Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/361135545

STRESS DI TEMPAT KERJA, SUMBER DAN SOLUSINYA

Preprint · June 2022

CITATIONS READS

0 748

3 authors, including:

Nanda Dafa Nurfajar


Universitas Muhammadiyah Surabaya
9 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

STRESS DI TEMPAT KERJA SUMBER DAN SOLUSINYA View project

All content following this page was uploaded by Nanda Dafa Nurfajar on 07 June 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MAKALAH PERILAKU ORGANISASI 7

STRES DI TEMPAT KERJA, SUMBER DAN SOLUSINYA

NANDA DAFA NURFAJAR

Dosen Pengampu : Dr. Drs.Ec. Sentot Imam Wahjono, M.Si

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

APRIL 2022
TUJUAN

Tujuan dari makalah ini untuk memahami bahwa stres tidak berbanding lurus dengan kinerja,
karena pada tingkatan tertentu diperlukan stres agar mendorong usaha yang lebih keras
untuk mencapai hasil tertentu. Dengan memahami faktor-faktor penyebab, sumber, dan
mengelola dengan manajemen stres akan dapat menghindari dampak yang merugikan dilain
pihak bisa menodorong etos kerja yang lebih keras.

LITERATUR

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan atau
biasa disebut dengan stres, stres bisa hadir dalam keluarga, lingkungan sosial maupun
tempat kerja. Tekanan ataupun stres timbul karena ada nya faktor yangmempengaruhi
timbul nya stres (stressor) yang sulit dihadapi ataupun kurangnya pengetahuan untuk
menghadapi atau menurunkan tingkat stres tersebut. Karyawan merupakan pelaku utama
yang dapat menentukan kesuksesan industri dimana jika kesejahteraan karyawan tersebut
baik maka kinerja yang dihasilkan pun baik. Disisi lain hadir nya stres pada karyawan akan
berpengaruh pada kesejahteraan karyawan tersebut dalam segi psikologis maupun
emosional yang berimbas pada kinerja karyawan tersebut. Untuk mendukung tercapainya
kesukesan perusahaan maka organisasi maupun perusahaan harus memandang aspek
yang dapat menunjang kesejahteraan psikologis ataupun emosional karyawan dalam
melaksanakan tugas nya untuk dapat memenuhi tujuan organisasi.

Stres kerja yakni perasaan yang menekan yang dialami karyawam dalam menghadai
pekerjaannya (Mangkunegara, 2008) sedangkan menurut Waluyo (2015) stres kerja dapat
diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa
reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku sebagaimana diketahui lingkungan pekerjaan
berpotensi sebagai stressor kerja. Pada lingkungan kerja, 64 persen pekerja di Indonesia
merasa stres dan terus bertambah setiap tahunnya dimana penyebab utama dari stres yakni
lingkungan pekerjaan serta faktor pekerjaan seperti pekerjaan, manajemen dankeuangan
pribadi, hal ini didapat berdasarkan survei yang dilakukan oleh Regus. Selain itu. Menurut
Jaime Lim, manajer dari people search mengatakan tingkat stres terus meningkat di seluruh
dunia membuat karyawan semakin dekat pada tingkat burnout. (Ramadian, 2012).
Berdasarkan National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) menyatakan
stres kerja merupakan hal yang biasa dan mengakibatkan masalah dalam dunia kerja.
NIOSH menuliskan beberapa pekerjaan yang penuh tekanan, termasuk buruh, sekretaris
dan individu pada berbagai macam profesi kesehatan (Hayes & Weathington, 2007).
Individu pada karir ini menghadapi tantangan yang baru dan penuh keragu-raguan setiap
harinya dan banyak dari stres yang terjadi adalah hasil dari kurangnya kontrol mereka pada
situasi di setiap harinya (Fisher; Sauter, Hurrell & Cooper dalam Hayes & Weathington
2007). Dampak dari adanya stres kerja salah satunya yakni pada aspek fisiologis yang
menyebabkan individu mengalami sakit kepala, serangan jantung dan migrain dimana hal ini
berdampak pada tingkat absensi karyawan selain berdampak pada fisiologis, stres
berdampak pada kinerja karyawan seperti sulit untuk membuat keputusan yang masuk akal,
tingkat konsentrasi yang rendah, kurang fokus atau perhatian serta produktivitas rendah.
Menurut Waluyo (2015) penyebab stres ada dua yakni group stressor adalah penyebab
stres yang berasal dari situasi maupun keadaan di dalam perusahaan misal nya kurangnya
kerja sama antara karyawan, konflik antara individu dalam suatu kelompok, maupun
kurangnya dukungan sosial dari sesama karyawan dalam perusahaan dan yang kedua yakni
individual stressor adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, misalnya tipe
kepribadian, kontrol personal seperti tetap optimis, bertindak positif dan tingkat kepasrahan
seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat ketabahan dalam menghadapi konflik
peran serta ketidakjelasan peran Tingkat optimisme seseorang berhubungan dengan
psikologis yang lebih besar dan penyesuaian fisik (Scheier & Carver dalam Hayes
&Weathington, 2007). Dengan itu maka, optimisme akan bertindak sebagai penahan
melawan efek dari stres. Scheier & Carver (dalam Hayes & Weathington, 2007) menemukan
bahwa mahasiswa dengan tingkat optimis yang lebih tinggi didapati memiliki depresi yang
lebih rendah, kesendirian dan stres, hal ini kontras dengan mahasiswa yang memiliki tingkat
pesimis yang lebih tinggi yang semakin depresi, kesepian dan stress.

STRES DI TEMPAT KERJA, SUMBER DAN SOLUSINYA

A. Sebab dan Dampak Stres Pekerjaan


Seringkali kita melihat ada pekerja di sekitar kita merasa mengalami kebingungan
ketika muncul tekanan, tantangan, dan stres pekerjaan, lalu kemudian dengan cepatnya
ia menjadikan hal tersebut sebagai alasan terjadinya praktik manajemen organisasi yang
buruk. Adanya tekanan, dan tantangan pekerjaan di tempat kerja memang merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindari, kenapa? Karena adanya tuntutan di lingkungan
kerja kita atau pemangku kepentingan kita yang semakin berkembang sejalan dengan
perkembangan zaman yang semakin menuntut seseorang dan organisasi untuk menjadi
kompetitif. Tekanan atau tantangan biasanya baru dapat diterima oleh seorang pekerja
apabila sumber daya yang dibutuhkannya tersedia secara memadai. Namun, ketika
tekanan itu menjadi berlebihan maka kemudian pekerja tersebut mengalami stres, dan
stres dapat merusak kesehatan pekerja dan kinerja organisasi Anda.
Dalam hubungannya dengan stres, Robbins (2003) membagi tiga kategori potensi
penyebab stres (stressor) yaitu lingkungan, organisasi, dan individu. Ketidakpastian
lingkungan mempengaruhi dalam perancangan struktur organisasi. Ketidakpastian itu
juga mempengaruhi tingkat stres di kalangan para karyawan dalam suatu organisasi.
Lebih lanjut Robbins (2003) berpendapat bahwa struktur organisasi menentukan tingkat
diferensiasi dalam organisasi, tingkat aturan dan peraturan, dan dimana keputusan
diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya partisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berdampak pada karyawan merupakan potensi sumber stres.
Menurut Braham (dalam Handoyo; 2001:68), gejala stres dapat berupa tanda�tanda
berikut ini:

 Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar,
adanya gangguan pencemaan, radang usus, kuiit gatal-gatal, punggung terasa sakit,
urat-urat pada bahu dan !eher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera
makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.
 Emosional, yaitu sering marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif,
gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis
dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta
mudah menyerang, dan kelesuan mental.
 Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk
berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.
 Interpersonal, yailu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain
menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan
orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup din secara berlebihan, dan
mudah menyalahkan orang lain.

Ketika sedang stres, orang mengalami kesulitan untuk mempertahankan keseimbangan


yang sehat antara kerja dan relaks. Pada saat yang sama, juga dapat mengakibatkan
melakukan kegiatan yang tidak sehat, seperti minum alkohol, merokok atau
menyalahgunakan narkoba. Stres yang ada kemudian masuk ke dalam Cerebral Cortex
atau Otak Depan yang merupakan bagian terbesar dari otak manusia. Cerebral Cortex
membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran,
perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga
ditentukan oleh kualitas bagian ini.

B. Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja


Alasan – alasan yang menyebabkan terjadinya stres kerja sangatlah banyak.
Berkisar dari perubahan ekonomi sampai pada kemajuan dibidang teknologi
pada era globalisasi zaman ini. Kemajuan teknologi yang seharusnya dapat
menambah waktu luang ternyata malah menambah tekanan yang berbuat lebih
banyak dalam waktu yang lebih singkat. Pada umumnya, rata–rata orang bekerja
dengan menghabiskan waktu sekitar 8-12 jam per hari ditempat kerja. Didalam
rutinitas kerja inilah faktor penyebab stres kerja sering terjadi.
Kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stressor. Ada 2 kategori
stressor yaitu on the job seperti beban kerja yang berlebihan, tekanan atau
desakan waktu, kualitas supervisi yang jelek, ambiguitas, wewenang yang tidak
mencukupi, umpan balik yang tidak memadai, konflik antar pribadi, berbagai
bentuk perubahan, dan off the job seperti kekuatiran finansial, masalah anak,
masalah perkawinan, dan lain lain.
Selain dari penyebab sters diatas, kejenuhan kerja juga merupakan faktor
penyebab terjadinya stres. Kejenuhan kerja merupakan akibat stres yang paling
umum. Gejala khusus pada kejenuhan kerja dikarenakan oleh kebosanan,
ketidak puasa, absen dan rentan terhadap penyakit. Ironisnya, stres kerja
merupakan topik yang jarang untuk dibahas atau dibicarakan kepada penyelia.
Cara terbaik mengurangi stres adalah dengan mencari penyebabnya dan
memecahkannya seperti ; memeindah ke pekerjaan lain, mengganti penyelianya
dan menyediakan lingkungan kerja baru. Atau bahkan merancang kembali job
desiannya yang memungkinkan untuk mengurangi beban kerja, tekanan waktu
dan ambiguitas. Komunikasi yang dibangun lebih baik juga memungkinkan
menurunkan tingkat stres.
Konseling atau bimbingan dan penyuluhan juga dapat digunakan sebagai
cara mengurangi stres yaitu dengan dengan membahas suatu masalah dengan
karyawan dengan maksud membantu karyawan agar dapat menangani
masalahnya dengan lebih baik. Kegiatan konseling seperti ; pemberian nasihat,
penentraman hati,penegnduran ketegangan emosional, penjernihan pikiran, dll.
Hasil riset yang menyelidiki hubungan antara stres dengan kinerja
menemukan adanya hubungan dalam bentuk kurva U terbalik antara stres dan
kinerja. Logika yang mendasari U terbalik adalah bahwa stres pada tingkat yang
lebih rendah sampai sedang dapat merangsang tubuh dan meningkatkan
kemampuan untuk bereaksi sehingga individu mampu melakukan tugasnya
dengan lebih baik, lebih intensif atau lebih cepat. Namun terlalu banyak stres
yang menempatkan tuntutan yang tidak dapat dicapai atau kendala ke seorang,
mengakibatkan kinerja menjadi menurun.
C. Solusi Kebijakan Organisasi Dalam Mengurangi Stres Karyawan
Strategi yang terbaik untuk mengatasi stres kerja dapat dilakukan organisasi dengan
merancang kembali tuntutan, pengetahuan dan kemampuan, dukungan dan kendali
terhadap pekerjaan seorang karyawan yang meliputi:

 Mengubah tuntutan pekerjaan (misalnya dengan mengubah cara melakukan


pekerjaan atau lingkungan kerja, berbagi beban kerja yang berbeda,dsb).
 Memastikan bahwa karyawan memiliki atau dapat mengembangkan pengetahuan
yang sesuai dengan kemampuannya untuk melakukan pekerjaan mereka secara
efektif (misalnya dengan memilih dan melatih mereka dengan benar, kemudian
meninjau kemajuan mereka secara teratur).
 Meningkatkan kendali pekerja atas cara mereka melakukan pekerjaan mereka
(misalnya merancang waktu yang lebih leluasa, melakukan sharing pekerjaan,
memberikan konsultasi lebih lanjut tentang penyelesaian pekerjaan yang baik).
 Meningkatkan jumlah dan kualitas dukungan yang mereka terima (misalnya
manajemen personalia membuat suatu produk pelatihan untuk pejabat
pengawas/penilai yang memungkinkan adanya interaksi yang baik dengan pekerja
yang diawasi, serta mendorong adanya kerja sama dan teamwork).
 Melibatkan pekerja pada kelas-kelas pelatihan relaksasi, manajemen waktu, atau
kegiatan kegiatan olahraga.
 Memperbaiki kondisi peralatan yang digunakan di tempat kerja dan kondisi fisik di
tempat kerja.
 Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta keterampilan pimpinan terkait
dengan stres kerja pekerja seefektif mungkin.
 Menerapkan sistem kerja dan manajemen yang lebih baik, serta mengembangkan
budaya yang lebih ramah dan mendukung pekerjaan pekerja.

Pimpinan organisasi dapat mendeteksi masalah awal munculnya stres kerja dan
mencegah masalah tersebut berkembang menjadi lebih serius. Deteksi dini dan pencegahan
masalah stres kerja dapat dilakukan dengan cara:

 Melakukan monitor kepuasan dan kesehatan staf secara teratur


 Memberikan informasi kepada pekerja, kepada siapa ia harus berbicara tentang
masalahpekerjaan yang dialaminya.
 Memberikan informasi kepada pekerja di mana tempat ia meminta bantuan
profesional ketika mereka mengalami kesulitan yang nyata.
Sebagai seorang pimpinan organisasi, penting bagi Anda untuk mengambil langkah-
langkah untuk mengkonfirmasi efektivitas kebijakan Anda telah membawa ke stres kerja
yang benar. Anda harus dapat menindaklanjuti temuan Anda dan membandingkannya
dengan temuan Anda sebelumnya serta menginterpretasikan berdasarkan pada saat awal
penilaian. Metode tindak lanjut Anda harus dicatat dan dijelaskan. Jika perlu, dapat direvisi
pendekatan Anda untuk mengatasi masalah stres kerja. Semua pimpinan organisasi harus
berhati-hati untuk mempertimbangkan sistem yang mereka miliki di tempat kerja untuk
menilai, mencegah dan mengelola stres pekerjaan yang ada. Pimpinan organisasi perlu
menyadari bahwa sistem organisasi dan sumber daya Anda sangat menentukan
keberhasilan dalam pengelolaan stres pekerjaan. Sumber daya internal yang dapat
diberikan dapat mencakup layanan kesehatan kerja, pengelolaan sumber daya manusia,
menyediakan unit kerja pelatihan dan unit kerja terkait lainnya yang bertanggungjawab untuk
membantu menangani permasalahan-permasalahan stres pekerjaan dan kesehatan pekerja.
Masalah Individu yang sangat kompleks, sulit dan belum dikelola di internal organisasi,
sebaiknya ditangani melalui professional di bidangnya seperti psikolog konseling, klinik
psikolog, konselor, atau dokter kesehatan kerja yang dapat berkonsultasi dengan dokter
umum atau spesialis fungsi lain yang dipandang perlu. Identifikasi atas kelompok-kelompok
yang berisiko dalam organisasi juga sangat penting untuk dilakukan dan dapat berjalan
berdampingan dengan dilakukannya pemeriksaan sumber daya organisasi yang tersedia
untuk mengelola stres kerja.
Faktor organisasi yang cukup besar menjadi sumber atau mempengaruhi stress adalah
sebagai berikut:

 Ketidakjelasan peran dapat menjadi pembangkit stres sebab ia menghalangi individu


untuk melakukan tugasnya dan menyebabkan timbulnya perasaan tidak aman dan
tidak menentu. Seseorang dapat dikatakan berada dalam Ketidakjelasan peran
apabila ia menunjukkan ciri-ciri antara Iain sebagai berikut:
(a) Tidak jelas benar apa tujuan peran yang diinginkannya
(b) tidak jelas kepada siapa ia bertanggung jawab dan siapa yang melapor
kepadanya
(c) tidak sepenuhnya mengerti apa yang diharapkan dari padanya dan
(d) tidak memahami benar peranan daripada pekerjaannya dalam rangka
pencapaian tujuan secara keseluruhan.
 Manakala para pekerja merasa bahwa terlalu banyak pekerjaan yang harus
dikerjakan, terlalu beragam hal yang harus dilakukan, atau tidak cukup waktu yang
tersedia untuk menyelesaikan lugas yang dibebankan kepadanya. Pekerja sendiri
mensikapi kondisi tersebut dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Melakukan pengelolaan waktu yang baik agar dapat menyelesaikan tugas dengan
baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa.
- Melakukan latihan fisik untuk dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima
sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat.
- Melakukan kegiatan-kegiatan santai atau refreshing.
- Berkumpul dengan para sahabat, kolega, keluarga yang dapat memberikan
dukungan dan saran-saran bagi dirinya.

Kesimpulan

1. Stres adalah reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana
ketika seseorang ingin mengejar harapannya, namun dalam perjalanannya mendapat
halangandan orang tersebut tidak dapat mengatasi hambatannya tersebut

2. Stres kerja dapat berpengaruh pada kondisi fisik seseorang yang mengakibatkan adanya
gangguan-gangguan tertentu pada organ-organ tubuh orang tersebut.

3. Stres pada hakekatnya tidak selalu buruk, walaupun biasanya khalayak umum di
masyarakat sering membahasnya dalam konteks negatif, tetapi ia juga memiliki sisi positif
ketika di dalamnya terdapat peluang yang menawarkan suatu hasil yang potensial.

4. Strategi yang terbaik untuk mengatasi stres kerja dapat dilakukan organisasi dengan
merancang kembali tuntutan, pengetahuan dan kemampuan, dukungan dan kendali
terhadap pekerjaan seorang karyawan.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Arlina Gunarya, M.Sc , Modul Manajemen Stres, Pusat Bimbingan dan Konseling
UNHAS
Handoyo, S., 2001, Stres pada Masyarakat Surabaya, Jurnal Insan Media Psikologi 3,
Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Nimran Umar, (1999), Perilaku Organisasi, Surabaya, penerbit Citra Media
Robbins, Stephens P., 2003, Prilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Prentice-Hall, Jakarta
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai