BAB I
AKUNTANSI KEUANGAN
Kegiatan Belajar 1
SIKLUS AKUNTANSI DAN PROSES AKUNTANSI
Akuntansi berbasis kas mengakui pendapatan saat kas diterima, dan mengakui beban Akuntansi
berbasis kas
saat kas dikeluarkan. Keuntungan dari akuntansi berbasis kas adalah reliabilitas, mengakui
pendapatan
karena transaksi tidak akan dicatat apabila kas belum diterima atau dibayarkan, dan saat kas
simple, karena hanya sedikit estimasi dan judgement yang dibutuhkan. Namun begitu, diterima, dan
mengakui
akuntansi berbasis kas tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. beban saat kas
dikeluarkan
Contoh pencatatan transaksi berbasis kas : pada tanggal 1 Januari PT. X membayar
sewa gedung sebesar 2.000.000 untuk 2 bulan, maka pada tanggal yang bersangkutan
PT. X akan menjurnal :
Beban sewa 2.000.000
Kas 2.000.000
Contoh lainnya, pada tanggal 1 Januari PT. X menerima order reparasi mesin dari
PT. Y sebesar 2.000.000, dimana pembayarannya akan dibayarkan PT. Y pada tanggal
31 Januari. Maka pada tanggal 1 Januari tidak ada jurnal yang akan dicatatkan oleh
PT. X sehubungan dengan pekerjaan tersebut, namun pada tanggal 31 Januari PT. X
akan mencatat jurnal sehubungan dengan penerimaan kas dari PT. Y dengan jurnal:
Kas 2.000.000
Pendapatan Jasa 2.000.000
Dalam akuntansi berbasis akrual, pendapatan diakui saat penjualan dilakukan atau saat Akuntansi
berbasis
jasa dilaksanakan, dan beban diakui saat terjadinya. Pendapatan dan beban diakui pada akrual
mengakui
periode saat terjadinya, bukan pada saat kas diterima atau dikeluarkan. pendapatan
saat penjualan
dilakukan
Contoh: pada tanggal 1 Januari PT. X membayar sewa gedung sebesar 2.000.000 atau saat jasa
dilaksanakan,
untuk 2 bulan, maka pada tanggal yang bersangkutan PT. X akan menjurnal : dan beban
diakui saat
Sewa dibayar dimuka 2.000.000 terjadinya
Kas 2.000.000
dari jurnal pada akrual basis dapat terlihat bahwa pembayaran yang dilakukan terhadap
pengeluaran sewa gedung sebesar 2.000.000 untuk masa 2 bulan, tidak langsung
dianggap sebagai beban yang terjadi. Melainkan pengeluaran tersebut masih dianggap
perusahaan sebagai aset dari perusahaan, hal ini dikarenakan perusahaan walaupun
sudah membayar tetapi belum menerima manfaat dari aktivitas penyewaan gedung
tersebut. Maka biasanya pada akhir periode tutup buku bulanan, dalam hal ini pada
tanggal 31 Januari dan 28 Februari, PT. X akan melakukan jurnal penyesuaian
(adjustment).
Pada jurnal yang dicatatkan di tanggal 31 Januari dan 28 Februari dapat terlihat, bahwa
PT. X melaporkan adanya beban sewa yang terjadi pada periode januari dan februari
sebesar 1.000.000. Nilai 1.000.000 diperoleh dengan membagi pos sewa dibayar
dimuka yang dikeluarkan pada tanggal 1 Januari sebesar 2.000.000 dibagi masa
manfaat penyewaan selama 2 bulan.
B. Jenis Akuntansi
Terdapat dua jenis akuntansi yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajerial.
Akuntansi manajerial menyediakan informasi spesifik untuk pengguna dalam sebuah
perusahaan. Informasi ini dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan
seperti penentuan biaya produk atau penyusunan anggaran. Informasi tersebut juga
dapat digunakan untuk mengukur kinerja manajer dalam pengendalian biaya dan
menghasilkan laba.
Akuntansi keuangan menyediakan informasi akuntansi bagi pengguna di luar
perusahaan. Investor dan calon investor menggunakan laporan ini untuk menentukan
keuntungan yang akan didapat di masa yang akan datang apabila mereka mengakuisisi
atau memiliki saham dalam sebuah perusahaan.Kreditur dan debitur menggunakan
informasi tersebut untuk mengukur kelayakan pemberian kredit bagi organisasi.
Informasi ini juga digunakan oleh karyawan, pelanggan, pemerintah dan
sebagainya.Akuntansi keuangan menggunakan sistem pembukuan double-entry.
Rumus dasar yang digunakan adalah: Rumus dasar
akuntansi
Aset = Liabilitas + Ekuitas adalah aset
sama dengan
Contoh hubungan ketiganya pada transaksi bank dapat dilihat pada tabel sebagai liabilitas
berikut: ditambah
ekuitas
Aset Kewajiban Ekuitas
Penempatan dana Dana Modal saham
dalam kredit masyarakat
Penanaman dana = Dana + Premium
dalam aktiva tetap pinjaman saham
Penanaman lain Dana lainnya Laba ditahan
Tabel 1.1. Hubungan antara Aset, Kewajiban dan Ekuitas
Tabel di atas menggambarkan posisi neraca bank secara sederhana. Sedangkan posisi
laba rugi bank secara tidak langsung dapat dilihat pada bagian ekuitas. Pada bagian
ekuitas terdapat laba ditahan yang didalamnya terdapat komposisi laba atau rugi bank
pada suatu periode pembukuan bank tertentu.
Apabila dijabarkan lebih lanjut, maka persamaan akuntansi bank dapat dilihat pada
gambar 1.2.1. Gambar tersebut memperlihatkan hubungan antara aset, kewajiban,
ekuitas, pendapatan dan beban. Setiap transaksi yang dibukukan pasti mempengaruhi
kelima saldo tersebut.
Kas = Modal
5.000 5.000 Modal Bapak A
2. Bank XYZ membeli tanah dan bangunan senilai Rp 3 milyar. Pembelian tanah
membuat aset berupa kas berkurang dan aset berupa tanah dan bangunan atau bisa
disebut juga properti Bank XYZ bertambah. Transaksi ini hanya terjadi di sisi
debet saja.
Aset Ekuitas Pemilik
4. Bank XYZ memberikan kredit Rp 30 juta. Pemberian kredit berari bank XYZ
mengeluarkan uang. Maka kas bankXYZ berkurang sejumlah kredit yang
diberikan dan kreditnya bertambah sejumlah nilai yang sama. Seperti halnya
transaksi kedua, transaksi kali ini juga terjadi hanya pada sisi debet saja.
2.050 30 3.000
- 30 + 50 5.000
2.020 30 3.000 50 5.000
6. Bank XYZ menerima pembayaran bunga kredit Rp 1,2 juta. Penerimaan bunga
kredit menambah saldo kas bankXYZ sehingga aset bertambah. Selain berdampak
pada perubahan saldo kas, transaksi ini juga berdampak pada penambahan
pendapatan bunga. Seperti halnya beban, pendapatan juga tidak secara langsung
mempengaruhi neraca BANK. Pendapatan secara tidak langsung mempengaruhi
sisi ekuitas bankXYZ seperti ilustrasi berikut:
C. Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi adalah suatu proses penyediaan laporan keuangan untuk suatu periode
waktu tertentu. Siklus ini dimulai dari terjadinya transaksi, sampai penyiapan laporan
keuangan pada akhir suatu periode pelaporan dan membuat jurnal pembalik bila
diperlukan.
Siklus akuntansi dimulai dengan transaksi dan bukti pembukuan. Seluruh transaksi dan
dokumen-dokumen terkait dikumpulkan lalu dicatat dalam bentuk jurnal. Setelah
menjadi jurnal, maka langkah berikutnya adalah menuangkan jurnal tersebut ke dalam
buku besar. Memisah-misahkan per jenis akun. Kemudian setelah lengkap dalam buku
besar, langkah berikutnya adalah mengklasifikasikan akun-akun tersebut dan
mengurutkannya dalam neraca saldo atau biasa disebut juga trial balance. Pada tahap
ini diperlukan penyesuaian saldo beberapa akun. Sehingga harus dibuat jurnal
penyesuaian. Setelah disesuaikan maka dihasilkan neraca saldo yang sudah
disesuaikan atau biasa disebut adjusted trial balance. Dari neraca saldo yang telah
disesuaikan inilah kita dapat menghasilkan laporan keuangan.
1. Analisa Transaksi
Transaksi adalah kejadian yang dapat mempengaruhi posisi keuangan dari
suatubadan usaha dan juga sebagai hal yang andal/wajar untuk dicatat. Transaksi
ini biasanya dibuktikan dengan adanya dokumen.
Jenis kejadian:
a. Eksternal - antara bank dan lingkungannya/ pihak lain.
Contoh kejadian eksternal diantaranya:
Pembayaran bunga kepada nasabah
Pembukaan rekening deposito oleh nasabah
Payroll pembayaran gaji karyawan nasabah
b. Internal– kejadian yang terjadi seluruhnya dalam perusahaan.
Contoh kejadian internal diantaranya:
Perhitungan cadangan kerugian penurunan nilai kredit
Perusahaan menghitung dan menentukan jumlah pajak tangguhan
Setelah transaksi dianalisa, maka transaksi tersebut dijurnal. Menurut Charles T.
Hongren,jurnal adalah suatu catatan kronologis dari transaksi entitas. Jadi dapat
dikatakan bahwa jurnal merupakan alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang
dilakukan secara kronologis dengan menunjukkan rekening-rekening yang harus
Dalam menjurnal dikenal istilah debet dan kredit. Debet berarti bagian kiri dari
persamaan dan kredit merupakan bagian kanan dari persamaan. Setiap kejadian
ekonomi atau transaksi yang terjadi akan dicatat dalam jurnal dan ditentukan
dampaknya apakah harus didebet atau dikredit. Transaksi yang terjadi akan
berdampak terhadap 5 (lima) rekening. Saldo normal dari kelima rekening tersebut
dapat dilihat pada tabel I.1. Saldo Normal Rekening.
Setiap penambahan aset maka saldo dari transaksi penambahan aset tersebut akan
diletakkan di sebelah kiri dari persamaan, atau disebut juga ‘didebet’. Begitu juga
sebaliknya, apabila terjadi transaksi yang berdampak pada pengurangan aset maka
saldonya akan diletakkan disebelah kanan persamaan.
Rekening Debet Kredit
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Penghasilan
Beban
Berbeda dengan aset, apabila terdapat transaksi yang berdampak pada penambahan
kewajiban dan ekuitas maka setiap penambahan saldo tersebut akan dikredit. Dan
setiap pengurangan kewajiban dan ekuitas akan didebet.
Di dalam ekuitas terdapat komponen laba rugi yang didapatkan dari pengurangan
pendapatan atas beban. Sehingga apabila terdapat penambahan penghasilan, seperti
halnya ekuitas yang bertambah dikredit, maka saldo penambahan tersebut juga
akan dikredit. Begitu pula sebaliknya, apabila penghasilan berkurang maka harus
didebet. Sedangkan beban yang secara tidak langsung merupakan pengurang
ekuitas, apabila bertambah maka saldo atas penambahan transaksi tersebut akan
didebet, vice versa.
Jika sisi debet lebih besar dari sisi kredit, Buku Besar dikatakan memiliki saldo
debet.
Jika sisi kredit lebih besar dari sisi debet, Buku Besar dikatakan memiliki saldo
kredit.
3. Neraca Saldo
Neraca saldo adalah daftar yang berisi saldo seluruh buku besar yang ada pada
suatu saat tertentu. Tujuan pembuatan neraca saldo:
a. Untuk menguji kesamaan/ membuktikan kesetaraan debet dan kredit di dalam
buku besar
b. Untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan.
4. Jurnal Penyesuaian
Selama periode berjalan dalam proses pencatatan akuntansi mungkin terjadi bahwa
transaksi pendapatan dan biaya belum dicatat seluruhnya, sehingga transaksi yang
tercantum dalam neraca saldo belum menunjukkan saldo yang seharusnya. Oleh
karena itu maka pada akhir periode akuntansi perlu dilakukan penyesuaian atas
transaksi yang tercantum dalam neraca saldo, sehingga pembukuan memberikan
gambaran yang seharusnya.
Tujuan membukukan jurnal penyesuaian adalah:
a. Agar setiap rekening riil, khususnya rekening aset dan rekening kewajiban,
menunjukkan jumlah yang seharusnya pada akhir periode.
b. Agar setiap rekening nominal (rekening pendapatan dan rekening beban)
menunjukkan pendapatan dan beban yang seharusnya diakui dalam suatu
periode.
c. Jurnal penyesuaian dibutuhkan untuk memastikan bahwa accrual basis dan
matching principle telah dilaksanakan.
5. Jurnal Penutup
Jurnal penutup dibutuhkan untuk menutup rekening nominal. Rekening nominal
mempunyai saldo yang harus ditutup pada akhir tahun. Berbeda dengan rekening
riil yang saldonya akan tetap ada pada saat periode akuntansi berikutnya.
Tujuan jurnal penutup diantaranya:
a. Menihilkan akun saldo rekening nominal (rekening pendapatan dan rekening
beban)
(1) Mendebet setiap rekening Pendapatan sebesar nilai sisa kreditnya.
Mengkredit ikhtisar laba rugi sebesar jumlah total pendapatan. Ayat jurnal
ini memindahkan jumlah total pendapatan kedalam sisi kredit dari Ikhtisar
laba rugi.
(2) Mengkredit setiap rekening beban sebesar nilai sisa debetnya. Mendebet
ikhtisar laba rugi sebesar jumlah total beban. Ayat jurnal ini memindahkan
jumlah total beban ke dalam sisi debet dari Ikhtisar laba rugi.
b. Mentransfer laba bersih atau rugi bersih ke ekuitas.
(1) Mendebet ikhtisar laba rugi sebesar nilai sisa kreditnya dan mengkredit
ekuitas, atau
(2) Mengkredit ikhtisar laba rugi sebesar nilai sisa debetnya dan mendebet
ekuitas.
7. Jurnal Pembalik
Jurnal pembalik merupakan langkah terakhir dalam siklus akuntansi. Biasanya
jurnal pembalik dibuat diawal hari dari periode akuntansi berikutnya. Jurnal ini
disiapkan untuk membalik efek akun yang terkait dengan jurnal penyesuaian. Entri
ini mengurangi kemungkinan masuknya pendapatan atau beban saat dibuat jurnal
penyesuaian dan memasukkannya kembali saat transaksi ekonomisterjadi. Jurnal
pembalik bersifat opsional dan berdiri terpisah dari sistem pencatatan perusahaan.
1. Metode pengakuan pendapatan dan beban dalam akuntansi ada dua, cash basis dan
accrual basis.
2. Persamaan akuntansi adalah aset sama dengan liabilitas ditambah ekuitas.
3. Siklus akuntansi dimulai dengan transaksi dan bukti pembukuan. Setelah menjadi
jurnal, maka jurnal dimasukkan ke dalam buku besar. Kemudian mengklasifikasikan
akun-akun tersebut dan mengurutkannya dalam neraca saldo. Setelah disesuaikan
maka dihasilkan neraca saldo yang sudah disesuaikan atau biasa disebut adjusted trial
balance. Dari neraca saldo yang telah disesuaikan inilah kita dapat menghasilkan
laporan keuangan.
2. Pengaruh transaksi diakui pada saat kejadian bukan pada saat kas atau setara kas
diterima/dibayarkan, merupakan asumsi dasar penyusunan laporan keuangan yaitu
asumsi… .
a. Going Concern
b. Cash Basis
c. Accrual Basis
d. Relevan
3. Perlakuan perusahaan yang menerapkan cash basis dalam pengakuan penghasilan dan
beban yaitu… .
a. Penghasilan diakui pada saat kas diterima dan beban diakui saat kas dibayarkan
b. Penghasilan dan beban diakui pada saat telah dicatat pada buku besar
c. Penghasilan dan beban diakui pada saat terjadinya transaksi, meskipun kas belum
diterima atau dibayarkan
d. Penghasilan diakui pada saat terjadinya transaksi, dan beban diakui pada saat kas
dibayarkan
6. Di bawah ini adalah hal-hal yang perlu disiapkan sebelum membuat neraca lajur,
kecuali… .
a. Membuat ayat-ayat jurnal penyesuaian
b. Memindahkan ayat-ayat jurnal yang telah dibuat ke dalam buku besar
c. Mencatat transaksi bank ke dalam buku jurnal
d. Mengumpulkan transaksi dan dokumen-dokumen terkait
1. c
2. c
3. a
4. b
5. b
6. a
Kegiatan Belajar 2
PRINSIP AKUNTANSI
A. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual (conceptual framework) serupa dengan konstitusi (constitution)
yaitu suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang
saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan
penentuan sifat, fungsi, serta batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan
keuangan.Kerangka konseptual pelaporan keuangan yang kita kenal selama ini adalah
kerangka konseptual berdasarkan US Generally Accepted Accounting Principles (US
GAAP). Sejalan dengan konvergensi International Financial Reporting Standard
(IFRS) ke dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), maka terdapat
beberapa perbedaan antara keduanya. Modul ini akan mengikuti standar yang sekarang
berlaku di Indonesia berdasarkan PSAK yang telah mengadopsi IFRS. Kerangka
konseptual tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1.1.
dengan jenis aset yang kurang lancar dan yang terakhir aset yang tidak lancar
atau aset tetap seperti tanah dan bangunan.
b. Liabilitas
Liabilitas merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari peristiwa
masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. Karakteristik esensial
dari liabilitas (liability) adalah bahwa entitas mempunyai kewajiban
(obligation) masa kini untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu
dengan cara tertentu.
Liabilitas dapat berupa kewajiban hukum dan kewajiban konstruktif. Liabilitas
dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat
atau peraturan perundangan.
Penyelesaian liabilitas masa kini biasanya melibatkan pembayaran kas,
penyerahan aset lain, pemberian jasa, penggantian liabilitas tersebut dengan
liabilitas lain, atau konversi liabilitas menjadi ekuitas. Liabilitas juga dapat
dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur membebaskan atau membatalkan
haknya.
c. Ekuitas
Ekuitas didefinisikan sebagai hak residual atas aset entitas setelah dikurangi
semua kewajiban. Unsur ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam neraca
menjadi pos-pos ekuitas, misalnya modal disetor, tambahan modal disetor,
saldo laba, cadangan umum, dan cadangan tujuan yang disajikan dalam pos-
pos terpisah. Klasifikasi semacam itu dapat menjadi relevan untuk
pengambilan keputusan pemakai laporan keuangan apabila pos tersebut
mengindikasikan pembatasan hukum atau pembatasan lainnya terhadap
kemampuan perseroan untuk membagikan atau menggunakan ekuitas.
d. Pemeliharaan modal (diperoleh dari revaluasi asset dan kewajiban)
e. Laba (Pendapatan dan keuntungan)
Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode pelaporan dalam
bentuk arus masuk atau peningkatan aset, atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal.
c. Nilai realisasi (jumlah kas yang dapat diperoleh saat ini jika asset dilepas
d. Nilai wajar
e. Pengakuan pendapatan
f. Pengakuan beban
g. Pengungkapan penuh
Asumsikan bahwa risk-adjusted rate of return untuk piutang adalah sebesar 4%.
1. Pendekatan tradisional (traditional approach)
Nilai sekarang dari Rp 1.000.000 dalam 2 tahun
pada tingkat pengembalian 4%:
Rp 1.000.000 x 0.92456* Rp 924.560
2. Sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan
diharapkan akan memberikan manfaat ekonomis di masa depan bagi entitas adalah…
.
a. Aset
b. Kewajiban
c. Ekuitas
d. Komitmen & Kontijensi
4. Hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban merupakan definisi
dari… .
a. Beban
b. Kewajiban
c. Komitmen & Kontijensi
d. Ekuitas
1. a
2. a
3. c
4. d
5. b
6. c
Kegiatan Belajar 3
LAPORAN KEUANGAN
Komponen laporan keuangan sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 1 (Revisi 2009) Komponen
laporan
tentang Penyajian Laporan Keuangan, terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan keuangan
terdiri dari
laba/rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan posisi
laporan keuangan serta laporan posisi keuangan awal periode komparatif sajian akibat keuangan,
laporan
penerapan retrospektif,penyajian kembali,atau reklasifikasi pos-pos laporan laba/rugi
komprehensif,
keuangan.Manajemen bertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian laporan laporan
perubahan
keuangan tersebut. Bahasa laporan keuangan harus disusun dalam bahasa Indonesia dan ekuitas,
laporan arus
mata uang pelaporannya dinyatakan dalam mata uang rupiah. kas dan
catatan atas
laporan
Beberapa ketentuan umum menyangkut penyajian diantaranya: keuangan
a. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi kuangan, kinerja keuangan,
perubahan ekuitas, dan arus kas disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan likuiditas, sedangkan
kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya.
c. Saldo transaksi sehubungan dengan kegiatan operasi bank disajikan dan diungkapkan
secara terpisah antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
d. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan dan beban menurut karakteristiknya
yang dikelompokkan secara berjenjang (multiple step) dari kegiatan utama perusahaan
dan kegiatan lainnya.
e. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dengan urutan
penyajian sesuai komponen utamanya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari laporan keuangan. Informasi dalam catatan atas laporan keuangan berkaitan
dengan pos-pos dalam neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan
laporan arus kas yang sifatnya memberikan penjelasan, baik yang bersifat kualitatif
mauapun kuantitatif, termasuk komitmen dan kontijensi serta transaksi-transaksi
lainnya.
f. Dalam catatan atas laporan keuangan tidak diperkenankan menggunakan ekspresi
kualitatif seperti kata “sebagian besar” untuk menggambarkan bagian dari suatu
jumlah tetapi harus dinyatakan dalam jumlah nominal atau presentase.
g Pada setiap lembar neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan
arus kas harus diberi pernyataan bahwa “Catatan atas laporan keuangan merupakan
bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan”.
Yang termasuk aset lancar diantaranya kas dan setara kas, investasi jangka pendek,
piutang, perlengkapan, dan beban dibayar di muka. Aset yang tidak termasuk kategori
di atas diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar. Aset yang termasuk dalam kategori
aset tidak lancar misalnya investasi jangka panjang, gedung dan peralatan, serta aset
tidak berwujud.
Klasifikasi liabilitas jangka pendek diantaranya:
- Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas dalam siklus operasi
normalnya.
- Untuk tujuan diperdagangkan
- Jatuh tempo dalam 12 bulan setelah periode pelaporan
- Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas
selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan
Liabilitas yang tidak termasuk kategori diatas diklasifikasikan sebagai liabilitas tidak
lancar.
1. Komponen laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba/rugi
komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan.
2. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi kuangan, kinerja keuangan,
perubahan ekuitas, dan arus kas disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
3. Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan likuiditas, sedangkan
kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya.
4. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan dan beban menurut karakteristiknya
yang dikelompokkan secara berjenjang (multiple step) dari kegiatan utama perusahaan
dan kegiatan lainnya.
5. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dengan urutan
penyajian sesuai komponen utamanya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari laporan keuangan.
2. Laporan yang berguna untuk memprediksi kemampuan bank di masa depan dalam
menghasilkan kas dan setara kas, kebutuhan investasi, ditribusi imbal hasil dan arus
kas adalah… .
a. Laporan Kinerja
b. Laporan Laba Rugi
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Laporan Posisi Keuangan
3. Jenis laporan keuangan yang menunjukkan hasil kerja berupa selisih antara pendapatan
dan beban adalah… .
a. Laporan posisi keuangan
b. Laporan Laba Rugi
c. Laporan Komitmen & Kontijensi
d. Catatan Atas Laporan Keuangan
4. Dalam laporan keuangan bank, urutan penyajian aset yang manakah yang paling
benar?
a. Kas - Sertifikat Bank Indonesia - Kredit yang diberikan - Antarbank Aktiva
b. Kas - Kredit yang diberikan - Antarbank Aktiva - Tanah dan gedung
c. Kas - Sertifikat Bank Indonesia - Antarbank Aktiva - Tanah dan gedung
d. Kas - Antarbank Aktiva - Tanah dan gedung - Sertifikat Bank Indonesia
5. Mana diantara pernyataan berikut tentang laporan laba rugi yang paling benar?
a. Menggambarkan informasi kinerja
b. Menggambarkan informasi posisi keuangan
c. Memuat aset, kewajiban serta modal
d. Laporan posisi keuangan
1. c
2. d
3. b
4. c
5. a
BAB II
AKUNTANSI BANK
Kegiatan Belajar 1
STANDAR DAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN
DI INDONESIA
Pada akhir Desember 2006 Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan Pernyataan
Standar Akuntansi keuangan (PSAK) nomor 50 dan 55 tentang penyajian, pengungkapan,
pengakuan, dan pengukuran instrumen keuangan yang isinya telah disesuaikan dengan
International Financial Reporting Standards (IFRS). Instrumen keuangan adalah aset dan
kewajiban keuangan yang merupakan komponen terbesar dari aset dan kewajiban bank,
sehingga PSAK 50 dan 55 sangat mempengaruhi praktek akuntansi bank-bank di
Indonesia.
Menurut PSAK 50 dan 55, asset keuangan dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu:
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba Rugi (Fair Value through Profit or Loss atau
FVTPL)
b. Tersedia untuk Dijual (Available for Sale atau AFS)
c. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (Held to Maturity atau HTM)
d. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang (Loans and Receivables atau L&R).
Petunjuk teknis penerapan PSAK 50 dan 55 adalah Pedoman Akuntansi Perbankan Internal
auditor bank
Indonesia yang diterbitkan tahun 2008 (PAPI 2008), yang menjadi pedoman bagi seluruh harus
memahami
bank-bank di Indonesia dalam menyusun laporan keuangan. Oleh karena itu, seorang PAPI 2008
internal auditor bank yang akan menilai kewajaran laporan keuangan bank harus
memahami PAPI 2008, yang mengatur prosedur akuntansi untuk seluruh transaksi-
transaksi bank.
1. PSAK 50 dan 55 adalah standar akuntansi untuk instrumen keuangan, yang didasarkan
kepada IFRS.
2. Instrumen keuangan adalah aset keuangan dan kewajiban keuangan, yang merupakan
komponen terbesar dari aset dan kewajiban bank.
3. PAPI 2008 adalah petunjuk teknis penerapan PSAK 50 dan 55 yang menjadi pedoman
bagi bank-bank dalam menyusun laporan keuangannya.
4. Internal auditor bank yang akan menilai kewajaran laporan keuangan bank harus
memahami PAPI 2008.
1. d
2. b
3. d
4. c
Kegiatan Belajar 2
KATEGORI ASET KEUANGAN BANK
Menurut PSAK 50 dan 55, asset keuangan dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu: 4 kategori aset
keuangan :
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba Rugi (Fair Value through Profit or Loss atau a. FVTPL
b.AFS
FVTPL) c. HTM
b. Tersedia untuk Dijual (Available for Sale atau AFS) d. L&R
Aset keuangan dalam kategori Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba Rugi (FVTPL)
adalah asset keuangan yang nilainya harus dicantumkan di neraca sebesar harga pasar.
Jadi, bila terjadi kenaikan harga pasar asset tersebut, bank boleh mengakui kenaikan nilai
asetnya dan mengakui laba. Sebaliknya, bila terjadi penurunan harga pasar asset tersebut
bank harus mencatat penurunan nilai asetnya dan mengakui kerugian. Aset keuangan yang
dibeli untuk diperdagangkan, yaitu dibeli untuk dijual kembali dengan harga yang lebih
tinggi, harus dimasukkan dalam kategori ini. Karena asset tersebut ditujukan untuk
memperoleh keuntungan dari perubahan harga, maka perubahan harga yang terjadi,
apakah kenaikan atau penurunan, harus segera dilaporkan dan diakui adanya laba atau
rugi.
Meskipun suatu aset keuangan dibeli bukan untuk diperdagangkan, tapi bank boleh Aset keuangan
FVTPL
memasukkannya dalam kategori FVTPL, bila sejak awal bank sudah menetapkan aset
keuangan tersebut untuk selalu akan diukur pada nilai wajar dan mengakui perubahan
harganya sebagai laba atau rugi. Pilihan ini disebut Fair value options (FVO).
Aset keuangan yang masuk dalam kategori Tersedia untuk Dijual (AFS) adalah yang tidak Aset keuangan
AFS
bisa masuk dalam tiga kategori lainnya. Jadi, bila bank membeli suatu asset keuangan
yang tidak ditujukan untuk diperdagangkan dalam jangka pendek, tapi tidak pula
dimaksudkan untuk dimiliki hingga jatuh tempo, dan bukan merupakan pinjaman atau
piutang yang akan ditagih secara bertahap sampai lunas, maka asset keuangan tersebut
harus dimasukkan dalam kategori Tersedia untuk Dijual. Berdasarkan namanya, kategori
ini dibuat untuk menampung aset keuangan yang dibeli untuk memanfaatkan sementara
dana yang menganggur, sehingga sewaktu-waktu bisa dijual bila bank membutuhkan dana
(available for sale), tanpa melihat harga sedang tinggi atau rendah.
Seperti halnya aset keuangan FVTPL, aset keuangan AFS harus dinilai berdasarkan harga
pasar (istilahnya harus di-mark to market), tapi kerugian atau keuntungannya tidak harus
diakui dalam laporan laba-rugi, melainkan langsung masuk ke rekening modal atau
pendapatan komprehensif lain.
Aset keuangan yang masuk dalam kategori Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (HTM) adalah Aset keuangan
HTM
asset keuangan yang dibeli oleh bank, dan bank mau dan mampu memegangnya sampai
saat jatuh tempo. Bila terjadi kenaikan harga, bank tetap tidak akan menjualnya untuk
memetik keuntungan. Selain itu, Kondisi likuiditas bank juga cukup kuat, sehingga bank
tidak akan terpaksa untuk menjualnya dalam waktu dekat. Karena bank mau dan mampu
untuk tidak menjual asset keuangan tersebut dalam waktu dekat, maka niai asset keuangan
tersebut juga tidak harus dinilai sesuai harga pasar, dan bank juga tidak harus mengakui
untung atau rugi akibat perubahan harga tersebut. Contoh aset keuangan yang masuk
kategori ini adalah surat berharga bisa diperdagangkan di pasar, karena ada pasar yang
memperjual belikan surat berharga tersebut. Sebuah bank membeli surat berharga
tersebut, dan ia mau dan mampu untuk tidak menjualnya ke pasar, misalnya untuk
mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga atau untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.
Bila kemudian terbukti bahwa bank tersebut menjual sebagian surat berharga itu, misalnya
karena tergoda oleh kenaikan harga atau terpaksa karena kesulitan likuiditas, maka bank
itu tidak boleh lagi mengakui surat berharga yang tersisa sebagai Dimiliki Hingga Jatuh
Tempo. Aturan ini disebut tainting rule.
Bila bank memberikan kredit kepada nasabahnya, biasanya bank telah mempunyai jadwal Aset keuangan
L&R
penerimaan angsuran dari nasabahnya, sejak kredit itu diberikan sampai pinjaman
tersebut lunas. Tagihan seperti itu biasanya akan terus dipelihara oleh bank dan ditagih
secara bertahap sampai lunas. Bank tidak bermaksud untuk segera menjual tagihan
tersebut dan juga tidak ada pasar yang aktif tempat memperjualbelikan tagihan tersebut.
Tagihan seperti itu masuk dalam kategori Pinjaman yang Diberikan dan Piutang (L&R).
Jadi, sebetulnya Pinjaman yang Diberikan dan PIutang mempunyai kriteria yang sama
dengan asset keuangan yang Dimiliki Hingga Jatuh Tempo, yaitu akan terus dipelihara
bank sampai jatuh tempo. Meskipun demikian, bila pada suatu ketika bank terpaksa
menjual sebagian kredit atau piutangnya karena kebutuhan likuiditas, maka bank masih
tetap boleh mengelompokkan sisanya sebagai Pinjaman yang Diberikan dan Piutang. Jadi
Pinjaman yang Diberikan dan Piutang tidak terkena aturan tainting rule.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya aset keuangan bisa Yang harus di
mark-to-
dibagi menjadi dua, yaitu yang harus di-mark to market, dan mengakui dampaknya market
FVTPL dan
sebagai laba atau rugi atau pendapatan komprehensif lain, yaitu kategori FVTPL dan AFS
AFS, dan yang tidak harus di-mark to market, yaitu kategori HTM dan L&R. Sehubungan Yang tidak
harus di mark-
dengan pengkategorian tersebut, perlu dibahas dimana posisi aset dan kewajiban derivatif, to-market
HTM dan L&R
yaitu aset atau kewajiban ditimbulkan dari transaksi derivatif. Transaksi derivatif adalah
kontrak yang bisa mengutungkan atau merugikan pelakunya, tergantung pada harga suatu
aset keuangan lain. Dalam kondisi "sedang untung" atau biasa disebut dengan istilah "in
the money" , transaksi derivatif menimbulkan tagihan derivatif yang merupakan aset
keuangan. Sebaliknya, dalam kondisi "sedang rugi'' atau "out of the money" transaksi
derivatif menimbulkan kewajiban dervatif yang merupakan kewajiban keuangan.
Contoh:
Bank X melakukan kontrak dengan Bank Y, yaitu Bank X akan membeli saham ABC dari
Bank Y, tiga bulan yang akan datang, dengan harga Rp 10.000 sebanyak 1.000.000
lembar. Bila tiga bulan kemudian ternyata harga saham ABC adalah Rp 11.000, maka
berarti kontrak tersebut menguntungkan bagi Bank X (in the money), dan bila ternyata
harga saham itu Rp 9.000 berarti kontrak tersebut merugikan bagi Bank X (out of the
money), dan tentunya hal yang sebaliknya terjadi bagi Bank Y.
Transaksi seperti pada contoh di atas biasanya dilakukan untuk tujuan spekulatif, yaitu
untuk mendapatkan keuntungan dari perubahan harga, dan siap menanggung risiko bila
terjadi kerugian. Oleh karena itu, aset dan kewajiban keuangan yang timbul dari setiap
transaksi derivatif pada dasarnya harus dimasukkan dalam kategori FVTPL. Tagihan
derivatif tidak boleh digolongkan sebagai AFS, HTM, atau L&R, sedangkan kewajiban
derivatif tidak boleh dikategorikan sebagai kewajiban keuangan lainya. Bank yang
melakukan transaksi derivatif baru boleh menggolongkan aset dan kewajiban keuangannya
tidak sebagai FVTPL bila ia bisa menunjukkan bahwa transaksi itu dilakukan tidak untuk
tujuan spekulatif, tapi untuk tujuan lindung nilai. Bila transaksi derivatif dilakukan untuk
tujuan lindung nilai atas arus kas (cashflow hedge), maka laba atau rugi akibat proses
marked to market terhadap aset dan kewajiban keuangannya boleh dimasukkan sebagai
Pendapatan Komprehensif Lain yang merupakan bagian dari ekuitas. Perlakuan akuntansi
untuk transaksi derivatif dan akan dibahas nanti secara lebih dalam bab tersediri.
Demikian pula dengan klasifikasi kewajiban keuangan baru akan di bahas nanti pada
Kegiatan Belajar 4.
9. Aset derivatif dan kewajiban derivatif pada umumnya harus dimasukkan dalam
kategori FVTPL, kecuali bank yang melakukan transaksi derivatif bisa membuktikan
bahwa transaksi yang dilakukan untuk tujuan lindung nilai.
1. Berdasarkan PAPI 2008 aset keuangan dibagi menjadi 4 kategori berikut ini,
kecuali… .
a. Tersedia untuk Dijual
b. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba-Rugi
c. Diperdagangkan
d. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang
2. Aset keuangan yang masuk kategori Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba-Rugi harus
memenuhi kondisi... .
a. akan dimiliki hingga jatuh tempo
b. dimiliki untuk diperdagangkan atau fair value options
c. dibeli untuk memanfaatkan dana menganggur
d. tidak akan dijual walaupun terjadi kenaikan harga
3. Menurut PSAK 55, bila tidak bertujuan untuk lindung nilai, instrumen derivatif harus
dikelompokkan sebagai... .
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba-Rugi
b. Tersedia untuk Dijual
c. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
d. Diperdagangkan
4. Aset keuangan yang masuk kategori Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba-Rugi
antara lain adalah aset keuangan yang... .
a. pada saat pengakuan awal telah ditetapkan akan selalu di-mark to market
b. dibeli untuk dijual sewaktu-waktu saat kekurangan likuiditas
c. akan dimiliki hingga jatuh tempo
d. akan dimiliki hingga jatuh tempo, tapi tersedia pasar yang aktif
5. Bank membeli suatu aset keuangan, yang tidak dimaksudkan untuk dimiliki hingga
jatuh tempo, tidak ditujukan untuk diperdangkan, dan tidak pula digolongkan sebagai
pinjaman yang diberikan. Aset keuangan tersebut dimasukkan dalam kategori... .
a. instrumen derivatif
b. instrumen keuangan
c. tersedia untuk dijual
d. diukur pada nilai wajar melalui laba-rugi
6. Aset keuangan yang harus dinilai sebesar harga pasar (marked to market) adalah yang
masuk dalam kategori... .
a. L&R dan HTM
b. PYPD dan FVTPL
c. FVTPL dan AFS
d. AFS dan HTM
7. Bank X membeli 100 lembar surat berharga obligasi negara berjangka 5 tahun yang
ditujukan untuk dimiliki sampai jatuh tempo (HTM). Pada suatu ketika terjadi
kenaikan harga obligasi tersebut, sehingga Bank X tertarik untuk mendapatkan
keuntungan dengan menjual 30 lembar dari obligasi tersebut. Akibat transaksi
penjualan obligasi di atas, maka Bank X... .
a. harus menjual sisa obligasi yang dimilikinya
b. tidak boleh menjual lagi sisa obligasi yang dimilikinya
c. harus tetap menggolongkan obligasi yang tersisa sebagai HTM
d. tidak boleh lagi menggolongkan obligasi yang tersisa sebagai HTM
8. Bank X memberikan kredit pemilikan rumah (KPR) kepada 100 nasabah masing-
masing Rp 100 juta berjangka 10 tahun. KPR tersebut digolongkan sebagai Pinjaman
yang Diberikan dan Piutang (L&R). Untuk mengatasi kebutuhan likuiditas, Bank X
menjual 30 persen KPR tersebut ke pasar modal. Akibat transaksi tersebut adalah Bank
X... .
a. harus menjual sisa KPR yang dimilikinya
b. tidak boleh menjual lagi sisa KPR yang dimilikinya
c. tetap boleh menggolongkan KPR yang tersisa sebagai L&R
d. harus menggolongkan KPR yang tersisa sebagai Tersedia untuk Dijual
9. Bank Z membeli obligasi negara bernilai Rp 100 milyar dengan berjangka 10 tahun.
Bank X harus mempunyai intensi positif (kemauan) dan kemampuan keuangan yang
memadai untuk dapat dapat menggolongkan obligasi tersebut dalam kategori... .
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba Rugi
b. Tersedia untuk Dijual
c. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang
d. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
10. Tainting rule berlaku untuk aset keuangan yang digolongkan sebagai... .
a. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
b. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang
c. Tersedia untuk Dijual
d. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba Rugi
1. c
2. b
3. a
4. a
5. c
6. c
7. d
8. c
9. d
10. a
Kegiatan Belajar 3
REKLASIFIKASI ASET KEUANGAN BANK
PSAK 50 dan 55 mengatur secara ketat reklasifikasi aset keuangan dari satu kategori ke
kategori lain untuk mencegah tindakan bank menaikturunkan laba dengan melakukan
reklasifikasi.
Contoh:
Sebuah bank membeli sebuah surat berharga senilai Rp 1.000 juta dan menggolongkannya
sebagai FVTPL, yang berarti bank harus mengakui kenaikan atau penurunan harga pasar
surat berharga itu. Bila kemudian surat berharga itu harga pasarnya naik menjadi Rp 1.200
juta, bank akan mengakui keuntungan Rp 200 juta. Bila beberapa waktu kemudian harga
pasar surat berharga itu turun menjadi Rp 1.100 juta, mungkin bank tersebut tidak ingin
mengakui kerugian Rp 100 juta, dengan cara mereklasifikasi surat berharga itu menjadi
HTM.
Tindakan seperti dalam contoh di atas disebut cherry picking, yaitu bank memilih-milih
metode pelaporan yang akan menaikkan laba dan mencegah pelaporan yang akan
menurunkan laba. Aturan reklasifikasi aset keuangan secara lengkap, bisa dilihat pada
bagan di bawah ini:
Tidak boleh
DNWLR DHJT
Tidak boleh
Tidak boleh
Tidak boleh
Tidak boleh Tidak boleh
Tidak boleh
Tidak boleh
PYDP
Hanya diperbolehkan Dibolehkan dengan syarat
bila pasar aktif muncul
setelah klasifikasi
200 40 200 20
Nilai awal tahun 2 = 410,84
(1 8%)1 (1 8%) 2
200 20
Nilai awal tahun 3 = 196,43
(1 12%)1
Perbandingan nilai piutang dengan kedua klasifikasi diatas tampak dalam tabel di
bawah ini:
Meskipun secara umum bank tidak boleh mengembalikan kredit yang sudah
dikategorikan sebagai FVTPL kembali menjadi L&R, pada kondisi yang jarang terjadi,
tindakan itu masih dibolehkan. Kondisi itu misalnya karena hilangnya pasar aktif yang
memperdagangkan kredit tersebut, sehingga nilai wajarnya menjadi sulit ditentukan.
Reklasifikasi itu pun hanya boleh dilakukan bila bank mempunyai intensi dan
kemampuan untuk memelihara kredit tersebut sampai jatuh tempo.
Contoh:
Sebuah bank biasa memberikan kredit pemilikan rumah (KPR), kemudian menjualnya
dalam bentuk surat berharga ke pasar modal, yang dijamin dengan tagihan KPR
tersebut (asset backed securities), sehingga bank menggolongkan KPR-nya sebagai
FVTPL. Bila kemudian bank mengubah metode bisnisnya dengan tidak lagi menjual
KPR-nya di pasar modal, tapi menagihnya secara bertahap sampai jatuh tempo, maka
bank tersebut boleh mereklasifikasikan kreditnya dari golongan FVTPL menjadi L&R.
Tentunya bank hanya dapat melakukan reklasifikasi semacam itu bila ia benar-benar
mau dan mampu menunggu kas masuk selama masa angsuran kredit, dan bank tidak
kekurangan likuditas sehingga terpaksa menjual kreditnya ke pasar modal.
Contoh:
Sebuah bank membeli 100 lembar obligasi X berjangka 10 tahun dan
menggolongkannya sebagai HTM. Setahun kemudian, bank menjual 40 lembar
obligasi X, misalnya karena ingin mengambil keuntungan karena harganya sedang
naik, atau menjualnya untuk mengatasi kekurangan likuiditas, maka bank dianggap
menodai (tainting) niatnya untuk memiliki obligasi tersebut hingga jatuh tempo,
sehingga bank itu diberi “hukuman”, yaitu 60 lembar obligasi X yang tersisa harus
direklasifikasi menjadi AFS (lihat bagan di atas), dan selama 2 tahun buku berikutnya
tidak boleh menggolongkan obligasi X yang baru dibelinya dalam kategori HTM.
Setelah berakhirnya "masa hukuman" selama 2 tahun itu, bank boleh mereklasifikasi
surat berharga dari AFS menjadi HTM (lihat bagan di atas).
Meskipun pada dasarnya surat berharga HTM tidak boleh dijual, tapi pengecualian
masih diberikan, yaitu bila:
Surat berharga yang dijual hanya sebagian kecil dari seluruh surat berharga yang
dimiliki.
Surat berharga yang dijual memang sudah hampir jatuh tempo, misalnya tinggal
tiga bulan lagi, dan diperkrakan tidak akan terjadi perubahan harga dalam tiga
bulan itu, sehingga maksud penjualan itu bukanlah karena untuk memanfaatkan
kenaikan harga yang sedang terjadi.
Sebagian besar dari aliran kas yang diharapkan dari surat berharga tersebut sudah
diterima bank, misalnya karena penagihannya dipercepat.
Kejadian tertentu yang berada di luar kendali bank, misalnya karena penurunan
kredibilitas penerbit surat berharga tersebut, maka untuk mengurangi risiko bank
menjual sebagian dari surat berharga tersebut dijual.
Bila bank menjual sebagian surat berharga HTM karena sebab-sebab di atas, maka
bank tidak diharuskan untuk menghentikan penerapan HTM kepad surat berharga yang
tersisa. Sebaliknya, bila memang telah terjadi perubahan maksud atau terjadi
penurunan kemampuan bank untuk menahan surat berharga HTM, maka surat
berharga tersebut harus diklasifikasikan sebagai AFS.
Contoh:
Bank membeli sebuah surat hutang berjangka sepuluh tahun, dan ia mau dan mampu
menahannya selama sepuluh tahun, sehingga ia boleh menggolongkannya sebagai
HTM. Pada tahun kedua, bank memutuskan untuk melakukan ekspansi usaha dan akan
mendanai ekspansi usaha itu dengan menjual surat berharga tersebut, maka bank harus
mereklasifikasi surat berharga tersebut dari HTM menjadi AFS. Jelaslah bahwa HTM menjadi
klasifikasi yang tepat adalah Tersedia Untuk Dijual, karena memang sewaktu-waktu AFS
bank akan menjual surat berharga itu untuk membiayai ekspansi usahanya.
Pada keadaan yang jarang terjadi, PSAK 50 dan 55 juga memperbolehkan reklasifikasi
asset keuangan AFS menjadi HTM karena bank tidak lagi bisa menerapkan AFS,
karena asset keuangan AFS kehilangan pasar tempatnya biasa diperdagangkan,
sehingga proses mark to market tidak lagi bisa dilakukan. Seperti telah dijelaskan
dimuka, dari empat kategori asset keuangan, ada dua yang memerlukan proses mark to
market, yaitu kategori FVTPL dan AFS, dan ada dua lagi yang tidak memerlukan
proses mark to market, yaitu kategori HTM dan L&R. Tampaknya, pada kondisi yang
jarang terjadi, PSAK 50 dan 55 memperbolehkan pembatalan penerapan metode
FVTPL dan AFS, bila proses mark to market tidak lagi bisa dilaksanakan.
lunas, maka kredit tersebut harus dikategorikan sebagai AFS. Bila kemampuan
tersebut telah pulih, maka diperbolehkan mereklasifikasi kredit tersebut dari AFS
menjadi L&R.
1. PSAK 50 dan 55 mengatur secara ketat reklasifikasi aset keuangan, untuk mencegah
bank melakukan cherry picking, yaitu mereklasifikasi aset keuangan dengan tujuan
agar bisa melaporkan laba atau menghindari pengakuran kerugian.
2. Reklasifikasi dari dan ke FVTPL tidak diperbolehkan. Suatu aset keuangan hanya
boleh digolongkan sebagai FVTPL bila sejak awal keberadaannya memang sudah
digolongkan sebagai FVTPL, dan sekali digolongkan sebagai FVTPL tidak boleh
dipindahkan ke golongan manapun. Demikian pula aset keungan yang pengakuan
awalnya sudah digolongkan sebagai AFS, HTM, atau L&R tidak boleh dipindahkan
menjadi FVTPL.
3. Aset keuangan HTM tidak boleh dijual sebelum jatuh tempo. Bila bank melakukannya,
maka aset keuangan yang tersisa harus direklasifikasi menjadi AFS, dan selama dua
tahun bank tidak boleh menggolongkan aset sejenis sebagai HTM.
4. Aset keuangan HTM boleh direklasifikasikan menjadi AFS bila memang telah terjadi
perubahan maksud kepemilikan, misalnya bank tidak lagi bermaksud untuk
memilikinya hingga jatuh tempo, tapi akan menjualnya sewaktu-waktu untuk
membiayai ekspansi usaha.
5. Reklasifikasi aset keuangan dari HTM menjadi AFS tidak memerlukan persyaratan
yang ketat. Sebaliknya, reklasifikasi dari AFS menjadi HTM memerlukan persyaratan
yang ketat.
6. Pada kondisi yang jarang terjadi, PSAK 50 dan 55 memperbolehkan pembatalan
penerapan metode FVTPL dan AFS, yaitu bila proses mark to market tidak lagi bisa
dilaksanakan.
7. Dalam kondisi yang jarang terjadi, bank boleh mereklasifikasi asset keuangan yang
pada awalnya diakui sebagai AFS, dipindah menjadi L&R.
1. Reklasifikasi aset keuangan berbunga tetap dari FVTPL menjadi HTM untuk
menghindari pengakuan kerugian penurunan harga dilakukan bank ketika terjadi... .
a. penurunan suku bunga pasar
b. kenaikan suku bunga pasar
c. fluktuasi suku bunga pasar
d. kesulitan likuiditas
2. Reklasifikasi aset keuangan berbunga tetap dari HTM menjadi FVTPL untuk tujuan
cherry picking biasanya dilakukan bank ketika terjadi... .
a. penurunan suku bunga pasar
b. kenaikan suku bunga pasar
c. fluktuasi suku bunga pasar
d. kesulitan likuiditas
4. Bank boleh menggolongkan suatu aset keuangan sebagai FVTPL bila bank... .
a. punya intensi positif dan kemampuan untuk memeliharanya sebagai FVTPL
b. punya intensi positif dan kemampuan untuk tidak menjualnya
c. sebelumnya menggolongkan sebagai HTM, AFS, atau L&R
menggolongkannya sebagai FVTPL sejak awal pengakuan aset tersebut
5. Bank hanya boleh menggolongkan suatu aset keuangan sebagai HTM bila bank... .
a. mempunyai intensi positif dan kemampuan
b. menggolongkan sebagai HTM sejak pengakuan awal
c. akan menjualnya bila membutuhkan dana
d. bersedia mereklasifikasi bila terjadi penurunan kemampuan
8. Bank harus menunjukkan intensi positif dan kemampuan keuangan yang kuat untuk
memindahkan aset keuangan dari... .
a. AFS menjadi FVTPL
b. HTM menjadi AFS
c. HTM menjadi FVTPL
d. AFS menjadi HTM
9. Pada kondisi yang jarang terjadi, reklasifikasi aset keuangan dari AFS menjadi L&R
diperbolehkan bila... .
a. aset keuangan tersebut sudah memenuhi kriteria L&R
b. bank mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memelihara aset tersebut
sampai jatuh waktu.
c. salah satu dari a dan b di atas terpenuhi
d. kedua syarat di atas terpenuhi
1. b
2. a
3. c
4. d
5. a
6. c
7. a
8. d
9. d
Kegiatan Belajar 4
KLASIFIKASI KEWAJIBAN KEUANGAN
Pada dasarnya kewajiban keuangan adalah aset keuangan yang dipandang dari pihak yang Klasifikasi
kewajiban
berhutang. Jadi, perhitungan nilai wajar kewajiban keuangan pada dasarnya adalah keuangan
kebalikan dari perhitungan nilai wajar aset keuangan, yaitu dengan mengganti kata "aliran
kas masuk" dengan kata "aliran kas keluar". Nilai wajar aset keuangan adalah nilai
sekarang dari seluruh kas masuk yang akan diperoleh dari aset tersebut, yang
didiskontokan dengan tingkat bunga pasar. Sebaliknya, nilai wajar kewajiban keuangan
adalah nilai wajar dari seluruh kas keluar yang harus dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban tersebut, yang didiskontokan dengan tingkat bunga pasar. Jadi, nilai wajar
kewajiban keuangan berbunga tetap juga berbanding terbalik dengan tingkat bunga pasar,
yaitu bila bunga pasar naik maka nilai wajar kewajiban keuangan tersebut turun, yang
berarti menguntungkan pemilik kewajiban tersebut. Sebaliknya, bila bunga pasar turun,
maka nilai wajar kewajiban keuangan tersebut naik, yang berarti merugikan pemilik
kewajiban tersebut.
Kewajiban keuangan hanya diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Kewajiban keuangan yang nilainya diukur bedasarkan nilai wajar (FVTPL), berarti
selalu dilakukan mark to market.
b. Kewajiban keuangan lainnya, yaitu yang tidak perlu diukur sebesar nilai wajarnya atau
tidak dilakukan mark to market.
diberikan, yaitu bila bank yang mempunyai kewajiban derivatif bisa membuktikan
bahwa transaksi derivatif yang dilakukannya adalah untuk tujuan lindung nilai
(hedging).
Contoh 1: Kewajiban Derivatif Diperdagangkan.
Bank ABC menjual USD 1.000.000 secara forward 6 bulan dengan kurs Rp Kewajiban
derivatif
10.000/USD. Transaksi forward ini adalah salah satu contoh transaksi derivatif. diperdagang-
Dengan melakukan transaksi itu, 6 bulan yang akan datang Bank ABC akan kan
menerima rupiah sebanyak Rp 10.000.000.000 dan harus membayar USD
1.000.000, sehingga Bank ABC mempunyai kewajiban dalam valuta asing. Bank
ABC hanya melakukan transaksi forward itu saja dan tidak ada transaksi lain yang
mendasari.
Dalam contoh di atas, dianggap Bank ABC melakukan transaksi forward tersebut
untuk tujuan Diperdagangkan, karena tidak ada transaksi lain yang harus
dilindungi. Jadi, Bank ABC harus mengakui kewajibannya berdasarkan kurs yang
berlaku (mark to market), dan mengakui laba atau rugi akibat perubahan kurs yang
terjadi. Bila kurs forward naik menjadi Rp 11.000, maka Bank ABC harus
mengakui kenaikan nilai hutangnya dari Rp 10.000.000.000 menjadi Rp
11.000.000.000, dan mengakui kerugian sebesar Rp 1.000.000.000,-. Sebaliknya,
bila kurs foward turun menjadi Rp 9.000,- maka Bank ABC boleh mengakui
penurunan nilai hutangnya dari Rp 10.000.000.000 menjadi Rp 9.000.000.000, dan
Bank ABC boleh mengakui keuntungan sebesar Rp 1.000.000.000,-.
Contoh 2: Transaksi Derivatif untuk Lindung Nilai.
Bank ABC melakukan transaksi forward jual USD 1.000.000 seharga Rp 10.000 Kewajiban
derivatif
per dolar berjangka 6 bulan. Transaksi itu dilakukan karena, Bank ABC untuk lindung
mempunyai tagihan kepada seorang nasabah eksportir sebesar USD 1.000.000 nilai
yang akan diterimanya 6 bulan yang akan datang. Bank ABC khawatir akan terjadi
penurunan nilai dolar, sehingga nilai dolar yang akan diterimanya akan menurun.
Untuk menghidari kerugian itulah Bank ABC melakukan transaksi forward jual.
Dengan melakukan transaksi forward tersebut, Bank ABC bisa memastikan bahwa
nilai tagihannya adalah Rp 10.000.000.000, tidak akan turun dan juga tidak akan
naik. Dalam keadaan ini Bank ABC tidak perlu menggolongkan kewajiban
derivatif valas yang dimilikinya sebagai FVTPL. Transaksi derivatif untuk lindung
nilai akan dibahas lebih lanjut.
2. Bila bank mempunyai hutang yang bukan berupa uang, tapi berupa surat berharga
sejumlah tertentu, maka hutang itu merupakan kewajiban keuangan yang masuk
kategori FVTPL.
Contoh:
Bank ABC menduga harga Obligasi X akan turun dari Rp 1.000.000,- per lembar
menjadi Rp 900.000 per lembar. Bila Bank ABC mempunyai Obligasi X, maka ia
mungkin akan segera menjual obligasinya untuk menghindari kerugian. Bila Bank
ABC tidak mempunyai Obligasi X, tapi ia ingin mendapatkan keuntungan dari
peluang itu, ia bisa meminjam misalnya 1.000 lembar Obligasi X dari Bank KLM
selama 3 bulan, kemudian ia segera menjualnya di pasar modal dengan harga Rp
1.000.000,- per lembar. Dalam keadaan ini Bank ABC harus mencatat hutangnya
kepada Bank KLM yang berupa 1.000 lembar Obligasi X (bukan hutang yang
berupa uang) dalam kategori FVTPL senilai Rp 1.000.000.000. Bila kemudian
harga Obligasi X turun menjadi Rp 900.000, maka Bank ABC boleh mengakui
penurunan nilai hutangnya dari Rp 1.000.000.000 menjadi Rp 900.000.000, dan
keuntungan sebesar Rp 100.000.000. Sebaliknya, bila harga obligasi naik misalnya
menjadi Rp 1.050.000,-, maka Bank ABC harus mengakui kenaikan nilai
hutangnya naik dari Rp 1.000.000.000,- menjadi Rp 1.050.000.000,- dan mengakui
kerugian sebesar Rp 50.000.000.
3. Kewajiban keuangan yang diterbitkan dengan maksud memanfaatkan tingkat
bunga pasar yang sedang rendah. Pada kondisi bunga pasar yang rendah, maka
bank bisa menerbitkan surat hutang dengan bunga yang redah pula. Bila surat
berharga itu berjangka panjang, dan dalam waktu dekat terjadi kenaikan bunga,
maka bank akan menikmati keuntungan, karena selama sisa waktu hutangnya ia
telah terikat untuk membayar bunga yang rendah. Keuntungan itu bisa dipetik
dengan membeli kembali surat hutang yang diterbitkannya itu di pasar dengan
harga yang lebih rendah.
Contoh:
Meskipun tidak sedang memerlukan dana, Bank ABC menerbitkan obligasi senilai
Rp 1.000.000.000, berjangka 5 tahun, dengan bunga 5% yaitu sesuai bunga pasar
saat ini. Tujuan penerbitan obligasi itu adalah untuk memanfaatkan kondisi bunga
pasar saat ini yang sedang rendah, yang diperkirakan akan segera naik menjadi 7%.
Pada saat menerbitkan obligasi itu, Bank ABC akan mencatat hutangnya sebesar
nilai sekarang dari seluruh aliran kas keluar yang harus dibayar untuk memenuhi
kewajibannya, yaitu (dalam jutaan rupiah):
50 50 50 50 1.050
Nilai hutang = 1.000
(1 5%) (1 5%) (1 5%) (1 5%) (1 5%) 5
1 2 3 4
Bank ABC boleh mengakui keuntungan karena nilai hutangnya turun sebesar
Rp 82.000.000,-.
B. Kewajiban Lainnya
Kewajiban Lainnya adalah kewajiban keuangan yang tidak memenuhi kriteria Kewajiban
lainnya
Kewajiban FVTPL, sehingga tidak perlu disajikan sebesar nilai wajar. Kewajiban dilaporkan
Lainnya dilaporkan sebesar Biaya Perolehan Diamortisasi atau amortised cost. sebesar
amortised cost
Amortised cost kira-kira sama dengan nilai buku (meskipun istilah nilai buku tidak lagi
digunakan sekarang), sebagai lawan dari nilai pasar yang berlaku untuk kewajiban
FVTPL. Pada dasarnya amortised cost adalah saldo hutang mula-mula dikurangi
hutang yang sudah diangsur.
Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dibahas satu persatu istilah-istilah yang terkait
dengan Kewajiban Lainnya:
Amortised cost = Kewajiban pada saat pengakuan awal - pembayaran pokok +/-
amortisasi kumulatif dari selisih antara "nilai jatuh tempo hutang" dengan "nilai
awal hutang".
Amortisasi dari ("nilai jatuh tempo hutang" - "nilai awal hutang") harus dilakukan
dengan metode bunga efektif.
"Nilai awal hutang" = "Kas dari penerbitan obligasi" - "biaya penerbitan obligasi".
"Kas dari penerbitan obligasi" bisa lebih besar (premium), bisa juga lebih kecil
(discount) dari nilai hutang pada saat jatuh tempo, yang tergantung pada perbedaan
antara bunga kontrak (contractual interst rate) dengan bunga pasar.
Untuk menjelaskan istilah-istilah di atas berikut ini disajikan dua buah contoh. Untuk
menyederhanakan pemaparan, dimisalkan pembayaran bunga dilakukan setiap tahun.
Prinsip yang sama berlaku juga untuk kewajiban yang pembayaran bunganya
dilakukan bulanan atau harian.
Contoh 1:
Bank ABC menerbitkan obligasi dengan nilai nominal Rp 1.000.000.000,- berjangka 5
tahun, dengan bunga 10%, walaupun bunga pasar adalah 8%, sehingga obligasi terjual
di atas nilai nominalnya. Untuk menerbitkan obligasi tersebut Bank ABC harus
mengeluarkan biaya emisi sebesar Rp 20.000.000. Bank ABC tidak memperlakukan
hutangnya itu dalam kategori FVTPL.
"Kas dari penerbitan obligasi" (dalam jutaan rupiah) =
100 100 100 100 1.100
1.079,854201
(1 8%) (1 8%) (1 8%) (1 8%) (1 8%) 5
1 2 3 4
Kas dari penerbitan obligasi > nilai jatuh tempo (premium), karena bunga obligasi >
bunga pasar. Jurnal yang dibuat ketika Bank ABC menerbitkan obligasi itu adalah:
D. Kas Rp 1.079.854.201
K. Kewajiban Obligasi (Amortised Cost) Rp 1.079.854.201
Nilai r pada persamaan di atas adalah suku bunga efektif, yang bisa dihitung dengan
formula excel, yaitu =IRR(-1059,854201;100;100;100;100;1100) didapat sebesar
8,4818%. Seandainya Bank ABC tidak mengeluarkan biaya emisi sebesar Rp
20.000.000 maka biaya bunga efektif dari hutangnya adalah 8%. Karena adanya
tambahan biaya emisi tersebut, maka biaya bunga efektif meningkat sebesar 0,4818%.
Selanjutnya untuk menghitung beban bunga, angsuran pokok dan nilai amortised cost
dari kewajiban tersebut setiap akhir tahun, dibuat tabel di bawah ini:
Beban Bunga adalah = suku bunga efektif x Amortised Cost Beban bunga
= suku bunga
Amortisasi adalah = Kas yang dibayar - Beban Bunga
efektif x
Jurnal yang dibuat pada akhir tahun ke 1, 2, 3, 4, dan 5 adalah: amortised cost
Akhir tahun ke 1:
D. Beban bunga Rp 89.895.001
D. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 10.104.999
K. Kas Rp 100.000.000
Akhir tahun ke 2:
D. Beban bunga Rp 89.037.913
D. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 10.962.087
K. Kas Rp 100.000.000
Akhir tahun ke 3:
D. Beban bunga Rp 88.108.127
D. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 11.891.873
K. Kas Rp 100.000.000
Akhir tahun ke 4:
D. Beban bunga Rp 87.099.479
D. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 12.900.521
K. Kas Rp 100.000.000
Akhir tahun ke 5:
D. Beban bunga Rp 86.005.279
D. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 13.994.721
K. Kas Rp 100.000.000
D. Kewajiban Obligasi (amortised cost) Rp 1.000.000.000
K. Kas Rp 1.000.000.000
Contoh 2:
Bank ABC menerbitkan obligasi dengan nilai nominal Rp 1.000.000.000,- berjangka 5
tahun, dengan bunga 10%, walaupun bunga pasar adalah 12%, sehingga obligasi
terjual di bawah nilai nominalnya. Untuk menerbitkan obligasi tersebut Bank ABC
harus mengeluarkan biaya emisi sebesar Rp 20.000.000. Bank ABC tidak
memperlakukan hutangnya itu dalam kategori FVTPL.
"Kas dari penerbitan obligasi" (dalam jutaan rupiah) =
100 100 100 100 1.100
927,904476
(1 12%) (1 12%) (1 12%) (1 12%) (1 12%) 5
1 2 3 4
Jurnal yang dibuat ketika Bank ABC menerbitkan obligasi itu adalah:
D. Kas Rp 927.904.476
K. Kewajiban Obligasi (Amortised Cost) Rp 927.904.476
1. Nilai wajar kewajiban keuangan adalah nilai sekarang dari seluruh aliran kas keluar
yang harus dibayarkan untuk memenuhi kewajiban tersebut, yang didiskontokan
dengan tingkat bunga pasar. Oleh karena itu, nilai wajar kewajiban keuangan berbunga
tetap akan naik (turun) bila terjadi penurunan (kenaikan) bunga pasar.
2. Kewajiban keuangan diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kewajiban keuangan FVTPL,
yang harus dilakukan mark to market, dan kewajiban keuangan lainnya, yang tidak
harus dilakukan mark to market.
3. Kewajiban derivatif umumnya harus diklasifikasikan sebagai FVTPL, kecuali bila bisa
dibuktikan bahwa transaksi derivatif yang dilakukan bertujuan untuk lindung nilai
(hedging).
4. Bila bank mempunyai hutang berupa kewajiban untuk menyerahkan surat berharga
tertentu dengan jumlah tertentu, maka hutang itu masuk kategori FVTPL.
5. Bila bank menerbitkan surat hutang berbunga tetap dengan maksud untuk
memanfaatkan rendahnya bunga pasar saat itu dan akan memetik keuntungan dengan
membeli kembali surat hutang itu ketika bunga pasar sudah naik, maka kewajiban
keuangan dari penerbitan surat hutang tersebut masuk kategori FVTPL.
6. Kewajiban Lainnya adalah kewajiban yang tidak memenuhi kriteria Kewajiban
FVTPL, sehingga tidak perlu disajikan sebesar nilai wajar, melainkan sebesar
amortised cost.
7. Amortised Cost adalah kewajiban pada saat pengakuan awal - pembayaran pokok +/-
amortisasi kumulatif premium atau discount. Amortisasi premium dan discount harus
dilakukan dengan metode bunga efektif.
8. Beban bunga dihitung dengan metode bunga efektif, yaitu tingkat bunga efektif
dikalikan dengan saldo amortised cost pada awal periode.
3. Hutang bank yang diputuskan oleh manajemen bank tersebut untuk disajikan sebesar
harga pasar, harus digolongkan sebagai... .
a. Hutang Amortised Cost
b. FVTPL
c. Diperdagangkan
d. Kewajiban Lainnya
4. Kewajiban yang digolongkan sebagai FVTPL terdiri dari dua jenis, yaitu… .
a. FVO dan Amortised Cost
b. FVO dan Diperdagangkan
c. FVO dan Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
d. yang harus dan yang tidak perlu dilakukan "mark to market".
5. Menurut PSAK 50/55, perlakuan akuntansi Kewajiban Keuangan bisa dibagi menjadi
dua, yaitu yang… .
a. boleh dan tidak boleh dimiliki hingga jatuh tempo
b. harus dan yang tidak perlu dilakukan "mark to market"
c. boleh dan yang tidak boleh dilunasi sebelum jatuh tempo
d. boleh dan yang tidak boleh diamortisasi
8. Biaya penerbitan obligasi yang digolongkan sebagai Kewajiban Lainnya harus diakui
sebagai... .
a. biaya emisi obligasi
b. biaya bunga obligasi
c. pengurang kas dari penerbitan obligasi
d. penambah kas dari penerbitan obligasi
10. Bank X menerbitkan obligasi berbunga tetap yang terjual di atas nilai nominal. Hutang
obligasi tersebut digolongkan sebagai Kewajiban Lainnya. Bila biaya emisi dianggap
tidak material, maka amortised cost obligasi tersebut adalah... .
a. Nilai awal obligasi dikurangi akumulasi amortisasi premium
b. Nilai awal obligasi ditambah akumulasi amortisasi discount
c. Nilai awal obligasi dikurangi beban bunga
d. Nilai awal obligasi dikurangi beban bunga dan amortisasi premium
11. Bank Y menerbitkan obligasi berbunga tetap yang terjual di bawah nilai nominal.
Hutang obligasi tersebut digolongkan sebagai Kewajiban Lainnya. Bila biaya emisi
dianggap tidak material, maka amortised cost obligasi tersebut adalah... .
a. Nilai awal obligasi dikurangi akumulasi amortisasi premium
b. Nilai awal obligasi ditambah akumulasi amortisasi discount
c. Nilai awal obligasi dikurangi beban bunga
d. Nilai awal obligasi dikurangi beban bunga dan amortisasi premium
12. Berikut ini adalah Kewajiban Keuangan yang harus dikategorikan sebagai
Diperdagangkan, kecuali... .
a. kewajiban forward valas untuk melindungi tagihan valas
b. obligasi berbunga tetap yang terbitkan ketika bunga pasar rendah, dan akan
dilunasi setelah bunga pasar naik
c. kewajiban akibat penjualan forward valas untuk mendapatkan keuntungan dari
penurunan kurs
d. kewajiban untuk menyerahkan obligasi yang dipinjam oleh short seller.
1. c
2. c
3. b
4. b
5. b
6. b
7. d
8. c
9. a
10. a
11. b
12. a
Kegiatan Belajar 5
KLASIFIKASI SURAT BERHARGA
Undang-undang tentang perbankan mendefinisikan surat berharga sebagai surat Definisi surat
berharga
pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau
kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim,
diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang. Sementara itu, PSAK 50 dan 55
mendefinisikan aset keuangan antara lain adalah kas, saham perusahan lain, hak
kontraktual untuk menerima kas dari perusahaan lain, atau hak untuk mempertukarkan
aset keuangan yang sedang berada dalam kondisi untung (ini biasanya terkait dengan
transaksi derivatif). Jadi, definisi surat berharga di atas sejalan dengan definisi aset
keuangan menurut PSAK 50 dan 55, yang mengelompokkan aset keuangan menjadi
empat, yaitu FVTPL, HTM, AFS dan L&R. Oleh karena itu, seluruh surat berharga yang
dimiliki bank dikelompokkan menjadi empat kelompok tersebut, sesuai kriteria-kriteria
yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
Berikut ini adalah contoh-contoh transaksi yang mengakibatkan bank memiliki suatu surat
berharga.
Contoh 1:
Bank ABC menempatkan dana Bank XYZ berjangka 1 bulan sebesar Rp 100 milyar.
Dalam pelaksanaan transaksi di atas, Bank ABC menyerahkan dana sebesar Rp 100 milyar
kepada Bank XYZ dan Bank XYZ akan menyerahkan surat pengakuan utang (promissory Promissory
notes
notes) kepada Bank ABC. Dalam promissory notes tersebut Bank XYZ mengakui
hutangnya kepada Bank ABC dan akan membayarnya sebulan kemudian dengan ditambah
bunga tertentu. Bila Bank ABC membutuhkan dana sebelum tanggal jatuh tempo
promissory notes tersebut, maka Bank ABC bisa menjualnya di pasar uang antar bank
yang memang lazim memperdagangkan promissory notes tersebut.
Contoh 2:
PT A adalah perusahan importir yang sudah sangat dikenal oleh Bank XYZ, sehingga Surat tagihan
wesel
Bank XYZ bersedia menjamin pembayaran barang yang akan diimpornya dari luar negeri.
PT A mengimpor barang dari PT X di luar negeri senilai USD 10 juta secara kredit
berjangka 6 bulan. Setelah mengirim barang kepada PT A, PT X akan membuat surat
tagihan (disebut wesel) berjangka 6 bulan kepada Bank XYZ yang kemudian mengaksep
wesel tersebut. Mengaksep di sini artinya adalah menyanggupi untuk membayar 6 bulan
kemudian kepada PT X atau siapa saja yang menjadi pemegang terakhir surat wesel
tersebut. Bila PT X membutuhkan dana sebelum 6 bulan, maka ia bisa menjual wesel
tersebut di pasar uang. Misalkan, sebuah bank lain, misalnya Bank ABC membeli wesel
tersebut di pasar uang (biasanya dengan diskonto), maka Bank ABC akan melaporkan
wesel tersebut sebagai surat berharga yang dimiliki. Pada saat jatuh tempo, Bank XYZ
akan menunjukkan wesel tersebut kepada Bank ABC untuk meminta pembayaran.
Contoh 3:
Bank XYZ memberikan kredit pemilikan rumah (KPR) kepada 1.000 orang debitur
berjumlah Rp 100 milyar. Bank XYZ kemudian menerbitkan surat utang yang dijamin
dengan tagihan KPR tersebut yang kemudian dijual ke pasar modal. Surat utang yang
dijamin dengan tagihan tersebut biasa disebut Efek Beragun Aset (EBA). Bila Bank ABC Efek beragun
aset (EBA)
membeli efek tersebut di pasar modal, maka Bank ABC akan melaporkannya sebagai surat
berharga yang dimiliki.
Contoh 4:
Untuk membiayai ekspansi usahanya, Bank XYZ menerbitkan obligasi berjangka 5 tahun
dengan nilai nominal Rp 1 triliun, dengan bunga 6% per tahun, dan menjualnya di pasar
modal. Bila Bank ABC membeli obligasi tersebut di pasar modal, maka Bank ABC akan
melaporkannya sebagai surat berhaga yang dimiliki.
Berdasarkan contoh-contoh di atas tampak bahwa, bila Bank ABC membeli surat
berharga, misalnya yang diterbitkan oleh PT X, maka pada hakekatnya Bank ABC
memberikan pinjaman atau piutang kepada PT X. Dalam surat berharga tersebut tentunya
sudah ditetapkan berapa dan kapan pembayaran harus dilakukan, apakah ada pembayaran
bunga atau pokok sebelum jatuh tempo, atau keduanya dibayar sekaligus pada saat jatuh
Pinjaman
tempo. yang
Bila surat berharga tersebut tidak punya kuotasi di pasar aktif, dan Bank ABC akan diberikan dan
piutang
menagihnya secara bertahap sampai jatuh tempo, maka Bank ABC akan melaporkan surat (L&R) tidak
punya kuotasi
berharga tersebut sebagai "Pinjaman yang Diberikan dan Piutang" (L&R). di pasar aktif
Bila Bank ABC bermaksud akan segera menjual surat berharga tersebut bila terjadi
kenaikan harga (misalnya karena terjadi penurunan bunga pasar), maka surat berharga
tersebut harus dilaporkan dalam kelompok FVTPL. Bank ABC boleh juga menetapkan
surat berharga tersebut sebagai FVTPL, walaupun sebenarnya ia akan memegangnya
sampai jatuh tempo (pihan ini disebut Fair Value Options).
Bila surat berharga tersebut punya kuotasi di pasar aktif, dan Bank ABC bermaksud untuk HTM surat
berharga yang
menjualnya sewaktu-waktu bila membutuhkan kas, maka Bank ABC bisa punya kuotasi
menggolongkannya sebagai Tersedia Untuk Dijual (AFS). di pasar aktif
Bila surat berharga tersebut punya kuotasi di pasar aktif, tapi Bank ABC tidak bermaksud
menjualnya ke pasar aktif tersebut, dan ia juga mempunyai kemampuan finansial yang
kuat sehingga tidak akan mengalami keterpaksaan untuk menjualnya sebelum jatuh tempo,
maka ia boleh menggolongkannya sebagai investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo
(HTM).
Selanjutnya, pada Kegiatan Belajar 5.1, 5.2, 5.3, akan dibahas contoh-contoh perlakuan
akuntansi surat berharga dalam kategori FVTPL, AFS, HTM dan L&R.
1. Surat berharga yang dimiliki bank merupakan aset keuangan, karena itu dibagi
menjadi 4 kategori, yaitu FVTPL, AFS, HTM, dan L&R.
2. Surat berharga FVTPL adalah surat berharga dimiliki bank untuk tujuan
diperdagangkan atau sengaja digolongkan sebagai FVTPL (fair value option), yang
memiliki kuotasi atau diperdagangkan di pasar uang atau pasar modal.
3. Surat berharga AFS adalah surat berharga yang memiliki kuotasi di pasar aktif, dan
dimiliki bank untuk dijual sewaktu-waktu bila membutuhkan kas.
4. Surat berharga HTM adalah surat berharga yang memiki kuotasi di pasar aktif, tapi
bank tidak akan menjualnya sampai jatuh tempo.
5. Surat berharga L&R adalah surat berharga yang tidak memiliki kuotasi di pasar aktif,
dan bank akan memilikinya sampai jatuh tempo.
1. Bank ABC membeli promissory notes yang diterbitkan oleh Bank XYZ. Promissory
notes tersebut biasa diperdagangkan di pasar uang, dan Bank ABC membeli
promissory notes tersebut untuk tujuan diperdagangkan. Bank ABC harus
mengelompokkan surat berharga tersebut dalam kategori... .
a. HTM
b. L&R
c. AFS
d. FVTPL
2. Bank ABC membeli obligasi berjangka 3 tahun yang diterbitkan oleh PT X. Obligasi
tersebut biasa diperdagangkan dan ada kuotasinya di pasar modal. Bila Bank ABC
bermaksud memiliki obligasi tersebut selama 3 tahun, maka ia harus
menggolongkannya sebagai... .
a. HTM
b. L&R
c. AFS
d. FVTPL
3. Bank ABC membeli obligasi berjangka 5 tahun yang diterbitkan oleh PT Y. Obligasi
tersebut biasa diperdagangkan dan ada kuotasinya di pasar modal. Bank ABC tidak
bermaksud memiliki obligasi tersebut selama 5 tahun, tapi akan menjualnya sewaktu-
waktu ketika membutuhkan kas. Bank ABC harus menggolongkannya sebagai... .
a. HTM
b. L&R
c. AFS
d. FVTPL
4. Bank ABC memberi pinjaman kepada PT Z sebesar Rp 100 milyar, dan sebagai bukti
pengakuan hutangnya PT Z menerbitkan obligasi senilai Rp 100 milyar, dengan bunga
kupon 10%, berjangka 4 tahun yang diserahkan kepada PT ABC. Obligasi tersebut
tidak diperdagangkan sehingga tidak mempunyai kuotasi di pasar modal. Bank ABC
akan memiliki obligasi tersebut hingga jatuh tempo, maka ia harus menggolongkannya
sebagai... .
a. HTM
b. L&R
c. AFS
d. FVTPL
1. d
2. a
3. c
4. b
Perhatikan bahwa:
Beban komisi pembelian tidak dimasukkan sebagai harga pokok surat berharga, tapi
diakui sebagai beban. Hal ini hanya berlaku untuk surat berharga FVTPL dan tidak
berlaku untuk surat berharga HTM, L&R, dan AFS.
Pembayaran dilakukan melalui RTGS sehingga mengurangi saldo giro di Bank
Indonesia.
Pada tanggal 31 Januari, Bank ABC akan membuat laporan laba rugi bulanan, sehingga
Bank ABC harus mengakui pendapatan untuk bulan Januari. Misalkan terjadi penurunan
bunga pasar, sehingga harga obligsi tersebut naik menjadi Rp 1.010.000.000 (kurs naik
menjadi 101).
Perhatikan bahwa:
Untuk surat berharga FVTPL selalu dilakukan mark-to-market dan diakui keuntungan
atau kerugian karena fluktuasi harga pasar.
Pendapatan bunga berjalan, 16 s/d 31 Januari = 16/31 x 6% x Rp 1.000.000.000 = Rp
2.666.667,-.
Pada bulan Februari 2013 terjadi indikasi kesulitan keuangan pada perusahaan penerbit
obligasi sehingga harga pasar obligasi tersebut turun dan kursnya menjadi 97,5. Pada
tanggal 6 Februari 2013 Bank ABC menjual obligasi tersebut dengan kurs 97,5, dan
pembayaran diterima tanggal 7 Februari 2013 (settlement date). Pihak pembeli diharuskan
membayar bunga berjalan sejak pembayaran bunga terakhir (31 Desember 2012).
Jadi jumlah uang yang diterima oleh Bank ABC adalah:
Harga obligasi = 97,5% x Rp 1.000.000.000,- = Rp 975.000.000,-
Bunga berjalan, sejak 1 Januari s/d 6 Februari :
37/360 x 6% x Rp 1M = Rp 6.166.667,-
Jumlah uang yang diterima Bank ABC = Rp 981.166.667,-
Pada tanggal 6 Februari 2013, Bank ABC mengakui kerugian penurunan harga obligasi
(Rp 1.010.000.000 - Rp 975.000.000) dan pendapatan bunga berjalan selama 6 hari di
bulan Februari 2013 (6/360 x 6% x Rp 1.000.000.000), dengan membuat jurnal:
D. Kerugian atas penurunan harga Surat Berharga - FVTPL Rp 35.000.000,-
D. Pendapatan bunga yang akan diterima - surat berharga Rp 1.000.000,-
K. Surat Berharga - FVTPL Rp 35.000.000,-
K. Pendapatan bunga - surat berharga Rp 1.000.000,-
Pada tanggal 7 Februari 2013, Bank ABC menerima Rp 981.166.667, dan membuat jurnal:
D. Giro pada Bank Indonesia Rp 981.166.667,-
K. Pendapatan bunga yang akan diterima - surat berharga Rp 6.166.667,-
K. Surat Berharga - FVTPL Rp 975.000.000,-
Perhatikan bahwa:
Bank ABC membeli surat berharga Rp 1.000.000.000,- dan menjualnya dengan harga
Rp 975.000.000,- sehingga rugi Rp 25.000.000,-. Untuk surat berharga FVTPL
penilaian (mark to market) dilakukan setiap akhir bulan, sehingga pada Bank
ABC mengakui untung Rp 10.000.000 di bulan Januari, dan rugi Rp 35.000.000 di
bulan Februari.
Pendapatan bunga yang diperoleh Bank ABC adalah di bulan Januari Rp 2.666.667
(16 hari) dan Februari Rp 1.000.000 (6 hari) = RP 3.666.667,-.
Saldo "Pendapatan bunga yang akan diterima - Surat Berharga" adalah: Rp 2.500.000
+ Rp 2.666.667 + Rp 1.000.000 = Rp 6.166.667,- yang merupakan bunga terhutang
sejak tanggal 1 Januari 2013 sampai 6 Februari 2013.
Peristiwa memburuknya kondisi keuangan penerbit obligasi sudah tercermin pada
penurunan harga pasar obligasi, sehingga untuk surat berhaga FVTPL tidak perlu
dilakukan impairement. Tindakan impairement akan dikenakan untuk surat berharga
AFS, L&R dan HTM.
1. Pada saat pembelian surat berharga FVTPL, didebet rekening Surat Berharga-FVTPL
sebesar harga pasar, Beban Komisi Pembelian, dan Pendapatan Bunga yang Akan
Diterima untuk mencatat bunga berjalan yang menjadi hak penjual. Beban Komisi
Pembelian (brokerage fee) langsung dicatat sebagai beban; Cara ini hanya berlaku
untuk surat berharga FVTPL.
2. Setiap akhir bulan diakui keuntungan atau kerugian karena kenaikan atau penurunan
harga surat berharga FVTPL, dan juga dicatat pendapatan bunga terhutang sejak
tanggal pembelian sampai akhir bulan dan bunga bunga terhutang setiap bulan
berikutnya.
3. Bila terjadi kesulitan keuangan pada perusahaan penerbit surat berharga FVTPL, maka
tidak perlu dilakukan impairement (penurunan nilai karena menurunnya kemampuan
penerbit), karena penurunan nilai itu sudah tercermin pada penurunan harga pasar surat
berharga tersebut. Tindakan impairement hanya diberlakukan untuk surat berharga
AFS, HTM, dan L&R.
4. Bila bank menjual surat berharga FVTPL sebelum hari pembayaran bunga, maka bank
berhak atas pendapatan bunga berjalan, yang harus dibayar oleh bank pembeli.
1. Pada tanggal 16 Februari 2012, Bank XYZ membeli wesel berjangka bernominal
Rp1.000.000.000 yang jatuh tempo tanggal 6 April 2012, dibeli dengan diskonto yang
dihitung dengan rumus true discount sebesar 4% per tahun. Pada saat itu tingkat
diskonto yang berlaku di pasar adalah sekitar 3% untuk wesel ekspor sejenis. Bank
XYZ mengeluarkan biaya broker sebesar Rp 500.000. Bank XYZ menggolongkan
surat berharga itu sebagai FVTPL.
Jurnal yang dibuat pada tanggal 16 April adalah... .
a. D. Surat berharga - wesel berjangka FVTPL
(Rp 1M-50/360x4%xRp 1M) Rp 994.444.444
D. Biaya broker Rp 500.000
K. Giro BI Rp 994.944.444
b. D. Surat berharga - wesel berjangka FVTPL Rp 994.944.444
K. Giro BI Rp 994.944.444
c. D. Surat Berharga - wesel berjangka FVTPL
(1Mx360)/(360+(4%x50)) Rp 994.475.138
D. Biaya broker Rp 500.000
K. Giro BI Rp 994.975.138
d. D. Surat Berharga - wesel berjangka FVTPL
(1Mx360)/(360+(4%x50)) Rp 994.975.138
K. Giro BI Rp 994.975.138
2. Pada sore hari tanggal 16 Februari 2012, dilakukan mark to market sesuai harga pasar
yang berlaku saat itu yaitu 97 (tingkat diskonto 3%). Jurnal yang dibuat untuk
mencatat hasil mark to market adalah... .
a. D. Kerugian penurunan nilai wajar wesel berjangka Rp 1.375.484
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 1.375.484
b. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 1.375.484
K. Keuntungan peningkatan nilai wajar wesel berjangka Rp 1.375.484
c. D. Kerugian penurunan nilai wajar wesel berjangka Rp 1.388.889
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 1.388.889
d. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 1.388.889
K. Keuntungan peningkatan nilai wajar wesel berjangka Rp 1.388.889
4. Pada tanggal 4 Maret 2012 Bank XYZ menjual surat berharga itu dan setelmennya
akan dilakukan besok tanggal 5 Maret 2012. Oleh karena itu, hari ini 4 Maret 2012
Bank XYZ melakukan mark to market atas surat berharga tersebut. Bila harga pasar
surat berharga tersebut adalah 98,5 (diskonto 1,5%), jurnal untuk mencatat keuntungan
atau kerugian karena mark to market tersebut adalah...
a. D. Kerugian penurunan nilai wajar wesel berjangka FVTPL Rp 2.776.226
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 2.776.226
b. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 2.776.226
K. Keuntungan kenaikan nilai wajar wesel berjangka FVTPL Rp 2.776.226
c. D. Kerugian penurunan nilai wajar wesel berjangka FVTPL Rp 4.151.750
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 4.151.750
d. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 4.151.750
K. Keuntungan kenaikan nilai wajar wesel berjangka FVTPL Rp 4.151.750
5. Keesokan harinya 5 Maret 2012, Bank XYZ akan membuat jurnal balik, yaitu... .
a. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 2.776.226
K. Kerugian penurunan nilai wajar wesel berjangka Rp 2.776.226
b. D. Keuntungan peningkatan nilai wajar wesel berjangka Rp 2.776.226
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 2.776.226
c. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 4.151.750
K. Kerugian penurunan nilai wajar wesel berjangka Rp 4.151.750
d. D. Keuntungan peningkatan nilai wajar wesel berjangka Rp 4.151.750
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 4.151.750
6. Pada tanggal 5 Maret 2012, Bank XYZ menerima hasil penjualan surat berharga
dengan harga 98 (discount 2%). Jurnal yang dibuat adalah
a. D. Giro BI Rp 998.225.377
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 994.475.138
K. Keuntungan penjualan wesel berjangka FVTPL Rp 3.750.239
b. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 994.475.138
D. Keuntungan penjualan wesel berjangka FVTPL Rp 3.750.239
K. Giro BI Rp 998.225.377
c. D. Giro BI Rp 998.225.377
D. Kerugian penjualan wesel berjangka FVTPL Rp 401.511
K. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 998.626.888
d. D. Surat berharga wesel berjangka FVTPL Rp 998.626.888
K. Keuntungan penjualan wesel berjangka FVTPL Rp 401.511
K. Giro BI Rp 998.225.377
1. c
2. b
3. b
4. d
5. d
6. a
Pada tanggal 30 Juni 2012, Bank ABC mengakui pendapatan bunga selama 27 hari, yaitu
mulai dari tanggal 4 Juni sampai dengan 30 Juni (tanggal 4 dan tanggal 30 Juni dihitung
sebagai hari bunga), yaitu 27/360 x 8% x Rp 1.000.000 = Rp 6.000.000. Bank mencatat
kas yang diterima untuk bunga selama 182 hari (yaitu 155 + 27 hari), sebesar 182/360 x
8% x Rp 1.000.000 = Rp 40.444.444. Jurnal yang dibuat tanggal 30 Juni 2012 adalah:
Selain itu, pada tanggal 30 Juni harga pasar obligasi tersebut sudah naik menjadi 102%
atau Rp 1.020.000.000, maka Bank ABC mengakui keuntungan karena kenaikan harga
tersebut, tapi langsung dikredit ke rekening modal, dengan jurnal:
D. Surat Berharga - Tersedia Untuk Dijual Rp 20.000.000
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 20.000.000
Pada tanggal 1 Juli, Bank ABC menjual obligasi tersebut dengan harga 102% dan
membayar broker fee sebesar Rp 3.000.000. Jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Kas Rp 1.020.000.000
D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 20.000.000
K. Surat Berharga - tersedia Untuk Dijual Rp 1.020.000
K. Keuntungan penjualan surat berharga Rp 20.000.000
Keterangan: Keuntungan karena kenaikan harga, yang semula dicatat sebagai bagian dari
ekuitas, diakui sebagai keuntungan pada saat Surat Berharga AFS dijual.
Contoh 2:
Pada tanggal 1 Juli 2012 Bank ABC membeli obligas dengan nilai nominal
Rp1.000.000.000, berjangka 2 tahun, dengan bunga kupon 10% per tahun, yang dibayar
setiap tanggal 31 Desember dan 30 Juni. Obligasi tersebut dibeli dengan harga
Rp1.036.298.952, yang berarti membeli dengan premium sebesar 36.298.952. Premium
tersebut setiap tahun akan diamortisasi dan mengurangi pendapatan bunga kontraktual
yang akan diterima setiap akhir semester.
Jurnal yang dibuat adalah:
D. Surat Berharga - Tersedia Untuk Dijual Rp 1.036.298.952
K. Kas/ Giro pada Bank Lain/ Giro pada BI Rp 1.036.298.952
Pada tanggal 31 Desember 2012 Bank ABC menerima bunga sebesar 1/2 x 10% x Rp
1.000.000.000 = Rp 50.000.000. Meskipun demikian, Bank ABC harus mengakui
pendapatan bunga sebesar tingkat bunga efektif dikalikan dengan nilai tercatat Surat
Berharga tersebut. Tingkat bunga efektif adalah nilai r yang didapat dengan mecahkan
persamaan berikut:
50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 1.000.000.000
1.036.298.952
(1 r %)1 (1 r %) 2 (1 r %) 3 (1 r %) 4 (1 r %) 4
Dengan menggunakan formula excell, yaitu =irr(values;guess), didapat nilai r = 4% untuk
setengah tahun atau 8% per tahun. Jadi, pendapatan bunga untuk setengah tahun (1 Juli -
31 Desember 2012) harus diakui sebesar 4% x Rp 1.036.298.952 = Rp 41.451.958. Karena
jumlah kas yang diterima adalah Rp 50.000.000, sedangkan pendapatan bunga yang diakui
hanya Rp 41.451.958, maka ada pekreditan rekening Surat Berharga - AFS sebesar Rp
8.548.042 yang merupakan amortisasi premium. Jurnal yang harus dibuat pada tanggal 31
Desember 2012 adalah:
D. Kas Rp 50.000.000
K. Pendapatan bunga Rp 41.451.958
K. Surat Berharga - Tersedia untuk Dijual Rp 8.548.042
Selanjutnya, ketika membuat neraca 31 Desember 2012, Bank ABC melakukan "mark-to- Mark-to-
market" terhadap Surat Berharga - AFS yang dimilikinya, misalkan diketahui harga pasar market
terhadap surat
pada saat itu Rp 1.013.744.822. Sementara itu, nilai amortised cost surat berharga itu berharga AFS
adalah Rp 1.036.298.952 - Rp 8.548.042 = Rp 1.027.750.910. Karena harga pasar lebih
rendah dari pada nilai amortised cost, maka Bank ABC harus mengakui kerugian sebesar
Rp 1.013.744.822 - Rp1.027.750.910 = Rp 14.006.089. Untuk surat berharga AFS,
kerugian itu langsung didebet ke ekuitas. Jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Ekuitas - pendapatan komprehensif lain Rp 14.006.089
K. Rekening Penilaian Surat Berharga - AFS Rp 14.006.089
Keterangan: Rekening Penilai Surat Berharga akan bersaldo kredit yang berarti
mengurangi amortised cost, sehingga didapat nilai tercatat surat berharga yang sama
dengan harga pasar.
Untuk lebih jelasnya, perhitungan pendapatan bunga, amortisasi premium, amortised cost,
dan dan nilai tercatat disajikan dalam tabel berikut ini:
Amortised Pendapatan Kas yang Amortisasi Nilai Wajar Saldo Rekening Penilai Nilai Tercatat Penyesuaian
Tanggal
Cost Bunga diterima Premium (diketahui) Surat Berharga TUD mark-to market
1 2=2-5 3=rx2 4 5=3-4 6 7 8=8-5 9
Debet (Kredit) atau 8 = 6
01/07/2012 1.036.298.952
31/12/2012 1.027.750.910 41.451.958 50.000.000 (8.548.042) 1.013.744.822 (14.006.089) 1.013.744.822 (14.006.089)
30/06/2013 1.018.860.947 41.110.036 50.000.000 (8.889.964) (14.006.089) 1.004.854.858 -
31/12/2013 1.009.615.385 40.754.438 50.000.000 (9.245.562) 1.014.492.754 18.883.458 1.014.492.754 32.889.546
30/06/2014 1.000.000.000 40.384.615 50.000.000 (9.615.385) 1.000.000.000 - 1.000.000.000 (18.883.458)
Pada tanggal 30 Juni 2013, Bank ABC melakukan amortisasi premium, tapi tidak
melakukan mark-to-market, sehingga dibuat jurnal:
D. Kas/Giro pada Bank Lain/Giro pada BI Rp 50.000.000
K. Surat Berharga - Tersedia Untuk Dijual Rp 8.889.964
K. Pendapatan bunga Rp 41.110.036
Jadi, pada tanggal 30 Juni 2013, saldo Amortised Cost adalah Rp 1.027.750.910 -
Rp8.889.964 = Rp 1.018.860.947, dan karena saldo Rekening Penilai adalah Kredit
Rp14.006.089, berarti nilai tercatat (carrying amount) surat berharga tersebut adalah
Rp1.018.860.947 - Rp 14.006.089 = Rp 1.004.854.858.
Pada tanggal 30 Juni 2014, Bank ABC menerima bunga untuk yang terakhir kalinya, dan
membuat jurnal:
D. Kas/Giro pada Bank Lain/Giro pada BI Rp 50.000.000
K. Pendapatan bunga Rp 40.384.615
K. Surat Berharga - Tersedia Untuk Dijual Rp 9.615.385
Setelah jurnal di atas Amortised Cost akan bersaldo Rp 1.000.000.000 yaitu sebesar nilai
nominal obligasi. Karena sudah jatuh tempo, maka harga pasarnya pasti akan sama dengan
nilai nominal. Oleh karena itu, saldo Rekening Penilai Surat Berharga harus dinihilkan,
sambil menihilkan saldo Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain. Jurnalnya adalah:
D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 18.883.458
K. Rekening Penilaian Surat Berharga - AFS Rp 18.883.458
Jurnal yang terakhir yang harus dibuat adalah penerimaan dana pencairan obligasi
tersebut, yaitu:
D. Kas/Giro pada Bank Lain/Giro pada BI Rp 1.000.000.000
K. Surat Berharga - Tersedia Untuk Dijual Rp 1.000.000.000
Contoh 3:
Pada tanggal 9 Juli 2010, Bank ABC membeli obligasi bernominal Rp 1.000.000.000, Accured
memberi bunga kupon 5% dibayar setiap akhir bulan. Obligasi tersebut dibeli dengan interest dan
brokerage fee
harga 99%, , ditambah accrued interest untuk 9 hari. Untuk membeli obligasi dimaksud,
Bank ABC membayar brokerage fee sebesar Rp 15.000.000. Biaya pembelian obligasi di
bawah Rp 20.000.000 dianggap tidak material, sehingga langsung diakui sebagai beban,
dan tidak diamortisasi sebagai pengurang pendapatan bunga. Obligasi tersebut akan jatuh
tempo tanggal 30 September 2011, atau sisa waktu jatuh tempo hampir 15 bulan.
Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:
D. Surat Berharga - Tersedia Untuk Dijual Rp 990.000.000
D. Pendapatan bunga yang akan diterima
(9/360 x 5% x Rp 1M) Rp 1.250.000
K. Kas/Giro pada Bank Lain/Giro pada BI Rp 991.250.000
Pada tanggal 31 Juli 2010, Bank ABC akan membuat laporan bulanan, sehingga Bank
ABC harus mengakui tagihan bunga untuk bulan Juli (selama 22 hari), yaitu 22/360 x 5%
x Rp 1.000.000.000 = Rp 3.055.556. Untuk menghitung pendapatan bunga, terlebih
dahulu harus dihitung tingkat bunga efektif dengan mencari nilai r pada persamaan
berikut:
4.305.556 4.305.556 4.166.667 4.166.667 1.000.000.000
990.000.000 ........
(1 r %)1
(1 r %) 2
(1 r %) 3
(1 r %)15 (1 r %)15
Pembilang pada persamaan di atas adalah aliran kas yang akan diterima Bank ABC pada Yield to
setiap semester, berupa bunga dan pokok. Bunga dihitung berdasarkan actual days, maturity (ytm)
sehingga untuk bulan yang berumur 31 hari bunganya lebih besar dibanding bulan yang
umurnya 30 atau 28 hari. Dari persamaan di atas didapat nilai r = 0,492%/bulan atau
5,91% per tahun. Nilai r juga bisa diambil dari nilai yield to maturity (ytm) yang biasanya
tersedia di pasar. Jadi, pendapatan bunga yang boleh diakui untuk bulan Juli 2010 adalah
22/360 x 5,91% x Rp 1.000.000 = Rp 3.611.667. Selisih antara tagihan bunga dengan
pendapatan bunga yang diakui dengan metode bunga efektif merupakan amortisasi
diskonto. Jurnal yang harus dibuat untuk mencapat tagihan dan pendapatan bunga adalah:
D. Pendapatan bunga yang akan diterima Rp 3.055.556
D. Surat Berharga - Tersedia untuk Dijual Rp 556.111
K. Pendapatan bunga Rp 3.611.667
Bank ABC juga melakukan mark-to-market, harga pasar obligasi tersebut diketahui
sebesar Rp 993.000.000, sedangkan nilai tercatat (carrying amount) adalah Rp990.000.000
+ Rp 556.111 = Rp 990.556.111. Jadi, Bank ABC mengakui kenaikan harga sebesar
Rp993.000.000 - Rp 990.556.111 = Rp 2.443.889. Jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Rekening Penilaian Surat Berharga -AFS Rp 2.443.889
K. Ekuitas - pendapatan komprehensif lain Rp 2.443.889
Bank ABC menerima secara tunai bunga untuk 31 hari selama bulan Juli, yaitu
Rp4.305.556. Jurnal yang dibuat adalah:
D. Kas/Giro pada bank lain/Giro pada BI Rp 4.305.556
K. Pendapatan bunga yang akan diterima Rp 4.305.556
Pada tanggal 4 Agustus, Bank ABC menjual obligasi tersebut dengan harga 99,5%.
Bunga untuk 4 hari di bulan Agustus masih menjadi hak Bank ABC, sehingga dibuat
jurnal:
D. Pendapatan bunga yang akan diterima
(4/360 x 5% x Rp 1 M) Rp 555.556.
D. Surat berharga - Tersedia Untuk Dijual Rp 101.111
K. Pendapatan bunga surat berharga (4/360 x 5,91% x Rp 1 M) Rp 656.667
Jadi pada transaksi penjualan obligasi tersebut data yang berlaku adalah:
Uang yang diterima adalah 99,5% x Rp 1 M + Rp 555.556 (accrued interest) =
995.555.556.
Saldo surat berharga = Rp 990.556.111 (carrying amount 31 Juli) + Rp 101.111 =
Rp990.657.222.
Saldo Rekening Penilaian Surat Berharga-AFS (Debet) dan Ekuitas - Pendapatan
komprehensif lain (kredit) = Rp 2.443.889.
Pendapatan bunga yang akan diterima Rp 555.556
Keuntungan dari penjualan surat berharga tersebut adalah: harga jual dikurangi dengan
carrying amount tanggal 4 Agustus 2010, yaitu:
Harga jual Rp 995.000.000
Nilai tercatat (carrying amount):
- Saldo surat berharga Rp 990.657.222
- Saldo rekening penilai (debet) Rp 2.443.889
Rp 993.101.111
Keuntungan penjualan surat berharga AFS Rp 1.898.889
Selain jurnal di atas, keuntungan dari mark-to-market yang semula ditampung pada Rekening
rekening Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain, setelah surat berharga AFS dijual boleh pendapatan
komprehensif
diakui sebagai keuntungan, sehingga dibuat jurnal: lain
1. Pada saat pembelian surat berharga AFS, didebet rekening Surat Berharga-FVTPL
sebesar harga pasar, ditambah biaya komisi pembelian (brokerage fee) bila jumlahnya
signifikan. Bila biaya komisi pembelian cukup signifikan maka ditambahkan sebagai
harga beli surat berharga AFS.
2. Bila pembelian dilakukan bukan pada tanggal pembayaran bunga, maka bunga
berjalan harus dibayar kepada penjual, dan dicatat sebagai Pendapatan Bunga yang
Akan Diterima.
3. Kenaikan atau penurunan harga surat berharga AFS diakui sebagai penambah atau
pengurang rekening modal yang dicatat sebagai pendapatan komprehensif lain.
4. Pendapatan bunga dari surat berharga AFS diakui dengan metode bunga efektif, yaitu
suku bunga yang menyamakan kas keluar untuk mebeli surat berharga tersebut dengan
nilai sekarang dari aliran kas masuk dari bunga kupon dan nilai nominal yang akan
diterima pada saat jatuh tempo.
5. Besarnya pendapatan bunga adalah sebesar suku bunga efektif dikalikan dengan saldo
amortised cost pada awal periode.
6. Amortised cost adalah harga beli surat berharga ditambah dengan amortisasi diskon
atau dikurangi dengan amortisasi premium.
7. Bila surat berharga dibeli dengan harga di atas par (dengan premium), maka
pendapatan bunga yang diakui lebih rendah dari pada kas yang diterima dari bunga
kupon. Selisih antara kas yang diterima dari bunga kupon dengan pendapatan bunga
yang diakui dengan dikurangkan pada saldo amortised cost surat berharga AFS.
8. Bila surat berharga dibeli dengan harga di bawah par (dengan diskon), maka
pendapatan bunga yang diakui lebih tinggi dari pada kas yang diterima dari bunga
kupon. Selisih antara kas yang diterima dari bunga kupon dengan pendapatan bunga
yang diakui dengan ditambahkan pada saldo amortised cost surat berharga AFS.
9. Setiap bulan dilakukan mark to market terhadap surat berharga AFS, yaitu
membandingkan antara harga pasar surat berharga dengan saldo amortised costnya.
Bila nilai pasar surat berharga lebih tinggi dari carrying amount surat berharga, maka
bank menaikkan nilai surat berharga tersebut dan mengkredit rekening pendapatan
komprehensif lain. Sebaliknya, bila nilai pasar surat berharga lebih rendah dari pada
carrying amount surat berharga, maka bank menurunkan nilai surat berharga tersebut
dan mendebet rekening pendapatan komprehensif lain.
2. Pada sore hari tanggal 16 Februari 2012, dilakukan mark to market sesuai harga pasar
yang berlaku saat itu yaitu 97 (tingkat diskonto 3%). Jurnal yang dibuat untuk
mencatat hasil mark to market adalah... .
a. D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 1.375.484
K. Rekening Penilai - Surat berharga wesel berjangka AFS Rp 1.375.484
b. D. Rekening Penilai - Surat berharga wesel berjangka AFS Rp 1.375.484
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 1.375.484
c. D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 875.484
K. Rekening Penilai - Surat berharga wesel berjangka AFS Rp 875.484
3. Setiap hari sejak tanggal 17 Februari 2012, Bank XYZ melakukan pengakuan
pendapatan bunga dan amortisasi diskonto wesel berjangka tersebut. Perhatikan tabel
di halaman berikut, dan pilihlah jurnal yang benar untuk pengakuan bunga tanggal 17
Februari 2012... .
a. D. Surat berharga - wesel berjangka AFS Rp 100.249
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 100.249
b. D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 100.249
K. Surat berharga - wesel berjangka AFS Rp 100.249
c. D. Pendapatan bunga Rp 100.249
K. Surat berharga - wesel berjangka AFS Rp 100.249
d. D. Surat berharga - wesel berjangka AFS Rp 100.249
K. Pendapatan bunga Rp 100.249
4. Berdasarkan tabel tersebut, bila Bank XYZ memegang wesel berjangka tersebut sejak
tanggal 16 Februari 2011 sampai dengan tanggal 4 Maret 2012, maka jumlah
pendapatan bunga secara kumulatif adalah... .
a. Rp 100.411
b. Rp 875.484
c. Rp 1.705.614
d. Rp 3.250.239
5. Pada tanggal 4 Maret 2012, harga pasar wesel berjangka tersebut adalah 98,50 (discout
1,5%). Harga pasar wesel berjangka pada tanggal 4 Maret 2012 adalah... .
a. Rp 994.475.138
b. Rp 994.975.138
c. Rp 995.850.622
d. Rp 998.626.888
6. Jurnal yang harus dibuat tanggal 4 Maret 2012 untuk melakukan mark to market
adalah... .
a. D. Surat berharga wesel berjangka Rp 875.484
K. Pendapatan kenaikan nilai wajar surat berharga Rp 875.484
b. D. Rekening penilai surat berharga wesel berjangka AFS Rp 875.484
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 875.484
c. D. Rekening penilai surat berharga wesel berjangka AFS Rp 2.776.266
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 2.776.266
d. D. Rekening penilai surat berharga wesel berjangka AFS Rp 2.776.484
K. Pendapatan kenaikan nilai wajar surat berharga Rp 2.776.484
7. Pada tanggal 5 Maret 2012, Bank XYZ menerima pembayaran hasil penjual wesel
berjangka dengan harga 98% (discount 2%). Jurnal yang dibuat pada saat itu adalah... .
a. D. Giro BI Rp 998.225.377
D. Kerugian penjualan surat berharga Rp 401.511
K. Surat berharga - wesel berjangka AFS Rp 994.975.138
K. Rekening penilai surat berharga - wesel berjangka Rp 3.651.750
b. D. Giro BI Rp 998.225.377
D. Kerugian penjualan surat berharga Rp 401.511
K. Surat berharga - wesel berjangka AFS Rp 994.975.138
K. Rekening penilai surat berharga - wesel berjangka Rp 3.651.750
EIR = 0,01008%
1. d
2. d
3. d
4. c
5. d
6. c
7. a
Perlakuan akuntansi untuk surat berharga HTM dan L&R pada dasarnya adalah sama, Akuntansi
selama tidak terjadi penjualan sebelum jatuh tempo. Suatu surat berharga yang akan surat
berharga
dimiliki hingga jatuh tempo boleh dikelompokkan sebagai L&R bila surat berharga HTM dan
L&R
tersebut tidak mempunyai kuotasi di pasar yang aktif. Bila ada pasar aktifnya maka harus
dikelompokkan sebagai HTM. Bila surat berharga tersebut dikelompokkan sebagai HTM
kemudian ternyata dijual sebelum jatuh tempo, maka surat berharga yang tersisa harus
dikelompokkan dalam AFS, dan surat berharga yang sejenis tidak diperbolehkan
dikelompokkan dalam HTM selama dua tahun (tainting rule). Bila surat berharga tersebut
boleh digolongkan sebagai L&R maka ketentuan tainting rule tidak berlaku.
Contoh 1:
Pada tanggal 4 Juni 2010, Bank ABC membeli obligasi bernominal Rp 1.000.000.000 Accrued
dengan bunga kupon 8% (dibayar setiap akhir bulan berdasarkan actual days/360), pada interest
harga 99,425% ditambah accrued interest untuk 4 hari. Obligasi tersebut dibeli untuk
dimiliki hingga jatuh tempo pada tanggal 31 Mei 2011. Bank ABC harus membayar
brokerage fee sebesar Rp 15.000.000, sementara tingkat materialitas biaya yang dapat Brokerage fee
diatribusikan secara langsung kepada surat berharga ditetapkan oleh bank sebesar Rp
20.000.000.
Jurnal yang dibuat pada tanggal 4 Juni 2010 adalah:
D. Surat berharga – HTM Rp 994.250.000
D. Pendapatan bunga yang akan diterima (4/360 x 8% x Rp 1M) Rp 888.889
K. Kas/Giro pada bank lain/Giro pada BI Rp 995.138.889
Karena biaya transaksi lebih kecil dari jumlah minimal Rp 20.000.000, maka biaya
tersebut langsung diakui sebagai beban dan tidak perlu diamortisasi selama umur surat
berharga. Jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Beban fee broker Rp 15.000.000
K. Kas/Giro pada Bank Lain/Giro pada BI Rp 15.000.000
Contractual
Selanjutnya, setiap akhir bulan dilakukan, pada saat penerimaan bunga sebesar contractual rate dan
effective
rate, Bank ABC akan mengakui pendapatan bunga sebesar effective interest rate. Oleh interest rate
karena itu Bank ABC harus menghitung effective interest rate. Untuk mendapatkan
perhitungan yang lebih akurat, suku bunga efektif dihitung secara harian, dengan
persamaan berikut:
5.777.778 6.888.889 6.888.889 6.666.667 6.888.889 6.666.667
994.250.000
(1 r %) 26 (1 r %) 57 (1 r %) 88 (1 r %)118 (1 r %)149 (1 r %)179
Dalam persamaan di atas, di ruas kiri adalah kas keluar untuk membeli obligasi tersebut,
sedangkan di ruas kanan adalah kas masuk dari bunga dan pokok yang diterima dari
obligasi tersebut. Besarnya bunga yang diterima merupakan cotractual rate, yaitu: jumlah
hari dalam setiap bulan x 8% x Rp 1 milyar. Pangkat dari setiap penyebut menunjukkan
pada hari keberapa aliran kas tersebut diterima. Tabel berikut menunjukkan tanggal dan
besarnya aliran kas keluar dan masuk.
Aliran kas Tanggal Hari ke
(994.250.000) 04 Juni 2010 0
5.777.778 30 Juni 2010 26
6.888.889 31 Juli 2010 57
6.888.889 31 Agustus 2010 88
6.666.667 30 September 2010 118
6.888.889 31 Oktober 2010 149
6.666.667 30 Nopember 2010 179
6.888.889 31 Desember 2010 210
6.888.889 31 Januari 2011 241
6.222.222 28 Februari 2011 269
6.888.889 31 Maret 2011 300
6.666.667 30 April 2011 330
1.006.888.889 31 Mei 2011 361
Jurnal yang dibuat untuk pengakuan bunga setiap hari adalah sebagai berikut:
5 Juni 2010:
D. Surat Berharga - HTM Rp 236.707
K. Pendapatan bunga Rp 236.707
6 Juni 2010:
D. Surat Berharga - HTM Rp 236.764
K. Pendapatan bunga Rp 236.764
Demikian seterusnya jurnal dibuat setiap hari sesuai tabel di atas, sehingga Nilai Tercatat
Surat Berharga akan meningkat terus setiap hari, karena setiap hari tidak ada kas yang
diterima. Pada tanggal 30 Juni 2010 (akhir bulan), barulah ada penerimaan kas, sehingga
dibuat jurnal:
D. Kas Rp 5.777.778
K. Surat Berharga Rp 5.539.658
K. Pendapatan Bunga Rp 238.120
Dengan adanya jurnal ini maka nilai tercatat Surat Berharga menurun tajam. Demikian
seterusnya, setiap hari saldo nilai tercatat akan meningkat sedikit demi sedikit, tapi setiap
akhir bulan turun tajam. Untuk menyingkat pemaparan, berikut ini disajikan bagian akhir
dari tabel di atas, yang menunjukkan saat jatuh tempo obligasi tersebut. Jurnal yang dibuat
pada saat itu adalah:
D. Kas Rp 1.006.888.889
K. Surat Berharga Rp 1.006.649.230
K. Pendapatan Bunga Rp 239.659
1. Perlakuan akuntansi surat berharga HTM dan L&R pada dasarnya adalah sama,
kecuali bila terjadi penjualan sebelum jatuh tempo, dimana untuk surat berharga HTM
berlaku tainting rule, sedangkan untuk surat berharga L&R tidak berlaku.
2. Pembelian surat berharga HTM dan L&R dicatat sebesar uang yang dibayarkan untuk
membeli surat berharga tersebut, tapi tidak termasuk pembayaran untuk bunga berjalan
(accrued interest) yang menjadi hak penjual yang harus dicatat sebagai pendapatan
bunga yang akan diterima. Biaya broker yang tidak material juga tidak dimasukan
sebagai harga beli surat berharga, dan langsung dianggap sebagai beban.
3. Bila bank mengakui pendapatan bunga setiap hari, maka bank mengakui pendapatan
bunga sebesar suku bunga efektif per hari dikalikan saldo amortised cost. Karena bank
tidak menerima pendapatan bunga setiap hari, maka setiap hari diakui nilai amortised
cost meningkat sebesar pendapatan bunga efektif harian yang diakui bank.
4. Bila bank menerima bunga kupon (bunga kontraktual) setiap akhir bulan, maka setiap
akhir bulan bank akan mencatat penerimaan kas sebesar bunga kupon untuk satu
bulan, dan sebagai lawannya dicatat menurunan nilai amortised cost.
5. Jadi, bila bank mencatat pengakuan bunga efektif setiap hari, dan menerima bunga
kupon setiap bulan, maka saldo amortised cost akan meningkat setiap hari sebesar
bunga efektif per hari, dan menurun sebesar bunga kontraktual per bulan pada akhir
bulan.
Pada tanggal 30 November 2010 Bank ABC membeli obligasi dengan nominal Rp
1.000.000.000, dengan kupon bunga 7,5% (actual days/360) dengan harga 99,375.
Obligasi tersebut jatuh tempo pada tanggal 30 November 2011. Bunga akan diterima
setiap 6 bulan sekali, yaitu setiap tanggal 31 Mei dan 30 November. Bank ABC membayar
brokerage fee Rp 20.000.000. Tingkat materialitas biaya yang terkait dengan surat
berharga adalah Rp 20.000.000. Bank ABC akan memegang obligasi tersebut sampai jatuh
tempo. Aliran kas keluar dan kas masuk dari investasi di atas disajikan pada tabel di
bawah ini:
EIR = 0,507%
1. Jurnal yang dibuat pada tanggal 1 Desember untuk mencatat pembelian obligasi
tersebut oleh Bank ABC adalah... .
a. D. Surat berharga - amortised cost Rp 1.020.000.000
K. Giro BI Rp 1.020.000.000
b. D. Surat Berharga - amortised cost Rp 1.013.750.000
K. Giro BI Rp1.013.750.000
c. D. Surat Berharga - amortised cost Rp 993.750.000
D. Biaya broker Rp 20.000.000
K. Giro BI Rp 1.013.750.000
d. D. Giro BI Rp 1.013.750.000
K. Surat Berharga - amortised cost Rp 1.013.750.000
2. Suku bunga efektif per bulan dari investasi pada obligasi di atas adalah...
a. 0,625%
b. 0,507%
c. 7,5%
d. 3,75%
3. Jurnal yang dibuat di Bank ABC pada tanggal 31 Desember 2010 adalah... .
a. D. Surat Berharga - Amortised Cost Rp 5.142.443
K. Pendapatan bunga Rp 5.142.443
b. D. Tagihan bunga Rp 5.142.443
K. Pendapatan bunga Rp 5.142.443
c. D. Kas Rp 5.142.443
K. Pendapatan bunga Rp 5.142.443
d. D. Surat Berharga - Amortised Cost Rp 1.018.892.443
K. Pendapatan bunga Rp 5.142.443
K. Giro BI Rp 1.013.750.000
4. Jurnal yang dibuat di Bank ABC pada tanggal 31 Mei 2012 adalah... .
a. D. Surat Berharga - amortised cost Rp 37.916.667
K. Giro BI Rp 32.642.464
K. Pendapatan bunga Rp 5.274.203
b. D. Giro BI Rp 1.039.724.401
K. Surat Berharga - amortised cost Rp 1.007.081.937
K. Pendapatan bunga Rp 32.642.464
c. D. Surat Berharga - amortised cost Rp 1.039.724.401
K. Giro BI Rp 1.007.081.937
K. Pendapatan bunga Rp 32.642.464
d. D. Giro BI Rp 37.916.667
K. Surat Berharga - amortised cost Rp 32.642.464
K. Pendapatan bunga Rp 5.274.203
5. Pada tanggal 30 November 2011 Bank ABC menerima bunga untuk semester kedua
sebesar Rp 38.120.000. Jurnal yang dibuat di Bank ABC untuk mencatat penerimaan
bunga itu adalah... .
a. D. Giro BI Rp 38.120.000
K. Pendapatan bunga Rp 38.120.000
b. D. Surat Berharga - amortised cost Rp 38.120.000
K. Pendapatan bunga Rp 5.239.511
K. Giro BI Rp 32.885.489
c. D. Surat Berharga - amortised cost Rp 38.120.000
K. Pendapatan bunga Rp 38.120.000
d. D. Giro BI Rp 38.120.000
K. Pendapatan bunga Rp 5.239.511
K. Surat Berharga - amortised cost Rp 32.885.489
1. b
2. b
3. a
4. d
5. d
Kegiatan Belajar 6
AKUNTANSI DANA PIHAK KETIGA
A. Ruang Lingkup
Yang dibahas dalam akuntansi dana pihak ketiga adalah : akuntansi giro, tabungan,
deposito dan sertifikat deposito.
B. Pengertian Pengertian
1. Giro
Giro adalah simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM (kartu debet), sarana
perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Termasuk di
dalamnya giro yang diblokir untuk tujuan tertentu misalnya dalam rangka escrow
account, setoran jaminan yang diblokir oleh yang berwajib karena suatu perkara,
serta kredit yang bersaldo kredit.
2. Tabungan
Tabungan adalah simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Termasuk
didalamnya tabungan berjangka yang telah jatuh tempo sesuai dengan perjanjian
yang dipersyaratkan seperti tabungan pergi haji yang telah jatuh tempo.
3. Deposito
Deposito adalah simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank
yang bersangkutan. Deposito terdiri dari deposito yang berjangka waktu dan
deposit on call. Deposit on call adalah deposito yang berjangka waktu relatif
singkat dan dapat ditarik sewaktu-waktu dengan pemberitahuan sebelumnya.
4. Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito adalah simpanan pihak lain dalam bentuk deposito yang
sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindah tangankan (atas unjuk). Bunga
sertifikat deposito dihitung dengan cara diskonto, yaitu selisih antara nominal
deposito dengan jumlah uang yang disetor.
5. Klasifikasi Klasifikasi
Nilai wajar atau Fair Value adalah jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan,
kewajiban dapat diselesaikan, antara pihak-pihak yang saling mengetahui dan
berkeinginan dalam transaksi yang wajar.
Hirarki dalam menentukan nilai wajar (fair value):
a. Harga kuotasi di pasar aktif (published price quotation), yaitu bid price untuk
aset keuangan and ask price untuk kewajiban keuangan
b. Untuk instrumen keuangan yang tidak memiliki harga kuotasi di pasar aktif,
maka digunakan valuation techniques, seperti:
(1) Harga dari transaksi terkini selama tidak terdapat perubahan kondisi
ekonomi yang signifikan sejak transaksi tersebut dilakukan
(2) Nilai wajar instrumen sejenis
(3) Discounted cash flow models
(4) Option pricing models
b. Setoran sertifikat deposito yang diterima tunai oleh bank diakui pada saat uang
diterima sebesar nilai nominal dikurangi bunga dibayar dimuka (diskonto).
Setoran sertifikat deposito melalui kliring (bilyet giro bank lain) diakui setelah
tidak ada tolakan kliring (dananya sudah efektif) sebesar nilai nominal
dikurangi bunga dibayar dimuka (diskonto).
2. Pengakuan Awal Pengakuan
awal
a. Pada saat pengakuan awal kewajiban (giro, tabungan, deposito berjangka,
sertifikat deposito, simpanan lain yang dapat dipersamakan) bank mengakui
sebesar nilai wajar yaitu:
(1) Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
(a) Sebesar pokok (nominal) simpanan.
(b) Untuk sertifikat deposito dan simpanan lain sejenis ini, dicatat sebesar
harga jual (nominal dikurangi diskonto).
(2) Kewajiban Lainnya (biaya perolehan diamortisasi)
Sebesar pokok (nominal) dikurangi diskonto dan dikurangi/ditambah
pendapatan/beban yang dapat diatribusikan secara langsung
b. Pada saat pengakuan awal kewajiban (giro, tabungan, deposito berjangka,
sertifikat deposito, simpanan lain yang dapat dipersamakan), bank tidak perlu
melakukan kapitalisasi atas beban pada biaya perolehan kewajiban, dan dapat
mengakui secara langsung sebagai beban pada periode berjalan, jika:
(1) Beban tidak dapat diatribusikan secara langsung pada kewajiban dan tidak
terkait dengan jangka waktu kewajiban.
(2) Beban tidak dapat diatribusikan secara langsung pada kewajiban dan terkait
dengan jangka waktu kewajiban namun besarnya tidak material.
3. Setelah Pengakuan Awal Setelah
Pengakuan
a. Setelah pengakuan awal kewajiban (giro, tabungan, deposito berjangka, awal
sertifikat deposito, simpanan lain yang dapat dipersamakan), bank mencatat
kewajiban tersebut sebagai berikut:
(1) Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
Sebesar nilai wajar. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan
nilai wajar diakui pada laporan laba rugi
(2) Kewajiban Lainnya (biaya perolehan diamortisasi)
D. Penyajian Penyajian
Kewajiban (giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, simpanan lain yang
dapat dipersamakan dengan itu) disajikan di neraca sesuai kategori kewajiban
keuangan, yaitu:
1. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
Sebesar nilai wajar
2. Kewajiban lainnya (biaya perolehan diamortisasi)
Sebesar biaya perolehan diamortisasi (amortised cost), yaitu nilai wajar kewajiban
yang diukur pada saat pengakuan awal ditambah atau dikurangi amortisasi
kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif.
giro yang diberikan kepada giran adalah 4% per tahun dan sampai akhir bulan tidak terjadi
mutasi. (Dalam contoh ini tidak ada biaya transaksi yang dapat diatribusikan). Kebijakan
bank membukukan giro/tabungan sebagai kategori kewajiban lainnya (harga perolehan
yang diamortisasi.)
Jurnal transaksi
1. Pada saat nasabah hendak mencairkan bilyet giro tanggal 13 Februari 2010,
Tidak ada jurnal, hanya dilakukan pencatatan penerimaan bilyet giro
2. Tanggal 15 Februari 2010, ketika diketahui tidak terjadi penolakan
Db. Giro BI Rp. 20.000.000
Kr. Giro – amortised cost (Rek Nasabah) Rp. 20.000.000
3. Pengakuan beban bunga (setiap hari)
Db. Beban jasa giro Rp. 2.192
Kr. Jasa giro yang masih harus dibayar Rp. 2.192
Perhitungan:
Bunga per hari= Rp 20.000.000 x 4% x 1/365 = Rp 2.192
Jumlah hari bunga dari tgl 15 Februari 2010 s/d 28 Februari 2010 adalah 14 hari
sehingga total beban bunga untuk bulan Februari 2010 adalah Rp. 30.688 (14 x Rp.
2.192)
Pajak = 20% x Rp. 30.688 = Rp. 6.137
4. Pembayaran bunga tanggal 28 Februari 2010,
Db. Jasa giro yang masih harus dibayar Rp. 30.688
Kr. Giro - amortised cost (Rek. Nasabah) Rp. 24.551
Kr. Kewajiban segera - pajak nasabah Rp. 6.137
suku bunga 6% per tahun. Nasabah menanggung biaya meterai sebesar Rp 6.000.
Kebijakan bank membukukan giro/tabungan dalam kategori kewajiban lainnya (harga
perolehan yang diamortisasi).
Jurnal transaksi
1. Pada saat nasabah membuka rekening deposito tanggal 14 April 2010,
Db. Kas Rp. 20.006.000
Kr. Deposito - amortised cost Rp. 20.000.000
Kr. Persediaan meterai Rp. 6.000
2. Pengakuan beban bunga (setiap hari):
Db. Beban bunga deposito Rp. 3.288
Kr. Bunga deposito yang masih harus dibayar Rp. 3.288
Perhitungan:
Bunga setiap hari= Rp 20.000.000 x 1/365 x 6% = Rp 3.288
Jumlah hari bunga dari tgl 14 April 2010 s/d 14 Mei 2010 adalah 30 hari sehingga
total beban bunga deposito adalah Rp. 98.640 (30 x Rp3.288)
Pajak = 20% x Rp 98.640 = Rp19.728
3. Pada saat deposito jatuh tempo tanggal 14 Mei 2010,
a. Pembayaran bunga deposito:
Db. Bunga deposito yang masih harus dibayar Rp. 98.640
Kr. Giro (Rek. Nasabah)/Kas/Giro BI Rp. 78.912
Kr. Kewajiban segera - pajak nasabah Rp. 19.728
b. Pembayaran nominal deposito:
Db. Deposito - amortised cost Rp. 20.000.000
Kr. Giro (Rek. Nasabah)/Kas/Giro BI Rp. 20.000.000
Perhitungan:
Nilai nominal sertifikat deposito = Rp 20.000.000
Nilai tunai = Rp 20.000.000 / (1 + (6%/365))30 = Rp 19.901.621 -
Jadi, jurnal yang harus dibuat di Bank XYZ pada saat penerbitan sertifikat deposito,
tanggal 14 April 2013, adalah:
D. Kas Rp 19.927.297
K. Sertifikat deposito (amortised cost) Rp 19.901.621
K. Persediaan meterai Rp 6.000
K. Kewajiban segera - pajak nasabah Rp 19.676
Pada jurnal di atas tampak bahwa, Bank XYZ mengakui kewajiban sertifikat deposito
sebesar Rp 19.901.621, yaitu nilai tunai (present value) dari uang yang akan dibayarnya
pada saat jatuh tempo nanti, yaitu Rp 20.000.000. Nilai kewajiban tersebut harus
meningkat setiap hari, sehingga pada saat jatuh tempo nanti nilai kewajiban tersebut akan
menjadi Rp 20.000.000. Kenaikan kewajiban itu diakui sebesar beban bunga yang
terhutang setiap hari, yaitu sebesar suku bunga efektif dikalikan dengan saldo amortised
cost pada hari sebelumnya. Suku bunga efektif adalah 6% : 365 = 0,0164% per hari, atau
bisa juga dilakukan dengan mencari nilai r dari persamaan berikut ini:
20.000.000
19.901.621 yang bisa dipecahkan dengan Goal Seek pada excell. Cara lain
(1 r ) 30
yang lebih sering digunakan adalah formula excell =irr(value;[guess]). Untuk value bisa
ditunjuk sel A1 sampai A31, dimana A1=-19.901.621, A2 sampai A30 = 0, dan A31 =
20.000.000, guess bisa diisi misalnya 1%, akan didapat nilai 0,0164% yang merupakan
suku bunga efektif per hari.
Perhitungan beban bunga efektif dan peningkatan amortised cost kewajiban tersebut
disajikan dalam tabel berikut ini:
Demikian seterusnya jurnal dibuat setiap hari, sampai pada tanggal 14 Mei 2013 dan saldo
kewajiban sertifikat deposito akan menjadi Rp 20.000.000, dan kemudian dibuat jurnal:
D. Sertifikat Deposito Rp 20.000.000
K. Kas Rp 20.000.000
Pada contoh di atas tampak bahwa saldo kewajiban Sertifikat Deposito setiap hari
mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut terjadi karena berjalannya waktu, sehingga saat
jatuh tempo pembayaran sebesar Rp 20.000.000 menjadi semakin dekat. Jadi, semakin
dekat waktu pembayaran suatu kewajiban, semakin besar pula nilai kewajiban tersebut.
Kenaikan nilai kewajiban tersebut tercermin pada kenaikan amortised cost setiap hari.
Jurnal yang dibuat di Bank XYZ adalah sebagai berikut (asumsi tidak dibuat jurnal balik):
Tanggal 14 April 2013:
Saat penerbitan sertifikat deposito:
D. Kas Rp 19.927.297
K. Sertifikat deposito (nilai wajar) Rp 19.901.621
Bank XYZ menerbitkan sertifikat deposito dengan bunga 6%, walaupun bunga pasar
5,5%. Ini berarti Bank XYZ harus menawarkan bunga lebih tinggi dari bunga pasar. Pada
waktu tutup buku tanggal 14 April 2013, Bank XYZ harus menilai kewajibannya sebesar
nilai wajar, yaitu = 20.000.000/(1+(5/5%/365))30 = Rp 19.909.800, naik dari Rp
19.901.621, sehingga harus diakui adanya beban sebesar Rp 8.179. Jurnal yang harus
dibuat adalah:
Jurnal ketika melakukan mark to market sertifikat deposito:
D. Beban selisih penilaian kewajiban Rp 8.179
K. Sertifikat Deposito Rp 8.179
Tanggal 15 April 2013:
D. Beban selisih penilaian kewajiban (beban bunga) Rp 3.000
K. Sertifikat Deposito Rp 3.000
(Peningkatan nilai sertifikat deposito ini hanya disebabkan oleh beban bunga yang
terhutang, dan tidak ada yang disebabkan karena perubahan suku bunga pasar, karena suku
bunga pasar tetap 5,5%)
Tanggal 16 April 2013:
D. Beban selisih penilaian kewajiban (beban bunga) Rp 3.001
K. Sertifikat Deposito Rp 3.001
(Peningkatan nilai sertifikat deposito ini hanya disebabkan oleh beban bunga yang
terhutang).
Tanggal 17 April 2013:
D. Beban selisih penilaian kewajiban (beban bunga) Rp 3.001
K. Sertifikat Deposito Rp 3.001
(Peningkatan nilai sertifikat deposito ini hanya disebabkan oleh beban bunga yang
terhutang).
Tanggal 18 April 2013:
D. Beban selisih penilaian kewajiban (beban bunga) Rp 3.001
K. Sertifikat Deposito Rp 3.001
(Peningkatan nilai sertifikat deposito ini hanya disebabkan oleh beban bunga yang
terhutang).
nilai wajar sertifikat deposito turun menjadi Rp 19.945.283, maka terjadi keuntungan
sebesar Rp 10.931. Jadi jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Sertifikat deposito Rp 8.744
D. Beban selisih penilaian kewajiban (beban bunga) Rp 2.187
K. Kentungan selisih penilaian kewajiban Rp 10.931
Jadi, penurunan nilai wajar sertifikat deposito yang disebabkan oleh kenaikan bunga pasar
lebih besar dari pada kenaikan nilai wajar yang disebabkan oleh beban bunga terhutang,
sehingga nilai wajar sertifikat deposito mengalami penurunan.
Demikian seterusnya, dengan cara yang sama bisa dilanjutkan sampai tanggal 14 Mei
2013.
1. Akuntansi untuk transaksi DPK apat dibukukan dalam 2 kategori kewajiban keuangan,
yaitu:
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
b. Kewajiban lainnya
2. Nilai wajar atau Fair Value adalah jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan,
kewajiban dapat diselesaikan, antara pihak-pihak yang saling mengetahui dan
berkeinginan dalam transaksi yang wajar.
3. Perlakuan akuntansi jika DPK diukur pada nilai wajar melalui Laporan Laba Rugi
pada saat:
a. Pengakuan awal:
(1) Untuk giro, tabungan, deposito dicatat sebesar pokok (nominal) pinjaman
(2) Untuk sertifikat deposito dicatat sebesar harga jual (nominal dikurangi
diskonto)
b. Setelah pengakuan awal bank mencatat kewajiban tersebut sebesar nilai wajar,
keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui pada
laporan laba rugi.
c. Penyajian kewajiban di neraca sebesar nilai wajar
4. Perlakuan akuntansi jika DPK dikelompokkan sebagai kewajiban lainnya pada saat:
a. Pengakuan awal:
Sebesar pokok (nominal) dikurangi diskonto dan dikurangi/ditambah
pendapatan/beban yang dapat diatribusikan secara langsung
b. Setelah pengakuan awal bank mencatat sebesar biaya perolehan diamortisasi, yaitu
nilai wajar kewajiban yang diukur pada saat pengakuan awal ditambah/dikurangi
amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga afektif.
c. Penyajian kewajiban di neraca sebesar biaya perolehan diamortisasi (amortised
cost), yaitu nilai wajar kewajiban yang diukur pada saat pengakuan awal ditambah
atau dikurangi amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif.
5. Bank tidak perlu melakukan kapitalisasi atas beban pada biaya perolehan kewajiban,
dan dapat mengakui secara langsung sebagai beban pada periode berjalan, jika:
a. Beban tidak dapat diatribusikan secara langsung pada kewajiban dan tidak terkait
dengan jangka waktu kewajiban.
b. Beban tidak dapat diatribusikan secara langsung pada kewajiban dan terkait
dengan jangka waktu kewajiban namun besarnya tidak material.
Pilih jawaban yang benar dari jurnal transaksi berikut jika DPK diakui sebagai kewajiban
lainnya
1. Seorang nasabah tabungan menarik tabungannya untuk membuka deposito
Rp5.000.000,-... .
a. D. Tabungan Rp 5.000.000,-
K. Deposito Rp 5.000.000,-
b. D. Deposito Rp 5.000.000,-
K. Tabungan Rp 5.000.000,-
c. D. Kas Rp 5.000.000,-
K. Deposito Rp 5.000.000,-
d. D. Tabungan Rp 5.000.000,-
K. Giro Rp 5.000.000,-
2. Dibayar bunga deposito Rp 450.000,- dipotong pajak 20% oleh nasabah diambil
tunai... .
a. D. Beban Bunga Deposito Rp 450.000,-
K. Kewajiban Pajak Rp 90.000,-
K. Kas Rp 360.000,-
b. D. Beban bunga deposito Rp 450.000,-
K. Tabungan Rp 450.000,-
c. D. Tabungan Rp 450.000,-
K. Kewajiban Pajak Rp 90.000,-
K. Kas Rp 360.000,-
d. D. Tabungan Rp 360.000,-
D. Kewajiban Pajak Rp 90.000,-
K. Kas Rp 450.000,-
4. Seorang nasabah deposan hendak mencairkan depositonya yang telah jatuh tempo;
nominal Rp 10 juta hasilnya dimasukkan rekening tabungannya, jurnalnya... .
a. D. Giro Rp 10 juta
K. Deposito Rp 10 juta
b. D. Deposito Rp 10 juta
K. Tabungan Rp 10 juta
c. D. Tabungan Rp 10 juta
K. Kas Rp 10 juta
d. D. Deposito Rp 10 juta
K. Kas Rp 10 juta
6. Nasabah giro menarik cek sebesar Rp 20 juta diminta agar Rp 15 juta digunakan
mengangsur rekening debitur, sisanya untuk membuka deposito, jurnal transaksi ini
adalah... .
a. D. Kredit Yang Diberikan Rp 20 juta
K. Giro Rp 15 juta
K. Kas Rp 5 juta
b. D. Giro Rp 20 juta
K. Deposito Rp 5 juta
K. Kredit Yang Diberikan Rp 15 juta
c. D. Kredit Yang Diberikan Rp 15 juta
D. Kas Rp 5 juta
K. Giro Rp 20 juta
d. D. Kredit Yang Diberikan Rp 15 juta
D. Giro Rp 5 juta
K. Kas Rp 20 juta
8. Seorang nasabah sertifikat deposito dengan nominal Rp 10 juta, jangka waktu 6 bulan
dengan tingkat diskonto 5%, pada saat jatuh tempo mencairkan SD nya, dan hasilnya
Rp 6 juta diminta tunai sisanya untuk mengangsur kreditnya; jurnal transaksi ini
adalah... .
a. D. Kas Rp 6.000.000,-
D. Tabungan Rp 3.950.711,-
K. Sertifikat Deposito Rp 9.825.346,-
K. Kewajiban Pajak Rp 125.365,-
b. D. Kas Rp 6.000.000,-
D. Tabungan Rp 4.000.000,-
K. Sertifikat Deposito Rp 10.000.000,-
c. D. Sertifikat Deposito Rp 10.000.000,-
K. Kas Rp 6.000.000,-
K. Kredit yang diberikan Rp 4.000.000,-
d. D. Sertifikat Deposito (lama) Rp 10.000.000,-
K. Sertifikat Deposito (baru) Rp 10.000.000,-
9. Seorang nasabah giro menyerahkan cek bank lain sebesar Rp 5.000.000,- berita dari
petugas kliring berhasil, jurnal transaksi ini... .
a. D. Giro pada BI Rp 5.000.000,-
K. Giro nasabah Rp 5.000.000,-
b. D. Giro nasabah Rp 5.000.000,-
K. Giro pada BI Rp 5.000.000,-
c. D. Kliring Rp 5.000,000,-
K. Giro pada BI Rp 5.000.000,-
d. D. Giro nasabah Rp 5.000.000,-
K. Kliring Rp 5.000.000,-
1. a
2. a
3. c
4. b
5. b
6. b
7. c
8. c
9. a
Kegiatan Belajar 7
DASAR DASAR AKUNTANSI PERKREDITAN
Pada umumnya, bank yang memberi kredit kepada nasabah bermaksud untuk memelihara
piutangnya itu sampai akhir masa jatuh tempo dan tidak bermaksud untuk menjualnya
kepada pihak lain sebelum jatuh tempo. Oleh karena itu, pada umumnya kredit bank tidak
bisa dikategorikan sebagai aset keuangan FVTPL atau AFS. Kredit bank umumnya juga
tidak memiliki pasar yang aktif, sehingga kredit tidak bisa digolongkan sebagai HTM.
Oleh karena itu, umumnya bank memasukkan kredit dalam kategori L&R.
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, pada dasarnya perlakuan akuntansi untuk
aset keuangan dalam kategori L&R adalah hampir sama dengan perlakuan akuntansi aset
keuangan HTM. Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk perlakuan
akutansi kredit:
1. Menghitung aliran kas keluar dan masuk akibat pemberian kredit
2. Menyusun aliran kas keluar dan masuk menurut tanggal terjadinya, sesuai perjanjian
kredit. Aliran kas ini disebut aliran kas kontraktual.
3. Menghitung suku bunga efektif awal (original effective interest rate atau EIR)
4. Menyusun tabel yang berisi perhitungan pengakuan pendapatan bunga berdasarkan
suku bunga efektif, pendapatan bunga menurut suku bunga kontraktual, amortisasi atas
pendapatan dan atau beban yang dapat diatribusikan, serta nilai buku kredit atau
amortised cost.
5. Membuat jurnal untuk mencatat transaksi sejak awal kredit sampai pelunasan.
Berikut ini adalah contoh-contoh transaksi pemberian kredit dan perlakuan akuntansinya.
Langkah 1:
Pada tanggal 1 Januari 2013, Bank XYZ:
memberikan kredit sebesar Rp 18.000.000.000 (kas keluar),
menerima provisi kredit sebesar Rp 180.000.000 (kas masuk),
membayar berbagai biaya yang langsung terkait pada kegiatan pemberian kredit
sebesar Rp 25.000.0000 (kas keluar).
Jadi, aliran kas keluar neto pada tanggal 1 Januari 2013 adalah =
Rp 18.000.000.000 - Rp 180.000.000 + 25.000.000 = Rp 17.845.000.000
Pada setiap akhir bulan Januari sampai November, bank akan menerima bunga sebesar
1,25% x Rp 18.000.000.000 = Rp 225.000.000 per bulan. Pada akhir Desember 2013,
selain menerima bunga Rp 225.000.000, bank juga menerima kembali pokok kredit
sebesar Rp 18.000.000.000, sehingga total kas masuk = Rp18.225.000.000.
Langkah 2:
Aliran kas keluar dan masuk menurut tanggal terjadinya, adalah sebagai berikut:
Langkah 3:
Suku bunga efektif, yaitu suku bunga yang menyamakan nilai tunai (present value) kas
masuk selama periode kredit dengan kas keluar pada awal periode kredit, dihitung dengan
mencari nilai r dari persamaan berikut ini:
Nilai r, bisa dihitung dengan formula excell "=IRR(aliran kas pada kolom 2)", akan
didapat angka 1,328%. Hal ini berarti bahwa, pendapatan bunga bank yang sesungguhnya
adalah 1,328% atau lebih tinggi dari pada suku bunga kontraktual sebesar 1,25%.
Peningkatan tersebut terjadi karena adanya tambahan pendapatan berupa provisi sebesar
1% dari nilai kredit, yang menurut PSAK 50-55 tidak lagi boleh diakui sebagai
pendapatan provisi, tapi diakui sebagai tambahan pendapatan bunga. Demikian pula
dengan biaya langsung yang terkait dengan pemberian kredit sebesar Rp 25.000.000, tidak
boleh diperlakukan sebagai beban operasional, tapi harus masukkan sebagai tambahan
aliran kas keluar ketika pemberian kredit, sehigga akan mengurangi pendapatan bunga
efektif.
Langkah 4:
Membuat tabel di bawah ini:
Penjelasan:
Amortised cost (kolom 2) adalah nilai kredit yang akan disajikan di neraca bank pada
setiap akhir bulan, disebut juga nilai tercatat (carrying amount) untuk aset keuangan
L&R. Pada tanggal 1 Januari 2013, nilai amortised cost adalah Rp 17.845.000.000.
Setiap bulan nilai amortised cost akan meningkat sebesar (kolom 5), sehingga pada
akhir periode kredit nilainya akan menjadi Rp 18.000.000.000, yaitu nilai yang harus
dilunasi oleh nasabah pada akhir periode kredit.
Pendapatan bunga kredit (kolom 3) hanya boleh diakui dengan metode bunga efektif,
sehingga pendapatan bunga setiap bulan adalah = suku bunga efektif x saldo amortised
cost pada awal bulan. Jadi, untuk bulan Januari pendapatan bunga adalah 1,328% x
Rp17.845.000.000 = Rp 237.000.120.
Kas yang diterima bank setiap bulan adalah bunga yang harus dibayar oleh debitur
sesuai perjanjian kredit (kolom 4), yaitu 1,25% x Rp 18 milyar = Rp 225 juta.
Meskipun demikian, untuk bulan Januari, bank harus mengakui pendapatan bunga
sebesar Rp 237.000.120. Jadi seolah-olah debitur kurang membayar bunga sebesar
Rp37.000.120 - Rp 225.000.000 = Rp 12.000.120 (kolom 5), dan diakui sebagai
penambah nilai piutang bank kepada debitur. Oleh karena itu, nilai amortised cost
setiap bulan meningkat sebesar (kolom 5).
Langkah 5:
Membuat jurnal berdasarkan tabel di atas:
Setiap akhir bulan, nasabah membayar bunga kontraktual sebesar Rp 225.000.000 (kolom
4), sedangkan bank mengakui pendapatan bunga sebesar (kolom 3), yaitu: suku bunga
efektif x saldo amortised cost pada awal bulan, sehingga nilai amortised cost harus
meningkat sebesar (kolom 5) = (kolom 3) - (kolom 4). Oleh karena itu jurnal yang dibuat
setiap akhir bulan adalah sebagai berikut:
31 Januari:
D. Kas/Giro nasabah debitur Rp 225.000.000
D. Kredit - amortised cost Rp 12.000.120
K. Pendapatan bunga Rp 237.000.120
28 Februari:
D. Kas/Giro nasabah debitur Rp 225.000.000
D. Kredit - amortised cost Rp 12.159.494
K. Pendapatan bunga Rp 237.159.494
Pada tanggal 31 Desember, Amortised Cost akan bersaldo tepat sebesar Rp 8.000.000.000,
yaitu jumlah yang harus dibayar debitur untuk melunasi hutangnya, sehingga dibuat jurnal
terakhir, yaitu:
D. Kas/Giro nasabah debitur Rp 18.000.000.000
K. Kredit - amortised cost Rp 18.000.000.000
1. Kredit yang diberikan bank merupakan aset keuangan, yang pada umumnya
dimasukkan dalam kategori L&R.
2. Pendapatan bank yang berupa provisi kredit, kecuali untuk jumlah yang tidak material,
harus diperlakukan sebagai pengurang jumlah kredit yang diberikan.
3. Bila bank mengeluarkan biaya-biaya yang langsung terkait dengan pemberian kredit,
maka biaya biaya tersebut harus diperlakukan sebagai penambah saldo kredit yang
diberikan, kecuali bila jumlahnya tidak material.
4. Nilai kredit yang dicantumkan di neraca adalah sebesar amortised cost, yaitu sebesar
jumlah kredit yang diberikan kepada nasabah, dikurangi dengan pendapatan provisi
yang diterima dari nasabah, ditambah dengan biaya-biaya yang langsung terkait
dengan kegiatan pemberian kredit.
5. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk perlakuan akuntansi kredit adalah:
Menghitung aliran kas keluar neto pada saat pencairan kredit dan aliran kas masuk
berupa bunga dan angsuran pokok selama periode kredit.
Menyusun aliran kas keluar dan masuk menurut tanggal terjadinya, sesuai
perjanjian kredit, yang disebut aliran kas kontraktual.
Menghitung suku bunga efektif awal (original effective interest rate atau EIR),
dengan formula excell "IRR=(seluruh aliran kas keluar dan masuk).
Menyusun tabel yang berisi: pendapatan bunga efektif, kas masuk sebesar
pendapatan bunga kontraktual, amortisasi atas pendapatan dan atau beban yang
dapat diatribusikan, serta nilai buku kredit atau amortised cost.
Membuat jurnal untuk mencatat transaksi sejak awal kredit sampai pelunasan.
1. Kredit yang diberikan oleh bank umumnya dikategorikan sebagai aset keuangan L&R,
karena bank... .
a. tidak akan menjualnya kepada pihak lain
b. akan menagihnya secara bertahap sampai lunas
c. kredit tersebut tidak memiliki kuotasi di pasar yang aktif
d. akan memeliharanya sampai lunas dan kredit tidak mempunyai kuotasi di pasar
2. Bank ABC memberi kredit sebesar Rp 500 juta, mendapatkan provisi Rp 25 juta dan
membayar biaya yang terkait langsung dengan pemberian kredit Rp 20 juta, yang
keduanya dianggap cukup material. Besarnya nilai amortised cost pada saat pencairan
kredit adalah... .
a. Rp 545 juta
b. Rp 505 juta
c. Rp 495 juta
d. Rp 455 juta
3. Bank ABC memberikan kredit kepada nasabah sebesar Rp 500 juta, dengan saldo
amortised cost pada awal bulan adalah Rp 400 juta. Bila suku bunga efektif kredit
tersebut adalah 1,5% per bulan dan bunga kontraktualnya adalah 1% bulan, maka
pendapatan bunga pada bulan itu adalah... .
a. Rp 7,5 juta
b. Rp 6,0 juta
c. Rp 5,0 juta
d. Rp 4,0 juta
4. Bulan ini Bank ABC menerima pembayaran bunga dari nasabah sebesar Rp 65 juta,
sementara pendapatan bunga yang diakui menurut bunga efektif adalah Rp 50 juta.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah... .
a. D. Kas Rp 50 juta
D. Kredit - amortised cost Rp 15 juta
K. Pendapatan bunga Rp 65 juta
b. D. Kas Rp 65 juta
K. Kredit - amortised cost Rp 15 juta
K. Pendapatan bunga Rp 50 juta
5. Bank ABC memberi kredit sebesar Rp 500 juta, mendapatkan provisi Rp 25 juta dan
membayar biaya yang terkait langsung dengan pemberian kredit Rp 20 juta, yang
keduanya dianggap cukup material. Bila suku bunga kontraktual adalah 1% per bulan
dan kredit tersebut berjangka 1 tahun, maka suku bunga efektif kredit tersebut
adalah... .
a. kurang dari 1%
b. sama dengan 1%
c. lebih dari 1%
d. tidak bisa ditentukan
1. d
2. c
3. b
4. b
5. c
Impor adalah pembelian barang dari luar negeri dan membawanya masuk ke wilayah
pabean Indonesia. Bila bank melayani nasabah importir berarti bank membantu nasabah
itu membeli barang dari luar negeri untuk dikirim masuk ke Indonesia. Nasabah importir
ingin memastikan bahwa barang yang dikirim oleh penjual atau eksportir luar negeri
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan, kemudian barulah ia membayar kepada
eksportir tersebut. Di lain pihak, eksportir luar negeri menginginkan kepastian bahwa
barang yang dikirimnya akan dibayar oleh nasabah importir. Eksportir luar negeri tidak
bersedia mengirim barang bila tidak ada jaminan bahwa ia akan mendapat pembayaran.
Untuk meyakinkan eksportir, nasabah importir biasanya meminta bank agar menerbitkan
surat jaminan kepada eksportir luar negeri. Surat jaminan itulah yang disebut Letter of
Credit atau L/C. Jadi, Letter of Credit adalah surat jaminan pembayaran kepada eksportir
luar negeri, yang diterbitkan bank atas permintaan nasabah importir. Dari segi waktu
pembayaran, ada 2 jenis L/C yaitu: sight L/C dimana bank akan membayar segera setelah
ekportir mengapalkan barang, dan usance L/C dimana bank akan membayar setelah
jangka waktu tertentu sejak eksportir mengapalkan barang. Pada dasarnnya, sight L/C
diterbitkan untuk pembelian barang secara tunai, dan usance L/C untuk pembelian barang
secara kredit.
Agar anda dapat memahami perlakuan akuntansinya, anda harus memahami mekanisme
transaksi impor yang dilakukan bank penerbit L/C. Berikut ini adalah sebuah contoh-
contoh transaksi impor serta perlakuan akuntansi untuk setiap tahap transaksinya.
6
2 7 5 4
PT MR GM Co.
1
Penjelasan
1. Importir, PT Mahoni Raya (PT MR) dan eksportir AS, General Machine (GM)
menandatangani kontrak jual beli (sales contract), dimana disepakati antara lain bahwa
importir akan meminta banknya (Bank ABC) untuk menerbitkan sight L/C, yaitu surat
jaminan pembayaran kepada eksportir segera setelah eksportir mengapalkan barang.
2. PT MR mengajukan permohonan pembukaan sight L/C kepada Bank ABC di Jakarta. Pembukaan
PT MR belum lama menjadi nasabah Bank ABC, karena itu Bank ABC bersedia sight L/C
menerbitkan L/C dengan syarat PT MR memberikan setoran jaminan sebesar nilai
L/C yang akan diterbitkan. Bagi Bank ABC, menerbitkan L/C mengandung risiko
yang tinggi, karena itu berarti Bank ABC mengambil alih tanggung jawab untuk
membayar kepada GM Co. Karena Bank ABC tidak atau belum yakin akan
kemampuan keuangan PT MR, maka ia meminta PT MR untuk menyerahkan setoran
jaminan.
PT MR membayar USD 50.000 dari rekening giro valasnya pada Bank ABC. Jurnal
yang dibuat di Bank ABC adalah:
D. Giro valas - PT Mahoni Raya USD 50.000
K. Setoran jaminan - sight L/C USD 50.000
3. Bank ABC menerbitkan L/C sesuai permohonan PT MR, dan mengirimkannya kepada Kewajiban
GM Co. melalui Citibank New York. Menerbitkan L/C berarti memberi komitmen komitmen
pembukaan
kepada GM Co. untuk membayar sebesar USD 50.000 bila nanti GM Co. sudah sight L/C
mengirimkan barang sesuai permintaan PT MR. Jadi, Bank ABC harus mencatat
adanya kewajiban komitmen, yang dicatat dalam rekening administratif (di luar neraca
atau off balance sheet). Jurnal administratif yang dibuat Bank ABC adalah:
Selain jurnal di atas, Bank ABC juga membalik jurnal administratif komitmen, karena
dengan sudah terlaksananya transaksi impor tersebut, berarti tidak ada lagi kewajiban
komitmen kepada eksportir di luar negeri:
D. Kewajiban komitmen sight L/C kepada
eksportir/bank koresponden USD 10.000
K. Rekening lawan kewajiban komitmen sight L/C USD 50.00
Contoh 2: Transaksi Impor dengan Sight L/C dan Penerbitan Shipping Guarantee
(SSG)
Pada tanggal 2 Februari 2012, PT Maju mengajukan aplikasi pembukaan Irrevocable Sight Impor dengan
L/C kepada Bank XYZ, untuk mengimpor barang senilai USD 10.000, dengan setoran penerbitan
shipping
jaminan 10%. Bank XYZ memungut komisi pembukaan L/C sebesar 0,25%. guarantee
(SSG)
Bank XYZ bersedia membuka L/C sesuai permintaan PT Maju. Dengan membuka L/C itu
berarti Bank XYZ berkomitmen akan membayar kepada eksportir di luar negeri, sebesar
USD 10.000, bila eksportir itu sudah mengirim barang sesuai permintaan PT Maju. Saat
itu Bank XYZ harus mencatat komitmenya itu dalam rekening administratif, dengan
jurnal:
D. Rekening lawan - kewajiban komitmen sight L/C USD 10.000
K. Kewajiban komitmen sight L/C kepada bank koresponden USD 10.000
Jurnal di atas tidak diposting ke rekening-rekening di neraca, tapi akan dilaporkan dalam
Laporan Komitmen dan Kontinjensi. Yang penting dalam jurnal di atas adalah pencatatan
di sebelah kredit, yaitu pengakuan adanya kewajiban komitmen kepada eksportir luar
negeri yang nanti akan dibayar melalui bank koresponden. Meskipun belum tercantum
sebagai kewajiban di neraca, tapi komitmen itu tidak bisa dibatalkan oleh Bank XYZ
(irrevocable), sehingga Bank XYZ harus bersiap-siap untuk membayar USD 10.000 bila
eksportir sudah mengirim barang.
Jurnal yang dibuat Bank XYZ untuk mencatat penerimaan setoran jaminan dan komisi
pembukaan L/C yang dibayar oleh nasabah adalah:
D. Giro nasabah PT Maju USD 25
K. Pendapatan komisi pembukaan Sight L/C USD 25
Pada tanggal 14 Februari 2012, barang sudah tiba di pelabuhan di Indonesia, tapi PT Maju
belum bisa mengambilnya di pelabuhan, karena Bills of Lading belum tiba. Karena
eksportir sudah mengirim barang, berarti Bank XYZ sudah berkewajiban membayar
kepada bank koresponden di luar negeri. Bank XYZ segera meminta kepada PT Maju
untuk melunasi sisa harga barang yang diimpornya yaitu USD 9.000. Jurnal untuk
mengakui kewajiban keluar negeri adalah:
D. Setoran jaminan L/C impor USD 1.000
D. Giro nasabah PT Maju USD 9.000
K. Kewajiban L/C kepada bank koresponden USD 10.000
Karena Bank XYZ sudah mengakui kewajiban kepada bank koresponden, maka kewajiban
komitmen yang dulu diakui sekarang harus dihapus. Untuk itu, jurnal yang harus dibuat
adalah:
D. Kewajiban komitmen sight L/C kepada bank koresponden USD 10.000
K. Rekening lawan - kewajiban komitmen sight L/C USD 10.000
Meskipun Bills of Lading belum tiba, PT Maju ingin segera mengambil barang dari
pelabuhan. Perusahaan pelayaran yang membawa barang itu tidak mau menyerahkan
barang kepada PT Maju tanpa menunjukkan Bills of Lading. Meskipun demikian,
perusahaan pelayaran bersedia menyerahkan barang kepada PT Maju asal ada jaminan dari
Bank XYZ, bahwa pada waktunya Bills of Lading akan diserahkan. Oleh karena itu PT
Maju meminta kepada Bank XYZ untuk menerbitkan surat jaminan yang disebut SSG
(Shipping Guarantee). Sebelum menerbitkan SSG, Bank XYZ mengharuskan PT Maju
membayar pajak-pajak sebagai syarat penerbitan Pemberitahun Impor Barang (PIB), yang
terdiri atas bea masuk, PPN& PPNBM, dan PPH), seluruhnya berjumlah Rp 20.000.000.
Bank XYZ juga memungut komisi penerbitan PIB sebesar Rp 50.000. Jurnal yang harus
dibuat Bank XYZ adalah:
D. Giro nasabah PT Maju Rp 20.050.000.
K. Kewajiban segera - pajak impor Rp 20.000.000
K. Pendapatan komisi PIB Rp 50.000
Bank XYZ hanya membantu pemerintah memungut pajak dari importir PT Maju, sehingga
untuk transaksi di atas Bank XYZ harus mencatat adanya kewajiban kepada pemerintah
untuk menyetor pajak impor sebesar Rp 20.000.000.
Setelah importir melunasi pajak yang harus dibayarnya, barulah Bank XYZ bersedia
menerbitkan SSG. Dengan menerbitkan surat jaminan SSG, berarti Bank XYZ
mempunyai kewajiban kontinjen kepada perusahaan pelayaran. Sendainya, Bills of Lading
tidak datang, berarti Bank XYZ harus membayar kepada perusahaan pelayaran sebesar
USD 10.000. Oleh karena itu, penerbitan SSG harus dicatat dalam rekening administratif
kontinjensi dengan jurnal:
D. Rekening lawan - kewajiban kontinjensi SSG USD 10.000
K. Kewajiban kontinjensi kepada perusahaan pelayaran
atas penerbitan SSG USD 10.000
Pada tanggal 18 Februari 2012, Bank XYZ menerima Bills of Lading yang dikirim oleh
bank koresponden di luar negeri. Dengan diterimanya Bills of Lading, maka Bank XYZ
harus segera membayar kepada bank koresponden. Pembayaran dilakukan melalui dana
yang ada di rekening nostro, sehingga jurnal yang dibuat oleh Bank XYZ adalah:
D. Kewajiban L/C kepada bank koresponden USD 10.000
K. Rekening Nostro pada bank koresponden USD 10.000
Pada tanggal 18 Februari 2012, Bank XYZ menerima wesel berjangka dari negotiating
bank senilai USD 10.000. Pada hari itu juga Bank XYZ mengaksep wesel tersebut, setelah
importir membayar PIB (bea masuk, PPN&PPNBM, PPh) sebesar Rp 20.000.000 dan
komisi akseptasi sebesar USD 25 dan komisi PIB Rp 50.000.
Ketika Bank XYZ mengaksep wesel berjangka, berarti Bank XYZ mengakui berhutang Bank
kepada eksportir (melalui bank koresponden) sebesar USD 10.000, dan pada saat yang mengaksep
wesel
sama mengakui adanya piutang kepada importir. Dengan diakuinya kewajiban kepada berjangka
bank koresponden, berarti kewajiban komitmen kepada bank koresponden harus
dihapuskan. Jadi, jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Tagihan akseptasi kepada importir PT Makmur USD 10.000
K. Kewajiban akseptasi kepada bank koresponden USD 10.000
D. Kewajiban komitmen usance L/C kepada bank koresponden USD 10.000
K. Rekening lawan - kewajiban komitmen usance L/C USD 10.000
Penerimaan komisi akseptasi sebesar USD 25 bisa diperlakukan dengan 2 cara, tergantung Penerimaan
pada tingkat materialitas biaya transaksi yang bisa diatribusikan kepada transaksi komisi
akseptasi
pinjaman kepada importir.
1. Alternatif 1: Tingkat materialitas adalah USD 50.
Komisi akseptasi yang hanya USD 25 boleh langsung dianggap sebagai pendapatan,
sehingga bisa dibuat jurnal:
D. Giro importir PT Makmur USD 25
K. Pendapatan fee akseptasi USD 25
Pada tanggal 2 April 2012, Bank XYZ harus membayar kepada bank koresponden di
luar negeri, dan sebelumnya Bank XYZ meminta PT Makmur melunasi kekurangan
setorannya sebesar USD 9.000. Jurnal yang harus dibuat pada saat itu adalah:
D. Setoran Jaminan L/C Impor berjangka USD 1.000
D. Giro nasabah PT Makmur USD 9.000
K. Tagihan akseptasi kepada importir PT Makmur USD 10.000
Dengan demikian anggapan seperti itu, berarti Bank XYZ memberikan pinjaman
sebesar USD 9.975 pada tanggal 18 Februari 2012, dan menerima pengembalian pada
tanggal 2 April sebesar USD 10.000. Tingkat bunga efektif untuk pinjaman tersebut
bisa dihitung dengan mencari nilai r pada persamaan di bawah ini:
10.000
9.975
(1 r ) 44
Dengan menggunakan formula "goal seek" dengan excell didapat nilai r = 0,006% per
hari. Jadi, setiap hari sejak tanggal 19 Februari dibuat jurnal sebagai berikut:
Tanggal 19 Februari 2012:
D. Tagihan akseptasi kepada Importir PT Makmur
(0,006% x USD 9.975) USD 0,56749
K. Pendapatan bunga USD 0,56749
Setelah jurnal di atas, saldo Tagihan akseptasi kepada Importir adalah USD 10.000.
Nasabah diminta membayar USD 9.000 untuk melengkapi setoran jaminan yang sudah
ada sebesar USD 1.000. Jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Setoran jaminan USD 1.000
D. Giro nasabah importir PT Makmur USD 9.000
K. Tagihan akseptasi kepada importir PT Makmur USD 10.000.
Setelah total setoran nasabah tepat berjumlah USD 10.000. Bank XYZ melakukan
pembayaran kepada bank koresponden (negotiating bank). Jurnal yang dibuat adalah:
D. Kewajiban akseptasi kepada bank koresponden USD 10.000
K. Nostro USD 10.000
1. Pada saat bank membuka L/C impor dan menerima setoran jaminan, bank mencatat
adanya kewajiban setoran jaminan (on balance sheet) dan kewajiban komitmen kepada
eksportir atau bank koresponden di luar negeri (off balance sheet).
2. Pada saat bank menerima dari bank koresponden atau eksportir dokumen-dokumen
sesuai syarat L/C, bank akan mendebet kewajiban setoran jaminan dan mengkredit
rekening nostro pada bank koresponden, dan juga menghapuskan kewajiban komitmen
pembukaan L/C.
3. Shipping Guarantee adalah surat jaminan dari bank kepada perusahaan pelayaran agar
perusahaan pelayaran itu mau menyerahkan barang kepada importir, walaupun
importir belum bisa menunjukkan Bills of Lading. Pada sat bank menerbitkan
Shipping Guaratee bank mencatat adanya kewajiban kontinjen kepada perusahaan
pelayaran. Kewajiban kontijensi itu dihapuskan ketika bank sudah menyerahkan Bills
of Lading kepada perusahaan pelayaran.
4. Bila bank menerbitkan Usance L/C, maka bank akan menerima tagihan berupa wesel
berjangka (usance draft) dari eksportir. Ketika bank mengaksep wesel berjangka
tersebut, bank akan mencatat adanya kewajiban akseptasi kepada eksportir luar negeri
dan tagihan akseptasi kepada importir dalam negeri.
2. Bila bank anda melayani nasabah importir, maka bank anda akan... .
a. menerbitkan L/C atas permintaan importir
b. meneruskan L/C yang diterbitkan oleh bank koresponden kepada importir
c. menegosiasi dokumen yang dikirim oleh bank koresponden
d. menegosiasi dokumen yang diserahkan oleh importir
3. Bila bank anda menerbitkan L/C atas permintaan importir, artinya bank anda... .
a. memberikan jaminan kepada importir bahwa eksportir di luar negeri pasti akan
mengirim barang sesuai yang ia kehendaki
b. menerima jaminan dari importir bahwa ia pasti akan membayar sebesar harga
barang yang diimpornya
c. memberikan jaminan kepada eksportir/bank koresponden bahwa bank anda akan
membayar apabila eksportir di luar negeri telah menyerahkan dokumen sesuai
syarat L/C
d. telah menerima jaminan dari eksportir bahwa barang yang diekspornya pasti sesuai
dengan yang dikehendaki importir
4. Risiko yang dihadapi bila bank anda menerbitkan L/C adalah bila... .
a. eksportir telah memenuhi syarat L/C sehingga bank anda harus membayar, tapi
importir tidak bisa membayar barang yang diimpornya
b. bank anda telah membayar kepada importir, tapi bank koresponden tidak bisa
memberikan reimbursement
c. eksportir tidak bisa mengirim barang sesuai syarat L/C
d. dokumen-dokumen yang diterima dari eskportir luar negeri tidak sesuai dengan
syarat L/L yang diterbitkan
5. Pada tanggal 1 Februari 2013, Bank ABC mencatat transaksi penerbitan L/C tersebut
dengan... .
a. mengkredit rekening kewajiban kepada eksportir
b. mengkredit rekening administratif kewajiban komitment
c. mendebet rekening administratif tagihan komitmen
d. mendebet rekening tagihan kepada importir
8. Pada tangal 14 Februari 2013, transaksi impor sudah direalisasi dan bank anda sudah
membayar kepada bank koresponden. Dengan demikian, pembukuan yang harus
dilakukan di bank anda adalah rekening... .
a. nostro harus didebet sebesar USD 50.000
b. setoran jaminan harus dikredit sebesar USD 50.000
c. giro nasabah importir harus dikredit sebesar USD 50.000
d. administratif kewajiban komitmen harus didebet sebesar USD 50.000
9. Sebulan yang lalu bank anda menerbitkan usance L/C berjangka 6 bulan senilai USD
100.000. Hari ini bank anda menerima tagihan berupa wesel berjangka dari eksportir
melalui bank koresponden di luar negeri. Bank anda segera melakuka akseptasi atas
wesel berjangka tersebut. Pembukuan yang harus dilakukan di bank anda untuk
mencatat transaksi akseptasi wesel berjangka adalah... .
a. pendebetan rekening tagihan akseptasi kepada eksportir sebesar USD 100.000
b. pendebetan rekening tagihan akseptasi kepada importir sebesar USD 100.000
c. pengkreditan rekening giro nasabah importir sebessar USD 100.000
d. pengkreditan rekening administratif kewajiban komitmen kepada eksportir
10. Kelanjutan soal nomor 9 di atas, 6 bulan sejak akseptasi, bank anda membayar kepada
eksportir melalui rekening nostro pada bank koresponden, serta menagih dan
mendapat pembayaran dari nasabah importir. Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat
transaksi itu adalah... .
a. D. Kewajiban akseptasi kepada eksportir/bank koresponden USD 100.000
K. Nostro pada bank koresponden USD 100.000
b. D. Nostro pada bank koresponden USD 100.000
K. Kewajiban akseptasi kepada eksportir/bank koresponden USD 100.000
c. D. Tagihan akseptasi kepada importir USD 100.000
1. d
2. a
3. c
4. a
5. b
6. c
7. d
8. d
9. b
10. a
Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri. Bila bank melayani nasabah eksportir,
berarti bank membantu seorang nasabah yang akan menjual barang keluar negeri. Nasabah
eksportir membutuhkan kepastian bahwa barang yang dikirimnya akan dibayar oleh
importir di luar negeri. Untuk mendapatkan kepastian itu, biasanya nasabah eksportir
mensyaratkan agar importir luar negeri meminta banknya menerbitkan L/C. Setelah ada
jaminan pembayaran dari banknya importir di luar luar negeri barulah nasabah eksportir
berani mengapalkan barangnya untuk dikirim ke luar negeri. Untuk menjelaskan
mekanisme transaksi ekspor serta perlakuan akuntansi pada setiap tahapnya, berikut ini
diberikan sebuah contoh transaksi ekspor.
Gambar di bawah ini menunjukkan urutan transaksi ekspor yang dilakukan oleh Bapak Ali
6
Bank ABC Citibank
Jakarta
New York
Jakarta 3
5 4 2
1
Bp Ali Mr. Brown
MR
Penjelasan:
1. Nasabah eksportir (Bp Ali) dan importir di luar negeri (Mr. Brown) menandatangani
kontrak penjualan (sales contract), dimana antara lain disepakati bahwa Mr. Brown
akan meminta banknya (Citibank NY) untuk menerbitkan L/C yang merupakan
jaminan pembayaran kepada Bp, Ali (nasabah importir di Bank ABC).
2. Mr. Brown mengajukan permohonan kepada Citibank New York, agar menerbitkan
L/C senilai USD 100.000 yang ditujukan kepada Bp. Ali, nasabah eksportir di Bank
ABC. Dalam permohonannya Mr.. Brown menetapkan syarat-syarat yang akan
dicantumkan dalam L/C.
3. Atas permintaan Mr. Brown, Citibank New York menerbitkan L/C senilai USD
100,000 sesuai dengan kondisi dan syarat-syarat yang diminta oleh Mr. Brown.
Selanjutnya, Citibank New York mengirimkan L/C tersebut kepada Bp Ali, melalui
Bank ABC Jakarta.
4. Bank ABC Jakarta dalam hal ini bertindak sebagai advising bank, yaitu bank yang Penerimaan
menyampaikan L/C tersebut kepada eksportir, dan tidak ikut menjamin pembayaran. advising fee
Bank ABC hanya bertanggung jawab atas keaslian L/C tersebut, jadi sebelum
menyampaikannya kepada Bp Ali, Bank ABC sudah memastikan bahwa L/C tersebut
benar-benar berasal dari Citibank New York. Ketika menyampaikan L/C tersebut,
Bank ABC mengenakan advising fee besar Rp 150.000 kepada Bp Ali. Jadi, Bank
ABC hanya membuat jurnal terkait dengan penerimaan advising fee, tapi tidak
membuat jurnal yang terkait dengan jaminan pembayaran sebesar USD 100.000, yaitu:
D. Giro nasabah Bp. Ali Rp 150.000
K. Pendapatan advising feee Rp 150.000
5. Dengan menerima L/C tersebut berarti Bp. Ali telah mendapatkan jaminan Bank
pembayaran dari Citibank New York, asal ia dapat menyerahkan dokumen yang mengambil
alih wesel
menunjukkan bahwa ia telah mengapalkan barang sesuai yang disyaratkan dalam L/C. ekspor
Bp Ali segera mengapalkan barang, kemudian menyiapkan dokumen-dokumen,
terutama adalah Bills of Lading (B/L) yang merupakan bukti pengapalan barang, dan
surat tagihan (sight draft atau wesel tunai) kepada Citibank New York. Setelah
mendapatkan dokumen lengkap, Bp. Ali segera membawanya ke Bank ABC di
Jakarta. Sebenarnya, Bank ABC tidak wajib membayar kepada Bp Ali, karena yang
wajib membayar adalah yang menerbitkan L/C yaitu Citibank New York. Meskipun
demikian, biasanya Bank ABC mau membayar lebih dahulu kepada Bp. Ali, kemudian
barulah Bank ABC meminta penggantian dari Citibank New Work (reimbursement).
Tentunya ada perbedaan waktu antara Bank ABC membayar kepada Bp. Ali dengan
Citibank membayar kepada Bank ABC. Oleh karena itu, Bank ABC memungut
potongan sebesar 0,3% dan komisi ekspor sebesar 0,25%. Bank ABC juga harus
membayar ongkos angkut sebesar USD 10.000 kepada perusahaan pelayaran dan pajak
ekspor sebesar USD 4.250 kepada pemerintah. Jurnal yang dibuat di Bank ABC saat
mengambil alih wesel ekspor itu adalah:
D. Surat berharga - wesel ekspor (sight draft) USD 100.000
K. Pendapatan diskonto wesel USD 300
K. Pendapatan komisi ekspor USD 250
K. Hutang pajak ekspor USD 4.250
K. Giro perusahaan pelayaran USD 10.000
K. Giro valas - Bp. Ali USD 85.200
6. Bank ABC mendapatkan pembayaran dari Citibank New York (reimbursement)
sebesar USD 100.000. Jurnal yang dibuat adalah:
D. Nostro pada Citibank New York USD 100.000
K. Surat berharga-wesel ekspor (sight L/C) USD 100.000
karenanya Bank XYZ berhak atas komisi advising sebesar Rp 100.000. Jadi, jurnal yang
harus dibuat oleh Bank XYZ adalah:
D. Giro nasabah eksportir PT Aneka Rp 100.000
K. Pendapatan komisi advising Rp 100.000
Pada tanggal 10 Februari 2012, PT Aneka mengapalkan barang sesuai yang disyaratkan
dalam Sight L/C, dan sebagai buktinya PT Aneka menerima bukti pengapalan barang
(Bills of Lading atau B/L) dari perusahaan pelayaran yang membawa barang tersebut. Pada
tanggal 11 Februari 2012, PT Aneka mempresentasikan Bills of Lading (B/L) tersebut
kepada Bank XYZ dan juga mengajukan surat tagihan (wesel tunai atau sight draft) untuk
dikirimkan kepada Bank Koresponden yang membuka Sight L/C tersebut. Selain itu, PT
Aneka juga memohon agar Bank XYZ bersedia membayar terlebih dahulu kepadanya,
tanpa menunggu diterimanya pembayaran dari Bank Koresponden di luar negeri. Karena
seluruh dokumen yang dipresentasikan oleh PT Aneka telah sesuai dengan persyaratan
dalam Sight L/C, Bank XYZ bersedia mengambil alih (menegosoasi) tagihan tersebut dan
membayar kepada PT Aneka, dengan mengenakan komisi negosiasi sebesar 0,125% dan
biaya administrasi dan pengiriman dokumen sebesar USD 25.
(perusahaan eksportir nasabah Bank ABC). Usance L/C tersebut memberi jaminan
pembayaran kepada PT Varia atas barang yang dikirimkannya kepada importir di luar
negeri dalam jangka waktu 2 bulan setelah tanggal pengapalan. Bank ABC meneruskan
Usance L/C itu kepada PT Varia, dan memungut komisi advising RP 100.000.
Pada tanggal 15 Februari 2012 diterima kabar bahwa Bank Koresponden telah mengaksep Bank
Usance Draft yang diajukan oleh PT Varia, yang berarti bahwa importir di luar negeri kkoresponden
mengaksep
telah menerima baik barang yang dikirim oleh PT Varia, dan Bank Koresponden berjanji usance draft
akan membayar tagihan itu nanti pada tanggal 6 April 2012.
Karena PT Varia membutuhkan dana untuk modal kerja, maka pada tanggal 16 Februari Bank
2012, PT Varia meminta Bank ABC agar mengambil alih tagihan berjangka tersebut, dan mengambil
alih tagihan
berjangka
membayar terlebih dahulu kepadanya. Bank ABC bersedia mengabil alih Usance Draft
tersebut, dengan mengenakan diskonto 4% per tahun (dihitung dengan rumus true
discount). Jarak waktu antara 16 Februari sampai 6 April 2012 adalah 50 hari, sehingga
Bank ABC bersedia pembayar sebesar: (USD 10.000 x 360)/(360 + (4% x 50)) = USD
9.944,75. Diasumsikan Bank ABC memperlakukan surat berharga tersebut sebagai
Dimiliki Hingga Jatuh tempo atau Pinjaman yang Diberikan, sehingga jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut:
Selanjutnya dihitung suku bunga efektif selama 50 hari dengan memecahkan persamaan:
10.000
9.944,75
(1 r ) 50
Dengan formula Goal Seek dalam Excell didapat suku bunga efektif = 0,01108% per hari.
Selanjutnya, setiap hari diakui pendapatan bunga, dengan jurnal sebagai berikut:
Demikian seterusnya dijurnal setiap hari, sehingga pada tanggal 6 April 2012 saldo Surat
Berharga menjadi USD 10.000. Pada tanggal itu Bank Koresponden membayar kepada
Bank ABC sebesar USD 10.000, sehingga dibuat jurnal:
D. Nostro pada Bank Koresponden USD 10.000
K. Surat Berharga - Usance Draft (amortised cost) USD 10.000
1. Pada saat bank meneruskan L/C ekspor yang diterbitkan oleh bank koresponden di luar
negeri, bank tidak mencatat adanya kewajiban atau kewajiban komitmen kepada
eksportir, karena bank tidak ikut memjamin pembayaran eksportif dalam negeri. Bank
hanya mencatat advising fee yang dipungutnya dari eksportir.
2. Ketika bank mengambil alih (menegosiasi) wesel ekspor sight yang diunjukkan oleh
eksportir beserta seluruh dokumen yang disyaratkan dalam L/C yang diterbitkan oleh
bank koresponden, bank akan mendebet rekening surat berharga wesel ekspor sight,
dan membayar kepada eksportir setelah dipotong komisi ekspor, pajak ekspor dan lain-
lain.
3. Ketika bank mendapatkan penggantian (reimbursement) dari bank penerbit L/C di luar
negeri, bank akan mengkredit rekening surat berharga wesel ekspor, dan mendebet
rekening nostro pada bank koresponden.
4. Ketika bank mengambil alih (menegosiasi) wesel ekspor berjangka yang
didiskontokan oleh eksportir, maka bank akan mendebet rekening surat berharga
wesel ekspor berjangka sebesar nilai tunai (present value) dari nominal surat berharga
tersebut. Selama periode diskonto, bank mengakui pendapatan bunga dengan metode
bunga efektif.
1. Bp. Andi adalah nasabah Bank EFG Jakarta. Mr. Schwart adalah nasabah Deutsche
Bank di Frankfurt. Bp. Andi mengekspor barang kepada Mr. Schwart, dan
pelaksanaannya menggunakan L/C. Mekanisme transaksinya digambarkan dalam
diagram berikut ini:
6
Bank EFG Deutsche
Jakarta
FFT
Jakarta 3
5 4 2
1
Bp Andi Mr. Schwart
MR
Langkah nomor 3 dalam diagram di atas adalah Deutsche Bank... .
a. membayar kepada Bank EFG
b. menagih kepada Bank EFG
c. menerbitkan L/C yang ditujukan kepada Bank EFG
d. menerbitkan L/C yang ditujukan kepada Bp Andi yang disampaikan melalui Bank
EFG
3. Langkah nomor 5 dan 6 pada diagram di atas adalah Bank EFG menerima... .
a. uang dari Bp Andi dan mengirimkannya kepada Deutsche Bank
b. L/C Bp. Andi dan meneruskannya kepada Deutsche Banki
c. barang dari Bp. Andi dan mengirimkannya kepada Deutsche Bank
d. tagihan wesel ekspor dari Bapak Andi dan meneruskannya kepada Deutsche Bank
4. Seorang eksportir memiliki wesel berjangka senilai USD 100.000 yang sisa waktu
jatuh temponya 30 hari. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, eksportir
mendiskontokan wesel itu ke Bank Anda, dengan tingkat true dicount 6 persen. Jurnal
yang dibuat di Bank Anda adalah... .
a. D. Surat berharga-wesel ekspor berjangka USD (100.000 x 360)/(360 + (6% x 30))
K. Giro valas eksportir USD (100.000 x 360)/(360 + (6% x 30))
b. D. Giro valas eksportir USD (100.000 x 360)/(360 + (6% x 30))
K. Surat berharga-wesel ekspor berjangka USD (100.000 x 360)/(360 + (6% x 30))
c. D. Surat berharga-wesel ekspor berjangka USD 100.000 /(1 + (6%/360))30
K. Giro valas eksportir USD 100.000 /(1 + (6%/360))30
d. D. Giro valas eksportir USD 100.000 /(1 + (6%/360))30
K. Surat berharga - wesel ekspor berjangka USD 100.000 /(1 + (6%/360))30
7. Pada tanggal 21 Juni 2012, seorang staf PT Wana jati datang ke Bank Anda untuk
menyerahkan dokumen-dokumen sesuai syarat L/C yang diterbitkan oleh Hyogo Bank
sebelumnya. Setelah meneliti seluruh dokumen tersebut, Bank Anda memutuskan
untuk mengambil alih tagihan tersebut dan membayar kepada PT Wana Jati sebesar
nilai L/C setelah dipotong ongkos kapal sebesar USD 5.570 untuk dibayarkan kepada
PT Samudra Indonesia yang juga nasabah giro valas di Bank Anda, pajak ekspor
sebesar USD 8.000, komisi ekspor 0,25% dan potongan 0,3%. Pencatatan yang benar
atas transaksi-transaksi di atas adalah...
a. Surat berharga - wesel ekspor sight didebet sebesar USD 150.000
b. Giro PT Samudra Indonesia didebet sebesar USD 5.570
c. Beban pajak ekspor didebet sebesar USD 8.000
d. Giro valas PT Wana Jati dikredit sebesar USD 150.000
8. Bank Anda mempunyai rekening nostro pada Chase Bank di New York sedangkan
Hyogo Bank mempunyai rekening nostro pada Amex Bank New York. Oleh karena itu
sesuai permintaan dalam L/C, Bank Anda mengajukan reimbursement ke Amex Bank
dan meminta agar dananya dikirimkan rekening nostro di Chase Bank. Jurnal yang
harus dibuat di Bank Anda adalah... .
10. Pada tanggal 26 Oktober 2013, yaitu 120 hari sejak pengapalan barang, Daichi Bank
membayar kepada Bank Anda, sebagai reimbursement atas pengeluaran yang sudah
dilakukan oleh Bank Anda pada tanggal 28 Juni 2013 yang lalu.
Jurnal yang harus dibuat pada tanggal 26 Oktober 2013 adalah... .
1. d
2. c
3. d
4. a
5. b
6. c
7. a
8. c
9. d
10. b
Kegiatan Belajar 9
DEFINISI TRANSAKSI DERIVATIF
Transaksi derivatif adalah kontrak yang nilainya berubah sebagai akibat dari perubahan Transaksi
suatu variabel yang telah disepakati oleh kedua pihak yang berkontrak. Variabel yang derivatif
disepakati tersebut misalnya kurs valuta asing atau suku bunga. Berikut ini adalah dua
contoh kontrak yang merupakan transaksi derivatif.
Contoh 1:
Pada tanggal 1 Januari 2012, Bank A melakukan kontrak forward dengan Bank B, yaitu Kontrak
Bank A membeli USD 1.000.000 dengan kurs Rp 9.500 yang serah terimanya akan forward
dilakukan tanggal 30 Juni 2012. Kontrak tersebut bisa menguntungkan atau merugikan
tergantung pada perubahan kurs. Dalam transaksi ini Bank A membeli dolar di masa yang
akan datang, dengan harga yang sudah dipatok yaitu Rp 9.500. Bank A akan untung bila
terjadi kenaikan kurs, dan akan rugi bila terjadi penurunan kurs. Jadi, Bagi Bank A nilai
kontrak tersebut bisa naik atau turun akibat perubahan kurs. Sebaliknya, dalam kontrak
tersebut Bank B menjual dolar di masa yang akan datang dengan kurs yang sudah dipatok
Rp 9.500, sehingga Bank B akan rugi bila kurs naik, dan akan untung bila kurs turun.
Sama seperti Bank A, bagi Bank B nilai kotrak tersebut berubah akibat perubahan kurs.
Contoh 2:
Pada tanggal 1 januari 2012, Bank A dan Bank B melakukan kontrak swap suku bunga Kontrak sewa
dengan nilai USD 100 juta berjangka 3 tahun. Dalam kontrak ini disebutkan bahwa setiap suku bunga
tanggal 30 Juni dan 31 Desember:
Bank A membayar kepada Bank B, bunga mengambang sebesar LIBOR + 2%.
Bank B membayar kepada Bank A, bunga tetap sebesar 8%. Perhatikan gambar di
bawah ini:
LIBOR + 2%
Bank A Bank B
8%
Bagi Bank A kontrak di atas akan menguntungkan bila bunga LIBOR turun di bawah 6%,
dan bagi Bank B akan menguntungkan bila bunga LIBOR naik di atas 6%. Setiap
kenaikan LIBOR akan menguntungkan Bank B (dan merugikan Bank A), dan setiap
penurunan LIBOR akan merugikan Bank B (dan menguntungkan Bank A). Jadi, bagi
kedua bank tersebut nilai kontrak itu dipengaruhi oleh perubahan suku bunga LIBOR.
Perhatikan pula bahwa, kontrak di atas tidak memerlukan investasi awal, dan bisa
mendatangkan keuntungan dan kerugian bagi pihak yang berkontrak. Keuntungan dan
kerugian itu baru akan diketahui di masa yang akan datang, yaitu setiap tanggal 30 juni
dan 31 Desember selama tiga tahun ke depan.
1. Transaksi derivatif adalah kontrak yang nilainya berubah sebagai akibat perubahan
suatu variabel yang disepakati oleh kedua pihak yang berkontrak. Variabel tersebut
misalnya dalah kurs dan suku bunga pasar.
2. Kontrak forward adalah contoh transaksi derivatif yang nilainya bisa menguntungkan
atau merugikan pihak yang berkontrak tergantung pada perubahan kurs.
3. Swap suku bunga adalah contoh transksi derivatif yang nilainya bisa menguntungkan
atau merugikan pihak yang berkontrak tergantung pada perubahan bunga pasar.
4. Salah satu ciri transaksi derivatif adalah: untuk melakukannya tidak diperlukan
investasi awal, atau diperlukan investasi awal yang sangat kecil, dibanding transaksi
non-derivatif dengan potensi keuntungan atau kerugian yang sama.
5. Ciri kedua adalah: adanya tenggang waktu antara saat kontrak dilakukan dengan saat
penyelesaian kontrak, yaitu saat diketahui apakah kontrak itu menguntungkan atau
merugikan.
3. Bank A membeli USD 1.000.000 dengan kurs Rp 9.700 dari Bank B yang
penyerahannya akan dilakukan 6 bulan yang akan datang. Dalam transaksi di atas... .
a. bisa dilakukan tanpa investasi awal
b. Bank A harus memiliki dana Rp 9.700.000.000, 6 bulan yang akan datang
c. Bank B harus memiliki dana USD 1.000.000, 6 bulan yang akan datang
d. Bank A akan rugi bila 6 bulan yang akan datang ternyata kurs naik di atas
Rp9.700.
4. Bank X melakukan kotrak dengan Bank Y, yaitu Bank X harus membayar bunga
mengambang JIBOR + 1% dan Bank Y harus membayar bunga tetap 6%, yang
penyelesaiannya akan dilakukan setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember selama tiga
tahun ke depan. Dalam transaksi di atas...
a. Bank X akan untung bila JIBOR naik di atas 5%
b. Bank X akan rugi bila JIBOR turun di bawah 5%
c. Bank Y akan untung bila JIBOR di bawah 5%
d. Bank Y akan untung bila JIBOR di atas 5%
1. c
2. b
3. a
4. d
5. b
Bila bank melakukan transaksi derivatif untuk tujuan Diperdagangkan (for trading), yaitu Akuntansi
membeli dan menjual aset keuangan derivatif secara aktif dan berulang, untuk transaksi (for
trading) harus
memperoleh marjin atau keuntungan dari fluktuasi harga jangka pendek, maka bank digolongkan
sebagai
tersebut harus menggolongkan transaksi derivatifnya sebagai FVTPL. Berikut ini adalah FVTPL
contoh transaksi derivatif untuk diperdagangkan dan perlakuan akuntansinya.
Akibat transaksi di atas, Bank A mempunyai tagihan sebesar USD 16.200 dan kewajiban Tagihan di
luar neraca
sebesar USD 16.200 x Rp 9.330 = Rp 151.146.000, yang jatuh tempo pada tanggal 31 (off-balance
sheet)
Maret 2012. Tagihan dan kewajiban semacam itu belum memenuhi kriteria sebagai aset
dan kewajiban untuk dicantumkan di neraca dan hanya boleh dicantumkan di luar neraca
(off-balance-sheet), yaitu dalam laporan komitmen dan kontinjensi. Oleh karena itu,
untuk mencatat transaksi di atas hanya dibuat jurnal administratif (jurnal yang tidak
diposting ke rekening-rekening neraca), yaitu:
D. Rekening Administratif-Tagihan Komitmen Forward Beli
(USD 16.200) Rp 151.146.000
K. Rekening Administratif - Kewajiban Komitmen forward beli Rp 151.146.000
(Catatan: untuk laporan ke Bank Indonesia, yang harus dilaporkan hanya pembelian dalam
valuta asing saja, kewajiban lawan dalam rupiah tidak perlu dilaporkan)
Pada sore hari pukul 16.00 tanggal 31 Januari 2012, kurs dolar di pasar untuk
penyerahan tanggal 31 Maret 2012 adalah Rp 9.350 per dolar.
Berdasarkan data ini, seandainya pada saat itu Bank A menutup posisinya, yaitu dengan
menjual USD 16.200 ke pasar forward dengan kurs Rp 9.350, maka Bank A akan
mendapatkan keuntungan sebesar USD 16.200 x (Rp 9.350 - Rp 9.330) = Rp 324.000
yang akan terjadi 2 bulan yang akan datang, yaitu tanggal 31 Maret 2012. Bila
keuntungan 2 bulan yang akan datang itu di-present value-kan dengan bunga 10% per
tahun, maka nilainya menjadi Rp 324.000 : (1 + 10%/12)2 = Rp 318.667. Oleh karena itu,
sebelum tutup buku tanggal 31 Januari 2012, Bank A harus membuat jurnal:
D. Tagihan/kewajiban derivatif forward Rp 318.667
K. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 318.667
Jurnal di atas diposting ke rekening neraca dan laba rugi. Jadi, untuk transaksi derivatif, Tagihan/
kewajiban
yang dicatat dampaknya ke neraca dan laporan laba-rugi adalah potensi keuntungannya derivatif
saja, sedangkan nilai transaksinya (USD 16.200 atau Rp 151.146.000) hanya di catat pada
laporan komiten dan kontinjensi.
Pada waktu tutup buku akhir bulan Januari 2012, rekening keuntungan akan ditutup ke
rekening Laba/Rugi Tahun Berjalan, dengan jurnal:
D. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 318.667
K. Laba/Rugi Tahun Berjalan Rp 318.667
Akibat jurnal balik ini, maka saldo rekening Tagihan/kewajiban Derivatif Forward Mark-to-
market
menjadi nol, sementara rekening Keuntungan/Kerugian Transaksi Derivatif menjadi kontrak
forward
bersaldo debet sebesar Rp 318.667. Selain itu, dengan adanya jurnal balik ini, maka Bank
A bisa beranggapan bahwa mark-to-market belum pernah dilakukan, sehingga pada akhir
bulan Februari dan Maret nanti, ketika Bank A melakukan mark-to-market, maka kurs
pasar pada akhir bulan itu selalu dibandingkan dengan kurs pada kontrak forward yaitu Rp
9.330 per dolar.
Pada tanggal 29 Februari 2012, kurs dollar forward yang jatuh tempo tanggal 31 Maret
2012 adalah Rp 9.300 per dolar. Bank A melakukan mark-to-market atas posisi tagihan
komitmen valasnya sebesar USD 16.200.
Berdasarkan kurs di atas, seandainya hari ini tanggal 29 Februari 2012, Bank A menutup
posisi forwardnya dengn menjual USD 16.200 untuk tanggal 31 Maret 2012, maka Bank
A akan mengalami kerugian sebesar (Rp 9.300 - Rp 9.330) x USD 16.200 = Rp 486.000
yang akan terjadi pada tanggal 31 Maret 2012. Kerugian pada tanggal 31 Maret 2012
tersebut bila di-present value-kan ke tanggal 29 Februari 2012, didapat: Rp 486.000 / (1 +
10%/12)1 = Rp 481.983. Jadi, jurnal yang harus dibuat adalah:
D. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 481.983
K. Tagihan/kewajiban derivatif forward Rp 481.983
Akibat jurnal ini dan jurnal balik yang dibuat awal Februari, rekening
Keuntungan/kerugian transaksi derivatif bersaldo debet sebesar: Rp 318.667 + Rp
481.983 = Rp 800.650, sehingga dibuat jurnal penutup:
D. Laba/rugi tahun berjalan Rp 800.650
K. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 800.650
Pada tanggal 31 Maret 2012, dilakukan realisasi kontrak forward, yaitu Bank A
menerima USD 16.200 dan membayar Rp 151.146.000. Pada saat itu kurs spot adalah
Rp 9.340.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat penerimaan dolar dan pembayaran rupiah tersebut
adalah:
D. Kas Dolar (USD 16.200 x kurs spot Rp 9.340) Rp 151.308.000
K. Kas Rupiah Rp 151.146.000
K. Keuntungan revaluasi Rp 162.000
Keterangan: Bank A menerima uang kertas asing sebesar USD 16.200 yang dibeli secara
forward dengan kurs Rp 9.330. Karena pada hari itu kurs spot adalah Rp 9.340 berarti
Bank A mendapatkan keuntungan akibat merevaluasi uang kertas asing tersebut sebesar
(Rp 9.340 - Rp 9.330) x USD 16.200 = Rp 162.000.
Selain itu, karena kedua belah pihak sudah membayar sesuai kontrak, maka jurnal
administratif tagihan dan kewajiban komitmen bisa dihapuskan dengan menjurnal:
D. Rekening Administratif-
Kewajiban Komitmen forward beli Rp 151.146.000
K. Rekening Administratif-
Tagihan Komitmen Forward Beli(USD 16.200) Rp 151.146.000
Pengakuan laba seperti inilah yang harus diterapkan untuk transaksi derivatif yang
bertujuan untuk diperdagangkan. Bank A membeli dolar secara forward 2 bulan dengan
kurs Rp 9.330 dan pada saat jatuh tempo ternyata kurs spot adalah Rp 9.340, sehingga
Bank A mendapatkan keuntungan sebesar (Rp 9.340 - Rp 9.330) x USD 16.200 =
Rp162.000. Pengakuan keuntungan tersebut tidak boleh menunggu sampai saat jatuh
tempo, tapi harus diakui sebagai laba atau rugi setiap akhir bulan dengan melakukan mark-
to-market. Ketika akhir Januari terjadi kenaikan kurs maka Bank A mengakui laba
Rp318.667, ketika akhir Februari terjadi penurunan kurs maka Bank A harus mengakui
rugi Rp 800.650, dan ketika terjadi lagi kenaikan kurs pada akhir Maret maka Bank A
mengakui laba RP 643.983. Secara total keuntungan yang diakui adalah sebesar perbedaan
antara kurs kontrak dengan kurs spot saat jatuh tempo yaitu Rp 162.000.
Pada contoh di atas mark-to-market dilakukan setiap akhir bulan. Dalam prakteknya
revaluasi dilakukan setiap akhir hari dan seluruh perhitungan dilakukan oleh sistem
komputer. Meskipun demikian, dasar perhitungannya adalah sama seperti pada contoh di
atas.
1. Bila bank melakukan transaksi derivatif untuk tujuan diperdagangkan, yaitu membeli
dan menjual aset keuangan derivatif secara aktif dan berulang, untuk memperoleh
marjin atau keuntungan dari fluktiasi harga jangka pendek, maka bank harus
menggolongkan transaksi derivatif tersebut sebagai FVTPL.
2. Nilai kontrak transaksi derivatif dicatat dalam rekening administratif di luar neraca (off
balance sheet), dan hanya potensi keuntungan atau kerugiannya saja yang dicatat di
neraca dan laporan laba rugi. Potensi keuntungan atau kerugian itu dicatat sebagai laba
atau rugi periode berjalan, dan sebagai lawannya dicatat tagihan dan kewajiban
derivatif di neraca.
3. Bila bank melakukan transaksi derivatif FVTPL, misalnya berjangka 3 bulan, maka
setiap akhir bulan bank harus melakukan mark to market terhadap kontrak derivatifnya
dan mengakui keuntungan atau kerugian akibat mark to market tersebut dalam laporan
laba-rugi. Besarnya keuntungan atau kerugian dicatat sebesar present value dari
keuntungan atau kerugian yang akan terjadi pada saat jatuh tempo kontrak derivatif.
4. Besarnya keuntungan atau kerugian transaksi derivatif kontrak forward adalah sebesar
selisih antara kurs kontrak dengan kurs spot pada saat jatuh tempo. Untuk kontrak
forward FVTPL, pengakuan keuntungan atau kerugian tersebut tidak boleh menunggu
sampai saat jatuh tempo kontrak, tapi harus diakui setiap bulan selama periode kontrak
forward, dengan melakukan mark to market.
2. Pada tanggal 31 Maret 2012 Bank ABC akan melakukan mark to market atas posisi
forward yang dilakukannya. Kurs yang dibutuhkan untuk melakukan mark to market
adalah... .
a. kurs spot tanggal 31 Maret 2012
b. kurs forward 2 bulan
c. kurs foward 1 bulan yang jatuh tempo tanggal 30 April 2012
d. kurs spot pada tanggal 30 April 2012
3. Pada tanggal 31 Maret 2012, diketahui bahwa kurs forward 1 bulan adalah Rp 8.900.
Bila Bank ABC selalu membuat jurnal balik setelah melakukan mark to market, maka
jurnal yang dibuat pada tanggal 31 Maret 2012 ketika melakukan mark to market
adalah... .
a. D. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)
K. Tagihan/kewajiban transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)
b. D. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)2
K. Tagihan/kewajiban transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)2
4. Bila pada tanggal 30 April 2012 ternyata kurs spot adalah Rp 9050, maka Bank ABC
harus mengakui... .
a. kerugian Rp 5.000.000 untuk bulan April 2012
b. keuntungan Rp 5.000.000 untuk bulan April 2012
c. keuntungan Rp 5.000.000 untuk periode bulan Maret dan April 2012
d. kerugian Rp 5.000.000 untuk periode bulan Maret dan April 2012
5. Bila Bank ABC menjurnal dengan benar pada tanggal 1 Maret, 31 Maret, 30 April
2012, maka keuntungan/kerugian yang benar untuk bulan Maret dan April 2012
adalah... .
a. Maret rugi Rp 9.999.752 dan April untung Rp 14.999.752
b. Maret untung Rp 9.999.752 dan April rugi Rp 14.999.752
c. Maret rugi Rp 10.000.000 dan April untung Rp 15.000.000
d. Maret untung Rp 10.000.000 dan April rugi Rp 15.000.000
1. d
2. c
3. a
4. c
5. a
Transaksi derivatif bisa digunakan untuk lindung nilai terhadap aset atau liabilitas. Bila Lindung nilai
atas nilai
bank mempunyai aset yang akan dijual pada saat tertentu di masa yang akan datang, maka wajar aset
atau
bank menghadapi risiko kerugian, yaitu bila pada saat dijual nanti ternyata nilai wajarnya kewajiban
sedang jatuh. Demikian pula bila bank mempunyai hutang dalam bentuk surat berharga
yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar uang atau pasar modal. Bila bank
bermaksud untuk melunasi hutang tersebut pada suatu ketika nanti dengan cara membeli
surat berharga tersebut di pasar, maka bank menghadapi risiko kerugian, yaitu bila pada
saat akan dibeli nanti ternyata nilai wajarnya sedang melonjak. Transaksi derivatif bisa
digunakan untuk menghindari risiko semacam itu, dan transaksi yang dilakukan disebut
transaksi lindung nilai atas nilai wajar aset atau kewajiban. Pada pembahasan berikut akan
diberikan ilustrasi transaksi lindung nilai atas nilai wajar hutang.
Nilai wajar dari hutang obligasi adalah present value dari seluruh aliran kas keluar untuk
membayar bunga dan pokok hutang tersebut, dengan tingkat diksonto sebesar bunga
pasar. Akibatnya, obligasi berbunga tetap nilai wajarnya akan berbanding terbalik dengan
tingkat bunga pasar. Bila penerbit obligasi mengakui hutangnya dalam kelompok FVTPL,
maka ketika tingkat bunga pasar turun ia harus mengakui peningkatan nilai wajar
hutangnya dan kerugian, sebaliknya bila tingkat bunga pasar naik penerbit obligasi harus
mengakui penurunan nilai wajar hutangnya dan keuntungan.
Bila penerbit obligasi ingin men-stabil-kan nilai wajar hutangnya, penerbit obligasi Swap suku
bunga untuk
berbunga tetap bisa melakukan transaksi swap suku bunga, yaitu membuat kontrak melindungi
nilai wajar
pertukaran suku bunga, dalam hal ini membayar bunga tetap dan menerima bunga hutang
mengambang. Bila penerbit melakukan transaksi swap suku bunga untuk melindungi nilai
wajar hutangnya, maka kerugian atau keuntungan akibat kenaikan atau penurunan nilai
wajar hutangnya adakan ditutup dengan keuntungan atau kerugian akibat transaksi swap
suku bunga. Untuk transaksi semacam ini nilai wajar hutang disebut hedged item atau Hedged item
dan hedged
obyek yang dilindungi nilainya, sedangkan transaksi swap suku bunga adalah transaksi instrument
derivatif yang menjadi instrumen lindung nilai (hedged intrument). Berikut ini adalah
contoh transaksi derivatif untuk tujuan lindung nilai atas nilai wajar.
Pada hari ini bunga pasar (JIBOR) adalah 10% per tahun (5% per semester) dan bunga
kupon Obligasi Bank B disesuaikan dengan bunga pasar pada saat diterbitkan. Nilai
Wajar (NW) obligasi tersebut adalah present value dari aliran kas keluar untuk bunga dan
pokok obligasi yaitu:
25.000.00.000 500.000.000.000
NW n
10
500.000.000.000
(1 5%) n (1 5%)10
Karena bunga kupon obligasi sama dengan bunga pasar, yaitu JIBOR 10% per tahun atau
5% per semester, maka nilai wajar obligasi sama dengan nilai nominalnya, sehingga
obligasi terjual pada harga par.
Untuk menghindari risiko kenaikan nilai wajar hutang obligasinya, Bank B juga Penyelesaian
secara neto
melakukan swap suku bunga, yaitu menerima 10% dan membayar JIBOR berjangka 5
tahun, dengan penyelesaian dilakukan setiap semester. Dalam kontrak swap ditetapkan
bahwa penyelesaian akan dilakukan secara neto, yaitu selisih antara 10%/2 dengan
JIBOR/2 setiap akhir semester.
Jurnal administratif untuk swap suku bunga:
D. Rekening Administratif-swap suku bunga tetap Rp 500.000.000.000
K. Rekening Administratif-swap suku bunga mengambang Rp 500.000.000.000
Karena suku bunga tetap yang akan diterima (yaitu 10%) sama dengan suku bunga yang
harus dibayar (yaitu JIBOR = 10%), maka pembayaran neto adalah nol, sehingga tidak ada
jurnal yang dibuat pada saat itu, kecuali jurnal administratif di atas.
Ternyata tingkat bunga pasar (JIBOR) adalah 10,5% per tahun atau 5,25% per semester,
sehingga penyelesaian neto adalah Bank B harus membayar sebesar: (5,25% - 5%) x
Rp500 milyar = Rp 1.250.000.000. Jurnal yang dibuat untuk mencatat penyelesaian neto
swap suku bunga adalah:
D. Beban bunga Rp 1.250.000.000
K. Giro BI Rp 1.250.000.000
Dengan menjumlahkan kedua jurnal di atas tampak bahwa beban bunga yang ditanggung
Bank B adalah Rp 25.000.000.000 + Rp 1.250.000.000 = Rp 26.250.000.000. Perhatikan
bahwa angka ini sama dengan JIBOR/2 x Rp 500.000.000.000.
Menghitung Perubahan Nilai Wajar Hutang Obligasi
Pada saat itu nilai wajar hutang obligasi adalah: Menghitung
nilai wajar
25.000.000.000 500.000.000.000
NW n hutang
9
491.213.306.754
(1 5,25%) n (1 5,25%) 9 obligasi
Penjelasanannya adalah, karena terjadi kenaikan bunga pasar (JIBOR) menjadi 5,25% per
semester, lebih tinggi dari pada bunga kupon obligasi 5% per semester, maka nilai wajar
obligasi tersebut turun dari Rp 500.000.000.000 menjadi Rp 491.213.306.754, atau turun
sebesar Rp 8.786.693.246. Akibat penurunan nilai wajar hutang itu Bank B membuat
jurnal:
D. Hutang Obligasi Rp 8.786.693.246
K. Keuntungan perubahan nilai wajar hutang obligasi Rp 8.786.693.246
(Catatan: seperti dijelaskan pada contoh sebelumnya, pada hari berikutnya akan dibuat
jurnal balik).
1.250.000.000
NW n
9
8.786.693.246
(1 5,25%) n
Untuk mencatat penurunan nilai wajar kontrak swap dari nol menjadi minus Rp
8.786.693.246, maka dibuat jurnal:
D. Kerugian transaksi derivatif - swap Rp 8.786.693.246
K. Kewajiban derivatif swap Rp 8.786.693.246
Perhatikan bahwa, keuntungan akibat penurunan nilai wajar hutang obligasi terhapuskan Keuntungan/
kerugian pada
oleh kerugian karena penurunan nilai wajar kontrak swap. Ini adalah hakekat dari transaksi hedged item
saling hapus
lindung nilai terhadap nilai wajar (fair value hedge), yaitu keuntungan/kerugian yang dengan
kerugian/
terjadi pada "hedged item" saling hapus dengan kerugian/keuntungan pada "hedged keuntungan
pada hedged
instrument". instrument
Selanjutnya kita perhatikan apa yang terjadi dengan kontrak swap suku bunga. Pada hari
ini diketahui ternyata bunga pasar (JIBOR) adalah 9%, atau lebih rendah dari 10%,
sehingga Bank B akan menerima pembayaran sebesar 5% - 9%/2 = 5% - 4,5% = 0,5% X
Rp 500.000.000.000 = Rp 2.500.000.000. Jurnal yang dibuat adalah:
D. Giro BI atau Banl Lain Rp 2.500.000.000
K. Beban bunga Rp 2.500.000.000
Dengan menjumlahkan kedua jurnal di atas, tampak bahwa total beban bunga untuk
semester kedua 2012 adalah Rp 22.500.000.000, yaitu JIBOR/2 x Rp 500.000.000.000.
Selanjutnya perhatikan dampak perubahan JIBOR terhadap nilai wajar hutang obligasi dan
nilai wajar kontrak swap:
Karena JIBOR turun menjadi 4,5% per semester, maka nilai wajar hutang obligasi
menjadi:
25.000.000.000 500.000.000.000
NW n
8
516.489.715.168
(1 4,5%) n (1 4,5%)8
2.500.000.000
NW n
8
16.489.715.168
(1 4,5%) n
Selanjutnya dibuat jurnal untuk mengakui kenaikan nilai kontrak swap, yaitu:
K. Tagihan derivatif swap Rp 16.489.715.168
D. Keuntungan transaksi derivatif - swap Rp 16.489.715.168
Perhatikan sekali lagi, akibat transaksi fair value hedge, kerugian karena penurunan nilai
wajar hutang obligasi (hedged item) dihapus oleh keuntungan pada kontrak swap (hedged
instrument). Demikian gambaran akuntansi transaksi derivatif untuk melindungi nilai
wajar hutang obligasi untuk dua semester pertama dari umur obligasi. Selanjutnya,
ringkasan jurnal untuk masa 10 semester diberikan pada tabel berikut ini.
Sem. Ke Hutang Obligasi B. Kupon JIBOR Peny. Neto Swap NW Swap NW Hutang Obl Perub. NW Hutang Beb. Bunga
1 2 3 4 = (2-3) x 1 5 = PV of 4 6 = PV of 2 + 1 7 =1 -6 8 = 3x1 = (2x1)+4
1 500.000.000.000 5% 5,00% - 0 500.000.000.000 - 25.000.000.000
2 500.000.000.000 5% 5,25% (1.250.000.000) (8.786.693.246) 491.213.306.754 8.786.693.246 26.250.000.000
3 500.000.000.000 5% 4,50% 2.500.000.000 16.489.715.168 516.489.715.168 (16.489.715.168) 22.500.000.000
4 500.000.000.000 5% 4,75% 1.250.000.000 7.298.956.945 507.298.956.945 (7.298.956.945) 23.750.000.000
5 500.000.000.000 5% 5,00% 0 0 500.000.000.000 - 25.000.000.000
6 500.000.000.000 5% 5,25% (1.250.000.000) (5.374.649.238) 494.625.350.762 5.374.649.238 26.250.000.000
7 500.000.000.000 5% 5,50% (2.500.000.000) (8.762.875.304) 491.237.124.696 8.762.875.304 27.500.000.000
8 500.000.000.000 5% 5,75% (3.750.000.000) (10.070.340.115) 489.929.659.885 10.070.340.115 28.750.000.000
9 500.000.000.000 5% 4,50% 2.500.000.000 4.681.669.376 504.681.669.376 (4.681.669.376) 22.500.000.000
10 500.000.000.000 5% 4,75% 1.250.000.000 1.193.317.422 501.193.317.422 (1.193.317.422) 23.750.000.000
Investor Obligasi
OOObliBank B
5%
JIBOR
Bank B Bank X
5%
Bank B membayar bunga obligasi 5%, dan melakukan swap suku bunga: menerima 5%
dan membayar JIBOR, sehingga secara neto Bank B membayar bunga sebesar: 5% +
(JIBOR - 5%) = JIBOR. Oleh karena itu, di kolom 8 tampak bahwa beban bunga bagi
Bank B adalah JIBOR x Rp 500.000.000.000.
Bank B melakukan transaksi lindung nilai, yaitu: transaksi swap suku bunga yang akan
menghasilkan keuntungan (kerugian) bila terjadi kerugian (keuntungan) karena kenaikan
(penurunan) nilai wajar hutang obligasi, sehingga Bank B tidak akan menghadapi dampak
perubahan nilai wajar hutang obligasi. Pada tabel di atas tampak bahwa nilai kolom 5 =
minus kolom 7, sehingga terjadi saling menghapus.
1. Bila bank mempunyai aset keuangan yang akan dijual sewaktu-waktu, maka bank
menghadapi risiko kerugian, yaitu bila aset keuagan tersebut harga pasarnya (nilai
wajarnya) jatuh ketika akan akan dijual.
2. Bila bank mempunyai hutang, misalnya dalam bentuk obligasi berbunga tetap yang
diterbitkan, dan akan dilunasi sewaktu-waktu dengan membelinya kembali di pasar,
maka bank menghadapi risiko meningkatnya harga pasar (nilai wajar) obligasi
tersebut.
3. Transaksi derivatif yang dilakukan untuk menghindari kerugian akibat penurunan nilai
wajar aset keuangan atau kenaikan nilai wajar kewajiban keuangan, disebut transaksi
derivatif untuk lindung nilai atas nilai wajar.
4. Bila bank melakukan transaksi derivatif untuk lindung nilai, maka kerugian akibat
kenaikan nilai wajar hutang obligasinya (hedged item) akan ditutup dengan
keuntungan akibat transaksi derivatif swap suku bunga (hedged instrument).
5. Bila bank melakukan transaksi derivatif swap suku bunga untuk lindung nilai terhadap
kenaikan nilai kewajiban FVTPL, maka bank akan terhindar dari kerugian akibat
kenaikan nilai wajar hutang FVTPL, dan hutang yang tadinya berbunga tetap akan
berubah menjadi hutang berbunga mengambang.
3. Untuk menghindari risiko perubahan nilai wajar obligasi tersebut, yang harus
dilakukan oleh Bank X adalah swap suku bunga... .
a. membayar JIBOR, menerima 8%
b. menerima sebesar (JIBOR - 8%)
c. membayar sebesar (JIBOR - 8%)
d. menerima JIBOR, bayar 8%
4. Bila Bank X melakukan swap suku bunga dengan membayar menerima JIBOR dan
membayar 8%, maka Bank X akan mempunyai pendapatan... .
a. tetap sebesar 8%
b. mengambang sebesar JIBOR
c. mengambang sebesar (JIBOR - 8%)
d. mengambang sebesar (8% - JIBOR)
5. Bila Bank X sudah melakukan lindung nilai terhadap nilai wajar surat berharga yang
dimilikinya dengan melakukan swap suku bunga, maka pendapatannya akan... .
a. tetap 8%, dan terhindar dari kerugian penurunan nilai wajar surat berharga
b. mengambang sebesar JIBOR, tapi terhindar dari kerugian penurunan nilai wajar
obligasi
c. mengambang sebesar (JIBOR-8%), tapi terhindar dari kerugian penurunan nilai
wajar obligasi
d. mengambang sebesar (8% - JIBOR), tapi terhindar dari kerugian penurunan nilai
wajar obligasi
8%
8%
Bank X Bank A
JIBOR
Pada diagram di atas tampak Bank X mempunyai penghasilan tetap 8% dari obligasi
dan melakukan swap suku bunga dengan Bank A. Bila terjadi kenaikan bunga pasar
(JIBOR) di atas 8%, maka... .
a. nilai wajar obligasi akan turun, dan nilai wajar kontrak swap akan naik
b. nilai wajar obligasi akan naik, dan nilai wajar kontrak swap akan turun
c. nilai wajar obligasi akan naik, tapi pendapatan bunganya akan turun
d. pendapatan Bank X akan tetap sebesar (JIBOR - 8%)
7. Berdasarkan diagram pada soal nomor 6 diatas, bila terjadi penurunan bunga pasar
(JIBOR) di bawah 8%, maka... .
a. nilai wajar obligasi akan turun, dan nilai wajar kontrak swap akan naik
b. nilai wajar obligasi akan naik, dan nilai wajar kontrak swap akan turun
c. nilai wajar obligasi akan turun, tapi pendapatan bunganya akan naik
d. pendapatan Bank X akan tetap sebesar (JIBOR - 8%)
8. Prinsip akuntansi transaksi derivatif yang dipergunakan untuk lindung nilai terhadap
nilai wajar aset adalah... .
a. nilai wajar "hendged item" tidak akan turun di bawah yang diinginkan
b. kerugian karena penurunan nilai wajar "hedged item" saat ini akan tertutup oleh
kenaikan nilai wajarnya pada periode berikutnya
c. kerugian karena penurunan nilai wajar "hedged item" terhapus oleh kenaikan nilai
wajar "hedged instrumen".
d. keuntungan karena kenaikan nilai wajar "hedged item" selalu lebih tinggi dari pada
kerugian akibat penurunan pendapatan bunga JIBOR
1. b
2. b
3. d
4. b
5. b
6. a
7. b
8. c
Pada transaksi lindung nilai atas nilai wajar, keuntungan atau kerugian dari revaluasi Lindung nilai
atas arus kas
instrumen derivatif saling hapus dengan kerugian atau keuntungan akibat perubahan nilai
wajar hedged item-nya. Hal itulah yang tidak bisa terjadi pada transaksi lindung nilai atas
arus kas. Pada transaksi lindung nilai atas arus kas, tidak ada wujud aset atau kewajiban
(hedged item) yang akan menghasilkan kerugian atau keuntungan revaluasi, yang akan
saling menghapus dengan keuntungan atau kerugian revaluasi instrumen derivatif. Oleh
karena itu, keuntungan atau kerugian akibat revaluasi instrumen derivatif diperbolehkan
untuk ditampung sementara pada rekening ekuitas yang bernama Pendapatan
Komprehensif Lain. Masa penampungan itu berakhir ketika hedged item sudah direalisasi
dan menghasilkan keuntungan atau kerugian, yang kemudian harus dihapuskan dengan
Pendapatan Komprehensif Lain tadi. Berikut ini adalah beberapa contoh transaksi lindung
nilai atas arus kas.
Contoh 1: Lindung Nilai atas Arus Kas Keluar untuk membeli Surat Utang Negara
(SUN)
1 Juli 2012:
Pada tanggal 1 Juli 2012 Bank D "memprakirakan" akan membeli SUN pada tanggal 30
Juni 2013 dengan harga Rp 100 milyar. Bank D ingin agar SUN tersebut memberi bunga
9% selama 5 tahun, dibayar setiap semester, yaitu sejak 31 Desember 2013 sampai 30 Juni
2018. Perhatikan kata "memprakirakan", yang berarti bahwa Bank S belum membeli SUN,
dan juga belum ada komitmen akan membeli SUN, yang ada hanyalah "proyeksi kas
masuk" sebesar Rp 9 milyar per tahun atau Rp 4,5 milyar per semester, sejak 31 Desember
2013 sampai dengan 30 Juni 2018. Jadi, pada tanggal 1 Juli 2012 tentu saja tidak ada
jurnal untuk mencatat "rencana pembelian SUN" sebesar Rp 100 milyar itu.
1/7/2012 30/6/2013 Rp4,5 Rp4,5 Rp4,5 Rp4,5 Rp4,5 Rp4,5 Rp4,5 Rp4,5 Rp4,5 Rp4,5
Saat ini ----------------------> aliran kas yang diprakirakan
Meskipun demikian, Bank D menghawatirkan terjadi penurunan suku bunga SUN pada
tanggal 30 Juni 2013, sehingga pendapatannya kurang dari 9% per tahun selama 10
semester. Oleh karena itu, Bank D membeli call option, atas bunga sebesar 9% untuk
SUN dengan nominal Rp 100 milyar berjangka 10 semester (call option on future interest Call option on
future interest
rate of SUN). Bila pada tanggal 30 Juni 2013 nanti ternyata bunga SUN di bawah 9%, rate of SUN
maka Bank D akan mengeksekusi opsinya, tapi bila ternyata suku bunga SUN di atas 9%,
maka Bank D tidak akan mengeksekusi opsinya. Call option tersebut harus dibeli dengan
harga Rp 14.000.000, dan jatuh tempo pada tanggal 30 Juni 2013.
Jurnal yang dibuat pada tanggal 1 Juli 2012 adalah:
D. Tagihan derivatif opsi Rp 14.000.0000
K. Giro BI Rp 14.000.000
Perhatikan bahwa, dengan adanya pembelian call option ini, Bank D mempunyai
instrumen derivatif (hegded instrument) tapi tidak mempunyai aset atau kewajiban sebagai
obyek yang dilindungi (hedged item)
31 Desember 2012:
Waktu berjalan selama 6 bulan, sampailah pada tanggal 31 Desember 2012, dan Bank D
harus membuat neraca akhir tahun. Pada saat itu diketahui tingkat bunga SUN berjangka 5
tahun adalah 8%. Karena dalam kontrak opsi Bank D berhak membeli SUN yang
berbunga 9%, berarti Bank D beruntung telah membeli opsi tersebut. Keuntungan bagi
Bank D adalah sebesar 1% per tahun atau 0,5% per semester selama 10 semester, sejak 1
Juli 2013 sampai 30 Juni 2018.
Seperti telah dijelaskan dimuka, keuntungan revaluasi hedged instrument ini ditampung Keuntungan
dalam rekening ekuitas, karena tidak ada hedged item yang bisa direvaluasi yang akan revaluasi
hedged
menghasilkan kerugian yang bisa dihapuskan dengan keuntungan tersebut. Selain itu, instrument
ditampung
perhatikan kembali harga beli Tagihan Derivatif sebesar Rp 14.000.000. Nilai Rp dalam
rekening
14.000.000 itu disebut nilai waktu dari opsi, karena nilai tersebut ada selama masih ada ekuitas
waktu yang tersisa antara hari ini dengan tanggal jatuh temponya opsi (30 Juni 2013),
yang berarti masih ada peluang terjadinya kenaikan bunga SUN. Hari ini sudah berjalan 6
bulan sejak opsi itu dibeli, sehingga nilai waktu opsi tersebut sudah menyusut, misalnya
menjadi Rp 8.000.000, sehingga harus diakui penurunan nilai waktu opsi dengan jurnal:
D. Kerugian transaksi derivatif opsi Rp 6.000.000
K. Tagihan derivatif opsi Rp 6.000.000
30 Juni 2013:
Pada hari ini opsi sudah jatuh tempo, sehingga nilai waktu opsi tidak ada lagi, dan harus
dibuat jurnal:
D. Kerugian transaksi derivatif opsi Rp 8.000.000
K. Tagihan derivatif opsi Rp 8.000.000
Selanjutnya, Bank D mengabaikan hak opsi yang dimilikinya, sehingga jurnal yang dulu
dibuat sebagai pengakuan potensi keuntungan harus dhapuskan seluruhnya dengan jurnal:
D. Ekuitas-Pendapatan komprehensif lain Rp 3.785.989.558
K. Tagihan derivatif opsi Rp 3.785.989.558
Selanjutnya, setiap kali Bank D mendapatkan penghasilan bunga sebesar 1/2 x 9.5% x Rp
100.000.000.000, dibuat jurnal:
D. Giro BI Rp 4.750.000.000
K. Pendapatan bunga Rp 4.750.000.000
Jurnal di atas akan dibuat sebanyak 10 kali sampai SUN tersebut jatuh tempo 5 tahun
kemudian. Jadi, selama 5 tahun Bank D menikmati bunga 9,5%, lebih tinggi dari yang
diharapkan semula yaitu 9%. Hal itu didapatnya dengan berkorban sebesar Rp 14.000.000
untuk membeli call option.
Setelah jurnal rekening "Tagihan Derivatif Opsi" dan "Ekuitas - Pendapatan komprehensif
lain" akan bersaldo Rp 1.250.000.000. Selanjutnya, counterparty (lawan transaksi) opsi
akan membayar tagihan derivatif opsi tersebut, sebesar Rp 125.000.000 per semester
selama 10 semester. Jadi setiap semester akan dibuat jurnal:
D. Giro BI atau Bank Lain Rp 125.000.000
K. Tagihan derivatif opsi Rp 125.000.000
Setelah dibuat 10 kali jurnal seperti itu selama 10 semester maka rekening "Tagihan
Derivatif Opsi" akan bersaldo nol.
Tapi, bila counter party akan membayarnya sekaligus, maka jumlah yang harus dibayarnya
adalah:
125.000.000
NWPV n
10
989.089.772
(1 4,5%) n
Jurnal yang dibuat oleh Bank D ketika menerima uang tersebut adalah:
D. Giro BI atau Bank Lain Rp 989.089.772
D. Beban bunga Rp 260.910.228
K. Tagihan derivatif opsi Rp 1.250.000.000
Selanjutnya setiap semester Bank D akan mengakui pendapatan bunga sebesar 4,375% per
semester ditambah dengan amortisasi "Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain" yang
bersaldo Rp 1.250.000.000, sedemikian rupa sehingga pendapatan bunga efektifnya
menjadi 4,5% per semester, yaitu sesuai bunga yang ditargetkan. Jurnal yang dibuat untuk
10 semester kedepan adalah:
D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 125.000.000
D. Kas Rp 4.375.000.000
K. Pendapatan bunga Rp 4.500.000.000
per tahun), tapi karena tindakan lindung nilai pendapatannya naik menjadi 4,5% per
semester atau 9% per tahun, sesuai yang ditargetkan.
Perhatikan prinsip transaksi lindung nilai yang berlaku di sini, yaitu keuntungan dari
"instrumen lindung nilai" harus diakui dalam periode yang sama dengan kerugian yang
terjadi pada "item yang dilindungi". Keuntungan dari instrumen lindung nilai yang
berjumlah Rp 1.250.000.000 baru diakui sebagai keuntungan secara bertahap selama 10
semester, sebagai penambah pendapatan dari "item yang dilindungi" yang tidak mencapai
4,5% per semester.
1. Pada transaksi lindung nilai atas aliran kas, obyek yang dilindungi (hedged item)
adalah berupa aliran kas di masa yang akan datang, jadi bukan berupa aset atau
kewajiban. Oleh karena itu, keuntungan atau kerugian akibat revalusi terhadap hedged
instrumen ditampung dalam rekening pendapatan komprehensif lain, karena tidak bisa
saling menghapus dengan kerugian atau keuntungan akibat revaluasi aset atau
kewajiban yang dilindungi.
2. Bila bank membeli call option sebagai instrumen lindung nilai terhadap aliran kas,
maka harga beli call option tersebut harus diakui sebagai biaya secara bertahap selama
umur call option tersebut.
3. Bila bank melakukan revaluasi (mark to market) terhadap hedged instrumen sebelum
tanggal jatuh tempo call option, maka keuntungan atau kerugian yang timbul akibat
proses mark to market terhadap hedged instrumen dicatat dalam rekening pendapatan
komprehensif lain, dan lawannya adalah tagihan atau kewajiban transaksi derivatif.
4. Pada tanggal jatuh tempo call option, bila call option tersebut tidak dieksekusi (karena
kerugian yang dilindungi tidak terjadi), maka pendapatan komprehensif lain yang telah
diakui bisa dihapuskan bersama dengan tagihan dan kewajiban derivatifnya.
5. Bila call option dieksekusi pada tanggal jatuh tempo (karena kerugian yang dilindungi
terjadi), maka pendapatan komprehensif lain yang telah diakui dipindah ke laporan
laba-rugi secara bertahap bersamaan dengan pengakuan kerugian atau keuntungan
pada obyek yang dilindungi (hedged item).
Bank ABC akan membeli seperangkat komputer seharga USD 100.000 yang dirancang
dengan spesifikasi khusus sesuai kebutuhan operasional e-banking Bank ABC. Karena itu
produsennya di luar negeri mengharuskan Bank ABC menandatangani kontrak pembelian
yang tidak bisa dibatalkan, yang ditandatangani pada hari ini tanggal 30 Juni 2012.
Perangkat komputer tersebut akan tiba di Indonesia tanggal 31 Maret 20013, dan Bank
ABC diberi waktu 3 bulan yaitu sampai tanggal 30 Juni 2013, untuk melunasinya. Bank
ABC mengkhawatirkan terjadinya kenaikan kurs dolar, dan karena itu Bank ABC
membeli USD 100.000 secara forward berjangka 1 tahun (jatuh tempo 30 Juni 2013),
dengan kurs Rp 10.960 per dolar, walaupun kurs spot saat ini adalah Rp 10.720 per dolar.
2. Bank ABC membeli USD 100.000 secara forward dengan kurs Rp 10.960. Pembelian
dolar secara forward tersebut memenuhi kriteria sebagai cashflow hedge. Transaksi
forward merupakan instrumen lindung nilai, sedangkan item yang dilindung nilai
adalah... .
a. aset berupa tagihan valuta asing kepada produsen komputer di luar negeri
b. kewajiban valuta asing kepada produsen komputer di luar negeri
c. komitmen pasti dalam valuta asing kepada produsen komputer di luar negeri
d. prakiraan transaksi pembayaran valuta asing yang sangat mungkin terjadi
3. Jurnal yang dibuat di Bank ABC pada tanggal 30 Junit 2012 untuk mencatat transaksi
forward adalah… .
a. D. Rekening administratif-Tagihan komitmen forward USD 100.000
K. Contra Account USD 100.000
4. Pada tanggal 31 Desember 2012 Bank ABC akan membuat neraca akhir tahun, dan
melakukan mark to market terhadap posisi forward. Diketahui pada hari itu kurs spot
Rp 10.800 per dolar dan kurs forward yang jatuh tempo tanggal 30 Juni 2013 adalahRp
10.920 per dolar. Diketahui suku bunga dolar adalah 6% per tahun atau 0,5% per
bulan. Jurnal yang dibuat untuk mencatat mark to market tersebut adalah... .
a. D. Kerugian revaluasi posisi forward Rp 15.528.289
K. Kewajiban forward Rp 15.528.289
b. D. Tagihan forward Rp 15.528.289
K. Keuntungan revaluasi posisi forward Rp 15.528.289
c. D. Ekuitas - pendapatan komprehensif lain Rp 3.882.072
K. Kewajiban forward Rp 3.882.072
d. D. Kewajiban forward Rp 3.882.072
K. Ekuitas - pendapatan komprehensif lain Rp 3.882.072
5. Pada tanggal 31 Maret 2013, Bank ABC menerima perangkat komputer tersebut dan
mencatat sebagai aktiva tetap. Diketahui kurs spot pada hari itu adalah Rp 10.740 dan
kurs forward yang jatuh tempo 30 Juni 2013 adalah Rp 10.760. Jurnal yang dibuat
untuk mencatat penerimaan komputer tersebut adalah... .
a. D. Aktiva tetap - komputer Rp 1.076.000.000
K. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.076.000
6. Pada tanggal 31 Maret 2013, Bank ABC juga melakukan revaluasi terhadap posisi
forwardnya. Diketahui kurs spot pada hari itu adalah Rp 10.740 dan kurs forward yang
jatuh tempo 30 Juni 2013 adalah Rp 10.760. Bila diasumsikan tidak ada jurnal balik
setelah revaluasi yang lalu, maka jurnal yang dibuat untuk revaluasi posisi forward
tersebut adalah... .
a. D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 15.762.380
K. Kewajiban forward Rp 15.762.380
b. D. Tagihan forward Rp 15.762.380
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 15.762.380
c. D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 5.910.893
K. Kewajiban forward Rp 5.910.893
d. D. Tagihan forward Rp 5.910.893
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 5.910.893
7. Sejak tanggal 31 Maret 2013 telah terjadi perubahan item yang dilindungi yaitu dari... .
a. "hutang dalam valuta asing" menjadi "komitmen pasti dalam valuta asing"
b. "prakiraan pembayaran valuta asing" menjadi "kewajiban dalam valuta asing"
c. "komitmen pasti dalam valuta asing" menjadi "kewajiban dalam valuta asing"
d. "komitmen pasti dalam valuta asing" menjadi "dari prakiraan pembayaran valuta
asing"
8. Karena alasan dalam soal nomor 7 di atas, maka jurnal yang harus dibuat di Bank
ABC adalah... .
a. D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 19.644.452
K. Aktiva tetap - komputer Rp 19.644.452
b. D. Aktiva tetap - komputer Rp 19.644.452
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 19.644.452
c. D. Aktiva tetap - komputer Rp 19.644.452
K. Kewajiban forward Rp 19.644.452
d. D. Tagihan forward Rp 19.644.452
K. Aktiva tetap - komputer Rp 19.644.452
9. Pada tanggal 30 Juni 2013, Bank ABC membayar hutangnya kepada produsen
komputer di luar negeri sebesar USD 100.000. Bank ABC membeli USD 100.000 atas
beban rekening gironya di Bank Indonesia. Pada hari itu kurs spot adalah Rp 10.720.
Jurnal yang harus dibuat adalah... .
a. D. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.072.000.000
K. Giro BI Rp 1.072.000.000
b. D. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.074.000.000
K. Giro BI Rp 1.072.000.000
K. Keuntungan selisih kurs Rp 2.000.000
c. D. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.074.000.000
K. Giro BI Rp 1.074.000.000
d. D. Giro BI Rp 1.072.000.000
D. Kerugian selisih kurs Rp 2.000.000
K. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.074.000.000
10. Pada tanggal 30 Juni 2012, Bank ABC membeli USD 100.000 secara forward dengan
kurs Rp 10.960, yang jatuh tempo pada tanggal 30 Juni 2013. Ternyata pada tanggal
30 Juni 2013 kurs spot adalah Rp 10.720, sehingga Bank ABC mengalami kerugian
sebesar (10.960 - 10.720) x 100.000 = Rp 24.000.000. Bila penyelesaian dilakukan
secara "net settlement" maka jurnal yang dibuat di Bank ABC adalah... .
a. D. Kerugian selisih kurs Rp 24.000.000
K. Giro BI Rp 24.000.000
b. D. Giro BI Rp 19.644.452
D. Kerugian selisih kurs Rp 4.355.548
K. Kewajiban forward Rp 24.000.000
c. D. Kewajiban forward Rp 24.000.000
K. Giro BI Rp 24.000.000
d. D. Kewajiban forward Rp 19.644.452
D. Kerugian selisih kurs Rp 4.355.548
K. Giro BI Rp 24.000.000
1. a
2. c
3. a
4. c
5. d
6. a
7. c
8. b
9. b
10. d