Anda di halaman 1dari 7

Nama : Umi Masitoh

NIM : 01119005

Matkul : Teori Akuntansi

“ Pengertian Teori Akuntansi”

A. Arti Penting Teori Akuntansi


Praktik akuntansi bersifat dinamik dan selalu menghadapi masalah-masalah praktis dan
professional. Berbagai masalah praktik lainnya dapat diberikan atas dasar taktik cerdik
(shrewd tact) belaka atau atas dasar penalaran yang sehat (sound theory). Teori
akuntansi merupakan bagian penting dari praktik. Teori akuntansi menjadi landasan
untuk memecahkan masalah-masalah akuntansi secara beralasan atau bernalar yang
secara etis dan ilmiah dapat dipertanggung jawabkan. Teknik cerdik memang memadai
untuk menangani masaah yang sederhana. Untuk masalah-masalah yang kompleks dan
berimplikasi luas, pemecah msalah akan akin bergantuing pada kearifan (wisdoms) dan
tilikan (insight) yang terkandung dalam teori yang sehat. Praktik akuntansi yang baik
dan maju tidak akan dapat dicapai tanpa suatu teori baik yang melandasinya. Praktik
dan profesi harus dikembangkan atas dasar penalaran (causes and reasons)
B. Pengembangan Akuntansi
Seperangkat pengetahuan profesi (keahlian) yang dipraktikan di dunia nyata dan
sekaligus sebagai suatu disiplin pengetahuan yang diajarkan di perguruan tinggi. Dari
segi profesi, akuntansi sering dipandang semata-mata sebagai serangkaian prosedur,
metoda, dan Teknik tanpa memperhatikan toei dibalik praktik tersebut. Di lain pihak,
sebagai objek pengetahuan di perguruan tinggi, akademisi memandang akuntansi
sebagai dua bidang kajian yaitu bidang praktik dan teori. Bidang praktik
berkepentingan dengan masalah bagaimana praktik dijalankan sesuai dengan PABU.
Bidang teori berkepentingan dengan penjelasan, deskripsi, dan argument yang
dianggap melandasi praktik akuntansi yang semuanya dicakup dalam suatu
pengetahuan yang disebut teori akuntansi.
1. Peran Riset Akuntansi
Penempatan akuntansi sebagai sains membawa kosekuensi bahwa teori akuntansi
harus bebas dari pertimbangan nilai (value-judgement) dan bersifat. Atas dasar
argument ini, subjek/fenomena bahasan di tingkat akademik cenderung bergeser
dari apa dan bagaimana suatu kejadian/transaksi harus dicatat/dilaporkan untuk
mencapai tujuan ekonomik dan sosial tertentu (teori normative) kenapa yang
nyatanya dilakukan para pelaku ekonomi dan mengapa mereka berbuat demikian
(teori positif atau deskriptif)
Kinney menggambarkan tiga aspek penting yang saling berkaitan yang melandasi
pengembangan akuntansi yaitu : riset (research) pengajaran/Pendidikan (teaching),
dan praktik (practice). Riset merupakan bagian penting dalam pengaaran akuntansi.
Walaupun demikian, riset tersebut hendaknya diartikan secara luas tidak hanya
mencakup penelitian empiris (positif) tetapi juga meliputi penelitian analitis dam
bentuk artikel atau makalah akademik (normative)
C. Pengertian Akuntansi
Sebagai seperangkat pengetahuan, akuntnasi dapat didefinisikan sebagai : Seperangkat
pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi
keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu dan
cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan
untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik.
Dalam arti sempit sebagai proses, fungsi, atau praktik, akuntansi dapat didefinisikan
sebagai : proses pengidentifikasian, pengesahan, pengukuran, pengakuan,
pengklasifikasian, penggabungan, peringkasan, dan penyajian data keuangan dasar
(bahan olah akuntansi) yang terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi, atau
kegiatan operasi suatu unit organisasi dengan cara tertentu untuk menghasilkan
informasi yang relavan bagi pihak yang berkepentingan.
D. Seni, Sains. Atau Teknologi
Penyebutan akuntansi sebagai seni sebenernya dimaksudkan untuk menunjukkan
bahwa dalam praktiknya akuntansi melibatkan banyak pertimbangan nilai (value
judgement) yang menuntut keahlian dan pengalaman untuk memilih perlakuan yang
terbaik. Jadi kalua akuntansi dikatakan sebagai seni maka yang dimaksud adalah cara
menerapkannya bukan sifatnya sebagai seperangkat pengetahuan. Sebagai seperangkat
pengetahuan, akuntansi lebih dari sekedar seni. Seperangkat pengetahuan akuntansi
sebagaimana kita pahami dewasa ini jelas tidak tepat kalua diklasifikasikan sebagai
sains. Tujuan akuntansi adalah mengahsilkan atau menemukan prinsip-prinsip umum
(general principle) untuk menjustifikasi kebijakan dalam rangka mencapai tujuan
tertentu (tujuan pelaporan keuangan) bukan untuk mendapatkan kebenaran penjelasan
(teori)
E. Akuntansi sebagai Teknologi
Sudibyo menegaskan bahwa dengan mengenali karakteristik akuntansi, seperangkat
pengetahuan akuntansi sebenarnya lebih merupakan suatu teknologi (paling tidak
teknologi lunask) dan oleh karenanya harus dikembangkan sesuai dengan sifat
teknologi tersebut agar lebih bermanfaat dan lebih mempunyai pengaruh nyata dalam
kehidupan sosial tertentu. Selanjutnya ditegaskan bahwa pada kenyataannya akuntansi
tidak mempunyai sifat-sifat sebagai sains. Sebagai teknologi, akuntansi dapat
memanfaatkan teori-teori dan pengetahuan yang dikembangkan dalam disiplin ilmu
yang lain untuk mencapai tujuan tertrntu tanpa harus mengembangkan teori tersendiri.
Kalau akuntansi harus masuk dalam sains, paling jauh dapat dikatakan bahwa akuntansi
adalah sains terapan. Teknologi itulah merupakan sains terapan.
• Perekayasaan Pelaporan Keuangan
Dalam perekayasaan pelaporan keuangan, akuntansi memanfaatkan
pengetahuan dan sains dari berbagai disiplin ilmu. Tujuan akuntansi akan
menjadi kekuatan pengaruh dalam merekeyasa akuntansi karena tujuan tersebut
akan digunakan untuk mengevaluasi diperlakukan sebagai teknologi, akan
mudahlah untuk mendefinifikan apa yang disebut teori akuntansi.
F. Teori Akuntansi sebagai Sains
Teori akntansi sering dimaksudkan sebagai sains yang berdiri sendiri yang menjadi
sumber atau induk pegetahuan dan praktik akuntansi. Teori akuntansi akan merupakan
seperangkat hipoteis-hipotesis yang bersifat deskriptif sebagai hasil penelitian dengan
menggunakan metoda ilmiah tertentu. Oleh karena itu, teori akuntansi berisi
keseluruhan analisis dan komponen-komponennya (asumsi, definisi, dan hipotesis)
yang menjadi sumber acuan untuk menjelaskan dan memprediksi gejala-gejala atau
peristiwa dalam akuntansi. Karena teori akuntansi disetarakan dengan sains, apa yang
dibahas dan dihasilkan oleh teori ini harus memenuhi kriteria sains yaitu bebas nilai,
koheren, universal, dan dapat diuji/diverifikasi secara empiris. Kebtuhan untuk
memenuhi kriteria ini menjadikan arah teori akuntansi bergeser dari menghasilkan
prinsip dan praktik akuntansi baru yang lebih baik menuju ke menguji validitas
penjelasan suatu fenomena atau fakta akuntansi.
G. Teori Akuntansi sebagai Penalaran Logis
Secara rngkas dapat dikatakan bahwa teori akuntansi merupakan penalaran logis.
Proses penalaran logis untuk akuntansi diwujudkan dalam bentuk perekayasaan
pelaporan keuangan. Perekayasaan akuntansi (pelaporan keuangan) menghasilkan
suatu rerangka konseptual. Fungsi rerangka konseptual adalah untuk mengevaluasi
atau membenarkan dan untuk memperngaruhi atau mengembangkan praktik akuntansi.
H. Perspektif Teori Akuntansi
1. Aspek Sasaran Teori
Aspek sasaran (goal) mendasari perbedaan teori akuntansi menjadi teori akuntansi
positif dan normatif. Pandangan sains akan menghasilkan teori akuntansi positif dan
pandangan teknologi akan menghasilkan teori akuntansi normatif. Klasifikasi ini
terjadi karena sasaran yang berbeda yang ingin dicapai atau dihasilkan oleh teori
akuntansi. Sasaran akuntansi positif adalah menghasilkan penjelasan tentang apa
yang nyatanya terjadi secara objektif tanpa dilandasi oleh pertimbangan nilai
(valuejudgement). Teori akuntansi positif berusaha menetukan apakah hipotesis
tersebut benar atau salah (true or false) dengan menggunakan metode ilmiah
(science) atas dasar pengamatan data yang nyatanya terjadi (obejctive). Di lain
pihak, sasaran teori akuntansi normatif adalah menghasilkan penjelasan atau
penalaran mengapa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik atau lebih efektif (good
or bad) daripada perlakuan akuntansi akternatif karena tujuan akuntansi tertentu
harus dicapai. Hasil akhir teori akuntansi normatif adalah suatu pernyataan atau
proposal yang menganjurkan tindakan tertentu (prescriptive). Jadi, perbedaan teori
akuntansi positif dan normatif timbul akibat perbedaan sasaran teori dan bidang
masalah (realm) yang menjadi perhatian masing-masing teori. Bila dikaitkan
dengan dikotomi sains-teknologi, teori akuntansi positif lebih erat kaitannya dengan
akuntansi sebagai sains sedangkan teori akuntansi normatif lebih erat kaitannya
dengan akuntansi sebagai teknologi.
2. Aspek Tataran Semiotika
Akuntansi berkepentingan dengan penyediaan dan penyampaian informasi sebagai
sarana komunikasi bisnis sehingga akuntansi dapat disebut sebagai bahasa bisnis
(the language of business). Dalam ilmu bahasa, sistem komunikasi dan efek
komunikatif (teori komunikasi) dipelajari dalam tiga bidang kajian yaitu semiotika,
linguistika, dan logika. Semiotika merupakan bidang kajian yang membahas teori
umum tentang tanda-tanda (signs) dan simbol-simbol dalam bidang linguistika.
Linguistika itu sendiri merupakan bidang kajian ilmu bahasa yang membahas
fonetika, gramatika, morfologi, dan makna kata atau ungkapan. Logika membahas
masalah yang berkaitan dengan validitas penalaran dan penyimpulan. Terdapat tiga
tataran (level) semiotika yaitu sintaktika, semantika, dan pragmatika. Sintaktika
menelaah logika dan kaidah bahasa yaitu hubungan logis di antara tanda-tanda atau
simbol-simbol bahasa. Semantika menelaah hubungan antara tanda atau simbol dan
dunia kenyataan (fakta) yang disimbolkannya. Pragmatika membahas dan menguji
apakah komunikasi efektif dengan mempelajari ada tidaknya perubahan perilaku
penerima.
a) Teori Akuntansi Semantik
Teori akuntansi semantik menekankan pembahasan pada masalah penyimbolan
dunia nyata atau realitas (kegiatan perusahaan) ke dalam tanda-tanda bahasa
akuntansi (elemen statemen keuangan) sehingga orang dapat membayangkan
kegiatan fisis perusahaan tanpa harus secara langsung menyaksikan kegiatan
tersebut. Teori ini banyak membahas pendefinisian makna elemen (objek),
pengidentifikasian atribut atau karakteristik elemen sebagai bahan
pendefinisian, dan penentuan jumlah rupiah (pengukuran) elemen sebagai salah
satu atribut. Secara konseptual, informasi akuntansi dalam laporan terefleksi
dalam tiga unsur yaitu elemen (objek) yang menyimbolkan kegiatan, jumlah
rupiah sebagai pengukur (size), dan hubungan (relationship) antar elemen.
Hubungan antara elemen merupakan infromasi semantik. Informasi semantik
dalam pelaporan keuangan antara lain adalah likuiditas, solvensi, profitabilitas,
dan efisiensi. Jadi, teori akuntansi semantik berkepentingan dengan
pelambangan dan penafsiran objek akuntansi untuk menghasilkan informasi
yang bermakna bagi pemakai laporan.
b) Teori Akuntansi Sintaktik
Teori akuntansi sintaktik adalaha teori yang berorientasi untuk membahas
masalah-masalah tentang bagaimana kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah
disimbolkan secara semantik dalam elemen-elemen keuangan dapat
diwujudkan dalam bentuk statemen keuangan. Teori sintaktik meliputi pula
hubungan antara unsur-unsur yang membentuk struktur pelaporan keuangan
atau struktur akuntansi dalam suatu negara yaitu manajemen, entitas pelapor
(pelaporan), pemakai informasi, sistem akuntansi, dan pedoman penyusunan
laporan (prinsip akuntansi berterima umum atau generally accepted accounting
principles). Karena fokus akuntansi sintaktik adalah memberi penjelasan dan
penalaran yang melandasi suatu struktur pelaporan keuangan, teori ini kadang-
kadang disebut pula dengan teori pendekatan struktural (structural approach).
c) Teori Akuntansi Pragmatik
Teori akuntansi prgamatik memusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi
terhadap perubahan perilaku pemakai laporan. Dengan kata lain, teori ini
membahas reaksi pihak yang dituju oleh informasi akuntansi. Bila dikaitkan
dengan pembidangan positif-normatif, teori sintaktik semantik pada umumnya
bersifat normatif sedangkan teori pragmatik akan lebih bersifat positif. Karena
pokok bahasan pragmatik pada umumnya adalah perilaku manusia dalam
kaitannya dengan infromasi, teori ini sering diklasifikasi sebagai akuntansi
keperilakuan (behavioral accounting). Aspek Pendekatan Penalaran Penalaran
adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi
suatu keyakinan (belief) terhadap suatu pernyataan atau penjelasan. Penalaran
mempunyai peran penting dalam rangka menerima atau menolak kebenaran
(validitas) suatu teori. Proses penyimpulan yang menghasilkan pernyataan atau
penjelasan sebagai teori dapat bersifat deduktif maupun induktif.
a) Penalaran Deduktif Penalaran
Deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari suatu pernyataan
umum yang disepakati (disebut premis) ke pernyataan khusus sebagai
simpulan (konklusi). Pernyataan umum yang disepakati dan menjadi basis
penalaran dapat berasal dari teori, prinsip, konsep, doktrin, atau norma yang
dianggap benar, baik, atau relevan dalam kaitannya dengan tujuan
penyimpulan dan situasi khusus yang dibahas. Oleh karena itu, pernyataan
umum tersebut dapat saja memuat nilai-nilai etika, moral, ideologi,
keyakinan, atau budaya.
b) Penalaran Induktif Penalaran
Induktif berawal dari suatu pernyataan atau keadaan yang khusus dan
berakhir dengan pernyataan umum yang merupakan generalisasi
(perampatan) dari keadaan khusus tersebut. Hubungan antara premis dan
konklusi dalam penalaran induktif tidak langsung dan tidak sekuat
hubungan dalam penalaran deduktif. Dalam penalaran deduktif, kebenaran
premis menjamin kebenaran konklusi asal penalarannya logis. Dalam
penalaran induktif, kebenaran premis tidak selalu menjamin kebenaran
konklusi yang bersifat perampatan atau generalisasi. Penalaran induktif
dalam akuntansi pada umumnya digunakan untuk menghasilkan pernyataan
umum yang menjadi penjelasan (teori) terhadap gejala akuntansi tertentu.
Bila dikaitkan dengan perspektif teori yang lain, teori akuntansi normatif
biasanya berbasis penalaran deduktif sedangkan tori akuntansi positif
biasanya berbasis penalaran induktif. Secara umum dapat dikatakan bahwa
teori akuntansi sebagai penalaran logis bersifat normatif, sintaktik,
semantik, dan deduktif sementara teori akuntansi sebagai sains bersifat
positif, pragmatik, dan induktif.
I. Verifikasi Teori Akuntansi
Verifikasi teori merupakan prosedur untuk menentukan apakah suatu teori valid
atau tidak. Teori akuntansi normatif dievaluasi validitasnya atas dasar penalaran
logis (logical reasoning) yang melandasi teori yang diajukan. Penalaran logis
menjadi kriteria validitas karena teori normatif dalam banyak hal tidak atau belum
menghasilkan fakta atau observasi untuk mendukungnya. Teori akuntansi positif
dinilai validitasnya biasanya atas dasar kesesuaian teori dengan fakta atau apa yang
nyatanya terjadi. Teori akuntansi sintaktik biasanya tidak berkaitan langsung
dengan fakta (tidak mempunyai kandungan empiris) sehingga verifikasi
validitasnya mengandalkan penalaran logis semata-mata. Baru setelah teori tersebut
dipraktikkan dalam bentuk kebijakan, pengujian secara empiris dapat dilakukan
untuk menguji penalaran (teori) yang mendasarinya. Teori akuntansi semantik
melibatkan penyimbolan fakta/realitas sehingga mengandung unsur empiris. Oleh
karenanya, validitas teori dapat diverifikasi secara empiris dengan pengamatan.
Teori akuntansi pragmatik mempunyai kandungan empiris yang besar karena teori
ini banyak memanfaatkan fakta atau data empiris perilaku pasar/individual sebagai
reaksi terhadap informasi akuntansi. Daya prediksi sering digunakan sebagai
kriteria validitas teori, asumsi, atau premis akuntansi. Suatu teori dikatakan
mempunyai data prediksi yang tinggi bila sesuatu yang diharapkan dari kebijakan
yang didasarkan atas teori tersebut besar kemungkinannya akan terjadi.

Anda mungkin juga menyukai