Anda di halaman 1dari 12

STRES AKIBAT KERJA PADA KARYAWAN

Fakultas teknik, Universitas Negeri Malang


Ahmad Haris Fauziansyah
Email: Harja.ashter@gmail.com

Abstrak: Stres merupakan bagian yang tidak terhindarkan dari peran seorang karyawan
dalam suatu perusahaan. Ada banyak alasan mengapa karyawan mengalami stres dalam
bekerja. Stres merupakan ketegangan yang dihasilkan ketika seseorang dalam
memandang suatu masalah tersebut telah mengancam dirinya. Ada berbagai macam
bentuk stress, yaitu eu-stress, distress, hyper-stress,dan hypostress. Sumber-sumber stres
dalam lingkungan kerja. Selain itu terdapat beberapa faktor yang menyebabkan stress
kerja yaitu dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor pekerjaan dan faktor-faktor diluar
pekerjaan. Faktor pekerjaan yaitu sebagai berikut: Pekerjaan seseorang individu, stress
peran, peluang partisipasi, tanggung jawab, faktor organisasi. Lalu faktor diluar pekerjaan
yaitu perubahan struktur kehidupan, dukungan sosial, locus of control, kepribadian A dan
B, harga diri, kaku/fleksibilitas, dan kemampuan. Setelah mengetahui berbagai sumber
dan faktor dari stress kerja, maka terdapat cara-cara mengatasi stres tersebut yang dapat
dilakukan dari perusahaan itu sendiri dan juga dari individu tersebut. Jika perusahaan
mengetahui terdapat karyawan yang mengalami stres kerja, maka perusahaan harus
mengambil tindakan untuk membantu karyawan dengan melakukan relaksasi otot,
biofeedback, meditasi, restrukturasi kognitif yang diharapkan mampu mengurangi stress
karyawan dalam bekerja.
Kata kunci: stres kerja, sumber stres kerja, faktor stres kerja, cara mengatasi stres kerja.

Abstract: Stress is an inevitable part of the role of an employee in a company. There


are many reasons why employees experience stress at work. Stress is the tension that
results when someone in looking at a problem has threatened him. There are various
forms of stress, namely eu-stress, distress, hyper-stress, and hypostress. Sources of stress
in the work environment. In addition there are several factors that cause work stress that
is divided into two namely work factors and factors outside of work. Job factors are as
follows: An individual's job, role stress, participation opportunities, responsibilities,
organizational factors. Then factors outside of work are changes in the structure of life,
social support, locus of control, personality A and B, self-esteem, rigidity / flexibility, and
ability. After knowing the various sources and factors of work stress, there are ways to
deal with stress that can be done from the company itself and also from the individual. If
the company knows that there are employees who experience work stress, then the
company must take action to help employees by doing muscle relaxation, biofeedback,
meditation, cognitive restructuring that is expected to reduce employee stress at work.
Keywords: working stress, working stress sources, working stress factors, solving
working stress.
PENDAHULUAN
Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan
oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi
merusak dan tidak terkontrol (Widyasari, 2008). Bagi kebanyakan orang,
mengatasi stres kerja akan membuat perubahan psikologis dan perilaku.
Apapun masalah khusus yang dihadapi setiap individu dengan pekerjaannya,
maka cara individu menhadapi stress harus berubah (Arden, 2002). Stres terjadi
ketika ada ketidakseimbangan yang dirasakan antara tekanan dan sumber untuk
mengatasi situasi tertentu (Ward & Abbey, 2005).
Stres dapat digambarkan dengan dalam cara yang berbeda dilihat dari
tingkat tekanan, yaitu (1) eu-stress, pada tekanan optimal, individu berkembang
dan memaksimalkan kinerja. Hal ini adalah sisi untuk merangsang stres, kadang-
kadang disebut sebagai rangsangan stres, memungkinkan orang untuk mengakses
kemampuan mental dan fisik tersembunyi lalu stres ini disebut juga stres positif
yang bisa memunculkan usaha dan kreatif. Ketika butuh inspirasi maka stres
eustress bisa menambah energi. (2) distress, setelah stres berkepanjangan,
individu memiliki pengalaman distress. Hal tersebut akan menjadi biaya individu
tersebut dan perusahaan. Individu mungkin menderita masalah kesehatan dan
memiliki keinginan untuk keluar dari situasi tersebut dan beristirahat panjang.
Dikarenakan stres yang terjadi karena perubahan rutinitas dan sangat
membutuhkan rutinitas yang lebih familiar. (3) hyper-stress, tekanan yang
menjadi berlebihan, pengalaman hyper-stress individu. Ketika stimulus menjadi
hyper-stress akan bervariasi dari orang ke orang dan bahkan untuk orang yang
sama, dari situasi ke situasi. Pada tahap ini, orang akan merasa lepas kendali atau
dalam keadaan panik dan tidak mampu mengatasi atau ketika seseorang dipaksa
untuk menjalankan lebih dari yang dibutuhkan. (4) hypo-stress, tekanan yang
terlalu sedikit atau kebosanan bisa menjadi sumber stres, sering mengambil
bentuk emosi terpendam, frustrasi, atau apatis dan depresi. Sehingga kehilangan
semangat kerja
KAJIAN TEORI
2.1 Sumber-Sumber Stres Kerja
Sumber stres (stressors) adalah suatu kondisi, situasi, atau peristiwa yang dapat
menyebabkan stres. Dalam hal ini Newstrom dan Davis (1993, hlm. 459)
mengatakan, "Conditions that tend to cause stress are called stressors. "
Ada berbagai sumber stres yang dapat menyebabkan stres di perusahaan di
antaranya faktor pekerjaan itu sendiri dan di luar pekerjaan itu. Pendapat ini
sejalan dengan Tosi (1971), yang menyebutkan bahwa ada lima macam faktor
yang menyebabkan stres dan berhubungan dengan pekerjaan individu, tekanan
peran, kesempatan pelibatan diri dalam tugas, tanggung jawab individu, dan
faktor organisasi.
Pada dasarnya, sumber stres merupakan hasil interaksi dan transaksi antara
seorang individu dan lingkungannya. Dalam pembahasan ini lingkungan individu
tersebut dapat digolongkan menjadi dua faktor sebagai sumber dari stres, yaitu
faktor-faktor pekerjaan dan faktor-faktor di luar pekerjaan itu sendiri.
2.2 Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja
Faktor-faktor penyebab stress kerja karyawan adalah beban kerja, apresiasi
masyarakat, dan karir. Beban kerja dari karyawan seperti gaji pokok dan
tunjangan di luar gaji pokok merupakan faktor munculnya stress kerja. Dengan
gaji dan tunjangan yang tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan karyawan akan
memunculkan stres kerja.
Beban kerja yang diberikan kepada karyawan seperti tuntutan pekerjaan
yang terlalu banyak sehingga harus bekerja lebih dari biasanya dan terkadang
bekerja disaat waktu istirahat untuk menyelesaikan pekerjaan. Kejenuhan secara
fisik dan emosi juga mempengaruhi stres kerja karyawan dimana fisik karyawan
menjadi lelah karena bekerja sehingga dengan kondisi tersebut membuat
karyawan menjadi emosional selain itu karyawan menjadi jenuh terhadap
pekerjaannya.
Rendahnya apresiasi masyarakat seperti penghargaan terhadap suatu
pekerjaan menjadi penyebab stres dari karyawan. Sementara itu, secara jelas
pernyataan Cooper & Payne (dalam Robbins, 2001) telah menyebutkan bahwa
ada tiga macam faktor yang menyebabkan stres, yaitu 1) faktor lingkungan
(ketidakpastian ekonomi, politis dan teknologi); 2).faktor organisasi (tuntutan
tugas, peran, antarpribadi, struktur organisasi, kepemimpinan, dan tahap
kehidupan organisasi itu); dan 3) faktor individual (masalah keluarga, masalah
ekonomi, dan kepribadian).
Berikut ini berturut-turut akan dijelaskan secara singkat kelima faktor pekerjaan
yang menjadi sumber stres, yaitu:
a. Pekerjaan seseorang Individu
Dikarenakan faktor ini terjadi karena adanya tekanan psikologis.
b. Stress peran
Dikarenakan faktor ini terjadi akibat ketidak jelasan peran yang dilakukan.
c. Peluang partisipasi
Dikarenakan faktor ini terjadi ketika seseorang ikut berpartisipasi terhadap
keputusan yang diambil.
d. Tanggung jawab
Dikarenakan faktor ini terjadi ketika seseorang tidak mampu
mengendalikan situasi yang terjadi.
e. Faktor organisasi
Dikarenakan faktor ini terjadi saat organisasi tidak mampu
memaksimalkan potensi individu.
Ada juga faktor-faktor di luar pekerjaan yang menjadikan sumber stress antara
lain:
a. Perubahan struktur kehidupan
Stres dialami karena struktur kehidupan seseorang mungkin dapat
berubah-ubah dari masa kehidupan satu ke masa yang lainnya
b. Dukungan sosial
Kehilangan suatu pekerjaaan akan menyebabkan individu mengalami
stres, dukungan sosial merupakan salah satu cara komunikasi yang positif,
karena berisi tentang suka, keyakinan, penghargaan, penerimaan diri, dan
kepercayaan diri seseorang terhadap kepentingan orang lain (Katz &
Kahn, 1978).
c. Locus of control
Sikap dalam hidup yang dikendalikan oleh faktor lingkungan serta
pekerjaan dan hidupnya ditentukan oleh nasib yang mengendalikan dirinya
(Parkes, 1984).
d. Kepribadian tipe A dan B
Dari kepribadian tipe A dan B sangat berbeda sehingga kesimpulannya
setiap individu mempunyai ciri-ciri kepribadian yang berbeda satu dengan
lainnya, secara umum kepribadian digolongkan kedalam dua sifat yaitu
introvert dan ekstrovert
e. Harga diri
Harga diri setiap orang berbeda-beda, harga diri merupakan cara
penerimaan seseorang dan usaha untuk melakukan evaluasi terhadap diri
sendiri, (Tosi, et al., 1986).
f. Fleksibel/kaku
Orang yang mempunyai kecenderungan yang fleksibel adalah orang yang
dapat menyesuikan diri dengan tuntutan dan tekanan-tekanan, karena lebih
baik dalam melakukan kerja sama dengan orang lain dibandingkan dengan
orang yang kaku (Kahn et., 1964).
2.3 Cara mengatasi stress kerja
Terdapat empat alasan mengapa organisasi harus mempertimbangkan
masalah stres dan melakukan sesuatu mengenai hal ini (Amstrong, 2006), yaitu
(1) memiliki tanggung jawab sosial untuk memberikan kualitas yang baik dalam
kehidupan bekerja; (2) stres berlebihan menyebabkan penyakit; (3) stres dapat
mengakibatkan ketidakmampuan untuk mengatasi tuntutan pekerjaan; (4) stres
yang berlebihan dapat mengurangi efektivitas kerja dan kinerja organisasi.
Seorang karyawan dapat mengurangi stress kerja sendiri dengan strategi
sebagai berikut:
a. Relaksasi Otot
Teknik yang sering dipelajari dalam relaksasi otot yaitu latihan sistem
pernapasan. Cara ini sangat efektif dilakukan dengan maksud untuk mengurangi
ketegangan otot, sehingga otot-otot yang tegang dapat kembali pulih. Selain itu
dapat dilakukan teknik relaksasi progresif kontingensi. Teknik ini terdiri dari
menenangkan dan mengendurkan otot-otot yang tegang akibat aktivitas sehari-
hari. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara berulang-ulang, diawali dari tubuh
bagian bawah yaitu kaki dan terus meningkat ke tubuh bagian atas yaitu muka.
Relaksasi dapat dicapai dengan berkonsentrasi secara sungguh-sungguh sehingga
didapatkan ketenangan yang dapat mengendurkan otot-otot yang tegang.
b. Biofeedback
Dalam biofeedback akan dipelajari bagaimana cara mendeteksi hal-hal
yang mencakup perubahan dalam tubuh atau otak pribadi. Peran potensial dari
biofeedback sebagai suatu teknik manajemen stres seorang individu dapat
diketahui dari fungsi tubuh. Kemampuan biofeedback merupakan suatu
kemampuan untuk membantu merelaksasi dan mempertahankan fungsi tubuh
pada keadaan nonstres. Teknik biofeddback memiliki keunggulan jika
dibandingkan dengan teknik nonbiofeedback, yaitu memberikan suatu data yang
tepat tentang fungsi tubuh. Biofeddback mmiliki berbagai manfaat dalam
mengurangi kegelisahan, mengendalikan tekanan darah dan migren, serta
mengurangi dampak negatif dari stres yang dapat menimbulkan permasalahan
dalam hidup.
c. Meditasi
Meditasi merupakan suatu cara dalam mengaktifkan respons relaksasi
dengan mengarahkan pemikiran seseorang kepada ketenangan. Meditasi
dilakuakan dengan cara melepaskan pikiran dari dari semua hal yang membebani,
maupun mencemaskan dalam aktivitas sehari-hari.
Meditasi dapat menjadikan detak jantung menjadi terkontrol, tekanan
darah menjadi normal, pernapasan menjadi tenang dan hormon stres menjadi
menurun. Sehingga banyak orang melakukan meditasi sebagai cara untuk
menenangkan jiwa.dalam bermeditasi tidak semua orang mencapai hasil yang
positif namun pada umumnya meditasi merupakan cara efektif dalam mengurangi
stres.
Menurut Herbert Benson terdapat empat langkah dalam melakukan
program meditasi, langah tersebut diantaranya adalah menentukan suatu
lingkungan yang tenang, menggunakan kata-kata yang dapat menyenangkan
pikiran, mengabaikan pemikiran yang tidak perlu yang dapat mengganggu diri
pribadi, kemudian mengasumsikan posisi yang nyaman untuk bermeditasi.
d. Restrukturisasi Kognitif
Restrukturisasi kognitif merupakan cara pendekatan individual dalam
manajemen stres, yang mana menggunakan sarana proses kognitif atau
pemikiran.teknik kognitif dari mananjemen stres berfokus dalam mengubah label
atau kognisi sehingga orang tersebut menilai situasi secara berbeda. Resrukturasi
penting untuk dilakukan karena dengan begitu maka seorang individu dapat
berpikir secara rasional, dan berpikir secara positif.

KESIMPULAN
Pada setiap perusahaan harus dapat memahami adanya berbagai gejala yang
dapat menyebabkan stress kerja. Stres kerja timbul karena adanya hubungan
interaksi dan komunikasi antara individu dan lingkungannya. Selain itu, stres
muncul karena adanya jawaban individu yang berwujud emosi, fisiologis, dan
pikiran terhadap kondisi, situasi, atau peristiwa yang meminta tuntutan tertentu
terhadap diri individu dalam pekerjaannya. Berbagai gejala stres dapat dilihat dari
adanya berbagai perubah an dalam fisiologis, psikologis, ataupun sikap tertentu
yang semua itu dapat menjadi faktor penyebab timbulnya sumber stres. Faktor-
faktor yang dapat menjadi sumber stres adalah faktor yang berhubungan dengan
pekerjaan dan di luar pekerjaan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
pekerjaan adalah faktor yang berkenaan dengan pekerjaan karyawan, stres peran
yang berhubungan dengan ketidakjelasan peran, konflik peran, dan beban peran,
kesempatan partisipasi, tanggung jawab, dan faktor-faktor organisasi. maka
diharapkan organisasi atau pemilik perusahaan dapat membantu karyawan untuk
mengatasi stress yang dihadapi dengan berbagai teknik.

DAFTAR PUSTAKA
Diahsari, Erita Y. 2016. Pengantar Psikologi Industri & Organisasi. Yogyakarta:
UAD Press.
Tama, Ishardita Pambudi. & Dewi Hardiningtyas. 2017. Psikologi Industri Dalam
Perspektif Sistem Industri. Malang: UB Press.
Munandar, A.S. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Wijono, Sutarto. 2015. Psikologi Industri & Organisasi. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Anorogo, Panji. & Ninik Widiyanti. 1990. Psikologi Dalam Perusahaan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Anorogo, panji. 2001. Psikologi Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.
Surya, Mohammad. 1994. Dasar-Dasar Konseking Pendidikan. Bandung: Bhakti
Karya.
Massie, Rachel Natalya, William A. & Wehelmina R. “Pengaruh Sress Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Pada Kantor Pengelola IT Center Manado”,
administrasi bisnis, Vol 6, No 2, 2018, 41-49. Print.
Frichilia, Claudia. Silvya Mandey. & Hendra Tawas. “Sres Kerja Serta
Hubungannya Dengan Kinerja Karyawan Berdasarkan Gender (Studi Pada
Karyawan PT. Bank Danamon, Tbk Manado)”, Berkal Ilmiah Efisiensi, Vol 16,
No 04, 2016, 857-863. https://www.reseachgate.net/publication/323002114.
Widyastuti, Niken . “Pengaruh Stres Kerja dan Beban Kerja Terhadap Kinerja
SKPD Kabupaten Sintang Kalimantan Barat”, Maksipreneur, Vol IV, No 2, 2015,
15-27. Print.
Stres Kerja: Definisi, Kategori, dan Faktor Penyebab Stres Kerja, (online),
(http://jurnal- sdm. blogspot.com/2011/02/stres-kerja-definisi-kategori-dan.html?
m=1.
Heryawan, Ahmad.209. Hakikat kesetaraan gender,
http//www.ahmadheryawan.cpm/kolom/94- kolom/2722-hakikat-kesetaraan-dan-
keadilan-gender.pdf.
Robbins, S.P.2007. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Macan Jaya Cemerlang.
Cooper, Cary and Saw, Alison. 1995. Stress Manangement. Jakarta: Kesain
Blanch.
Handoko, T.H.2008. Mananjemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE.
Margiati, Lulus. “stres kerja:Latar Belakang Penyebab dan Alternatif
Pemecahannya,” Mayarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XII, No 3, Juli 1999,
71-80. Print.

Anda mungkin juga menyukai