Anda di halaman 1dari 5

1.

1 Pengertian Stres Kerja Menurut Para Ahli


a. Menurut Robbins dan Coulter Stres sebagai akibat ketidakseimbangan antara tuntutan
dan sumber daya yang dimiliki individu, semakin tinggi kesenjangan terjadi semakin
tinggi juga stress yang dialami individu, dan akan mengancam. Stres merupakan
reaksi negatif dari orang-orang yang mengalami tekanan berlebih yang dibebankan
kepada mereka akibat tuntutan, hambatan, atau peluang yang terlampau banyak.
b. Handoko (2001:200) mengungkapkan stres adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu
berlebihan dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan.
Stres didasarkan pada asumsi bahwa yang disimpulkan dari gejala-gejala dan tanda –
tanda faal, perilaku, psikologikal dan somatik, adalah hasil dari tidak/kurang adanya
kecocokan antara orang (dalam arti kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya)
dan lingkungannya, yang mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi
berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif.
c. Zaenal dkk (2014: 724) berpendapat stres sebagai suatu istilah payung yang
merangkumi tekanan, beban, konflik, keletihan, 2 ketegangan, panik, perasaan
gemuruh, anxiety, kemurungan dan hilang daya. Stres kerja adalah suatu kondisi
ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan.
d. Beehr dan Newman (dalam Luthans, 2006: 441) yang mendefinisikan mengenai stres
kerja sebagai kondisi yang muncul dari interaksi manusia dengan pekerjaannya serta
dikarakteristikkan oleh manusia sebagai perubahan manusia yang memaksa mereka
untuk menyimpang dari fungsi normal mereka. Bisa dikatakan bahwa stress kerja
adalah umpan balik atas atas diri karyawan secara fisiologis maupun psikologis
terhadap keinginan atau permintaan organisasi. Stres kerja merupakan faktor-faktor
yang dapat memberi tekanan terhadap produktivitas dan lingkungan kerja serta dapat
mengganggu individu.
e. Luthan (2006: 441) menjelaskan perbedaan antara stress dan kecemasan:
1. Stres bukan masalah kecemasan, yang artinya bahwa, kecemasan terjadi
dalam lingkup emosional dan psikologis, sementara stress terjadi dalam
lingkup emosional, psikologis, dan juga fisik. Stres dapat disertai dengan
kecemasan, tetapi keduanya tidak sama.
2. Stres bukan hanya ketegangan saraf: ketegangan saraf mungkin dihasilkan
oleh stress, tetapi keduanya tidak sama. Orang yang pingsan menunjukkan
stress, dan beberapa orang 3 mengendalikannya serta tidak
menunjukkannya melalui ketegangan saraf.
3. Stres bukan sesuatu yang selalu merusak, buruk atau dihindari. Eustres
tidak merusak atau buruk, tetapi merupakan sesuatu yang perlu dicari,
bukannya dihindari. Stres tidak dapat dielakkan, kuncinya adalah
bagaimana kita menangani stress. Stres adalah aspek umum pengalaman
pekerjaan, yang paling sering terungkap sebagai ketidakpuasan kerja,
tetapi juga terungkap dalam dalam keadaan afektif yang kuat: kemarahan,
frustrasi, permusuhan, dan kejengkelan. Respon yang lebih pasif juga
umum, misalnya kejenuhan dan rasa bosan (tedium), kelelahan jiwa
(burnout), kepenatan (fatigue), tidak berdaya, tidak ada harapan, kurang
gairah, dan suasana jiwa depresi.
f. (Kaswan, 2015: 247). Pemimpin kemungkinan tidak memperhatikan ketika karyawan
mengalami stress dengan tingkat stress yang rendah sampai menengah. Alasannya
adalah stress dengan tingkat seperti itu bias bersifat fungsional dan membawa kinerja
karyawan yang lebih tinggi. Akan tetapi tingkat stress yang tinggi, bahkan tingkat
stress yang rendah tetapi berlangsung lama, dapat menurunkan kinerja karyawan,
sehingga perlu tindakan dari manajemen. Meskipun jumlah stress yang terbatas bisa
bermanfaat bagi kinerja karyawan, tetapi jangan berharap seperti itu. Tingkat stress
yang rendah dipersepsi karyawan sebagai sesuatu yang tidak dikehendaki.
g. Stres menurut Gibson dkk (2011: 339) adalah suatu tanggapan penyesuaian,
diperantarai oleh perbedaan-perbedaan individual dan atau proses-proses psikologis,
akibat dari setiap tindakan lingkungan, situasi, atau peristiwa yang menetapkan
permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang.

2.2 Pengertian Stres Kerja Secara Umum


Berdasarkan pada beberapa pendapat tokoh yang ada di atas maka dapat penulis
rumuskan mengenai pengertian dari stres kerja adalah suatu kondisi dari interaksi
manusia dengan pekerjaannya pada sesuatu berupa suatu kondisi ketegangan yang
menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi,
proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan.
Atau pengertian secara umumnya Stres kerja adalah tanggapan atau proses internal atau
eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau
melebihi batas kemampuan pegawai. perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang
dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan.

2.3 Faktor Penyebab Stres Kerja

Menurut (Robbin, 2003, pp. 794-798) penyebab stres itu ada 3 faktor yaitu:

1. Faktor Lingkungan

Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan. Yaitu:

 Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila


perekonomian itu menjadi menurun, orang menjadi semakin mencemaskan
kesejahteraan mereka.
 Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang terjadi di
Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan yang tidak puas
dengan keadaan mereka. Kejadian semacam ini dapat membuat orang merasa
tidak nyaman. Seperti penutupan jalan karena ada yang berdemo atau mogoknya
angkutan umum dan membuat para karyawan terlambat masuk kerja.
 Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hotel pun
menambah peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang membuat karyawan
harus mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan itu.
 Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin
meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan gedung WTC
oleh para teroris, menyebabkan orang-orang Amerika merasa terancam
keamanannya dan merasa stres.
2. Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk
menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu terbatas, beban
kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak
menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas, penulis mengkategorikannya menjadi
beberapa faktor dimana contoh-contoh itu terkandung di dalamnya. Yaitu:
 Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau tekanan
untuk menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
 Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang
sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu.
Konflik peran menciptakan harapan-harapan yang barangkali sulit dirujukkan
atau dipuaskan. Kelebihan peran terjadi bila karyawan diharapkan untuk
melakukan lebih daripada yang dimungkinkan oleh waktu. Ambiguitas peran
tercipta bila harapan peran tidak dipahami dengan jelas dan karyawan tidak
pasti mengenai apa yang harus dikerjakan.
 untutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain.
Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang
buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar, khususnya di antara para
karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
 Struktur Organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi, tingkat
aturan dan peraturan dan dimana keputusan itu diambil. Aturan yang
berlebihan dan kurangnya berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang
berdampak pada karyawan merupakan potensi sumber stres.

Anda mungkin juga menyukai