Disusun Oleh:
NAMA : ALIF KOHARUDIN
NIM : 201312180
1
2015
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
organisasi. Berbagai pelanggaran tentang perilaku dari orang-orang yang
berwenang dalam mengelola dan menghasilkan informasi keuangan guna
memudahkan dalam pengambilan keputusan semakin marak terjadi
sekarang ini. Pelanggaran ini diakibatkan karena kurangnya kesadaran
akan perilaku etis dalam organisasi. Dampak kerugiannya bukan hanya di
dalam perusahaan saja (intern) tapi berdampak pula pada pihak ekstern
dan pemerintah serta masyarakat.
4
2. Mengetahui pengertian, konsep dan ruang lingkup dalam
akuntansi keperilakuan.
3. Memahami perlunya mempertimbangkan perilaku akuntan
dalam suatu organisasi.
4. Memahami hubungan penyajian dalam pelaporan laporan
keuangan dengan perilaku seorang akuntan.
5. Mengetahui pelanggaran-pelanggaran yang terjadi akibat dari
perilaku yang kurang etis dibidang akuntansi agar menjadi
pelajaran bagi generasi penerus kedepannya untuk tidak
melakukan hal yang sama.
BAB II
PEMBAHASAN
5
Akuntansi Keperilakuan mulai berkembang sejak Profesor Schuyler
Dean Hollet dan Profesor Chris Argyris melakukan suatu penelitian di
tahun 1951 tentang “Pengaruh Anggaran pada Orang” (The Impact of
Budget on People). Penelitian tersebut disponsori oleh Controllership
Foundation of America. Sejak penelitian tersebut, topik-topik penelitian
yang mengkaitkan akuntansi dan manusia berkembang pesat. Sejumlah
penjelasan dan kesimpulan dari hasil riset mengenai perangkap
keperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran dalam banyak
pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu
disempurnakan.
6
keperilakuan mulai muncul dan berkembang, terutama diprakarsai oleh
akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspek-aspek perilaku pada
akuntansi menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini.
7
kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain yang selanjutnya
mendapat perhatian besar dalam bidang riset, yaitu pendekatan
kontinjensi (contingency approach). Berbagai riset yang menggunakan
pendekatan kontinjensi dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi berbagai
variabel kontinjensi yang mempengaruhi perancangan dan penggunaan
sistem pengendalian manajemen. Secara ringkas, berbagai variabel
kontinjensi yang mempengaruhi desain system pengendalian manajemen
tersebut adalah sebagai berikut:
8
manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi sosial dari organisasi
dimana manusia dan sistem akuntansi tersebut berada. Jadi, terdapat tiga
pilar utama Akuntansi Keperilakuan yaitu: perilaku manusia, akuntansi,
dan organisasi. Untuk itulah maka sering dikatakan pula bahwa Akuntansi
Keperilakuan merupakan bidang studi yang mempelajari aspek manusia
dari akuntansi (human factors of accounting). Dalam perkembangan
selanjutnya bahkan diperluas lagi bagaimana akuntasi dan masyarakat
saling mempengaruhi, sehingga aspek sosial dari Akuntansi (social aspect
of accounting) juga sering dimasukkan sebagai bagian dari Akuntansi
Keperilakuan.
9
2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang
relevan terhadap perencanaan strategis
Ruang Lingkup
10
diterapkan dalam perusahaan dan organisasi, yang berarti
bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan manajemen
mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi dan desain organisasi;
apakah desain sistem pengendalian akuntansi bisa diterapkan
secara universal atau tidak.
Mempelajari pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap perilaku
manusia, yang berarti bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi
kinerja, motivasi, produktivitas, pengambilan keputusan, kepuasan
kerja dan kerja sama.
Metode untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dan
strategi untuk mengubahnya, yang berarti bagaimana sistem
akuntansi dapat dipergunakan untuk mempengaruhi perilaku, dan
bagaimana mengatasi resistensi itu. Disini muncul istilah freezing
(membekukan) dan unfreezing (mencairkan). Contohnya
perubahan sistem. Perubahan sistem bukanlah sesuatu yang
mudah, tetapi perlu upaya untuk sampai pada aplikasi sistem itu
sendiri karena bisa jadi ada resistensi di situ.
11
bagaimana sistem akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan manusia
dan mempengaruhi organisasi.
Untuk itu motivasi dan perilaku dari pelaksana menjadi aspek penting
dari suatu sistem informasi akuntansi. Di sisi lain, pihak pemakai laporan
keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: pihak intern
(manajemen) dan pihak ekstern (pemerintah, investor/calon investor,
kreditur/calon kreditur, dan lain sebagainya). Bagi pihak intern, informasi
akuntansi akan digunakan untuk motivasi dan penilaian kinerja.
Sedangkan bagi pihak ekstern, akan digunakan untuk penilaian kinerja
sekaligus sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bisnis. Di samping
itu pihak ekstern, juga perlu mendiskusikan berbagai hal terkait dengan
informasi yang disediakan sebab mereka mempunyai suatu rangkaian
perilaku yang dapat mempengaruhi tindakan pengambilan keputusan
bisnisnya. Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa riset akuntansi
12
mulai mencoba menghubungkan dan menganggap penting untuk
memasukkan aspek keperilakuan dalam akuntansi.Sejak meningkatnya
orang yang sudah memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek
perilaku dari akuntansi, terdapat suatu kecenderungan untuk memandang
secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih subtansial.
Perspektif perilaku menurut pandagan ini telah dipenuhi dengan baik
sehingga membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih
bisa diterima oleh para manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan
akuntansi mungkin juga telah sampai pada puncak permasalahan yang
rumit dan gagasan akuntansi dapat muncul dari beberapa nilai yang ada.
Tetapi, pertimbangan perilaku dan sosial tidak berarti mengubah dari
tugas akuntansi secara radikal. Namun mulai mengembangkan perspektif
dalam mendekati beberapa pengertian yang mendalam mengenai
pemahaman atas perilaku manusia pada organisasi.
13
Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku dalam beberapa
cara, diantaranya adalah:
14
perilakunya. Semakin besar potensi yang ada untuk memberikan
penghargaan atau sanksi semakin hati-hati pembuat laporan akan
bertindak dan memastikan bahwa informasi yang dilaporkan dapat
diterima. Misalnya saja, mahasiswa kemungkinan besar akan
mengerjakan tugasnya ketika tugas tersebut dikumpulkan dan
diberi nilai dibandingka jika tidak, meskipun manfaat pembelajaran
dalam kedua kasus tersebut adalah sama.
4. Penentuan waktu. Waktu adalah faktor penting dalam menentukan
apakah persyaratan pelaporan akan menyebabkan perubahan
dalam perilaku pembuat laporan atau tidak. Supaya persyaratan
pelaporan dapat menyebabkan perubahan perilakunya, ia harus
mengetahui persyaratan tersebut sebelum ia bertindak. Sehingga
jika persyaratan plaporan yang sebelumya dikenakan setelah
perilaku yang dilaporkan, maka akan dapat diketahui pada
pembuatan laporan berikutnya.
5. Pengarahan perhatian. Suatu persyaratan pelaporan dapat
menyebabkan pembuat mengubah perilakunya. Hal itu
kemungkinan informasi memiliki suatu cara untuk mengarahkan
perhatian pada bidang-bidang yang berkaitan dengannya, yang
dapat mengarah pada perubahan perilaku.
15
uang rupiah terhadap dolar?” dan ”bagaimana perlakuan atas
kelebihan nilai pembayaran kontrak utang dalam mata uang
asing?”. Setelah mengalami proses perdebatan dari berbagai
kelompok (pemerintah, praktisi bisnis, akademisi) melahirkan
ISAK (Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan) No. 4 yang
menginterpretasikan PSAK (Peryataan Standar Akuntansi
Keuangan) No. 10 mengenai transaksi dalam mata uang asing.
Dalam interpretasi tersebut dinyatakan bahwa kerugian yang
ditimbulkan oleh tigkat inflasi yang luar biasa (di atas 133%) dan
melibatkan transaksi operasi dalam mata uang dolar dapat
dikapitalisasi oleh organisasi/perusahaan. Prinsip akuntansi
yang kontraversial lainnya termasuk perlakuan atas biaya
penelitian dan pengembangan, serta persyaratan pelaporan
akuntansi atas inflasi yang mengharuskan dibuatnya
penyesuaian dalam laporan keuangan. Demikian pula halnya
dengan akuntansi untuk minyak dan gas bumi.
Akuntansi perpajakan. Umumnya persyaratan pelaporan
akuntansi perpajakan dipandang rumit dan sulit bagi banyak
pembayar pajak. Beberapa persyaratan telah dikenakan tidak
hanya kepada pembayar pajak, tetapi juga pada pihak lain
seperti karyawan dengan maksud untuk membuat hukum pajak
lebih dipatuhi. Suatu keharusan catatan yang rinci atas
pengurangan beban bisnis merupakan contoh yang paling baru
dan kontraversial mengenai dampak perilaku dari persyaratan
pelaporan pajak. Yang dalam faktanya, catatan rinci tersebut
tidak perlu dilaporkan tetapi pembayar pajak dan penyusun
pajak diharuskan untuk melaporkan bahwa catatan itu disimpan
dan tersedia untuk diperiksa.
Akuntansi manajerial. Manajemen dapat memberlakukan
persyaratan pelaporan internal apapun yang diinginkannya
kepada bawahan. Pos-pos yang dilaporkan dapat bersifat
16
keuangan, operasional, sosial atau suatu kombinasi. Tetapi
hanya terdapat sedikit data akuntansi manajemen yang tersedia
bagi publik karena data tersebut jarang dilaporkan diluar
organisasi. Disamping itu sangat sulit untuk digeneralisasi
karena setiap organsasi memiliki sistem akuntansi manajemen
yang berbeda-beda.
Akuntansi sosial. Masih terdapat relatif sedikit mengenai
dampak dari akuntansi sosial bagi publik karena akuntansi
sosial adalah bidang perhatian yang masih relatif baru. Salah
satu bidang pembahasan dari akuntansi sosial adalah delima
penyusunan laporan, polusi dan keamanan produk.
17
BAB III
18
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
19
suatu organisasi akan diraih dengan mudah tanpa perlu melakukan
kecurangan yang menyebabkan kerugian baik untuk pihak internal
maupun eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
http://mulydelavega.blogspot.com/2009/06/pentingnya-laporan-kinerja-
keuangan.html
http://keuanganlsm.com/article/artikel-akuntansi
20