KAJIAN PUSTAKA
A. Stress Kerja
Leka et al. (2004) mendefinisikan stres kerja sebagai respons yang mungkin
dimiliki orang ketika dihadapkan pada tuntutan dan tekanan kerja yang tidak sesuai
dengan pengetahuan dan kemampuan mereka dan yang menantang kemampuan
mereka untuk mengatasinya. Sementara menurut Glazer dan Liu (2017), stres kerja
merupakan istilah umum yang mengacu pada rangsangan terkait pekerjaan (atau
stresor pekerjaan) yang dapat menyebabkan konsekuensi fisik, perilaku, atau
psikologis (yaitu ketegangan) yang memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan
karyawan dan organisasi.
Stres kerja juga dapat diartikan sebagai sumber stress atau stressor yang
menimbulkan respon individu berupa respons fisiologis, psikologis dan perilaku.
Lingkungan kerja berpotensi menjadi sumber stres kerja. Stres kerja adalah semua
kondisi kerja yang dirasakan oleh karyawan sebagai tuntutan dan dapat
menimbulkan stres kerja (Waluyo, 2009). Stres kerja adalah keadaan ketegangan
yang menimbulkan ketidakseimbangan fisik dan mental yang mempengaruhi
suasana hati, proses berpikir dan kondisi karyawan. Stres kerja merupakan
pengalaman stres yang berkaitan dengan pekerjaan (King, 2010).
Stres kerja juga dapat didefinisikan sebagai respons yang merusak secara fisik dan
emosional yang terjadi atau terjadi ketika tuntutan tugas tidak sesuai dengan
keterampilan, sumber daya, atau kebutuhan pekerja (NIOSH, 2002). Sedangkan
menurut Levi (1984) peran psychososial stimuli yang berasal dari proses sosial
akan mempengaruhi individu. Proses interaksi yang tidak seimbang antara
demands dan resources pada individu akan cenderung menjadi precursors of
disease. Selama proses tersebut berlangsung akan ada variabel interaktif yang akan
berperan di dalamnya seperti variabel intrinsik dan ekstrinsik.
Dalam teori yang diungkapkan Sarafino (1990) bahwa sumber stres dapat
dibedakan menjadi sumber stres yang berasal dari dalam diri seseorang, komunitas,
dan masyarakat.
Stres dapat bersumber dari interaksi antara para anggota keluarga seperti:
perselisihan, masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, tujuan-
tujuan yang berbeda antara anggota keluarga.
Terdapat dua macam gejala stress kerja yang dapat dialami oleh individu, yaitu
gejala stress positif dan gejala stress negatif. Individu akan mengalami gejala stress
positif apabila individu diberikan kesempatan untuk dipromosikan naik jabatan
atau menerima penghargaan (reward). Sebaliknya, individu akan mengalami gejala
stress negatif apabila merasa terhambat dalam mengejar tujuannya karena berbagai
alasan di luar kendalinya. Robbins dan Timothy (2016) mengungkapkan gejala-
gejala stress yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Gejala Fisiologis
b. Gejala Psikologis
c. Gejala Perilaku
Stres kerja timbul karena adanya hubungan interaksi dan komunikasi antara
individu dan lingkungannya. Selain itu, stress muncul karena adanya jawaban
individu yang berwujud emosi, fisiologis, dan pikiran terhadap kondisi, situasi,
atau peristiwa yang meminta tuntutan tertentu terhadap diri individu dalam
pekerjaannya (Wijono, 2015). Cooper (dalam Umam, 2012) faktor yang
memengaruhi stres kerja diantaranya :
Meliputi hasil kerja dan dukungan sosial yang buruk, persaingan politik,
kecemburuan sosial, kemarahan, dan kurangnya perhatian manajemen
terhadap karyawan.
Saat ini subjek bekerja di sabhara polres kota batu. Subyek bekerja di Polres Batu.
Polres Batu terletak di samping kantor DPRD dan SMAN 2 Batu. Lingkungan
Polres Batu termasuk dalam lingkungan yang strategis. Udara di sekitar Polres
Batu masih segar dan sejuk, namun pada siang hari terkadang panas terik di luar
ruangan. Untuk lingkungan tempat kerja Subyek khususnya ruang Sabhara
dilengkapi dengan meja dan kursi serta AC. Namun subyek saat ini bertugas di
rumah Kapolres Batu. Dalam rumah Kapolres tersebut terdapat beberapa anggota
Sabhara lainnya yang ditugaskan untuk mengawasi kegiatan Kapolres dan
memastikan keamanan Kapolres. Kondisi kesehatan subjek pada saat ini adalah
sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit.
Banyaknya tugas yang dilakukan maka dapat menyebabkan stress kerja, begitupun
dengan anggota sabhara Polres Batu. Stress kerja ialah ketidakseimbangan antara
tuntunan pekerjaan dengan sumber daya yang dimiliki oleh seseorang. Semakin tinggi
kesenjangannya maka akan semakin tinggi pula stress yang dimiliki. Robbins dan
Coulter mendefinisikan stress sebagai reaksi negative yang berasal dari tekanan yang
tinggi, tuntutan pekerjaan, dan beban pekerjaan yang banyak. Stres yang berlebihan
akan berdampak pada menurunnya kompetensi yang dimiliki oleh seseorang, reaksi
negative pada fisiologis, psikologis, dan perilaku, serta menurunnya produktivitas
(Asih dkk, 2018).
Cox, Tom, Amanda, Griffith & Eusebio Rial-Gonzales. 2000. Work Related stress, officer for
official publications of the European Communities. Luxembourg.
Glazer, S., & Liu, C. (2017). Work, stress, coping, and stress management. Oxford Research
Encyclopedias.
Hidayat, A.A. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
King, Laura, A. (2010). Psikologi Umum. Sebuah Pandangan Apresiatif. Buku 2. Alih
Bahasa: Brian Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika.
Leka, Stravroula, Griffiths, A., & Cox, T. (2004). Work organization and stress. Protecting
Workers’ Health Series, 3. World Health Organization.
Levi.L. 1984. Stres In Industry Causes, Effect, and Prevention. International Labour Office,
Geneva.
Luthans, Fred. (2006). Perilaku Organisasi. Alih bahasa: Vivin Andhika Yuwono, Sekar
Purwanti, Arie P, dan Winong Rosari.Yogyakarta: Andi.
Munandar, Ashar Sunyoto. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI-press.
Nasution, Hanida R. 2002. Stres Kerja dan Faktor-faktor yang Menyebabkannya. Majalah
Kesehatan Masyarakat: Infokes, Vol. VI, No. 2 September, FKM USU Medan
NIOSH publication: 99: 101, 2002, [Online]. [Accesed 28th Juli 2009]. Available from
World Wide Web: http://www.cdc.gov/niosh/stresswk.html
Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba
Empat.