Abdul Manan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Semarang
Email: ham11smg@gmail.com
Abstract
This study will focus on the actors and accounting users, which is a
representation of the economic activities of people in the middle to lower
society in Java society. Javanese culture affects business activities that
become the object of research. Javanese culture within Semarang gives
different style of accounting practice. Accounting practices that run due to
the influence of Javanese culture will lead to accounting practices that are
natural Java is to practice accounting based on memory and experience, so
get used. In addition, the purpose in presenting the information needed by
the internal party has been able to be met well by using a neat and
structured Java culture, although in the simplest form and not in
accordance with accounting in general.
yang kuat dan disiplin tinggi. Etos terkandung dalam hadist nabi yang
kerja ini diajarkan pertama kalinya diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, yang
oleh para orang tua kepada anaknya berbunyi: ”Kalau kalian benar-benar
ketika mereka sudah berumur akil bertawakal kepada Allah, niscaya
baligh. Nilai-nilai yang ditanamkan Allah memberi rizqi kepada kalian,
orang tua kepada anaknya tersebut sebagaimana burung-burung diberi
adalah terkait dengan kewajiban rizqi; pagi-pagi mereka
dalam mencari penghidupan meninggalkan sarang dalam keadaan
(pemenuhan kebutuhan hidup lapar, dan sore hari pulang dalam
sehari-hari). Mereka akan terus keadaan kenyang”.
mendorong anaknya dengan Dalam etos berbisnis orang
memberikan nilai-nilai yang arif dan Jawa sangat memegang prinsip-
memberikan sebuah perumpamaan- prinsip leluhurnya. Ketika memulai
perumpamaan sebagai tuladha untuk melakukan aktivitas bisnis
(contoh). Kata-kata arif yang sering para orang tua mengingatkan Gusti
diucapkan oleh orang tua kepada ora sare (Tuhan tidak tidur).
anaknya agar mau bekerja, misalnya Ungkapan ini memiliki makna
ana dina ana upa , artinya ada hari bahwa kita harus memulai aktivitas
pasti ada rezeki; aja sangga dengan memohon apa yang kita
uang“jangan berpangku tangan”; inginkan. Di samping itu ungkapan
obah-mamah, lebih lengkapnya tersebut memiliki nuansa persuasif
dalam sebuah nasehat sing sopo agar seseorang selalu berhati-hati
gelem obah bakal mamah, artinya sebelum berbuat (Suratno dan
siapa yang mau berusaha (bekerja) Astiyanto, 2009: 93). Tuhan selalu
pasti akan makan (Prabowo, 2003: mengawasi sehingga manusia harus
23). Nasehat tersebut memiliki arti memikirkan apakah tindakan yang
yang sangat dalam. Obah yang dilakukannya berpengaruh baik atau
berarti bergerak, menunjukkan buruk, baik bagi dirinya maupun
bahwa kita harus bekerja untuk orang lain.
mendapatkan mamah (makan) yang Prinsip penting orang Jawa
berarti rizki. dalam etos dagang adalah ungkapan
Bahkan tidak jarang orang tua jujur bakal mujur “jujur akan
yang memberikan gambaran kepada bahagia. Jadi orang Jawa
anaknya dengan ungkapan manuk berkeyakinan bahwa seseorang yang
esuk-esuk metu sak jerone luwe, berani dan selalu berperilaku jujur
mulih sore iso dadi wareg . Artinya akan mendapatkan kebahagiaan.
seekor burung pagi-pagi keluar Orang yang mampu berlaku jujur
dalam keadaan lapar, pulang sore akan memiliki keuntungan karena
dalam keadaan kenyang. Ungkapan apa pun alasannya, orang yang
ini menggambarkan bagaimana mampu bersikap jujur akan
seekor burung saja mampu mendapatkan ketenangan hati dan
memenuhi kebutuhan hidupnya dirinya tidak merasa bersalah.
setiap hari. Menurut falsafah Pikiran cerdik dalam berdagang
tersebut manusia seharusnya orang Jawa adalah dengan
memiliki kemampuan yang lebih menghindari kegedhen empyak
dari seekor burung. Ungkapan kurang cagak, artinya terlalu besar
tersebut sebenarnya diambil dari rangka atap kurang tiang.
sebuah ajaran Islam yang Ungkapan Jawa tersebut sebagai