Zulfikar
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jalan A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan, 57102, Surakarta, Indonesia Telepon: +62 0271 717417 psw 228
E-mail: zulfikar_ums@yahoo.com
Abstract: This paper aims to reveal the value of cultural wisdom that it contains a value,
especially because of religious influence of Islam that emerged from the practice of accounting
is very simple. This paper also attempts to metafor values wisdom Javanese culture that
appears to the accounting practices in the natural. Method of Bourdieus Habitus used to track
behavior narima ing pandum to find the concepts of accounting practices. Results to find the
concept obah-mamah-sanak. These concepts are be metafor as a cash flowvalue added--
balance sheet.
Keywords: Bourdieus Habitus, obah-mamah-sanak, local cultural wisdom, narimo ing
pandum
Abstrak: Tulisan ini bertujuan mengungkapkan nilai kearifan budaya yang mengandung
nilai, terutama karena pengaruh Islam yang muncul dari praktik akuntansi yang sangat
sederhana. Makalah ini juga mencari kebijaksanaan nilai-nilai budaya Jawa metafora yang
muncul dalam praktik-praktik akuntansi di alam. Metode Habitus Bourdieu digunakan untuk
memonitor perilaku narima ing pandum untuk menemukan konsep-konsep praktik akuntansi.
Hasil penelusuran yang dilakukan terhadap nilai-nilai kearifan budaya Jawa menemukan
konsep obah-mamah-sanak. Konsep-konsep tersebut selanjutnya digunakan sebagai penyu-
sunan konsep dasar arus kas-nilai tambah-neraca.
Kata kunci: Bourdieus Habitus, obah-mamah-sanak, kearifan budaya lokal, narimo ing
pandum
146 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 7, Nomor 2, September 2008: 144-150
ada rizki; aja sangga uang jangan berpangku mendapatkan ketenangan hati dan dirinya
tangan; obah-mamah, lebih lengkapnya dalam tidak merasa bersalah.
sebuah nasehat sing sopo gelem obah bakal mamah, Pikiran cerdik dalam berdagang orang
artinya siapa yang mau berusaha (bekerja) pasti Jawa adalah dengan menghindari kegedhen
akan makan (Prabowo, 2003: 23). Nasehat terse- empyak kurang cagak, artinya terlalu besar rang-
but memiliki arti yang sangat dalam. Obah yang ka atap kurang tiang. Ungkapan Jawa tersebut
berarti bergerak, menunjukkan bahwa kita ha- sebagai peringatan bahwa jika seseorang
rus bekerja untuk mendapatkan mamah (makan) memiliki rencana dan keinginan, hendaklah
yang berarti rizki. sesuai dengan kemampuannya. Ungkapan ini
Bahkan tidak jarang orang tua yang mem- juga mengingatkan untuk mengelola kas de-
berikan gambaran kepada anaknya dengan ngan sebaik-baiknya agar dapat menjalankan
ungkapan manuk esuk-esuk metu sak jerone luwe, roda bisnis.
mulih sore iso dadi wareg. Artinya seekor burung
pagi-pagi keluar dalam keadaan lapar, pulang Konstruksi Akuntansi dengan Habitus
sore dalam keadaan kenyang. Ungkapan ini Narima ing Pandum
menggambarkan bagaimana seekor burung saja
Pada bagian ini akan ditelusuri perilaku orang
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya setiap
jawa yang tercermin dalam falsafah hidup dan
hari. Menurut falsafah tersebut manusia seha-
etos kerjanya dalam melakukan praktik di medan
rusnya memiliki kemampuan yang lebih dari
kehidupan sehari-hari dengan bekal capital
seekor burung. Ungkapan tersebut sebenarnya
yang dimilikinya. Sebagaimana diuraikan
diambil dari sebuah ajaran Islam yang ter-
dalam bagian sub judul falsafah hidup dan etos
kandung dalam hadist nabi yang diriwayatkan
kerja, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
oleh At-Tirmidzi, yang berbunyi: Kalau kalian
kearifan budaya Jawa dalam konteks praktik
benar-benar bertawakal kepada Allah, niscaya Allah
bisnis paling tidak meliputi obah-mamah-sanak.
memberi rizqi kepada kalian, sebagaimana burung-
Perilaku obah (bekerja) bagi sebagian besar
burung diberi rizqi; pagi-pagi mereka meninggalkan
orang Jawa adalah merupakan sesuatu yang
sarang dalam keadaan lapar, dan sore hari pulang
harus segera dipraktikan di mana pun tempat-
dalam keadaan kenyang.
nya mereka berada dan dengan seluruh ke-
Dalam etos berbisnis orang Jawa sangat
mampuan (capital) yang dimilikinya. Konse-
memegang prinsip-prinsip leluhurnya. Ketika
kwensi positif dari perilaku obah adalah akan
memulai untuk melakukan aktivitas bisnis para
memunculkan mamah (makan). Mamah sebena-
orang tua mengingatkan Gusti ora sare (Tuhan
rnya merupakan bagian dari rizqi yang Tuhan
tidak tidur). Ungkapan ini memiliki makna
berikan. Mamah bukan hanya sekedar makan
bahwa kita harus memulai aktivitas dengan
dalam konteks menyambung hidup saja me-
memohon apa yang kita inginkan. Di samping
lainkan diharapkan menyisakan sesuatu yang
itu ungkapan tersebut memiliki nuansa persua-
dapat ditabung untuk kebutuhan jangka pan-
sif agar seseorang selalu berhati-hati sebelum
jang. Meskipun orang Jawa meyakini bahwa
berbuat (Suratno dan Astiyanto, 2009: 93). Tuhan
hal tersebut berasal dari sangkan paran (berasal
selalu mengawasi sehingga manusia harus
dari Tuhan yang diberikan dari arah manapun
memikirkan apakah tindakan yang dilakukan-
baik halal maupun haram), namun mereka
nya berpengaruh baik atau buruk, baik bagi
tetap menjaga agar rizqi yang didapat mem-
dirinya maupun orang lain.
peroleh ridhaning gusti.
Prinsip penting orang Jawa dalam etos
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kita
dagang adalah ungkapan jujur bakal mujur
sering mendengar ungkapan tuna satak bathi
jujur akan bahagia. Jadi orang Jawa berke-
sanak dalam pergaulan para bakul. Artinya, rugi
yakinan bahwa seseorang yang berani dan se-
uang asal untung saudara. ungkapan yang
lalu berperilaku jujur akan mendapatkan keba-
sering ditemukan dalam pergaulan para bakul
hagiaan. Orang yang mampu berlaku jujur
(pedagang) tersebut menunjukkan bahwa keba-
akan memiliki keuntungan karena apa pun ala-
hagiaan orang berdagang tidak selalu diukur
sannya, orang yang mampu bersikap jujur akan
dengan keuntungan berupa uang. Bagi seorang
148 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 7, Nomor 2, September 2008: 144-150
gusti pemberian seseuai dengan kerelaan Tu- potensial menghasilkan keuntungan dalam
han. Bagi masyarakat Jawa, kerelaan Tuhan jangka panjang. Pelanggan tidak berada di luar
menjadi tujuan utama untuk mendapatkan rizqi melainkan manunggal dalam kekayaan. Sehing-
yang berkah. Sebagai konsekwensinya adalah ga pada suatu saat tuna satak dianggap tidak
menyisihkan sebagian dari rizqi yang diterima berarti apa-apa jika kekayaan yang berupa
untuk diberikan kepada yang berhak. sanak pelanggan terus bertambah.
Bagi orang Jawa tidak berpikiran bahwa Dengan demikian sanak dapat dijadikan
pada saat mereka memberi harus kembali untuk mendefinisikan konsep kekayaan (aset)
kepadanya dalam bentuk kebaikan lain. Kita sebagai konsep dasar neraca. Neraca berbasis
harus ikhlas dan rila legowo pada saat mem- sanak sebagai kekayaan di samping aset lain,
bantu, menyumbang, atau meminjamkan sesua- kewajiban, dan ekuitas harus memiliki nilai ke-
tu kepada orang lain. Dalam konteks kebaikan seimbangan. Keseimbangan yang dimaksud
seperti itu, orang Jawa mengatakan bahwa adalah tidak hanya terkait dengan bagaimana
keikhlasannya adalah ibarat idhep-idhep nandur mendapatkan aliran kas masuk yang mencer-
pari jero (Suratno dan Astiyanto, 2009: 99). Pari minkan keuntungan melainkan investasi demi
jero artinya padi yang memerlukan waktu lama kepentingan sosial yang lebih luas sehingga
untuk dapat dipanen. akan menjamin keberlangsungan usaha.
Orang Jawa memiliki keyakinan bahwa
ada dua bentuk balasan kebaikansesuai
SIMPULAN
dengan ajaran agama Islamyaitu: pertama,
kebaikan yang dengan cepat/segera dibalas
dengan kebaikan. Kedua, kebaikan yang men- Berbicara tentang budaya Jawa sesungguhnya
dapat balasan dalam jangka waktu lama, yang dapat diibaratkan seperti berbicara tentang
biasanya diibaratkan dengan nandur pari jero. budaya belantara yang sangat luas dan kom-
Menanam kebaikan kepada seseorang yang tidak pleks. Hal itu disebabkan oleh sejarah perja-
mampu membalas kebaikan itu dipandang se- lanan hidup masyarakat Jawa yang amat
bagai nandur pari jero. Sehingga dengan demi- panjang dengan berbagai sistem budaya yang
kian konsep mamah mengandung makna bahwa turut melingkupinya. Tulisan ini ibarat ora ana
rizqi yang diperoleh dari hasil obah yang ber- sekuku irenge, sangat sempit dalam konteks bu-
nilai tambah untuk kepentingan sendiri, dan daya Jawa. Namun hasil penelusuran yang di-
makhluk lain. lakukan dapat menginspirasi bahwa praktik
akuntansi yang dijalankan dalam setting ala-
Sanak (Persaudaraan) sebagai Konsep Dasar miah para bakul pada umumnya sangat dipe-
Neraca ngaruhi oleh nilai-nilai kearifan budaya Jawa.
Nilai-nilai kearifan yang muncul mempe-
Ungkapan tuna satak bathi sanak sebenarnya me-
ngaruhi praktik akuntansi sangat bermanfaat
rupakan gambaran sikap rendah hati orang
untuk melakukan konstruksi akuntansi yang
Jawa. Menurut Suratno dan Astiyanto (2009:
bercorak Jawa. Hasil penelusuran yang dilaku-
270) Bathi sanak artinya tambah sedulur (tambah
kan terhadap nilai-nilai kearifan budaya Jawa
saudara; yang berarti juga tambah pelanggan).
menemukan konsep obah-mamah-sanak. Konsep-
Pada dasarnya, tidak ada seorang bakul peda-
konsep tersebut selanjutnya digunakan sebagai
gang yang bersedia merugi. Mereka pasti
penyusunan konsep dasar arus kas-nilai tam-
mencari untung agar profesinya sebagai peda-
bah-neraca.
gang tetap dapat bertahan.
Tulisan ini merupakan ide awal dalam
Cara berpikir orang Jawa tidak sesempit
melakukan konstruksi akuntansi di ranah bu-
yang dibayangkan. Mereka ternyata lebih me-
daya dan agama khususnya yeng bercorak
mentingkan going concern usahanya daripada
Jawa. Saran bagi para peneliti yang tertarik
menghindari kerugian dalam jangka pendek.
dengan nilai-nilai kearifan budaya Jawa adalah
Mengutamakan bathi sanak sama artinya me-
perlunya menelusuri lebih dalam setting ala-
nambah pelanggan sebanyak-banyaknya. Bagi
miah praktik akuntansi yang dijalankan. Di
orang Jawa pelanggan adalah ibarat aset yang
150 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 7, Nomor 2, September 2008: 144-150