandingkan
d. Relevan

2. Sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan
diharapkan akan memberikan manfaat ekonomis di masa depan bagi entitas adalah…
.
a. Aset
b. Kewajiban
c. Ekuitas
d. Komitmen & Kontijensi

3. Contoh aset yang tidak berwujud adalah sebagai berikut… .


a. Kas
b. Surat berharga
c. Goodwill
d. Komitmen

4. Hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban merupakan definisi
dari… .
a. Beban
b. Kewajiban
c. Komitmen & Kontijensi
d. Ekuitas

5. Mana diantara pernyataan berikut tentang kewajiban yang paling benar?


a. Terdiri atas modal disetor, tambahan modal disetor, saldo laba

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 24


Modul 3 : Bank Accounting

b. Kewajiban dapat dihapuskan dengan carapenggantian kewajiban tersebut dengan


kewajiban lain
c. Penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode pelaporan dalam bentuk arus
keluar yang mengakibatkan penurunan ekuitas
d. Disajikan pada neraca dan terletak pada sisi debet

6. Yang bukan termasuk dasar pengukuran dalam akuntansi adalah… .


a. Biaya historis
b. Biaya saat ini
c. Nilai dasar sekarang
d. Nilai realisasi bersih

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 25


Modul 3 : Bank Accounting

Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 2

1. a
2. a
3. c
4. d
5. b
6. c

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 26


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 3
LAPORAN KEUANGAN

Komponen laporan keuangan sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 1 (Revisi 2009) Komponen
laporan
tentang Penyajian Laporan Keuangan, terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan keuangan
terdiri dari
laba/rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan posisi
laporan keuangan serta laporan posisi keuangan awal periode komparatif sajian akibat keuangan,
laporan
penerapan retrospektif,penyajian kembali,atau reklasifikasi pos-pos laporan laba/rugi
komprehensif,
keuangan.Manajemen bertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian laporan laporan
perubahan
keuangan tersebut. Bahasa laporan keuangan harus disusun dalam bahasa Indonesia dan ekuitas,
laporan arus
mata uang pelaporannya dinyatakan dalam mata uang rupiah. kas dan
catatan atas
laporan
Beberapa ketentuan umum menyangkut penyajian diantaranya: keuangan

a. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi kuangan, kinerja keuangan,
perubahan ekuitas, dan arus kas disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan likuiditas, sedangkan
kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya.
c. Saldo transaksi sehubungan dengan kegiatan operasi bank disajikan dan diungkapkan
secara terpisah antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
d. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan dan beban menurut karakteristiknya
yang dikelompokkan secara berjenjang (multiple step) dari kegiatan utama perusahaan
dan kegiatan lainnya.
e. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dengan urutan
penyajian sesuai komponen utamanya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari laporan keuangan. Informasi dalam catatan atas laporan keuangan berkaitan
dengan pos-pos dalam neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan
laporan arus kas yang sifatnya memberikan penjelasan, baik yang bersifat kualitatif
mauapun kuantitatif, termasuk komitmen dan kontijensi serta transaksi-transaksi
lainnya.
f. Dalam catatan atas laporan keuangan tidak diperkenankan menggunakan ekspresi
kualitatif seperti kata “sebagian besar” untuk menggambarkan bagian dari suatu
jumlah tetapi harus dinyatakan dalam jumlah nominal atau presentase.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 27


Modul 3 : Bank Accounting

g Pada setiap lembar neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan
arus kas harus diberi pernyataan bahwa “Catatan atas laporan keuangan merupakan
bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan”.

A. Laporan Posisi Keuangan


Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan meliputi aset, liabilitas, dan
ekuitas.Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan minimal mencakup:
- Aset tetap
- Properti investasi
- Aset tidak berwujud
- Aset keuangan
- Investasi ekuitas
- Persediaan
- Piutang dagang dan lainnya
- Kas dan setara kas
- Aset tidak lancar untuk dijual dan aset lepasan (PSAK 58, rev 2009)
- Utang dagang dan lainnya
- Provisi
- Liabilitas keuangan
- Liabilitas dan aset pajak kini (PSAK 46)
- Liabilitas dalam kelompok lepasan untuk dijual (PSAK 58)
- Kepentingan nonpngendali (minoritas), sebagai bagian dari Ekuitas
- Modal saham dan cadangan

Aset disajikan berdasarkan urutan likuiditas. Sedangkan liabilitas disajikan


berdasarkan urutan jatuh temponya. Sebuah aset dikategorikan aset lancar bila:
- Mengharapkan akan merealisasi aset, menjual atau menggunakan dalam siklus
operasi normal
- Untuk diperdagangkan
- Entitas mengharapkan realisasi aset dalam jangka 12 bulan setelah periode
pelaporan
- Kas dan setara kas, kecuali ada pembatasan sampai dengan 12 bulan setelah
periode pelaporan

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 28


Modul 3 : Bank Accounting

Yang termasuk aset lancar diantaranya kas dan setara kas, investasi jangka pendek,
piutang, perlengkapan, dan beban dibayar di muka. Aset yang tidak termasuk kategori
di atas diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar. Aset yang termasuk dalam kategori
aset tidak lancar misalnya investasi jangka panjang, gedung dan peralatan, serta aset
tidak berwujud.
Klasifikasi liabilitas jangka pendek diantaranya:
- Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas dalam siklus operasi
normalnya.
- Untuk tujuan diperdagangkan
- Jatuh tempo dalam 12 bulan setelah periode pelaporan
- Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas
selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan
Liabilitas yang tidak termasuk kategori diatas diklasifikasikan sebagai liabilitas tidak
lancar.

B. Laporan Laba/Rugi Komprehensif


Penyajian laporan laba/rugi komprehensif dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu
single statement approach dan two statement approach. Pendekatan single statement
menyajikan laporan laba/rugi dan laporan pendapatan komprehensif dalam satu
laporan. Sedangkan pendekatan two statement approach menyajikannya terpisah.
Informasi yang Disajikan dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif, minimal:
- Pendapatan
- Biaya keuangan
- Bagian laba/rugi asosiasi
- Beban pajak
- Laba rugi
- Pendapatan komprehensif lain
- Bagian pendapatan komprehensiflain dari asosiasi
- Total laba rugi komprehensif
- Jumlah tunggal dari:
o laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan
o keuntungan atau kerugiansetelah pajak dikurangi biaya untuk aset atau
kelompok yang dilepaskan dalam rangkaoperasi yang dihentikan

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 29


Modul 3 : Bank Accounting

C. Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan perubahan modal adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang
menggambarkan bertambahnya atau berkurangnya modal suatu perusahaan akibat dari
laba atau rugi yang diterima oleh perusahaan tersebut dalam satu periode akuntansi.

D. Laporan Arus Kas


Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang berisi informasi aliran kas masuk
dan aliran kas keluar dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi ini
penyajiannya diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menyebabkan terjadinya
arus kas masuk dan kas keluar tersebut. Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari tiga
jenis yaitu, kegiatan operasional, kegiatan investasi serta kegiatan keuangan.

E. Catatan Atas Laporan Keuangan


Laporan ini menyajikan dasar penyusunan LK dan kebijakan akuntansi yang
digunakan, informasi yang disyaratkan SAK, informasi lain yang relevan untuk
memahami LK, serta referensi silang atas setiap pos pada LK yang berhubungan
dengan catatan. Urutan penyajian pada laporan keuangan adalah sebagai berikut:
- Pernyataan atas kepatuhan SAK
- Ringkasan kebijakan akuntansi yang diterapkan
- Informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam LK, sesuai dengan urutan
penyajian LK
- Pengungkapan lainnya. Mis: liabilitas kontinjensi (PSAK 57), informasi non
keuangan (PSAK 50).

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 30


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 3


LAPORAN KEUANGAN

1. Komponen laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba/rugi
komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan.
2. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi kuangan, kinerja keuangan,
perubahan ekuitas, dan arus kas disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
3. Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan likuiditas, sedangkan
kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya.
4. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan dan beban menurut karakteristiknya
yang dikelompokkan secara berjenjang (multiple step) dari kegiatan utama perusahaan
dan kegiatan lainnya.
5. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dengan urutan
penyajian sesuai komponen utamanya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari laporan keuangan.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 31


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 3

1. Berikut beberapa ketentuan umum menyangkut penyajian laporan keuangan,


kecuali… .
a. Kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya
b. Pendapatan dan beban disajikan menurut karakteristiknya yang dikelompokkan
secara berjenjang
c. Catatan atas laporan keuangan diperkenankan menggunakan ekspresi kualitatif
dalam menggambarkan suatu jumlah
d. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi kuangan, kinerja
keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas

2. Laporan yang berguna untuk memprediksi kemampuan bank di masa depan dalam
menghasilkan kas dan setara kas, kebutuhan investasi, ditribusi imbal hasil dan arus
kas adalah… .
a. Laporan Kinerja
b. Laporan Laba Rugi
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Laporan Posisi Keuangan

3. Jenis laporan keuangan yang menunjukkan hasil kerja berupa selisih antara pendapatan
dan beban adalah… .
a. Laporan posisi keuangan
b. Laporan Laba Rugi
c. Laporan Komitmen & Kontijensi
d. Catatan Atas Laporan Keuangan

4. Dalam laporan keuangan bank, urutan penyajian aset yang manakah yang paling
benar?
a. Kas - Sertifikat Bank Indonesia - Kredit yang diberikan - Antarbank Aktiva
b. Kas - Kredit yang diberikan - Antarbank Aktiva - Tanah dan gedung
c. Kas - Sertifikat Bank Indonesia - Antarbank Aktiva - Tanah dan gedung
d. Kas - Antarbank Aktiva - Tanah dan gedung - Sertifikat Bank Indonesia

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 32


Modul 3 : Bank Accounting

5. Mana diantara pernyataan berikut tentang laporan laba rugi yang paling benar?
a. Menggambarkan informasi kinerja
b. Menggambarkan informasi posisi keuangan
c. Memuat aset, kewajiban serta modal
d. Laporan posisi keuangan

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 33


Modul 3 : Bank Accounting

Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 3

1. c
2. d
3. b
4. c
5. a

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 34


Modul 3 : Bank Accounting

BAB II
AKUNTANSI BANK

Kegiatan Belajar 1
STANDAR DAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN
DI INDONESIA

Pada akhir Desember 2006 Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan Pernyataan
Standar Akuntansi keuangan (PSAK) nomor 50 dan 55 tentang penyajian, pengungkapan,
pengakuan, dan pengukuran instrumen keuangan yang isinya telah disesuaikan dengan
International Financial Reporting Standards (IFRS). Instrumen keuangan adalah aset dan
kewajiban keuangan yang merupakan komponen terbesar dari aset dan kewajiban bank,
sehingga PSAK 50 dan 55 sangat mempengaruhi praktek akuntansi bank-bank di
Indonesia.
Menurut PSAK 50 dan 55, asset keuangan dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu:
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba Rugi (Fair Value through Profit or Loss atau
FVTPL)
b. Tersedia untuk Dijual (Available for Sale atau AFS)
c. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (Held to Maturity atau HTM)
d. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang (Loans and Receivables atau L&R).

Petunjuk teknis penerapan PSAK 50 dan 55 adalah Pedoman Akuntansi Perbankan Internal
auditor bank
Indonesia yang diterbitkan tahun 2008 (PAPI 2008), yang menjadi pedoman bagi seluruh harus
memahami
bank-bank di Indonesia dalam menyusun laporan keuangan. Oleh karena itu, seorang PAPI 2008
internal auditor bank yang akan menilai kewajaran laporan keuangan bank harus
memahami PAPI 2008, yang mengatur prosedur akuntansi untuk seluruh transaksi-
transaksi bank.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 35


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 1


STANDAR DAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN
DI INDONESIA

1. PSAK 50 dan 55 adalah standar akuntansi untuk instrumen keuangan, yang didasarkan
kepada IFRS.
2. Instrumen keuangan adalah aset keuangan dan kewajiban keuangan, yang merupakan
komponen terbesar dari aset dan kewajiban bank.
3. PAPI 2008 adalah petunjuk teknis penerapan PSAK 50 dan 55 yang menjadi pedoman
bagi bank-bank dalam menyusun laporan keuangannya.
4. Internal auditor bank yang akan menilai kewajaran laporan keuangan bank harus
memahami PAPI 2008.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 36


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 1

1. Instrumen keuangan terdiri atas... .


a. aset keuangan dan instrumen derivatif
b. pinjaman yang diberikan dan piutang
c. surat berharga dan kredit
d. aset dan kewajiban keuangan

2. PSAK 50 dan 55 mengatur perlakuan akuntansi untuk... .


a. aset keuangan
b. instrumen keuangan
c. kewajiban keuangan
d. seluruh transaksi-transaksi di bank

3. Perlakuan akuntansi untuk transaksi-transaksi di bank diatur dalam... .


a. PSAK 50
b. PSAK 55
c. IFRS
d. PAPI 2008

4. Di antara pernyataan-pernyataan di bawah ini yang paling tepat adalah... .


a. PSAK 50 dan 55 mengacu pada PAPI 2008
b. PSAK 55 mengacu pada PSAK 50
c. PAPI 2008 mengacu pada PSAK 50 dan 55
d. IFRS mengacu pada PSAK 50 dan 55

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 37


Modul 3 : Bank Accounting

Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 1

1. d
2. b
3. d
4. c

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 38


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 2
KATEGORI ASET KEUANGAN BANK

Menurut PSAK 50 dan 55, asset keuangan dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu: 4 kategori aset
keuangan :
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba Rugi (Fair Value through Profit or Loss atau a. FVTPL
b.AFS
FVTPL) c. HTM
b. Tersedia untuk Dijual (Available for Sale atau AFS) d. L&R

c. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (Held to Maturity atau HTM)


d. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang (Loans and Receivables atau L&R).

Aset keuangan dalam kategori Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba Rugi (FVTPL)
adalah asset keuangan yang nilainya harus dicantumkan di neraca sebesar harga pasar.
Jadi, bila terjadi kenaikan harga pasar asset tersebut, bank boleh mengakui kenaikan nilai
asetnya dan mengakui laba. Sebaliknya, bila terjadi penurunan harga pasar asset tersebut
bank harus mencatat penurunan nilai asetnya dan mengakui kerugian. Aset keuangan yang
dibeli untuk diperdagangkan, yaitu dibeli untuk dijual kembali dengan harga yang lebih
tinggi, harus dimasukkan dalam kategori ini. Karena asset tersebut ditujukan untuk
memperoleh keuntungan dari perubahan harga, maka perubahan harga yang terjadi,
apakah kenaikan atau penurunan, harus segera dilaporkan dan diakui adanya laba atau
rugi.
Meskipun suatu aset keuangan dibeli bukan untuk diperdagangkan, tapi bank boleh Aset keuangan
FVTPL
memasukkannya dalam kategori FVTPL, bila sejak awal bank sudah menetapkan aset
keuangan tersebut untuk selalu akan diukur pada nilai wajar dan mengakui perubahan
harganya sebagai laba atau rugi. Pilihan ini disebut Fair value options (FVO).
Aset keuangan yang masuk dalam kategori Tersedia untuk Dijual (AFS) adalah yang tidak Aset keuangan
AFS
bisa masuk dalam tiga kategori lainnya. Jadi, bila bank membeli suatu asset keuangan
yang tidak ditujukan untuk diperdagangkan dalam jangka pendek, tapi tidak pula
dimaksudkan untuk dimiliki hingga jatuh tempo, dan bukan merupakan pinjaman atau
piutang yang akan ditagih secara bertahap sampai lunas, maka asset keuangan tersebut
harus dimasukkan dalam kategori Tersedia untuk Dijual. Berdasarkan namanya, kategori
ini dibuat untuk menampung aset keuangan yang dibeli untuk memanfaatkan sementara
dana yang menganggur, sehingga sewaktu-waktu bisa dijual bila bank membutuhkan dana
(available for sale), tanpa melihat harga sedang tinggi atau rendah.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 39


Modul 3 : Bank Accounting

Seperti halnya aset keuangan FVTPL, aset keuangan AFS harus dinilai berdasarkan harga
pasar (istilahnya harus di-mark to market), tapi kerugian atau keuntungannya tidak harus
diakui dalam laporan laba-rugi, melainkan langsung masuk ke rekening modal atau
pendapatan komprehensif lain.

Aset keuangan yang masuk dalam kategori Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (HTM) adalah Aset keuangan
HTM
asset keuangan yang dibeli oleh bank, dan bank mau dan mampu memegangnya sampai
saat jatuh tempo. Bila terjadi kenaikan harga, bank tetap tidak akan menjualnya untuk
memetik keuntungan. Selain itu, Kondisi likuiditas bank juga cukup kuat, sehingga bank
tidak akan terpaksa untuk menjualnya dalam waktu dekat. Karena bank mau dan mampu
untuk tidak menjual asset keuangan tersebut dalam waktu dekat, maka niai asset keuangan
tersebut juga tidak harus dinilai sesuai harga pasar, dan bank juga tidak harus mengakui
untung atau rugi akibat perubahan harga tersebut. Contoh aset keuangan yang masuk
kategori ini adalah surat berharga bisa diperdagangkan di pasar, karena ada pasar yang
memperjual belikan surat berharga tersebut. Sebuah bank membeli surat berharga
tersebut, dan ia mau dan mampu untuk tidak menjualnya ke pasar, misalnya untuk
mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga atau untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.
Bila kemudian terbukti bahwa bank tersebut menjual sebagian surat berharga itu, misalnya
karena tergoda oleh kenaikan harga atau terpaksa karena kesulitan likuiditas, maka bank
itu tidak boleh lagi mengakui surat berharga yang tersisa sebagai Dimiliki Hingga Jatuh
Tempo. Aturan ini disebut tainting rule.
Bila bank memberikan kredit kepada nasabahnya, biasanya bank telah mempunyai jadwal Aset keuangan
L&R
penerimaan angsuran dari nasabahnya, sejak kredit itu diberikan sampai pinjaman
tersebut lunas. Tagihan seperti itu biasanya akan terus dipelihara oleh bank dan ditagih
secara bertahap sampai lunas. Bank tidak bermaksud untuk segera menjual tagihan
tersebut dan juga tidak ada pasar yang aktif tempat memperjualbelikan tagihan tersebut.
Tagihan seperti itu masuk dalam kategori Pinjaman yang Diberikan dan Piutang (L&R).
Jadi, sebetulnya Pinjaman yang Diberikan dan PIutang mempunyai kriteria yang sama
dengan asset keuangan yang Dimiliki Hingga Jatuh Tempo, yaitu akan terus dipelihara
bank sampai jatuh tempo. Meskipun demikian, bila pada suatu ketika bank terpaksa
menjual sebagian kredit atau piutangnya karena kebutuhan likuiditas, maka bank masih
tetap boleh mengelompokkan sisanya sebagai Pinjaman yang Diberikan dan Piutang. Jadi
Pinjaman yang Diberikan dan Piutang tidak terkena aturan tainting rule.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 40


Modul 3 : Bank Accounting

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya aset keuangan bisa Yang harus di
mark-to-
dibagi menjadi dua, yaitu yang harus di-mark to market, dan mengakui dampaknya market
FVTPL dan
sebagai laba atau rugi atau pendapatan komprehensif lain, yaitu kategori FVTPL dan AFS
AFS, dan yang tidak harus di-mark to market, yaitu kategori HTM dan L&R. Sehubungan Yang tidak
harus di mark-
dengan pengkategorian tersebut, perlu dibahas dimana posisi aset dan kewajiban derivatif, to-market
HTM dan L&R
yaitu aset atau kewajiban ditimbulkan dari transaksi derivatif. Transaksi derivatif adalah
kontrak yang bisa mengutungkan atau merugikan pelakunya, tergantung pada harga suatu
aset keuangan lain. Dalam kondisi "sedang untung" atau biasa disebut dengan istilah "in
the money" , transaksi derivatif menimbulkan tagihan derivatif yang merupakan aset
keuangan. Sebaliknya, dalam kondisi "sedang rugi'' atau "out of the money" transaksi
derivatif menimbulkan kewajiban dervatif yang merupakan kewajiban keuangan.
Contoh:
Bank X melakukan kontrak dengan Bank Y, yaitu Bank X akan membeli saham ABC dari
Bank Y, tiga bulan yang akan datang, dengan harga Rp 10.000 sebanyak 1.000.000
lembar. Bila tiga bulan kemudian ternyata harga saham ABC adalah Rp 11.000, maka
berarti kontrak tersebut menguntungkan bagi Bank X (in the money), dan bila ternyata
harga saham itu Rp 9.000 berarti kontrak tersebut merugikan bagi Bank X (out of the
money), dan tentunya hal yang sebaliknya terjadi bagi Bank Y.
Transaksi seperti pada contoh di atas biasanya dilakukan untuk tujuan spekulatif, yaitu
untuk mendapatkan keuntungan dari perubahan harga, dan siap menanggung risiko bila
terjadi kerugian. Oleh karena itu, aset dan kewajiban keuangan yang timbul dari setiap
transaksi derivatif pada dasarnya harus dimasukkan dalam kategori FVTPL. Tagihan
derivatif tidak boleh digolongkan sebagai AFS, HTM, atau L&R, sedangkan kewajiban
derivatif tidak boleh dikategorikan sebagai kewajiban keuangan lainya. Bank yang
melakukan transaksi derivatif baru boleh menggolongkan aset dan kewajiban keuangannya
tidak sebagai FVTPL bila ia bisa menunjukkan bahwa transaksi itu dilakukan tidak untuk
tujuan spekulatif, tapi untuk tujuan lindung nilai. Bila transaksi derivatif dilakukan untuk
tujuan lindung nilai atas arus kas (cashflow hedge), maka laba atau rugi akibat proses
marked to market terhadap aset dan kewajiban keuangannya boleh dimasukkan sebagai
Pendapatan Komprehensif Lain yang merupakan bagian dari ekuitas. Perlakuan akuntansi
untuk transaksi derivatif dan akan dibahas nanti secara lebih dalam bab tersediri.
Demikian pula dengan klasifikasi kewajiban keuangan baru akan di bahas nanti pada
Kegiatan Belajar 4.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 41


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 2


KATEGORI ASET KEUANGAN BANK

1. Aset keuangan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:


a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba Rugi (FVTPL)
b. Tersedia untuk Dijual (AFS)
c. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (HTM)
d. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang (L&R).
2. FVTPL adalah asset keuangan harus dilaporkan sebesar harga pasar, dan bank harus
mengakui laba atau rugi bila terjadi kenaikan atau penurunan harga pasar.
3. Aset keuangan FVTPL adalah aset keuangan yang dibeli untuk tujuan diperdagangkan
atau tidak untuk diperdagangkan tapi sengaja dilaporkan dalam kategori FVTPL (fair
value option).
4. Aset keuangan AFS adalah yang tidak masuk dalam kategori lainnya atau aset
keuangan yang dibeli untuk memanfaatkan dana yang menganggur dan sewaktu
waktu bisa dijual.
5. Aset keuangan AFS harus dilaporkan sebesar harga pasar, tapi kenaikan atau
penurunan harga pasar tidak diakui sebagai keuntungan atau kerugian, melainkan
langsung dimasukkan sebagai komponen modal yang disebut pendapatan
komprehensif lain.
6. Aset keuangan HTM adalah aset keuangan yang akan dimiliki bank hingga jatuh
tempo, dan bank akan mau dan mampu untuk tidak menjualnya ke pasar, meskipun
tersedia pasar yang memperdagangkannya, sehingga bank tidak harus melaporkannya
sebesar harga pasar.
7. Bila bank menjual aset HTM sebelum jatuh tempo, maka ia akan terkena tainting rule,
yaitu aset HTM sejenis yang tersisa tidak boleh lagi dikelompokkan sebagai HTM
selama 2 tahun.
8. Aset keuangan L&R adalah aset keuangan yang akan dimiliki bank hingga jatuh
tempo, tidak tersedia pasar yang aktif memperdangkannya, tidak perlu dilaporkan
sebesar harga pasar, dan bila bank menjualnya sebelum jatuh tempo tidak terkena
aturan tainting rule.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 42


Modul 3 : Bank Accounting

9. Aset derivatif dan kewajiban derivatif pada umumnya harus dimasukkan dalam
kategori FVTPL, kecuali bank yang melakukan transaksi derivatif bisa membuktikan
bahwa transaksi yang dilakukan untuk tujuan lindung nilai.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 43


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 2

1. Berdasarkan PAPI 2008 aset keuangan dibagi menjadi 4 kategori berikut ini,
kecuali… .
a. Tersedia untuk Dijual
b. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba-Rugi
c. Diperdagangkan
d. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang

2. Aset keuangan yang masuk kategori Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba-Rugi harus
memenuhi kondisi... .
a. akan dimiliki hingga jatuh tempo
b. dimiliki untuk diperdagangkan atau fair value options
c. dibeli untuk memanfaatkan dana menganggur
d. tidak akan dijual walaupun terjadi kenaikan harga

3. Menurut PSAK 55, bila tidak bertujuan untuk lindung nilai, instrumen derivatif harus
dikelompokkan sebagai... .
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba-Rugi
b. Tersedia untuk Dijual
c. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
d. Diperdagangkan

4. Aset keuangan yang masuk kategori Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba-Rugi
antara lain adalah aset keuangan yang... .
a. pada saat pengakuan awal telah ditetapkan akan selalu di-mark to market
b. dibeli untuk dijual sewaktu-waktu saat kekurangan likuiditas
c. akan dimiliki hingga jatuh tempo
d. akan dimiliki hingga jatuh tempo, tapi tersedia pasar yang aktif

5. Bank membeli suatu aset keuangan, yang tidak dimaksudkan untuk dimiliki hingga
jatuh tempo, tidak ditujukan untuk diperdangkan, dan tidak pula digolongkan sebagai
pinjaman yang diberikan. Aset keuangan tersebut dimasukkan dalam kategori... .

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 44


Modul 3 : Bank Accounting

a. instrumen derivatif
b. instrumen keuangan
c. tersedia untuk dijual
d. diukur pada nilai wajar melalui laba-rugi

6. Aset keuangan yang harus dinilai sebesar harga pasar (marked to market) adalah yang
masuk dalam kategori... .
a. L&R dan HTM
b. PYPD dan FVTPL
c. FVTPL dan AFS
d. AFS dan HTM

7. Bank X membeli 100 lembar surat berharga obligasi negara berjangka 5 tahun yang
ditujukan untuk dimiliki sampai jatuh tempo (HTM). Pada suatu ketika terjadi
kenaikan harga obligasi tersebut, sehingga Bank X tertarik untuk mendapatkan
keuntungan dengan menjual 30 lembar dari obligasi tersebut. Akibat transaksi
penjualan obligasi di atas, maka Bank X... .
a. harus menjual sisa obligasi yang dimilikinya
b. tidak boleh menjual lagi sisa obligasi yang dimilikinya
c. harus tetap menggolongkan obligasi yang tersisa sebagai HTM
d. tidak boleh lagi menggolongkan obligasi yang tersisa sebagai HTM

8. Bank X memberikan kredit pemilikan rumah (KPR) kepada 100 nasabah masing-
masing Rp 100 juta berjangka 10 tahun. KPR tersebut digolongkan sebagai Pinjaman
yang Diberikan dan Piutang (L&R). Untuk mengatasi kebutuhan likuiditas, Bank X
menjual 30 persen KPR tersebut ke pasar modal. Akibat transaksi tersebut adalah Bank
X... .
a. harus menjual sisa KPR yang dimilikinya
b. tidak boleh menjual lagi sisa KPR yang dimilikinya
c. tetap boleh menggolongkan KPR yang tersisa sebagai L&R
d. harus menggolongkan KPR yang tersisa sebagai Tersedia untuk Dijual

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 45


Modul 3 : Bank Accounting

9. Bank Z membeli obligasi negara bernilai Rp 100 milyar dengan berjangka 10 tahun.
Bank X harus mempunyai intensi positif (kemauan) dan kemampuan keuangan yang
memadai untuk dapat dapat menggolongkan obligasi tersebut dalam kategori... .
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba Rugi
b. Tersedia untuk Dijual
c. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang
d. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo

10. Tainting rule berlaku untuk aset keuangan yang digolongkan sebagai... .
a. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
b. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang
c. Tersedia untuk Dijual
d. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba Rugi

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 46


Modul 3 : Bank Accounting

Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 2

1. c
2. b
3. a
4. a
5. c
6. c
7. d
8. c
9. d
10. a

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 47


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 3
REKLASIFIKASI ASET KEUANGAN BANK

PSAK 50 dan 55 mengatur secara ketat reklasifikasi aset keuangan dari satu kategori ke
kategori lain untuk mencegah tindakan bank menaikturunkan laba dengan melakukan
reklasifikasi.
Contoh:
Sebuah bank membeli sebuah surat berharga senilai Rp 1.000 juta dan menggolongkannya
sebagai FVTPL, yang berarti bank harus mengakui kenaikan atau penurunan harga pasar
surat berharga itu. Bila kemudian surat berharga itu harga pasarnya naik menjadi Rp 1.200
juta, bank akan mengakui keuntungan Rp 200 juta. Bila beberapa waktu kemudian harga
pasar surat berharga itu turun menjadi Rp 1.100 juta, mungkin bank tersebut tidak ingin
mengakui kerugian Rp 100 juta, dengan cara mereklasifikasi surat berharga itu menjadi
HTM.
Tindakan seperti dalam contoh di atas disebut cherry picking, yaitu bank memilih-milih
metode pelaporan yang akan menaikkan laba dan mencegah pelaporan yang akan
menurunkan laba. Aturan reklasifikasi aset keuangan secara lengkap, bisa dilihat pada
bagan di bawah ini:

ReKLASIFIKASI ASSET KEUANGAN

Tidak boleh

DNWLR DHJT
Tidak boleh
Tidak boleh
Tidak boleh
Tidak boleh Tidak boleh

Tidak boleh

Tidak boleh
PYDP
Hanya diperbolehkan Dibolehkan dengan syarat
bila pasar aktif muncul
setelah klasifikasi

TUD Bank yang terkena tainting rule

Masa hukuman “tainting rule”


sudah berakhir

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 48


Modul 3 : Bank Accounting

A. Reklasifikasi Aaset Keuangan FVTPL


Seperti tampak pada bagan di atas, pada dasarnya reklasifikasi dari dan ke FVTPL Reklasifikasi
aset keuangan
tidak diperbolehkan. Jadi, suatu aset keuangan hanya boleh digolongkan sebagai FVTPL
FVTPL bila sejak awal keberadaannya memang sudah digolongkan sebagai FVTPL,
dan sekali digolongkan sebagai FVTPL, maka ia tidak boleh dipindahkan ke golongan
manapun.
Untuk lebih memahami prinsip di atas, perhatikan beberapa aset keuangan berikut ini:
1. Aset derivatif, sejak terjadinya harus dimasukkan dalam kategori FVTPL (kecuali
yang digunakan untuk lindung nilai), dan setelah itu tidak boleh direklasifikasi ke
dalam kategori lain. Harga pasar instrumen derivatif yang sangat fluktuatif
tentunya akan mendorong tindakan cherry picking. Ketika harga sedang tinggi,
bank ingin menggolongkannya dalam FVTPL untuk mengakui laba kenaikan
harga, dan ketika harga sedang jatuh bank tentu sangat ingin menggolongkannya
sebagai HTM, L&R, atau AFS sehingga terhindar dari keharusan pengakuan rugi.
Karena itulah, reklasifikasi aset derivatif dari dan ke kategori FVTPL sangat
dilarang.
2. Kredit yang diberikan bank umumnya dikategorikan sebagai L&R, kecuali bila Kredit yang
diberikan
pada saat awal ketika kredit itu diberikan bank sengaja memasukkannya dalam umumnya
dikategorikan
kategori FVTPL (Fair Value Option atau FVO), dan sesudah dikategorikan sebagai sebagai L&R
FVTPL tidak boleh direklasifikasi menjadi L&R.
Untuk lebih memperjelas alasan pelaranan itu, perhatikan contoh berikut ini:
Sebuah bank memberikan kredit Rp 600 juta, diangsur Rp 200 juta per tahun
selama 3 tahun, dengan bunga tetap (fixed rate) 10% dari sisa pokok pinjaman.
Bila bank menggolongkan kredit tersebut dalam L&R, maka nilai kredit tersebut
akan terus menurun dari tahun ke tahun, yaitu Rp 600 juta, Rp 400 juta, Rp 200
dan Rp 0. Bila bank menerapkan FVO, bank menggolongkan kredit tersebut dalam
FVTPL, dan aset keuangan itu harus dinilai sebesar harga pasar.
Harga pasar aset keuangan adalah nilai sekarang dari aliran kas yang masih akan
diterima (present value of future cashflow), yang nilainya akan berfluktuasi dan
berbanding terbalik dengan tingkat bunga pasar. Seandainya selama tiga tahun itu
bunga pasar berfluktuasi yaitu 10%, 8%, 12%, maka nilai kredit tersebut dari tahun
ke tahun adalah:

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 49


Modul 3 : Bank Accounting

200  60 200  40 200  20


Nilai awal tahun 1 =    600
(1  10%) (1  10%) (1  10%) 3
1 2

200  40 200  20
Nilai awal tahun 2 =   410,84
(1  8%)1 (1  8%) 2
200  20
Nilai awal tahun 3 =  196,43
(1  12%)1
Perbandingan nilai piutang dengan kedua klasifikasi diatas tampak dalam tabel di
bawah ini:

Awal th ke Bunga pasar PYDP DNWLR


1 10% 600 600
2 8% 400 410
3 12% 200 196

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa, penggolongan piutang dalam FVTPL


akan menguntungkan bila terjadi penurunan bunga pasar (410 > 400), dan
penggolongan sebagai L&R akan menguntungkan bila terjadi kenaikan bunga
pasar (200>196). Hal itu bisa mendorong bank untuk melakukan reklasifikasi,
yaitu pindah ke metode FVTPL ketika suku bunga turun dan pindah ke L&R ketika
suku bunga pasar naik. Untuk mencegah tindakan itulah PSAK 50 dan 55
mengatur secara ketat tindakan reklasifikasi.
3. Aset keuangan, seperti surat berharga misalnya, yang pada pengakuan awalnya AFS atau
HTM tidak
sudah digolongkan sebagai AFS atau HTM tidak boleh dipindahkan menjadi boleh
dipindahkan
FVTPL, dan sebaliknya. Larangan ini juga untuk mencegah tindakan cherry menjadi
picking. Aset keuangan AFS memang harus di-mark to market, tapi untung dan FVTPL, dan
sebaliknya
ruginya tidak diakui sebagai laba atau rugi, tapi masuk sebagai komponen ekuitas.
Sementara aset keuangan HTM tidak dilakukan mark to market. Bila terjadi
penurunan suku bunga pasar, maka nilai wajar semua aset keuangan akan naik,
sehingga mungkin akan mendorong manajemen bank untuk mereklasifikasi aset
keuangan dari AFS dan HTM menjadi FVTPL agar bank bisa mengakui laba
akibat mark to market. Sebaliknya, bila bunga pasar naik, nilai surat berharga
FVTPL turun, dan bank mungkin ingin memindahkannya menjadi HTM atau AFS,
agar terhindar dari pengakuan rugi karena penurunan harga. Untuk itulah PSAK 50
dan 55 melarang reklasifikasi aset keuangan AFS dan HTM menjadi FVTPL dan
sebaliknya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 50


Modul 3 : Bank Accounting

Meskipun secara umum bank tidak boleh mengembalikan kredit yang sudah
dikategorikan sebagai FVTPL kembali menjadi L&R, pada kondisi yang jarang terjadi,
tindakan itu masih dibolehkan. Kondisi itu misalnya karena hilangnya pasar aktif yang
memperdagangkan kredit tersebut, sehingga nilai wajarnya menjadi sulit ditentukan.
Reklasifikasi itu pun hanya boleh dilakukan bila bank mempunyai intensi dan
kemampuan untuk memelihara kredit tersebut sampai jatuh tempo.
Contoh:
Sebuah bank biasa memberikan kredit pemilikan rumah (KPR), kemudian menjualnya
dalam bentuk surat berharga ke pasar modal, yang dijamin dengan tagihan KPR
tersebut (asset backed securities), sehingga bank menggolongkan KPR-nya sebagai
FVTPL. Bila kemudian bank mengubah metode bisnisnya dengan tidak lagi menjual
KPR-nya di pasar modal, tapi menagihnya secara bertahap sampai jatuh tempo, maka
bank tersebut boleh mereklasifikasikan kreditnya dari golongan FVTPL menjadi L&R.
Tentunya bank hanya dapat melakukan reklasifikasi semacam itu bila ia benar-benar
mau dan mampu menunggu kas masuk selama masa angsuran kredit, dan bank tidak
kekurangan likuditas sehingga terpaksa menjual kreditnya ke pasar modal.

B. Reklasifikasi Aset Keuangan HTM


Bila bank membeli sebuah surat berharga, maka bank hanya boleh Reklasifikasi
aset keuangan
mengklasifikasikannya ke dalam kategori HTM, bila ia akan mampu dan juga mau HTM
memegangnya sampai jatuh tempo. Bila ternyata bank menjual surat berharga tersebut
sebelum jatuh tempo, maka kemampuan dan kemauannya diragukan. Oleh karena itu,
bila bank menjual surat berharga yang tadinya telah dikategorikan sebagai HTM, maka
ia harus berhenti menerapkan metode HTM untuk surat berharga sejenis yang masih
tersisa. Selama dua tahun berikutnya, bank tersebut tidak boleh menggolongkan surat
berharga sejenis ke dalam HTM. Aturan ini disebut tainting rules. Tainting rules

Contoh:
Sebuah bank membeli 100 lembar obligasi X berjangka 10 tahun dan
menggolongkannya sebagai HTM. Setahun kemudian, bank menjual 40 lembar
obligasi X, misalnya karena ingin mengambil keuntungan karena harganya sedang
naik, atau menjualnya untuk mengatasi kekurangan likuiditas, maka bank dianggap
menodai (tainting) niatnya untuk memiliki obligasi tersebut hingga jatuh tempo,
sehingga bank itu diberi “hukuman”, yaitu 60 lembar obligasi X yang tersisa harus

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 51


Modul 3 : Bank Accounting

direklasifikasi menjadi AFS (lihat bagan di atas), dan selama 2 tahun buku berikutnya
tidak boleh menggolongkan obligasi X yang baru dibelinya dalam kategori HTM.
Setelah berakhirnya "masa hukuman" selama 2 tahun itu, bank boleh mereklasifikasi
surat berharga dari AFS menjadi HTM (lihat bagan di atas).

Meskipun pada dasarnya surat berharga HTM tidak boleh dijual, tapi pengecualian
masih diberikan, yaitu bila:
 Surat berharga yang dijual hanya sebagian kecil dari seluruh surat berharga yang
dimiliki.
 Surat berharga yang dijual memang sudah hampir jatuh tempo, misalnya tinggal
tiga bulan lagi, dan diperkrakan tidak akan terjadi perubahan harga dalam tiga
bulan itu, sehingga maksud penjualan itu bukanlah karena untuk memanfaatkan
kenaikan harga yang sedang terjadi.
 Sebagian besar dari aliran kas yang diharapkan dari surat berharga tersebut sudah
diterima bank, misalnya karena penagihannya dipercepat.
 Kejadian tertentu yang berada di luar kendali bank, misalnya karena penurunan
kredibilitas penerbit surat berharga tersebut, maka untuk mengurangi risiko bank
menjual sebagian dari surat berharga tersebut dijual.

Bila bank menjual sebagian surat berharga HTM karena sebab-sebab di atas, maka
bank tidak diharuskan untuk menghentikan penerapan HTM kepad surat berharga yang
tersisa. Sebaliknya, bila memang telah terjadi perubahan maksud atau terjadi
penurunan kemampuan bank untuk menahan surat berharga HTM, maka surat
berharga tersebut harus diklasifikasikan sebagai AFS.
Contoh:
Bank membeli sebuah surat hutang berjangka sepuluh tahun, dan ia mau dan mampu
menahannya selama sepuluh tahun, sehingga ia boleh menggolongkannya sebagai
HTM. Pada tahun kedua, bank memutuskan untuk melakukan ekspansi usaha dan akan
mendanai ekspansi usaha itu dengan menjual surat berharga tersebut, maka bank harus
mereklasifikasi surat berharga tersebut dari HTM menjadi AFS. Jelaslah bahwa HTM menjadi
klasifikasi yang tepat adalah Tersedia Untuk Dijual, karena memang sewaktu-waktu AFS
bank akan menjual surat berharga itu untuk membiayai ekspansi usahanya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 52


Modul 3 : Bank Accounting

C. Reklasifikasi Aset Keuangan AFS


Dari uraian di atas tampak bank tidak boleh menggolongkan asset keuangannya Reklasifikasi
aset keuangan
sebagai HTM, sebelum menunjukkan kemauan dan kemampuannya untuk memegang AFS
suatu asset keuangan sampai jatuh tempo. Bila sebuah bank yang semula mampu dan
mau memegang surat berharga hingga jatuh tempo, kemudian karena suatu hal
mengubah kemauannya atau menurun kemampuannya, maka ia harus mereklasifikasi
asset keuangan tersebut menjadi AFS. Jadi, reklasifikasi asset keuangan dari HTM
Reklasifikasi
menjadi AFS tidak memerlukan persyaratan yang ketat, karena memegang aset HTM menjadi
AFS
keuangan AFS tidak harus memiliki kemampuan keuangan yang kuat, karena aset
keuangan AFS memang boleh dijual sewaktu-waktu.
Sebaliknya, reklasifikasi asset keuangan dari AFS menjadi HTM tentunya memerlukan
persyaratan, yaitu bank harus membuktikan kemampuan dan kemauannya untuk tidak
menjual asset keuangan tersebut sebelum jatuh tempo, apakah karena kenaikan
harganya atau karena kebutuhan likuiditas. Selain itu, reklasifikasi AFS menjadi HTM
Reklasifikasi
boleh dilakukan untuk asset keuangan HTM yang “masa hukuman” karena AFS menjadi
pelanggaran tainting rule sudah berakhir, yaitu sudah lewat dua tahun buku. HTM

Pada keadaan yang jarang terjadi, PSAK 50 dan 55 juga memperbolehkan reklasifikasi
asset keuangan AFS menjadi HTM karena bank tidak lagi bisa menerapkan AFS,
karena asset keuangan AFS kehilangan pasar tempatnya biasa diperdagangkan,
sehingga proses mark to market tidak lagi bisa dilakukan. Seperti telah dijelaskan
dimuka, dari empat kategori asset keuangan, ada dua yang memerlukan proses mark to
market, yaitu kategori FVTPL dan AFS, dan ada dua lagi yang tidak memerlukan
proses mark to market, yaitu kategori HTM dan L&R. Tampaknya, pada kondisi yang
jarang terjadi, PSAK 50 dan 55 memperbolehkan pembatalan penerapan metode
FVTPL dan AFS, bila proses mark to market tidak lagi bisa dilaksanakan.

D. Reklasifikasi Aset Keuangan L&R Reklasifikasi


aset keuangan
Dalam kondisi yang jarang terjadi, bank boleh mereklasifikasi asset keuangan yang L&R
pada awalnya diakui sebagai AFS, dipindah menjadi L&R. Persyaratannya adalah:
1)asset keuangan tersebut sebenarnya pada awalnya memang sudah memenuhi kriteria
sebagai L&R, 2) bank mau dan mampu menagihnya secara bertahap sampai jatuh Reklasifikasi
AFS menjadi
tempo. Kredit yang diberikan bank pada umumnya memenuhi kriteria sebagai L&R, L&R
tapi karena keraguan akan kemampuan bank untuk memelihara kredit tersebut sampai

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 53


Modul 3 : Bank Accounting

lunas, maka kredit tersebut harus dikategorikan sebagai AFS. Bila kemampuan
tersebut telah pulih, maka diperbolehkan mereklasifikasi kredit tersebut dari AFS
menjadi L&R.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 54


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 3


REKLASIFIKASI ASET KEUANGAN BANK

1. PSAK 50 dan 55 mengatur secara ketat reklasifikasi aset keuangan, untuk mencegah
bank melakukan cherry picking, yaitu mereklasifikasi aset keuangan dengan tujuan
agar bisa melaporkan laba atau menghindari pengakuran kerugian.
2. Reklasifikasi dari dan ke FVTPL tidak diperbolehkan. Suatu aset keuangan hanya
boleh digolongkan sebagai FVTPL bila sejak awal keberadaannya memang sudah
digolongkan sebagai FVTPL, dan sekali digolongkan sebagai FVTPL tidak boleh
dipindahkan ke golongan manapun. Demikian pula aset keungan yang pengakuan
awalnya sudah digolongkan sebagai AFS, HTM, atau L&R tidak boleh dipindahkan
menjadi FVTPL.
3. Aset keuangan HTM tidak boleh dijual sebelum jatuh tempo. Bila bank melakukannya,
maka aset keuangan yang tersisa harus direklasifikasi menjadi AFS, dan selama dua
tahun bank tidak boleh menggolongkan aset sejenis sebagai HTM.
4. Aset keuangan HTM boleh direklasifikasikan menjadi AFS bila memang telah terjadi
perubahan maksud kepemilikan, misalnya bank tidak lagi bermaksud untuk
memilikinya hingga jatuh tempo, tapi akan menjualnya sewaktu-waktu untuk
membiayai ekspansi usaha.
5. Reklasifikasi aset keuangan dari HTM menjadi AFS tidak memerlukan persyaratan
yang ketat. Sebaliknya, reklasifikasi dari AFS menjadi HTM memerlukan persyaratan
yang ketat.
6. Pada kondisi yang jarang terjadi, PSAK 50 dan 55 memperbolehkan pembatalan
penerapan metode FVTPL dan AFS, yaitu bila proses mark to market tidak lagi bisa
dilaksanakan.
7. Dalam kondisi yang jarang terjadi, bank boleh mereklasifikasi asset keuangan yang
pada awalnya diakui sebagai AFS, dipindah menjadi L&R.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 55


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 3

1. Reklasifikasi aset keuangan berbunga tetap dari FVTPL menjadi HTM untuk
menghindari pengakuan kerugian penurunan harga dilakukan bank ketika terjadi... .
a. penurunan suku bunga pasar
b. kenaikan suku bunga pasar
c. fluktuasi suku bunga pasar
d. kesulitan likuiditas

2. Reklasifikasi aset keuangan berbunga tetap dari HTM menjadi FVTPL untuk tujuan
cherry picking biasanya dilakukan bank ketika terjadi... .
a. penurunan suku bunga pasar
b. kenaikan suku bunga pasar
c. fluktuasi suku bunga pasar
d. kesulitan likuiditas

3. Reklasifikasi aset keuangan dari dan ke FVTPL pada umumnya adalah... .


a. sangat dianjurkan
b. diperbolehkan dengan syarat tertentu
c. tidak diperbolehkan
d. diperbolehkan pada kondisi yang sangat jarang terjadi

4. Bank boleh menggolongkan suatu aset keuangan sebagai FVTPL bila bank... .
a. punya intensi positif dan kemampuan untuk memeliharanya sebagai FVTPL
b. punya intensi positif dan kemampuan untuk tidak menjualnya
c. sebelumnya menggolongkan sebagai HTM, AFS, atau L&R
menggolongkannya sebagai FVTPL sejak awal pengakuan aset tersebut

5. Bank hanya boleh menggolongkan suatu aset keuangan sebagai HTM bila bank... .
a. mempunyai intensi positif dan kemampuan
b. menggolongkan sebagai HTM sejak pengakuan awal
c. akan menjualnya bila membutuhkan dana
d. bersedia mereklasifikasi bila terjadi penurunan kemampuan

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 56


Modul 3 : Bank Accounting

6. Bank membeli 100 lembar Obligasi X berjangka 5 tahun dan menggolongkannya


sebagai HTM. Bila pada tahun kedua, bank menjual 50 lembar obligasi tersebut untuk
memenuhi kebutuhan likuiditasnya, maka bank harus... .
a. segera menjual sisa obligasi yang dimilikinya
b. mereklasifikasi sisa obligasinya ke dalam FVTPL
c. mereklasifikasi sisa obligasinya ke dalam AFS
d. mereklasifikasi sisa obligasinya ke dalam FVTPL selama 2 tahun

7. Bank membeli 500 lembar Obligasi Y berjangka 10 tahun dan menggolongkannya


sebagai HTM. Bila pada tahun ketiga, manajemen bank merubah intensinya, yaitu
akan menjual Obligasi tersebut untuk membiayai ekspansi usahanya, maka bank harus
mereklasifikasi obligasi tersebut ke dalam... .
a. AFS
b. FVTPL
c. AFS selama 2 tahun
d. FVTPL selama 2 tahun

8. Bank harus menunjukkan intensi positif dan kemampuan keuangan yang kuat untuk
memindahkan aset keuangan dari... .
a. AFS menjadi FVTPL
b. HTM menjadi AFS
c. HTM menjadi FVTPL
d. AFS menjadi HTM

9. Pada kondisi yang jarang terjadi, reklasifikasi aset keuangan dari AFS menjadi L&R
diperbolehkan bila... .
a. aset keuangan tersebut sudah memenuhi kriteria L&R
b. bank mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memelihara aset tersebut
sampai jatuh waktu.
c. salah satu dari a dan b di atas terpenuhi
d. kedua syarat di atas terpenuhi

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 57


Modul 3 : Bank Accounting

Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 3

1. b
2. a
3. c
4. d
5. a
6. c
7. a
8. d
9. d

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 58


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 4
KLASIFIKASI KEWAJIBAN KEUANGAN

Pada dasarnya kewajiban keuangan adalah aset keuangan yang dipandang dari pihak yang Klasifikasi
kewajiban
berhutang. Jadi, perhitungan nilai wajar kewajiban keuangan pada dasarnya adalah keuangan
kebalikan dari perhitungan nilai wajar aset keuangan, yaitu dengan mengganti kata "aliran
kas masuk" dengan kata "aliran kas keluar". Nilai wajar aset keuangan adalah nilai
sekarang dari seluruh kas masuk yang akan diperoleh dari aset tersebut, yang
didiskontokan dengan tingkat bunga pasar. Sebaliknya, nilai wajar kewajiban keuangan
adalah nilai wajar dari seluruh kas keluar yang harus dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban tersebut, yang didiskontokan dengan tingkat bunga pasar. Jadi, nilai wajar
kewajiban keuangan berbunga tetap juga berbanding terbalik dengan tingkat bunga pasar,
yaitu bila bunga pasar naik maka nilai wajar kewajiban keuangan tersebut turun, yang
berarti menguntungkan pemilik kewajiban tersebut. Sebaliknya, bila bunga pasar turun,
maka nilai wajar kewajiban keuangan tersebut naik, yang berarti merugikan pemilik
kewajiban tersebut.
Kewajiban keuangan hanya diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Kewajiban keuangan yang nilainya diukur bedasarkan nilai wajar (FVTPL), berarti
selalu dilakukan mark to market.
b. Kewajiban keuangan lainnya, yaitu yang tidak perlu diukur sebesar nilai wajarnya atau
tidak dilakukan mark to market.

A. Kewajiban Keuangan FVTPL


Penetapan kewajiban keuangan ke dalam kategori FVTPL adalah sama dengan Kewajiban
keuangan
penetapan aset keuangan dalam kategori FVTPL, yaitu karena kewajiban keuangan itu FVTPL
dimiliki untuk mendapatkan keuntungan dari perubahan harga (diperdagangkan) atau
karena dengan sengaja dikategorikan sebagai FVTPL (fair value option) meskipun
sesungguhnya tidak dimaksudkan untuk diperdagangkan.
Berikut ini adalah contoh-contoh kewajiban keuangan yang harus dikategorikan
sebagai Diperdagangkan:
1. Kewajiban derivatif, pada umumnya harus diperlakukan sebagai Diperdagangkan,
karena kebanyakan transaksi derivatif memang dilakukan untuk tujuan
mendapatkan keuntungan dari perubahan harga. Perkecualian memang bisa

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 59


Modul 3 : Bank Accounting

diberikan, yaitu bila bank yang mempunyai kewajiban derivatif bisa membuktikan
bahwa transaksi derivatif yang dilakukannya adalah untuk tujuan lindung nilai
(hedging).
Contoh 1: Kewajiban Derivatif Diperdagangkan.
Bank ABC menjual USD 1.000.000 secara forward 6 bulan dengan kurs Rp Kewajiban
derivatif
10.000/USD. Transaksi forward ini adalah salah satu contoh transaksi derivatif. diperdagang-
Dengan melakukan transaksi itu, 6 bulan yang akan datang Bank ABC akan kan
menerima rupiah sebanyak Rp 10.000.000.000 dan harus membayar USD
1.000.000, sehingga Bank ABC mempunyai kewajiban dalam valuta asing. Bank
ABC hanya melakukan transaksi forward itu saja dan tidak ada transaksi lain yang
mendasari.
Dalam contoh di atas, dianggap Bank ABC melakukan transaksi forward tersebut
untuk tujuan Diperdagangkan, karena tidak ada transaksi lain yang harus
dilindungi. Jadi, Bank ABC harus mengakui kewajibannya berdasarkan kurs yang
berlaku (mark to market), dan mengakui laba atau rugi akibat perubahan kurs yang
terjadi. Bila kurs forward naik menjadi Rp 11.000, maka Bank ABC harus
mengakui kenaikan nilai hutangnya dari Rp 10.000.000.000 menjadi Rp
11.000.000.000, dan mengakui kerugian sebesar Rp 1.000.000.000,-. Sebaliknya,
bila kurs foward turun menjadi Rp 9.000,- maka Bank ABC boleh mengakui
penurunan nilai hutangnya dari Rp 10.000.000.000 menjadi Rp 9.000.000.000, dan
Bank ABC boleh mengakui keuntungan sebesar Rp 1.000.000.000,-.
Contoh 2: Transaksi Derivatif untuk Lindung Nilai.
Bank ABC melakukan transaksi forward jual USD 1.000.000 seharga Rp 10.000 Kewajiban
derivatif
per dolar berjangka 6 bulan. Transaksi itu dilakukan karena, Bank ABC untuk lindung
mempunyai tagihan kepada seorang nasabah eksportir sebesar USD 1.000.000 nilai
yang akan diterimanya 6 bulan yang akan datang. Bank ABC khawatir akan terjadi
penurunan nilai dolar, sehingga nilai dolar yang akan diterimanya akan menurun.
Untuk menghidari kerugian itulah Bank ABC melakukan transaksi forward jual.
Dengan melakukan transaksi forward tersebut, Bank ABC bisa memastikan bahwa
nilai tagihannya adalah Rp 10.000.000.000, tidak akan turun dan juga tidak akan
naik. Dalam keadaan ini Bank ABC tidak perlu menggolongkan kewajiban
derivatif valas yang dimilikinya sebagai FVTPL. Transaksi derivatif untuk lindung
nilai akan dibahas lebih lanjut.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 60


Modul 3 : Bank Accounting

2. Bila bank mempunyai hutang yang bukan berupa uang, tapi berupa surat berharga
sejumlah tertentu, maka hutang itu merupakan kewajiban keuangan yang masuk
kategori FVTPL.
Contoh:
Bank ABC menduga harga Obligasi X akan turun dari Rp 1.000.000,- per lembar
menjadi Rp 900.000 per lembar. Bila Bank ABC mempunyai Obligasi X, maka ia
mungkin akan segera menjual obligasinya untuk menghindari kerugian. Bila Bank
ABC tidak mempunyai Obligasi X, tapi ia ingin mendapatkan keuntungan dari
peluang itu, ia bisa meminjam misalnya 1.000 lembar Obligasi X dari Bank KLM
selama 3 bulan, kemudian ia segera menjualnya di pasar modal dengan harga Rp
1.000.000,- per lembar. Dalam keadaan ini Bank ABC harus mencatat hutangnya
kepada Bank KLM yang berupa 1.000 lembar Obligasi X (bukan hutang yang
berupa uang) dalam kategori FVTPL senilai Rp 1.000.000.000. Bila kemudian
harga Obligasi X turun menjadi Rp 900.000, maka Bank ABC boleh mengakui
penurunan nilai hutangnya dari Rp 1.000.000.000 menjadi Rp 900.000.000, dan
keuntungan sebesar Rp 100.000.000. Sebaliknya, bila harga obligasi naik misalnya
menjadi Rp 1.050.000,-, maka Bank ABC harus mengakui kenaikan nilai
hutangnya naik dari Rp 1.000.000.000,- menjadi Rp 1.050.000.000,- dan mengakui
kerugian sebesar Rp 50.000.000.
3. Kewajiban keuangan yang diterbitkan dengan maksud memanfaatkan tingkat
bunga pasar yang sedang rendah. Pada kondisi bunga pasar yang rendah, maka
bank bisa menerbitkan surat hutang dengan bunga yang redah pula. Bila surat
berharga itu berjangka panjang, dan dalam waktu dekat terjadi kenaikan bunga,
maka bank akan menikmati keuntungan, karena selama sisa waktu hutangnya ia
telah terikat untuk membayar bunga yang rendah. Keuntungan itu bisa dipetik
dengan membeli kembali surat hutang yang diterbitkannya itu di pasar dengan
harga yang lebih rendah.
Contoh:
Meskipun tidak sedang memerlukan dana, Bank ABC menerbitkan obligasi senilai
Rp 1.000.000.000, berjangka 5 tahun, dengan bunga 5% yaitu sesuai bunga pasar
saat ini. Tujuan penerbitan obligasi itu adalah untuk memanfaatkan kondisi bunga
pasar saat ini yang sedang rendah, yang diperkirakan akan segera naik menjadi 7%.
Pada saat menerbitkan obligasi itu, Bank ABC akan mencatat hutangnya sebesar

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 61


Modul 3 : Bank Accounting

nilai sekarang dari seluruh aliran kas keluar yang harus dibayar untuk memenuhi
kewajibannya, yaitu (dalam jutaan rupiah):
50 50 50 50 1.050
Nilai hutang =      1.000
(1  5%) (1  5%) (1  5%) (1  5%) (1  5%) 5
1 2 3 4

Untuk memudahkan perhitungan, misalkan dugaannya benar, bebarapa saat


kemudian bunga pasar naik menjadi 7%, maka nilai hutangnya akan menurun
menjadi (dalam jutaan rupiah):
50 50 50 50 1.050
Nilai hutang =      918
(1  7%) (1  7%) (1  7%) (1  7%) (1  7%) 5
1 2 3 4

Bank ABC boleh mengakui keuntungan karena nilai hutangnya turun sebesar
Rp 82.000.000,-.

B. Kewajiban Lainnya
Kewajiban Lainnya adalah kewajiban keuangan yang tidak memenuhi kriteria Kewajiban
lainnya
Kewajiban FVTPL, sehingga tidak perlu disajikan sebesar nilai wajar. Kewajiban dilaporkan
Lainnya dilaporkan sebesar Biaya Perolehan Diamortisasi atau amortised cost. sebesar
amortised cost
Amortised cost kira-kira sama dengan nilai buku (meskipun istilah nilai buku tidak lagi
digunakan sekarang), sebagai lawan dari nilai pasar yang berlaku untuk kewajiban
FVTPL. Pada dasarnya amortised cost adalah saldo hutang mula-mula dikurangi
hutang yang sudah diangsur.
Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dibahas satu persatu istilah-istilah yang terkait
dengan Kewajiban Lainnya:
 Amortised cost = Kewajiban pada saat pengakuan awal - pembayaran pokok +/-
amortisasi kumulatif dari selisih antara "nilai jatuh tempo hutang" dengan "nilai
awal hutang".
 Amortisasi dari ("nilai jatuh tempo hutang" - "nilai awal hutang") harus dilakukan
dengan metode bunga efektif.
 "Nilai awal hutang" = "Kas dari penerbitan obligasi" - "biaya penerbitan obligasi".
 "Kas dari penerbitan obligasi" bisa lebih besar (premium), bisa juga lebih kecil
(discount) dari nilai hutang pada saat jatuh tempo, yang tergantung pada perbedaan
antara bunga kontrak (contractual interst rate) dengan bunga pasar.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 62


Modul 3 : Bank Accounting

Untuk menjelaskan istilah-istilah di atas berikut ini disajikan dua buah contoh. Untuk
menyederhanakan pemaparan, dimisalkan pembayaran bunga dilakukan setiap tahun.
Prinsip yang sama berlaku juga untuk kewajiban yang pembayaran bunganya
dilakukan bulanan atau harian.
Contoh 1:
Bank ABC menerbitkan obligasi dengan nilai nominal Rp 1.000.000.000,- berjangka 5
tahun, dengan bunga 10%, walaupun bunga pasar adalah 8%, sehingga obligasi terjual
di atas nilai nominalnya. Untuk menerbitkan obligasi tersebut Bank ABC harus
mengeluarkan biaya emisi sebesar Rp 20.000.000. Bank ABC tidak memperlakukan
hutangnya itu dalam kategori FVTPL.
"Kas dari penerbitan obligasi" (dalam jutaan rupiah) =
100 100 100 100 1.100
     1.079,854201
(1  8%) (1  8%) (1  8%) (1  8%) (1  8%) 5
1 2 3 4

Kas dari penerbitan obligasi > nilai jatuh tempo (premium), karena bunga obligasi >
bunga pasar. Jurnal yang dibuat ketika Bank ABC menerbitkan obligasi itu adalah:
D. Kas Rp 1.079.854.201
K. Kewajiban Obligasi (Amortised Cost) Rp 1.079.854.201

D. Kewajiban Obligasi (Amortised Cost) Rp 20.000.000


K. Kas Rp 20.000.000
Berdasarkan kedua jurnal di atas tampak bahwa "Nilai Awal Hutang" adalah Rp Metode bunga
efektif
1.079.854.201 - Rp 20.000.000,- = Rp 1.059.854.201,-. Selisih antar "Nilai Awal
Hutang" dengan nilai pada saat jatuh tempo adalah Rp 1.059.854.201 - Rp
1.000.000.000 = Rp 59.854.201 yang harus diamortisasi dengan metode bunga efektif.
Tingkat bunga efektif dihitung dengan memecahkan persamaan berikut ini (dalam
jutaan):
100 100 100 100 1100
     1059,854201
(1  r %) (1  r %) (1  r %) (1  r %) (1  r %)5
1 2 3 4

Nilai r pada persamaan di atas adalah suku bunga efektif, yang bisa dihitung dengan
formula excel, yaitu =IRR(-1059,854201;100;100;100;100;1100) didapat sebesar
8,4818%. Seandainya Bank ABC tidak mengeluarkan biaya emisi sebesar Rp
20.000.000 maka biaya bunga efektif dari hutangnya adalah 8%. Karena adanya
tambahan biaya emisi tersebut, maka biaya bunga efektif meningkat sebesar 0,4818%.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 63


Modul 3 : Bank Accounting

Selanjutnya untuk menghitung beban bunga, angsuran pokok dan nilai amortised cost
dari kewajiban tersebut setiap akhir tahun, dibuat tabel di bawah ini:

Amortised Cost Beban Bunga Amortisasi Kas yang dibayar Tahun ke


1.059.854.201 89.895.001 10.104.999 100.000.000 1
1.049.749.202 89.037.913 10.962.087 100.000.000 2
1.038.787.114 88.108.127 11.891.873 100.000.000 3
1.026.895.242 87.099.479 12.900.521 100.000.000 4
1.013.994.721 86.005.279 13.994.721 100.000.000 5
1.000.000.000 1.000.000.000 5

Beban Bunga adalah = suku bunga efektif x Amortised Cost Beban bunga
= suku bunga
Amortisasi adalah = Kas yang dibayar - Beban Bunga
efektif x
Jurnal yang dibuat pada akhir tahun ke 1, 2, 3, 4, dan 5 adalah: amortised cost

Akhir tahun ke 1:
D. Beban bunga Rp 89.895.001
D. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 10.104.999
K. Kas Rp 100.000.000
Akhir tahun ke 2:
D. Beban bunga Rp 89.037.913
D. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 10.962.087
K. Kas Rp 100.000.000
Akhir tahun ke 3:
D. Beban bunga Rp 88.108.127
D. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 11.891.873
K. Kas Rp 100.000.000
Akhir tahun ke 4:
D. Beban bunga Rp 87.099.479
D. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 12.900.521
K. Kas Rp 100.000.000
Akhir tahun ke 5:
D. Beban bunga Rp 86.005.279
D. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 13.994.721
K. Kas Rp 100.000.000
D. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 1.000.000.000
K. Kas Rp 1.000.000.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 64


Modul 3 : Bank Accounting

Contoh 2:
Bank ABC menerbitkan obligasi dengan nilai nominal Rp 1.000.000.000,- berjangka 5
tahun, dengan bunga 10%, walaupun bunga pasar adalah 12%, sehingga obligasi
terjual di bawah nilai nominalnya. Untuk menerbitkan obligasi tersebut Bank ABC
harus mengeluarkan biaya emisi sebesar Rp 20.000.000. Bank ABC tidak
memperlakukan hutangnya itu dalam kategori FVTPL.
"Kas dari penerbitan obligasi" (dalam jutaan rupiah) =
100 100 100 100 1.100
     927,904476
(1  12%) (1  12%) (1  12%) (1  12%) (1  12%) 5
1 2 3 4

Jurnal yang dibuat ketika Bank ABC menerbitkan obligasi itu adalah:
D. Kas Rp 927.904.476
K. Kewajiban Obligasi (Amortised Cost) Rp 927.904.476

D. Kewajiban Obligasi (Amortised Cost) Rp 20.000.000


K. Kas Rp 20.000.000
Berdasarkan kedua jurnal di atas tampak bahwa "Nilai Awal Hutang" adalah sebesar
Rp 927.904.476 - Rp 20.000.000,- = Rp 907.904.476,-. Selisih antar "Nilai Awal
Hutang" dengan "Nilainya pada saat jatuh tempo" adalah Rp 907.904.476 - Rp
1.000.000.000 = - Rp 72.095.524 yang harus diamortisasi dengan metode bunga
efektif. Tingkat bunga efektif dihitung dengan memecahkan persamaan berikut ini:
100 100 100 100 1.100
     907,904476
(1  r %)1
(1  r %) 2
(1  r %) 3
(1  r %) 4
(1  r %) 5
Nilai r pada persamaan di atas adalah suku bunga efektif, yang bisa dihitung dengan Suku bunga
efektif
formula excel, yaitu =IRR(-907,904476;100;100;100;100;1100) didapat sebesar
12,5924%. Seandainya Bank ABC tidak mengeluarkan biaya transaksi sebesar Rp
20.000.000 maka biaya bunga efektif dari hutangnya adalah 12%. Karena adanya
tambahan biaya transaksi tersebut, maka biaya bunga efektif meningkat sebesar
0,5924%. Selanjutnya untuk menghitung beban bunga, angsuran pokok dan nilai
amortised cost dari kewajiban tersebut setiap akhir tahun, dibuat tabel di bawah ini:

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 65


Modul 3 : Bank Accounting

Amortised Cost Beban Bunga Amortisasi Kas yang dibayar Tahun ke


907.904.476 114.327.141 (14.327.141) 100.000.000 1
922.231.617 116.131.275 (16.131.275) 100.000.000 2
938.362.891 118.162.592 (18.162.592) 100.000.000 3
956.525.484 120.449.702 (20.449.702) 100.000.000 4
976.975.186 123.024.814 (23.024.814) 100.000.000 5
1.000.000.000 1.000.000.000 5

Beban Bunga adalah = suku bunga efektif x Amortised Cost


Amortisasi adalah = Kas yang dibayar - Beban Bunga
Jurnal yang dibuat pada akhir tahun ke 1, 2, 3, 4, dan 5 adalah:
Akhir tahun ke 1:
D. Beban bunga Rp 114.327.141
K. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 14.327.141
K. Kas Rp 100.000.000
Akhir tahun ke 2:
D. Beban bunga Rp 116.131.275
K. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 16.131.275
K. Kas Rp 100.000.000
Akhir tahun ke 3:
D. Beban bunga Rp 118.162.592
K. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 18.162.592
K. Kas Rp 100.000.000
Akhir tahun ke 4:
D. Beban bunga Rp 120.449.702
K. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 20.449.702
K. Kas Rp 100.000.000
Akhir tahun ke 5:
D. Beban bunga Rp 123.024.814
K. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 23.024.814
K. Kas Rp 100.000.000

D. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 1.000.000.000


K. Kas Rp 1.000.000.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 66


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 4

KLASIFIKASI KEWAJIBAN KEUANGAN

1. Nilai wajar kewajiban keuangan adalah nilai sekarang dari seluruh aliran kas keluar
yang harus dibayarkan untuk memenuhi kewajiban tersebut, yang didiskontokan
dengan tingkat bunga pasar. Oleh karena itu, nilai wajar kewajiban keuangan berbunga
tetap akan naik (turun) bila terjadi penurunan (kenaikan) bunga pasar.
2. Kewajiban keuangan diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kewajiban keuangan FVTPL,
yang harus dilakukan mark to market, dan kewajiban keuangan lainnya, yang tidak
harus dilakukan mark to market.
3. Kewajiban derivatif umumnya harus diklasifikasikan sebagai FVTPL, kecuali bila bisa
dibuktikan bahwa transaksi derivatif yang dilakukan bertujuan untuk lindung nilai
(hedging).
4. Bila bank mempunyai hutang berupa kewajiban untuk menyerahkan surat berharga
tertentu dengan jumlah tertentu, maka hutang itu masuk kategori FVTPL.
5. Bila bank menerbitkan surat hutang berbunga tetap dengan maksud untuk
memanfaatkan rendahnya bunga pasar saat itu dan akan memetik keuntungan dengan
membeli kembali surat hutang itu ketika bunga pasar sudah naik, maka kewajiban
keuangan dari penerbitan surat hutang tersebut masuk kategori FVTPL.
6. Kewajiban Lainnya adalah kewajiban yang tidak memenuhi kriteria Kewajiban
FVTPL, sehingga tidak perlu disajikan sebesar nilai wajar, melainkan sebesar
amortised cost.
7. Amortised Cost adalah kewajiban pada saat pengakuan awal - pembayaran pokok +/-
amortisasi kumulatif premium atau discount. Amortisasi premium dan discount harus
dilakukan dengan metode bunga efektif.
8. Beban bunga dihitung dengan metode bunga efektif, yaitu tingkat bunga efektif
dikalikan dengan saldo amortised cost pada awal periode.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 67


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 4

1. Menurut PSAK 50/55, kewajiban keuangan dibagi menjadi dua, yaitu... .


a. FVTPL dan AFS
b. FVTPL dan HTM
c. FVTPL dan Lainnya
d. FVTPL dan Amortised Cost

2. Kewajiban keuangan yang dikategorikan sebagai FVTPL akan disajikan di neraca


sebesar... .
a. amortised cost
b. present value aliran kas keluar
c. present value aliran kas masuk
d. nilai nominal ditambah/dikurangi premium/diskonto

3. Hutang bank yang diputuskan oleh manajemen bank tersebut untuk disajikan sebesar
harga pasar, harus digolongkan sebagai... .
a. Hutang Amortised Cost
b. FVTPL
c. Diperdagangkan
d. Kewajiban Lainnya

4. Kewajiban yang digolongkan sebagai FVTPL terdiri dari dua jenis, yaitu… .
a. FVO dan Amortised Cost
b. FVO dan Diperdagangkan
c. FVO dan Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
d. yang harus dan yang tidak perlu dilakukan "mark to market".

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 68


Modul 3 : Bank Accounting

5. Menurut PSAK 50/55, perlakuan akuntansi Kewajiban Keuangan bisa dibagi menjadi
dua, yaitu yang… .
a. boleh dan tidak boleh dimiliki hingga jatuh tempo
b. harus dan yang tidak perlu dilakukan "mark to market"
c. boleh dan yang tidak boleh dilunasi sebelum jatuh tempo
d. boleh dan yang tidak boleh diamortisasi

6. Bank X memiliki Kewajiban Keuangan berbunga tetap yang digolongkan sebagai


FVTPL. Bank X harus mengakui... .
a. kerugian bila terjadi kenaikan bunga pasar
b. kerugian bila terjadi penurunan bunga pasar
c. keuntungan bila terjadi penurunan bunga pasar
d. penurunan nilai kewajiban bila terjadi penurunan bunga pasar

7. Kewajiban Lainnya harus disajikan di neraca sebesar... .


a. nilai wajarnya
b. present value dari aliran kas keluar
c. present value dari aliran kas masuk
d. amortised cost

8. Biaya penerbitan obligasi yang digolongkan sebagai Kewajiban Lainnya harus diakui
sebagai... .
a. biaya emisi obligasi
b. biaya bunga obligasi
c. pengurang kas dari penerbitan obligasi
d. penambah kas dari penerbitan obligasi

9. Biaya penerbitan obligasi yang digolongkan sebagai Kewajiban Lainnya akan


mengakibatkan... .
a. naiknya biaya bunga efektif
b. turunnya biaya bunga efektif
c. naiknya nilai nominal obligasi
d. naiknya bunga kontraktual obligasi

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 69


Modul 3 : Bank Accounting

10. Bank X menerbitkan obligasi berbunga tetap yang terjual di atas nilai nominal. Hutang
obligasi tersebut digolongkan sebagai Kewajiban Lainnya. Bila biaya emisi dianggap
tidak material, maka amortised cost obligasi tersebut adalah... .
a. Nilai awal obligasi dikurangi akumulasi amortisasi premium
b. Nilai awal obligasi ditambah akumulasi amortisasi discount
c. Nilai awal obligasi dikurangi beban bunga
d. Nilai awal obligasi dikurangi beban bunga dan amortisasi premium

11. Bank Y menerbitkan obligasi berbunga tetap yang terjual di bawah nilai nominal.
Hutang obligasi tersebut digolongkan sebagai Kewajiban Lainnya. Bila biaya emisi
dianggap tidak material, maka amortised cost obligasi tersebut adalah... .
a. Nilai awal obligasi dikurangi akumulasi amortisasi premium
b. Nilai awal obligasi ditambah akumulasi amortisasi discount
c. Nilai awal obligasi dikurangi beban bunga
d. Nilai awal obligasi dikurangi beban bunga dan amortisasi premium

12. Berikut ini adalah Kewajiban Keuangan yang harus dikategorikan sebagai
Diperdagangkan, kecuali... .
a. kewajiban forward valas untuk melindungi tagihan valas
b. obligasi berbunga tetap yang terbitkan ketika bunga pasar rendah, dan akan
dilunasi setelah bunga pasar naik
c. kewajiban akibat penjualan forward valas untuk mendapatkan keuntungan dari
penurunan kurs
d. kewajiban untuk menyerahkan obligasi yang dipinjam oleh short seller.

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 70


Modul 3 : Bank Accounting

Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 4

1. c
2. c
3. b
4. b
5. b
6. b
7. d
8. c
9. a
10. a
11. b
12. a

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 71


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 5
KLASIFIKASI SURAT BERHARGA

Undang-undang tentang perbankan mendefinisikan surat berharga sebagai surat Definisi surat
berharga
pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau
kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim,
diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang. Sementara itu, PSAK 50 dan 55
mendefinisikan aset keuangan antara lain adalah kas, saham perusahan lain, hak
kontraktual untuk menerima kas dari perusahaan lain, atau hak untuk mempertukarkan
aset keuangan yang sedang berada dalam kondisi untung (ini biasanya terkait dengan
transaksi derivatif). Jadi, definisi surat berharga di atas sejalan dengan definisi aset
keuangan menurut PSAK 50 dan 55, yang mengelompokkan aset keuangan menjadi
empat, yaitu FVTPL, HTM, AFS dan L&R. Oleh karena itu, seluruh surat berharga yang
dimiliki bank dikelompokkan menjadi empat kelompok tersebut, sesuai kriteria-kriteria
yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
Berikut ini adalah contoh-contoh transaksi yang mengakibatkan bank memiliki suatu surat
berharga.

Contoh 1:
Bank ABC menempatkan dana Bank XYZ berjangka 1 bulan sebesar Rp 100 milyar.
Dalam pelaksanaan transaksi di atas, Bank ABC menyerahkan dana sebesar Rp 100 milyar
kepada Bank XYZ dan Bank XYZ akan menyerahkan surat pengakuan utang (promissory Promissory
notes
notes) kepada Bank ABC. Dalam promissory notes tersebut Bank XYZ mengakui
hutangnya kepada Bank ABC dan akan membayarnya sebulan kemudian dengan ditambah
bunga tertentu. Bila Bank ABC membutuhkan dana sebelum tanggal jatuh tempo
promissory notes tersebut, maka Bank ABC bisa menjualnya di pasar uang antar bank
yang memang lazim memperdagangkan promissory notes tersebut.

Contoh 2:
PT A adalah perusahan importir yang sudah sangat dikenal oleh Bank XYZ, sehingga Surat tagihan
wesel
Bank XYZ bersedia menjamin pembayaran barang yang akan diimpornya dari luar negeri.
PT A mengimpor barang dari PT X di luar negeri senilai USD 10 juta secara kredit
berjangka 6 bulan. Setelah mengirim barang kepada PT A, PT X akan membuat surat

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 72


Modul 3 : Bank Accounting

tagihan (disebut wesel) berjangka 6 bulan kepada Bank XYZ yang kemudian mengaksep
wesel tersebut. Mengaksep di sini artinya adalah menyanggupi untuk membayar 6 bulan
kemudian kepada PT X atau siapa saja yang menjadi pemegang terakhir surat wesel
tersebut. Bila PT X membutuhkan dana sebelum 6 bulan, maka ia bisa menjual wesel
tersebut di pasar uang. Misalkan, sebuah bank lain, misalnya Bank ABC membeli wesel
tersebut di pasar uang (biasanya dengan diskonto), maka Bank ABC akan melaporkan
wesel tersebut sebagai surat berharga yang dimiliki. Pada saat jatuh tempo, Bank XYZ
akan menunjukkan wesel tersebut kepada Bank ABC untuk meminta pembayaran.

Contoh 3:
Bank XYZ memberikan kredit pemilikan rumah (KPR) kepada 1.000 orang debitur
berjumlah Rp 100 milyar. Bank XYZ kemudian menerbitkan surat utang yang dijamin
dengan tagihan KPR tersebut yang kemudian dijual ke pasar modal. Surat utang yang
dijamin dengan tagihan tersebut biasa disebut Efek Beragun Aset (EBA). Bila Bank ABC Efek beragun
aset (EBA)
membeli efek tersebut di pasar modal, maka Bank ABC akan melaporkannya sebagai surat
berharga yang dimiliki.

Contoh 4:
Untuk membiayai ekspansi usahanya, Bank XYZ menerbitkan obligasi berjangka 5 tahun
dengan nilai nominal Rp 1 triliun, dengan bunga 6% per tahun, dan menjualnya di pasar
modal. Bila Bank ABC membeli obligasi tersebut di pasar modal, maka Bank ABC akan
melaporkannya sebagai surat berhaga yang dimiliki.

Berdasarkan contoh-contoh di atas tampak bahwa, bila Bank ABC membeli surat
berharga, misalnya yang diterbitkan oleh PT X, maka pada hakekatnya Bank ABC
memberikan pinjaman atau piutang kepada PT X. Dalam surat berharga tersebut tentunya
sudah ditetapkan berapa dan kapan pembayaran harus dilakukan, apakah ada pembayaran
bunga atau pokok sebelum jatuh tempo, atau keduanya dibayar sekaligus pada saat jatuh
Pinjaman
tempo. yang
Bila surat berharga tersebut tidak punya kuotasi di pasar aktif, dan Bank ABC akan diberikan dan
piutang
menagihnya secara bertahap sampai jatuh tempo, maka Bank ABC akan melaporkan surat (L&R) tidak
punya kuotasi
berharga tersebut sebagai "Pinjaman yang Diberikan dan Piutang" (L&R). di pasar aktif

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 73


Modul 3 : Bank Accounting

Bila Bank ABC bermaksud akan segera menjual surat berharga tersebut bila terjadi
kenaikan harga (misalnya karena terjadi penurunan bunga pasar), maka surat berharga
tersebut harus dilaporkan dalam kelompok FVTPL. Bank ABC boleh juga menetapkan
surat berharga tersebut sebagai FVTPL, walaupun sebenarnya ia akan memegangnya
sampai jatuh tempo (pihan ini disebut Fair Value Options).

Bila surat berharga tersebut punya kuotasi di pasar aktif, dan Bank ABC bermaksud untuk HTM surat
berharga yang
menjualnya sewaktu-waktu bila membutuhkan kas, maka Bank ABC bisa punya kuotasi
menggolongkannya sebagai Tersedia Untuk Dijual (AFS). di pasar aktif

Bila surat berharga tersebut punya kuotasi di pasar aktif, tapi Bank ABC tidak bermaksud
menjualnya ke pasar aktif tersebut, dan ia juga mempunyai kemampuan finansial yang
kuat sehingga tidak akan mengalami keterpaksaan untuk menjualnya sebelum jatuh tempo,
maka ia boleh menggolongkannya sebagai investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo
(HTM).

Selanjutnya, pada Kegiatan Belajar 5.1, 5.2, 5.3, akan dibahas contoh-contoh perlakuan
akuntansi surat berharga dalam kategori FVTPL, AFS, HTM dan L&R.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 74


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 5


KLASIFIKASI SURAT BERHARGA

1. Surat berharga yang dimiliki bank merupakan aset keuangan, karena itu dibagi
menjadi 4 kategori, yaitu FVTPL, AFS, HTM, dan L&R.
2. Surat berharga FVTPL adalah surat berharga dimiliki bank untuk tujuan
diperdagangkan atau sengaja digolongkan sebagai FVTPL (fair value option), yang
memiliki kuotasi atau diperdagangkan di pasar uang atau pasar modal.
3. Surat berharga AFS adalah surat berharga yang memiliki kuotasi di pasar aktif, dan
dimiliki bank untuk dijual sewaktu-waktu bila membutuhkan kas.
4. Surat berharga HTM adalah surat berharga yang memiki kuotasi di pasar aktif, tapi
bank tidak akan menjualnya sampai jatuh tempo.
5. Surat berharga L&R adalah surat berharga yang tidak memiliki kuotasi di pasar aktif,
dan bank akan memilikinya sampai jatuh tempo.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 75


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 5

1. Bank ABC membeli promissory notes yang diterbitkan oleh Bank XYZ. Promissory
notes tersebut biasa diperdagangkan di pasar uang, dan Bank ABC membeli
promissory notes tersebut untuk tujuan diperdagangkan. Bank ABC harus
mengelompokkan surat berharga tersebut dalam kategori... .
a. HTM
b. L&R
c. AFS
d. FVTPL

2. Bank ABC membeli obligasi berjangka 3 tahun yang diterbitkan oleh PT X. Obligasi
tersebut biasa diperdagangkan dan ada kuotasinya di pasar modal. Bila Bank ABC
bermaksud memiliki obligasi tersebut selama 3 tahun, maka ia harus
menggolongkannya sebagai... .
a. HTM
b. L&R
c. AFS
d. FVTPL

3. Bank ABC membeli obligasi berjangka 5 tahun yang diterbitkan oleh PT Y. Obligasi
tersebut biasa diperdagangkan dan ada kuotasinya di pasar modal. Bank ABC tidak
bermaksud memiliki obligasi tersebut selama 5 tahun, tapi akan menjualnya sewaktu-
waktu ketika membutuhkan kas. Bank ABC harus menggolongkannya sebagai... .
a. HTM
b. L&R
c. AFS
d. FVTPL

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 76


Modul 3 : Bank Accounting

4. Bank ABC memberi pinjaman kepada PT Z sebesar Rp 100 milyar, dan sebagai bukti
pengakuan hutangnya PT Z menerbitkan obligasi senilai Rp 100 milyar, dengan bunga
kupon 10%, berjangka 4 tahun yang diserahkan kepada PT ABC. Obligasi tersebut
tidak diperdagangkan sehingga tidak mempunyai kuotasi di pasar modal. Bank ABC
akan memiliki obligasi tersebut hingga jatuh tempo, maka ia harus menggolongkannya
sebagai... .
a. HTM
b. L&R
c. AFS
d. FVTPL

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 77


Modul 3 : Bank Accounting

Kunci Jawaban Tes Formatif 5

1. d
2. a
3. c
4. b

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 78


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 5.1


AKUNTANSI SURAT BERHARGA FVTPL

Contoh Perlakuan Akuntansi Surat Berharga FVTPL


Pada tanggal 15 Januari 2013 Bank ABC membeli Obligasi X dengan nominal Surat
Rp1.000.000.000, yang memberikan kupon 6% per tahun dibayar setiap tanggal 30 Juni berharga
FVTPL
dan 31 Desember (sebesar actual days/360 x 6% x Nominal), dan tanggal jatuh tempo
Obligasi X tersebut adalah 30 Juni 2016. Untuk membeli obligasi tersebut Bank ABC
membayar brokerage fee sebesar Rp 12.000.000,-. Karena bunga pasar yang berlaku saat
itu untuk obligasi sejenis adalah sama dengan bunga kupon yaitu 6%, maka obligasi
tersebut diperdagangkan sebesar nilai par (kurs 100). Karena pihak penjual obligasi
tersebut sudah memegang obligasi tersebut selama 15 hari sejak tanggal pembayaran
bunga terakhir (31 Desember 2012), maka Bank ABC harus membayar bunga berjalan
sebesar 15/360 x 6% x Rp 1.000.000.000 = Rp 2.500.000,-. Jurnal yang dibuat pada
tanggal 15 Januari 2013 adalah:
D. Surat Berharga - FVTPL Rp 1.000.000.000,-
D. Beban komisi pembelian - surat berharga Rp 12.000.000,-
D. Pendapatan bunga yang akan diterima - surat berharga Rp 2.500.000,-
K. Giro pada BI Rp 1.014.500.000,-

Perhatikan bahwa:
 Beban komisi pembelian tidak dimasukkan sebagai harga pokok surat berharga, tapi
diakui sebagai beban. Hal ini hanya berlaku untuk surat berharga FVTPL dan tidak
berlaku untuk surat berharga HTM, L&R, dan AFS.
 Pembayaran dilakukan melalui RTGS sehingga mengurangi saldo giro di Bank
Indonesia.

Pada tanggal 31 Januari, Bank ABC akan membuat laporan laba rugi bulanan, sehingga
Bank ABC harus mengakui pendapatan untuk bulan Januari. Misalkan terjadi penurunan
bunga pasar, sehingga harga obligsi tersebut naik menjadi Rp 1.010.000.000 (kurs naik
menjadi 101).

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 79


Modul 3 : Bank Accounting

Jurnal yang harus dibuat adalah:


D. Surat Berharga - FVTPL Rp 10.000.000,-
D. Pendapatan bunga yang akan diterima - surat berharga Rp 2.666.667,-
K. Keuntungan atas kenaikan harga Surat Berharga - FVTPL Rp 10.000.000,-
K. Pendapatan bunga - surat berharga Rp 2.666.667,-

Perhatikan bahwa:
 Untuk surat berharga FVTPL selalu dilakukan mark-to-market dan diakui keuntungan
atau kerugian karena fluktuasi harga pasar.
 Pendapatan bunga berjalan, 16 s/d 31 Januari = 16/31 x 6% x Rp 1.000.000.000 = Rp
2.666.667,-.

Pada bulan Februari 2013 terjadi indikasi kesulitan keuangan pada perusahaan penerbit
obligasi sehingga harga pasar obligasi tersebut turun dan kursnya menjadi 97,5. Pada
tanggal 6 Februari 2013 Bank ABC menjual obligasi tersebut dengan kurs 97,5, dan
pembayaran diterima tanggal 7 Februari 2013 (settlement date). Pihak pembeli diharuskan
membayar bunga berjalan sejak pembayaran bunga terakhir (31 Desember 2012).
Jadi jumlah uang yang diterima oleh Bank ABC adalah:
 Harga obligasi = 97,5% x Rp 1.000.000.000,- = Rp 975.000.000,-
 Bunga berjalan, sejak 1 Januari s/d 6 Februari :
37/360 x 6% x Rp 1M = Rp 6.166.667,-
Jumlah uang yang diterima Bank ABC = Rp 981.166.667,-

Pada tanggal 6 Februari 2013, Bank ABC mengakui kerugian penurunan harga obligasi
(Rp 1.010.000.000 - Rp 975.000.000) dan pendapatan bunga berjalan selama 6 hari di
bulan Februari 2013 (6/360 x 6% x Rp 1.000.000.000), dengan membuat jurnal:
D. Kerugian atas penurunan harga Surat Berharga - FVTPL Rp 35.000.000,-
D. Pendapatan bunga yang akan diterima - surat berharga Rp 1.000.000,-
K. Surat Berharga - FVTPL Rp 35.000.000,-
K. Pendapatan bunga - surat berharga Rp 1.000.000,-

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 80


Modul 3 : Bank Accounting

Pada tanggal 7 Februari 2013, Bank ABC menerima Rp 981.166.667, dan membuat jurnal:
D. Giro pada Bank Indonesia Rp 981.166.667,-
K. Pendapatan bunga yang akan diterima - surat berharga Rp 6.166.667,-
K. Surat Berharga - FVTPL Rp 975.000.000,-

Perhatikan bahwa:
 Bank ABC membeli surat berharga Rp 1.000.000.000,- dan menjualnya dengan harga
Rp 975.000.000,- sehingga rugi Rp 25.000.000,-. Untuk surat berharga FVTPL
penilaian (mark to market) dilakukan setiap akhir bulan, sehingga pada Bank
ABC mengakui untung Rp 10.000.000 di bulan Januari, dan rugi Rp 35.000.000 di
bulan Februari.
 Pendapatan bunga yang diperoleh Bank ABC adalah di bulan Januari Rp 2.666.667
(16 hari) dan Februari Rp 1.000.000 (6 hari) = RP 3.666.667,-.
 Saldo "Pendapatan bunga yang akan diterima - Surat Berharga" adalah: Rp 2.500.000
+ Rp 2.666.667 + Rp 1.000.000 = Rp 6.166.667,- yang merupakan bunga terhutang
sejak tanggal 1 Januari 2013 sampai 6 Februari 2013.
 Peristiwa memburuknya kondisi keuangan penerbit obligasi sudah tercermin pada
penurunan harga pasar obligasi, sehingga untuk surat berhaga FVTPL tidak perlu
dilakukan impairement. Tindakan impairement akan dikenakan untuk surat berharga
AFS, L&R dan HTM.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 81


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 5.1


AKUNTANSI SURAT BERHARGA FVTPL

1. Pada saat pembelian surat berharga FVTPL, didebet rekening Surat Berharga-FVTPL
sebesar harga pasar, Beban Komisi Pembelian, dan Pendapatan Bunga yang Akan
Diterima untuk mencatat bunga berjalan yang menjadi hak penjual. Beban Komisi
Pembelian (brokerage fee) langsung dicatat sebagai beban; Cara ini hanya berlaku
untuk surat berharga FVTPL.
2. Setiap akhir bulan diakui keuntungan atau kerugian karena kenaikan atau penurunan
harga surat berharga FVTPL, dan juga dicatat pendapatan bunga terhutang sejak
tanggal pembelian sampai akhir bulan dan bunga bunga terhutang setiap bulan
berikutnya.
3. Bila terjadi kesulitan keuangan pada perusahaan penerbit surat berharga FVTPL, maka
tidak perlu dilakukan impairement (penurunan nilai karena menurunnya kemampuan
penerbit), karena penurunan nilai itu sudah tercermin pada penurunan harga pasar surat
berharga tersebut. Tindakan impairement hanya diberlakukan untuk surat berharga
AFS, HTM, dan L&R.
4. Bila bank menjual surat berharga FVTPL sebelum hari pembayaran bunga, maka bank
berhak atas pendapatan bunga berjalan, yang harus dibayar oleh bank pembeli.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 82


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 5.1

Soal 1 s/d 6 merupakan satu kesatuan:

1. Pada tanggal 16 Februari 2012, Bank XYZ membeli wesel berjangka bernominal
Rp1.000.000.000 yang jatuh tempo tanggal 6 April 2012, dibeli dengan diskonto yang
dihitung dengan rumus true discount sebesar 4% per tahun. Pada saat itu tingkat
diskonto yang berlaku di pasar adalah sekitar 3% untuk wesel ekspor sejenis. Bank
XYZ mengeluarkan biaya broker sebesar Rp 500.000. Bank XYZ menggolongkan
surat berharga itu sebagai FVTPL.
Jurnal yang dibuat pada tanggal 16 April adalah... .
a. D. Surat berharga - wesel berjangka FVTPL
(Rp 1M-50/360x4%xRp 1M) Rp 994.444.444
D. Biaya broker Rp 500.000
K. Giro BI Rp 994.944.444
b. D. Surat berharga - wesel berjangka FVTPL Rp 994.944.444
K. Giro BI Rp 994.944.444
c. D. Surat Berharga - wesel berjangka FVTPL
(1Mx360)/(360+(4%x50)) Rp 994.475.138
D. Biaya broker Rp 500.000
K. Giro BI Rp 994.975.138
d. D. Surat Berharga - wesel berjangka FVTPL
(1Mx360)/(360+(4%x50)) Rp 994.975.138
K. Giro BI Rp 994.975.138

2. Pada sore hari tanggal 16 Februari 2012, dilakukan mark to market sesuai harga pasar
yang berlaku saat itu yaitu 97 (tingkat diskonto 3%). Jurnal yang dibuat untuk
mencatat hasil mark to market adalah... .
a. D. Kerugian penurunan nilai wajar wesel berjangka Rp 1.375.484
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 1.375.484
b. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 1.375.484
K. Keuntungan peningkatan nilai wajar wesel berjangka Rp 1.375.484
c. D. Kerugian penurunan nilai wajar wesel berjangka Rp 1.388.889
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 1.388.889
d. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 1.388.889
K. Keuntungan peningkatan nilai wajar wesel berjangka Rp 1.388.889

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 83


Modul 3 : Bank Accounting

3. Keesokan harinya, Bank XYZ akan membuat jurnal balik, yaitu... .


a. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 1.375.484
K. Kerugian penurunan nilai wajar wesel berjangka Rp 1.375.484
b. D. Keuntungan peningkatan nilai wajar wesel berjangka Rp 1.375.484
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 1.375.484
c. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 1.388.889
K. Kerugian penurunan nilai wajar wesel berjangka Rp 1.388.889
d. D. Keuntungan peningkatan nilai wajar wesel berjangka Rp 1.388.889
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 1.388.889

4. Pada tanggal 4 Maret 2012 Bank XYZ menjual surat berharga itu dan setelmennya
akan dilakukan besok tanggal 5 Maret 2012. Oleh karena itu, hari ini 4 Maret 2012
Bank XYZ melakukan mark to market atas surat berharga tersebut. Bila harga pasar
surat berharga tersebut adalah 98,5 (diskonto 1,5%), jurnal untuk mencatat keuntungan
atau kerugian karena mark to market tersebut adalah...
a. D. Kerugian penurunan nilai wajar wesel berjangka FVTPL Rp 2.776.226
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 2.776.226
b. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 2.776.226
K. Keuntungan kenaikan nilai wajar wesel berjangka FVTPL Rp 2.776.226
c. D. Kerugian penurunan nilai wajar wesel berjangka FVTPL Rp 4.151.750
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 4.151.750
d. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 4.151.750
K. Keuntungan kenaikan nilai wajar wesel berjangka FVTPL Rp 4.151.750

5. Keesokan harinya 5 Maret 2012, Bank XYZ akan membuat jurnal balik, yaitu... .
a. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 2.776.226
K. Kerugian penurunan nilai wajar wesel berjangka Rp 2.776.226
b. D. Keuntungan peningkatan nilai wajar wesel berjangka Rp 2.776.226
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 2.776.226
c. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 4.151.750
K. Kerugian penurunan nilai wajar wesel berjangka Rp 4.151.750
d. D. Keuntungan peningkatan nilai wajar wesel berjangka Rp 4.151.750
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 4.151.750

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 84


Modul 3 : Bank Accounting

6. Pada tanggal 5 Maret 2012, Bank XYZ menerima hasil penjualan surat berharga
dengan harga 98 (discount 2%). Jurnal yang dibuat adalah
a. D. Giro BI Rp 998.225.377
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 994.475.138
K. Keuntungan penjualan wesel berjangka FVTPL Rp 3.750.239
b. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 994.475.138
D. Keuntungan penjualan wesel berjangka FVTPL Rp 3.750.239
K. Giro BI Rp 998.225.377
c. D. Giro BI Rp 998.225.377
D. Kerugian penjualan wesel berjangka FVTPL Rp 401.511
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 998.626.888
d. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 998.626.888
K. Keuntungan penjualan wesel berjangka FVTPL Rp 401.511
K. Giro BI Rp 998.225.377

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 85


Modul 3 : Bank Accounting

Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 5.1

1. c
2. b
3. b
4. d
5. d
6. a

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 86


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 5.2


AKUNTANSI SURAT BERHARGA AFS

Perlakuan Akuntansi Surat Berharga AFS


Contoh 1
Pada tanggal 4 Juni 2012, Bank ABC membeli obligasi dengan nilai nominal Surat
Rp1.000.000.000 pada harga par, memberikan bunga kupon 8% setiap tanggal 31 berharga AFS
Desember dan 30 Juni. Metode perhitungan hari bunga adalah "Actual Days/360". Untuk
membeli obligasi tersebut Bank ABC mengeluarkan biaya broker Rp 3.000.000.
Kebijakan Bank ABC menganggap bahwa batas biaya transaksi yang dianggap material
adalah Rp 20.000.000 atau lebih.
Jurnal yang dibuat pada tanggal 4 Juni 2012:
D. Surat Berharga - Tersedia untuk Dijual Rp 1.000.000.000
K. Kas/Giro pada Bank Lain/ Giro pada BI Rp 1.000.000.000
Keterangan: Pembelian surat berharga -AFS sebesar nilai par.

D. Pendapatan bunga yang akan diterima Rp 34.444.444


K. Kas/Giro pada Bank Lain/Giro pada BI Rp 34.444.444
Keterangan: Membayar bunga terhutang kepada penjual obligasi, mulai dari 1 Januari Accrued
sampai dengan 3 Juni. jumlah hari bunga adalah: Januari 31 hari, Februari 29 hari, Maret interest
31 hari, April 30 hari, Mei 31 hari, Juni 3 hari, total 155 hari, sehingga accrued interest =
155/360 x 8% x Rp 1.000.000.000 = Rp 34.444.444.

D. Beban broker fee Rp 3.000.000


K. Kas/Giro pada Bank Lain/Giro pada BI Rp 3.000.000
Keterangan: Membayar beban broker, tidak dimasukkan sebagai harga pokok surat
berharga karena kurang dari Rp 20.000.000.

Pada tanggal 30 Juni 2012, Bank ABC mengakui pendapatan bunga selama 27 hari, yaitu
mulai dari tanggal 4 Juni sampai dengan 30 Juni (tanggal 4 dan tanggal 30 Juni dihitung
sebagai hari bunga), yaitu 27/360 x 8% x Rp 1.000.000 = Rp 6.000.000. Bank mencatat
kas yang diterima untuk bunga selama 182 hari (yaitu 155 + 27 hari), sebesar 182/360 x
8% x Rp 1.000.000 = Rp 40.444.444. Jurnal yang dibuat tanggal 30 Juni 2012 adalah:

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 87


Modul 3 : Bank Accounting

D. Kas/GIro pada Bank Lain/Giro pada BI Rp 40.444.444


K. Pendapatan bunga Rp 6.000.000
K. Pendaptan bunga yang akan diterima Rp 34.444.444
Keterangan: Karena obligasi dijual sebesar harga par, dan tidak ada beban transaksi yang
dikapitalisasi dan diamortisasi selama umur obligasi, maka pendapatan bunga efektif sama
dengan suku bunga kupon yaitu 8%.

Selain itu, pada tanggal 30 Juni harga pasar obligasi tersebut sudah naik menjadi 102%
atau Rp 1.020.000.000, maka Bank ABC mengakui keuntungan karena kenaikan harga
tersebut, tapi langsung dikredit ke rekening modal, dengan jurnal:
D. Surat Berharga - Tersedia Untuk Dijual Rp 20.000.000
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 20.000.000

Pada tanggal 1 Juli, Bank ABC menjual obligasi tersebut dengan harga 102% dan
membayar broker fee sebesar Rp 3.000.000. Jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Kas Rp 1.020.000.000
D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 20.000.000
K. Surat Berharga - tersedia Untuk Dijual Rp 1.020.000
K. Keuntungan penjualan surat berharga Rp 20.000.000
Keterangan: Keuntungan karena kenaikan harga, yang semula dicatat sebagai bagian dari
ekuitas, diakui sebagai keuntungan pada saat Surat Berharga AFS dijual.

Contoh 2:
Pada tanggal 1 Juli 2012 Bank ABC membeli obligas dengan nilai nominal
Rp1.000.000.000, berjangka 2 tahun, dengan bunga kupon 10% per tahun, yang dibayar
setiap tanggal 31 Desember dan 30 Juni. Obligasi tersebut dibeli dengan harga
Rp1.036.298.952, yang berarti membeli dengan premium sebesar 36.298.952. Premium
tersebut setiap tahun akan diamortisasi dan mengurangi pendapatan bunga kontraktual
yang akan diterima setiap akhir semester.
Jurnal yang dibuat adalah:
D. Surat Berharga - Tersedia Untuk Dijual Rp 1.036.298.952
K. Kas/ Giro pada Bank Lain/ Giro pada BI Rp 1.036.298.952

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 88


Modul 3 : Bank Accounting

Pada tanggal 31 Desember 2012 Bank ABC menerima bunga sebesar 1/2 x 10% x Rp
1.000.000.000 = Rp 50.000.000. Meskipun demikian, Bank ABC harus mengakui
pendapatan bunga sebesar tingkat bunga efektif dikalikan dengan nilai tercatat Surat
Berharga tersebut. Tingkat bunga efektif adalah nilai r yang didapat dengan mecahkan
persamaan berikut:
50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 1.000.000.000
1.036.298.952     
(1  r %)1 (1  r %) 2 (1  r %) 3 (1  r %) 4 (1  r %) 4
Dengan menggunakan formula excell, yaitu =irr(values;guess), didapat nilai r = 4% untuk
setengah tahun atau 8% per tahun. Jadi, pendapatan bunga untuk setengah tahun (1 Juli -
31 Desember 2012) harus diakui sebesar 4% x Rp 1.036.298.952 = Rp 41.451.958. Karena
jumlah kas yang diterima adalah Rp 50.000.000, sedangkan pendapatan bunga yang diakui
hanya Rp 41.451.958, maka ada pekreditan rekening Surat Berharga - AFS sebesar Rp
8.548.042 yang merupakan amortisasi premium. Jurnal yang harus dibuat pada tanggal 31
Desember 2012 adalah:
D. Kas Rp 50.000.000
K. Pendapatan bunga Rp 41.451.958
K. Surat Berharga - Tersedia untuk Dijual Rp 8.548.042

Selanjutnya, ketika membuat neraca 31 Desember 2012, Bank ABC melakukan "mark-to- Mark-to-
market" terhadap Surat Berharga - AFS yang dimilikinya, misalkan diketahui harga pasar market
terhadap surat
pada saat itu Rp 1.013.744.822. Sementara itu, nilai amortised cost surat berharga itu berharga AFS
adalah Rp 1.036.298.952 - Rp 8.548.042 = Rp 1.027.750.910. Karena harga pasar lebih
rendah dari pada nilai amortised cost, maka Bank ABC harus mengakui kerugian sebesar
Rp 1.013.744.822 - Rp1.027.750.910 = Rp 14.006.089. Untuk surat berharga AFS,
kerugian itu langsung didebet ke ekuitas. Jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Ekuitas - pendapatan komprehensif lain Rp 14.006.089
K. Rekening Penilaian Surat Berharga - AFS Rp 14.006.089
Keterangan: Rekening Penilai Surat Berharga akan bersaldo kredit yang berarti
mengurangi amortised cost, sehingga didapat nilai tercatat surat berharga yang sama
dengan harga pasar.

Untuk lebih jelasnya, perhitungan pendapatan bunga, amortisasi premium, amortised cost,
dan dan nilai tercatat disajikan dalam tabel berikut ini:

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 89


Modul 3 : Bank Accounting

Amortised Pendapatan Kas yang Amortisasi Nilai Wajar Saldo Rekening Penilai Nilai Tercatat Penyesuaian
Tanggal
Cost Bunga diterima Premium (diketahui) Surat Berharga TUD mark-to market
1 2=2-5 3=rx2 4 5=3-4 6 7 8=8-5 9
Debet (Kredit) atau 8 = 6
01/07/2012 1.036.298.952
31/12/2012 1.027.750.910 41.451.958 50.000.000 (8.548.042) 1.013.744.822 (14.006.089) 1.013.744.822 (14.006.089)
30/06/2013 1.018.860.947 41.110.036 50.000.000 (8.889.964) (14.006.089) 1.004.854.858 -
31/12/2013 1.009.615.385 40.754.438 50.000.000 (9.245.562) 1.014.492.754 18.883.458 1.014.492.754 32.889.546
30/06/2014 1.000.000.000 40.384.615 50.000.000 (9.615.385) 1.000.000.000 - 1.000.000.000 (18.883.458)

Pada tanggal 30 Juni 2013, Bank ABC melakukan amortisasi premium, tapi tidak
melakukan mark-to-market, sehingga dibuat jurnal:
D. Kas/Giro pada Bank Lain/Giro pada BI Rp 50.000.000
K. Surat Berharga - Tersedia Untuk Dijual Rp 8.889.964
K. Pendapatan bunga Rp 41.110.036
Jadi, pada tanggal 30 Juni 2013, saldo Amortised Cost adalah Rp 1.027.750.910 -
Rp8.889.964 = Rp 1.018.860.947, dan karena saldo Rekening Penilai adalah Kredit
Rp14.006.089, berarti nilai tercatat (carrying amount) surat berharga tersebut adalah
Rp1.018.860.947 - Rp 14.006.089 = Rp 1.004.854.858.

Selanjutnya, pada tanggal 31 Desember 2013, menerima bunga Rp 500.000, mengakui


pendapatan bunga, dan amortisasi premium, dengan jurnal:
D. Kas/Giro pada Bank Lain/Giro pada BI Rp 50.000.000
K. Pendapatan bunga Rp 40.754.438
K. Surat Berharga - Tersedia Untuk Dijual Rp 9.245.562
Setelah jurnal tersebut, nilai tercatat surat berharga akan menjadi Rp 1.004.854.858 -
Rp9.245.562 = Rp 995.609.296. Selanjutnya Bank ABC melakukan mark-to-market
sehingga nilai tercatat harus disamakan dengan harga pasar yaitu Rp 1.014.492.754,
sehingga Rekening Penilai Surat Berharga - AFS harus bersaldo debit Rp 18.883.458.
Karena rekening itu bersaldo kredit Rp 14.006.089, berarti rekening tersebut harus didebit
sebesar Rp 32.889.546. Jadi, jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Rekening Penilaian Surat Berharga - AFS Rp 32.889.546
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 32.889.546

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 90


Modul 3 : Bank Accounting

Pada tanggal 30 Juni 2014, Bank ABC menerima bunga untuk yang terakhir kalinya, dan
membuat jurnal:
D. Kas/Giro pada Bank Lain/Giro pada BI Rp 50.000.000
K. Pendapatan bunga Rp 40.384.615
K. Surat Berharga - Tersedia Untuk Dijual Rp 9.615.385

Setelah jurnal di atas Amortised Cost akan bersaldo Rp 1.000.000.000 yaitu sebesar nilai
nominal obligasi. Karena sudah jatuh tempo, maka harga pasarnya pasti akan sama dengan
nilai nominal. Oleh karena itu, saldo Rekening Penilai Surat Berharga harus dinihilkan,
sambil menihilkan saldo Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain. Jurnalnya adalah:
D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 18.883.458
K. Rekening Penilaian Surat Berharga - AFS Rp 18.883.458

Jurnal yang terakhir yang harus dibuat adalah penerimaan dana pencairan obligasi
tersebut, yaitu:
D. Kas/Giro pada Bank Lain/Giro pada BI Rp 1.000.000.000
K. Surat Berharga - Tersedia Untuk Dijual Rp 1.000.000.000

Contoh 3:
Pada tanggal 9 Juli 2010, Bank ABC membeli obligasi bernominal Rp 1.000.000.000, Accured
memberi bunga kupon 5% dibayar setiap akhir bulan. Obligasi tersebut dibeli dengan interest dan
brokerage fee
harga 99%, , ditambah accrued interest untuk 9 hari. Untuk membeli obligasi dimaksud,
Bank ABC membayar brokerage fee sebesar Rp 15.000.000. Biaya pembelian obligasi di
bawah Rp 20.000.000 dianggap tidak material, sehingga langsung diakui sebagai beban,
dan tidak diamortisasi sebagai pengurang pendapatan bunga. Obligasi tersebut akan jatuh
tempo tanggal 30 September 2011, atau sisa waktu jatuh tempo hampir 15 bulan.
Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:
D. Surat Berharga - Tersedia Untuk Dijual Rp 990.000.000
D. Pendapatan bunga yang akan diterima
(9/360 x 5% x Rp 1M) Rp 1.250.000
K. Kas/Giro pada Bank Lain/Giro pada BI Rp 991.250.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 91


Modul 3 : Bank Accounting

D. Beban fee broker Rp 15.000.000


K. Kas/Giro pada Bank Lain/Giro pada BI Rp 15.000.000
(Biaya broker langsung diakui sebagai beban, karena nilainya kurang dari Rp 20.000.000).

Pada tanggal 31 Juli 2010, Bank ABC akan membuat laporan bulanan, sehingga Bank
ABC harus mengakui tagihan bunga untuk bulan Juli (selama 22 hari), yaitu 22/360 x 5%
x Rp 1.000.000.000 = Rp 3.055.556. Untuk menghitung pendapatan bunga, terlebih
dahulu harus dihitung tingkat bunga efektif dengan mencari nilai r pada persamaan
berikut:
4.305.556 4.305.556 4.166.667 4.166.667 1.000.000.000
990.000.000     ........  
(1  r %)1
(1  r %) 2
(1  r %) 3
(1  r %)15 (1  r %)15

Pembilang pada persamaan di atas adalah aliran kas yang akan diterima Bank ABC pada Yield to
setiap semester, berupa bunga dan pokok. Bunga dihitung berdasarkan actual days, maturity (ytm)
sehingga untuk bulan yang berumur 31 hari bunganya lebih besar dibanding bulan yang
umurnya 30 atau 28 hari. Dari persamaan di atas didapat nilai r = 0,492%/bulan atau
5,91% per tahun. Nilai r juga bisa diambil dari nilai yield to maturity (ytm) yang biasanya
tersedia di pasar. Jadi, pendapatan bunga yang boleh diakui untuk bulan Juli 2010 adalah
22/360 x 5,91% x Rp 1.000.000 = Rp 3.611.667. Selisih antara tagihan bunga dengan
pendapatan bunga yang diakui dengan metode bunga efektif merupakan amortisasi
diskonto. Jurnal yang harus dibuat untuk mencapat tagihan dan pendapatan bunga adalah:
D. Pendapatan bunga yang akan diterima Rp 3.055.556
D. Surat Berharga - Tersedia untuk Dijual Rp 556.111
K. Pendapatan bunga Rp 3.611.667

Bank ABC juga melakukan mark-to-market, harga pasar obligasi tersebut diketahui
sebesar Rp 993.000.000, sedangkan nilai tercatat (carrying amount) adalah Rp990.000.000
+ Rp 556.111 = Rp 990.556.111. Jadi, Bank ABC mengakui kenaikan harga sebesar
Rp993.000.000 - Rp 990.556.111 = Rp 2.443.889. Jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Rekening Penilaian Surat Berharga -AFS Rp 2.443.889
K. Ekuitas - pendapatan komprehensif lain Rp 2.443.889

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 92


Modul 3 : Bank Accounting

Bank ABC menerima secara tunai bunga untuk 31 hari selama bulan Juli, yaitu
Rp4.305.556. Jurnal yang dibuat adalah:
D. Kas/Giro pada bank lain/Giro pada BI Rp 4.305.556
K. Pendapatan bunga yang akan diterima Rp 4.305.556

Pada tanggal 4 Agustus, Bank ABC menjual obligasi tersebut dengan harga 99,5%.
Bunga untuk 4 hari di bulan Agustus masih menjadi hak Bank ABC, sehingga dibuat
jurnal:
D. Pendapatan bunga yang akan diterima
(4/360 x 5% x Rp 1 M) Rp 555.556.
D. Surat berharga - Tersedia Untuk Dijual Rp 101.111
K. Pendapatan bunga surat berharga (4/360 x 5,91% x Rp 1 M) Rp 656.667

Jadi pada transaksi penjualan obligasi tersebut data yang berlaku adalah:
 Uang yang diterima adalah 99,5% x Rp 1 M + Rp 555.556 (accrued interest) =
995.555.556.
 Saldo surat berharga = Rp 990.556.111 (carrying amount 31 Juli) + Rp 101.111 =
Rp990.657.222.
 Saldo Rekening Penilaian Surat Berharga-AFS (Debet) dan Ekuitas - Pendapatan
komprehensif lain (kredit) = Rp 2.443.889.
 Pendapatan bunga yang akan diterima Rp 555.556

Keuntungan dari penjualan surat berharga tersebut adalah: harga jual dikurangi dengan
carrying amount tanggal 4 Agustus 2010, yaitu:
Harga jual Rp 995.000.000
Nilai tercatat (carrying amount):
- Saldo surat berharga Rp 990.657.222
- Saldo rekening penilai (debet) Rp 2.443.889
Rp 993.101.111
Keuntungan penjualan surat berharga AFS Rp 1.898.889

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 93


Modul 3 : Bank Accounting

Jurnal yang harus dibuat adalah:


D. Kas/Giro pada Bank Lain/Giro pada BI Rp 995.555.556
K. Surat Berharga - Tersedia Untuk Dijual Rp 990.657.222
K. Rekening penilai Surat Berharga Rp 2.443.889
K. Pendapatan bunga yang akan diterima Rp 555.556
K. Keuntungan penjualan surat berharga Rp 1.898.889

Selain jurnal di atas, keuntungan dari mark-to-market yang semula ditampung pada Rekening
rekening Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain, setelah surat berharga AFS dijual boleh pendapatan
komprehensif
diakui sebagai keuntungan, sehingga dibuat jurnal: lain

D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 2.443.889


K. Keuntungan penjualan surat berharga Rp 2.443.889

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 94


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 5.2


AKUNTANSI SURAT BERHARGA AFS

1. Pada saat pembelian surat berharga AFS, didebet rekening Surat Berharga-FVTPL
sebesar harga pasar, ditambah biaya komisi pembelian (brokerage fee) bila jumlahnya
signifikan. Bila biaya komisi pembelian cukup signifikan maka ditambahkan sebagai
harga beli surat berharga AFS.
2. Bila pembelian dilakukan bukan pada tanggal pembayaran bunga, maka bunga
berjalan harus dibayar kepada penjual, dan dicatat sebagai Pendapatan Bunga yang
Akan Diterima.
3. Kenaikan atau penurunan harga surat berharga AFS diakui sebagai penambah atau
pengurang rekening modal yang dicatat sebagai pendapatan komprehensif lain.
4. Pendapatan bunga dari surat berharga AFS diakui dengan metode bunga efektif, yaitu
suku bunga yang menyamakan kas keluar untuk mebeli surat berharga tersebut dengan
nilai sekarang dari aliran kas masuk dari bunga kupon dan nilai nominal yang akan
diterima pada saat jatuh tempo.
5. Besarnya pendapatan bunga adalah sebesar suku bunga efektif dikalikan dengan saldo
amortised cost pada awal periode.
6. Amortised cost adalah harga beli surat berharga ditambah dengan amortisasi diskon
atau dikurangi dengan amortisasi premium.
7. Bila surat berharga dibeli dengan harga di atas par (dengan premium), maka
pendapatan bunga yang diakui lebih rendah dari pada kas yang diterima dari bunga
kupon. Selisih antara kas yang diterima dari bunga kupon dengan pendapatan bunga
yang diakui dengan dikurangkan pada saldo amortised cost surat berharga AFS.
8. Bila surat berharga dibeli dengan harga di bawah par (dengan diskon), maka
pendapatan bunga yang diakui lebih tinggi dari pada kas yang diterima dari bunga
kupon. Selisih antara kas yang diterima dari bunga kupon dengan pendapatan bunga
yang diakui dengan ditambahkan pada saldo amortised cost surat berharga AFS.
9. Setiap bulan dilakukan mark to market terhadap surat berharga AFS, yaitu
membandingkan antara harga pasar surat berharga dengan saldo amortised costnya.
Bila nilai pasar surat berharga lebih tinggi dari carrying amount surat berharga, maka
bank menaikkan nilai surat berharga tersebut dan mengkredit rekening pendapatan
komprehensif lain. Sebaliknya, bila nilai pasar surat berharga lebih rendah dari pada

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 95


Modul 3 : Bank Accounting

carrying amount surat berharga, maka bank menurunkan nilai surat berharga tersebut
dan mendebet rekening pendapatan komprehensif lain.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 96


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 5.2

Soal 1 s/d 7 merupakan satu kesatuan:


1. Pada tanggal 16 Februari 2012, Bank XYZ membeli wesel berjangka bernominal Rp
1.000.000.000 yang jatuh tempo tanggal 6 April 2012, dibeli dengan diskonto yang
dihitung dengan rumus true discount sebesar 4% per tahun. Pada saat itu tingkat
diskonto yang berlaku di pasar adalah sekitar 3% untuk wesel ekspor sejenis. Bank
XYZ mengeluarkan biaya broker sebesar Rp 500.000. Bank XYZ menggolongkan
surat berharga itu sebagai AFS.
Jurnal yang dibuat pada tanggal 16 April adalah... .
a. D. Surat berharga - wesel berjangka AFS
(Rp 1M-50/360x4%xRp 1M) Rp 994.944.444
D. Biaya broker Rp 500.000
K. Giro BI Rp 994.944.444
b. D. Surat berharga - wesel berjangka AFS Rp 994.944.444
K. Giro BI Rp 994.944.444
c. D. Surat Berharga - wesel berjangka AFS
(1Mx360)/(360+(4%x50)) Rp 994.475.138
D. Biaya broker Rp 500.000
K. Giro BI Rp 994.975.138
d. D. Surat Berharga - wesel berjangka AFS
(1Mx360)/(360+(4%x50)) Rp 994.975.138
K. Giro BI Rp 994.975.138

2. Pada sore hari tanggal 16 Februari 2012, dilakukan mark to market sesuai harga pasar
yang berlaku saat itu yaitu 97 (tingkat diskonto 3%). Jurnal yang dibuat untuk
mencatat hasil mark to market adalah... .
a. D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 1.375.484
K. Rekening Penilai - Surat berharga wesel berjangka AFS Rp 1.375.484
b. D. Rekening Penilai - Surat berharga wesel berjangka AFS Rp 1.375.484
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 1.375.484
c. D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 875.484
K. Rekening Penilai - Surat berharga wesel berjangka AFS Rp 875.484

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 97


Modul 3 : Bank Accounting

d. D. Rekening Penilai - Surat berharga wesel berjangka AFS Rp 875.484


K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp875.484

3. Setiap hari sejak tanggal 17 Februari 2012, Bank XYZ melakukan pengakuan
pendapatan bunga dan amortisasi diskonto wesel berjangka tersebut. Perhatikan tabel
di halaman berikut, dan pilihlah jurnal yang benar untuk pengakuan bunga tanggal 17
Februari 2012... .
a. D. Surat berharga - wesel berjangka AFS Rp 100.249
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 100.249
b. D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 100.249
K. Surat berharga - wesel berjangka AFS Rp 100.249
c. D. Pendapatan bunga Rp 100.249
K. Surat berharga - wesel berjangka AFS Rp 100.249
d. D. Surat berharga - wesel berjangka AFS Rp 100.249
K. Pendapatan bunga Rp 100.249

4. Berdasarkan tabel tersebut, bila Bank XYZ memegang wesel berjangka tersebut sejak
tanggal 16 Februari 2011 sampai dengan tanggal 4 Maret 2012, maka jumlah
pendapatan bunga secara kumulatif adalah... .
a. Rp 100.411
b. Rp 875.484
c. Rp 1.705.614
d. Rp 3.250.239

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 98


Modul 3 : Bank Accounting

5. Pada tanggal 4 Maret 2012, harga pasar wesel berjangka tersebut adalah 98,50 (discout
1,5%). Harga pasar wesel berjangka pada tanggal 4 Maret 2012 adalah... .
a. Rp 994.475.138
b. Rp 994.975.138
c. Rp 995.850.622
d. Rp 998.626.888

6. Jurnal yang harus dibuat tanggal 4 Maret 2012 untuk melakukan mark to market
adalah... .
a. D. Surat berharga wesel berjangka Rp 875.484
K. Pendapatan kenaikan nilai wajar surat berharga Rp 875.484
b. D. Rekening penilai surat berharga wesel berjangka AFS Rp 875.484
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 875.484
c. D. Rekening penilai surat berharga wesel berjangka AFS Rp 2.776.266
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 2.776.266
d. D. Rekening penilai surat berharga wesel berjangka AFS Rp 2.776.484
K. Pendapatan kenaikan nilai wajar surat berharga Rp 2.776.484

7. Pada tanggal 5 Maret 2012, Bank XYZ menerima pembayaran hasil penjual wesel
berjangka dengan harga 98% (discount 2%). Jurnal yang dibuat pada saat itu adalah... .
a. D. Giro BI Rp 998.225.377
D. Kerugian penjualan surat berharga Rp 401.511
K. Surat berharga - wesel berjangka AFS Rp 994.975.138
K. Rekening penilai surat berharga - wesel berjangka Rp 3.651.750

D. Ekuitas - pendapatan komprehensif lain Rp 3.651.750


K. Keuntungan penjualan surat berharga AFS Rp 3.651.750

b. D. Giro BI Rp 998.225.377
D. Kerugian penjualan surat berharga Rp 401.511
K. Surat berharga - wesel berjangka AFS Rp 994.975.138
K. Rekening penilai surat berharga - wesel berjangka Rp 3.651.750

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 99


Modul 3 : Bank Accounting

c. D. Surat berharga - wesel berjangka AFS Rp 998.225.377


D. Kerugian penjualan surat berharga Rp 401.511
K. Giro BI Rp 994.975.138
K. Rekening penilai surat berharga - wesel berjangka Rp 3.651.750

d. D. Surat berharga - wesel berjangka AFS Rp 998.225.377


D. Kerugian penjualan surat berharga Rp 401.511
K. Giro BI Rp 994.975.138
K. Rekening penilai surat berharga - wesel berjangka Rp 3.651.750

D. Keuntungan penjualan surat berharga AFS Rp 3.651.750


K. Ekuitas - pendapatan komprehensif lain Rp 3.651.750

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Tanggal Cash Flow Amortised Cost Pend. Bunga Eff.


16/02/2012 (994.975.138) 994.975.138
17/02/2012 0 995.075.387 100.249
18/02/2012 0 995.175.647 100.259
19/02/2012 0 995.275.917 100.270
20/02/2012 0 995.376.196 100.280
21/02/2012 0 995.476.486 100.290
22/02/2012 0 995.576.786 100.300
23/02/2012 0 995.677.096 100.310
24/02/2012 0 995.777.416 100.320
25/02/2012 0 995.877.746 100.330
26/02/2012 0 995.978.086 100.340
27/02/2012 0 996.078.437 100.350
28/02/2012 0 996.178.797 100.361
29/02/2012 0 996.279.168 100.371
01/03/2012 0 996.379.549 100.381
02/03/2012 0 996.479.940 100.391
03/03/2012 0 996.580.341 100.401
04/03/2012 0 996.680.752 100.411
05/03/2012 0 996.781.173 100.421
06/03/2012 0 996.881.604 100.431
07/03/2012 0 996.982.046 100.441
08/03/2012 0 997.082.497 100.452
09/03/2012 0 997.182.959 100.462
10/03/2012 0 997.283.431 100.472
11/03/2012 0 997.383.913 100.482

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 100


Modul 3 : Bank Accounting

12/03/2012 0 997.484.405 100.492


13/03/2012 0 997.584.907 100.502
14/03/2012 0 997.685.419 100.512
15/03/2012 0 997.785.942 100.522
16/03/2012 0 997.886.474 100.533
17/03/2012 0 997.987.017 100.543
18/03/2012 0 998.087.570 100.553
19/03/2012 0 998.188.133 100.563
20/03/2012 0 998.288.706 100.573
21/03/2012 0 998.389.289 100.583
22/03/2012 0 998.489.883 100.593
23/03/2012 0 998.590.486 100.604
24/03/2012 0 998.691.100 100.614
25/03/2012 0 998.791.724 100.624
26/03/2012 0 998.892.358 100.634
27/03/2012 0 998.993.002 100.644
28/03/2012 0 999.093.656 100.654
29/03/2012 0 999.194.320 100.664
30/03/2012 0 999.294.995 100.674
31/03/2012 0 999.395.679 100.685
01/04/2012 0 999.496.374 100.695
02/04/2012 0 999.597.079 100.705
03/04/2012 0 999.697.794 100.715
04/04/2012 0 999.798.519 100.725
05/04/2012 0 999.899.254 100.735
06/04/2012 1.000.000.000 1.000.000.000 100.746

EIR = 0,01008%

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 101


Modul 3 : Bank Accounting

Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 5.2

1. d
2. d
3. d
4. c
5. d
6. c
7. a

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 102


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 5.3


AKUNTANSI SURAT BERHARGA HTM dan L&R

Perlakuan akuntansi untuk surat berharga HTM dan L&R pada dasarnya adalah sama, Akuntansi
selama tidak terjadi penjualan sebelum jatuh tempo. Suatu surat berharga yang akan surat
berharga
dimiliki hingga jatuh tempo boleh dikelompokkan sebagai L&R bila surat berharga HTM dan
L&R
tersebut tidak mempunyai kuotasi di pasar yang aktif. Bila ada pasar aktifnya maka harus
dikelompokkan sebagai HTM. Bila surat berharga tersebut dikelompokkan sebagai HTM
kemudian ternyata dijual sebelum jatuh tempo, maka surat berharga yang tersisa harus
dikelompokkan dalam AFS, dan surat berharga yang sejenis tidak diperbolehkan
dikelompokkan dalam HTM selama dua tahun (tainting rule). Bila surat berharga tersebut
boleh digolongkan sebagai L&R maka ketentuan tainting rule tidak berlaku.

Contoh 1:
Pada tanggal 4 Juni 2010, Bank ABC membeli obligasi bernominal Rp 1.000.000.000 Accrued
dengan bunga kupon 8% (dibayar setiap akhir bulan berdasarkan actual days/360), pada interest
harga 99,425% ditambah accrued interest untuk 4 hari. Obligasi tersebut dibeli untuk
dimiliki hingga jatuh tempo pada tanggal 31 Mei 2011. Bank ABC harus membayar
brokerage fee sebesar Rp 15.000.000, sementara tingkat materialitas biaya yang dapat Brokerage fee
diatribusikan secara langsung kepada surat berharga ditetapkan oleh bank sebesar Rp
20.000.000.
Jurnal yang dibuat pada tanggal 4 Juni 2010 adalah:
D. Surat berharga – HTM Rp 994.250.000
D. Pendapatan bunga yang akan diterima (4/360 x 8% x Rp 1M) Rp 888.889
K. Kas/Giro pada bank lain/Giro pada BI Rp 995.138.889

Karena biaya transaksi lebih kecil dari jumlah minimal Rp 20.000.000, maka biaya
tersebut langsung diakui sebagai beban dan tidak perlu diamortisasi selama umur surat
berharga. Jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Beban fee broker Rp 15.000.000
K. Kas/Giro pada Bank Lain/Giro pada BI Rp 15.000.000
Contractual
Selanjutnya, setiap akhir bulan dilakukan, pada saat penerimaan bunga sebesar contractual rate dan
effective
rate, Bank ABC akan mengakui pendapatan bunga sebesar effective interest rate. Oleh interest rate

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 103


Modul 3 : Bank Accounting

karena itu Bank ABC harus menghitung effective interest rate. Untuk mendapatkan
perhitungan yang lebih akurat, suku bunga efektif dihitung secara harian, dengan
persamaan berikut:
5.777.778 6.888.889 6.888.889 6.666.667 6.888.889 6.666.667
994.250.000      
(1  r %) 26 (1  r %) 57 (1  r %) 88 (1  r %)118 (1  r %)149 (1  r %)179

6.888.889 6.888.889 6.222.222 6.888.889 6.666.667 1.006.888.889


     
(1  r %) 210 (1  r %) 241 (1  r %) 269 (1  r %) 300 (1  r %) 330 (1  r %) 361

Dalam persamaan di atas, di ruas kiri adalah kas keluar untuk membeli obligasi tersebut,
sedangkan di ruas kanan adalah kas masuk dari bunga dan pokok yang diterima dari
obligasi tersebut. Besarnya bunga yang diterima merupakan cotractual rate, yaitu: jumlah
hari dalam setiap bulan x 8% x Rp 1 milyar. Pangkat dari setiap penyebut menunjukkan
pada hari keberapa aliran kas tersebut diterima. Tabel berikut menunjukkan tanggal dan
besarnya aliran kas keluar dan masuk.
Aliran kas Tanggal Hari ke
(994.250.000) 04 Juni 2010 0
5.777.778 30 Juni 2010 26
6.888.889 31 Juli 2010 57
6.888.889 31 Agustus 2010 88
6.666.667 30 September 2010 118
6.888.889 31 Oktober 2010 149
6.666.667 30 Nopember 2010 179
6.888.889 31 Desember 2010 210
6.888.889 31 Januari 2011 241
6.222.222 28 Februari 2011 269
6.888.889 31 Maret 2011 300
6.666.667 30 April 2011 330
1.006.888.889 31 Mei 2011 361

Dengan memecahkan persamaan tersebut dengan formula excell "=IRR(value,guess)",


didapat nilai effective interest rate sebesar 0,02381% per hari atau 8,59% untuk 361 hari
(sejak 4 Juni 2010 s/d 31 Mei 2011). Selanjutnya, dibuat jurnal untuk mencatat
pengakuan pendapatan bunga setiap hari, dan penerimaan kas pada tanggal-tanggal di atas.
Untuk membuat jurnal itu perhatikan tabel di bawah ini:

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 104


Modul 3 : Bank Accounting

Pendapatan Penerimaan kas


Hari ke Tanggal Nilai tercatat Surat Berharga
Bunga efektif (Bunga Kontraktual)
(K) (D) (D)
0 04/06/2010 994.250.000
1 05/06/2010 994.486.707 236.707 - 236.707
2 06/06/2010 994.723.471 236.764 - 236.764
3 07/06/2010 994.960.291 236.820 - 236.820
4 08/06/2010 995.197.167 236.876 - 236.876
5 09/06/2010 995.434.100 236.933 - 236.933
6 10/06/2010 995.671.090 236.989 - 236.989
7 11/06/2010 995.908.135 237.046 - 237.046
8 12/06/2010 996.145.237 237.102 - 237.102
9 13/06/2010 996.382.396 237.159 - 237.159
10 14/06/2010 996.619.611 237.215 - 237.215
11 15/06/2010 996.856.882 237.271 - 237.271
12 16/06/2010 997.094.210 237.328 - 237.328
13 17/06/2010 997.331.595 237.384 - 237.384
14 18/06/2010 997.569.036 237.441 - 237.441
15 19/06/2010 997.806.533 237.498 - 237.498
16 20/06/2010 998.044.087 237.554 - 237.554
17 21/06/2010 998.281.698 237.611 - 237.611
18 22/06/2010 998.519.365 237.667 - 237.667
19 23/06/2010 998.757.089 237.724 - 237.724
20 24/06/2010 998.994.869 237.780 - 237.780
21 25/06/2010 999.232.706 237.837 - 237.837
22 26/06/2010 999.470.600 237.894 - 237.894
23 27/06/2010 999.708.550 237.950 - 237.950
24 28/06/2010 999.946.557 238.007 - 238.007
25 29/06/2010 1.000.184.620 238.064 - 238.064
26 30/06/2010 994.644.963 238.120 5.777.778 (5.539.658)
27 01/07/2010 994.881.764 236.801 - 236.801
28 02/07/2010 995.118.622 236.858 - 236.858
29 03/07/2010 995.355.536 236.914 - 236.914
30 04/07/2010 995.592.507 236.971 - 236.971
31 05/07/2010 995.829.533 237.027 - 237.027
32 06/07/2010 996.066.617 237.083 - 237.083
33 07/07/2010 996.303.757 237.140 - 237.140
34 08/07/2010 996.540.953 237.196 - 237.196
35 09/07/2010 996.778.206 237.253 - 237.253
36 10/07/2010 997.015.515 237.309 - 237.309

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 105


Modul 3 : Bank Accounting

Jurnal yang dibuat untuk pengakuan bunga setiap hari adalah sebagai berikut:
5 Juni 2010:
D. Surat Berharga - HTM Rp 236.707
K. Pendapatan bunga Rp 236.707
6 Juni 2010:
D. Surat Berharga - HTM Rp 236.764
K. Pendapatan bunga Rp 236.764

Demikian seterusnya jurnal dibuat setiap hari sesuai tabel di atas, sehingga Nilai Tercatat
Surat Berharga akan meningkat terus setiap hari, karena setiap hari tidak ada kas yang
diterima. Pada tanggal 30 Juni 2010 (akhir bulan), barulah ada penerimaan kas, sehingga
dibuat jurnal:
D. Kas Rp 5.777.778
K. Surat Berharga Rp 5.539.658
K. Pendapatan Bunga Rp 238.120

Dengan adanya jurnal ini maka nilai tercatat Surat Berharga menurun tajam. Demikian
seterusnya, setiap hari saldo nilai tercatat akan meningkat sedikit demi sedikit, tapi setiap
akhir bulan turun tajam. Untuk menyingkat pemaparan, berikut ini disajikan bagian akhir
dari tabel di atas, yang menunjukkan saat jatuh tempo obligasi tersebut. Jurnal yang dibuat
pada saat itu adalah:
D. Kas Rp 1.006.888.889
K. Surat Berharga Rp 1.006.649.230
K. Pendapatan Bunga Rp 239.659

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 106


Modul 3 : Bank Accounting

327 27/04/2011 1.005.434.301 239.313 - 239.313


328 28/04/2011 1.005.673.671 239.370 - 239.370
329 29/04/2011 1.005.913.098 239.427 - 239.427
330 30/04/2011 999.485.915 239.484 6.666.667 (6.427.183)
331 01/05/2011 999.723.869 237.954 - 237.954
332 02/05/2011 999.961.880 238.011 - 238.011
333 03/05/2011 1.000.199.947 238.067 - 238.067
334 04/05/2011 1.000.438.071 238.124 - 238.124
335 05/05/2011 1.000.676.251 238.181 - 238.181
336 06/05/2011 1.000.914.489 238.237 - 238.237
337 07/05/2011 1.001.152.783 238.294 - 238.294
338 08/05/2011 1.001.391.133 238.351 - 238.351
339 09/05/2011 1.001.629.541 238.407 - 238.407
340 10/05/2011 1.001.868.005 238.464 - 238.464
341 11/05/2011 1.002.106.526 238.521 - 238.521
342 12/05/2011 1.002.345.104 238.578 - 238.578
343 13/05/2011 1.002.583.738 238.635 - 238.635
344 14/05/2011 1.002.822.430 238.691 - 238.691
345 15/05/2011 1.003.061.178 238.748 - 238.748
346 16/05/2011 1.003.299.983 238.805 - 238.805
347 17/05/2011 1.003.538.845 238.862 - 238.862
348 18/05/2011 1.003.777.764 238.919 - 238.919
349 19/05/2011 1.004.016.739 238.976 - 238.976
350 20/05/2011 1.004.255.772 239.033 - 239.033
351 21/05/2011 1.004.494.861 239.089 - 239.089
352 22/05/2011 1.004.734.008 239.146 - 239.146
353 23/05/2011 1.004.973.211 239.203 - 239.203
354 24/05/2011 1.005.212.471 239.260 - 239.260
355 25/05/2011 1.005.451.789 239.317 - 239.317
356 26/05/2011 1.005.691.163 239.374 - 239.374
357 27/05/2011 1.005.930.594 239.431 - 239.431
358 28/05/2011 1.006.170.082 239.488 - 239.488
359 29/05/2011 1.006.409.627 239.545 - 239.545
360 30/05/2011 1.006.649.230 239.602 - 239.602
361 31/05/2011 (0) 239.659 1.006.888.889 (1.006.649.230)

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 107


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 5.3


AKUNTANSI SURAT BERHARGA HTM dan L&R

1. Perlakuan akuntansi surat berharga HTM dan L&R pada dasarnya adalah sama,
kecuali bila terjadi penjualan sebelum jatuh tempo, dimana untuk surat berharga HTM
berlaku tainting rule, sedangkan untuk surat berharga L&R tidak berlaku.
2. Pembelian surat berharga HTM dan L&R dicatat sebesar uang yang dibayarkan untuk
membeli surat berharga tersebut, tapi tidak termasuk pembayaran untuk bunga berjalan
(accrued interest) yang menjadi hak penjual yang harus dicatat sebagai pendapatan
bunga yang akan diterima. Biaya broker yang tidak material juga tidak dimasukan
sebagai harga beli surat berharga, dan langsung dianggap sebagai beban.
3. Bila bank mengakui pendapatan bunga setiap hari, maka bank mengakui pendapatan
bunga sebesar suku bunga efektif per hari dikalikan saldo amortised cost. Karena bank
tidak menerima pendapatan bunga setiap hari, maka setiap hari diakui nilai amortised
cost meningkat sebesar pendapatan bunga efektif harian yang diakui bank.
4. Bila bank menerima bunga kupon (bunga kontraktual) setiap akhir bulan, maka setiap
akhir bulan bank akan mencatat penerimaan kas sebesar bunga kupon untuk satu
bulan, dan sebagai lawannya dicatat menurunan nilai amortised cost.
5. Jadi, bila bank mencatat pengakuan bunga efektif setiap hari, dan menerima bunga
kupon setiap bulan, maka saldo amortised cost akan meningkat setiap hari sebesar
bunga efektif per hari, dan menurun sebesar bunga kontraktual per bulan pada akhir
bulan.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 108


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 5.3

Pada tanggal 30 November 2010 Bank ABC membeli obligasi dengan nominal Rp
1.000.000.000, dengan kupon bunga 7,5% (actual days/360) dengan harga 99,375.
Obligasi tersebut jatuh tempo pada tanggal 30 November 2011. Bunga akan diterima
setiap 6 bulan sekali, yaitu setiap tanggal 31 Mei dan 30 November. Bank ABC membayar
brokerage fee Rp 20.000.000. Tingkat materialitas biaya yang terkait dengan surat
berharga adalah Rp 20.000.000. Bank ABC akan memegang obligasi tersebut sampai jatuh
tempo. Aliran kas keluar dan kas masuk dari investasi di atas disajikan pada tabel di
bawah ini:

Tanggal Aliran Kas Amortised Cost Pend. bunga


30/11/2010 (1.013.750.000) 1.013.750.000
31/12/2010 0 1.018.892.443 5.142.443
31/01/2011 0 1.024.060.972 5.168.529
28/02/2011 0 1.029.255.719 5.194.747
31/03/2011 0 1.034.476.817 5.221.099
30/04/2011 0 1.039.724.401 5.247.584
31/05/2011 37.916.667 1.007.081.937 5.274.203
30/06/2011 0 1.012.190.555 5.108.618
31/07/2011 0 1.017.325.087 5.134.532
31/08/2011 0 1.022.485.666 5.160.578
30/09/2011 0 1.027.672.422 5.186.756
31/10/2011 0 1.032.885.489 5.213.067
30/11/2011 1.038.125.000 - 5.239.511

EIR = 0,507%

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 109


Modul 3 : Bank Accounting

1. Jurnal yang dibuat pada tanggal 1 Desember untuk mencatat pembelian obligasi
tersebut oleh Bank ABC adalah... .
a. D. Surat berharga - amortised cost Rp 1.020.000.000
K. Giro BI Rp 1.020.000.000
b. D. Surat Berharga - amortised cost Rp 1.013.750.000
K. Giro BI Rp1.013.750.000
c. D. Surat Berharga - amortised cost Rp 993.750.000
D. Biaya broker Rp 20.000.000
K. Giro BI Rp 1.013.750.000
d. D. Giro BI Rp 1.013.750.000
K. Surat Berharga - amortised cost Rp 1.013.750.000

2. Suku bunga efektif per bulan dari investasi pada obligasi di atas adalah...
a. 0,625%
b. 0,507%
c. 7,5%
d. 3,75%

3. Jurnal yang dibuat di Bank ABC pada tanggal 31 Desember 2010 adalah... .
a. D. Surat Berharga - Amortised Cost Rp 5.142.443
K. Pendapatan bunga Rp 5.142.443
b. D. Tagihan bunga Rp 5.142.443
K. Pendapatan bunga Rp 5.142.443
c. D. Kas Rp 5.142.443
K. Pendapatan bunga Rp 5.142.443
d. D. Surat Berharga - Amortised Cost Rp 1.018.892.443
K. Pendapatan bunga Rp 5.142.443
K. Giro BI Rp 1.013.750.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 110


Modul 3 : Bank Accounting

4. Jurnal yang dibuat di Bank ABC pada tanggal 31 Mei 2012 adalah... .
a. D. Surat Berharga - amortised cost Rp 37.916.667
K. Giro BI Rp 32.642.464
K. Pendapatan bunga Rp 5.274.203
b. D. Giro BI Rp 1.039.724.401
K. Surat Berharga - amortised cost Rp 1.007.081.937
K. Pendapatan bunga Rp 32.642.464
c. D. Surat Berharga - amortised cost Rp 1.039.724.401
K. Giro BI Rp 1.007.081.937
K. Pendapatan bunga Rp 32.642.464
d. D. Giro BI Rp 37.916.667
K. Surat Berharga - amortised cost Rp 32.642.464
K. Pendapatan bunga Rp 5.274.203

5. Pada tanggal 30 November 2011 Bank ABC menerima bunga untuk semester kedua
sebesar Rp 38.120.000. Jurnal yang dibuat di Bank ABC untuk mencatat penerimaan
bunga itu adalah... .
a. D. Giro BI Rp 38.120.000
K. Pendapatan bunga Rp 38.120.000
b. D. Surat Berharga - amortised cost Rp 38.120.000
K. Pendapatan bunga Rp 5.239.511
K. Giro BI Rp 32.885.489
c. D. Surat Berharga - amortised cost Rp 38.120.000
K. Pendapatan bunga Rp 38.120.000
d. D. Giro BI Rp 38.120.000
K. Pendapatan bunga Rp 5.239.511
K. Surat Berharga - amortised cost Rp 32.885.489

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 111


Modul 3 : Bank Accounting

Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 5.3

1. b
2. b
3. a
4. d
5. d

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 112


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 6
AKUNTANSI DANA PIHAK KETIGA

A. Ruang Lingkup
Yang dibahas dalam akuntansi dana pihak ketiga adalah : akuntansi giro, tabungan,
deposito dan sertifikat deposito.

B. Pengertian Pengertian
1. Giro
Giro adalah simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM (kartu debet), sarana
perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Termasuk di
dalamnya giro yang diblokir untuk tujuan tertentu misalnya dalam rangka escrow
account, setoran jaminan yang diblokir oleh yang berwajib karena suatu perkara,
serta kredit yang bersaldo kredit.
2. Tabungan
Tabungan adalah simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Termasuk
didalamnya tabungan berjangka yang telah jatuh tempo sesuai dengan perjanjian
yang dipersyaratkan seperti tabungan pergi haji yang telah jatuh tempo.
3. Deposito
Deposito adalah simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank
yang bersangkutan. Deposito terdiri dari deposito yang berjangka waktu dan
deposit on call. Deposit on call adalah deposito yang berjangka waktu relatif
singkat dan dapat ditarik sewaktu-waktu dengan pemberitahuan sebelumnya.
4. Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito adalah simpanan pihak lain dalam bentuk deposito yang
sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindah tangankan (atas unjuk). Bunga
sertifikat deposito dihitung dengan cara diskonto, yaitu selisih antara nominal
deposito dengan jumlah uang yang disetor.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 113


Modul 3 : Bank Accounting

5. Klasifikasi Klasifikasi

Giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito, bentuk lain yang dipersamakan


dengan itu, merupakan kewajiban keuangan, dapat dibukukan dalam 2 kategori
kewajiban keuangan, yaitu:
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
Simpanan/dana pihak ketiga yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar
melalui laporan laba rugi (fair value option) meskipun tidak dimaksudkan
untuk diperjualbelikan. Untuk dapat diukur pada nilai wajar tersebut, bank
harus memenuhi persyaratan dalam PSAK 55 dan ketentuan yang berlaku
lainnya mengenai penggunaan fair value option.
b. Kewajiban Lainnya (biaya perolehan diamortisasi)
Kategori kewajiban lainnya, apabila tidak Diukur pada Nilai Wajar melalui
Laporan Laba Rugi.
6. NIlai Wajar Nilai Wajar

Nilai wajar atau Fair Value adalah jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan,
kewajiban dapat diselesaikan, antara pihak-pihak yang saling mengetahui dan
berkeinginan dalam transaksi yang wajar.
Hirarki dalam menentukan nilai wajar (fair value):
a. Harga kuotasi di pasar aktif (published price quotation), yaitu bid price untuk
aset keuangan and ask price untuk kewajiban keuangan
b. Untuk instrumen keuangan yang tidak memiliki harga kuotasi di pasar aktif,
maka digunakan valuation techniques, seperti:
(1) Harga dari transaksi terkini selama tidak terdapat perubahan kondisi
ekonomi yang signifikan sejak transaksi tersebut dilakukan
(2) Nilai wajar instrumen sejenis
(3) Discounted cash flow models
(4) Option pricing models

C. Perlakuan dan Pengukuran Perlakuan dan


pengukuran
1. Pengakuan Setoran
a. Setoran giro, tabungan dan deposito yang diterima tunai diakui pada saat uang
diterima. Setoran melalui kliring (bilyet giro bank lain) diakui setelah tidak
ada tolakan kliring (dananya sudah efektif).

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 114


Modul 3 : Bank Accounting

b. Setoran sertifikat deposito yang diterima tunai oleh bank diakui pada saat uang
diterima sebesar nilai nominal dikurangi bunga dibayar dimuka (diskonto).
Setoran sertifikat deposito melalui kliring (bilyet giro bank lain) diakui setelah
tidak ada tolakan kliring (dananya sudah efektif) sebesar nilai nominal
dikurangi bunga dibayar dimuka (diskonto).
2. Pengakuan Awal Pengakuan
awal
a. Pada saat pengakuan awal kewajiban (giro, tabungan, deposito berjangka,
sertifikat deposito, simpanan lain yang dapat dipersamakan) bank mengakui
sebesar nilai wajar yaitu:
(1) Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
(a) Sebesar pokok (nominal) simpanan.
(b) Untuk sertifikat deposito dan simpanan lain sejenis ini, dicatat sebesar
harga jual (nominal dikurangi diskonto).
(2) Kewajiban Lainnya (biaya perolehan diamortisasi)
Sebesar pokok (nominal) dikurangi diskonto dan dikurangi/ditambah
pendapatan/beban yang dapat diatribusikan secara langsung
b. Pada saat pengakuan awal kewajiban (giro, tabungan, deposito berjangka,
sertifikat deposito, simpanan lain yang dapat dipersamakan), bank tidak perlu
melakukan kapitalisasi atas beban pada biaya perolehan kewajiban, dan dapat
mengakui secara langsung sebagai beban pada periode berjalan, jika:
(1) Beban tidak dapat diatribusikan secara langsung pada kewajiban dan tidak
terkait dengan jangka waktu kewajiban.
(2) Beban tidak dapat diatribusikan secara langsung pada kewajiban dan terkait
dengan jangka waktu kewajiban namun besarnya tidak material.
3. Setelah Pengakuan Awal Setelah
Pengakuan
a. Setelah pengakuan awal kewajiban (giro, tabungan, deposito berjangka, awal
sertifikat deposito, simpanan lain yang dapat dipersamakan), bank mencatat
kewajiban tersebut sebagai berikut:
(1) Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
Sebesar nilai wajar. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan
nilai wajar diakui pada laporan laba rugi
(2) Kewajiban Lainnya (biaya perolehan diamortisasi)

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 115


Modul 3 : Bank Accounting

Sebesar biaya perolehan diamortisasi (amortised cost), yaitu nilai wajar


kewajiban yang diukur pada saat pengakuan awal ditambah atau dikurangi
amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif.
b. Untuk kewajiban yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi, nilai
yang dicatat tersebut (carrying amount) dapat berbeda dengan nilai yang akan
dibayarkan pada saat jatuh tempo, yaitu jika bank:
(1) mengeluarkan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung
pada perolehan/pemilikan kewajiban tersebut;
(2) memperoleh kewajiban dengan suku bunga diluar suku bunga pasar;
dan/atau
(3) memperoleh kewajiban secara diskonto atau premium.
c. Amortisasi dilakukan selama periode berjalan menggunakan metode suku
bunga efektif atas selisih antara nilai tercatat kewajiban (yang merupakan biaya
perolehan diamortisasi) dengan nilai kewajiban yang akan dibayarkan pada saat
jatuh tempo.
Bank dapat menggunakan metode garis lurus dalam melakukan amorti sasi
untuk:
(1) kewajiban dengan skedul penarikan (arus kas) yang sulit diprediksi,
misalnya giro; dan
(2) besarnya:
(a) biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung pada
perolehan/pemilikan kewajiban;
(b) perbedaan suku bunga kewajiban dan suku bunga pasar atas kewajiban
sejenis; dan/atau
(c) diskonto atau premium atas perolehan/pemilikan kewajiban material.
d. Amortisasi biaya transaksi atas simpanan/dana pihak ketiga yang tidak
memiliki jangka waktu tetap atau tidak diketahui periode kewajibannya dapat
didasarkan pada data historis rata-rata umur simpanan/dana pihak ketiga.
(1) Bank dapat tidak melakukan amortisasi serta mengakui sekaligus sebagai
beban pada periode berjalan, jika besarnya biaya transaksi tersebut tidak
material.
(2) Bank harus menetapkan tingkat materialitas dan mendokumentasikan
dalam kebijakan akuntansi.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 116


Modul 3 : Bank Accounting

D. Penyajian Penyajian
Kewajiban (giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, simpanan lain yang
dapat dipersamakan dengan itu) disajikan di neraca sesuai kategori kewajiban
keuangan, yaitu:
1. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
Sebesar nilai wajar
2. Kewajiban lainnya (biaya perolehan diamortisasi)
Sebesar biaya perolehan diamortisasi (amortised cost), yaitu nilai wajar kewajiban
yang diukur pada saat pengakuan awal ditambah atau dikurangi amortisasi
kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif.

E. Ilustrasi Jurnal Ilustrasi


jurnal
Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
1. Pada saat penerimaan setoran
Db. Kas/Rekening …/Giro BI
Kr. Giro/tabungan/deposito
(sebesar dana yang diterima)
2. Pembayaran biaya transaksi yang dapat diatribusikan:
Db. Giro/tabungan/deposito
Kr. Kas/ Rekening …/Giro BI
3. Pada saat penarikan giro/tabungan/deposito
Db. Giro/tabungan/deposito
Kr. Kas/ Rekening …/Giro BI
4. Penyesuaian nilai wajar:
a. Jika nilai wajar lebih tinggi dari nilai tercatat
Db. Beban selisih penilaian kewajiban
Kr. Giro/tabungan/deposito
b. Jika nilai wajar lebih rendah dari nilai tercatat:
Db. Giro/tabungan/deposito
Kr. Pendapatan selisih penilaian kewajiban

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 117


Modul 3 : Bank Accounting

5. Pengakuan beban bunga giro/tabungan/deposito


Db. Beban jasa giro/bunga tabungan/bunga deposito
Kr. Beban jasa giro/bunga tabungan/deposito masih harus dibayar
6. Pembayaran bunga giro/tabungan/deposito
Db. Jasa giro/beban bunga tabungan/deposito/yang masih harus dibayar
Kr. Giro/tabungan/deposito/Kas/Rekening.../Giro BI
Kr. Kewajiban segera - pajak nasabah
7. Penerbitan sertifikat deposito
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Sertifikat deposito
Kr. Kewajiban segera – pajak nasabah
8. Penyesuaian nilai wajar:
a. Jika nilai wajar lebih tinggi dari nilai tercatat
Db. Beban - selisih penilaian kewajiban
Kr. Serti fikat deposito
b. Jika nilai wajar lebih rendah dari nilai tercatat:
Db. Sertifikat deposito
Kr. Pendapatan-selisih penilaian kewajiban
9. Pengakuan beban bunga sertifikat deposito
Db. Beban bunga
Kr. Sertifikat deposito
10. Saat jatuh tempo sertifikat deposito
Db. Sertifikat deposito
Db. Beban bunga sertifikat deposito (beban bunga terakhir)
Kr. Kas/Rekening …/Giro BI
Kewajiban Lainnya (biaya Perolehan diamortisasi) Kewajiban
lainnya (biaya
1. Pada saat penerimaan setoran perolehan
Db. Kas/Rekening …/Giro BI diamortisasi)

Kr. Giro/tabungan/deposito – amortised cost


2. Pembayaran biaya transaksi yang dapat diatribusikan:
a. Apabila nilainya material untuk diamortisasi
Db. Giro/tabungan/deposito – amortised cost
Kr. Kas/Rekening…/Giro BI

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 118


Modul 3 : Bank Accounting

b. Apabila nilainya tidak material untuk diamortisasi


Db. Beban bunga
Kr. Kas/Rekening…/Giro BI
c. Pada saat penarikan giro/tabungan/deposito
Db. Giro/tabungan/deposito - amorti sed cost
Kr. Kas/Rekening …/Giro BI
3. Pengakuan beban bunga giro/tabungan/deposito
Db. Beban jasa giro/bunga tabungan/bunga deposito
Kr. Beban jasa Giro/bunga tabungan/deposito masih harus dibayar
4. Amortisasi biaya transaksi yang diatribusikan (apabila dilakukan amortisasi)
Db. Beban bunga
Kr. Giro/tabungan/deposito - amortised cost
5. Pembayaran bunga giro/tabungan/deposito
Db. Beban jasa giro/bunga tabungan/bunga deposito yang masih harus dibayar
Kr. Giro/tabungan/deposito - amorti sed cost/Kas/Rekening.../Giro BI
Kr. Kewajiban segera - pajak nasabah
6. Penerbitan sertifikat deposito
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Sertifikat deposito - amortised cost
Kr. Kewajiban segera – pajak nasabah
7. Amortisasi bunga dibayar dimuka sertifikat deposito
Db. Beban bunga sertifikat deposito
Kr. Sertifikat deposito - amortised cost
8. Saat jatuh tempo sertifikat deposito
Db. Sertifikat deposito - amortised cost
Db. Beban bunga sertifikat deposito (beban bunga terakhir)
Kr. Kas/Rekening …/Giro BI

Contoh Soal Contoh soal


Transaksi Giro/Tabungan, nasabah setor dengan bilyet giro bank lain Transaksi
giro/tabungan
Pada tanggal 13 Februari 2010, seorang nasabah giro (giran) Bank XYZ menyetorkan nasabah setor
selembar bilyet giro Bank PQR senilai Rp 20.000.000 untuk dikreditkan ke rekeningnya di dengan bilyet
giro bank lain
Bank XYZ. Setoran efektif (tidak terjadi penolakan) pada tanggal 15 Februari 2010. Jasa

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 119


Modul 3 : Bank Accounting

giro yang diberikan kepada giran adalah 4% per tahun dan sampai akhir bulan tidak terjadi
mutasi. (Dalam contoh ini tidak ada biaya transaksi yang dapat diatribusikan). Kebijakan
bank membukukan giro/tabungan sebagai kategori kewajiban lainnya (harga perolehan
yang diamortisasi.)

Jurnal transaksi
1. Pada saat nasabah hendak mencairkan bilyet giro tanggal 13 Februari 2010,
Tidak ada jurnal, hanya dilakukan pencatatan penerimaan bilyet giro
2. Tanggal 15 Februari 2010, ketika diketahui tidak terjadi penolakan
Db. Giro BI Rp. 20.000.000
Kr. Giro – amortised cost (Rek Nasabah) Rp. 20.000.000
3. Pengakuan beban bunga (setiap hari)
Db. Beban jasa giro Rp. 2.192
Kr. Jasa giro yang masih harus dibayar Rp. 2.192
Perhitungan:
Bunga per hari= Rp 20.000.000 x 4% x 1/365 = Rp 2.192
Jumlah hari bunga dari tgl 15 Februari 2010 s/d 28 Februari 2010 adalah 14 hari
sehingga total beban bunga untuk bulan Februari 2010 adalah Rp. 30.688 (14 x Rp.
2.192)
Pajak = 20% x Rp. 30.688 = Rp. 6.137
4. Pembayaran bunga tanggal 28 Februari 2010,
Db. Jasa giro yang masih harus dibayar Rp. 30.688
Kr. Giro - amortised cost (Rek. Nasabah) Rp. 24.551
Kr. Kewajiban segera - pajak nasabah Rp. 6.137

Transaksi Deposito, nasabah setor tunai Transaksi


deposito,
Pada tanggal 14 April 2010, seorang nasabah membuka rekening deposito sebesar nasabah setor
Rp20.000.000 yang disetor secara tunai di Bank XYZ untuk jangka waktu 1 bulan dengan tunai

suku bunga 6% per tahun. Nasabah menanggung biaya meterai sebesar Rp 6.000.
Kebijakan bank membukukan giro/tabungan dalam kategori kewajiban lainnya (harga
perolehan yang diamortisasi).

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 120


Modul 3 : Bank Accounting

Jurnal transaksi
1. Pada saat nasabah membuka rekening deposito tanggal 14 April 2010,
Db. Kas Rp. 20.006.000
Kr. Deposito - amortised cost Rp. 20.000.000
Kr. Persediaan meterai Rp. 6.000
2. Pengakuan beban bunga (setiap hari):
Db. Beban bunga deposito Rp. 3.288
Kr. Bunga deposito yang masih harus dibayar Rp. 3.288
Perhitungan:
Bunga setiap hari= Rp 20.000.000 x 1/365 x 6% = Rp 3.288
Jumlah hari bunga dari tgl 14 April 2010 s/d 14 Mei 2010 adalah 30 hari sehingga
total beban bunga deposito adalah Rp. 98.640 (30 x Rp3.288)
Pajak = 20% x Rp 98.640 = Rp19.728
3. Pada saat deposito jatuh tempo tanggal 14 Mei 2010,
a. Pembayaran bunga deposito:
Db. Bunga deposito yang masih harus dibayar Rp. 98.640
Kr. Giro (Rek. Nasabah)/Kas/Giro BI Rp. 78.912
Kr. Kewajiban segera - pajak nasabah Rp. 19.728
b. Pembayaran nominal deposito:
Db. Deposito - amortised cost Rp. 20.000.000
Kr. Giro (Rek. Nasabah)/Kas/Giro BI Rp. 20.000.000

Transaksi Sertifikat Deposito, nasabah setor tunai Transaksi


sertifikat
Contoh 1 : Sertifikat Deposito, kategori kewajiban lainnya deposito,
Pada tanggal 14 April 2013, seorang nasabah membeli sertifikat deposito Bank XYZ, nasabah setor
tunai
dengan nominal Rp 20.000.000, jangka waktu 1 bulan, suku bunga 6% per tahun. Nasabah
membayar biaya meterai sebesar Rp 6.000. Pada tanggal 14 Mei 2013, nasabah Contoh 1 :
Sertifikat
mencairkan sertifikat depositonya. Bank XYZ menggolongkan sertifikat deposito sebagai deposito,
kategori
kewajiban lainnya, yaitu disajikan sebesar amortised cost. kewajiban
lainnya

Perhitungan:
Nilai nominal sertifikat deposito = Rp 20.000.000
Nilai tunai = Rp 20.000.000 / (1 + (6%/365))30 = Rp 19.901.621 -

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 121


Modul 3 : Bank Accounting

Beban bunga = Rp 98.379


Pajak bunga tanggungan nasabah (20% x Rp 98.379) = Rp 19.676
Kas yang harus dibayar nasabah =
Nilai tunai + pajak bunga + biaya meterai = Rp 19.927.297.

Jadi, jurnal yang harus dibuat di Bank XYZ pada saat penerbitan sertifikat deposito,
tanggal 14 April 2013, adalah:
D. Kas Rp 19.927.297
K. Sertifikat deposito (amortised cost) Rp 19.901.621
K. Persediaan meterai Rp 6.000
K. Kewajiban segera - pajak nasabah Rp 19.676

Pada jurnal di atas tampak bahwa, Bank XYZ mengakui kewajiban sertifikat deposito
sebesar Rp 19.901.621, yaitu nilai tunai (present value) dari uang yang akan dibayarnya
pada saat jatuh tempo nanti, yaitu Rp 20.000.000. Nilai kewajiban tersebut harus
meningkat setiap hari, sehingga pada saat jatuh tempo nanti nilai kewajiban tersebut akan
menjadi Rp 20.000.000. Kenaikan kewajiban itu diakui sebesar beban bunga yang
terhutang setiap hari, yaitu sebesar suku bunga efektif dikalikan dengan saldo amortised
cost pada hari sebelumnya. Suku bunga efektif adalah 6% : 365 = 0,0164% per hari, atau
bisa juga dilakukan dengan mencari nilai r dari persamaan berikut ini:
20.000.000
19.901.621  yang bisa dipecahkan dengan Goal Seek pada excell. Cara lain
(1  r ) 30
yang lebih sering digunakan adalah formula excell =irr(value;[guess]). Untuk value bisa
ditunjuk sel A1 sampai A31, dimana A1=-19.901.621, A2 sampai A30 = 0, dan A31 =
20.000.000, guess bisa diisi misalnya 1%, akan didapat nilai 0,0164% yang merupakan
suku bunga efektif per hari.

Perhitungan beban bunga efektif dan peningkatan amortised cost kewajiban tersebut
disajikan dalam tabel berikut ini:

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 122


Modul 3 : Bank Accounting

Tanggal Amortised cost Beban bunga


14/04/2013 19.901.621 3.271
15/04/2013 19.904.892 3.272
16/04/2013 19.908.164 3.273
17/04/2013 19.911.437 3.273
18/04/2013 19.914.710 3.274
19/04/2013 19.917.984 3.274
20/04/2013 19.921.258 3.275
21/04/2013 19.924.533 3.275
22/04/2013 19.927.808 3.276
23/04/2013 19.931.084 3.276
24/04/2013 19.934.360 3.277
25/04/2013 19.937.637 3.277
26/04/2013 19.940.914 3.278
27/04/2013 19.944.192 3.278
28/04/2013 19.947.471 3.279
29/04/2013 19.950.750 3.280
30/04/2013 19.954.029 3.280
01/05/2013 19.957.309 3.281
02/05/2013 19.960.590 3.281
03/05/2013 19.963.871 3.282
04/05/2013 19.967.153 3.282
05/05/2013 19.970.435 3.283
06/05/2013 19.973.718 3.283
07/05/2013 19.977.001 3.284
08/05/2013 19.980.285 3.284
09/05/2013 19.983.570 3.285
10/05/2013 19.986.855 3.286
11/05/2013 19.990.140 3.286
12/05/2013 19.993.426 3.287
13/05/2013 19.996.713 3.287
14/05/2013 20.000.000

Jurnal yang dibuat setiap hari adalah:


14 April 2013:
D. Beban bunga Rp 3.271
K. Sertifikat Deposito (amortised cost) Rp 3.271
15 April 2013:
D. Beban bunga Rp 3.272
K. Sertifikat Deposito (amortised cost) Rp 3.272
16 April 2013:
D. Beban bunga Rp 3.273
K. Sertifikat Deposito (amortised cost) Rp 3.273

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 123


Modul 3 : Bank Accounting

Demikian seterusnya jurnal dibuat setiap hari, sampai pada tanggal 14 Mei 2013 dan saldo
kewajiban sertifikat deposito akan menjadi Rp 20.000.000, dan kemudian dibuat jurnal:
D. Sertifikat Deposito Rp 20.000.000
K. Kas Rp 20.000.000

Pada contoh di atas tampak bahwa saldo kewajiban Sertifikat Deposito setiap hari
mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut terjadi karena berjalannya waktu, sehingga saat
jatuh tempo pembayaran sebesar Rp 20.000.000 menjadi semakin dekat. Jadi, semakin
dekat waktu pembayaran suatu kewajiban, semakin besar pula nilai kewajiban tersebut.
Kenaikan nilai kewajiban tersebut tercermin pada kenaikan amortised cost setiap hari.

Contoh 2 : Sertifikat Deposito, kategori DNWLR Contoh 2 :


Sertifikat
Bank harus menggolongkan sertifikat deposito yang diterbitkannya dalam kategori deposito,
DNWLR bila bank bermaksud akan membeli kembali sertifikat deposito itu sewaktu- kategori
DNWLR
waktu di pasar. Karena itulah kewajiban itu harus dinilai sebesar nilai pasar. Nilai pasar
atau nilai wajar sertifikat deposito dari hari ke hari akan berubah yang disebabkan oleh 2
hal. Penyebab pertama adalah karena semakin dekatnya waktu pembayaran nilai nominal
sertifikat deposito tersebut (lihat contoh 1), dan penyebab kedua adalah karena perubahan
suku bunga pasar.
Perhatikan contoh di bawah ini, yang diambil dari contoh 1 di atas:
Pada tanggal 14 April 2013, seorang nasabah membeli sertifikat deposito Bank XYZ,
dengan nominal Rp 20.000.000, jangka waktu 1 bulan, suku bunga 6% per tahun. Ketika
itu suku bunga pasar yang berlaku adalah 5,5%, dan selama umur sertifikat deposito
tersebut (14 April s.d 14 Mei 2013) suku bunga pasar berubah seperti ditunjukkan dalam
kolom ketiga pada tabel di bawah ini. Nasabah membayar biaya meterai sebesar Rp 6.000.
Bank XYZ menggolongkan sertifikat deposito sebagai DNWLR.

Jurnal yang dibuat di Bank XYZ adalah sebagai berikut (asumsi tidak dibuat jurnal balik):
Tanggal 14 April 2013:
Saat penerbitan sertifikat deposito:
D. Kas Rp 19.927.297
K. Sertifikat deposito (nilai wajar) Rp 19.901.621

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 124


Modul 3 : Bank Accounting

K. Persediaan meterai Rp 6.000


K. Kewajiban segera - pajak nasabah Rp 19.676

Bank XYZ menerbitkan sertifikat deposito dengan bunga 6%, walaupun bunga pasar
5,5%. Ini berarti Bank XYZ harus menawarkan bunga lebih tinggi dari bunga pasar. Pada
waktu tutup buku tanggal 14 April 2013, Bank XYZ harus menilai kewajibannya sebesar
nilai wajar, yaitu = 20.000.000/(1+(5/5%/365))30 = Rp 19.909.800, naik dari Rp
19.901.621, sehingga harus diakui adanya beban sebesar Rp 8.179. Jurnal yang harus
dibuat adalah:
Jurnal ketika melakukan mark to market sertifikat deposito:
D. Beban selisih penilaian kewajiban Rp 8.179
K. Sertifikat Deposito Rp 8.179
Tanggal 15 April 2013:
D. Beban selisih penilaian kewajiban (beban bunga) Rp 3.000
K. Sertifikat Deposito Rp 3.000
(Peningkatan nilai sertifikat deposito ini hanya disebabkan oleh beban bunga yang
terhutang, dan tidak ada yang disebabkan karena perubahan suku bunga pasar, karena suku
bunga pasar tetap 5,5%)
Tanggal 16 April 2013:
D. Beban selisih penilaian kewajiban (beban bunga) Rp 3.001
K. Sertifikat Deposito Rp 3.001
(Peningkatan nilai sertifikat deposito ini hanya disebabkan oleh beban bunga yang
terhutang).
Tanggal 17 April 2013:
D. Beban selisih penilaian kewajiban (beban bunga) Rp 3.001
K. Sertifikat Deposito Rp 3.001
(Peningkatan nilai sertifikat deposito ini hanya disebabkan oleh beban bunga yang
terhutang).
Tanggal 18 April 2013:
D. Beban selisih penilaian kewajiban (beban bunga) Rp 3.001
K. Sertifikat Deposito Rp 3.001
(Peningkatan nilai sertifikat deposito ini hanya disebabkan oleh beban bunga yang
terhutang).

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 125


Modul 3 : Bank Accounting

Tanggal 19 April 2013:


D. Beban selisih penilaian kewajiban (beban bunga) Rp 3.002
D. Beban selisih penilaian kewajiban Rp 20.479
K. Sertifikat Deposito Rp 23.481
(Peningkatan nilai sertifikat deposito ini disebabkan oleh beban bunga yang terhutang dan
penurunan bunga pasar. Sendainya bunga pasar tetap 5,5%, maka nilai wajar menjadi Rp
19.924.805, kenaikan selanjutnya menjadi Rp 19.945.283 disebabkan oleh penurunan
bunga dari 5,5% menjadi 4,0%).
Tanggal 20 April 2013:
D. Beban selisih penilaian kewajiban (beban bunga) Rp 2.186
K. Sertifikat Deposito Rp 2.186
(Peningkatan nilai sertifikat deposito ini hanya disebabkan oleh beban bunga yang
terhutang).
Tanggal 21 April 2013:
D. Beban selisih penilaian kewajiban (beban bunga) Rp 2.186
K. Sertifikat Deposito Rp 2.186
(Peningkatan nilai sertifikat deposito ini hanya disebabkan oleh beban bunga yang
terhutang).
Tanggal 22 April 2013:
D. Beban selisih penilaian kewajiban (beban bunga) Rp 2.186
K. Sertifikat Deposito Rp 2.186
(Peningkatan nilai sertifikat deposito ini hanya disebabkan oleh beban bunga yang
terhutang).
Tanggal 23 April 2013:
D. Beban selisih penilaian kewajiban (beban bunga) Rp 2.187
K. Sertifikat Deposito Rp 2.187
(Peningkatan nilai sertifikat deposito ini hanya disebabkan oleh beban bunga yang
terhutang).
Tanggal 24 April 2013:
Seandainya pada tanggal 24 April 2013 bunga pasar tetap 4%, maka nilai sertifikat
deposito menjadi Rp 19.956.215, sehingga terjadi kenaikan nilai surat berharga karena
tambahan bunga terhutang sebesar Rp 2.187. Karena terjadi kenaikan bunga pasar, maka

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 126


Modul 3 : Bank Accounting

nilai wajar sertifikat deposito turun menjadi Rp 19.945.283, maka terjadi keuntungan
sebesar Rp 10.931. Jadi jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Sertifikat deposito Rp 8.744
D. Beban selisih penilaian kewajiban (beban bunga) Rp 2.187
K. Kentungan selisih penilaian kewajiban Rp 10.931

Jadi, penurunan nilai wajar sertifikat deposito yang disebabkan oleh kenaikan bunga pasar
lebih besar dari pada kenaikan nilai wajar yang disebabkan oleh beban bunga terhutang,
sehingga nilai wajar sertifikat deposito mengalami penurunan.

Demikian seterusnya, dengan cara yang sama bisa dilanjutkan sampai tanggal 14 Mei
2013.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 127


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 6


AKUNTANSI DANA PIHAK KETIGA

1. Akuntansi untuk transaksi DPK apat dibukukan dalam 2 kategori kewajiban keuangan,
yaitu:
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
b. Kewajiban lainnya
2. Nilai wajar atau Fair Value adalah jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan,
kewajiban dapat diselesaikan, antara pihak-pihak yang saling mengetahui dan
berkeinginan dalam transaksi yang wajar.
3. Perlakuan akuntansi jika DPK diukur pada nilai wajar melalui Laporan Laba Rugi
pada saat:
a. Pengakuan awal:
(1) Untuk giro, tabungan, deposito dicatat sebesar pokok (nominal) pinjaman
(2) Untuk sertifikat deposito dicatat sebesar harga jual (nominal dikurangi
diskonto)
b. Setelah pengakuan awal bank mencatat kewajiban tersebut sebesar nilai wajar,
keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui pada
laporan laba rugi.
c. Penyajian kewajiban di neraca sebesar nilai wajar
4. Perlakuan akuntansi jika DPK dikelompokkan sebagai kewajiban lainnya pada saat:
a. Pengakuan awal:
Sebesar pokok (nominal) dikurangi diskonto dan dikurangi/ditambah
pendapatan/beban yang dapat diatribusikan secara langsung
b. Setelah pengakuan awal bank mencatat sebesar biaya perolehan diamortisasi, yaitu
nilai wajar kewajiban yang diukur pada saat pengakuan awal ditambah/dikurangi
amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga afektif.
c. Penyajian kewajiban di neraca sebesar biaya perolehan diamortisasi (amortised
cost), yaitu nilai wajar kewajiban yang diukur pada saat pengakuan awal ditambah
atau dikurangi amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 128


Modul 3 : Bank Accounting

5. Bank tidak perlu melakukan kapitalisasi atas beban pada biaya perolehan kewajiban,
dan dapat mengakui secara langsung sebagai beban pada periode berjalan, jika:
a. Beban tidak dapat diatribusikan secara langsung pada kewajiban dan tidak terkait
dengan jangka waktu kewajiban.
b. Beban tidak dapat diatribusikan secara langsung pada kewajiban dan terkait
dengan jangka waktu kewajiban namun besarnya tidak material.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 129


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 6

Pilih jawaban yang benar dari jurnal transaksi berikut jika DPK diakui sebagai kewajiban
lainnya
1. Seorang nasabah tabungan menarik tabungannya untuk membuka deposito
Rp5.000.000,-... .
a. D. Tabungan Rp 5.000.000,-
K. Deposito Rp 5.000.000,-
b. D. Deposito Rp 5.000.000,-
K. Tabungan Rp 5.000.000,-
c. D. Kas Rp 5.000.000,-
K. Deposito Rp 5.000.000,-
d. D. Tabungan Rp 5.000.000,-
K. Giro Rp 5.000.000,-

2. Dibayar bunga deposito Rp 450.000,- dipotong pajak 20% oleh nasabah diambil
tunai... .
a. D. Beban Bunga Deposito Rp 450.000,-
K. Kewajiban Pajak Rp 90.000,-
K. Kas Rp 360.000,-
b. D. Beban bunga deposito Rp 450.000,-
K. Tabungan Rp 450.000,-
c. D. Tabungan Rp 450.000,-
K. Kewajiban Pajak Rp 90.000,-
K. Kas Rp 360.000,-
d. D. Tabungan Rp 360.000,-
D. Kewajiban Pajak Rp 90.000,-
K. Kas Rp 450.000,-

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 130


Modul 3 : Bank Accounting

3. Seorang nasabah membuka deposito nominal Rp 8 juta pembayaran dilakukan atas


beban rekening tabungannya Rp 7 juta sisanya dibayar tunai, jurnalnya... .
a. D. Deposito Rp 7 juta
D. Kas Rp 1 juta
K. Tabungan Rp 8 juta
b. D. Deposito Rp 8 juta
K. Kas Rp 1 juta
K. Tabungan Rp 7 juta
c. D. Kas Rp 1 juta
D. Tabungan Rp 7 juta
K. Deposito Rp 8 juta
d. D. Tabungan Rp 8 juta
K. Deposito Rp 8 juta

4. Seorang nasabah deposan hendak mencairkan depositonya yang telah jatuh tempo;
nominal Rp 10 juta hasilnya dimasukkan rekening tabungannya, jurnalnya... .
a. D. Giro Rp 10 juta
K. Deposito Rp 10 juta
b. D. Deposito Rp 10 juta
K. Tabungan Rp 10 juta
c. D. Tabungan Rp 10 juta
K. Kas Rp 10 juta
d. D. Deposito Rp 10 juta
K. Kas Rp 10 juta

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 131


Modul 3 : Bank Accounting

5. Diterima setoran tunai dari nasabah tabungan Rp 500.000,-... .


a. D. Giro Rp 500.000,-
K. Kas Rp 500.000,-
b. D. Kas Rp 500.000,-
K. Tabungan Rp 500.000,-
c. D. Kas Rp 500.000,-
K. Giro Rp 500.000,-
d. D. Tabungan Rp 500.000,-
K. Giro Rp 500.000,-

6. Nasabah giro menarik cek sebesar Rp 20 juta diminta agar Rp 15 juta digunakan
mengangsur rekening debitur, sisanya untuk membuka deposito, jurnal transaksi ini
adalah... .
a. D. Kredit Yang Diberikan Rp 20 juta
K. Giro Rp 15 juta
K. Kas Rp 5 juta
b. D. Giro Rp 20 juta
K. Deposito Rp 5 juta
K. Kredit Yang Diberikan Rp 15 juta
c. D. Kredit Yang Diberikan Rp 15 juta
D. Kas Rp 5 juta
K. Giro Rp 20 juta
d. D. Kredit Yang Diberikan Rp 15 juta
D. Giro Rp 5 juta
K. Kas Rp 20 juta

7. Dibayarkan bunga deposito kepada nasabah Rp 1.000.000,- dipotong pajak 20%


sisanya masuk rekening tabungannya. Jumlah yang dicatat pada rekening tabungan
nasabah adalah... .
a. Rp 750.000,-
b. Rp 600.000,-
c. Rp 800.000,-
d. Rp 150.000,-

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 132


Modul 3 : Bank Accounting

8. Seorang nasabah sertifikat deposito dengan nominal Rp 10 juta, jangka waktu 6 bulan
dengan tingkat diskonto 5%, pada saat jatuh tempo mencairkan SD nya, dan hasilnya
Rp 6 juta diminta tunai sisanya untuk mengangsur kreditnya; jurnal transaksi ini
adalah... .
a. D. Kas Rp 6.000.000,-
D. Tabungan Rp 3.950.711,-
K. Sertifikat Deposito Rp 9.825.346,-
K. Kewajiban Pajak Rp 125.365,-
b. D. Kas Rp 6.000.000,-
D. Tabungan Rp 4.000.000,-
K. Sertifikat Deposito Rp 10.000.000,-
c. D. Sertifikat Deposito Rp 10.000.000,-
K. Kas Rp 6.000.000,-
K. Kredit yang diberikan Rp 4.000.000,-
d. D. Sertifikat Deposito (lama) Rp 10.000.000,-
K. Sertifikat Deposito (baru) Rp 10.000.000,-

9. Seorang nasabah giro menyerahkan cek bank lain sebesar Rp 5.000.000,- berita dari
petugas kliring berhasil, jurnal transaksi ini... .
a. D. Giro pada BI Rp 5.000.000,-
K. Giro nasabah Rp 5.000.000,-
b. D. Giro nasabah Rp 5.000.000,-
K. Giro pada BI Rp 5.000.000,-
c. D. Kliring Rp 5.000,000,-
K. Giro pada BI Rp 5.000.000,-
d. D. Giro nasabah Rp 5.000.000,-
K. Kliring Rp 5.000.000,-

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 133


Modul 3 : Bank Accounting

Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 6

1. a
2. a
3. c
4. b
5. b
6. b
7. c
8. c
9. a

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 134


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 7
DASAR DASAR AKUNTANSI PERKREDITAN

Menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, kredit adalah


penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga. Sementara itu, PSAK 50 dan 55 mendefinisikan aset keuangan
antara lain adalah hak kontraktual untuk menerima kas dari perusahaan lain. Bila bank
memberi kredit kepada nasabahnya, maka bank memiliki hak kontraktual untuk menerima
kas berupa angsuran pokok dan bunga menurut jadwal tertentu yang tercantum dalam
perjanjian kredit. Jadi, definisi kredit menurut undang-undang perbankan sejalan dengan
definisi aset keuangan menurut PSAK 50 dan 55.

Pada umumnya, bank yang memberi kredit kepada nasabah bermaksud untuk memelihara
piutangnya itu sampai akhir masa jatuh tempo dan tidak bermaksud untuk menjualnya
kepada pihak lain sebelum jatuh tempo. Oleh karena itu, pada umumnya kredit bank tidak
bisa dikategorikan sebagai aset keuangan FVTPL atau AFS. Kredit bank umumnya juga
tidak memiliki pasar yang aktif, sehingga kredit tidak bisa digolongkan sebagai HTM.
Oleh karena itu, umumnya bank memasukkan kredit dalam kategori L&R.
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, pada dasarnya perlakuan akuntansi untuk
aset keuangan dalam kategori L&R adalah hampir sama dengan perlakuan akuntansi aset
keuangan HTM. Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk perlakuan
akutansi kredit:
1. Menghitung aliran kas keluar dan masuk akibat pemberian kredit
2. Menyusun aliran kas keluar dan masuk menurut tanggal terjadinya, sesuai perjanjian
kredit. Aliran kas ini disebut aliran kas kontraktual.
3. Menghitung suku bunga efektif awal (original effective interest rate atau EIR)
4. Menyusun tabel yang berisi perhitungan pengakuan pendapatan bunga berdasarkan
suku bunga efektif, pendapatan bunga menurut suku bunga kontraktual, amortisasi atas
pendapatan dan atau beban yang dapat diatribusikan, serta nilai buku kredit atau
amortised cost.
5. Membuat jurnal untuk mencatat transaksi sejak awal kredit sampai pelunasan.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 135


Modul 3 : Bank Accounting

Berikut ini adalah contoh-contoh transaksi pemberian kredit dan perlakuan akuntansinya.

Contoh 1: Kredit Modal Kerja


Pada tanggal 1 Januari 2013, Bank XYZ memberikan kredit modal kerja kepada PT ABC
dengan ketentuan sebagai berikut:
 Jumlah kredit Rp 18.000.000.000
 Jangka waktu 12 bulan
 Suku bunga 1,25% per bulan (15% per tahun)
 Provisi kredit 1% atau Rp 180.000.000
 Beban bank yang langsung terkait dengan pemberian kredit tersebut Rp 25.000.000,-
 Pembayaran pada akhir periode kredit, setiap bulan nasabah hanya membayar bunga.

Penerapan 5 langkah di atas adalah sebagai berikut:

Langkah 1:
Pada tanggal 1 Januari 2013, Bank XYZ:
 memberikan kredit sebesar Rp 18.000.000.000 (kas keluar),
 menerima provisi kredit sebesar Rp 180.000.000 (kas masuk),
 membayar berbagai biaya yang langsung terkait pada kegiatan pemberian kredit
sebesar Rp 25.000.0000 (kas keluar).
 Jadi, aliran kas keluar neto pada tanggal 1 Januari 2013 adalah =
Rp 18.000.000.000 - Rp 180.000.000 + 25.000.000 = Rp 17.845.000.000

Pada setiap akhir bulan Januari sampai November, bank akan menerima bunga sebesar
1,25% x Rp 18.000.000.000 = Rp 225.000.000 per bulan. Pada akhir Desember 2013,
selain menerima bunga Rp 225.000.000, bank juga menerima kembali pokok kredit
sebesar Rp 18.000.000.000, sehingga total kas masuk = Rp18.225.000.000.

Langkah 2:
Aliran kas keluar dan masuk menurut tanggal terjadinya, adalah sebagai berikut:

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 136


Modul 3 : Bank Accounting

31 Januari 2013 225.000.000


28 Februari 2013 225.000.000
31 Maret 2013 225.000.000
30 April 2013 225.000.000
31 Mei 2013 225.000.000
30 Juni 2013 225.000.000
31 Juli 2013 225.000.000
31 Agustus 2013 225.000.000
30 September 2013 225.000.000
31 Oktober 2013 225.000.000
30 Nopember 2013 225.000.000
31 Desember 2013 18.225.000.000

Suku bunga efektif 1,328%

Langkah 3:
Suku bunga efektif, yaitu suku bunga yang menyamakan nilai tunai (present value) kas
masuk selama periode kredit dengan kas keluar pada awal periode kredit, dihitung dengan
mencari nilai r dari persamaan berikut ini:

225.000.000 225.000.000 225.000.000 18.225.000.000


17.845.000.000    ...  
(1  r %) 1
(1  r %) 2
(1  r %)11 (1  r %)12

Nilai r, bisa dihitung dengan formula excell "=IRR(aliran kas pada kolom 2)", akan
didapat angka 1,328%. Hal ini berarti bahwa, pendapatan bunga bank yang sesungguhnya
adalah 1,328% atau lebih tinggi dari pada suku bunga kontraktual sebesar 1,25%.
Peningkatan tersebut terjadi karena adanya tambahan pendapatan berupa provisi sebesar
1% dari nilai kredit, yang menurut PSAK 50-55 tidak lagi boleh diakui sebagai
pendapatan provisi, tapi diakui sebagai tambahan pendapatan bunga. Demikian pula
dengan biaya langsung yang terkait dengan pemberian kredit sebesar Rp 25.000.000, tidak
boleh diperlakukan sebagai beban operasional, tapi harus masukkan sebagai tambahan
aliran kas keluar ketika pemberian kredit, sehigga akan mengurangi pendapatan bunga
efektif.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 137


Modul 3 : Bank Accounting

Langkah 4:
Membuat tabel di bawah ini:

Pend. bunga Kas diterima Peningkatan


Tanggal Amortised cost
efektif (bunga kontraktual) amortised cost
(1) (2) = (2) + (5) (3) = 1,328% X (2) (4) = 1,25% X Rp 18 m (5) = (3) - (4)
01 Januari 2013 17.845.000.000
31 Januari 2013 17.857.000.120 237.000.120 225.000.000 12.000.120
28 Februari 2013 17.869.159.613 237.159.494 225.000.000 12.159.494
31 Maret 2013 17.881.480.597 237.320.984 225.000.000 12.320.984
30 April 2013 17.893.965.217 237.484.620 225.000.000 12.484.620
31 Mei 2013 17.906.615.645 237.650.428 225.000.000 12.650.428
30 Juni 2013 17.919.434.085 237.818.439 225.000.000 12.818.439
31 Juli 2013 17.932.422.766 237.988.681 225.000.000 12.988.681
31 Agustus 2013 17.945.583.951 238.161.185 225.000.000 13.161.185
30 September 2013 17.958.919.929 238.335.979 225.000.000 13.335.979
31 Oktober 2013 17.972.433.024 238.513.094 225.000.000 13.513.094
30 Nopember 2013 17.986.125.586 238.692.562 225.000.000 13.692.562
31 Desember 2013 18.000.000.000 238.874.414 225.000.000 13.874.414
- (18.000.000.000)

Penjelasan:
 Amortised cost (kolom 2) adalah nilai kredit yang akan disajikan di neraca bank pada
setiap akhir bulan, disebut juga nilai tercatat (carrying amount) untuk aset keuangan
L&R. Pada tanggal 1 Januari 2013, nilai amortised cost adalah Rp 17.845.000.000.
 Setiap bulan nilai amortised cost akan meningkat sebesar (kolom 5), sehingga pada
akhir periode kredit nilainya akan menjadi Rp 18.000.000.000, yaitu nilai yang harus
dilunasi oleh nasabah pada akhir periode kredit.
 Pendapatan bunga kredit (kolom 3) hanya boleh diakui dengan metode bunga efektif,
sehingga pendapatan bunga setiap bulan adalah = suku bunga efektif x saldo amortised
cost pada awal bulan. Jadi, untuk bulan Januari pendapatan bunga adalah 1,328% x
Rp17.845.000.000 = Rp 237.000.120.
 Kas yang diterima bank setiap bulan adalah bunga yang harus dibayar oleh debitur
sesuai perjanjian kredit (kolom 4), yaitu 1,25% x Rp 18 milyar = Rp 225 juta.
Meskipun demikian, untuk bulan Januari, bank harus mengakui pendapatan bunga
sebesar Rp 237.000.120. Jadi seolah-olah debitur kurang membayar bunga sebesar
Rp37.000.120 - Rp 225.000.000 = Rp 12.000.120 (kolom 5), dan diakui sebagai

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 138


Modul 3 : Bank Accounting

penambah nilai piutang bank kepada debitur. Oleh karena itu, nilai amortised cost
setiap bulan meningkat sebesar (kolom 5).

Langkah 5:
Membuat jurnal berdasarkan tabel di atas:

Tanggal 1 Januari 2013:


Ketika penandatanganan perjanjian kredit, Bank XYZ akan membuat jurnal:
D. Rek. adm. lawan - fasilitas kredit yang belum digunakan Rp 18.000.000.000
K. Rek. adm.- kewj. komitmen fasilitas kredit yang belum digunakan Rp 18.000.000.000
(Mencatat kewajiban komitmen fasilitas kredit)

D. Kas/Giro Debitur Rp 180.000.000


K. Kredit - amortised cost Rp 180.000.000
(Ketika bank menerima provisi kredit dari nasabah, bank mengakuinya sebagai pengurang
jumlah kredit yang ia berikan kepada nasabah)

D. Kredit - amortised cost Rp 25.000.000


K. Kas/Rekening nasabah/Giro BI Rp 25.000.000
(Ketika bank membayar biaya-biaya yang langsung terkait pemberian kredit, bank
menganggapnya sebagai penambah nilai buku kredit yang ia berikan).

Tanggal 1 Januari 2013:


Ketika nasabah menarik kreditnya, dijurnal:
D. Kredit - amortised cost Rp 18.000.000.000
K. Kas/Rekening giro nasabah/Giro BI Rp 18.000.000.000
(Bank mencairkan kredit kepada nasabah)

D. Rek. adm.-kewj. komitmen fasilitas kredit yang belum digunakan Rp 18.000.000.000


K. Rek. adm. lawan - fasilitas kredit yang belum digunakan Rp 18.000.000.000
(Ketika nasabah sudah menarik kreditnya, maka bank menghapus komitmennya, dengan
membalik jurnal administratif yang dibuat sebelumnya)

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 139


Modul 3 : Bank Accounting

Setiap akhir bulan, nasabah membayar bunga kontraktual sebesar Rp 225.000.000 (kolom
4), sedangkan bank mengakui pendapatan bunga sebesar (kolom 3), yaitu: suku bunga
efektif x saldo amortised cost pada awal bulan, sehingga nilai amortised cost harus
meningkat sebesar (kolom 5) = (kolom 3) - (kolom 4). Oleh karena itu jurnal yang dibuat
setiap akhir bulan adalah sebagai berikut:

31 Januari:
D. Kas/Giro nasabah debitur Rp 225.000.000
D. Kredit - amortised cost Rp 12.000.120
K. Pendapatan bunga Rp 237.000.120

28 Februari:
D. Kas/Giro nasabah debitur Rp 225.000.000
D. Kredit - amortised cost Rp 12.159.494
K. Pendapatan bunga Rp 237.159.494

Demikian seterusnya, setiap akhir bulan dibuat jurnal:


D. Kas/Giro nasabah debitur (kolom 4)
D. Kredit - amortised cost (kolom 5)
K. Pendapatan bunga (kolom 3)

Pada tanggal 31 Desember, Amortised Cost akan bersaldo tepat sebesar Rp 8.000.000.000,
yaitu jumlah yang harus dibayar debitur untuk melunasi hutangnya, sehingga dibuat jurnal
terakhir, yaitu:
D. Kas/Giro nasabah debitur Rp 18.000.000.000
K. Kredit - amortised cost Rp 18.000.000.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 140


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 7


DASAR DASAR AKUNTANSI PERKREDITAN

1. Kredit yang diberikan bank merupakan aset keuangan, yang pada umumnya
dimasukkan dalam kategori L&R.
2. Pendapatan bank yang berupa provisi kredit, kecuali untuk jumlah yang tidak material,
harus diperlakukan sebagai pengurang jumlah kredit yang diberikan.
3. Bila bank mengeluarkan biaya-biaya yang langsung terkait dengan pemberian kredit,
maka biaya biaya tersebut harus diperlakukan sebagai penambah saldo kredit yang
diberikan, kecuali bila jumlahnya tidak material.
4. Nilai kredit yang dicantumkan di neraca adalah sebesar amortised cost, yaitu sebesar
jumlah kredit yang diberikan kepada nasabah, dikurangi dengan pendapatan provisi
yang diterima dari nasabah, ditambah dengan biaya-biaya yang langsung terkait
dengan kegiatan pemberian kredit.
5. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk perlakuan akuntansi kredit adalah:
 Menghitung aliran kas keluar neto pada saat pencairan kredit dan aliran kas masuk
berupa bunga dan angsuran pokok selama periode kredit.
 Menyusun aliran kas keluar dan masuk menurut tanggal terjadinya, sesuai
perjanjian kredit, yang disebut aliran kas kontraktual.
 Menghitung suku bunga efektif awal (original effective interest rate atau EIR),
dengan formula excell "IRR=(seluruh aliran kas keluar dan masuk).
 Menyusun tabel yang berisi: pendapatan bunga efektif, kas masuk sebesar
pendapatan bunga kontraktual, amortisasi atas pendapatan dan atau beban yang
dapat diatribusikan, serta nilai buku kredit atau amortised cost.
 Membuat jurnal untuk mencatat transaksi sejak awal kredit sampai pelunasan.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 141


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 7

1. Kredit yang diberikan oleh bank umumnya dikategorikan sebagai aset keuangan L&R,
karena bank... .
a. tidak akan menjualnya kepada pihak lain
b. akan menagihnya secara bertahap sampai lunas
c. kredit tersebut tidak memiliki kuotasi di pasar yang aktif
d. akan memeliharanya sampai lunas dan kredit tidak mempunyai kuotasi di pasar

2. Bank ABC memberi kredit sebesar Rp 500 juta, mendapatkan provisi Rp 25 juta dan
membayar biaya yang terkait langsung dengan pemberian kredit Rp 20 juta, yang
keduanya dianggap cukup material. Besarnya nilai amortised cost pada saat pencairan
kredit adalah... .
a. Rp 545 juta
b. Rp 505 juta
c. Rp 495 juta
d. Rp 455 juta

3. Bank ABC memberikan kredit kepada nasabah sebesar Rp 500 juta, dengan saldo
amortised cost pada awal bulan adalah Rp 400 juta. Bila suku bunga efektif kredit
tersebut adalah 1,5% per bulan dan bunga kontraktualnya adalah 1% bulan, maka
pendapatan bunga pada bulan itu adalah... .
a. Rp 7,5 juta
b. Rp 6,0 juta
c. Rp 5,0 juta
d. Rp 4,0 juta

4. Bulan ini Bank ABC menerima pembayaran bunga dari nasabah sebesar Rp 65 juta,
sementara pendapatan bunga yang diakui menurut bunga efektif adalah Rp 50 juta.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah... .
a. D. Kas Rp 50 juta
D. Kredit - amortised cost Rp 15 juta
K. Pendapatan bunga Rp 65 juta

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 142


Modul 3 : Bank Accounting

b. D. Kas Rp 65 juta
K. Kredit - amortised cost Rp 15 juta
K. Pendapatan bunga Rp 50 juta

c. D. Kredit - amortised cost Rp 50 juta


D. Kas Rp 15 juta
K. Pendapatan bunga Rp 65 juta

d. D. Kredit - amortised cost Rp 65 juta


K. Kas Rp 15 juta
K. Pendapatan bunga Rp 50 juta

5. Bank ABC memberi kredit sebesar Rp 500 juta, mendapatkan provisi Rp 25 juta dan
membayar biaya yang terkait langsung dengan pemberian kredit Rp 20 juta, yang
keduanya dianggap cukup material. Bila suku bunga kontraktual adalah 1% per bulan
dan kredit tersebut berjangka 1 tahun, maka suku bunga efektif kredit tersebut
adalah... .
a. kurang dari 1%
b. sama dengan 1%
c. lebih dari 1%
d. tidak bisa ditentukan

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 143


Modul 3 : Bank Accounting

Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 7

1. d
2. c
3. b
4. b
5. c

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 144


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 8.1


AKUNTANSI TRANSAKSI IMPOR

Impor adalah pembelian barang dari luar negeri dan membawanya masuk ke wilayah
pabean Indonesia. Bila bank melayani nasabah importir berarti bank membantu nasabah
itu membeli barang dari luar negeri untuk dikirim masuk ke Indonesia. Nasabah importir
ingin memastikan bahwa barang yang dikirim oleh penjual atau eksportir luar negeri
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan, kemudian barulah ia membayar kepada
eksportir tersebut. Di lain pihak, eksportir luar negeri menginginkan kepastian bahwa
barang yang dikirimnya akan dibayar oleh nasabah importir. Eksportir luar negeri tidak
bersedia mengirim barang bila tidak ada jaminan bahwa ia akan mendapat pembayaran.
Untuk meyakinkan eksportir, nasabah importir biasanya meminta bank agar menerbitkan
surat jaminan kepada eksportir luar negeri. Surat jaminan itulah yang disebut Letter of
Credit atau L/C. Jadi, Letter of Credit adalah surat jaminan pembayaran kepada eksportir
luar negeri, yang diterbitkan bank atas permintaan nasabah importir. Dari segi waktu
pembayaran, ada 2 jenis L/C yaitu: sight L/C dimana bank akan membayar segera setelah
ekportir mengapalkan barang, dan usance L/C dimana bank akan membayar setelah
jangka waktu tertentu sejak eksportir mengapalkan barang. Pada dasarnnya, sight L/C
diterbitkan untuk pembelian barang secara tunai, dan usance L/C untuk pembelian barang
secara kredit.

Agar anda dapat memahami perlakuan akuntansinya, anda harus memahami mekanisme
transaksi impor yang dilakukan bank penerbit L/C. Berikut ini adalah sebuah contoh-
contoh transaksi impor serta perlakuan akuntansi untuk setiap tahap transaksinya.

Contoh 1: Transaksi Impor dengan Sight L/C


PT Mahoni Raya di Banjarmasin akan mengimpor sebuah mesin dengan harga USD Impor dengan
50.000 dari General Machine Company di New York. PT Mahoni Raya adalah nasabah sight L/C
giro valas USD pada Bank ABC Jakarta. General Machine adalah nasabah Citibank New
York, dan Bank ABC juga mempunyai rekening nostro USD pada Citibank New York.
Rekening nostro adalah rekening dalam valuta asing pada sebuah bank di luar negeri yang
disebut bank koresponden.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 145


Modul 3 : Bank Accounting

Langkah-langkah yang akan dilakukan oleh pihak-pihak tersebut dapat digambarkan


sebagai berikut.
3
Bank ABC Citibank NY

6
2 7 5 4

PT MR GM Co.
1
Penjelasan
1. Importir, PT Mahoni Raya (PT MR) dan eksportir AS, General Machine (GM)
menandatangani kontrak jual beli (sales contract), dimana disepakati antara lain bahwa
importir akan meminta banknya (Bank ABC) untuk menerbitkan sight L/C, yaitu surat
jaminan pembayaran kepada eksportir segera setelah eksportir mengapalkan barang.
2. PT MR mengajukan permohonan pembukaan sight L/C kepada Bank ABC di Jakarta. Pembukaan
PT MR belum lama menjadi nasabah Bank ABC, karena itu Bank ABC bersedia sight L/C
menerbitkan L/C dengan syarat PT MR memberikan setoran jaminan sebesar nilai
L/C yang akan diterbitkan. Bagi Bank ABC, menerbitkan L/C mengandung risiko
yang tinggi, karena itu berarti Bank ABC mengambil alih tanggung jawab untuk
membayar kepada GM Co. Karena Bank ABC tidak atau belum yakin akan
kemampuan keuangan PT MR, maka ia meminta PT MR untuk menyerahkan setoran
jaminan.
PT MR membayar USD 50.000 dari rekening giro valasnya pada Bank ABC. Jurnal
yang dibuat di Bank ABC adalah:
D. Giro valas - PT Mahoni Raya USD 50.000
K. Setoran jaminan - sight L/C USD 50.000
3. Bank ABC menerbitkan L/C sesuai permohonan PT MR, dan mengirimkannya kepada Kewajiban
GM Co. melalui Citibank New York. Menerbitkan L/C berarti memberi komitmen komitmen
pembukaan
kepada GM Co. untuk membayar sebesar USD 50.000 bila nanti GM Co. sudah sight L/C
mengirimkan barang sesuai permintaan PT MR. Jadi, Bank ABC harus mencatat
adanya kewajiban komitmen, yang dicatat dalam rekening administratif (di luar neraca
atau off balance sheet). Jurnal administratif yang dibuat Bank ABC adalah:

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 146


Modul 3 : Bank Accounting

D. Rekening lawan - kewajiban komitmen sight L/C USD 10.000


K. Kewajiban komitmen sight L/C kepada eksportir/bank koresponden USD 10.000
4. Citibank New York menerima L/C itu, dan setelah meneliti keasliannya lalu
meneruskan L/C itu kepada GM Co.
5. GM Co. menerima L/C dari Citibank dan segera mengapalkan mesin yang diminta PT
MR dan menyiapkan dokumen yang membuktikan bahwa ia telah mengapalkan
barang. Dokumen pengapalan barang disebut Bills of Lading (B/L) diterima oleh GM
Co. dari perusahaan pelayaran yang membawa barangnya ke Indonesia. Kemudian,
GM Co, membuat surat tagihan (yang disebut wesel tunai atau sight draft),
melampirinya dengan B/L, dan menyerahkannya kepada Citibank New York untuk
disampaikan kepada Bank ABC.
6. Citibank New York mengirimkan sight draft dan B/L kepada Bank ABC yang segera
memeriksa dokumen-dokumen tersebut. Bila dokumen-dokumen tersebut sudah sesuai
dengan syarat-syarat yang telah ditetapkannya dalam L/C, maka Bank ABC segera
membayar kepada eksportir dengan meminta kepada Citibank New York agar
mendebet rekeningnya. Jurnal yang dibuat di Bank ABC adalah:
D. Setoran Jaminan - sight L/C USD 50.000
K. Rekening Nostro pada Citibank New York USD 50.000

Selain jurnal di atas, Bank ABC juga membalik jurnal administratif komitmen, karena
dengan sudah terlaksananya transaksi impor tersebut, berarti tidak ada lagi kewajiban
komitmen kepada eksportir di luar negeri:
D. Kewajiban komitmen sight L/C kepada
eksportir/bank koresponden USD 10.000
K. Rekening lawan kewajiban komitmen sight L/C USD 50.00

Contoh 2: Transaksi Impor dengan Sight L/C dan Penerbitan Shipping Guarantee
(SSG)
Pada tanggal 2 Februari 2012, PT Maju mengajukan aplikasi pembukaan Irrevocable Sight Impor dengan
L/C kepada Bank XYZ, untuk mengimpor barang senilai USD 10.000, dengan setoran penerbitan
shipping
jaminan 10%. Bank XYZ memungut komisi pembukaan L/C sebesar 0,25%. guarantee
(SSG)

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 147


Modul 3 : Bank Accounting

Bank XYZ bersedia membuka L/C sesuai permintaan PT Maju. Dengan membuka L/C itu
berarti Bank XYZ berkomitmen akan membayar kepada eksportir di luar negeri, sebesar
USD 10.000, bila eksportir itu sudah mengirim barang sesuai permintaan PT Maju. Saat
itu Bank XYZ harus mencatat komitmenya itu dalam rekening administratif, dengan
jurnal:
D. Rekening lawan - kewajiban komitmen sight L/C USD 10.000
K. Kewajiban komitmen sight L/C kepada bank koresponden USD 10.000

Jurnal di atas tidak diposting ke rekening-rekening di neraca, tapi akan dilaporkan dalam
Laporan Komitmen dan Kontinjensi. Yang penting dalam jurnal di atas adalah pencatatan
di sebelah kredit, yaitu pengakuan adanya kewajiban komitmen kepada eksportir luar
negeri yang nanti akan dibayar melalui bank koresponden. Meskipun belum tercantum
sebagai kewajiban di neraca, tapi komitmen itu tidak bisa dibatalkan oleh Bank XYZ
(irrevocable), sehingga Bank XYZ harus bersiap-siap untuk membayar USD 10.000 bila
eksportir sudah mengirim barang.
Jurnal yang dibuat Bank XYZ untuk mencatat penerimaan setoran jaminan dan komisi
pembukaan L/C yang dibayar oleh nasabah adalah:
D. Giro nasabah PT Maju USD 25
K. Pendapatan komisi pembukaan Sight L/C USD 25

D. Giro nasabah PT Maju USD 1.000


K. Setoran jaminan L/C impor USD 1.000

Pada tanggal 14 Februari 2012, barang sudah tiba di pelabuhan di Indonesia, tapi PT Maju
belum bisa mengambilnya di pelabuhan, karena Bills of Lading belum tiba. Karena
eksportir sudah mengirim barang, berarti Bank XYZ sudah berkewajiban membayar
kepada bank koresponden di luar negeri. Bank XYZ segera meminta kepada PT Maju
untuk melunasi sisa harga barang yang diimpornya yaitu USD 9.000. Jurnal untuk
mengakui kewajiban keluar negeri adalah:
D. Setoran jaminan L/C impor USD 1.000
D. Giro nasabah PT Maju USD 9.000
K. Kewajiban L/C kepada bank koresponden USD 10.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 148


Modul 3 : Bank Accounting

Karena Bank XYZ sudah mengakui kewajiban kepada bank koresponden, maka kewajiban
komitmen yang dulu diakui sekarang harus dihapus. Untuk itu, jurnal yang harus dibuat
adalah:
D. Kewajiban komitmen sight L/C kepada bank koresponden USD 10.000
K. Rekening lawan - kewajiban komitmen sight L/C USD 10.000

Meskipun Bills of Lading belum tiba, PT Maju ingin segera mengambil barang dari
pelabuhan. Perusahaan pelayaran yang membawa barang itu tidak mau menyerahkan
barang kepada PT Maju tanpa menunjukkan Bills of Lading. Meskipun demikian,
perusahaan pelayaran bersedia menyerahkan barang kepada PT Maju asal ada jaminan dari
Bank XYZ, bahwa pada waktunya Bills of Lading akan diserahkan. Oleh karena itu PT
Maju meminta kepada Bank XYZ untuk menerbitkan surat jaminan yang disebut SSG
(Shipping Guarantee). Sebelum menerbitkan SSG, Bank XYZ mengharuskan PT Maju
membayar pajak-pajak sebagai syarat penerbitan Pemberitahun Impor Barang (PIB), yang
terdiri atas bea masuk, PPN& PPNBM, dan PPH), seluruhnya berjumlah Rp 20.000.000.
Bank XYZ juga memungut komisi penerbitan PIB sebesar Rp 50.000. Jurnal yang harus
dibuat Bank XYZ adalah:
D. Giro nasabah PT Maju Rp 20.050.000.
K. Kewajiban segera - pajak impor Rp 20.000.000
K. Pendapatan komisi PIB Rp 50.000

Bank XYZ hanya membantu pemerintah memungut pajak dari importir PT Maju, sehingga
untuk transaksi di atas Bank XYZ harus mencatat adanya kewajiban kepada pemerintah
untuk menyetor pajak impor sebesar Rp 20.000.000.
Setelah importir melunasi pajak yang harus dibayarnya, barulah Bank XYZ bersedia
menerbitkan SSG. Dengan menerbitkan surat jaminan SSG, berarti Bank XYZ
mempunyai kewajiban kontinjen kepada perusahaan pelayaran. Sendainya, Bills of Lading
tidak datang, berarti Bank XYZ harus membayar kepada perusahaan pelayaran sebesar
USD 10.000. Oleh karena itu, penerbitan SSG harus dicatat dalam rekening administratif
kontinjensi dengan jurnal:
D. Rekening lawan - kewajiban kontinjensi SSG USD 10.000
K. Kewajiban kontinjensi kepada perusahaan pelayaran
atas penerbitan SSG USD 10.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 149


Modul 3 : Bank Accounting

Pada tanggal 18 Februari 2012, Bank XYZ menerima Bills of Lading yang dikirim oleh
bank koresponden di luar negeri. Dengan diterimanya Bills of Lading, maka Bank XYZ
harus segera membayar kepada bank koresponden. Pembayaran dilakukan melalui dana
yang ada di rekening nostro, sehingga jurnal yang dibuat oleh Bank XYZ adalah:
D. Kewajiban L/C kepada bank koresponden USD 10.000
K. Rekening Nostro pada bank koresponden USD 10.000

Selanjutnya, Bills of Lading diserahkan kepada perusahaan pelayaran, sehingga kewajiban


kontinjen kepada perusahaan pelayaran sudah terselesaikan. Oleh karena itu kewajiban
kontinjen kepada perusahaan pelayaran harus dihapuskan dengan jurnal:
D. Kewajiban kontinjensi kepada perusahaan pelayaran
atas penerbitan SSG USD 10.000
K. Rekening lawan - kewajiban kontinjensi SSG USD 10.000

Contoh 3 : Transaksi Impor dengan Usance L/C


Pada tanggal 2 Februari 2012, PT Makmur, nasabah importir di Bank XYZ mengajukan Impor dengan
aplikasi pembukaan L/C berjangka (usance L/C) senilai USD 10.000, dengan setoran usance L/C
jaminan 10%. Bank XYZ memungut komisi pembukaan usance L/C sebesar 0,25%.
Jurnal yang harus dibuat saat itu adalah:
D. Rekening lawan - kewajiban komitmen usance L/C USD 10.000
K. Kewajiban komitmen usance L/C kepada bank koresponden USD 10.000

D. Giro nasabah PT Makmur USD 25


K. Pendapatan komisi pembukaan Usance L/C USD 25

D. Giro nasabah PT Makmur USD 1.000


K. Setoran jaminan L/C impor berjangka USD 1.000

Pada tanggal 18 Februari 2012, Bank XYZ menerima wesel berjangka dari negotiating
bank senilai USD 10.000. Pada hari itu juga Bank XYZ mengaksep wesel tersebut, setelah
importir membayar PIB (bea masuk, PPN&PPNBM, PPh) sebesar Rp 20.000.000 dan
komisi akseptasi sebesar USD 25 dan komisi PIB Rp 50.000.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 150


Modul 3 : Bank Accounting

Jurnal untuk mencatat penerimaan PIB dan komisi PIB:


D. Giro nasabah Rp 20.050.000
K. Pendapatan komisi PIB Rp 50.000
K. Kewajiban segera - pajak impor Rp 20.000.000

Ketika Bank XYZ mengaksep wesel berjangka, berarti Bank XYZ mengakui berhutang Bank
kepada eksportir (melalui bank koresponden) sebesar USD 10.000, dan pada saat yang mengaksep
wesel
sama mengakui adanya piutang kepada importir. Dengan diakuinya kewajiban kepada berjangka
bank koresponden, berarti kewajiban komitmen kepada bank koresponden harus
dihapuskan. Jadi, jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Tagihan akseptasi kepada importir PT Makmur USD 10.000
K. Kewajiban akseptasi kepada bank koresponden USD 10.000
D. Kewajiban komitmen usance L/C kepada bank koresponden USD 10.000
K. Rekening lawan - kewajiban komitmen usance L/C USD 10.000

Penerimaan komisi akseptasi sebesar USD 25 bisa diperlakukan dengan 2 cara, tergantung Penerimaan
pada tingkat materialitas biaya transaksi yang bisa diatribusikan kepada transaksi komisi
akseptasi
pinjaman kepada importir.
1. Alternatif 1: Tingkat materialitas adalah USD 50.
Komisi akseptasi yang hanya USD 25 boleh langsung dianggap sebagai pendapatan,
sehingga bisa dibuat jurnal:
D. Giro importir PT Makmur USD 25
K. Pendapatan fee akseptasi USD 25

Pada tanggal 2 April 2012, Bank XYZ harus membayar kepada bank koresponden di
luar negeri, dan sebelumnya Bank XYZ meminta PT Makmur melunasi kekurangan
setorannya sebesar USD 9.000. Jurnal yang harus dibuat pada saat itu adalah:
D. Setoran Jaminan L/C Impor berjangka USD 1.000
D. Giro nasabah PT Makmur USD 9.000
K. Tagihan akseptasi kepada importir PT Makmur USD 10.000

D. Kewajiban akseptasi kepada bank koresponden USD 10.000


K. Nostro pada Bank Koresponden USD 10.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 151


Modul 3 : Bank Accounting

2. Alternatif 2: Tingkat materialitas adalah USD 20.


Komisi akseptasi sebesar USD 25 dianggap material (karena > USD 20), sehingga
tidak boleh diakui sebagai pendapatan fee akseptasi, tapi harus dianggap sebagai
pengurang pinjaman yang diberikan kepada importir. Jadi, jurnal yang harus dibuat
ketika Bank XYZ mengakui hutang kepada bank koresponden dan piutang kepada
importir adalah:
D. Giro importir PT Makmur USD 25
K. Tagihan akseptasi kepada Importir PT Makmur USD 25

Dengan demikian anggapan seperti itu, berarti Bank XYZ memberikan pinjaman
sebesar USD 9.975 pada tanggal 18 Februari 2012, dan menerima pengembalian pada
tanggal 2 April sebesar USD 10.000. Tingkat bunga efektif untuk pinjaman tersebut
bisa dihitung dengan mencari nilai r pada persamaan di bawah ini:
10.000
9.975 
(1  r ) 44
Dengan menggunakan formula "goal seek" dengan excell didapat nilai r = 0,006% per
hari. Jadi, setiap hari sejak tanggal 19 Februari dibuat jurnal sebagai berikut:
Tanggal 19 Februari 2012:
D. Tagihan akseptasi kepada Importir PT Makmur
(0,006% x USD 9.975) USD 0,56749
K. Pendapatan bunga USD 0,56749

Tanggal 20 Februari 2012:


D. Tagihan akseptasi kepada Importir PT Makmur
(0,006% x (USD 9.975+0,56749)) USD 0,56752
K. Pendapatan bunga USD 0,56752

Tanggal 21 Februari 2012:


D. Tagihan akseptasi kepada Importir PT Makmur
(0,006% x (USD 9975,57+ 0,56752)) USD 0,56755
K. Pendapatan bunga USD 0,56755
..............
..............

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 152


Modul 3 : Bank Accounting

Demikian seterusnya, rekening Tagihan akseptasi terus bertambah, sampai pada


tanggal 2 April dibuat jurnal yang terakhir yaitu:
D. Tagihan akseptasi kepada Importir PT Makmur USD 0,56888
K. Pendapatan bunga USD 0,56888

Setelah jurnal di atas, saldo Tagihan akseptasi kepada Importir adalah USD 10.000.
Nasabah diminta membayar USD 9.000 untuk melengkapi setoran jaminan yang sudah
ada sebesar USD 1.000. Jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Setoran jaminan USD 1.000
D. Giro nasabah importir PT Makmur USD 9.000
K. Tagihan akseptasi kepada importir PT Makmur USD 10.000.

Setelah total setoran nasabah tepat berjumlah USD 10.000. Bank XYZ melakukan
pembayaran kepada bank koresponden (negotiating bank). Jurnal yang dibuat adalah:
D. Kewajiban akseptasi kepada bank koresponden USD 10.000
K. Nostro USD 10.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 153


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 8.1


AKUNTANSI TRANSAKSI IMPOR

1. Pada saat bank membuka L/C impor dan menerima setoran jaminan, bank mencatat
adanya kewajiban setoran jaminan (on balance sheet) dan kewajiban komitmen kepada
eksportir atau bank koresponden di luar negeri (off balance sheet).
2. Pada saat bank menerima dari bank koresponden atau eksportir dokumen-dokumen
sesuai syarat L/C, bank akan mendebet kewajiban setoran jaminan dan mengkredit
rekening nostro pada bank koresponden, dan juga menghapuskan kewajiban komitmen
pembukaan L/C.
3. Shipping Guarantee adalah surat jaminan dari bank kepada perusahaan pelayaran agar
perusahaan pelayaran itu mau menyerahkan barang kepada importir, walaupun
importir belum bisa menunjukkan Bills of Lading. Pada sat bank menerbitkan
Shipping Guaratee bank mencatat adanya kewajiban kontinjen kepada perusahaan
pelayaran. Kewajiban kontijensi itu dihapuskan ketika bank sudah menyerahkan Bills
of Lading kepada perusahaan pelayaran.
4. Bila bank menerbitkan Usance L/C, maka bank akan menerima tagihan berupa wesel
berjangka (usance draft) dari eksportir. Ketika bank mengaksep wesel berjangka
tersebut, bank akan mencatat adanya kewajiban akseptasi kepada eksportir luar negeri
dan tagihan akseptasi kepada importir dalam negeri.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 154


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 8.1

1. Bila bank anda melayani nasabah importir, maka... .


a. rekening nostro akan dikredit oleh bank koresponden
b. bank anda akan menagih kepada bank koresponden
c. bank anda akan mengkredit rekening nasabah importir pada saat menyerahkan B/L
d. bank anda akan ditagih oleh bank koresponden dan rekening nostro anda akan
didebet

2. Bila bank anda melayani nasabah importir, maka bank anda akan... .
a. menerbitkan L/C atas permintaan importir
b. meneruskan L/C yang diterbitkan oleh bank koresponden kepada importir
c. menegosiasi dokumen yang dikirim oleh bank koresponden
d. menegosiasi dokumen yang diserahkan oleh importir

3. Bila bank anda menerbitkan L/C atas permintaan importir, artinya bank anda... .
a. memberikan jaminan kepada importir bahwa eksportir di luar negeri pasti akan
mengirim barang sesuai yang ia kehendaki
b. menerima jaminan dari importir bahwa ia pasti akan membayar sebesar harga
barang yang diimpornya
c. memberikan jaminan kepada eksportir/bank koresponden bahwa bank anda akan
membayar apabila eksportir di luar negeri telah menyerahkan dokumen sesuai
syarat L/C
d. telah menerima jaminan dari eksportir bahwa barang yang diekspornya pasti sesuai
dengan yang dikehendaki importir

4. Risiko yang dihadapi bila bank anda menerbitkan L/C adalah bila... .
a. eksportir telah memenuhi syarat L/C sehingga bank anda harus membayar, tapi
importir tidak bisa membayar barang yang diimpornya
b. bank anda telah membayar kepada importir, tapi bank koresponden tidak bisa
memberikan reimbursement
c. eksportir tidak bisa mengirim barang sesuai syarat L/C

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 155


Modul 3 : Bank Accounting

d. dokumen-dokumen yang diterima dari eskportir luar negeri tidak sesuai dengan
syarat L/L yang diterbitkan

Kasus di bawah untuk menjawab soal nomor 5, 6, 7 dan 8.


PT Jati Sarana adalah nasabah giro valas USD di bank anda, yang akan mengimpor mesin-
mesin dari AS. Pada tanggal 1 Februari 2013, nasabah itu meminta bank anda untuk
membuka sight L/C senilai USD 50.000, dan membayar penuh setoran jaminan atas beban
rekening giro valasnya. Bank anda membuka L/C dan mengirimkannya kepada eksportir
di AS melalui Citibank New York (depository correspondent bank anda). Pada tanggal 14
Februari 2013 bank anda menerima kabar dari Citibank New York bahwa eksportir telah
menyerahkan dokumen sesuai syarat L/C dan karena itu dokumen telah dinegosias, dan
bank anda setuju untuk membayar kepada Citibank New York. Pada tanggal 21 Februari
2013, bank anda menerima dokumen yang dikirim oleh Citibank New York, dan
menyerahkannya kepada importir yang telah melunasi semua kewajiban pajaknya.

Buatlah jurnal-jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi di atas pada tanggal 1 dan 14


Februari 2013, kemudian pilihlah salah satu jawaban di bawah ini yang sesuai dengan
jurnal yang anda buat.

5. Pada tanggal 1 Februari 2013, Bank ABC mencatat transaksi penerbitan L/C tersebut
dengan... .
a. mengkredit rekening kewajiban kepada eksportir
b. mengkredit rekening administratif kewajiban komitment
c. mendebet rekening administratif tagihan komitmen
d. mendebet rekening tagihan kepada importir

6. Pada tanggal 1 Februari 2013, pembukuan di bank anda adalah rekening... .


a. nostro pada Citibank New York didebet sebesar USD 50.000
b. nostro pada Citibank New York dikredit sebesar USD 50.000
c. giro nasabah importir didebet sebesar USD 50.000
d. setoran jaminan pembukaan L/C didebet sebesar USD 50.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 156


Modul 3 : Bank Accounting

7. Pada tanggal 14 Februari 2013, pembukuan di bank anda adalah rekening..


a. Setoran Jaminan sight L/C dikredit sebesar USD 50.000
b. giro valas nasabah importir didebet sebesar USD 50.000
c. giro valas nasabah importir dikredit sebesar USD 50.000
d. nostro pada Citibank New York dikredit sebesar USD 50.000

8. Pada tangal 14 Februari 2013, transaksi impor sudah direalisasi dan bank anda sudah
membayar kepada bank koresponden. Dengan demikian, pembukuan yang harus
dilakukan di bank anda adalah rekening... .
a. nostro harus didebet sebesar USD 50.000
b. setoran jaminan harus dikredit sebesar USD 50.000
c. giro nasabah importir harus dikredit sebesar USD 50.000
d. administratif kewajiban komitmen harus didebet sebesar USD 50.000

9. Sebulan yang lalu bank anda menerbitkan usance L/C berjangka 6 bulan senilai USD
100.000. Hari ini bank anda menerima tagihan berupa wesel berjangka dari eksportir
melalui bank koresponden di luar negeri. Bank anda segera melakuka akseptasi atas
wesel berjangka tersebut. Pembukuan yang harus dilakukan di bank anda untuk
mencatat transaksi akseptasi wesel berjangka adalah... .
a. pendebetan rekening tagihan akseptasi kepada eksportir sebesar USD 100.000
b. pendebetan rekening tagihan akseptasi kepada importir sebesar USD 100.000
c. pengkreditan rekening giro nasabah importir sebessar USD 100.000
d. pengkreditan rekening administratif kewajiban komitmen kepada eksportir

10. Kelanjutan soal nomor 9 di atas, 6 bulan sejak akseptasi, bank anda membayar kepada
eksportir melalui rekening nostro pada bank koresponden, serta menagih dan
mendapat pembayaran dari nasabah importir. Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat
transaksi itu adalah... .
a. D. Kewajiban akseptasi kepada eksportir/bank koresponden USD 100.000
K. Nostro pada bank koresponden USD 100.000
b. D. Nostro pada bank koresponden USD 100.000
K. Kewajiban akseptasi kepada eksportir/bank koresponden USD 100.000
c. D. Tagihan akseptasi kepada importir USD 100.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 157


Modul 3 : Bank Accounting

K. Giro nasabah importir USD 100.000


d. D. Nostro pada bank koresponden USD 100.000
K. Tagihan akseptasi kepada importir USD 100.000

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 158


Modul 3 : Bank Accounting

Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 8.1

1. d
2. a
3. c
4. a
5. b
6. c
7. d
8. d
9. b
10. a

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 159


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 8.2


AKUNTANSI TRANSAKSI EKSPOR

Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri. Bila bank melayani nasabah eksportir,
berarti bank membantu seorang nasabah yang akan menjual barang keluar negeri. Nasabah
eksportir membutuhkan kepastian bahwa barang yang dikirimnya akan dibayar oleh
importir di luar negeri. Untuk mendapatkan kepastian itu, biasanya nasabah eksportir
mensyaratkan agar importir luar negeri meminta banknya menerbitkan L/C. Setelah ada
jaminan pembayaran dari banknya importir di luar luar negeri barulah nasabah eksportir
berani mengapalkan barangnya untuk dikirim ke luar negeri. Untuk menjelaskan
mekanisme transaksi ekspor serta perlakuan akuntansi pada setiap tahapnya, berikut ini
diberikan sebuah contoh transaksi ekspor.

Contoh 1: Transaksi Ekspor dengan sight L/C


Bapak Ali, nasabah giro valas di Bank ABC, akan mengekspor kopi senilai USD 100.000 Ekspor
kepada Mr. Brown nasabah giro di Citibank New York, yang juga merupakan depository dengan sight
L/C
correspondent bagi Bank ABC, yaitu Bank ABC mempunyai rekening nostro pada
Citibank New York. Harga kopi sebesar USD 100.000 adalah harga sampai pelabuhan
New York (cost and freight atau C&F), berarti Bapak Ali harus membayar ongkos angkut
sebesar USD 10.000 kepada sebuah perushaaan pelayaran yang juga nasabah giro valas di
Bank ABC. Pajak ekspor sebesar 4.250 juga harus dibayar oleh Bp Ali.

Gambar di bawah ini menunjukkan urutan transaksi ekspor yang dilakukan oleh Bapak Ali
6
Bank ABC Citibank
Jakarta
New York
Jakarta 3

5 4 2

1
Bp Ali Mr. Brown
MR

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 160


Modul 3 : Bank Accounting

Penjelasan:
1. Nasabah eksportir (Bp Ali) dan importir di luar negeri (Mr. Brown) menandatangani
kontrak penjualan (sales contract), dimana antara lain disepakati bahwa Mr. Brown
akan meminta banknya (Citibank NY) untuk menerbitkan L/C yang merupakan
jaminan pembayaran kepada Bp, Ali (nasabah importir di Bank ABC).
2. Mr. Brown mengajukan permohonan kepada Citibank New York, agar menerbitkan
L/C senilai USD 100.000 yang ditujukan kepada Bp. Ali, nasabah eksportir di Bank
ABC. Dalam permohonannya Mr.. Brown menetapkan syarat-syarat yang akan
dicantumkan dalam L/C.
3. Atas permintaan Mr. Brown, Citibank New York menerbitkan L/C senilai USD
100,000 sesuai dengan kondisi dan syarat-syarat yang diminta oleh Mr. Brown.
Selanjutnya, Citibank New York mengirimkan L/C tersebut kepada Bp Ali, melalui
Bank ABC Jakarta.
4. Bank ABC Jakarta dalam hal ini bertindak sebagai advising bank, yaitu bank yang Penerimaan
menyampaikan L/C tersebut kepada eksportir, dan tidak ikut menjamin pembayaran. advising fee
Bank ABC hanya bertanggung jawab atas keaslian L/C tersebut, jadi sebelum
menyampaikannya kepada Bp Ali, Bank ABC sudah memastikan bahwa L/C tersebut
benar-benar berasal dari Citibank New York. Ketika menyampaikan L/C tersebut,
Bank ABC mengenakan advising fee besar Rp 150.000 kepada Bp Ali. Jadi, Bank
ABC hanya membuat jurnal terkait dengan penerimaan advising fee, tapi tidak
membuat jurnal yang terkait dengan jaminan pembayaran sebesar USD 100.000, yaitu:
D. Giro nasabah Bp. Ali Rp 150.000
K. Pendapatan advising feee Rp 150.000
5. Dengan menerima L/C tersebut berarti Bp. Ali telah mendapatkan jaminan Bank
pembayaran dari Citibank New York, asal ia dapat menyerahkan dokumen yang mengambil
alih wesel
menunjukkan bahwa ia telah mengapalkan barang sesuai yang disyaratkan dalam L/C. ekspor
Bp Ali segera mengapalkan barang, kemudian menyiapkan dokumen-dokumen,
terutama adalah Bills of Lading (B/L) yang merupakan bukti pengapalan barang, dan
surat tagihan (sight draft atau wesel tunai) kepada Citibank New York. Setelah
mendapatkan dokumen lengkap, Bp. Ali segera membawanya ke Bank ABC di
Jakarta. Sebenarnya, Bank ABC tidak wajib membayar kepada Bp Ali, karena yang
wajib membayar adalah yang menerbitkan L/C yaitu Citibank New York. Meskipun
demikian, biasanya Bank ABC mau membayar lebih dahulu kepada Bp. Ali, kemudian

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 161


Modul 3 : Bank Accounting

barulah Bank ABC meminta penggantian dari Citibank New Work (reimbursement).
Tentunya ada perbedaan waktu antara Bank ABC membayar kepada Bp. Ali dengan
Citibank membayar kepada Bank ABC. Oleh karena itu, Bank ABC memungut
potongan sebesar 0,3% dan komisi ekspor sebesar 0,25%. Bank ABC juga harus
membayar ongkos angkut sebesar USD 10.000 kepada perusahaan pelayaran dan pajak
ekspor sebesar USD 4.250 kepada pemerintah. Jurnal yang dibuat di Bank ABC saat
mengambil alih wesel ekspor itu adalah:
D. Surat berharga - wesel ekspor (sight draft) USD 100.000
K. Pendapatan diskonto wesel USD 300
K. Pendapatan komisi ekspor USD 250
K. Hutang pajak ekspor USD 4.250
K. Giro perusahaan pelayaran USD 10.000
K. Giro valas - Bp. Ali USD 85.200
6. Bank ABC mendapatkan pembayaran dari Citibank New York (reimbursement)
sebesar USD 100.000. Jurnal yang dibuat adalah:
D. Nostro pada Citibank New York USD 100.000
K. Surat berharga-wesel ekspor (sight L/C) USD 100.000

Contoh 2 : Transaksi Ekspor dengan Sight L/C


Pada tanggal 2 Februari 2012, Bank XYZ menerima Letter of Credit (Sight L/C) yang
dikirim oleh Bank Koresponden di luar negeri, yang ditujukan kepada PT Aneka sebuah
perusahaan eksportir nasabah Bank XYZ. Letter of Credit tersebut berisi jaminan
pembayaran sebesar USD 10.000 dari Bank Koresponden kepada PT Aneka, bila PT
Aneka telah mengirim barang yang spesifikasinya dijelaskan dalam Sight L/C tersebut.
Bank XYZ meneruskan Sight L/C tersebut kepada PT Aneka, dan mengenakan biaya
penerusan L/C (komisi advising) sebesar Rp 100.000.

Jurnal tanggal 2 Februari 2012:


Bank XYZ hanya meneruskan Sight L/C tersebut kepada PT Aneka dan tidak ikut
memberikan jaminan pembayaran kepada PT Aneka. Oleh karena itu, Bank XYZ tidak
perlu mencatat adanya kewajiban kepada PT Aneka sebesar USD 10.000, baik sebagai
kewajiban di neraca maupun sebagai kewajiban komitmen atau kontinjensi. Bank XYZ
hanya bertanggung jawab atas keaslian Sight L/C yang diteruskannya tersebut, dan oleh

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 162


Modul 3 : Bank Accounting

karenanya Bank XYZ berhak atas komisi advising sebesar Rp 100.000. Jadi, jurnal yang
harus dibuat oleh Bank XYZ adalah:
D. Giro nasabah eksportir PT Aneka Rp 100.000
K. Pendapatan komisi advising Rp 100.000

Pada tanggal 10 Februari 2012, PT Aneka mengapalkan barang sesuai yang disyaratkan
dalam Sight L/C, dan sebagai buktinya PT Aneka menerima bukti pengapalan barang
(Bills of Lading atau B/L) dari perusahaan pelayaran yang membawa barang tersebut. Pada
tanggal 11 Februari 2012, PT Aneka mempresentasikan Bills of Lading (B/L) tersebut
kepada Bank XYZ dan juga mengajukan surat tagihan (wesel tunai atau sight draft) untuk
dikirimkan kepada Bank Koresponden yang membuka Sight L/C tersebut. Selain itu, PT
Aneka juga memohon agar Bank XYZ bersedia membayar terlebih dahulu kepadanya,
tanpa menunggu diterimanya pembayaran dari Bank Koresponden di luar negeri. Karena
seluruh dokumen yang dipresentasikan oleh PT Aneka telah sesuai dengan persyaratan
dalam Sight L/C, Bank XYZ bersedia mengambil alih (menegosoasi) tagihan tersebut dan
membayar kepada PT Aneka, dengan mengenakan komisi negosiasi sebesar 0,125% dan
biaya administrasi dan pengiriman dokumen sebesar USD 25.

Jurnal tanggal 11 Februari 2012:


D. Surat Berharga - Wesel ekspor yang diambil alih (Sight Draft) USD 10.000
K. Pendapatan komisi negosiasi USD 12,50
K. Pendapatan administrasi dan pengiriman dokumen USD 25,00
K. Giro eksportir PT Aneka USD 9.962,50
Bank XYZ segera mengirim wesel dan B/L kepada Bank Koresponden untuk
mendapatkan pembayaran dari Bank Koresponden. Pada tanggal 19 Februari 2012 Bank
XYZ menerima pembayaran dari Bank Koresponden.

Jurnal tanggal 19 Februari 2012:


D. Nostro pada Bank Koresponden USD 10.000
K. Surat Berharga - Wesel ekspor yang diambil alih (sight draft) USD 10.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 163


Modul 3 : Bank Accounting

Contoh 3 : Transaksi Ekspor dengan Usance L/C


Pada tanggal 2 Februari 2012, Bank ABC menerima L/C berjangka (Usance L/C) senilai Ekspor
USD 10.000 dari Bank Koresponden di luar negeri, untuk disampaikan kepada PT Varia dengan
L/C
usance

(perusahaan eksportir nasabah Bank ABC). Usance L/C tersebut memberi jaminan
pembayaran kepada PT Varia atas barang yang dikirimkannya kepada importir di luar
negeri dalam jangka waktu 2 bulan setelah tanggal pengapalan. Bank ABC meneruskan
Usance L/C itu kepada PT Varia, dan memungut komisi advising RP 100.000.

Jurnal yang dibuat oleh PT ABC adalah:


D. Giro nasabah eksportir PT Varia Rp 100.000
K. Pendapatan komisi advising Rp 100.000

Setelah menerima Usance L/C tersebut, PT Varia segera mempersiapkan barang-barang


yang diminta oleh importir luar negeri, dan mengapalkannya pada tanggal 6 Februari
2012. Sebagai bukti telah mengapalkan barang, PT Varia menerima Bills of Lading (B/L)
dari perusahaan pelayaran tertanggal 6 Februari 2012. PT Varia segera membuat surat
tagihan berupa wesel berjangka (Usance Draft) senilai USD 10.000 kepada Bank
Koresponden, dan meminta agar dibayar 2 bulan setelah tanggal pengapalan barang yaitu
tanggal 6 April 2012. Pada tanggal 7 April 2012, Usance Draft yang dilampiri dengan
Bills of Lading diserahkan oleh PT Varia kepada Bank ABC untuk dikirimkan kepada
Bank Koresponden pembuka L/C. Bank ABC mengenakan biaya pengiriman dokumen
USD 25 dan biasa komisi sebesar 0,25% atau sebesar USD 25 + 0,25% x USD 10.000 =
USD 50. Jurnal yang dibuat oleh Bank ABC adalah pada tanggal 7 Februari 2012 adalah:
D. Giro nasabah eksportir PT Varia USD 50
K. Pendapatan komisi dan pengiriman dokumen USD 50

Pada tanggal 15 Februari 2012 diterima kabar bahwa Bank Koresponden telah mengaksep Bank
Usance Draft yang diajukan oleh PT Varia, yang berarti bahwa importir di luar negeri kkoresponden
mengaksep
telah menerima baik barang yang dikirim oleh PT Varia, dan Bank Koresponden berjanji usance draft
akan membayar tagihan itu nanti pada tanggal 6 April 2012.

Karena PT Varia membutuhkan dana untuk modal kerja, maka pada tanggal 16 Februari Bank
2012, PT Varia meminta Bank ABC agar mengambil alih tagihan berjangka tersebut, dan mengambil
alih tagihan
berjangka

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 164


Modul 3 : Bank Accounting

membayar terlebih dahulu kepadanya. Bank ABC bersedia mengabil alih Usance Draft
tersebut, dengan mengenakan diskonto 4% per tahun (dihitung dengan rumus true
discount). Jarak waktu antara 16 Februari sampai 6 April 2012 adalah 50 hari, sehingga
Bank ABC bersedia pembayar sebesar: (USD 10.000 x 360)/(360 + (4% x 50)) = USD
9.944,75. Diasumsikan Bank ABC memperlakukan surat berharga tersebut sebagai
Dimiliki Hingga Jatuh tempo atau Pinjaman yang Diberikan, sehingga jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut:

Tanggal 16 Februari 2012:


D. Surat Berharga - Usance Draft (amortised cost) USD 9.944,75
K. Giro nasabah eksportir PT Varia USD 9.944,75

Selanjutnya dihitung suku bunga efektif selama 50 hari dengan memecahkan persamaan:
10.000
9.944,75 
(1  r ) 50
Dengan formula Goal Seek dalam Excell didapat suku bunga efektif = 0,01108% per hari.
Selanjutnya, setiap hari diakui pendapatan bunga, dengan jurnal sebagai berikut:

Tanggal 17 Februari 2012:


D. Surat Berharga - Usance Draft (amortised cost) USD 1,1020
K. Pendapatan bunga wesel ekspor berjangka(0,01108% x 9.944,75) USD 1,1020
Tanggal 18 Februari 2012:
Karena jurnal kemarin, maka saldo Surat Berharga menjadi USD 9.944,75 + USD 1,1020
= USD 9.945,85 yang harus dikalikan suku bunga efektif untuk menghitung pendapatan
bunga hari ini.
D. Surat Berharga - Usance Draft (amortised cost) USD 1,1021
K. Pendapatan bunga wesel ekspor berjangka (0,01108% x 9.945,85) USD 1,1021

Tanggal 19 Februari 2012:


Karena jurnal kemarin, maka saldo Surat Berharga menjadi USD 9.945,85 + USD 1,1021
= USD 9.946,96 yang harus dikalikan suku bunga efektif untuk menghitung pendapatan
bunga hari ini.
D. Surat Berharga - Usance Draft (amortised cost) USD 1,1022

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 165


Modul 3 : Bank Accounting

K. Pendapatan bunga wesel ekspor berjangka (0,01108% x 9.946,96) USD 1,1022


.............
.............
.............

Demikian seterusnya dijurnal setiap hari, sehingga pada tanggal 6 April 2012 saldo Surat
Berharga menjadi USD 10.000. Pada tanggal itu Bank Koresponden membayar kepada
Bank ABC sebesar USD 10.000, sehingga dibuat jurnal:
D. Nostro pada Bank Koresponden USD 10.000
K. Surat Berharga - Usance Draft (amortised cost) USD 10.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 166


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 8.2


AKUNTANSI TRANSAKSI EKSPOR

1. Pada saat bank meneruskan L/C ekspor yang diterbitkan oleh bank koresponden di luar
negeri, bank tidak mencatat adanya kewajiban atau kewajiban komitmen kepada
eksportir, karena bank tidak ikut memjamin pembayaran eksportif dalam negeri. Bank
hanya mencatat advising fee yang dipungutnya dari eksportir.
2. Ketika bank mengambil alih (menegosiasi) wesel ekspor sight yang diunjukkan oleh
eksportir beserta seluruh dokumen yang disyaratkan dalam L/C yang diterbitkan oleh
bank koresponden, bank akan mendebet rekening surat berharga wesel ekspor sight,
dan membayar kepada eksportir setelah dipotong komisi ekspor, pajak ekspor dan lain-
lain.
3. Ketika bank mendapatkan penggantian (reimbursement) dari bank penerbit L/C di luar
negeri, bank akan mengkredit rekening surat berharga wesel ekspor, dan mendebet
rekening nostro pada bank koresponden.
4. Ketika bank mengambil alih (menegosiasi) wesel ekspor berjangka yang
didiskontokan oleh eksportir, maka bank akan mendebet rekening surat berharga
wesel ekspor berjangka sebesar nilai tunai (present value) dari nominal surat berharga
tersebut. Selama periode diskonto, bank mengakui pendapatan bunga dengan metode
bunga efektif.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 167


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 8.2.

1. Bp. Andi adalah nasabah Bank EFG Jakarta. Mr. Schwart adalah nasabah Deutsche
Bank di Frankfurt. Bp. Andi mengekspor barang kepada Mr. Schwart, dan
pelaksanaannya menggunakan L/C. Mekanisme transaksinya digambarkan dalam
diagram berikut ini:
6
Bank EFG Deutsche
Jakarta
FFT
Jakarta 3

5 4 2

1
Bp Andi Mr. Schwart
MR
Langkah nomor 3 dalam diagram di atas adalah Deutsche Bank... .
a. membayar kepada Bank EFG
b. menagih kepada Bank EFG
c. menerbitkan L/C yang ditujukan kepada Bank EFG
d. menerbitkan L/C yang ditujukan kepada Bp Andi yang disampaikan melalui Bank
EFG

2. Langkah nomor 4 dalam diagram di atas adalah Bank EFG... .


a. membayar kepada Bp Andi sebesar harga barang yang diekspornya
b. menerbitkan L/C atas permintaan Deutsche Bank, untuk menjamin pembayaran
atas ekspor yang akan dilakukan Bp Andi
c. meneruskan L/C yang diterbitkan oleh Deutsche Bank, tapi Bank EFG tidak ikut
menjamin pembayaran kepada Bp. Andi
d. menyerahkan tagihan kepada Bp. Andi, berupa wesel yang ditarik oleh Mr.
Schwart.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 168


Modul 3 : Bank Accounting

3. Langkah nomor 5 dan 6 pada diagram di atas adalah Bank EFG menerima... .
a. uang dari Bp Andi dan mengirimkannya kepada Deutsche Bank
b. L/C Bp. Andi dan meneruskannya kepada Deutsche Banki
c. barang dari Bp. Andi dan mengirimkannya kepada Deutsche Bank
d. tagihan wesel ekspor dari Bapak Andi dan meneruskannya kepada Deutsche Bank

4. Seorang eksportir memiliki wesel berjangka senilai USD 100.000 yang sisa waktu
jatuh temponya 30 hari. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, eksportir
mendiskontokan wesel itu ke Bank Anda, dengan tingkat true dicount 6 persen. Jurnal
yang dibuat di Bank Anda adalah... .
a. D. Surat berharga-wesel ekspor berjangka USD (100.000 x 360)/(360 + (6% x 30))
K. Giro valas eksportir USD (100.000 x 360)/(360 + (6% x 30))
b. D. Giro valas eksportir USD (100.000 x 360)/(360 + (6% x 30))
K. Surat berharga-wesel ekspor berjangka USD (100.000 x 360)/(360 + (6% x 30))
c. D. Surat berharga-wesel ekspor berjangka USD 100.000 /(1 + (6%/360))30
K. Giro valas eksportir USD 100.000 /(1 + (6%/360))30
d. D. Giro valas eksportir USD 100.000 /(1 + (6%/360))30
K. Surat berharga - wesel ekspor berjangka USD 100.000 /(1 + (6%/360))30

5. Kelanjutan soal no. 4 di atas, diketahui bahwa:


 USD (100.000 x 360)/(360 + (6% x 30)) = USD 99.502
 USD 100.000 /(1 + (6%/360))30 = USD 99.501
Menurut PSAK 55, pendapatan bunga untuk transaksi diskonto di atas harus dihitung
dengan rumus...
a. 99.501 = 100.000/(1 + r)30, dimana r adalah tingkat bunga untuk menghitung
pendapatan
b. 99.502 = 100.000/(1 + r)30, dimana r adalah tingkat bunga untuk menghitung
pendapatan
c. Pendapatan bunga = USD 100.000 - USD 99.501 = USD 499
d. Pendapatan bunga = USD 100.000 - USD 99.502 = USD 498

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 169


Modul 3 : Bank Accounting

Soal nomor 6 sampai 8 merupakan satu kesatuan


6. Pada tanggal 1 Juni 2012, Bank Anda menerima L/C senilai USD 150.000 dari Hyogo
Bank, Kobe Japan, untuk pengiriman kayu papan hias kepada Daisen Sangyo, Osaka
Japan, dan ditujukan kepada PT Wana Jati, nasabah giro valas di Bank Anda. Bank
Anda meneruskan L/C tersebut kepada PT Wana Jati, dan mengenakan komisi
penerusan L/C sebesar Rp 200.000. Jurnal yang harus dibuat di Bank Anda adalah... .
a. D. Rekening nostro pada Hyogo Bank USD 150.000
K. Giro PT Wana Jati USD 150.000
b. D. Giro PT Wana Jati USD 150.000
K. Rekening nostro pada Hyogo Bank USD 150.000
c. D. Giro PT Wana Jati Rp 200.000
K. Pendapatan komisi penerusan L/C Rp 200.000
d. D. Beban penerusan L/C Rp 200.000
K. Giro PT Wana Jati Rp 200.000

7. Pada tanggal 21 Juni 2012, seorang staf PT Wana jati datang ke Bank Anda untuk
menyerahkan dokumen-dokumen sesuai syarat L/C yang diterbitkan oleh Hyogo Bank
sebelumnya. Setelah meneliti seluruh dokumen tersebut, Bank Anda memutuskan
untuk mengambil alih tagihan tersebut dan membayar kepada PT Wana Jati sebesar
nilai L/C setelah dipotong ongkos kapal sebesar USD 5.570 untuk dibayarkan kepada
PT Samudra Indonesia yang juga nasabah giro valas di Bank Anda, pajak ekspor
sebesar USD 8.000, komisi ekspor 0,25% dan potongan 0,3%. Pencatatan yang benar
atas transaksi-transaksi di atas adalah...
a. Surat berharga - wesel ekspor sight didebet sebesar USD 150.000
b. Giro PT Samudra Indonesia didebet sebesar USD 5.570
c. Beban pajak ekspor didebet sebesar USD 8.000
d. Giro valas PT Wana Jati dikredit sebesar USD 150.000

8. Bank Anda mempunyai rekening nostro pada Chase Bank di New York sedangkan
Hyogo Bank mempunyai rekening nostro pada Amex Bank New York. Oleh karena itu
sesuai permintaan dalam L/C, Bank Anda mengajukan reimbursement ke Amex Bank
dan meminta agar dananya dikirimkan rekening nostro di Chase Bank. Jurnal yang
harus dibuat di Bank Anda adalah... .

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 170


Modul 3 : Bank Accounting

a. D. Nostro pada Chase Bank NY USD 135.605


K. Surat berharga - wesel ekspor sight USD 135.605
b. D. Surat berharga-wesel ekspor berjangka USD 135.605
K. Nostro pada Chase Bank NY USD 135.605
c. D. Nostro pada Chase Bank NY USD 150.000
K. Surat berharga - wesel ekspor sight USD 150.000
d. D. Surat berharga - wesel ekspor sight USD 150.000
K. Nostro pada Chase Bank NY USD 150.000

Soal nomor 9 sampai 10 merupakan satu kesatuan


9. Hari ini tanggal 28 Juni 2013, PT Rimba Jaya datang ke Bank Anda menyerahkan
dokumen-dokumen sesuai dengan syarat-syarat dalam usance L/C yang diterbitkan
oleh Daichi Bank - Osaka. Berdasarkan usance L/C tersebut. Pada tanggal 28 Juni
2013, PT Rimba Jaya telah mengapalkan kayu lapis senilai USD 300.000. Harga
tersebut sudah termasuk ongkos kapal sebesar USD 9.500 dan asuransi sebesar USD
1.650. Dalam L/C disebutkan bahwa apabila PT Rimba Jaya telah mengapalkan
barang, maka ia boleh mengajukan wesel berjangka yang jatuh tempo 120 hari setelah
tanggal pengapalan. Pada hari ini juga seluruh dokumen tersebut dikirim kepada
Daichi Bank di Osaka, dan diterima kabar bahwa Daichi Bank sudah mengaksep wesel
berjangka tersebut. Pada hari ini juga Bank Anda membayar membayar kepada PT
Rimba Jaya, setelah dipotong bunga diskonto 7,5% per tahun, ongkos kapal untuk giro
PT Lautan Jaya dan asuransi untuk PT Wawoho Toto yang keduanya adalah nasabah
giro valas di Bank Anda. Buatlah urnal untuk mencatat transaksi di atas, dan pilihlah
jawaban di bawah ini yang sesuai dengan jurnal yang Anda buat... .
a. Giro PT Lautan Jaya didebet sebesar USD 9.500
b. Giro PT Wawoho Toto didebet sebesar USD 1.650
c. Giro PT Rimba Jaya dikredit sebesar USD 300.000 / (1 + 7,5%/360)120
d. Surat berharga-wesel ekspor berjangka didebet sebesar USD300.000/(1+ 7,5%)120

10. Pada tanggal 26 Oktober 2013, yaitu 120 hari sejak pengapalan barang, Daichi Bank
membayar kepada Bank Anda, sebagai reimbursement atas pengeluaran yang sudah
dilakukan oleh Bank Anda pada tanggal 28 Juni 2013 yang lalu.
Jurnal yang harus dibuat pada tanggal 26 Oktober 2013 adalah... .

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 171


Modul 3 : Bank Accounting

a. D. Surat berharga - wesel berjangka USD 300.000


K. Nostro pada bank koresponden USD 300.000
b. D. Nostro pada bank koresponden USD 300.000
K. Surat berharga - wesel ekspor berjangka USD 300.000
c. D. Surat berharga - wesel berjangka USD 300.000/(1+7,5%/360)120
K. Nostro pada bank koresponden USD300.000/(1+7,5%)120
d. D. Nostro pada bank koresponden USD 300.000/(1 +7,5%/360)120
K. Surat berharga - wesel ekspor berjangka USD 300.000/(1+7,5%/360)120

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 172


Modul 3 : Bank Accounting

Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 8.2.

1. d
2. c
3. d
4. a
5. b
6. c
7. a
8. c
9. d
10. b

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 173


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 9
DEFINISI TRANSAKSI DERIVATIF

Transaksi derivatif adalah kontrak yang nilainya berubah sebagai akibat dari perubahan Transaksi
suatu variabel yang telah disepakati oleh kedua pihak yang berkontrak. Variabel yang derivatif
disepakati tersebut misalnya kurs valuta asing atau suku bunga. Berikut ini adalah dua
contoh kontrak yang merupakan transaksi derivatif.

Contoh 1:
Pada tanggal 1 Januari 2012, Bank A melakukan kontrak forward dengan Bank B, yaitu Kontrak
Bank A membeli USD 1.000.000 dengan kurs Rp 9.500 yang serah terimanya akan forward
dilakukan tanggal 30 Juni 2012. Kontrak tersebut bisa menguntungkan atau merugikan
tergantung pada perubahan kurs. Dalam transaksi ini Bank A membeli dolar di masa yang
akan datang, dengan harga yang sudah dipatok yaitu Rp 9.500. Bank A akan untung bila
terjadi kenaikan kurs, dan akan rugi bila terjadi penurunan kurs. Jadi, Bagi Bank A nilai
kontrak tersebut bisa naik atau turun akibat perubahan kurs. Sebaliknya, dalam kontrak
tersebut Bank B menjual dolar di masa yang akan datang dengan kurs yang sudah dipatok
Rp 9.500, sehingga Bank B akan rugi bila kurs naik, dan akan untung bila kurs turun.
Sama seperti Bank A, bagi Bank B nilai kotrak tersebut berubah akibat perubahan kurs.

Selain itu, ada dua karakteristik lain transaksi derivatif, yaitu:


1. Tidak memerlukan investasi awal, atau kalaupun diperlukan investasi awal, jumlahnya Tidak
sangat kecil dibanding nilai kontraknya. Untuk melakukan transaksi diatas, Bank A memerlukan
investasi awal
maupun Bank B tidak perlu memiliki dana sebanyak USD 1.000.000 atau Rp
9.500.000.000. Seringkali untuk transaksi di atas dilakukan penyelesaian secara neto
(net settlement), yaitu bila pada tanggal 30 Juni 2012 kurs spot adalah Rp 9.600, yang
mengakibatkan keuntungan bagi Bank A dan kerugian bagi Bank B, maka
penyelesaiannya adalah Bank B membayar kepada Bank A sebesar Rp 100.000.000.
Sebaliknya, bila pada tanggal 30 Juni 2012 kurs spot adalah Rp 9.400, yang berarti
Bank A rugi dan Bank B untung Rp 100.000.000, maka penyelesaiannya adalah Bank
A membayar kepada Bank B Rp 100.000.000. Bila tingkat kepercayaan antara Bank A
dan Bank B sudah sangat tinggi, maka di awal kontrak kedua belah pihak tidak perlu
membayar, sehingga transaksi ini tidak memerlukan investasi awal neto. Meskipun

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 174


Modul 3 : Bank Accounting

demikian, seperti layaknya suatu investasi, transaksi ini bisa mendatangkan


keuntungan atau kerugian.
2. Penyelesaian dilakukan pada tanggal tertentu di masa depan. Pada contoh di atas, Penyelesaian
penyelesaiannya dilakukan 6 bulan sejak tanggal kontrak. Jadi, bila tidak ada jangka dilakukan
pada tanggal
waktu antara tanggal kontrak dengan tanggal penyelesaian, maka transaksinya bukan tertentu di
masa depan
trasaksi derivatif. Perhatikan contoh transaksi non-derivatif berikut ini: Pada tanggal 1
Januari 2012 Bank A membeli secara tunai USD 1.000.000 dan membayar secara tunai
Rp 9.500.000.000. Pada tanggal 30 Juni, ketika kurs spot naik menjadi Rp 9.600, Bank
A menjual USD 1.000.000 yang dimilikinya dengan kurs Rp 9.600, sehingga Bank A
mendapatkan keuntungan Rp 100.000.000. Transaksi yang dilakukan oleh Bank A ini
bukan transaksi derivatif, karena untuk melakukan transaksi ini Bank A memerlukan
dana yang sangat besar, yaitu Rp 9.500.000.000. Sedangkan untuk transaksi derivatif,
untuk memperoleh keuntungan yang sama, investasi awal yang diperlukan bisa sebesar
nol rupiah. Kalaupun misalnya pada tanggal 1 Januari 2012, Bank B mengharuskan
Bank A membayar margin deposit misalnya sebesar Rp 125.000.000, maka investasi
awal yang diperlukan itu masih jauh lebih kecil dari pada transaksi non derivatif yaitu
Rp 9.500.000.000.

Contoh 2:
Pada tanggal 1 januari 2012, Bank A dan Bank B melakukan kontrak swap suku bunga Kontrak sewa
dengan nilai USD 100 juta berjangka 3 tahun. Dalam kontrak ini disebutkan bahwa setiap suku bunga
tanggal 30 Juni dan 31 Desember:
 Bank A membayar kepada Bank B, bunga mengambang sebesar LIBOR + 2%.
 Bank B membayar kepada Bank A, bunga tetap sebesar 8%. Perhatikan gambar di
bawah ini:
LIBOR + 2%

Bank A Bank B

8%
Bagi Bank A kontrak di atas akan menguntungkan bila bunga LIBOR turun di bawah 6%,
dan bagi Bank B akan menguntungkan bila bunga LIBOR naik di atas 6%. Setiap
kenaikan LIBOR akan menguntungkan Bank B (dan merugikan Bank A), dan setiap
penurunan LIBOR akan merugikan Bank B (dan menguntungkan Bank A). Jadi, bagi

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 175


Modul 3 : Bank Accounting

kedua bank tersebut nilai kontrak itu dipengaruhi oleh perubahan suku bunga LIBOR.
Perhatikan pula bahwa, kontrak di atas tidak memerlukan investasi awal, dan bisa
mendatangkan keuntungan dan kerugian bagi pihak yang berkontrak. Keuntungan dan
kerugian itu baru akan diketahui di masa yang akan datang, yaitu setiap tanggal 30 juni
dan 31 Desember selama tiga tahun ke depan.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 176


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 9


DEFINISI TRANSAKSI DERIVATIF

1. Transaksi derivatif adalah kontrak yang nilainya berubah sebagai akibat perubahan
suatu variabel yang disepakati oleh kedua pihak yang berkontrak. Variabel tersebut
misalnya dalah kurs dan suku bunga pasar.
2. Kontrak forward adalah contoh transaksi derivatif yang nilainya bisa menguntungkan
atau merugikan pihak yang berkontrak tergantung pada perubahan kurs.
3. Swap suku bunga adalah contoh transksi derivatif yang nilainya bisa menguntungkan
atau merugikan pihak yang berkontrak tergantung pada perubahan bunga pasar.
4. Salah satu ciri transaksi derivatif adalah: untuk melakukannya tidak diperlukan
investasi awal, atau diperlukan investasi awal yang sangat kecil, dibanding transaksi
non-derivatif dengan potensi keuntungan atau kerugian yang sama.
5. Ciri kedua adalah: adanya tenggang waktu antara saat kontrak dilakukan dengan saat
penyelesaian kontrak, yaitu saat diketahui apakah kontrak itu menguntungkan atau
merugikan.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 177


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 9

1. Berikut ini adalah contoh-contoh transaksi derivatif, kecuali... .


a. Bank B membeli dolar dengan kurs Rp 9.500/dolar, setelmennya 3 bulan yang
akan datang
b. Bank C dan Bank D akan tukar menukar bunga LIBOR dengan bunga tetap 8%, 6
bulan yang akan datang
c. Bank A membeli satu juta dolar secara tunai dengan kurs Rp 9.500/dolar, dan
menjualnya satu jam kemudian dengan kurs Rp 9.600 per dolar
d. Bank E menandatangani kontrak untuk membeli Obligasi X dengan penyerahan
tiga bulan yang akan datang dengan harga 95% dari nilai par

2. Salah satu karakteristik transaksi derivatif adalah... .


a. mengandung risiko yang besar, sehingga memerlukan investasi yang besar untuk
bertransaksi
b. tidak memerlukan/hanya sedikit investasi awal untuk bertransaksi, dibanding
transaksi non derivatif dengan potensi keuntungan/kerugian yang sama
c. waktu penyelesaian transaksi adalah segera, yaitu pada hari ditandanganinya
kontrak
d. merupakan kontrak beli/jual valuta asing dengan kurs yang ditentukan di masa
yang akan datang

3. Bank A membeli USD 1.000.000 dengan kurs Rp 9.700 dari Bank B yang
penyerahannya akan dilakukan 6 bulan yang akan datang. Dalam transaksi di atas... .
a. bisa dilakukan tanpa investasi awal
b. Bank A harus memiliki dana Rp 9.700.000.000, 6 bulan yang akan datang
c. Bank B harus memiliki dana USD 1.000.000, 6 bulan yang akan datang
d. Bank A akan rugi bila 6 bulan yang akan datang ternyata kurs naik di atas
Rp9.700.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 178


Modul 3 : Bank Accounting

4. Bank X melakukan kotrak dengan Bank Y, yaitu Bank X harus membayar bunga
mengambang JIBOR + 1% dan Bank Y harus membayar bunga tetap 6%, yang
penyelesaiannya akan dilakukan setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember selama tiga
tahun ke depan. Dalam transaksi di atas...
a. Bank X akan untung bila JIBOR naik di atas 5%
b. Bank X akan rugi bila JIBOR turun di bawah 5%
c. Bank Y akan untung bila JIBOR di bawah 5%
d. Bank Y akan untung bila JIBOR di atas 5%

5. Pernyataan tentang karakteristik transaksi derivatif yang tidak benar adalah... .


a. kontrak yang bisa menguntungkan/merugikan pelakunya, tergantung pada
indikator tertentu seperti kurs dan suku bunga
b. kontrak yang memerlukan investasi yang besar untuk membeli aset-aset finansial
c. kontrak yang penyelesaiannya akan dilakukan di masa yang akan datang
d. kontrak yang bisa dilakukan dengan investasi yang minimal, untuk nilai kontrak
yang besar

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 179


Modul 3 : Bank Accounting

Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 9

1. c
2. b
3. a
4. d
5. b

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 180


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 9.1


AKUNTANSI TRANSAKSI DERIVATIF UNTUK
DIPERDAGANGKAN

Bila bank melakukan transaksi derivatif untuk tujuan Diperdagangkan (for trading), yaitu Akuntansi
membeli dan menjual aset keuangan derivatif secara aktif dan berulang, untuk transaksi (for
trading) harus
memperoleh marjin atau keuntungan dari fluktuasi harga jangka pendek, maka bank digolongkan
sebagai
tersebut harus menggolongkan transaksi derivatifnya sebagai FVTPL. Berikut ini adalah FVTPL
contoh transaksi derivatif untuk diperdagangkan dan perlakuan akuntansinya.

Contoh Transaksi Derivatif untuk Diperdagangkan


Pada pagi hari tanggal 31 Januari 2012, Bank A melakukan transaksi forward beli Transaksi
forward beli
USD 16.200 dengan nasabahnya. Kurs yang disepakati adalah Rp 9.330 per dolar dan USD
tanggal jatuh tempo adalah 31 Maret 2012 (2 bulan kemudian).

Akibat transaksi di atas, Bank A mempunyai tagihan sebesar USD 16.200 dan kewajiban Tagihan di
luar neraca
sebesar USD 16.200 x Rp 9.330 = Rp 151.146.000, yang jatuh tempo pada tanggal 31 (off-balance
sheet)
Maret 2012. Tagihan dan kewajiban semacam itu belum memenuhi kriteria sebagai aset
dan kewajiban untuk dicantumkan di neraca dan hanya boleh dicantumkan di luar neraca
(off-balance-sheet), yaitu dalam laporan komitmen dan kontinjensi. Oleh karena itu,
untuk mencatat transaksi di atas hanya dibuat jurnal administratif (jurnal yang tidak
diposting ke rekening-rekening neraca), yaitu:
D. Rekening Administratif-Tagihan Komitmen Forward Beli
(USD 16.200) Rp 151.146.000
K. Rekening Administratif - Kewajiban Komitmen forward beli Rp 151.146.000
(Catatan: untuk laporan ke Bank Indonesia, yang harus dilaporkan hanya pembelian dalam
valuta asing saja, kewajiban lawan dalam rupiah tidak perlu dilaporkan)

Pada sore hari pukul 16.00 tanggal 31 Januari 2012, kurs dolar di pasar untuk
penyerahan tanggal 31 Maret 2012 adalah Rp 9.350 per dolar.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 181


Modul 3 : Bank Accounting

Berdasarkan data ini, seandainya pada saat itu Bank A menutup posisinya, yaitu dengan
menjual USD 16.200 ke pasar forward dengan kurs Rp 9.350, maka Bank A akan
mendapatkan keuntungan sebesar USD 16.200 x (Rp 9.350 - Rp 9.330) = Rp 324.000
yang akan terjadi 2 bulan yang akan datang, yaitu tanggal 31 Maret 2012. Bila
keuntungan 2 bulan yang akan datang itu di-present value-kan dengan bunga 10% per
tahun, maka nilainya menjadi Rp 324.000 : (1 + 10%/12)2 = Rp 318.667. Oleh karena itu,
sebelum tutup buku tanggal 31 Januari 2012, Bank A harus membuat jurnal:
D. Tagihan/kewajiban derivatif forward Rp 318.667
K. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 318.667

Jurnal di atas diposting ke rekening neraca dan laba rugi. Jadi, untuk transaksi derivatif, Tagihan/
kewajiban
yang dicatat dampaknya ke neraca dan laporan laba-rugi adalah potensi keuntungannya derivatif
saja, sedangkan nilai transaksinya (USD 16.200 atau Rp 151.146.000) hanya di catat pada
laporan komiten dan kontinjensi.

Pada waktu tutup buku akhir bulan Januari 2012, rekening keuntungan akan ditutup ke
rekening Laba/Rugi Tahun Berjalan, dengan jurnal:
D. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 318.667
K. Laba/Rugi Tahun Berjalan Rp 318.667

Selanjutnya, pada tanggal 1 Februari 2012 dibuat jurnal balik, yaitu:


D. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 318.667
K. Tagihan/kewajiban derivatif forward Rp 318.667

Akibat jurnal balik ini, maka saldo rekening Tagihan/kewajiban Derivatif Forward Mark-to-
market
menjadi nol, sementara rekening Keuntungan/Kerugian Transaksi Derivatif menjadi kontrak
forward
bersaldo debet sebesar Rp 318.667. Selain itu, dengan adanya jurnal balik ini, maka Bank
A bisa beranggapan bahwa mark-to-market belum pernah dilakukan, sehingga pada akhir
bulan Februari dan Maret nanti, ketika Bank A melakukan mark-to-market, maka kurs

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 182


Modul 3 : Bank Accounting

pasar pada akhir bulan itu selalu dibandingkan dengan kurs pada kontrak forward yaitu Rp
9.330 per dolar.

Pada tanggal 29 Februari 2012, kurs dollar forward yang jatuh tempo tanggal 31 Maret
2012 adalah Rp 9.300 per dolar. Bank A melakukan mark-to-market atas posisi tagihan
komitmen valasnya sebesar USD 16.200.

Berdasarkan kurs di atas, seandainya hari ini tanggal 29 Februari 2012, Bank A menutup
posisi forwardnya dengn menjual USD 16.200 untuk tanggal 31 Maret 2012, maka Bank
A akan mengalami kerugian sebesar (Rp 9.300 - Rp 9.330) x USD 16.200 = Rp 486.000
yang akan terjadi pada tanggal 31 Maret 2012. Kerugian pada tanggal 31 Maret 2012
tersebut bila di-present value-kan ke tanggal 29 Februari 2012, didapat: Rp 486.000 / (1 +
10%/12)1 = Rp 481.983. Jadi, jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 481.983
K. Tagihan/kewajiban derivatif forward Rp 481.983

Akibat jurnal ini dan jurnal balik yang dibuat awal Februari, rekening
Keuntungan/kerugian transaksi derivatif bersaldo debet sebesar: Rp 318.667 + Rp
481.983 = Rp 800.650, sehingga dibuat jurnal penutup:
D. Laba/rugi tahun berjalan Rp 800.650
K. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 800.650

Selanjutnya, pada tanggal 1 Maret 2012, dibuat jurnal balik, yaitu:


D. Tagihan/kewajiban derivatif forward Rp 481.983.
K. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 481.983.

Pada tanggal 31 Maret 2012, dilakukan realisasi kontrak forward, yaitu Bank A
menerima USD 16.200 dan membayar Rp 151.146.000. Pada saat itu kurs spot adalah
Rp 9.340.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 183


Modul 3 : Bank Accounting

Jurnal yang dibuat untuk mencatat penerimaan dolar dan pembayaran rupiah tersebut
adalah:
D. Kas Dolar (USD 16.200 x kurs spot Rp 9.340) Rp 151.308.000
K. Kas Rupiah Rp 151.146.000
K. Keuntungan revaluasi Rp 162.000

Keterangan: Bank A menerima uang kertas asing sebesar USD 16.200 yang dibeli secara
forward dengan kurs Rp 9.330. Karena pada hari itu kurs spot adalah Rp 9.340 berarti
Bank A mendapatkan keuntungan akibat merevaluasi uang kertas asing tersebut sebesar
(Rp 9.340 - Rp 9.330) x USD 16.200 = Rp 162.000.

Selanjutnya dibuat jurnal penutup sebagai berikut:


D. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 481.983
D. Keuntungan revaluasi Rp 162.000
K. Laba/Rugi tahun berjalan Rp 643.983

Selain itu, karena kedua belah pihak sudah membayar sesuai kontrak, maka jurnal
administratif tagihan dan kewajiban komitmen bisa dihapuskan dengan menjurnal:
D. Rekening Administratif-
Kewajiban Komitmen forward beli Rp 151.146.000
K. Rekening Administratif-
Tagihan Komitmen Forward Beli(USD 16.200) Rp 151.146.000

Seluruh transaksi di atas bisa dirangkum sebagai berikut:


 Pada 31 Januari 2012, Bank A beli forward 2 bulan USD 16.200 dengan kurs Rp9.330.
 Akhir Januari 2012, kurs forward 2 bulan adalah Rp 9.350,
Bank A mengakui laba: Rp 318.667
 Akhir Februari 2012, kurs forward 1 bulan adalah Rp 9.300,
Bank A mengakui rugi: (Rp 800.650)

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 184


Modul 3 : Bank Accounting

 Akhir Maret 2012, kurs spot adalah Rp 9.340,


Bank A mengakui laba: Rp 643.983
Jumlah laba/rugi yang diakui bulan Januari s/d Maret Rp 162.000

Pengakuan laba seperti inilah yang harus diterapkan untuk transaksi derivatif yang
bertujuan untuk diperdagangkan. Bank A membeli dolar secara forward 2 bulan dengan
kurs Rp 9.330 dan pada saat jatuh tempo ternyata kurs spot adalah Rp 9.340, sehingga
Bank A mendapatkan keuntungan sebesar (Rp 9.340 - Rp 9.330) x USD 16.200 =
Rp162.000. Pengakuan keuntungan tersebut tidak boleh menunggu sampai saat jatuh
tempo, tapi harus diakui sebagai laba atau rugi setiap akhir bulan dengan melakukan mark-
to-market. Ketika akhir Januari terjadi kenaikan kurs maka Bank A mengakui laba
Rp318.667, ketika akhir Februari terjadi penurunan kurs maka Bank A harus mengakui
rugi Rp 800.650, dan ketika terjadi lagi kenaikan kurs pada akhir Maret maka Bank A
mengakui laba RP 643.983. Secara total keuntungan yang diakui adalah sebesar perbedaan
antara kurs kontrak dengan kurs spot saat jatuh tempo yaitu Rp 162.000.

Pada contoh di atas mark-to-market dilakukan setiap akhir bulan. Dalam prakteknya
revaluasi dilakukan setiap akhir hari dan seluruh perhitungan dilakukan oleh sistem
komputer. Meskipun demikian, dasar perhitungannya adalah sama seperti pada contoh di
atas.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 185


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 9.1


AKUNTANSI TRANSAKSI DERIVATIF UNTUK
DIPERDAGANGKAN

1. Bila bank melakukan transaksi derivatif untuk tujuan diperdagangkan, yaitu membeli
dan menjual aset keuangan derivatif secara aktif dan berulang, untuk memperoleh
marjin atau keuntungan dari fluktiasi harga jangka pendek, maka bank harus
menggolongkan transaksi derivatif tersebut sebagai FVTPL.
2. Nilai kontrak transaksi derivatif dicatat dalam rekening administratif di luar neraca (off
balance sheet), dan hanya potensi keuntungan atau kerugiannya saja yang dicatat di
neraca dan laporan laba rugi. Potensi keuntungan atau kerugian itu dicatat sebagai laba
atau rugi periode berjalan, dan sebagai lawannya dicatat tagihan dan kewajiban
derivatif di neraca.
3. Bila bank melakukan transaksi derivatif FVTPL, misalnya berjangka 3 bulan, maka
setiap akhir bulan bank harus melakukan mark to market terhadap kontrak derivatifnya
dan mengakui keuntungan atau kerugian akibat mark to market tersebut dalam laporan
laba-rugi. Besarnya keuntungan atau kerugian dicatat sebesar present value dari
keuntungan atau kerugian yang akan terjadi pada saat jatuh tempo kontrak derivatif.
4. Besarnya keuntungan atau kerugian transaksi derivatif kontrak forward adalah sebesar
selisih antara kurs kontrak dengan kurs spot pada saat jatuh tempo. Untuk kontrak
forward FVTPL, pengakuan keuntungan atau kerugian tersebut tidak boleh menunggu
sampai saat jatuh tempo kontrak, tapi harus diakui setiap bulan selama periode kontrak
forward, dengan melakukan mark to market.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 186


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 9.1

Soal 1 s/d 5 merupakan satu kesatuan:


1. Pada tanggal 1 Maret 2012 Bank ABC membeli USD 100.000 secara forward 2 bulan
dengan kurs Rp 9.000 yang akan jatuh tempo tanggal 30 April 2012. Bila pada saat
tutup buku tanggal 1 Maret 2012 kurs forward 2 bulan adalah Rp 9.100, dan tingkat
bunga rupiah adalah 6% per tahun, maka pada tanggal 1 Maret 2012 Bank ABC harus
mengakui... .
a. keuntungan sebesar Rp 10.000.000
b. kerugian sebesar Rp 10.000.000 x (1 + 6%)2
c. kerugian sebesar Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)2
d. keuntungan sebesar Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)2

2. Pada tanggal 31 Maret 2012 Bank ABC akan melakukan mark to market atas posisi
forward yang dilakukannya. Kurs yang dibutuhkan untuk melakukan mark to market
adalah... .
a. kurs spot tanggal 31 Maret 2012
b. kurs forward 2 bulan
c. kurs foward 1 bulan yang jatuh tempo tanggal 30 April 2012
d. kurs spot pada tanggal 30 April 2012

3. Pada tanggal 31 Maret 2012, diketahui bahwa kurs forward 1 bulan adalah Rp 8.900.
Bila Bank ABC selalu membuat jurnal balik setelah melakukan mark to market, maka
jurnal yang dibuat pada tanggal 31 Maret 2012 ketika melakukan mark to market
adalah... .
a. D. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)
K. Tagihan/kewajiban transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)
b. D. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)2
K. Tagihan/kewajiban transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)2

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 187


Modul 3 : Bank Accounting

c. D. Tagihan/kewajiban transasksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)


K. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)
d. D. Tagihan/kewajiban transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)2
K. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1+0,5%)2

4. Bila pada tanggal 30 April 2012 ternyata kurs spot adalah Rp 9050, maka Bank ABC
harus mengakui... .
a. kerugian Rp 5.000.000 untuk bulan April 2012
b. keuntungan Rp 5.000.000 untuk bulan April 2012
c. keuntungan Rp 5.000.000 untuk periode bulan Maret dan April 2012
d. kerugian Rp 5.000.000 untuk periode bulan Maret dan April 2012

5. Bila Bank ABC menjurnal dengan benar pada tanggal 1 Maret, 31 Maret, 30 April
2012, maka keuntungan/kerugian yang benar untuk bulan Maret dan April 2012
adalah... .
a. Maret rugi Rp 9.999.752 dan April untung Rp 14.999.752
b. Maret untung Rp 9.999.752 dan April rugi Rp 14.999.752
c. Maret rugi Rp 10.000.000 dan April untung Rp 15.000.000
d. Maret untung Rp 10.000.000 dan April rugi Rp 15.000.000

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 188


Modul 3 : Bank Accounting

Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 9.1

1. d
2. c
3. a
4. c
5. a

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 189


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 9.2


AKUNTANSI TRANSAKSI DERIVATIF
UNTUK LINDUNG NILAI ATAS NILAI WAJAR

Transaksi derivatif bisa digunakan untuk lindung nilai terhadap aset atau liabilitas. Bila Lindung nilai
atas nilai
bank mempunyai aset yang akan dijual pada saat tertentu di masa yang akan datang, maka wajar aset
atau
bank menghadapi risiko kerugian, yaitu bila pada saat dijual nanti ternyata nilai wajarnya kewajiban
sedang jatuh. Demikian pula bila bank mempunyai hutang dalam bentuk surat berharga
yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar uang atau pasar modal. Bila bank
bermaksud untuk melunasi hutang tersebut pada suatu ketika nanti dengan cara membeli
surat berharga tersebut di pasar, maka bank menghadapi risiko kerugian, yaitu bila pada
saat akan dibeli nanti ternyata nilai wajarnya sedang melonjak. Transaksi derivatif bisa
digunakan untuk menghindari risiko semacam itu, dan transaksi yang dilakukan disebut
transaksi lindung nilai atas nilai wajar aset atau kewajiban. Pada pembahasan berikut akan
diberikan ilustrasi transaksi lindung nilai atas nilai wajar hutang.

Nilai wajar dari hutang obligasi adalah present value dari seluruh aliran kas keluar untuk
membayar bunga dan pokok hutang tersebut, dengan tingkat diksonto sebesar bunga
pasar. Akibatnya, obligasi berbunga tetap nilai wajarnya akan berbanding terbalik dengan
tingkat bunga pasar. Bila penerbit obligasi mengakui hutangnya dalam kelompok FVTPL,
maka ketika tingkat bunga pasar turun ia harus mengakui peningkatan nilai wajar
hutangnya dan kerugian, sebaliknya bila tingkat bunga pasar naik penerbit obligasi harus
mengakui penurunan nilai wajar hutangnya dan keuntungan.

Bila penerbit obligasi ingin men-stabil-kan nilai wajar hutangnya, penerbit obligasi Swap suku
bunga untuk
berbunga tetap bisa melakukan transaksi swap suku bunga, yaitu membuat kontrak melindungi
nilai wajar
pertukaran suku bunga, dalam hal ini membayar bunga tetap dan menerima bunga hutang
mengambang. Bila penerbit melakukan transaksi swap suku bunga untuk melindungi nilai
wajar hutangnya, maka kerugian atau keuntungan akibat kenaikan atau penurunan nilai

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 190


Modul 3 : Bank Accounting

wajar hutangnya adakan ditutup dengan keuntungan atau kerugian akibat transaksi swap
suku bunga. Untuk transaksi semacam ini nilai wajar hutang disebut hedged item atau Hedged item
dan hedged
obyek yang dilindungi nilainya, sedangkan transaksi swap suku bunga adalah transaksi instrument
derivatif yang menjadi instrumen lindung nilai (hedged intrument). Berikut ini adalah
contoh transaksi derivatif untuk tujuan lindung nilai atas nilai wajar.

Contoh Transaksi Lindung Nilai Atas Nilai Wajar


Pada tanggal 1 Januari 2012:
Bank B menerbitkan obligasi senilai Rp 500 milyar berjangka 5 tahun dengan suku bunga
tetap 10% per tahun dibayar setiap setengah tahun. Bank B kemungkinan akan membeli
kembali obligasi itu di pasar modal pada suatu saat sebelum jatuh tempo, sehingga Bank B
menghadapi risiko peningkatan nilai wajar obligasi tersebut.
Jurnal saat penerbitan obligasi:
D. Giro BI Rp 500.000.000.000
K. Hutang Obligasi Rp 500.000.000.000

Pada hari ini bunga pasar (JIBOR) adalah 10% per tahun (5% per semester) dan bunga
kupon Obligasi Bank B disesuaikan dengan bunga pasar pada saat diterbitkan. Nilai
Wajar (NW) obligasi tersebut adalah present value dari aliran kas keluar untuk bunga dan
pokok obligasi yaitu:
25.000.00.000 500.000.000.000
NW  n
10
  500.000.000.000
(1  5%) n (1  5%)10

Karena bunga kupon obligasi sama dengan bunga pasar, yaitu JIBOR 10% per tahun atau
5% per semester, maka nilai wajar obligasi sama dengan nilai nominalnya, sehingga
obligasi terjual pada harga par.
Untuk menghindari risiko kenaikan nilai wajar hutang obligasinya, Bank B juga Penyelesaian
secara neto
melakukan swap suku bunga, yaitu menerima 10% dan membayar JIBOR berjangka 5
tahun, dengan penyelesaian dilakukan setiap semester. Dalam kontrak swap ditetapkan

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 191


Modul 3 : Bank Accounting

bahwa penyelesaian akan dilakukan secara neto, yaitu selisih antara 10%/2 dengan
JIBOR/2 setiap akhir semester.
Jurnal administratif untuk swap suku bunga:
D. Rekening Administratif-swap suku bunga tetap Rp 500.000.000.000
K. Rekening Administratif-swap suku bunga mengambang Rp 500.000.000.000

Karena suku bunga tetap yang akan diterima (yaitu 10%) sama dengan suku bunga yang
harus dibayar (yaitu JIBOR = 10%), maka pembayaran neto adalah nol, sehingga tidak ada
jurnal yang dibuat pada saat itu, kecuali jurnal administratif di atas.

Pada tanggal 30 Juni 2012:


Bank B membayar bunga kupon yaitu 5% per semester. Jurnal yang dibuat:
D. Beban bunga (1/2 x 10% x Rp 500 milyar) Rp 25.000.000.000
K. Giro BI Rp 25.000.000.000

Ternyata tingkat bunga pasar (JIBOR) adalah 10,5% per tahun atau 5,25% per semester,
sehingga penyelesaian neto adalah Bank B harus membayar sebesar: (5,25% - 5%) x
Rp500 milyar = Rp 1.250.000.000. Jurnal yang dibuat untuk mencatat penyelesaian neto
swap suku bunga adalah:
D. Beban bunga Rp 1.250.000.000
K. Giro BI Rp 1.250.000.000

Dengan menjumlahkan kedua jurnal di atas tampak bahwa beban bunga yang ditanggung
Bank B adalah Rp 25.000.000.000 + Rp 1.250.000.000 = Rp 26.250.000.000. Perhatikan
bahwa angka ini sama dengan JIBOR/2 x Rp 500.000.000.000.
Menghitung Perubahan Nilai Wajar Hutang Obligasi
Pada saat itu nilai wajar hutang obligasi adalah: Menghitung
nilai wajar
25.000.000.000 500.000.000.000
NW  n hutang
9
  491.213.306.754
(1  5,25%) n (1  5,25%) 9 obligasi

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 192


Modul 3 : Bank Accounting

Penjelasanannya adalah, karena terjadi kenaikan bunga pasar (JIBOR) menjadi 5,25% per
semester, lebih tinggi dari pada bunga kupon obligasi 5% per semester, maka nilai wajar
obligasi tersebut turun dari Rp 500.000.000.000 menjadi Rp 491.213.306.754, atau turun
sebesar Rp 8.786.693.246. Akibat penurunan nilai wajar hutang itu Bank B membuat
jurnal:
D. Hutang Obligasi Rp 8.786.693.246
K. Keuntungan perubahan nilai wajar hutang obligasi Rp 8.786.693.246
(Catatan: seperti dijelaskan pada contoh sebelumnya, pada hari berikutnya akan dibuat
jurnal balik).

Menghitung Perubahan Nilai Wajar Kontrak Swap


Untuk menghitung nilai wajar kontrak swap, maka Bank B harus mengasumsikan bahwa Menghitung
nilai wajar
selama 9 semester yang tersisa suku bunga JIBOR akan tetap sebesar 10,5%, sehingga kontrak swap
Bank B akan membayar Rp 1.250.000.000 selama 9 semester ke depan, yang setelah di-
present value-kan nilainya adalah:

 1.250.000.000
NW  n
9
 8.786.693.246
(1  5,25%) n

Untuk mencatat penurunan nilai wajar kontrak swap dari nol menjadi minus Rp
8.786.693.246, maka dibuat jurnal:
D. Kerugian transaksi derivatif - swap Rp 8.786.693.246
K. Kewajiban derivatif swap Rp 8.786.693.246

Perhatikan bahwa, keuntungan akibat penurunan nilai wajar hutang obligasi terhapuskan Keuntungan/
kerugian pada
oleh kerugian karena penurunan nilai wajar kontrak swap. Ini adalah hakekat dari transaksi hedged item
saling hapus
lindung nilai terhadap nilai wajar (fair value hedge), yaitu keuntungan/kerugian yang dengan
kerugian/
terjadi pada "hedged item" saling hapus dengan kerugian/keuntungan pada "hedged keuntungan
pada hedged
instrument". instrument

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 193


Modul 3 : Bank Accounting

Pada tanggal 31 Desember 2012:


Waktu berlanjut selama satu semester, dan kita sampai pada tanggal 31 Desember 2012.
Bank B membayar bunga kupon obligasi 1/2 x 10% x Rp 500.000.000.000.
Jurnal saat membayar bunga kupon obligasi pada tanggal 31 Desember 2012:
D. Beban bunga (1/2 x 10% x Rp 500 milyar) Rp 25.000.000.000
K. Giro BI Rp 25.000.000.000

Selanjutnya kita perhatikan apa yang terjadi dengan kontrak swap suku bunga. Pada hari
ini diketahui ternyata bunga pasar (JIBOR) adalah 9%, atau lebih rendah dari 10%,
sehingga Bank B akan menerima pembayaran sebesar 5% - 9%/2 = 5% - 4,5% = 0,5% X
Rp 500.000.000.000 = Rp 2.500.000.000. Jurnal yang dibuat adalah:
D. Giro BI atau Banl Lain Rp 2.500.000.000
K. Beban bunga Rp 2.500.000.000

Dengan menjumlahkan kedua jurnal di atas, tampak bahwa total beban bunga untuk
semester kedua 2012 adalah Rp 22.500.000.000, yaitu JIBOR/2 x Rp 500.000.000.000.
Selanjutnya perhatikan dampak perubahan JIBOR terhadap nilai wajar hutang obligasi dan
nilai wajar kontrak swap:
Karena JIBOR turun menjadi 4,5% per semester, maka nilai wajar hutang obligasi
menjadi:
25.000.000.000 500.000.000.000
NW  n
8
  516.489.715.168
(1  4,5%) n (1  4,5%)8

Akibat kenaikan nilai wajar hutang itu, Bank B membuat jurnal:


D. Kerugian perubahan nilai wajar hutang obligasi Rp 16.489.715.168
K. Hutang Obligasi Rp 16.489.715.168
Selanjutnya untuk menghitung nilai wajar kontrak swap, diasumsikan bahwa selama 8
semester sisa waktu swap JIBOR akan tetap 4,5% per semester, sehingga Bank B akan
menerima Rp 2.500.000.000 selama 8 semester, yang setelah dipresent valuekan menjadi:

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 194


Modul 3 : Bank Accounting

2.500.000.000
NW  n
8
 16.489.715.168
(1  4,5%) n

Selanjutnya dibuat jurnal untuk mengakui kenaikan nilai kontrak swap, yaitu:
K. Tagihan derivatif swap Rp 16.489.715.168
D. Keuntungan transaksi derivatif - swap Rp 16.489.715.168
Perhatikan sekali lagi, akibat transaksi fair value hedge, kerugian karena penurunan nilai
wajar hutang obligasi (hedged item) dihapus oleh keuntungan pada kontrak swap (hedged
instrument). Demikian gambaran akuntansi transaksi derivatif untuk melindungi nilai
wajar hutang obligasi untuk dua semester pertama dari umur obligasi. Selanjutnya,
ringkasan jurnal untuk masa 10 semester diberikan pada tabel berikut ini.

Sem. Ke Hutang Obligasi B. Kupon JIBOR Peny. Neto Swap NW Swap NW Hutang Obl Perub. NW Hutang Beb. Bunga
1 2 3 4 = (2-3) x 1 5 = PV of 4 6 = PV of 2 + 1 7 =1 -6 8 = 3x1 = (2x1)+4
1 500.000.000.000 5% 5,00% - 0 500.000.000.000 - 25.000.000.000
2 500.000.000.000 5% 5,25% (1.250.000.000) (8.786.693.246) 491.213.306.754 8.786.693.246 26.250.000.000
3 500.000.000.000 5% 4,50% 2.500.000.000 16.489.715.168 516.489.715.168 (16.489.715.168) 22.500.000.000
4 500.000.000.000 5% 4,75% 1.250.000.000 7.298.956.945 507.298.956.945 (7.298.956.945) 23.750.000.000
5 500.000.000.000 5% 5,00% 0 0 500.000.000.000 - 25.000.000.000
6 500.000.000.000 5% 5,25% (1.250.000.000) (5.374.649.238) 494.625.350.762 5.374.649.238 26.250.000.000
7 500.000.000.000 5% 5,50% (2.500.000.000) (8.762.875.304) 491.237.124.696 8.762.875.304 27.500.000.000
8 500.000.000.000 5% 5,75% (3.750.000.000) (10.070.340.115) 489.929.659.885 10.070.340.115 28.750.000.000
9 500.000.000.000 5% 4,50% 2.500.000.000 4.681.669.376 504.681.669.376 (4.681.669.376) 22.500.000.000
10 500.000.000.000 5% 4,75% 1.250.000.000 1.193.317.422 501.193.317.422 (1.193.317.422) 23.750.000.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 195


Modul 3 : Bank Accounting

Sebelum membaca tabel di atas perhatikan gambar di bawah ini:

Investor Obligasi
OOObliBank B
5%
JIBOR
Bank B Bank X
5%

Bank B membayar bunga obligasi 5%, dan melakukan swap suku bunga: menerima 5%
dan membayar JIBOR, sehingga secara neto Bank B membayar bunga sebesar: 5% +
(JIBOR - 5%) = JIBOR. Oleh karena itu, di kolom 8 tampak bahwa beban bunga bagi
Bank B adalah JIBOR x Rp 500.000.000.000.

Bank B melakukan transaksi lindung nilai, yaitu: transaksi swap suku bunga yang akan
menghasilkan keuntungan (kerugian) bila terjadi kerugian (keuntungan) karena kenaikan
(penurunan) nilai wajar hutang obligasi, sehingga Bank B tidak akan menghadapi dampak
perubahan nilai wajar hutang obligasi. Pada tabel di atas tampak bahwa nilai kolom 5 =
minus kolom 7, sehingga terjadi saling menghapus.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 196


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 9.2


AKUNTANSI TRANSAKSI DERIVATIF
UNTUK LINDUNG NILAI ATAS NILAI WAJAR

1. Bila bank mempunyai aset keuangan yang akan dijual sewaktu-waktu, maka bank
menghadapi risiko kerugian, yaitu bila aset keuagan tersebut harga pasarnya (nilai
wajarnya) jatuh ketika akan akan dijual.
2. Bila bank mempunyai hutang, misalnya dalam bentuk obligasi berbunga tetap yang
diterbitkan, dan akan dilunasi sewaktu-waktu dengan membelinya kembali di pasar,
maka bank menghadapi risiko meningkatnya harga pasar (nilai wajar) obligasi
tersebut.
3. Transaksi derivatif yang dilakukan untuk menghindari kerugian akibat penurunan nilai
wajar aset keuangan atau kenaikan nilai wajar kewajiban keuangan, disebut transaksi
derivatif untuk lindung nilai atas nilai wajar.
4. Bila bank melakukan transaksi derivatif untuk lindung nilai, maka kerugian akibat
kenaikan nilai wajar hutang obligasinya (hedged item) akan ditutup dengan
keuntungan akibat transaksi derivatif swap suku bunga (hedged instrument).
5. Bila bank melakukan transaksi derivatif swap suku bunga untuk lindung nilai terhadap
kenaikan nilai kewajiban FVTPL, maka bank akan terhindar dari kerugian akibat
kenaikan nilai wajar hutang FVTPL, dan hutang yang tadinya berbunga tetap akan
berubah menjadi hutang berbunga mengambang.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 197


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 9.2

Soal nomor 1 s/d 8 adalah satu kesatuan


Pada tanggal 1 Januari 2012:
Bank X membeli obligasi nominal Rp 100 milyar berjangka 3 tahun, bunga tetap 8%,
diterima setiap akhir tahun. Bank X menggolongkan obligasi itu sebagai Tersedia Untuk
Dijual, karena akan dijual sewaktu-waktu untuk membiayai rencana ekspansi usaha dalam
beberapa tahun ke depan. Obligasi tersebut diterbitkan oleh salah satu bank terbesar di
Jakarta, dan bunga kuponnya sudah disesuaikan dengan bunga pasar pada saat itu, yaitu
JIBOR = 8%.

1. Risiko yang dihadapi oleh Bank X adalah... .


a. kenaikan JIBOR yang akan mendorong kenaikan nilai wajar obligasi tersebut
b. kenaikan JIBOR yang akan mendorong penurunan nilai wajar obligasi tersebut
c. penurunan JIBOR yang akan mendorong kenaikan nilai wajar obligasi tersebut
d. penurunan JOBOR yang akan mendorong penurunan nilai wajar obligasi tersebut

2. Nilai wajar obligasi tersebut bisa dihitung dengan rumus... .


4.000.00.000 100.000.000.000
a.NW  n
6

(1  4%) n (1  4%) 6
8.000.00.000 100.000.000.000
b. NW  n
3

(1  8%) n (1  8%) 3
8.000.00.000 100.000.000.000
c.NW  n
6

(1  4%) n (1  4%) 6
8.000.00.000 100.000.000.000
d .NW  n
6

(1  8%) n (1  8%) 6

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 198


Modul 3 : Bank Accounting

3. Untuk menghindari risiko perubahan nilai wajar obligasi tersebut, yang harus
dilakukan oleh Bank X adalah swap suku bunga... .
a. membayar JIBOR, menerima 8%
b. menerima sebesar (JIBOR - 8%)
c. membayar sebesar (JIBOR - 8%)
d. menerima JIBOR, bayar 8%

4. Bila Bank X melakukan swap suku bunga dengan membayar menerima JIBOR dan
membayar 8%, maka Bank X akan mempunyai pendapatan... .
a. tetap sebesar 8%
b. mengambang sebesar JIBOR
c. mengambang sebesar (JIBOR - 8%)
d. mengambang sebesar (8% - JIBOR)

5. Bila Bank X sudah melakukan lindung nilai terhadap nilai wajar surat berharga yang
dimilikinya dengan melakukan swap suku bunga, maka pendapatannya akan... .
a. tetap 8%, dan terhindar dari kerugian penurunan nilai wajar surat berharga
b. mengambang sebesar JIBOR, tapi terhindar dari kerugian penurunan nilai wajar
obligasi
c. mengambang sebesar (JIBOR-8%), tapi terhindar dari kerugian penurunan nilai
wajar obligasi
d. mengambang sebesar (8% - JIBOR), tapi terhindar dari kerugian penurunan nilai
wajar obligasi

6. Perhatikan diagram di bawah ini:

Surat Berharga Obligasi

8%
8%
Bank X Bank A
JIBOR

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 199


Modul 3 : Bank Accounting

Pada diagram di atas tampak Bank X mempunyai penghasilan tetap 8% dari obligasi
dan melakukan swap suku bunga dengan Bank A. Bila terjadi kenaikan bunga pasar
(JIBOR) di atas 8%, maka... .
a. nilai wajar obligasi akan turun, dan nilai wajar kontrak swap akan naik
b. nilai wajar obligasi akan naik, dan nilai wajar kontrak swap akan turun
c. nilai wajar obligasi akan naik, tapi pendapatan bunganya akan turun
d. pendapatan Bank X akan tetap sebesar (JIBOR - 8%)

7. Berdasarkan diagram pada soal nomor 6 diatas, bila terjadi penurunan bunga pasar
(JIBOR) di bawah 8%, maka... .
a. nilai wajar obligasi akan turun, dan nilai wajar kontrak swap akan naik
b. nilai wajar obligasi akan naik, dan nilai wajar kontrak swap akan turun
c. nilai wajar obligasi akan turun, tapi pendapatan bunganya akan naik
d. pendapatan Bank X akan tetap sebesar (JIBOR - 8%)

8. Prinsip akuntansi transaksi derivatif yang dipergunakan untuk lindung nilai terhadap
nilai wajar aset adalah... .
a. nilai wajar "hendged item" tidak akan turun di bawah yang diinginkan
b. kerugian karena penurunan nilai wajar "hedged item" saat ini akan tertutup oleh
kenaikan nilai wajarnya pada periode berikutnya
c. kerugian karena penurunan nilai wajar "hedged item" terhapus oleh kenaikan nilai
wajar "hedged instrumen".
d. keuntungan karena kenaikan nilai wajar "hedged item" selalu lebih tinggi dari pada
kerugian akibat penurunan pendapatan bunga JIBOR

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 200


Modul 3 : Bank Accounting

Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 9.2

1. b
2. b
3. d
4. b
5. b
6. a
7. b
8. c

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 201


Modul 3 : Bank Accounting

Kegiatan Belajar 9.3


AKUNTANSI TRANSAKSI DERIVATIF
UNTUK LINDUNG NILAI ATAS ALIRAN KAS

Pada transaksi lindung nilai atas nilai wajar, keuntungan atau kerugian dari revaluasi Lindung nilai
atas arus kas
instrumen derivatif saling hapus dengan kerugian atau keuntungan akibat perubahan nilai
wajar hedged item-nya. Hal itulah yang tidak bisa terjadi pada transaksi lindung nilai atas
arus kas. Pada transaksi lindung nilai atas arus kas, tidak ada wujud aset atau kewajiban
(hedged item) yang akan menghasilkan kerugian atau keuntungan revaluasi, yang akan
saling menghapus dengan keuntungan atau kerugian revaluasi instrumen derivatif. Oleh
karena itu, keuntungan atau kerugian akibat revaluasi instrumen derivatif diperbolehkan
untuk ditampung sementara pada rekening ekuitas yang bernama Pendapatan
Komprehensif Lain. Masa penampungan itu berakhir ketika hedged item sudah direalisasi
dan menghasilkan keuntungan atau kerugian, yang kemudian harus dihapuskan dengan
Pendapatan Komprehensif Lain tadi. Berikut ini adalah beberapa contoh transaksi lindung
nilai atas arus kas.

Contoh 1: Lindung Nilai atas Arus Kas Keluar untuk membeli Surat Utang Negara
(SUN)
1 Juli 2012:
Pada tanggal 1 Juli 2012 Bank D "memprakirakan" akan membeli SUN pada tanggal 30
Juni 2013 dengan harga Rp 100 milyar. Bank D ingin agar SUN tersebut memberi bunga
9% selama 5 tahun, dibayar setiap semester, yaitu sejak 31 Desember 2013 sampai 30 Juni
2018. Perhatikan kata "memprakirakan", yang berarti bahwa Bank S belum membeli SUN,
dan juga belum ada komitmen akan membeli SUN, yang ada hanyalah "proyeksi kas
masuk" sebesar Rp 9 milyar per tahun atau Rp 4,5 milyar per semester, sejak 31 Desember
2013 sampai dengan 30 Juni 2018. Jadi, pada tanggal 1 Juli 2012 tentu saja tidak ada
jurnal untuk mencatat "rencana pembelian SUN" sebesar Rp 100 milyar itu.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 202


Modul 3 : Bank Accounting

Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini:

1/7/2012 30/6/2013 Rp4,5 Rp4,5 Rp4,5 Rp4,5 Rp4,5 Rp4,5 Rp4,5 Rp4,5 Rp4,5 Rp4,5
Saat ini ----------------------> aliran kas yang diprakirakan

Meskipun demikian, Bank D menghawatirkan terjadi penurunan suku bunga SUN pada
tanggal 30 Juni 2013, sehingga pendapatannya kurang dari 9% per tahun selama 10
semester. Oleh karena itu, Bank D membeli call option, atas bunga sebesar 9% untuk
SUN dengan nominal Rp 100 milyar berjangka 10 semester (call option on future interest Call option on
future interest
rate of SUN). Bila pada tanggal 30 Juni 2013 nanti ternyata bunga SUN di bawah 9%, rate of SUN
maka Bank D akan mengeksekusi opsinya, tapi bila ternyata suku bunga SUN di atas 9%,
maka Bank D tidak akan mengeksekusi opsinya. Call option tersebut harus dibeli dengan
harga Rp 14.000.000, dan jatuh tempo pada tanggal 30 Juni 2013.
Jurnal yang dibuat pada tanggal 1 Juli 2012 adalah:
D. Tagihan derivatif opsi Rp 14.000.0000
K. Giro BI Rp 14.000.000
Perhatikan bahwa, dengan adanya pembelian call option ini, Bank D mempunyai
instrumen derivatif (hegded instrument) tapi tidak mempunyai aset atau kewajiban sebagai
obyek yang dilindungi (hedged item)

31 Desember 2012:
Waktu berjalan selama 6 bulan, sampailah pada tanggal 31 Desember 2012, dan Bank D
harus membuat neraca akhir tahun. Pada saat itu diketahui tingkat bunga SUN berjangka 5
tahun adalah 8%. Karena dalam kontrak opsi Bank D berhak membeli SUN yang
berbunga 9%, berarti Bank D beruntung telah membeli opsi tersebut. Keuntungan bagi
Bank D adalah sebesar 1% per tahun atau 0,5% per semester selama 10 semester, sejak 1
Juli 2013 sampai 30 Juni 2018.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 203


Modul 3 : Bank Accounting

Keuntungan tersebut nanti pada tanggal 1 Juli 2013 besarnya adalah:


0,5% xRp100milyar
NW1 juli2013  n
10
 Rp 3.956.359.089
(1  4,5%) n
Keuntungan yang baru akan terjadi pada tanggal 1 Juli 2013 tersebut harus dipresent
valuekan ke tanggal 31 Desember 2012 menjadi:
3.956.359.089
NW31Des 2012   3.785.989.558
(1  4,5%) 1
Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat keuntungan tersebut adalah:
D. Tagihan derivatif opsi Rp 3.785.989.558
K. Ekuitas-Pendapatan komprehensif lain Rp 3.785.989.558

Seperti telah dijelaskan dimuka, keuntungan revaluasi hedged instrument ini ditampung Keuntungan
dalam rekening ekuitas, karena tidak ada hedged item yang bisa direvaluasi yang akan revaluasi
hedged
menghasilkan kerugian yang bisa dihapuskan dengan keuntungan tersebut. Selain itu, instrument
ditampung
perhatikan kembali harga beli Tagihan Derivatif sebesar Rp 14.000.000. Nilai Rp dalam
rekening
14.000.000 itu disebut nilai waktu dari opsi, karena nilai tersebut ada selama masih ada ekuitas
waktu yang tersisa antara hari ini dengan tanggal jatuh temponya opsi (30 Juni 2013),
yang berarti masih ada peluang terjadinya kenaikan bunga SUN. Hari ini sudah berjalan 6
bulan sejak opsi itu dibeli, sehingga nilai waktu opsi tersebut sudah menyusut, misalnya
menjadi Rp 8.000.000, sehingga harus diakui penurunan nilai waktu opsi dengan jurnal:
D. Kerugian transaksi derivatif opsi Rp 6.000.000
K. Tagihan derivatif opsi Rp 6.000.000

30 Juni 2013:
Pada hari ini opsi sudah jatuh tempo, sehingga nilai waktu opsi tidak ada lagi, dan harus
dibuat jurnal:
D. Kerugian transaksi derivatif opsi Rp 8.000.000
K. Tagihan derivatif opsi Rp 8.000.000

Selanjutnya, kita buat 2 asumsi:


1. Suku bunga SUN 9,5%.
2. Suku bunga SUN 8,75%.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 204


Modul 3 : Bank Accounting

Alternatif 1: Suku bunga SUN 9,5%.


Bila suku bunga SUN adalah 9,5%, berarti keadaan yang dikhawatirkan oleh Bank D tidak
terjadi. Oleh karena itu, Bank D tinggal membeli SUN di pasar, sehingga jurnal yang
dibuat adalah:
D. Surat Utang Negara Rp 100.000.000.000
K. Giro BI Rp 100.000.000.000

Selanjutnya, Bank D mengabaikan hak opsi yang dimilikinya, sehingga jurnal yang dulu
dibuat sebagai pengakuan potensi keuntungan harus dhapuskan seluruhnya dengan jurnal:
D. Ekuitas-Pendapatan komprehensif lain Rp 3.785.989.558
K. Tagihan derivatif opsi Rp 3.785.989.558

Selanjutnya, setiap kali Bank D mendapatkan penghasilan bunga sebesar 1/2 x 9.5% x Rp
100.000.000.000, dibuat jurnal:
D. Giro BI Rp 4.750.000.000
K. Pendapatan bunga Rp 4.750.000.000

Jurnal di atas akan dibuat sebanyak 10 kali sampai SUN tersebut jatuh tempo 5 tahun
kemudian. Jadi, selama 5 tahun Bank D menikmati bunga 9,5%, lebih tinggi dari yang
diharapkan semula yaitu 9%. Hal itu didapatnya dengan berkorban sebesar Rp 14.000.000
untuk membeli call option.

Alternatif 2: Suku bunga SUN 8,75%.


Bagaimana bila pada tanggal 30 Juni 2013 ternyata bunga SUN adalah 8,75% per tahun
atau (4,375% per semester)? Karena Bank D berhak atas suku bunga sebesar 9% per tahun
selama 5 tahun (4,5% per semester selama 10 semester), maka Bank D akan mendapatkan
tagihan option sebesar Nilai Wajar hak opsi tersebut, yaitu:

NW (belum dipresent valuekan) = (4,5% - 4,375%) x 100.000.000.000 x 10 semester = Rp


1.250.000.000.
Saldo Tagihan Derivatif Opsi harus berjumlah Rp 1.250.000.000 , padahal saat ini
saldonya adalah Rp 3.785.989.558, sehingga sebagian harus dihapuskan dengan jurnal:

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 205


Modul 3 : Bank Accounting

D. Ekuitas-Pendapatan komprehensif lain Rp 2.535989.558


K. Tagihan derivatif opsi Rp 2.535989.558

Setelah jurnal rekening "Tagihan Derivatif Opsi" dan "Ekuitas - Pendapatan komprehensif
lain" akan bersaldo Rp 1.250.000.000. Selanjutnya, counterparty (lawan transaksi) opsi
akan membayar tagihan derivatif opsi tersebut, sebesar Rp 125.000.000 per semester
selama 10 semester. Jadi setiap semester akan dibuat jurnal:
D. Giro BI atau Bank Lain Rp 125.000.000
K. Tagihan derivatif opsi Rp 125.000.000

Setelah dibuat 10 kali jurnal seperti itu selama 10 semester maka rekening "Tagihan
Derivatif Opsi" akan bersaldo nol.
Tapi, bila counter party akan membayarnya sekaligus, maka jumlah yang harus dibayarnya
adalah:
125.000.000
NWPV  n
10
 989.089.772
(1  4,5%) n
Jurnal yang dibuat oleh Bank D ketika menerima uang tersebut adalah:
D. Giro BI atau Bank Lain Rp 989.089.772
D. Beban bunga Rp 260.910.228
K. Tagihan derivatif opsi Rp 1.250.000.000

Selanjutnya setiap semester Bank D akan mengakui pendapatan bunga sebesar 4,375% per
semester ditambah dengan amortisasi "Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain" yang
bersaldo Rp 1.250.000.000, sedemikian rupa sehingga pendapatan bunga efektifnya
menjadi 4,5% per semester, yaitu sesuai bunga yang ditargetkan. Jurnal yang dibuat untuk
10 semester kedepan adalah:
D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 125.000.000
D. Kas Rp 4.375.000.000
K. Pendapatan bunga Rp 4.500.000.000

Berdasarkan jurnal di atas tampak bahwa, walaupun Bank D hanya memperoleh


pendapatan sebesar Rp 4.375.000.000 setiap semester (4,375% per semester atau 8,75%

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 206


Modul 3 : Bank Accounting

per tahun), tapi karena tindakan lindung nilai pendapatannya naik menjadi 4,5% per
semester atau 9% per tahun, sesuai yang ditargetkan.

Perhatikan prinsip transaksi lindung nilai yang berlaku di sini, yaitu keuntungan dari
"instrumen lindung nilai" harus diakui dalam periode yang sama dengan kerugian yang
terjadi pada "item yang dilindungi". Keuntungan dari instrumen lindung nilai yang
berjumlah Rp 1.250.000.000 baru diakui sebagai keuntungan secara bertahap selama 10
semester, sebagai penambah pendapatan dari "item yang dilindungi" yang tidak mencapai
4,5% per semester.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 207


Modul 3 : Bank Accounting

Rangkuman Kegiatan Belajar 9.3


AKUNTANSI TRANSAKSI DERIVATIF
UNTUK LINDUNG NILAI ATAS ALIRAN KAS

1. Pada transaksi lindung nilai atas aliran kas, obyek yang dilindungi (hedged item)
adalah berupa aliran kas di masa yang akan datang, jadi bukan berupa aset atau
kewajiban. Oleh karena itu, keuntungan atau kerugian akibat revalusi terhadap hedged
instrumen ditampung dalam rekening pendapatan komprehensif lain, karena tidak bisa
saling menghapus dengan kerugian atau keuntungan akibat revaluasi aset atau
kewajiban yang dilindungi.
2. Bila bank membeli call option sebagai instrumen lindung nilai terhadap aliran kas,
maka harga beli call option tersebut harus diakui sebagai biaya secara bertahap selama
umur call option tersebut.
3. Bila bank melakukan revaluasi (mark to market) terhadap hedged instrumen sebelum
tanggal jatuh tempo call option, maka keuntungan atau kerugian yang timbul akibat
proses mark to market terhadap hedged instrumen dicatat dalam rekening pendapatan
komprehensif lain, dan lawannya adalah tagihan atau kewajiban transaksi derivatif.
4. Pada tanggal jatuh tempo call option, bila call option tersebut tidak dieksekusi (karena
kerugian yang dilindungi tidak terjadi), maka pendapatan komprehensif lain yang telah
diakui bisa dihapuskan bersama dengan tagihan dan kewajiban derivatifnya.
5. Bila call option dieksekusi pada tanggal jatuh tempo (karena kerugian yang dilindungi
terjadi), maka pendapatan komprehensif lain yang telah diakui dipindah ke laporan
laba-rugi secara bertahap bersamaan dengan pengakuan kerugian atau keuntungan
pada obyek yang dilindungi (hedged item).

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 208


Modul 3 : Bank Accounting

Tes Formatif Kegiatan Belajar 9.3

Bank ABC akan membeli seperangkat komputer seharga USD 100.000 yang dirancang
dengan spesifikasi khusus sesuai kebutuhan operasional e-banking Bank ABC. Karena itu
produsennya di luar negeri mengharuskan Bank ABC menandatangani kontrak pembelian
yang tidak bisa dibatalkan, yang ditandatangani pada hari ini tanggal 30 Juni 2012.
Perangkat komputer tersebut akan tiba di Indonesia tanggal 31 Maret 20013, dan Bank
ABC diberi waktu 3 bulan yaitu sampai tanggal 30 Juni 2013, untuk melunasinya. Bank
ABC mengkhawatirkan terjadinya kenaikan kurs dolar, dan karena itu Bank ABC
membeli USD 100.000 secara forward berjangka 1 tahun (jatuh tempo 30 Juni 2013),
dengan kurs Rp 10.960 per dolar, walaupun kurs spot saat ini adalah Rp 10.720 per dolar.

1. Ketika Bank ABC menandatangani kontrak pembelian berarti Bank ABC


mempunyai... .
a. komitmen pasti
b. hutang dalam rupiah
c. prakiraan transaksi pembayaran valuta asing yang sangat mungkin terjadi
d. kewajiban dalam valuta asing

2. Bank ABC membeli USD 100.000 secara forward dengan kurs Rp 10.960. Pembelian
dolar secara forward tersebut memenuhi kriteria sebagai cashflow hedge. Transaksi
forward merupakan instrumen lindung nilai, sedangkan item yang dilindung nilai
adalah... .
a. aset berupa tagihan valuta asing kepada produsen komputer di luar negeri
b. kewajiban valuta asing kepada produsen komputer di luar negeri
c. komitmen pasti dalam valuta asing kepada produsen komputer di luar negeri
d. prakiraan transaksi pembayaran valuta asing yang sangat mungkin terjadi

3. Jurnal yang dibuat di Bank ABC pada tanggal 30 Junit 2012 untuk mencatat transaksi
forward adalah… .
a. D. Rekening administratif-Tagihan komitmen forward USD 100.000
K. Contra Account USD 100.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 209


Modul 3 : Bank Accounting

b. D. Contra Account USD 100.000


K. Rekening administratif-Kewajiban komitmen forwar USD 100.000
c. D. Rekening administratif-Tagihan komitmen forward Rp 1.096.000.000
K. Contra Account Rp 1.096.000.000
d. D. Rekening administratif- Tagihan komitmen forward Rp 1.072.000.000
K. Contra Account Rp 1.072.000.000

4. Pada tanggal 31 Desember 2012 Bank ABC akan membuat neraca akhir tahun, dan
melakukan mark to market terhadap posisi forward. Diketahui pada hari itu kurs spot
Rp 10.800 per dolar dan kurs forward yang jatuh tempo tanggal 30 Juni 2013 adalahRp
10.920 per dolar. Diketahui suku bunga dolar adalah 6% per tahun atau 0,5% per
bulan. Jurnal yang dibuat untuk mencatat mark to market tersebut adalah... .
a. D. Kerugian revaluasi posisi forward Rp 15.528.289
K. Kewajiban forward Rp 15.528.289
b. D. Tagihan forward Rp 15.528.289
K. Keuntungan revaluasi posisi forward Rp 15.528.289
c. D. Ekuitas - pendapatan komprehensif lain Rp 3.882.072
K. Kewajiban forward Rp 3.882.072
d. D. Kewajiban forward Rp 3.882.072
K. Ekuitas - pendapatan komprehensif lain Rp 3.882.072

5. Pada tanggal 31 Maret 2013, Bank ABC menerima perangkat komputer tersebut dan
mencatat sebagai aktiva tetap. Diketahui kurs spot pada hari itu adalah Rp 10.740 dan
kurs forward yang jatuh tempo 30 Juni 2013 adalah Rp 10.760. Jurnal yang dibuat
untuk mencatat penerimaan komputer tersebut adalah... .
a. D. Aktiva tetap - komputer Rp 1.076.000.000
K. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.076.000

b. D. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.076.000.000


K. Aktiva tetap - komputer Rp 1.076.000.000
c. D. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.074.000.000
K. Aktiva tetap - komputer Rp 1.074.000.000
d. D. Aktiva tetap - komputer Rp 1.074.000.000

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 210


Modul 3 : Bank Accounting

K. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.074.000.00

6. Pada tanggal 31 Maret 2013, Bank ABC juga melakukan revaluasi terhadap posisi
forwardnya. Diketahui kurs spot pada hari itu adalah Rp 10.740 dan kurs forward yang
jatuh tempo 30 Juni 2013 adalah Rp 10.760. Bila diasumsikan tidak ada jurnal balik
setelah revaluasi yang lalu, maka jurnal yang dibuat untuk revaluasi posisi forward
tersebut adalah... .
a. D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 15.762.380
K. Kewajiban forward Rp 15.762.380
b. D. Tagihan forward Rp 15.762.380
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 15.762.380
c. D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 5.910.893
K. Kewajiban forward Rp 5.910.893
d. D. Tagihan forward Rp 5.910.893
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 5.910.893

7. Sejak tanggal 31 Maret 2013 telah terjadi perubahan item yang dilindungi yaitu dari... .
a. "hutang dalam valuta asing" menjadi "komitmen pasti dalam valuta asing"
b. "prakiraan pembayaran valuta asing" menjadi "kewajiban dalam valuta asing"
c. "komitmen pasti dalam valuta asing" menjadi "kewajiban dalam valuta asing"
d. "komitmen pasti dalam valuta asing" menjadi "dari prakiraan pembayaran valuta
asing"

8. Karena alasan dalam soal nomor 7 di atas, maka jurnal yang harus dibuat di Bank
ABC adalah... .
a. D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 19.644.452
K. Aktiva tetap - komputer Rp 19.644.452
b. D. Aktiva tetap - komputer Rp 19.644.452
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 19.644.452
c. D. Aktiva tetap - komputer Rp 19.644.452
K. Kewajiban forward Rp 19.644.452
d. D. Tagihan forward Rp 19.644.452
K. Aktiva tetap - komputer Rp 19.644.452

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 211


Modul 3 : Bank Accounting

9. Pada tanggal 30 Juni 2013, Bank ABC membayar hutangnya kepada produsen
komputer di luar negeri sebesar USD 100.000. Bank ABC membeli USD 100.000 atas
beban rekening gironya di Bank Indonesia. Pada hari itu kurs spot adalah Rp 10.720.
Jurnal yang harus dibuat adalah... .
a. D. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.072.000.000
K. Giro BI Rp 1.072.000.000
b. D. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.074.000.000
K. Giro BI Rp 1.072.000.000
K. Keuntungan selisih kurs Rp 2.000.000
c. D. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.074.000.000
K. Giro BI Rp 1.074.000.000
d. D. Giro BI Rp 1.072.000.000
D. Kerugian selisih kurs Rp 2.000.000
K. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.074.000.000

10. Pada tanggal 30 Juni 2012, Bank ABC membeli USD 100.000 secara forward dengan
kurs Rp 10.960, yang jatuh tempo pada tanggal 30 Juni 2013. Ternyata pada tanggal
30 Juni 2013 kurs spot adalah Rp 10.720, sehingga Bank ABC mengalami kerugian
sebesar (10.960 - 10.720) x 100.000 = Rp 24.000.000. Bila penyelesaian dilakukan
secara "net settlement" maka jurnal yang dibuat di Bank ABC adalah... .
a. D. Kerugian selisih kurs Rp 24.000.000
K. Giro BI Rp 24.000.000
b. D. Giro BI Rp 19.644.452
D. Kerugian selisih kurs Rp 4.355.548
K. Kewajiban forward Rp 24.000.000
c. D. Kewajiban forward Rp 24.000.000
K. Giro BI Rp 24.000.000
d. D. Kewajiban forward Rp 19.644.452
D. Kerugian selisih kurs Rp 4.355.548
K. Giro BI Rp 24.000.000

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada halaman berikutnya.

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 212


Modul 3 : Bank Accounting

Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 9.3

1. a
2. c
3. a
4. c
5. d
6. a
7. c
8. b
9. b
10. d

Modul Sertifikasi Audit Internal Bank Tingkat Auditor 213

Anda mungkin juga menyukai