Kelompok 10
Quinasa Rama Herlanlam (1710622028)
Raka Echa Pratama (1710622031)
A. Strategic HRM
1. Definisi HRM Menurut Para Ahli
a. Boxall dan Purcell (2003:1), “All those activities associated with the management of
employment relationships in the firm” .
b. Watson, (2010:919), “The managerial utilization of the efforts, knowledge,
capabilities and committed behaviors which people contribute to an authoritatively
co-ordinated human enterprise as part of an employment exchange (or more
temporary contractual arrangement) to carry out work tasks in a way which enables
the enterprise to continue into the future”
c. Guest (1987), empat tujuan MSDM adalah integrasi strategis, komitmen yang tinggi,
kualitas yang tinggi dan fleksibilitas.
d. Boxall (2007:63), “misi MSDM adalah untuk mendukung kelangsungan hidup
perusahaan melalui stabilisasi sistem manajemen tenaga kerja yang hemat biaya dan
sah secara sosial.”
e. SHRM digambarkan oleh Boxall (1996) sebagai penghubung antara MSDM dan
manajemen strategis.
f. Schuler dan Jackson (2007: 5). SHRM pada dasarnya adalah tentang 'secara sistematis
menghubungkan orang dengan perusahaan'.
g. Baird dan Meshoulam (1988: 116), "Tujuan bisnis tercapai ketika praktik, prosedur
dan sistem sumber daya manusia dikembangkan dan diimplementasikan berdasarkan
kebutuhan organisasi, yaitu ketika perspektif strategis untuk manajemen sumber daya
manusia diadopsi.”
h. Wright dan McMahan (1992: 295) menjelaskan bahwa bidang MSDM telah 'berusaha
untuk menjadi terintegrasi dengan proses manajemen strategis melalui pengembangan
disiplin baru yang disebut sebagai manajemen sumber daya manusia strategis'.
2. Definisi Umum
a. Manajemen sumber daya manusia strategis berarti merumuskan dan melaksanakan
kebijakan dan praktik sumber daya manusia yang menghasilkan kompetensi dan
perilaku karyawan yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai tujuan strategisnya.
b. Dalam konteks keberlanjutan (sustainability), SHRM berarti merumuskan kebijakan
dan praktik MSDM yang dirancang untuk menghasilkan keterampilan dan perilaku
karyawan yang diperlukan untuk mencapai tujuan strategis perusahaan, termasuk juga
mencapai tujuan keberlanjutan. Contohnya, HRM PepsiCo berperan dalam mencapai
tujuan keberlanjutan perusahaan dengan beberapa langkah, yaitu: 1) merencanakan
kebutuhan tenaga kerja untuk pekerjaan yang berhubungan dengan keberlanjutan
lingkungan, mendorong penggunaan pola kerja fleksibel untuk mengurangi perjalanan
kerja dan dampak lingkungan, mengubah proses orientasi karyawan untuk
memasukkan lebih banyak penekanan pada tujuan keberlanjutan perusahaan,
menyesuaikan sistem penilaian kerja untuk mengukur pencapaian tujuan
keberlanjutan individu, dan menggunakan sistem insentif yang mendorong karyawan
untuk mencapai tujuan keberlanjutan perusahaan.
c. Sebelum membuat keputusan, manajer harus mengumpulkan dan menganalisis data.
Metrik sumber daya manusia itu sangat penting dalam menciptakan kebijakan dan
praktik sumber daya manusia berkinerja tinggi.
d. Salah satu alasan untuk mengukur, benchmark, dan menganalisis secara ilmiah
praktik sumber daya manusia adalah untuk mempromosikan praktik kerja berkinerja
tinggi. Sistem kerja berkinerja tinggi adalah seperangkat kebijakan dan praktik
manajemen sumber daya manusia yang menghasilkan kinerja karyawan yang unggul.
e. Pada praktiknya, perencanaan strategis dapat menjadi proses yang sangat berharga
ketika melibatkan karyawan di semua departemen. Jadi dapat disimpulkan
keterlibatan karyawan itu penting, karena bisa mendorong kinerja dan produktivitas.
f. Misalnya, berdasarkan survei Gallup, unit bisnis dengan tingkat keterlibatan
karyawan tertinggi memiliki peluang 83% untuk berkinerja di atas median
perusahaan, sementara yang memiliki keterlibatan karyawan terendah hanya memiliki
peluang 17%.
g. Salah satu contoh Perusahaan yang menjalankan strategi sumber daya manusia yang
melibatkan karyawan yaitu Perusahaan yang bergerak di bidang industri kendaraan
bermotor, yakni Kia UK.
5. Aims of SHRM
a. Tujuan mendasar dari MSDM strategis adalah untuk menghasilkan kapabilitas
organisasi dengan memastikan bahwa organisasi memiliki karyawan yang terampil,
terlibat, berkomitmen, dan karyawan yang termotivasi dengan baik yang dibutuhkan
untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan
b. Alvesson (2009: 52) menulis bahwa MSDM strategis adalah tentang 'bagaimana
hubungan kerja untuk semua karyawan dapat dikelola sedemikian rupa sehingga dapat
berkontribusi secara optimal terhadap pencapaian tujuan organisasi'.
c. SHRM memiliki tiga tujuan utama:
1) Untuk mencapai integrasi hingga penyelarasan strategi SDM secara vertikal
dengan strategi bisnis dan integrasi strategi SDM secara horizontal.
2) Untuk memberikan arahan dalam lingkungan,
3) Untuk memberikan kontribusi pada perumusan strategi bisnis.
8. Perspective on SHRM
a. Delery dan Doty (1996:802), organisasi yang memilih atau mengadopsi strategi bisnis
tertentu akan memerlukan praktik-praktik MSDM yang berbeda. dengan organisasi
yang mengadopsi strategi yang berbeda. pendekatan SDM yang efektif harus
disesuaikan dengan strategi bisnis yang dianut oleh suatu organisasi.
b. Delery dan Doty mengidentifikasi tiga perspektif SDM:
1) Perspektif universalistik: bahwa ada praktik-praktik SDM yang lebih baik
daripada yang lain, dan semua organisasi harus mengadopsi praktik-praktik
terbaik ini. Praktik SDM yang sama dapat diterapkan pada berbagai jenis
organisasi tanpa mempertimbangkan faktor-faktor tertentu.
2) Perspektif kontingensi: perspektif ini menyatakan bahwa kebijakan SDM
organisasi harus sesuai dengan aspek-aspek lain dalam organisasi agar efektif.
3) Perspektif konfigurasional: perspektif ini menekankan pendekatan holistik dalam
MSDM. Perspektif ini menekankan pentingnya melihat pola praktik-praktik SDM
secara keseluruhan dan bagaimana pola variabel-variabel independen ini
berkaitan dengan variabel dependen kinerja organisasi.
Tiga pendekatan tersebut menjadi dasar bagi klasifikasi model pendekatan yang
paling umum digunakan, yaitu:
1) Model “best practice”: didasarkan pada asumsi bahwa ada seperangkat
praktik-praktik HRM terbaik yang bersifat universal–terbaik dalam konteks dan
situasi apa pun, dan penerapannya akan menghasilkan kinerja organisasi yang
unggul.
2) Model “best fit”: selaras dengan teori/perspektif kontingensi. Model “best fit”
menekankan bahwa strategi SDM harus sesuai dengan konteks dan situasi
organisasi. Ada tiga model dari “best fit”, yaitu:
a) The life cycle: didasarkan pada teori bahwa perkembangan perusahaan
terjadi dalam empat tahap: permulaan, pertumbuhan, kedewasaan, dan
penurunan.
b) Competitive strategies: Porter (1985) mengidentifikasi 3 strategi yang
bertujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif: 1) Inovasi. 2)
Kualitas, 3) Kepemimpinan biaya. Schuler dan Jackson (1987)
menyatakan bahwa untuk mencapai efek yang maksimal, perlu untuk
menyocokkan karakteristik peran orang-orang dalam suatu organisasi
dengan strategi yang dipilih.
c) Strategic configuration: Konsep ini mengacu pada ide bahwa organisasi
akan menjadi lebih efektif jika mereka mengadopsi kebijakan yang
mengaitkan strategi mereka dengan salah satu tipe ideal yang
didefinisikan oleh teori-teori, seperti yang dikembangkan oleh Miles
dan Snow (1978). Mereka mengidentifikasi empat jenis organisasi,
yaitu:
(1) Prospectors
(2) Defenders
(3) Analysers
(4) Reactors
B. Strategic HRP
1. Definisi
a. Workforce planning juga disebut sebagai human resource planning (HRP).
b. CIPD (2010:4), workforce planning adalah proses inti dalam manajemen sumber daya
manusia yang dipengaruhi oleh strategi organisasi dan bertujuan untuk memastikan
jumlah yang tepat dari orang dengan keterampilan yang tepat, ditempatkan dengan
benar pada waktu yang tepat untuk mencapai tujuan organisasi jangka pendek dan
jangka panjang.
c. Rothwell (1995:194), membedakan antara HR planning dalam konteks yang “hard”
dan yang “soft”.
1) Dalam konteks “hard”, HR planning terfokus pada angka, yakni memprediksi
kesesuaian atau ketidaksesuaian antara pasokan dan permintaan tenaga kerja
dengan keterampilan yang sesuai.
2) Dalam konteks “soft”, HR planning berfokus pada implikasi strategi bisnis
terhadap pengembangan orang, budaya, sikap, serta hal-hal lainnya selain angka.