Anda di halaman 1dari 90

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Stres Kerja

1. Pengertian Stres
Stres adalah segala aksi dari tubuhmanusia terhadap segala

rangsangan baikyang berasal dari luar maupun dari dalamtubuh itu sendiri

yang dapat menimbulkanbermacam-macam dampak yangmerugikan mulai

dari menurunnyakesehatan sampai pada dideritanya suatupenyakit. Dalam

kaitannya denganpekerjaan, semua dampak dari strestersebut akan

menjurus pada menurunnyaperformansi, efisiensi dan produktivitaskerja

yang bersangkutan (Tarwaka,2011).

Stres berarti suatu tanggapan adaptif, ditengahi olehperbedaan

individual dan/atau proses psikologis, yaitu, suatu konsekuensi dari setiap

kegiatan(lingkungan), situasi, atau kejadian eksternal yang membebani

tuntutan psikologis atau fisikyang berlebihan terhadap seseorang. Stres

dapat juga diartikan sebagai suatu kondisidinamik dimana seorang

individu dikonfrontasikan dengan suatupeluang, kendala (constrain), atau

tuntutan (demand) yang berkaitandengan apa yang juga diinginkannya dan

yang hasilnya dipersepsikansebagai tidak pasti dan penting (Robbins,

1996).

Terdapat dua jenis stres yaitu eustres dan distres (Hans Selye,1950)

dalam (Hawari, 2001):

1
a. Eustres

Tidak semua bentuk stres itu mempunyai konotasi negatif, cukup

banyak yang bersifat positif, misalnya saja promosi jabatan. Jabatan

yang lebih tinggi memerlukan tanggung jawab yang lebih berat

merupakan tantangan bagi yang bersangkutan. Apabila ia sanggup

menjalankan beban tugas jabatan yang baru ini dengan baik tanpa ada

keluhan baik fisik maupun mental serta merasa senang, maka ia

dikatakan tidak mengalami stres melainkan disebut eustres.

b. Distres

Apabila ia mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh

sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi

pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres.

2. Defenisi Stres Kerja

Dewi (2014) memandang stres kerja sebagai ketegangan yang

dialami karyawan karena adanya ketidakseimbangan antara tuntutan

pekerjaan dengan kemampuan karyawan dalam menyelesaikan

pekerjaannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Alves (2005) dalam

Wibowo (2015) menyatakan stres kerja dapat didefinisikan sebagai respon

fisik dan emosional yang terjadi ketika kemampuan dan sumber daya

karyawan tidak dapat diatasi dengan tuntutan dan kebutuhan dari

pekerjaan mereka.
3. Sumber-sumber Pembangkit Stres (Stresor)

Berbagai sumber stres (stresor) berasal dari pekerjaannya danluar

pekerjaan. Stres yang berasal dari pekerjaan dapat dilihat dari

individunya sendiri dan dari lingkungan yang dapat mempengaruhi

individu. Sedangkan untuk stres yang berasal dari luar pekerjaan yaitu

seperti masalah keuangan, keluarga dan lingkungan di sekitar keluarga

(Siagian, 1995).

Robbins (1996) mengidentifikasikan tiga perangkat faktor

yaitu lingkungan, organisasional dan individual yang bertindak

sebagai sumber potensial dari stres. Ketiga faktor tersebut mengarah

ke stres yang faktualbergantung pada perbedaan individual. Bila stres

dialami oleh seorang individu, gejalanya dapat muncul sebagai

keluaran atau hasil fisiologis, psikologis dan perilaku. Hal ini

sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1 berikut.


Sumber Potensial Konsekuensi/Gejala

Gejala fisiologis
Faktor lingkungan Perbedaan individu Sakit kepala
 Ketidakpastian ekonomi Persepsi Tekanan darah tinggi
 Ketidakpastian politik Pengalaman pekerjaan Penyakit jantung
 Ketidakpastian teknologi Dukungan sosial
Kedudukan kontrol
Sikap bermusuhan

Faktor organisasi
 Tuntutan tugas Gejala psikologis
 Tuntutan peran Kecemasan
 Tuntutan hubungan Stres yang dialami Murung
antar pribadi Berkurangnya kepuasan kerja
 Struktur organisasi
 Kepemimpinan
organisasi
 Tahap hidup organisasi

Gejala perilaku
Faktor individu Prooduktivitas
 Masalah keluarga Kemangkiran
 Masalah ekonomi Tingkat keluarnya karyawan
 kepribadian

Gambar 1. Suatu Model Stres (Robbins, 1996)


Cooper C. L (1989) dalam Munandar (2006) mengelompokkan

pembangkit stres (stresors) kedalam lima kategori besar, salah satu

kategorinya yaitu faktor intrinsik dalam pekerjaan, faktor ini meliputi :

a. Tuntutan Fisik

Kondisi kerja fisik memiliki dampak terhadap kesehatan

mental dan keselamatan kerja karyawan, sehingga dapat menjadi

pembangkit stres. Kondisi fisik tersebut meliputi bising, vibrasi

(getaran) serta kesehatan dan kebersihan.

b. Tuntutan Tugas
1) Kerja shift atau kerja malam dapat menyebabkan gangguan

kesehatan bagi para pekerja. Penelitian menunjukan bahwa kerja

shift merupakan sumber utama dari stres bagi para pekerja

pabrik.

2) Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan

pembangkit stres.

c. Peran Individu dalam Organisasi

Tenaga kerja tidak selalu berhasil untuk memainkan perannya

tanpa menimbulkan masalah. Kurang baik berfungsinya

(disfunction) peran, yang dapat menjadi pembangkit stres misalnya

konflik peran serta kebimbangan peran (roleambiguity).

d. Pengembangan Karier

Pengembangan karier merupakan pembangkit stres potensial

yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih dan

promosi yang kurang.


e. Hubungan dalam Pekerjaan

Hubungan dalam pekerjaan yang tidak baik terungkap dalam

gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah, taraf pemberian

support yang rendah dan minat yang rendah dalam

pemecahanmasalah organisasi. Hubungan baik antara karyawan di

tempat kerja adalah faktor yang potensial sebagai penyebab

terjadinya stres.Kecurigaan antarapekerja, kurangnya komunikasi,

ketidaknyamanandalam melakukan pekerjaan merupakan tanda-

tanda adanya stresakibat kerja. Tuntutan tugas yang mengharuskan

seorang tenaga kerja berkerja dalam tempat terisolasi, sehingga

tidak dapat berkomunikasi dengan pekerja lain juga merupakan

pembangkit terjadinya stres.

f. Tuntutan dari Luar Organisasi atau Pekerjaan

Faktor ini mencakup segala unsur kehidupan seseorang yang

dapat berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja di

dalam satu organisasi dan memberi tekanan pada individu seperti

konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan organisasi, krisis

kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi dan

organisasi yangbertentangan.

4. Gejala-gejala Stres

Orang-orang yang mengalami stres menjadi nervous dan

merasakan kekuatiran kronis. Mereka sering menjadi marah-marah,

6
agresif, tidak dapat relaks, atau memperlihatkan sikap yang tidak

kooperatif (Hasibuan, 2002).

Menurut Robbins (1996) seorang individu yang mengalami

tingkat stres yang tinggi dapat mengalami tiga kategori gejala umum

yaitu:

a. Gejala fisiologis : perubahan dalam metabolisme,meningkatkan

lajudetak jantung dan pernapasan, meningkatkantekanan darah,

menimbulkan sakit kepala, dan menyebabkanserangan jantung.

b. Gejala psikologis : ketidakpuasan, ketegangan, kecemasan,mudah

marah, kebosanan dan suka menunda-nunda.

c. Gejala perilaku : perubahan dalam produktivitas,

absensi,tingkatkeluarnya karyawan, perubahan dalam kebiasaan

makan,meningkatnya merokok dan konsumsi alkohol, bicara

cepat,gelisah dan gangguan tidur.

5. Dampak Stres

Stres timbul karena ketidakcakapannya untuk memenuhi tuntutan-

tuntutan dan berbagai harapan terhadap dirinya. Hasilnya, stres yang

terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi

lingkungan yang akhirnya mengganggu pelaksanaan tugas-tugasnya,

berarti mengganggu prestasi kerjanya (Potale, 2015).

Stres dapat berpengaruh pada kesehatan dengan dua cara. Pertama,

perubahan yang diakibatkan oleh stres secra langsung mempengaruhi

fisik sistem tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan. Kedua, secara


tidak langsung stres mempengaruhi perilaku individu sehinggga

menyebabkan timbulnya penyakit atau memperburuk kondisi yang sudah

ada. Kondisi dari stres memiliki dua aspek yaitu fisik/biologis

(melibatkan materi atau tantangan yang menggunakan fisik) dan

psikologis (melibatkan bagaimana individu memandang situasi dalam

hidup mereka)(Safarino, 2008).

Ada 3 gejala psikologis yang dirasakan ketika seseorang sedang

mengalami stres. Ketika gejala tersebut adalah gejala kognisi, gejala

emosi, dan gejala tingkah laku (Sarafino, 2008):

a. Gejala kognisi

Gangguan daya ingat (menurunnya daya ingat, mudah lupa

dengan suatu hal), perhatian dan konsentrasi yang berkurang

sehingga seseorang tidak fokus dalam melakukan suatu hal,

merupakan gejala-gejala yang muncul pada aspek gejala kognisi.

b. Gejala emosi

Mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala

sesuatu, merasa sedih dan depresi merupakan gejala-gejala yang

muncul pada aspek gejala emosi.

c. Gejala tingkah laku

Tingkah laku negatif yang muncul ketika seseorang mengalami

stres pada aspek gejala tingkah laku adalah mudah menyalahkan

orang lain dan mencari kesalahan orang lain, suka melanggar norma

8
karena dia tidak bisa mengontrol perbuatannya dan bersikap tak acuh

pada lingkungan, dan suka melakukan penundaan pekerjaan.

6. Strategi dalam Menanggulangi Stres

Menurut Robbins (1996) secara individual stres dapat

ditanggulangi dengan beberapa metode seperti meditasi, biofeed back,

dan personal wellness. Menurut Tulus (1992) beberapa cara mengatasi

stres pada level organisasi yaitu dengan :

a. Melakukan perbaikan iklim organisasi.

b. Melakukan perbaikan lingkungan.

c. Menyediakan saran.

d. Melakukan analisis dan kejelasan tugas.

e. Merubah struktur dan proses organisasi.

f. Menigkatkan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan.

g. Melakukan restrukturisasi tugas.

h. Menerapkan konsep manajemen berdasarkan sasaran danmembuka

konseling.

i. Bagian kepegawaian dapat dan harus membantu karyawan untuk

mengatasi stres yang dihadapinya.

Agoes (2003) dalam Purdini (2016) menyatakan, dalam

menanggulangi stres haruslah memperhatikan faktor penyebab stresapakah

stres berasal dari individual ataupun dari organisasi. Berikut

Tabel penanggulangan stres:


Tabel 1
Penanggulangan Stres secara Individual dan Organsiasi
Secara Individual Secara Organisasi
1. MSeningkatan keimanan 1. Melakukan perbaikan iklim
2. Melakukan meditasi organisasi
pernapasan 2. Melakukan perbaikan terhadap
3. Melakukan kegiatan lingkungan fisik
olahraga 3. Menyediakan sarana berolahraga
4. Melakukan relaksasi 4. Mengubah struktur dan proses
5. Dukungan sosial organisasi
dari teman-teman 5. Meningkatkan partisipasi dalam
dan keluarga proses pengambilan keputusan
6. Menghindari kebiasaan 6. Melakukan restrukturisasi tugas
rutin yang 7. Menerapkan konsep manajemen
membosankan berdasarkan sasaran
Sumber: Agoes (2003) dalam Purdini (2016)

B. Tinjauan Umum tentang Beban Kerja

1. Pengertian Beban Kerja

Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima

pekerjaan. Setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan

seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang

menerima beban kerja tersebut (Tareluan, 2016). Menurut Everly dkk

dalam Munandar (2006) mengatakan bahwa beban kerja adalah keadaan

dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu

tertentu.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja (Faktor Eksternal

dan Faktor Internal)

Menurut Manuaba (2000) dalam Tarwaka, dkk (2004), bahwa secara

umum hubungan antara beban kerjadian kapsitas kerja dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor internal maupun faktor

eksternal, yaitu :

11
a. Beban Kerja karena faktor eksternal

Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari

luar tubuh pekerja, meliputi:

1) Tugas-tugas(task)

Meliputi tugas bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata ruang

tempat kerja, kondisi lingkungan kerja, sikap kerja, cara angkut,

beban yang diangkat. Sedangkan tugas yang bersifat mental

meliputi, tanggung jawab, kompleksitas pekerjaan, emosi pekerja

dan sebagainya.

2) Organisasi Kerja

Organisasi kerja meliputi lamanya waku kerja, waktu

istirahat, shiftkerja, sistem kerja dan sebagainya.

3) Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja ini dapat memberikan beban tambahan

yang meliputi, lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi,

lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerjapsikologis.

b. Beban kerja karena faktor internal

Faktor internal bebabn kerja adalah faktir yang berasal dari

dalam tubuh akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal yang

berpotensi sebagai stresor, meliputi :

1) Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi,

kondisi kesehatan, dansebagainya)

2) Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan,


keinginan,kepuasan, dansebagainya).

3. Dampak Beban Kerja

Mayoritas penyebab munculnya dampak beban kerja adalah perilaku

dari pekerja yang kurang memperhatikan ergonomi (pengaturan situasi

dalam lingkungan kerja). Faktor yang perlu diperhatikan dalam

perencanaan ergonomi yang berhubungan dengan manusia adalah

keterbatasan baik fisik ataupun mental yang dimiliki oleh manusia dan

perbedaan keadaan fisik tiap orang berbeda. Jika faktor-faktor tersebut

diabaikan dapat berdampak negatif pada kesehatan pekerja yang berupa

keluhan-keluhan (symptom) sebagai indikasi keadaan sakit (Nurmianto,

2004). Keluhan (symptom) merupakan indikasi keadaan sakit dalam diri

pekerja yang berhubungan dengan kondisi tempat kerja. Keluhan ini juga

bisa menjadi manifestasi dari stres pada tubuh maupun pikiran pekerja.

Manifestasi yang ditimbulkan oleh tiap orang berbeda (Winarsunu, 2008).

Keluhan (symptom) dapat dibagi menjadi dua, yaitu keluhan fisik

dan mental. Keluhan fisik berkaitan dengan keadaan sakit pada bagian

tubuh tertentu yang meliputi leher, bahu, siku, tangan, punggung atas,

punggung bawah, pinggul, lutut, pergelangan kaki dan kaki. Keluhan

mental berkaitan dengan psikis pekerja yang dapat berupa merasa lelah

yang berlebihan, tidak bergairah setelah mendapatkan krisis, merasa

tertekan, sulit tidur, gelisah, sakit kepala, denyut jantung meningkat dan

gangguan pencernaan (Tarwaka, 2004).

13
Keluhan mental yang diakibatkan karena beban kerja yang

berlebihan dan kejenuhan kerja dapat memicu stres pada pekerja. Keadaan

stres pada pekerja dapat mengakibatkan beberapa respon fisik dan sosial

pada pekerja. Respon tersebut, yaitu keletihan dan penurunan interaksi

sosial (Jeyaratnam, 2010)

4. Jenis Beban Kerja

Beban kerja dapat dibedakan lebih lanjut ke dalam beban kerja

berlebihan atau terlalu sedikit (kuantitatif). Beban kerja ini timbul sebagai

akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak atau sedikit diberikan kepada

tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu. Beban kerja

kualitatif yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu

tugas, atau tugas tidak menggunakan keterampilan atau potensi dari tenaga

kerja. Disamping itu beban kerja berlebihan kuantitatif dan kualitatif dapat

menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat

banyak, yang merupakan sumber tambahan dari stres (Dewi, 2016).

5. Penilaian Beban Kerja

Menurut Cristensen dalam Tarwaka (2004), pengukuran beban

fisik melalui denyut jantung adalah salah satu pendekatan untuk

mengetahui berat ringannya beban kerja fisik. Pengukuran denyut nadi

selama bekerja merupakan metode untuk menilai Cardiovascular

strain. Salah satu peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung

denyutnadi adalah telemetri dengan menggunakan

rangsanganElectrocardiograph (ECG). Apabila peralatan tersebut tidak

14
tersedia, maka dapat dicatat secara manual memakai stopwatch dengan

metode 10 denyut oleh Kilbon.

Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja

mempunyai beberapa keuntungan. Selain mudah, cepat dan murah juga

tidak diperlukan peralatan yang mahal serta hasilnya cukup reliable. Di

samping itu, tidak terlalu mengganggu proses kerja dan tidak menyakiti

orang yang diperiksa. Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan

pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera

berubah seirama dengan perubahan pembebanan baik berasal dari

pembebanan mekanik, fisika maupun kimiawi.

Denyut nadi untuk mengestimasi indeks beban kerja fisik terdiri

dari beberapa jenis yang didefinisikan oleh Tarwaka (2010), yaitu

denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan

dimulai, denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja dan

nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi

kerja. Berdasarkan hal tersebut, maka denyut nadi lebih mudah dan

dapat digunakan untuk menghitung indeks beban kerja.

C. Tinjauan Umum tentang ShiftKerja

1. Pengertianshiftkerja

Muchinsky (1999) dalam Alvionita (2015) mendefinisikan shift kerja

sebagai pembagian jam kerja berdasarkan waktu tertentu. Sistem shift

adalah sistem pengaturan kerja yang memberikan kesempatan untuk

memanfaatkan seluruh waktu yang tersedia untuk mengoperasikan


pekerjaan. Sistem shift kerja digunakan sebagai cara untuk memenuhi

tuntutan peningkatan produksi barang. Setiap negara memiliki peraturan-

peraturan masing-masing dalam hal rotasi kerja atau peraturan jam kerja.

Untuk Indonesia sendiri, waktu kerja menurut Undang-Undang

Ketenagakerjaan Nomor 25 tahun 1997, Bab I pasal 27 disebutkan waktu

kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan pada

siang hari dan malam hari, meliputi:

a. Siang hari adalah waktu antara pukul 06.00-18.00

b. Malam hari adalah waktu antara pukul 18.00-06.00

c. Seminggu adalah waktu selama 7 hari.

Menurut Suma’mur (1995) waktu kerja bagi seseorang menentukan

efisiensi dan produktivitas.Segi-segi penting bagi pentingnya waktu kerja

meliputi lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik, hubungan antara

waktu kerja dan istirahat dan waktu kerjasehari menurut periode yang

meliputi siang (pagi, siang, sore) dan malam.

2. Sistem shiftkerja

Sistem shift merupakan suatu sistem pengaturan kerja yang memberi

peluang untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia untuk

mengoperasikan pekerjaan. Sistem shift digunakan sebagai suatu cara

yang paling mungkin untuk memenuhi tuntutan akan kecenderungan

semakin meningkatnya permintaan produktivitas suatu perusahaan yang

menggunakannya. Pembagian sistem kerja shift lainnya ialah jumlah hari

kerja malam yang berturut-turut, awal dan akhir kerja shift, jangka waktu
masing-masing shift, urutan rotasi shift, jangka daur shift dan keteraturan

sistem shift. Menurut awal dan akhir jam kerja shift, lama satu shift dan

keteraturannya sistem dapat dibagi sebagai berikut (Kuswadji, 1997):

a. Sistem 3 Shift Biasa

Masing-masing pekerja akan mengalami 8 jam kerja yang sama

selama 24 jam yaitu dinas pagi antara 06.00-14.00, dinas sore antara

pukul 14.00-22.00 dan dinas malam antara pukul 22.00-06.00.

b. Sistem Amerika

Menurut sistem in dinas pagi mulai pukul 08.00-16.00, dinas

sore antara pukul 16.00-24.00 dan dinas malam antara pukul 24.00-

08.00. Sistem ini memberikan keuntungan fisiologik dan sosial.

Kesempatan tidur akan banyak terutama pada pekerja pagi dan sore.

c. Sistem 12-12

Tempat penambangan minyak lepas pantai dipakai sistem 12-

12. Selama 12 jam dinas pagi dan selama 12 jam dinas malam.

Jadwal antara 07.00-19.00 dan 19.00-07.00. Satu minggu kerja siang

dan satu minggu kerja malam.

3. Efek ShiftKerja

Pembagian shif kerja menjadi tiga shifttentunya akan

berdampakkepada pekerja atau karyawan. Oleh Attwood, Joseph, dan

DanzReece (2004) dampak shiftkerja dijelaskan sebagai berikut:

a. Efek ShiftKerja Terhadap Performa

17
Shiftkerja di periode malam hari akan memaksa para pekerja

ataukaryawan tidak bisa istirahat, mata terpaksa terus membuka disaat

jam biologis menghendaki tubuh mendapat istirahat.Akibatnya

karyawan akan merasa mengantuk sehinggamempengaruhi semua

aspek kinerja. Dengan demikian tugastugas yang menuntut

kewaspadaan visual sudah pasti akanterpengaruh, demikian juga

pekerjaan yang membutuhkankecermatan seperti pengolahan informasi

dan memori. Tugasyang membutuhkan kegiatan fisik tidak

terpengaruh oleh keadaanmengantuk.

b. Efek ShiftKerja Terhadap Kesehatan

Akibat dari perubahan kerja siang hari ke kerja malam

harimenunjukkan keterkaitan langsung antara pakerja shiftmalam

dankesehatan. Misalnya, studi yang dibuat antara tahun 1948 dan1959

di Norwegia menunjukan bahwa angka kesakitan antarapekerja

shiftmalam tiga kali lebih tinggi dari pekerja shiftsiang.

c. Efek ShiftKerja terhadap Kehidupan Psikososial

Studi selama bertahun-tahun telah menunjukan bahwa isu-

isuutama dan gangguan yang timbul dari shiftkerja berkaitan

denganfaktor psikososial (psikologis dan sosial). Faktor-

faktorpsikososial dapat mempengaruhi performansi kerja dan

kepuasankerja. Masalah dan gangguan pada umumnya terkait dengan

tigafaktor: jadwal shiftkerja, perbedaan individu, dan kehidupanpribadi

dan sosial pekerja.

18
D. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Variabel Beban Kerja terhadap Stres Kerja

Beban kerja yang sangat berat dan kompleks melebihi kapasitas kerja

akan membuat individu merasa frustrasi dan muncul perasaan stres dengan

segala konsekuensinya (Tsai, dkk., 2009). Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan Tri Suryaningrum (2015) beban kerja yang terlalu rendah ataupun

tinggi dapat menyebabkan stres kerja karena akan menyebabkan kejenuhan

ataupun melebihi kapasitas yang dimiliki oleh perawat.

2. Hubungan Variabel ShiftKerja terhadap Beban Kerja

Berdasarkan NOHSC (2007) mendefinisikan bahwa shift kerja

merupakan jadwal kerja yang berada diluar jam kerja normal yang dimulai

dari sekitar pukul 07.00 sampai pukul 18.00 dengan lamanya jam kerja

untuk seorang pekerja 7-8 jam dalam setiap shiftnya.Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan Rusdi dan Bambang (2014) sebanyak 50% lebih

perawat yang bekerja secara shift mempunyai beban kerja yang berat yang

dapat menyebabkan terjadinya kelelahan kerja.Sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Astuti, dkk (2016) bahwa pekerja yang memiliki jam kerja

normal memiliki beban kerja tinggi. Dan pekerja yang memiliki jam kerja

tidak normal memiliki beban kerja tinggi.

3. Hubungan Variabel ShiftKerja terhadap Stres Kerja

Sistem kerja bergilir (shift) mengakibatkan gangguan circadian rhythm

dan stres kerja. Stres terjadi karena tubuh berusaha beradaptasi dengan
sistem shift kerja dengan waktu yang relatif singkat (Pease dan Raether,

2003).Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Martana (22015)

bahwa shift kerja mempengaruhi stres kerja pada karyawan di lingkungan

PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

E. Kerangka Teori

Berikut ini adalah bagan kerangka teori yang diadaptasi dari teori

Cooper C.L (1989) dalam Munandar (2006), Cartwright et.al. (1995) dalam

(Tarwaka, 2004):
Tuntutan Fisik

Tuntutan Tugas Shift Kerja

Stres Kerja Peran Individu

Peran Karir

Hubungan dalam Pekerjaan

Beban Kerja

Eksternal Internal
 Tugas
 Somatis
 Organisasi
 Psikis
 Lingkungan Kerja

Sumber: Cooper C.L (1989) dalam Munandar (2006), Manuaba (2000)


dalam Tarwaka, dkk (2004).

Gambar 2. Kerangka Teori


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat apakah ada hubungan

beban kerja dan shift kerja dengan terjadinya streskerja pada pekerja

pengumpul tol Cabang Cambayya di PT. Margautama Nusantara Makassar

Tahun 2018. Ada beberapa variabel yang mempengaruhi terjadinya stres kerja

yaitu beban kerja dan shift kerja.

1. Stres kerja

Streskerjaadalah suatu kondisi dimana terdapat satu atau beberapa

faktor di tempat kerja yangberinreaksi dengan pekerja sehingga

mengganggu kondisi fisiologis, dan perilaku.Stres kerja akan muncul bila

terdapat kesenjangan antara kemampuan individudengan tuntutan-tuntutan

dari pekerjaannya. Stres merupakan kesenjangan antarakebutuhan individu

dengan pemenuhannya dari lingkungan (Soewondo, 2003).

2. Beban kerja

Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima

pekerjaan. Berdasarkan sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang

diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik

maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Beban

kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja psikologis. Beban

kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat,

mendorong sedangkan beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana


tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu

lainnya (Tarwaka, 2004).

3. Shift kerja

Shiftkerja merupakan suatu pola pengaturanwaktu kerja dari

perusahaan bagi tenaga kerjauntuk melaksanakan tugas dan tanggung

jawabyang diberikan, pembagian waktu biasanya dibagimenjadi tiga yaitu

pagi, sore, dan malam(Suma’mur,1994).

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan dasar pemikiran variabel yang diteliti di atas, maka

dapat digambarkan hubungan antara variabel sebagai berikut :

Beban Kerja Stres Kerja

Shift Kerja

Gambar 2. Kerangka Teori

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel Moderating

: Arah Hubungan
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Stres Kerja

Stres kerja dalam penelitian ini merupakan suatu kondisi ketegangan

yang timbul akibat interaksi dengan pekerjaan dalam lingkungan kerja

yang ditandai dengan adanya perubahan dalam diri responden dan respon

tubuh yang dialami dapat berupa respon psikologis dan respon fisiologis.

Pengukuran stres kerja dilakukan dengan menggunakan kuesioner OSI-R

(Occupational Stres Inventory-Revised Edition) oleh Osipow & Spokane

(1998) yang telah dimodifikasi oleh Novianita (2008). Pembagian

kuesioner OSI-R dilakukan sebelum/sesudah pekerja pengumpul tol

melaksanakan tugasnya.

Jumlah pertanyaan 25

Setiap pertanyaan berskala : 1-5

a. Selalu 5

b. Sering 4

c. Kadang-kadang 3

d. Jarang 2

e. Tidak pernah 1

Skor tertinggi : n x 5 = 25 x 5 = 125 (100%)

Skor terendah : n x 1 = 25 x 1 = 25 (20%)

Range : Skor tertinggi – skor terendah

100% - 20% = 80%

Kemudian diukur dengan rumus : I = 𝑅


𝐾

24
Keterangan :

I = Interval

R = Skor Tertinggi – Skor Terendah

K = Jumlah kategori = 2

Maka, I = 𝑅 = 80% = 40
𝐾 2

Skor standar : 100% - 40 = 60

Kriteria Objektif :

Stres Ringan : Apabila skor total < 60

Stres Berat : Apabila skor total ≥ 60

2. Beban Kerja

Beban kerja dalam penelitian ini berupa penilaian terhadap tingkat

beban kerja fisik atau beban yang diterima responden dalam melaksanakan

pekerjaannya yang diperoleh melalui pengukuran denyut nadi pekerja

dalam satuan denyut/menit yang diukur dengan menggunakan digital

omron.

Kriteria objektif :

Ringan : Denyut nadi <100 denyut/menit

Berat : Denyut nadi ≥100 denyut/menit

(Tarwaka, 2008)

3. ShiftKerja

Shiftkerja merupakan pembagian waktu kerja dengan ketentuan PT.

Margautama Nusantara Makassar.

25
Kriteria objektif:

Shiftpagi :Apabila bekerja pada pukul 06.30-14.00 WITA

Shiftsiang :Apabila bekerja pada pukul 14.00-21.30 WITA

Shiftmalam :Apabila bekerja pada pukul 21.30-06.30 WITA

D. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Null (H0)

a. Tidak ada pengaruh antara beban kerja terhadap stres kerja.

b. Tidak ada pengaruh antara shiftkerja terhadap beban kerja.

c. Tidak ada pengaruh antara shiftkerja terhadap stres kerja.

d. Shift kerja bukan sebagai pemoderasipengaruh beban kerja terhadap

stres kerja.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada pengaruh antara beban kerja terhadap stres kerja.

b. Ada pengaruh antara shiftkerja terhadap beban kerja.

c. Ada pengaruh antara shiftkerja terhadap stres kerja.

d. Shift kerja sebagai pemoderasi pengaruh beban kerja terhadap stres

kerja.
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasionalanalitik yaitu

penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui

pengujian hipotesa.Pada penelitian ini peneliti mencoba untuk mencari

pengaruh variabel beban kerjaterhadap stres kerja dengan shift kerja sebagai

variabel moderatinguntuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel.

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study, dimana

variabel bebas (faktor risiko) dan variabel terikat (efek) atau kasus yang

terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam

waktu yang bersamaan) (Murti Bhisma, 2003).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2018.Lokasi penelitian

ini dilakukan di Tol cabang Cambayya yang merupakan wilayah kerja PT.

Margautama Nusantara Makassar.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang

akan dilakukan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja

pengumpul tol yaitu sebanyak 58 orang.


2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dianggap mewakili

populasi. Jumlah sampel yang akan diteliti diambil dengan menggunakan

metode exhaustive sampling. Berdasarkan populasi yang relative kecil

yaitu sebanyak 58 orang maka keseluruhan populasi dijadikan sampel pada

penelitian ini (total sampel).

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah

pengumpulan data secara primer dan data secara sekunder. Adapun

pengumpulan datanya adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

responden (sampel). Adapun pengumpulan data primer diperoleh melalui

wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan instrumen

kuesioner.Wawancara dilakukan pada saat sebelum pekerja memulai

pekerjaannya dan 30 menit setelah pekerja menyelesaikan pekerjaannya.

a. Kuesioner Karakteristik Responden

Karakteristik responden dapat diketahui menggunakan kuesioner

yang berisi pertanyaan mengenai umur, jenis kelamin,status

perkawinan, pendidikan terakhir, unit/bagian kerja, masa kerja dan shift

kerja.
b. Kuesioner Stres Kerja

Pengukuran stres kerja dilakukan dengan menggunakan kuesioner

Occupational Stres Inventory-Revised Edition (OSI-R). Kuesioner ini

berisi 25 butir pernyataan dan masing-masing butir pernyataan diukur

dengan skala likert 5 poin sesuai dengan seringnya (frekuensi) kondisi

yang dimaksud untuk menjadi sumber stres. Novianita (2008) telah

melakukan penelitian mengenai stres kerja dengan menggunakan

kuesioner OSI-R dan telah melakukan uji validitas dan reabilitas

sebelum menggunakan kuesioner ini dan hasil uji menunjukkan butir-

butir pertanyaan tersebut cukup valid dan handal untuk digunakan

dalam penelitian.

Skor untuk pernyataan positif Tidak Pernah (TP) = 1, Jarang (JR) =

2, Kadang-kadang (KK) = 3, Sering (SR) = 4 dan Selalu (SL) = 5.

Sebaliknya, apabila pernyataan negatif maka skornya yaitu Tidak

Pernah (TP) = 5, Jarang (JR) = 4, Kadang-kadang (KK) = 3, Sering

(SR) = 2 dan Selalu (SL) = 1. Untuk jawaban Tidak Pernah yaitu

apabila responden tidak pernahmelakukan perbuatan itu, Jarang apabila

perlakuan akan sesuatu yang dilakukan tidak menentu dan hampir tidak

melakukan perbuatan itu, Kadang-kadang apabila perlakuan akan

sesuatu yang dilakukan hanya kalau ingin saja, Sering apabila

responden melakukan hal secara berkali-kali dengan waktu yang tidak

teratur dan Selalu apabila responden melakukan secara berkali-kali

dengan waktu yang secara berturut-turut.


c. Data mengenai beban kerja responden dapat diketahui dengan

melakukan pengukuran beban kerja dengan menggunakan digital

omron.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber untuk mendukung

data primer yang didapatkan melalui dokumentasi/tulisan, buku-buku,

jurnal dan berbagai hasil penelitian yang terkait dengan penelitian berupa

data para pekerja pengumpul tol PT. Margautama Nusantara Makassar

serta informasi dari pihak-pihak yang berkaitan dengan kajian yang diteliti

dan ada relevansinya dengan permasalahan penelitian peneliti.

E. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data

sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang

digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya yaitu:

1. Kuesioner

Kuesioner adalah alat yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden. Informasi yang berkaitan dengan kuesioner adalah

mengenai karakteristik responden berupa pertanyaan mengenai, umur,

unit/bagian kerja,masa kerja dan shiftkerja.Kuesioner stres

kerjamenggunakan kuesioner Occupational Stres Inventory-Revised

Edition (OSI-R)yang berisi 25 butir pernyataan dan masing-masing

pernyataan diukur menggunakan skala likert.

30
2. Digital Omron

Pengukuran beban kerja dilakukan dengan cara mengukur denyut

nadi pekerja. Digital omron merupakan alat untuk mengukur tekanan

darah dan denyut jantung. Penggunaan alat ini dengan sistem digital akan

mempermudah pembacaan denyut nadi sehingga mendapatkan hasil yang

lebih akurat dibandingkan dengan penghitungan denyut nadi secara

manual. Cara penggunaan digital omron pada saat pengukuran adalah:

a. Masukkan plug udara ke jack udara.

b. Gunakan manset pada lengan atas. Bagian bawah manset berada 1-2

cm di atas siku. Marker berada ditengah lengan dalam.

c. Kencangkan manset.

d. Level ketinggian manset sama dengan jantung.

e. Tekan tombol STARTuntuk memulai pengukuran, manset akan

mengembang otomatis.

f. Tunggu dan akan muncul nilai pada display monitor, dilakukan

sebanyak 3 kali.

g. Tekan tombol memori untuk mendapatkan hasil rata-ratanya.

h. Catat hasil pengukuran yang tertera pada display monitor yang

berlabel pulse.

i. Tekan tombol STOP untuk menonaktifkan alat.


3. Alat Tulis

Alat tulis adalah alat untuk mencatat hasil dari pengukuran selama

penelitian.Alat tulis yang digunakan berupa pensil/pulpen dan lembar

pengukuran.

4. Kamera

Kamera adalah alat yang digunakan untuk mengambil dokumentasi

sebagai bukti selama penelitian berlangsung.

F. Pengolahan dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem yang terkomputerisasi

dengan menggunakan program SPSS melalui tahapan sebagai berikut:

a. Memeriksa data (editing)

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum

memeriksa data (editing) merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan isian kuesioner tersebut.

b. Memberi kode (coding)

Setelah semua kuesioner disunting, selanjutnya memberikan

kode yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan.

c. Memasukkan data (entry)

Pelaksanaan entry data dilakukan dengan terlebih dahulu membuat


program entry data pada program komputer (SPSS 22.0) sesuai dengan
variabel yang diteliti untuk mempermudah proses analisis hasil

penelitian. Selanjutnya data-data yang telah terkumpul dari hasil

kuesioner dimasukkan data (entry) ke dalam komputer berdasarkan

program entry data yang telah dibuat sebelumnya.

d. Menyusun data (tabulasi)

Setelah data tersebut dimasukkan kemudian direkap dan disusun

dalam bentuk tabel distribusi frekuensiuntuk memastikan bahwa tidak

ada kesalahan dalam entry data untuk dilakukan analisis lanjut.

e. Penyajian Data

Data yang telah dianalisis akan disajikan dalam bentuk tabel dan

narasi untuk interpretasi dan pembahasan hasil penelitian.

G. Teknik Analasis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga

menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap variabel penelitian.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi dengan menggunakan SPSS for Windows.

Analisis data dilakukan untuk mengetahui hubungan beban kerja dan

shiftkerja dengan stres kerja pekerja pada pengumpul tol Jalan Tol Seksi

IV Makassar menggunakan uji Chi Square.

34
3. Analisis Multvariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dua

variabel, sambil mengendalikan variabel lainnya dan mengetahui seberapa

besar pengaruh variabel secara murni dengan menggunakan aplikasi Smart

PLS (Partial Least Squares).


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat PT. Margautama Nusantara

PT. Nusantara Infrastructure Tbk adalah induk perusahaan dari PT

Margautama Nusantara, Bisnis Unit Strategis yang bergerak dalam sektor

pengelolaan dan pengembangan jalan tol. PT Margautama Nusantara

(MUN) adalah induk perusahaan dari PT. Bosowa Marga Nusantara

(BMN) dan PT. Jalan Tol Seksi Empat (JTSE) di Makassar, PT Bintaro

Serpong Damai di Tangerang Selatan, dan PT Jakarta Lingkar Baratsatu

(JLB) di Jakarta. Margautama Nusantara menjalin kerjasama dengan

Capital Advisor Partners Asia Pte Ltd (Cap Asia) Perusahaan investasi

swasta yang bergerak di sektor investasi di Asia Tenggara. PT Bosowa

Marga Nusantara (BMN) adalah pemegang konsesi jalan tol di Makassar

sepanjang 5,95 km yang menghubungkan pelabuhan Soekarno-Hatta

dengan Jalan AP. Pettarani (flyover Urip Sumoharjo). Ruas jalan tol yang

dioperasikan oleh BMN terhubung dengan ruas jalan tol yang dioperasikan

oleh PT. Jalan Tol Seksi Empat (JTSE). Jalan Tol Seksi Empat merupakan

pemegang konsesi ruas Jalan Tol Seksi IV di Makassar sepanjang 11,57

km, yang menghubungkan Jembatan Tallo dengan simpang Mandai

Makassar, dan menyediakan akses menuju Bandara Internasional Sultan

Hasanuddin.
2. Visi dan Misi PT. Margautama Nusantara

Visi PT. Margautama Nusantara yaitu menjadi perusahaan jalan tol

swasta terkemuka di Indonesia yang fokus mengembangkan jalan tol

strategis.Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan maka perusahan

mewujudkannya melalui misi yaitu memberikan pertumbuhan

berkelanjutan jangka panjang dan meningkatkan nilai pemegang saham

melalui efisiensi operasional dan penyediaan layanan kelas atas.

3. Struktur Organisasi PT. Margautama Nusantara

Struktur organisasi menunjukkan hal-hal apa yang menjadi tugas

pokok dan fungsi dari masing-masing bagian atau komponen yang harus

dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip dan tanggung jawab guna

meningkatkan efektivitas kerja dalam rangka mencapai sasaran yang telah

ditentukan atau ditargetkan sebelumnya.Untuk mencapai target tersebut,

maka pada setiap pengelolaan perusahaan harus mempunyai pembagian

tugas dan tanggung jawab yang jelas. Hal ini dimaksudkan agar setiap

kegiatan yang ada dalam perusahaan dapat dikerjakan dengan lebih

terarah.PT. Jalan Tol Seksi IV Makassar menganut sistem garis dan staf

(line and staf organization mode).

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Cabang Cambayya PT. Jalan Tol Seksi

IV Makassar. Pengumpulan data dimulai pada tanggal 06 Juni sampai

dengan 06Juli 2018. Jenis penelitian yang digunakan yaitu observasional

analitik dengan desain cross sectional study.Jumlah sampel yang diteliti

37
diambil dengan menggunakan metode exhaustive sampling dengan total

sampel sbanyak 58 orang. Penelitian ini dilakukan dengan teknik

wawancara langsung kepada responden mengenai karakteristik responden,

penilaian stres kerja menggunakan kuesioner OSI-R (Occupational Stress

Inventory-RevisedEdition), penilaian beban kerja menggunakan kuesioner

serta pengukuranbeban kerja dengan perhitungan denyut nadi per menit,

penilaian shift kerja menggunakan kuesioner.

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan

program SPSS dan data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi

silang (crosstab) sesuai dengan tujuan penelitian dan disertai narasi sebagai

penjelasan tabel. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh jumlah

responden sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu 58 responden. Adapun

hasil penelitian disajikan dalam tabel dan narasi.

1. Analisi Univariat

Analisis pada tahap ini merupakan analisis yang bertujuan untuk

melihat deskripsi responden dalam bentuk tabel dan narasi sebagai

berikut:

a. Karakteristik umum responden

Karakteristik umum responden merupakan ciri khas yang

melekat pada diri responden.


1) Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur

Tabel 2
Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur
pada Pengumpul Tol PT. Margautama Nnusantara
Kelompok Umur Responden
(Tahun) n %
19-23 36 62,1
24-28 19 32,7
29-33 3 5,2
Total 58 100
Sumber :Data Primer, 2018

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 58 responden, kelompok

umur terbanyak terdapat pada kelompok umur berkisar antara 19-

23 tahun yaitu sebanyak 36 responden (62.1%) sedangkan

kelompok umur 24-28 tahun sebanyak 19 responden (32.7%) dan

kelompok umur yang paling sedikit jumlahnya adalah terdapat

pada kelompok umur yang berkisaran antara 29-33 tahun yakni

hanya sebanyak 3 responden (5.2%).

2) Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 3
Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
pada Pengumpul Tol PT. Margautama
Nnusantara
Jenis Kelamin Responden
n %
Laki-laki 34 58,6
Perempuan 24 41,4
Total 58 100
Sumber :Data Primer, 2018

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 58 responden, jenis kelamin

laki-laki sebanyak 34 responden (58.6%) dan jenis kelamin


perempuan sebanyak 24 responden (41.4%).
3) Distribusi Responden berdasarkan Status

Tabel 4
Distribusi Responden berdasarkan Status
pada Pengumpul Tol PT. Margautama Nnusantara
Status Responden
n %
Belum Menikah 51 87,9
Menikah 6 10,3
Cerai 1 1,7
Total 58 100
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 58 responden, status

pengumpul tol yang belum menikah sebanyak 51 reponden

(87.9%), status pengumpul tol yang telah menikah sebanyak 6

responden (10.3%) dan status pengumpul tol yang telah bercerai

sebanyak 1 responden (1.7%).

4) Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan

Tabel 5
Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan
pada Pengumpul Tol PT. Margautama
Nnusantara
Pendidikan Responden
n %
SMA/Sederajat 57 98,3
D3 1 1,7
Total 58 100
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 58 responden, tingkat

pendidikan responden terbanyak adalah tingkat SMA/Sederajat

yaitu sebanyak 57 responden (98.3%) dan terendah yaitu D3


sebanyak 1 responden (1.7%).
5) Distribusi Responden berdasarkan Masa Kerja

Tabel 6
Distribusi Responden berdasarkan Masa Kerja
pada Pengumpul Tol PT. Margautama
Nnusantara

Masa Kerja Responden


n %
<3 tahun 27 46,6
>3 tahun 31 53,4
Total 58 100
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 58 responden, kelompok

masa kerja terbanyak terdapat pada kelompok masa kerja lebih dari

3 tahun yaitu sebanyak 31 responden (53.4%) sedangkan

kelompok masa kerja responden yang paling sedikit jumlahnya

adalah kelompok masa kerja kurang dari 3tahunyakni sebanyak 27

responden (46,6%).

b. Karakteristik variabel responden yang diteliti

1) Distribusi Responden menurut Frekuensi Stres Kerja

Tabel 7 menunjukkan bahwa berdasarkan frekuensi penilaian

stres kerja responden paling banyak (22.4%) selalu merasa atasan

memberikan umpan balik mengenai kinerjanya, (34.5%) sering

merasa kesuksesan dan penghargaan dalam pekerjaan tercapai,

(36.2%) kadang-kadang merasa tahu mana tugas yang harus

dikerjakan terlebih dahulu, (89.7%) jarang mengerjakan tugas lebih


banyak dari seharusnya.
Tabel 7
Distribusi Responden berdasarkan Stres Kerja
pada Pengumpul Tol PT. Margautama
Nusantara
Tidak Kadang-
Jarang Sering Selalu Total
Pernyataan Pernah kadang
n % n % n % n % n % n %
Banyak tugas dengan
33 56,9 25 43,1 0 0 0 0 0 0 58 100
sedikit waktu
Beban kerja bertambah 30 51,7 16 27,6 11 19,0 0 0 1 1,7 58 100
Mengerjakan tugas yang
41 70,7 0 0 11 19,0 6 10,3 0 0 58 100
belum dilatih
Membawa pulang
40 69,0 1 1,7 17 29,3 0 0 0 0 58 100
pekerjaan
Kemampuan
menyelesaikan 16 27,6 18 31,0 9 15,5 11 19,0 4 6,9 58 100
pekerjaan
Mampu mengerjkan
25 43,1 5 8,6 18 31,0 6 10,3 4 6,9 58 100
pekerjaan dengan baik
Bekerja dengan batasan
35 60,3 12 20,7 8 13,8 0 0 3 5,2 58 100
waktu
Berharap memperoleh
19 32,8 30 51,7 5 8,6 0 0 4 6,9 58 100
bantuan
Bekerja di beberapa area
22 37,9 20 34,5 5 8,6 11 19,0 0 0 58 100
dan waktu yang sama
Mengerjakan tugas lebih
52 89,7 4 6,9 1 1,7 0 0 1 1,7 58 100
banyak dari seharusnya
Karir berkembang 31 53,4 1 1,7 12 20,7 11 19,0 3 5, 58 100
Pekerjan sesuai dengan
keahlain dan 31 53,4 7 12,1 15 2,9 1 1,7 4 6,9 58 100
ketertarikan
Merasa bosan dengan
44 75,9 0 0 6 10,3 8 13,8 0 0 58 100
pekerjaan
Merasa bertanggung
30 51,7 7 12,1 9 15,5 11 19,0 1 1,7 58 100
jawab dengan pekerjaan
Bakat berguna dalam
40 69,0 9 15,5 8 13,8 0 0 1 1,7 58 100
pekerjaan
Pekerjaan memiliki
30 51,7 1 1,7 8 13,8 19 32,8 0 0 58 100
masa depan yang baik
Kesuksesan dan
penghargaan dalam 22 37,9 5 8,6 7 12,1 20 34,5 4 6,9 58 100
pekerjaan tercapai
Mempelajari keahlian
30 51,7 0 0 9 15,5 11 19,0 8 13,8 58 100
baru dalam pekerjaan
Atasan memberi umpan
26 44,8 1 1,7 1 1,7 17 29,3 13 22,4 58 100
balik mengenai kinerja
Jelas apa yang dilakukan
35 60,3 3 5,2 10 17,2 5 8,6 5 8,6 58 100
untuk melangkah maju
Tidak jelas apa yang
35 60,3 12 20,7 2 3,4 1 1,7 8 13,8 58 100
harus dicapai dalam
Tidak Kadang-
Jarang Sering Selalu Total
Pernyataan Pernah kadang
n % n % n % n % n % n %
pekerjaan
Tahu mana tugas yang
harus dikerjakan terlebih 27 46,6 0 0 21 36,2 6 10,3 4 6,9 58 100
dahulu
Tahu memulai tugas
21 36,2 7 12,1 9 15,5 9 15,5 12 20,7 58 100
baru
Atasan meminta sesuatu
namun menginginkan 38 65,5 3 5,2 14 24,1 0 0 3 5,2 58 100
yang lain
Memahami perilaku
pribadi yang diterima 29 50,0 4 6,9 20 34,5 0 0 5 8,6 58 100
dalam pekerjaan
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 8
Distribusi Responden berdasarkan Kategori Stres Kerja
pada Pengumpul Tol PT. Margautama Nusantara

Responden
Stres n %
Ringan 17 29,3
Berat 41 70,7
Total 58 100
Sumber : Data Primer, 2108

Stres kerja responden dikelompokkan menjadi 2 kategori

yakni ringan jika jumlah skor total ≤60 dan berat jika skor total

>60. Data pada tabel 8 menunjukkan bahwa dari 58 responden

jumlah respondendengan stres kerja berat lebih besar yaitu

sebanyak 41 responden (70.7%) dibandingkan dengan jumlah

responden dengan stres kerja ringan yaitu sebanyak 17

responden (29.3%).
2) Distribusi Responden menurut Frekuensi Beban Kerja

Tabel 9
Distribusi Responden berdasarkan Frekuensi Beban
Kerjapada Pengumpul Tol PT. Margautama Nusantara
Kadang- Tidak
Selalu Sering Jarang Total
Pertanyaan kadang Pernah
n % n % n % n % n % n %
Mendapatkan waktu
21 36,2 6 10,3 26 44,8 0 0 5 8,6 58 100
istirahat sejenak
Mendapatkan tugas yang
tidak sesuai 0 0 0 0 10 17,2 20 34,5 28 48,3 58 100
keterampilan
Mendapatkan tugas
0 0 0 0 11 19,0 8 13,8 39 67,2 58 100
tambahan
Tugas memberatkan
0 0 0 0 7 12,1 6 10,3 45 77,6 58 100
beban
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 10
Distribusi Tingkat Beban Kerja Responden berdasarkan
Denyut Nadi pada Pengumpul Tol PT. Margautama
Nusantara
Responden
Beban Kerja n %
Ringan 8 13,8
Berat 50 86,2
Total 58 100
Sumber : Data Primer, 2018

Pada tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah responden dengan

beban kerja berat lebih besar yaitu sebanyak 50 responden (86.2%)

dibandingkan dengan jumlah responden dengan beban kerja ringan

yaitu sebanyak 8 responden (13.8%).

3) Distribusi Responden berdasarkan Shift Kerja

Shift kerja pada penelitian ini adalah pembagian waktukerja

dalam waktu 24 jam sesuai dengan ketentuan dari PT.

Margautama Nusantara. Shift kerja dalam penelitian ini dibagi

menjadi 3 kategori, yaitu shift pagi apabila responden bekerja

48
pukul 06.30-14.00 WITA, shift siang apabila responden bekerja

pukul 14.00-21.30 WITA dan shift malam apabila responden

bekerja pukul 21.30-06.30 WITA. Adapun distribusi responden

berdasarkan shift kerja adalah sebagai berikut:

Tabel 11
Distribusi Responden berdasarkan Shift Kerja pada
Pengumpul Tol PT. Margautama Nusantara
Responden
Jenis Shift Kerja n %
Shift Pagi 26 44,8
Shift Siang 20 34,5
Shift Malam 12 20,7
Total 58 100
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 58 responden diperoleh

yaitu shift pagi sebanyak 26 responden (44.8%), pekerja yang

bekerja pada shift siang sebanyak 20 responden (34.5%) dan

pekerja yang bekerja pada shift malam sebanyak 12 responden

(20.7%) responden.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan uji statistik yang digunakan untuk

melihat hubungan antara variabel independen beban kerja, shift kerja

dan keterampilan komunikasi dengan variabel dependen yaitu stres

kerja. Adapun hasil analisis ini kemudian disajikan dalam bentuk

crosstab sebagai berikut:

a. Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh

data mengenai hubungan beban kerja dengan stres kerja. Berikut


adalah hasil tabulasi silang antara beban kerja dengan stres kerja

dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 12
Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja pada
Pengumpul Tol PT. Margautama Nusantara
Stres Kerja
Total Hasil Uji
Beban Kerja Berat Ringan
Statistik
n % n % n %
Berat (≥100 40 80,0 10 20,0 8 100,0
denyut/menit)
Ringan (<100 1 12,5 7 87,5 50 100,0 p = 0,001
denyut/menit)
Total 41 70,7 17 29,3 58 100,0
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 11 menunjukkan bahwa persentase responden yang

mengalami stres kerja berat lebih banyak pada pengumpul tol dengan

beban kerja beratyaitu sebanyak 40 responden (80.0%) dibanding

dengan pengumpul tol dengan beban kerja ringan sebanyak 1

responden (12.5%) sedangkan pada persentase responden yang

mengalami stres kerjaringan lebih banyak pada pengumpul tol

dengan beban kerja berat yaitu 10 responden (20.0%) dibanding

dengan pengumpul tol dengan beban kerja ringan yaitu 7 responden

(87.5%).

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi-square

maka diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05) ini berarti H 0 ditolak dan

Ha diterima sehingga dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan

antara beban kerja dengan stres kerja pada pengumpul tol cabang
Cambayya, PT. Margautama Nusantara.
b. Hubungan Shift Kerja dengan Beban Kerja

Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data

mengenai hubungan shift kerja. Berikut adalah hasil tabulasi silang

antara shift kerja dengan beban kerja dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 13
Hubungan Shift Kerja dengan Beban Kerja pada
Pengumpul Tol PT. Margautama Nusantara
Beban Kerja
Total Hasil Uji
Shift Kerja Berat Ringan
Statistik
n % n % n %
Shift Pagi 19 73,1 7 26,9 26 100,0
Shift Siang 19 95,0 1 5,0 20 100,0
12 100,0 0 0,0 12 100,0 p = 0,016
Shift Malam
Total 50 86,2 8 13,8 58 100,0
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 12 menunjukkan bahwa dari 58 responden diperoleh

persentase responden yang mengalami beban kerja berat berada pada

shift pagi dan shift siang, pada jenis shiftpagi sebanyak 19 responden

(73.1%) dan shift siang sebanyak 19 responden (95.0%) dibandingkan

dengan responden yang bekerja pada shiftmalam sebanyak 12

responden (100.0%), sedangkanpengumpul tol yang mengalami beban

kerja ringan pada jenis shift pagi yaitu 7 responden (26.9%), shift siang

sebanyak 1 responden (5.0%) dan shift malam tidak ada yang

mengalami beban kerja ringan.Hasil analisis data menggunakan uji chi

square diperoleh nilai p = 0.016 (p < 0.05), maka dapat disimpulkan

bahwa H0ditolak danHa diterima sehingga ada hubungan shift kerja

Margautama Nusantara.

52
dengan beban kerja pada pengumpul tol cabang Cambayya PT.

Margautama Nusantara.

53
c. Hubungan Shift Kerja dengan Stres Kerja

Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data

mengenai hubungan shift kerja. Berikut adalah hasil tabulasi silang

antara shift kerja dengan stres kerja dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 14
Hubungan Shift Kerja dengan Stres Kerja pada
Pengumpul Tol PT. Margautama Nusantara
Stres Kerja
Total Hasil Uji
Shift Kerja Berat Ringan
Statistik
n % n % n %
Shift Pagi 16 61,5 10 38,5 26 100,0
Shift Siang 16 80,0 4 20,0 20 100,0
9 75,0 3 25,0 12 100,0 p = 0,366
Shift Malam
Total 50 29,3 8 70,7 58 100,0
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 58 responden diperoleh

persentase responden yang mengalami stres kerja berat berada pada

shift pagi dan shift siang, pada jenis shiftpagi sebanyak 16 responden

(61.5%) dan shift siang sebanyak 16 responden (80.0%) dibandingkan

dengan responden yang bekerja pada shiftmalam sebanyak 9 responden

(75.0%), sedangkan pengumpul tol yang mengalami stres kerja ringan

pada jenis shift pagi yaitu 10 responden (38.5%), shift siang sebanyak 4

responden (20.0%) dan shift malamsebanyak 3 responden

(25.0%).Hasil analisis data menggunakan uji chi square diperoleh nilai

p = 0.366 (p < 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa H 0diterima danHa

ditolak sehingga tidak ada hubungan antarashift kerja dengan stres kerja

pada pengumpul tol cabang Cambayya PT. Margautama Nusantara.

54
3. Analisis Multivariat

0,069 0,116

Gambar 4. Analisis Jalur (Pathway Analysis)

Berdasarkan kerangka konsep yang telah diajukan dalam penelitian ini,

maka peneliti melakukan pengujian hipotesis melalui pengujian analisis

jalur (Pathway Analysis) untuk persamaan stuktural. Pengujian ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh positif/negatif dan signifikansi dari

kedua variabel yaitu variabel independen (beban kerja) ke variabel

dependen (stres kerja) denganshift kerja variabel moderating.

Berdasarkan jalur analisis dengan menggunakan software Smart PLS

dari hasil yang didapatkan nilai estimasi koefisien jalur diperoleh prosedur

bootsrapping yang menghasilkan nilai t-statistik diatas 1.96 (>1,96) yang

berarti nilai t-statistiknya signifikan, untuk nilai t-statistik beban kerja

terhadap shift kerja sebesar 2,614, nilai t-statistik beban kerja terhadap

stres kerja sebesar 2,560, dan shift kerja terhadap stres kerja sebesar 0,546.
a. Arah Pengaruh Variabel Beban Kerja dengan Stres Kerja

X1 Y1
2.560 Stres Kerja
Beban Kerja

Gambar 5
Model Analisis Jalur Pengaruh Beban Kerja (X1)
Dengan Stres Kerja (Y1)

Tabel 15
Hasil Analisis Pengaruh Beban Kerja Dengan Stres Kerja
Pengaruh Antar Variabel t value R square
X1 Y1 2.560 0,116
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 14 menunjukkan bahwa pengaruh beban kerja (X1) dengan

stres kerja (Y1), dimana dari hasil uji t diperoleh hasil 2.560 > 1.96

yang berarti bahwa ada pengaruh posotof dan signifikan antara beban

kerja dengan stres kerja.Besarnya kontribusi dapat dilihat pada nilai r-

square yaitu sebesar 0,116 (11%) yang dimana angka tersebut

memiliki makna bahwa pengaruh antara beban kerja dengan stres kerja

sebesar 11%, sementara sisanya 89% merupakan kontribusi dari

variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian.

b. Arah Pengaruh Variabel Shift Kerja dengan Beban Kerja


X2 Y2
2,614
Shift Kerja Beban Kerja

Gambar 6
Model Analisis Jalur Pengaruh Shift Kerja (X2)
Dengan Beban Kerja (Y2)

56
Tabel 16
Hasil Analisis Pengaruh Shift Kerja Dengan Beban Kerja
Pengaruh Antar Variabel t value r square
X2 Y2 2,614 0,069
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 15 menunjukkan bahwa pengaruh shift kerja (X2) dengan

beban kerja (Y2), dimana dari hasil uji t diperoleh hasil 2.614 > 1.96

yang berarti bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara shift

kerja dengan beban kerja.Besarnya kontribusi dapat dilihat pada nilai r

square yaitu sebesar 0,069 (6,9%) yang dimana angka tersebut

memiliki makna bahwa pengaruh antara beban kerja dengan stres kerja

sebesar 6,9%, sementara sisanya 93,1% merupakan kontribusi dari

variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian.

c. Arah Pengaruh Variabel Shift Kerja dengan Stres Kerja

X3 Y3

Shift Kerja 0,546 Stres Kerja

Gambar 7
Model Analisis Jalur Pengaruh Shift Kerja (X3)
Dengan Stres Kerja (Y3)

Tabel 17
Hasil Analisis Pengaruh Shift Kerja Dengan Stres Kerja
Pengaruh Antar Variabel t value r square
X3 Y3 0,546 0,116
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 16 menunjukkan bahwa pengaruh shift kerja (X3) dengan

stres kerja (Y3), dimana dari hasil uji t diperoleh hasil0,546< 1.96 yang

berarti bahwa tidak terdapat pengaruhsignifikan antara shift kerja

57
dengan stres kerja.Besarnya kontribusi dapat dilihat pada nilai r square

58
yaitu sebesar 0,116 (11%) yang dimana angka tersebut memiliki

makna bahwa pengaruh antara shift kerja dengan stres kerja sebesar

11%, sementara sisanya 89% merupakan kontribusi dari variabel-

variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian.

C. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beban kerja

terhadap stres kerja dengan shift kerja sebagai variabel moderating pada

pekerja pengumpul tol PT. Margautam Nusantara.Berdasarkan hasil

penelitian bahwa kategori umur responden paling banyak berada pada rentang

usia 19-23 tahun sebanyak 36 responden (62.1%), frekuensi jenis kelamin

responden terbanyak berada pada jenis kelamin laki-laki yaitu 34 responden

(58.6%), frekuensi berdasarkan status pada pengumpul tol terdapat 51

responden (87.9%) yang statusnya belum menikah, pendidikan terakhir

responden paling banyak berada pada kategori SMA/Sederajat yaitu sebanyak

57 responden (98.3%), frekuensi masa kerja terbanyak berada padakurun

waktu >3 tahundengan jumlah reponden sebanyak 31 responden (53.4%).

Adapun pembahasan dari hasil analisis menggunakan variabel-variabel

yang diteliti dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Pengaruh Beban Kerja terhadap Stres Kerja

Beban kerja pada penelitian ini adalah suatu perbedaan antara

kapasitas atau kemampuan pengumpul tol dengan tuntutan pekerjaan yang

dihadapi dimana pengukuran dihitung rata-rata denyut nadi dengan satuan

denyut nadi per menit (denyut/menit) menggunakan 10 denyut. Pada


penelitian ini kategori beban kerja responden berdasarkan Tarwaka (2010)

yakni beban kerja ringan apabila < 100 denyut/menit dan beban kerja berat

apabila ≥ 100denyut/menit. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi

diperoleh bahwa dari 58 responden, terdapat 50 responden (86.2%) yang

termasuk kategori beban kerja berat dan responden dengan beban kerja

ringan sebanyak 8 responden (13.8%).Hal ini menunjukkan hampir semua

pengumpul tol di PT. Margautama Nusantara yang merasa beban kerjanya

berat.

Berdasarkan hasil observasi uraian kerja pada pengumpul tol di PT.

Margautama Nusantara pekerjaan yang dilakukan pengumpul tol dituntut

bergerak cepat untuk menghindari terjadinya tumpukan kendaraan yang

dapat menyababkan kemacetan. Di saat tangan kanan memberikan kartu

atau uang, maka tangan kirinya harus bekerja untuk menekan tombol

tertentu yang disesuaikan dengan asal tiket termasuk dalam golongan

apaharus menukarkan. Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh

seorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama

seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas pekerjaannya sesuai

dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan (Tarwaka,

2010).

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa dari 58 responden,

terdapatpengumpul tol dengan beban kerja berat yang mengalami stres

keja berat adalah sebanyak 40 responden (80.0%) dan pengumpul tol

dengan beban kerja ringan yang mengalami stres kerja berat adalah
sebanyak 1 responden (12.5%). Berdasarkan analisis data dengan

menggunakan uji chi-square maka diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05) ini

berarti H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat diinterpretasikan bahwa

ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja pada pengumpul tol

cabang Cambayya, PT. Margautama Nusantara.

Pengaruh beban kerja (X1) dengan stres kerja (Y1), dimana dari hasil

uji t diperoleh hasil 2.560 > 1.96 yang berarti bahwa ada pengaruh positif

dan signifikan antara beban kerja dengan stres kerja.Besarnya kontribusi

dapat dilihat pada nilai r square yaitu sebesar 0,116 (11%) yang dimana

angka tersebut memiliki makna bahwa pengaruh antara beban kerja

dengan stres kerja sebesar 11%, sementara sisanya 89% merupakan

kontribusi dari variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam

penelitian.

Penelitian terkait yang dilakukan oleh Kusuma dan Yoyok (2014)

yang menunjukkan t-statistiknya 49,5531> 1,96, dapat disimpulkan bahwa

beban kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nurmalasari

(2013) yang menyatakan bahwa beban kerja berpengaruh positif terhadap

stres kerja.Hal ini sesuai dengan teori Sunyoto (2012) bahwa beban kerja

yang terlalu banyak dapat menyebabkan ketegangan dalam diri seseorang

sehingga menimbulkan stres.Hal ini disebabkan oleh tingkat keahlian yang

dituntut terlalu tinggi, kecepatan kerja yang terlalu tinggi, volume kerja

yang terlalu banyak, dan sebagainya.


Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya stres kerja

pada pekerja selain beban kerja ialah masa kerja dimana berdasarkan data

yang diperoleh, responden yang masa kerjanya lebih dari 3 tahun lebih

banyak yang mengalami stres kerja berat. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Febriandini, dkk (2016) bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara masa kerja terhadap stres kerja. Hasil penelitian ini

ditemukan bahwa responden terbanyak yang mengalami stres kerja yakni

dengan masa kerja > 3 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat

Robbins (2002) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab dari stres

adalah faktorindividu yang salah satunya adalah masa kerja individu

tersebut.Stres sebenarnya positif bagi manusia, karena bisa

membangkitkan sistem kekebalan dan mengasah otak. Namun stres yang

lebih berat dapat menyebabkan kondisi yang rentan terhadap penyakitserta

dapat memicu terjadinya penyakit nyeri lambung, darah tinggi, asma

maupun migrein.

2. Pengaruh Shift Kerja terhadap Beban Kerja

Shift kerja adalah pola waktu kerja yang diberikan pada tenagakerja

untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagiatas kerja

pagi, sore dan malam (Suma'mur, 2009). Shift kerja padapenelitan ini

adalah pembagian waktu kerja dalam 24 jam sesuai denganketentuan dari

PT Margautama Nusantara. Adapun jenis shift yangditerapkan yaitu ada

tiga jenis shift yang terdiri dari shift pagi (06.30-14.00 WITA), shift siang

(14.00-21.30 WITA) dan shift malam (21.30-06.30 WITA).Pekerjaan yang


terus-menerus ini kemudian diatur dalam Kepmenakertrans No. Kep-

233/Men/2003 Tahun 2003 tentang jenis dan sifat pekerjaan yang

dijalankan secara terus-menerusdan dalam penerapannya tentu pekerjaan

yang dijalankan terus-menerus ini dijalankan dengan pembagian waktu

kerja ke dalam shift-shift.Berdasarkan hasil distribusi frekuensi diperoleh

bahwa dari 58 responden, terdapat 26 responden (44.8%) yang termasuk

jenis shift kerja pagi dan responden dengan jenis shift kerja siang sebanyak

20 responden (34.5%) sedangkan responden dengan jenis shift kerja

malam yaitu sebanyak 12 responden (20.7%).

Hasil tabulasi silang shift kerja dengan beban kerja didapatkan

bahwa responden dengan shiftpagi dan siang lebih banyak yang

mengalami stres kerja berat yaitu sebanyak 19 responden (73.1%) dengan

shift pagi dan 19 responden (95.0%) dengan shift siang dibandingkan

dengan responden pada malam yaitu sebanyak 12 responden (100.0%),

sedangkan persentaseyang mengalami beban kerja ringan pada shift pagi

yaitu sebanyak 7 responden (26.9%), shift siang yaitu 1 responden (5.0%),

sedangkan pada shift malam tidak ada responden yang mengalami beban

kerja ringan.Hasil analisis data menggunakan uji chi square diperoleh nilai

p = 0.016 (p < 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa H0ditolak danHa

diterima sehingga ada hubungan shift kerja dengan beban kerja pada

pengumpul tol cabang Cambayya PT. Margautama Nusantara.

Pengaruh shift kerja (X2) dengan beban kerja (Y2), dimana dari hasil

uji t diperoleh hasil 2.614 > 1.96 yang berarti bahwa ada pengaruh positif
dan signifikan antara shift kerja dengan beban kerja.Besarnya kontribusi

dapat dilihat pada nilai r square yaitu sebesar 0,069 (6,9%) yang dimana

angka tersebut memiliki makna bahwa pengaruh antara beban kerja

dengan stres kerja sebesar 6,9%, sementara sisanya 93,1% merupakan

kontribusi dari variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam

penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara shift kerja dan beban

kerja diperkuat dengan adanya faktor lain dimana para perkeja dituntut

untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan aturan dari perusahaan. Beban

kerja lebih berat dialami oleh pengumpul tol shiftmalam dikarenakan

tubuh yang seharusnya beristirahat pada malam hari, akan tetapi

melakukan kegiatan yang mengganggu irama sirkadian dan menyebabkan

tidak normalnya siklus istirahat.Hal ini diperkuat dengan penelitian

lainyang menunjukkan lebih dari 36%pekerja shift malam rotasi

mengalami kantuk berlebihan dan lebih dari 45% pekerja shift permanen

mengalami kantuk berlebihan (Suliani dan Desak, 2016).

3. Pengaruh Shift Kerja terhadap Stres Kerja

Sistem shift merupakan suatu sistem pengaturan kerja yang memberi

peluang untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia untuk

mengoperasikan pekerjaan. Sistem shift digunakan sebagai suatu cara yang

paling mungkin untuk memenuhi tuntutan akan kecenderungan semakin

meningkatnya permintaan produktivitas suatu perusahaan yang

menggunakannya (Kuswadji, 1997).


Berdasarkan hasil observasi kondisi lingkungan antara shift pagi/siang

berbeda dengan kondisi shift malam, dimana pada saat shift siang kondisi

lingkungan yang sangat panas ditambah lagi apabila terjadi kemacetan

dikarenakan jumlah kendaraan pada saat siang hari lebih banyak

disbanding shift malam. Apabila hal tersebut terus terjadi, kemungkinan

stres kerja terjadi pada pekerja pengumpul tol. Sedangkan pekerja shift

malam kondisi lingkungan lebih dingin ditambah ruangan kerja

pengumpul tol ber-ac. Menurut Cooper seorang psikolog yang telah

melancarkan suatu kampanye untuk mempersingkat waktu kerja,

khususnya waktu kerja yang lebih sedikit pada hari Jum’at. Orang juga

merasa kalau hubungan personal mereka akan membaik jika mereka

memiliki akhir pekan yang lebih lama. Berdasarkan hasil survey yang

dilakukan di Amerika Serikat diperoleh 55% responden merasa tidak dapat

tenang di akhir pekan dan yang paling terkena dampaknya adalah tenaga

kerja yang bekerja lebih dari 60 jam perminggu. Cooper juga mengatakan

bahwa tenaga kerja tidak akan produktif apabila mereka tidak memiliki

waktu istirahat yang cukup, sehingga dapat menimbulkan stres (Balatif,

2002).

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi diperoleh bahwa dari 58

responden, terdapat 26 responden (44.8%) yang termasuk jenis shift kerja

pagi dan responden dengan jenis shift kerja siang sebanyak 20 responden

(34.5%) sedangkan responden dengan jenis shift kerja malam yaitu

sebanyak 12 responden (20.7%).Hasil tabulasi silang shift kerja dengan


stres kerja didapatkan bahwa persentase responden yang mengalami stres

kerja berat berada pada shift pagi dan shift siang, pada jenis shiftpagi

sebanyak 16 responden (61.5%) dan shift siang sebanyak 16 responden

(80.0%) dibandingkan dengan responden yang bekerja pada shiftmalam

sebanyak 9 responden (75.0%), sedangkan pengumpul tol yang mengalami

stres kerja ringan pada jenis shift pagi yaitu 10 responden (38.5%), shift

siang sebanyak 4 responden (20.0%) dan shift malam sebanyak 3

responden (25.0%).Hasil analisis data menggunakan uji chi square

diperoleh nilai p = 0.366 (p < 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa

H0diterima danHa ditolak sehingga tidak ada hubungan antarashift kerja

dengan stres kerja pada pengumpul tol cabang Cambayya PT. Margautama

Nusantara.

Pengaruh shift kerja (X3) dengan stres kerja (Y3), dimana dari hasil uji

t diperoleh hasil 0,546 < 1.96 yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh

yang signifikan antara shift kerja dengan stres kerja.Besarnya kontribusi

dapat dilihat pada nilai r square yaitu sebesar 0,116 (11%) yang dimana

angka tersebut memiliki makna bahwa pengaruh antara shift kerja dengan

stres kerja sebesar 11%, sementara sisanya 89% merupakan kontribusi dari

variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian.

Penelitian terkait yang dilakukan oleh Irianti, dkk (2015) menunjukkan

bahwa shift kerja tidak mempengaruhi tingkat stres kerja. Hal yang

menarik pada penelitian ini adalah tingginya tingkat stres kerja pengendali

di seluruh shift, baik shift pagi, siang, maupun malam. Hal ini
menunjukkan bahwa tanpa dipengaruhi oleh sistem shift, pengendali

kereta api Indonesia telah merasakan stres kerja yang tinggi. Sistem shift

yang telah diterapkan tidak terlalu bertentangan dengan ketentuan yang

ada pada beberapa literatur. Tingginya tingkat stres kerja dapat

dipengaruhi oleh faktor lain, seperti tuntutan kerja yang tinggi yang pada

akhirnya menghasilkan beban kerja yang tinggi, kondisi lingkungan,

maupun faktor individu masing-masing seperti kepribadian, status ataupun

kehidupan rumah.

4. Pengaruh Variabel Moderating (ShiftKerja) yang Memperkuat atau

Memperlemah Hubungan antara Beban Kerja dan Stres Kerja

Shift kerja merupakan variabel pemoderasi yang berada diantara beban

kerja dan stres kerja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,shift

kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap beban kerja dimana nilai

t-statistik yaitu 2,641 > 1.96. Sedangkan hasil t-statistik antara beban kerja

terhadap stres kerja juga menunjukkan pengaruh positif dan signifikan

dengan nilai t-statistik 2,560 > 1,96 dan shift kerjatidak berpengaruh

signifikan terhadap stres kerja dimana nilai t-statistik yaitu 0,546 < 1,96.

Jadi, shift kerja sebagai variabel moderating antara beban kerja dan stres

kerja bukan sebagai pemoderasi pengaruh antara beban kerja dan stres

kerja dengan kata lain berubah atau tidaknya shift kerja tidak

mempengaruhi secara signifikan pengaruh beban kerja terhadap stres

kerja.

D. Keterbatasan Penelitian
Dalam proses penelitian ini ada beberapa keterbatasan yang ditemukan

penulis yaitu:

1. Penelitian yang digunakan menggunakan kuesioner paten sehingga tidak

dapat menggali lebih dalam terkait masalah stres kerja pada pengumpul

tol.

2. Sampel pada penelitian ini hanya pada pekerja pengumpul tol. Tidak

mengukur bagaimana persepsi pegawai kantor dan manajemen pada

perusahaan tersebut.

.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis variabel yang diteliti tentang

pengaruh beban kerja terhadap stres kerja dengan shift kerja sebagai variabel

moderating pada pengumpul tol PT Margautama Nusantara tahun 2018 dapat

disimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh beban kerja terhadap stres kerja pada pekerja pengumpul tol

Cabang Cambayya di PT. Margautama Nusantara Makassar Tahun 2018.

2. Ada pengaruh shift kerja terhadap beban kerja pada pekerja pengumpul tol

Cabang Cambayya di PT. Margautama Nusantara Makassar Tahun 2018.

3. Tidak ada pengaruh shift kerja terhadap stres kerja pada pekerja

pengumpul tol Cabang Cambayya di PT. Margautama Nusantara

Makassar Tahun 2018.

4. Shift kerja sebagai variabel moderating bukan sebagai pemoderasi

pengaruh beban kerja terhadap stres kerja pada pekerja pengumpul tol

Cabang Cambayya di PT. Margautama Nusantara.

B. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan dari hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya perusahaan mengadakan refreshing pegawai untuk membina

hubungan interpersonal yang lebih baik dengan melakukan pengadaan

fasilitas olahraga atau melakukan pengadaan buku bacaan. Hubungan


interpersonal yang baik akan membantu karyawan dalam pencegahan

terhadap stres di tempat kerja.

2. Sebaiknya perusahaan merotasi waktu kerja karyawan untuk tiap minggu

sehingga beban kerja yang dialami oleh pengumpul tol bisa berkurang

dan pekerja lebih memanfaatkan dengan baik waktu istirahat yang

telahdiberikan dengan cara melakukan relaksasi tubuh.

3. Agar peningkatan stres kerja tidak terjadi karena shift maka perusahaan

dapat melakukan beberapa upaya untuk mencagah hal tersebut, antara

lain dengan membuat program-program yang dapat mengurangi stres

karyawan seperti pelatihan, konsultasi, dan kebijakan yang terkait

dengan shift kerja dan penghargaan kepadakaryawannya.

4. Peneliti selanjutnya dapatmenambahkan variabel lain yangmempengaruhi

terjadinyastres kerja seperti kelelahan, upah dan gayakepemimpinan.


DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Akhyar, Moh. Dan Eha Kurniasih, 2002. Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan
Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan dengan Pendekatan Altman (Kasus
pada 10 Perusahaan di Indonesia). Jurnal JAAI. Vol. 4. No. 2.

Alves, S. 2005. A study of occupational stres, scope of practice, and collaboration in


nurse anesthetists practicing in anesthesia care team settings. AANA journal, vol.
73. No 6, pg. 443.

Alvionita, P. 2015. Working Shift Differences and Their Effects on Employees’ Job
Fatigue Levels: an Empirical Evidence from Hotel Industry in Surabaya. Journal
Kinerja. Universitas Kristen Petra. Surabaya.

Astuti, Lisa Yuni, Hudhariani, Rose Nur, dan Agusman, Fery. 2016. Hubungan Shift
Kerja Dan Lama Jam Kerja Dengan Beban KerjaPerawat Di Ruang Rawat Inap
Penyakit Dalam RSUD Ambarawa. Stikes Karya Husada Semarang.

Attwood, Dennis A. Deeb, Joseph M. Danz-Reece, Mary E (2004). Ergonomic Solutions


For Process Industries. Elsevier, Inc

Balatif, F, 2002. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Terjadinya Stres Pada Tenaga Kerja
Industri Soft Drink Di PT X. Skripsi FKM USU.
Beehr, T.A and Newman, J.E. 1978.Job Stres, Employee Health, and Organizational
Effectiveness. Analysis, Model, and Literature Review, Journal Applied
Psychology.

Dewi, C. N. C. 2014. Pengaruh Stres Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja
Karyawan pada bagian Tenaga Penjualan UD Surya Raditya Negara. e-Journal
Bisma. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.

Dewi, I. G. A. A. D. A. 2016. Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja terhadap


Stres Kerja pada Kantor Sekretariat Daerah Kota Denpasar. E-Jurnal
Manajemen. Universitas Udayana. Bali.

European Foundation for the Improvement of Living and Working Conditions,


2005.Work Related Stres. Dublin. Irlandia

Gaffar, Hulaifah. 2012. Pengaruh Stres Kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk Kantor Wilayah X Makassar.Skripsi : Makassar: FEB
Universitas Hasanuddin

Hasibuan, M.S.P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta

Hawari, D. 2001. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.

Hellriegel, Don dan Slocum, John. W. 2004. Organizational Behavior. Sebastopol: Alex
Media Computindo.

71
Irianti, Lauditta., Geovania,Ade., dan Iridiastadi, Hardianto. 2015. Pengaruh Shift Kerja
Terhadap Stress Kerja Pengendali (Controller) Kereta Api Indonesia. Jurnal
Rekayasa Sistem & Industri Volume 2 (4).

Ivancevich, J. M., Mattson, M.T., dan Preston. 1982. Occupational Stress,Type A a


behavior, and Psychological Well Being. Accademy of Management Journal.

Jeyaratnam & David Koh. (2010). Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta: EGC

Keenan, A., & Newton, T.J. 1984.Fractration in Organizations: Relationship to role


stress Chinate, and Psychological Strain. Journal of Occupational Pychologi.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : Kep.
233 /Men/2003 Tentang Jenis Dan Sifat Pekerjaan Yang Dijalankan Secara Terus
Menerus
Kusuma, Aster Andriani Dan Yoyok Soesatyo. 2014. Pengaruh Beban Kerja Terhadap
Stres Kerja dan Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan.Jurnal Ilmu Manajemen
Vol. 02 (2) Hal.375-386.

Kuswadji, S. 1997. Pengaturan Tidur Pekerja Shift. Jakarta, Cermin Dunia Kedokteran.

Luthans, Fred. (2011)Organizatonal behavior: an evidence-based approach. New York:


Te McGrow-Hill Companies, Inc

Martana, Happy Ayu. 2015. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan
Di Lingkungan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Tesis. Universitas Islan
Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Munandar, A. S. 2006. Stres dan Keselamatan Kerja; Psikologi Industri danOrganisasi,


Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia.

National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH). 1998. Stres At Work.
NIOSH Publication.

National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH). 2000. Stres At Work.
NIOSH Publication No. 99–101.

NOHSC. 2007.Management DecisionMaking for Nurse. New York:Philadelphia.

Novianita. 2008. Gambaran Tingkat Stres Kerja di PT. X.

Nurmianto, E.2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya. Edisi
Pertama. Cetakan Keempat. Surabaya.

Pease dan Raether. 2003. Shift Working andWell-being: A Phisiological


andPsychological Analysis of ShiftWorkers. Journal of UndergraduateResearch
VI.

72
Potale, R. 2015. Pengaruh Kompensasi dan Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan pada PT. Bank Sulut Cabang Utama Manado. Jurnal
EMBA.Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Purdini, N. K. A. 2016. Pengaruh Stres Kerja, Konflik Kerja dan Dukungan Sosial
terhadap Kepuasan Kerja (Studi pada Perawat di Rumah Sakit Handles
Vereneging Amsterdam (HVA) Toeloengredjo Kabupaten Kediri).
JurnalAdministrasi Bisnis. Universitas Brawijaya. Malang.

Rahayu, Dewi S. 2003. Faktor Psikososial dalam Kesehatan Kerja.Majalah Hyperkes dan
keselamatan kerja, Volume 35(2).

Restiaty, et al. 2006. Hubungan Tentang Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Di RS
Surabaya. Skripsi.

Robbins, S.P. 1996. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontraversi, Aplikasi.


PT.Prenhallindo. Jakarta

Robbins, S.P.2003.Perilaku Organisasi, Jilid I, Edisi 9 (Indonesia). PT. IndeksKelompok


Gramedia, Jakarta

Rusdi dan Warsito, Bambang Edi. 2014.Shift Kerja Dan Beban Kerja Berpengaruh
TerhadapTerjadinya Kelelahan Kerja Perawat Di Ruang RawatDi Rumah Sakit
Pemerintah. Jurnal Manajemen Keperawatan. Volume 2. Tim Pengembang Jurnal
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Sarafino, E. P. 2008. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions Sixth Edition.


USA: The College of New Jersey.

Siagian, S.P. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta

Soesmalijah Soewondo. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta.

Suliani, Ni Made Oka dan Desak Ketut I.U. 2016. Shift worker sleep disorder. Jurnal
Universitas Udayana Vol. 50 (1) hal.92-101.

Suma’mur P.K. 1994. Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Cetakan kesebelas, Haji
masagung , Jakarta.
Suma’mur. 1995. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta. CV. Haji
Masagung.suma
Suma’mur. 2009. Hiegiene Perusahaan dan Keselaamatan Kerja. Jakarta : CV Sagung
Seto

Sunyoto, 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 2, Yogyakarta: CAPS (Center
for Akademic Publishing Service).
Suryaningrum, Tri. 2015. Pengaruh Beban Kerja Dan Dukungan SosialTerhadap Stres
Kerja Pada PerawatRS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Prodi Manajemen.
Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta.
73
Tareluan, Devina Gian, dkk. 2016. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Gangguan
Pola Tidur pada Perawat di Instalasi Gawat Darurat Non Trauma RSUP Prof Dr.
R. D. Kandou Manado. Prodi Ilmu Keperawatan. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sam Ratulangi.
Tarwaka, 2010. Ergonomi Industri. Surakarta : Harapan Press.
Tarwaka, Bakri, S. H .A., & Sudiajeng, L. 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan,
Keselamatan Kerja & Produktivitas. Surakarta: Uniba Press

Tarwaka. 2011. Ergonomi Industri.Surakarta: Harapan Press.


Tulus, S. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Gramedia PustakaUtama. Jakarta

Undang-Undang KetenagakerjaanRepublik Indonesia Indonesia No. 25 Tahun 1997.


Tentang Ketenagakerjaan. Jakarta.
Winarsunu, T. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UMM Press
Wirawan. 2012. Menghadapi Stres dan Depresi: Seni Menikmati Hidup Agar Selalu
Bahagia. Platinum.

Zahra, Ayyuda Asyraf dan Hidayat, Sho'im. 2015. Gambaran Tingkat Stres Kerja Antar
Shift Kerja Pada Petugas Pengumpul Tol Surabaya. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Airlanga.
LAMPIRAN
Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH BEBAN KERJA TERHADAP STRES KERJA DENGAN SHIFT
KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PEKERJA
PENGUMPUL TOL PT. MARGAUTAMA NUSANTARA MAKASSAR

A. IDENTIFIKASI RESPONDEN

No. Karakteristik Responden

A1 No. Responden :
A2 Nama Responden :
A3 Umur : Tahun
A4 Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
A5 Status : Belum Menikah / Menikah / Cerai
A6 Pendidikan :
A7 Masa Kerja :
B. SHIFT KERJA

Pilihlah jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda saat ini dengan
memberikan tanda (X)!

No. Pertanyaan Jawaban


a. Shift Pagi
Shift apa yang sedang Anda jalankan
B1 b. Shift Siang
sekarang? c. Shift Malam
a. < 1 tahun
Sudah berapa lama Anda bekerja b. 1-10 tahun
B2
dengan sistem shift tersebut?
c. > 10 tahun
Menurut Anda, apakah shift kerja a. Ya
B3 (jadwal kerja) yang selama ini berlaku b. Tidak (alasan…...........)
di tempat ini sudah nyaman?

C. PENGUKURAN BEBAN KERJA (DENYUT NADI)

Pengukuran Denyut Nadi


30 Menit 30 Menit Sebelum
Nama Rata-Rata Denyut
No. Sebelum Bekerja Selesai Bekerja Hasil
Responden Nadi (denyut/menit)
(Denyut Nadi (Denyut Nadi
Istirahat) Kerja)

Kategori :

1. Beban Kerja Ringan ( < 2. Beban Kerja Berat ( ≥


100 denyut/menit) 100 denyut/menit)
D. STRES KERJA

Isilah hanya dengan memberi tanda (√) pada salah satu kolom untuk
setiap pernyataan yang menggambarkan kondisi atau keadaan yang paling sesuai
dengan Anda. Mohon dapat diperhatikan kembali apakah semua pernyataan sudah
terisi!

Keterangan :

a. Tidak Pernah (TP): Tidak pernah menimbulkan stres selama dua bulan
terakhir

b. Jarang (JR) : Jarang menimbulkan stres (1 kali selama dua buln


terakhir)

c. Kadang-Kadang (KK) : Kadang-kadang menimbulkan stres (2 kali selama dua


bulan terakhir)

d. Sering (SR) : Sering menimbulkan stres (3-4 kali selama dua bulan
terakhir)

e. Selalu (SL) : Selalu menimbulkan stres (hampir setiap minggu


selama dua bulan terakhir)

No. Pernyataan TP JR KK SR SL
Dala pekerjaan saya diharapkan
m
D1 untuk mengerjakan banyak tugas
yang berbeda dengan waktu yang
sangat sedikit
Saya merasa beban pekerjaan saya
D2
bertambah
Saya diharapkan untuk dapat
mengerjakan tugas dimana saya
D3 belum pernah mendapatkan pelatihan
tentang tugas tersebut
Saya harus membawa pulang
D4
Pekerjaan
Saya memiliki kemampuan untuk
D5
meyelesaikan pekerjaan saya
Saya mampu mengerjakan pekerjaan
D6
saya dengan baik
Saya bekerja dengan batasan waktu
D7
yang ketat
Saya berharap memperoleh bantuan
D8 lebih untuk menghadapi tuntutan
yang diberikan dalam pekerjaan saya
D9 Pekerjaan menuntut saya untuk
bekerja di beberapa area yang sama
pentingnya dalam waktu yang
bersamaan
Saya diharapkan dapat mengerjakan
D10 tugas lebih banyak dari yang
seharusnya
Karir saya berkembang seperti yang
D11
saya harapkan
Pekerjaan saya sesuai dengan
D12
keahlian dan ketertarikan saya
Saya merasa bosan dengan pekerjaan
D13
saya
Saya merasa memiliki tanggung
D14 jawab yang cukup dalam pekerjaan
saya
Bakat saya berguna dalam pekerjaan
D15
saya
Pekerjaan saya memiliki masa depan
D16
yang baik
Kebutuhan saya akan kesuksesan dan
D17 penghargaan dalam pekerjaan saya
Tercapai
Saya mempelajari keahlian baru
D18
dalam pekerjaan saya
Atasan say memberikan umpan
D19 a
balik yang berguna mengenai kinerja
saya
Jelas bagi saya apa yang harus saya
D20
lakukan untuk melangkah
maju
Saya merasa tidak jelas mengenai
D21 apa yang harus saya capai dalam
pekerjaan saya
Ketika berhadapan dengan beberapa
D22 tugas saya tahu mana yang harus
dikerjakan terlebih dahulu
Saya tahu dimana harus memulai
D23 mengerjakan tugas baru ketika
diberikan kepada saya
Atasan saya meminta satu hal namun
D24
sebenarnya menginginkan yang lain
E. BEBAN KERJA

Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan pendapat Anda dengan


memberikan tanda (X)!

No. Pertanyaan Jawaban


a. Selalu
Apakah Anda mendapatkan waktu untuk b. Sering
E1 beristirahat sejenak setelah mengerjakan tugas c. Kadang-kadang
dalam waktu kerja Anda? d. Jarang
e. Tidak pernah
a. Selalu
b. Sering
Apakah Anda pernah mendapatkan tugas
E2 c. Kadang-kadang
yang tidak sesuai dengan keterampilan Anda?
d. Jarang
e. Tidak pernah
a. Selalu
b. Sering
Apakah Anda mendapatkan tugas tambahan
E3 c. Kadang-kadang
di luar tugas pokok Anda?
d. Jarang
e. Tidak pernah
a. Selalu
Apakah tuntutan tugas yang menjadi b. Sering
E4 kewajiban Anda terasa memberatkan beban c. Kadang-kadang
Anda? d. Jarang
e. Tidak pernah
Lampiran 2
1. Analisis Univariat

Kat_usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
19-23 36 62.1 62.1 62.1
24-28 19 32.8 32.8 94.8
Valid
29-33 3 5.2 5.2 100.0
Total 58 100.0 100.0

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

laki-laki 34 58.6 58.6 58.6


Valid perempuan 24 41.4 41.4 100.0
Total 58 100.0 100.0

pendterakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

D3 1 1.7 1.7 1.7


Valid SMA 57 98.3 98.3 100.0
Total 58 100.0 100.0

status

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

belum menikah 51 87.9 87.9 87.9


menikah 6 10.3 10.3 98.3
Valid
cerai 1 1.7 1.7 100.0
Total 58 100.0 100.0
masa kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

<10 2 3.4 3.4 3.4


11-20 10 17.2 17.2 20.7

21-30 12 20.7 20.7 41.4


31-40 5 8.6 8.6 50.0
Valid
41-50 13 22.4 22.4 72.4
51-60 7 12.1 12.1 84.5

>61 9 15.5 15.5 100.0


Total 58 100.0 100.0

beban kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

ringan 8 13.8 13.8 13.8


Valid berat 50 86.2 86.2 100.0
Total 58 100.0 100.0

stres kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

ringan 17 29.3 29.3 29.3


Valid berat 41 70.7 70.7 100.0
Total 58 100.0 100.0

Shift Kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

shift pagi 26 44.8 44.8 44.8


shift siang 20 34.5 34.5 79.3
Valid
shift malam 12 20.7 20.7 100.0
Total 58 100.0 100.0
2. Analisis Bivariat

beban kerja * stres kerja Crosstabulation


stres kerja Total
ringan berat
Count 7 1 8
ringan
% within beban kerja 87.5% 12.5% 100.0%
beban kerja
Count 10 40 50
berat
% within beban kerja 20.0% 80.0% 100.0%
Count 17 41 58
Total
% within beban kerja 29.3% 70.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


(2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 15.166a 1 .000


b 12.083 1 .001
Continuity Correction
Likelihood Ratio 14.101 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 14.904 1 .000
N of Valid Cases 58

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.34.
b. Computed only for a 2x2 table

Shift Kerja * beban kerja Crosstabulation


beban kerja Total
ringan berat
Count 7 19 26
shift pagi
% within B1 26.9% 73.1% 100.0%
Count 1 19 20
B1 shift siang
% within B1 5.0% 95.0% 100.0%
Count 0 12 12
shift malam
% within B1 0.0% 100.0% 100.0%
Count 8 50 58
Total
% within B1 13.8% 86.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6.990a 2 .030


Likelihood Ratio 8.308 2 .016
Linear-by-Linear Association 6.134 1 .013
N of Valid Cases 58

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.66.

Shift Kerja * stres kerja Crosstabulation


stres kerja Total
ringan berat
Count 10 16 26
shift pagi
% within B1 38.5% 61.5% 100.0%

Shift Count 4 16 20
shift siang
Kerja % within B1 20.0% 80.0% 100.0%
Count 3 9 12
shift malam
% within B1 25.0% 75.0% 100.0%
Count 17 41 58
Total
% within B1 29.3% 70.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.995a 2 .369
Likelihood Ratio 2.011 2 .366
Linear-by-Linear Association 1.149 1 .284
N of Valid Cases 58

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.52.
3. Analisis Multivariat
Bootstrapping
Lampiran 3
PERSURATAN PENELITIAN
Lampiran 4

DOKUMENTASI KEGIATAN

Gambar 1. Pengisian Kuesioner Oleh Responden

Gambar 2.Wawancara Kuesioner Pada Responden


Gambar 3. Pengukuran Beban Kerja Pada Responden

Gambar 4. Pengukuran Beban Kerja Pada Responden


Lampiran 5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fitriani

Tempat/Tgl Lahir : Watampone, 19 April 1996

Agama : Islam

Suku : Bugis

Alamat : Jalan KH Agussalim, Kec. Tanete Riattang Barat,

Kabupaten Bone

Riwayat Pendidikan :
1. TK Kartika VII-33 Bone (2001-2002)
2. SD Negeri 22 Jeppe’e (2002-2008)
3. SMP Negeri 2 Watampone (2008-2011)
4. SMA Negeri1 Watampone (2011-2014)
5. Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (2014-2018)

Riwayat Organisasi :
1. Pengurus BEM FKM Unhas Periode 2016-2017
2. Pengurus Maperwa FKM Unhas Periode 2017-2018
3. Pengurus OHSS FKM Unhas Periode 2017-2018

Anda mungkin juga menyukai