Anda di halaman 1dari 120

Nama Mata Kuliah :

AKUNTANSI KEPRILAKUAN

Dr. Hj. Mediaty M.Si. Ak

2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang


digunakan oleh para pemaiakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan
informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik
untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi.
Namun pemilihan dan penetapan suatu keputusan bisnis juga melibatjan aspek-aspek
keperilakuan dari para pengambil keputusan. Dengan demikian, akuntansi tidak dapat
dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi yang
dapat dihasilkan oleh akuntansi. Akhirnya akuntansi bukanlah suatu perkembangan
lingkungan akuntansi, agar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
penggunanya.

Matakuliah Akuntansi Keperilakuan adalah matakuliah pilihan terkait tentang


Akuntansi Keprilakuan (Behavioral Accounting). Dalam penjelasan yang lebih aktraktif,
dengan detail dan jelas. Oleh karena itu, sistem pembelajaran mata kuliah akuntansi
keprilakuan ini memungkinkan mahasiswa lebih aktif dengan mudah mengerti, cepat dan
jelas dalam mengakses materi dan literature perkuliahan melalui media internet, sehingga
proses pembelajaran metode learning dapat tercapai. Berdasarkan hasil evaluasi diri
jurusan akuntansi, Fakultas Ekonomi Unhas menunjukkan bahwa proses pembelajaran
masih belum optimal, misalnya mahasiswa kurang aktif mencari literatur dan salah satu
penyebab kurang optimalnya proses pembelajaran adalah tidak tersedianya bahan
ajar/modul kuliah multimedia berbasis internet. Dengan adanya metode pembelajaran e-
learning maka kebutuhan bahan ajar/modul kuliah berbasis internet ini menjadi suatu
keharusan.

2
Berbagai keterbatasan kondisi dalam proses pembelajaran tersebut menyebabkan
pemahaman pembelahjar pada materi kurang memuaskan. Hal ini tersebut tercermin pada
nilai-nilai yang dicapai mahasiswa yang memperogramkan mata kuliah akuntansi
keprilakuan yang masih mempunyai nilai rata-rata rendah. (maka kebutuhan bahan
ajar/modul kuliah berbasis internet ini menjadi suatu keharusan). Berikut gambaran profil
lulusan program mata kuliaha kuntansi keperilakuan. (Tabel 1)
Gambaran profil lulusan program studi akuntansi

Tabel 1. Rekapitulasi Jumlah Mahasiswa dan Nilai Matakuliah Akuntansi Keperilakuan,


jurusan Akuntansi UNHAS Tahun Ajaran 2009-2010 dan 2010-2011
Jumlah Jumlah
Tahun Ajaran Nilai Capaian (orang) (%)
2017-2018 A 9 16,6
B 11 20,4
C 15 27,7
D 15 27,7
E 4 7,4
Jumlah 54
A 15 25
2018-2019 B 18 30
C 9 15
D 11 18
E 7 12

Diharapkan dengan adanya bahan ajar akuntansi keprilakuan, jurusan akuntansi


dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa dan memberikan dukungan kepada
mahasiswa untuk mengikuti matakuliah akuntansi keprilakuan. Bahan ajar ini diharapkan
dapat menjadi bahan bacaan dasar bagi mahasiswa untuk menutupi kekurangan buku teks
mengenai akuntansi keprilakuan.

3
Tujuan
Fasilitas pembelajaran bahan ajar ini bertujuan untuk membantu mahasiswa untuk
memahami berbagai informasi terkait akuntansi keprilakuan khususnya terkait dengan
aspek keprilakuan di bidang akuntansi. Bahan ajar tersebut dipelajari secara mandiri atau
berkelompok dan akhirnya dapat memacu dan melatih situasi diskusi antar mahasiswa
sehingga diskusi didalam kelas menjadi lebih aktif. Selain itu bahan ajar tersebut dapat
pula melatih mahasiswa untuk lebih aktif mencari informasi melalui fasilitas internet atau
jurnal penelitian. Hasil/luaran yang diharapkan adalah meningkatnya pemahaman
mengenai akuntansi keprilakuan

Kompetensi lulusan

Kompetensi yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik:

Kompetensi Utama:

1. Mampu Memahami konsep akuntansi keprilakuan


2. Mampu menganalisis aspek prilaku ( hubungan antara sistem akuntansi, sumber daya
manusia dan efisiensi organisasi) pada berbagai bidang akuntansi

Kompetensi Pendukung

1. Mahasiswa mampu berkomunikasi dan beradaptasi dalam lingkungan kerja


2. Mahasiswa mampu bekerjasama baik sebagai pimpinan maupun anggota dari sebuah
tim kerja
3. Mahasiswa mampu mereview hasil riset yang terkait dengan perkembangan akuntansi
keprilakuan

Kompetensi Penunjang

1. Mahasiswa memiliki pemahaman dan penguasaan tentang perkembangan akuntansi


keprilakuan
2. Mahasiswa mampu mengembangkan bidang akuntansi utamanya akuntansi keprilakuan

4
GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBRP)

MINGG SASARAN MATERI PEMBE- STRA- KRITERIA BOBOT


U- KE PEMBELAJARAN LAJARAN TEGI PENILAIAN NILAI
PEMBE- (%)
LAJAR-
AN
I Memahami konsep Kontrak kuliah Ceramah Kesesuaian 4 15
akuntansi keprilakuan referensi
II Pengertian akuntansi Ceramah/ Kemampuan 3
keprilakuan Small memahami
Grup konsep

III Konsep ilmu Ceramah/ Kemampuan 4


keprilakuan Small memahami
Group konsep
IV Psikology dan Sosial Ceramah/ Kemampuan 4
psikology Small memahami
Group konsep

V Menganalisis aspek Pengendalian CAL Pemahaman 8 15


prilaku pada akuntansi keuangan /RR Program 5
manajemen
Akuntansi
pertanggungjawaban
VI Perencanaan dan CAL Pemahaman 7
penganggaran laba /RR Program 6

5
VII Pengendalian Biaya CAL Pemahaman 6 30
Menganalisis aspek Program 7
prilaku pada akuntansi Internal Controlel
keuangan

VIII Auditing CAL Pemahaman 6


Program 8
IX

XI CAL Pemahaman 6
Program 11
SDAkuntansi
.

XII CAL Pemahaman 7 30


Program 12
XIII Akuntansi Sosial CAL Pemahaman 8
Program 13
XIV Ruang Diskrit CAL Pemahaman 7
Program 14

XV CAL Kreatifitas 8
program 15

XVI Evaluasi & Tugas Keseluruhan aktifitas Diskusi 10

TOTAL 100

6
MATA KULIAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN

BAB II
PENGERTIAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN

A. PENDAHULUAN

Mulai dari zaman prasejarah telah menunjukan bahwa manusia di zaman itu telah
mengenal adanya hitung-menghitung meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana.
Dengan semakin majunya peradapan manusia menyebabkan pentingnya pencatatan,
pengihktisaran dan pelaporan sebagai bagian dari proses transaksi. Sehingga akuntansi
sebagai hasil dari proses transaksi telah mengalami metamorfosis yang panjang untuk
menjadi bentuk yang modern seperti saat ini.Akuntansi merupakan suatu sistem untuk
menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam
pengambilan keputusan.

Keterampilan matematis sekarang ini telah berperan dalam menganalisis


permasalahan keuangan yang kompleks. Begitu pula dengan kemajuan dalam tehnologi
komputer akuntansi yang memungkinkan informasi dapat tersedia dengan cepat. Tetapi,
seberapa canggihpun prosedur akuntansi yang ada, informasi yang dapat disediakan pada
dasarnya bukanlah merupakan tujuan akhir. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan
petunjuk untuk memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya
yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan

7
keputusan tersebut melibatkan berbagai aspek termasuk perilaku dari para pengambil
keputusan.

Dengan demikian akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia
serta kebutuhan organisasi akan informasi akuntansi. Kesempurnaan teknis tidak pernah
mampu mencegah orang untuk mengetahui bahwa tujuan jasa akuntansi bukan hanya
sekedar teknik yang didasarkan pada efektivitas dari segala prosedur akuntansi, melainkan
bergantung pada bagaimana prilaku orang-orang di dalam organisasi.

Berdasarkan hal tersebut, maka sangat penting kita mengetahui mengenai sejarah
dan perkembangan akuntansi keperilakuan serta konsep dan ilmu-ilmu lain yang terkait
dengan akuntansi keperilakuan dan tentunya hal ini dapat memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap perkembangan ilmu akuntansi itu sendiri.

Sasaran pembelajaran dari pengertian akuntansi keperilakuan adalah sebagai


berikut:
1. Pengenalan Akuntansi Keperilakuan.
2. Pengenalan Tradisional dari Akuntansi
3. System Informasi Akuntansi
4. Dimana Akuntan Bekerja
5. Dimensi Akuntansi Keperilakuan

8
B. PEMBAHASAN

1. Pengenalan Akuntansi Keperilakuan

Akuntansi Keperilakuan merupakan bagian dari akuntansi dan ilmu sosial.


Akuntansi Keperilakuan banyak mencoba membahas tentang bagaimana perilaku manusia
dapat mempengaruhi data-data akuntansi dan pengambilan keputusan bisnis, serta
sebaliknya, bagaimana informasi akuntansi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
bisnis dan perilaku manusia.

2. Pengenalan Tradisional dari Akuntansi

Akuntansi merupakan disiplin ilmu yang memberikan pelayanan dan berfungsi


menyediakan informasi yang relevan dan tepat waktu tentang kondisi profit maupun
nonprofit kepada pengguna internal dan eksternal dalam mengambil keputusan
ekonomi. Pengguna internal dari informasi akuntansi adalah mereka para pemilik bisnis
itu sendiri termasuk staff yang melihat pelaporan akuntansi sebagai dasar financial,
investasi dan keputusan operasi dibuat. Pengguna eksternal seperti stackholder, kreditur,
buruh, dan analisis keuangan serta agen pemerintahan. Keseluruhan tentunya memiliki
kepentingan tersendiri terhadap informasi akuntansi.

Perbedaannya dalam hal ini adalah yaitu antara akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen. Akuntansi keuangan menekankan pada pelaporan untuk pengguna

9
eksternal, sedangkan akuntansi manajemen menekankan pada pelaporan
internal.Akuntansi keperilakuan merupakan cabang dari akuntansi. Yang lebih
mengarah pada hubungan antara perilaku manusia dan system akuntansi. Akuntansi
keperilakuan ini mencakup akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.

3. System Informasi Akuntansi

Akuntansi dikatakan sebagai bahasa bisnis karena akuntansi dapat mengukur dan
mengkomunikasikan keuangan dan informasi lainnya tentang personal, organisasi,
aktivitas pemerintahan, bisnis venture, kepada pengambil keputusan. Akuntansi dapat juga
dilihat sebagai suatu system informasi. Pada beberapa perusahaan, akuntansi merupakan
bagian kuantitatif dari sisten informasi, dimana system akuntansi menerima informasi dari
lingkungan (perusahaan,pemerintah,supplier,pelanggan,dll), mengukur informasi dan
melaporkanya, memproses dan mengeluarkan laporan kepada lingkungan.

System informasi akuntansi dibangun oleh aktivitas bisnis dan struktur dari suatu
perusahaan. Desain system yang bagus mencakup prosedur-prosedur untuk pengukuran,
pelaporan, penyimpualan/penampungan kegiatan ekonomi. System ini menyediakan desain
pengendalian internal untuk mengamankan asset dan untuk efisiensi, serta menyediakan
data yang relevan untuk pelaporan intern dan ekstern.

4. Dimana Akuntan Bekerja

Para akuntan bekerja di perusahaan bisnis, perusahaan non-bisnis, atau pada


perusahaan akuntan public. Akuntan-akuntan yang bekerja pada perusahaan bisnis maupun
non-bisnis semuanya bertanggungjawab terhadap desain dan pemeliharaan system
informasi akuntansi, perencanaan dan pengendalian keuangan, serta pelaporan terhadap

10
pengguna intern maupun pengguna ekstern. Pelaporan kpada pengguna intern
menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk memelihara dan mengembangkan efisiensi
opersional dan profitabilitas perusahaan, mengembangkan perencanaan dan kebijakan-
kebijakan perusahaan, serta pengambilan keputusan yang sifatnya sewaktu-waktu (non-
rutin)

Perusahaan bisnis maupun non-bisnis, terikat pada perusahaan akuntan public


sehingga menghasilkan audit yang independen dari pelaporan keuangannya. Audit
melibatkan proses pemeriksaan pada penyajian informasi dalam pernyataan keuangan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, perusahaa akuntan public mengeluarkan laporan audit,
yang berupa opini-opini atas penyajian pernyataan keuangan sesuai dengan Certied Public
Accounting (CPA). Perusahaan akuntan public juga menyediakan klien bisnis dan non-
bisnis mereka berupa pajak, petunjuk akuntansi, serta pelayanan konsultasi manajemen.

5. Dimensi Akuntansi Keperilakuan

Akuntansi pada dasarnya hanya fokus pada pelaporan informasi keuangan.


Beberapa decade terakhir, para manajer dan akuntan professional telah mengetahui secara
gambling kebutuhan informasi ekonomi yang memenuhi syarat bukan hanya disajikan dari
system akuntansi atau pelaporan pernyataan keuangan. Sebagai bagian dari nonfinansial,
informasi yang akurat mengandung arti terhadap kelengkapan data-data akuntansi yang
mengarah paa area perilaku akuntansi: sebagai sub wilayah akuntansi yang
mengintegrasikan dimensi perilaku manusia dengan akuntansi tradisional.

 Definisi dan Ruang Lingkup

Akuntansi keperilakuan yang juga sebagai bagian dari akuntansi tradisional


memiliki peran untuk mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan
informasi keuangan. Hal tersebut merupakan dimensi akuntansi yang konsen pada
perilaku manusia dan hubungannya dengan desain, konstruksi, dan penggunaan
efisiensi system informasi akuntasi. Akuntansi keperilakuan mempertimbangkan
hubungan antara perilaku manusia dengan system akuntansi, merefleksikan adanya

11
dimensi social dari organisasi sehingga dengan demikian merupakan suplemen vital
terhadap informasi akuntansi yang harus selalu dilaporkan oleh akuntan.

Adapun ruang lingkup dari akuntansi keperilakuan yaitu: (1) aplikasi dari
konsep ilmu keperilakuan terhadap desain dan konstruksi system akuntansi, (2)
studi mengenai reaksi terhadap format dan isi dari pelaporan akuntansi, (3) cara
bagaimana informasi diproses untuk pengambilan keputusan, (4) pengembangan
teknik pelaporan untuk mengkomunikasikan perilaku data kepada pengguna, (5)
pengembangan strategi untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku, aspirasi, dan
tujuan dari personal yang menjalankan organisasi. Secara umum, ruang lingkup
akuntansi keperilakuan dapat digolongkan ke dalam 3 kategori utama:
a. Pengaruh prilaku manusia pada desain, konstruksi, dan penggunaan system
akuntansi, dimana hal ini menekankan pada bagaimana sikap dan pilosofis dari
manajemen mempengaruhi secara alami pengendalian keuangan dan
memfungsikan semua bagian dalam organisasi.
b. Pengaruh system akuntansi terhadap perilaku manusia, dimana hal ini
menekankan pada bagaimana system akuntansi berpengaruh terhadap motivasi,
produktivitas, pengambil keputusan, kepuasan kerja, dan kerjasama.
c. Metode untuk memprediksi dan strategis mengubah perilaku manusia,
menekankan pada bagaimana system akuntansi dapat digunkan untuk
mempengaruhi perilaku.

 Aplikasi Akuntansi Keperilakuan

Manfaaat ekonomi dan terhadap manusia dari adanya aspek keperilakuan


akuntansi sangat banyak. Berikut beberapa situasi yang menggambarkan hal
tersebut: penelitian menunjukkan bahwa jika aspek keperilakuan sebagaimana
keputusan yang diambil tidak diinvestigasi sebelumnya, dan jika tidak segera
diambil langkah koreksi ketika disfungsi sikap terjadi, maka alternative ke dua
adlah lebih kepada outcome atau keluaran. Seperti pada kasus dimana para manajer
yang menyadari akan pentingnya aspek akuntansi keperilakuan mereka akan
melakukan investigasi terhadap bagaimana personal memandang inovasi, dan apa
yang mereka khawatirkan tentang hal tersebut.

12
Jika ditentukan bahwa sikap dan perilaku karyawan memiliki
tanggungjawab terhadap masalah anggaran, perusahaannya akan menginvestigasi
aspek keperilakuan dari situasi ini. Pertanyaan yang sesuai dengan kondisi tersebut
adalah bagaimana personal (karyawan) bersikap selama proses pembuatan
anggaran. Apakah hubungan mereka harmoni dengan yang lainnya, Bagaimana
karyawan merasa adanya peranan mereka terhadap proses keseluruhan, dan tujuan
mereka secara individu dalam hubungannya dengan tujuan organisasi. Akuntan
keperilakuan juga akan mengetahui sebab dari sikap dan perilaku serta
kemungkinan terhadap perilaku yang sama akan terulang dimasa akan dating.
Sehingga akuntan keperilakuan akan menyarankan strategi mengubah perilaku
untuk membuatnya lebih cocok dengan fungsi organisasi.
Untuk tujuan internal, akuntan keperilakuan menyediakan manajmen bukan
hanya untuk informasi tentang bagaimana kelakuan karyawan, tetapi juga
memberikan alas an mengapa manusia berperilaku sebagaimana yang mereka
lakukan dan memberikan rekomendasi untuk perubahan perilaku yang tidak sesuai
fungsinya.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa tujuan dari akuntansi keperilakuan adalah


untuk mengukur, dan megevaluasi factor-faktor perilaku yang relevan dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pengambil keputusan internal dan eksternal.

6. Sejarah Perkembangan Akuntansi Keperilakuan

Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas
berhubungan dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang
berhubungan dengan proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku
akuntan atau perilaku dari non akuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan
dan laporan (Hofstede dan Kinerd, 1970). Riset akuntansi keperilakuan meliputi
masalah yang berhubungan dengan:

1. Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.


2. Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran,
karakteristik sistem informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan,
manajer, investor, maupun Wajib Pajak.

13
3. Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan pengunaan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan

Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori


suatu riset untuk menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah
penjelasan dan kesimpulan dari hasil riset mengenai perangkap keperilakuan pada
anggaran dan pembuatan anggaran dalam banyak pemikiran masih bersifat sementara,
dan oleh karena itu masih perlu disempurnakan.

Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam


disertasinya telah menggali pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan
suatu eksperimen analog. Selanjutnya disusul oleh karya Benston (1963) serta Churcil
dan Cooper (1965) yang memfokuskan pada akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi
akuntansi pada perilaku. Riset-riset ini berlanjut pada tahun 1970-an dengan satu
rangkaian studi oleh Mock (1969-1973), Barefield (1972), Magee dan Dickhout
(1978), Benbasat dan Dexter (1979). Fokus dari studi-studi tersebut adalah pada
akuntansi manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran dari pengaruh
fungsi akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat keputusan.
Studi yang mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974) dan Libby (1975),
yang membantu membentuk suatu standar dalam desain eksperimental dan validitas
internal untuk pertimbangan riset yang diikuti.

Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi
keperilakuan semakin meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai
akuntansi keperilakuan, sementara artikel selanjutnya membahas mengenai teori dan
konsep ilmu pengetahuan keperilakuan dalam kaitannya dengan akuntansi serta
implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi dan praktisnya. Pertumbuhan studi
akuntansi keperilakuan mulai muncul dan berkembang, terutama diprakarsai oleh
akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspek-aspek perilaku pada akuntansi
menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini.

C. PENUTUP:
SOAL LATIHAN

14
1. Apa yang menjadi dimensi ruang lingkup akuntansi keperilakuan?
2. Jelaskan sejarah perkembangan akuntansi keperilakuan.
3. Apa yang dimaksud manajemen laba?mengapa dikatakan manajemen laba adalah
masalah keperilakuan?

15
DAFTAR BACAAN

Ancok, Djamaludin., (2000), "Dampak Teknologi Internet pada Kehidupan Manusia dan
Pengelolaan Institusi Pendidikan Psikologi", Lustrum Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Anonim, (2008), “Failure Rate, Statistics Over IT Project Failure Rate”. www.it-
cortex.com, (Diakses 21 Februari 2008)

Anonim, (2008), “Psychology”. http://en.wikipedia.com/wiki/psychology.html, (Diakses


pada 27 Februari 2008).

Anonim,(2008),“Technology,Acceptance,Model”.http://en.wikipedia.com/wiki/technology
_acceptan ce_model.html, (Diakses pada 27 Februari 2008).

Anonim,(2008),“Theory ofReasoned Action”.


http://en.wikipedia.com/wiki/theory_of_reasoned_ action.html, (Diakses pada 27
Februari 2008).

Anonim,(2008), “Theory Planned Behavior”.


http://en.wikipedia.com/wiki/theory_planned_beha vior.html, (Diakses pada 27
Februari 2008).

Davis, F. D., (1986), “Technology Acceptance Model for Empirically Testing New End-
user Information System Theory and Results”, Unpublished Doctoral Dissertation,
MIT.

Jogiyanto H. M., (2005), “Model Kesuksesan Sistem Teknologi Informasi”, Penerbit Andi,
Yogyakarta.

Jogiyanto H. M., (2007), “Sistem Informasi Keperilakuan”, Penerbit Andi, Yogyakarta.

16
Sheppard, B. H., Hartwick J., dan Warshaw, P. R., (1988), “The Theory of Reasoned
Action: A Metaanalysis of Past Research with Recommendation for Modifications
and Future Research” Journal of Consumer Research.

BAB III
KONSEP ILMU KEPERILAKUAN

A. PENDAHULUAN

Dalam laporannya tahun1971, American Accounting Association’s Committee pada


Behavioral Science Content of the Accounting Curriculum mengembangkan definisi dan
ruang lingkup dari ilmu keperilakuan sebagai berikut:

Istilah ilmu keperilakuan merupakan istilah baru yang relative dan konsepnya yang
luas sehingga memerlukan percobaan untuk menggambarkan ruang lingkup dan
kontennya. Ilmu keperilakuan mencakup bidang riset manapun, melalui percobaan
dan metode observasional, perilaku manusia dari segi fisikal dan lingkungan social.
Hal yang perlu dipertimbangkan sebagai bagian dari ilmu keperilakuan, penelitian
yang akurat seharusnya berdasar pada dua basic criteria, yaitu: (1) harus bnar-benar
berhubungan dengan dengan perilaku manusia, yaitu mengidentifikasi keteraturan
pokok dalam perilaku manusia, dari segi persamaan maupun perbedaannya. (2)
penelitian seharusnya menyempurnakan dalam “cara saintifik”, maksudnya
penelitian harusnya merupakan percobaan yang sistematis untuk menggambarkan,
menghubungkan, menjelaskan sehingga dapat memprediksi beberapa phenomena;

17
hal itu merupakan keteraturan pokok dalam perilaku manusia yang dapat
diobservasi.

Adapun tujuan dari ilmu keperilakuan adalah untuk memahami, menjelaskan, dan
memprediksikan perilaku manusia.Untuk menciptakan generalisasi tentang perilaku
manusia yang didukung olh bukti empiris yang dikumpulkan. Ilmu keperilakuan,
menyajikan kembali observasi yang sistematis dari perilaku manusia dengan tujuan
memberikan hipotesis spesifik dari referensi terhadap perubahan perilaku.

Ilmu keperilakuan merupakan “human side” dari ilmu social. Ilmu social mencakup
disiplin Antropologu, ekonomi, sejarah, ilmu politik, psikologi, dan sosiologi. Ilmu
keperilakuan mencakup psikologi dan sosiologi, aspek keperilakuan ekonomi dan
ilmu politik, dan aspek keperilakuan antropologi.

Sasaran pembelajaran dari pengertian konsep keperilakuan adalah sebagai berikut:


1. Ruang Lingkup dan Tujuan Akuntansi Kperilakuan
2. Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan; Persamaan dan Perbedaan
3. Perspektif pada Perilaku Manusia: Psikologi, Sosiologi, dan Psikologi Sosial
4. Organisasional Mempengaruhi Perilaku
5. Peranan Teori
6. Budaya

18
19
20
B. PEMBAHASAN

1. Ruang Lingkup dan Tujuan Akuntansi Keperilakuan

Di masa lalu, akuntan konsen semata-mata pada pengukuran pendapatan dan biaya dan
studi kinerja untuk memprediksi masa akan dating. Mereka mengabaikan fakta bahwa
kinerja masa lalu telah menghasilkan perilaku manusia masa lalu dan kinerja masa lalu itu
sendiri merupakan factor yang akan mempengaruhi perilaku masa akan datang. Mereka
kurang melihat fakta bahwa ada beberapa yang harus dipahami dari control organisasi
yang harus dimulai dengan memotivasi dan mengendalikan perilaku, tujuan, dan aspirasi
individu yang berinteraksi di dalam organisasi/perusahaan.

Akuntan keperilakuan focus pada hubungan antara perilaku manusia . dan system
akuntansi. Mereka menyadari bahwa, proses akuntansi meliatkan penyimpulan jumlah
yang besar dari kjadia ekonomi yang merupakan hasil dari perilaku manusia dan bahwa
pengukuran akuntansi itu sendiri meupakan factor yang mempengaruhi perilaku, dimana
hal itu yang menentukan kesuksesan kejadian ekonomi tersebut.

Akuntan keperilakuan juga menyadari bahwa mereka dapat mamaprkan desain sistem
informasi untuk mempengaruhi motivasi karyawan, ssemangat, dan produktivitas. Definisi
paling akhir dari akuntansi di akademik dan professional mencakup atau mengimplikasikan
pengukuran dan pengkomunikasian data ekonomi untuk pengambilan keputusan yang
beragam dan tujuan-tujuan lainnya.

Pengenalan ilmu keperilakuan terhadap akuntansi sangat penting bagi pengembangan


profesi, dimana hal itu dapat membuka pengetahuan baru yang akuntansi professional
harus dapat lebih familiar. Kesadaran akan hubungan antara perilaku manusia dan
akuntansi telah menghasilkan akuntan dengan alat lain untuk menyelesaikan problem
organisasional.

21
2. Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan; Persamaan dan Perbedaan

Ilmu keperilakuan menekankan pada penjelasan dan prediksi atas perilaku manusia.
Akuntansi keperilakuan menekankan pada hubungan antara perilaku manusia dengan
akuntansi itu sendiri. Sementara ilmu keperilakuan adalah subset dari ilmu social,
akuntansi keperilakuan merupakan subset dari keduanya, akuntansi dan ilmu keperilakuan.

Ilmu keperilakuan terikat pada penelitian aspek-aspek teori motivasi, stratifikasi


soaial, atau bentuk-bentuk sikap. Akuntansi keperilakuan, bagaimanapun, akan
mengaplikasikan unsure spesifik dari teori-teori tersebut atau hasil penelitian-penelitian,
yang relevan terhadap situasi akuntansi saat ini.

Akuntansi keperilakuan, sama halnya jika dikatakan sebagai inuk disiplin ilmu
akuntansi, yang dapatdiaplikasikan dan dipraktikkan, menggunakan hasil penelitian dari
disiplin imu lain – ilmu keperilakuan yang menjelaskan dan memprediksikan perilaku
manusia. Akuntansi selalu menggunakan konsep, prinsip-prinsip, dan pendekatan-
pendekatan dari disiplin ilmu lain untuk mengembangkan utilitasnya.

Akuntansi keperilakuan akan banyak menjelaskan dan membeerikan pemahaman


mengenai struktur dan dan fungsi dari system akuntansi, serta hubungan manusia terhdap
hal tersebut. Ilmu keperilakuan akan lebih banyak menyinggung ilmu-ilmu lain yang lebih
luas terhadap dinamisasi organisasi dan pengembangan pola perilaku. Keduanya dapat
bersama-sama dapat menjelaskan problem serta mengembangkan strategi untuk
mengumpulkan bukti-bukti terkait. Keduanya dapat juga bekerjasama dalam memilih
metode penelitian, dalam analisis data, serta pada penulisan dan pelaporan.Berikut dapat
kita lihat dengan menggunakan tabel:

22
Perbedaan Akuntansi Keperilakuan Ilmu Keperilakuan
Bidang keahlian Akuntansi dasar; dasar ilmu social dasar, tidak
pengetahuan ilmu social membahas akuntansi

Kemampuan untuk Tidak ada bagian/elemen elemen kunci pada


mendesain dan pada training training
menjalankan proyek
penelitian
keperilakuan

Pemahaman kerja Elemen kunci pada training Tidak ada


bisnis organisasi bagian/elemen pada
secara umum dan training
system akuntansi

Orientasi Professional Ilmu-an

Pendekatan terhadap Praktikal Teoritikal dan praktikal


masalah
3. Perspektif pada Perilaku Manusia: Psikologi, Sosiologi, dan Psikologi Sosial

Fungsi Melayani klien, menasihati Ilmu advance dan


Tiga bahasan pokok yang juga banyak berkontribusi
manajemen terhadap masalah
penyelesaian khasanah ilmu
keperilakuan adalah psikologi, sosiologi, dan psikologi social. Semua menggambarkan dan
menjelaskan mengenai perilaku manusia. Namun ketiganya berbeda dari segi perspektif
terhadap perilaku manusia. Psikologi secara khusus membahas bagaimana individu
berperilaku, focus pada aksi manusia itu sendiri sebagai respon untuk menstimuli
lingkungan mereka.

Sosiologi dan psikologi social, dilain sisi, focus pada kelompok, atau social, perilaku.
Keduanya menekankan pada interaksi antara individu, bukan pada stimuli fisikal. Perilaku
menjelaskan pada hubungan social, pengaruh social, dan kelompok yang dinamis.
Percobaan dibuat untuk memahami bagaimana bagaimana individu berpikir, merasa, dan
aksi yang dipengaruhi oleh imajinasi, atau kehadiran orang lain.

23
Ada beberapa factor yang mempengaruhi perilaku manusia, termasuk kebutuhan
individual dan motivasi-motivasi, tekanan kelompok, permintaan organisasional, sejarah
personal, latar belakang yang unik dari individu-individu, konfli dari dalam dan luar
organisasi, waktu permintaan, tanggungjawab personal dan social, dan seterusnya.

4. Organisasional Mempengaruhi Perilaku

Orang yang bekerja pada suatu organisasi, perilakunya dapat dipengaruhi oleh banyak
factor, termasuk ukuran dan struktur organisasi, gaya manajemen, otoritas/tanggungjawab
dalam hubungan kerja, status hubungan, norma kelompok juga mempengaruhi perilaku dan
fungsi organisasi.Memperoleh informasi dalam sebuah perusahaan juga berbeda
peerimaannya. Ada informasi yang akurat, kurang jelas ataupun tidak terkait sama sekali.
Berdasarkan informasi tersebut, individu meprosesnya, kemudia keputusan dibuat dan
sikap mulai kelihatan. Misalnya, official menyatakan bahwa hal tersebut merupakan
pekerjaan yang berat dan akan terus menerus mengembangkan dan meyakinkan tingkat
promosi kita, tapi non-offisial kemungkinan megindikasi yang sebaliknya. Keputusan
didasarkan pada informasi yang masing kurang akurat dan akan mempengaruhi sikap kerja
dan sikap ke depannya terhadap organisasi, dan hal itu tidak kondusif untuk efisiensi
opersional.

5. Peranan Teori

Sekumpulan pola perilaku yang diharapkan dan dibutuhkan wakil kepala keuangan
untuk sebuah peranan social. Peranan didefinisikan secara sederhana sebagai bagian dari
orang-orang yang terlibat dalam interaksi dengan yang lainnya.Peranan social diartikan
sebagai hak-hak,tugas-tugas, kewajiban, dan perilaku yang tepat yang dimiliki oleah
orang-orang yang memegang posisi tertentu dalam sebuah lingkungan social tertentu.
Dalam kelompok formal ataupun organisasi formal , peran didefinisikan sebagai kumpulan
peraturan. Dalam organisasi informal, mereka “mengerti”.

24
Peranan berbeda dengan perilaku orang yang memgang posisi tertentu dalam
organisasi dan menyatukan kelompok untuk spesialisasi dan fungsi kordinasi.Komponen
Perilaku actual dari peran disebut dengan norma.norma-norma adalah kebutuhan akan
perilaku yang tepat untuk sebuah peran khusus.

6. Struktur Sosial

Studi pembelajaran sistematic akan perilaku manusia tergantung pada dua factor yaitu:
pertama orang- orang bertindak dalam kebiasaan dan pengulangan pola; kedua orang-
orang tidak terisolasi ,mereka melakukan interaksi dengan lainnya.Untuk penerapan dalam
perilaku manusia, kita akan mempertimbangkan konsep masyarakat dan budaya.
Masyarakat bisa didefenisikan sebagai jumlah total hubungan sesama manusia. Konsep
masyarakat berlangsung secara terus menerus dan kesempurnaan antar individu dan
hubungan institusional. Konsep dari sebuah system digunakan dalam ilmu keperilakuan
dalam berbagai kajian ilmu. Ini mengarah pada susunan yang saling brehubungan dan
bagian yang independen ketika membahas tentang system tata surya, system hayati
ataupun system social. Pola dengan berbagai bagian dan subsistem beroperasi sebagai
struktur dari system. Pola struktur sosial mengarah pada bentuk hubungan antara berbagai
subsistem sosial dan individu yang mungkin membuat fungsi suatu masyarakat organisasi
sosial ataupun kelompok sosial.

7. Budaya
Budaya adalah cara hidup suatu masyarakat. Masyarakat tidak akan ada tanpa sebuah
budaya dan budaya tidak akan bertahan diluar masyarakat, atau cara hidup meliputi system
kepercayaan yang umum, cara perilaku yang diharapkan ataupun cara berpikir yang
diharapkan, pengetahuan teknis dan cara melakukan sesuatu. Budaya mempengaruhi pola
umum perilaku manusia karena budaya merupakan perilaku yang seharusnya ada pada
kondisi tertentu.

Aspek penting dalam suatu budaya yang akan menjamin keberlangsungan hidup
manusia yaitu secara fisik dan secara social. Untuk memahami perilaku dalam konsep
organisasi para akutan sebaiknya tahu ide ataupun pikiran suatu kebudayaan. Dalam
beberapa instansi budaya organisasi merupakan lingkungan kerja merujuk pada lingkungan

25
kerja dan iklim organisasi. Dasar pikiran awal bahwa elemem-elemen budaya
mempengaruhi perilaku. Budaya bisnis adalah system umum dari etika bisnis, pelaksanaan
bisnis, pengetahuan bisnis dan hardware yang mempengaruhi perilaku.

 Kerangka kerja idealistis vs kerangka kerja materiaistis


Kerangka kerja Idealistis menjelaskan bahwa norma-norma budaya atau perilaku
dapat terlihat dalam ide-ide ataupun nilai_nilai yang dianut seseoarang.hal ini
sangat bertentangan dengan kerangka kerja materialistis dimana konsep ini
memahami bahwa ide-ide bukan penyebab utama suatu perilaku. Jadi nilai-nilai
bergantunh pada dasar ekonomi dan hubungan antar manusia. Paham ini
menyatakan bahwa ide-ide tidak menyebabkan perkembangan norma-norma
budaya, system ekonomi, atau system perpolitikan.

 Kerangka kerja interaksi


Kerangka kerja interaksi symbolic dalam hal pemaknaan dan realitas secara social
ditentukan melalui proses interkaksi manusia dengan lainnya, pencapaian ketentuan
bersama dari situasi sosialndan kesepakatan bersama terkait “apa:. Dalam beberapa
cara, interaksi simbolik dapat digambarkan sebagai sebuah alternative untuk
peranan teori.

 Kerangkakerja Lainnya
Perilaku bisa juga dimaknai sebagai istilah dari sikap, motivasi, persepsi,
pembelajaran, dan kepribadian.

26
C. PENUTUP
SOAL LATIHAN
1. Menurut pendapat anda, manakah aspek-aspek yang menguntungkan dari
keberadaan struktur dan manakan aspek-aspek yang tidak menguntungkan?
2. Mengapa kelmpok informal membangun standar-standar perilaku? Apakah
pengaruh standar ini terhadap anggota kelompok?
3. Dapatkah suatu kelmpok berfungsi secara efektif tanpa suatu defenisi atau
hubungan otoritas?

27
DAFTAR BACAAN

Ancok, Djamaludin., (2000), "Dampak Teknologi Internet pada Kehidupan Manusia dan
Pengelolaan Institusi Pendidikan Psikologi", Lustrum Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Anonim, (2008), “Failure Rate, Statistics Over IT Project Failure Rate”. www.it-
cortex.com, (Diakses 21 Februari 2008)

Anonim, (2008), “Psychology”. http://en.wikipedia.com/wiki/psychology.html, (Diakses


pada 27 Februari 2008).

Anonim,(2008),“Technology,Acceptance,Model”.http://en.wikipedia.com/wiki/technology
_acceptan ce_model.html, (Diakses pada 27 Februari 2008).

Anonim,(2008),“Theory ofReasoned Action”.


http://en.wikipedia.com/wiki/theory_of_reasoned_ action.html, (Diakses pada 27
Februari 2008).

Anonim,(2008), “Theory Planned Behavior”.


http://en.wikipedia.com/wiki/theory_planned_beha vior.html, (Diakses pada 27
Februari 2008).

Davis, F. D., (1986), “Technology Acceptance Model for Empirically Testing New End-
user Information System Theory and Results”, Unpublished Doctoral Dissertation,
MIT.

Jogiyanto H. M., (2005), “Model Kesuksesan Sistem Teknologi Informasi”, Penerbit Andi,
Yogyakarta.

Jogiyanto H. M., (2007), “Sistem Informasi Keperilakuan”, Penerbit Andi, Yogyakarta.

28
Sheppard, B. H., Hartwick J., dan Warshaw, P. R., (1988), “The Theory of Reasoned
Action: A Metaanalysis of Past Research with Recommendation for Modifications
and Future Research” Journal of Consumer Research.

BAB IV

PSIKOLOGI DAN PSIKOLOGI SOSIAL

A. PENDAHULUAN

Pada bab ini fokus pada perubahan faktor sosiologi ke factor psikologi dan psikologi
sosial. Faktor ini meliputi sikap dan perubahan sikap, motivasi, persepsi, pembelajaran dan
personalitas.Sasaran pembelajaran dari psikologi dan psikologi sosial adalah sebagai
berikut:
1. Sikap/Prilaku
2. Motivasi
3. Persepsi
4. Pembelajaran (learning)
5. Kepribadian

29
B. PEMBAHASAN

1. SIKAP/PERILAKU

Sikap adalah suatu hal mengenai kecenderunagn bereaksi baik dengan cara yang
menguntungkan maupun tidak menguntungkan secara konsisten pada orang, objek,
ide/gagasan, atau situasi. Istilah objek sikap digunakan untuk menggabungkan seluruh
objek terhadap seseorang yang mungkin bereaksi.Sikap dipelajari, dibangun dengan baik,
dan sulit untuk diubah. Seseorang belajar tentang/ mendapat sikap dari pengalaman
pribadi, orang tua, teman sebaya, dan kelompok sosial.

Akuntansi keperilakuan harus tahu tentang sikap untuk memahami dan


memprediksi perilaku seseorang. Akuntansi keperilakuan mungkin juga berkepentinagn
dalam sikap para karyawan terhadap sebuah paket kompensasi yang diusulkan, sikap
auditor internal terhadap pengenalan paket perangkat lunak yang baru, dan sikap pelanggan
terhadap sebuah perubahan pengemasan.

- Komponen Sikap

Sikap memiliki komponen kognitif, emosional, dan perilaku. Komponen kognitif


disempurnakan dari gagasan, pandangan, dan kepercayaan slah satunya mengenai
objek sikap komponen emosional atau afektif mengarah pada perasaan terhadap

30
objek sikap. Perasaan positif meliputi rasa suka, hormat, atau empati. Perasaan
negative termasuk rasa tidak suka, rasa takut, atau benci. Komponen keperilaku
mengarah pada bagaimana seseorang bereaksi terhadap objek sikap.

- Kepercayaan, Pendapat, Nilai, Dan Kebiasaan


Yang berhubungan dekat dengan sikap adalah konsep kepercayaan,
pendapat, nilai, dan kebiasaan. Secara luas, kepercayan mungkin didefenisikan
sebagai komponen kognitif atas sikap. Kepercayaan mungkin didasarkan pada
dugaan bukti ilmiah, atas prasangka atau sebaih intuisi.

Opini atau pendapat kadang-kadang didefenisikan sebagai sinonim untuk


sikap dan kepercayaan. Secara umum, opini dipandang sebagai konsep yang lebih
sempit dari sikap. Seperti halnya kepercayaan, pendapat dihubungkan dengan
komponen kognitif atas sikap dan dikaitkan dengan bagaimana seseorang menilai
atau mengevaluasi sebuah objek.
Nilai adalah sasaran hidup yang penting dan standar keperilakuan. Nilai
adalah dan perasaan dasar yang mana orang-orang mengorientasikan diri mereka ke
arah sasaran yang lebih tinggi dan mereka membedakan apa yang bermanfaat dan
indah dari apa yang jorok dan tidak sopan. Nilai ini akan mempengaruhi sikap dan
perilaku.
Kebiasaan adalah pola yang tanpa disadari, otomatis, dan berulang dari
tanggapan perilaku. (Siegel;1989:29)
- Fungsi Sikap
Sikap memberikan empat fungsi utama :
1. Pemahaman/pengetahuan/fungsi membantu seseorang memberi arti, menyusun
pengertian dari, informasi atau kejadian baru.
2. Kebutuhan akan kepuasan. Misalnya, orang cenderung untuk membentuk sikap
positif terhadap objek saat memperoleh apa yang mereka inginkan dan bersifat
negative terhadap objek saat dihalangi untuk mendapatkan apa yang mereka
butuhkan.
3. Pembelaan diri melalui pengembangan atau perubahan untuk melindungi orang dari
dasar pengakuan kebenaran tentang diri mereka atau dunia.
4. Ekspresi nilai, orang-orang memperoleh kepuasan dengan mengekspresikan diri
mereka melalui sikapnya.

31
- Pembentukan dan Perubahan Sikap.

Pembentukan sikap mengarah pada pengembangan sebuah sikap terhadap sebuah


objek ketika tidak terdapat sikap sebelumnya. Perubahan sikap mengarah pada
penggantian sebuah sikap yang telah ada sebelumnya dengan sikap baru. Sikap
terbentuk atas dasar factor psikologi, pribadi/personal, dan sosial.

- Teori Perubahan Sikap

Teori perubahan sikap membantu kita memperkirakan permohonan apa


yang paling efektif, yang mana sikap kemungkinan besar berubah sebagai hasil dari
permohonan, dan dalam keadaan tersebut yang mana sebuah permohonan tidak
menjadi efektif.Kita harus mengingat bahwa sikap mungkin berubah tanpa
dorongan dari luar. Sebagai contoh, jika seseorang diarahkan terhadap informasi
baru mengenai objek, maka perubahan sikap mungkin dihasilkan. Karyawan yang
setia yang mempelajari bahwa karyawan keuangan puncak perusahaan telah
menggelapkan dana untuk beberapa tahun yang lalu mungkin mengubah
kecenderungannya terhadap perusahaan, eksekutif perusahaan secara umum, dan
pekerjaannya sendiri.

- Teori Stimulus-Respon dan Penguatan

Teori stimulus-respon dan penguatan atas perubahan sikap fokus pada bagaimana
seseorang menanggapi stimulus khusus. Penempatan teori lebih menegaskan
komponen stimulus dari pada respon.

- Teori Penilaian Sosial

32
Teori penilaian sosial dari perubahan sikap mengambil sebuah pendekatan
pandangan/persepsi. Teori ini mempertimbangkan perubahan sikap sebagai sebuah
hasil dari perubahan bagaimana orang-orang merasa sebuah objek lebih baik dari
pada sebuah perubahan akan objek tersebut. Teori menekankan bahwa kita dapat
menciptakan perubahan kecil dalam sikap individu jika kita mengetahui struktur
sikap seseorang saat ini dan jika kita membuat pemohonan untuk berubah dengan
cara sedikit mengancam.

- Teori Konsistesi dan Ketidaksesuaian

Beberapa teori perubahan sikap mengasumsikan bahwa seseorang mencoba untuk


mempertahankan sebuah konsistensi, atau kesesuaian, antara sikap dan perilaku
mereka. Teori ini menegaskan pentingnya gagasan dan kepercayaan seseorang.
Teori konsistensi menyatakan bahwa hubungan antara sikap dan perilakU adalah
seimbang ketika tidak terdapat stress kognitif dalam system.
Teori Ketidaksesuaian adalah sebuah variasi dari teori konsistensi. Teori ini
berkaitan dengan hubungan antara unsure kognitif (informasi, kepercayaan, dan
gagasan). Ketidaksesuaian kognitif terjadi ketika seseorang mempunyai dua kondisi
yang bertentangan.

- Teori Persepsi Diri

Teori ini menyatakan bahwa orang-orang mengembangkan sikap mereka


berdasarkan cara mereka mengobservasi dan menginterpretasikan perilakunya..
dengan kata lain, teori menempatkan bahwa sikap tidak menentukan perilaku,
tetapi lebih kepada sikap dibentuk setelah perilaku terjadi sehingga sikap akan
menjadi konsisten dengan perilaku.Teori fungsional menyatakan bahwa sikap
membantu orang untuk memperoleh kebutuhannya, seperti diskusi ada awal bab.
Sehinggan untuk mengubah sikap sesorang kita harus menemukan apa kebutuhan
dari orang tersebut.

2. MOTIVASI

33
Motivasi adalah proses memulai kesadaran dan tindakan dengan maksud tertentu.
Motivasi adalah kunci untuk memulai, manjalankan, memelihara dan mengarahkan
perilaku. Motivasi juga terkait dengan reaksi subjektif yang terjadi selama proses ini.
Manajer dan akuntan perilaku harus memotivasi orang-orang pada level ini pada kinerja
yang diharapkan agar tujuan organisasi tercapai. (Siegel;1989:34)

Motivasi adalah konsep yang penting untuk akuntan perilaku karena efektivitas
organisasi tergantung pada performa orang-orang sebagaimana mereka diharapkan bekerja.
Manajer dan akuntan perilaku harus memotivasi orang-orang ke tingkat performa yang
diharapkan ini agar sasaran organisasi dapat dicapai.
Motif adalah faktor tunggal yang mencetuskan pross motivasi. Sebagai contoh, beberapa
orang menginginkan uang, sementara yang lain menginginkan kekuasaan, ketenaran, atau
keamanan. Motif adalah sifat alami seseorang. Orang dari keluarga yang sejahtera
mungkin mencari pekerjaan yang memberikan rasa pencapaian/prestasi dan harga diri.
Orang lain dari keluarga miskin mungkin mencari pekerjaan yang menawarkan kebebasan
dari kekhawatiran keuangan.

- Teori Kebutuhan

Sebagaimana yang kita ketahui mengenai teori motivasi yakni teori hirarki
kebutuhan Maslow. Teori ini digunakan dimana seseorang termotivasi oleh hasrat
mereka untuk memenuhi hirarki kebutuhan yang diinginkan: kebutuhan-kebutuhan
dasar psikologi, kebutuhan-kebutuhan social dan kepemilikan (pertemanan dan cinta),
kebutuhan atas penghargaan diri (dihargai, pengakuan, kekuatan, dan status) dan
kebutuhan akan aktualisasi diri (pemenuhan akan potensi yang dimiliki).

Berdasarkan teori Maslow, setelah seseorang memenuhi kebutuhan yang


diinginkan dari yang paling rendah sampai kebutuan yang paling tinggi, hal ini menjadi
penting dalam mengarahkan prilaku. Hal ini tidak sepenuhnya bahwa kebutuhan yang
paling rendah merupakan kepuasan yang lengkap dan selanjutnya menjadi kebutuhan
yang lebih tinggi. Teori tersebut juga merupakan salah satu kepuasan yang diperlukan
dan bukan pemotivator dalam jangka lama.

34
Konsep hirarki kebutuhan tidak akan didukung dengan baik hanya dari penelitian
empiris. Hal ini terjadi karena di Amerika Serikat, dimana banyak penelitian telah ada
yang menghubungkan bahwa kebutuhan dasar manusia adalah lebih pada kepuasan.
Beberapa peneliti-peneliti bertanya akan gagasan mengenai struktur kebutuhan
manusia yang kompleks dimasukkan dalam hirarki yang diinginkan. Kritik lainnya
berpendapat bahwa teori tersebut tidak dapat memprediksikan suatu prilaku.

Walaupun terdapat kelemahan, teori kebutuhan Maslow adalah penting bagi para
manajer dan prilaku akuntan untuk diketahui karena hal itu memusatkan perhatian pada
kebutuhan individu dan pengakuan yang serupa dengan pemberian insentif yang
mungkin tidak hanya merupakan kepuasan yang menjadi kebutuahan setiap orang.

Konsep ERG merupakan sebuah peningkatan dari hirarki kebutuhan. Konsep


tersebut mengusulkan tiga kategori kebutuhan: keberadaan (hasrat fisik dan materi),
hubungan kekerabatan (pertemanan dan kepemilikan) dan pertumbuhan
(pengembangan personal dan pemenuhan diri). Hal ini berbeda dengan hirarki
kebutuhan Maslow bahwa tidak dengan mudah memenuhi kebutuhan baik yang paling
tinggi maupun rendah dan walaupun hal tersebut dapat memberikan kepuasan, sama
halnya dengan kebutuhan yang menjadi motivasi yang dominan. Sebagai contoh,
seorang eksekutif yang frustasi akan usahanya dalam pemenuhan kebutuhan berupa
keakraban mungkin dapat termotivasi oleh keinginan untuk memperoleh tambahan
gaji.

Teori kebutuhan yang ketiga dalam motivasi yakni teori kebutuhan atas
penghargaan oleh McClelland yang mengemukakan semua motif, termasuk kebutuhan
untuk penghargaan yang sedang dipelajari. Karenanya, waktu kritis untuk
mengembangkan motivasi ini adalah sejak kanak-kanak yang memungkinkan untuk
pembelajaran struktur sampai anak-anak, dan selanjutnya meningkatkan harapan
mereka dan mengembangkan kebiasaan bekerja untuk mengaktualisasikan harapannya.

35
Ketika kebutuhan akan penghargaan adalah penting bagi kesuksesan bisnis,
seseorang dengan posisi eksekutif yang tinggi juga memiliki kebutuhan yang kuat
untuk kekuasaan. Dengan demikian, teori kebutuhan untuk penghargaan tidak
membantu kita untuk menjelaskan motivasi untuk semua orang dan seharusnya
digunakan dalam kombinasi bersama dengan teori lainnya untuk mengerti akan
pemenuhan motivasi.

Teori 2 Faktor Hezberg berfokus pada dua bagian dari imbalan atas kerja; yaitu
upah yang berhubungan dengan kepuasan pekerjaan (pemotivasi) dan yang
berhubungan dengan ketidakpuasan pekerjaan (factor hygiene). Pemotivator, yang
berhubungan dengan bagian dari pekerjaan, termasuk di dalamnya promosi,
pengakuan, tanggung jawab, pekerjaannya, dan potensi untuk pengaktualisasian diri.
Faktor hygiene, yang berhubungan dengan bagian dari pekerjaan, atau lingkungan
dimana pekerjaan tersebut dilakukan, termasuk di dalamnya keamanan dalam bekerja,
gaji, aturan perusahaan, kondisi kerja, dan hubungan personal dalam bekerja.
Teori ini bagi motivator dapat menghubungkan kepuasan kerja tapi juga
ketidakpuasan. Faktor hygienis berhubungan dengan kepuasan tetapi juga
ketidakpuasan. Dengan demikian, karyawan termotivasi oleh sesuatu seperti pengakuan
dan kemajuan dalam perusahaan. Peningkatan gaji tidak akan memotivasi, itu hanya
untuk melindungi ketidakpuasan kerja.

- Teori Ekspektasi

Teori ekspektasi terhadap motivasi diasumsikan bahwa pada level ini, motivasi
dalam melakukan tugas bergantung pada kenyakinannya mengenai imbalan atas tugas
tersebut. Dengan kata lain, struktur motivasi ada ketika pengharapan seseorang atas
penerimaan imbalan atas kinerja dari tugas yang dilakukannya masing-masing.

Pada umumnya, motivasi adalah hasil dari harapan, instrument, dan Valance.
Ekspektasi memberikan kemungkinan yang dirasakan bahwa tindakan spesifik akan
menghasilkan sebuah hasil yang spesifik. Sebagai contoh, karyawan-karyawan
mungkin percaya bahwa kinerja yang memuaskan akan dihasilkan dengan promosi.
Valance adalah kekuatan dimana seseorang merasa untuk bagian dari hasil. Sebagai
contoh, bagaimanakah pentingnya promosi bagi karyawan ? Instrumen menunjukkan

36
efek kausal dari hasil awal pada hasil-hasilyang di masa depan. Sebagai contoh, sebuah
valansi memiliki nilai karena merupakan hasil dari harapan yang dipercayai sebagai
instrument yang memberikan hasil lainya. Keinginan karyawan untuk promosi
mungkin dapat dilihat sebagai instrumen yang ditransfer ke kantor pusat.

Teori distinguish antara imbalan interistik dan imbalan ekstristik. Imbalan intristik
adalah kreasi internal dan dihasilkan dari melakukan pekerjaannya sendiri, meliputi
perasaan untuk memperoleh penyelesaian dari melakukan pekerjaan dengan baik atau
perasaan puas ketika proyek telaksana dengan lengkap dan sukses. Imbalan ekstrinsik
meliputi upah, pengakuan, keamanann kerja, dan promosi yang mewakili pembayaran
atas kinerja. Teori motivasi yang digunakan adalah sebuah fungsi antara kedua imbalan
intrinsic dan ekstrinsik.

3. PERSEPSI

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di
dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak
pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap
situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi ( Miftah Thoha: 1996.
hal.123)

Persepsi adalah bagaimana seseorang memandang atau menginterpretasikan


kejadian, tujuan, dan manusia. Tindakan manusia yang didasarkan tanpa memperhatikan
persepsi lainnya yang secara akurat maupun tidak mencerminkan realitas. Pada
kenyataannya, realitas adalah apa yang setiap orang rasakan untuk melakukannya.
Deskripsi seseorang terhadap suatu realitas mungkin jauh dari deskripsi dari orang yang
lain. Definisi formal dari persepsi adalah proses dimana kita menseleksi, mengorganisir,
dan dorongan interpretasi ke dalam pemikiran dan koheren dengan gambaran dunia.
Para manajer dan prilaku akuntansi harus mengembangkan persepsi yang akurat bagi
seseorang yang mereka anggap ideal. Perbedaannya bahwa mereka merasa antara kunci
dari sekelompok orang dapat memberikan sejumlah kesuksesan atau ketidaksuksesan

37
operasi. Sebagai contoh, sebuah rencana manajer harus mengembangkan persepsi masing-
masing pembimbing, pelanngan utama, kesatuan pekerja, penjualan yang representatif, dan
manajer-manajer lainnya. Rencana manajer harus mampu mengoreksi kekuatan maupun
kelemahan dari setiap pembimbing dalam lingkungan tersebut.

Prilaku para akuntan perlu mengetahui tentang persepsi karena persepsi tersebut
mem bentuk seseorang untuk berkembang ke dalam ide dan sikapnya mempengaruhi
prilaku. Jika dapat mengembangkan potensi karyawan bagi perusahaan dengan promosi
dan kompensasi yang adil, bahwa seseorang yang bergabung dalam perusahaan dan
menjadi pekerja yang memuaskan. Jika aturan yang diberikan tidak adil, maka calon
karyawan yang bergabung bersama perusahaan lainnya atau lebih sedikit dari total pekerja
yang produktif. Beberapa pengaplikasian berdasarkan persepsi yang telah didiskusikan
sebelumnya.

Dorongan Fisik Vs Kecenderungan Individu

Pengalaman seseorang di dunia berbeda-beda karena adanya kemandirian persepsi


antara kedua dorongan fisik dan kecenderungan individu. Dorongan fisik merupakan
masukan dari pancaindera seperti penglihatan, pendengaran, dan berbicara. Kecenderungan
individu termasuk tujuan, kebutuhan, sikap, pembelajaran masa lalu dan harapan. Persepsi
berbeda oleh setiap orang karena kemampuan pancaindera dalam merespon mungkin
memiliki fungsi yang berbeda, tetapi pada dasarnya karena kecenderungan yang berbeda.
Dengan demikian, kesamaan aturan perusahaan akan mengakibatkan penangkapan yang
berbeda oleh pekerja produksi, manajer menengah, dan top manajemen.

Empat faktor lainnya yang diasosiasikan dengan kecenderungan individu adalah


kekeluargaan, perasaan, kepentingan dan emosi. Pada umumnya orang merasa tujuan
sederhana lebih cepat daripada tujuan yang tidak sederhana. Sebagai contoh jika kita
ketahui bahwa manajer baru merupakan seorang anggota pada The Elks atau Lions,
hubungan kekeluargaan dalam organisasi dapat berdampak lebih baik—walaupun tidak
semudah itu anggota Tutles atau Tiger, kehilangan kekeluargaan dalam organisasi akan
mengakibatkan pengembangan persepsi yang lebih lambat.

38
Perasaan seseorang terhadap suatu tujuan atau seseoarang juga berefek pada
persepsi. Ini merupakan sebuah tendensi bagi seseorang untuk mencari lebih banyak
informasi mengenai tujuan terhadap yang mereka pegang sebagai kekuatan positif atau
perasaaan negatif. Secara sederhana, yang lebih penting adalah manusia atau tujuannya,
informasi lebih yang ditunjukkan. Pada dua kasus, informasi lebih yang didapatkan tentang
sebuah tujuan, persepsi yang lebih lengkap dari tujuan.

Akhirnya, kondisi emosional seseorang dapat memberikan efek pada persepsi.


Persepsi mungkin dapat bergantung secara masing-masing, apakah kita telah memiliki hari
yang baik atau hari yang buruk, apakah perasaan riang gembira atau depresi dan
selanjutnya.

Penyelesaian, Pengorganisasian, dan Dorongan Interpretasi


Persepsi yang telah dikemukakan di atas merupakan proses dimana kita
menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasikan dorongan. Kita tidak hanya untuk
merasakan sedikit dari bagian untuk semua dorongan yang kita perlihatkan. Jadi secara
sadar atau tidak sadar, kita menyeleksi apa yang kita rasakan. Biasanya kita melakukan
seleksi untuk mempersepsikan sesuatu yang kita temukan lebih menarik atau lebih penting.

Apa yang kita seleksi untuk perasaan yang secara khas bergantung pada sifat dari
dorongan, harapan kita dan motiv kita. Sifat dari dorongan yang dimaksudkan seperti
factor-faktor seperti atribut fisik, desain, dan dorongan lainya yang berlainan, “buzz
words” dan nama-nama cabang. Harapan merupakan dasar dari pengalaman yang kita
rasakan dan kita kondisikan. Secara frekuensinya, kita melihat apa yang kta harapkan
terjadi dan termotivasi untuk merasakan apa yang kita butuhkan dan inginkan. Sebagai
contoh, ketergantungan pada kebutuhan-kebutuhan atau harapan-harapan, kita tidak hanya
melihat “baik” atau “buruk” dari situasi-situasi yang berbeda.

Biasanya seseorang mencari simpati dari luar dan dorongan atas kesenangan dan
menghindari rasa sakit atau dorongan yang berupa ancaman. Mereka mungkin seperti tidak
merasa penting, mungkin kehilangan informasi bahwa hal itu bukan suatu konsistensi

39
terhadap kepercayaan yang berlebih-lebihan atau sederhana “turn off” untuk melindungi
dirinya dari dorongan yang bombarder.

Persepsi Relevan Untuk Akuntan

Akuntan perilaku dapat mengaplikasikan pengetahuaan akan persepsinya ke dalam


aktivitas-aktivitas perusahaan. Misalnya, dalam evaluasi kinerja, tata cara dimana
seseorang dihargai dipengaruhi oleh akurasi dari persepsi supervisor. Dalam keputusan
seleksi karyawan manajer haruslah sensitif terhadap kemungkinan bahwa keputusan
mereka mungkin saja biasa terhadap kesan pertama yang berpengaruh atau tidak.

Selalu terdapat risiko dalam mengambil keputusan bisnis. Keputusan manajer


tergantung pada risiko yang mereka tetapkan dan toleransinya pada risiko. Seseorang yang
mengambil risiko tinggi cenderung menjadi "kelompok sempit". Dan mereka yang
mengambil risiko rendah adalah "kategori luas", yang memilih wilayah lebih luas dari
alternatif.

4. PEMBELAJARAN(LEARNING)

Pola pemikiran dan keprilakuan yang orang bawah ke dalam lingkungan kerja
mereka yang merefleksikan pengalaman, persepsi, dan motivasi mereka. Pola keperilakuan
ini bias sehingga tidak optimal terhadap organisasi. Untuk itu perilaku akuntan harus akrab
dengan hal yang bersifat prinsip dengan teori pembelajaran.Pembelajaran merupakan
proses di mana perilaku yang baru terjadi sebagai hasil motivasi, pengalaman, dan
pengulangan pada respon untuk situasi tertentu. Kombinasi motivasi, pengalaman, dan
terjadi pengulangan dalam bentuk kondisi klasik dan operasional
.
Kondisi Klasik (Pavlov’sDog)

40
Pavlov mengamati anjing yang mengeluarkan air liur tidak hanya ketika makan
tetapi juga ketika mereka mengamati makanan. Makanan yang tidak sesuai dengan kondisi
lingkungan menyebabkan tanggapan keperilakuan yang tidak sesuai terjadi.Pada
pengalamannya, Pavlov pertama kali membunyikan bel kemudian memberi makan anjing.
Pertama anjing hanya mengeluarkan air liur ketika diperlihatkan makanan. Tetapi setelah
perlakuan demikian dilakukan berulang-ulang, anjing akhirnya mengeluarkan air liur pada
saat bel berbunyi. Pada kasus ini bel (ransangan) diikuti dengan respon yang sesuai
kondisi. Hubungan antara sebuah ransangan dengan respon yang sesuai kondisi disebut
Classical Conditioning.

Operant Conditioning

Pada classical conditioning rangsangan murni diikuti oleh sebuah balasan di mana
menghasilkan respon. Pembelajaran yang bersifat prinsip telah diaplikasikan pada
kebanyakan organisasi. Hasilnya dalam bentuk pengatuan bonus dan penghargaan lainnya
yang telah dibangun untuk memperbaiki produktifitas, mengurangi perbaikan dan
ketidakhadiran dan membuat karyawan lebih tanggap kepada kebutuhan konsumen.

5. KEPRIBADIAN

Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologis dari dalam diri. Yang


menentukan dan merefleksikan bagaimana respon seseorang terhadap lingkungannya.
Tidak ada dua orang yang memiliki persamaan dalam karakter pribadi secara
khusus.Aplikasi utama dari teori kepribadian dalam organisasi merupakan prediksi
keperilakuan. Pengujian personalitas dapat menentukan siapa yang lebih efektif dalam
tekanan pekerjaan, siapa yang merespon dengan baik setiap kritikan, siapa yang pertama
kali dipuji sebelum berbicara tentang perilaku yang tidak diinginkan, siapa yang memiliki
kemampuan memimpin, siapa yang senang bekerja berpartisipasi dalam lingkungan kerja.

C. PENUTUP
SOAL LATIHAN

1. Dalam lingkungan yang bagaimanakah orang-orang berperilaku secara berbeda


dan karakter yang dapat memprediksi hal tersebut?

41
2. Bagaimana Anda dapat mempelajari teori yang digunakan dalam motivasi?
3. Bagaimana seorang manajer memotivasi karyawan yang pada dasarnya puas
dengan pekerjaan mereka dan gaji mereka?

42
43
DAFTAR BACAAN

Charles Hongren, 1982. “Cost Accounting,” edisi 5, ( Engelwood Cliffs, N.J.: Prentice-
Hall.)

David Hawkins, 1969. “Behavioral Accounting of Generally Accepted Accounting


Pronciples,” California Management Review ( Musim Dingin), 23-21

Edwin H. Caplan, 1971. “ Management Accounting and Behavioral Scince, “, Adisom


Wesley Publishing Company, Reading, Massachusetss.

Etzioni, A., 1964. Modern Organization, “Englewood Cliffts, N.J: Prentice-Hall, Inc

Hall, F.S,1974. “Organizational Goals:The Status Of Theory Research,” makalah yang


dipresentasikan pada lokakarya mengenai akuntansi keperilakuan, pertemuan
tahunan dari American Institute for Decision Sciences, Atlanta, Georgia. 30
Oktober.

Ikhsan, Arfan, 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta.

44
BAB V
PENGENDALIAN KEUANGAN AKUNTANSI
PERTANGGUNG JAWABAN

A. PENDAHULUAN

Keterbatasan-keterbatasan dalam akuntansi akhir-akhir ini menjadi luas karena adanya


permintaan atau kebutuhan dan teknologi baru atas bagian yang selama ini dicari oleh
pemakain akuntansi sebagai bentuk dukungan dalam pelaporan akuntansi. Pertumbuhan
yang signifikan dalam manajemen penyedia baru bagi system informasi yang terdapat di
setiap organisasi selalu menjadi pemicu hadirnya kebutuhan-kebutuhan klien seperti di
atas. Setiap klien membutuhkan suatu dukungan untuk perancangan dan penerapan system-
sistem pengendalian keuangan. Pada kesempatan inim akan dibicarakan mengenai
masalah-masalah yang terkait dengan topic pengendalian dan dampak dari desain serta
implementasi dan system pengendalian keuangan.
Sasaran pembelajaran dari pengendalian keuangan akuntansi pertanggung jawaban
adalah:
1. Pentingnya Manajemen Keuangan
2. Defenisi Pengendalian Keuangan
3. Pengendalian Terpadu
4. Factor-faktor Kontekstual
5. Pertimbangan-pertimbangan Rancangan
6. Pengendalian dalam Era Pemberdayaan

45
B. PEMBAHASAN

Pentingnya Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan adalah subjek yang sangat menarik saat kita mendekati
abad ke 21. Radiao dan televisi menyajikan cerita-cerita yang dramatis tentang
pertumbuhan dan penurunan perusahaan-perusahaan,pengambilalihan perusahaan,
dan berbagai jenis retrukturisasi perusahaan. Untuk dapat memahami
perkembangan n untuk ikut serta di dalamnya secara efektif diperlukan
pengetahuan mengenai pengendalian keuangan.Pentingnya prinsip keuangan ini
digarisbawahi dengan adanya perkembanga dramatis yang terjadi dalam pasar
keuangan.

Fungsi keuangan

Walaupun rinciannya bervariasi antarorganisasi, fungsi keuangan yang utama


adalah dalam hal keputusan investasi, perhitungan biaya, dan deviden untuk suatu
organisasi.Tujuan manajer keuangan adalah untuk merencanakan guna memperoleh
dan mengunakan dana, serta memaksimalkan nilai organisasi. Ada beberapa
kegiatan yang terlibat yaitu :
1. Dalam perencanan dan peramalan, manajer keuangan berinteraksi dengan
para eksekutif yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan perencanan
strategis umum.
2. Manajer keuangan harus memusatkan kegiatannya kepada keputusan
investasi dan perhitungan biaya, serta segala hal yang berkaitan dengannya.
Perusahaan yang berhasi biasanya mengalami laju pertumbuhan penjualan
yang tinggi, sehingga memerlukan dukungan penambahan investasi. Para
manajer keuangan perlu menentukan laju pertumbuhan penjualan yang
sebaiknya dicapai dan membuat prioritas atas alternatif investasi yang
tersedia.
3. Manjer keuangan harus bekerjasama dengan para manjer lainya agar
perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin, karena semua keputusan
bisnis memiliki dampak keuangan.

46
4. Manajer keungan menghubungkan menghubungkan perusahaan dengan
pasar uang dan pasar modal, yang merupakan sumber perolehan dana dan
tempat surat berharaga perusahaan diperdagangkan.

Jadi tugas pokok manajer keuangan adalah berkaitan dengan keputusan


investasi dan perhitungan biaya.dalam melaksanakan fungsinya maka manajer keungan
berkaitan langsung dengan keputusan pokok perusahaan yang berpengaruh terhadap
nilai perusahaan itu sendiri. fungsi keuangan dalam organisasi.Fungsi keuangan dalam
organisasi biasanya dipisahkan menjadi dua jabatanyaitu :

a. Bendahara
Bendahara bertanggung jawab atas perolehan dan pengamanan data. Tanggung
jawab seorang bendahara biasanya terletak pada pengadaan dan pengelolaan uang
tunai.meskipun tanggung jawab pembuatan laporan berada di tangan
kontroler,bendahara pada umumnya membuat laporan mengenai posisi arus kas
harian dan posisi modal kerja , membuat anggaran dan melaporkan informasi arus
kas dan informasi uang tunai.

b. Administrasi pembukuan atau akuntansi ( kontroler )


Bidang tanggungjawab kontroler meliputi akuntansi , pelaporan,dan pengendalian.
Fungsi pokok kontroler adalah mencatat ( recording) dan membuat laporan (
reporting ) mengenai informasi keuangan perusahaan.
Tugas lain dari kontroler adalah menegelolah pengajian, menyusun perhitungan
dan pelaporan pajak serta melakukan audit internal.

Definisi Pengendalian Keuangan

Umpan Balik Mekanikal vs Respons Perilaku

Fokus utama dalam subsistem pengendalian keuangan adalah pada perilaku dari
orang-orang yang ada dalam organisasi dan bukan pada mesin.oleh karena itu,
pengendalain keuangan dapat dipahami secara baik melalui penekanan pada
pentingnya asumsi-asumsi keprilakuan.

47
Sasaran perilaku utama dari pengendalian keuangan dapat dijelaskan menggunakan
definisi pengendalian secara umum.Pada umumnya, pengendalian didefinisikan
sebagai suatu inisiatif yang dipili, yang akan mengubah kemungkinan dari
pencapaian hasil yang diharapkan.Definisi pengendalian telah didasarkan pada
konsep “kepercayaan .’ dan konsep “ kemungkinan.”

Perluasan Konsep-Konsep Tradisional

Konsep-konsep pengendalian tradisional dalam akuntansi seringkali berarti bahwa


hasil dari informasi akuntansi adalah langkah akhir dari peran akuntan.Ketika
sistem pengendalian dirancang secara tepat untuk menghasilkan informasi
akuntansi yang akurat dan andal, maka secara tradisional, fokus sitem pengendalian
terletak pada tujuh faktor berikut ini yaitu :
1. Mempekerjakan karyawan yang akan melaksanakan tanggungjawabnya
dengan kompeten dan penuh integritas.
2. Menghindari fungsi-fungsi yang tidak harmonis dengan cara memisahkan
tugas dan tanggung jawab
3. Mendefenisikan wewenang yang terkait dengan suatu posisi sehingga
kesesuaian dari suatu transaksi dilaksanakan dan dapat dievaluasi
4. Menetapkan metode yang sistematis guna memastikan bahwa transaksi
telah dicatat dengan akurat
5. Memastikan bahwa dokumentasi memadai
6. Menjaga aktiva dengan mendesain prosedur yang membatasi akses terhadap
aktiva tersebut
7. Mendesain pengecekan independen untuk meningkatkan akurasi

Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan desain pengendalian internal


mencerminkan pengalaman dari profesi audit. Pengalaman yang tidak terlihat
tersebut dapat digunakan untuk merancang dan menginplementasikan sistem
pengendalian keuangan melalui perluasan seperangkat tujuan yang dimiliki dari
informasi akuntansi guna mencakup proses adfministratif.

48
Pengendalian Terpadu
Secara formal sistem pengendalian komprenhensif merupakan suatu konfigurasi
yang saling melengkapi yaitu subsistem formal yang mendukung proses
administratif. Ada tiga tahap proses administratif dan implementasi pengendalian
yaitu :
1. Perencanaan
Proses perencanaan dalam organisasi ditandai dengan istilah perilaku penetapan
tujuan. Masalah-masalah pokok dari perencanaan dapat menjadi kunci
pengendalian yang efektif. Suatu perencanaan yang terlalu teknis atau terlalu
logis dapat menimbulkan suatu kerusakan pada pengendalian dari implementasi
rencana.

2. Umpan balik
Umpan balik dari organisasi barasal dari sumber formal dan informal yang
disusun dari komunikasi nonverbal. Komunikasi tersebut secara utin dihasilkan
dari statistik yang ditabulasikan sebagai dasar untuk evaluasi penyususnan.
3. Interaksi Pengendalian

Perencanaan, operasi, dan aktivitas-aktivitas umpan balik telah diidentifikasi


sebagai tiga aspek dari proses administratif yang sangan didukung oleh
rancangan pengendalian terpadu. Ukuran-ukuran umpan balik lebih
menekankan pada operasi dan bukannya pada hal-hl yang bersifat evaluasi
terhadap tahapan-tahapan perencanaan dan operasi tersebut.

Faktor- Faktor Kontekstual

Konteks dapat menjadi penting untuk keberhasilan dalam mendesain dan


mengimplementasikan sistem pengendalian keuangan yang mengacu pada
serangkaian karakteristik yang menentukan susunan empiris dalam sistem
pemgendalian yang akan ditetapkan.

49
Ukuran

Ukuran dapat dipandang sebagai peluang jika berfungsi sebagai pemberi manfaat
ekonomi dan bukan sebagai strategi pengendalian.Ketika ukuran menjadi sesuatu
yang penting dalam melakukan konteks, ukuran juga banyak dikaitkan dengan
variabel-variabel lainnya.

Stabilitas Lingkungan

Derajat stabilitas lingkungan dapat ditingkatkan dengan memilih alat yang tepat
terhadap perubhan lingkungan seperti pengenalan sejumlah produk baru, tindakan-
tindakan pesaing yang melakukan metode produksi yang lebih baik atau efisien
atau inisiatif pihak pengambilan keputusan yang mempengaruhi unit-unit kerja.

Motif keuangan

Sistem pengendalian yang didasarkan pada motif dan ukuran –ukuran profitabilitas
seting kali tidak dapat diterjemahkan secara langsung pada konteks nirlaba.
Manfaat terbesar yang berkaitan dengan indikator-indikator brbasi laba adalah
bahwa tindikator –indikator tersebut secara statistik akan tampak jelas jika
diringkas.

Faktor-faktor proses

Suatu proses penting dalam pengendalian biaya-biaya yang tidak dapat dihindari
dan biaya-biaya untuk melakukan rekayasa adalah biaya variabel.Strategi
pengendalian biaya variabel seringkali berbeda dalam hal substansi dengan strategi-
strategi pengendalian biaya yang disesuaikan.

Pertimbangan-Pertimbangan Rancangan

Untuk memperbaiki kemungkinan keberhasilan para desainer akan mencari cara


untuk menemukan hubungan sebab akibat yang dipercaya bersifat nyata dalam
lingkungan sehingga memiliki kemampuan untuk mengantisipasi konsekuensi logis

50
yang dapat dihasilkan dari penambahan suatu pengendalian atau aturan
pengendalian

Antisipasi terhadap konsekuensi logis

Antisipasi terhadap konsekuensi logis merupakan komponen-komponen inti dalam


mendesain pngendalian. Suatu pengendalian akan berhubungan dengan hasil atau
konsekuensi.

Relevansi dengan teori Agensi

Sebagaimana diketahui, persoalan memperoleh banyak perhatian dalam akuntansi


manajemen, karena pendorong-pendorong sering kali didasarkan pada penilaian
variabel yang berhubungan dangan sistem akuntansi manajemen.
Ide-ide mengenai teori agensidapat diilustrasikan dengan contoh perjalanan seorang
tenaga penjualan yang secara terus menerus barada jauh dari kantor. Manajer
penjualan atau pimpinan akan memiliki sedikit gagagsan mengenai tingkat usaha
yang dilakukan oleh agen tersebut.

Pengelolaan Perubahan

Pengelolaan perubahan adalah sesuatu yang penting dalam menentukan rancangan-


rancangan pengendalian.Keberadaan pengendalian di dalam suatu perusahaan
mungkin telah berhenti fungsinya manakala telah terjadi perubahan. Dalam jangka
panjang , perusahaan aka memelihara lingkungan pengendalian suatu proses
perubahan dan kompensasi.

Pengendalian dalam Era Pemberdayaan

Kebanyakan pengendalian diartikan secara sempit seperti mengukur kemajuan


terhadap rencana untuk menjamin pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Suatu
system pengendalian diagnostic hanya merupakan salah satu unsure pengendalian.
Tetapi masih ada tiga unsure lainnya yaitu system kepercayaan, system batasand an

51
system pengendalian interaktif dimana masing-masing dari keempat unsure
memiliki tujuan yang berbeda.

Sistem pengandalian diagnostic

Sistem pengendalian diagnostik menciptakan tekanan yang dapat menimbulkan


kegagalan -engendalian bahkan krisis. Salah satu tujuan utama sistem penilaian
diagnostik adalah untuk menghilangkan beban manajer terhadap pengawasan yang
konstan. Dengan demikian, para manajer yang yakin bahwa dapat mengalihkan
perhatiannya ke masalah lain karena mereka mengetahui bahwa para pekerja akan
bekerja dengan rajin untuk mencapai tujuan yang disepakati. Tetapi potensi untuk
kegagalan pengendalian akibat dinaikkannya target kinerja dan penghargaan
membuat manajer harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Sistem kepercayaan

Pada umumnya sistem kepercayaan bersifat singkat, sarat nilai, dan inspirasional,
dimana sistem ini mengarahkan karyawan pada tujuan utama bisnis, cara organisasi
menciptakan nilai, upaya untuk mencapai tingkat kinerja organisasi, cara seseorang
diharapkan untuk mengatur hubungan internal dan eksternal. Sistem kepercayaan
dapat meningkatkan pengendalian diagnostik guna memberikan pengendalian yang
lebih basar kepada manajer.

Sistem batasan

Sistem ini didasarkan pada prinsip manajemen yang sederhana namun mendasar
yang dapat disebut sebagai kekuatan pemikiran negatif. Sistem batasan dan system
kepercayaan yang digabungkan akan menciptakan ketegangan yang dinamis serta
kepercayaan yang positif dan inspirasional.

52
Sistem pengendalian interaktif

Sistem ini merupakan system informasi formal yang digunakan oleh para manajer
untuk melibatkan dirir secara terus menerus dan personal dalam keputusan
bawahan.
Sistem pengendalian interaktif memiliki 4 karakteristik yang membedakannya dari
system pengendalian diagnostic yaitu:
1. Memfokuskan pada informasi yang berubah secara konstan yang
diidentifikasikan oleh para manajer puncak sebagai informasi yang potensial
bersifat strategis
2. Informasi menuntut perhatian yang rutin yang cukup signifikan dari para
manajer operasi di seluruh tingkatan organisasi
3. Data yang dihasilkan dijabarkan dan didiskusikan dalam rapat langsung yang
dihadiri oleh para penyelia,bawahan dan rekan sejawat
4. Debat hanyaberlangung mengenai data, asumsi, dan tindakan perencanaan

Penyeimbangan pemberdayaan dan pengendalian


Manajer yang efektif akan memberdayakan organisasinya karena mereka percaya
pada potensi dasar manusia untuk melakukan inovasi dan menambah nilai.
Manajera yang abaik bekerja secara konstan untuk membantu para karyawannya
meningkatkan potensi mereka. Di perusahaan kecil para manajer melakukan hal ini
secara informal. Misalnya saja, ketika sedang makan dan bepergian berasama
mereka mengkomunikasikan nilai dan dan tujuan utama, aturan amain, target saat
ini, dan peruybahan signifikan yang dipelajari.karena itu tidfak dapat dipungkiri
bahwah pengendalian dan komunikasi prinsip-prinsip tuntutan merupakan hal yang
penting.
Para manjer senior yang mengatur arah dan strategi perusahaan secara keseluruhan
memastikan bahwah mereka memiliki cukup persediaan atas operasinya yang luas dengan
menggunakan seluruh unsur pengendalain.untuk mengomunikasiakan nilai inti, mereka
mengendalikan sistem kepercayaan. Paham perusahaan yang tesebar luas mengacu pada
pentingnya tanggung jawab, kebanggaan bersama atas kualitas, keberhasilan finansial,
serta integritas. Semua itu tecakup dalam tujuan yang diwariskan oleh pendiri perusahaan
:” menjadi yang terbaik.”Mempengaruhi strategi dengan empet tingkat pengendalian dalain
interaktif sistem pengendalian diagnotik

53
Sistem kepercayaan sistem bahasa

Nilai-nilai Risiko yang


inti akan
dihindari
Starategi
bisnis
Ketidakpasti Variabel
an strategis kinerja yang
penting

Kepercayaan inspirasional ini dibatasi oleh batasan yang jelas. Para manajer dilarang,
misalnya untuk bekerja di negara tertentu, dimana pembayaran fasilitas dan suap diperluan
untuk menjalankan bisnis karena tindakan semacam ini akan membahayakan integritas
perusahaan.perusahaan juga mempertahankandaftar kunci keberhasilan untuk
meberitahukan kep-ada para manajer mengenai jenis-jenis proyek yang tidak
menguntuntungkan dan harus dihindari. Daftar ini disesuaikan dari waktu ke waktu.

Secara kolektif keempat jenis pengendalian tersebut disusun dalam dalam kekuatan yang
saling mendukung satu sama lain. Karena organisasi menjadi lebih kompleks, para manajer
harus selalu berhubungan dengan kesempatan dan kekuatan komperatif yang bertambah
serta penurunan dalam waktu dan perhatian untuk mencapai keuntungan dari inovasi dan
kreativitas yang tidak dapat dicapai dengan mengorbankan pengendalain.

54
PENUTUP

1. Defenisi pengendalian mengutamakan “kepercayaan” dan “probabilititas”,


bagaiamanakah keutamaan ini berbeda dari keutamaan “kenyataan” dan
“kepastian”?
2. Bedakan antara pengendalian perilaku dan pengendalian yang bukan perilaku.
3. Indikasikan bagaimana hubungan antara perencanaan,operasi, dan kegiatan umpan
balik dalam suatu organisasi menghasilkan yang tidak konsisten dengan potensi
nyata yang ada pada organisasi.

55
DAFTAR BACAAN

Argyris. 1952. The Impact of Budget on People. New York: The Controllership
Foundation.

Arnold, Vicky dan Sutton, Steve G. Behavioral Accounting Research, Foundations and
Frontiers. University of Massachusetts Dartmouth.

Ashton, Robert H. 1982. Human Information Processing in Accounting. New York


University.

Cahyono, Dwi dkk. 2007. “Pengaruh Moderasi Sistem Pengendalian Manajemen dan
Inovasi Terhadap Kinerja”. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi X
di Makasar.

Hansen, R. Hansen dan Mowen. Maryanne M. 2005. Management Accounting. Thomson


South - Western.

Hopwood, Antony G. 1989. “Behavioral Accounting in Retrospect and Prospect”.


Behavioral Research In Accounting. Vol 1. United in USA.

Ikhsan, Arfan dan Ishak Muhammad. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba
Empat.

Ittner, Christoper dan Larcker, David F. 1995. “Total Quality Management and the Choice
of Information and Reward System”. Journal Accounting Research. Vol 33. Printed
USA.

56
Jogianto. 2007. Sistem Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi.

Kaplan, R dan Norton, D. 1992. ”The Balanced Scorecard-Measures that Drive


Performance”. Harvard Business Review.

Supriyono. 1999. Manajemen Biaya Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis. Yogyakarta:


BPFE.

57
BAB VI
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN LABA

A. PENDAHULUAN

Penyusunan anggaran adalah suatu tugas yang bersifat teknis. Kata-kata seperti
keuangan, angka, dan estimasi muncul ketika seseorang berpikir mengenai “anggaran”.
Tetapi, di balik seluruh citra teknis yang berkaitan dengan anggaran, terdapat manusia.
Manusialah yang menyusun anggaran dan manusia juga yang harus hidup dengan anggaran
tersebut.

Aspek keperilakuan dari penganggaran mengacu pada perilaku manusia yang muncul
dalam proses penyusunan anggaran dan perilaku manusia yang didorong ketika manusia
mencoba untuk hidup dengan anggaran. Hal tersebut mengacu pada kegelisahan karena
mengetahui bahwa batas pengeluaran tidak akan dinaikkan tahun ini, ketakutan untuk
mengatakan kepada staff anda bahwa tidak aka nada kenaikan gaji tahun ini dan iri hati
yang dapar berkembang ketika kepala departemen lain menerima kenaikan anggaran
terbesar pada tahun-tahun belakangan ini.

Anggaran memiliki dampak langsung terhadap perilaku manusia. Anggaran


menjelaskan kepada orang-orang mengenai apa yang diharapkan dari mereka dan kapan
hal tersebut harus sudah dilakukan. Anggaran menetapkan batasan terhadap pada apa yang
dapat dibeli dan berapa banyak yang dapat dibelanjakan. Anggaran membatasi tindakan
manajemen. Anggaran merupakan alasan kinerja manajer dipantau secara kontinu dan
standar terhadap mana hasil kinerja dibandingkan. Orang-orang merasakan tekanan dari
anggaran yang ketat, kegelisahan dari laporan kinerja yang buruk, dan kegembiraan atau
rasa lega karena “memenuhi” anggaran.

Manajer sering kali menghadapi masalah mengenai sesuatu yang “tidak ada dalam
anggaran” atau bahwa “ anda sudah melebihi anggran anda”. Para manajer diperingatkan
secara priodik bahwa “ Anda tidak mencapai target yang dianggarkan.”

58
Oleh karena itu adalah tidak mengherankan bahwa sentimen-sentimen seperti
“anggaran melumpuhkan gaya saya” atau “karyawan bagian anggaran berusaha untuk
menangkap anda” sering kali disuarakan. Anggaran sering kali dipandang sebagai
penghalang atau ancaman birokratis terhadap kemajuan karier. Ketidaksukaan terhadap
proses penyusunan anggaran secara keseluruhan bahkan dapat mendorong orag untuk
melakukan sabotase terhadap anggaran tersebut.

Jika anggaran yang dimaksudkan untuk memotivasi orang menciptkanan kekhawatiran


pribadi dan masalah manusia lainnya, mengapa dipakai? Apakah manfaat yang diperoleh?
Apakah efek samping yang tidak diinginkan yang akan muncul? Apakah dampak
keperilakuannya? Apa yang bias dilakukan untuk memastikan penggunaan anggaran paling
efisien dan konstruktif secara perilaku?

Sasaran dari pembelajaran perencanaan dan penganggaran laba adalah:

1. AKUNTANSI SEBAGAI ALAT PERTANGGUNGJAWABAN


2. Anggaran dalam Akuntansi Pertanggungjawaban

59
B. PEMBAHASAN

1. AKUNTANSI SEBAGAI ALAT PERTANGGUNGJAWABAN

Akuntansi pertangungjawaban merupakan suatu cara untuk meningkatkan kinerja


serta mengendalikan aktivitas yang dilakukan oleh manajer pusat pertanggungjawaban
agar tercapai aktifitas yang efektif dan efisien. Namun agar manajer dapat meningkatkan
kinerjanya maka manajer perlu diberikan juga dorongan berupa penghargaan. Dengan
adanya kemungkinan bahwa usaha akan diberikan penghargaan serta penilaian manajer,
maka dapat dipastikan manajer akan termotivasi untuk bekerja sebaik-baiknya dalam
meningkatkan kinerjanya.

Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Sri Ayuningtyas, seorang mahasiswa pada
Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta, ia berpendapat bahwa dalam memasuki abad
ke-20, terjadi pergerakan dan perubahan yang sangat besar dalam lingkungan bisnis.
Kompetisi dalam berbagai usaha menjadi kompetisi global yang sangat perkembang pesat,
perusahaan dituntut untuk selalau siap dengan persaingan global tersebut. Perusahaan-
perusahaan besar memiliki banyak kegiatan atau aktivitas yang kompleks, sehingga
kemajuan teknologi dan persaingan merupakan faktor lingkungan yang sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Kondisi yang demikian ini, mengharuskan suatu perusahaan untuk menetapkan suatu
kebijakan di dalam perusahaannya, sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan efisien
dan melakukan penjualan dengan tingkat laba yang baik. Untuk dapat mewujudkan kondisi
perusahaan yang sehat, strategimanajemen yang mutlak sangat dibutuhkan. Strategi
merupakan perencanaan yang besar, menetapkan secara umum kearah mana organisasi
bergerak yang diinginkan manajemen senior.

60
Kebutuhan untuk memformulasikan strategi biasanya timbul dalam merespon
ancaman yang diterima atau adanya kesempatan. Manajemen dituntut untuk dapat
mengelola semua sumber daya yang dimiliki seperti modal, tenaga kerja, teknologi, serta
sumber daya lainnya secara efektif dan efisien dalam usaha mencapai tujuan perusahaan,
yaitu laba yang optimal. Operasi yang efisien dan efektif dapat terwujud dengan
mempekerjakan sumber daya manusia yang berkualitas, cermat dan memiliki ketrampilan
yang memadai, karena itu motivasi manusia dalam melaksanakan peran yang
dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi menjadi dominan.

Adanya suatu pusat pertanggungjawaban adalah untuk memenuhi satu atau


beberapa tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak. Tujuannya adalah
mengimplementasikan rencana strategi manajemen puncak. Sebagai informasi, secara garis
besar pusat pertanggungjawaban dibedakan menjadi :
a. Pusat Biaya
Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban dimana input diukur dalam satuan
moneter dan output tidak diukur dalam satuan moneter. Secara umum ada dua macam
pusat biaya, yaitu pusat biaya teknik dan pusat biaya kebijakan.

b. Pusat Pendapatan
Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban dimana output diukur dalam
satuan moneter, tetapi tidak ada hubungannya dengan input. Karena pusat pendapatan
adalah suatu organisasi pemasaran yang tidak mempunyai tanggung jawab terhadap
laba.

c. Pusat Laba
Suatu pusat pertanggungjawaban yang diukur dalam ruang lingkup laba, yaitu selisih
antara pendapatan dan pengeluaran.

d. Pusat Investasi
Pusat investasi adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya
diukur atas dasar perbandingan antara laba dengan investasi yang
digunakan.Pemisahan yang jelas antara wewenang dengan tanggung jawab sangat
diperlukan dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban. Suatu organisasi yang
terdesentralisasi adalah organisasi yang pembuatan keputusannya tidak diserahkan

61
pada beberapa eksekutif-eksekutif puncak, tetapi disebarkan di seluruh organisasi
dengan manajer pada berbagai tingkat membuat keputusan-keputusan penting yang
berhubungan dengan lingkup tanggung jawab mereka, maka dari itu Di dalam suatu
organisasi bisnis pada level middle-up akan sangat tidak mungkin sebagai manajer
puncak untuk mengendalikan seluruh kegiatan operasi organisasinya secara
perorangan. Untuk itu diperlukan perangkat dan sistem yang dapat menjamin dan
meyakinkan manajer puncak bahwa anggota-anggota organisasinya dalam
melaksanakan wewenang dan tanggung jawab sesuai dengankeinginan manajer
puncak. Dengan menggunakan akuntansi pertanggungjawabandimana struktur
organisasi dibentuk menjadi beberapa pusat pertanggungjawabankegiatan operasi
organisasi karena manajer puncak telah mendelagasikan sebagian wewenangnya
kepada para manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksakantindakan-tindakan
yang diperlukan dalam menjalankan kegiatan operasi organisai.

Melalui informasi-informasi yang dihasilkan oleh akuntansi pertanggungjawaban inilah


manajer puncak dapat mengendalikan kegiatan operasi organisasinya maupun
memberikan tindakan-tindakan korektif atas pelaksanaan kegiatan operasi yang
menyimpang dari aturan atas standar yang telah di tetapkan.Akuntansi
pertanggungjawaban dapat digunakan dengan baik jika terdapat kondisi-kondisi
sebagai berikut :

1. Luas wewenang dan tanggung jawab pembuatan keputusan harus ditentukan


dengan baik melalui struktur organisasi.
2. Manajer pusat pertanggungjawaban harus berperan serta dalam penentuan
tujuan yang digunakan untuk mengukur prestasinya.
3. Manajer pusat pertanggungjawaban harus berusaha untuk mencapai tujuan yang
ditentukan untuknya dan untuk pusat pertanggungjawabannya
4. Manajer pusat pertanggungjawaban harus bertanggung jawab atas kegiatan
pusat pertanggungjawaban yang dapat dikendalikannya.
5. Hanya biaya, pendapatan, laba, dan investasi yang terkendalikan oleh manajer
pusat pertanggungjawaban yang harus dimasukkan ke dalam laporan
prestssinya.
6. Laporan prestasi dan umpan baliknya untuk manajer pusat pertanggungjawaban
harus disajikan tepat waktu.

62
7. Laporan prestasi harus mejadikan secara jelas selisih yang terjadi, tindakan
koreksi, dan tindak lanjutnya sehingga memungkinkan diterapkannya prinsip
pengecualian.
8. Harus ditentukan dengan jelas peranan prestasi manajemen terhadap struktur
balas jasa atau perangsang dalam perusahaan.
9. Sistem akuntansi pertanggungjawaban hanya mengukur salah satu prestasi
manajer pusat pertanggungjawaban, yaitu prestasi keuangan. Selain prestasi
keuangan, seorang manajer dapat dinilai prestasinya atas dasar tingkat kepuasan
karyawan, moral, dan sebagainya.

Sebelum sistem akuntansi pertanggungjawaban disusun, harus lebih dahulu


dipelajari garis wewenang dan tanggung jawab pembuatan keputusan sehingga dapat
ditentukan pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi.Sistem akuntansi
pertanggungjawaban dirancang khusus sesuai dengan struktur organisasi untuk dapat
menyajikan laporan-laporan prestasi yang berguna dalam menilai sumbangan manajer
tingkat pertanggungjawaban tertentu dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

2. Anggaran dalam Akuntansi Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban dirancang untuk menilai prestasi manajer dengan tolak


ukur anggaran. Dengan demikian, jika terjadi hal-hal yang menyimpang dari yang telah
dianggarkan, akan mudah ditunjuk siapa yang bertanggungjawab.Organisasi yang baik
adalah yang terbagi atas pusat-pusat pertanggungjawaban dan setiap manajernya
mengetahui wewenang dan tanggungjawab masing-masing, merupakan tempat yang baik
untuk keefektifan anggaran. Dalam rangka pengendalian biaya, anggaran biaya harus
disusun sesuaidengan tingkatan manajemen dalam organisasi. Tiap-tiap manajer pusat
biaya harus mengajukan rancangan anggaran biaya untuk pusat pertanggungjawaban yang
dipimpinnya. Seluruh rancangan anggaran ini akan ditampung oleh komite anggaran untuk
dibahas kelayakannya dan dikombinasikan serta diselaraskan satu sama lain. Dalam proses
pembahasan rancangan anggaran ini, terjadi negosiasi antara manajer pusat biaya dengan
komite anggaran. Dengan demikian, setiap perubahan yang terjadi atas rancangan anggaran
merupakan hasil kesepakatan antara kedua belah pihak Rancangan anggaran yang telah
disepakati ini kemudian disahkan oleh komite anggaran menjadi anggaran yang harus
dilaksanakan dan menjadi tolak ukur prestasi para manajer.

63
Anggaran biaya yang disusun dengan pendekatan top-down dan bottom-up akan
menimbulkan komitmen dalam diri para manajer untuk mencapai target yang telah
ditetapkan. Masing-masing manajer akan merasa bahwa anggaran tersebut adalah
anggarannya dan mereka bersedia dinilai dengan tolak ukur anggaran tersebut. Anggaran
yang partisipatif seperti inilah yang cocok untuk penerapan akuntansi pertanggungjawaban.

Untuk memenuhi konsep pertanggungjawaban, penyusun anggaran harus partisipatif,


dalam arti melibatkan peran serta para manajer. Namun demikian, anggaran yang
partisipatif tersebut tidak akan dengan sendirinya menciptakan tindakan bagi para manajer
untuk melaksanakannya. Tindakan para manajer tergantung bagaimana mereka bereaksi
terhadap informasi yang tercantum dalam anggaran. Reaksi tersebut dapat bermacam-
macam, tergantung pada motivasi masing-masing. Salah satu cara untuk membangkitkan
motivasi adalah dengan menerapkan sistem penghargaan dalam perusahaan. Dalam
hubungannya dengan akuntansi pertanggungjawaban, sistem penghargaan tersebut harus
dihubungkan dengan keberhasilan manajer dalam melaksanakan anggaran pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya.

C. PENUTUP

SOAL LATIHAN
1. Bagaimana pola yang dirancang untuk menangani pertanggungjawaban yang
tumpang tindih antar pusat pertanggungjawaban?
2. Diskusikan bagaimana cara untuk mewujudkan keselarasan antara tujuan organisasi
dan tujuan individu dari anggota organisasi?
3. Kondisi-kondisi yang bagaimanakah yang dapat mendukung terwujudnya
manajemen berdasarkan tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan?

64
DAFTAR BACAAN

Argyris, C., 1952. “The Impact of Budgets on People,” New York: Financial Executives
Foundation, 1-32

Anthony, G. Hopwood, 1974. “An Empirical Study of The Role of Accounting Data in
Performance Evaluation, “Empirical Research in Accounting; dan “Leadership
Climate and The Use of Accounting Data in Performance Evaluation, “The
Accounting Review, 49:3, 489-95

Borocol, Peter, 1982. “A Field Study Examination of Budgetary Participation and Locus
of Control, “The Accounting Review 57, No. 4.

McGregor, D. 1960. “The Human Side Enterprise,” McGraw-Hill, New York.

Siegel, Gary, dan Marcony H.R.,1989. Behavioral Accounting, South-Western Publishing


Co., Cincinati, Ohio.

Munandar, M., 2000. “Budgeting; Perencanaan Kerja dan Pengawasan Kerja.” Edisi 1,
Penerbit: BPFE Yogyakarta.

Richard Brealey dan Steward Myers, 1986. “Prinsip-prinsip Keuangan Perusahaan,” Jilid I
alih bahasa: Tjin-tjin Fenix Tjendra, Penerbit: Erlangga.

65
BAB VII
PENGENDALIAN BIAYA

A. PENDAHULUAN

Tidak peduli apakah suatu organisasi memproduksi dan menjual produk atau
memberikan jasa, organisasi tersebut perlu mengetahui biaya-bianya. Data biaya harus
diakumulasi untuk berbagai tujuan eksternal dan internal.

Akuntansi biaya mengidentifikasikan, menguantifikasi, mengakumulasikan, dan


melaporkan berbagai elemen biaya yang berkaitan dengan produksi barang atau
penyerahan jasa. Akuntansi biaya memiliki dua tujuan. Melalui akumulasi biaya untuk
penilaian persediaan dan penentuan laba, akuntansi biaya melayani kebutuhan pengguna
eksternal seperti pemegang saham, kantor pemeriksaan pajak, dan kreditor. Dengan
menyediakan manajemen dengan informasi biaya yang tepat waktu dan relevan, akuntansi
biaya membantu dalam perencanaan, pengendalian dan evaluasi aktivitas operasional
harian dan orang yang bertanggung jawab untuk itu. Data biaya operasional harian juga
memainkan peranan dalam analisis dan penilaian profitabilitas relatif atau tingkat yang
diinginkannya suatu alternatif keputusan.

Sasaran pembelajaran dari pengendalian biaya adalah sebagai berikut:


1. Sistem Biaya Tradisional Vs Biaya Standar
2. Sistem Biaya Tradisional (Historis)
3. Biaya standar
4. Kompabilitas Dengan Konsep Teori Organisasi Modern
5. Perhitungan Biaya Langsung atau Variabel
6. Dorongan Keprilakuan
7. Aspek Keprilakuan dari Langkah Akuntansi Biaya yang Dipilih
8. Standar yang Ketat vs Standar yang Longgar

66
B. PEMBAHASAN
1. Sistem Biaya Tradisional Vs Biaya Standar

Tujuan dan Penggunaan Sistem Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya mengidentifkasikn, menguantifkasi, mengakumulasikan, dan


melaporkan berbagai elememn biaya yang berkaitan dengan produksibarang atau
penyerahan jasa. Akuntansi biaya memiliki dua tujuan. Melalui akumulasi biaya untuk
penilaian persedian atau penentuan laba, akuntansi biaya melayani kebutuhan penguna
eksternal seperti pemegang saham, kantor pemerkasaan pajak, dan kreditor. Dengan
menyediakan manajemen dengan informasi biaya yang tept waktu dan relevan, akuntansi
biaya membantu dalam perencanaan, pengendalian, dan evaluasi aktivitas operasional
harian dan oran yang bertanggun jawab untuk itu. Data biaya juga memainkan peranan
dalam analisis dan penilaian profitabilitasrelaatif atau tingkat diinginkannya suatu
alternative kepetusan.

Pendekatan system yang digunakan dalam menyediakan informasi biaya sangat


berbeda satu sama lain. Setiap jenis memiliki aspek keprilakuannya sendiri. Bila hal ini
diabakan, maka rspon manusia yang tidak diinginkannya dapat timbuldi man hal tersebut
berkisar dri agk menganggu sampai benar-benardestruktif.

- Sistem Biaya Tradisional (Historis)

Istilah tradisonal mengacu pada system biaya yang membatasi input pada biaya
histories dan mengusahakan penyerapan penuh atas biayatetap dan variable oleh unit
produk atau jasa. System biaya tradisional atau histories trutama focus
padaidentifikasidan akumulasi biaya perunitatau jasa. System tersebut digunakan untuk
menghitng nilai persdian dan data biaya harga pokok penjualan atau jasa yang
diberikan untuk pelaporam keuangan eksternal. Tetapi,system biaya tradisional
tidaklah sesuai untuk pengendalian manajemen yang efektif karena akumulasi data
biaya yang telah di tentukamn sebelumnya tidak sesuai dengan konsep pengendalian
kontemporer serta untuk memotivasi manajer dan karyawan, tujuan kinerja dan sasaran
biaya perunit atau untuk periode masa depan tertentu harus di terapkn. Kinerja actual

67
oleh pusat pertanggung jawabnharus secara periodikdibandingkan dengan tingkat
kinerja yang di iginkan. Penyimpangan harus di catat dan informasikan kembali kepada
individu yang berkepentingan, sehingga demikian dpat mendorong tindakan korektif
ang segera. Untuk menghindari respon yang disfungsional, pada umumnya disarankan
agarmanajer segmen hanya bertanggung jawab atas biaya yang dapat di pengaruhi oleh
tindakan mereka.

Salah satu kelemahan utama dari system biaya tradisional ini adalah bahwa
persyratan akuntansi keuangan menuntut agar biaya perunit produk atau jasa
memperhitungkan semua biaya, baik yang dapat di telusuri ke suatu produk atau jasa
maupun yang terjadi untuk atau periode waktu tertentu atau untuk lebih dari satu prodk
atau segmen tidak dapt di telusuri langsung ke unit jasa, produk, atau departemen
tertentu. Biaya tersebut di bebankan ke produk atau jasa melalui alokasiyang kurang
lebih bessifat arbirer. Alokasi dapat menyesatkan manejemen dan mempengaruhi
kualitas keputusan manajerial secara negative.

Kelemahan utama lainnya yang berkaitan dengan penggunaan system biaya


tradisonaluntuk tujuan pengendalian adalah bahwa satu-stunya dasr untuk pengendalian
adalah perbandingan kinerja saat ini dengan kinerja dari priode sebelumnya.
Membandingkan kinerja saat ini dengan periode sebelumya dapat cukup menyesatkan
karena tidak ada cara untuk mengetahiu apakah biaya dari periode sebelumnya terlalu
tinggi, terlalu rendah, atau hampir tepat. Yang sama mmbingungkannya adalah varians
anggaran yang di timbulkan dari membandingkan hasil kinerja actual dengan standar
anggaran yang tetapkan untuk suatu tinggat aktifitas yang berbeda dengan aktualnya
yang di capai.

- Sistem Biaya Standar


Ruang lingkup

Mengakui kelemahan dari system biaya tradisional, banyak organisasi mengadopsi


“system biaya Standa” system biaya standar mencerminkan pencampuran yang
potensial efektif dari akuntansi dengan konsep pengendalian dari teori organisasi
modern. Biaya standar adalah sasaran biaya perunit produk atau jasa yang di
tentukan sebelumnya secara ilmiah, yang di kembangkan melalui studi teknik dan

68
akuntansi. Biaya standar mencerminkan estimasi terinci dan canggih mengenai
berapa biaya untuk melaksanakan suatu tugas tertentu atau penghasilan
suatuproduk tertentu. Aspek pengndalian yang melekat dari perhitungan biaya
standar adalah kapabilitasnya untuk membandingkan, sebagai bagian dari arus data
regular, kinerja aktuak dengan standar yang di tentukan sebelumnya dan untuk
menyoroti varians (menguntungkan atau tidak menguntungkan ) antara kedua
tingkat biaya tersebut.

Kompabilitas Dengan Konsep Teori Organisasi Modern

Dalam mengembangkan kerangka kerja untuk system biaya standar yang sesuai
dengan konsep teori organisasi modern, langkah-langkah pengendalian berikut ini,
sebagai mana dijelaskan oleh Edwin Caplain, adalah penting :
1. penetapan tujuan organisasi.
2. penentuan pusat pertangung jawaban yang sesuai dan penugasan fungsi kepada
masing-masing.
3. pngisian staf dari pusat pertanggungjawaban dengan individu-individu yang
memiliki kemampuan, motivasi, dan pengetahuan yang mencukupi untuk
melakukan fungsinya.
4. penciptaan jalur komunikasi antara pusat pertanggunjawaban dan unit organisasi
lainnya serta, di mana perlu, lingkungan eksternal.
5. pengembangan prosedur yang memastikan bahwa informasi yang
mencukupi,relevan, dan tepat waktu sepanjang jalur komunukasi
6. desain dan inplementasi mekanisme pengndalian yang mengukur dan
mengevaluasi kenerja dalam hal tujuan organisasi dan membrikan umpan balik
mengenai penyesuain yang di perlukan dalam tujuan dan/atau kinerja

2. Perhitungan Biaya Langsung atau Variabel


- Filsofi yang mendasari

Semua metode akuntansi biaya tradisional,sesuai dengan konsep biaya tersebut


membebankan unit produk atau jasa dengan biaya penuh. Bahan baku langsung dan
tenaga kerja langsung di bebankan langsung ke unit produk atau jasa, sementara
overhead tatap dan variable pada kebanyakan kasus diserap berdasarkan estimasi tariff

69
yang di dasrkan pada volume yang telah ditentukan sebelumnya. Ketika dasr yang di
gunakan untuk penyerapan berbeda dengan tingkat kapasitas yang telah di tentukan
sebelumya, maka prosedur penyerapan akan menimbulkan penyerapan terlalu tinggi
atau penyerapan terlalu rendah atas overhead manufaktur (jasa). Analisis pelengkap di
butuhkan untuk mengidentifikasikan berbagai kompnen yan menyebabkan terjdinya
penyerapan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Metode akuntansi biaya tradisional juga mengabaikan fakta bahwa biaya overhead
tertentu akan konstan tanpa memedulikan kuantitas dari unit yang di hasilkan atau jasa
yang di hasilkan atau jasa yang di serahkan, sementara biaya overhead yang lainnya
berfluktuasi dengan volume. Untuk mengtasi kekurangan ini, alat seperti penyusunan
anggaran fleksibel dari analisis-volume-laba di perkenalkan

Untuk memfasilitasi penghasilan keputusan dan pengendalian biaya tanpa perlu


untuk menyususn laporan pelengkap yang menghabiskan banyak waktu, suatu filosofi
perhitungan biay baru di perkenalkan sejk tahun 1930. metode ini, yang di sebut
dengan perhitungan biaya langsung atau biaya variable, dianggap meberikan hasil yang
lebih berarti bagi majemen dan bagi mereka yng berhadapn dengan pengambilan
keputusan sehari-hari berdasarkan hasil akuntansi biaya. Salah satu atributnya yang
diterima dengan baik adalah bahwa metode tersut menghindari terminology akuntansi
yang membingungkan, yang menjelaskan hubungan biaya-volume-laba

3. Dorongan Keprilakuan

Konsep,prinsip, dan praktik akuntansi mempengaruhi pengukuran kinerja


manajerial dan, konsekuensinya, keputusan manajemen. Hal ini tidak selalu mengarah
pada hasil yang diharapkan karena banyak ukuran kinerja memiliki bias yang
terkandung didalamnya, yang memotifasi manajer untuk memilih alternative tindakan
yang sesuai dengan kepentingan operasi dan / atau keuangan perusahan. Dalam proses
pengujian ulang tersebut,pertanyaan-pertanyaan seperti yang dinyatakan oleh David
Hawkins terlihat sesuai, yaitu:

70
1. apa yang dimotifasi oleh konsep akuntassi, prinsip, atau praktik akuntansi yang di
lakukan oleh manajer dengan kpentingan prbadi mereka yang egois?
2. apakah tindakan yang mungkin ini mengaburkan kinerja manejerial, memberikan
ilusi kinerja yang sebenarnya tidak ada,atau mengarah pada tindakan ekonomi
yang buruk?

Hawkins menyatakan bahwa konsep, prinsip, atau praktik akuntansi semacam itu
adalah bagus secara keprilakuan maupun teknis jika konsep, prinsip, atau praktik
tersebut:

1. menghambat manajer dari pengambilan berbagai tindakan operasi yang tidak


menguntungkan guna memberikan adopsi atas suatu lternatif akuntansi
2. menghambat adopsi tas praktik akuntansi oleh perusahaan yang hanya menciptakan
ilusi kinerja

4. Pengendalian Biaya

Membagi biaya kedalam komponen variable dan tetap memberikan dasar yang
lebih baik untuk pengendalian biaya. Hal tersebut memungkinkan penyusunan laporan
laba rugi menggunakan marjin kontribusi, yang menekankan pada pola prilaku biaya
yang memberikan rincian kepada manajemen mengemai biaya teknik, biaya yang di
setujui dan biaya diskresioner. Perbedaan ini adalah penting bagi manajemen karena
setiap jenis biaya memerlikan prosedur pengendalian yang berbeda.

 Biaya teknik meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead variable,seperti bahan baker listrik.

 Biaya tetap yang dikomitmenkan atau biaya kapasitas adalah “seluruh biaya
organisasi dan pabrikyang terus terjadi (tanpa memedulikan tingkat aktivitas )yang
tidak dapat dikurangi tanpa merugikan kompetensi organisasi untuk memenuhi
tujuan jangka panjang.

71
 Biaya dikresioner ( biaya terprogram) adalah biaya yang muncul dari keputusan
priodik(biaya tahunan)mengenai jmlah maksimum yang akan di keluarkan dan
yang tidak memiliki hubungan oktimum yang tidah ditunjukkan antara input (yang
di ukur oleh biaya)dan output di ukur oleh pendapatan atau tujuan lainnya.

5. Pengambilan Keputusan

Perhitungan biaya langsung atau variable memberkan informasi penting lainnya


kepada manajer. Informasi tersebut meliputi marjin kontribusi dan produk, lini produk
aktivitas jasa, divsi, dan sejenisnya. Pengetahuan akan biaya diprensia atau biaya
variable serta marjin kontribusi akan mempengaruhi prilaku manajer dan mengarahkan
mereka pada pengambilan keputusan yang baik. Beberapa situasi pengambilan
keputusan yang umum akan di jelaskan sebagai berikut.

a) Keputusan bauran produk adalah keputusan mengenai bauran produk, menejer


penjualan yang mengetahui marjin kontrubusi dari produk-produknya akan jauh
lebih mampu untuk memutuskan produk yang mana akan di dorong dan mana
yang harus dikurangi atau di tolerir karena penjualannya menguntungkan produk
yang lain

b) Penetuan harga produk baru. Produk baru pada umumnya di terima di pasar
hanya setelah di uji coba secara ekstensif oleh perusahaan yang memiliki
reputasi dalam industri tersebut.

c) Penetrasi pasar. Manejer dapat menggunakan biaya variable sebagai dasar untuk
penentuan harga ketika mereka bermaksud untuk memasuki paar baru (pasar luar
negeri) denga produk yang sudah ada atau ketika mereka terpaksa menghadapi
persaingan yang semakin meningkat di mana permintan menurun.

d) Penghapusan produk. Marjin kontribusi akan membantu manajemen dalam


menentukan apakah akan menghentikan atau hanya berhenti menjualnya dipasar
tertentu.

72
e) Pesanan khusus. Perusahaan juga dapat di hadapkan pada dua jenis situasi
pesanan khusus. Situasi tersebut dapat melibatkan akomodasi atau pelanggan
istimewa atau persyaratan khusus untuk ukuran, metode pengiriman, atau
pengepakan .

f) Kampanye iklan dan promosi . untuk meningkatkan volume penjualan saai ini,
perusahaan dapat meluncurkan kampanye iklan dan promosi khusus.

g) Keputusan mengurangi biaya. Jika harga jual suatu perusahaan di tetapkan oleh
pesaing, maka menajemen akan mengetahui seberapa besar biaya variable yang
akan di perkenankan pada volume operasi saat ini jika tujuan laba tertentu harus
di capai.

6. Aspek Keprilakuan dari Langkah Akuntansi Biaya yang Dipilih

- Penetapan standar

Elemen yang paling berpengaruh dalam menetukan keberhasilan atau


kegagalan system biaya adalah standar yang di gunakan sebagai criteria kinerja.
Standar yang memiliki fungsi ganda yaitu berfungsi sebagai tujuan untuk
memotifasi pengendalian biaya dan sebagai alat evaluasi kinerja.Raymond Miles
dan Roger Vern mengemukakan empat persyratan utama bagi system pengendalian
yang unggul secara keprilakuan :

1. standar haruslah ditetapkan dalam cara yang sedemikian rupa sehingga orang
menerimanya sesuatu realistis bukannya arbitrer
2. orang-orang harus meras bahwa mereka memiliki pengaruh dalam menetapkan
tujuan mereka sendiri.

73
3. orang-orang harus yakin bahwa mereka akan dihukum secara tidak adil untuk
variasi normal yang terjadi secara kebetulan dalam kinerja
4. umpan balik atas kinerja haruslah bertujuan untuk koreksi maupun evaluasi.

7. Standar yang Ketat vs Standar yang Longgar

Untuk berfungsi sebagai alat motivasi, standar yang akan di gunakan haruslah tidak
terlalu ketat dan tidak terlalu longgar. Standar yang ketat akan lebih sering tidak
tercapai daripada di penuhi standar yang ketat adalah tantantangan yang berguna
(penghargaan intrinsic) bagi menejer yang termotivasi oleh kebutuhan akan prestasi
yang luar biasa.sementara itu standar yang longgar tidak memberikan memfaat
mototivasional apapun karena standar tersebut begitu mudah dicapai, sehingga menejer
akan mengabaikan standar tersebut kerena dianggap tidak berarti.

- Penyerapan Overhead

Bidang lain yang penuh dengan dorongan difungsional adalah penerpan overhead.
Praktik umum untuk membebankan overhead manufaktur tetap dan variable, ke produk
pada tariff estimasi yang didasarkan pada tinkat kapasitas yang telah ditentukan
sebelumnya. Ketika dasar yang digunakan untuk penyerapan berbeda dari yang telah
ditentukan sebelumnya, maka varians yang dibebankan sebelumnya terlalu tinggi atau
terlalu rendah akan terjadi. Ukuran dari varians ini akan dipengaruhi oleh tingkat
kafasitas yang dipilih sebagai penyebut dari tarif tersebut.

Aspek kapitalisasi biaya tetap dalam persediaan juga mempengaruhi interprestasi


laporan laba rugi dari bisnis yang bersifat musiman. Perusahaan-perusahaan dengan
fluktuasi musiman dalam penjualan sering kali memproduksi lebih banyak dalam
waktu senggang untuk menimbung persediaan yang mencukupi selama priode
penjualan tinggi. Walaupun laporan laba rugi kuartalan dari perusahaan-perusahaan ini
kemungkinan besar akan menunjukkan laba yang lebih tinggi pada kuartalan perjualan
yang lebih rendah di bandingkan dengan kurtal pada penjualan yang lebih tinggi.

74
- Alokasi Biaya Tidak Langsung

Salah satu keputusan paling controversial yang dihadapioleh setiap organisasi


adalah apakah akan mengalokasikan biaya tidak langsung pada produk dan/ atau pusat
pertanggungjawaban dan dasar alokasi apa yang akan digunakan. Dalam riset yang
didukung oleh National Assosiation of Accountants James Fremgen dan Shu S.liao
menemukan bahwa perusahaan responden membedakan dengan tegas 2 jenis biaya
tidak langsung: biaya jasa korporat dan biaya administratif corporate.

Biaya jasa korporat adalah biaya jasa yang dilakukan secara sentral untuk mamfaat
korporat dan pusat pertanggungjawaban. Biaya ini termasuk biaya akuntansi,
pengolahan data, penelitian dan pengembangan, serta memiliki beberapa hubungan
yang dapat diidentifikasikan dengan tingkat aktivitas dari berbagai pusat
pertanggungjawaban sedangkan biaya administrative korporat adalah biaya yang
diperlukan untuk mengoperasikan kantor korporat. Biaya ini termasuk gaji, hubungan
masyarakat, dan biaya korporat lainnya, terjadi untuk menjalankan perusahaan secara
keseluruhan.

Tujuan alokasi biaya tidak lansung responden survey menyebutkan laporan


keuangan eksternal, evaluasi kinerja internal, penentuan harga berbasis biaya, dan
pengambilan keputusan.

C. PENUTUP
SOAL LATIHAN
1. Informasi apakah yang diinginkan untuk mengenal dan mengidentifikasikan suatu
masalah atau suatu kesempatan?
2. Adakah komponen-komponen yang relevan dari motif kognitif dalam konteks
pengambilan keputusan? Mengapa motif ini adalah penting?
3. Informasi apakah yang diinginkan untuk mengenal dan mendefenisikan suatu
masalah atau suatu kesempatan?

75
76
DAFTAR BACAAN

Charles Hongren, 1982. “Cost Accounting,” edisi 5, ( Engelwood Cliffs, N.J.: Prentice-
Hall.)

David Hawkins, 1969. “Behavioral Accounting of Generally Accepted Accounting


Pronciples,” California Management Review ( Musim Dingin), 23-21

Edwin H. Caplan, 1971. “ Management Accounting and Behavioral Scince, “, Adisom


Wesley Publishing Company, Reading, Massachusetss.

Etzioni, A., 1964. Modern Organization, “Englewood Cliffts, N.J: Prentice-Hall, Inc

Hall, F.S,1974. “Organizational Goals:The Status Of Theory Research,” makalah yang


dipresentasikan pada lokakarya mengenai akuntansi keperilakuan, pertemuan
tahunan dari American Institute for Decision Sciences, Atlanta, Georgia. 30
Oktober.

Ikhsan, Arfan , dan Ishak, Muhammad. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba
Empat

77
BAB VII
PENGENDALIAN INTERNAL

A. PENDAHULUAN

Konsep Internal Control telah bergulir sejak tahun 1930-an. Untuk pertama kali,
George E. Bennet menyebutkan definisi Internal Control. Namun istilah tersebut baru
dinyatakan secara institutional oleh AICPA pada tahun 1949 melalui laporan khusus yang
berjudul “Pengendalian Internal – Elemen-elemen Sistem yang Terkoordinasi dan
Pentingnya Pengendalian bagi Manajemen dan Akuntan Independen”. Selanjutnya konsep
tersebut berkembang pesat dengan yang kita kenal 8 (delapan) unsur Pengendalian Internal
(Internal Control).

Perkembangan berikutnya, pada awal tahun 80-an konsep tersebut dinilai banyak pihak
sudah tidak berlaku lagi. Semakin kompleksnya dunia bisnis dan teknologi membuat
konsep pengendalian internal tersebut tidak efektif dalam mendorong tercapainya tujuan
perusahaan. Semakin banyak keluhan dari perusahaan dan institusi yang telah menerapkan
konsep internal control sebagaimana dikembangkan oleh American Institute of Certified
Public Accountant (AICPA), namun masih mengalami kegagalan.
Pada tahun 1992, The Commitee of Sponsoring Organization of The Treadway
Commission (COSO) menerbitkan laporan yang berjudul “Internal Control-Integrated
Framework”. Laporan COSO tersebut memberikan suatu pandangan baru tentang konsep
Internal Control yang lebih luas dan terintegrasi serta sesuai dengan perkembangan dunia
usaha untuk mencegah terjadinya penyimpangan. Jika pada konsep sebelumnya hanya
menekankan pada proses penyusunan laporan keuangan saja, maka konsep COSO
memiliki pandangan yang lebih luas yaitu dengan melakukan pengendalian atas perilaku
seluruh komponen organisasi.

78
Konsep ini mendapat akseptasi yang luas dari berbagai pihak.
Di Indonesia, perkembangan menarik terjadi dengan terbitnya Undang-undang nomor 1
tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2006. Pada ketentuan tersebut,
ditetapkan bahwa setiap instansi pemerintah harus mengembangkan Sistem Pengendalian
Intern. Penjelasan dan ketentuan lain yang menjabarkan menyebutkan bahwa Sistem
Pengendalian Intern terdiri dari 5 komponen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian
risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta monitoring.

Sasaran pembelajaran dari pengendalian internal adalah:


1. Definisi dan Ruang Lingkup Kontrol Internal
2. Manfaat Pengendalian Internal
3. Tipe Pengendalian

79
B. PEMBAHASAN
1. Definisi dan Ruang Lingkup Kontrol Internal
Perolehan dan pemeliharaan system yang efektif dari control internal
merupakan tanggungjawab yang penting dari pihak manajemen. Tetapi istilah “internal
control” sebenarnya telah ditemukan dan didefinisikan oleh auditor. Auditor focus pada
pengendalian dalam hal audit organisasi karena mereka menyadari jenis dari
pemeriksaaan yang mereka lakukan membutuhkan kinerja dalam proses audit yang
memadai dari pengendalian internal untuk meyakinkan keakuratan dari data akuntansi
yang mereka peroleh.
Internal Kontrol pertama kali didefinisikan oleh American Institute of Accountants
pada tahun 1949 yaitu
Internal control terdiri dari perencanaan organisasi dan keseluruhan dari
metode yang terkoordinasi dan pengukuran yang diadopsi sebagai suatu
bentuk bisnis untuk menlindungi dan mengamankan asset, memeriksa
keakuratan dan keandalan dari data akuntansi, memajukan efisiensi
kegiatan opersional, dan menyesuaikan ketataan terhadap ketepatan waktu
dari penerapan kebijakan manajerial.
Adapun definisi pengendalian internal versi International Federation of
Accountant (IFAC):
System pada pengendalian internal adalah perencanaan dari organisasI dan
keseluruhan system yang terkoordinsasi, keuangan dan sebagainya,
dilakukan oleh pihak manajemen entitas untuk membantu pencapaian
keyakinan objektivitas manajemen, sejauhmana praktik telah dilakukan,
sesuai tujuan dan telah efisien dalam hubungannya dengan bisnis, termasuk
ketaatan terhadap kebijakan manajemen, melindungi asset perusahaan,
mencegah terjadinya penyimpangan kan kesalahan, keakuranan dan
kelengkapan data akuntansi, dan persiapan yang tepat waktu dari informasi
keuangan yang andal.
Pada tahun 1958, komite baru dari The American Institute of Certified Public
Accountnats (AICPA) mendefinsikan pengendalian internal dan ruang lingkupnya
berdasarkan standar yang berterima umum, yaitu:
Pengendalian internal secara umum mencakup:Pengendalian yang dapat
dikarakteristikkan berdasarkan aspek akuntansi dan administrative sebagai berikut:

80
Akuntansi: pengendalian terdiri dari perencanaan organisasi dan keseluruhan metode
dan prosedur yang merupakan pertimbangan yang utama, dan berhubungan secara
langsung untuk pengamanan asset dan keandalan dari pelaporan keuangan. Internal
control secara umum mencakup seperti si,pengendalian system dari otorisasi dan
persetujuan, pemisahan tugas dalam hal kegiatan operasional atau penjagaan asset,
pengendalian pisik seluruh asset, dan audit internal.
Administratif: pengendalian terdiri dari perencanaan organisasi dan keseluruhan
metode dan prosedur yang merupakanan pertimbangan utama dalam efisiensi dan
ketaatan kegiatan operasional terhadap kebijakan manajerial dan biasanya berhubungan
secara tidak langsung terhadap pelaporan keuangan. Secara umum mencakup
pengendalian sebagaimana analisis statistic, waktu dan pilihan studi, laporan kinerja,
program training untuk karyawan, dan control kualitas.

2. Manfaat Pengendalian Internal


Pengendalian internal mempunyai kemampuan untuk 1)mencegah dan mengurangi
penyimpangan atas perilaku yang tidak diinginkan yang terjadi 2) mengurangi biaya
atas perilaku yang menyimpang atau tidak diinginkan.dalam hal ini kategorinya terbagi
menjadi tiga kelompok utama yaitu motivasi,kemampuan, dan pengetahuan.

3. Tipe Pengendalian

Manajer biasanya menggunakan berbagai peralatan untuk mengantisipasi perilaku


atau biaya yang tidak diinginkan yang vterjadi. Semuan perangkat ini disebut dengan
pengendalian internal.

Kelompok 1; Khusus/Pencegahan

 Restriksi akses wilayah dimana penilaian terhadap harta atau pencatatan


 Pembagian tugas
 Memvalidkan data sebelum

81
Kelompok 2: khusus/ pendeteksian

 Rekonsiliasi terhadap jumlah persediaan dengan pencatatan persediaan.


 Bentuk penomoran
 Rekonsoliasi terhadap akun-akun neraca.

Kelompok 3: Umum/ pencegahan


 Adanya pelatihan yang efektif
 Rencana yang efektif perusahaan.
 Kode etika tingkah laku.

Kelompok 4: umum/ pendeteksian


 Menggunakan audit internal staff
 Pengamanan terhadap pencatatan keuangan.

C. PENUTUP
SOAL LATIHAN
1. Jelaskan tentang definisi pengendalian internal
2. Jelaskan manfaat dari pengendalian internal
3. Sebutkan dan jelaskan komponen pengendalian internal

82
DAFTAR BACAAN
Charles Hongren, 1982. “Cost Accounting,” edisi 5, ( Engelwood Cliffs, N.J.: Prentice-
Hall.)

David Hawkins, 1969. “Behavioral Accounting of Generally Accepted Accounting


Pronciples,” California Management Review ( Musim Dingin), 23-21

Edwin H. Caplan, 1971. “ Management Accounting and Behavioral Scince, “, Adisom


Wesley Publishing Company, Reading, Massachusetss.

Etzioni, A., 1964. Modern Organization, “Englewood Cliffts, N.J: Prentice-Hall, Inc

Hall, F.S,1974. “Organizational Goals:The Status Of Theory Research,” makalah yang


dipresentasikan pada lokakarya mengenai akuntansi keperilakuan, pertemuan
tahunan dari American Institute for Decision Sciences, Atlanta, Georgia. 30
Oktober.

Ikhsan, Arfan , dan Ishak, Muhammad. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba
Empat

83
BAB VIII

AUDITING

A. PENDAHULUAN

Perkembangan audit mutu professional mengalami perubahan yang cepat seiring


dengan tuntutan perdagangan global, yang dipengaruhi oleh berbagai standar mutu
internasional sebagai prasyarat produk dipasarkan ke pasar internasional. Kondisi ini
menuntut audit mutu professional harus memiliki pemahaman yang tinggi atas berbagai
standar mutu internasional sebagai common body of knowledge (CBOK) dalam
mendukung otoritas profesinya sebagai internal audit suatu perusahaan.
CBOK bagi auditor mutu adalah keharusan dalam mendukung pekerjaan audit
mutu suatu perusahaan. Pada tahun 2006 Studi CBOK yang diselenggarakan oleh Institute
of Internal Auditors (IIA) merupakan studi tentang profesi audit internal yang paling
komprehensif dan mendunia yang pernah dilakukan. Pada kurun waktu sebelumnya, IIA
memang pernah melakukan studi serupa, namun tidak dilakukan dengan sekomprehensif
studi pada tahun 2006. Komparasi studi-studi yang pernah dilakukan dapat dilihat pada
tabel berikut:

Sumber: http://auditorinternal.com/2010/03/10/cbok-iia-fakta-dan-data-profesi-
audit-internal-global/

Table di atas menunjukkan bahwa, pada Studi CBOK di tahun 2006 nampak
semakin mengglobal CBOK dengan melibatkan responden valid sejumlah 9.366 (disaring
dari lebih 12.000 respons yang masuk) yang berasal dari 91 negara dan dengan
menambahkan kuesioner dalam 16 bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia. Studi-studi
sebelumnya hanya disediakan dalam bahasa Inggris.
84
Selain itu, sebuah Standar internasionaldari OrganisasiInternasional
untukStandarisasi (ISO; www.iso.org), yang berbasisdi Jenewa, Swiss, yang
mencakupistandar mutu berbagai bidang termasuk mutu internal audit.Standar
initelahdiperluasselama bertahun-tahununtuk menutupibanyak area yang pentingbagi
governance danmutu perusahaan.

Auditormutu dalamperusahaan,bergantung pada praktek-praktekdan standar-


standar tersebut, sehingga dalam konvergensipertumbuhankegiatanperusahaan
untukmeningkatkan governance dan internal control, harussecara umum memiliki
seperangkat pengetahuan umum (CBOK) sebagai kebutuhan untuk memahamiperan,
tanggung jawab, dan aktivitasauditormutu.Selain itu, review quality assurance (QA)
darifungsi auditinternal yang dilakukanoleh anggotatim audit internalsendiri atauoleh
reviewerluaryang dikontrakmengacu padasebuah prosesyang dipraktekkanoleh
banyakfungsi auditinternal.Fungsiaudit internalyang lebih besar, sering membawanilai
nyata bagiperusahaan secara keseluruhandenganmemilikireview mutu secara independen
daripraktek-praktekaudit internal danoperasi perusahaan.

Dengan demikian maka diperlukan adanya suatu sistem pengawasan atas jaminan
mutu internal audit melalui quality assurance. Menurut Sawyer dalam Jatnika (2006)
bahwa tujuan dari program quality assurance adalah untuk memberikan keyakinan
memadai bahwa pekerjaan audit yang dilaksanakan telah sesuai dengan standar yang ada,
piagam audit, dan standar lain yang berlaku.

Untuk lebih memfokuskan pembahasan tentang convergence CBOK terhadap mutu


internal audit professional, maka pembahasan dalam paper ini lebih diarahkan pada peran
Standar Quality Assurance dalam meningkatkan mutu internal audit professional.

TUJUAN
Untuk memudahkan arah penulisan paper ini, maka diperlukan penetapan tujuan
yang diharapkan tercapai dari penulisan ini adalah:
1) Mendeskripsikan peran standar QA dalam meningkatkan audit mutu professional.
2) Merumuskan solusi tentang peran standar QA dalam dalam meningkatkan audit mutu
professional.

85
3) Merumuskan langkah-langkah strategis pengaplikasian Standar QA dalam
meningkatkan audit mutu professional.

MANFAAT
Manfaat yang diharapkan sebagai dampak dari capai tujuan di atas adalah:
Meningkatnya pemahaman dan ketrampilan dalam penerapan standar Quality Assurance
untuk meningkatkan mutu audit internal.

GAGASAN
Sebelum membahas lebih jauh tentang kondisi kekinian dari Quality Assurance,
kami mengawali menjelaskan secara singkat tentang quality assurance dan mutu. Ini kami
lakukan untuk menyamakan persepsi awal sebagai pengantar untuk membahas lebih jauh
tentang quality assurance dan implikasinya terhadap mutu audit internal.
Mutu, sebagaimana diinterpretasikan oleh ISO 9000, merupakan perpaduan antara
sifat-sifat dan karakteristik yang menentukan sampai seberapa jauh keluaran dapat
memenuhi kebutuhan pembeli. Pembeli yang menentukan sifat-sifat dan karakteristik
yang penting. Pembeli yang menilai sampai seberapa jauh sifat-sifat dan karakteristik
keluaran memenuhi kebutuhannya. Sementara Institute of Quality Assurance,
menjelaskan mutu sebagai berikut: In its broadest sense, quality is a degree of excellence:
the extent to which something is fit for its purpose. In the narrow sense, product or
service quality is defined as conformance with requirement, freedom from defect or
contamination, or simply a degree of customer satisfaction. In quality management is
defined as the totally of characteristic of a product or service that bears on its ability to
satisfy stated and implied need. Quality is also rapidly embracing the nature or degree of
impact an organization has on its stakeholders, environment and society. Sedangkan oleh
American Society for Quality (ASQ), mutu dijelaskan sebagai berikut: Quality: a
subjective term for which each person has his or her own definition. In technical usage,
quality can have two meaning: 1) the 30 characteristics of a product or service that bear
on its ability to satisfy tated or implied need and 2) a product or service free of
deficiencies (Jatnika, 2006).

Selanjutnya audit mutu adalah, Audit mutuadalah prosespemeriksaansistematissistem


mutuyang dilakukan olehauditormutu internalatau eksternalatautim audit, yang merupakan

86
bagian penting dari sistemmutu manajemenorganisasidan merupakanelemen kunci
dalamsistem standarmutu ISO, ISO9001.( http://en.wikipedia.org/wiki/Quality_audit)

Selanjutnya, Hadiawiardjo, dkk., dalam Jatnika (2006) bahwa QA adalah istilah


yang menyatakan keseluruhan kegiatan yang terencana dan resmi yang dimaksudkan untuk
memberikan kepercayaan bahwa keluaran akan memenuhi tingkat mutu yang diinginkan.
Sedangkan The Institute of Internal Auditor pada Statement on Internal Auditing Standards
No 4: Quality Assurance (1986, ) mendefinisikan sebagai berikut: As a general term,
"quality assurance" is usually understood to mean the process of objective review of
overall effectiveness and compliance with relevant policies and standards.
Sasaran pembelajaran dari peran standar quality assurance dalam meningkatkan mutu
auditing professional adalah:
1. Kondisi Kekinian Quality Assurance (Qa) Terhadap Mutu Audit Professional
2. Element-element dan Prosedur Review Quality Assurance Audit Internal
3. Manfaat Review QA Internal Audit
4. Melakukan Review QA Mutu Audit Internal
5. Solusi-Solusi Tentang Review Qa Terhadap Mutu Audit Internal

87
B. PEMBAHASAN

1. KONDISI KEKINIAN QUALITY ASSURANCE (QA) TERHADAP MUTU


AUDIT PROFESSIONAL
Quality assurance sangat perlu dalam menjaga kemampuan departemen internal
audit untuk melaksanakan fungsinya secara efektif dan efisien, dan juga sangat penting
dalam mencapai dan memelihara.tingkat kepercayaan dari manajemen, komite audit, dan

semua pihak yang mempunyai hubungan dengan pekerjaan dan hasil internal audit. Untuk
kepentingan pelaksanaan quality assurance, the Institute of Internal auditor memberikan
pengarahan dengan dikeluarkannya Statement on Internal Auditing Standards No 4 tentang
Quality Assurance. Selanjutnya pengarahan ini dimasukan sebagai bagian dari standar 560
dari Standards for the Professional Practice of Internal Auditing.
StandarIIA1312"mengharuskan setiap departemenaudit internal
untukmemilikipenilaianmutu eksternalsetidaknya sekalisetiap limatahun
olehreviewerindependenberkualitas dariluar organisasi." Dengan katalain, di samping
fungsi reviewinternal QA, auditinternal harusdinilai audit independeninternal ataukontrak
denganpenyedialuar untukmenilai mutu keseluruhan darifungsi audit
internal.Inimerupakan persyaratankunci untuksemua departemenaudit internal.

2. Element-element dan Prosedur Review Quality Assurance Audit Internal


Sebuah reviewQAbiasanya dimulai dengan suatureview rincisesuai denganprosedur
auditinternal, termasuk:
- mengevaluasiproses perencanaanpenilaian risiko;
- meninjaudokumen perencanaanlainnya danprosedurpenugasanstaf,
- meninjaulaporankertas kerjayang dipilih danyang digunakan dalamaudityang
sebenarnya, dan
- semuaperencanaanlain danbahan-bahanadministrasiyang digunakanoleh auditinternal
dalammelaksanakantugasprogramaudit.
Sedangkan prosedur yang dapat diikuti dalam melakukan review QA adalah:
1) Tentukanarea untuk dimasukkan dalamreview QA internalaudit, apakah seluruh
fungsi atau hanyakomponen auditinternal yang terpisah, sepertidivisiyang
terpisah atauwilayah geografis.

88
2) Tentukanjangka waktuaudituntuk dimasukkan dalamreview QA, apakah
darikesimpulanreview QAterakhir atauuntuk periode12bulansebelum
pengumumanaudit.
3) Menentukan siapa yangakan mereviewQAAuditinternal danmemastikan
bahwapengkajimemahamistandarIIA.
4) Jikaaudit internaltidak memilikireviewQA dalam 24bulan terakhir, maka perlu
mengambil langkah-langkahuntuk memastikanbahwa baik anggotastaf
auditinternal danmanajemenmemahami tujuandan sifatdari review QA.
5) Jikatim reviewQAberencana untuksurvei atauwawancara auditeedi
luardepartemen audit internal, maka perlu membuat beberaparencana awaluntuk
menginformasikansemua orangyang dilibatkan.
6) Berdasarkanaudit internalyang selesai danyang diproses,perlu
mengembangkanstrategi umumuntuk jumlahdan jenisaudityang akan
dipilihuntuk diperiksa.Jikawilayahpengetahuan khususharus dimasukkan,
seperti keamanankomputer ataudesain otomatis, menentukan bahwasumber
daya yang tepattelah dialokasikan.
7) Memutuskan apakahakanmeninjauQAberdasarkantingkatan,
memeriksakepatuhan terhadapstandar-standar umumatau rencanakanuntuk
memasukkan reviewrinciaudityang dipilih,
termasukreferensicekworkpaperatautes reperformance.
8) Jika masalah yangdihadapidalam perjalanandari review QAdirencanakan,
seperti auditmembutuhkankajian yang lebihrinci, prosedur harus
disiapkanuntuk mengevaluasilingkupkajianQAataujadwal.
9) Mengembangkanprosedur umumuntuk formatdan sifatlaporan auditQAakhir.
10) Mengembangkanstrategi untukpelaporanhasil review QA untukanggota lain
daridepartemenaudit internal danuntuk anggotayang dipilihdari manajemen
senior.

Selanjutnya sebagai hasil dariprosedurreview dansurveiauditee, resensiQAharus


meringkashasil danmenyiapkanlaporan kepada CAE. Berdasarkanlaporanrekomendasi ini,
rencanauntuk perbaikanatau tindakankorektifharus ditetapkan. Dalambeberapa kasus,
jikareviewmenemukanbahwa auditselesaitertentu tidakmengikuti proseduraudit internal
yang baik, programreviewyang sedang berlangsungatau tindakanperbaikan
harusditetapkan.
89
3. Manfaat Review QA Internal Audit
Ada berbagai pihak yang akan memperoleh manfaat dari pelaksanaan review QA internal
control, yaitu:
a. Untuk Audit Internal, sebagai penerima manfaatutama dari setiapprogram
reviewQAAuditinternal akanaudit internalitu sendiri. ReviewQAaudit internal akan
memungkinkanreviewerluaruntukmenilai seberapabagusfungsi auditinternalyang
dilakukan dalammemenuhistandaraudit internal.Hal ini dapatmenjadi manfaatyang
berharga untukfungsi auditinternal moderen. ReviewQA audit internal, yang
dilakukan olehpihak luar, dapat dilakukan kebeberapaarea tertentu dengan
caratidak sepenuhnyasesuaidengan standaratau di manaefisiensi yang lebih
baikdapat dicapai. HasilreviewQAtersebut,manajemen auditinternal dapat
meningkatkanoperasinya sendirisecara keseluruhan.
b. Untuk Manajemen, ringkasan hasil audit internaldari reviewQAdenganberbagai
tingkatmanajemen senior dapat menjadi informasi yang menyediakan keyakinan
yang lebih besardalam reviewmutu audit internalyang dilakukan kepada
manajemensenior, ini adalah keuntunganbesar bagiperusahaan secara keseluruhan.
Tentu saja, manfaat yang ada dapat menjadi efektif jika pelaksanaan review QA
audit internal mematuhi standar-standar mutu yang berlaku, dan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan untuk review QA audit mutu secara total.

4. Melakukan Review QA Mutu Audit Internal


Sebuah perusahaanbesar,dapatmelakukan reviewQAauditinternal menggunakan
anggotayang ditunjuk daridepartemen.Dan sering, auditor internalyang akrab
denganperusahaan,prosedur, dan industridan juga memahamiproseduraudit internal, sering
kali adalah orang terbaik, palingmemenuhi syarat untukmeninjau operasiaudit internal.
Sebuahfungsi auditinternal yang lebih luas dapatmelakukan reviewQA sendirisecara
efektifapabila dapat menunjukkankepada orang lain, baik di dalamdan di luardepartemen,
yangbertindaksebagai pihakindependen.
Meskipunauditorinternal memilikistandaryang mengharuskan merekauntuk
bertindaksecara independen, melakukan reviewmutu sendiridapatdilihat
sebagailatihanmelayani diri sendiriatau programuntuk mengkritikseseorang
didepartemen.Seperti disebutkan,reviewyang terbaikdilakukan oleh sebuahfungsi
independendalamaudit internal danharus mengikutiprosedur normalaudit internal.

90
Setelahselesai review, manajer yang bertanggung jawabuntuk unitterakhirakan
meresponlaporan audit, dan salinan darilaporan akhirakan disampaikan kepada
direkturaudit internal, yang bisamengambil tindakan lebih lanjutyang diperlukan.
Ini adalahcara yang sangatefektif untuk mengaturreviewQA internal
auditketikafungsi auditdidistribusikan di seluruhperusahaan.

5. SOLUSI-SOLUSI TENTANG REVIEW QA TERHADAP MUTU AUDIT


INTERNAL
Terlepas dari gambaran umum tentang kondisi kekinian di atas, pada bagian ini
kami tampilkan beberapa solusi atau kebijakan IIA yang pernah dilakukan berkait dengan
review QA mutu audit internal.
Tim PwC Advisory Internal Audit Anderson and Chambers (2006), bahwa dalam
menanggapi peningkatan fokustata kelolah yang efektif, maka Instituteof Internal
Auditors(IIA) mengeluarkan duaketentuankunciuntuk merevisistandar untukpraktekaudit
internalpada tahun 2002. Dari duaketentuan, jaminankualitaseksternalreview (QAR)
dianggapsangat penting, yang mencerminkanpeningkatanperanyang dimainkan
olehdepartemenaudit internaldalam pengawasan, risiko dankegiatantata kelolaperusahaan
yang luas.
Selanjutnya Anderson dan Chambers berpandangan bahwa review QA yang dapat
memperkuat nilai strategis audit internal, dipengaruhi oleh beberapa factor keberhasilan
yang berhubungan denganmasing-masing daritiga komponenutama dariprogram QA, yaitu:
1) Pemantauankinerjaaudit internal: programQA yang selalusuksesdibangun di
ataskomitmenterus menerus untukmutu.CAE harus memastikanmutu yangterus
menerusdipantaumelalui inisiatif sepertireviewpengawasan kertas kerja; mutu
internal / peerreview daripenugasanselesai,dan pengukuranyang sedang
berlangsung dananalisismetrik kinerjaseperti kepuasanklien dansiklus waktu audit.
2) Penilaianinternal secara berkalakesesuaianaudit internal dengan standarIIA: Dalam
melakukanreviewQA eksternal, direkam bahwa beberapadepartemenaudit
internalmengabaikanpersyaratan untukmelakukanpenilaianperiodikauditinternal
dengan kesalahan serius.
3) Penilaian Eksternal: BanyakCEA
yangmempertimbangkanpenilaianeksternalmerupakan langkah pentingdalamQA
secara keseluruhan danproses perbaikan. Selain
mengkonfirmasikankepatuhandenganstandarIIA, penilaianyang dirancang dengan

91
baikakan memberikantolok ukureksternaldan pengukuranyang dapat
digunakanuntuk terus meningkatkankinerjaaudit internalsetelahlaporan review QA
eksternaldikeluarkan.

Tiga komponen yang direkomendasikan di atas, merupakan hasil temuan Anderson


dan Chambers dalam melakukan tugas review di beberapa perusahaan kliennya. Dimana
tiga permasalahan yang ditampilkan di atas, secara umum berada di area kekurangtaatan
klien terhadap standar yang ditetapkan oleh IIA.

92
C. PENUTUP
GAGASAN YANG DIAJUKAN
Secara detail gagasan tentang peningkatan mutu audit internal professional, adalah:
a. Melakukan pemantauankinerjaaudit internal secara terus menerus, melalui design
programQA yang dibangun di ataskomitmenuntukmutu.Misalnya pemantauan
terhadap: reviewpengawasan kertas kerja; mutu internal / peerreview
daripenugasanselesai,dan pengukuranyang sedang berlangsung dananalisismetrik
kinerjaseperti kepuasanklien dansiklus waktu audit.
b. Melakukan penilaianinternal secara berkalauntuk menguji kesesuaianaudit internal
dengan standarIIA. Ini dimaksudkan untuk mempersempit area review QA
eksternal, yang tentunya berdampak pada efisiensi perusahaan.
c. Melakukan penilaian eksternal. CEA harus mempertimbangkanuntuk
penilaianeksternalyang merupakan langkah pentingdalamQA secara keseluruhan
danproses perbaikan.

TEKNIK IMPLEMENTASI
Setelah dapat merumuskan langkah-langkah strategis penerapan Standar QA
(Review QA) mutu audit internal, maka teknik implementasi yang diajukan adalah:
1) Menyiapkan/menyusun rencana teknis atau program kerja penerapan.
2) Merumuskan visi dan misi: menciptakan mutu audit internal professional melalui
penerapan standar QA.
3) Mengorganisasikan sumberdaya yang tersedia untuk mendukung realisasinya gagasan,
dengan menggunakan pendekatan siklus PDCA.
4) Merumuskan Standar operasional pelaksanaan (SOP) sebagai kebijaksanaan untuk
melaksanakan gagasan.
5) Jika perlu, diperkuat dengan regulasi yang mendukung gagasan.

PREDIKSI HASIL
Dengan menerapkan standar QA untuk meningkatkan mutu audit professional,
melalui strategi dan teknik implementasi yang telah ditetapkan perusahaan, maka hasil
yang diharapkan adalah: Terciptanya mutu audit internal professional sebagai cerminan
dari aktifitas bisnis perusahaan yang tertuang dalam laporan keuangan dan internal audit
perusahaan.

93
DAFTAR BACAAN
Anderson, Dick and Chamber, Richard, 2006, How Quality Assurance Reviews Can
Strengthen the Strategic Value of Internal Auditing, Pricewaterhouse Coopers
LLP.

Moeller, Robert, 2009, Brink’s Modern Intern Auditing, A Common Body of Knowledge,
Edisi ketujuh, Published by John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey,
Published simultaneously in Canada.

Jatnika, Eka, Dadang, 2006, Evaluasi Terhadap Kualitas Internal Audit Melalui
Pendekatan Program Quality Assurance, Thesis, Universitas Diponegoro.

94
BAB XI
SDA AKUNTANSI

A. PENDAHULUAN

Kinerja di dalam perusahaan sangat ditentukan oleh kondisi dan perilaku karyawan
yang dimiliki perusahaan tersebut. Fenomena yang seringkali terjadi adalah kinerja suatu
perusahaan terganggu karena berbagai perilaku karyawan yang sulit dicegah terjadinya.
Salah satu bentuk perilaku karyawan yang dapat mengganggu kinerja perusahaan adalah
keinginan berpindah (turnover intentions) dimana karyawan memiliki keputusan untuk
meninggalkan pekerjaannya. Tingginya tingkat turnover di dalam perusahaan akan
mengakibatkan semakin banyak potensi biaya yang akan di keluarkan oleh perusahaan.
Baik untuk biaya pelatihan yang sudah diinvestasikan pada karyawan, tingkat kinerja yang
sudah dikorbankan, maupun biaya rekruitmen dan pelatihan kembali.

Profesi akuntan publik merupakan suatu pekerjaan yang berlandaskan pada


pengetahuan yang kompleks dan hanya dapat dilakukan oleh individu dengan kemampuan
dan latar belakang pendidikan tertentu. Salah satu tugas akuntan publik dalam menjalankan
profesinya adalah menyediakan informasi yang berguna bagi publik untuk pengambilan
keputusan ekonomi. Profesi akuntan public bukan saja dituntut untuk melayani klien, tetapi
lebih mengutamakan tanggung jawab kepada masyarakat. Oleh sebab itu, akuntan public
diharapkan mampu menjalankan tanggung jawab yang ada dalam profesinya.

Profesi akuntan publik harus bersifat independen dan berkomitmen secara eksplisit
melayani kepentingan publik. Permintaan terhadap jasa audit, pajak, dan manajemen oleh
berbagai organisasi baik lokal maupun multinasional, merupakan tanggung jawab utama
para akuntan professional (Setiawan dan Ghozali 2006). Sebagai perusahaan yang bergerak
di bidang jasa, aset utama yang harus dimiliki oleh sebuah kantor akuntan publik (KAP)
adalah tenaga kerja profesional. Agar dapat bertanggung jawab pada publik, para auditor
harus berupaya untuk meningkatkan job performance dalam menjalankan profesinya.
Tercapainya performance yang baik tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia
(SDM) yang baik pula.

95
Terkait dengan peningkatan job performance profesional, karakter pribadi
profesional dan kondisi tempat profesional bekerja menjadi konsekuensi penting bagi
KAP, bagi profesional itu sendiri, dan bagi pihak-pihak yang menggunakan jasa
profesional (publik). Beberapa karakter pribadi dan kondisi kerja profesional dapat
menghasilkan tingkat job performance yang berbeda, keadaan psikologis yang berbeda,
dan juga dapat mempengaruhi keputusan professional untuk tetap atau meninggalkan KAP
(turnover). Dapat disimpulkan bahwa tidak hanya karakter pribadi yang mempengaruhi
tindakan seseorang, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal yang menentukan
kebebasan seseorang.

Meningkatnya kebutuhan akan kualitas dan kinerja auditor pada tingkat individu
maupun perusahaan (lokal dan multinasional), menyebabkan profesi auditor mengalami
perkembangan yang pesat. Agar dapat memenuhi kebutuhan dan tanggung jawab tersebut,
profesional dituntut untuk dapat meningkatkan job performance pada profesinya.
Profesional yang bekerja dengan job performance yang baik dapat meningkatkan kepuasan
klien, kredibilitas dan eksistensi.
Sasaran pembelajaran dari SDA Akuntansi adalah :

1. Kepuasan kerja di kantor akuntan publik

2. Iklim organisasi di kantor akuntansi publik

3. Konflik organisasi-profesional
4. Dampak konflik peran dan ketidakjelasan peran
5.
Peran komunikasi formal dan nonformal serta mentoring
6. Perputaran (turnover) staf di kantor akuntan publik

96
B. PEMBAHASAN
Aset utama dari perusahaan akuntansi sektor public (CPA) bersertifikat adalah staf
professional. Agar dapat bertanggung jawab pada publik, para auditor harus berupaya
untuk meningkatkan job performancedalam menjalankan profesinya. Tercapainya
performance yang baik tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik
pula. Seperti yang diungkapkan oleh Hellriegel (2001) bahwa performance yang baik dapat
dicapai saat 1) tujuan yang diinginkan telah tercapai, 2) moderator (kemampuan,
komitmen, motivasi) telah tersedia dan, 3) mediator (petunjuk, usaha, ketekunan, dan
strategi ) telah dijalankan.

Penelitian pada pertimbangan sumber daya manusia di Kantor Akuntan Publik


diperlukandalam rangka untuk mengidentifikasi faktor-faktor kreatif untuk menciptakan
suasana yang ideal bagi anggota perusahaan berfungsi secara efisien memberikan kepuasan
terhadap pekerjaan mereka. Jenis penelitian ini adalah tumbuh dan sudah mencakup bidang
seperti kepuasan kerja, iklim organisasi, evaluasi kinerja, pergantian staf, motivasi dalam
akuntansi lingkungan, dan semua orang serta karakteristik situasional dari akuntan dan
konsekuensinya.

KEPUASAN KERJA DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK

Kepuasan kerja merupakan seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan


atau tidak pekerjaan mereka, atau suatu perasaan pegawai atau tidak senang yang relatif
berbeda dari pemikiran obyektif dan keinginan perilaku (Davis et.al, 1985).

Alasan utama mempelajari kepuasan kerja adalah untuk menyediakan gagasan bagi
para manajer tentang cara meningkatkan sikap karyawan. Seseorang yang tidak punya
kemampuan mengaktualisasikan secara profesional menjadi tindakan puas dalam bekerja.

Studi kepuasan kerja dalam semua jenis lingkungan kerja dan kelompok kerja,telah
menyebabkan kesimpulan umumbahwa ada hubungan terbalik antara kepuasan kerja dan
perputaran pekerjaan, seperti kepuasan kerja meningkat, perputaran menurun, (atau
penurunan kepuasan kerja, meningkatkan perputaran pekerjaan). Banyak penelitian telah
berusaha untuk memberikan bukti pada tingkat kepuasan kerja di kantor akuntan publik.
Porter dan Mitchell kuesioner kebutuhan-kepuasan, 3 Strawser, Ivamevich , dan Lyon

97
menyelidiki kepuasan kerja akuntan dalam perusahaan CPA kecil maupun perusahaan
CPA besar.Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa kepuasan dari kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri tergantung pada jenis pekerjaan dan jenis perusahaan, tetapi
bahwa Delapan Besar perusahaan menunjukkan tingkat kepuasan tertinggi. Namun
demikian, akuntan yang bekerja di perusahaan-perusahaan kecil menunjukkan tingkat
tertinggi kepuasan kebutuhan otonomi.

Carpenter dan Strawser memeriksa tingkat kepuasan dari akuntan akademik.Hasil


penelitian mereka menemukan bahwa akademisi di sekolah-sekolah kecil yang paling puas
dan paling kekurangan dalam empat dari enam kategori perlu dipelajari (Sosial, harga diri,
aktualisasi diri, dan kompensasi). Kekurangan dalam keamanan dan kebutuhan otonomi
yang ditemukan di antara akademisi akuntansi di sekolah-sekolah besar. Perbandingan dari
kepuasan kerja manajer industri dan CPA menunjukkan bahwa kekurangan kebutuhan
terbesar yang dirasakan ditemukan di kategori aktualisasi diri.

Aranya et.all (1982) menganalisis efek komitmen organisasi dan profesional pada
kepuasan kerja para akuntan yang dipekerjakan. Dengan menggunakan komitmen
profesional dan organisasi sebagai predictor kepuasan kerja, dan melaporkan adanya suatu
korelasi nyata secara statistik antara komitmen organisasi dan kepuasan kerja. Komitmen
profesional mempengaruhi kepuasan kerja secara tidak langsung melalui komitmen
organisasi.

Harrell dan Stahl digunakan trikotomi McClelland-of-kebutuhan teori "untuk


memberikan penjelasan konseptual dari kepuasan kerja dan kinerja profesional
KAP.”Teori ini mengasumsikan bahwa individu dimotivasi oleh tiga kebutuhan-kebutuhan
afiliasi, kebutuhan untuk kekuasaan, dan kebutuhan untuk pencapaian. Survei Jarrell dan
Stahl tentang CPA berlatih di salah satu Kantor internasional yang besar menunjukkan
bahwa kebutuhan daya dan kebutuhan untuk pencapaian yang positif terhadap kepuasan
kerja dan kinerja yang unggul.

IKLIM ORGANISASI DI KANTOR AKUNTANSI PUBLIK

Iklim organisasi di kantor akuntan publik adalah penting karena berdampak pada
sikap dan perilaku karyawan. Ini telah diteliti sehubungan dengan konflik akuntan
organisasi-profesional, dampak dari konflik peran dan ambiguitas peran, peran komunikasi

98
informal dan nonformal serta mentoring, dampak dari gaya kepemimpinan supervisor dan
strategi manajemen kantor akuntan public.

Konflik Organisasi-Profesional

Hubungan antara organisasi dan karyawan profesional telah menjadi subjek


perhatian dan penelitian karena dampaknya terhadap lingkungan kerja dan dampaknya
terhadap sikap dan perilaku karyawan. Organisasi bervariasi dalam tingkat dimana mereka
membiarkan kesempatan profesional untuk bertindak sesuai dengan penilaian profesional
mereka. Selain itu, ketidaksesuaian norma-norma dan nilai-nilai profesi dengan organisasi
telah menciptakan konflik dalam hubungan antara organisasi dan karyawan
professional. Dalam bidang perilaku organisasi, hasil penelitian tentang gagasan
"kesesuaian melekat" telah konsisten. Dalam akuntansi, hasil disfungsional konflik-
organisasi profesional di kantor akuntan publik telah didukung dalam beberapa penelitian.

Dampak Konflik Peran dan Ketidakjelasan Peran

Iklim organisasi di perusahaan akuntan publik dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor


lain dari konflik organisasional-profesional. Misalnya, Senatra berpendapat bahwa
ambiguitas peran dan konflik peran dirasakan di kantor akuntan publik dengan senior audit
dapat memiliki tiga konsekuensi potensial: ketegangan berkaitan dengan pekerjaan,
kepuasan kerja, atau kecenderungan untuk meninggalkan organisasi. Sepuluh potensi
sumber konflik peran dan ambiguitas peran diidentifikasi dalam iklim organisasi kantor
akuntan publik: pelanggaran dalam rantai komando, formalisasi aturan dan prosedur,
penekanan pada pembangunan personil bawahan, toleransi kesalahan, kesiapan manajemen
puncak, kecukupan koordinasi kerja, keputusan ketepatan waktu, penekanan informasi ,
kecukupan otoritas, dan kecukupan otonomi profesional.

Peran Komunikasi formal dan nonformal serta Mentoring

Iklim organisasi dalam kantor akuntan publik juga merupakan fungsi dari peran
komunikasi formal dan informal serta mentoring dalam mengendalikan anggota.
Menggunakan penelitian, metodologi kualitatif naturalistik, Dirsmith dan Covaleski
dikonfirmasi (1) adanya komunikasi formal di kantor akuntan publikbahwa manfaat

99
individu tingkat yang lebih rendah, meskipun peran yang terbatas dalam
menginformasikan anggota organisasi politik dan kekuasaan dalam organisasi; dan (2)
peran penting dari komunikasi nonformal dan bimbingan dalam pelaksanaan tugas audit,
sosialisasi perusahaan individu, instruksi untuk politik dan kekuasaan di perusahaan, serta
manfaat sesuai dengan bawahan, mentor, dan perusahaan.

2.2.4 Dampak Gaya Kepemimpinan Supervisor

Fleisman dan Peters (1962) menyatakan gaya kepemimpinan adalah pola perilaku
konsisten yang diterapkan pemimpin dengan dan melalui orang lain, yaitu pola perilaku
yang ditunjukkan pemimpin pada saat mempengaruhi orang lain, seperti yang
dipersepsikan orang lain. Perilaku pemimpin melalui dua dimensi yaitu consideration dan
initiating structure.
1. Consideration (konsiderasi) adalah gaya kepemimpinan yang menggambarkan
kedekatan hubungan antara bawahan dengan atasan, adanya saling percaya, kekeluargaan,
menghargai gagasan bawahan, dan adanya komunikasi antara pimpinan dan bawahan.
Pemimpin yang memiliki konsiderasi yang tinggi menekankan pentingnya komunikasi
yang terbuka dan parsial.
2. Initiating structure (Struktur inisiatif) merupakan gaya kepemimpinan yang
menunjukkan bahwa pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan hubungan-
hubungan didalam kelompok, cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang
jelas, dan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang benar. Pemimpin yang memiliki
kecenderungan membentuk struktur yang tinggi, akan memfokuskan pada tujuan dan hasil.

Bukti empiris tentang gaya kepemimpinan dalam KAP menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan konsiderasi yang tinggi akan menimbulkan behavior disfunctional oleh
auditor (CAR Report, 1978; Kelley, 1988; Raghunathan, 1991). Part dan Jiambalvo (1982)
menginvestigasi penentuan gaya kepememimpian konsiderasi dan struktur inisiatif, mereka
menggunakan path-goal theory dalam menguji hubungan antara perilaku manajer partner
dengan kepuasan kerja dan motivasi bawahan. Hasilnya terdapat pengaruh interaksi yang
signifikan antara perilaku konsiderasi dan kompleksitas tugas. Gaya kepemimpinan
konsiderasi lebih memuaskan bawahan dalam kompleksitas tugas yang rendah. Sedangkan
interaksi antara perilaku struktur inisiatif dengan kompleksitas tugas tidak signifikan,
karena perilaku struktur inisiatif dapat digunakan dalam kompleksitas tugas yang tinggi.

100
2.2.5 Manajemen Strategi Kantor Akuntan Publik

Strategi manajemen perusahaan akuntan publik menghadapi beberapa kondisi unik


di lingkungan dibedakan menjadi jasa audit dan jasa manajemen. Proyek tim baik dalam
lingkungan mungkin harus menghadapi berbagai tingkat ketidakpastian tugas lingkungan
dan jumlah bervariasi formalisasi struktur tim. Watson menyelidiki pertanyaan penelitian
baik dalam studi eksplorasi menggunakan kedua kuesioner dan format wawancara format.
Hasil konfirmasi kedua pertanyaan, dalam arti bahwa ketidakpastian tugas lingkungan
lebih tinggi untuk layanan manajemen dibandingkan dengan audit, dan hubungan
struktural yang berbeda dikembangkan di tim.

Penemuan ini berkaitan dengan pengamatan Sorensen bahwa ada konflik antara
birokratisme dan profesionalisme di perusahaan CPA besar, kepuasan kerja dipengaruhi
oleh kekurangan profesional, dan migrasi dipengaruhi oleh tugas mengelola birokrasi
profesional hibrida orientation. Perbedaan yang ditemukan didua fungsional bidang jasa
manajemen dan titik audit terhadap fakta bahwa (1) konflik antara birokratisme dan
profesionalisme dapat berbeda antara kedua area fungsional, mengingat organisasi
mekanistik dari departemen audit dan organisasi organismic baik dari departemen auditing
dan jasa pelayanan fungsi manajemen, dan (2) kepuasan kerja dan migrasi mungkin
berbeda antara dua daerah fungsional, dengan kepuasan kerja yang lebih tinggi dan migrasi
rendah di bidang jasa manajemen.

2.3 EVALUASI KINERJA PERUSAHAAN DALAM AKUNTANSI PUBLIK

Hasil evaluasi kinerja digunakan sebagai dasar untuk sistem reward dan sebagai
cara untuk memberikan umpan balik pengembangan berorientasi kepada karyawan.Dalam
penelitian akuntansi, evaluasi kinerja sering dikutip sebagai sumber utama ketidakpuasan
oleh mereka yang meninggalkan Kantor Akuntan Publik. Beberapa penelitian studi telah
meneliti pertanyaan evaluasi kinerja di perusahaan akuntan publik.

Jiambalvo menggunakan model teori harapan, yang disebut "model evaluasi


pekerjaan usaha diarahkan," untuk memprediksi jumlah waktu CPA bekerja sebagai
auditor, langsung terhadap aspek pekerjaan mereka dan kinerja dari pekerjaan mereka.
Model dinyatakan sebagai berikut:
Wi = 4 E fi • E2 • E 31 (E l i V i ) + lAVii

101
mana
.1
W, = Pengaruh diarahkan untuk kegiatan yang berkaitan dengan dimensi evaluasi i

E. Ce = Harapan bahwa upaya mengarah pada kinerja yang efektif pada dimensi evaluatif i

E N = Harapan bahwa menjadi efektif pada i dimensi


evaluatif mengarah ke dihakimi sebagai efektif pada i dimensi oleh atasan

E 3, = Harapan yang dinilai efektif pada i dimensi evaluatif memberikan kontribusi untuk
evaluasi secara keseluruhan kinerja yang tinggi

E l i = Perantaraan evaluasi keseluruhan kinerja yang tinggi untuk mencapai hasil


pekerjaan i

V j = keinginan (valensi) dari hasil pekerjaan i

1AV 1 = nilai intrinsik atau keinginan untuk terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan
dimensi evaluatif i

AV variabel ditambahkan mengikuti Turney temuan bahwa itu adalah prediktor


yang lebih baik usaha kerja dan kinerja dari teori harapan khas konstruksi. Hasil survei
menggunakan akuntan senior dan manajer audit mereka diverifikasi model dengan
menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk memprediksi jumlah waktu CPA
diarahkan berbagai aspek pekerjaan mereka dan kinerja mereka pada dimensi pekerjaan
berdasarkan pada kedua persepsi - hadiah hubungan dan nilai intrinsik dari aktivitas yang
berhubungan dengan kinerja kerja di bawah baik multiplikasi dan formulasi aditif.

Evaluasi kinerja adalah salah satu perilaku yang dapat dipengaruhi oleh segmentasi.
Dari sini, Jiambalvo, Watson, dan Baumler mengajukan hipotesis berikut "Itu dampak
diferensiasi organisasi model pengambilan keputusan yang digunakan oleh anggota subunit
dalam evaluasi personil, khususnya, bobot ditugaskan untuk kategori evaluasi yang
berbeda, konsistensi dalam penerapan kebijakan evaluasi, wawasan-diri pembuat
keputusan dan perjanjian antar penilai.”

102
Sebuah sampel mitra, manajer, dan sesi staf akuntan dari sebuah perusahaan
internasional yang besar CPA diminta untuk individu hipotesis tingkat sesuai dengan
masing-masing delapan kategori berikut:

1. Kemauan dan kemampuan untuk menerima tanggung jawab;


2. Kemampuan untuk secara efektif memanfaatkan tugas staf dan rencana kerja;
3. Kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengembangkan praktis, solusi yang
terbaik untuk masalah;
4. Kemampuan untuk mendapatkan kepercayaan dan menghormati klien;
5. Tingkat kreativitas dipamerkan dalam beradaptasi dengan masalah unik;
6. Pengetahuan dan pengalaman yang tercermin dalam kepatuhan terhadap
prosedur yang dikenal dan dapat diterima dan prinsip;
7. Kemampuan dan keinginan untuk bekerja secara efektif dengan orang; dan
8. Tingkat penilaian eksekusi

PERPUTARAN (TURNOVER) STAF DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK

Alasan di balik tingginya perputaran perlu diketahui, karena biaya untuk Kantor
Akuntan Publik dan disiplin tinggi. Di antara alasan yang telah diusulkan adalah sebagai
berikut:

1. Perputaran ini karena kedua kegagalan untuk menantang orang-orang yang


berkualitas dan mengurangi keluarnya orang yang tidak memenuhi syarat
2. Yang terbaik dari-mutu yang ditetapkan lebih rendah dari siswa tertarik dengan
akuntansi; umumnya telah mengalami budaya lag di bidang pendidikan dan
bimbingan.
3. Kebutuhan akuntan muda tidak dipenuhi oleh-terkait kegiatan kerja di KAP
tambahan.
4. Sedangkan dilihat dari mitra mengelola dan staf profesional mereka adalah
kongruen pada tujuan strategis yang paling, staf meminta variasi yang lebih besar
dan komunikasi yang lebih baik kinerja criteria.
5. Sebuah profil kepribadian tinggi serta preferensi untuk atau ilmiah orientasi analitik
ciri sekelompok akuntan yang tetap di akuntan publik itu. Kepribadian karakteristik
serta kepentingan kejuruan tingkat staf akuntan-entri dapat menjadi penentu yang
kuat dari perputaran di perusahaan akuntan publik.

103
6. Profil kepribadian dari beberapa manajer, mitra, junior, dan senior diketahui
berbeda dan dapat mengakibatkan perputaran tinggi. Menurut salah satu analisis:
"Perbedaan kepribadian mungkin merupakan prediktor sebagian dari perputaran
sejak kantor akuntan publik, seperti organisasi-organisasi besar lainnya dengan
beberapa posisi permanen di bagian atas dan staf yang besar, sering kali kriteria
evaluasi yang mengindikasikan personilnya.
7. Keputusan pergantian di kantor akuntan publik mungkin merupakan fungsi tugas
dihargai hasil negatif, kemungkinan memperoleh hasil tersebut di saat posisi, dan
kesempatan yang lebih besar menyadari keluar positif tertentu.
8. Suasana komunikasi yang buruk mungkin ada dalam perusahaan
publik akuntansi hanya karena hubungan antara supervisor dan pekerja tidak
sempurna, tetapi juga karena staf akuntan tidak sepenuhnya terintegrasi ke dalam
perusahaan.
9. Kepuasan adalah berbanding terbalik dengan turnover.
10. Perputaran dipengaruhi oleh tugas
mengelola orientasi profesional birokrasi hibrida di kantor akuntansi public.

2.5 MOTIVASI DALAM SEBUAH LINGKUNGAN AKUNTANSI

Pentingnya motivasi terletak pada kemampuannya untuk mempengaruhi kinerja


dan kepuasan kerja. Model teori Harapan umumnya telah digunakan dalam pengaturan
penelitian untuk mempelajari subjek motivasi kerja dan kinerja dasarnya. Teori postulat
hubungan untuk penentuan motivasi (M) / atau prestasi kerja (P). Berkenaan dengan
motivasi, teori ini menyatakan bahwa motivasi (M) dari seorang individu untuk melakukan
pada tingkat upaya tertentu (E) adalah fungsi dari jumlah aljabar dari produk: (1) individu
harapan yang spesifik hasil atau imbalan (0) akan mengikuti dari usaha yang diberikan, dan
(2) valensi dirasakan penghargaan khusus (V) atau hasil yang terkait dengan melakukan
pada tingkat usaha model.

Dua teori harapan telah dirumuskan untuk untuk mengekspresikan motivasi


individu. Model pertama menyatakan bahwa seseorang akan memilih perilaku tertentu dan
tingkat usaha diberikan atas dasar harapannya bahwa usaha akan
memberikan hasiltertentu dan valensi ditempatkan pada hasil tersebut. Dengan kata Usher,

M = [RE (0) (V)]

104
Model kedua mencakup dua expecancies pada asumsi bahwa individu
biasanya pertemuan, dua hasil: kinerja aktual tugas dan suatu hasil yang dihasilkan dari
kesadaran (Lf hasil pertama). Hasilnya Ini memegang bahwa seorang individu akan
menawarkan perilaku tertentu dan tingkat upaya atas dasar (I) harapan bahwa usaha akan
menghasilkan:. permintaan kinerja, dan (2) harapannya bahwa pemenuhan tugas akan
mengarah ke tingkat hasil yang kedua. Dengan kata lain,

M = (E P) [(P - + 0) (V)]

Hasil bahwa model harapan tidak prediktor yang baik dari staf audit kinerja tetapi
prediktor baik kepuasan kerja karyawan.

KARAKTERISTIK AKUNTAN DAN KONSEKUENSI MEREKA

Bukti dalam ilmu-ilmu perilaku menunjukkan bahwa karakteristik pribadi individu


mempengaruhi bagaimana mereka menanggapi lingkungan kerja. Karakteristik ini
meliputi, misalnya, kepribadian individu dan kepentingan pribadi dan perasaan individu
terhadap lingkungan kerja. Penelitian telah dilakukan pada beberapa karakteristik:
karakteristik umum dan khas dari mereka yang berurusan dengan akuntansi, komitmen
profesional di akuntan publik, tujuan karir, dan stres kerja di akuntan public.

Akuntan Stereotip

Berbagai penelitian telah menyelidiki banyak karakteristik umum negatif yang


telah dihubungkan dengan akuntan, khususnya sifat-sifat kaku, introvert, berpikir
kuantitatif, dan kurangnya minat dalam hubungan interpersonal. Citra stereotip akuntan itu
dikukuhkan dalam contoh berikut:

1. Akuntan dapat menunjukkan tingkat rendah kompetensi verbal, suka bekerja


dengan angkamenjadi tepat dan tepat ketika datang ke detail dan menghindari
menghadapi hal-hal baru tanpa dipersiapkan untuk mereka.
2. Kesesuaian, minat sosial yang rendah, dan kepekaan estetika dari akuntan kurang
berkembang.
3. Tidak seperti siswa lainnya, mahasiswa akuntansi lebih memilih moderat tapi stabil
pendapatan dan kurang bercita-cita untuk bekerja dengan orang-orang yang bekerja
kreatif.

105
4. Dibandingkan dengan guru, mereka nilai lebih tinggi dalam dominasi dan harga
tetapi lebih rendah pada persepsi dan penerimaan dari diri mereka sendiri.
5. Dibandingkan dengan kreatif siswa menulis, mahasiswa akuntansi mengidentifikasi
secara positif dengan orangtua mereka dan memiliki sikap sebagian besar
menerima terhadap peraturan otoritas dan eksternal, serta terhadap orang-orang
pada umumnya.
6. Subyek Akuntansi adalah terutama jenis giat dan sosial, bukan tipe investigative.
Hasil ini sebagian dikonfirmasi dalam studi lain yang ditemukan, apalagi, bahwa
tipe konvensional dominan antara praktisi tunggal dan mitra di perusahaan kecil,
dan jenis giat dominan di antara para mitra di perusahaan besar.
7. Sebuah survei yang dilakukan oleh Estes menunjukkan bahwa, dalam perbandingan
dengan akuntan, dokter, dan pengacara berasal dari keluarga dengan status sosial
ekonomi lebih tinggi secara signifikan, dan bahwa anak-anak dari dokter memasuki
karir dengan skor SES secara signifikan lebih tinggi.

Citra stereotip akuntan itu, bagaimanapun, dikonfirmasi dalam satu kasus dengan
bukti bahwa sekelompok akuntan dinilai lebih tinggi dalam keramahan, penerimaan
pribadi, dan sensitivitas psikologis dari kelompok profesional lain yang termasuk dalam
survey. Untuk mencirikan stereotip akuntan, Aranya, Meir, dan Bar-Ilan menggunakan
sebuah teori termasuk stereotip profesional. Kerangka ini didasarkan pada teori Belanda
bahwa seorang individu dalam memilih pekerjaan, mencoba untuk memenuhi cara hidup
dalam konteks kerjanya.

Komitmen Profesional Akuntansi Publik.

Komitmen profesional dalam bidang akuntansi publik, yaitu kekuatan relatif


identifikasi akuntan dengan dan keterlibatan dalam profesi mereka, telah menjadi subjek
investigasi. Perhatian dengan baik komitmen organisasi dan profesional adalah penting
untuk alasan-alasan berikut: kinerja yang lebih baik diperoleh dari karyawan memiliki
komitmen yang tinggi, omset bisa lebih baik diprediksi dari tingkat komitmen organisasi
dari dari kepuasan kerja, dan efektivitas organisasi adalah berkaitan dengan komitmen
organisasi.

Model Aranya, Pollock, dan Armenic's diasumsikan bahwa tiga faktor utama yang
mempengaruhi komitmen profesional untuk profesi, yaitu komitmen organisasi, konflik

106
organisasi profesional, dan kepuasan dengan imbalan. Hubungan ini juga diasumsikan
dimoderatori oleh tingkat organisasi, berikut temuan Sorensen dan Sorensen tentang
peningkatan orientasi birokrasi dan penurunan orientasi profesional dari bawah ke posisi
yang lebih tinggi, junior ke mitra senior.

Sebuah survei menyewa akuntan Kanada menunjukkan keunggulan komitmen


organisasi dalam memprediksi komitmen profesional dalam semua tingkat
organisasi. Selain itu, komitmen profesional yang ditemukan berhubungan negatif dengan
konflik organisasi profesional dan positif berhubungan dengan kepuasan dengan
penghasilan. Dalam studi lanjutan, Aranya dan Wheeler menemukan bahwa komitmen
akuntan 'untuk kedua profesi dan organisasi pada dasarnya berhubungan dengan nilai
mereka sebagai jenis konvensional dan giat.

Niat Karir

Setelah teori McClelland bahwa individu, secara sadar atau tidak sadar, mencari
lingkungan yang sebangun dengan ukuran dari aplikasi mereka, kekuasaan, dan kebutuhan
berprestasi,” Harrell dan Eickhoff menyarankan bahwa pengaruh-berorientasi auditor
mungkin cenderung untuk memiliki respon afektif lebih positif dibanding Delapan Besar
lingkungan kerja akuntan public. Hasil survei verifikasi hipotesis mereka menunjukkan
bahwa pengaruh-berorientasi auditor mengalami kepuasan kerja yang lebih tinggi di masa
mendatang daripada yang lain, komitmen organisasi masa depan yang lebih besar dari
yang lain, dan Delapan Besar tujuan karir lebih positif dari yang lain.Selain itu, mereka
menunjukkan tingkat perilaku perputaran sukarela masa depan yang lebih rendah daripada
yang lain.

Stres Kerja Akuntansi Publik

Stres telah didefinisikan sebagai "keadaan yang timbul dari ketidakseimbangan


permintaan-kemampuan yang nyata atau dirasakan dalam tindakan vital organisme dan
penyesuaian yang sebagian nyata dengan respon spesifik." Hal ini disebabkan oleh jenis
stressor, "permintaan yang dibuat oleh lingkungan internal atau eksternal organisme yang
mengganggu yang homeostasis, restorasi yang tergantung pada tindakan energi-
pengeluaran non otomatis dan tidak tersedia." Contoh stres dikutip oleh Antonovosky
meliputi: kecelakaan dan yang selamat, pengalaman yang tak diinginkan orang lain dalam

107
jaringan sosial, yang mengerikan sejarah di mana kita terlibat; intrapsikis, konflik sadar
dan kegelisahan, ketakutan agresi, mutilasi dan kehancuran, membawa peristiwa-peristiwa
sejarah. Di ruang kita, perubahan dunia sempit di mana kita hidup; lain normatif kehidupan
krisis-peran entri dan keluar,sosialisasi yang tidak memadai,melekat konflik dalam semua
hubungan sosial, underboard and overboard dan kesenjangan antara tujuan budaya
ditanamkan dan sarana sosial terstruktur.

Satu studi hipotesis bahwa variabel kepribadian juga sangat terkait dengan stres
kerja. Ini diselidiki disposisi empat kepribadian yang merupakan penentu potensi stres
kerja terkait: tipe A, kontrol, komitmen, dan tantangan. Tipe kepribadian A dicirikan oleh
gaya-hidup tanggapan perilaku condong ke arah ekstrem, seperti daya saing keras, intens
berjuang untuk pencapaian, rasa urgensi waktu, agresivitas, permusuhan, kewaspadaan,
dan ketidakmampuan untuk merespon sinyal stes jasmani. Individu tersebut umumnya
tidak dapat mengatasi stres kerja.

Disposisi Control menunjukkan bahwa seorang individu cenderung untuk percaya


dan bertindak seolah-olah ia mengendalikan peristiwa. Hal ini dapat mengurangi efek
situasi stres. Komitmen disposisi menyiratkan bahwa seorang individu suka terlibat dengan
peristiwa yang terjadi kepada mereka. "Ini adalah cara yang baik untuk mengatasi
stres.”Disposisi tantangan menunjukkan bahwa seorang individu lebih suka perubahan
terhadap stabilitas dalam kehidupan kerja karena perubahan menawarkan insentif menarik
untuk pertumbuhan dan bukan ancaman terhadap keamanan.

SUMBER UMPAN BALIK PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK

Kinerja umpan balik pengaturan kerja telah dianggap penting untuk pelatihan
karyawan, kinerja, motivasi, dan kepuasan. Pertanyaan penelitian telah terutama berfokus
pada pengidentifikasian sumber umpan balik, ' bekerja sebagai lingkungan informasi,' dan
mendefinisikan membangun umpan balik. Dalam menilai pentingnya sumber-sumber
potensi yang berbeda informasi prestasi kerja, studi ini dipandang sebagai sebuah
informasi penerima di lingkungan mampu menyediakan berbagai informasi dari sumber
yang berbeda.

Tiga metode yang telah digunakan untuk meneliti konsep umpan balik:
pengetahuan tentang hasil, penilaian manajemen, dan kualitas pekerjaan. Sedangkan

108
pendekatan masing-masing telah menunjukkan pentingnya umpan balik, mereka telah
dikritik (1) untuk menggunakan tugas-tugas tunggal dengan umpan balik undimensional
dalam kasus-pendekatan hasil, pengetahuan (2) untuk mengambil sikap sederhana dan
preskriptif dalam hal literatur penilaian manajemen, dan (3) untuk membatasi pentingnya
umpan balik untuk menjadi komponen desain pekerjaan dan mengabaikan kemungkinan
bahwa aspek-aspek lain dari umpan balik mungkin ada. Pendekatan penelitian yang
berbeda digunakan oleh Greller dan Herold dan juga oleh Hansen dan Muchinsky. Hal ini
didasarkan pada strategi deduktif untuk menilai pentingnya sumber-sumber potensi yang
berbeda informasi kerja kinerja dan memandang pekerja sebagai penerima informasi dalam
lingkungan yang mengandung banyak kemungkinan sumber umpan balik.

C. PENUTUP

Banyak survei dan percobaan laboratorium telah memeriksa pertimbangan sumber


daya manusia di perusahaan akuntan publik. hasil yang kuat telah ditemukan terutama
berkaitan dengan ketidakpuasan kerja dan turnover tinggi. Beberapa penyebab telah
diidentifikasi, menyediakan awal dari sebuah gambaran yang jelas tentang apa yang salah
dan apa yang benar tentang. iklim organisasi perusahaan akuntan publik. Masih banyak
yang harus dilakukan, sebagai lain variabel sumber daya manusia perlu diperiksa. Diantara
variabel ini absensi, intensitas administratif, otonomi, komunikasi, kompleksitas,
kekerasan konflik, koordinasi, departmentalization, keadilan distributif, efektivitas,
formalisasi, pelatihan umum, ideologi, inovasi, motivasi, kekuatan perlu, membayar
stratifikasi, basis kekuasaan, kekuasaan stratifikasi, basis kekuasaan, stratifikasi prestise,
produktivitas, rutinisasi, ukuran, standardisasi, kerja kohesi kelompok, dan beban kerja di
perusahaan akuntan publik, untuk beberapa nama.

109
DAFTAR BACAAN

AM Harrell and MJ Stahl, "McClelland's Trichotomy of Needs Theory and the Job
Satisfaction and , Work Performance of CPA Firm
Professionals," Accounting, Organizations and Society (June 1984): 241-252.

CG Carpenter and RH Strawser, "A Study of the Job Satisfaction of Academic


Accountants," Ac-counting Review (July 1971): 509-518.

DC McClelland, Power: The inner Experience (New York , . Irvington, 1975)

EE Lawler, Pay and Organizational Effectiveness: A Psychological View (New York:


McGraw-Hill, 1971); EA Locke, "The Nature and Causes of Job Satisfaction," in MD
Dunnctte, ed., Handbook of Industrial and Organizational Psychology(Chicago: Rand
McNally, 1976), pp. 1297-1349.

JE Sorensen, "Professional and Bureaucratic Organization in Public Accounting


Firms," Accounting Review (July 1967): 553-565.

John M. Ivancevich and Robert H. Strawser, "A Comparative Analysis of the Job
Satisfaction of Industrial Managers and Certified Public Accountants," Academy of
Management Journal (March 1969): 193-203.

KR Ferris, "Perceived Uncertainty and Job Satisfaction in the Accounting


Environment," Accounting, Organizations and Society 2, no. 1 (1977): 23-28.

LW Porter and VF Mitchell, "Comparative Study of Need Satisfaction in Military and


Business Hierarchies," Journal of Applied Psychology ',April 1967): 139144.

N. Aranya, R. Lachman, and J. Armenic, "Accountants' Job Satisfaction: A Path


Analysis," Accounting, Organizations and Society (December 1982): 201-215.

PM Blau and WR Scott, Formal Organization (San Francisco: Chandler, 1962)

110
Ralph L. Benke, Jr., and JG Rhode, "The Job Satisfaction of Higher Level Employees in
Large Certified Public Accounting Firms," Accounting, Organizations and
Society (July 1980): 187-201.

RH Strawser, JM Ivancevich, and HL Lyon, "A Note on the Job Satisfac tion of
Accountants in Large and Small CPA Firms," Journal of Accounting
Research (Autumn 1969): 339-345.

Sorensen, "Professional and Bureaucratic Organization in Public Accounting

111
BAB XIII
AKUNTANSI SOSIAL

A. PENDAHULUAN
Akuntansi sosial didefenisikan sebagai ”penyusunan, pengukuran, dan analisis
terhadap konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonimi dari perilaku yang berkaitan dengan
pemerintah dan wirausahawan. ”Walaupun akuntansi sosial berfokus baik pada kinerja
pemerintah maupun pelaku bisnis, pembahasan ini akan berkonsentrasi pada akuntansi
sosial sebagaimana diterapkan pada kegiatan bisnis. Dalam hal ini, akuntansi sosial berarti
identifikasi, mengukur dan melaporkan hubungan antara bisnis dan lingkungannya.
Lingkungan bisnis meliputi sumber daya alam, komunitas di mana bisnis tersebut
beroperasi, orang-orang yang dipekerjakan , pelanggan, pesaing, dan perusahaan serta
kelompok lain yang berurusan dengan bisnis tersebut. Proses pelaporam dapat bersifat baik
internal maupun eksternal.

Model-model akuntansi dan ekonomi tradisional berfokus pada produksi dan


distribusi barang dan jasa kepada masyarakat. Akuntansi sosial memperluas model ini
dengan memasukkan dampak-dampak dari aktivitas perusahaan terhadap masyarakat.
Suatu pabrik kertas, misalnya tidak hanya menghasilkan bubur kayu dan produk kertas
melainkan juga limbah padat pencemaran udara serta air. Dilain pihak, pabrik tersebut
mungkin memberikan kontribusi kepada komunitas dengan memperbolehkan karyawan
mengambil waktu luang untuk pekerjaan sosial atau dengan mendanai beasiswa universitas
untuk siswa-siswa yang berprestasi. Ditinjau dari perspekti ini, akuntansi sosial dapat
dilihat sebagai pendekatan yang berguna untuk mengukur dan melaporkan kontribusi suatu
perusahaan kepada komunitas.

Laba bersih telah dianggap secara tradisional sebagai kontribusi perusahaan kepada
komunitas. Akuntan sosial memandang hal ini sebagai fokus yang terlalu sempit. Mereka
beranggapan bahwa untuk mengukur kontribusi sosial suatu perusahaan dengan memadai,
biaya maupun laba harus dimasukkan. Laba hanya ada karena beberapa biaya sosial,
seperti polusi airm tidak dimasukkan dalam perhitungan laba perusahaan tersebut.
Sasaran pembelajaran dari akuntansi sosial adalah:
1. Latar belakang sejarah

112
2. Tanggapan Profesi Akuntan (Akuntansi Untuk Manfaat dan biaya Sosial)
3. Teori Akuntansi Sosial
4. Kuntifikasi Terhadap Biaya dan Manfaat
5. Pelaporan Kinerja Sosial
6. Perkembangan Luar Negeri
7. Kesimpulan

113
B. PEMBAHASAN
1. Latar belakang Sejarah
Pada awal tahun 1990, para ekonomi telah mencoba untuk memasukkam manfaat
dan biaya sosial dalam modei-model teori ekonomi mikro Neo-Klasik. Meskipun mereka
berusaha, manfaat dan biaya sosial di anggap sebagai anomali dan, sebagian besar,
diabaikan oleh mayoritas ekonom. Tetapi, kemajuan telah dilakukan dalam analisis,
pengukuran, serta penyajian masalah manfaat dan biaya sosial. Hari ini, meskipun berada i
luar arus utama ekonomi, ekonomi lingkungan dan manajemen sumbr dya alam adalah
subdisiplin yang aktif dalam ekonomi. Model akuntansi dasar menggunakan teori ekonomi
mikro untuk menentukan apa yang harus di masukkan dan harus di keluarkan dari
perhitngan akuntansi. Oleh karen itu, telah di abaikan secara tradisional oleh teorotikus dan
praktisi akuntansi.

Pada tahun 1960-an juga terdapat pertumbuhan dalam gerakan lingkungan etika
lebih banyak orang menyadari dampak dari industrilisasi pada kualitas dari udara, air, dan
tanah. Undang-undang di sahkan untuk melindungi sumber daya alam ini an
mengendalikan pembuanan limbah beracun. Hukum menetapkan standar untuk emosi
polusi dan mengenakan denda kepada siapapun yang melanggarnya. Para perlaku bisnis di
minta untuk mengendalikan emisi polusi dan bekerja sama dengan pemerintah untuk
mengembangkan dan menggerakkan rencana untuk mengurani polusi.
Permasalahan Sosial Indonesia

Jika dilihat dari kondisi Indonesia saat ini,krisis yang berkepanjangan telah
menetapkan bangsa ini pada posisi krisis multi – di mensi yang mencakup hampir seluruh
aspek kehidupan. Jika dilihat secara lebih seksama dari sudut pandang aspek
ekonomi,sendi-sendi prekonomian (investasi, produksi dan distribusi) lumpuh sehingga
menimbulkan kebangkrutan dunia usaha, meningkatnya julah pengangguran, menurunnya
pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat, dan pada akhirnya bermuara pada
meningkatnya angka jumlah penduduk yang di bawah garis kemiskinan.
Krisis ekonomi yang melanda bangsa indonesia mengakibatkan timbunya berbagai
hal yang tidak pasti, sehingga indikator –indikator mengakibatkan timbulnya berbagai hal
yang tdak pasti, sehingga indikator- indikator ekonomi seperti tingkat suku bunga, laju
inflasi, fluktusi nilai tukar rupiah, indeks harga gabungan, dan sebagianya sangat rentan
terhadap masalah-masalah sosial. Hal inin membuktikan bahwa aspek sosial dan aspek

114
politik dapat mengundang sentimen pasar yang bermuara pada instabilitas ekonomi.
Kondisi seperti ini tentunya berdampak sangat buruk bagi peta bisnis dan iklim investasi
di indonesia, terutama untuk mendapatkan kepercayaan investor asing untuk menanamkan
modalnya di indonesia. Upaya – upaya pemerintah untuk meyakinkan dunia internasional
dan stablitas sosial, politik, dan keamanan belum menunjukkan tanda- tanda yan berarti
karena tidak di dukung oleh data dan fakta yang sebenarnya. Bahkan, para investor asing
berencana untuk melakukan realokasi bisnis dan investasinya ke negara-negara Asia
tenggara lainnya seperti Vietnam, thailand, dan kamboja yang di anggap lebih kondusi
untuk investasi.

2. Tanggapan Profesi Akuntan


Akuntansi Untuk Manfaatdan biaya Sosial

Walaupun para akademisi dan praktisi akuntansi telah membahas bagamana


profesi mereka dapat memberikan kontribusi pada tangung jawab sosial perusahaan
sebelum terjadinya gerakan pada tahun 1960- an. Kemajuan utama dalam bidang ini di
buat sejak akhir tahun 1960 –an dengan di berlakunya undang – undang yang menetapkan
program – program sosial pemerintah, beberapa akuntan merasa bahwa mereka sebaiknya
menggunakan keahlian mereka untuk mengukur efektivitasdari program tersebut. Lebih
lanjut lagi, sesorang perlu mengukur ingkat respons perusahaan terhadap keprihatinan yang
di suarakan pada tahun 1960 an. Dengan demikian lahirlah akuntansi sosial.

Dasar bagi kebanyakan teori akuntansi soial datang dari analisis yang di lakukan
oleh A.C pigou terhadap biaya dan mnfaat sosial. AC Pigou adalah seorang ekonom Neo
Klasik yang memperkenalkan pemikiran biaya dan manfaat sosial ke ke dalam ekonomi
mikropada tahun 1920. titik pentingnya adalah bahwa optimalitas- pareto(titik dalam
ekonomi kesejahteraan di mana adalah mungin untuk meningkatkan kesejahteraan
sesorang tanpa mengurangi kesejahteran dari orang lain) tidak dapat di capai selama
produk sosial neto dan produk pribadi neto tidak setara. Pada dasarnya, argumen pigou
adalah sebagi berikut : seorang produsen menciptakan sesuatu produk dari mana ia
memperoleh mamfaat pribadi tertentu.pigou menyebut seluruh manfaat dari produksi suatu
produk tanpa mempedulikan siapa yang menerimanya sebagai manfaat sosial.perbedan
antara manfaat sosial dengan manfaat pribadi, dapat di bagi menjadi ekonom ekonomi
eksternal dan elemen surplus konsumen.

115
3. Teori Akuntansi Sosial

Berdasarkan analisis Pigou dan gagasan mengenai suatu ”kontrak sosial ”


mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi atas biaya dan manfat
sosial. Perusaahan memiliki suatu kontrak tidak tertulis untuk menyediakn suatu manfaat
sosial neto kepada masyarakat. Manfaat neto adalah selisih antara kontribusi suatu
perusahaan kepada masyarakat dengan kerugian yang di timbulkan perusahaan tersebut
terhadap masyarakat. Salah satu alasan utama dari lambatnya kemajuan akuntansi sosial
adalah kesulitan dalam mengukur kontribusi dan kerugian. Proses tersebut terdiri atas tiga
langkah yaitu:

1. menentukan apa yang menyusun biaya manfaat sosial


2. mencoba untuk menguantifikasi semua pos yang relevan
3. menempatkan jumlah moneter pada nilai akhir.

4. Kuntifikasi Terhadap Biaya dan Manfaat

Ketika aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial di tentukan dan
kerugian serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka dampak pada manusia dapat di
hitung. Dampat tersebut dapat di golongkan sebagai langsung atau tidak langsung.
Walaupun perhitungan ini dapat di lakukan pada beberapa kasus, sering kali adalah sulit
untuk memberikan lebih dari sekedar estimasi kasar atau ukuran pengganti. Untuk
mengukur suatu kerugian di butuhkan informasi mengenai variabel utama, yaitu waktu dan
dampak.

1. Waktu. Beberapa peristiwa yang menghasilkan biaya sosial membutuhkan waktu


beberapa tahun untuk menimbulkan suatu akibat.
2. Orang-orang dapat di pengaruhi secara ekonomi, fisik, psikologis, dan sosial
oleh berbagai kerugian. Untuk mengukur biaya sosial tersebut adalah perlu untuk
mengidentifikasi kerugian-kerugian tersebut dan menguantifikasinya
3. Biaya ekonomi. Biaya-biaya ini meliputi tagihan dan pengobatan rumah sakit
yang tidak di kompensasi, hilangnya produktivitas, dan hilangnya pendapatan
yang di deritaoleh pekerja.

116
4. Kerugian Fisik. Para pekerja yang terkena penyakit yang berkaitan dengan asbes
akan menderita nafas yang pendek dan kemungikan kematian prematur.

5. Kerugian psikologis. Meskipun banyak penyakit yang dapat terjadi akibat


terkena penyakit yang terkait dengan asbes, pekerja dapat merasa tidak cukup
dan menjadi sedih karena kehilangan peran sebagai penghasil keluarga.

5. Pelaporan Kinerja Sosial

Audit sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial,dan lingkungan dari
program-program yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan yang reguler. Ada
beberapa cara untuk melakukan hal tersebut salah satu strategi yang di mulai dengan
mengembangkan inventaritas, dan salah satu taktik yang di sarankan adalah meminta
manejer perusahaan untuk mebuat daftar aktivitas dengan konsekuensi sosial, setelah itu di
hasilkan, auditor sosial kemudian mencoba untuk memulai dengan mengukur dampak-
dampaknya.

Audit sosial bermanfat bagi perusahaan dengan membuat para manajer menyadari
konsekuensi sosial dari bebarapa tindakan mereka. Hal ini dapat di capai bahkan
dampaknya tidak dapat dikuantifikasi. Selain itu, uadit semacam itu dapat menyebabkan
menejer mencoba untuk memperbaiki kinerja mereka dalam dalam ukuran kinerja sosial
dan ukuran kinerja pada rencana itu. Audi sosial adalah serupa dengan audit keuangan
dalam hal bahwa audit sosial mencoba untuk secara inpenden menganalisis suatu
perusahaan dan menilai kinerja. Tetapi terdapat suatu perbedaan utama mengenai apa yang
di analisis. Setelah audit sosial di selesaikan, perusahaan harus memutusakan apakah
menginformasikan ke publik. Kebanyakan perusahaan menganggap audit sosial sebagai
dokumen internal dan merahasiakan hasilnya. Beberapa perusahaan menerbitkan laporan
khusus yang yang menyoroti kontribusi positifnya kepada para pemegng kepentingan
perusahaan, tetapimengabaikan dampak yang negatif.

117
6. Perkembangan Luar Negeri

Perusahaan –perusahaan Eropa sudah mempelopori pengungkapan informasi sosial


baik dalam laporan khusus maupun laporan tahunan. Bentuk pelaporan model Eropa yang
telah di gunakan oleh sejumlah perusahaan adalah bentuk yang di gunakan atau di
kembangkan Deutsche Shell. Serupa dari laporan perusahaan-perusahaan di prancis,
laporaran itu menekankan pada hubungan perusahaan dengan karyawannya. Tetapi,
laporan tersebut juga memberikan infomasi mengenaisejumlah bidang lainnya yang
berurusan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.

Laporan Deutsche berisi beberapa pos yang tidak umum. Selain laporan keuangan
yang umum, terdapat laporan akun-akuk dan laporan nilai tambah, yang keduanya
berkaitan dengan kontribusi perusahaan terhadap masyrakat. Laporan akun-akun sosial
melaporkan aktivitas perusahaan yang memengaruhi para pemangku kepentingan
perusahaan.seperti, karyawan, investor, komunitas prusahaan itu sendiri.

7. Kesimpulan

Walaupun dimensi-dimensi akuntansi sosial masih banyak menyimpan berbagai


permasalahan, namun hal tersebut bukan merupakan alasan utama untuktidak meneruskan
pencarian-pencarian penting untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut.
Asperk keprilakuan, terutama bagi pihak investor, akan sangat menetukan perkembangan
akuntansi sosial, di masa akan datang. Terlepas dari semua itu, akuntansi sosial telah
menjadi salah satu cabang akuntansi yang mencoba untuk menguraikan dampak dari suatu
entitas bisnis, baik bagi lingkungan internal maupun eksternalnya.

Selain itu banyak pihak yang meyakini bahwa aspek-aspek keuangan yang belum
mencukupi untuk di gunakan sebagia landasan bagi pengumpulan keputusan bisnis.
Banyak bukti yang mengungkapkan fenomena tersebut. Hal ini di tunjukkan banyak
perusahaan yang secara keuangan layak untuk di miliki oleh investor, tetapi belum di lirik
oleh mereka. Pihak investor masih menunggu dari aspek-aspek lain yang melindungi
entitas tersebut. Pengaaman menunjukkan bahwa aspek seperti politik, budaya, dan kondisi
ekonomi makro sangat berperan dalam mendukung entitas bisnis.

118
C. PENUTUP
SOAL LATIHAN
1. Diskusikan bagaimana lingkungan perusahaan dapat memengaruhi pencapaian
tujuan perusahaan.
2. Bagaimana perusahaan dapat membedakan antara:
a. Biaya pribadi dan biaya social
b. Manfaat pribadi dan manfaat social
3. Diskusikan perbedaan antara:
a. Akuntansi keuangan dan akuntansi social
b. Akuntansi manajemen dan akuntansi social.

119
DAFTAR BACAAN

A.C, Pigou, 1948. The Economics of Welfare, edisi keempat. (London: MacMillan anda
Co).

D. Linowes, 1968. “Socio-Economic Accounting, “ The Journal of Accountancy


(November): hal. 37-42

Estes. A Comperhensive Social Reporting Model.

K. V. Ramanathan, 1976. “Toward A Theory of Corporate Social Accounting, The


Accounting Review (Juli): hal. 516-528

Larry Ruff,1972.”Economic Common Sense of Pollution, “dalam Economics of The


Environment: R. dan N. Dorf,am (eds) (New York: W.W.Norton & Co).

Linowes. “An Approach to Socio-Economics Accounting.”

Siegel, Gary, dan Marcony H.R., 1989. Behavioral Accounting, South-Western Publishing
Co., Cincinnati, Ohio.

S. Dilley dan J. Weygant, 1973. “Measuring Sosial Responsibility: An Empirical Test,


“The Journal of Accountancy (September): hal. 62-70; R.W. Estes, “A
Comprehensive Social Reporting Model,” The Federal Accountant; L. Seidler, “
Dollar Values in The Social Income Statement, “ dalam Social Accounting: Theory
Issues and Cases; serta L.J. dan L.L Seidler ed. (Los Angeles, Cal: Melville
Publishing Co., 1975).

120

Anda mungkin juga menyukai