Anda di halaman 1dari 5

Stressor Kerja

Stressor adalah segala sesuatu yang memicu stress. Stresor kerja merupakan segala kondisi
pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stress
kerja (Waluyo, 2009) .Menurut Robbins Luthan (2006: 442) timbulnya stres di pengaruhi oleh
beberapa stressor yaitu :

1. Stressor Organisasi
Dalam faktor organisasi berpengaruh juga terhadap stres kerja karyawan dimana semua
aktivitas di dalam perusahaan berhubungan dengan karyawan. Organizational stressors,
yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi,
dan proses yang terjadi dalam organisasi, seperti:
- Ketidakterlibatan dalam membuat keputusan.
- Kurangnya deskripsi kerja yang jelas atau ketidakjelasan tugas
- Pengawasan dan pelatihan yang tidak seimbang,
- Kebijakan atau peraturan pimpinan yang terlalu otoriter terhadap karyawan
- Struktur yang kaku dan tidak bersahabat
- Tuntutan fisik. Tuntutan fisik adalah stressor yang berhubungan dengan situasi fisik
pekerjaan, seperti kecukupan temperatur dan pencahayaan, serta persyaratan-
persyaratan fisik yang diberikan kepada karyawan.
- Tuntutan kerja atau beban kerja yang terlalu berat : Tuntutan kerja yang rendah
rendah dapat menyebabkan kebosanan sebaliknya kelebihan beban dapat
menyebabkan ketegangan dan kegelisahan. Beban pekerjaan yang berlebihan ini
dapat dilihat melalui dua cara yaitu kualitatif dan kuantitatif. Pekerjaan yang
berlebihkan secara kualitatif terjadi ketika tuntunan fisik dari pekerjaan melebihi
kemampuan karyawan, misalnya harus menyelesaikan pekerjaan yang berlebihan
dengan batas waktu yang pendek. Pekerjaan berlebihan secara kuantitatif terjadi
ketika pekerjaan ini terlalu rumit atau sulit.
2. Stresor ekstraorganisasi
Stresor di luar organisasi berhubungan dengan efek dan perasaan negatif pada
pekerjaan.Contohnya seperti :
- Adanya Perubahan sosial / teknologi, globalisasi, keluarga, relokasi, kondisi
ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, serta kondisi tempat tinggal atau masyarakat.
Keluarga mempunyai dampak besar terhadap tingkat stress individu. Situasi
keluarga, seperti pertengkaran atau sakit anggota keluarga, relasi yang buruk dengan
orangtua, pasangan atau anak-anak.
- Perbedaan keyakinan dan nilai, perbedaan kesempatan untuk penghargaan atau
promosi, Persepsi karyawan minoritas baik mengenai diskriminasi maupun
kurangnya kesesuaian antara diri sendiri dan organisasi.
3. Stressor Individu
Adanya stressor individu berperan juga dalam mempengaruhi stres karyawan. dalam
stressor individu kepribadian seseorang lebih berpengaruh terhadap stres pada karyawan.
Di mana kepribadian seseorang akan menentukan seseorang tersebut mudah mengalami
stres atau tidak. Stressor individu terdiri dari:
a) Terjadinya konflik peran
Konflik peran timbul jika seseorang tenaga kerja mengalami adanya (Munandar, 2001):
- Pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan antara tanggung jawab
yang ia miliki.
- Tugas-tugas yang harus ia lakukan yang menurut pandangannya bukan
merupakan bagian dari pekerjaannya.
- Tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahannya, atau orang
yang dinilai penting bagi dirinya
- Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu melakukan
tugas pekerjaannya.
b) Adanya situasi dan disposisi individu dapat memengaruhi stres. Disposisi individu
seperti kepribadian, control personal, ketidakberdayaan yang dipelajari, daya tahan
psikologis, tingkat konflik intra individu yang berakar dari frustrasi. Lingkungan kerja
yang kurang kondusif, seperti seringnya karyawan mendapat tekanan, beban tugas yang
sangat berat atau sangat ringan, atau ketidakjelasan peran yang dimainkan, dapat
membuat individu mengalami stress karena underpressure.
4. Stressor Kelompok
Setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan diantara kelompok-kelompok. Stressor
kelompok juga mempengaruhi stress pada karyawan yang berasal dari kelompok kerja..
Stressor kelompok seperti :
- rekan kerja yang tidak menyenangkan
- kurangnya kebersamaan dengan rekan kerja.
- kurangnya dukungan sosial
- adanya konflik intraindividu

Menurut Whetten dan Cameron (2014:166) terdapat 4 jenis pemicu stress utama yaitu:
a. Time stressor (waktu sebagai pemicu stress). Umumnya berasal dari terlalu banyak hal
yang dilakukan sementara waktunya sempit.
b. Encounter stressor (interaksi antarpribadi sebagai pemicu stress). Stressor ini
umumnya timbul dari tiga jenis konflik yaitu role conflict, issue conflicts, dan
interaction conflicts. Role conflict yaitu apabila tugas dilakukan oleh anggota
kelompok yang tidak rukun. Issue conflicts yaitu saat terjadi perselisihan mengenai
cara memecahkan suatu masalah. Interaction conflicts yaitu saat individu tidak dapat
bergaul dengan baik.
c. Situational stressor (situasi sebagai pemicu stress). Stressor ini timbul dari

lingkungan tempat tinggal seseorang atau dari kondisi seseorang.

d. Anticipatory stressor. Stressor ini berasal dari antisipasi atau ketakutan terhadap

suatu peristiwa, misalnya takut kehilangan pekerjaan, cemas apabila masa depan

menjadi tidak dapat diprediksi dan menyeramkan.

Stres kerja juga bisa diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan
reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Gejala stres menurut Robbins
dan Timothy (2016:434) tentang gejala stres meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Psikologis memiliki indikator yaitu terdapat ketidakpuasan kerja, keadaan psikologis


seperti ketegangan, kecemasan, mudsah marah, kebosanan, dan penundaan.
b. Fisiologis memiliki indikator yaitu terdapat perubahan pada metabolisme tubuh,
meningkatkan detak jantung, tingkat pernapasan dan naiknya tekanan darah, sakit
kepala, serta menimbulkan serangan jantung.
c. Perilaku memiliki indikator yaitu terdapat penurunan dalam produktivitas,
ketidakhadiran dalam jadwal kerja, dan tingakt perputaran karyawan, perubahan dalam
kebiasaan makan, meningkatnya merokok atau konsumsi alkohol, berbicara dengan
cepat, mudah gelisah, dan susah tidur

Indikator-indikator stress kerja menurut Hariandja (2007), dapat dibagi dalam tiga yaitu :
(1) Indikator pada fisik, meliputi: meningkatnya detak jantung, tekanan darah meningkat, sakit
perut, dan sakit kepala (2) Indkator pada psikologis, meliputi: cepat marah, ketegangan kerja,
kegelisahan kerja, dan kebosanan kerja. (3) Indikator pada prilaku, meliputi: merokok
berlebihan, sulit tidur, absensi meningkat dan berbicara tidak tenang.

DAFTAR PUSTAKA

Asih, G. Y., Widhiastuti, H. and Dewi, R. (2018) Stress Kerja. 1st edn. Semarang: Semarang

University Press.

Kristiani, V. A. (2019) ‘Pengaruh Stress Kerja Dan Reward Terhadap Kinerja Karyawan PT.

Aseli Dagadu Djokdja’.

Munandar, A. S. (2001) Psikologi industri danorganisasi. Jakarta: UI Press.

Waluyo, M. (2009) Psikologi Teknik Industri. Edited by G. Ilmu. Yogyakarta.

Whetten, David A., dan K. S. C. (2014) Pengembangan Keterampilan Manajemen. Jakarta:


Indeks.

Anda mungkin juga menyukai