Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN

HUBUNGAN PERILAKU AKUNTANSI TERHADAP PELAPORAN


LAPORAN KEUANGAN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Akuntansi
Keperilakuan Semester V
Dosen Pengampu: Dr. Mulyanto, S.E., S.H., M.Si., M.M.

Disusun Oleh:
NAMA : ALIF KOHARUDIN
NIM : 201312180

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS

1
2015

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Akuntansi merupakan suatu sistem dan prosedur untuk menghasilkan


informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam
pengambilan keputusan. Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu pemakai internal (internal user) dan pemakai
eksternal (external user). Pemakaian oleh pihak internal dimaksudkan
untuk melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Pihak eksternal juga
memiliki suatu rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan organisasi.

Keterampilan matematis sekarang ini telah berperan dalam


menganalisis permasalahan keuangan yang kompleks. Begitu pula
dengan kemajuan tehnologi komputer akuntansi yang memungkinkan
informasi dapat tersedia dengan cepat. Tetapi, seberapa canggih pun
prosedur akuntansi yang ada, informasi yang dapat disediakan pada
dasarnya bukanlah merupakan suatu tujuan akhir. Tujuan informasi
tersebut adalah memberikan petunjuk untuk memilih tindakan yang paling
baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis
dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan keputusan tersebut
melibatkan berbagai aspek termasuk perilaku dari para pengambil
keputusan. Dengan demikian akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek
perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi akuntansi.

Kesempurnaan teknis tidak pernah mampu mencegah orang untuk


mengetahui bahwa tujuan jasa akuntansi bukan hanya sekedar teknik
yang didasarkan pada efektivitas dari segala prosedur akuntansi,
melainkan bergantung pada bagaimana perilaku orang-orang di dalam

3
organisasi. Berbagai pelanggaran tentang perilaku dari orang-orang yang
berwenang dalam mengelola dan menghasilkan informasi keuangan guna
memudahkan dalam pengambilan keputusan semakin marak terjadi
sekarang ini. Pelanggaran ini diakibatkan karena kurangnya kesadaran
akan perilaku etis dalam organisasi. Dampak kerugiannya bukan hanya di
dalam perusahaan saja (intern) tapi berdampak pula pada pihak ekstern
dan pemerintah serta masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini permasalahan yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimana sejarah dan perkembangan akuntansi


keperilakuan ?
2. Apa pengertian, konsep dan ruang lingkup akuntansi
keperilakuan ?
3. Mengapa perlu mempertimbangkan akuntansi keperilakuan
dalam suatu organisasi ?
4. Bagaimana hubungan perilaku akuntansi berpengaruh terhadap
pelaporan laporan keuangan?
5. Pelanggaran apa sajakah yang terjadi akibat dari perilaku yang
kurang etis dibidang akuntansi ?

1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka yang menjadi


tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sejarah dan perkembangan akuntansi keperilakuan.

4
2. Mengetahui pengertian, konsep dan ruang lingkup dalam
akuntansi keperilakuan.
3. Memahami perlunya mempertimbangkan perilaku akuntan
dalam suatu organisasi.
4. Memahami hubungan penyajian dalam pelaporan laporan
keuangan dengan perilaku seorang akuntan.
5. Mengetahui pelanggaran-pelanggaran yang terjadi akibat dari
perilaku yang kurang etis dibidang akuntansi agar menjadi
pelajaran bagi generasi penerus kedepannya untuk tidak
melakukan hal yang sama.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang


secara luas berhubungan dengan perilaku individu, kelompok, dan
organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan proses informasi
akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan atau perilaku dari
non akuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan
(Hofstede dan Kinerd, 1970). Riset akuntansi keperilakuan meliputi
masalah yang berhubungan dengan:

1. Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.


2. Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam
penyusunan anggaran, karakteristik sistem informasi, dan fungsi
audit terhadap perilaku baik karyawan, manajer, investor, maupun
Wajib Pajak.
3. Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan
pengunaan pertimbangan dalam pembuatan keputusan

5
Akuntansi Keperilakuan mulai berkembang sejak Profesor Schuyler
Dean Hollet dan Profesor Chris Argyris melakukan suatu penelitian di
tahun 1951 tentang “Pengaruh Anggaran pada Orang” (The Impact of
Budget on People). Penelitian tersebut disponsori oleh Controllership
Foundation of America. Sejak penelitian tersebut, topik-topik penelitian
yang mengkaitkan akuntansi dan manusia berkembang pesat. Sejumlah
penjelasan dan kesimpulan dari hasil riset mengenai perangkap
keperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran dalam banyak
pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu
disempurnakan.

Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam


disertasinya telah menggali pengaruh anggaran motivasional dengan
menggunakan suatu eksperimen analog. Selanjutnya disusul oleh karya
Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang memfokuskan pada
akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Riset-
riset ini berlanjut pada tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh
Mock (1969-1973), Barefield (1972), Magee dan Dickhout (1978),
Benbasat dan Dexter (1979). Fokus dari studi-studi tersebut adalah pada
akuntansi manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran dari
pengaruh fungsi akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi
oleh pembuat keputusan. Studi yang mempengaruhi bidang ini dilakukan
oleh Ashton (1974) dan Libby (1975), yang membantu membentuk suatu
standar dalam desain eksperimental dan validitas internal untuk
pertimbangan riset yang diikuti.

Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai


akuntansi keperilakuan semakin meningkat. Artikel pertama
menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan, sementara artikel
selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan
keperilakuan dalam kaitannya dengan akuntansi serta implikasinya bagi
prinsip-prinsip akuntansi dan praktisnya. Pertumbuhan studi akuntansi

6
keperilakuan mulai muncul dan berkembang, terutama diprakarsai oleh
akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspek-aspek perilaku pada
akuntansi menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini.

Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu


keperilakuan (behavior science), teori-teori akuntansi keperilakuan
dikembangkan dari riset empiris atas perilaku manusia dalam organisasi.
Dengan demikian, peranan riset dalam pengembangan ilmu itu sendiri
tidak diragukan lagi.

Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif

Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi


manajemen masih sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada
masalah-masalah perhitungan harga pokok produk. Seiring dengan
perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas dengan
diangkatnya topic mengenai penyusunan anggaran, akuntansi
pertanggungjawaban, dan masalah harga transfer. Meskipun demikian,
berbagai riset tersebut masih bersifat normatif. Pada tahun 1952 C.
Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain riset akuntansi
manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya
usaha untuk menghubungkan desain system pengendalian manajemen
suatu organisasi dengan perilaku manusia. Sejak saat itu, desain riset
lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa menggambarkan kondisi
nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi.

Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi

Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan


universal (universalistic approach), seperti riset Argyris (1952), Hopwood
(1972), dan Otley (1978). Tetapi, karena pendekatan ini memiliki banyak

7
kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain yang selanjutnya
mendapat perhatian besar dalam bidang riset, yaitu pendekatan
kontinjensi (contingency approach). Berbagai riset yang menggunakan
pendekatan kontinjensi dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi berbagai
variabel kontinjensi yang mempengaruhi perancangan dan penggunaan
sistem pengendalian manajemen. Secara ringkas, berbagai variabel
kontinjensi yang mempengaruhi desain system pengendalian manajemen
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ketidakpastian (uncertainty) seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan


faktor-faktor eksternal lainnya.
2. Teknologi dan saling ketergantungan (technology and
interdependence) seperti proses produksi, produk masal, dan
lainnya.
3. Industri, perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk ke
dalam industri, rasio konsentrasi, dan ukuran perusahaan.
4. Strategi kompetitif (competitive strategy) seperti penggunaan biaya
rendah atau keunikan.
5. Faktor-faktor yang dapat diamati (observability factor) seperti
desentralisasi, sentralisasi, budaya organisasi dan lainnya

Chenhall dan Morris meneliti tentang hubungan antara variabel


kontinjensi ketidakpastian lingkungan dan ketergantungan organisasi
terhadap hubungan antara struktur organisasi dan persepsi atas manfaat
sistem akuntansi.

2.2 TINJAUAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN

 Pengertian dan konsep Akuntansi Keperilakuan

Akuntansi Keperilakuan (Behavioral Accounting) merupakan bagian


dari disiplin akuntansi yang mempelajari tentang hubungan antara perilaku

8
manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi sosial dari organisasi
dimana manusia dan sistem akuntansi tersebut berada. Jadi, terdapat tiga
pilar utama Akuntansi Keperilakuan yaitu: perilaku manusia, akuntansi,
dan organisasi. Untuk itulah maka sering dikatakan pula bahwa Akuntansi
Keperilakuan merupakan bidang studi yang mempelajari aspek manusia
dari akuntansi (human factors of accounting). Dalam perkembangan
selanjutnya bahkan diperluas lagi bagaimana akuntasi dan masyarakat
saling mempengaruhi, sehingga aspek sosial dari Akuntansi (social aspect
of accounting) juga sering dimasukkan sebagai bagian dari Akuntansi
Keperilakuan.

Binberg dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi


keperilakuan dalam lima aliran (school) , yaitu :

1. Pengendalian manajemen (management control)

2. Pemrosesan informasi akuntansi (accounting information


processing)

3. Desain sistem informasi (information system design)

4. Riset audit (audit research)

5. Sosiologi organisasional (organizational sociology)

Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih


disebabkan karena akuntansi secara simultan dihadapkan dengan ilmu-
ilmu social secara menyeluruh. Akuntansi keperilakuan menggunakan
metodelogi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi gambaran
informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang
mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka. Akuntansi
keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan
teknik berikut ini :

1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap


orang-orang dan kinerja perusahaan

9
2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang
relevan terhadap perencanaan strategis

3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan


keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan

 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam akuntansi keperilakuan, antara lain :

 Reaksi manusia terhadap format dan isi dari pelaporan keuangan.


 Bagaimana informasi diproses untuk keperluan pengambilan
keputusan
 Pengembangan teknik-teknik pelaporan untuk mengkomunikasikan
data kepada penggunanya.
 Pengembangan strategi untuk memotivasi dan mempengaruhi
perilaku, inspirasi, dan tujuan orang-orang yang menjalankan
organisasi.
 Dan hal-hal lain yang mengaitkan akuntansi, manusia, organisasi,
dan masyarakat.

Hal-hal yang dipelajari dalam Akuntansi Keperilakuan tersebut apabila


diringkas, pada dasarnya meliputi hal-hal sebagai berikut:

 Pengaruh perilaku manusia didalam perancangan, penyusunan dan


penggunaan sistem akuntansi
 Pengaruh sistem akuntansi pada perilaku manusia
 Metoda-metoda untuk memprediksi dan strategi-strategi untuk
mengubah perilaku manusia.

Secara lebih terperinci ruang lingkup akuntansi keperilakuan meliputi:

 Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap


konstruksi, bangunan, dan penggunaan sistem informasi yang

10
diterapkan dalam perusahaan dan organisasi, yang berarti
bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan manajemen
mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi dan desain organisasi;
apakah desain sistem pengendalian akuntansi bisa diterapkan
secara universal atau tidak.
 Mempelajari pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap perilaku
manusia, yang berarti bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi
kinerja, motivasi, produktivitas, pengambilan keputusan, kepuasan
kerja dan kerja sama.
 Metode untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dan
strategi untuk mengubahnya, yang berarti bagaimana sistem
akuntansi dapat dipergunakan untuk mempengaruhi perilaku, dan
bagaimana mengatasi resistensi itu. Disini muncul istilah freezing
(membekukan) dan unfreezing (mencairkan). Contohnya
perubahan sistem. Perubahan sistem bukanlah sesuatu yang
mudah, tetapi perlu upaya untuk sampai pada aplikasi sistem itu
sendiri karena bisa jadi ada resistensi di situ.

2.3 PERLUNYA MEMPERTIMBANGKAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN


DALAM SUATU ORGANISASI

Akuntansi bukanlah sesuatu yang statis, tetapi akan selalu


berkembang sesuai dengan pekembangan lingkungan akuntansi serta
kebutuhan organisasi akan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya
(Khomsiah dalam Arfan & Ishak, 2005). Berdasarkan pemikiran tersebut,
manusia dan faktor sosial secara jelas didesain dalam aspek-aspek
operasional utama dari seluruh sistem akuntansi. Dan para akuntan belum
pernah mengoperasikan akuntansi pada sesuatu yang fakum. Para
akuntan secara berkelanjutan membuat beberapa asumsi mengenai
bagaimana mereka membuat orang termotivasi, bagaimana mereka
menginterpretasikan dan menggunakan informasi akuntansi, dan

11
bagaimana sistem akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan manusia
dan mempengaruhi organisasi.

Penjelasan di atas menunjukan adanya aspek keperilakuan pada


akuntansi, baik dari pihak pelaksana (penyusun informasi) maupun dari
pihak pemakai informasi akuntansi. Pihak pelaksana (penyusun informasi
akuntansi) adalah seseorang atau kumpulan orang yang mengoperasikan
sistem informasi akuntansi dari awal sampai terwujudnya laporan
keuangan. Pengertian ini menjelaskan bahwa pelaksana memainkan
peranan penting dalam menopang kegiatan organisasi. Dikatakan penting
sebab hasil kerjanya dapat memberikan manfaat bagi kemajuan
organisasi dalam bentuk peningkatan kinerja melalui motivasi kerja dalam
wujud penetapan standar-standar kerja. Standar-standar kerja tersebut
dapat dihasilkan dari sistem akuntansi. Dapat diperkirakan apa yang akan
terjadi ketika pelaksana sistem informasi akuntansi tidak memahami dan
memiliki kerja yang diharapkan. Bukan saja laporan yang dihasilkan tidak
handal dalam pengambilan keputusan, tetapi juga sangat berpotensi untuk
menjadi bias dalam memberikan evaluasi kinerja unit maupun individu
dalam organisasi.

Untuk itu motivasi dan perilaku dari pelaksana menjadi aspek penting
dari suatu sistem informasi akuntansi. Di sisi lain, pihak pemakai laporan
keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: pihak intern
(manajemen) dan pihak ekstern (pemerintah, investor/calon investor,
kreditur/calon kreditur, dan lain sebagainya). Bagi pihak intern, informasi
akuntansi akan digunakan untuk motivasi dan penilaian kinerja.
Sedangkan bagi pihak ekstern, akan digunakan untuk penilaian kinerja
sekaligus sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bisnis. Di samping
itu pihak ekstern, juga perlu mendiskusikan berbagai hal terkait dengan
informasi yang disediakan sebab mereka mempunyai suatu rangkaian
perilaku yang dapat mempengaruhi tindakan pengambilan keputusan
bisnisnya. Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa riset akuntansi

12
mulai mencoba menghubungkan dan menganggap penting untuk
memasukkan aspek keperilakuan dalam akuntansi.Sejak meningkatnya
orang yang sudah memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek
perilaku dari akuntansi, terdapat suatu kecenderungan untuk memandang
secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih subtansial.
Perspektif perilaku menurut pandagan ini telah dipenuhi dengan baik
sehingga membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih
bisa diterima oleh para manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan
akuntansi mungkin juga telah sampai pada puncak permasalahan yang
rumit dan gagasan akuntansi dapat muncul dari beberapa nilai yang ada.
Tetapi, pertimbangan perilaku dan sosial tidak berarti mengubah dari
tugas akuntansi secara radikal. Namun mulai mengembangkan perspektif
dalam mendekati beberapa pengertian yang mendalam mengenai
pemahaman atas perilaku manusia pada organisasi.

2.4 HUBUNGAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN TERHADAP


PELAPORAN LAPORAN KEUANGAN

Perkembangan organisasi bisnis saat ini penuh dengan persyaratkan


untuk melaporkan informasi kepada pihak lain tentang siapa atau apa,
bagaimana menjalankan organisasi, dan untuk siapa harus
bertanggungjawab. Hal ini pada umumnya disebut sebagai ”persyaratan”
pelaporan, meskipun beberapa diantaranya mungkin tidak dapat
dipaksakan. Intisari dari proses akuntansi adalah komunikasi atas
informasi yang memiliki implikasi keuangan atau manajemen. Karena
pengumpulan atau pelaporan informasi mengkonsumsi sumber daya,
biasanya hal tersebut tidak dilakukan secara suka rela kecuali pembuat
informasi yakin bahwa hal ini akan mempengaruhi penerima untuk
berperilaku sebagaimana yang diinginkan oleh pelapor/pembuat.

13
Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku dalam beberapa
cara, diantaranya adalah:

1. Antisipasi penggunaan informasi. Persyaratan pelaporan


kemungkinan besar akan mempengaruhi perilaku pembuat ketika
informasi yang dilaporkan merupakan deskripsi mengenai perilaku
pembuat itu sendiri, atau untuk mana pembuat tersebut akan
bertanggung jawab. Semakin informasi yang dilaporkan
mencerminkan sesuatu yang dapat dikendalikan oleh pembuat,
maka akan semakin besar kemungkinan bahwa perilku pembuat
akan dimodifikasi. Pembuat dapat merasa cukup pasti bahwa
perubahan dalam perilaku akan mengarah pada perubahan yang
diinginkan dalam informasi yang dilaporkan.
2. Prediksi pengirim mengenai penggunaan informasi. Kadang kala
penerima menyatakan secara jelas bagaimana mereka
menginginkan pembuat laporan berperilaku, meskipun sulit untuk
dicapai secara simultan seperti: laba jangka pendek yang tinggi,
pertumbuhan jangka panjang, atau citra publik yang baik. Apabila
pembuat laporan bertanggung jawab kepada penerima maka ia
akan berperilaku dalam cara-cara yang menyenangkan mengenai
apa yang harus dilaporkan, mengenai tindakan dan hasil yang
manakah yang penting bagi penerima. Namun ketika orang
tidak merasa pasti mengenai bagaimana informasi tersebut akan
digunakan, maka pembuat laporan memiliki pekerjaan sulit untuk
memprediksi kapan dan bagaimana informasi tersebut akan
digunakan. Kemungkinan besar akan mendasarkan pada prediksi
sesuai dalam situasi yang serupa dalam pengalamannya atau
bagaimana mereka akan menggunkannya jika berada pada
penerima informasi tersebut.
3. Insentif/sanksi. Kekuatan dan sifat dari penerima terhadap pembut
laporan adalah penentu yang penting dalam mengubah

14
perilakunya. Semakin besar potensi yang ada untuk memberikan
penghargaan atau sanksi semakin hati-hati pembuat laporan akan
bertindak dan memastikan bahwa informasi yang dilaporkan dapat
diterima. Misalnya saja, mahasiswa kemungkinan besar akan
mengerjakan tugasnya ketika tugas tersebut dikumpulkan dan
diberi nilai dibandingka jika tidak, meskipun manfaat pembelajaran
dalam kedua kasus tersebut adalah sama.
4. Penentuan waktu. Waktu adalah faktor penting dalam menentukan
apakah persyaratan pelaporan akan menyebabkan perubahan
dalam perilaku pembuat laporan atau tidak. Supaya persyaratan
pelaporan dapat menyebabkan perubahan perilakunya, ia harus
mengetahui persyaratan tersebut sebelum ia bertindak. Sehingga
jika persyaratan plaporan yang sebelumya dikenakan setelah
perilaku yang dilaporkan, maka akan dapat diketahui pada
pembuatan laporan berikutnya.
5. Pengarahan perhatian. Suatu persyaratan pelaporan dapat
menyebabkan pembuat mengubah perilakunya. Hal itu
kemungkinan informasi memiliki suatu cara untuk mengarahkan
perhatian pada bidang-bidang yang berkaitan dengannya, yang
dapat mengarah pada perubahan perilaku.

Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku disemua bidang


akuntansi: keuangan, perpajakan, akuntansi manajerial dan akuntansi
sosial. Secara terperinci dampak tersebut dapat dijelaskan di bawah ini.

 Akuntansi keuangan. Terdapat beberapa prinsip akuntansi yag


diterapkan setelah diperdebatkan terlebih dahulu mengenai
dampak mengenai yang ditimbulkannya. Beberapa hal yang
kontraversial dari pernyataan standar akuntansi tersebut
merupakan contoh mengenai bagaimana prinsip akuntansi
mempengaruhi perilaku. Contoh-contoh tersebut meliputi:
”Bagaimana perlakuan atas kerugian akibat melemahnya mata

15
uang rupiah terhadap dolar?” dan ”bagaimana perlakuan atas
kelebihan nilai pembayaran kontrak utang dalam mata uang
asing?”. Setelah mengalami proses perdebatan dari berbagai
kelompok (pemerintah, praktisi bisnis, akademisi) melahirkan
ISAK (Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan) No. 4 yang
menginterpretasikan PSAK (Peryataan Standar Akuntansi
Keuangan) No. 10 mengenai transaksi dalam mata uang asing.
Dalam interpretasi tersebut dinyatakan bahwa kerugian yang
ditimbulkan oleh tigkat inflasi yang luar biasa (di atas 133%) dan
melibatkan transaksi operasi dalam mata uang dolar dapat
dikapitalisasi oleh organisasi/perusahaan. Prinsip akuntansi
yang kontraversial lainnya termasuk perlakuan atas biaya
penelitian dan pengembangan, serta persyaratan pelaporan
akuntansi atas inflasi yang mengharuskan dibuatnya
penyesuaian dalam laporan keuangan. Demikian pula halnya
dengan akuntansi untuk minyak dan gas bumi.
 Akuntansi perpajakan. Umumnya persyaratan pelaporan
akuntansi perpajakan dipandang rumit dan sulit bagi banyak
pembayar pajak. Beberapa persyaratan telah dikenakan tidak
hanya kepada pembayar pajak, tetapi juga pada pihak lain
seperti karyawan dengan maksud untuk membuat hukum pajak
lebih dipatuhi. Suatu keharusan catatan yang rinci atas
pengurangan beban bisnis merupakan contoh yang paling baru
dan kontraversial mengenai dampak perilaku dari persyaratan
pelaporan pajak. Yang dalam faktanya, catatan rinci tersebut
tidak perlu dilaporkan tetapi pembayar pajak dan penyusun
pajak diharuskan untuk melaporkan bahwa catatan itu disimpan
dan tersedia untuk diperiksa.
 Akuntansi manajerial. Manajemen dapat memberlakukan
persyaratan pelaporan internal apapun yang diinginkannya
kepada bawahan. Pos-pos yang dilaporkan dapat bersifat

16
keuangan, operasional, sosial atau suatu kombinasi. Tetapi
hanya terdapat sedikit data akuntansi manajemen yang tersedia
bagi publik karena data tersebut jarang dilaporkan diluar
organisasi. Disamping itu sangat sulit untuk digeneralisasi
karena setiap organsasi memiliki sistem akuntansi manajemen
yang berbeda-beda.
 Akuntansi sosial. Masih terdapat relatif sedikit mengenai
dampak dari akuntansi sosial bagi publik karena akuntansi
sosial adalah bidang perhatian yang masih relatif baru. Salah
satu bidang pembahasan dari akuntansi sosial adalah delima
penyusunan laporan, polusi dan keamanan produk.

2.5 PELANGGARAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI

Kasus KAP Anderson dan Enron

Kasus KAP Anderson dan Enron terungkap saat Enron mendaftarkan


kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu
terungkap, terdapat hutang perusahaan yang tidak dilaporkan, yang
menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang dalam
jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP
Anderson mempertahankan Enron sebagai klien perusahaan dengan
memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumen atas
kebangkrutan Enron, dimana sebelumnya Enron menyatakan bahwa
periode pelaporan keuangan yang bersangkutan tersebut, perusahaan
mendapatkan laba bersih sebesar $ 393 juta, padahal pada periode
tersebut perusahaan mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang
disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
yang didirikan oleh Enron.

17
BAB III

18
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Akuntansi Keperilakuan (Behavioral Accounting) merupakan bagian


dari disiplin akuntansi yang mempelajari tentang hubungan antara perilaku
manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi sosial dari organisasi
dimana manusia dan sistem akuntansi tersebut berada. Jadi, terdapat tiga
pilar utama Akuntansi Keperilakuan yaitu: perilaku manusia, akuntansi,
dan organisasi. Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan
lebih disebabkan karena akuntansi secara simultan dihadapkan dengan
ilmu-ilmu social secara menyeluruh. Akuntansi keperilakuan
menggunakan metodelogi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi
gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia
yang mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka.

Akuntansi Keperilakuan mulai berkembang sejak Profesor Schuyler


Dean Hollet dan Profesor Chris Argyris melakukan suatu penelitian di
tahun 1951 tentang “Pengaruh Anggaran pada Orang” (The Impact of
Budget on People). Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku
dalam beberapa cara, diantaranya adalah: Antisipasi penggunaan
informasi, prediksi pengirim mengenai penggunaan informasi,
Insentif/sanksi, Penentuan waktu, Pengarahan perhatian. Persyaratan
pelaporan dapat mempengaruhi perilaku disemua bidang akuntansi:
keuangan, perpajakan, akuntansi manajerial dan akuntansi sosial.
Pelanggaran-pelanggaran dibidang akuntansi yang terjadi sangat
merugikan baik bagi profesi akuntansinya, pemerintah maupun
masyarakat. Akibat adanya pelanggaran tersebut kepercayaan
masyarakat akan berkurang terhadap akuntan. Oleh sebab itu, perilaku
seorang akuntan sangat berdampak terhadap tugas dan pekerjaannya
serta pandangan masyarakat terhadapnya. Dengan adanya ilmu
akuntansi keperilakuan yang diimplementasikan maka keberhasilan dalam

19
suatu organisasi akan diraih dengan mudah tanpa perlu melakukan
kecurangan yang menyebabkan kerugian baik untuk pihak internal
maupun eksternal.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Ataina, 2002, Perkembangan Riset Akuntansi Keperilakuan


Berbagai Teori dan Pendekatan yang Melandasi, JAAI, Vol. 6 No.2,
Desember.

Arfan, Ikhsan Lubis. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta : Salemba Empat,


2005.

http://mulydelavega.blogspot.com/2009/06/pentingnya-laporan-kinerja-
keuangan.html

http://keuanganlsm.com/article/artikel-akuntansi

20

Anda mungkin juga menyukai