Anda di halaman 1dari 7

Potensi Sumber Stres Kerja Menurut Rivai (2009) stres karyawan dapat disebabkan masalah-masalah

yang terjadi diluar organisasi, penyebab-penyebab stres “off the job”, misalnya :
a. Kekhawatiran finansial
b. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak
c. Masalah-masalah fisik
d. Masalah-masalah perkawinan (misalnya, perceraian)
e. Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal
f. Masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara
Menurut Mangkunegara (2005) penyebab stres kerja, antara lain beban kerja yang dirasakan terlalu
berat, waktu kerja yang mendesak, mutu pengawasan kerja rendah, iklim pekerjaan tidak sehat,
otoritas kerja tidak memadai yang berhubungan dengan tanggungjawab, konflik kerja, perbedaan
nilai antara karyawan dengan pemimpin yang frustasi dalam kerja.
Menurut Robbins (2006) ada tiga kategori potensi stressor, yaitu :
a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat menciptakan stres pada sebagian besar karyawan adalah
ketidakpastian ekonomi, ketidakpastian politik dan ketidakpastian teknologi.
b. Faktor organisasi
Faktor-faktor organisasi ini dibedakan berdasarkan enam kategori. Kategori-kategori tersebut
adalah :
1. Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang yang
mencakup desain pekerjaan individu (otonomi, keragaman tugas dan tingkat
otomatisasi), kondisi kerja dan tata letak kerja fisik.
2. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai
fungsi dari peran yang dimainkan dalam organisasi itu. Misal, konflik peran
menciptakan harapan-harapan yang barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan,
kelebihan peran terjadi bila karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada
yang dimungkinkan oleh waktu dan ambiguitas peran tercipta, bila harapan peran tidak
pasti mengenai apa yang harus dikerjakan.
3. Tuntutan antar-pribadi, yaitu tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain. Misal,
kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk
dapat menimbulkan stres cukup besar, khususnya diantara para karyawan yang
memiliki kebutuhan sosial tinggi.
4. Struktur organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi, tingkat aturan
dan peraturan, serta dimana keputusan diambil. Aturan yang berlebihan dan
kurangnnya partisipasi dalam pengambilan keputusan berdampak pada karyawan
merupakan contoh peubah struktural yang dapat merupakan potensi sumber stres.
5. Kepemimpinan organisasi menggambarkan gaya manajerial eksekutif senior
organisasi.
6. Tingkat hidup organisasi menggambarkan organisasi berjalan melalui siklus, yaitu
didirikan, tumbuh, menjadi dewasa dan akhirnya merosot. Tahap kehidupan tersebut
dapat menciptakan masalah dan tekanan bagi para karyawannya.
c. Faktor Individu
Faktor yang mencakup faktor-faktor dalam kehidupan pribadi karyawan seperti persoalan
keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan. Sementara itu
Gibsons, dkk (1996) mengartikan bahwa stressor sebagai kejadian eksternal yang
potensial, tetapi tidak selalu membahayakan individu. Terdapat empat stressor di tempat
kerja, yaitu :
a. Stressor lingkungan fisik
Penyebab stres yang bersifat lingkungan fisik sering disebut stressor kerah biru (blue
collar stressor), karena stres ini lebih merupakan masalah di dalam pekerjaan-pekerjaan
kasar, misalnya mengenai cahaya, udara, suara dan penempatan ruangan pekerjaan.
b. Stressor kelompok
Koefisien setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan diantara kelompok-
kelompok. Karakteristik kelompok dapat menjadi stressor yang kuat bagi beberapa
individu. Penyebab stres pada tingkat kelompok diantaranya mengenai tingkat
kepercayaan dan hubungan yang kurang baik antara bawahan dengan atasan, atau
sebaliknya maupun diantara rekan kerja.
c. Stressor individu
Penyebab-penyebab stres pada tingkat individu diantaranya 7mengenai masalah konflik
peran, beban kerja yang berlebihan, tanggungjawab dan kondisi kerja
d. Stressor organisasi
Penyebab-penyebab stres pada tingkat organisasional, diantaranya adalah tidak adanya
kebijakan khusus dari perusahaan, desain dan birokrasi (prosedur) yang buruk, serta
kurangnya partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan.
Faktor-faktor Penyebab Stres Stres merupakan sesuatu yang wajar dan dapat dialami oleh siapa saja
termasuk karyawan. stres yang dialami oleh karyawan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Adapun
faktor-faktor yang menyebabkan oleh berbagai stres dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Tabel 2.1 Faktor-faktor Stres Penyebab stres Keterangan
a). Faktor internal - kepribadian
- kemampuan
- nilai budaya
b). Faktor eksternal - berasal dari organisasi/pekerjaan
- Non organisasi/di luar pekerjaan
Faktor internal yang dapat menyebabkan stres pada diri seseorang ditentukan oleh kepribadian,
kemampuan, dan nilai budaya
a. Kepribadian, yaitu sistem psikologi yang dimiliki oleh seseorang untuk bereaksi dan
berinteraksi dengan pihak lain maupun lingkungannya. Kepribadian dipengaruhi oleh faktor
keturunan, lingkungan, situasi, dan karakter dasar seseorang.
b. Kemampuan, menunjukkan kapasitas seseorang untuk melaksanakan berbagai tugas dalam
suatu pekerjaan. Kemampuan seseorang dipengaruhi oleh kemampuan fisik dan kemampuan
intelektual.
c. Nilai budaya, meliputi keyakinan yang dipahami oleh seseorang (atau bersama) yang
dipengaruhi oleh lingkungan sosial, serta mempengaruhi sikap dan perilakunya.
Faktor eksternal yang menyebabkan stres dapat berasal dari pekerjaan (organisasi) maupun diluar
pekerjaan (non organisasi). Faktor pekerjaan yang dapat menyebabkan stres terdiri dari :
a. Faktor-faktor intrinsik pekerjaan, antara lain kondisi fisik pekerjaan dan tuntutan tugas.
Kondisi fisik pekerjaan yang menyebabkan stres meliputi kondisi bising, vibrasi/getaran, dan
higienitas, sedangkan tuntutan tugas meliputi berbagai bentuk aktivitas yang berpola khas
pada masing-masing jenis pekerjaan seperti kerja shift malam, beban kerja, jam kerja yang
lebih panjang dan pekerjaan yang repetitif.
b. Faktor peran dalam organisasi, meliputi konflik peran dan ketaksaan peran. Konflik peran
dapat timbul pada seseorang apabila terdapat kondisi-kondisi : (1) pertentangan antara tugas-
tugas yang harus dilaksanakan dengan tanggung jawab yang dimiliki, (2) tugas-tugas yang
dilakukan bukan bagian dari pekerjaannya, (3) tuntutan yang bertentangan dengan atasan,
bawahan, rekan, atau orang lain yang dinilai penting bagi dirinya dan (4) pertentangan dengan
nilai-nilai dan keyakinan pribadi. Sementara itu keterpaksaan peran merupakan ketidakjelasan
posisi sesorang dalam organisasi, sehingga kendali terhadap pekerjaan kecil.
c. Faktor pengembangan karir, mencakup ketidakpuasan pekerjaan, serta promosi dini &
promosi lambat.
d. Faktor hubungan kerja, meliputi hubungan kerja antar karyawan dan gaya kepemimpinan.
e. Faktor struktur dan karakteristik organisasi. Sementara itu faktor di luar pekerjaan yang dapat
menyebabkan stres antara lain masalah keluarga, kesulitan keuangan, keyakinan pribadi dan
organisasi yang bertentangan, serta konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan organisasi.
Faktor-faktor tersebut merupakan tekanan bagi seseorang dalam melakukan pekerjaannya,
termasuk peristiwa kehidupan pribadi akibat perubahan dalam dirinya, keluarga, dan
lingkungan dapat menimbulkan stres.
Selanjutnya, penyebab Stres Kerja, antara lain beban kerja yang di rasakan terlalu berat, waktu
kerja yang mendesak, kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat, otoritas
kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai
antara karyawan dengan pemimpin yang frustasi dalam kerja.
Telah disebutkan bahwa stres timbul setiap kali terjadi perubahan dalam keseimbangan sebuah
kompleks manusia-mesinlingkungan. Karena kompleks itu merupakan suatu sistem interaktif, maka
stres yang di hasilkan tersebar di antara beberapa komponen sistem dan karena manusia, di lihat dari
segi operasional dan antropometrik, merupakan komponen terlemah dalam sistem itu, maka biasanya
sebagian atau seluruh ketegangan yang di akibatkannya terwujud dalam tanggapan manusia. Dengan
demikian, dapat di ikhtisarkan bahwa Stres terjadi dalam komponen-komponen fisik, pekerjaan atau
lingkungan sosial pekerjaan, dan biasanya dapat mengakibatkan ketegangan pada manusia sebagai
perwujudannya.
Penanggulangan
Pendekatan dan Pengelolaan Stres Kerja
Pendekatan terhadap stres kerja, adalah dukungan sosial (social support), bio feedback dan program
kesehatan pribadi (personal wellness programs). Pendekatan tersebut sesuai dengan pendapat Davis
dan Newstrom (1989) yang mengemukakan bahwa “four approaches that of ten involve employee
and management cooperation for stress management are social support, meditation, biofeedback, and
personal wellness programs”
a) Pendekatan Dukungan Sosial
Pendekatan ini dilakukan melalui aktifitas yang bertujuan memberikan kepuasaan sosial kepada
karyawan, misalnya, bermain game dan lelucon kerja.
b) Pendekatan melalui Meditasi
Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan cara berkonsentrasi ke alam pikiran, mengendorkan
kerja otot dan menenangkan emosi.
c) Pendekatan melalui BioFeedback
Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis, yaitu bimbingan dokter, psikiater dan psikolog,
sehingga diharapkan stres yang dialami karyawan dapat dihilangkan.
d) Pendekatan Kesehatan Pribadi
Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya stres. Dalam hal ini karyawan
secara periodic memeriksa kesehatan, melakukan relaksasi otot, pengaturan gizi dan olahraga secara
teratur.
Menurut Rivai (2009) terdapat dua pendekatan stres kerja, yaitu pendekatan individu dan
perusahaan. Bagi individu penting dilakukan pendekatan, karena stres dapat mempengaruhi
kehidupan, kesehatan, produktivitas dan penghasilan. Bagi perusahaan, hal ini bukan karena alasan
kemanusiaan, tetapi karena pengaruhnya terhadap prestasi semua aspek dan efektivitas dari
perusahaan secara keseluruhan. Perbedaan pendekatan individu dengan pendekatan organisasi tidak
dibedakan secara tegas, sehingga pengurangan stres dapat dilakukan pada tingkat individu, organisasi
maupun kedua-duanya.
Pendekatan yang dimaksud adalah :
a. Pendekatan individu meliputi :
1) Meningkatkan keimanan
2) Melakukan meditasi dan pernapasan
3) Melakukan kegiatan olahraga
4) Melakukan relaksasi
5) Dukungan sosial dari teman-teman dan keluarga
6) Menghindari kebiasaan rutin yang membosankan
b. Pendekatan perusahaan meliputi :
1) Melakukan perbaikan iklim organisasi
2) Melakukan perbaikan terhadap lingkungan fisik
3) Menyediakan sarana olahraga
4) Melakukan analisis dan kejelasan tugas
5) Meningkatkan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan
6) Melakukan restrukturisasi tugas
7) Menerapkan konsep manajemen berdasarkan sasaran
Menurut Mangkunegara (2005), pendeteksian penyebab stres kerja dan bentuk reaksinya dengan tiga
pola penanganan, yaitu pola sehat, pola harmonis dan pola psikologis.
1) Pola Harmonis adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan mengelola waktu dan
kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dalam pola ini,
individu mampu mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur
waktu secara teratur yang selalu menghadapi tugas secara tepat dan kalau perlu
mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan memberikan kepercayaan
penuh. Dengan demikian, akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan antara tekanan yang
akan diterima dengan reaksi yang diberikan. Demikian juga terhadap keharmonisan antara
dirinya dan lingkungan.
2) Pola Patologis adalah pola menghadapi stres yang berdampak terhadap gangguan fisik
maupun sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan menghadapi berbagai tantangan
dengan cara-cara yang tidak memiliki kemampuan dan keteraturan untuk mengelola tugas dan
waktu. Cara ini dapat menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya, karena dapat menimbulkan
berbagai masalah-masalah yang buruk.
3) Pola sehat adalah pola menghadapi stres yang terbaik, yaitu kemampuan mengelola perilaku
dan tindakan, sehingga adanya stres tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih
sehat dan berkembang. Yang tergolong kelompok ini mampu mengelola waktu dan kesibukan
dengan cara yang baik dan teratur, sehingga tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan,
meskipun sebenarnya tantangan dan tekanan cukup banyak.
Studi Kasus
Penelitian yang dilakukan Prestisyana (2008) mengenai pengaruh stres kerja terhadap kinerja
karyawan (studi kasus karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor) menunjukkan bahwa stres kerja yang
dialami karyawan selama ini adalah rendah dengan kinerja karyawan baik. Stressor kerja (sumber
stres kerja) tertinggi yang dapat menciptakan stres kerja bagi karyawan adalah kurangnya partisipasi
karyawan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Sedangkan konsekuensi tertinggi yang
diakibatkan adanya stres kerja adalah perubahan produktivitas. Kinerja karyawan yang sudah baik
ditunjukkan oleh tingkat kedisplinan karyawan yang tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Pujiastuti (2004) mengenai pengaruh stres kerja terhadap
prestasi kerja karyawan pada PT. Pos Indonesia DIY diketahui bahwa dari keempat peubah stressor
hanya peubah individu yang berpengaruh negatif dan nyata terhadap prestasi kerja karyawan.
Sedangkan peubah lingkungan fisik, kelompok dan organisasi berpengaruh positif terhadap prestasi
kerja karyawan. Peubah lingkungan fisik tidak berpengaruh nyata terhadap prestasi kerja karyawan,
karena karyawan PT. Pos Indonesia DIY sudah terbiasa dan merasa nyaman dengan kondisi
lingkungan fisik di tempat karyawan bekerja, sehingga karyawan dapat menyelesaikan pekerjaan
dengan baik. Dalam hal ini, karyawan dapat terus bekerja dan termotivasi untuk meningkatkan
prestasi kerja karena kondisi lingkungan di tempat bekerjasama sekali tidak menganggu konsentrasi
karyawan dalam bekerja.
Penelitian yang dilakukan Susanti (2008) mengenai Analisis Stres kerja karyawan pada PT.
Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk cabang Bogor membahas faktor-faktor penyebab stres kerja
karyawan PT. BRI terdiri dari tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan hubungan antar-pribadi,
struktur organisasi, kepemimpinan organisasi dan tahap hidup organisasi. Stressor kerja yang berada
pada kategori sedang, yaitu faktor tuntutan tugas dan tahap hidup organisasi. Faktor tuntutan peran,
tuntutan hubungan antarpribadi dan kepemimpinan organisasi berada pada tingkatan rendah.
Sedangkan faktor yang berada pada tingkatan sangat rendah adalah faktor struktur organisasi.
Kecenderungan stressor kerja tertinggi yang dialami karyawan adalah dikejar waktu dalam
menyelesaikan tugas, mengerjakan tugas yang berbeda-beda dan mendapatkan pekerjaan baru yang
memerlukan keterampilan berbeda dari sebelumnya. Gejala stres yang dialami oleh karyawan, baik
gejala fisiologis, psikologis, maupun perilaku berada pada tingkatan rendah.

DAPUS
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62775/1/H10reh.pdf
http://eprints.stainkudus.ac.id/373/5/FILE%205.BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai